26
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak pernah terlepas dari hal pengetahuan dan pengalaman. Dimana pengetahuan didapat dari berbagai sumber seperti lingkungan sekitar ia berada yang dapat dikaji menjadi suatu konsep atau informasi baru yang dapat dipelajari dan memberikan pengalaman bagi suatu individu. Pengetahuan yang dimiliki individu dapat diukur menggunakan penilaian (assesment) dalam bentuk instrumen tertentu yang dirancang dan disesuaikan guna mengetahui seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu selama kurun waktu tertentu.Setelah dilakukan penilaian dan diketahui hasilnya maka dilakukanlah evaluasi yang bertujuan bahwa pengetahuan yang dimiliki tersebut dapat ditingkatkan menjadi memahami bahkan dapat menciptakan suatu hal yang baru lagi. Pada suatu lembaga baik lembaga formal dan nonformal, melakukan kegiatan tersebut merupakan serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik dalam berbagai meta pelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yaitu memberikan pengetahuan, pemahaman kepada peserta didik agar menjadi mahluk hidup yang berguna bagi dirinya dan maupun lingkungan dimana ia berada. Suatu lembaga dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pihak lembaga. Kurikulum betujuan sebagai salah satu aktivitas pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Serangkaian proses yang terjadi tersebut memiliki hubungan uyang saling berkaitan antara kurikulum dalam suatu pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, pengukuran dalam kegiatan pembelajaran, penilaian yang dilakukan menggunakan instrumen tertentu serta evaluasi yang seperti apa untuk menyatakan bahwa suatu pembelajaran tersebut telah berhasil dicapai, terutama dalam mata pelajaran biologi yang pada hakikatnya merupakan salah satu kajian ilmu sains yang selalu dikaji oleh para peneliti baik dibidang keilmuan biologi maupun dibidang pendidikan. Pada makalah ini akan disajikan paparan mengenai

Kurikulum, Pembelajaran, Asesmen, dan Evaluasi Biologi

Embed Size (px)

Citation preview

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak pernah

terlepas dari hal pengetahuan dan pengalaman. Dimana pengetahuan didapat dari

berbagai sumber seperti lingkungan sekitar ia berada yang dapat dikaji menjadi

suatu konsep atau informasi baru yang dapat dipelajari dan memberikan

pengalaman bagi suatu individu. Pengetahuan yang dimiliki individu dapat

diukur menggunakan penilaian (assesment) dalam bentuk instrumen tertentu yang

dirancang dan disesuaikan guna mengetahui seberapa banyak pengetahuan yang

dimiliki oleh seorang individu selama kurun waktu tertentu.Setelah dilakukan

penilaian dan diketahui hasilnya maka dilakukanlah evaluasi yang bertujuan

bahwa pengetahuan yang dimiliki tersebut dapat ditingkatkan menjadi memahami

bahkan dapat menciptakan suatu hal yang baru lagi.

Pada suatu lembaga baik lembaga formal dan nonformal, melakukan

kegiatan tersebut merupakan serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan

oleh peserta didik dan pendidik dalam berbagai meta pelajaran untuk mencapai

suatu tujuan pembelajaran yaitu memberikan pengetahuan, pemahaman kepada

peserta didik agar menjadi mahluk hidup yang berguna bagi dirinya dan maupun

lingkungan dimana ia berada. Suatu lembaga dalam melakukan proses

pembelajaran menggunakan suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh

pemerintah atau pihak lembaga. Kurikulum betujuan sebagai salah satu aktivitas

pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.

Serangkaian proses yang terjadi tersebut memiliki hubungan uyang

saling berkaitan antara kurikulum dalam suatu pembelajaran yang dilakukan oleh

peserta didik, pengukuran dalam kegiatan pembelajaran, penilaian yang dilakukan

menggunakan instrumen tertentu serta evaluasi yang seperti apa untuk

menyatakan bahwa suatu pembelajaran tersebut telah berhasil dicapai, terutama

dalam mata pelajaran biologi yang pada hakikatnya merupakan salah satu kajian

ilmu sains yang selalu dikaji oleh para peneliti baik dibidang keilmuan biologi

maupun dibidang pendidikan. Pada makalah ini akan disajikan paparan mengenai

2

pokok bahasan biologi, kurikulum, pembelajaran, asesmen dan evaluasi dalam

pembelajaran biologi.

B. Tujuan

Adapun tujuan berdasarkan latar belakang masalah di atas sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat menganalisis keterkaitan biologi dan pembelajaran

biologi

2. Mahasiswa dapat menganalisis keterkaitan pengukuran, asesmen dan

evaluasi

3. Mahasiswa dapat menganalisis keterkaitan kurikulum pembelajaran,

asesmen dan evaluasi.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Menganalisis Keterkaitan Biologi dan Pembelajaran Biologi

1. Ruang Lingkup Biologi

Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup dan

logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, biologi diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentang hidup dan kehidupan. Objek dari biologi adalah

semua makhluk hidup, mulai dari tingkat atom, molekul, sel, jaringan, organ,

individu, populasi, ekosistem, sampai bioma.

Pada tingkat molekul, biologi mempelajari berbagai macam struktur dan

ciri molekul yang berperan dalam reaksi penyusunan dan pembongkaran.

Molekul-molekul tersebut saling berhubungan dalam membentuk sel. Sel

bergabung menyusun jaringan dan beberapa jaringan menyusun organ. Sistem

organ bergabung menyusun tubuh makhluk hidup (individu).

Setiap individu saling berhubungan membentuk sekumpulan individu

sejenis yang disebut populasi. Sekumpulan populasi yang saling berhubungan satu

dengan yang lain akan membentuk komunitas. Komunitas dengan lingkungan

abiotik menyusun ekosistem. Gabungan berbagai ekosistem akan membentuk

bioma. Hubungan antarbioma di permukaan bumi akan membentuk biosfer.

Menurut Biological Science Curriculum Study (BSCS), biologi memiliki

objek berupa kingdom (kerajaan), yaitu Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan),

dan Protista (makhluk hidup mirip hewan atau mirip tumbuhan). Seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, objek biologi yang semula hanya dibagi

menjadi 3 kingdom berkembang menjadi 5 kingdom, yaitu Animalia, Plantae,

Fungi, Protista, dan Monera. Bahkan saat ini, makhluk hidup dikelompokkan

menjadi 6 kingdom, yaitu Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archaebacteria,

dan Eubacteria.

Ruang lingkup biologi adalah segala hal yang berkaitan dengan kehidupan,

yang memberikan pengalaman, pengetahuan dari rangsangan yang diitimbulkan

oleh pancaindera. Pengalaman yang ditimbulkan sedikit demi sedikit akan

bertambah dan memberikan jawaban atas segala pertanyaan di benak manusia

yang berkaitan dengan alam dan kehidupan, tidak hanya biologi yang mempelajari

4

tentang alam tetapi juga fisika, kimia dan lainnya yang saling berkaitan secara

psikologi maupun ekonomis. (Sulistyorini, 2009: 14)

Menurut Efendi (2013: 85) Biologi merupakan bagian dari sains yang

memiliki dua dimensi yang bersifat mendasar, yakni dimensi produk dan dimensi

proses. Biologi sebagai dimensi produk merupakan sumber fakta, sumber teori,

sumber prinsip, dan sumber konsep. Biologi sebagai dimensi proses mengandung

keterampilan, nilai dan sikap yang harus dimiliki seseorang atau peserta didik

untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan biologi.

2. Pembelajaran biologi

Menurut Gagne dan Briggs (1979: 3) pengertian pembelajaran sebagai

suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat

internal. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar”. Corey (Sagala, 2009: 61) “Pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran

merupakan subset khusus dari pendidikan”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber

belajar yang memungkinkan untuk mendukung terjadinya proses belajar dalam

situasi tertentu sehingga mempengaruhi tingkah laku agar dapat mencapai suatu

tujuan belajar.

Menurut Wuryadi, dkk (2004) pembelajaran biologi merupakan organisasi

kegiatan yang mengarahkan subyek didik mengalami proses belajar, biologi

sebagai obyek yang dipelajari, dengan cara formal dan non-formal, menggunakan

kurikulum dan hasil belajar terukur. Melalui biologi sebagai alat pendidikan,

subyek didik dapat diantarakan untuk berkembang yang dekat dengan berbagai

kehidupan manusia, digunakan sebagai media yang efektif untuk mengembangkan

kesadaran manusia terhadap posisi dan perannya di alam (positif atau negatif).

5

Menurut Paidi (2012: 16) pembelajaran biologi tidak harus selalu

menggunakan lingkungan sebagai bahan, sumber, dan konteks pembelajaran.

Pembelajaran dalam arti luas mengandung nilai keefektifan yang tinggi, adalah

yang langsung dapat diperoleh dari berbagai sumber, termasuk lingkungan sekitar,

bukan terbatas di dalam kelas. Pembelajaran biologi semestinya tidak hanya

fokus pada aspek pemahaman atau pengertian, akan tetapi sampai pada tingkat

kompetensi, yaitu dapat melakukan, mengerjakan, dapat mempraktikkan,

mengimplementasikan atau menerapkan.

Pembelajaran biologi menekankan pencapaian produk dan proses secara

seimbang. Djohar (Suratsih, 2011: 63) menyatakan bahwa biologi merupakan

salah satu cabang sains terdiri atas prosuk dan proses. Produk biologi berupa

fakta, konsep, teori, dan hukum. Dari segi proses biologi memiliki keterampilan

IPA yang digunakan untuk mengungkap gejala objek dan kejadiannya. Lebih

lanjut keterampilan tersebut meliputi: keterampilan mengamati dengan indera,

menggolongkan atau mengelompokkan, menerapkan konsep atau prinsip,

menggunakan alat dan bahan, berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data,

melakukan percobaan, dan mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

biologi merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pada produk dan proses,

dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, sehingga

membantu siswa dalam memahami objek kajian biologi dan dapat melakukan

kegiatan pembelajaran dengan maksimal.

3. Keterkaitan Antara Biologi dan Pembelajaran Biologi

Dalam belajar biologi di sekolah menganut sistem spiral, dimana dalam

pembelajaran biologi/IPA makin tinggi jenjang sekolahnya, biologi yang

dipelajari makin luas dan mendalam. Persoalan yang dipelajari dari tingkat

sekolah dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi adalah sama, namun kedalamn

dan keluasannya semakin bertambah sejalan dengan semakin tingginya jenjang

pendidikan. (Suratsih, 2011: 64)

Mempelajari biologi juga dapat menambah wawasan bahwa apa yang

terjadi dapat dikaji dengan menggunakan metode ilmiah dalam pelaksanaan

pembelajaran. Membantu seorang guru dalam merancang suatu pembelajaran

6

dengan menggunakan biologi sebagai salah satu kajian keilmuan untu membuat

siswa secara aktif melakukan proses sains (Paidi, 2012: 16)

Keterkaitan biologi dengan pembelajaran biologi tidak terlepas dari peran

seorang guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran. Biologi pada

hakikatnya merupakan bagian dari sains mengkategorikan dua kategori agar suatu

pembelajaran biologi menjadi efektif, adapun pengkategorian pembelajaran yang

efektif sebagai berikut:

a. Pebelajar dan proses pembelajaran

hasil belajar yang merupakan keterlibatan aktif peserta didik

pembelajaran dimulai dengan mengetahui prestasi peserta didik

meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memberikan motivasi

belajar melalui macam-macam arti kata dan simbol lainnya yang

didasarkan pengalaman

Total organisme belajar dalam menanggapi situasi keseluruhan

pembelajaran bervariasi pada individu yang memiliki kemampuan dan

kebutuhan berbeda

b. Guru dan proses pembelajaran

belajar mengajartidak dapat dipisahkan

pengajaran yang efektifmencerminkantujuanguru

perencanaan yang cermatsangat penting untukpengajaran yang efektif

pengajaran yang efektifpada dasarnya memberikan bimbingan yang

baik

pengajaran yang efektifdilakukan secara sengaja, melalui penugasan

Menurut Rustaman (2013: 1) biologi memiliki kekhasan dalam

berpikirnya. Dalam fisiologi atau fungsi, orang mempelajarinya diminta

mengembangkan berpikir sibernetik, sementara dalam sistematika biologi atau

taksonomi dikembangkan keterampilan berpikir logis melalui klasifikasi atau

klasifikasi logis. Berdasarkan pernyataaan tersebut diketahui bahwa dengan

belajar biologi sebagai ilmu dalam suatu pembelajaran dapat membantu peserta

didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis. Alasan lain karena

biologi merupakan suatu ilmu yang memberikan contoh keseharian sebagai suatu

hal yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi di sekolah, menuntut

7

peserta didik dalam pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih aktif dan

menyadari bahwa permasalahan biologi dapat membantu peserta didik dalam

memecahkan suatu permasalahan keseharian tersebut.

Adanya pembelajaran biologi juga membantu peserta didik dalam

mengembangkan sikap ilmiah peserta didik dari melakukan kegiatan biologi

seperti di sekolah melakukan percobaan atau eksperimen, misal peserta didik

melakukan percobaan uji makanan dimana sikap ilmiah menurut Gega (Pata

Bundu, 2006: 140) yang dimunculkan dari kegiatan tersebut adalah rasa ingin

tahu, sikap penemuan, sikap berpikir kritis dan bersikap teguh pendirian. Dari

suatu kegiatan dalam pembelajaran biologi dapat mengetahui dan

mengembangkan sikap ilmiah tersebut.

Demikian diketahui bahwa keterkaitan antara biologi dengan pembelajaran

biologi bagi peserta didik membantu memahami objek kajian biologi sehingga

dapat mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan sikap ilmiah,

memberikan informasi baru, serta membantu peserta didik untuk menyadari

bahwa setiap permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehar-hari

merupakan suatu permasalahan yang dapat dikaji dalam keilmuan biologi dan

dapat dipelajari dalam pembelajaran biologi.

B. Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

Kita sering mendengar istilah pengukuran (measurement), penilaian

(assessment), dan evaluasi (evaluation) pada kehidupan kita sehari-hari, terlebih

lagi bagi orang-orang yang memang berkecimpung di bidang pendidikan. Namun,

pada kenyataannya, sering kali terjadi tumpang tindaih (overlap) dalam

menggunakan ketiga istilah tersebut. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan ada

keterkaitan antara satu sama lainnya.

1. Pengukuran

Semua kegiatan didunia ini tidak bisa lepas dari pengukuran. Keberhasilan

suatu program dapat diketahui melalui suatu pengukuran. Perkembangan ilmu dan

teknologi juga tidak bisa lepas dari pengukuran. Penelitian-penelitian yang

dilakukan dalam semua bidang selalu melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

8

Pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk menggunakan bilangan-

bilangan pada suatu objek tertentu untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada

objek tersebut. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasi-informasi atau data

yang dinyatakan dalam bentuk angkat maupun uraian yang sangat berguna dalam

pengambilan keputusan.

Menurut Mardapi (2008: 2), pengukuran pada dasarnya merupakan

kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sitematik. Penentuan angka ini

merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Dalam

menentukan karakteristik seorang individu, pengukuran yang dilakukan harus

sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil. Pada prinsipnya, alat ukur

yang digunakan harus memiliki bukti kesahihan dan kehandalan.

Kesahihan alat ukur dapat dilihat dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur

seperti yang direncanakan. Kesahihan alat ukur bisa dilihat dari kisi-kisialat ukur.

Kisi-kisi ini berisi tentang materi yang diujikan, bentuk soal, tingkat berpikir yang

terlibat, bobot soal, dan cara penskoran.

Pengukuran merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh

informasi data kuantitatif baik data yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun

uraian yang akurat, relevan, dan dapat dieprcaya terhadap atribut yang diukur

dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.

Pengukuran (measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan

performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka)

sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut

dinyatakan dengan angka-angka. Dengan demikian, pengukuran dalam bidang

pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu.

Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik

atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas,

pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal

dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Menurut Allen (1979: 2) Measurement is the assigning of numbers to

individuals in a systematic way as a means of representing properties of the

individuals. Numbers are assigned to the individuals according to a carefully

prescribe, repeatable procedure. Bahwa pengukuran pada dasarnya merupakan

9

suatu kegiatan penentuan angka bagi individu secara sistematis. Penentuan angka

tersebut adalah suatu usaha untuk menggambarkan kemampuan dari individu

setiap peserta didik. pemberian angka ini diberikan secara hari-hati dan prosedur

yang berulang-ulang.

Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau

atas dasar ukuran tertentu. Misalnya saja mengukur waktu dengan jam, mengukur

suhu dengan termometer, mengukur massa dengan timbangan, mengukur

kecepatan dengan spidometer, mengukur kuat arus listrik dengan ampermeter,

mengukur kemampuan siswa dengan tes dan lain sebagaiknya. Pengukuran yang

bersifat kuantitatif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Pengukuran yang dapat dilakukan bukan untuk menguji sesuatu.

Contohnya pengukuran yang dilakukan oleh tukang kayu untuk membuat

meja, kursi, lemari dan sebagainya.

b. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu. Contohnya

pengukuran untuk menguji daya tahan baterai, pengukuran untuk menguji

kekuatan aspal terhadap tekanan berat dan lain sebagainya.

c. Pengukuran yang digunakan untuk menilai yang dilakukan dengan

menguji sesuatu. Contohnya mengukur kemampuan siswa yang dilakukan

dengan menguji siswa dengan bentuk tes.

2. Penilaian (Assessment)

Salah satu tujuan dari penilaian pada dasarnya adalah untuk menilai

sesuatu. Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Dalam dunia pendidikan, penilaian (assessment) diartikan sebagai

prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi untuk mengetahui taraf

pengetahuan dan keterampilan siswa yang hanya akan digunakan untuk

keperluasn evaluasi (Bambang Subali, 2012:1).

Menilai pada hakikatnya adalah mengambil suatu keputusan terhadap

sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, panjang atau pendek,

pandai atau bodoh, dan lain sebagainya, dimana keputusan itu diambil

berdasarkan apakah sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Penilaian itu sendiri bersifat kualitatif. Hasil pengukuran merupakan landasan

yang terpenting dalam penilaian pendidikan, dan hanya data dari hasil pengukuran

10

yang dapat dijadikan sebagai landasan kuat bagi pengambilan keputusan.

Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai mencakup semua

cara yang digunakan untuk menilai kerja individu. Hasil penilaian tidak hanya

diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau

laporan diri. Penilaian memerlukan data yang baik, sehingga perlu didukung oleh

proses pengukuran yang baik pula. Penilaian berhubungan dengan setiap bagian

dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup

semua proses belajar mengajar.

Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat

hal, yaitu (Mardapi, 2008:6):

a. Penelusuran, yaitu kegiatan yang telah dilakukan untuk menelusuri apakah

proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau

tidak. Pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester

atau tahun pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk

memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar.

b. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-

kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Pendidik

berusaha untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan peserta

didiknya, apa yang telah dikuasainya dan apa pula yang belum.

c. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan

yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Pendidik akan

segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang tmbul selama

proses belajar berlangsung.

d. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian

belajar yang telah dimiliki peserta didik. Hal ini sangat penting bagi

pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh peserta

didik. Hasil penyimpulan ini juga dapat digunakan sebagai laporan hasil

tentang kemajuan belajar peserta didik.

Menurut Mardapi (2008:7) terdapat dua acuan kriteria yang digunakan

dalam melakukan penilaian, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Kedua acuan

ini menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang. Asumsi

yang berbeda akan mengahsilkan informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan

11

acuan yang tepat ditentukan oleh karakteristik bidang studi yang diukur dan tujuan

yang dicapai. Dilihat dari perencanaan tes dan penafsiran hasil tes pengukuran

dalam bidang pendidikan bisa berdasarkan acuan norma atau acuan kriteria.

Acuan norma dan acuan kriteria dalam memilih bahan tes pada prinsipnya tidak

berbeda, namun dalam penafsiran hasil tes yang berbeda. Pemilihan acuan yang

tepat ditentukan oleh karakteristik bidang studi yang akan diukur dan tujuan yang

akan dicapai.

Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan tiap orang itu berbeda.

Perbedaan ini harus ditunjukkan oleh hasil pengukuran, misalnya setelah

mengikuti peajaran selama satu semester, peserta didik dilakukan tes. Hasil tes

tersebut kemudian akan dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat

diketahui posisi seseorang tersebut. Acuan ini digunakan terutama pada tes untuk

seleksi, karena sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk membedakan

kemampuan seseorang. Sedangkan untuk acuan krteria berasumsi bahwa hampir

semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Penafsiran skor

hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Hasil tes dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan, sedangkan tidak

lulus berarti belum bisa melakukan.

Mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik digambarkan pada bagan

berikut:

a. Perencanaan Penilaian

Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi-kisi yang memuat

indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian meliputi pemilihan metode

dan teknik penilaian, serta pemilihan bentuk instrumen penilaian.

b. Pelaksanaan Penilaian

PPeerreennccaannaaaann

PPeenniillaaiiaann

PPeellaakkssaannaaaann

PPeenniillaaiiaann

AAnnaalliissiiss HHaassiill

PPeenniillaaiiaann

TTiinnddaakk llaannjjuutt

HHaassiill

PPeenniillaaiiaann

PPeellaappoorraann

HHaassiill

PPeenniillaaiiaann

12

Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian kepada peserta

didik. Penilaian dilaksanakan dalam suasana kondusif, tenang dan nyaman

dengan menerapkan prinsip valid, objektif, adil, terpadu, terbuka,

menyeluruh, menggunakan acuan kriteria, dan akuntabel.

c. Analisis hasil penilaian

Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap analisis adalah

menganalisis hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu

membandingkan hasil penilaian masing-masing peserta didik dengan standar

yang telah ditetapkan. Untuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik hasil

penilaian masing-masing peserta didik dibandingkan dengan KKM. Analisis

ini bermanfaat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar

peserta didik, serta untuk memperbaiki pembelajaran.

d. Tindak Lanjut

Pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum tuntas

untuk hasil ulangan hariandan memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta

didik yang telah tuntas.

e. Pelaporan Hasil Penilaian

Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil hasil belajar

peserta didik.

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan

kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah

dicapai dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini akan digunakan

untuk perbaikan suatu program. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses

merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Maka setiap kegiatan evaluasi

merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi

atau data, berdasarkan data tersebut kemudian akan dibuat suatu keputusan.

Evaluasi secara singkat juga dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan

informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil

evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan

13

mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik

untuk belajar lebih baik.

Menurut Bambang Subali (2012: 1) menyatakan bahwa evaluasi

merupakan suatu proses yang sistematis yang dilaksanakan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dan efisiensi dari program yang bersangkutan. Dalam hal ini

termasuk di dalamnya untuk mengetahui keberhasilan seluruh subjek belajar

yang menempuh suatu program. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57

ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara

nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-

pihak berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program

pendidikan. Evaluasi yang dimaksud adalah suatu proses yang sistematis yang

dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi dari program

yang bersangkutan.

Evaluasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus menerus dari

setiap program, karena tanpa evaluasi sulit untuk mengetahui kapan, dimana, dan

bagaimana perubahan-perubahan akan dibuat. Evaluasi tidak hanya terbatas dalam

menggambarkan pengertian untuk menggambarkan status seseorangdibandingkan

dengan anggota kelompok lainnya. Tetapi yang lebih penting, evaluasi

dilaksanakan dalam rangka menggambarkan kemajuan yang dicapai oleh

seseorang. Karena itu evaluasi harus dipahami sebagai bagian yang integral dari

penyelenggaraan sebuah program, yang selalu berawal dari pemahaman terhadap

peserta didik.

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa

evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup

dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada

permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program itu dianggap

selesai. Didalam kegiatan evaluasi diperuntukan berbagai informasi atau data

yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data

mengikuti pelajaran, hasil ulangan atau tugas-tugas pekerjaan rumah, nilai ujuan

akhir dan sebagainya.

14

Setiap kegiatan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat

dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tanpa menentukan

atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dahulu, tidak mungkin menilai sejauh

mana pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian

memerlukan suatu kriteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas

ketercapaian objek yang dinilai. Tujuan pengajaran disini merupakan kriteria

pokok dalam penilaian.

4. Prinsip Pengukuran, Asesmen, dan evaluasi

Penialaian dan evaluasi diharapkan mampu menggambarkan keadaan

pembelajaran serta mampu memberikan saran perbaikan pembelajaran yang baik.

Oleh karenanya dalam melakukan asesmen dan evaluasi perlu memperhatikan

beberapa prinsip asesmen dan evaluasi. Adapun prinsip asesmen dan evaluasi

adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Evaluasi

Prinsip penilaian menurut Permendikbud Nomor 66 tahun 2013

tentang standar penilaian menyatakan bahwa: Penilaian hasil belajar peserta

didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Objektif, sesuai standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas

penilai.

2) Terpadu, dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan

pembelajaran, dan berkesinambungan.

3) Ekonomis, efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pelaporannya.

4) Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah

maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif, mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan

kriteria(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang

didasarkanpada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan

15

criteriaketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan

pendidikandengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang

akandicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

Sedangkan prinsip penilaian menurut BSNP (Bambang Subali,

2012:20) untuk pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada standar

penilaian pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah mengqcu

kepada standar penilaian jenjang pendidikan dasar dan menengah. Prinsip

tersebut mencakup:

1) Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan

perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan

agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.

2) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena itu,

dalam rangka meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik

menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap

jawaban peserta didik atas item uraian dan tes praktik atau kinerja.

3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan taua merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender.

Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, sehingga perlu

dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.

4) Terpadu, yakni penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-

benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran yang

diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan

banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan

sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses

pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus

memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pembelajarannya.

5) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

16

berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan prosedur

dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak yang

berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta

dasar penilaian yang digunakan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua

aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang

sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh

karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta

didik melainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar untuk

tujuan pembimbingan dan pembinaan.

7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian

dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip

yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran

agama menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun

silabus dan RPP.

8) Beracuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian

disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain

itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang

telah ditetapkan.

9) Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian

dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian

dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.

b. Prinsip evaluasi

Prinsip evaluasi menurut Cronbach (Bambang Subali, 2012: 16)

adalah sebagai berikut.

1) Kebijaksanaan pendidikan adalah kebijaksanaan pemerintah, sehingga

evaluator harus membantu pemerintah.

2) Evaluasi adalah seni, evaluasi yang baik bukan mengandalkan hasil

penilaian yang tunggal.

17

3) Evaluasi bukan keputusan yang absolut, tujuannya memilihkan

altematif bagi pengambil kebijaksanaan untuk mengambil keputusan.

4) Tidak ada orang yang mampu membuat seluruh pertimbangan dalam

merancang evaluasi dan menafsirkan hasil evaluasi.

5) Evaluator tidak hanya mengacu pada salah satu aliran evaluasi dalam

melaksanakan evaluasi. Metode objektif kuantitatif dan humanistik

kualitatif harus saling melengkapi.

6) Evaluasi sebagai suatu proses harus bersifat kontinyu dan luwes.

7) Evaluator harus mengidentifikasi permasalahan yang berkait dengan

evaluasi.

8) Program pendidikan bukan perlakuan tunggal, maka evaluator harus

melihat bagian dalam proses, antar perlakuan, dan dalam populasi untuk

melihat besarnya pengaruh tindakan yang diberikan.

9) Dalam melakukan evaluasi, aspek psikomotor dan afektif tidak boleh

dikesampingkan

10) Evaluasi formatif dan sumatif harus menjadi satu kesatuan yang utuh,

jadi harus melihat seluruh hasil dari pelaksanaan program.

11) Analisis keseluruhan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

12) Evaluasi harus inferensial, bukan hanya berdasar data tetapi juga

berdasarkan asumsi.

5. Keterkaitan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi

Berdasarkan beberapa pengertian dari pengukuran, penilaian, dan evaluasi

di atas, dapat diketahui bahwa antara ketiga istilah tersebut memiliki hubungan

satu sama lain atau suatu hubungan hierarki. Dimana penilaian mencakup

pengukuran, sedangkan evaluasi mencakup pengukuran dan penilaian. Dalam

kehidupan sehari-hari kita sering terjebak dalam memahami istilah antara

penilaian dan evaluasi. Penilaian dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan,

persamaannya adalah kedua istilah tersebut sama-sama memiliki pengertian

menilai atau menentukan nilai sesuatu yang bersifat kualitatif. Sedangkan,

perbedaan kedua istilah tersebut adalah terletak pada ruang lingkup dan

pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya

terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar.

18

Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup

evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat

dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal.

Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif,

sedangkan penilaian dan evaluasi lebih bersifat kualitatif. Sehingga keterkaitan

antara ketiga istilah diatas adalah dalam evaluasi mencakup kegiatan mengukur

dan menilai, dua kegiatan tersebut dilalui sebelum mengambil keputusan terhadap

sesuatu. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum mengadakan

pengukuran.

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan

antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan evaluasi

(evaluation) bersifat hirarkis. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan

dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,

sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa

perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa setiap

kegiatan evaluasi melibatkan penilaian dan pengukuran. Penilaian berarti menilai

sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan terhadap

sesuatu dengan mendasarkan diri pada ukuran atau kriteria tertentu sedangkan

evaluasi mencakup baik kegiatan pengukuran maupun penilaian.

C. Hubungan Antara Kurikulum Dengan Aktivitas Pembelajaran, Asesmen

Dan Evaluasi

Kurikulum yang merupakan dokumen tertulis berisi rencana dan

pengaturan tentang tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang akan dibelajarkan pada

peserta didik, serta memuat cara yang digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan aktifitas

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam penyelenggaraan

pembelajaran diperlukan suatu penilaian (baik diawal, selama proses maupun

akhir proses pembelajaran) guna mengetahui capaian proses belajar peserta didik,

yang nantinya akan digambarkan melalui hasil belajar peserta didik. hasil belajar

peserta didik ini merupakan dijadikan monitoring dan evaluasi keterlaksanaan

pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran dari evaluasi hasil belajar

peserta didik ini digunakan sebagai pedoman perbaikan dan pemyempunaan

19

perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Sehigga kurikulum, aktifitas

pembelajaran, dan evaluasi memiliki hubungan sinergis. Kurikulum merupakan

suatu program dan pembelajaran merupakan suatu implemenatsi atau operasional

dari sebuah kurikulum, dan dari evaluasi terhadap penilaian pembelajaran dapat

dilakukan monitoring keterlaksanaan kurikulum serta sebagai bahan

penyempurnaan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan disuatu negara.

Setiap mata pelajaran atau mata kuliah memiliki karakteristik yang

spesifik sesuai dengan sifat keilmuannya. Dengan demikian akan dapat

menentukan strategi pembelajaran yang dapat dipilih. Sifat keilmuan itu pula yang

memberi warna pada apa yang patut diperoleh oleh mereka yang

mempelajarainya. Hal ini dapat digunakan sebagai petunjuk penentuan tujuan

yang pantas bagi kurikulum tertentu. (Suratsi, 2011: 35)

Berdasarkan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa dalam mata

pelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu penyesuaian

dari kurikulum yang ada di Indonesia baik itu kurikulum 2013 maupun KTSP.

Kurikulum merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pendidikan

di suatu negara. Kurikulum dijadikan pedoman dalam merencanakan,

melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi proses pendidikan disuatu negara.

Untuk mengetahui hubungan antar kurikulum dengan aktifitas belajar, asssesmen,

dan evaluasi sekiranya kita memahami dahulu pengertian dari kurikulum.

Beauchamp (Nana, 2005: 6) A curriculum is a written document which may

contain many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils

during their enrollment in given school. Menurut Beauchamp bahwa kurikulum

adalah suatu dokumen yang berisi rencana pendidikan atau pengajaran di sekolah.

Sedangkan definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No

29 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasioanal pasal 1 ayat 19 sebagai

berikut kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum dapat dipandang sebagai

dokumen yang berisi tentang perencanaan dan pengaturan pembelajaran dalam

20

proses pendidikan atau kurikulum sebagai seperangkat perencanaan, pengaturan,

dan pedoman penyelenggaraan pendidikan.

Diketahui bahwa kurikulum di Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah

menggunakan dua jenis yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pembaharuan

dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP 2006, kurikulum 2013 dibentuk dengan

tujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 juga

bertujuan agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab

tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk

mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan KTSP 2006 merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat

dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan

KTSP dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi

kelulusan dibawah supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggungjawab

dibidang pendidikan di SD, SMP, SMA dan SMK serta departemen yang

menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk urusan MI, MTs, MA dan

MAK.

Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian

dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian

kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir

pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta

didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata

pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata

pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk

tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah

Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI)

untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal

21

dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara

pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur

dan kegiatan mandiri tidak terstrukturadalah kegiatan pembelajaran berupa

pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik

untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur

ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak

terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut,

penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan

informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui

kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer

(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian

yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal,

penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik

kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan

yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang

melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan

kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu. Tabel berikut

menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata

pelajaran(sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).

22

Tabel 1

Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran

No Kelompok mata

pelajaran Contoh Mata pelajaran Aspek yang dinilai

1 Agama dan akhlak mulia Pendidikan Agama Pengetahuan dan sikap

2 Kewarganegaraan dan

kepribadian

Pendidikan

Kewarganegaraan

Pengetahuan dan sikap

3 Ilmu Pengetahuan dan Matematika Pengetahuan dan sikap

Tenologi Fisika, Kimia, Biologi

Pengetahuan, praktik, dan

sikap

Ekonomi, Sejarah,

Geografi, Sosiologi,

Antropologi

Pengetahuan dan sikap

Bhs Indonesia, bhs Inggris,

bhs Asing lain

Pengetahuan, praktik, dan

sikap

Teknologi Informasi dan

Komunikasi

Pengetahuan, praktik, dan

sikap

4 Estetika Seni Budaya Praktik dan sikap

5 Jasmani, olahraga, dan

kesehatan

Pendidikan jasmani,

olahraga, dan kesehatan

Pengetahuan, praktik, dan

sikap

Penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. PP 19

tahun 2005 Pasal 63 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah untuk kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek), terdiri atas penilaian hasil belajar oleh:

pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

dilakukan secara berkesinambungan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta

didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran. Penilaian ini dilakukan melalui ulangan, penugasan, dan/atau

bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang diujikan. Penilaian hasil

belajar mata pelajaran pada kelompok iptek juga dilakukan oleh satuan

pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah dan oleh pemerintah melalui ujian

nasional.

Penilaian kelompok mata pelajaran iptek untuk SMA dilaksanakan melalui

muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, IPA (fisika, kimia, biologi), IPS

(ekonomi, sejarah, sosiologi, geografi), keterampilan, teknologi informasi dan

komunikasi (TIK), serta muatan lokal yang relevan. Penilaian dalam kelompok

23

mata pelajaran iptek disesuaikan dengan karakteristik tiap-tiap rumpun mata

pelajaran. Berikut ini adalah karakteristik penilaian tiap-tiap rumpun mata

pelajaran yang dimaksudkan.

Penilaian IPA dapat dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran.

Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik,

penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan penilaian

antarteman. Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui

observasi juga penting untuk dilakukan. Data aspek afektif seperti sikap ilmiah,

minat, dan motivasi belajar dapat diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan

penilaian antarteman.

Selanjutnya dalam implementasi kurikulum 2013, penilaian mencakup

penilaian proses, penilaian unjuk kerja, penilaian karakter, penilaian portofolio

dan penilaian ketuntasan belajar.

Cakupan Penilaian di dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI)

dirumuskan menjadi 4 bagian yaitu:

a. KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.

b. KI-2: kompetensi inti sikap sosial.

c. KI-3: kompetensi inti pengetahuan.

d. KI-4: kompetensi inti keterampilan.

Pada tiap materi pokok tertentu akan terdapat rumusan KD untuk masing-

masing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok tertentu, akan selalu muncul 4

KD sebagai berikut:

a. KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran tertentu bersifat

generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok).

b. KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat

relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3

yang berbeda dengan KD lain pada KI-2).

c. KD pada KI-3: aspek pengetahuan

d. KD pada KI-4: aspek keterampilan

Jadi, penilaian yang harus dilakukan adalah mencakup keempat

kompetensi inti tersebut.Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam

bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam

24

rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut

semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian

dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah

pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Kaitan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada

pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi

proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar

benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Untuk melihat

apakah kurikulum berhasil atau tidaknya dapat dilakukan melalui penilaian.

Dengan adanya hasil dari penilaian maka dapat dilakukan evaluasi dalam

kurikulumnya sehingga dalam pembelajaran dapat memberikan masukan pada

penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses evaluasi benar-benar

berjalan dengan baik.

25

III. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian teori mengenai analisis dan keterkaitan antara biologi

sebagai ilmu, pembelajaran biologi, asesmen, evaluasi dan kurikulum diperoleh

kesimpulan sebgai berikut:

1. Biologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan mahluk

hidup dari kompleks hingga sederhana, dengan objek kajian biologi dari

mikroorganisme, hewan, tumbuhan dan manusia, sebagai seorang pebelajar

maka kewajiban untuk mempelajari berbagai bidang ilmu salah satunya

adalah biologi. Dengan mempelajari biologi sebagai salah satu ilmu dalam

pembelajaran biologi diharapkan pebelajar dapat mengetahui apa yang terjadi

pada kehidupan, memberikan pemahaman kepada pebelajar mengenai objek

kajian biologi, membantu pebelajar mengembangkan kemampuan berpikir,

mengembangkan sikap ilmiah, mengajarkan rasa syukur dan kecintaan

dengan apa yang ada disekitarnya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

2. Hubungan antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan

evaluasi (evaluation) bersifat hirarkis. Pengukuran membandingkan hasil

pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil

pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu

perilaku, bisa perilaku individu atau lembaga.

3. Untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil

yang diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun

harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman

di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru,

siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut

sudah ada yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang

maksimal.

26

BIOLOGI, KURIKULUM, PEMBELAJARAN, ASSESMENT

DAN EVALUASI

(Dibuat Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Bambang Subali, M. S.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Ike Selviani (14725251011)

Ela Aritia (14725251012)

Virginnicha Insant G (14725251013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PRGOGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (UNY)

2015