Upload
untira
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANUSIA ITU MAHKLUK SOSIAL
MAKALAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Antropologi Hukum
Disusun Oleh :
Januar Titomi
NIM : 070026
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2007-2008
Kata Pengantar
Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
berkat, rahmat, hidayah serta Inayah – Nya sehingga Makalah yang
berjudul “Manusia itu Mahkluk Sosial” dapat terselesaikan
dengan baik. Salawat dan salam marilah kita limpahkan kepada
junjungan Nabi beasr kita Muhammad SAW serta para Sahabatnya
sampai akhir jaman.
Di dalam makalah ini terdapat beberapa tentang pengertian
manusia sebagai mahkluk social yang di bentuk dari pada individu
– individu yang saling melengkapi satu sama lainnya sehingga
menimbulkan suatu kebersamaan yang terus – menerus, unsur – unsur
kepribadian, unsur - unsur masyarakat, proses social dan
interaksi sosial, contoh dan permasalahannya dalam keadaan
sekarang atau pun masa depan nanti.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada
Bpk Syadeli selaku Dosen Mata Kuliah Antropologi Hukum, Buku yang
mendukung, teman seperjuangan mahasiswa angkatan 2007 dan
sarana dan prasrana yang banyak membantu dalam pembuatan makalah
ini. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung, mungkin
makalah yang berjudul “ Manusia Itu Mahkluk Sosial ” tidak akan
terselesaikan. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari civitas akademis
mahasiswa yang dapat membangun makalah ini demi kesempurnaan
penyusunan yang akan datang . Terima kasih.
Serang, Mei 2007
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. Latar Belakang …………………………………………………………..
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………..
C. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………..
D. Metode Penusilan ………………………………………………………..
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………………
BAB II MANUSIA ITU MAHKLUK SOSIAL ………………………………..
A. Pengertian Manusia sebagai Mahkluk Social ………………………….
B. Unsur – unsur Kepribadian Manusia …………………………………..
C. Unsur – unsur Masyarakat ……………………………………………..
1. Kategori Sosial ……………………………………………………..
2. Golongan Sosial ……………………………………………………..
3. Kelompok dan Perkumpulan
4. Komunitas
D. Proses Sosial dan Interaksi Sosial yang dilakukan oleh
Setiap Individu – individu………………………………………………………….
1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama Dalam Kehidupan
Bermasyarakat ..
2. Syarat dan Ciri Terjadinya Interaksi Sosial
…………………………….
3. Pranata – Pranata Sosial …………………………………………………
E. Kebudayaan dan Masyarakat ………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ............................................
.......................................................
...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang manusia
yaitu Ilmu Antropologi. Secara bahasa pengertian Antropologi
berasal dari bahasa “Antropos“ yang berarti manusia dan “Logos“
yang berarti Ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa Antropologi
adalah Ilmu yang mempelajari tentang Manusia. Dan antropologi
mempelajari berbagai macam pembelajaran yaitu sifat, pekerjan
dan prilakua / perbuatan manusia. Dalam penggambaran ilmu
antropolgi tersebut, sudahlah jelas bahwa tiga pembelajaran itu
ada, didalam yang namanya manusia. Manusia mempunyai sifat
pribadi yang tentunya mempunyai keinginan masing - masing yang
dimiliki, mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya dan
mempunyai prilaku atau perbuatan yang mampu untuk beradaptasi
dengan manusia yang lainnya. Maka, dalam artian ini manusia dalam
kehidupannya tidak bisa hidup dalam kesendirian, perlu bantuan
manusia yang lain.
Sejarah kehidupan manusia selalu diwarnai dengan
keberkelompokan dan kebersamaan. Muncul empat teori dalam
menganalisa alasan kehidupan sosial manusia tersebut: (1) teori
sumber ekternal dan lingkungan hidup sosial, (2) teori sumber
insting kehidupan sosial, (3) teori sumber rasional hidup
sosial, dan (4) teori sumber emosional dan hati dalam kehidupan
sosial. Terori pertama adalah ekternal, adapun yang lain,
internal. Berdasarkan dua terori pertama, kehidupan sosial
tidak sejati dan juga tidak bertujuan manusiawi, sedangkan dua
teori berikutnya memandang kehidupan sosial untuk mencapai
tujuan - tujuan manusiawi yang tinggi.
Salah satu contoh yang sering kita dengar adalah tentang
pendapat yang mengatakan bahwa manusia bisa hidup sendiri
seperti Tarzan yang hidup di hutan. Pernyataan tersebut tidaklah
benar adanya, seorang manusia seperti tarzan itupun dibantu oleh
elemen – elemen yang lain seperti binatang dan yang lainnya.
Seorang tarzan, tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari
binatang. Ini membuktikan bahwa yang namanya manusia tidak bisa
hidup sendiri melainkan ingin hidup bermasyarakat seperti
seorang tarzan tadi. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup
sendiri melainkan harus berinteraksi dengan manusia yang
lainnya.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam pembuatan makalah (Paper Work)
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Manusia sebagai Mahkluk Sosial ?
2. Bagaimanakah proses Interaksi social itu dapat berlangsung
?
3. Bagaiamanakah Kebudayaan dan masyarakat dapat menyatu
menjadi suatu kesatuan masyarakat ?
C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah (Peper Work) ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Manusia sebagai mahkluk
social.
2. Untuk mengetahui proses interaksi social yang berlangsung
diantara lingkungan masyarakat.
3. Untuk mengetahui kebudayaan – kebudayaan apa saja kah yang
dapat menyatukan suata masyarakat.
4. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Adat di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah (Paper Work) ini
adalah dengan teknik studi pustaka, membaca bahan dan
pengumpulan data dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Adapun dalam pembuatan makalah (Paper Work) ini, sistematika
penulisan yang disajikan antara lain sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang pembuatan
makalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, metode yang
digunakan dalam pembuatan makalah dan sistematika penulisan
makalah.
BAB II Pembahasan, berisikan tentang pengertian Manusia sebagai
Mahkluk Sosial, Unsur – unsur Kepribadian, Unsur – unsur
masyarakat, Proses Interaksi Sosial yang di lakukan oleh setiap
individu – individu dan Kebudayaan dan Masyarakat.
BAB III Penutup, berisikan tentang kesimpulan yang merupakan
jawaban dari perumusan masalah, daftar pustaka sebagai
literature dan riwayat hidup penulis.
BAB II
MANUSIA ITU MAHKLUK SOSIAL
A. Pengertian Manusia Sebagai Mahkluk Sosial
Mengetahui bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, kita
mendengar salah satu ahli fikir Yunani – Kuno ARISTOTELES yang
menyatakan dalam ajarannya yaitu ZOON POLITICON , yang
mengartikan bahwa didalam sebuah lingkungan masyarakat seorang
manusia yang hidup sendiri tidak akan bisa mencari, memakai,
memelihara sesuatunya tanpa bantuan orang lain. Dalam artian
ini, manusia membutuhkan bantuan tangan manusia yang lain. Ini
dikatakan bahwa manusia sebagai mahkluk social, yang selalu
hidup bermasyarakat dan tidak bisa hidup secara individu
(Perseorangan). Dan menurut kodrat alam, manusia dimana – mana
dan pada zaman apapun juga selau hidup bersama, hidup berkelompok
– kelompok. Sekurang – kurangnya kehidupan bersama itu terdiri
dari dua orang, suami – istri ataupun ibu dan bapaknya. Ini
membuktikan bahwa Manusia sebagai mahkluk social yaitu individu
– individu yang saling berinterkasi dengan individu – individu
yang lain agar terciptanya sebuah masyarakat. Dalam pandangan
Islam, sebuah masyarakat adalah kumpulan individu yang
berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki satu
pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga
di antara mereka akan terjalin hubungan yang harmonis. Bila ada
sebagain anggota masyarakat yang menderita, serta merta
individu yang lain menolongnya dengan sekuat tenaga. Dan ada 2
bentuk atau unsur yang harus di miliki oleh manusia yaitu unsur
dalam diri pribadinya dan unsur dalam masyarakat.
B. Unsur – Unsur Kepribadian
Susunan unsur – unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap – tiap individu
manusia itu, adalah apa yang disebut dengan “Kepribadian” atau
personality. Definisi mengenai kepribadian tersebut sangat
kasar sifatnya, dan tidak banyak berbeda dengan arti yang di
berikan kepada konsep itu dalam bahasa sendiri. Dalam bahasa
popular, istilah “Kepribadian” juga berarti ciri – ciri watak
seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya
suatu identitas sebagai individu yang khusus. Kalau dalam bahasa
sehari – hari kita anggap bahwa seorang tertentu mempunyai
kepribadian, memang yang biasanya kita maksudkan ialah bahwa
orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam
tingkah – lakunya sehingga nampak bahwa individu tersebut
memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu – individu
yang lainnya. Di dalam kepribadian manusia, ada beberapa unsur –
unsur tentang manusia yaitu pengetahuan, perasaan dan dorongan
naluri. Semuanya itu adalah dibutuhkan dalam konsep
kepribadian. Adapun unsur – unsur dalam kepribadian yang harus
dimiliki oleh setiap individu – individu yaitu antara lain
sebagai berikut : 1
Pengetahuan adalah suatu unsur – unsur yang mengisi akal dan
alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada
bermacam – macam hal yang di alaminya melalui pancainderanya
serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain,
sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik
(suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan, mekanikal (berat –
ringan), tekanan temikal (panas – dingin) dan sebagainya.
Dalam pengetahuan ini pun mempunyai beberapa bagian yang harus
di perhatikan antara lain sebagai berikut :
1) Persepsi (seluruh proses yang berasal dari akal manusia).
2) Apersepsi (penggambaran tentang lingkungan dengan focus
kepada bagian – bagian yang paling menarik).
3) Pengamatan (penggambaran yang lebih intensif).
4) Konsep (penggambaran abstrak).
5) Fantasi (penggambaran baru yang sering kali tidak
realistic).
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang
karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan
positif dan negatif. Kecuali pengetahuan tadi yang telah di
sebutkan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai
macam “perasaan”. Dalam perasaan ini mempunyai beberapa
bagian, antara lain sebagai berikut :
1. Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi , Jakarta : PT. RINEKA CIPTA,
2002, cet. ke delapan, hlm. 103 – 108.
1) Kehendak (suatu perasaan yang selalu bersifat subyektif
karena unsur penilaian artinya seorang individu ingin
mendapatkan hal yang dirasakan sebagai suatu hal yang akan
memberikan suatu kenikmatan sendiri).
2) Keinginan (keinginan yang sangat dan lebih daripada
kehendak)
3) Emosi (perasaan yang keras daripada keinginan tadi).
Dorongan Naluri adalah kemauan yang sudah ada pada nalurinya
sendiri. Mengenal soal dan macam serta jumlah dorongan naluri
yang terkandung dalam naluri manusia itu, ada berbagai
perbedaan paham antara para ahli psikologi, namun semua seia
sekata bahwa semua jenis mahkluk ada apling sedikit tujuh
macam dorongan naluri, yaitu antara lain sebagai berikut :
1) Dorongan untuk mempertahankan hidup.
2) Dorongan sex.
3) Dorongan untuk usaha mencari makan.
4) Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame
manusia.
5) Dorongan untuk berbakti.
6) Dorongan akan keindahan.
C. Unsur – Unsur Masyarakat
Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal
dari kata latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat
sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta,
berpartisipasi” . Jadi masyarakat adalah memang sekumpulan manusia
yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling
“berinteraksi”, dalam aarti lain masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat – istiadat
tertentu yang bersifat kontinudan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Dan dalam interaksi masyarakat tersebut,
didalamnya masyarakat ada pembagian tugas – tugas yang
dilimpahkan kepada individu – individu untuk kemakmuran
rakyatnya yang lain. H Spencer mengatakan, ada 2 azas pergaulan
antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat yaitu Azas Egoisme
yang artinya “mendahulukan kepentingan diri sendiri di atas
kepentigan orang lain” mutlak perlu bagi jenis – jenis manusia
untuk dapat bertahan dalam alam yang kejam dan Azas Altruisme yang
artinya “hidup berbakti untuk kepentingan yang lain” juga dapat
membuat jenis manusia itu menjadi sedemikian kuatnya sehingga
dapat bertahan. Adapun unsur – unsur masyarakat antara lain
sebagai berikut: 2
1. Kategori Sosial
Kategori Sosial yaitu kesartuan manusia yang terwujudkan
karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri – ciri obyektif
yang dapat di kenakan kepada manusia – manusia itu. Ciri – ciri
obyektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori
social itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan
maksud praktis tertentu. Suatu kategori social biasanya juga
tidak terikat oleh kesatuan adat, system nilai, atau noram
tertentu. Suatu kategori social tidak mempunya lokasi dan juga
tidak mempunyai organisasi, yang akhirnya suatu kategari social
tidak mempunyai pimpinan.
2. Golongan Sosial
Berbeda dengan konsep golongan kategori social yang
terurai diatas, ada konsep lain, yaitu golongan social. Suatu
golongan social juga merupakan suatu kesatuan manusia yang
ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri juga
di kenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri.
Dalam masyarakat Indonesia misalnya ada konsep golongan pemuda
antara lain sebagai berikut :
1) Penuh Idealisme (cita – cita atau angan – angan yang kuat)
2) Sangat memegang norma (aturan – aturan)
3) Identitas diri yang kuat
4) Mendukung adat istiadat
2. Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi , Jakarta : PT. RINEKA CIPTA,
2002, cet. ke delapan, hlm. 143 – 165.
3. Kelompok dan perkumpulan
Suatu kelompok atau perkumpulan juga merupakan suatu
masyarakat karena memenuhi syarat – syaratnya, dengan adanya
adat istiadat serta system norma yang mengatur interaksi itu,
dengan adanya kontiunitas, serta dengan adanya identitas yang
memepersatukan semua anggota. Namun, di samping ketiga ciri
tadi, suatu kesatuan manusi yang disebut kelompok juga mempunyai
ciri tambahan yang lain, yaitu organisasi dan system pimpinan,
dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu – individu.
Akhirnya, masih perlu disebut bahwa walaupun kelompok maupiun
perkumpulan memiliki keempat syarat pengikat dasar dari suatu
masyarakat, yaitu prasarana untuk interaksi, kontiunitas,
system norma, dan identitas social namun hanya kelompoklah yang
disebut masyarakat juga.
4. Komunitas
Dalam hal ini perlu diperhatikan lagi bahwa dalam istilah
yang digunakan adalah istilah “masyarakat” dipakai untuk menyebut
dua wujud kesatuan manusia, yaitu “Komunitas”, yang menekan
kepada aspek lokasi hidup dan wilayah, dan konsep “kelompok” yang
menekan kepada aspek organisasi dan pimpinan dari suatu kesatuan
manusia. Adapun tiga wujud kesatuan manusia tidak disebut
“masyarakat” karena memang tidak memenuhi ketigfa unsur yang
merupakan syarat dari konsep “masyarakat”, yaitu “kerumunan”,
“kategori social” dan “golongan social” sedangkan “perkumpulan”
lazimmnya juga tidak disebut demikian juga, walaupun memenuhi
syarat itu. Adapun suatu komunitas ini mempunyai ciri antara
lain adalah sebagai berikut :
Mempunyai satu tujuan
Berbeda tapi satu identitas
D. Proses Sosial dan Interaksi Sosial yang dilakukan oleh setiap
Individu - individu
Pengetahuan tentang proses – proses social memungkinkan
seorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis
dari masyarakat atau gerak masyarakat. Pengertian tentang
interaksi social sangat berguna didalam memperhatikan dan
mempelajari berbagai masalah masyarakat, umpamanya di Indonesia
dapat dibahas mengenai bentuk – bentuk interaksi social yang
berlangsung antara pelbagai suku bangsa atau antara golongan
terpelajar dengan golongan agama. Dengan memahami dan
mengetahui perihal kondisi – kondisi apa yang menimbulkan serta
mempengaruhi bentuk – bentuk interaksi social tertentu, maka
pengetahuan kita dapat pula di sumbangkan pada usaha bersama yang
dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.
1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses social adalah interaksi social, oleh
karena interaksi social merupakan syarat utama terjadinya
aktifitas – aktivitas social. Bentuk lain dari proses social
hanya merupakan bentuk – bentuk khusus dari interaksi social.
Interaksi social merupakan hubungan – hubungan social yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang – orang
perorangan, antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara
perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya suatu proses
interaksi didasarkan pada pelbagai factor, antara lain imitasi,
sugesti, identifikasi dan simpati. Yang penjelasannya antara
lain sebagai berikut : 3
Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi social. Salah satu segi positifnya adalah bahwa
imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah –
kaidah dan nilai – nilai yang berlaku. Namun demikian,
imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal – hal
negatif dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan –
tindakan yang menyimpang. Kecuali daripada itu, imitasi
juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan
daya kreasi seseorang.
Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atas sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang
diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir
sama dengan imitasi akan tetapi titik - tolaknya berbeda.
Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang
menerima dilanda oleh emosi, hal mana menghambat daya
berpikirnya secara emosionalnya. 4
3. Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar , Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 1990, edisi baru keempat, hlm. 59 – 64.
4. Ibid, hal 63.
Identifikasi sebenarnya merupakan kecendrungan –
kecendrungan atau keinginan – keinginan dalam diri
sesorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi,
oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung
dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan
sengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe –
tipe ideal tertentu didalam proses kehidupannya. Walaupun
dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi
berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang
beridentifikasi benar – benar mengenal pihak lain (yang
menjadi idealnya), sehingga pandangan, sikap maupun kaidah
– kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga
dan bahkan menjiwainya. Nyatalah bahwa berlangsungnya
identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh – pengaruh
yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti
walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses
identifikasi diawal oleh imitasi dan atau sugesti.
Simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang
merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini
perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama dalam pada simpati adalah keinginan untuk
memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Proses simpati akan berkembang didalam suatu keadaan
dimana factor saling mengerti.
Hal – hal tersebut diatas merupakan factor – factor minimal yang
menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi social,
walaupun didalam kenyataannya proses tadi memang sangat
kompleks, sehingga kadang – kadang sulit mengadakan pembedaaan
tegas antara factor – factor tersebut. Akan tetapi dapatlah
dikatakan bahwa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, walau
pengaruhnya kurang mendalam bila di bandingkan dengan
identifikasi dan simpati yang secara relatif agak lebih lambat
proses berlangsungnya. Adapun syarat – syarat dalam
berinteraksi yaitu di bawah ini.
3. Syarat dan Ciri terjadinya Interaksi Sosial
Manusia tidak akan bisa berinteraksi tanpa adanya syarat –
syarat yang mendukung. Adapun syarat – syarat untuk berinteraksi
dengan manusia yang lain antara lain sebagai berikut : 5
Adanya Kontak Sosial, merupakan adanya hubungan dengan orang
lain dengan maksud untuk berinteraksi tanpa menyentuhnya.
Dalam artian menyentuh disini adalah tidak langsung
berinteraksi kepada objeknya dengan cara menyentuhnya
melainkan dengan interaksi atau bercakap – cakap.
Adanya Komunikasi, merupakan seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak
– gerak badaniyah atau sikap) perasaan – perasaan apa yang
ingin disampaikan oleh orang tersebut. Jadi, komunikasi
ini adalah sangat penting dalam proses interaksi social.
Adanya Kontak Sosial dan adanya Komunikasi adalah suatu syarat
yang ada dalam interaksi social di masyarakat. Kedua syarat itu
hanya sebagai syarat saja dalam interaksi social, ciri – ciri
interaksi social pun sangat penting dalam interaksi social. Ciri
– ciri pokok dari proses interaksi social tersebut antara lain
sebagai berikut (Ch.P.Loomis 1964) : 6
Pihak yang mengadakan interaksi berjumlah lebih dari satu
orang.
Adanya komunikasi antara pihak – pihak tersebut, dengan
mempergunakan lambang – lambang tertentu.
Adanya dimensi waktu yang mencakup masa lampau, waktu kini
dan masa mendatang.
Ada tujuan – tujuan tertentu.
5. Soejarno Soekanto , Sosiologi suatu pengantar , Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 1990, hal 64 s.d 65
6. Soejarno Soekanto, Hukum adat Indonesia , op. cit, hal. 7.
5. Pranata – Pranata Sosial (Sosial Institution)
Pranata adalah system – system yang menjadi wahana yang
memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi lebih
lanjut lagi menurut pola – pola resmi. Dalam ilmu sosiologi
disebut dengan Institution. Menurut para sarjana, semua pranata
dapat dikelaskan ke dalam paling sedikit delapan golongan,
antara lain sebagai berikut dibawah ini : 7
1) Kinship atau domestic institutions yaitu pranata yang
berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan
kekerabatan. Misalnya, perkawinan, tolong – menolong
antar kerabat, pengasuhan kanak – kanak, sopan santun,
system istilah kekerabatan, dan sebagainya.
2) Economic institutions yaitu pranata yang berfungsi
untuk memenuhin kebutuhan keperluan manusia untuk mata
pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan,
mendistribusi hasil produksi dan harta. Misalnya,
pertanian, peternakan, pemburuan, industri, barter,
koperasi penjualan, penggudangan, perbankan, dan
sebagainya.
3) Educational institution yaitu pranata yang berfungsi
untuk memenuhi penerangan dan pendidikan manusia supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Misalnya,
pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pembarantasan buta huruf, pendidikan keamanan,
perpustakaan umum dan sebagainya.
4) Scientific institution yaitu pranata yang berfungsi
untuk memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam
semesta dan sekelilingnya. Misalnya, metodologi ilmiah,
penelitian, pendidikan ilmiah, dan sebagainya.
5) Aesthetic and Recreational institutions yaitu pranata
yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
menghayatkan rasa keindahannya dan untuk rekreasi.
Misalnya, seni rupa, seni gerak, seni suara, seni drama,
olahraga dan sebagainya.
6) Religiuos institutons yaitu pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan
berbakti kepada Tuhan. Misalnya, doa, upacara,
penyiaran agama, ilmu gaib, pantangan dan sebagainya.
7) Political institutions yaitu pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola
keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat.
Misalnya, pemerintahan, demokrasi, kehakiman,
kepartaian, kepolisian dan sebagainya.
8) Somatic institutions yaitu pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia.
Misalnya, pemeliharaan kecantikan, kesehatan,
kedokteran dan sebagainya.7
Itulah pranata – pranata atau system – system interaksi sosial
yang timbul dari hubungan interaksi social antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya. Pranata - pranata tersebut
adalah suatu pranata yang dimana suatu proses interaksi social
wujud atau bentuk interaksi – interaksi yang di lakukan oleh
individu – individu yang saling membutuhkan.
E. Kebudayaan dan Masyarakat
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan
system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (Koencaranigrat, 2002). Sedangkan masyarakat, telah
dijelaskan diatas bahwa sekelompok orang yang saling
berinteraksi didalam lingkungan tertentu. Ada 3 wujud
kebudayaan atau system kebudayaan yaitu antara lain Ideas,
Activities dan Artifacts (benda budaya) . Ketiga wujud
kebudayaan tersebut, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu
tak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat
– istadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan manusia atau
masyarakat, menghasilkan benda kebudayaan fisiknya.
Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup
tertentu yang makin lama menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi pola – pola perbuatannya,
bahkan juga cara berfikirnya. Ini membuktikan bahwa masyarakat
dan kebudayaan tidak dapat di pisahkanl, karena antara kedua
elemen terseebut saling
7. Disini kami campurkan klasifikasi yang diajukan oleh J. L Gilin dan J. P
Gilin dalam buku mereka Cultural Sosiologi ( 1954 : hlm. 238 – 482 ) dengan
klasifikasi yang diajukan oleh S. F Nadel dalam bukunya The Foundations or
Sosial Antropologi ( 1953 : hlm. 129 – 136 ).
membutuhkan satu sama lainnya. Masyarakat tanpa budaya,
tidaklah bisa disebut dengan masyarakat melainkan dengan
sebutan masyarakat asing. Begitupun dengan budaya tanpa
masyarakat. Selain dari tiga wujud kebudayaan diatas,
kebudayaan pun mempunyai tujuh unsur yang dapat kita sebut
sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan didunia antara lain
sebagai berikut : 8
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian
Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah sangat berkaitan
dengan interaksi social, karena unsur – unsur diatas adalah unsur
pokok yang ada dalam diri manusia dan melekat di masyarakat.
8. Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2002, cet. ke delapan, hlm. 203.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan manusia itu
mahkluk social adalah sebagai berikut :
1. Bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan ingin
bergaul dengan manusia yang lain. Karena, manusia adalah
mahkluk social bukan mahkluk yang hidup sendiri. Seperti
yang di kemukakan oleh filsuf, Manusia ZOON POLITICON,
yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan ingin
selalu bergaul dengan manusia yang lain. Jelaslah sudah
dikatakan manusia sebagai mahkluk social.
2. Berlangsungnya proses Interaksi social oleh adanya
pelbagai factor yang dianataranya Imitasi, Sugesti,
Identifikasi dan Simpati. Dan dalam proses Interaksi
social harus memenuhi 2 syarat pokok yaitu :
Adanya Kontak antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya.
Adanya Komunikasi, syarat yang kedua ini sangat penting
dalam proses interaksi social.
3. Antara masyarakat dan budaya dapat menyatu, karena antara
kebudayaan dan masyarakat adalah suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Misalkan, bahasa sunda dengan masyarakat
periangan, bahsa jawa dengan masyarakat jawa dan lain
sebagainya merupakan suatu kesatuan yang ada di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia. Masyarakat tanpa budaya
dapat disebut dengan masyarakat asing begitupun sebaliknya
budaya tanpa masyarakat akan menjadi budaya yang tidak
dipegang oleh masyarakat.
Jadi, itulah kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan
manusia itu mahkluk social. Kiranya makalah ini dapat
dipergunakan dengan sebaik – baiknya oleh seluruh civitas
akademis khususnya dalam ruang lingkup Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan Masryarakat luar pada umumnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosoilogi Suatu Pengantar. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1981. Hukum Adat Indonesia. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Kansil, C.S.T. 2002. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
www.google.com – “Manusia Itu Mahkluk Sosial”, Tentang manusia.