23
Laporan Praktikum Kimia.Titrasi Asam Basa Nama : Metry Septiany Npm : F1B014030 Kelompok : 3 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI KIMIA UNIVERSITAS BENGKULU 2015

laporan praktikum titrasi asam basa

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Praktikum Kimia.Titrasi AsamBasa

Nama : Metry Septiany

Npm : F1B014030

Kelompok : 3

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI KIMIA

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasilarutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebutdengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasartitrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asambasa.

Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimanasejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selamatitrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titikequivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan darinetralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasiasam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titikequivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulituntuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaangdapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai.Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasitercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator.Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titikequivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapatmemperkecil kesalahan titrasi.

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitusuatu cara atau  metode yang menggunakan larutan yang disebuttitran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret.Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukupuntuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukandisebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik inisering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebutindikator.

Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yangdilakukan berhasil :

1.      Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrtiini disebut larutan standar.

2.      Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yangdianalisis harus diketahui.

3.      Titik stoikhiometri atau titik ekivalen harusdiketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atausangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titikpada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.

4.      Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titikekivalen harus diketahui setepat mungkin.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untukmenganalisis contoh yang mengandung asam.

2. Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedanguntuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri berasal dari bahasayunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalamhubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari(with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasaldari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuranjumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalamjumlah basa atau garam). (Harjadi, W. 1990)

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukankadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini  sejumlahtertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa,atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basatepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asamatau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagidapat ditentukan. (Michael. 1997)

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutanakan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi denganlarutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yangmenyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atausebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S,yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Michael.1997)

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukuptajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bilpH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhirtitrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jikapenitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingantetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 

.pH berubah secara

drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, protonditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air protonbiasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifatreversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH danperubahan warna indikator tergantung secara tidak langsungpada temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)

Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yangsejenis yaitu fenoftalen (PP) dan metil orange (MO).  Haltersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator yanglain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangatjauh dari ekuivalen. (Harjadi, W. 1990)

Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagianbesar  yaitu :(Susanti,1995)

1.   Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asamyang digunakan untuk menentukan basa. Asam yang biasadigunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.

2.  Alkalimeri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dariasidi-alkalimetri karena larutan yang digunakan untukmenentukan asam disini adalah basa.

Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untukmenentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasidalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutamasenyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnyasenyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itusenyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basadalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutanbaku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basadigunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasibiasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asambasa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan sepertipotensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H,1990)

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titerataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan denganmenggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkantiter tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habisbereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warnaindikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitutitik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basaatau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama denganjumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaandimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasiini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhirtitrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhirtitrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Esdi,2011)

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan samadengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagaiberikut (Esdi, 2011)

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas(N) dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagaiberikut:

N asam x V asam = N asam x V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M)dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa,sehingga rumus diatas menjadi:

(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa

Keterangan :N = NormalitasV = VolumeM = Molaritasn = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).

III.METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

- NaOH 0,1 M                                     - Buret 50 mL

- HCl 0,1 M                                         - Statifdab klem

- H2C2O4                                                        - Gelas ukur 25 mLatau 10 mL

- Erlenmeyer                                            -- Indikatorpenolphetalein

- Corong kaca

3.2 Cara kerja

3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M

Mencuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasidan membilas dengan 5 mL larutan NaOH. Memutar kran buretuntuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam buret,selanjutnya mengisi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahidinding buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret.Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam buret sampai skalatertentu. Mencatat kedudukan volume awal NaOH dalam buret.

Proses standarisasi :

-          Mencuci 3 erlenmeyer, pipet 10 Ml, larutan asamoksalat 0,1 M dan memasukkan ke dalam setiap Erlenmeyerdan menambahkan ke dalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetesindicator penophtalein (PP).

-          Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buretsedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yangtidak hilang apabila gelas Erlenmeyer digoyang.

-          Mencatat volume NaOH terpakai

-          Mengulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyerke II dan III.

-          Menghitung molaritas (M) NaOH.

3.2.1 Penentuan konsentrasi HCl

- Mencuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 Mdan memasukkan ke dalam setiap Erlenmeyer

- Menambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetesindicator penolphtalein (PP)

- Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demisedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilangapabila gelas erlenmeyer digoyang.

- Mencatat volume NaOH terpakai

- Mengulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II danIII.

- Menghitung molaritas (M) HCl.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

No ProsedurUlangan Rata-

rataI II III

1 Volume larutan asamoksalat 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL

2 Volume NaOH terpakai 19,8mL 21 mL 18,6

mL19,8mL

3 Molaritas (M) NaOH 0,050 M

0,047M

0,053M

0,050 M

Standarisasi HCl dengan larutan HCl

No ProsedurUlangan

Rata-rataI II III

1 Volume larutan HCl 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL

2 Volume NaOHterpakai

25,4mL 27 mL 23,5 mL 25,3 mL

3 Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasilpercobaan diatas 0.050 M

4 Molaritas (M)larutan HCl 0,039 M

4.2 Perhitungan

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

Ulangan I        V1.M1 = V2.M2

10 . 0,1            = 19,8 . M2

1          = 19,8 . M2

M2       =  1                           = 0,050 M

19,8

Ulangan II           V1 . M1   = V2 . M2

10 . 0,1  = 21 . M2

1            = 21 . M2

M2          =           1                         = 0,047 M

21

Ulangan III                       V1 . M1        = V2 . M2

10 . 0,1  = 18,6 . M2

1                = 18,6 . M2

M2          =           1                         = 0,053 M

18,6

Rata-rata :            V1 . M1   = V2 . M2

10 . 0,1  = 19,8 . M2

1            = 19,8 . M2

M2             =         1                          = 0,050 M

19,8

Standarisasi HCl dengan larutan HCl

Rata-rata    :        V1 . M1   = V2 . M2

10 . 0,1       = 25,3 . M2

M2              =     1                   = 0,039

25,3

PEMBAHASAN

Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan asamoksalat dilakukan dalam tiga kali ulangan dengan proses :

Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10 mLdengan menggunakan gelas ukur 10 mL. Kemudian larutan asamoksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10 mLtersebut dituangkan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi denganindikator penolphetalein sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutanasam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi denganlarutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes,erlemeyer sambil di goyang-goyang hingga larutan asam oksalatyang semula bening berubah menjadi pink atau ungu. Apabilalarutan asam oksalat sudah berubah warna menjadi pink atauungu, maka cepat tutup kran pada buret supaya larutan dalamburet tidak keluar lagi. Langkah selanjutnya menghitungbanyaknya volume NaOH yang terpakai. Pada ulangan I didapatkanvolume NaOH terpakai sebanyak 19,8 mL, catat pada tabellaporan sementara dibagian Ulangan I. Kemudian hitungMolaritas NaOH sebagai berikut :

V1 . M1 = V2 . M2

10 . 0,1            = 19,8 . M2

1          = 19,8 . M2

M2          =                  1                                 = 0,050 M

19,8

Berikutnya ialah mengulangi langkah-langkah diatas sebanyakdua kali, hingga didapatkan pada ulangan II volume NaOHterpakai sebanyak 21 mL

V1 . M1 = V2 . M2

10 . 0,1            = 21 . M2

1          = 21 . M2

M2          = 1/21  = 0,047 M

pada ulangan III didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 18,6mL

V1 . M1 = V2 . M2

10 . 0,1            = 18,6 . M2

1          = 18,6 . M2

M2          =        1                   = 0,053 M

18,6

Sehingga dapat kita cari rata-rata volume NaOH terpakai dengancara :

19,8 mL + 21 mL + 18,6 mL = 19,8 mL

3

Rata-rata Molaritas (M) NaOH adalah :

V1 . M1 = V2 . M2

10 . 0,1            = 19,8 . M2

1          = 19,8 . M2

M2          =        1                   = 0,050 M

19,8

Percobaan yang kedua ialah standarisasi HCl dengan larutan HClyang juga dilakukan dengan tiga kali pengulangan, yang akandibahas sebagai berikut :

Mula-mula kita cuci gelas ukur yang telah kita pakai untukmengukur volume asam oksalat tadi dengan air bersih. Kemudianukur volume larutan HCl dengan menggunakan gelas ukur 10 mLsebanyak 10 mL dan tuangkan ke Erlenmeyer. Kemudian tetesilarutan HCl dengan indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes

menggunakan pipet tetes. Lalu letakkan erlenmeyer tadi dibawahburet yang berisi larutan NaOH dan tetesi sedikit demi sedikitsambil erlenmeyer digoyang-goyang. Lakukan hingga larutan HClyang mulanya benih hingga berubah menjadi pink/ungu. Apabilalarutan HCl sudah berubah warna menjadi pink/ungu, maka cepat-cepat tutup kran pada buret untuk menghindari larutan NaOHmenetes kembali, lalu didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak25,4 mL. Kemudian mengulangi pada percobaan tadi sebanyak duakali hingga didapatkan hasil pada ulangan II volume NaOHterpakai sebanyak 27 mL dan pada ulangan III didapatkan volumeNaOH terpakai sebanyak 23,5 mL. Kemudian menghitung rata-ratavolume NaOH terpakai yaitu :

25,4 mL + 27 mL + 23,5 mL  = 25,3 mL

3

Langkah selanjutnya ialah menghitung Molaritas (M) larutanHCl  dengan rumus :

V1 . M1 = V2 . M2

10 . 0,1            = 25,3 . M2

1          = 25,3 . M2

M2          =         1                       = 0,039 M

25,3

Jadi, nilai rata-rata Molaritas (M) larutan HCl ialah 0,039 M

V. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukandengan mencari volume rata-rata dari larutan NaOH yangdigunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi HCL.

Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkandengan 3 tetes indikator berubah warna dari bening hinggamenjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhihasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangatberhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH(basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisadihitung.

6.2 Saran

Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalammenggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalammelakukan praktikum kali ini kita juga harus memperhatikanketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karenavolume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi HCl.

JAWABAN PERTANYAAN

1.Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titikekivalen

Jawab :

Caranya adalah ketika sudah mendekati titik ekivalen usahakanagar penambahan titernya secara perlahan, apabila perlusetengah tetes, biar tidak melewati titik ekivalen terlalujauh.

2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

Fungsi penambahan indikator penolphtalein untuk mengetahuiterjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasiandengan terjadinya perubahan warna pada larutan.Indikator PPdengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuklarutan basa dimana indikator ini akan merubah warna larutandari bening menjadi merah muda akibat dari perubahan pHlarutan pada saat penitrasian.

Standarisasi Larutan HCl 0,1 N

Penambahan indikator metil orange menyebabkan perubahan warnalarutanmenjadi kuning. Dalam proses titrasi digunakanindikator metil orange yang jangkauannya pada pH 3,1 sampai pH4,4 yang akan memberikan warna kuning. Penambahan indikatorini bertujuan untuk menandai titik ekivalen titrasi yangditandai dengan perubahan warna larutan dari yang awalnyaberwarna kuning menjadi berwarna orange. Warna ini dikarenakanadanya pengaruh ion H+ dari  HCl yang bereaksi dengan indikatormetil oranye dengan reaksi :HInßàH+ + In.

3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidakditambah dengan indikator

Indikator adalah senyawa organik yang dapat berubah warna jikapH larutannya berubah. Jadi, dalam reaksi indikatorphenolptalein menjadi bahan yang sangat penting. Jika dalampercobaan tidak ditambahkan dengan indikator, maka reaksitidak akan berjalan.

4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksidiatas

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

(COOH)       +         2NaOH           >>>     Na2C2O4         +          2H2O

Untuk menstandarisasi larutan NaOh maka dalam percobaan inimenggunkan larutan asam oksalat H2C2O2 sebagai larutanstandarnya. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukandapat diketahui ini merupakan reaksi asidi-alkalimetri asambasa antara asam oksalat dan basa NaOH. Volume asam oksalatyang digunakan untuk titrasi adalah 10 mL. Asam oksalatsebagai sebagai titrant yang diketahui berwarna bening danNaoH sebagai titer yang berwarna bening pula, sebelumdilakukan titrasi kita masukkan 3 tetes indikator PP yangdiketahui berwarna bening kedalam larutan oksalat agar padasaat titrasi dapat terjadi perubahan warna ketika mencapaititik ekuivalen yaitu titik dimana jumlah larutan asam oksalatsama denagn jumlah larutan pada NaOH yang diperlukan untukbereaksi sempurna. Dalam titrasi ini kita menggunakanindikator PP karena fenol phenolptalein itu tergolong asam

yang sangat lemah dalam keadaan terionisasi lebih banyak dandia akan memberikan warna yang terang dan perubahan warnanyalebih mudah untuk diamati.

Standarisai HCl dengan larutan HCl

NaOH                  +     HCl     >>>     NaCl       +       H2O

Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+ dari HCl akanbereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksiini disebut reaksi penetralan. Sementara, Cl- dari HCl akanbereaksi dengan ion Na+ dari NaCl membentuk garam NaCl.

HCl (aq)          +          NaOH (aq)      >>>     NaCl(aq)        +          H2O (I)

Di dalam larutannya, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

H+  (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) >>> Na+ (aq) + Cl- (aq)+ H2O (aq)

Dari reaksi diatas dapat disederhanakan menjadi reaksi ionbersih adalah

H+ (aq)                        +          OH-(aq)          >>>     H2O (aq)

5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutanstandar sekunder

Larutan primer adalah larutan standar yang konsentrasinyadiperoleh dengan cara menimbang. Larutan standar sekumderadalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan caramentitrasi dengan larutan standar primer.

6. Tuliskan sayarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalamsuatu titrasi.

Tidak semua reaksi dapat diperguankan sebagai reaksi titrasi.Untuk itu harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut ;

1.  Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurutpersamaan yang jelas.

2. Reaksi harus cepat dan reversible. Bila tidak cepat,titrasi akan memakan waktu terlalu banyak apalagi menjelangtitik akhir reaksi. Bila reaksi tidak reversible, penentuanakhir titrasi tidak tegas.

3. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator).

4. Larutan baku yang dieraksikan denan analit harus mudahdibuat dan sederhana penanganannya serta harus stabil sehinggakonsentrainya tidak mudah berubah.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga: Jakarta

Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar