36
PERBEDAAN BOBOT KARKAS BERDASARKAN BOBOT POTONG DOMBA DENGAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Disusun Oleh : RIZQIYA NUR ANNISA. NPM. 1054231168 UNIVERSITAS MADURA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PAMEKASAN 2017

PERBEDAAN BOBOT KARKAS BERDASARKAN BOBOT POTONG

Embed Size (px)

Citation preview

PERBEDAAN BOBOT KARKAS BERDASARKAN BOBOT POTONGDOMBA DENGAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi PersyaratanMendapatkan Gelar Sarjana Pertanian

Disusun Oleh :

RIZQIYA NUR ANNISA.NPM. 1054231168

UNIVERSITAS MADURAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKANPAMEKASAN

2017

ii

RINGKASAN

Domba merupakan ternak penghasil daging yang banyak dibutuhkan olehmasyarakat, terutama konsumen sate dan gulai. Selama ini, peran domba lokalsangat penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi pada saat hari raya IdulAdha (kurban). Kebutuhan domba pada saat itu mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Permintaan konsumsi daging terus meningkat sejalan jumlah pendudukyang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi dagingdalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal diIndonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalahsebagai berikut: (1). Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobotpotong (2). Bagaimana perbedaan karkas domba jantan dan betina (3). Bagaimanaperbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yangberbeda, dengan Tujuan Peneitian untuk mengetahui lebih jauh tentang (1).Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong (2). Perbedaan karkas dombajantan dan betina (3). Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong denganjenis kelamin yang berbeda, yang bermanfaat Penelitian bagi (1) perguruan tinggisebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan penelitian selanjutnya dalamkeikutsertaan pembangunan peningkatan dan pengembangan usaha domba. (2)bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam mempertahankan danmengembangkan usaha agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan untukmembantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan.

Penelitian dilaksanakan dengan obyek penelitian aktivitas produksi jagaldomba lokal jantan dan betina. Sampel yang digunakan adalah ternak dombajantan dan betina lokal sebanyak 40 ekor. Sampel dibagi masing-masing 20 ekorbetina dan 20 ekor jantan. Data yang diambil adalah bobot domba hidup danbobot karkas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berat potong domba dengan jeniskelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dannon karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% dombajantan. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang palingtinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisieksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dannonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentasekarkas yang dihasilkannya karena setiap kenaikan berat potong akan diikuti olehkenaikan berat karkas.

Kata kunci: Domba jantan dan betina, Persentase karkas dan nonkarkas.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan

hidayaah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ”

Pendugaan Bobot Karkas Berdasarkan Bobot Potong Domba Dengan Jenis

Kelamin Yang Berbeda” yang merupakan prasyarat akademis untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian pada Universitas Madura

Pamekasan, dengan baik.

Dalam penulisan Skripsi ini, banyak pihak yang memberikan sumbangan

baik pikiran, tuntunan, dukungan, dan semangat guna kesempurnaan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Ir. Suparno, M.Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Madura Pamekasan.

2. Bapak Ir. Joko Purdiyanto, MP. selaku pembimbing Program Studi

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Madura Pamekasan

4. Bapak Bahri, Peternak dan Rumah Potong Domba di desa Teja Barat

Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.

5. Kedua orangtuaku dan adik-adikku yang mendukung kesuksesan studiku

6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

iv

Akhirnya dengan segala keterbukaan, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini.

Pamekasan, Maret 2017

Penulis

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPULHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iRINGKASAN………………………………………...….………………………..iiKATA PENGANTAR ...........................................................................................iiiDAFTAR ISI ..........................................................................................................ivDAFTAR TABEL ..................................................................................................viDAFTAR GAMBAR………………………………….………………...……….viiDAFTAR LAMPIRAN……………………………….…………………………viiiPENDAHULUAN

Latar Belakang ……....................................................................................1Perumusan Masalah ....................................................................................3Tujuan penelitian .........................................................................................3Manfaat Penelitian ......................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKALandasan Teori ……………………………….…………………..……….5

Pengertian Karkas………………..………………………..……....5Pertumbuhan Karkas………………..……………………...……...7Kualitas Karkas…….…………………..…………..………..…...10

Teknik Pemotongan Domba………………………………………...........11Teknik Penyembelihan Ternak..................................................................13

METODE PENELITIANSampel Penelitian……………………………………………..………….14

Lokasi Penelitian………………………………………………....14Waktu Penelitian………………………………………………………....14Metode……………………………………………………………………14Teknik Analisis data………..……..……………………………………...15

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHasil Penelitian.....……………………………………………………….16Pembahasan..………………..……………….…………………………...17

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan…………….……….………….…………………………….20Saran………..…………….………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………..………….22LAMPIRAN……………………………………………………………………...23

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Karakteristik dari Karkas Domba…….…………………………………………62. Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling………..….....73. Pendugaan bobot karkas domba betina……………………………………..…164. Pendugaan bobot karkas domba jantan…………………………………...…...175. Bobot karkas domba betina................................................................................186. Bobot potong dan bobot hidup domba jantan.……………………………....19

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Peta Karkas daging domba…………………...…………..……………………..92. Potongan Karkas Daging Domba.......................................................................11

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Pengamatan Hasil Pemotongan ……………...…….………………….…232. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina……………...………….253. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan…………………………264. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina………………...………..275. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan………………...………..28

23

Lampiran 1. Pengamatan hasil Pemotongan

BETINA

No Tgl Pemilik

domba

Umur Jenis

kelamin

Bobot

Hidup

Bobot

Potong

Berat

Karkas

%

Karkas

1 2.4.16 Bahri 15 bl Betina 21 13 5,64 26,86

2 2.4.16 Zahri 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33

3 2.4.16 Bahri 13 bl Betina 19 11 11,04 58,11

4 2.4.16 Zahri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13

5 3.4.16 Dalli 19 bl Betina 25 14 16,44 65,76

6 3.4.16 Burhan 15 bl Betina 21 11 12,84 61,14

7 4.4.16 Hotim 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71

8 4.4.16 Karman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35

9 4.4.16 Sleman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35

10 5.4.16 Pandi 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35

11 5.4.16 Hodri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38

12 5.4.16 Badri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13

13 6.4.16 Husnul 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35

14 6.4.16 Hari 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33

15 6.4.16 Sulton 6 bl Betina 12 4 4,74 39,50

16 7.4.16 Bahri 17 bl Betina 23 10 14,64 63,65

17 7.4.16 Zahri 13 bl Betina 19 10 11,04 58,11

18 8.4.16 Bahri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38

19 8.4.16 Zahri 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71

20 8.4.16 Dalli 9 bl Betina 15 7 7,44 49,60

Jumlah 345 174 182.1 52,78

24

JANTAN

No Tgl Pemilik

domba

Umur Jenis

kelamin

Bobot

Hidup

Bobot

Potong

Berat

Karkas

%

Karkas

21 9.4.16 Bahri 10 bl Jantan 16 8 2,01 12,56

22 9.4.16 Zahri 31 bl Jantan 37 27 18,24 49,29

23 10.4.16 Bahri 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17

24 10.4.16 Zahri 28 bl Jantan 34 24 15,54 45,71

25 11.4.16 Dalli 32 bl Jantan 38 28 19,14 50,37

26 11.4.16 Bahri 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86

27 12.4.16 Zahri 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,43

28 12.4.16 Bahri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00

29 13.4.16 Zahri 34 bl Jantan 40 30 20,94 52,35

30 13.4.16 Dalli 19 bl Jantan 25 17 9,24 36,96

31 14.4.16 Burhan 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00

32 14.4.16 Hotim 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86

33 15.4.16 Karman 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17

34 15.4.16 Sleman 14 bl Jantan 20 12 4,74 23,70

35 16.4.16 Pandi 25 bl Jantan 31 22 13,74 44,32

36 16.4.16 Hodri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00

37 17.4.16 Badri 20 bl Jantan 26 17 9,24 36,96

38 17.4.16 Husnul 16 bl Jantan 22 14 13,74 62,45

39 18.4.16 Hari 14 b Jantan 20 12 4,74 23,70

40 18.4.16 Sulton 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,42

Jumlah 537 360 210,87 39,27

25

Lampiran. 2: Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina

SampelBobot Potong (kg)

XBobot Karkas (kg)

Y1 21 5,64

2 18 10,14

3 19 11,04

4 16 8,34

5 25 16,44

6 21 12,84

7 14 6,54

8 17 9,24

9 17 9,24

10 17 9,24

11 13 5,64

12 16 8,34

13 17 9,24

14 18 10,14

15 12 4,74

16 23 14,64

17 19 11,04

18 13 5,64

19 14 6,54

20 15 7,44

Jumlah 345 182.1

26

Lampiran 3. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan

SampelBobot Potong (kg)

XBobot Karkas (kg)

Y1 16 2,01

2 37 18,24

3 29 11,94

4 34 15,54

5 38 19,14

6 21 5,64

7 28 11,04

8 24 7,44

9 40 20,94

10 25 9,24

11 24 7,44

12 21 5,64

13 29 11,94

14 20 4,74

15 31 13,74

16 24 7,44

17 26 9,24

18 22 13,74

19 20 4,74

20 28 11,04

Jumlah 537 210,87

27

Lampiran 4. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina

Jenis Kelamin

Domba (N)

Bobot domba hidup, kg

(X)

Bobot domba karkas, kg

(Y)

1 21 13

2 18 10

3 19 11

4 16 8

5 25 14

6 21 11

7 14 6

8 17 9

9 17 9

10 17 9

11 13 5

12 16 8

13 17 9

14 18 10

15 12 4

16 23 10

17 19 10

18 13 5

19 14 6

20 15 7

Jumlah 345 174

28

Lampiran 5. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan

Jenis Kelamin

Domba (N)

Bobot domba hidup, kg

(X)

Bobot domba potong, kg

(Y)

1 16 8

2 37 27

3 29 20

4 34 24

5 38 28

6 21 13

7 28 19

8 24 15

9 40 30

10 25 17

11 24 15

12 21 13

13 29 20

14 20 12

15 31 22

16 24 15

17 26 17

18 22 14

19 20 12

20 28 19

Jumlah 537 360

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi pengembangan ternak di Indonesia khususnya ternak domba hingga

kini memiliki potensi maksimal. Sebagian besar keberhasilan usaha peternakan

ditentukan oleh kebutuhan untuk pertumbuhan, diantaranya makanan yang

diperlukan ternak domba untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah

bobot badan, untuk proses reproduksi (kebuntingan), dan diperlukan untuk

memproduksi air susu.

Di Indonesia, ternak ruminansia kecil seperti domba memiliki peran yang

penting terutama untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengentasan

kemiskinan (Sodiq, 2004). Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak domba

sangat potensial bila diusahakan secara komersial sebab memiliki beberapa

kelebihan dan potensi ekonomi diantaranya tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai

dewasa, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas,

investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat

berputar. Kelebihan lain ternak domba yaitu adaptasi yang tinggi terhadap

lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek pemasaran

yang baik.

Domba merupakan ternak penghasil daging yang banyak dibutuhkan oleh

masyarakat, terutama konsumen sate dan gulai. Selama ini, peran domba lokal

sangat penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi pada saat hari raya Idul

Adha (kurban). Kebutuhan domba pada saat itu mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Permintaan konsumsi daging terus meningkat sejalan jumlah penduduk

2

yang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi daging

dalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal di

Indonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.

Permintaan terhadap domba cukup tinggi karena selain untuk dikonsumsi

harian juga dibutuhkan dalam ibadah qurban bagi umat Islam di Indonesia setiap

tahun. Populasi domba nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya berkisar

1,9-5,6% pada kurun waktu 2009-2014. Populasi domba pada tahun 2009

sebanyak 15,81 juta ekor dan meningkat menjadi 18,57 juta ekor pada tahun 2014.

Angka pemotongan ternak tercatat tahun 2012 menunjukkan bahwa domba

menempati urutan pertama, kemudian diikuti oleh sapi, babi dan domba. Domba

lokal Indonesia tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan populasi

terbanyak dibandingkan domba jenis lainnya. Domba lokal merupakan ternak

penghasil daging yang memiliki nilai persentase karkas berkisar 43- 44%.

Jika ditinjau dari aspek pemeliharaannya, domba lokal kebanyakan

dipelihara dan dikembangbiakkan secara tradisional dengan manajemen

pemeliharaan yang sederhana sehingga kualitas produksinya sangat beragam.

Pertumbuhan dan produksi karkas selain dipengaruhi oleh manajemen

pemeliharaan juga dipengaruhi oleh bangsa ternak, besar kecilnya ukuran tubuh,

umur ternak, bobot pada saat dipotong, juga kondisi tubuh tersebut. Pada

umumnya domba yang dipotong tidak didasarkan pada bobot potong yang

semestinya. Hal ini dapat menyebabkan produksi karkas yang dihasilkan juga

beragam baik kualitas maupun kuantitasnya.

3

Potensi domba lokal sebagai penghasil daging cukup tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah pemotongan domba setiap harinya selalu tinggi, termasuk

betina produktif. Produksi daging akan berubah dari ternak muda sampai ternak

dewasa dan dipengaruhi oleh beragam faktor seperti: bangsa dan jenis ternak,

jenis kelamin, pakan, serta bobot tubuh dan umur.

Komposisi dan bobot karkas dipengaruhi bobot hidup, meskipun hal ini

tergantung pada bangsa, jenis kelamin, perawatan, tata ransum dan proses

pemotongan.

Karkas merupakan hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomi

yang tinggi. Di Negara-negara maju, nonkarkas kurang memiliki nilai ekonomis

namun di Indonesia hasil permotongan ternak yang berupa nonkarkas masih

mempunyai nilai ekonomi . Berlatar belakang hal diatas, penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui prediksi bobot karkas domba lokal dengan mengunakan

prediktor bobot potong.

Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong

2. Bagaimana perbedaan karkas domba jantan dan betina

3. Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis

kelamin yang berbeda.

4

Tujuan Peneitian

Untuk mengetahui lebih jauh tentang:

1. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong

2. Perbedaan karkas domba jantan dan betina

3. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yang

berbeda.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Berguna bagi perguruan tinggi sebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan

penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan peningkatan dan

pengembangan usaha domba.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam

menetapkan kebijakan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha

agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan.

3. Membantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pengertian Karkas

Karkas domba adalah tubuh domba sehat yang telah disembelih, utuh atau

dibelah membujur sepanjang tulang belakangnya, setelah dikuliti, isi perut

dikeluarkan tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin domba jantan atau

domba betina yang telah melahirkan dipisahkan dengan/atau tanpa ekor. Kepala

dipotong diantara tulang ocipital (os occipitale) dengan tulang tengkuk pertama

(Os atlas). Kaki depan dipotong diantara carpus dan metacarpus; kaki belakang

dipotong diantara tarsus dan metatarsus. Jika diperlukan untuk memisahkan ekor,

maka paling banyak dua ruas tulang belakang coccygeal (Os caudalis) terikut

pada karkas.

Karkas domba adalah bagian tubuh dari domba sehat yang telah

disembelih secara halal sesuai dengan syariat agama. Telah dikuliti, dikeluarkan

jeroan, dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah,

organ reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Daging: adalah bagian

otot skeletal dari karkas domba yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh

manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin atau daging beku.

Berikut adalah karakteristik dari karkas daging domba:

6

Tabel. 1. Karakteristik Karkas Domba

Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.

Daging segar adalah daging yang belum diolah atau tidak ditambah

dengan bahan apapun. Daging segar dingin adalah daging yang mengalami proses

pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperature bagian dalam daging

antara 0 - 4 derajat celcius. Daging beku adalah daging segar yang sudah

mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperature

minimum – 18 derajat celcius. Marbling adalah butiran lemak putih yang tersebar

dalam jaringan otot daging /lemak intra muskuler (Suparno, 1994).

Klasifikasi karkas daging domba berdasarkan umur dan jenis kelamin:

1. Lamb ( muda): karkas yang berasal dari domba berumur dibawah satu tahun

yang belum dewasa kelamin dan belum terdapat gigi seri permanent.

2. Yearling mutton (dewasa): Karkas yang berasal dari domba yang berumur

lebih dari satu tahun yang sudah dewasa kelamin dan 1 gigi seri permanent

terkikis.

7

3. Older mutton: Karkas yang berasal dari domba jantan dewasa yang telah

mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih yang sudah

terkikis.

Tabel. 2.

Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling

Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.

Pertumbuhan Karkas

Butterfield (1988) menyatakan bahwa konformasi karkas merupakan hasil

pertumbuhan dan perkembangan karkas. Panjang karkas banyak ditentukan oleh

panjang tulang permanen sedangkan lebar karkas ditentukan oleh pertumbuhan

urat daging di daerah sekitar dada. Peneliti lain melaporkan bahwa pada domba,

jika bobot karkas meningkat maka ukuran-ukuran lebar karkas meningkat lebih

cepat dibandingkan dengan ukuran-ukuran panjang, sehingga indeks kebapuhan

dan konformasi karkas meningkat.

Awal pertumbuhan ternak dimulai dari tulang, otot (daging) dan terakhir

lemak tulang merupakan komponen karkas yang paling cepat berhenti

pertumbuhannya dibandingkan otot dan lemak. persentase bobot karkas domba

8

adalah lebih rendah dibandingkan domba karena proporsi kulit, bulu dan alat

pencernaannya lebih tinggi pada domba. Penilaian komposisi karkas ada tiga

variabel yang penting, yaitu tulang, daging dan lemak karkas, apabila ada proporsi

yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki lebih sedikit atau kedua

variabel sebagai sisanya.

Bobot hidup, karkas dan persentase karkas domba jantan local adalah lebih

tinggi dibandingkan dengan domba betina lokal dengan menggunakan dua macam

pakan berbeda diperoleh bobot hidup 22,33 dan 24,93 kg, bobot karkas 10,00 dan

11,20 kg serta persentase karkas 44,48 – 44,98 %. Domba dengan bobot hidup 23,08

kg diperoleh bobot karkas 9,54 kg dan persentase karkas 40,13% yang relative sama

dengan penelitian. Adapun domba jantan berukuran kecil ternyata bobot hidup 56,5

kg, bobot karkas 27,8 kg dan persentase karkas 49,3 % yang ternyata jauh lebih tinggi

dibandingkan domba lokal.

Persentase daging dan tulang lebih tinggi, sementara persentase lemak

domba lebih rendah daripada domba dalam perlakuan yang sama. Perbedaan ini

disebabkan karena laju pertumbuhan masing-masing komponen jaringan karkas

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah bangsa ternak, dipengaruhi

pula oleh spesies, umur dan nutrisi

Hormone kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap

pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan

persentase karkas. Hasil penelitian diperoleh bahwa, jenis kelamin jantan

memiliki performa produksi (pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering

dan efisiensi penggunaan pakan) dan status faal (suhu tubuh, respirasi dan pulsus)

yang lebih tinggi dibanding ternak betina. Perbedaan pertambahan bobot badan

9

dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon.

Hormon tersebut adalah somatotropin (STH, GH) yang memiliki aktivitas utama

dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan

berpengaruh terhadap metabolisme lipida; triodothyopina (thyroxin)

meningkatkan laju metabolik dalam tubuh; glikogen meningkatkan glukosa darah,

stimulasi katabolisme protein dan lemak; androgen untuk meningkatkan perilaku

kelamin jantan; estrogen berpengaruh terhadap perilaku jenis kelamin betina;

glukokortikoid dapat menstimulasi sintesa karbohidrat, pemecahan protein

laktogen, menstimulasi aktivitas hormone pertumbuhan dari hipofisa dan prolatin.

Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.

Gambar. 1. Peta karkas daging domba

10

Kualitas Karkas

Daging domba tergolong ke dalam daging merah, memiliki kadar lemak

total dan kalori yang rendah, sehingga dianggap sebagai daging sehat. Daging

domba telah digunakan sebagai makanan terapi pada pasien hiperlipemik di

rumah sakit Staten Island Medical Center. Kualitas daging domba di dataran

rendah lebih baik daripada di daerah pantai serta dipengaruhi juga oleh faktor

umur domba.

Perubahan warna atau penyimpangan warna terjadi karena terdapat

memar, pendarahan, freeze burn, dan atau perubahan warna lainnya yang

disebabkan oleh mikroorganisme atau zat zat kontaminan. Memar adalah

perubahan warna dan konsistensi pada daging akibat benturan fisik. Freeze burn

adalah perubahan warna pada daging karena terjadi kontak dengan permukaan

yang sangat dingin, dibawah temperature -18 derajat celcius. Ketebalan lemak

karkas adalah jaringan lemak subkutan (sub cutaneous) Konformasi karkas adalah

jaringan otot skeletal dan jaringan lemak sebagai unit komersialyang berhubungan

dengan ukuran tulang rangka (skeleton). Karkas yang berasal dari domba jantan

dewasa yang telah mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih

yang sudah terkikis

Standard potongan karkas daging dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tender Loin

2. Leg Shoulder Rack

3. Breast Flank Shank

11

Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.

Gambar. 2. Potongan Karkas Daging Domba

Teknik Pemotongan Domba

Teknis pemotongan domba menurut Soeparno (1998) adalah:

1. Karkas domba diperoleh dengan cara memotong kepala diantara tulang

occipital dengan tulang tengkuk pertama. Kaki depan dipotong diantara

karpus dan metacarpus, kaki belakang dipotong diantara tarsus dan meta

tarsus

2. Karkas paruh depan dan paruh belakang diperoleh dengan memotong/

membelah karkas domba diantara tulang rusuk ke 12 dan 13

3. Karkas paruh kiri dan kanan diperoleh dengan membelah/memotong karkas

domba sepanjang tulang belakang dan sternum.

12

4. Daging prosot (side) adalah merupakan daging karkas paruh kiri atau kanan

yang diperoleh dengan memisahkan semua tulang, tulang rawan, legamentum

nuchae dan limfonodus.

5. Has (tenderloin) diperoleh dengan jalan memotong yang dilakukakan pada

tulang pelvis, selanjutnya dipisahkan dari tulang illium dengan cara menarik

otot tersebut. Lapisan lemak atas dan bawah dibersihkan, bagian lemak antara

musculus illiacus dan musculus psoasmajor dipertahankan.

6. Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12

dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral

terakhir dan flank.

7. Leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paruh belakang dengan loin

atara lumbo sacral terakhir dan flank.

8. Shoulder diperoleh dengan cara memotong karkas bagian depan diantara

rusuk ke 5 atau 6

9. Rack merupakan potongan yang diperoleh dari potongan bagian depan antara

rusuk ke 5 atau 6 dengan rusuk ke 12 atau 13.

10. Breast merupakan potongan yang diperoleh dari pertautan rusuk pertama dan

sternum ke belakang hingga rusuk ke 11.

11. Fore shank merupakan potongan yang diperoleh dengan memisahkan pankal

humerus denagn karkas bagian depan.

12. Flank merupakan potongan yang diperoleh dari rusuk ke 11 hingga mencapai

Inglinguinalis

13

Teknik Penyembelihan Ternak

Pemuasaan.

Sebelum dilakukan pemotongan ternak dipuasakan selama 12 jam untuk

mendapatkan berat hidup kosong.

Penyembelihan.

1) Penyembelihan dilakukan secara Islam;

2) Pengeluaran darah sebanyak-banyaknya;

3) Pemisahan kepala dari tubuhnya setelah ternak benar-benar mati; dan

4) Penyiapan karkas termasuk pengulitan.

Pengulitan.

Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan

pengulitan. Cara pengulitan yang dilakukan adalah dengan cara digantung, kaki

bagian belakang di atas dan bagian kepala sebelah bawah. Pada ternak ruminansia

kecil, kulit tidak melekat erat pada karkas, kecuali bagian rusuk.

Pemotongan Karkas

Setelah disembelih dilakukan pengambilan data berat karkas, kulit, kaki,

kepala, paru-paru, jantung, hati dan terakhir saluran pencernaan untuk ditimbang.

Karkas adalah hasil pemotongan hewan setelah dikurangi kepala, kedua kaki

depan dari carpus kebawah dan kedua kaki belakang dari tarsus kebawah, kulit,

darah dan organ-organ dalam (Soeparno, 1994). Nonkarkas adalah hati, kulit,

kaki, kepala, paru-paru, jantung dan saluran pencernaan (Soeparno, 1994).

14

METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap domba local sebanyak 40 ekor yang

terdiri dari 20 ekor domba betina dan 20 ekor domba jantan, yang berumur 6

bulan sampai 3 tahun.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di tempat pemotongan ternak tradisional

milik Bapak Bahri desa Teja Barat Kecamatan Pademawu Kabupaten

Pamekasan, dengan peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 50 kg

merk Berhell, pisau, dan tali.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April sampai 31 Mei 2015

Metode

Satu hari sebelum pemotongan, ternak domba dititipkan di tempat

pemotonngan untuk diperiksa oleh petugas kesehatan hewan. Sebelum dipotong,

ternak domba dipisahkan dengan alasan agar perkembangan bakteri Dpat

dikendalikan. Pemotongan dilakukan sekitar pukul 10.00 pagi.

Masing-masing ternak domba yang akan dipotong ditimbang untuk

mendapatkan bobot hidup dengan cara meletakkan ternak domba pada kain goni,

kemjudian digantung pada timbangan.

15

Pemotongan ternak domba dilakukan secara islami agar karkas yang

dihasilkan halal. Setelah ternak domba mati, dilakukan pengulitngeluarkan isi

perut, memisahkan kepala dan kaki, kemudian karkas ditimbang sebagai bobot

karkas.

Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai

berikut:

Teknik Analisis Data

Analisis data guna menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah

diajukan, dirumuskan, digunakan teknik analisis dengan menggunakan analisis

deskriptif yaitu berupa tabulasi, persentasi, tabel frekuensi dengan analisis

pendugaan.

Bobot karkas (kg)% Karkas = ________________________ x 100 %

Bobot hidup (kg)

16

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Perbedaan Bobot Karkas Domba Betina

Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai

berikut:

Tabel. 3. Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina

No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)1 10 3,412 11 4,133 12 4,854 13 5,575 14 6,296 15 7,017 16 7,738 17 8,459 18 9,17

10 19 9,8911 20 10,6112 21 11,3313 22 12,0514 23 12,7715 24 13,4916 25 14,2117 26 14,9318 27 15,6519 28 16,3720 29 17,09

Bobot karkas (kg)% Karkas = ________________________ x 100 %

Bobot hidup (kg)

17

Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan

Tabel. 4. Pendugaan Bobot Karkas Domba

Jantan

No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)

1 10 2,942 11 3,843 12 4,744 13 5,645 14 6,546 15 7,447 16 8,348 17 9,249 18 10,14

10 19 11,0411 20 11,9412 21 12,8413 22 13,7414 23 14,6415 24 15,5416 25 16,4417 26 17,3418 27 18,2419 28 19,1420 29 20,04

18

Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa berat potong domba dengan jenis

kelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dan

non karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba

jantan.

Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.

Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang paling

tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisi

eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dan

nonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentase

karkas yang dihasilkannya karena setiap kenaikan berat potong akan diikuti oleh

kenaikan berat karkas.

Tabel. 5. Bobot karkas domba betina

Jenis KelaminDomba (N)

Bobot domba hidup, kg(X)

Bobot karkas, kg (Y)

1 21 5,642 18 10,143 19 11,044 16 8,345 25 16,446 21 12,847 14 6,548 17 9,249 17 9,2410 17 9,2411 13 5,6412 16 8,3413 17 9,2414 18 10,1415 12 4,74

19

16 23 14,6417 19 11,0418 13 5,6419 14 6,5420 15 7,44

Jumlah 345 182.1

Tabel. 6. Bobot potong dan bobot hidup domba jantan

Jenis Kelamin

Domba (N)

Bobot domba hidup, kg

(X)

Bobot karkas, kg (Y)

1 16 2,01

2 37 18,24

3 29 11,94

4 34 15,54

5 38 19,14

6 21 5,64

7 28 11,04

8 24 7,44

9 40 20,94

10 25 9,24

11 24 7,44

12 21 5,64

13 29 11,94

14 20 4,74

15 31 13,74

16 24 7,44

17 26 9,24

18 22 13,74

19 20 4,74

20

20 28 11,04

Jumlah 537 210,87

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berat potong domba dengan jenis kelamin berbeda memberikan pengaruh

yang nyata terhadap produksi karkas dan non karkas dengan prosentase

hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba jantan.

2. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan.

Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang

paling tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat

hidup dan kondisi eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh

terhadap persentase karkas dan nonkarkas. Perbedaan berat potong akan

sangat berpengaruh terhadap persentase karkas yang dihasilkannya karena

setiap kenaikan berat potong akan diikuti oleh kenaikan berat karkas.

Saran

21

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, maka saran yang ingin

disampaikan penulis yaitu:

1. Bagi perguruan tinggi dijadikan sebagai bahan acuan dan pembanding

kegiatan penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan

peningkatan dan pengembangan usaha domba.

1. Bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam

mempertahankan dan mengembangkan usaha agribisnis domba di

Kabupaten Pamekasan untuk membantu peternak agar dapat memprediksi

bobot karkas yang dihasilkan lebih baik.

22

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rauf, Dj., 1988. Pengaruh Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap PersentaseBobot Karkas Domba Ekor Gemuk Serta Hasil Ikutannnya Di LembahPalu. Skripsi. Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung

Amin, M.R., Husain, S.S., dan Islam, A.B.M.M., 2000. Analisis berat danpersentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan beratbagian tubuh non karkas pada dua tingkatan umur. J. IPTG. 3(1).

Dirjen Peternakan, 2000. Menggali potensi ternak lokal untuk mencukupikebutuhan protein hewani. Makalah Seminar Nasional: PeningkatanProduktivitas Ternak Lokal

Isroil. 2001. Evaluasi terhadap Pendugaan Bobot Badan Domba PrianganBerdasarkan Ukuran Tubuh. Jurnal Ilmiah Saintkes (UniversitasSemarang) Vol. VIII No. 2. ISSN 0854-763X

Pamungkas, D., Umiyasih, U., dan Yusran, M.A., 1992. Analisis berat danpersentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan beratbagian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor

Prabowo, A., R. Sunarlim, A. Djajanegara Dan K. Diwyanto. 1994. PenilaianKualitas Karkas dan Potensi Pasar Daging Impor Domba dari Australia.Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

Rianto, E., E. Lindasari, dan E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponenfisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi denganaras berbeda. J. Animal Production.