PEMBAHASAN
METODE TWO STAY TWO STRAY
A. DEFINISI
Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah
salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar
mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.
Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga
menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran
ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak
langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan
oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam
proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.[7]
Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua
Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian
dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua
anggota kelompok lain yang tinggal.[8] Dalam model pembelajaran
two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk
memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan
kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan
kelompok lainnya.[9] Selain itu, struktur two stay two stray ini
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar
yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal
dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia
saling bergantung satu dengan yang lainnya.[10]
B. PRINSIP PENGGUNAANNYA
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model
pembelajaran Kooperatif tipe two stay two stray ini, sebagai
berikut:
Membutuhkan kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif
Untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
Membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran
baik secara emosional maupun sosial
C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Kelebihan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu)
memiliki kelebihan antara lain:
Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
Belajar siswa lebih bermakna.
Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.[11]
Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep
sendiri dengan cara memecahkan masalah
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan
kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya
Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain :
Membutuhkan waktu yang lama
Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama
yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit
untuk bekerjasama.
Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga)
Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya
diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan
yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TSTS
ini, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan
dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau
dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar
dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang
diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.[12]
D. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN
Langkah-langkah dalam menggunakan metode two stay two stray
adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti
biasa
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu
ke kelompok lain
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil dan informasi mereka ke tamu mereka
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing
dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.[13]
Ada pun tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay
two stray ini adalah sebagai berikut :
Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah
membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran,
meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam
beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan
prestasi akademik siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
Presentasi Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-
tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan
yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam
kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama
anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara
terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok
bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal,
tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan
dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan
dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan
siswa ke bentuk formal.[14]
E. MATERI PAI YANG SESUAI
Penggunaan model pembelajaran two stay two stray tersebut
dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan model
pembelajaran two stay two stray ini dapat digunakan pada semua
materi pelajaran PAI. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu penyesuaian
terhadap karakteristik siswa sehingga dapat memotivasi siswa
untuk aktif belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri
tanpa bergantung kepada guru yang pada akhirnya dapat berdampak
pada peningkatan hasil belajar pelajaran PAI siswa misalnya, guru
dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
modalitas belajar siswa (visual, auditorial dan kinestatik).[15]
Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
[16]
Jadi, dari penjelasan diatas maka penulis akan mengambil
salah satu aspek materi PAI yang dapat menggunakan dengan metode
ini, yaitu aspek Akidah Akhlak. Dengan materi Akhlak Mahmudah
Kepada Allah yang meliputi diantaranya : Takut kepada Allah,
Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah,
Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qadha dan Qadar, Ibadah
kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah, dan Beramal
karena Allah.
F. CARA MENGEVALUASINYA
Menurut Van der Kley ada beberapa cara menngevaluasi hasil
belajar siswa dalam pembelajaran metode two stay two stray,
yaitu:
Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan
nilai kelompok.
Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah
kegiatan belajar kooperatif berakhir.
Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak
untuk menjelaskan pemecahan materi tugas.
Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk
mendapatkan nilai rata-rata kelompok.[17]
Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan
menggunakan metode ini dapat pula dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Memberikan Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
untuk dapat mengetahui serta mengukur pemahaman siswa dari materi
yang telah dipelajari, dan
Guru dapat memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan
dari materi yang telah dipelajari, jika perlu dipraktekkan
misalnya pada Materi Shalat dalam aspek Fiqh.
G. CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY
Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian
kelompok. Setelah kelompok terbentuk yang telah dibagi secara
heterogen, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan
yang harus mereka diskusikan.
Setelah diskusi intarkelompok usai, dua orang dari masing-
masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada
kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas
sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari satu
kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya
kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu
diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai
menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang
bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu,
mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
[18]
Dalam hal ini penulis mencontohkan seorang guru yang
mengajar di kelas VII MTs dengan jumlah peserta didik dalam satu
kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran Akidah Akhlak
dengan materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang
meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah,
Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah,
Ridha terhadap Qodha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada
Allah, Cinta karena Allah dan Beramal karena Allah. Dengan sub
pembahasan sebanyak 10 sub bahasan ini maka guru membagi peserta
didik kedalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri
dari 4 siswa. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini
dapat dilakukan sebagaimana penerapan yang telah dijelaskan
diatas.
Setelah itu, diakhir pelaksanaan guru menyimpulkan materi
yang dibahas. Dan memberikan berupa kuis kepada peserta didik
untuk dapat mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran serta
dapat mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dibahas.
Dan memberikan reward kepada kelompok yang terbaik untuk
penilaian secara kelompok dan menilai siswa mana yang paling
aktif untuk penilaian secara individu dari guru agar dapat memacu
motivasi siswa.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam makalah
ini maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two
stray dengan group to group exchange ini merupakan salah satu
dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri
mengajak siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama
agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh
karena itu diperlukan upaya untuk mencapai keberhasilan dalam
proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua model
tersebut.
Dari kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Selain itu, dengan menggunakan model
pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan
pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang
cukup lama. Dan dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif
dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak ada metode yang paling
baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu
mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan
kebosanan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga
dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7,
Yogyakarta : Pustaka Belajar
Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-
tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-
Pembelajaran-Dua-Tinggal-Dua/#Ixzz1vihguify (Diakses tgl 19 Mei
2012, jam 14:15 ).
Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-
dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta : University
Press
Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,
Bandung : PT Refika Aditama
Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-
3, Jakarta : Rineka Cipta
[1] Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi PembelajaranAktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi EdukatifCet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 403
[3] Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal 98
[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)
[5] Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166[6] Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal 403[7] Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip
dari Makalah Metodologi Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).
[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cetke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam InteraksiEdukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405-406
[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[12] http ://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi PembelajaranCet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[14] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405
[17] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[18] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), hal 93-94Diposkan oleh mira triani di 00:49
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
http://sam-edogawa.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tsts-two-stay-two.html
Samsul Ma'rif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode dan teknikpembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalamsuatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tigahal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).
Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :
1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran2. KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan
rentang 0-1004. Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 1005. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan
belajar maksimal6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar
Siswa (LHBS)
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, sding membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalambelajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif dikemukakan :
1. Menurut Slavin dalam (Chairani, 2003:3). Mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial
2. Menurut Sunal dan Hans (Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.”
3. Selanjutnya Menurut Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.”
4. Demikian pula Tim MKPBM (2001:218) mengungkapkan, “Cooperatif Learning mencakupi suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu tekhnik atau cara dimana tekhnikpembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepadaperan guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.
Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan guru dalam upaya
mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankanpada manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus pandaimemilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.”
Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E. (2009:8) “dalammodel pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat padametode yang disebut Student Teams Achievement Division (STAD).”
B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Teori dan konsep tentang model pembelajaran tipe STAD2. Kelebihan dan kekurang Model pembelajaran Tipe STAD3. Asumsi Penerapan model pembelajaran tipe STAD
4. Implementasi model pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaranEkonomi
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peneraapan model pembelajaran Tipe STAD di dalam kelas
2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajatan tipe STAD
3. Manfaat Penelitian
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Penulis, dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe STAD.
2. Untuk para guru, agar model pembelajaran tipe STAD ini bisa diterapkan didalam kelas untuk menambah wawasan guru dan model pembelajaran yang digunakan lebih bervariasi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Atau Konsep tentang Model Pembelajaran Tipe STAD
1.1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu“Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan ataupelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, maka istilah
Cooperative Learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan
kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positifterhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :
1. penyajian kelas,2. belajar kelompok,3. kuis,4. skor pengembangan dan5. penghargaan kelompok
Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa jika diperlukan.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkanrasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
1. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.
Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Halini karena tempat duduk yang terlalu berat.
Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.
C. Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajiankelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
1. Pembukaan
Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajaridan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswadengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
1. Pengembangan
Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benaratau salah.
Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
1. Latihan Terbimbing
Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalulama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
1. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untukmenguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
a) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
b) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
c) Bagikan lembar kegiatan siswa.
d) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu
pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya.Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
e) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka padasaat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalamkelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
1. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
1. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberianpenghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran tipe STAD
Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
Guru menyajikan pelajaran. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan
kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalamkelompok itu mengerti.
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak bolehsaling membantu.
Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
Guru memberikan evaluasi. Penutup.
http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-tipe-stad/
2013
Recommended