Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN BOBOT KARKAS BERDASARKAN BOBOT POTONGDOMBA DENGAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi PersyaratanMendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
Disusun Oleh :
RIZQIYA NUR ANNISA.NPM. 1054231168
UNIVERSITAS MADURAFAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKANPAMEKASAN
2017
ii
RINGKASAN
Domba merupakan ternak penghasil daging yang banyak dibutuhkan olehmasyarakat, terutama konsumen sate dan gulai. Selama ini, peran domba lokalsangat penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi pada saat hari raya IdulAdha (kurban). Kebutuhan domba pada saat itu mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Permintaan konsumsi daging terus meningkat sejalan jumlah pendudukyang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi dagingdalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal diIndonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalahsebagai berikut: (1). Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobotpotong (2). Bagaimana perbedaan karkas domba jantan dan betina (3). Bagaimanaperbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yangberbeda, dengan Tujuan Peneitian untuk mengetahui lebih jauh tentang (1).Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong (2). Perbedaan karkas dombajantan dan betina (3). Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong denganjenis kelamin yang berbeda, yang bermanfaat Penelitian bagi (1) perguruan tinggisebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan penelitian selanjutnya dalamkeikutsertaan pembangunan peningkatan dan pengembangan usaha domba. (2)bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam mempertahankan danmengembangkan usaha agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan untukmembantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan.
Penelitian dilaksanakan dengan obyek penelitian aktivitas produksi jagaldomba lokal jantan dan betina. Sampel yang digunakan adalah ternak dombajantan dan betina lokal sebanyak 40 ekor. Sampel dibagi masing-masing 20 ekorbetina dan 20 ekor jantan. Data yang diambil adalah bobot domba hidup danbobot karkas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berat potong domba dengan jeniskelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dannon karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% dombajantan. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang palingtinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisieksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dannonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentasekarkas yang dihasilkannya karena setiap kenaikan berat potong akan diikuti olehkenaikan berat karkas.
Kata kunci: Domba jantan dan betina, Persentase karkas dan nonkarkas.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan
hidayaah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ”
Pendugaan Bobot Karkas Berdasarkan Bobot Potong Domba Dengan Jenis
Kelamin Yang Berbeda” yang merupakan prasyarat akademis untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian pada Universitas Madura
Pamekasan, dengan baik.
Dalam penulisan Skripsi ini, banyak pihak yang memberikan sumbangan
baik pikiran, tuntunan, dukungan, dan semangat guna kesempurnaan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Suparno, M.Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Madura Pamekasan.
2. Bapak Ir. Joko Purdiyanto, MP. selaku pembimbing Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Madura Pamekasan
4. Bapak Bahri, Peternak dan Rumah Potong Domba di desa Teja Barat
Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.
5. Kedua orangtuaku dan adik-adikku yang mendukung kesuksesan studiku
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
iv
Akhirnya dengan segala keterbukaan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini.
Pamekasan, Maret 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPULHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iRINGKASAN………………………………………...….………………………..iiKATA PENGANTAR ...........................................................................................iiiDAFTAR ISI ..........................................................................................................ivDAFTAR TABEL ..................................................................................................viDAFTAR GAMBAR………………………………….………………...……….viiDAFTAR LAMPIRAN……………………………….…………………………viiiPENDAHULUAN
Latar Belakang ……....................................................................................1Perumusan Masalah ....................................................................................3Tujuan penelitian .........................................................................................3Manfaat Penelitian ......................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKALandasan Teori ……………………………….…………………..……….5
Pengertian Karkas………………..………………………..……....5Pertumbuhan Karkas………………..……………………...……...7Kualitas Karkas…….…………………..…………..………..…...10
Teknik Pemotongan Domba………………………………………...........11Teknik Penyembelihan Ternak..................................................................13
METODE PENELITIANSampel Penelitian……………………………………………..………….14
Lokasi Penelitian………………………………………………....14Waktu Penelitian………………………………………………………....14Metode……………………………………………………………………14Teknik Analisis data………..……..……………………………………...15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHasil Penelitian.....……………………………………………………….16Pembahasan..………………..……………….…………………………...17
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan…………….……….………….…………………………….20Saran………..…………….………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………..………….22LAMPIRAN……………………………………………………………………...23
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Karakteristik dari Karkas Domba…….…………………………………………62. Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling………..….....73. Pendugaan bobot karkas domba betina……………………………………..…164. Pendugaan bobot karkas domba jantan…………………………………...…...175. Bobot karkas domba betina................................................................................186. Bobot potong dan bobot hidup domba jantan.……………………………....19
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Peta Karkas daging domba…………………...…………..……………………..92. Potongan Karkas Daging Domba.......................................................................11
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Pengamatan Hasil Pemotongan ……………...…….………………….…232. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina……………...………….253. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan…………………………264. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina………………...………..275. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan………………...………..28
23
Lampiran 1. Pengamatan hasil Pemotongan
BETINA
No Tgl Pemilik
domba
Umur Jenis
kelamin
Bobot
Hidup
Bobot
Potong
Berat
Karkas
%
Karkas
1 2.4.16 Bahri 15 bl Betina 21 13 5,64 26,86
2 2.4.16 Zahri 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33
3 2.4.16 Bahri 13 bl Betina 19 11 11,04 58,11
4 2.4.16 Zahri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13
5 3.4.16 Dalli 19 bl Betina 25 14 16,44 65,76
6 3.4.16 Burhan 15 bl Betina 21 11 12,84 61,14
7 4.4.16 Hotim 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71
8 4.4.16 Karman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35
9 4.4.16 Sleman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35
10 5.4.16 Pandi 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35
11 5.4.16 Hodri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38
12 5.4.16 Badri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13
13 6.4.16 Husnul 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35
14 6.4.16 Hari 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33
15 6.4.16 Sulton 6 bl Betina 12 4 4,74 39,50
16 7.4.16 Bahri 17 bl Betina 23 10 14,64 63,65
17 7.4.16 Zahri 13 bl Betina 19 10 11,04 58,11
18 8.4.16 Bahri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38
19 8.4.16 Zahri 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71
20 8.4.16 Dalli 9 bl Betina 15 7 7,44 49,60
Jumlah 345 174 182.1 52,78
24
JANTAN
No Tgl Pemilik
domba
Umur Jenis
kelamin
Bobot
Hidup
Bobot
Potong
Berat
Karkas
%
Karkas
21 9.4.16 Bahri 10 bl Jantan 16 8 2,01 12,56
22 9.4.16 Zahri 31 bl Jantan 37 27 18,24 49,29
23 10.4.16 Bahri 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17
24 10.4.16 Zahri 28 bl Jantan 34 24 15,54 45,71
25 11.4.16 Dalli 32 bl Jantan 38 28 19,14 50,37
26 11.4.16 Bahri 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86
27 12.4.16 Zahri 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,43
28 12.4.16 Bahri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00
29 13.4.16 Zahri 34 bl Jantan 40 30 20,94 52,35
30 13.4.16 Dalli 19 bl Jantan 25 17 9,24 36,96
31 14.4.16 Burhan 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00
32 14.4.16 Hotim 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86
33 15.4.16 Karman 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17
34 15.4.16 Sleman 14 bl Jantan 20 12 4,74 23,70
35 16.4.16 Pandi 25 bl Jantan 31 22 13,74 44,32
36 16.4.16 Hodri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00
37 17.4.16 Badri 20 bl Jantan 26 17 9,24 36,96
38 17.4.16 Husnul 16 bl Jantan 22 14 13,74 62,45
39 18.4.16 Hari 14 b Jantan 20 12 4,74 23,70
40 18.4.16 Sulton 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,42
Jumlah 537 360 210,87 39,27
25
Lampiran. 2: Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina
SampelBobot Potong (kg)
XBobot Karkas (kg)
Y1 21 5,64
2 18 10,14
3 19 11,04
4 16 8,34
5 25 16,44
6 21 12,84
7 14 6,54
8 17 9,24
9 17 9,24
10 17 9,24
11 13 5,64
12 16 8,34
13 17 9,24
14 18 10,14
15 12 4,74
16 23 14,64
17 19 11,04
18 13 5,64
19 14 6,54
20 15 7,44
Jumlah 345 182.1
26
Lampiran 3. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan
SampelBobot Potong (kg)
XBobot Karkas (kg)
Y1 16 2,01
2 37 18,24
3 29 11,94
4 34 15,54
5 38 19,14
6 21 5,64
7 28 11,04
8 24 7,44
9 40 20,94
10 25 9,24
11 24 7,44
12 21 5,64
13 29 11,94
14 20 4,74
15 31 13,74
16 24 7,44
17 26 9,24
18 22 13,74
19 20 4,74
20 28 11,04
Jumlah 537 210,87
27
Lampiran 4. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina
Jenis Kelamin
Domba (N)
Bobot domba hidup, kg
(X)
Bobot domba karkas, kg
(Y)
1 21 13
2 18 10
3 19 11
4 16 8
5 25 14
6 21 11
7 14 6
8 17 9
9 17 9
10 17 9
11 13 5
12 16 8
13 17 9
14 18 10
15 12 4
16 23 10
17 19 10
18 13 5
19 14 6
20 15 7
Jumlah 345 174
28
Lampiran 5. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan
Jenis Kelamin
Domba (N)
Bobot domba hidup, kg
(X)
Bobot domba potong, kg
(Y)
1 16 8
2 37 27
3 29 20
4 34 24
5 38 28
6 21 13
7 28 19
8 24 15
9 40 30
10 25 17
11 24 15
12 21 13
13 29 20
14 20 12
15 31 22
16 24 15
17 26 17
18 22 14
19 20 12
20 28 19
Jumlah 537 360
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi pengembangan ternak di Indonesia khususnya ternak domba hingga
kini memiliki potensi maksimal. Sebagian besar keberhasilan usaha peternakan
ditentukan oleh kebutuhan untuk pertumbuhan, diantaranya makanan yang
diperlukan ternak domba untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah
bobot badan, untuk proses reproduksi (kebuntingan), dan diperlukan untuk
memproduksi air susu.
Di Indonesia, ternak ruminansia kecil seperti domba memiliki peran yang
penting terutama untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengentasan
kemiskinan (Sodiq, 2004). Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak domba
sangat potensial bila diusahakan secara komersial sebab memiliki beberapa
kelebihan dan potensi ekonomi diantaranya tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai
dewasa, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas,
investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat
berputar. Kelebihan lain ternak domba yaitu adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek pemasaran
yang baik.
Domba merupakan ternak penghasil daging yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat, terutama konsumen sate dan gulai. Selama ini, peran domba lokal
sangat penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi pada saat hari raya Idul
Adha (kurban). Kebutuhan domba pada saat itu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Permintaan konsumsi daging terus meningkat sejalan jumlah penduduk
2
yang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi daging
dalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal di
Indonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
Permintaan terhadap domba cukup tinggi karena selain untuk dikonsumsi
harian juga dibutuhkan dalam ibadah qurban bagi umat Islam di Indonesia setiap
tahun. Populasi domba nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya berkisar
1,9-5,6% pada kurun waktu 2009-2014. Populasi domba pada tahun 2009
sebanyak 15,81 juta ekor dan meningkat menjadi 18,57 juta ekor pada tahun 2014.
Angka pemotongan ternak tercatat tahun 2012 menunjukkan bahwa domba
menempati urutan pertama, kemudian diikuti oleh sapi, babi dan domba. Domba
lokal Indonesia tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan populasi
terbanyak dibandingkan domba jenis lainnya. Domba lokal merupakan ternak
penghasil daging yang memiliki nilai persentase karkas berkisar 43- 44%.
Jika ditinjau dari aspek pemeliharaannya, domba lokal kebanyakan
dipelihara dan dikembangbiakkan secara tradisional dengan manajemen
pemeliharaan yang sederhana sehingga kualitas produksinya sangat beragam.
Pertumbuhan dan produksi karkas selain dipengaruhi oleh manajemen
pemeliharaan juga dipengaruhi oleh bangsa ternak, besar kecilnya ukuran tubuh,
umur ternak, bobot pada saat dipotong, juga kondisi tubuh tersebut. Pada
umumnya domba yang dipotong tidak didasarkan pada bobot potong yang
semestinya. Hal ini dapat menyebabkan produksi karkas yang dihasilkan juga
beragam baik kualitas maupun kuantitasnya.
3
Potensi domba lokal sebagai penghasil daging cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah pemotongan domba setiap harinya selalu tinggi, termasuk
betina produktif. Produksi daging akan berubah dari ternak muda sampai ternak
dewasa dan dipengaruhi oleh beragam faktor seperti: bangsa dan jenis ternak,
jenis kelamin, pakan, serta bobot tubuh dan umur.
Komposisi dan bobot karkas dipengaruhi bobot hidup, meskipun hal ini
tergantung pada bangsa, jenis kelamin, perawatan, tata ransum dan proses
pemotongan.
Karkas merupakan hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. Di Negara-negara maju, nonkarkas kurang memiliki nilai ekonomis
namun di Indonesia hasil permotongan ternak yang berupa nonkarkas masih
mempunyai nilai ekonomi . Berlatar belakang hal diatas, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui prediksi bobot karkas domba lokal dengan mengunakan
prediktor bobot potong.
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong
2. Bagaimana perbedaan karkas domba jantan dan betina
3. Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis
kelamin yang berbeda.
4
Tujuan Peneitian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang:
1. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong
2. Perbedaan karkas domba jantan dan betina
3. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yang
berbeda.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Berguna bagi perguruan tinggi sebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan
penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan peningkatan dan
pengembangan usaha domba.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam
menetapkan kebijakan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha
agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan.
3. Membantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Karkas
Karkas domba adalah tubuh domba sehat yang telah disembelih, utuh atau
dibelah membujur sepanjang tulang belakangnya, setelah dikuliti, isi perut
dikeluarkan tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin domba jantan atau
domba betina yang telah melahirkan dipisahkan dengan/atau tanpa ekor. Kepala
dipotong diantara tulang ocipital (os occipitale) dengan tulang tengkuk pertama
(Os atlas). Kaki depan dipotong diantara carpus dan metacarpus; kaki belakang
dipotong diantara tarsus dan metatarsus. Jika diperlukan untuk memisahkan ekor,
maka paling banyak dua ruas tulang belakang coccygeal (Os caudalis) terikut
pada karkas.
Karkas domba adalah bagian tubuh dari domba sehat yang telah
disembelih secara halal sesuai dengan syariat agama. Telah dikuliti, dikeluarkan
jeroan, dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah,
organ reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Daging: adalah bagian
otot skeletal dari karkas domba yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh
manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin atau daging beku.
Berikut adalah karakteristik dari karkas daging domba:
6
Tabel. 1. Karakteristik Karkas Domba
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Daging segar adalah daging yang belum diolah atau tidak ditambah
dengan bahan apapun. Daging segar dingin adalah daging yang mengalami proses
pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperature bagian dalam daging
antara 0 - 4 derajat celcius. Daging beku adalah daging segar yang sudah
mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperature
minimum – 18 derajat celcius. Marbling adalah butiran lemak putih yang tersebar
dalam jaringan otot daging /lemak intra muskuler (Suparno, 1994).
Klasifikasi karkas daging domba berdasarkan umur dan jenis kelamin:
1. Lamb ( muda): karkas yang berasal dari domba berumur dibawah satu tahun
yang belum dewasa kelamin dan belum terdapat gigi seri permanent.
2. Yearling mutton (dewasa): Karkas yang berasal dari domba yang berumur
lebih dari satu tahun yang sudah dewasa kelamin dan 1 gigi seri permanent
terkikis.
7
3. Older mutton: Karkas yang berasal dari domba jantan dewasa yang telah
mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih yang sudah
terkikis.
Tabel. 2.
Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Pertumbuhan Karkas
Butterfield (1988) menyatakan bahwa konformasi karkas merupakan hasil
pertumbuhan dan perkembangan karkas. Panjang karkas banyak ditentukan oleh
panjang tulang permanen sedangkan lebar karkas ditentukan oleh pertumbuhan
urat daging di daerah sekitar dada. Peneliti lain melaporkan bahwa pada domba,
jika bobot karkas meningkat maka ukuran-ukuran lebar karkas meningkat lebih
cepat dibandingkan dengan ukuran-ukuran panjang, sehingga indeks kebapuhan
dan konformasi karkas meningkat.
Awal pertumbuhan ternak dimulai dari tulang, otot (daging) dan terakhir
lemak tulang merupakan komponen karkas yang paling cepat berhenti
pertumbuhannya dibandingkan otot dan lemak. persentase bobot karkas domba
8
adalah lebih rendah dibandingkan domba karena proporsi kulit, bulu dan alat
pencernaannya lebih tinggi pada domba. Penilaian komposisi karkas ada tiga
variabel yang penting, yaitu tulang, daging dan lemak karkas, apabila ada proporsi
yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki lebih sedikit atau kedua
variabel sebagai sisanya.
Bobot hidup, karkas dan persentase karkas domba jantan local adalah lebih
tinggi dibandingkan dengan domba betina lokal dengan menggunakan dua macam
pakan berbeda diperoleh bobot hidup 22,33 dan 24,93 kg, bobot karkas 10,00 dan
11,20 kg serta persentase karkas 44,48 – 44,98 %. Domba dengan bobot hidup 23,08
kg diperoleh bobot karkas 9,54 kg dan persentase karkas 40,13% yang relative sama
dengan penelitian. Adapun domba jantan berukuran kecil ternyata bobot hidup 56,5
kg, bobot karkas 27,8 kg dan persentase karkas 49,3 % yang ternyata jauh lebih tinggi
dibandingkan domba lokal.
Persentase daging dan tulang lebih tinggi, sementara persentase lemak
domba lebih rendah daripada domba dalam perlakuan yang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena laju pertumbuhan masing-masing komponen jaringan karkas
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah bangsa ternak, dipengaruhi
pula oleh spesies, umur dan nutrisi
Hormone kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap
pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan
persentase karkas. Hasil penelitian diperoleh bahwa, jenis kelamin jantan
memiliki performa produksi (pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering
dan efisiensi penggunaan pakan) dan status faal (suhu tubuh, respirasi dan pulsus)
yang lebih tinggi dibanding ternak betina. Perbedaan pertambahan bobot badan
9
dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon.
Hormon tersebut adalah somatotropin (STH, GH) yang memiliki aktivitas utama
dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan
berpengaruh terhadap metabolisme lipida; triodothyopina (thyroxin)
meningkatkan laju metabolik dalam tubuh; glikogen meningkatkan glukosa darah,
stimulasi katabolisme protein dan lemak; androgen untuk meningkatkan perilaku
kelamin jantan; estrogen berpengaruh terhadap perilaku jenis kelamin betina;
glukokortikoid dapat menstimulasi sintesa karbohidrat, pemecahan protein
laktogen, menstimulasi aktivitas hormone pertumbuhan dari hipofisa dan prolatin.
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Gambar. 1. Peta karkas daging domba
10
Kualitas Karkas
Daging domba tergolong ke dalam daging merah, memiliki kadar lemak
total dan kalori yang rendah, sehingga dianggap sebagai daging sehat. Daging
domba telah digunakan sebagai makanan terapi pada pasien hiperlipemik di
rumah sakit Staten Island Medical Center. Kualitas daging domba di dataran
rendah lebih baik daripada di daerah pantai serta dipengaruhi juga oleh faktor
umur domba.
Perubahan warna atau penyimpangan warna terjadi karena terdapat
memar, pendarahan, freeze burn, dan atau perubahan warna lainnya yang
disebabkan oleh mikroorganisme atau zat zat kontaminan. Memar adalah
perubahan warna dan konsistensi pada daging akibat benturan fisik. Freeze burn
adalah perubahan warna pada daging karena terjadi kontak dengan permukaan
yang sangat dingin, dibawah temperature -18 derajat celcius. Ketebalan lemak
karkas adalah jaringan lemak subkutan (sub cutaneous) Konformasi karkas adalah
jaringan otot skeletal dan jaringan lemak sebagai unit komersialyang berhubungan
dengan ukuran tulang rangka (skeleton). Karkas yang berasal dari domba jantan
dewasa yang telah mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih
yang sudah terkikis
Standard potongan karkas daging dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tender Loin
2. Leg Shoulder Rack
3. Breast Flank Shank
11
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Gambar. 2. Potongan Karkas Daging Domba
Teknik Pemotongan Domba
Teknis pemotongan domba menurut Soeparno (1998) adalah:
1. Karkas domba diperoleh dengan cara memotong kepala diantara tulang
occipital dengan tulang tengkuk pertama. Kaki depan dipotong diantara
karpus dan metacarpus, kaki belakang dipotong diantara tarsus dan meta
tarsus
2. Karkas paruh depan dan paruh belakang diperoleh dengan memotong/
membelah karkas domba diantara tulang rusuk ke 12 dan 13
3. Karkas paruh kiri dan kanan diperoleh dengan membelah/memotong karkas
domba sepanjang tulang belakang dan sternum.
12
4. Daging prosot (side) adalah merupakan daging karkas paruh kiri atau kanan
yang diperoleh dengan memisahkan semua tulang, tulang rawan, legamentum
nuchae dan limfonodus.
5. Has (tenderloin) diperoleh dengan jalan memotong yang dilakukakan pada
tulang pelvis, selanjutnya dipisahkan dari tulang illium dengan cara menarik
otot tersebut. Lapisan lemak atas dan bawah dibersihkan, bagian lemak antara
musculus illiacus dan musculus psoasmajor dipertahankan.
6. Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12
dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral
terakhir dan flank.
7. Leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paruh belakang dengan loin
atara lumbo sacral terakhir dan flank.
8. Shoulder diperoleh dengan cara memotong karkas bagian depan diantara
rusuk ke 5 atau 6
9. Rack merupakan potongan yang diperoleh dari potongan bagian depan antara
rusuk ke 5 atau 6 dengan rusuk ke 12 atau 13.
10. Breast merupakan potongan yang diperoleh dari pertautan rusuk pertama dan
sternum ke belakang hingga rusuk ke 11.
11. Fore shank merupakan potongan yang diperoleh dengan memisahkan pankal
humerus denagn karkas bagian depan.
12. Flank merupakan potongan yang diperoleh dari rusuk ke 11 hingga mencapai
Inglinguinalis
13
Teknik Penyembelihan Ternak
Pemuasaan.
Sebelum dilakukan pemotongan ternak dipuasakan selama 12 jam untuk
mendapatkan berat hidup kosong.
Penyembelihan.
1) Penyembelihan dilakukan secara Islam;
2) Pengeluaran darah sebanyak-banyaknya;
3) Pemisahan kepala dari tubuhnya setelah ternak benar-benar mati; dan
4) Penyiapan karkas termasuk pengulitan.
Pengulitan.
Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan
pengulitan. Cara pengulitan yang dilakukan adalah dengan cara digantung, kaki
bagian belakang di atas dan bagian kepala sebelah bawah. Pada ternak ruminansia
kecil, kulit tidak melekat erat pada karkas, kecuali bagian rusuk.
Pemotongan Karkas
Setelah disembelih dilakukan pengambilan data berat karkas, kulit, kaki,
kepala, paru-paru, jantung, hati dan terakhir saluran pencernaan untuk ditimbang.
Karkas adalah hasil pemotongan hewan setelah dikurangi kepala, kedua kaki
depan dari carpus kebawah dan kedua kaki belakang dari tarsus kebawah, kulit,
darah dan organ-organ dalam (Soeparno, 1994). Nonkarkas adalah hati, kulit,
kaki, kepala, paru-paru, jantung dan saluran pencernaan (Soeparno, 1994).
14
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap domba local sebanyak 40 ekor yang
terdiri dari 20 ekor domba betina dan 20 ekor domba jantan, yang berumur 6
bulan sampai 3 tahun.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di tempat pemotongan ternak tradisional
milik Bapak Bahri desa Teja Barat Kecamatan Pademawu Kabupaten
Pamekasan, dengan peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 50 kg
merk Berhell, pisau, dan tali.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April sampai 31 Mei 2015
Metode
Satu hari sebelum pemotongan, ternak domba dititipkan di tempat
pemotonngan untuk diperiksa oleh petugas kesehatan hewan. Sebelum dipotong,
ternak domba dipisahkan dengan alasan agar perkembangan bakteri Dpat
dikendalikan. Pemotongan dilakukan sekitar pukul 10.00 pagi.
Masing-masing ternak domba yang akan dipotong ditimbang untuk
mendapatkan bobot hidup dengan cara meletakkan ternak domba pada kain goni,
kemjudian digantung pada timbangan.
15
Pemotongan ternak domba dilakukan secara islami agar karkas yang
dihasilkan halal. Setelah ternak domba mati, dilakukan pengulitngeluarkan isi
perut, memisahkan kepala dan kaki, kemudian karkas ditimbang sebagai bobot
karkas.
Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
Teknik Analisis Data
Analisis data guna menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah
diajukan, dirumuskan, digunakan teknik analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif yaitu berupa tabulasi, persentasi, tabel frekuensi dengan analisis
pendugaan.
Bobot karkas (kg)% Karkas = ________________________ x 100 %
Bobot hidup (kg)
16
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perbedaan Bobot Karkas Domba Betina
Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
Tabel. 3. Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina
No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)1 10 3,412 11 4,133 12 4,854 13 5,575 14 6,296 15 7,017 16 7,738 17 8,459 18 9,17
10 19 9,8911 20 10,6112 21 11,3313 22 12,0514 23 12,7715 24 13,4916 25 14,2117 26 14,9318 27 15,6519 28 16,3720 29 17,09
Bobot karkas (kg)% Karkas = ________________________ x 100 %
Bobot hidup (kg)
17
Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan
Tabel. 4. Pendugaan Bobot Karkas Domba
Jantan
No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)
1 10 2,942 11 3,843 12 4,744 13 5,645 14 6,546 15 7,447 16 8,348 17 9,249 18 10,14
10 19 11,0411 20 11,9412 21 12,8413 22 13,7414 23 14,6415 24 15,5416 25 16,4417 26 17,3418 27 18,2419 28 19,1420 29 20,04
18
Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa berat potong domba dengan jenis
kelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dan
non karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba
jantan.
Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.
Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang paling
tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisi
eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dan
nonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentase
karkas yang dihasilkannya karena setiap kenaikan berat potong akan diikuti oleh
kenaikan berat karkas.
Tabel. 5. Bobot karkas domba betina
Jenis KelaminDomba (N)
Bobot domba hidup, kg(X)
Bobot karkas, kg (Y)
1 21 5,642 18 10,143 19 11,044 16 8,345 25 16,446 21 12,847 14 6,548 17 9,249 17 9,2410 17 9,2411 13 5,6412 16 8,3413 17 9,2414 18 10,1415 12 4,74
19
16 23 14,6417 19 11,0418 13 5,6419 14 6,5420 15 7,44
Jumlah 345 182.1
Tabel. 6. Bobot potong dan bobot hidup domba jantan
Jenis Kelamin
Domba (N)
Bobot domba hidup, kg
(X)
Bobot karkas, kg (Y)
1 16 2,01
2 37 18,24
3 29 11,94
4 34 15,54
5 38 19,14
6 21 5,64
7 28 11,04
8 24 7,44
9 40 20,94
10 25 9,24
11 24 7,44
12 21 5,64
13 29 11,94
14 20 4,74
15 31 13,74
16 24 7,44
17 26 9,24
18 22 13,74
19 20 4,74
20
20 28 11,04
Jumlah 537 210,87
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Berat potong domba dengan jenis kelamin berbeda memberikan pengaruh
yang nyata terhadap produksi karkas dan non karkas dengan prosentase
hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba jantan.
2. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.
Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang
paling tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat
hidup dan kondisi eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh
terhadap persentase karkas dan nonkarkas. Perbedaan berat potong akan
sangat berpengaruh terhadap persentase karkas yang dihasilkannya karena
setiap kenaikan berat potong akan diikuti oleh kenaikan berat karkas.
Saran
21
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, maka saran yang ingin
disampaikan penulis yaitu:
1. Bagi perguruan tinggi dijadikan sebagai bahan acuan dan pembanding
kegiatan penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan
peningkatan dan pengembangan usaha domba.
1. Bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam
mempertahankan dan mengembangkan usaha agribisnis domba di
Kabupaten Pamekasan untuk membantu peternak agar dapat memprediksi
bobot karkas yang dihasilkan lebih baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rauf, Dj., 1988. Pengaruh Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap PersentaseBobot Karkas Domba Ekor Gemuk Serta Hasil Ikutannnya Di LembahPalu. Skripsi. Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung
Amin, M.R., Husain, S.S., dan Islam, A.B.M.M., 2000. Analisis berat danpersentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan beratbagian tubuh non karkas pada dua tingkatan umur. J. IPTG. 3(1).
Dirjen Peternakan, 2000. Menggali potensi ternak lokal untuk mencukupikebutuhan protein hewani. Makalah Seminar Nasional: PeningkatanProduktivitas Ternak Lokal
Isroil. 2001. Evaluasi terhadap Pendugaan Bobot Badan Domba PrianganBerdasarkan Ukuran Tubuh. Jurnal Ilmiah Saintkes (UniversitasSemarang) Vol. VIII No. 2. ISSN 0854-763X
Pamungkas, D., Umiyasih, U., dan Yusran, M.A., 1992. Analisis berat danpersentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan beratbagian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor
Prabowo, A., R. Sunarlim, A. Djajanegara Dan K. Diwyanto. 1994. PenilaianKualitas Karkas dan Potensi Pasar Daging Impor Domba dari Australia.Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
Rianto, E., E. Lindasari, dan E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponenfisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi denganaras berbeda. J. Animal Production.