Upload
universitas-majalengka
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGELOLAAN TENAGA PENDIDIK
DAN TENAGA KEPENDIDIDKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah “Pengelolaan Pendidikan”
Dosen : Yeni Suryaningsih, M.Pd.
Disusun Oleh:
Rani Octavia Khoerunnisa 12.22.1.0366
Rika Wijayanti 12.22.1.0379
Rinda Farahita 12.22.1.0382
VII – IPA 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2015
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis panjatkan dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah mendapatkan dukungan dan
bantuan yang tak ternilai dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang telah banyak memberikan
dukungan, dorongan, saran dan nasehatnya selama penyusunan makalah ini serta
dukungan moril dari kedua orang tua dan keluarga besar penulis..
Akhir kata penulis berharap semoga ketulusan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, serta makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Amin Ya Robbal Alamin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Majalengka, November 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . ............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ............ ..... 3
B. Aktivitas Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ................ 6
C. Pemberdayaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ............... 11
D. Ujian Kompetensi Guru. ...................................................................... 14
E. Tantangan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam hal perencanaan pendidikan, terdapat berbagai macam aspek yang
sangat penting untuk dipertimbangkan. Seperti perencanaan dari segi visi dan
misi, kurikulum, lingkungan, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Ada satu
aspek yang yang juga sangat urgensi untuk dibuat perencanaannya ialah terkait
tenaga pendidik dan kependidikan.
Dalam dunia pendidikan, kedua profesi tersebut saling bersinergi
meskipun memiliki tugas dan perannya masing-masing. Namun keduanya
sama-sama memiliki peran strategis dalam upaya membentuk karakter bangsa
serta dalam peningkatan kualitas SDM yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Maka dari itulah, dengan mempertimbangkan peran tenaga pendidik dan
kependidikan yang sangat penting tersebut, sudah selayaknya dibuat suatu
mekanisme perencanaan dan pengelolaan bagi dua profesi tersebut agar dapat
mengembangkan kompetensi di bidang pendidikan demi peningkatan kualitas
mutu pendidikan.
Dalam makalah ini akan menjelaskan lebih rinci terkait rumusan masalah
baik dari pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan tenaga pendidik dan
kependidikan agar tercipta tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang
handal, professional sehingga membantu mewujudkan sistem pendidikan yang
lebih baik lagi.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa Hakikat Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan?
2. Bagaimana Aktivitas Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan?
3. Bagaimana Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan?
4. Bagaimana Ujian Kompetensi Guru?
5. Bagaimana Tantangan dalam Pengelolaan Tenaga Pendidik Dan
Kependidikan?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
2. Aktivitas Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
3. Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
4. Ujian Kompetensi Guru;
5. Tantangan dalam Pengelolaan Tenaga Pendidik Dan Kependidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Pendidik
Dalam ketentuan umum Undang-Undang Sisdiknas, pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widiaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Tenaga pendidik atau guru adalah salah satu sumber belajar bagi KBM
tingkat dasar. kualitas guru akan menentukan keberhasilan KBM pada setiap
instansi pendidikan di sekolah.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru memiliki kewajiban
seperti telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 20 poin
A sampai E, sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum, dank ode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UU RI. No.
14/2005).
Berkaitan dengan tugas dan profesinya, guru harus mengetahui,
memahami nilai-nilai, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap
4
segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah/madrasah, dan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Sebagai pendidik, guru harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang
relevan sesuai ketentuan undang-undang.
2. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (Anwar Arifin,
2003:35).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
Pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa, “Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengawasan dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.” (UU RI No. 20/2003).
Ini berarti, bahwa tenaga kependidikan yang menunjang penyelenggaraan
pendidikan di sekolah/madrasah, juga sebagai pelayan teknis yang bertujuan
memberikan jenis pelayanan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di
sekolah/madrasah.
Semua jenjang lembaga pendidikan harus memiliki tenaga kependidikan
sebagai orang yang menentukan tingkat keberhasilan dan kelancaran dalam
proses pembelajaran, yang meliputi: kepala sekolah/sekolah/madrasah atau
sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboran,
teknisi sumber belajar, dan tenaga kebersihan sekolah/ sekolah/madrasah atau
sekolah/madrasah (UU RI No. 20/2003).
3. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Pasal 39 tugas dan
fungsi tenaga pendidik adalah: (1) Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
5
(2) Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Secara khusus, tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen)
didasarkan pada Undang0Undang No. 14 tahun 2007, yaitu sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengembang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta pengabdi kepada masyarakat.
Dalam pasal 6 disebutkan bahwa Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
4. Batasan dan Tujuan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a. Batasan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang
peranan strategis, terutama dalam uapaya membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Menurut Undang-
Undang No. 20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 5
dan 6, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat utuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widiaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Jadi, manajemen/pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah
aktiviras yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan
masuk ke dalam ornagisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui
proses perencanaan sumber daya manusia (SDM), perekrutan, seleksi,
penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pembinaan dan
latihan/pengembangan, dan pemberhentian.
6
b. Tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
Tujuan manajemen/pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara
umum adalah:
1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga
kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi;
2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan;
3. Mengembangkan system kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur perekrutan dan seleksi yang ketat, system kompensasi dan
insentif yang disesuaikan dengan kinerja, pengembangan manajeman serta
aktivitas latihan yang terkait dengan kebutuhan organisasi dan individu;
4. Mengembangkan praktek manajeman dengan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meruupakan
stake holder internal yang berharga serta membantu mengembangkan
iklim kerjasama dan kepercayaan bersama;
5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis.
B. Aktivitas Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan atau sering disebut
manajemen ketenagaan sekolah dapat didefinisikan sebagai aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, pengendalian, dan penilaian
pegawai di dalam sebuah organisasi pendidikan yang disebut sekolah. Dalam
praktiknya, manajemen personalia mengelola pegawai sekolah sejak
perencanaan dan penerimaan pegawai sampai pemberhentian pegawai.
Piet A. Sehartian (1994: 139-140), menegaskan proses kegiatan
pengelolaan ketenagaan atau personalia adalah:
1. Pencatatan atau pendaftaran ketenagaan (inventarisasi ketenagaan)
2. Penentuan kebijaksanaan dan perencanaan ketenagaan (personnel policy dan
personel planning)
3. Pengadaan ketenagaan (dari recrument sampai pada placement)
4. Pengembangan ketenagaan (personnel development, termasuk promotion)
7
5. Pemeliharaan ketenagaan (termasuk salary, walfare, dan incentive lainnya)
6. Penilaian ketenagaan (personnel appraisal, personnel evaluating)
7. Pemusatan hubungan kerja (discharge and retritment)
Pelaksanaan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan sekolah (SDM
kependidikan sekolah) di Indonesia sedikitnya mencangkup (1) perencanaan
tenaga kependidikan; (2) pengadaan pegawai tenaga kependidikan; (3)
pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan; (4) promosi dan mutasi;
(5) pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan; (6) kompensasi dan
penilaian tenaga kependidikan. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan
benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga-tenaga
kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai
serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar.
Pendidik dan tenaga kependidikan sekolah, secara organisasional, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) pegawai fungsional, yaitu guru dan
(2) pegawai administrasi, yaitu staf.
Samsul Hady (2008:46) menyatakan bahwa, manajemen pendidik dan
tenaga kependidikan mencangkup: (1) perencanaan pendidik dan tenaga
kependidikan sekolah; (2) pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah; (3) pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah; (4) promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan sekolah; (5)
pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan sekolah ; (6) kompensasi
pendidik dan tenaga kependidikan sekolah; (7) penilaian pegawai pendidik dan
tenaga kependidikan sekolah.
Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar tujuan yang
diharapkan tercapai, yaitu tersedianya tenaga-tenaga kependidikan yang
diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat
melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan efisien. Adapun ketujuh komponen
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Perencanaan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah
pengembangan dan strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan kependidikan
8
(Sumber Daya Manusia/SDM) yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan
organisasi di masa depan.
Perencanaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah dilakukan oleh
para pejabat yang berwenang, sedangkan perencanaan pegawai sekolah dapat
dilakukan oleh kepala sekolah, kepala Kandepag, atau kakanwil Depag. Bagi
sekolah negeri, keterlibatan para penjabat yang membawahi sekolah sangat
penting, bahkan tidak terlelakan. Hal ini dikarenakan sekolah negeri sangat
bergantung pada pejabat pemerintah yang membahawinya, dan karena itu pula
kerumitan persoalan perencanaan pegawai relatif dapat dihindari. Sebagian
sekolah hanya menunggu jatah pegawai dari Departemen Pendidikan Nasional,
yang diperbantukan disekolah/madrasah, sementara yang lain lebih progresif
dengan melakukan sebagai terobosan dan lobi untuk memperoleh pegawai
dengan kuantitas tertentu yang diinginkan.
Perencanaan SDM merupakan awal dari pelakasanaan fungsi manajemen
SDM. Dengan melakukan perencanaan ini, segala fungsi SDM dapat
dilaksankan dengan efektif dan efisien.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam merencanakan SDM,
antara lain sebagai berikut.
a. Metode tradisional
Sebagai perencanaan tenaga kerja, semata-mata memerhatikan masalah
jumlah tenaga kerja serta jenis dan tingkat keterampilan dalam organisasi.
b. Metode perencanaan terintegrasi
Segala aspek yang penting dalam pembuatan dan pencapaian visi
organisasi ataupun SDM turut diperhatikan. Dalam perencanaan terintegrasi,
semua perencanaan berpusat pada visi strategi. Visi tersebut kemudian
dijadikan standar pencapaian.
2. Pengadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengadaan tenaga pendidik dan kependidikan sekolah bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan di sekolah, baik jumlah maupun
kualitasnya. Kegiatan tersebut memerlukan kegiatan penarikan, yaitu proses
pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu melamar
9
sebagai karyawan. Dalam hal ini sekolah, mencari dan mendapatkan calon-
calon tenaga pendidik dan kependidikan sekolah yang mampu memenuhi
syarat sebanyak mungkin.
Untuk kepentingan tersebut, perlu dilakukan seleksi, misalnya ujian lisan,
tulisan, dan perbuatan atau praktik. Para manajer personalia menggunakan
proses seleksi untuk mengambil keputusan penerimaan personel baru. Proses
seleksi ini bergantung pada tiga masukan penting, yaitu informasi analisis
jabatan memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan standar-standar
prestasi yang disyaratkan setiap jabatan.
Seleksi didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan untuk
memilih individu yang akan mengisi suatu jabatan yang didasarkan penilaian
terhadap seberapa besar karakteristik individu yang bersangkutan, sesuai
dengan yang dipersyaratkan oleh jabatan tersebut. Tujuan utama seleksi adalah
mengisi kekosongan jabatan dengan personel yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan sekaligus untuk membantu meminimalisasi pemborosan waktu,
usaha, dan biaya yang harus diinvestasikan bagi pengembangan pendidikan
para pegawai.
3. Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha
mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap
tenaga kependidikan yang ada diseluruh tingkatan manajemen organisasi dan
jenjang pendidikan (sekolah). Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah
tumbuhnya kemampuan setiap tenaga kependidikan yang meliputi
pertumbuhan keilmuannya, wawasan berpikirnya, sikap terhadap pekerjaannya
dan keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari sehingga
produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
4. Promosi dan Mutasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Promosi adalah pemindahan pegawai dari suatu pekerjaan kepekerjaan lain
yang tanggung jawabnya lebih tinggi dan penghasilanya pun lebih besar.
Organisasi pada umumnya menggunakan kriteria untama dalam
mempertimbangkan seseorang untuk dipromosikan, yaitu prestasi kerja dan
10
senioritas. Penggabungan dua kriteria tersebut merupakan langkah yang paling
tepat.
Adapun mutasi merupakan kegiatan manajemen tenaga kependidikan yang
berhubungan dengan suatu proses pembinaan fungsi, tanggung jawab, dan
status ketenagakerjaan dari tenaga kependidikan yang bersangkutan
memperoleh kepuasan kerja yang mendalam, dan pemberian prestasi kerja
yang semaksimal mugkin pada suatu lembaga pendidikan.
5. Pemberhentian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pemberhentian tenaga kependidikan merupakan proses yang membuat
seseorang tenaga kependidikan tidak dapat lagi melaksanakan tugas pekerjaan
atau fungsi jabatannya baik untuk sementara waktu maupun untuk selama-
lamanya. Banyak alasan yang menyebabkan seorang tenaga kependidikan
berhenti dari pekerjaannya (putus hubungan kerja), yaitu:
1) Karena permintaan sendiri untuk berhenti
2) Karena mencapai batas usia pensiun menurut ketentuan yang berlaku (bagi
pegawai negeri).
3) Karena adanya penyederhanaan organisasi yang menyebabkan adanya
penyederhanaan tugas di satu pihak sedang di pihak lain diperoleh kelebihan
tenaga kerja.
4) Karena yang bersangkutan melakukan penyelewengan atau tindakan pidana,
misalnya melanggar peraturan yang berlaku seperti melanggar sumpah
jabatan, melanggar peraturan disiplin, korupsi dan sebagainya.
5) Karena yang bersangkutan tidak cukup cakap jasmani atau rohani, seperti
cacat karena suatu hal yang menyebabkan tidak mampu lagi bekerja;
mengidap penyakit yang membahayakan diri dan lingkungan, berubah
ingatan dan sebagainya.
6) Karena meninggalkan tugas dalam jangka waktu tertentu sebagai
pelanggaran atas ketentuan yang berlaku
7) Karena meninggal dunia atau karena hilang sebagaimana dinyatakan oleh
pejabat yang berwenang.
11
6. Kompensasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kompensasi merujuk pada semua bentuk upah atau imbalan yang berlaku
bagi suatu pekerjaan. Secara umum kompensasi ini memiliki dua komponen,
yaitu 1) kompensasi langsung berupa upah, gaji, insentif, komisi dan bonus dan
2) kompensasi tidak langsung, misalnya berupa asuransi kesehatan, fasilitas
untuk rekreasi dan sebagainya.
7. Penilaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Penilaian tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk
berkembang. Performa ini dapat mencakup prestasi kerja, cara kerja dan
pribadi; sedangkan potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan
kemampuan mengembangkan karir.
C. Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Batasan Pemberdayaan
Menurut J. Drost (2002), yang terpenting dalam menentukan kualitas
pendidikan adalah cara guru mengajar di depan kelas, bukan pada
kurikulumnya, karena kurikulum pada dasarnya hampir sama pada setiap
negara. Oleh karena itu, kombinasi antara kurikulum berbasis kompetensi dan
guru yang berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan sebuah proses
pembelajaran.
Pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan mencakup upaya
menjadikan guru-guru memiliki kompetensi profesional sehingga mendukung
terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif dalam upaya mencetak
lulusan yang profesional. Untuk itu menurut Armai Arif (2005: 33), diperlukan
komponen-komponen yang mendukung kompetensi profesional tersebut,
diantaranya sebagai berikut :
1. Kemampuan spesialis, terdiri atas kemampuan :
a. Menguasai keterampilan dan pengetahuan
b. Menggunakan perkakas dan peralatan dengan sempurna
12
c. Mengorganisasikandan menangani masalah
2. Kemampuan metodik, meliputi:
a. Mengumpulkan dan menganalisis informasi
b. Mengevaluasi informasi
c. Mengorientasi tujuan kerja
d. Bekerja secara sistematis
3. Kemampuan individu, terdiri atas kemampan untuk :
a. Selalu berinisiatif
b. Dapat dipercaya
c. Memiliki motivasi tinggi
d. Memiliki kreativtas yang tinggi
4. Kemampuan sosial, terdiri atas kemampuan untuk:
a. Memiliki komunikasi yang baik dengan semua pihak
b. Dapat bekerja dengan kelompok
c. Dapat bekerja sama dengan baik
2. Peningkatan Produktivitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Produktivitas dan kualitas sekolah bukan semata-mata ditujukan untuk
mendapatkan hasil kerja yang sebanyak-banyaknyadan kualitas yang
memuaskan, melainkan unjuk kerja yang penting diperhatikan, seperti
diungkapan Laeham dan Wexley, (Mulyasa E., 2004: 35), bahwa
“Performance appraisals are crucial to the efectivity managemen of an
organization’s human resource and the proper management of human
resources is a critical variabel affecting an organization’s productivity”.
Produktivitas individu dapat dinilai dariapa yang dilakukan oleh individu
tersebut dalam kerjanya yaitu cara melakukan pekerjaan atau unjuk kerjanya.
Produktivitas dapat ditinjau berdasarkan tingkatanya dengan tolak ukur yang
dapta dilihat dari kinerja pendidik dan tenaga kependidikan sekolah.Kinerja
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja
atau unjuk kerja.
Mitchell menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek yaitu:
“quality of work, promptness, initiative, and communcation.” Semua aspek
13
tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam mengkaji kinerja tenaga pendidik dan
kependidikan.
Mulyasa E (2004: 138), mengemukakan enam faktor utama untuk
menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu:
1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran, menerima
tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim.
2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, pelatihan dalam
manajemen dan supervisisertaketerampilan dalam proses belajarmengajar.
3. Hubunganantara tenaga kerja dan pimpinan yang tercermin dalam usaha
bersama antara keduanya dalammeningkatkanproduktivitas melalui
lingkaran pengawasan mutu (quality control circle).
4. Manajemen produktivias, yaitu manajemen yang efisien mengenai
sumberdan sistemkerjauntukmencapai peningkatanproduktivitas.
5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas.
6. Kewiraswastaan yang tercermin dalam pengambilan risiko kreativitas
dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.
Sebagai tenaga kerja,seorang tenaga pendidik dan kependidikanharus
memiliki produktivitas sebagai pemicu keunggulan suatu institusi ataupun
lembaga untuk meningkatkan kualitas sumber dayanya Niat yang baik dan
manjemen yang baik akan menghasilkan kerja yang memuaskan.
3. Pembinaan Disiplin Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pemerintah ataupun kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin
pendidik dan tenaga kependidikan, terutama disiplin diri sendiri (self
discipline). Calahan and Clark, (Mulyasa E., 2004: 138), menyebutkan bahwa
pemerintah dan kepala sekolah harus mampu membantu tenaga kependidikan
mengembangkan pola prilakunya meningkatkan standar prilakunya,
danmenggunakan pelaksanaan aturan sebagaialat.
14
D. Ujian Kompetensi Guru
1. Kompetensi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 Pasal 13 (Komara, 2007) bahwa
sertifikasi guru akan mengujikan beberapa aspek, diantaranya kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut McAshan (Komara 2007), kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan atas kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirnya sehingga mewarnai perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotornya.
2. Ujian Kompetensi dalam Program Sertifikasi Guru
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar NasionalPendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a,
dikemukakan bahwa, kompetensi pedagogik adalahkemampuanmengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliknya.
Ditambahkan Sanaky (2007), aspekpada kompetensi ini berkaitan dengan
aktualisasi diri dan menekuni profesi, jujur, beriman, bermoral, peka, luwes,
humanis, berwawasan luas, berfikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar
sepanjang hayat.
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa, kompetensi kepribadian adalah kemamuan kepriadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Prifesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c,
dikemukakan bahwa, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
15
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peseta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
Ditambahkan Sanaky (2007), aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan:
(1) kemampuan mengajar meliputi kemampuan dalam
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran; (2) kemampuan dalam
menanalisis penyusunan program perbaikan dan pengayaan; (3) kemampuan
dalam membimbing konseling; (4) kemampuan dalam bidang keilmuan,
berkaitan dengan keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan dan tekologi yang
akan ditransformasikan kepada peserta didik, pemahaman terhadap wawasan
pendidikan, dan (5) kemampuan meahami kebjakan-kebijakan pendidikan.
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d,
dikemukakan bahwa, kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
3. Pentingnya Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru
Dalam standar sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara teoritis maupu
praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan
kualitaspendidikan melalui meningkatan kualitas guru. Pentingnya uji
kompetensi dalam sertifikasi guru, antaralain dapat dikemukakan berikut
(Mulyasa 2007):
a. Alat untuk mengembangkan standarkompetensi guru
Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan
standarkompetensiguru.Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-
ratapara guru, aspek yang perlu ditingkatkan, dan guru yang perlu mendapat
pembinaan secara kontinu, serta guru yang telah mencapai standar kemampuan
minimal.
b. Alat seleksi penerimaan guru
16
Melalui uji kompetensi, diharapkan dapat terjaring guru-guru yang
kompeten, kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.Dengan uji kompetensi
yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapatdilakukan
secara profesional, tidak didasarkan atas suka-tidak suka, atau alasan subjektif
lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), tetapi
berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara umum untuk
calon guru.
c. Pengelompokkan Guru
Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk megelompokkan dan
menentukan guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesional,
tunjangan jabatan, dan penghargaan profesi, serta guru yang tidak profesional
yang tidak berhak menerimanya.Dalam hal ini, guru-guru dapat
dikelompokkan berdasarkan hasil uji kompetensi,misalnya kelompoktinggi,
kelompok sedang, dan kelompok kurang.
d. Bahan acuan dalam pengembangan kurikulum
Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan
calon guru ditentukan oleh berbagai komponen, antara lain kurikulum.Oleh
karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru
harus dikembangkan berdasarkan kompetensi guru.
e. Alat pembinaan guru
Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, para administrator
memiliki pedoman dalam memilih, menyeleksi, dan menempatkan guru sesuai
dengan karakteristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.
f. Mendorong kegiatan dan hasil belajar
Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan
oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi
sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karea itu, uji kompetensi guru akan
mendorong terciptanyakegiatan dan hasil belajar yang optimal. Hal ini
dikarenakan guru yang teruji kompetensinya akan senantiasamenyesuaikan
kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.
17
E. Tantangan dalam Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Gambaran tentang berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
tenaga kependidikan antara lain adalah:
a. Profesi dalam bidang kependidikan (selain guru) masih belum luas dikenal
oleh masyarakat (seperti laboran, pustakawan) sehingga kurang mendukung
terhadap pengembangan profesi, karena salah satu ukuran profesi adalah
pengakuan dari masyarakat tentang eksistensi profesi tersebut.
b. Adanya perilaku tenaga kependidikan yang kurang menguntungkan, seperti:
perilaku yang paternalistik yang terjadi karena keengganan bawahan untuk
berpendapat atau karena dominasi atasan terhadap bawahan itu teramat kuat,
kepatuhan semu, kekurang mandirian dalam bekerja; konsensus yang
menekankan pada perilaku penggarapan secara informal dan forum
formal/resmi hanya mengukuhkannya dan adanya perilaku evasif yakni
tidak satunya kata dengan perbuatan.
c. Perilaku tenaga kependidikan yang cenderung primordialisme, yaitu enggan
meninggalkan tempat asalnya, sehingga pemerataan tenaga ahli di bidang
kependidikan sangat sulit dilaksanakan. Hal ini juga ditandai dengan
sulitnya beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga mereka tidak mudah
untuk bekerja di tempat baru.
d. Mutasi yang terjadi di lingkungan organisasi pendidikan kadang berkonotasi
buruk akibatnya perpindahan tenaga kependidikan dari satu wilayah ke
wilayah lain sangat jarang dilakukan. Hal ini berakibat buruk bagi
pengembangan staf, dengan kata lain wilayah yang kekurangan tenaga ahli
akan sulit menerima supply tenaga ahli yang baru.
e. Produktivitas kerja masih dianggap rendah yang diakibatkan oleh
kecerobohan-kecerobohan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pengelolaan tenaga kependidikan itu sendiri, seperti:
perencanaan/pengadaan tenaga kependidikan yang belum efektif,
penyeleksian yang belum lancar, sistem imbalan yang belum memadai dan
adil, dan pengawasan ketenagaan yang belum mendapat perhatian yang
cukup.
18
f. Berbagai perubahan telah terjadi di luar sistem pendidikan atau system
sekolah, yang diakibatkan oleh lajunya pertumbuhan penduduk, kemajuan
IPTEK dan perubahan-perubahan global, regional, atau lokal yang terjadi
dalam kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Perubahan-perubahan ini untuk
sebagian telah membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap
kondisi kehidupan para pegawai atau tenaga kependidikan yang hidup
dalam lingkungan organisasi pendidikan nasional sebagai sistem yang
terbuka.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menjalankan sistem pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
sesungguhnya bertujuan untuk mewujudkan sebuah sistem organisasi sekolah
menjadi lebih terintegrasi. Hal ini akan terwujud jika pengelolaannya dilakukan
secara komprehensif dan kontinuitas dengan mempertimbangkan berbagai
aspek-aspek penunjang terkait pendidik dan kependidikan.
Dengan pengelolaan yang baik dan sistematis, maka diharapkan akan
terbentuk tenaga pendidik dan kependidikan yang saling bersinergi karena
memiliki fungsi dan tugas-tugas yang saling menunjang satu sama lain.
Sistem manajerial, pembinaan dan pengembangan sudah mencakup bagian
dari pengelolaan perencanaan tenaga pendidik dan kependidikan.Dimana
tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dari para tenaga
pendidik dan kependidikan melalui berbagai program kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah.Dan yang paling penting dan harus selalu
diiingat adalah bahwa tenaga pendidik dan kependidikan merupakan dua
profesi yang sangat urgensi dan strategis dalam pembentukan karakter bangsa
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam lembaga
satuan pendidikan.
B. Saran
Setelah membaca dan mengkaji makalah ini, adapun kritik dan saran yang
ingin penulis sampaikan adalah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
memiliki peran strategis dalam upaya pembentukan karakter bangsa dan
peningkatan kualitas SDM yang merupakan aspek penting dalam era
globalisasi oleh sebab itu perlu adanya perbaikan peningkatankualitas dan
mutu pendidikan melalui berbagai program-program yang telah
diselanggarakan oleh sekolah guna meningkatkan kompetensi tenaga
pendidik/kependidikan
20
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana. (2015). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamzah, Nur. (2009). Pendidikdan Tenaga Kependidikan. Jurnal MEDTEK ,
volume 1.
Matin. (2013). Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wukir. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah.
Yogyakarta: Multi Presindo
. (2010). Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. [Online].
Tersedia: https://elfalasy88.wordpress.com/2010/11/30/manajemen-tenaga-
pendidik-dan-tenaga-kependidikan/. (11 November 2015).
Cahayani, Ati. (2005). Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Gramedia.