Upload
independent
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
1.1 Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Pada hakekatnya inti dari pembukaan UUD 1945 adalah
terdapat dalam alinea IV. Sebab dalam alinea IV tersebut
mencakup segala aspek penyelenggaraan pemerintahan Negara
yang berdasarkan Pancasila. Hubungan antara Pembukaan UUD
1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:
1). Hubungan Formal
Pancasila merupakan norma dasar hukum yang
positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, politik
dan ekonomi saja, akan tetapi juga perpaduan asas-
asas kultural, religius dan kenegaraan yang unsurnya
terdapat dalam Pancasila.
Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang berdasarkan
pengertian ilmiah merupakan Pokok Kaidah Negara yang
fundamental. Pemmbukaan UUD 1945 berfungsi dan
berkedudukan sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam
kesatuan yang tidak dapatdipisahkan, juga sebagai
suatu yang bereksistensi sendiri yang hakekat
hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Sehingga
posisi Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945
sangat kuat dan permanen. Perumusan yang menyimpang
dari pembukaan tersebut adalah tidak sah, hal ini
telah diatur dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996,
(juncto Tap No. V/MPRS/1973).
MakalahPancasila 1
2). Hubungan Secara Material
Hubungan kedua antara Pembukaan UUD 1945
dengan Pancasila adalah hubungan secara formal. Bila
ditinjau dari proses perumusan Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945, secara kronologis materi pertama
yang dibahas oleh BPUPKI adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah
itu tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh
panitia 9 sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD
1945.
Berdasarkan urutan tertib hukum Indonesia,
Pembukaan UUD 1945 adalah tertib hukum yang
tertinggi, yang bersumber dari Pancasila. Deengan
kata lain Pancasila merupakan sumber tertib hukum
Indonesia. Secara material tertib hukum Indonesia
adalah dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
1.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI
Tahun 1945
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat
Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat
kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD
NRI tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Sesuai dengan Penjelasan UUD NRI tahun 1945,
Pembukaan UUD mengandung empat pokok pikiran, yaitu :
1.Pokok pikiran pertama berintikan ‘Persatuan’
MakalahPancasila 2
2.Pokok pikiran kedua berintikan ‘Keadilan sosial’
3.Pokok pikiran ketiga berintikan ‘Kedaulatan rakyat’
4.Pokok pikiran keempat berintikan ‘Ketuhanan Yang
Maha Esa’
1. Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran
pengertian negara persatuan diterima dalam Pembukaan
UUD NRI tahun 1945.
2. Pokok pikiran kedua merupakan penegasan tujuan atau
suatu cita-cita yang hendak dicapai.
3. Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis
yang menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk
dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar atas
kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan.
4. Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis,
yaitu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
5. MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945
sebanyak empat kali yang terjadi pada 19 Oktober 1999,
18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2002.
Amandemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,
yaitu: pertama, pasal-pasal yang terkait aturan
pemerintahan negara dan kelembagaan negara; kedua, pasal-
pasal yang mengatur hubungan antara negara dan
penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan
negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial; ketiga,
pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan
MakalahPancasila 3
mengenai bendera negara, bahasa negara, lambang negara,
lagu kebangsaan, perubahan UUD, aturan peralihan, dan
aturan tambahan.
1.3 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan
Negara Dalam Bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya
dan Pertahanan dan Keamanan
Adapun implementasi dalam pembuatan kebijakan Negara
dalam bidang POLSEKBUDHANKAM diantaranya:
1. Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial,
kedaulatan rakyat, dan Ketuhanan Yang Maha Esa yang
terkandung dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
merupakan pancaran dari Pancasila untuk mewujudkan
cita-cita hukum.
2. Penjabaran keempat pokok pikiran tersebut mencakup
empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang
disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM.
3. Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27
ayat (1), dan pasal 28. Aspek ekonomi dituangkan
dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan pasal 34.
Aspek sosial budaya dituangkan dalam pasal 29, pasal
31, dan pasal 32. Aspek pertahanan keamanan
dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30.
4. Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa-siapa
saja yang dapat menjadi warga negara Republik
Indonesia. (2) menyatakan bahwa penduduk ialah warga
Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
MakalahPancasila 4
5. Adapun pada pasal 29 ayat (3) dinyatakan bahwa
syarat-syarat menjadi warga negara dan penduduk
Indonesia diatur dengan undang-undang.
6. Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan
warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dengan
tidak ada kecualinya. Pasal 28 menetapkan hak warga
negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya, yang diatur dengan undang-
undang.Pasal 26, 27 ayat (1), dan 28 di atas adalah
penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat
dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila keempat dan kedua
Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan
bagi kehidupan nasional bidang politik di negara
Republik Indonesia.
BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
2.1 Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri
dari dua kata, yaitu idea dan logi. Ideaberarti melihat(idean),
sedangkan logi berasal dari kata logos yang berarti
pengetahuan atau teori. Jadi, ideologi dapat diartikan
MakalahPancasila 5
hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau
teori. Ideologi dapat juga diartikan suatu kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas, pendapat (kejadian)
yang memberikan arah tujuan untuk kelangsungan
hidup.Ideologi terbagi mencadi dua,yaitu ideologi Terbuka
dan Ideolgi tertutp,perbedaan ideologi terbuka dan
tertutup ini sangat mencolok,sehingga dapat dengan mudah
dikelompokkan.
Indonesia adalah negara yang menganggap Pancasila
sebagai Ideologi Terbuka dan pancasila sebagai sumber
nilai .Namun sebenarnya,Ideologi sering dipahami secara
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan berbagai pendapat
mengenai pengertian ideologi dari berbagai ahli,
diantaranya:
1. Karl Marx
Karl Marx memahami ideologi berlawanan dengan
pengertian ideologi menurut Destutt de Tracy. Menurut
Karl Marx, ideologi adalah kesadaran palsu. Mengapa
disebut kesadaran palsu? Karena ideologi merupakan hasil
pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal
kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan
oleh kepentingannya.Jadi ideologi menurut Karl Marx
adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa
agama moralitas, atau keyakinan politik .Meskipun
spekulatif ideologi tersebut dianggap sebagai kenyataan
untuk menyembunyikan atau melindungi kepentingan kelas
sosial pemikir tersebut.
2. Louis Althuser
Louis Althuser adalah murid Karl Marx. Meskipun
begitu, ia tidak setuju dengan gagasan Karl Marx mengenai
MakalahPancasila 6
Ideologi.Menurutnya, Ideologi adalah gagasan spekulatif
tetapi ideologi bukan gagasan palsu karena gagasan
spekulatif tersebut bukan dimaksudkan untuk menggambarkan
realitas melainkan untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana semestinya manusia menjalani hidupnya.
Sesungguhnya setiap orang membutuhkan ideologi, karena
setiap orang perlu memiliki keyakinan tentang bagaimana
semestinya ia menjalankan kehidupannya.
3. Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem
nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara
yang tepat, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
4. Soerjanto Poespowardoyo
Ideologi sebagai kompleks pengetahuan dan macam-macam
nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan
bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya itu,
seseorang menangkap apa yang dilihat baik dan tidak baik.
5. Machiavelli
Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang
dimiliki oleh penguasa.
6. M.Sastra Prateja
Ideologi sebagai seperangkat gagasan atau pemikiran
yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi
suatu sistem yang teratur. Dalam hal ini, ideologi
mengandung beberapa unsur, yaitu :
MakalahPancasila 7
Adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap
kenyataan.
Setiap Ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu
persepsi moral.
Ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk
mewujudkan nilai-nilai di dalamnya.
7. Thomas H
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasan
pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
8. Napoleon
Ideologi merupakan keseluruhan pemikiran politik dan
rival-rivalnya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan, yaitu Ideologi dapat menjadi sesuatu yang
baik ketika ideologi menjadi pendoman hidup menuju lebih
baik. Ideologi dapat menjadi hal yang tidak baik ketika
ideologi dijadikan alat untuk menyembunyikan kepentingan
penguasa.
2.2 Pancasila Dan Ideologi Dunia
Pada saat Pidato di depan Majelis Umum PBB, Pak Karno
mengusulkan agar Pancasila menjadi salah satu piagam yang
di akui PBB sejajar dengan magna charta. Usulan ini
didasarkan fakta pertarungan antara pengikut kapitalisme
dan sosialisme yang menyebabkan ratusan juta manusia
meninggal dalam perang dunia I, II, diteruskan hingga
perang dingin. Pada saat itu Pancasila ditawarkan menjadi
alternatif atas dua ideologi besar dunia yang saling
mengkutub.
MakalahPancasila 8
Runtuhnya tembok Berlin tahun 1989 yang menandai
berakhirnya perang dingin membuat peta dunia menjadi
Unilateral. Kapitalisme memenangkan pertarungan yang
berdarah-darah. Dunia yang unipolar membutuhkan
keseimbangan, satu dekade ini Cina mulai muncul menjadi
kekuatan penyeimbang Imperium AS. Kapitalisme yang
merubah wajah dalam bentuk Neoliberalisme dengan asas
pasar bebas memangsa bangsa-bangsa yang baru berkembang.
Pada titik inilah sebenarnya Pancasila menjadi Relevan
untuk ikut membangun wajah dunia agar lebih adil.
Pancasila yang memiliki nilai-nilai religiusitas,
nasionalisme, internasionalisme, demokrasi dan keadilan
sosial merupakan konsep yang brilian dalam menghadapi
situasi dunia yang semakin terpolar. Tentunya nilai-nilai
universal yang termaktub dalam Pancasila dapat diterima
di benua manapun. Dunia ketiga pada saat ini membutuhkan
ideologi pemersatu agar tidak dimangsa oleh
fundamentalisme ekonomi “pasar bebas” dan fundamentalisme
agama.
Dalam perjalanan sejarah, Indonesia merupakan pelopor
Gerakan Non Blok dimana memiliki spirit memperjuangkan
kepentingan negara-negara yang baru merdeka. Modal
sejarah ini bisa dijadikan poin penting bahwa nilai-nilai
pancasila mampu menjadi alternatif ditengah polarisasi
ideologi kapitalisme dan sosialisme.
di tengah kemiskinan yang mengglobal, kelaparan dunia
yang semakin besar, diperlukan terobosan agar tidak
terjadi lagi penghisapan manusia atas manusia
(exploitation par ‘l home de ‘l home), homo homini lupus.
MakalahPancasila 9
DUNIA berkembang dan berubah dengan sangat cepat, dan
perubahan yang terjadi itu ikut mewarnai kehidupan bangsa
kita secara fundamental. Ada beberapa penulis buku yang
melalui konsep-konsepnya telah berhasil memotret realitas
zaman yang sedang kita jalani ini. Di antaranya adalah
Rowan Gibson (1997) yang menyatakan bahwa The road stop here.
Masa di depan kita nanti akan sangat lain dari masa lalu,
dan karenanya diperlukan pemahaman yang tepat tentang
masa depan itu.
New time call for new organizations, dengan tantangan yang
berbeda diperlukan bentuk organisasi yang berbeda, dengan
ciri efisiensi yang tinggi. Where do we go next; dengan
berbagai perubahan yang terjadi, setiap organisasi-
termasuk organisasi negara-perlu merumuskan dengan tepat
arah yang ingin dituju. Peter Senge (1994) mengemukakan
bahwa ke depan terjadi perubahan dari detail complexity
menjadi dynamic complexity yang membuat interpolasi menjadi
sulit. Perubahan-perubahan terjadi sangat mendadak dan
tidak menentu. Rossabeth Moss Kanter (1994) juga
menyatakan bahwa masa depan akan didominasi oleh nilai-
nilai dan pemikiran cosmopolitan, dan karenanya setiap
pelakunya, termasuk pelaku bisnis dan politik dituntut
memiliki 4 C, yaitu concept, competence, connection, dan
confidence.
Peran Ideologi
Sejak berakhirnya perang dingin yang kental diwarnai
persaingan ideologi antara blok Barat yang memromosikan
liberalisme-kapitalisme dan blok Timur yang mempromosikan
komunisme-sosialisme, tata pergaulan dunia mengalami
perubahan-perubahan yang mendasar. Beberapa kalangan
MakalahPancasila 10
mengatakan bahwa setelah berakhirnya perang dingin yang
ditandai dengan bubarnya negara Uni Soviet dan runtuhnya
tembok Berlin-di akhir dekade 1980-an- dunia ini
mengakhiri periode bipolar dan memasuki periode
multipolar.
Periode multipolar yang dimulai awal 1990-an yang
kita alami selama sekitar satu dekade, juga pada akhirnya
disinyalir banyak pihak terutama para pengamat politik
internasional, telah berakhir setelah Amerika Serikat di
bawah pemerintahan Presiden George Bush memromosikan
doktrin unilateralisme dalam menangani masalah
internasional sebagai wujud dari konsepsi dunia unipolar
yang ada di bawah pengaruhnya.
Dapat disimpulkan bahwa era persaingan ideologis
dalam dimensi global telah berakhir. Saat ini kita belum
dapat membayangkan bahwa dalam waktu dekat akan muncul
kembali persaingan ideologis yang keras yang meliputi
seluruh wilayah dunia ini. Dunia sekarang ini cenderung
masuk kembali ke arah persaingan antarbangsa dan negara,
yang dimensi utamanya terletak pada bidang ekonomi karena
setiap negara sedang berjuang untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi warga bangsanya. Dalam era yang
seperti ini, kedudukan ideologi nasional suatu negara
akan berperan dalam mengembangkan kemampuan bersaing
negara yang bersangkutan dengan negara lainnya.
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama
sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara pandang dan
metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-
citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila
adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan
MakalahPancasila 11
dirumuskan untuk kepentingan membangun negara bangsa
Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan
bagi tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga
bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara
dengan tanah airnya.
Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus
nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah
desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri
negara Republik Indonesia dengan berdasarkan Pancasila.
Dengan ideologi nasional yang mantap seluruh dinamika
sosial, budaya, dan politik dapat diarahkan untuk
menciptakan peluang positif bagi pertumbuhan
kesejahteraan bangsa.
Kesadaran Berbangsa
Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun
belakangan ini adalah kesempatan emas yang harus
dimanfaatkan secara optimal untuk merevitalisasi semangat
dan cita-cita para pendiri negara kita untuk membangun
negara Pancasila ini. Sayangnya, peluang untuk melakukan
revitalisasi ideologi kebangsaan kita dalam era reformasi
ini masih kurang dimanfaatkan. Bahkan dalam proses
reformasi-selain sejumlah keberhasilan yang ada, terutama
dalam bidang politik-juga muncul ekses berupa melemahnya
kesadaran hidup berbangsa.
Manifestasinya muncul dalam bentuk gerakan
separatisme, tidak diindahkannya konsensus nasional,
pelaksanaan otonomi daerah yang menyuburkan etnosentrisme
dan desentralisasi korupsi, demokratisasi yang
dimanfaatkan untuk mengembangkan paham sektarian, dan
MakalahPancasila 12
munculnya kelompok-kelompok yang memromosikan secara
terbuka ideologi di luar Pancasila.
Patut disadari oleh semua warga bangsa bahwa
keragaman bangsa ini adalah berkah dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Oleh sebab itu, semangat Bhinneka Tunggal Ika
harus terus dikembangkan karena bangsa ini perlu hidup
dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Sayangnya,
belum semua warga bangsa kita menerima keragaman sebagai
berkah. Oleh karenanya, kita semua harus menolak adanya
konsepsi hegemoni mayoritas yang melindungi minoritas
karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 1945
terbentuk dengan karakter utamanya mengakui pluralitas
dan kesetaraan antarwarga bangsa. Hal tersebut merupakan
kesepakatan bangsa kita yang bersifat final. Oleh
karenanya, NKRI tidak dapat diubah menjadi bentuk negara
yang lain dan perubahan bentuk NKRI tidak akan
difasilitasi oleh NKRI sendiri.
Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang
dirumuskan founding fathers telah membekali kita dengan
aspek-aspek normatif negara bangsa yang menganut nilai-
nilai yang sangat maju dan modern. Oleh sebab itu, tugas
kita semua sebagai warga bangsa untuk
mengimplementasikannya secara konkret. NKRI yang
mengakui, menghormati keragaman dan kesetaraan adalah
pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat kita pada
pencapaian kemajuan peradabannya.
Perlu disadari oleh semua pihak bahwa proses
demokratisasi yang sedang berlangsung ini memiliki
MakalahPancasila 13
koridor, yaitu untuk menjaga dan melindungi
keberlangsungan NKRI, yang menganut ideologi negara
Pancasila yang membina keberagaman, dan memantapkan
keseta-raan. Oleh karenanya, tidak semua hal dapat
dilakukan dengan mengatasnamakan demokrasi.
Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia ini,
adalah kerangka berfikir yang senantiasa memerlukan
penyempurnaan. Karena tidak ada satu pun ideologi yang
disusun dengan begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap
dan bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan
situasi. Setiap ideologi memerlukan hadirnya proses
dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya dan tetap
adaptif dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini,
setiap warga negara Indonesia yang mencintai negara dan
bangsa ini berhak ikut dalam proses merevitalisasi
ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karenanya, prestasi bangsa kita akan
menentukan posisi Pancasila di tengah percaturan ideologi
dunia saat ini dan di masa mendatang.
2.3 Pancasila Dan Agama
Sindonews.com
Sejak awal reformasi kebebasan dalam politik dan
sosial di Indonesia makin terbuka lebar. Kebebasan
tersebut kemudian membuat kelompok apapun, termasuk
kelompok agama berhak menyuarakan pendapat. Namun,
kebebasan yang terkadang tidak terkendali membuat
pertentangan muncul, bahkan pertentangan antar agama dan
kehidupan beragama.
MakalahPancasila 14
Pertentangan yang muncul pun merambah ke segala
persoalan, termasuk mempermasalahkan keberadaan Pancasila
sebagai ideologi negara Indonesia yang kemudian juga
dinilai sekelompok masyarakat bertentangan dengan
kehidupan beragama. Persoalan itu kemudian memunculkan
penuntutan wacana penggantian Pancasila.
"Pancasila sebagai dasar kebangsaan dan ke-
Indonesiaan sebenarnya memiliki relevansi tinggi dengan
kehidupan beragama. Hanya saja dalam prakteknya
seringkali tidak sebanding dengan norma dan retorika yang
disampaikan pada publik. Upaya menjadikan Pancasila
sebagai ideologi murni sendiri karena perjalanan sejarah
yang panjang dan melelahkan telah membuktikan bahwa
Pancasila sebenarnya sebagai karakteristik bangsa
Indonesia sangat memenuhi syarat," ujar Dosen Fisipol UMY
Dr Zully Qodir Dalam diskusi Hubungan Agama dan Negara
dalam Negara Pancasila di Era Reformasi di UII Selasa
(29/1/2013).
Dia menuturkan, praktek politik yang berlangsung saat
ini seringkali memberikan kerangkeng pada kehidupan
beragama dan melakukan koersi-koersi atas nama Pancasila
itu sendiri. Menurutnya, dalam Negara Pancasila, hubungan
antara agama dan negara tampak tidak terlalu bermasalah.
"Jika memperhatikan tidak adanya larangan penganut agama
menjalankan perintah agamanya, bahkan mendirikan
organisasi-organisais keagamaan pun tidak ada larangan,
jelas tidak ada masalah. Itu semua justru berkah bagi
bangsa ini yang berdasarkan Pancasila, sehingga
partisipasi politik warga negara dalam perspektif
sosiologi politik bisa berjalan. Pertanyaannya, apakah
MakalahPancasila 15
kita mau mengganti Pancasila dengan dasar kebangsaan
lain, atau kita berusaha merevitalisasi Pancasila sebagai
dasar kebangsaan," tegasnya.
Dituturkan Katib Aam Syuriyah PBNU Dr KH A Malik
Madany MA, dalam agama Islam, memang ada keterkaitan erat
antara negara dan kekuasaan. Dalam ajaran Islam, jika
memang sebuah kelompok masyarakat ingin melindungi dan
menjalankan aturan dan ajaran Islam dengan baik, boleh
membangun sebuah negara. Mengenai bentuk negara dan
pemerintahannya sendiri, menurut Malik, diserahkan
sepenuhnya pada kelompok tersebut untukk menentukan.
"Jadi sebenarnya jangan mempertentangkan agama dengaan
negara. Karena dalam Islam pun, Al Qur'an secara
eksplisit telah mengakui keberadaan bangsa dan suku.
Bahkan penyelenggaraan pemerintahan dan kekuasaan dalam
Islam memiliki dua tujuan utama yakni menjalankan ajaran
agama dan mengurusi masalah duniawi," jelasnya.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
MakalahPancasila 16
3.1 Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” yang tersusun dari kata philos yang berarti
cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik
kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan. Dengan
demikian phylosophia berarti mencintai kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup
yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi
peradaban manusia.
Adapun istilah philosophos pertama kali digunakan
oleh phytagoras (572-497 SM) untuk menunjukan dirinya
sebagai pencinta kebijaksanaa. Berikut disampaikan
beberapa pengertian filsafat menurut beberapa filsuf
yaitu :
1. Plato (427 – 347 SM) Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada atau ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran,yang
didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, rektorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda.
3. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) Filsafat
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mengagung
dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Immanuel Kant (1724 – 1804 ) Filsafat itu ilmu
pokok dan pangkal segala pengetahuan.
MakalahPancasila 17
Jadi secara umum,filsafat merupakan ilmu yang
berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Berdasarkan pengertian umum
ini,ciri-cirin filsafat dapat di sebut sebagai
usahaberpikir radikal, menyeluruh, dan integral atau
dapat di katakan sebagai suatu cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
a. Objek Studi Filsafat
1)Objek Formal ialah menyelidiki segala sesuatu
yang tek terbatas itu sedalam-dalamnya untuk
dapat mengerti hakikatnya.
2)Objek Material ialah menyelidiki segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada, baik konkrit,
fisik, dan bukan fisik, abstrak dan spiritual,
maupun abstrak logis, konseptual, Ruhaniah,
nilai-nilai agama dan alametafisika, bahkan
mengenai tuhan.
b. Bidang kajian Filsafat
1)Metafisika, cabang filsafat yang mempelajari
asal mula segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Metafisika terdiri atas metafisika
umum yang selanjutnya disebut Ontologi,yaitu
ilmu yang membahasa segala sesuatu yang ada,dan
Metafisika khusus yang terbagi dalam teodesi
yang membahas adanya Tuhan,tesmologi yang
membahas adanya alam semesta,dan antropologi
metafisi yang membahas adanya manusia.
2)Epistemologi, cabang filsafat yang mempelajari
seluk beluk pengetahuan. Dalam
epistemologi,terkandung pertanyaan-pertanyaan
MakalahPancasila 18
mendasar tentang pengetahuan,seperti kriteria
apa yang dapat memuaskan kita untuk
mengungkapkan kebenaran,apakah sesuatu yang
kita percaya dapat diketahui, dan apa yang
dimaksudkan oleghh suatu pernyataan yang
dianggap benar.
3)Aksiologi, cabang filsafat yang menesuluri
hakikat nilai. Dalam aksiologi terdapat etika
yang membahas hakikat nilai baik buruk,dan
estetika yang membahas nilai-nilai keindahan.
4)Logika, cabang filsafat yang memuat aturan-
aturan erpikir rasional.Logika mengajarkan
manusia untuk menelusuri struktur-struktur
argumen yang mengandung kebenaran atau menggali
secara optimal pengetahuan manusia berdasarkan
buktu-buktinya.
3.2 Pengertian Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai
repleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat,karena pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh defaunding fathers
indonesia,yang dituangkan dalam suatu sistem.
Pengertian pancasila secara umum adalah hasil
berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil,
MakalahPancasila 19
bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan dan
kepribadian bangsa indonesia.
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat
praktis sehingga filsafat pancasila tidak hanya
mengandung pemikiran sedalam-dalamnya atau tidak hanya
bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang beruwujud
filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari (why of life atau weltanschauung) agar
hidup bangsa indonesia dspat mencapai kebahagiaan lahir
dan batin,maupun di dunia maupun di akhirat.
Sebagai filsafat,pancasila memiliki dasar
ontologis,seperti di uraikan dibawah ini
3.2.1 Dasar ontologis pancasila
Dasar-dasar ontologis pancasila menunjukkan secara
jelas bahwa pancasila itu benar-benar ada dalam realitas
dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan
filsafat,dasar ontologis pancasila mengungkap status
istilah yang digunakan,isi dan susunan sila-sila,tata
hubungan,serta kedudukannya. Dengan kata
lain,pwngungkapan secara ontologis itu dapat memperjelas
identitas dan entitas pancasila secara filosofis.
Menurut Kelan menjelaskan dasar ontologis pancasila
pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak mono-pluralis. Manusia indonesia menjadi dasar
adanya pancasila. Manusia indonesia sebagai pendukung
pokok sila-sila pancasila secara ontologis memiliki hal-
hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat raga
dan jiwa,jasmani dan rohani,sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial, serata kedudukan kodrat
MakalahPancasila 20
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Soekarno menggunakan istilah pancasila untuk memberi
5 dasar negara yang diajukkan 2 orang sebelumnya soepomo
dan mohammad yamin meskipun menyampaikan konsep dasar
negara masing-masing tetapi tidak sampai memberikan nama.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
komite nasional Indonesia pusat (KNIP) yang didalamnya
duduk soekarno sebagai anggota,menggunakan istilah
pancasila yang diperkenankan soekarno menjadi nama resmi
Dasar negara indonesia yang isinya terdiri dai 5 sila,
tidak seperti yang diusulkan soekarno melainkan seperti
rumusan PPKI yang tercermin dalam Pembukaan UUD 1945
alinea ke 4.
Berhubungan pengertian pancasila merupakan kesatuan,
menurut noto nagoro (1983 : 32), maka lebih seyogyanya
dan tempat untuk menulis istilah pancasila tidak sebagi 2
kata “panca sila”,akan tetapi sebagai 1 kata “pancasila”.
Penulisan pancasila bukan 2 kata melainkan 1 kata juga
mencerminkan bahwa pancasila adakah sebuah sistem bukan 2
buah sistem.
Nama pancasila yang menjadi identitas 5 dasar negara
indonesia adalah bukan istilah yang diperkenalkan
soekarno tanggal 1 juni 1945 di depan sidang BPUPKI,
bukan pancasila yang ada dalam kitab sutasoma,bukan yang
ada dalam piagam jakarta,melainkan yang ada alinea ke 4
UUD 1945.
Jika ditinjau menuru sejarah asal usul pembentukkan
nya,pancasila memenuhi dasar sebagai dasar filsafat
negara. Ada 4 macam sebab (causa) yang menurut nato
MakalahPancasila 21
negoro dapat digunakkan untuk menetapkan pancasila
sebagai dasar filsafat negara,yaitu sebab berupa mater
(causa material), sebab berupa bentuk (causa
formalis),sebab berupa tujuan (causa finalis) dan sebab
berupa asal mula karya (causa eficient). Lebih jauh noto
negoro menjalaskan ke 4 causa itu seperti berikut :
1. Bahasa Indonesia sebagai asal mula bahan (causa
materiais) terdapat dalam adat kebiasaan,kebudayaan
dan dalam agama-agamanya.
2. Seorang anggotan BPUPKI yaitu bungkarno
yangkemudian bersama-sama bung hatta menjadi
pembetuk negara, sebagai asal mula bentuk atau
bangun (causa formalin) dan asl mula tujuan (causan
finalis) dari pancasila sebagai calon dasar
filsafat dasar negara.
3. Sejumlah 9 orang diantaranya ke dua beliau
tersebut di tambah dengan semua anggota BPUPKI yang
terdiri atas golongan-golongan kebangsaan dan
agama, dengan menyusun rencana pembukaan UUD 1945
tempat terdapat nya pancasila, dan juga BPUPKI yang
menerima rencana tersebut dengan perubahan sebagai
asal mula sambungan, baik dalam arti asal mula
bentuk maupun dalam arti asal mula tujuan dari
pancasila sebagai calon dasar filsafat.
4. PPKI sebagai asal mula karya (causa
eficient),yaitu yang menjadikan pancasila,sebagai
dasar filsafat negara yang sebetulnya ditetapkan
sebagai calon dasar filsafat negara.
3.2.2 Dasar Epistemologi Pancasila
MakalahPancasila 22
Epistemologi, terkait dengan sumber dasar pengetahuan
pancasila. Eksistensi pancasila dibangun sebagai
abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas yang ada
di masyarakat bangsa indonesia dengan lingkungan yang
heterogen, multicultur, dan multi etnik dengan cara
menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat bangsa
indonesia.
Masalah-masalah yang dihadapi menyangkut keinginan
untuk mendapatkan pendidikan,kesejahteraan,perdamaian,dan
ketentraman. Pancasila lahir sebagai respon atau jawaban
atas keadaan yang terjadi dan di alami masyarakat bangsa
indonesia dan sekaligus merupakan harapan. Diharapkan
pancasila menjadi cara yang efektif dalam memecahkan
kesulitan hidup yang di hadapi oleh masyarakat bangsa
indonesia.
Pancasila memiliki kebenaran korespondensi dari aspek
epistemologis sejauh sil-sila itu secara praktis di
sukung oleh realita yang di alami dan di praktekan oleh
manusia indonesia. Pengetahuan pancasila bersumber pada
manusia indonesia dan lingkungannya. Pancasila di bangun
dan berakar pada manusia indonesia beserta seluruh
suasana kebatinan yabg di miliki.
Dasar epistemologi pancasila juga berkait erat dengan
dasar antologis pancasila karena pengetaghuan pancasila
berpijak pada hakikat manusia yang menjadi pendukung
pokok pancasila.
Epistemologis sosial pancasila juga dicirikan dengan
adahya upaya masyarakat bangsa indonesia yang beringinan
untuk membebaskan diri menjadi bangsa
MakalahPancasila 23
merdeka,bersatu,berdaulat dan berketuhanan Yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Nilai serata budaya masyarakat bangsa indonesia yang
dapat di ungkap mulai awal sejarah padda abad IV masehi
di samping i ambil dari nilai asli Indonesia juga
diperkaya dengan dimasukkannya nilai dan budaya dari luar
Indonesia. Nilai-nilai dimaksud berasal dari Agama Hindu,
budha, islam, serta nilai-nilai demokrasi yang di bawa
dari barat. Berdasarkan realitas yang demikian maka dapat
dikatakan bahwwa secara estimologis pengetahuan pancasila
bersumber pada niai dan budaya tradisional dan modern,
budaya asli dan campuran.
3.2.3 Dasar Aksiologis Pancasila
Aksiologis terkait erat dengan penelaahan atas nilai
dari aspek aksiologi pancasila tidak bisa dilepaskan dari
manusia indonesia sebagai latar belakang, karena
pancasila bukan nilai yang ada dengan sendirinya (given
value) melainkan nilai yang diciptakan (created value)
oleh manusia indonesia. Nilai-nilai dalam pancasila hanya
bisa di mengerti dengan mengenal manusia indonesia dan
latar belakangnya.
Nilai berhubungan dengan kajian mengenai apa yang
secara intrinsik, yaitu bernilai dalam dirinya sendiri
dan ekstrinsik atau disebut instrumental, yaitu bernilai
sejauh dikaitkan dengan cara mencapai tujuan. Pada aliran
MakalahPancasila 24
hedonisme yang menjadi nilai intrinsik adalah kesenangan,
pada utilitarialisme adalah nilai manfaat bagi kebanyakan
orang.
Pancasila mengandung nilai, baik intrinsik maupun
ekstrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik pancasila
adalah hasil perpaduan antara nilai asli milik bansa
indonesia dan nilai yang di ambil dari budaya luar
indonesia, baik yang di serat pada saat indonesia
memasuki masa sejarah abad ke 7 Masehi masa
imperialis,maupun yang di ambil oleh para kaum
cendikiawan soekarno, mohammad hatta, kihajar dewantara,
dan para pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil
nilai-nilai modern pada saat belajar ke negara belanda.
Ke khasan nilai yang melekat dalam pancasila sebagai
negara intrinsik terletak pada di akui nya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sosial sebagai satu kesatuan.
Pancasila juga mencerminkan nilai realitas dan
idealitas. Pancasila mencerminkan nilai realitas, karena
di dalam sila-sila pancasila, berisi nilai yang sudah di
praktekan dalam hidup sehari-hari oleh bangsa indonesia.
Di samping mengandung nilai reealitas, sila-sila
pancasila berisi nilai-nilai idealitas yaitu nilai yang
di ingingkan untuk dicapai.
Nilai-ilai yang terkandung dalam pancasila mempunyai
tingkatan dan bobot yang berbeda. Meskipun demikian
nilai-nilai itu tidak saling bertentangan, bahkan saling
melengkapi. Hal ini disebabkan sebagai suatu
substansi,pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat
dan utuh,atau kesatuan organik (organic whole). Dengan
MakalahPancasila 25
demikian berarti nilai-nlai yang terkandung pancasila
dalam pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan
utuh pula.
Noto nagoro menyatakan bahwa isi arti dari pancasila
yang abstrak itu hsnys terdapat atau lebih tepat
dimaksudkan hanya terdapat dalam ppikiran atau angan-
angan, justru karena pancasila itu, merupakan cita-cita
bangsa,yang menjadi falsafah atau dasar kerohanian
negara. Tidak berarti hanya tinggal di dalam pikiran atau
angan-angan saja, tetapi ada hubungannya dengan hal-hal
yang sungguh-sungguh ada.
3.3 Hakikat Sila-Sila Pancasila
Kata hakikat dapat diartikan sebagai suatu inti yang
terdalam dari segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah
unsur tertentu dan mewujudkan sesuatu itu, sehingga
terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Ditunjukan oleh Notonagoro (1975:58), hakikat segala
sesuatu mengandung kesatuan mutlak dari unsur-unsur yang
menyusun atau membentuknya.
3.3.1 Sila Pertama: Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta
segala yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti
yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa
dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa
zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu
menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa
MakalahPancasila 26
perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi
ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam
semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha
Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran,
melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan
yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui
kaidah-kaidah logika.
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, dan Negara memberi
jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk
agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya. Bagi dan didalam Negara
Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan
perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti
keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama dengan kata
lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang meniadakan
Tuhan yang Maha Esa (atheisme). Sebagai sila pertama
Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta
membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab,
penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk
Negara republic Indonesia yang berdailat penuh, bersipat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Hakekat pengertian
itu sesuai dengan:
MakalahPancasila 27
a. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain
”atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa….”
b. Pasal 29 UUD 1945:
1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha
Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.
Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian
sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan.
Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka
dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan,
yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa
pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah
manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia
adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai
makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara
manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat.
Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima,
maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan
ciptaan tuhan (Notonagoro)
Hubungan manusia dengan tuhan, yang menyangkut segala
sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai
makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Maka
menjadi suatu kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan,
untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang hakikatnya
berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
MakalahPancasila 28
Disisi lain Negara adalah suatu lembaga kemanusiaan
suatu lembaga kemasyarakatan yang anggota-anggotanya
terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk
manusia, bertujuan untuk melindungi dan mensejahterakan
manusia sebagai warganya. Maka Negara berkewajiban untuk
merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan,
keadilan perdamaian untuk seluruh warganya.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai
akibat dari manusia, karena Negara adalah lembaga
masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia-
manusia, adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari
tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki
hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak
langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari
manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka
sudah menjadi suatu keharusan bagi Negara untuk
merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.
Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila
pertama, yaitu ini sila ketuhanan yang maha esa adalah
berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung.
Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu
berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap
aspek penyelenggaraan Negara.
3.3.2 Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk
berbudi yang mempunyai potensi, rasa, karsa, dan cipta
karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang
tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan,
MakalahPancasila 29
dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan
dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif
tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.
Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya.
Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan
selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial
dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan
kesusilaan atau moral. Jadi: kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik
terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap
alam dan hewan. Di dalam sila kedua kemanusiaan yang adil
yang beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang
lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat
mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila
satu hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan
beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai
ciptaa-Nya. Hakekat pengertian diatas sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945 alenia yang pertama dan pasal-pasal
27,28,29,30 UUD 1945.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek
penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk
Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara
dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus
sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini
dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat
MakalahPancasila 30
yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia
untuk memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk
manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara
harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia
Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian
yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan
sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai
individu dan makhluk social.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara
harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu
sebagai makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk
dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis
yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun juga
bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat mahluk
social , yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam
masyarakat secara keseluruhan.
Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah
monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun
makhluk social secara serasi, harmonis dan seimbang.
Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya
menekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan
hanya menekankan segi rohani nya saja, namun sifat Negara
harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja
jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan seimbang,
karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat
Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk berdiri seniri dan makhluk tuhan.
3.3.3 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh
tidak terpecah belah persatuan berarti bersatunya
MakalahPancasila 31
bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna
geograpis dan makna bangsa dalam arti politis. Jadi
persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang
bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat,
persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan indonesia perwujudan dari paham
kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II.
Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku
bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan
kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah
belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal
1,32,35,dan 36 UUD 1945
3.3.4 Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti
sekelompok manusia dalam suatu wilayah tertentu
kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan
yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat
kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang
sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
MakalahPancasila 32
Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal
berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara
(prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan
perwakilan.
Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-
keputusannya diambil dengan jalan musawarah dengan
pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada
Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang
diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan
37 UUD 1945.
3.3.5 Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam
masyarakat di segala bidabg kehidupan, baik materi maupun
spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara
Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi sila ke V
berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan
yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi
dan kebudayaan.
Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila
yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia
dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat
adil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu
MakalahPancasila 33
sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-
pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung
makna sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib
pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan
hidup manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia
satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan
tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya
sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna
yang terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat
adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini
terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada
siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena
itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat
adil.
Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara
kongkrit keadilan social ini mengandung cita-cita
kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia
monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan
dalam kaitannya dengan Negara Indonesia sendiri (dalam
lingkup nasional) maupun dalam hubungan Negara Indonesia
dengan Negara lain (lingkup internasional).
Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan
dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:
1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan
antara Negara dengan warganya. Negara wajib memenuhi
keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-
MakalahPancasila 34
bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi
haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan
antara warga Negara terhadap Negara. Jadi dalam
pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib
memenuhi keadilan terhadap negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga
Negara yang satu dengan yang lainnya, atau dengan
perkataan lain hubungan keadilan antara warga
Negara.
Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan
tersebut juga meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga
bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya
hakikat mutlak manusia untuk memenuhi kepentingan
hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik
dari dirinya sendiri-sendiri maupun dari orang lain,
semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan
selengkapnya yaitu hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan
hubungan manusia dengan Tuhannya.
MakalahPancasila 35
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
4.1 Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang
membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang
ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan
bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua
kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus. Etika
Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi
pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan
perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung
didalamnya. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip
tersebut diatas dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial).
MakalahPancasila 36
Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu : Etika
Individual dan Etika Sosial.
1. Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap
dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama yang
dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya
terhadap Tuhannya.
2. Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus
dipatuhi dalam hubungannya dengan manusia,
masyarakat, bangsa dan Negara.
4.2 Etika Pancasila
Etika pancasila adalah etika yang mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai pancasila,
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakana baik bukan hanya
apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut,
namun juga sesuai dan memmpertinggi nilai-nilai pancasila
tersebut. Nilai-nilai pancasila meskipun merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas social,
keagamaan, maupun adat kebudayaan Indonesia, namun
sebenarnya nilai-nilai pancasila juga bersifat universal
dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun
Nilai yang pertama : ketuhanan
secara hirarkis nilai ini dikatakan sebagai nilai
yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat
mutlak, suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak
bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum tuhan. Secara
empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang
melanggar nilai, kaidah dan hukum tuhan, baik dengan
hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk
MakalahPancasila 37
Nilai yang kedua : kemanusiaan
Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan pancasila
adalah keadilan dan keadaban. Keadilan masyarakat
keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan social, makhluk bebas mandiri dan makhluk
tuhan yang terikat hukum-hukum tuhan. Keadaban
mengindikasikan keunggulan manusia dibandingkan makhluk
lain. Karena itu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang di dasarkan pada
konsep keadilan dan keadaban.
Nilai yang ke-tiga : persatuan
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang
sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian pula sikap
yang memecah belah persatuan.
Nilai yang ke-empat : kerakyatan
Dalam nilai ini terkandung nnilai yang sangat penting
yaitu nilai hikmat/ kebijaksanaan dan permusyawaratan.
Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang
mengandung nilai-nilai kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan pandangan minoritas belum tentu kalah
dibanding mayoritas contohnya saat peristiwa penghapusan
tujuh kata dalam sila pertama piagam Jakarta. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui
atau bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu
baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada
konsep hikmah/kebijaksanaan.
Nilai yang ke-lima : keadilan
MakalahPancasila 38
Nilai ini diarahkan pada konteks sosial. Menurut
Kohlberg (1995: 37) keadilan merupakan kebajikan utama
bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandaikan
sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain.
Pancasila dapat menjadi system etika yang sangat
kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar
namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai pancasila
merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cita-
cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam
realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam istilah
notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan
universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas
kemanusiaan dimanapun, kapanpun, dan merupakan dasar bagi
setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain.
4.3 Pancasila sebagai solusi problem bangsa
4.3.1 Kasus Korupsi sebagai wujud terjadinya krisis
moral.
Adanya krisis identitas bangsa yang terjadi selama
beberapa dekade menyebabkan mentalitas bangsa menjadi
tergerus dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ketika
krisis kepercayaan itu terjadi, pada masa kini masyarakat
hanya menjadikan Pancasila sebagai “buah bibir” saja
tanpa bisa menghayati kapitalis sebagai kenyataan akan
hal tersebut. Sebagai contoh adalah kasus korupsi
ditengah-tengah masyarakat. Kecenderungan tindak korupsi
tersebut dan mengamalkannya secara utuh. Munculnya paham
MakalahPancasila 39
fundamentalis dan hanya memihak dan menguntungkan satu
pihak saja, sedangkan masyarakat sebagai korban dari
korupsi tersebut.
Adanya tindak pidana korupsi disebabkan karena
lemahnya moral individu, di samping itu, lemahnya
penegakan hukum dalam menindaklanjuti tindak pidana
korupsi yang semakin merajalela. Perspektif ke depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum
berdasarkan UUD 1945 yang memiliki dasar negara
Pancasila, sehingga diperlukan kajian tentang konsepsi
sistem hukum di Indonesia. Hal ini dengan tegas
dinyatakan pada Pembukaan UUD 1945 alenia IV dan pada
Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pancasila
sebagai sumber segala sumber hukum, kedudukan Pancasila
sebagai norma hukum tertinggi yang dalam tata hukum
global disebut ground norm atau staat fundamental norm mengingat
sesuai kenyataan sejarah (legal history) selama 60 tahun
tidak goyah sebagai ideologi dan dasar negara hukum di
Indonesia.
Berdasarkan tesis Hans Kelsen, kedudukan
Pancasila dalam UUD 1945 berada pada tingkat tertinggi
(Ilham Bisri: 2005). Hal ini berarti bahwa Pancasila
harus diletakkan sebagai kaidah dasar yang mempunyai arti
sebagai sumber dari segala sumber hukum serta menjadi
dasar bagi berlakunya UUD 1945. Penyimpangan dan
implementasi dari sistem hukum yang berlapis seperti
dijelaskan pada gambar di atas adalah ketidakkonsistenan
dalam interaksi dan penerapan dari pasal tersebut yang
dapat menjadi akar masalah korupsi di Indonesia.
MakalahPancasila 40
Perbuatan korupsi telah digolongkan sebagai
kejahatan internasional karena telah ditetapkan melalui
Konvensi Internasional (Atmasasmita, 2004: 40). Praktik
penegakan hukum dan peradilan yang timpang dengan rasa
keadilan masyarakat sebagai wujud terkikisnya nilai
Pancasila yang berperan sebagai modal sosial bangsa,
contoh vonis bebas korupsi atau SP3 (Surat Perintah
Pemberhentian Penyidikan) lebih banyak di tingkat
penyidikan dibandingkan kasus-kasus pencurian ayam bahkan
sering kali korban penganiayaan yang dihakimi oleh masa.
Kondisi seperti ini sangat bertentangan sengan rasa
keadilan sebagai salah satu nilai ideologi yang
terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
dan peran Pancasila sebagai modal sosial.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2004-2008)
Dirtipikor dan WCC, Bareskrim Polri mampu menangani kasus
tindak pidana korupsi sebanyak 1.824 kasus, dan mampu
diselesaikan sekitar 39,6% dan menyebabkan kerugian
negara sebesar Rp 9.986.129.025.963,66. Penyebab tindak
korupsi tersebut jika di lihat dari aspek sosial politik
sangat berkaitan dengan masalah kekuasaan yang diperoleh
dengan aktivitas kegiatan dalam kepentingan politik. Ini
menunjukkan adanya nilai ideologi Pancasila sudah tidak
dihiraukan lagi dalam menjalankan roda pemerintahan.
Sebagai modal sosial, tentunya Pancasila memberikan nilai
tersendiri, artinya Pancasila mempunyai nilai dan peran
implementasinya dalam penyelenggaraan negara. Ketika
kepercayaan (trust) masyarakat mulai meredam terhadap
nilai dan makna Pancasila, maka disitulah titik awal dari
munculnya krisis identitas yang men
MakalahPancasila 41
4.3.2 Dasar Agama yang Lemah pada pengamalan Nilai
Ideologi Pancasila
Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa
adanya agama manusia tidak bisa berpikir secara naluri
dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini
keberadaan agama sebagai hal tersebut, ada 6 keyakinan
yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan
mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan
keyakinannya. Pancasila khususnya Sila ke-1 menyebutkan
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak
diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan
percaya bahwa Tuhan itu ada. Keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan wujud
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bentuk
keharmonisan, kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya.
Perbedaan keyakinan yang terdapat di dalam masyarakat itu
merupakan multikulturalisme bangsa Indonesia. Namun,
tidak jarang hal tersebut justru mendorong berbagai
keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut sangat
sempit dan kecil, tapi bisa juga menjadi kerusuhan
berskala besar dan sulit untuk menemukan jalan tengahnya,
dan bahkan bisa membawa nama masing-masing kelompok
tersebut dalam ranah konflik yang bersifat SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar Golongan).
Krisis agama yang bersifat kerusuhan tersebut tidak
hanya terdapat pada masyarakat yang berbeda keyakinan,
bahkan tak jarang dari mereka yang mempunyaikeyakinan dan
tujuan yang sama justru malah mengalami konflik internal.
Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme
MakalahPancasila 42
bangsa, yaitu jiwa yang mengikat kita pada satu rasa dan
satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust
(kepercayaan) masyarakat terhadap apa yang mereka dengar
dan lihat. Pancasila berperan penting dalam segala hal,
begitu pula dalam keagamaan. Fundamentalisme seperti yang
telah dikemukakan oleh Karen Armstrong, merupakan salah
satu fenomena yang sangat mengejutkan pada abad ke20.
Begitu mengerikan ekspresi dari fundamentalisme ini,
peristiwa paling menghebohkan dunia yang terjadi pada
Semtember 2001 silam yaitu penghancuran gedung World
Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, kejadian
tersebut dihubungkan dengan fundamentalisme. Sementara di
Indonesia terjadi peristiwa bom bunuh diri di berbagai
tempat seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Kedutaan
Besar Australia di Jakarta, dan lain sebagainya. Motif
dari peristiwa itu tidak jauh dari fundamentalisme agama
yaitu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan
dengan dilandasi fanatisme agama yang berlebihan.
Fenomena yang disebut sebagai fundamentalisme agama
tersebut memang tidak dapat dilepaskan dari situasi
sosial, politik, dan ekonomi masyarakat kita. Kegagalan
pemerintah mengatasi kemiskinan dan masalah-masalah
ekonomi selalu membuat masyarakat tergoda untuk melakukan
kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Di samping itu,
ketidaktegasan aparat juga turut memberi andil bagi
kelangsungan hidup organisasi yang identik dengan
kekerasan dalam mengemukakan pendapatnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa selama tidak ada perubahan dari kondisi
sosial, politik, dan ekonomi masyarakat dan selama aparat
MakalahPancasila 43
tidak tegas dalam menindak kejadian-kejadian seperti itu,
hal-hal itu tetap akan terus berlangsung.
Sistem Pendidikan yang berlaku di Indonesia memilki
tujuan yang mulia yakni tercermin dalam UU No.20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3
disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, diharapkan mampu meningkatkan kualitas
moral bangsa Indonesia. Sehingga dapat difahami bahwa
pendidikan nasional berfungsi sebagai proses untuk
membentuk moralhidup dan karakter bagi warga negaranya
dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermoral dan bermartabat.
Namun pada kenyataannya tujuan yang diharapkan dan
diinginkan oleh Undang-Undang tersebut belum sepenuhnya
terwujud. Hal ini ditandai dengan banyaknya manusia yang
cerdas namun tidak disertai dengan keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak berakhlak mulia,
tidak jujur dan tidak bertanggungjawab, sehingga dengan
kepintarannya tersebut ia gunakan untuk hal-hal yang
kurang bermanfaat. Kondisi bangsa Indonesia saat ini
cukup memprihatinkan, sehingga membawa bangsa ini semakin
terpuruk dalam kemiskinan dan krisis moral yang
berkepanjangan.
MakalahPancasila 44
Kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini jauh
dari yang diharapkan. Proses pendidikan ternyata belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter
positif. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah
gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan
sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak
cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya
tidak terpuji. Pendidikan yang tujuan awalnya mencetak
manusia yang cerdas dan kreatif, ternyata masih memiliki
kelemahan pada aspek perkembangan karakter bangsa yang
berkualitas yang akan menghasilkan manusia yang serdas,
kreatif dan bertaqwa. Hal ini terlihat dari banyaknya
pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba,
dan seks di luar nikah. Sehingga ketika mereka menjadi
pejabat pemerintahan, tidak sedikit yang sering melakukan
pelanggaran-pelanggaran, diantaranya kasus suap dan
korupsi.
Hal ini menjadi bukti bahwa dalam Undang-Undang No. 2
Thn 1989 bab II pasal 4 tentang tujuan pendidikan di
Indonesia belum terwujud, yang disebabkan karena
pendidikan moral yang selama ini diajarkan di sekolah
seperti Agama & PPKn biasanya hanya menyentuh aspek
pengetahuan saja dan belum sampai padaaspek prilaku.
Apalagi proses pembelajaran yang dilakukan oleh para
pelajar banyakmenitikberatkan pada segi hafalan saja
sehingga tidak bisa mengubah prilaku seseorang menjadi
baik. Singkatnya, penurunan kualitas moral generasi
bangsa ini, disebabkan oleh kurangnya perhatian dalam
usaha etika dan moral dalam pelaksanaan pendidikan di
negeri ini. Tidak ada pembentukan program pendidikan
MakalahPancasila 45
karakter sejak dini, sehingga karakter yang terbentuk
dari sebagian pelajar Indonesia bukanlah karakter yang
mencerminkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan.
Berdasarkan fenomena di atas, diperlukan sebuah
solusi dalam dunia pendidikan untuk menerapkan pendidikan
karakter guna membentuk karakter positif para pelajar,
sehingga menghasilkan manusia yang cerdas, kreatif, serta
bermoral dan bermartabat dalam rangka membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.3.3 Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika,
dan moral pelajar
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari
suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di
berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan,
globalisasi yang berasal dari kata global atau globe
artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi
berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.
Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap
masyarakat dalam bentuk positif maupun negatif.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Sikap Positif
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih
dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap
kolot
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif
kepekaan dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang
terjadi.
Sikap Negatif
1) Menjadi tertutup.
MakalahPancasila 46
2) Masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi
kehidupan masyarakat yang ada.
3) Acuh tah acuh.
4) Masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis
modernisasi dan globalisasi.
5) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan
modernisasi.
6) Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa
adanya seleksi.
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan
masyarakat melalui berbagai media, terutama media
elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas
ini semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi
dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran
seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring
informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif
atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang
baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya
filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk
ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada
masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja
dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat
Indonesia.
Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi
dan globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita
dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa
oleh budaya barat, jika masyarakat Indonesia sendiri
tidak mempelajari pengetahuan tentang kebudayaan
Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada
MakalahPancasila 47
baiknya budaya barat yang kita serap disaring terlebih
dahulu. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika
kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi
penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri.
Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat
tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang.
Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi
dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat
positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek
dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.
4.3.4 Kondisi Pelajar Saat Ini Dan
Permasalahan Yang Ditimbulkan
Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai
penurunan etika dan moral pelajar yang di dapat dari
berbagai masyarakat :
1. 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia
sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah
2. 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun
melahirkan setiap tahunnya
3. hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan
4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen
dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari
usia 15-29 tahun
4. Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks
perempuan yang ada di Indonesia, di mana lebih dari 60
persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30
persen berusia 15 tahun atau kurang
MakalahPancasila 48
5. setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di
Indonesia di mana 20 persen diantaranya adalah aborsi
yang dilakukan oleh remaja
6. Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun
penggunaan narkoba selalu naik. Korban paling banyak
berasal dari kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang
atau 19% dari keseluruhan pengguna.
7. jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan
remaja tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya 713
kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis
kasus kejahatan itu antara lain pencurian, narkoba,
pembunuhan dan pemerkosaan.
8. Sejak Januari hingga Oktober 2009, Kriminalitas
yang dilakukan oleh remaja meningkat 35% dibandingkan
tahun sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga
17 tahun.
Menurunnya etika dan moral di atas disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Longgarnya pegangan terhadap agama.
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala
sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan,
sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan
kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan
longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka
hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur
moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan
peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu
MakalahPancasila 49
tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen
pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang
luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan
mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan
berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum
sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag
yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya
orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika
setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta
menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu
lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang
sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya
dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin
sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh
rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi
ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang
sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus
dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum
mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum
tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku
dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap
yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak
akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral
MakalahPancasila 50
pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak
menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan
harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral
bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan
mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari
sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah
tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting
dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi
pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik.
Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah
merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek
kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap
moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di
sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak
akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya
masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan
moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan
orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan
masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan
moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan
pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas,
karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat
dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut
satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama,
dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
MakalahPancasila 51
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan
sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau
bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah
menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat
kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua
alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang
dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut
terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak
mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut
tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya
matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan
melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan,
siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya.
Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh
para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para
remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan
moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk
faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan
moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power),
uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya
tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh
untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian
semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit
MakalahPancasila 52
penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang,
kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini
belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik
memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan
cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan
dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-
ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan
dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka
sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit
penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral
bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang,
teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah
seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan
moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh
dan berkesinambungan.
5.Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja
merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu
sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba
merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya
seperti narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan
butuh tempat pelarian.
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral .
MakalahPancasila 53
BAB V
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU
5.1 Pilar-Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu
Pengetahuan
5.1.1 Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan
(eksistensi).
a. Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual
atau plural (monisme, dualisme, pluralisme )
b. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan,
sifat, mutu dari sesuatu (mekanisme, teleologisme,
vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi
penyusunan asumsi, dasar-dasar teoritis, dan membantu
terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner.Membantu pemetaan masalah, kenyataan,
batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar
ilmu.Misal masalah krisis moneter, tidak dapat hanya
ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan
bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh
ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti
politik, sosiologi.
MakalahPancasila 54
5.1.2 Pilar epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber
pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran,
kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar
kebenaran, sistem, prosedur, strategi. Pengalaman
epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita : (a)
sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin
ilmu tertentu (b) memberi kerangka acuan metodologis
pengembangan ilmu (c) mengembangkan ketrampilan proses
(d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
5.1.3 Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan
nilai (etis, moral, religius) dalam setiap penemuan,
penerapan atau pengembangan ilmu.Pengalaman aksiologis
dapat memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu,
mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan
ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009).Landasan pengembangan
ilmu secara imperative mengacu ketiga pilar filosofis
keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite.
5.2 Prinsip-prinsip berpikir ilmiah
1. Objektif: Cara memandang masalah apa adanya,
terlepas dari faktor-faktor subjektif (misal :
perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan,
otorita) .
2. Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami
dan diterima oleh orang lain. Mencoba melepaskan
unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita.
MakalahPancasila 55
3. Logis: Berfikir dengan menggunakan azas
logika/runtut/ konsisten, implikatif. Tidak
mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap
pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya
yang rasional pasti logis.
4. Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode
keilmuan yang khas dalam setiap berfikir dan
bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis,
hermeneutik, intuitif).
5. Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak
menggunakan tahapan langkah prioritas yang jelas dan
saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan
arah tujuan yang jelas.
5.3 Masalah nilai dalam IPTEK
5.3.1Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia
dewasa ini adalah keserbamajemukan ilmu itu sendiri.Ilmu
pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan
inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi
problem manusia dewasa ini.Berbeda dengan ilmu
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya
daripada kebhinekaannya.Seperti pada awal perkembangan
ilmu pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.
Proses perkembangan ini menarik perhatian karena
justru bertentangan dengan inspirasi tempat pengetahuan
itu sendiri, yaitu keinginan manusia untuk mengadakan
kesatuan di dalam keserbamajemukan gejala-gejala di dunia
kita ini. Karena yakin akan kemungkinannya maka timbullah
ilmu pengetahuan. Secara metodis dan sistematis manusia
MakalahPancasila 56
mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami hubungan
antara gejala-gejala yang satu dengan yang lain sehingga
bisa ditentukan adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya.
Namun dalam perkembangannya ilmu pengetahuan berkembang
ke arah keserbamajemukan ilmu.
a) Mengapa timbul spesialisasi?
Mengapa spesialisasi ilmu semakin meluas?Misalnya
dalam ilmu kedokteran dan ilmu alam.Makin meluasnya
spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam perjalanannya
selalumengembangkan macam metode, objek dan tujuan.
Perbedaan metode dan pengembangannya itu perlu demi
kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak mungkin metode dalam
ilmu alam dipakai memajukan ilmu psikologi.Kalau
psikologi mau maju dan berkembang harus mengembangkan
metode, objek dan tujuannya sendiri. Contoh ilmu yang
berdekatan, biokimia dan kimia umum keduanya memakai
”hukum” yang dapat dikatakan sama, tetapi seorang
sarjana biokimia perlu pengetahuan susunan bekerjanya
organisme-organisme yang tidak dituntut oleh seorang
ahli kimia organik. Hal ini agar supaya biokimia
semakin maju dan mendalam, meskipun tidak diingkari
antara keduanya masih mempunyai dasar-dasar yang sama.
Spesialisasi ilmu memang harus ada di dalam satu
cabang ilmu, namun kesatuan dasar azas-azas universal
harus diingat dalam rangka spesialisasi.Spesialisasi
ilmu membawa persoalan banyak bagi ilmuwan sendiri dan
masyarakat.Ada kalanya ilmu itu diterapkan dapat
memberi manfaat bagi manusia, tetapi bisa sebaliknya
merugikan manusia.Spesialisasi di samping tuntutan
kemajuan ilmu juga dapat meringankan beban manusia
MakalahPancasila 57
untuk menguasai ilmu dan mencukupi kebutuhan hidup
manusia.Seseorang tidak mungkin menjadi generalis,
yaitu menguasai dan memahami semua ilmu pengetahuan
yang ada (Sutardjo, 1982).
b) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi
Spesialisasi mengandung segi-segi positif, namun
juga dapat menimbulkan segi negatif.Segi positif
ilmuwan dapat lebih fokus dan intensif dalam melakukan
kajian dan pengembangan ilmunya.Segi negatif, orang
yang mempelajari ilmu spesialis merasa terasing dari
pengetahuan lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan
intensif membawa dampak ilmuwan tidak mau bekerjasama
dan menghargai ilmu lain. Seorang spesialis bisa berada
dalam bahaya mencabut ilmu pengetahuannya dari rumpun
keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, kemudian
menganggap ilmunya otonom dan paling lengkap. Para
spesialis dengan otonomi keilmuannya sehingga tidak
tahu lagi dari mana asal usulnya, sumbangan apa yang
harus diberikan bagi manusia dan ilmu-ilmu lainnya, dan
sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain
demi kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis yang
dipelajari atau dikuasai.
Bila keterasingan yang timbul akibat spesialisasi
itu hanya mengenai ilmu pengetahuan tidak sangat
berbahaya.Namun bila hal itu terjadi pada manusianya,
maka akibatnya bisa mengerikan kalau manusia sampai
terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya karena
terbelenggu oleh ilmunya yang sempit.Dalam
praktikpraktik ilmu spesialis kurang memberikan
orientasi yang luas terhadap kenyataan dunia ini,
MakalahPancasila 58
apakah dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan,
ekologi dll.
Persoalan tersebut bukan berarti tidak terpecahkan,
ada kemungkinan merelativisir jika ada kerjasama
ilmuilmu pengetahuan dan terutama di antara ilmuwannya.
Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan tiap-tiap ilmu
pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiaptiap
ilmu dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia.
Keharusan kerjasama ilmu sesuai dengan sifat social
manusia dan segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu
akan membuat para ilmuwan memiliki cakrawala pandang
yang luas dalam menganalisis dan melihat sesuatu.
Banyak segi akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan
akhir apalagi bila keputusan itu menyangkut manusia
sendiri.
5.3.2Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan
Tema ini membawa kita ke arah pemikiran: (a) apakah
ada kaitan antara moral atau etika dengan ilmu
pengetahuan, (b) saat mana dalam pengembangan ilmu
memerlukan pertimbangan moral/etik? Akhir-akhir ini
banyak disoroti segi etis dari penerapan ilmu dan
wujudnya yang paling nyata pada jaman ini adalah
teknologi, maka pertanyaan yang muncul adalah mengapa
kita mau mengaitkan soal etika dengan ilmu pengetahuan?
Mengapa ilmu pengetahuan yang makin diperkembangkan perlu
”sapa menyapa” dengan etika? Apakah ada ketegangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan moral?
Untuk menjelaskan permasalahan tersebut ada tiga
tahap yang perlu ditempuh.
MakalahPancasila 59
Pertama, kita melihat kompleksitas permasalahan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam kaitannya dengan manusia.
Kedua,membicarakan dimensi etis serta kriteria etis yang
diambil.
Ketiga, berusaha menyoroti beberapa pertimbangan sebagai
semacam usulan jalan keluar dari permasalahan yang
muncul.
a) Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Kalau perkembangan ilmu pengetahuan sungguhsungguh
menepati janji awalnya 200 tahun yang lalu, pasti orang
tidak akan begitu mempermasalahkan akibat perkembangan
ilmu pengetahuan. Bila penerapan ilmu benar-benar
merupakan sarana pembebasan manusia dari
keterbelakangan yang dialami sekitar 1800-1900-an
dengan menyediakan ketrampilan ”know how” yang
memungkinkan manusia dapat mencari nafkah sendiri tanpa
bergantung pada pemilik modal, maka pendapat bahwa ilmu
pengetahuan harus dikembangkan atas dasar patokan-
patokan ilmu pengetahuan itu sendiri (secara murni)
tidak akan mendapat kritikan tajam seperti pada abad
ini. Namun dewasa ini menjadi nyata adanya keterbatasan
ilmu pengetahuan itu menghadapi masalahmasalah yang
menyangkut hidup serta pribadi manusia.Misalnya,
menghadapi soal transplantasi jantung, pencangkokan
genetis, problem mati hidupnya seseorang, ilmu
pengetahuan menghadapi keterbatasannya.Ia butuh
kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin ilmunya
sendiri. Kompleksitas permasalahan dalam pengembangan
ilmu dan teknologi kini menjadi pemikiran serius,
MakalahPancasila 60
terutama persoalan keterbatasan ilmu dan teknologi dan
akibatakibatnyabagi manusia.Mengapa orang kemudian
berbicara soal etika dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi?
b) Akibat teknologi pada perilaku manusia
Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam
fenomen penerapan kontrol tingkah laku (behavior
control). Behaviour control merupakan kemampuan untuk
mengatur orang melaksanakan tindakan seperti yang
dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some one to do
one’s bidding). Pengembangan teknologi yang mengatur
perilaku manusia ini mengakibatkan munculnya
masalahmasalah etis seperti berikut.
1. Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini
menyebabkan kemampuan perilaku seseorang diubah
dengan operasi dan manipulasi syaraf otak melalui
”psychosurgery’s infuse” kimiawi, obat bius
tertentu. Electrical stimulation mampu merangsang secara
baru bagian-bagian penting, sehingga kelakuan bias
diatur dan disusun. Kalau begitu kebebasan bertindak
manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahan.
2. Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam
tentang kelakuan manusia, memungkinkan adanya lubang
manipulasi, entah melalui iklan atau media lain.
3. Pemahaman “njlimet” tingkah laku manusia demi tujuan
ekonomis, rayuan untuk menghirup kebutuhan baru
sehingga bisa mendapat untung lebih banyak,
menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk
mengatur kelakuan manusia.
MakalahPancasila 61
4. Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan
seseorang dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh si
subjek itu sendiri. Konflik muncul justru karena si
pengatur memperbudak orang yang dikendalikan,
kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut
kehendak si pengontrol.
5. Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan
oleh Schumacher. Bagi Schumacher eksistensi sejati
manusia adalah bahwa manusia menjadi manusia justru
karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi
manusia, ia adalah ciri eksistensial manusia, ciri
kodrat kemanusiaannya. Pemakaian teknologi modern
condong mengasingkan manusia dari eksistensinya
sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak
mengalami kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan tangan
dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga mesin,
hilanglah kepuasan dan kreativitas manusia (T. Yacob,
1993).
5.3.3 Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan
teknologi dikembangkan secara konkrit, unsur-unsur mana
yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar
masyarakat itu tetap manusiawi.
a. Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk
menjamin penghormatan terhadap manusia. Individu
individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan
ilmu pengetahuan.
MakalahPancasila 62
b. Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi
sebagai hal yang mutlak. Perkembangan teknologi
sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi
maupun politik. Jika kita ingin memanusiawikan
pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia
mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan
dalam bidang politik, ekonomi. Pelaksanaan keadilan
harus memberi pada setiap individu kesempatan yang
sama menggunakan hak-haknya.
c. Soal lingkungan hidup. Tidak ada seorang pun berhak
menguras/mengeksploitasi sumber-sumber alam dan
manusiawi tanpa memperhatikan akibat-akibatnya pada
seluruh masyarakat. Ekologi mengajar kita bahwa ada
kaitan erat antara benda yang satu dengan benda yang
lain di alam ini.
d. Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang
dikuasai teknik, harga manusia dinilai dari
tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem
administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia
dinilai bukan sebagai pribadi tapi lebih dari sudut
kegunaannya atau hanya dilihat sejauh ada manfaat
praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi
berdasar hubungan sosialnya, dasar kerohanian dan
penghayatan hidup sebagai manusia dikesampingkan.
Bila pengembangan ilmu dan teknologi mau manusiawi,
perhatian pada nilai manusia sebagai pribadi tidak
boleh kalah oleh mesin. Hal ini penting karena
sistem teknokrasi cenderung dehumanisasi ( T. Yacob,
1993).
MakalahPancasila 63
5.4 Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Karena pengembangan ilmu dan teknologi hasilnya
selalu bermuara pada kehidupan manusia maka perlu
mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang
tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu dan
teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan
memartabatkan manusia.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara
imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia.Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila
suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu.Dalam
konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi
ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi
ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia
untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti,
atau ”an unfinished journey”.
Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai masyarakat,
proses dan produk.Dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis/metode berfikir dan
tolok ukur kebenaran.Dimensi aksiologis, mengandung
nilai-nilai imperatif dalam mengembangkan ilmu adalah
sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan.Untuk itu
ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh,
mendasar, dan kritis, maka diperlukan suatu situasi
kondusif baik struktural maupun kultural.Ilustrasinya
dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini.
MakalahPancasila 64
5.5 Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai
Dasar Nilai
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila
adalah sebagai berikut.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: melengkapi ilmu
pengetahuan menciptakan perimbangan antara yang
rasional dan irasional, antara rasa dan akal. Sila
ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya
dan bukan pusatnya.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah
dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu
dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan
tertentu.
3. Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan
universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga
supra sistem tidak mengabaikan sistem dan sub-
sistem. Solidaritas dalam sub-sistem sangat penting
untuk kelangsungan keseluruhan individualitas,
tetapi tidak mengganggu integrasi.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu
pengetahuan harus demokratis dapat dimusyawarahkan
secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian
sampai penerapan massal.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan
MakalahPancasila 65
distributif, keadilan kontributif, dan keadilan
komutatif. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan
antara kepentingan individu dan masyarakat, karena
kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh
kepentingan semu. Individualitas merupakan landasan
yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
senantiasa berorientasi pada nilai-nilai Pancasila.
Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik,
bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang
menjadi tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila
sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada
penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan
atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri
seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi
dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri,
khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai
budaya yang bersifat mutlak bagi kehidupan manusia yang
berbudaya.
MakalahPancasila 66
BAB VI SIMPULAN
1. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
1.1 Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal balik sebagai berikut:
1). Hubungan Formal
2). Hubungan Secara Material
1.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI
Tahun 1945
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat
Pancasila dengan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 bersifat
kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD
NRI tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
1.3 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan
Negara Dalam Bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya
dan Pertahanan dan Keamanan
2. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
2.4 Pengertian Ideologi
Ideologi dapat diartikan hasil penemuan dalam pikiran
yang berupa pengetahuan atau teori. Ideologi dapat juga
diartikan suatu kumpulan konsep bersistem yang dijadikan
asas, pendapat (kejadian) yang memberikan arah tujuan
untuk kelangsungan hidup.Ideologi terbagi mencadi
MakalahPancasila 67
dua,yaitu ideologi Terbuka dan Ideolgi tertutp, perbedaan
ideologi terbuka dan tertutup ini sangat mencolok,
sehingga dapat dengan mudah dikelompokkan.
2.5 Pancasila Dan Ideologi Dunia
Pancasila yang memiliki nilai-nilai religiusitas,
nasionalisme, internasionalisme, demokrasi dan keadilan
sosial merupakan konsep yang brilian dalam menghadapi
situasi dunia yang semakin terpolar. Tentunya nilai-nilai
universal yang termaktub dalam Pancasila dapat diterima
di benua manapun. Dunia ketiga pada saat ini membutuhkan
ideologi pemersatu agar tidak dimangsa oleh
fundamentalisme ekonomi “pasar bebas” dan fundamentalisme
agama.
Dalam perjalanan sejarah, Indonesia merupakan pelopor
Gerakan Non Blok dimana memiliki spirit memperjuangkan
kepentingan negara-negara yang baru merdeka. Modal
sejarah ini bisa dijadikan poin penting bahwa nilai-nilai
pancasila mampu menjadi alternatif ditengah polarisasi
ideologi kapitalisme dan sosialisme.
2.6 Pancasila Dan Agama
Pancasila sebagai dasar kebangsaan dan ke-Indonesiaan
sebenarnya memiliki relevansi tinggi dengan kehidupan
beragama. Hanya saja dalam prakteknya seringkali tidak
sebanding dengan norma dan retorika yang disampaikan pada
publik. Upaya menjadikan Pancasila sebagai ideologi murni
sendiri karena perjalanan sejarah yang panjang dan
melelahkan telah membuktikan bahwa Pancasila sebenarnya
sebagai karakteristik bangsa Indonesia sangat memenuhi
syarat," ujar Dosen Fisipol UMY Dr Zully Qodir Dalam
MakalahPancasila 68
diskusi Hubungan Agama dan Negara dalam Negara Pancasila
di Era Reformasi di UII Selasa (29/1/2013).
3. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
3.1 Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” yang tersusun dari kata philos yang berarti
cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik
kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan. Dengan
demikian phylosophia berarti mencintai kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup
yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi
peradaban manusia.
secara umum,filsafat merupakan ilmu yang berusaha
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran. Berdasarkan pengertian umum ini,ciri-cirin
filsafat dapat di sebut sebagai usahaberpikir radikal,
menyeluruh, dan integral atau dapat di katakan sebagai
suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-
dalamnya.
a. Objek Studi Filsafat
1) Objek Formal
2) Objek Material
b. Bidang kajian Filsafat
1) Metafisika
2) Epistemologi
3) Aksiologi
4) Logika
3.2 Pengertian Filsafat Pancasila
MakalahPancasila 69
Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai
repleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh.
3.2.1 Dasar ontologis pancasila
Dasar-dasar ontologis pancasila menunjukkan secara
jelas bahwa pancasila itu benar-benar ada dalam realitas
dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan
filsafat,dasar ontologis pancasila mengungkap status
istilah yang digunakan,isi dan susunan sila-sila,tata
hubungan,serta kedudukannya. Dengan kata
lain,pwngungkapan secara ontologis itu dapat memperjelas
identitas dan entitas pancasila secara filosofis.
3.2.2 Dasar Epistemologi Pancasila
Epistemologi, terkait dengan sumber dasar
pengetahuan pancasila. Eksistensi pancasila dibangun
sebagai abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas
yang ada di masyarakat bangsa indonesia dengan lingkungan
yang heterogen, multicultur, dan multi etnik dengan cara
menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat bangsa
indonesia
3.2.3 Dasar Aksiologis Pancasila
Aksiologis terkait erat dengan penelaahan atas nilai
dari aspek aksiologi pancasila tidak bisa dilepaskan dari
manusia indonesia sebagai latar belakang, karena
pancasila bukan nilai yang ada dengan sendirinya (given
value) melainkan nilai yang diciptakan (created value)
oleh manusia indonesia. Nilai-nilai dalam pancasila hanya
MakalahPancasila 70
bisa di mengerti dengan mengenal manusia indonesia dan
latar belakangnya.
3.3 Hakikat Sila-Sila Pancasila
3.3.1 Sila Pertama: Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam
semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha
Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran,
melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan
yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui
kaidah-kaidah logika.
3.3.2 Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek
penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk
Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara
dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus
sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia.
3.3.3 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia Persatuan indonesia perwujudan
dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I
dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan,
suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan
kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah
belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal
1,32,35,dan 36 UUD 1945
MakalahPancasila 71
3.3.4 Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-
keputusannya diambil dengan jalan musawarah dengan
pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada
Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang
diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan
37 UUD 1945.
3.3.5 Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung
makna sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia harus
sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib
pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan
hidup manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia
satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan
tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya
sendiri (notonegoro).
4. Pancasila Sebagai Sistem Etika
4.1 Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau
bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan
berbagai ajaran moral.
4.2 Etika Pancasila
Etika pancasila adalah etika yang mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai pancasila,
MakalahPancasila 72
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan.
4.3 Pancasila sebagai solusi problem bangsa
4.3.1 Kasus Korupsi sebagai wujud terjadinya krisis
moral.
Adanya krisis identitas bangsa yang terjadi selama
beberapa dekade menyebabkan mentalitas bangsa menjadi
tergerus dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ketika
krisis kepercayaan itu terjadi, pada masa kini masyarakat
hanya menjadikan Pancasila sebagai “buah bibir” saja
tanpa bisa menghayati kapitalis sebagai kenyataan akan
hal tersebut. Sebagai contoh adalah kasus korupsi
ditengah-tengah masyarakat. Kecenderungan tindak korupsi
tersebut dan mengamalkannya secara utuh. Munculnya paham
fundamentalis dan hanya memihak dan menguntungkan satu
pihak saja, sedangkan masyarakat sebagai korban dari
korupsi tersebut.
4.3.2 Dasar Agama yang Lemah pada pengamalan Nilai
Ideologi Pancasila
Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa
adanya agama manusia tidak bisa berpikir secara naluri
dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini
keberadaan agama sebagai hal tersebut, ada 6 keyakinan
yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan
mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan
keyakinannya. Pancasila khususnya Sila ke-1 menyebutkan
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak
MakalahPancasila 73
diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan
percaya bahwa Tuhan itu ada. Keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan wujud
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bentuk
keharmonisan, kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya.
Perbedaan keyakinan yang terdapat di dalam masyarakat itu
merupakan multikulturalisme bangsa Indonesia. Namun,
tidak jarang hal tersebut justru mendorong berbagai
keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut sangat
sempit dan kecil, tapi bisa juga menjadi kerusuhan
berskala besar dan sulit untuk menemukan jalan tengahnya,
dan bahkan bisa membawa nama masing-masing kelompok
tersebut dalam ranah konflik yang bersifat SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar Golongan).
4.3.3 Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika,
dan moral pelajar
Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap
masyarakat dalam bentuk positif maupun negatif.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Sikap Positif
3) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih
dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang
bersikap kolot
4) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif
kepekaan dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang
terjadi.
Sikap Negatif
7) Menjadi tertutup.
8) Masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi
kehidupan masyarakat yang ada.
MakalahPancasila 74
9) Acuh tah acuh.
10) Masyarakat awam yang kurang memahami arti
strategis modernisasi dan globalisasi.
11) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan
modernisasi.
12) Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru
tanpa adanya seleksi.
4.3.4 Kondisi Pelajar Saat Ini Dan
Permasalahan Yang Ditimbulkan
Menurunnya etika dan moral di atas disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Longgarnya pegangan terhadap agama.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang
dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan
sekularistis.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
5. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja
merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu
sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba
merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya
seperti narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan
butuh tempat pelarian.
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral
5. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengemban Ilmu
MakalahPancasila 75
5.1 Pilar-Pilar Penyangga Bagi Eksistensi Ilmu
Pengetahuan
5.1.1 Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan
(eksistensi).
c. Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual
atau plural (monisme, dualisme, pluralisme )
d. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan,
sifat, mutu dari sesuatu (mekanisme, teleologisme,
vitalisme dan organisme).
5.1.2 Pilar epistemologi (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber
pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran,
kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar
kebenaran, sistem, prosedur, strategi.
5.1.3 Pilar aksiologi (axiology)
Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan
nilai (etis, moral, religius) dalam setiap penemuan,
penerapan atau pengembangan ilmu.
5.2 Prinsip-prinsip berpikir ilmiah
1) Objektif
2) Rasional
3) Logis
4) Metodologis
5) Sistematis
5.3 Masalah nilai dalam IPTEK
5.3.1Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia
dewasa ini adalah keserbamajemukan ilmu itu sendiri.Ilmu
MakalahPancasila 76
pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa mengatakan
inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat mengatasi
problem manusia dewasa ini.Berbeda dengan ilmu
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan keekaannya
daripada kebhinekaannya.Seperti pada awal perkembangan
ilmu pengetahuan berada dalam kesatuan filsafat.
5.3.2 Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan
a) Permasalahan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
b) Akibat teknologi pada perilaku manusia
5.3.3 Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan
teknologi dikembangkan secara konkrit, unsur-unsur mana
yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar
masyarakat itu tetap manusiawi.
a. Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk
menjamin penghormatan terhadap manusi
b. Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan
ekonomi sebagai hal yang mutlak.
c. Soal lingkungan hidup.
d. Nilai manusia sebagai pribadi
5.4 Pancasila sebagai Dasar Nilai Dalam Strategi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara
imperatif kita meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia.Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila
MakalahPancasila 77
suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu.Dalam
konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi
ontologis, epistemologis dan aksiologis. Dimensi
ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia
untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti,
atau ”an unfinished journey”.
5.5 Strategi Pengembangan IPTEK Pancasila Sebagai
Dasar Nilai
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam Pancasila
adalah sebagai berikut.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Sila Persatuan Indonesia: mengkomplementasikan
universalisme dalam sila-sila yang lain
4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan
distributif, keadilan kontributif, dan keadilan
komutatif.
MakalahPancasila 78
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5326624/
PANCASILA_SEBAGAI_IDEOLOGI_DAN_DASAR_NEGARA_BAB_VI_
http://multiajaib.blogspot.com/2014/09/pengertian-
pancasila-sebagai-dasar.html
https://www.academia.edu/6568652/
PANCASILA_SEBAGAI_IDEOLOGI_NEGARA
http://8b-officialblog.blogspot.com/p/bab-2-konstitusi-
yang-pernah-digunakan.html
https://asefts63.wordpress.com/materi-pelajaran/pkn-kls-
8/pancasila-sebagai-ideologi-dan-dasar-negara/
http://praingfamily.wordpress.com/artikel/budaya/tujuan-
pancasila-sebagai-ideologi-negara/
http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/06/pancasila-
sebagai-sistem-filsafat.html
https://www.academia.edu/4968743/
Pancasila_sebagai_Sistem_Filsafat
https://www.academia.edu/7336356/
PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFAT
http://rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-
sistem-etika.html
https://prezi.com/mqz3vthggpnc/pancasila-sebagai-sistem-
etika/
https://prisma.lppm.ugm.ac.id/research/10456
http://anislestarihasim.blogspot.com/2014/01/pancasila-
sebagai-dasar-pengembangan.html
http://hamdanhusein.blogspot.com/2014/09/pancasila-
sebagai-dasar-nilai.html
MakalahPancasila 79