Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PENGGUNAAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
BASIS AKRILIK TERHADAP KESEHATAN JARINGAN
PERIODONTAL PADA GIGI PENYANGGA PASIEN DI RSGM UNHAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Kedokteran Gigi
OLEH:
ANNA HANDAYANI
J111 14 030
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH PENGGUNAAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
BASIS AKRILIK TERHADAP KESEHATAN JARINGAN
PERIODONTAL PADA GIGI PENYANGGA PASIEN DI RSGM UNHAS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Anna Handayani
J111 14 030
BAGIAN PROSTODONSI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala, atas rahmat dan hidayah-Nya lah kita dapat menikmati ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaiakn skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Basis Akrilik
terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal pada Gigi Penyangga Pasien di
RSGM Unhas” dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai teladan terbaik
sepanjang masa, mengajarkan kita ilmu pengetahuan dan ilmu agama, serta
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang hingga
saat ini.
Skripsi ini merupakansalah salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Selain itu,
skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, bukan hanya kepada
penulis tetapi juga bagi pembaca dan peneliti lain untuk menambah wawasan
dalam bidang kedokteran gigi.
Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai hambatan seringkali dihadapi
penulis, namun berkat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan pada waktunya. Secara khusus, dengan hati
vi
yang tulus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua penulis, Annas Landung dan Harima Alik T. yang senantiasa bersabar
memberikan nasihat, motivasi, dukungan, doa, restu, dan perhatian yang tiada
henti kepada penulis, juga kepada saudara/i tersayang, Chica Riska Ashari,
Muh. Al Adiat, dan Whycita Al Mugni yang turut mendukung hingga
penyusunan skripsi ini selesai. Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.kes, Sp.Pros, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
2. Dr. drg. Ike Damayanti Habar, Sp.Pros, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan saran dan
bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr. drg. Irene Edith Rieuwpassa M.Si, selaku penasihat akademi yang
senantiasa memberikan motivasi, arahan dan dukungan bagi penulis
selama proses perkuliahan.
4. Staf dosen, khususnya bagian Prostodonsia dan seluruh pegawai
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, yang senantiasa
memberikan didikan, ilmu, dan bantuannya selama ini.
5. Keluarga besar INTRUSI 2014, terima kasih atas kebersamaan, suka dan
duka yang telah dilewati selama ini.
6. Sahabat-sahabat tercinta, Apriyanti, Magfirah, Nining, Putri Tahta
Gemilang dan Tria Difa Sari, yang selalu membantu, memberikan
nasihat, kepercayaan, mendoakan yang terbaik untuk penulis,
vii
mengingatkan penulis untuk menjadi manusia beriman, melewati suka dan
duka dari masa mahasiswa baru hingga menjadi seperti sekarang.
7. Pengurus HmI Komisariat Kedokteran Gigi Unhas Periode 2016-2017,
terima kasih atas pengalaman berorganisasinya.
8. Kakak-kakak RESTORASI 2013, MASTIKASI 2012 dan OKLUSAL
2011, yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian
untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN TEMATIK DESA SEHAT KAB. GOWA
GELOMBANG 96, khususnya posko 4 Desa Toddotoa, yang selalu
mendukung penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya, teima
kasih telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang lebih baik kepada segala pihak yang telah
bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan penuyusunan skripsi ini.
Akhirnya, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan
kelasahan baik disengaja maupun tidak disenaga dalam rangkaian
penyusunan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat
menjadi salah satu bahan pembelajaran dalam bidang kedokteran gigi di
masa depan.
Makassar, 13 Juli 2017
Anna Handayani
viii
PENGARUH PENGGUNAAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN BASIS
AKRILIK TERHADAP KESEHATAN JARINGAN PERIODONTAL PADA GIGI
PENYANGGA PASIEN DI RSGM UNHAS
ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi,
dan estetik. Salah satu perawatan untuk mengatasi kehilangan gigi adalah penggunaan
gigi tiruan sebagian lepasan. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan sering ditemukan
adanya penumpukan plak yang dapat menyebabkan gingivitis. Gingivitis adalah
peradangan yang berbatas pada margin gingiva yang disebabkan oleh bakteri plak dengan
tanda klinis seperi perubahan warna gingiva menjadi lebih merah dari normal, gusi
bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh
penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan basis akrilik terhadap kesehatan jaringan
periodontal gigi penyangga dan gigi bukan penyangga pasien di RSGM Unhas. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross
sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 20 sampel yang didapatkan dengan teknik
purposive sampling. Pengukuran dilakukan menggunakan indeks plak dan indeks gingiva.
Hasil: Pengguna gigi tiruan sebagian lepasan berjumlah 12 orang perempuan dan 8
orang laki-laki. Gigi penyangga subjek mengalami gingivitis dengan tingkat keparahan:
Gingivitis ringan berjumlah 12 orang, gingivitis sedang berjumlah 7 orang, gingivitis
berat berjumlah 1 orang, dengan tingkat akumulasi plak: OH baik berjumlah 3 orang, OH
sedang berjumlah 14 orang, OH buruk berjumlah 3 orang. Bukan gigi penyangga subjek
mengalami gingivitis dengan tingkat keparahan: Gingivitis ringan berjumlah 17 orang
dan gingivitis sedang berjumlah 3 orang, dengan tingkat akumulasi plak: OH baik
berjumlah 16 orang dan OH sedang berjumlah 4 orang. Kesimpulan: Pada pengguna gigi
tiruan sebagian lepasan basis akrilik di RSGM Unhas sebagian besar mengalami
gingivitis ringan dengagn kategori oral hygiene sedang untuk gigi penyangga dan
kategori oral hygiene baik untuk bukan gigi penyangga.
Kata kunci: Gigi tiruan lepasan basis akrilik, gingivitis, plak, RSGM Unhas
ix
THE EFFECT OF REMOVABLE PARTIAL DENTURE WITH ACRYLIC BASE
IN PERIODONTAL HEALTH OF ABUTMENT TEETH PATIENT IN RSGM
UNHAS
ABSTRACT
Background: Tooth loss will cause malfunctioning of phonetic, mastication, and
aesthetic. One of treatments to overcome tooth loss is using removable partial dentures.
The use of removable partial dentures is often found plaque accumulation that cause
gingivitis. Gingivitis is an inflammation that confines to the gingival margins caused by
plaque bacteria with clinical signs as the changes of gingival color to be redder than
normal, swollen gums and bleeding at mild pressure. Objective: To determine the effect
of removable partial dentures with acrylic base on periodontal health on abutment dan
non-abutment teeth of patient in RSGM Unhas. Methods: This was an observational
analytic study with cross sectional design. 20 samples were obtained using purposive
sampling technique. Measurements were done by plaque index and gingival index.
Result: Users of partially removable dentures amounted to 12 women and 8 men. Subject
abutment teeth have gingivitis with severity: mild gingivitis amounted 12 people,
moderate gingivitis amounted 7 people, severe gingivitis amounted 1 person, with plaque
accumulation rate: good OH amounted 3 people, fair OH amounted 14 people, poor OH
amounted 3 people. Subject non-abutment teeth have gingivitis with severity: mild
gingivitis amounted 17 people and moderate gingivitis amounted 3 people, with plaque
accumulation rate: good OH amounted 16 people and fair OH amounted 4 people.
Conclusions: Users of removable partial denture denture with acrylic base in RSGM
Unhas mostly have mild gingivitis with moderate oral hygiene category for abutment
teeth and good oral hygiene category for non-abutment teeth.
Keywords: Removable partial denture with acrylic base, gingivitis, plaque,RSGM Unhas
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan penelitian ............................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................................ 5
1.4 Manfaat penelitian .......................................................................................... 6
1.4.1 Bagi peneliti dan instansi terkait.............................................................. 6
1.4.2 Bagi masyarakat....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7
2.1 Kehilangan gigi .............................................................................................. 7
2.2 Gigi tiruan sebagian lepasan ........................................................................... 7
2.2.1 Definisi gigi tiruan sebagian lepasan ...................................................... 7
2.2.2 Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan ........................................................ 8
2.2.3 Dukungan gigi tiruan sebagian lepasan ................................................ 10
2.2.4 Bahan-bahan basis gigi tiruan sebagian lepasan ................................... 13
2.3 Jaringan periodontal ..................................................................................... 19
2.3.1 Gingiva ................................................................................................. 19
2.3.2 Tulang alveolar ...................................................................................... 23
xi
2.3.3 Ligamen periodontal .............................................................................. 24
2.3.4 Sementum .............................................................................................. 26
2.4 Penyebab penyakit periodontal ........................................................................ 27
2.4.1 Plak bakteri ........................................................................................... 27
2.4.2 Kalkulus ................................................................................................. 28
2.4.3 Impaksi makanan ................................................................................... 29
2.5 Dampak penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan .......................................... 29
2.5.1 Gingivitis ............................................................................................... 27
2.5.2 Periodontitis ........................................................................................... 35
BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ............................. 37
3.1 Kerangka teori .............................................................................................. 37
3.2 Kerangka konsep .......................................................................................... 38
3.3 Hipotesis penelitian ...................................................................................... 39
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 40
4.1 Jenis penelitian ............................................................................................. 40
4.2 Rancangan penelitian .................................................................................... 40
4.3 Lokasi penelitian .......................................................................................... 40
4.4 Waktu penelitian ........................................................................................... 40
4.5 Variabel penelitian ........................................................................................ 40
4.6 Populasi dan sampel penelitian .................................................................... 41
4.7 Metode sampling .......................................................................................... 41
4.8 Kriteria sampel ............................................................................................. 41
4.9 Definisi operasional variabel ........................................................................ 42
4.10 Pengukuran ................................................................................................. 37
4.11 Alat dan bahan ............................................................................................ 46
4.12 Prosedur penelitian ..................................................................................... 46
4.13 Data ............................................................................................................. 47
4.14 Alur penelitian ............................................................................................ 47
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................. 48
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 62
xii
6.1 Keterbatasan penelitian ................................................................................ 70
BAB VII PENUTUP .............................................................................................. 71
7.1 Simpulan ....................................................................................................... 71
7.2 Saran ............................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 72
LAMPIRAN ........................................................................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Dukungan gigi ....................................................................................... 10
Gambar 2 Dukungan jaringan ................................................................................ 11
Gambar 3 Dukungan kombinasi ............................................................................ 12
Gambar 4 Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam ....................................... 14
Gambar 5 Gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik ............................................. 18
Gambar 6 Gigi tiruan sebagian lepasan nylon thermoplastic................................. 19
Gambar 7 Anatomi jaringan gingiva ...................................................................... 19
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.10.1 Kriteria penilaian indeks plak ........................................................... 44
Tabel 4.10.2 Interpretasi indeks plak ..................................................................... 44
Tabel 4.10.3 Kriteria penilaian indeks gingiva ...................................................... 45
Tabel 4.10.4 Interpretasi indeks gingiva ................................................................ 44
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ................................................ 48
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin ................................. 49
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan lama penggunaan .......................... 49
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan indeks plak .................................... 49
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan skor indeks gingiva ....................... 50
Tabel 5.6 Perbandingan indeks gingiva dan jenis kelamin ................................ 51
Tabel 5.7 Perbandingan indeks plak dan jenis kelamin ..................................... 52
Tabel 5.8 Perbandingan indeks gingiva dan lama penggunaan ......................... 53
Tabel 5.9 Perbandingan indeks plak dan lama penggunaan .............................. 55
Tabel 5.10 Perbandingan indeks gingiva dan kelompok usia .............................. 57
Tabel 5.7 Perbandingan indeks plak dan kelompok usia ................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan karena dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang1. Angka
kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia tergolong cukup tinggi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional, prevalensi masalah gigi
dan mulut pada tahun 2007 adalah 23,2 %, kemudian meningkat pada tahun 2013
menjadi 25,9%, dan hanya 8,1% yang menerima perawatan.2,3
Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi
berfungsi sebagai alat mastikasi yang dapat membantu proses pencernaan
makanan dan merangsang sekresi saliva, sebagai alat fonetik untuk berbicara atau
mengucapkan kata secara jelas, serta membantu mempertahankan bentuk wajah4.
Namun, gigi juga dapat mengalami kerusakan hingga menyebabkan hilangnya
gigi. Hilangnya gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma pada dentoalveolar,
atau kerusakan jaringan periodontal.5
Kehilangan gigi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
suatu penduduk. Jika gigi yang hilang tidak segera diganti, maka akan
menimbulkan kesulitan bagi pasien sendiri, seperti sulit mengunyah makanan,
rasa tidak nyaman, terjadi migrasi patologis gigi tetangga, dimensi vertikal wajah
berubah, terjadi gangguan berbicara hingga berpengaruh pada sendi
2
temporomandibular. Kehilangan gigi dapat dirawat dengan pembuatan gigi tiruan
lepasan atau gigi tiruan cekat.5
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2013 melaporkan bahwa kehilangan gigi ditemukan pada kelompok
umur 45-54 tahun sebesar 1,8%, 55-64 tahun sebesar 5,9%, dan pada kelompok umur
65 tahun ke atas, kehilangan gigi mencapai 17,6%. Penggunaan gigi tiruan diperlukan
apabila seseorang telah kehilangan sebagian atau seluruh giginya.3
Menurut Glossary of Prosthodontic, gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan
atau struktur pendukungnya, didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas
dari mulut dan dipasang kembali oleh pasien sendiri. Penggunaan gigi tiruan akan
membantu mengembalikan estetika, mengembalikan fungsi pengunyahan yang baik,
memulihkan fungsi bicara, mempertahankan oklusi maksila dan mandibula, serta
menambah rasa percaya diri.6,7
Jenis gigi tiruan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah jenis
gigi tiruan sebagian lepasan basis resin akrilik. Keuntungan dari gigi tiruan basis
resin akrilik adalah harganya yang relatif murah, warnanya menyerupai jaringan
gingiva, proses pembuatan dan manipulasinya mudah, dan tidak larut dalam saliva.
Namun, bahan tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu menyerap cairan dan
mempunyai sifat porus yang dapat menjadi tempat pengendapan sisa makanan
sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak.6
3
Gigi tiruan tidak berkontak langsung dengan jaringan mukosa di dalam mulut,
tetapi disekat oleh cairan oral yang bersifat adhesive yaitu saliva. Pada awal
penggunaan gigi tiruan lepasan, terjadi peningkatan produksi saliva karena adanya
rangsangan. Hal ini merupakan adaptasi gigi tiruan di dalam rongga mulut sekaligus
memberikan retensi pada gigi tiruan. Adhesi dari saliva akan memberikan perlekatan
yang baik antara mukosa dan gigi tiruan.7,8
Jaringan periodontal gigi terdiri dari jaringan gingiva, tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan sementum yang melekat pada akar gigi. Kondisi jaringan
periodontal dari gigi penyangga merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Apabila jaringan periodontal
tidak sanggup menahan tekanan oklusal, gigi penyangga akan goyang dan hal inilah
yang dapat mengganggu fungsi gigi tiruan.9
Sebuah gigi tiruan sebagian lepasan harus dibuat dengan dukungan gigi
penyangga yang memadai. Perawatan pre-prostetik sebelum dilakukan pembuatan
gigi tiruan perlu dilakukan dengan tujuan memperbaiki struktur jaringan di dalam
mulut, khususnya jaringan periodontal gigi penyangga. Sebuah gigi tiruan sebagian
lepasan jika dirancang secara benar dapat menjadi alat pemulihan dan pemeliharaan
jaringan rongga mulut yang efektif bagi pasien.10
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, penyakit periodontal
terjadi sebesar 61% pada pengguna gigi tiruan sebagian lepasan7. Penggunaan gigi
tiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal
melalui penumpukan plak. Penumpukan plak ini tidak hanya pada permukaan gigi
4
asli yang secara langsung berkontak dengan permukaan gigi tiruan, tetapi juga pada
gigi asli yang ada di lengkung rahang yang berlawanan. Penumpukan plak di
sekeliling gigi yang masih ada dapat menyebabkan karies, gingivitis maupun
periodontitis.11
Berdasarkan survey yang dilakukan Lechner, pada pengguna gigi tiruan
persentase terjadinya gingivitis adalah 60%, resesi gingiva 46,67%, ulser akibat gigi
tiruan pada rahang atas yaitu 46,67%, ulser akibat gigi tiruan pada rahang bawah
30%, denture stomatitis 50%, angular celulitis 46,67%, dan oral candidiasis 45%.12
Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan oleh bakteri
dengan tanda-tanda klinis berupa perubahan warna lebih merah dari normal, gusi
bengkak, dan mudah berdarah pada tekanan ringan. Selain faktor host, agent, dan
environment yang mendukung, gingivitis juga memerlukan waktu dalam proses
perkembangannya. Apabila tidak segera dirawat, gingivitis dapat berkembang
menjadi periodontitis.14
Menurut Newman dkk., periodontitis adalah peradangan pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu yang menghasilkan
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan meningkatnya kedalaman
poket periodontal. Penyebab utama dari periodontitis adalah akumulasi plak pada
permukaan gigi. Peradangan pada mulanya hanya mengenai jaringan gingiva dan bila
berkelanjutan akan mengenai ligamen dan tulang alveolar penyangga gigi. 14
Tanda klinis terbentuknya poket periodontal adalah kemerahan, penebalan
tepi gingiva, perdarahan gingiva dan supurasi, kegoyangan gigi dan terbentuknya
5
celah antar gigi, rasa sakit lokal atau rasa sakit dalam tulang. Infeksi dan inflamasi
dari gingiva menyebar ke ligamen dan tulang alveolar yang menyangga gigi.
Hilangnya dukungan menyebabkan gigi dapat terlepas dari soketnya.14
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan basis akrilik terhadap
kesehatan jaringan periodontal pada gigi penyangga pasien di RSGM Unhas.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh penggunaan gigi tiruan
sebagian lepasan basis akrilik terhadap kesehatan jaringan periodontal pada gigi
penyangga pasien di RSGM Unhas?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
gigi tiruan sebagian lepasan basis akrilik terhadap kesehatan jaringan periodontal
pada gigi penyangga pasien di RSGM Unhas.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan basis
akrilik terhadap kesehatan jaringan gingiva dan akumulasi plak pada gigi
6
penyangga pasien di RSGM Unhas berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama
penggunaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan basis
akrilik terhadap kesehatan jaringan gingiva dan akumulasi plak pada bukan
gigi penyangga pasien di RSGM Unhas berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
lama penggunaan.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi peneliti dan instansi terkait
Penelitian ini bermanfaat sebagai data dan informasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut, dan menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan
penelitian dan menambah pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan gigi tiruan
sebagian lepasan basis akrilik terhadap kesehatan jaringan periodontal pada gigi
penyangga pasien di RSGM Unhas.
1.4.2 Bagi masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan pengguna gigi tiruan sebagian
lepasan dapat memperhatikan kesehatan jaringan periodontalnya dan dapat
meningkatkan kebersihan rongga mulut dan gigi tiruannya dengan cara yang tepat
dan teratur, serta melakukan pemeriksaan secara berkala di dokter gigi untuk
mencegah terjadinya perubahan fisiologis jaringan rongga mulut, khususnya jaringan
periodontal.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehilangan gigi
Kehilangan gigi merupakan keadaan di mana satu atau lebih gigi seseorang
lepas dari soketnya. Kehilangan gigi biasanya terjadi akibat penyakit periodontal,
trauma, dan karies. Menurut Arora dkk, kehilangan gigi merupakan penyakit
multifaktorial dan dipengaruhi oleh berbagai faktor lokal dan sistemik, serta faktor
sosiodemografi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan mengunyah,
kualitas hidup dan nutrisi. 15
Data Oral Health US (2002) menunjukkan prevalensi kehilangan gigi pada
usia 25-44 tahun adalah 2%, usia 45-60 tahun adalah 10% dan usia 65-74 tahun
adalah 25%.15
2.2 Gigi tiruan sebagian lepasan
2.2.1 Definisi gigi tiruan sebagian lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau
lebih gigi asli yang hilang tetapi tidak semua gigi, dan didukung oleh gigi-gigi asli
yang masih ada serta mukosa di dalam lengkung rahang. Gigi tiruan sebagian lepasan
dikenal juga sebagai removable partial denture. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(GTSL) berfungsi sebagai pilihan perawatan yang sederhana dan popular untuk
8
pasien yang mengalami edentulous sebagian.16
2.2.2 Fungsi Gigi tiruan sebagian lepasan
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan untuk mempertahankan
kondisi fungsional gigi dan jaringan periodontalnya16. Adapun fungsi gigi tiruan
yaitu:
a. Fungsi mastikasi
Mastikasi adalah proses mengunyah atau menghancurkan makanan yang
dilakukan oleh gigi dengan bantuan otot-otot mastikasi, lidah, sendi
temporomandibular, dan saliva. Proses mastikasi dipengaruhi oleh jumlah gigi
dalam lengkung rahang. Pola kunyah masyarakat yang kehilangan sebagian gigi
biasanya akan mengalami perubahan.16
Makanan harus dikunyah dengan baik agar proses pencernaan dapat
berlangsung dengan baik juga. Pencernaan yang tidak baik dapat menyebabkan
memburuknya kesehatan secara umum. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada
kedua rahang pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal
mungkin oleh gigi asli pada sisi lainnya. Dalam hal ini, tekanan kunyah akan
dibebankan oleh satu sisi saja. Dengan penggunaan gigi tiruan, tekanan kunyah
dapat disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian jaringan pendukung gigi.
Dengan demikian penggunaan gigi tiruan akan meningkatkan efisiensi kunyah dan
mempertahankan keadaan fisiologis rongga mulut.17
9
b. Fungsi fonetik
Pada saat berbicara, organ yang berperan dibagi atas dua bagian. Pertama,
bagian yang bersifat statis yaitu gigi, palatum, dan tulang alveolar. Kedua, bagian
yang bersifat dinamis yaitu lidah, bibir, pita suara, dan mandibula. Organ
pengucapan yang tidak lengkap dan tidak sempurna dapat memengaruhi kualitas
suara pasien dalam berbicara. Kesulitan bicara juga dapat timbul, meskipun hanya
bersifat sementara. Dalam hal ini, penggunaan gigi tiruan dapat meningkatkan dan
memulihkan kemampuan pengucapan huruf dan kata-kata sehingga pasien dapat
berbicara dengan jelas.16
c. Fungsi estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan ortodontik dan prostodontik
biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya gigi, perubahan
bentuk, susunan, warna, atau berjejalnya gigi geligi. Orang yang kehilangan gigi
depan, biasanya memperlihatkan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga
wajah menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih ke
depan. Selain itu, kepercayaan diri seseorang dalam berbicara di depan umum juga
akan menurun.16,17
2.2.3 Dukungan gigi tiruan sebagian lepasan
a. Dukungan gigi
Mekanisme tentang dukungan gigi telah diteliti lebih dari 20 tahun, baik pada
manusia maupun hewan percobaan dan sejumlah kesimpulan telah diambil. Gaya
10
oklusal yang dibebankan kepada gigi asli dikontrol oleh mekanisme refleks
neuromuskular dari sistem mastikasi. Mekanisme ini terjadi karena adanya reseptor
refleks di dalam jaringan otot tendon, sendi dan jaringan periodontal. Sistem inilah
yang mengatur pergerakan mandibula.18
Gambar 1. Dukungan gigi
(Sumber: Tyson dkk, 2007)
Besar dan lama kerjanya suatu gaya dapat menyebabkan perubahan dalam
struktur jaringan periodontal. Perubahan ini dapat terlihat, seperti pada pembebanan
gaya sampai batas tertentu akan terjadi pembesaran atau pelebaran membran
periodontal, karena jumlah serat dan kepadatannya bertambah. Besar gaya oklusal
yang dapat ditahan oleh suatu gigi asli tergantung pada kesehatan gigi itu sendiri.17
Kesehatan gigi asli dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut18:
1) Besar, kecepatan dan lamanya gaya bekerja pada gigi.
2) Status biologik dari ligamen periodontal, yang berkaitan dengan penerimaan
gaya per hari sebelumnya.
3) Umur dan keadaan sistemik penderita.
4) Kebersihan mulut, seperti adanya plak dan kalkulus.
11
b. Dukungan jaringan
Jaringan lunak atau mukosa yang membungkus prosesus alveolaris terdiri dari
tiga lapisan, yaitu mukosa, submukosa dan periosteum. Mukosa terdiri dari epitel
berlapis gepeng. Epitel mukosa ini terbagi atas tiga lapis; bagian luar disebut Stratum
Corneum, bagian tengah Stratum Medium yang terdiri dari S. Spinosum dan S.
Granulosum, sedangkan bagian basalnya adalah Stratum Germinativum. Epitel
berlapis gepeng ini merupakan lapisan tipis dengan ketebalan bervariasi, baik secara
individu maupun lokasinya. Submukosa dimana terdapat pembuluh darah, syaraf dan
limfe, serta serat kolagen yang masuk ke dalam lapisan periosteal tulang terdiri dari
jaringan ikat. Pada bagian ini terdapat cairan ekstraselular.16,18
Gambar 2. Dukungan jaringan
(Sumber: Tyson dkk, 2007)
c. Dukungan kombinasi
Sudah dikemukakan bahwa pada kasus berujung bebas, gigi tiruan mendapat
dukungan kombinasi antara jaringan dan gigi, karena pada salah satu ujung sadel
seperti ini tidak ada gigi lagi. Semua kasus semacam ini hendaknya diusahakan
mendapat dukungan kombinasi, karena gigi penyangga yang masih ada perlu
dipertahankan selama mungkin16. Cara-cara berikut dapat ditempuh untuk mencapai
maksud di atas18:
1) Pengurangan gaya oklusal.
12
2) Penyaluran gaya oklusal pada gigi penyangga dan jaringan mukosa, dengan
jalan:
a. Pencetakan fungsional.
b. Penempatan sandaran menjauhi basis, sehingga sebagian gaya oklusal akan
dibebankan ke mukosa dan sekaligus mengurangi gaya ungkit pada gigi
penyangga.
c. Penggunaan peredam stres (stress breaker).
3) Pendistribusian gaya oklusal kepada permukaan seluas mungkin dan dapat juga
dilakukan dengan memperluas konektor utama dan menggunakan sebanyak
mungkin sandaran oklusal.
Gambar 3. Dukungan kombinasi
(Sumber: Tyson dkk, 2007)
2.2.4 Bahan-bahan basis gigi tiruan sebagian lepasan
Basis gigi tiruan sebagian lepasan sering disebut sebagai dasar atau sadel,
yaitu bagian yang mendukung unsur gigi tiruan. Basis merupakan bagian gigi tiruan
yang bersandar pada jaringan pendukung tempat melekatnya gigi tiruan18. Bahan
basis gigi tiruan sebagian lepasan yang sering digunakan adalah:
13
2.2.4.1 Logam
Bahan logam dicatat telah digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan pada
abad ke-18 dan ke-20. Beberapa jenis logam yang digunakan sebagai bahan basis gigi
tiruan adalah kobalt kromium, aloi emas, aluminium dan stainless steel17,18. Bahan
logam sebagai basis gigi tiruan memiliki beberapa keuntungan, diantaranya ketepatan
dimensional basis logam yang mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi
perubahan selama penggunaan di dalam mulut, basis logam dapat dibuat dengan
ketebalan minimal (tipis) karena memiliki sifat lebih kuat dan keras dibanding basis
gigi truan non logam, basis logam merupakan pengantar termis yang baik. Setiap
perubahan suhu akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya untuk
menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan, serta bahan logam lebih tahan
abrasi, permukaan licin dan mengkilat serta tidak menyerap cairan mulut sehingga
kalkulus dan deposit makanan lebih sulit melekat.17
Disamping banyak keuntungan, bahan logam juga memiliki banyak kerugian
diantaranya kurang estetis karena warna basis logam tidak sama dengan warna
jaringan sekitarnya, basis logam tidak dapat dilapisi atau direparasi kembali, serta
teknik pembuatannya yang lebih rumit dan harganya lebih mahal.18
Gambar 4. Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam
(Jones and Garcia, 2009)
14
2.2.4.2 Resin akrilik
Resin akrilik baru diperkenalkan penggunaannya untuk bahan basis gigi tiruan
pada tahun 1937 dan bahan ini berkembang dengan cepat menggantikan bahan yang
digunakan sebelumya. Resin akrilik berasal dari bahasa latin yaitu “acrolain” yang
berarti bau tajam. Akrilik merupakan suatu senyawa yang berasal dari asam acrolain
atau gliserin aldehida, yang secara kimia dikenal sebagai polymetil metakrilat. 16,17
Menurut Combe (1992) dan Philips (2004), resin akrilik dapat dibedakan atas
3 jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar, resin
akrilik polimerisasi panas (RAPP). 16,18
a. Resin akrilik swapolimerisasi (Self-cured Autopolymerizing/Cold cured resin
acrylic) adalah resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang
teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat
dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan
amintersier terhadap monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk,
amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga
dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai.16
b. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah resin akrilik
yang membutuhkan cahaya atau sinar dalam aktivasinya. Polimerisasi ini
membutuhkan penyinaran selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar
400-500 nm berupa lampu halogen tungtens atau ultraviolet.16
c. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah resin akrilik
yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi termal yang
15
diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air panas atau microwave. Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi.16
2.2.4.2.1 Sifat-sifat resin akrilik
1. Pengerutan
Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli
(metilmetakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3.
Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya,
pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7%
sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.16
2. Perubahan dimensi
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang
bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh
penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang
disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal
yang diakibatkan oleh penyerapan air.16
3. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik
panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas
termal yang rendah yaitu 0.0006 ( .16
16
4. Solubilitas
Meskipun basis gigi tiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah
kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang
terdapat dalam rongga mulut.16
5. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu tertentu. Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika
ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan
efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan
air sebesar 0.69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah
difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang
menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat
mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan
periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air. Dari hasil klinis menunjukkan
bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan diskolorisasi.16
6. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas
cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas
disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul
polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih
17
bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat
antara komponen polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan
dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer
dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta
waktu pengisian bahan ke dalam mould yang tepat.16
7. Stabilitas warna
Resin akrilik menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yu-lin Lai dkk,
mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta
dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai
diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.16
2.2.4.2.2 Keuntungan dan kerugian resin akrilik
Keuntungan resin akrilik adalah harga murah dan pembuatan mudah, mudah
direparasi atau manipulasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik sangat baik, ikatan
kimia baik, tidak mengiritasi jaringan mulut, tidak berasa, berbau, dan beracun, warna
menyerupai warna gusi, serta mudah dibersihkan dan cukup tahan lama.16
Sedangkan kerugian resin akrilik adalah mudah patah, menimbulkan berbagai
macam porositas, dapat mengalami perubahan bentuk jika disimpan dalam keadaan
kering, dan dapat menimbulkan alergi.
18
Gambar 5. Gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik
(Jones and Garcia, 2009)
2.2.4.3 Fleksible denture (Nylon thermoplastic)
fleksible denture adalah gigi tiruan lepasan dengan bahan nylon thermoplastic.
Bahan nylon thermoplastic yang digunakan membuat gigi tiruan jenis ini mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan gigi tiruan jenis lain, antara lain nylon
thermoplastic dapat dibuat lebih tipis dan fleksible, dibuat tanpa menggunakan frame
metal atau cangkolan kawat, dapat menempel disekitar gigi asli dan jaringan ginggiva
dengan aman dan lebih nyaman jika dibandingkan dengan gigi tiruan dengan
cangkolan logam, memiliki warna, bentuk dan design yang menyatu dengan warna
alami ginggiva sehingga tak terlihat saat digunakan, kuat dan tidak mudah patah jika
dibandingkan dengan akrilik, tidak memerlukan preparasi gigi dan jaringan, lebih
tahan lama dibanding akrilik, serta menguntungkan untuk pasien yang alergi terhadap
logam.17
19
Gambar 6. Gigi tiruan sebagian lepasan Nylon thermoplastic
(Sumber: [internet]. Accesess on: 04 Februari 2017. Available from:
https://dental55.com/category/prostodontik-gigi-tiruanpalsu/valplast )
2.3 Jaringan periodontal
2.3.1 Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus alveolaris
dan mengelilingi leher gigi. Gingiva meluas mulai dari daerah batas servikal gigi,
sampai ke daerah batas mucobuccal fold. Gingiva merupakan bagian dari pendukung
gigi atau jaringan periodonsium, yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya
terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.19
Gambar 7. Anatomi jaringan gingiva
(Sumber: [internet]. Accesess on: 4 Februari 2017. Available from:
http://www.googleimage.dentistry.org)
20
Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva secara jelas dibatasi
mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang bergelombang disebut
perlekatan mukogingiva. 19
Gingiva dibagi menjadi tiga bagian menurut daerahnya yaitu marginal
gingiva, attached gingiva dan gingiva interdental. Marginal gingiva adalah bagian
gingiva yang terletak pada daerah korona dan tidak melekat pada gingiva. Dekat tepi
gingiva terdapat suatu alur dangkal yang disebut sulkus gingiva yang mengelilingi
setiap gigi. Pada gigi yang seha,t kedalaman sulkus gingival bervariasi sekitar 0,5 – 2
m. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini
terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival juntion. Interdental gingiva
mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang interproksimal dibawah tempat
berkontaknya gigi.19
2.3.1.1 Gambaran klinis gingiva sehat
a. Warna Gingiva
Dalam keadaan normal, akibat permukaan pada epitelium lebih tipis dan
vaskularisasi yang lebih banyak dibanding orang dewasa, gingiva pada anak
berwarna merah tua. Warna gingiva normal pada anak sangat dipengaruhi oleh
vaskularisasi pada pembuluh darah dan jaringan pendukung. Mukosa alveolar
berwarna merah, halus dan lebih terang.19
21
Warna gingiva sangat bervariasi pada setiap orang dan berhubungan dengan
pigmentasi kulit. Warna gingiva lebih terang pada orang kulit putih dibandingkan
pada orang kulit hitam. Melanin berperan pada pigmentasi normal kulit, gingiva,
dan membaran mukosa mulut, dimana melanin ini lebih banyak terdapat pada
orang kulit hitam. Menurut Dummer, distribusi pigmen pada orang kulit hitam
yaitu gingiva 60 %, palatum 61 %, membran mukosa 22 %, dan lidah 15%.19
b. Kontur Gingiva
Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung, pada bentuk maupun
kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal,
serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva
mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju. Selama masa erupsi gigi
permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan.
Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi,
lokasi, bentuk daerah kontak, dan luas embrassure gingiva.19
c. Konsistensi
Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal, dan melekat erat pada tulang
alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara
alami dan hubungannya dengan mucoperiosteum tulang alveolar, sedangkan
kepadatan marginal gingiva di dukung oleh serat-serat gingiva.19
d. Tekstur Permukaan
Gingiva memiliki tekstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
22
sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan
dengan adanya peradangan gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan
10 tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi
gigi permanen, stippling menunjukkan gambaran yang beregerombol dan lebih
lebar 1/8 inchi, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached
gingiva.19
e. Keratinisasi
Epitel yang menutupi permukaan luar marginal dan attached gingiva
mengalami keratinisasi maupun parakeratinisasi. Keratinisasi dianggap sebagai
suatu bentuk perlindungan terhadap penyesuaian fungsi gingiva dari rangsangan
atau iritasi. Lapisan pada permukaan dilepaskan dalam bentuk helaian tipis dan
diganti dengan sel dari lapisan granular dibawahnya. Keratinisasi mukosa mulut
bervariasi pada daerah yang berbeda. Daerah yang paling banyak mengalami
keratinisasi adalah palatum, gingiva, lidah dan pipi.19
f. Posisi
Posisi gingiva menunjukkan tingkatan dimana marginal gingiva menyentuh
gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus gingiva berada di puncak
mahkota. Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan sulkus gingiva terlihat
lebih dekat ke arah apikal.19
g. Ukuran
Ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler,
serta vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya
23
perubahan ukiiran dari komponen mikroskopik.19
2.3.2 Tulang alveolar
Tulang alveolar merupakan struktur tulang yang mendukung gigi. Processus
alveolaris membentuk soket gigi yang merupakan bagian dari tulang rahang.
Terbentuknya processus alveolaris tergantung pada erupsi gigi. Pada penderita
anodonsia, processus alveolaris tidak terbentuk. Jika seluruh gigi dicabut, processus
alveolaris secara bertahap hilang akibat resorpsi tulang.20
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal.
Lempeng kortikal luar adalah lanjutan korteks mandibula atau maksila. Lempeng
kortikal dalam bersebelahan dengan membran periodontal gigi yang disebut lamina
dura. Tulang alveolar mengelilingi akar untuk membentuk sakunya. Pembuluh darah
dan saraf ke gigi menembus tulang alveolar ke foramen apikal untuk memasuki
rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap
pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen
atau setelah periodontitis dapat terjadi resorpsi nyata dari tulang alveolar. 20
2.3.2.1 Stuktur tulang alveolar
Tulang alveolar tersusun atas alveolar bone proper dan supporting bone.
Alveolar bone proper adalah tulang yang melapisi soket. Dalam istilah radiologi
disebut lamina dura. Supporting bone meliputi compact cortical plates dan spongy
bone. 20
24
a. Alveolar bone proper
Alveolar bone proper adalah lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar gigi
dan memberikan perlekatan pada pada prinsipal fibers dari ligamen periodontal.
Alveolar bone proper membentuk lapisan dalam soket. 20
b. Supporting alveolar bone
Supporting alveolar bone adalah tulang yang mengelilingi alveolar bone
proper dan memberikan dukungan pada soket. Supporting alveolar bone terdiri
dari dua bagian yaitu20:
1. Cortical plates yang terdiri dari compact bone dan membentuk outer dan inner
plates dari tulang alveolar.
2. Spongy bone yang mengisi area diantara plates dan alveolar bone proper.
Spongy bone juga disebut trabecular bone atau cancellous bone.
2.3.3 Ligamen Periodontal
Ligamen adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang.
Akar gigi melekat pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang dianggap
sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang
rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai
gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar variasinya, juga
frekuensi, durasi dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut
secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung. 20
25
Menurut Willmann (2007), fungsi ligamen periodontal meliputi fungsi
suportive, formative, resorptive, sensory and nutritive. Ketebalan ligamen bervariasi
dari 0,3-0,1 mm. Ligamen periodontal yang terlebar terdapat pada mulut soket dan
pada apeks gig, yang tersempit adalah pada aksis rotasi gigi yang terletak sedikit
apikal dari pertengahan akar. Pada keadaan sehat, gigi mempunyai rentang gerakan
yang normal. Apabila stres fungsional besar, ligamen biasanya juga lebih tebal dan
bila gigi tidak berfungsi ligamen akan menjadi tipis setipis 0,06 mm. Dengan
terjadinya proses penuaan, ligamen akan menjadi lebih tipis. 20
Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah principal fibers (serabut-
serabut dasar). Menurut Phinney and Halstead (2003), enam grup dari prinsipal fibers
yaitu20:
a. Alveolar crest, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan tilting
b. Horizontal, berfungsi dengan cara yang kebanyakan sama dengan alveolar crest
c. Oblique, merupakan fibers grup yang sangat banyak. Fungsinya adalah untuk
menahan gaya intrusif yang mendorong gigi ke dalam
d. Apikal, berfungsi untuk menahan gaya yang mencoba untuk menarik gigi
keluar, dan juga gaya rotasi
e. Interradicular, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang gigi pada
kontak interproksimal
f. Interdental (transeptal), berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang
gigi di daerah kontak interproksimal
26
2.3.4 Sementum
Sementum adalah suatu jaringan mesenkimal terkalsifikasi yang membentuk
lapisan luar akar gigi, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan ligamentum
periodontal ke gigi untuk menahan gigi agar tetap pada posisinya. Sementum
dibentuk oleh sementoblas yang berkembang dari sel-sel mesenkim yang tidak
terdiferensiasi dalam jaringan ikat folikel dentalis.20
2.3.4.1 Tipe Sementum
1. Sementum Aseluler
Secara kronologis sementum aseluler pertama-tama ditimbun pada dentin
membentuk pertemuan sementum-dentin, dan biasanya menutupi sepertiga
servikal dan sepertiga tengah akar. Sementum aseluler tidak mengandung sel,
terbentuk sebelum gigi mencapai oclusal plane (erupsi), ketebalannya sekitar 30-
230 µm. Serabut sharpey membentuk sebagian besar struktur aseluler sementum.
Selain itu juga, mengandung fibril-fibril kolagen yang terkalsifikasi yang tersusun
beraturan atau parallel terhadap permukaan.20
2. Sementum Seluler
Sementum seluler biasanya ditumpuk pada sementum aseluler pada sepertiga
apikal akar dan bergantian dengan lapisan sementum aseluler. Sementum seluler
ditumpuk pada kecepatan yang lebih besar daripada sementum aseluler dan dengan
demikian menjebak sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini
disebut sementosit. Sementosit terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai
lacuna Sementum seluler, banyak ditemukan di daerah apikal dan bifurkasi akar
27
gigi. Lebih sedikit terkalsifikasi daripada tipe aseluler, serabut sharpey porsinya
sedikit, dan terpisah dari serabut lain yang tersusun parallel pada permukaan akar,
lebih tebal dari aseluler sementum. 20
2.4 Penyebab penyakit periodontal
Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada
lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan
metabolisme dan kesehatan umum pasien. Faktor lokal penyebab penyakit
periodontal yaitu21:
2.4.1 Plak Bakteri
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroorganisme yang
melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan
kebersihan mulut. Berdasarkan letaknya, plak dibagi atas supragingiva yang berada
disekitar tepi gingiva dan plak subgingiva yang berada di apikal dari dasar gingiva.22
Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah
kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak
bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat
menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan merusak
mekanisme pertahanan tubuh, mengurangi pertahanan jaringan tubuh, dan
menggerakkan proses immuno patologi.22
28
Penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,
akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya, seperti perilaku
membersihkan rongga mulut yang kurang baik, kebiasaan merokok, dan faktor sosial-
ekonomi masyarakat.22
2.4.2 Kalkulus
kalkulus adalah mineral yang berwarna kuning atau coklat pada gigi karena
plak gigi yang mengeras. Menurut Kamus Kedokteran Gigi (F.J Harty dan R Ogston),
kalkulus adalah Deposit plak yang termineralisasi, kemudian mengeras yang
menempel pada gigi.22
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di dalam
mulut, dan bahkan lokasi geografi dari individu. Pada umunya, kalkulus terdiri dari
80% massa anorganik, air, dan matriks organik (protein dan karbohidrat), sel-sel
epitel deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus, dan leukosit. Massa
anorganik terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatit,
brushite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium
karbonat, magnesium, fosfat, dan florida. 22
Kalkulus mengandung banyak bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka bakteri dapat memicu
terjadinya infeksi pada jaringan periodontal.22
29
2.4.3 Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan
keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang
berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan, sedangkan gigi
dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda
yang berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu22:
a. Perasaan tertekan pada daerah proksimal
b. Rasa sakit yang sangat tidak menentu
c. Inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.
d.Pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari
soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif
terhadap perkusi.
e. Kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar.
2.5 Dampak penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan
2.5.1 Gingivitis
Gingivitis adalah proses peradangan jaringan periodontium yang terbatas pada
gingiva dan bersifat reversibel. Proses inflamasi ini umumnya tampak pada margin
gingiva dan pada papilla interdentalis dengan gejala-gejala klasik yaitu adanya rubor,
tumor, kalor, dolor, dan fungsiolesa (Celnus dan Galenus). 14,23
Kondisi klinis yang terlihat pada gingivitis adalah perubahan warna dimulai
dari papilla interdentalis dan margin gingiva, kemudian meluas sampai perlekatan
30
gingiva. Perubahan warna mulai dari merah terang pada gingivitis akut sampai merah
kebiruan atau biru pada gingivitis kronis.23
Pembengkakan terjadi pada papilla interdentalis, margin gingiva atau
keduanya. Konsistensi bervariasi mulai dari lembut dan udem hingga keras (fibrotik).
Ukuran gingiva menjadi lebih besar dengan derajat pembesaran bervariasi tergantung
dari faktor pembuluh darah dan proliferasi sel. Pada gingivitis, gingiva relatif mudah
berdarah. Kedalaman sulkus gingiva lebih dari 2 mm.23
2.5.1.1 Tahap Gingivitis
Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang
terlindungi, sehingga gingivitis cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan
menyebar ke sekitar CEJ. 14,23
Histopatologi dari gingivitis kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan: lesi
awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu akan
menjadi gingivitis yang cukup parah. 14,23
1. Initial lesion
Manifestasi pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan
vaskularisasi yaitu dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan
inflamasi awal ini terjadi dalam respon terhadap aktivasi mikroba dari resident
leukosit dan stimulasi dari sel endothelial. Secara klinis, respon awal gingiva
terhadap bakteri plak ini belum terlihat. Perubahan terlihat pertama kali di
sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil disebelah apikal dari epitelium
31
jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskuler mulai
menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan
limfosit terutama limfosit T cairan jaringan dan protein serum. 14,23
2. The early lesion
The early lesion berkembang dari initial lesion dalam satu minggu
setelah akumulasi plak. Secara klinis, The early lesion tampak seperti
gingivitis awal. Early lesion merupakan tahap kedua gingivitis yang ditandai
dengan adanya eritema, proliferasi kapiler, dan peningkatan pembentukan
loop kapiler diantara rete pegs atau ridge. Bila dilakukan probe terjadi
perdarahan. Terjadi kerusakan serabut kolagen mencapai 70%. Produk-produk
mikrobial mengaktifkan monosit dan membentuk substansi vasoaktif seperti
prostaglandin E2, interferon, tumor necrosis factor atau interleukin-I.14,23
3. The established lesion
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut. Pada tahap ini sel-sel plasma
terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag
meningkat. Pada tahap ini sel mast juga dapat ditemukan. terlihat gingiva
mulai merespon akumulasi plak yang bertambah banyak. Pada tahap in,
pembuluh darah menjadi engorged dan padat, vena kembali rusak, dan aliran
darah menjadi lambat. Hal ini menyebabkan anoxemia gingiva local, yang
ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gingiva. Selain itu, terjadi
penurunan junctional epithelium atau terbentuknya poket akibat akumulasi
32
plak yang banyak. Ekstravasasi sel darah merah ke jaringan ikat dan pecahnya
hemoglobin menyebabkan warna gingiva menjadi lebih gelap. 14,23
4. The advanced lesion
Perluasan lesi ke tulang alveolar merupakan karakter dari tahap ini.
Secara mikroskopik, terdapat fibrosis pada gingival dan manifestasi inflamasi
yang menyebar ke jaringan periodontal lainnya dan terjadi kerusakan jaringan
imunopatologi. Advanced lesion dapat berubah menjadi periodontitis, atau
dapat juga disebut periodontal breakdown. Perbedaan dari gingivitis dan
periodontitis terletak pada bone resorption, proliferasi apikal, ulserasi pada
junctional epithelium, dan kerusakan progresif pada perlekatan jaringan ikat.
Pada fase akut dimungkinkan adanya keterlibatan bakteri dan adanya
abses.14,23
2.5.1.2 Karakteristik Gingivitis
Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai
berikut:
1) Perubahan Warna Gingiva
Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna. Warna
gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh
darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel. Gingiva
menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel
mengalami reduksi atau menghilang. 14,23
33
Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi
disebabkan adanya peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan
memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan
memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan warna terjadi pada
papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached
gingiva.14,23
2) Perubahan Konsistensi
Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis
terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara
bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang
dominan. 14,23
3) Perubahan Klinis dan Histopatologis
Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan
perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau
ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang
menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif
sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva. 14,23
4) Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa
disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas
34
pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila
interdental. 23
Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah
halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada
perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat
obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan
yang berbentuk nodular pada gingiva. 14,23
5) Perubahan Posisi Gingiva
Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada
gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti
lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin,
hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik
termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang
dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari
makanan dan minuman yang panas. 14,23
Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang
nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis
terjadi dalam bentuk resesi gingiva. 23
6) Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan
gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi
yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah
35
menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar. Penebalan pada gingiva
yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival
junction disebut sebagai istilah McCall festoon.14,23
2.5.2 Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan yang mempengaruhi periodonsium yaitu
jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis melibatkan hilangnya
tulang alveolar di sekitar gigi secara progresif dan jika tidak diobati dapat
menyebabkan rusaknya jaringan periodontium serta kehilangan gigi. 14,24
Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva,
pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar
sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi. 14,24
Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan jaringan gingiva disekitar
leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva sehat. Pada keadaan
ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa perdarahan spontan atau perdarahan yang
sering terjadi pada saat menyikat gigi. Apabila gingivitis dibiarkan tanpa perawatan,
keadaan ini akan merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga
cemento-enamel junction menjadi rusak dan terbentuk poket periodontal. Bila
keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi goyang dan mudah
lepas dari soketnya.14,24
Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi karena merupakan
inflamasi pada jaringan lunak gigi, menyebabkan kehilangan jaringan ikat secara
36
progresif dan resorbsi tulang alveolar. Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara
klinis dengan mendeteksi perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival,
kemunculan poket periodontal dan kehilangan perlekatan secara klinis. Penyebab
periodontal ini besifat kronis, kumulatif, progresif dan bila telah mengenai jaringan
yang lebih dalam akan menjadi irreversible.14,24
Prevalensi periodontitis kronis meningkat dan keparahannya sejalan dengan
usia. Umumnya, periodontitis pada laki-laki dan perempuan frekuensinya sama.
Peningkatan keparahan periodontitis dipengaruhi oleh durasi akumulasi plak pada
jaringan periodontal dan keadaan sistemik pasien.24