25
Keberlanjutan Manusia Sebagai Masyarakat 2: Politik dan Lingkungan 13 BI2001 Pengetahuan Lingkungan [email protected]

PENG LING WEEK#13

Embed Size (px)

Citation preview

Keberlanjutan Manusia Sebagai

Masyarakat 2: Politik dan Lingkungan 13

BI2001 Pengetahuan Lingkungan

[email protected]

Topik bahasan kuliah 13:

POLITIK dan LINGKUNGAN

Peran pemerintah

Kebijakan lingkungan: hukum dan peraturan

Peran organisasi non pemerintah dan LSM

Kasus-kasus lingkungan Indonesia

Melalui kebijakan yang dikeluarkan, pemerintah dapat berperan dalam melindungi lingkungan dan kepentingan publik dan mendorong terwujudnya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

PERAN PEMERINTAH

Pembangunan ekonomi memerlukan peran serta pelaku bisnis. Kegiatan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun dapat juga menciptakaan kerusakaan lingkungan. Pemerintah yang demokratis harus mampu menciptakan kebijakan yang, di satu sisi, mendorong kegiatan ekonomi dan, di sisi lain, dapat melindungi masyarakat dan lingkungan dari kerugian atau kerusakan akibat kegiatan ekonomi tersebut.

PERAN PEMERINTAH

Kebijakan lingkungan dapat diartikan sebagai rangkaian hukum dan peraturan tentang lingkungan yang harus ditegakkan dan program-program yang dibiayai dan diimplementasikan oleh satu atau lebih instansi pemerintah. Politik dapat diartikan sebagai proses-proses dimana individu atau kelompok dalam masyarakat berusaha memengaruhi atau mengontrol kebijakan dan program pemerintah di tingkat lokal, provinsi, nasional maupun internasional.

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Proses-proses politik dalam pembuatan kebijakan lingkungan

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Hirarki Hukum dan Peraturan Perundangan

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Produk perundangan Yang menetapkan

Undang Undang Dasar MPR

Ketetatapan (TAP) MPR MPR

Undang Undang Presiden disahkan oleh DPR

Peraturan Pemerintah (PP)/Peraturan

Pemerintan Pengganti Undang

Undang (Perpu)

Pemerintah

Keputusan Presiden (Kepres) Presiden

Keputusan Menteri (Kepmen) Menteri Terkait (melengkapi Kepres)

Peraturan Daerah (Perda) DPRD

Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup 1972 di Stockholm, Swedia merupakan tonggak kesadaran masyarakat internasional terhadap masalah lingkungan dan pembangunan, dan kemudian menjadi titik awal dari integrasi isu-isu lingkungan dalam perencanaan pembangunan di Indonesia.

Tahun 1973, kebijakan lingkungan Indonesia sudah tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1973-1978.

Tahun 1978, diangkat Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Men-PPLH) dengan tugas pokok mengkoordinasikan pengelolaan lingkungan hidup di berbagai instansi pusat maupun daerah.

Tahun 1981, penghargaan Kalpataru mulai diperkenalkan

Tahun 1982, terbit Undang Undang No. 4 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kilasan beberapa kebijakan lingkungan penting Indonesia

Sumber : www.menlh.go.id

Tahun 1986, terbit Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang merupakan pedoman pelaksanaan suatu proyek pembangunan.

Tahun 1990, terbit Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tentang Baku Mutu Lingkungan

Dalam perkembangan waktu, untuk penyempurnaan dan penyesuaian dengan kondisi yang berubahan dapat terbit undang-undang atau peraturan baru untuk menggantikan aturan yang sebelumnya.

Misalnya : UU no. 4 (1982) UU no. 23 (1997) tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UU no. 32 (2009) tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup.

Kilasan beberapa kebijakan lingkungan penting Indonesia

Sumber : www.menlh.go.id

Contoh Undang-undang dan produk turunannya

Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentang Pedoman penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Undang undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau

Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum memiliki dokumen lingkungan hidup

Organisasi non-pemerintah (non-governmental organization – NGO) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan komponen penting dalam gerakan perlindungan dan penyelamatan lingkungan. Organisasinya dapat bersifat :

Internasional dan beroperasi di beberapa negara, misalnya the World Wildlife Fund (WWF), Conservation International (CI), BirdLife International, Wetland International, The Nature Conservation (TNC). Nasional, misalnya Burung Indonesia, Indonesia Ecotourism Network (Indecon), WALHI, WARSI. Lokal, misalnya Kelompok Mitra Cai, Kampung Pasir Sereh, Cisurupan-Garut, yang bergerak dalam konservasi mata air di desa tersebut.

PERAN ORGANISASI NON-PEMERINTAH/LSM

Peran yang dapat dimainkan oleh NGO diantaranya adalah :

Kampanye kesadaran lingkungan untuk masyarakat luas Bantuan hukum untuk masyarakat dalam kasus lingkungan. Menyampaikan pandangan kritis terhadap berbagai masalah lingkungan termasuk kegagalan program-program pemerintah di bidang lingkungan. Mengembangkan kajian-kajian yang dapat dimanfaatkan pemerintah atau masyarakat untuk pengelolaan lingkungan Membuat dan mengeksekusi program-program pemberdayaan masyarakat dll …

PERAN ORGANISASI NON-PEMERINTAH/LSM

Beberapa contoh aktivitas

NGO/LSM lingkungan dan

tokoh masyarakat pejuang

lingkungan

PERAN ORGANISASI NON-PEMERINTAH/LSM

Kampanye lingkungan dari WWF Indonesia

Program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan oleh WARSI

Kisah masyarakat Tangkahan –SUMUT : illegal loggers yang berhenti dan kemudian

mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat, dengan bantuan Indonesia Ecotourism

Network (Indecon)

Herry Gunawan :

Menjaga Hutan Bambu demi Mata Air

Penerima penghargaan Kalpataru 2002

Herry Gunawan :

Menjaga Hutan Bambu demi Mata Air

Penerima penghargaan Kalpataru 2002

Mang Ipin : pelestari hutan Gunung Papandayan

Agar kegiatan ekonomi dalam pembangunan tidak merusak lingkungan, berbagai bentuk hukum dan perundangan di Indonesia telah diterbitkan dan pemerintah berkewajiban untuk menerapkan dan mengawasi pelaksanaannya. Berdasarkan UU 32 (2009), Bab X, Pasal 65, Ayat 5 : “Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup”

Dugaan pelanggaran lingkungan dapat memicu gugatan secara hukum yang prosesnya dapat berkepanjangan. Berikut adalah beberapa contoh kasus lingkungan yang melibatkan proses gugatan hukum.

KASUS-KASUS LINGKUNGAN

Kasus Pencemaran Limbah Tekstil di Rancaekek Bandung

Di Rancaekek terdapat banyak industri tekstil. Masalah limbah tekstil sudah dirasakan sejak tahun 1981-an.

Air sungai terlihat berwarna hitam pekat, berbau menyengat, dan berasap

Air sungai di Dusun Jelegong, Rancaekek, Bandung.

Foto: Indra Nugraha

Kasus Pencemaran Limbah Tekstil di Rancaekek Bandung

Dugaan Pencemaran Lingkungan di Teluk Buyat

oleh PT Newmont Minahasa Raya

PT Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan yang bergerak di industri pertambangan dengan komoditas tambang berupa emas.

Teluk Buyat merupakan merupakan teluk kecil yang terletak di pantai selatan Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara.

Sejak tahun 1996, PT NMR memanfaatkan teluk ini sebagai penimbunan tailing (limbah pertambangan) untuk aktivitas pertambangan emasnya.

Dugaan Pencemaran Lingkungan di Teluk Buyat

oleh PT Newmont Minahasa Raya (NMR)

Tahun 2000 : Ada keluhan dari masyarakat terdapat pencemaran merkuri di Teluk Buyat

Tahun 2004 :

• Temuan tingkat pencemaran merkuri pada darah warga Buyat : perbedaan hasil dari dua

lembaga : tim UI menyimpulkan tercemar dan tim Depkes menyimpulkan kandungan merkuri

masih di bawah ambang batas baku mutu.

• Temuan tim Peer Review (kajian pakar) bentukan KLH : Teluk Buyat tercemar limbah logam

berat berbahaya

Tahun 2005 :

• PT NMR dituntut secara pidana oleh WALHI dan secara perdata oleh Kementerian

Lingkungan Hidup dengan tuduhan mencemari lingkungan Teluk

24 April 2007 Putusan Majelis Hakim:

• PT. NMR bebas dari tuntutan pencemaran lingkungan dan dinyatakan tidak bersalah

Policy vs Compliances

moral economic allienative

moral

renumerative

coercive

compliance

policy