Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
( Studi Pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia )
Oleh
Vera Puspita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2012
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
( Studi Pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia )
Oleh
Vera Puspita
Pembimbing I : Harsono Edwin P., S.E., M.Si
Pembimbing II : Reni Oktavia S.E., M.Si
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2012
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek indonesia)
Oleh
VERA PUSPITA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan
dari rasio-rasio keuangan (Return on Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity
Ratio, dan Ukuran Perusahaan) terhadap return saham pada perusahaan yang
terdaftar di BEI dan masuk dalam index LQ-45 secara berturut-turut tahun 2007-
2011.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
purposive judgment sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, maka didapat 15
perusahaan sampel penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda, namun sebelumnya dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari empat variabel yang dijui, yaitu: Return
on Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Ukuran perusahaan,
hanya variabel Price Earning Ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham, sedangkan tiga variabel lainnya, yaitu: Return on Asset, Debt to
Equity Ratio, dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Kata kunci: Return on Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Ukuran
Perusahaan, Return Saham.
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek indonesia)
Oleh
VERA PUSPITA
This research aimed to determine whether there is a significant effect of financial
ratios (Return on Assets, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, and the size
of the Company) towards the stock return on the companies listed on the Stock
Exchange and in the LQ-45 index respectively consecutive years 2007-2011.
The sample in this research were obtained by using purposive judgment sampling.
Based on the criteria, it acquired 15 companies sample. Hypothesis testing is
performed using multiple linear regression analysis, but previously performed
classical assumption test first.
The results showed that of the four variables tested, they are: Return on Assets,
Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, and firm size, only the Price Earning
Ratio variable that have a significant effect towards stock returns, while the other
three variables, namely: Return on Assets, Debt to Equity Ratio, and the firm size
does not have a significant effect towards stock return.
Key Words: Return on Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Firm
Size, Return Saham.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan investasi, para investor atau calon investor tentunya
menghararapkan keutungan dari investasi yang ditanamkan. Untuk mengetahui
kinerja perusahaan, pada umumnya investor akan melakukan analisa pada laporan
keuangan perusahaan, hasil analisa tersebut akan menjadi acuan investor apakah
perusahaan memilki kinerja keuangan yang baik atau tidak dan apakah layak
untuk menanamkan investasi pada perusahaan tersebut. Untuk menilai kinerja
keuangan dapat diukur dengan menggunakan anlisis rasio, baik dengan
profitabilitas maupun leverage keuangan.
Tampubolon (2009) mengatakan bahwa rasio keuangan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham dengan variabel independen menggunakan
pendekatan Price Earning Ratio, Earning per Share, Debt to Equity Ratio, Return
on Investeman dan Return on Equity. Namun jika dilihat secara masing-masing
dari variabel, terdapat variabel Debt to Equity Ratio dan Return on Equity yang
tidak signifikan terhadap return saham. Untuk masing-masing variabel lainnya
mempunyai pengaruh signifikan. Objek penelitian yang diambil adalah
perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, beberapa variabel berpengeruh
signifikan namun beberapa variabel juga tidak signifikan, bahkan beberapa
variabel independen hasil pengujiannya tidak konsisten.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage Keuangan dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Return Saham.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah: Apakah Return on Asset, Price Earning Ratio,
Leverage Ratio, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendapat alur pembahasan yang baik dan terarah, ruang lingkup penelitian
dibatasi oleh beberapa kriteria, yaitu :
a. Faktor yang diteliti adalah Return on Asset, Price Earning Ratio, leverage,
dan Ukuran Perusahaan.
b. Perusahaan yang ditetapkan merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI dan
masuk dalam kelompok LQ-45 secara berturut-turut dari periode 2007-2011.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh Return
on Asset, Price Earning Ratio, leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap return
saham pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 di BEI selama periode 2007-
2011.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi investor dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan mampu
menyajikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan keputusan investasi.
2. Bagi akademisi, diharapkan memberikan infomasi yang mendukung beberapa
penelitian sebelumnya mengenai komponen yang dapat mempengaruhi return
saham dan sebagai referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian
tentang return saham.
3. Bagi penulis, mengetahui lebih jauh tentang pengaruh Return on Asset, Price
Earning Ratio, leverage Keuangan, dan Ukuran Perusahaan terhadap return
saham.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Rasio Keuangan
2.1.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Rasio adalah angka yang menunjukan hubungan secara matematis antara suatu
jumlah dan jumlah yang lain, (Handoko 2004). Rasio Keuangan dapat
digolongkan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
ketersediannya aktiva lancar yang dapat mendanai usaha perusahaan. Namun,
tidak semua aktiva lancar dapat digunakan untuk mendanai usaha pokok
perusahaan, karena diperlukan juga untuk membayar hutang jangka pendek.
Rasio likuiditas pada prinsipnya membandingkan aktiva lancar dengan hutang
lancar. Semakin besar jumlah aktiva lancar dari pada hutang lancar, maka
semakin lancar pula usaha dan pembayaran hutang perusahaan, namun jika
jumlah aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar maka akan mengganggu usaha
dan pembayaran hutang perusahaan, Handoko (2004). Oleh karena itu, rasio
likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang jangka pendek.
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Keuangan)
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang membandingkan seluruh hutang perusahaan
dengan kekayaan yang dimiliki perusahaan, untuk mengukur seberapa tinggi
aktiva perusahaan yang disediakan pemilik, dan berapa yang didanai dari
pinjaman. Semakin rendah angka rasionya, risiko untuk mengembalikan pokok
pinjaman dan bunganya dalam jangka panjang semakin kecil. Sebaliknya, jika
angka rasio semakin tinggi, risiko untuk mengembalikan pokok pinjaman dan
bunganya dalam jangka panjang semakin besar. Begitu juga sebaliknya, Husnan
(2001) menyatakan bahwa semakin besar proporsi hutang yang digunakan oleh
perusahaan, maka pemilik modal akan menanggung resiko yang lebih besar.
Dalam penelitian ini leverage rasio yang digunakan adalalah Debt to Equity Ratio
yang menunjukan perbandingan antara jumlah seluruh kewajiban terhadap jumlah
seluruh modal, (Subramanyam 2010). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari modal-modal yang digunakan untuk operasi perusahaan,
semakin tinggi angka rasio ini semakin baik karena hal itu menunjuka bahwa
perusahaan mampu mengelola modalnya dengan baik sehingga menghasilkan laba
yang optimal. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah
Return on Asset dimana Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam upaya
menghasilkan keuntungan, rumus dalam menghitung Return on Asset, (Munawir,
2004) adalah :
ROA =
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
Leverage Ratio =
Total Hutang
Modal
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya atau perputaran dari aktiva-aktiva
tersebut. Beberapa contoh dari rasio aktivitas adalah rasio perputaran piutang dan
rasio perputaran aktiva.
5. Rasio Pasar
Rasio ini menujukan informasi perusahaan yang diungkapkan dalam basisi per
saham. Dalam penelitian ini rasio pasar yang digunakan adalah Price earning
Ratio. Price earning Ratio adalah rasio yang digunakan untuk memperkirakan
nilai saham dengan cara membagi harga saham saat ini dengan Earning Per
Share. Menurut Subramanyam (2010) rumus yang digunakan dalam menghitung
Price earning Ratio adalah:
PER =
Harga Pasar per Lembar Saham
Laba per Lembar Saham
2.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukan suatu perusahaan apakah tergolong dalam
perusahaan kecil, perusahaan menengah, atau perusahaan besar. Kriteria ukuran
perusahaan dapat dinilai dari omset penjualan, jumlah produk yang dijual, modal
perusahaan dan total asset. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal (Elton
dan Gruber, 1994 dalam Jogiyanto, 2007). Perusahaan besar mengindikasikan
tingkat pengembalin yang baik. Dalam teori akuntansi positif menyatakan bahwa
ukuran perusahaan digunakan sebagai biaya politik dan biaya politik akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan (Watts dan
Zimmerman,1978 dalam Sukartha, 2007). Perusahaan dengan ukuran yang lebih
besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari
berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur juga akan
lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki kemungkinan lebih
besar dalam hal menarik para investor. Untuk mendapatkan angka ukuran
perusahaan dapat dicari dengan rumus:
2.3 Return Saham
2.3.1 Pengertian Return
Return merupakan pengembalian atas investasi yang telah ditanam oleh investor
atau dengan kata lain return merupakan keuntungan atau kerugian dari sebuah
kegiatan investasi, Rusdin (2006). Return yang diperoleh dari kepemilikan saham
ini dapat berupa deviden dan capital gain ( loss). Deviden adalah laba perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham yang jumlahnya tegantung pada jumlah
lembar saham yang dimiliki (Baridwan, 2005). Deviden dapat berupa deviden
tunai atau deviden non tunai. Deviden tunai adalah pembagian deviden berupa
uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham. Sedangkan deviden non
tunai adalah pembagian deviden dalam bentuk penambahan saham baru yang
dimilki oleh pemegang saham. Sedangkan capital gain (loss) adalah selisih lebih
antara harga beli saham dengan harga jual saham, Rusdin (2006). Umumnya
pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar atau mengambil keutungan
melalui capital gain. Investor akan menikmati capital gain, jika harga jual
melebihi harga beli saham. Namun, jika harga jual saham lebih rendah dari harga
beli saham maka yang akan terjadi adalah capital loss. Rumus untuk menghitng
return saham adalah:
Rit = Pt – Pt-1
Pt-1
Keterangan :
Rit = Return saham periode t
Pt = Harga saham penutupan periode t
Firm Size = log Total Asset
Pt-1 = Harga saham penutupan periode t-1
2.3.2 Jenis-jenis Return
Return saham dapat dikelompokan menjadi return realisasi dan return ekspektasi,
adapun perbedaannya adalah, Jogiyanto (2007) :
2.3.2.1 Return Realisasi
Return realisasi adalah return yang telah terjadi. Return realisasi dapat dihitung
dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena dapat
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini
juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa yang
akan datang. Beberapa pengukuran return realisasi yang dapat digunakan adalah
return total, return relatif, dan return kumulatif. Sedangkan rata-rata return dapat
dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika atau rata-rata geometrik. Rata-rata
geometrik biasanya lebih sering digunakan untuk menghitung rata-rata return
untuk beberapa periode misalkan untuk menghitung return rata-rata mingguan
atau bulanan yang dihitung dari rata-rata geometrik return harian.
2.3.2.2 Return Ekspektasi
Return ekspektasi adalah return yang belum terjadi dan diharapkan akan diperoleh
oleh investor dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang
digunakan untuk penngambilan keputusan investasi.
Return ekspektasi ini dapat dihitung dengan beberapa cara, Jogiyanto (2007),
yaitu :
1. Berdasarkan Nilai Ekspektasi Masa Depan
2. Berdasarkan Nilai Return Historis
3. Berdasarkan Model Return Ekspektasi
2.4 Pengembangan Hipotesis
1. Return on Assset Terhadap Return Saham
Return on Asset merupakan rasio profitabilitas, dimana rasio profitabilitas adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, Handoko
(2004). Rasio profitabilitas dapat dihitung dengan membandingkan antara laba
bersih dengan dengan jumlah aktiva. ROA menunjukan sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba dari penggunaan aktiva untuk operasional perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik, hal itu berarti semakin efektif penggunaan
aktiva dalam menghasilkan laba. Jika perusahaan memiliki efektifitas yang baik
dalam menghasilkan laba maka hal ini akan menarik para investor atau calon
investor. Bagi investor, laba yang baik memungkinkan tingkat pengembalian
yang baik juga, jadi jika ROA semakin tinggi maka tingkat pengembalian (return
saham) juga akan semakin baik. ROA yang tinggi akan meberikan isu positf
kepada investor karena perusahaan mampu menciptakan profit berdasarkan
tingkat aset tertentu (Anggraini 2011 Berdasarkan hubungan tersebut, hipotesis
pertama yang diajukan adalah :
Ha1: Return On Asset memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return
saham.
2. Price Earning Ratio Terhadap Return Saham
Rasio ini digunakan untuk memperkirakan nilai saham. Rasio ini menunjukan
perbandingan antara harga saham dipasar atau harga perdana yang ditawarkan
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price Earning Ratio yang tinggi
menunjukan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan
datang semakin baik, Harahap (2004). Perusahaan yang memiliki prestasi yang
baik akan lebih mudah menarik investor karena para investor memiliki ekspektasi
bahwa perusahaan yang memiliki prestasi yang baik maka tingkat pengembalian
terhadap pemegang saham juga baik. Penelitan yang dilakukan oleh Tampubolon
(2009) mengatakan bahwa Price Earning Ratio memiliki pengaruh signifikan
terhadap return saham, hal ini menunjukan bahwa Price Earning Ratio menjadi
salah satu pertimbangan para investor dalam melakukan investasi karena Price
Earning Ratio memberi ekspektasi bahwa Price Earning Ratio yang baik akan
memberikan tingkat pengembalian investasi (return saham) yang baik juga.
Ha2: PER memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
3. Leverage Terhadap Return Saham
Rasio leverage merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi hutang jangka panjang. Dalam penelitian ini rasio leverage
diwakili oleh Debt to Total Equity Ratio atau rasio hutang terhadap modal. Debt
to Total Equty Ratio menggambarkan seberapa jauh kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang jangka panjang dengan menggunakan modal sebagai
jaminan, Handoko (2004). Semakin rendah angka rasio ini maka semakin baik
karena hal itu menunjukan bahwa porsi modal yang bersumber dari perusahaan
semakin besar yang berarti dana dari pihak luar lebih kecil dibanding dana dari
perusahaan sendiri. Semakin tinggi Debt to Total Equty Ratio menunjukan
tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga
beban perusahaan juga semakin besar. Berdasarkan penjelasan ini, maka hipotesis
ketiga yang diajukan adalah:
Ha3: Leverage keuangan memiliki pengaruh negatif terhadap return saham.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukan suatu perusahaan apakah tergolong dalam
perusahaan kecil, perusahaan menengah, atau perusahaan besar. Kriteria ukuran
perusahaan dapat dinilai dari omset penjualan, jumlah produk yang dijual, modal
perusahaan dan total asset. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal (Elton
dan Gruber, 1994 dalam Jogiyanto, 2007). Perusahaan besar mengindikasikan
tingkat pengembalin yang baik. Dalam teori akuntansi positif menyatakan bahwa
ukuran perusahaan digunakan sebagai biaya politik dan biaya politik akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan (Watts dan
Zimmerman,1978 dalam Sukartha, 2007). Perusahaan dengan ukuran yang lebih
besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari
berbagai sumber
Ha4: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return
saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam index
LQ-45 di BEI. Teknik pengambilan sampel penelitian didasarkan pada purposive
judment sampling dengan tujuan untuk mendapat sampel yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Purposive judment sampling adalah penentuan
sampel dan pemilihan masing-masing item sampelnya diambil dengan dasar
keputusan (judgment) yang masuk akal menurut si pengambil sampel, Suharyadi
(2004). Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel dalam penelitian ini
adalah :
c. Merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI dan masuk dalam LQ-45 secara
berturut-turut dari periode 2007-2011.
d. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember secara terus menerus selama
periode penelitian.
Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria, sebelumnya dilakukan
pemindaian daftar-daftar perusahaan yang masuk kelompok LQ-45 mulai dari
periode awal penelitina hingga akhir periode penelitian, hanya perusahaan yang
terdaftar secara terus menerus yang dijadikan sampel penelitian, karena di setiap
periode daftar perusahaan yang masuk kelompok LQ-45 berbeda. Setelah
dilakukan pemindaian, berikut daftar perusahaan yang masuk kelompok LQ-45
secara terus menerus selama tahun 2007-2011.
Tabel.1 Daftar perusahaan go publik yang termasuk dalam LQ-45 berturut-
turut tahun 2007-2011
No Kode Efek Nama Emiten
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk
2. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
3. ASII Astra International Tbk
4. BBCA Bank Central Asia Tbk
5. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
7. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
9. ISAT Indosat Tbk
10 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
11. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
12. TINS Timah (Persero) Tbk
13. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
14. UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk
15. UNTR United Tracktor Tbk
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data yang
digunakan adalah laporan keuangan tahunan dan data harga saham selama periode
penelitian yang diperoleh dari:
1. Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
2. Buku-buku literatur penunjang yang terkait dengan penelitian
3. Data hasil penelitian sebelumnya
4. www.idx.co.id
5. www.yahoo.finance
3.3 Model Penelitian
Gambar 1. Model Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
3.4 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah return saham
sebagai variabel trikat yang dinyatakan dengan notasi Y. Return suatu saham
adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga
saham periode berjalan dengan harga saham sebelumnya dibagi dengan harga
saham periode sebelumnya, Jogiyanto (2007).
Rumus yang dapat digunakan adalah :
Rit =
Pt – Pt-1
Pt-1
Keterangan :
Rit = Return saham periode t
Pt = Harga saham penutupan periode t
Pt-1 = Harga saham penutupan periode t-1
ROA (X1)
PER (X2)
Return Saham
Size (X4)
Lev (X3)
PER (X2)
DPR (X3)
Lev (X4)
Size (X5)
X4)
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini dinyatakan dengan notasi X, yang
terdiri dari :
1. Return on Asset (ROA), Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasi perusahaan dalam upaya menghasilkan keuntungan.
Dengan kata lain rasio ini menghubungkan antara keuntungan yang dari
operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan dalam
menghasilkan keuntungan tersebut
2. Price Earning Ratio (PER), rasio ini digunakan untuk memperkirakan nilai
saham dengan cara membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share,
dapat dihitung dengan rumus, Subramanyam (2010):
3. Leverage Ratio, Rasio ini menunjukan perbandingan antara jumlah seluruh
kewajiban terhadap jumlah modal. Semakin kecil angka rasionya maka
semakin efektif perusahaan tersebut karena dana yang digunakan adalah milik
perusahaan. Rasio Kewajiban
4. UkuranPerusahaan, ukuran perusahaan dapat dinilai dari omset penjualan,
jumlah produk, modal perusahaan, dan total asset. Karena sektor dari sampel
yang diambil berbeda-beda maka ukuran perusahaan yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah total aset, yang dapat dihitung dengan, Jogiyanto
(2007) :
3.5 Alat Analisis Penelitian
3.5. 1 Regresi Linear Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda yang menyangkut hubungan antara sebuah variabel dependen (terikat)
dengan dua atau lebih variabel independen (tidak terikat). Regresi linear berganda
adalah model regresi yang memprediksi nilai satu variabel tunggal Y dengan
dasar nilai beberapa variabel bebas X, Hakim (2001). Dalam penelitian ini return
saham sebagai variabel dependen dan ROA, PER, leverage, dan Ukuran
Perusahaan sebagai variabel independen.
Model analisis regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y = α + β1ROA + β2PER + β3 Lev + β4Siz + €
Keterangan :
Y = Return Saham
α = Konstanta
β1- β5 = Koefisien Regresi
ROA = Return on Asset
DPR = Deviden Payout Ratio
Lev = Leverage Ratio
Size = Ukuran Perusahaan
€ = Error
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Normalitas adalah asumsi bahwa nilai-nilai Y untuk tiap X tertentu didistribusikan
secara normal, Hakim (2001). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Modal regresi yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Unutk melakukan uji asumsi normalitas dapat menggunakan analisis grafik yaitu
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal atau dengan melihat normal
probability plot.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Supranto (2001) satu masalah penting dalam analisis model regresi
adalah kemungkinan adanya multikolinieritas diantara variabel-variabel
independen. adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi
antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Untuk
mendeteksi multikolinearitas dapat menggunaknan varience inflatory factor (VIF)
unutk setiap variabel independen. Jika VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan
nilai varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain, (Suharyadi,
2004). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan cara melihat scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED
dengan SRESID residualnya.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut
urutan waktu. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan
linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data
time series). Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji apakah terjadi
autokorelasi atau tidak adalah dengan uji Durbin-Watson dengan ketentuan
pengambilan keputusan sebagai berikut, Pratisto (2010) :
1. Jika DW > batas atas (dU), maka tidak ada autokorelasi
2. Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi autokorelasi
3. Jika dL < DW < dU, maka tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak
3.5.3 Pengujian Hipotesis
1. Uji F
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji F yang bertujuan untuk membuktikan
apakah variabel-variabel independen yaitu: Retrun on Asset, Price Earning Ratio,
Leverage keuangan, dan ukuran perusahaan secara serempak memiliki pengaruh
sifnifikan terhadap return saham. Pengujian hipotesis ini menggunakan Uji F
dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisa 5%. Kriteria
dalam mengambil keputusan uji hipotesis ini adalah, Pratisto (2010) :
♦ Apalbila P-Value < 0,05 maka Ha diterima.
♦ Apalbila P-Value > 0,05 maka Ha ditolak.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan variabel independen Return on Asset, Price Earning
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Ukuran Perusahaan. Periode pengamatan tahun
2007 sampai 2011. Data rasio keuangan perusahaan diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan. Sedangkan untuk variabel dependen menggunakan return
saham tahun 2008 sampai 2012.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat diamati
dengan melihat normal probability plot, residual berdistribusi normal apabila plot
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah garis diagonal. Namun
jika tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas
Sumber: Lampiran.
Dari grafik diatas dapat diamati plot tersebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa nilai residu terdistribusi secara
normal.
1. Uji Multikolinearitas
Menurut Hakim (2001) satu masalah penting dalam analisis model regresi adalah
kemungkinan adanya multikolinieritas diantara variabel-variabel independen.
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang
tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas menyebabkan standar error menjadi sangat sensitif terhadap
perubahan data. Untuk mendeteksi multikolinearitas dapat menggunakan varience
inflatory factor ( VIF) dan tolerance value untuk setiap variabel independen. Jika
VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas, Hakim (2001), dan
tolerance value lebih dari 0.10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Independen Tolerance VIF Keterangan
ROA (X1) 0.542 1.845 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
PER (X2) 0.865 1.156 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
DER (X3) 0.317 3.152 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
SIZE (X4) 0.290 3.452 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
Sumber: Lampiran 4
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah kondisi dimana terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu terhadap kesalahan pengganggu pada periode
lainnya. Hal ini biasanya timbul pada kasus regresi data runtut waktu (time
series). Pengujian ini menggunakan Uji Durbin-Watson.
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .430a .185 .125 .0284185 1.485
a. Predictors: (Constant), SIZE, PER, ROA, DER
b. Dependent Variable: Return
Sumber: Lampiran 4
Dalam penelitian ini diketahui bahwa n= 60 dan k= 4, nilai dL adalah 1,444 dan
nilau dU adalah 1,727. Dari hasil pengujian autokorelasi diatas, maka dapat
dinyatakan hasil uji autokorelasi Durbin-Watson sebesar 1,485 dimana nilai ini
lebih besar dari dari nilai dL 1,444 dan kurang dari nilai dU 1,727. Sehingga hal
ini menunjukan bahwa hasil pengujian autokorelasi menyatakan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedatisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan
nilai varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Purwanto, 2004).
Untuk mendeteksi gejala heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu
maka terjadi gejala heteroskedatisitas. Namun jika tidak terbentuk pola tertentu
maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber:Lampiran 4
Berdasarkan scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik tersebar secara acak dan
tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Pencaran titik yang tidak membentuk sebuah
pola tertentu menunjukan model regresi bebas dari heterokedastisitas, (Santoso,
2010). Sehingga dapat diambil keputusan bahwa model regresi dalam penelitian
ini tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas dan model regresi layak
digunakan.
3.3 Pengujian Hipotesis
Uji pengaruh ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini
menggunakan besarnya nilai probabilitas dengan tingkat kepercayaan sebesar
95% dan tingkat kesalahan (α) 5%. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai
probabilitas, yaitu:
Jika p- value < 0,05 maka Ha diterima
Jika p- value > 0,05 maka Ha ditolak
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .089 .147 .601 .550
ROA .067 .047 .238 1.438 .156
PER .001 .000 .401 3.066 .003
DER -.001 .002 .056 -.260 .796
SIZE .002 .005 .072 .318 .752
a. Dependent Variable: Return
Sumber: Lampiran 5
1. Ha1: ROA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Pengujian terhadap hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari
ROA terhadap return saham pada perusahaan yang masuk dalam LQ 45 di BEI
periode 2007sampai 2011. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka koefisien
regresi (b) sebesar 0,067 hal ini menunjukan bahwa ROA memiliki hubungan
yang positif terhadap return dan dalam setiap peningkatan ROA 1% maka akan
meningkatkan return sebesar 0,067 atau 6,7% sedangkan angka signifikansi
sebesar 0,156 yang berarti P-Value lebih besar dari 0,05 dan Ha1 ditolak, jadi
keputusan yang dapat diambil adalah ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukan hasil
yang tidak signifikan, hal ini dapat disebabkan dari berbagai hal diantaranya
adalah dari 15 sampel perusahaan yang diuji, ada beberapa perusahaan yang
memiliki tingkat ROA yang rendah bahkan terdapat perusahaan yang mengalami
penurunan ROA dalam beberapa tahun selama periode penelitian. Seharusnya
perusahaan memiliki ROA yang tinggi untuk menarik minat para investor untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Selain hal diatas, indikasi lainnya yang
menyebabkan hasil pengujian ini tidak signifikan adalah kondisi pasar modal pada
periode penelitian sedang dalam kondisi yang kurang baik yang disebabkan oleh
kondisi perekonomian Indonesia yang sedang tidak stabil, kondisi perekonomian
yang tidak stabil ini adalah dampak dari krisis global yang melanda perekonomian
dunia. Pada saat kondisi yang tidak stabil ini investor lebih banyak pertimbangan
dan berhati-hati dalam menanamkan investasi untuk menghindari risiko investasi
yang tidak pasti.
Hasil pengujian hipotesis ini tidak senada dengan Hidayati (2007) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh rasio-rasio financial dan firm size terhadap
return saham. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa ROA berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
2. Ha2: PER memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Pengujian terhadap hipotesis ini menunjukan nilai koefisien regresi (b) terlihat
angka 0.001 yang berarti bahwa setiap peningkatan PER 1 kali maka akan
menyebabkan return naik sebesar 0,001 atau 0,1% terhadap return saham. Angka
signifikansi menunjukan sebesar 0,003, hal ini berarti P-Value lebih kecil dari
0,05 sehingga Ha2 diterima bahwa Price Earning Ratio memilki pengaruh positif
dan signifikan terhadap return saham. Hal ini senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tampubolon (2009) tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap
return saham perusahaan perkebunan. Dalam penelitiannnya dinyatakan bahwa
PER memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Dalam hal lain,
beberapa investor memiliki anggapan lain mengenai tingkat Price Earning Ratio,
bahwa perusahaan yang memiliki nilai Price Earning Ratio yang sudah tinggi
maka peluang untuk kenaikan harga saham akan kecil (Desmalinda, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010) tentang pengaruh kinerja financial
terhadap return saham, hasil penelitiannya mengatakan bahwa Price Earning
Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
3. Ha3: DER memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
Pengujian hipotesis yang ke-tiga bertujuan untuk membuktikan pengaruh Debt to
Equity Ratio terhadap return saham. Hasil pengujian tehadap hipotesis ini
menunjukan angka koefisien regresi sebesar -0,001, hal ini berarti bahwa Debt to
Equity Ratio memiliki hubungan negatif dengan return saham sehingga dapat
diambil keputusan bahwa setiap kenaikan 1% Debt to Equity Ratio akan
menyebabkan return saham turun sebesar 0,001 atau 0,1%. Sedangkan untuk P-
Value sebesar 0,796 yang berarti Ha3 ditolak, sehingga keputusan yang dapat
diambil adalah Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham.
Beberapa indikasi yang dapat menyebabkan pengujian ini tidak signifikan adalah
dari 15 sampel perusahaan yang diteliti, beberapa perusahaan memiliki DER yang
tinggi seperti BBCA, BBRI, dan BMRI. Indikasi penyebab lainnya adalah sampel
perusahaan yang digunakan dari sektor yang berbeda-beda, seperti manufaktur,
perbankan, dan pertambangan. Perbedaan sektor tersebut dapat mempengaruhi
hasil pengujian, sehingga tidak diperoleh hasil yang signifikan.
4. Ha4: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return
saham.
Pengujin hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan apakah ukuran perusahaan
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian ini
menunjukan angka koefisien regresi 0,002 yang bertanda positif yang berarti
ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan return saham. P-Value
dalam uji hipotesis ini sebesar 0,752 yang menunjukan Ha4 ditolak, jadi dapat
dikatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih
besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk
memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan
dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri. Namun, pada sisi lain perusahaan
dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena
perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh
karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar
dari perusahaan yang berukuran kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
(2009) yang melakukan penelitian tentang analisis pengaruh kinerja financial dan
firm size terhadap return saham mendapatkan hasil uji hipotesis yang berbeda,
dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap return saham.
Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa
perusahaan dengan ukuran kecil pada umumnya memiliki porsi hutang yang
relatif kecil sehingga hutang tersebut tidak begitu membebani perusahaan dan
beberapa investor dalam berinvestasi tidak hanya melihat besarnya perusahaan,
namun juga melihat kemampuan perusahaan dalam mengembalikan investasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari variabel-
variabel yang digunakan, yaitu Return on Asset, Price Earning Ratio, Debt to
Equity Ratio, dan Ukuran Perusahaan pada perusahaan yang terus-menerus
masuk dalam index LQ 45 tahun 2007 sampai 2011.
Dari beberapa variabel yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: Return on Asset,
Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Ukuraan Perusahaan. Hasil
pengujian menunjukan bahwa secara statistik Price Earning Ratio memiliki
hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan
Return on Asset secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Untuk Debt to Equity Ratio secara statistik juga tidak signifikan terhadap
return saham, dan begitu juga dengan ukuran perusahaan secara statistik tidak
signifikan terhadap return saham.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dipengruhi oeh beberapa hal kerena adanya keterbatasan
dalam proses peneitian, yakni:
1. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini hanya perusahaan yang masuk
dalam index LQ 45 dari tahun 2007 sampai 2011, sampel terdiri dari berbagai
sektor. Namun hasil penelitian ini belum bisa dijadikan gambaran secara
keseluruhan untuk seluruh perusahaan dari masing-masing sektor yang masuk
dalam sampel penelitian.
2. Penelitian ini hanya meneliti variabel-variabel Return on Asset, Price Earning
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Ukuran Perusahaan, karena masih banyak
lagi variabel-veriabel lainnya yang mungkin memiliki pengaruh terhadap
return saham.
5.3 Saran
Dari kesimpulan dan keterbatan yang diuraikan diatas, beberapa saran dalam
peneitian ini adalah:
1. Bagi Para Investor, investor dapat memperoleh gambaran tentang return saham
dengan memperhatikan Return on Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity
Ratio, dan ukuran perusahaan dalam melakukan investasi sebagai bahan
pertimbangan untuk menghindari resiko investasi. Keempat variabel yang
digunakan jika dilihat secara individu tidak semua menunjukan hasil yang
signifikan, sehingga para investor sebaiknya menganalisa lebih dalam baik
mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini atau variabel diluar
penelitian.
2. Untuk penelitian yang akan datang, sebaiknya memperluas penelitian dengan
memperpanjang periode penelitian dan variabel yang tidak terbukti pada
penelitian ini sebaiknya pada penelitian selanjutnya menggunakan proxy yang
lain dari variabel tersebut.
3. Sampel yang dugunakan sebaiknya mengambil dari populasi lain yang lebih
banyak sehingga hasil penelitian mampu memberikan gambaran yang lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Lidya. 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Terhadap Risiko
Sistematis Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI, Skripsi S-1,
Universitas Lampung. Lampung.
Baridwan, Zaki. 2005. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta.
Desmalinda, Rika. 2008. Pengaruh Perubahan Faktor-faktor Fundamental
Terhadap Return Saham, Skripsi S-1, Universitas Lampung. Lampung.
Hananto, Tri. 2010. Analisis Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia,
Skripsi S-1, Universitas Pembangunan Nasional V. Yogyakarta.
Handoko, Yulian, Basuki Djoko Saranto, Poedji Poerwadi. 2004. Akuntansi 3.
Bumi Aksara. Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hakim, Abdul. 2001. Statistika Deskriptif. Ekonisia. Yogyakarta.
Hidayati, Nur. 2007. Ananlisis Pengaruh Kinerja Financial dan Firm Size
Terhadap Return Saham Perusahaan Pada Indeks LQ-45
di Bursa EfekJakarta, Skripsi S-1, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.
Jogiyanto. 2007. Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Pratisto, Arif. 2009. SPSS 17. Elek Media Komputindo. Jakarta.
Rusdin. 2006. Pasar Modal. Alfabeta. Bandung.
Santosa, Singgih. 2010. Mastering SPSS 18. Elek Media Komputindo.
Jakarta.
Santosa, Wahyu Perdana & Hary Yusuf A.L. 2010. Return Saham,
Value at Risk, dan AktivitasPerdagangan Pada Kelompok Harga Terendah,
Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Simanungkalit, Minar. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Rasio Leverage
Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
Terbuka di Indonesia, Skripsi S-1, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Soemarso, S.R. 2004. Pengantar Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.
Subramanyam, K.R & John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
Suharyadi, Purwanto. 2004. Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern.
Salemba Empat. Jakarta.
Sukartha, Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikian Manajerial,
dan Ukuran Perusahaan Pada Kesejateraan Pemegang Saham Perusahaan
Target Akuisisi, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 10 : 243-267.
Supranto, J. 2001. Statistik. Erlangga. Jakarta.
Tampubolon, Rizky. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return
Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,
Skripsi S-1, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Widoatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia. Ghalia Indonesia. Bogor
Yanti, Nora P. 2011. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap
Return Saham Industri Perbankan di BEI, Skripsi S-1, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Zainafree, Golda. 2005. Reaksi Harga Saham Terhadap Pengumuman
Pembayaran Deviden Tunai Di Bursa Efek Jakarta, Tesis S-2,
Universitas Diponegoro. Semarang.
www.idx.co.id
www.yahoo.finance