25
PEMBAHASAN METODE TWO STAY TWO STRAY A. DEFINISI Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.[7] Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.[8] Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

PEMBAHASAN METODE TWO STAY TWO STRAY

Embed Size (px)

Citation preview

PEMBAHASAN

METODE TWO STAY TWO STRAY

A.    DEFINISI

Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah

salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan

kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada

kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar

mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.

Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam

berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga

menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran

ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang

diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak

langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan

oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam

proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.[7]

Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua

Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian

dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua

anggota kelompok lain yang tinggal.[8] Dalam model pembelajaran

two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk

memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan

kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan

kelompok lainnya.[9] Selain itu, struktur two stay two stray ini

memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil

kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar

yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan

tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal

dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia

saling bergantung satu dengan yang lainnya.[10]

B.      PRINSIP PENGGUNAANNYA

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model

pembelajaran Kooperatif tipe two stay two stray ini, sebagai

berikut:

         Membutuhkan kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif

         Untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik

         Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

         Siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam

setiap kegiatan pembelajaran.

         Membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran

baik secara emosional maupun sosial

C.     KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

Kelebihan  Metode Two Stay Two Stray

Model pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu)

memiliki kelebihan antara lain:

      Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

      Belajar siswa lebih bermakna.

      Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan

      Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.[11]

      Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep

sendiri dengan cara memecahkan masalah

      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan

kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya

      Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman

      Meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kelemahan Metode Two Stay Two Stray

Model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain :

      Membutuhkan waktu yang lama

      Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama

yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit

untuk bekerjasama.

      Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan

tenaga)

      Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya

diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan

yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.

      Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TSTS

ini, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan

dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau

dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan

kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar

dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena

dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang

diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.[12]

D.    LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

Langkah-langkah dalam menggunakan metode two stay two stray

adalah sebagai berikut :

a.       Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti

biasa

b.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu

ke kelompok lain

c.       Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil dan informasi mereka ke tamu mereka

d.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing

dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

e.       Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.[13]

Ada pun tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay

two stray ini adalah sebagai berikut :

  Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah

membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran,

meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam

beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap

anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan

prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk

mengetahui kemampuan awal siswa.

  Presentasi Guru

Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran,

mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat.

  Kegiatan Kelompok

Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar

kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-

tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan

yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam

kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama

anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.

Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara

terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu

mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal,

tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan

melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan

dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

  Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan

permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan

dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan

siswa ke bentuk formal.[14]

E.     MATERI PAI YANG SESUAI

Penggunaan model pembelajaran two stay two stray tersebut

dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan model

pembelajaran two stay two stray ini dapat digunakan pada semua

materi pelajaran PAI. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam

proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu penyesuaian

terhadap karakteristik siswa sehingga dapat memotivasi siswa

untuk aktif belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri

tanpa bergantung kepada guru yang pada akhirnya dapat berdampak

pada peningkatan hasil belajar pelajaran PAI siswa misalnya, guru

dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran sesuai dengan

modalitas belajar siswa (visual, auditorial dan kinestatik).[15]

Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

[16]

Jadi, dari penjelasan diatas maka penulis akan mengambil

salah satu aspek materi PAI yang dapat menggunakan dengan metode

ini, yaitu aspek Akidah Akhlak. Dengan materi Akhlak Mahmudah

Kepada Allah yang meliputi diantaranya : Takut kepada Allah,

Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah,

Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qadha dan Qadar, Ibadah

kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah, dan Beramal

karena Allah.

F.      CARA MENGEVALUASINYA

Menurut Van der Kley ada beberapa cara menngevaluasi hasil

belajar siswa dalam pembelajaran metode two stay two stray,

yaitu:

         Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan

nilai kelompok.

         Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah

kegiatan belajar kooperatif berakhir.

         Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak

untuk menjelaskan pemecahan materi tugas.

         Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk

mendapatkan nilai rata-rata kelompok.[17]

Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan

menggunakan metode ini dapat pula dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

         Memberikan Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa

untuk dapat mengetahui serta mengukur pemahaman siswa dari materi

yang telah dipelajari, dan

         Guru dapat memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan

dari materi yang telah dipelajari, jika perlu dipraktekkan

misalnya pada Materi Shalat dalam aspek Fiqh.

G.    CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY

Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian

kelompok. Setelah kelompok terbentuk yang telah dibagi secara

heterogen, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan

yang harus mereka diskusikan.

Setelah diskusi intarkelompok usai, dua orang dari masing-

masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada

kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas

sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari satu

kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya

kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu

diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai

menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang

bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu,

mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

[18]

Dalam hal ini penulis mencontohkan seorang guru yang

mengajar di kelas VII MTs dengan jumlah peserta didik dalam satu

kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran Akidah Akhlak

dengan materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang

meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah,

Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah,

Ridha terhadap Qodha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada

Allah, Cinta karena Allah dan Beramal karena Allah. Dengan sub

pembahasan sebanyak 10 sub bahasan ini maka guru membagi peserta

didik kedalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri

dari 4 siswa. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini

dapat dilakukan sebagaimana penerapan yang telah dijelaskan

diatas.

Setelah itu, diakhir pelaksanaan guru menyimpulkan materi

yang dibahas. Dan memberikan berupa kuis kepada peserta didik

untuk dapat mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran serta

dapat mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dibahas.

Dan memberikan reward kepada kelompok yang terbaik untuk

penilaian secara kelompok dan menilai siswa mana yang paling

aktif untuk penilaian secara individu dari guru agar dapat memacu

motivasi siswa.

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam makalah

ini maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two

stray dengan group to group exchange ini merupakan salah satu

dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri

mengajak siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama

agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh

karena itu diperlukan upaya untuk mencapai keberhasilan dalam

proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua model

tersebut.

Dari kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing. Selain itu, dengan menggunakan model

pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih untuk selalu

menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan

pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang

cukup lama. Dan dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif

dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak ada metode yang paling

baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu

mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan

kebosanan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga

dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7,

Yogyakarta : Pustaka Belajar

Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-

tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)

Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-

Pembelajaran-Dua-Tinggal-Dua/#Ixzz1vihguify (Diakses tgl 19 Mei

2012, jam 14:15 ).

Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-

dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)

Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta : University

Press

Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif,

Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani

Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,

Bandung : PT Refika Aditama

Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-

3, Jakarta : Rineka Cipta

[1] Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi PembelajaranAktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166

[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi EdukatifCet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 403

[3]  Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal 98

[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)

[5] Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166[6] Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal 403[7]  Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip

dari Makalah Metodologi Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).

[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )

[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cetke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56

[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam InteraksiEdukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405-406

[11]  http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )

[12]  http ://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)

[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi PembelajaranCet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012),  hal 56

[14]  http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)

[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY

[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405

[17]  http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)

[18] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), hal 93-94Diposkan oleh mira triani di 00:49

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

http://sam-edogawa.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tsts-two-stay-two.html

Samsul Ma'rif

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode dan teknikpembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalamsuatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tigahal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).

Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :

1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran2. KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan

rentang 0-1004. Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 1005. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan

belajar maksimal6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar

Siswa (LHBS)

Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, sding membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalambelajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan :

1. Menurut Slavin dalam (Chairani, 2003:3). Mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial

2. Menurut Sunal dan Hans (Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.”

3. Selanjutnya Menurut Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.”

4. Demikian pula Tim MKPBM (2001:218) mengungkapkan, “Cooperatif Learning mencakupi suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu tekhnik atau cara dimana tekhnikpembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepadaperan guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan guru dalam upaya

mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankanpada manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.

Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus pandaimemilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.”

Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E. (2009:8) “dalammodel pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat padametode yang disebut Student Teams Achievement Division (STAD).”

B.       Rumusan Masalah

Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Teori dan konsep tentang model pembelajaran tipe STAD2. Kelebihan dan kekurang Model pembelajaran Tipe STAD3. Asumsi Penerapan model pembelajaran tipe STAD

4. Implementasi model pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaranEkonomi

C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peneraapan model pembelajaran Tipe STAD di dalam kelas

2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajatan tipe STAD

3. Manfaat Penelitian

Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Penulis, dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe STAD.

2. Untuk para guru, agar model pembelajaran tipe STAD ini bisa diterapkan didalam kelas untuk  menambah wawasan guru dan model pembelajaran yang digunakan lebih bervariasi.

 

BAB II

KAJIAN TEORI

A.      Teori Atau Konsep tentang Model Pembelajaran Tipe STAD

1.1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD

Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu“Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan ataupelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, maka istilah

Cooperative Learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut  Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.

Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan

kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positifterhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :

1. penyajian kelas,2. belajar kelompok,3. kuis,4. skor pengembangan dan5. penghargaan kelompok

Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

B.       Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa jika diperlukan.

1. Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD

Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkanrasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

 

1. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.

Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Halini karena tempat duduk yang terlalu berat.

Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.

Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.

Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.

Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.

Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.

C.      Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajiankelas.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1. Pembukaan

Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajaridan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswadengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

 Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

1. Pengembangan

Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.

Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benaratau salah.

Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

1. Latihan Terbimbing

Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalulama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

1. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untukmenguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

a)        Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

b)        Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

c)        Bagikan lembar kegiatan siswa.

d)       Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu

pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya.Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

e)        Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka padasaat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

f)         Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalamkelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

1. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

1. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberianpenghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

 

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran tipe STAD

Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

Guru menyajikan pelajaran. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan

kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalamkelompok itu mengerti.

Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak bolehsaling membantu.

Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.

Guru memberikan evaluasi. Penutup.

http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-tipe-stad/

2013