27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah mengalami zaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang perindustrian. Dengan menggunakan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya. 1

Makalah Pemanasan Global

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman

sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode

waktu yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami

banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani

kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui

orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan

melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk

menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah mengalami

zaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang

perindustrian. Dengan menggunakan orientasi hidup tersebut, dunia

agrikultur pun mengalami kemunduran secara perlahan-lahan.

Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama

dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun negatif. Salah satu

dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada

masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah

dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.

Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti

pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas

besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi

lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian

yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia

dan kehidupannya.

1

Para ahli ilmiah percaya perubahan iklim seperti pemanasan global

telah terjadi sepanjang sejarah bumi dan akan terus terjadi di masa depan.

Beberapa bukti mengenai terjadinya pemanasan global sudah banyak

terlihat saat ini. Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara

yang pertama akan merasakan dampak pemanasan global. Contohnya saja

perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Perubahan iklim yang

disebabkan oleh pemanasan global atau global warming telah menjadi isu

besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan

menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti dari pemanasan

global. Deretan bencanapun kian panjang seperti banjir, tanah longsor,

kekeringan, gagal tanam dan panen hingga konflik-konflik horizontal di

dalam masyarakat

Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak

yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha

perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak

negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut

sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai

masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa

pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan

untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Masalah Global

Warming ini tidaklah dapat diungkiri untuk diteliti dan diteliti lebih lanjut

demi kelangsungan kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyebab terjadinya pemanasan global ?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global ?

3. Bagaimana upaya pencegahan yang ditimbulkan dari pemanasan global ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui tentang penyebab terjadinya pemanasan global.

2

2. Mengetahui dampak yang diakibatkan dari pemanasan global.

3. Mengetahui cara atau upaya pencegahan dari pemanasan global.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan wawasan bagi penulis maupun pembaca terhadap penyebab

terjadinya pemanasan global yang dengan sengaja atau tidak terjadi dalam

kehidupan kita sehari-hari.

2. Memberikan wawasan bagi penulis maupun pembaca dampak yang

diakibatkan dari pemanasan global.

3. Mendorong penulis maupun pembaca untuk melakukan upaya pencegahan

terjadinya pemanasan global.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemanasan Global

2.1.1 Pengertian Pemanasan Global Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemanasan berarti

proses, cara, perbuatan memanasi atau memanaskan. Sedangkan

global berarti bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia.

Jadi, pemanasan global yaitu proses menaiknya suhu rata-rata bumi.

2.1.2 Pengertian Pemanasan Global Menurut Lembaga Dunia

Terdapat beberapa lembaga dunia yang mengemukakan

definisi dari pemanasan global, diantaranya yaitu Badan

Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, Asosiasi Energi New

Mexico, Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam, dan National

Wildlife Federation. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat,

pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata di

permukaan bumi, baik yang telah berlalu dan yang terjadi pada

saat ini.

b. Asosiai Energi New Mexico

Menurut Asosiasi Energi New Mexico, pemanasan global

adalah peningkatan suhu atau temperatur rata-rata di permukaan

bumi akibat efek rumah kaca yang efek rumah kaca adalah

perangkap panas dalam acara bumi karena obstruksi gas emisi

seperti karbon dioksida di atmosfer akibat emisi kendaraan

bermotor, polusi udara dari pabrik atau industri -Pabrik dan

kebakaran hutan.

4

c. Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam

Menurut Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam,

pemanasan global adalah krisis lingkungan terbesar dan

kemanusiaan yang terjadi saat ini. Atmosfer bumi sangat panas

karena terperangkap oleh gas karbon dioksida yang bisa

mengancam perubahan iklim dan dapat menyebabkan bencana di

permukaan bumi.

d. National Wildlife Federation

Menurut National Wildlife Federation, pemanasan global

adalah peristiwa dimana bumi semakin hari panas demi hari,

semakin banyak hujan lebat dan banjir, badai yang lebih intens

dan kekeringan diperdalam. Peristiwa merupakan dampak nyata

yang terjadi sebagai akibat dari pemanasan global di bumi.

Pemanasan global juga mengubah lanskap kehidupan di bumi dan

mematikan banyak spesies.

2.2 Penyebab Pemanasan Global

2.2.1 Penipisan Lapisan Ozon

Ozon merupakan suatu lapisan oksigen yang tiap molekulnya

terdiri atas tiga atom O (rumus kimia: O3). Ozon merupakan gas

beracun sehingga apabila berada dekat permukaan tanah akan

berbahaya karena akan merusak paru-paru jika terhisap. Sebaliknya,

lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi dari bahaya

radiasi ultraviolet. Dalam industri, ozon digunakan untuk membunuh

kuman, meniadakan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen

sulfida, nitrit, dan bahan organik kompleks yang dikenal sebagai

warna), mencuci, dan memutihkan kain.

Molekul O2 banyak terdapat di troposfer. Adapun ozon dapat

ditemukan di dua lapisan atmosfer. Kira-kira 10 persen ditemukan di

troposfer. Sisanya (kira-kira 90 persen) menetap di stratosfer.

5

Sebagian besar ozon yang berada dalam lapisan stratosfer inilah

yang disebut lapisan ozon. Dengan demikian, lapisan ozon berada

pada stratosfer pada ketinggian 19 sampai 48 km.

Pengukuran menunjukkan bahwa ozon sangat sedikit terdapat di

atmosfer, yaitu kira-kira satu molekul per satu juta molekul dalam

atmosfer bumi. Walaupun ozon yang terdapat dalam stratosfer

berjumlah sangat kecil, keberadaanya sangat vital untuk

keberlangsungan hidup makhluk hidup di permukaan bumi. Tanpa

ozon di stratosfer akan lebih banyak radiasi UV sampai ke

permukaan bumi. Radiasi UB menyebabkan mutasi pada hampir

semua organisme. Terhadap manusia, radiasi UV berlebih dapat

menyebabkan kanker kulit. Tanpa perisai dari lapisan ozon,

dipercaya kasus kanker kulit dapat meningkat dengan pesat.

Bagaimana ozon di stratosfer dapat menjadi perisai bumi dari

radiasi UV berlebih? Konsentrasi ozon di stratosfer tidaklah statis

karena ada proses terus-menerus pembentukan dan pemusnahan

ozon. Ozon terbentuk atas bantuan dari sinar UV yang memiliki

energi lebih besar daripada cahaya tampak. Pertama, radiasi UV

gelombang pendek (energi tinggi) diserap oleh oksigen diatomik

(O2) yang berlimpah di atmosfer. Energi ini mampu memecah ikatan

kimia pada O2 sehingga menjadi atom O bebas yang bersifat reaktif.

O2 + UV O + O

Reaksi tersebut penting karena :

1. Radiasi UV berenergi tinggi dari sinar matahari telah disaring,

2. Atom O bebas yang reaktif tersebut akan bergabung dengan

oksigen diatomik untuk membentuk ozon, yang akan menyerap

radiasi berlebih.

Proses pembentukan dan penghancuran ozon di stratosfer

berlangsung terus, sehingga tanpa adanya gangguan dari luar, kadar

ozon stratosfer cenderung konstan. Sejak jutaan tahun silam, ozon di

6

stratosfer selalu mempertahankan keseimbangan dinamis melalui

proses pembentukan dan pemusnahan. Dengan kata lain, jumlah

ozon yang terbentuk dan musnah setiap saatnya selalu sama.

Dari sudut pandang pembentukan dan pemusnahan, ozon

berfungsi sebagai katalisator yang mengubah energi radiasi dari sinar

UV melalui penyerapan dalam pembentukan ozon menjadi panas

yang dilepaskan melalui proses pemusnahan ozon. Oleh karena itu,

semakin tinggi kita naik ke stratosfer, semakin tinggi suhunya. Hal

ini disebabnya semakin banyaknya energi radiasi UV yang diubah

menjadi panas oleh ozon.

Pada tahun 1950, ilmuwan memperkenalkan suatu senyawa baru

bernama Chlorofluorocarbon (CFC) dengan rumus kimia CF2Cl2

(dikenal dengan nama dagang Freon). Senyawa ini memiliki sifat

fisis maupun kimia yang menguntungkan dari aspek teknologi

karena sangat stabil, tidak berbau, tidak mudah terbakar, tidak

beracun terhadap manusia, serta tidak korosif terhadap logam-logam

di sekitarnya. Dengan sifat-sifat yang menguntungkan dan harga

CFC yang tidak mahal, CFC sering digunakan terutama untuk

mengganti senyawa-senyawa kimia seperti amonia dan sulfur

dioksida yang mudah terbakar, beracun, dan berbau menyengat

sebagai bahan pendingin dalam mesin pendingin ruangan (AC)

maupun lemari pendingin es. Penggunaan lain yang banyak dijumpai

dalam keseharian adalah pada pendorong aerosol.

Tidak seperti senyawa-senyawa kimia lain yang umumnya dapat

terurai di atmosfer dalam waktu beberapa jam, hari, minggu, atau

bulan, gas CFC yang sangat stabil dan secara kimia tidak reaktif,

tidak bisa diuraikan pada ketinggian rendah dari permukaan bumi.

Diperlukan waktu 5 sampai dengan 10 tahun untuk CFC yang

terlepas ke atmosfer untuk mencapai lapisan ozon. Setelah sampai,

CFC dapat bertahan di lapisan ozon selama 70 sampai 400 tahun.

7

Pada pertengahan 1970, sebelum lubang ozon ditemukan,

sekelompok peneliti menyadari bahwa CFC yang stabil ini dapat

menyebabkan kerusakan ozon dalam atmosfer. Seperti telah Anda

ketahui bahwa CFC dapat berada di stratosfer selama 100 tahun

tanpa mengalami kerusakan. Di lapisan ozon, oleh pengaruh radiasi

UV matahari berenergi tinggi, molekul-molekul CFC yang terurai

membebaskan atom-atom klorin (Cl). Atom-atom klorin yang

dibebaskan bereaksi dengan ozon, dan mengubah ozon menjadi

oksigen biasa (O2) dan klorin terbentuk kembali. Jadi, dalam reaksi

ini klorin bertindak sebagai katalis. Adapun reaksinya sebagai

berikut,

Kata-kata: (ozon + klorin + UV) menjadi (oksigen biasa + klorin).

Reaksi Kimia: 2O3 + Cl + UV 3O2 + Cl

Klorin yang terbentuk kembali selanjutnya dapat melakukan

reaksi berantai untuk memusnahkan ozon. Hal itu menyebabkan satu

atom klorin yang dibebaskan dari CFC dan tinggal di lapisan ozon

dapat memusnahkan 100.000 molekul ozon. Walaupun oksigen

diatomik (O2) yang terlepas dari ozon nantinya dapat bergabung lagi

membentuk ozon, proses ini memerlukan waktu cukup lama, lebih

lambat dibandingkan dengan pemusnahan ozon menjadi oksigen

diatomik oleh klorin yang dibebaskan dari CFC. Akibatnya,

penipisan lapisan ozon tetap berlangsung. Oleh karena itu, kerusakan

lapisan ozon yang teramati saat ini kemingkinan besar disebabkan

oleh CFC yang sebenarnya sudah terlepas ke atmosfer sejak 20-30

tahun sebelumnya.

Dugaan peneliti tersebut akhirnya terbukti ketika pada awal

tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika (kutub

selatan) mendekati hilangnya ozon secara periodik di atas benua

tersebut. Keadaan ini dinamakan lubang ozon (ozon hole), yaitu

suatu area ozon tipis pada lapisan ozon, yang terbentuk saat musim

8

semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum

menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada

ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa

persentase ozon secara keseluruhan di Antartika terus menurun.

Dugaan penipisan lapisan ozon oleh CFC semakin diperkuat

ketika pada tahun 1986, ilmuwan menemukan daerah-daerah dalam

stratosfer dengan jumlah ozon yang sangat rendah. Sebuah libang

ozon besar ditemukan di atas Antartika. Lubang ozon yang lebih

kecil ditemukan di Kutub Utara.

2.2.2 Rumah Kaca

Berdasarkan urutan panjang gelombang, mulai dari yang

terpanjang ke yang terpendek, radiasi sinar matahari dibagi tiga,

yaitu infra merah (IM), cahaya tampak, dan ultraviolet (UV). Ketika

sinar matahari mengenai kaca sebuah rumah kaca (green house)

radiasi dengan gelombang pendek diserap oleh tanah dan tanaman di

dalam rumah kaca, dan tanaman menjadi hangat. Tanah dan tanaman

yang hangat dapat digolongkan sebagai sumber kalor yang lebih

dingin dibandingkan dengan matahari yang suhunya sangat tinggi.

Tanah dan tanaman sebagai sumber kalor yang lebih dingin pada

gilirannya akan memancarkan kembali kalor yang diserapnya dalam

bentuk radiasi IM dengan panjang gelombang yang lebih panjang.

Energi dari kalor radiasi IM yang dipancarkan kembali oleh tanah

dan tanaman ini tidak mampu menembus kaca. Energi ini diserap

oleh molekul-molekul udara dalam kaca sehingga suhu udara dalam

rumah kaca meningkat. Ini membuat suhu dalam rumah kaca dapat

tetap hangat dibandingkan suhu luarnya. Keadaan ini membuat

tanaman

dalam rumah kaca dapat tumbuh subur.

Sinar matahari sampai ke permukaan bumi setelah melalui

atmosfer bumi. Atmosfer berfungsi menyaring, menyerap, dan

9

memantulkan radiasi sinar matahari yang datang padaya. Bumi

memantulkan rata-rata 30% dari radiasi matahari, 20% dipantulkan

oleh awan, 6% dihamburkan oleh partikel-partikel udara, dan 4%

dipantulkan oleh permukaan bumi. Tentu saja persentase yang

dipantulkan bumi bergantung pada jangkauan penutupan awan,

jumlah debu di atmosfer, dan luas salju serta tumbuh-tumbuhan pada

permukaan. Perubahan besar dari variabel-variabel itu dapat

meningkatkan atau mengurangi pemantulan radiasi matahari, yang

akhirnya mengarah ke peningkatan pemanasan atau pendinginan

atmosfer.

Setelah melalui penyaringan, penyerapan, dan pemantulan,

hanya setengah dari radiasi matahari yang diserap oleh permukaan

bumi. Bebatuan, tanah, dan air menyerap energi radiasi matahari

yang sampai kepadanya, sehingga daratan menjadi hangat. Pada

giliran material sebagai sumber dingin ini akan memancarkan

kembali energi yang diserapnya menuju ke atmosfer dalam bentuk

radiasi IM yang memiliki panjang gelombang lebih panjang.

Frekuensi radiasi IM yang dipancarkan oleh material-material di

permukaan bumi ke atmosfer sesuai dengan beberapa frekuensi

alami getaran-getaran molekul-molekul gas rumah kaca (teruatama

karbon dioksidan dan uap air).

Kesesuaian frekuensi tersebut menyebabkan radiasi IM yang

dipancarkan oleh permukaan bumi dengan mudah diserap oleh

molekul-molekul gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan uap

air. Energi IM yang diserap menyebabkan peningkatan energi kinetik

molekul-molekul gas rumah kaca, yang kemudian ditunjukkan

dengan peningkatan suhu. Sekarang molekul-molekul gas rumah

kaca dalam atmosfer dapat memancarkan radiasi IM mereka sendiri

ke segala arah. Sejumlah radiasi yang dipancarkan, diserap oleh

molekul-molekul lain dalam atmosfer, sebagian kecil dipancarkan ke

10

angkasa, dan sejumlah radiasi lainnya dipancarkan kembali ke

permukaan bumi. Secara total dapat dikatakan bahwa sejumlah kecil

radiasi IM menghilang ke luar angkasa, sedangkan sebagian besar

diarahkan kembali ke permukaan bumi untuk meningkatkan suhu

permukaan bumi.

Proses pemanasan atmosfer bagian bawah oleh penyerapan

radiasi gelombang pendek matahari dan pemancaran kembali

berbentuk radiasi gelombang panjang infra merah, inilah yang

disebut efek rumah kaca (greenhouse effect). Disebut efek rumah

kaca karena pemancaran kembali radiasi IM yang dihasilkan

permukaan bumi oleh atmosfer menuju ke permukaan bumi kembali

untuk menghangatkan bumi mirip dengan terkurungnya radiasi IM

yang dipancarkan kembali oleh tanah dan tanaman dalam rumah

kaca.

Efek rumah kaca alamiah sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa

sehingga seluruh makhluk hidup bisa bertahan hidup di Bumi yang

diciptakan-Nya. Jika tidak ada efek rumah kaca alamiah ciptaan

Tuhan ini, suhu rata-rata bumi (siang-malam, musim dingin-musim

panas) kira-kira akan mencapai -20°C. Jika ini yang terjadi maka

kehidupan makhluk hidup seperti saat ini tidak mungkin

berlangsung. Dengan kata lain Bumi tidak layak untuk mendukung

kehidupan. Sebagai perbandingan, planet Mars dengan lapisan

atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca, bersuhu rata-rata

-32°C. Itulah sebabnya kita tidak menjumpai kehidupan di planet

Mars.

Walaupun fungsi gas rumah kaca sama dengan fungsi rumah

kaca, yaitu menjaga suhu di permukaan tetap hangat sekalipun tidak

ada sinar matahari, tetapi analogi menyamakan efek rumah kaca

yang terjadi di bumi dengan yang terjadi dalam rumah kaca dapat

menyesatkan. Pada rumah kaca, kaca mengijinkan radiasi matahari

11

dengan panjang gelombang pendek untuk lewat ke dalam rumah

kaca. Energi ini diserap oleh tanah dan tumbuh-tumbuhan dan

kemudian dipancarkan kembali sebagai radiasi IM dengan panjang

gelombang yang lebih panjang. Akan tetapi, radiasi IM ini tidak

diijinkan keluar oleh lapisan kaca pada rumah kaca. Dengan kata lain

kaca dari rumah kaca “mengurung” radiasi IM yang dipancarkan

kembali oleh tanah dan tumbuh-tumbuhan. Sebaliknya, molekul-

molekul karbon dioksida dan uap air tidak “mengurung” radiasi IM

melainkan terlibat dalam proses penyerapan dinamis dan

pemancaran kembali radiasi IM kembali ke arah bawah sehingga

meningkatkan suhu permukaan bumi. Semakin banyak molekul-

molekul karbon dioksida dan uap air yang terlibat dalam proses

dinamis ini, semakin banyak radiasi IM yang diarahkan kembali ke

permukaan bumi. Sebagai akibatnya suhu permukaan bumi akan

meningkat lebih besar. Sebaliknya, lapisan-lapisan kaca pada rumah

kaca tidak meningkatkan suhu dalam rumah kaca secara berarti.

Faktor pemanasan dalam rumah kaca sebenarnya adalah lapisan kaca

menahan konveksi kalor radiasi tetap dalam rumah kaca. Proses ini

tidak terjadi dengan kehadiran karbon dioksida dan uap air di

atmosfer.

2.2.3 Efek Umpan Balik

Efek umpan adalah salah satu dari efek rumah kaca yang

berpengaruh dari awan dan merupakan dampak dari pemanasan

global, dimana lapisan ozon rusak maka sinar matahari tak ada yg

menghalanginya, sehingga bumi makin panas.

Unsur-unsur penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh

berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Contohnya adalah

penguapan air. Dalam kasus pemanasan akibat gas rumah kaca seperti CO2,

pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang

menguap ke atmosfer.

12

Karena uap air tersebut adalah gas rumah kaca, pemanasan akan

berkelanjutan dan akan terus menambah kuota uap air di udara

hingga tercapainya kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca

yang dihasilkan lebih besar dari efek CO2 saja.

Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di

udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun

karena udara menjadi lebih hangat.Umpan balik ini hanya mempengaruhi

lambat karena CO2 memiliki waktu yang lama di atmosfer.

2.2.4 Variasi Matahari

Variasi Matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi yang

dipancarkan oleh Matahari. Terdapat beberapa komponen periodik

yang memengaruhi variasi ini, yang terutama adalah siklus matahari

11-tahunan (atau siklus bintik hitam matahari), selain fluktuasi-

fluktuasi lainnya yang tidak periodik. Aktivitas matahari diukur

dengan menggunakan satelit selama beberapa dekade terakhir setelah

pada waktu sebelumnya pengukuran dilakukan melalui variabel-

variabel 'proksi'. Para ilmuan iklim tertarik untuk mengetahui apakah

variasi matahari berpengaruh terhadap Bumi.

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari

Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari

awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.

Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek

rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan

memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan

mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling

tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila

aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini.

(Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan

tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)

Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung

13

berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-

industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa

kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan

global. Dua ilmuan dari Duke University memperkirakan bahwa

Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan

suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%

antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan

bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat

perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan

dengan pengaruh Matahari, mereka juga mengemukakan bahwa efek

pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah

dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan

bahwa, bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap

pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi

pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah

kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat,

Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan

adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu

tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil

sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun

terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap

pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich

menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global

dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari

output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

Variasi dalam total solar irradiance (TSI) sebelumnya tidak

dapat diukur atau dideteksi hingga era penggunaan satelit, walaupun

sebagian kecil panjang gelombang ultraviolet bervariasi beberapa

14

persen. Output total matahari yang telah diukur (selama 3 kali

periode siklus bintik hitam 11-tahunan) menunjukkan variasi sekitar

0,1% atau sekitar 1,3 W/m2 dari maksimum ke minimum selama

siklus bintik hitam 11-tahunan. Jumlah radiasi matahari yang

diterima permukaan luar atmosfer Bumi sedikit bervariasi dari nilai

rata-rata 1366 watt per meter persegi (W/m2).

Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas

gunung berapi mungkin telah memberikan beberapa efek perubahan

iklim, sebagai contoh selama Maunder Minimum. Sebuah studi

tahun 2006 dan review dari beberapa literatur, yang dipublikasikan

dalam Nature, menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat

"keterangan" dari Matahari sejak 1970, dan bahwa perubahan output

matahari selama 400 tahun terakhir kecil kemungkinannya berperan

dalam pemanasan global. Perlu ditekankan, laporan tersebut juga

menyatakan, "Selain tingkat "keterangan" matahari, hal-hal lain yang

dapat memengaruhi iklim seperti radiasi sinar kosmik atau sinar

ultraviolet matahari tidak dapat dikesampingkan, kata penulis

tersebut. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh lain ini belum dapat

dibuktikan, tambah mereka, karena model-model fisik untuk efek-

efek ini masih belum sempurna dikembangkan."

2.2.4 Konsumsi Energi Bahan Bakar Fosil

Bahan bakar fosil mengandung karbon, sehingga pembakaan

karbon pastilah menghasilkan gas rumah kaca karbon dioksida.

Amerikan mengemisikan 20 ton karbon dioksida per orang per tahun

dengan jumlah penduduk 1,1 milyar. Cina mengemisikan 3 ton

karbon dioksida per orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,3

milyar. India mengemisikan 1,2 ton karbondioksida per orang per

tahun dengan 1 milyar penduduk. Tampak bahwa banyaknya gas

rumah kaca yang dibuang ke atmosfer berkaitan dengan gaya hidup

dan jumlah penduduk. Amerika Serikat merupakan negara dengan

15

penduduk yang gaya hidupnya sangat boros, dengan mengonsumsi

energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Sebaliknya, negara

berkembang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca karena

akumulasi jumlah penduduk.

2.2.5 Sampah Organik

Sampah organik menghasilkan gas rumah kaca metana (CH4).

Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana.

Menurut kementrian lingkungan hidup pada tahun 1995 rata-rata

orang Indonesia di perkotaan menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg

per hari, dan setiap tahun kecenderungannya terus meningkat.

Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat maka pada tahun

2020 diperkirakan dihasilkan sampah 500 juta kg per hari atau 190

ribu ton per tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan

mengemisikan metana sebesar 9.500 ton per tahun. Dengan

demikian sampah pada perkotaan berpotensi besar mempercepat

proses terjadinya pemanasan global.

2.2.6 Kerusakan Hutan

Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbon dioksida

(CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2). Gas karbon dioksida

merupakan gas rumah kaca sehingga kerusakan atau penggundulan

hutan secara besar-besaran berarti hilangnya faktor penyerap gas

rumah kaca karbon dioksida di atmosfer. Laju kerusakan hutan di

Indonesia, menurut data Forest Watch Indonesia (2001) sekitar 22

juta per tahun. Ini disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata

guna lahan, seperti perubahan hutan menjadi perkebunan kelapa

sawit secara besar-besaran. Dengan kerusakan hutan tentu saja

penyerapan karbon dioksida tidak optimal, sehingga akan

mempercepat terjadinya pemasan global.

2.2.7 Pertanian dan Peternakan

16

Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan

emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang

menghasilkan gas metana, penggunaan pupuk, pembakaran sisa-sisa

tanaman dan pembusukan sisa-sisa pertanian. Bahkan dalam laporan

PBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long Shadow: Environmental

Issues and Options (dirilis bulan November 2006), PBB mencatat

bahwa industri peternakan merupakan penghasil emisi gas rumah

kaca yang terbesar (18%). Junlah itu lebih banyak dari gabungan

emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%).

Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9% karbon

dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat

daripada karbon dioksida), nitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali

lebih kuat daripada karbon dioksida), serta amonia penyebab hujan

asam. Peternakan menempati 30% dari seluruh permukaan tanah

kering di Bumi dan 33% dari are tanah subur yang dijadikan ladang

untuk menanam pakan ternak. Peternakan sudah menyebabkan 80%

penggundulan hutan Amazon. Menurut laporan yang baru saja dirilis

World Watch Institute menyatakan bahwa peternakan bertanggung

jawab terhadap sedikitnya 51 persen dari pemanasan global.

2.3 Dampak Pemanasan Global

Dalam laporan tahun 2013, IPCC telah menegaskan bahwa akibat

aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas-gas rumah kaca, teruatam

karbon dioksida, telah meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di

atmosfer sehingga menimbulkan pemanasan global. Para ilmuwan

menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi

atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,

para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak

pemanasan global terhadap iklim, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian,

kehidupan hewan liar, dan kesehatan manusia.

17

2.3.1 Iklim Mulai tidak Stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan

global, daerah bagian utara dari Belahan Bumi Utara akan

memanas lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di

Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan

akan berkurang. Akan lebih sedikit es mengapung di perairan

utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju

ringan mungkin tidak mengalaminya lagi. Pegunungan di daerah

subtropis bagian utara yang ditutupi salju akan semakin sedikit

serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang

di beberapa daerah. Suhu pada musim dingin dan malam hari

akan cenderung meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih

lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.

Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara

rata-rata sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit

pemanasan. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.

Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari

sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin

dengan pola yang berbeda. Topan badai yang memperoleh

kekuatannya dari penguapan air akan menjadi lebih besar. Dengan

demikian, pola cuaca menjadi sukar diprediksi dan lebih ekstrem.

2.3.2 Peningkatan Permukaan Laut

Ketika atmosfer menghangat, air pada permukaan lautan juga

menghangat. Hal ini berarti volume air di lautan membesar karena

pemuaian sehingga menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan

global juga akan mencairkan lempengan es di kutub, terutama di

sekitar Greenland, sehingga semakin memperbesar volume air

laut. Tinggi muka laut di seluruh dubia telah meningkat 10-25 cm

selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi akan

terjadi peningkatan lebih lanjut 9-88 cm pada abad ke-21.

18

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi

kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm saja misalnya akan

menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh,

dan mungkin banyak pulau akan tenggelam. Erosi dari tebing,

pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan

mencapai muara sungai maka akan terjadi banjir akibat air pasang

di daratan. Negara-negara kaya mungkin akan menghabiskan

banyak dana untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan

negara miskin mungkin hanya bisa mengevakuasi penduduknya

untuk meninggalkan daerah pantai. Untuk negara kita mungkin

kenaikan permukaan laut akan menurunkan produksi tambak ikan

dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang.

2.3.3 Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan

menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal

ini tidak sama di beberapa tempat. Sebagai contoh, bagian selatan

Kanada mungkin diuntungkan dari lebih tingginya curah hujan

dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian

tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat

ditanami. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi

dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika kumpulan

salju musim dingin yang berfungsi sebagai cadangan (reservoir)

alami mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.

Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga

dan penyakit yang lebih hebat. Kenaikan suhu global sebesar 4°C

menyebabkan penurunan produksi jagung sebesar 5% akibat

kekeringan dan meningkatnya potensi intrusi air asin pada

pertanian pesisir yang rentan akibat naiknya permukaan laut.

2.3.4 Kehidupan Hewan Liar dan Tumbuhan

19

Hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang sulit

menghindar dari efek pemanasan global karena sebagian besar

lahan telah dikuasai oleh manusia. Akibat pemanasan global,

hewan cenderung untuk berimigrasi ke arah kutub atau ke atas

pegunungan untuk mencari wilayah yang lebih dingin. Tumbuhan

akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru

karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,

pembangunan yang dilakukan manusia akan menghalangi

perpindahan ini. Spesies-spesies yang berimigrasi ke utara atau

selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian

mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu

secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

2.3.5 Kesehatan Manusia

Kenaikan suhu global telah memicu banyaknya penyakit

yang berkaitan dengan panas dan kematian, seperti stress, stroke,

dan gangguan kardiovaskular. Tidak hanya itu, penyakit dengan

vektor seperti demam berdarah dan malaria juga mengalami

perluasan wilayah lokasi serangan dan durasi penularan yang

lebih lama. Penyebabnya adalah dengan meningkatnya suhu

daerah subtropis, memungkinkan perkembangan patogen di

daerah tersebut.

2.4 Upaya Pencegahan atau Mengurangi Pemanasan Global

Pada dasarnya, yang harus kita lakukan adalah mengurangi

semaksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan emisi gas rumah

kaca. Ada empat hal utama yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan

planet bumi:

20

2.4.1 Batasilah Pemakaian Energi yang Menghasilkan Karbon Dioksida dan

Gas-Gas Lain.

Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif

yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air,

angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan

bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah

dengan bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan

energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak

menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk

pembangkit listriknya. Matikanlah peralatan listrik ketika tidak

digunakan, gunakan lampu hemat energi, dan gunakanlah panel

surya sebagai energi alternatif. Kurangi penggunaan atau pemakaian

kulkas dan AC yang akan menghasilkan gas CFC.

2.4.2 Tanamlah Lebih Banyak Pohon

Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya

dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan

kembali CO2 keudara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan

mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi

mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam

tanaman akan kembali terlepas ke atmosfer sebagai CO2.

2.4.3 Daur Ulang (Recycle) dan Gunakan Ulang (Reuse)

Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa

apabila proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara

bagian California, maka energi yang dihemat cukup untuk

memberikan suplai energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 7.047 ton

polusi air, menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi emisi gas

rumah kaca hingga setara dengan 3,8 juta mobil.

2.4.4 Batasi Penggunaan Kertas

Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda

menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang sebatang

21

pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya

dengan mencetak print out bolak-balik pada setiap kertas. Bila Anda

menge-print sesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas

bekas yang dibaliknya masih kosong.

2.4.5 Ganti Bohlam Lampu

Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu

neon ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu

pijar. Ingat setiap daya listrik yang Anda pakai maka Anda turut serta

menghabiskan sumber daya energi listrik yang kebanyakan berbahan

bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan

dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini

akan habis.

2.4.6 Gunakan Pupuk Organik

Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur

nitrogen, yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan

efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada karbon

dioksida (CO2). Jika Anda memiliki hobi berkebun, sebaiknya

gunakanlah pupuk organik. Disamping aman, juga memiliki harga

yang murah.

2.4.7 Naik Kendaraan Umum

Saat ini jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak dan

bikin sumpek. Sector transportasi menyumbang sampai 13% emisi gas

rumah kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran umum maka

kita mengurangi emisi gas rumah kaca.

2.4.8 Tidak Menggunakan Kantong Plastik

Di beberapa negara bagian Amerika, urusan kantong plastik

bahkan sampai dibuat undang-undangnya. LSM peduli lingkungan

mendorong pemerintah Negara setempat unutk melarang penggunaan

kantong plastik sebagai kantong belanjaan. Plastik ini memang unsur

yang sulit terurai, butuh 1000 tahun untuk mengurainya di dalam

22

tanah. Efek gas rumah kaca yang ditimbulkannya juga cukup besar.

Maka beralihlah ke kantong kain, misal dari kain serat alami.

2.4.9 Hidup Efisien

Apapun aktivitas manusia di bumi akan berdampak pada bumi

yang kita diami ini. Pola komsumsi energi, pola lingkungan dan

sebagainya. Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi,

komsumsilah sedikit makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif,

ramahlah terhadap lingkungan, sedikit bicara lebih banyak berpikir,

dan sebagainya.

2.4.10 Mengemudi dengan Cerdas

Hindari perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila

mungkin memotong jalan lakukanlah. Kurangilah aktivitas yang

menggunakan kendaraan pribadi. Jika terpaksa menggunakan

kendaraan pribadi, pilihlah jalan-jalan alternatif yang bebas macet dan

tidak mengkonsumsi energi. Bila Anda menunggu, matikan mesin

sebab gas buangan tetap keluar sementara bahan bahan bakar terpakai.

2.5 Perjanjian Internasional Berkaitan Ancaman Penipisan Lapisan Ozon

Pada tahun 1986 lubang besar ozon ditemukan di Antartika dan lubang

ozon kecil ditemukan di atas Kutub Utara. Secara mayoritas para ilmuwan

juga sudah sepakat bahwa pemicu utama penipisan lapisan ozon adalah

penggunaan gas CFC secara besar-besaran untuk industri. Kekhawatiran

tentang dampak penipisan lapisan ozon yang akhirnya akan membahayakan

kelangsungan hidup manusia, maka pada tahun 1986 dalam pertemuan

internasional di Montreal dihasilkan suatu perjanjian di mana seluruh Negara

industri dunia setuju untuk membatasi produk CFC sambil mencari bahan

pengganti yang tidak berbahaya, dan pada akhirnya CFC dilarang untuk

diproduksi.

Kebijakan penghapusan produksi gas CFC membuat perusahaan-

perusahaan kimia segera melakukan penelitian untuk mencari bahan

23

pengganti CFC yang tidak merusak lapisan ozon. Pada tahun 1992,

penggunaan CFC berhasil dikurangi secara cepat sehingga kemudian

dijadwalkan untuk menghilangkan produksi CFC pada tahun 1996. Jika

penggunaan CFC berhasil dikurangi secara besar-besaran pada tahun 1996,

maka hitungan menunjukkan bahwa lapisan ozon baru kembali akan normal

paling cepat pada abad dua puluh satu. Pemerintah kita melalui Kementrian

Lingkungan Hidup telah menerbitkan berbagai peraturan terkait larangan

memproduksi dan memperdagangkan bahan perusak lapisan ozon seperti

Freon. Pelarangan ini mulai berjalan pada akhir tahun 2013.

2.6 Perjanjian Internasional Berkaitan Pemanasan Global

Perjanjian internasional yang membahas masalah pemanasan global

dimuat dalam Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah amandemen terhadap

konversi rangga kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCC), sebuah

persetujuan internasional mengenai masalah pemanasan global. Negara-

negara yang meratafikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi

karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam

perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-

gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika berhasil diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi

rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. Nama

resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations

Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai

Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Protokol ini

dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk

penandatanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999.

Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi

yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

Menurut siaran pers dari Program Lingkungan PBB: “Protokol Kyoto

adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara industri akan

24

mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2%

dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika

dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol,

target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk

mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida,

metana, nitrogen oksida, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC, yang dihitung

sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-2012. Target nasional

berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk Amerika Serikat,

6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar

8% untuk Australia dan 10% untuk Eslandia.”

25

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Penyebab dari pemanasan global adalah penipisan lapisan ozon, efek

rumah kaca, konsumsi energi bahan bakar fosil, sampah organik,

kerusakan hutan, pertanian, dan peternakan.

2. Dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global adalah iklim mulai tidak

stabil, peningkatan permukaan laut, pertanian yang menurun, kehidupan

hewan liar dan tumbuhan yang terancam, dan timbulnya penyakit bagi

kesehatan manusia.

3. Upaya untuk mencegah terjadinya pemanasan global yaitu dengan

mengurangi pemakaian energi yang menghasilkan gas-gas emisi yang

mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, menanam pohon lebih banyak

kembali dan melakukan 3R (reduce, reuse dan recycle).

3.2 Saran

1. Satu langkah kecil yang kita ambil untuk menyelamatkan bumi dari

pemanasan global akan menyelamatkan kehidupan semua makhluk bumi.

2. Mengajak sesama manusia untuk melakukan pencegahan terhadap dampak

pemanasan global.

26

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur, A.R., 2008, “Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim”, wordpress, Bali. (http://mbojo.wordpress.com/2008/07/17/hubungan-efek-rumah-kaca-pemanasan-global-dan-perubahan-iklim/) di akses 10 Maret 2016 jam 20.38 WIB

Resita, Vira, 2014, “Global Warming”, Academia.edu, Malang. (https://www.academia.edu/9646162/FISIKA_GLOBAL_WARMING ) di akses 10 Maret 2016 jam 20.27 WIB

S, Agus, dkk. 2008. Global Warming. (e-book). Di akses 10 Maret 2016 jam 20.46 WIB

Wijayanti, Listya Komala, 2013, “Efek Rumah Kaca Silaukan Bumi”,wordpress, Pasuruan. (http://jadikecil.wordpress.com/about/karya-ilmiah-bahasa-indonesia-tentang-global-warming/) di akses 10 Maret 2016 jam 20.15 WIB

27