30
i ISSN 0854-3283 Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 BALAI BAHASA BALI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Vol. 28 Nomor 1 Hlm. 1162 Denpasar, Juni 2016 ISSN 0854-3283 Terakreditasi Nomor 714/Akred/P2MI-LIPI/04/2016

KONFLIK DAN KOMPROMI DALAM CERPEN CERPEN BERLATAR BELAKANG KELUARGA DARI ASIA TENGGARA

  • Upload
    unud

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

ISSN 0854-3283

Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28, Nomor 1, Juni 2016

BALAI BAHASA BALI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Vol. 28 Nomor 1 Hlm.

1—162

Denpasar,

Juni 2016

ISSN

0854-3283

Terakreditasi Nomor 714/Akred/P2MI-LIPI/04/2016

ii

Aksara adalah jurnal bahasa dan sastra yang terakreditasi dengan Nomor 714/Akred/P2MI-

LIPI/04/2016 berdasarkan Surat Keputusan Kepela Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) No-

mor 329/E/2016 tanggal 24 Maret 2016 tentang Hasil Akreditasi Majalah Berkala Ilmiah

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Tahun 2016. Masa berlaku mulai April 2016—April

2019.

Penanggung Jawab

Drs. I Wayan Tama, M.Hum.

(Kepala Balai Bahasa Bali)

Pemimpin Redaksi

Puji Retno Hardiningtyas, S.S., M.Hum.

Ketua Dewan Redaksi

Dra. Ni Luh Partami, M.Hum. (Bidang Bahasa, Balai Bahasa Bali)

Anggota Dewan Redaksi

Dra. Ida Ayu Mirah Purwiati, M.Hum. (Bidang Bahasa, Balai Bahasa Bali)

Drs. I Nengah Budiasa, M.Hum. (Bidang Bahasa, Balai Bahasa Bali)

Drs. I Made Budiasa, M.Si. (Bidang Sastra, Balai Bahasa Bali)

I Wayan Nitiyadnya, S.S., M.Hum. (Bidang Sastra, Balai Bahasa Bali)

Mitra Bestari

Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. (Bidang Bahasa, Unud)

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Bidang Sastra, Unud)

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.A. (Bidang Pengajaran, Unnes)

Dr. Luh Anik Mayani, M.Hum. (Bidang Bahasa, Badan Bahasa)

Dr. Pujiarto, M.A. (Bidang Sastra, UGM)

Drs. Puji Santosa, M. Hum. (Bidang Sastra, Badan Bahasa)

Redaksi Pelaksana

I Made Sudiana, S.S., M.Hum.

Sang Ayu Pt. Eny Parwati, S.S., M.Hum.

Penyunting Naskah Ni Nyoman Tanjung Turaeni, S.S., M.Hum.

Wahyu Aji Wibowo, S.S.

Tata Letak

Slamat Trisila, S.S.

Alamat Redaksi

Balai Bahasa Bali

Jalan Trengguli I No. 34, Tembau, Denpasar 80238

Telepon (0361)461714, Faksimile (0361)463656

Pos-el: [email protected]

Laman: www.jurnal-akasara.org dan www.balaibahasaprovinsibali.com

ISSN 0854-3283

Jurnal Bahasa dan Sastra

iii

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena Aksara: Jurnal Ba-

hasa dan Sastra hadir kembali di hadapan sidang pembaca.

Terbitan Aksara Volume 28 Nomor 1, Juni 2016 ini merupakan edisi baru yang tera-

kreditasi oleh LIPI tertanggal 24 Maret 2016. Keputusan Kepala LIPI Nomor 329/E/2016

menetapkan Aksara sebagai majalah ilmiah terakreditasi yang berlaku mulai April 2016—

April 2019 dengan Nomor 714/Akred/P2MI-LIPI/04/2016. Selain itu, ada beberapa peru-

bahan pada edisi ini, yakni kover depan, susunan dewan redaksi, mitra bestari, halaman uca-

pan terima kasih kepada mitra bestari, dan tambahan satu naskah, yang pada terbitan sebe-

lumnya terdiri atas sembilan naskah.

Aksara Volume 28 Nomor 1, Juni 2016 ini ditampilkan sepuluh tulisan di bidang bahasa

dan sastra. Para penulis berasal dari delapan instansi, yakni Badan Pengembangan dan Pem-

binaan Bahasa, Balai Bahasa Kalimantan Barat, Balai Bahasa Bali, Universitas Udayana,

IKIP PGRI Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional, Universitas Muhammadiyah

Mataram, dan SD Negeri 1 Penedagandor, Selong, Lombok Timur. Topik tulisan dalam sajian

pada edisi ini bervariasi. Kesepuluh tulisan yang kami sajikan dalam edisi ini sudah melalui

tahap penyeleksian oleh mitra bestari. Sudah selayaknya semua tulisan ini kami

persembahkan kepada sidang pembaca yang budiman.

Artikel “Konflik dan Kompromi dalam Cerpen-Cerpen Berlatar Keluarga dari Asia

Tenggara” tulisan I Nyoman Darma Putra mengkaji masalah mikro dalam keluarga dan tema

cerita antologi cerpen Matahari di Nusantara dari cerpenis negeri serumpun Asia Tenggara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema yang sama dalam cerita memberikan gambaran

betapa penting kedudukan keluarga sebagai institusi tempat anak mendapat pendidikan, pena-

naman adat, dan tradisi pengembangan diri di masyarakat. Konflik dan kompromi dalam

keluarga yang disuguhkan dalam cerpen tersebut dihadirkan klimaks konflik menggantung

sehingga menantang pembaca untuk mengapresiasi maknanya.

Ida Ayu Laksmita Sari melakukan penelitian terhadap mokashi banashi, cerita rakyat Je-

pang berjudul “Maskulinitas Tokoh Tarō dalam Mukashi Banashi”. Penelitian ini membahas

lima mukashi banashi sehingga ditemukan lima tokoh Tarō, yaitu Momotarō, Kintarō, Ko-

tarō, Sannen Netarō, dan Urashima Tarō yang memiliki ciri fisik maskulin dan sifat bushidō

‘kesatria’. Melalui kelima mukashi banashi ini diketahui pula mengenai fungsi dan unsur-

unsur budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Jepang.

Tulisan berjudul “Adaptasi Novel Ronggeng Dukuh Paruk ke Dalam Film Sang Penari:

Sebuah Kajian Ekranisasi” memaparkan perubahan dan aspek yang memengaruhinya dalam adap-

tasi novel Ronggeng Dukuh Paruk menjadi film Sang Penari yang berbeda konvensi. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dian Nathalia Inda ini menemukan bahwa perubahan terjadi

dari novel Ronggeng Dukuh Paruk ke dalam film Sang Penari meliputi judul, usia tokoh, teknik

penceritaan, latar, tokoh, dan peristiwa. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu

moral, nasionalisme, durasi, penonton, dan komersial.

Penelitian tentang perempuan yang termarginalkan dalam cerpen karya Utuy Tatang Son-

tani dilakukan oleh Nurweni Saptawuryandari. Dalam artikel “Perempuan Yang Termarginal-

iv

kan dalam Cerpen “Menuju Kamar Durhakka” dan “Berita dari Parlemen” Karya Utuy Tatang

Sontani”. Hasil kajian penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran perempuan sebagai

sosok termarginalkan dan selalu mengalami penderitaan dan kesengsaraan dalam kedua

cerpen karya Utuy Tatang Sontani.

Tulisan I Made Budiasa berjudul “Perjuangan Perempuan Mendobrak Ketidakadilan

Gender dalam Cerita “Pan Brengkak”, “Diah Ratna Takeshi”, dan Tempurung” mengemuka-

kan bahwa ketiga cerita tersebut berlatar sosial budaya Bali, menempatkan perempuan men-

jadi tema utama dan sebagai penggerak alur dalam cerita. Kajian feminisme ini membongkar

komplesitas struktur naratif, sistem wacana, dominasi laki-laki, dan ketidakadilan gender.

Irma Setiawan dan Bakri menulis artikel berjudul “Morfem Suprasegmental pada Teks

Pidato Pengunduran Diri Prabowo-Hatta dalam Pilpres Tahun 2014: Kajian Fonologis” me-

maparkan bentuk dan fitur morfem suprasegmental pada teks pidato pengunduran diri

Prabowo-Hatta Pilplres 2014. Korelasi secara fonologis morfem suprasegmental terhadap

produksi makna, situasi, dan ideologi dalam teks pidato yang menunjukkan posisi pembicara

dalam pidato yang disampaikan oleh Prabowo-Hatta.

Kajian tentang representasi peran laki-laki atau perempuan Sasak dalam memilih kosa-

kata, menentukan struktur sintaksis, melakukan kendali interaksional, dan melihat

penggunaan metafora dalam percakapan bahasa Sasak dilakukan oleh Bakri. Artikel berjudul

“Analisis Percakapan Bahasa Sasak dalam Perspektif Gender: Sebuah Kajian Wacana Kritis”

mengunggkapkan bahwa realita motif atau ideologi sikap komunikator dalam perspektif gen-

der dalam masyarakat Sasak memihak pada laki-laki.

Pembicaraan tentang aspek fonologi terjemahan buku resep masakan bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia menjadi objek kajian Kadek Ayu Ekasani. Artikel berjudul “Analisis

Fonologi Pada Terjemahan Buku Resep Masakan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indone-

sia” menyimpulkan bahwa perubahan fonologi yang terjadi pada hasil terjemahan buku resep

masakan, yaitu penguatan bunyi, pelemahan bunyi, apokop, sinkop, epentesis, dan perpaduan

vokal.

“Pergeseran Kosakata Bahasa Bali Ranah Pertanian: Studi Linguistik Kebudayaan”

merupakan artikel tulisan Nengah Arnawa. Fokus penelitian ini adalah pergeseran kosakata

Bahasa Bali pada ranah pertanian dan dampaknya terhadap pelestarian budaya darma pa-

macul ‘kewajiban petani’. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pergeseran kosa-

kata dan budaya pertanian pada aspek peralatan, budaya dan ikatan sosial, proses pengolahan

lahan, perawatan, dan penanganan hasil panen.

Artikel berjudul “Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Bali” ditulis oleh Ni Luh Partami

membahas persoalan pronominal penunjuk Bahasa Bali berkaitan dengan jenis, ciri, dan

pelaku sintaksis pronominal penunjuk dalam Bahasa Bali. Hasil pembahasan menunjukkan

bahwa pronominal penunjuk bahasa Bali berupa bentuk dasar, subtantif, lokatif, deskriptif,

dan temporal dari tataran peran sintaksisnya.

Pengurus jurnal Aksara menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam terbitan ini. Semoga apa yang disajikan dalam jurnal ini dapat bermanfaat

dan memberikan motivasi untuk bekerja keras dan mendatangkan hasil yang lebih baik.

Redaksi

v

UCAAN TERIMA KASIH UNTUK MITRA BESTARI

Redaksi Aksara: Jurnal Bahasa dan Sastra menngucapkan terima kasih kepada mitra

bestari yang telah me-review artikel yang diterbitkan dalam Aksara Volume 28 Nomor 1, Juni

2016. Para mitra bestari adalah sebagai berikut.

Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. (Pakar Fonologi, Universitas Udayana)

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Pakar Sastra Modern, Universitas Udayana)

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.A. (Pakar Pengajaran Bahasa dan Sastra, Universitas

Negeri Semarang)

Dr. Luh Anik Mayani, M.Hum. (Pakar Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa)

Dr. Pujiarto, M.A. (Pakar Sastra Modern, Universitas Gadjah Mada)

Drs. Puji Santosa, M. Hum. (Pakar Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa)

Denpasar, Juni 2016

Dewan Redaksi

vi

ISSN 0854-3283 Volume 28 Nomor 1, Juni 2016

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

Konflik dan Kompromi dalam Cerpen-Cerpen Berlatar Keluarga dari Asia Tenggara

Conflict and Compromise in Short Stories of Families from Southeast Asia

I Nyoman Darma Putra (Universitas Udayana) ............................................................. 1—17

Maskulintas Tokoh Tarō dalam Mukashi Banashi

Masculinity of Tarō Characters in Japanese Folktale “Mukashi Banashi”

Ida Ayu Laksmita Sari (Universitas Udayana) ................................................................ 19—34

Adaptasi Novel Ronggeng Dukuh Paruk ke Dalam Film Sang Penari:

Sebuah Kajian Ekranasi

The Adaptation of Novel Ronggeng Dukuh Paruk Into Sang Penari:

An Ecranization Study

Dian Nathalia Inda (Balai Bahasa Kalimantan Barat) ................................................... 35—50

Perempuan Yang Termarginalkan dalam Cerpen “Menuju Kamar Durhaga” dan “Beri-

ta dari Parlemen” Karya Utuy Tatang Sontani

Marginalized Women in the Short Story “Menuju Kamar Durhaka”

and “Berita Dari Parlemen” By Utuy Tatang Sontani

Nurweni Saptawuryandari (Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa) ........................................................................................................................... 51—64

Perjuangan Perempuan Mendobrak Ketidakadilan Gender dalam Cerita “Pan

Brengkak”, “Diah Ratna Takeshi”, dan Tempurung

Women’s Struggle Breaking the Injustice Gender of "Pan Brengkak",

"Ratna Diah Takeshi", and Tempurung I Made Budiasa (Balai Bahasa Bali) .............................................................................. 65—80

Morfem Suprasegmental pada Teks Pidato Pengunduran Diri Prabowo-Hatta dalam

Pilpres Tahun 2014: Kajian Fonologis

Suprasegmental Morpheme of Texts Resigning Spoken by Prabowo-Hatta

at The Presidential Election 2014: Phonological Study

Irma Setiawan dan Bakri (Universitas Muhammadiyah Mataram dan SD Negeri 1

Penedagandor, Selong, Lombok Timur) ......................................................................... 81—98

Analisis Fonologi Pada Terjemahan Buku Resep Masakan Bahasa Inggris ke Dalam

Bahasa Indonesia

Phonological Analysis on Translation of English Cookbook into Indonesian

Kadek Ayu Ekasani (Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional) .............................. 99—114

vii

Analisis Wacana Kritis dalam Percakapan Bahasa Sasak dari Perpektif Gender

A Critical Discourse Analysis of Sasak Language from the Gender Perspective

Bakri (SD Negeri 1 Penedagandor, Selong, Lombok Timur) ......................................... 115—130

Pergeseran Kosakata Bahasa Bali Ranah Pertanian: Studi Linguistik Kebudayaan

Shift of Balinese Language Vocabulary of Agriculture:

A Study on Anthropological Linguistics

Nengah Arnawa (IKIP PGRI Bali) ................................................................................. 131—146

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Bali

Demonstrative Pronouns of Balinese

Ni Luh Partami (Balai Bahasa Bali) ............................................................................... 147—162

viii

ISSN 0854-3283 Volume 28 Nomor 1, Juni 2016

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh digandakan tanpa izin dan biaya.

DDC 813.899.221

I Nyoman Darma Putra (Universitas Udayana)

Konflik dan Kompromi dalam Cerpen-Cerpen Berla-

tar Keluarga dari Asia Tenggara

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Selain isu-isu makro tentang bangsa, masalah-masalah

mikro dalam kehidupan keluarga juga banyak diangkat

menjadi latar sekaligus tema cerita oleh kalangan

cerpenis negeri serumpun Asia Tenggara, yaitu Singa-

pura, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis konflik dan kompromi

antaranggota keluarga dalam karya cerpenis negeri

serumpun. Data diambil dari cerpen karya penulis

negeri serumpun yang terkumpul dalam antologi Ma-

tahari di Nusantara (2010) yang diterbitkan oleh

Majelis Sastera Asia Tenggara (Mastera). Pengum-

pulan data menggunakan metode pustaka dan teknik

catat, sedangkan metode analisis data menggunakan

metode analisis kritis interpretatif dengan teori inter-

tekstualitas. Hasil pembahasaan menunjukkan bahwa

tema yang sama dalam antologi cerpen Matahari di

Nusantara memberikan gambaran tentang pentingnya

kedudukan keluarga sebagai institusi pendidikan anak,

penanaman adat, dan tradisi pengembangan diri di

masyarakat. Konflik dan kompromi dalam keluarga

yang disuguhkan dalam cerpen tersebut dibiarkan

menggantung sehingga pembaca tertantang untuk

menemukan maknanya.

Kata kunci: konflik, kompromi, tema, cerpen, inter-

tekstual

DDC 813.899.221

I Nyoman Darma Putra (Universitas Udayana)

Conflict and Compromise in Short Stories of Families

From Southeast Asia

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

In addition to macro issues at the national level, mi-

cro problems in family life has also been frequently

presented as setting as well themes of short stories

written by writers in Southeast Asian countries, in-

cluding Singapore, Malaysia, Brunei, and Indonesia.

This article analyzes the conflicts and compromises

between family members which are depicted as the

theme of short stories by writers from Southeast Asia

Literary Council (Mastera: Majelis Sastera Asia

Tenggara). Data were taken from the short story col-

lection Matahari di Nusantara (Sun over the Archi-

pelago, 2010), published by Mastera. Data from the

stories were taken by applying library research tech-

nique and analyzed critically by using theory of inter-

textuality. The research shows that the short stories

included in the anthology Sun over the Archipelago

share common themes about the importance position

of the family as the smallest institution in the nations

where children receive education, observe tradition,

and develop their personality to become their nation

citizenship. Meanwhile, conflict and compromise in

families that are served in the short stories left open

so that it challenges the readers to find their mean-

ings.

Keywords: conflict, compromise, theme, short story,

intertextuality

DDC 813.203.895.6

Ida Ayu Laksmita Sari (Universitas Udayana)

Maskulinitas Tokoh Tarō dalam Mukashi Banashi

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Penelitian ini mengkaji maskulinitas tokoh Tarō dalam

mukashi banashi, cerita rakyat Jepang. Mukashi

banashi yang menjadi objek kajian ini adalah

Momotarō, Kintarō, Kotarō to Haharyū, Sannen Ne-

tarō, dan Urashima Tarō. Pada kelima mukashi

banashi ini terdapat tokoh yang bernama Tarō dengan

peranannya masing-masing. Fokus penelitian ini ada-

lah analisis gambaran tokoh Tarō, fungsi, dan nilai

budaya Jepang yang terdapat dalam mukashi banashi.

Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dan

teori maskulinitas dengan metode deskriptif analisis.

DDC 813.203.895.6

Ida Ayu Laksmita Sari (Universitas Udayana)

Masculinity of Tarō Characters in Japanese

Folktale “Mukashi Banashi”

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

This research examines the masculinity of the Tarō

characters in Japanese folktale, mukashi banashi.

Mukashi banashi which is the object of this research

are Momotarō, Kintarō, Kotarō to Haharyū, Sannen

Netarō, and Urashima Tarō. In these five mukashi

banashi there are characters with one name called

Tarō with various role and attitudes. The focus of the

research is to analyze the description of Tarō figure

in mukashi banashi, its function, and the description

of Japanese cultural value contained in mukashi

banashi. This research used theories of sociology of

ix

Hasil penelitian ini menunjukkan lima tokoh Tarō,

yaitu Momotarō, Kintarō, Kotarō, Sannen Netarō, dan

Urashima Tarō yang memiliki ciri fisik maskulin dan

sifat bushido ‘kesatria’. Namun, terdapat juga bebera-

pa sifat yang sedikit bertentangan dengan konsep

maskulin. Selain itu, melalui kelima mukashi banashi

ini diketahui pula fungsi dan unsur-unsur budaya yang

terdapat dalam cerita rakyat Jepang.

Kata kunci: Tarō, mukashi banashi, budaya Jepang,

maskulinitas

literature and masculinity, by descriptive method of

analysis. The result revealed that five figures of Tarō,

those are Momotarō, Kintarō, Kotarō, Sannen Ne-

tarō, and Urashima Tarō having masculine physical

characteristics and bushidō ‘heroic‘. However, there

are also some properties opposed against the

masculine concept. In addition, through these five

mukashi banashi, it is also known the function and

cultural elements which contained in Japanese

folktale, mukashi banashi.

Keywords: Tarō, mukashi banashi, Japanese culture,

masculinity

DDC 813.203.778.53

Dian Nathalia Inda (Balai Bahasa Kalimantan Barat)

Adaptasi Novel Ronggeng Dukuh Paruk ke Dalam

Film Sang Penari: Sebuah Kajian Ekranisasi

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

merupakan novel yang populer. Karena kepopulerannya,

novel tersebut diadaptasi menjadi film Sang Penari. Adap-

tasi Ronggeng Dukuh Paruk menjadi film Sang Penari

diteliti menggunakan kajian ekranisasi. Penelitian ini ber-

tujuan untuk memaparkan perubahan dan aspek yang me-

mengaruhinya dalam adaptasi novel Ronggeng Dukuh

Paruk menjadi film Sang Penari yang berbeda konvensi.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pustaka

dan observasi dengan teknik catat. Metode analisis data

menggunakan deskriptif komparatif. Sumber data yang

digunakan adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk dan film

Sang Penari. Hasil analisis menunjukkan bahwa peru-

bahan yang terjadi meliputi judul, usia tokoh, teknik pen-

ceritaan, latar, tokoh, dan peristiwa. Perubahan tersebut

dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu moral, nasional-

isme, durasi, penonton, dan komersial.

Kata Kunci: perubahan, adaptasi, ekranisasi, Ronggeng

Dukuh Paruk, Sang Penari

DDC 813.203.778.53

Dian Nathalia Inda (Balai Bahasa Kalimantan Barat)

The Adaptation of Novel Ronggeng Dukuh Paruk

Into Sang Penari Film: An Ecranization Study

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Ronggeng Dukuh Paruk is a popular novel by Ahmad

Tohari. The popularity of Ronggeng Dukuh Paruk has

been adapted into a movie, Sang Penari. The adaptation

of novel Ronggeng Dukuh Paruk into Sang Penari is stud-

ied by ecranization study. The research describes the

changes that occurs as a result of adaptation of Rong-

geng Dukuh Paruk into Sang Penari and aspects those

influence it. The method used is descriptive comparative.

The data are taken from the Ronggeng Dukuh Paruk

novel and Sang Penari film. The analysis results showed

the changes include the title, age, setting, story telling

techniques, events, and character. These changes influ-

enced by moral, nationalism, duration, audience, and

commercial aspect.

Keywords: changes, adaptation, ecranization, Ronggeng

Dukuh Paruk, Sang Penari

DDC 813.203.889.221

Nurweni Saptawuryandari (Pusat Pembinaan, Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)

Perempuan Yang Termarginalkan dalam Cerpen

“Menuju Kamar Durhaka” dan “Berita dari Parlemen”

Karya Utuy Tatang Sontani

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Utuy Tatang Sontani menggambarkan sosok perempu-

an yang termarginalkan dalam cerpennya “Menuju

Kamar Durhaka” dan “Berita dari Parlemen”, dengan

cara menganalisis sikap, ucapan, dan tindakan yang

dialami dan dilakukan tokoh perempuan. Kedua cerpen

tersebut menggambarkan tokoh perempuan yang men-

galami kesengsaraan dan kesialan. Pengumpulan data

DDC 813.203.889.221

Nurweni Saptawuryandari (Pusat Pembinaan, Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)

Marginalized Women In The Short Story “Menuju

Kamar Durhaka” and “Berita Dari Parlemen” By

Utuy Tatang Sontani

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

This research aims to find out how Utuy Tatang Son-

tani depict marginalized women in the short story,

entitled “Menuju Kamar Durhaka” and “Berita dari

Parlemen” by describing the attitudes, words, and

actions are experienced and do female characters. In

both short stories, Utuy Tatang Sontani describe little

people who are typically the female characters are

always experiencing misery and misfortune. The data

x

dilakukan dengan studi pustaka. Data dianalisis

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian

ini memaparkan tokoh perempuan yang mengalami

keterpurukan dan kesengsaran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa cerpen “Menuju Kamar Durhaka”

dan “Berita dari Parlemen” menggambarkan perempu-

an sebagai sosok yang termarginalkan dan selalu men-

galami penderitaan.

Kata Kunci: perempuan, penderitaan dan keseng-

saraan, marginal, feminisme

collection is done by literature. The method used is a

qualitative descriptive article describes based on the

content of literary works, depicting a female charac-

ter, which is always going through adversity and

misery. The results prove that the short story and the

ungodly “Menuju Kamar Durhaka” and “Berita dari

Parlemen” depict women as a highly marginalized

and always suffering.

Keywords: woman, suffering and misery, an margin-

alized, feminism

DDC 813.203.899.2238

I Made Budiasa (Balai Bahasa Bali)

Perjuangan Perempuan Mendobrak Ketidakadilan

Gender dalam Cerita “Pan Brengkak”, “Diah Ratna

Takeshi”, dan Tempurung

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Isu perlawanan gender terhadap hegemoni laki-laki,

sistem patriarki, sistem feodal, dan kawin paksa sering

mewarnai karya sastra, baik sastra tradisional maupun

modern. Terjadinya perlawanan kaum perempuan itu

dalam karya sastra tidak terlepas dari kondisi masyara-

kat Bali yang masih diwarnai arogansi elite, struktur

status, dan kelas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap bentuk perjuangan kaum perempuan da-

lam mendobrak ketidakadilan gender yang dialaminya

dan implikasi positif dari perjuangan itu. Sumber data

adalah cerita rakyat “Pan Brengkak”, lakon wayang

kulit “Diah Ratna Takeshi”, dan novel Tempurung.

Ketiga cerita itu menggambarkan perjuangan kaum

perempuan dalam mencari identitas hidup dengan

mendobrak hegemoni laki-laki, sistem patriarki,

feodal, dan kawin paksa. Pengumpulan data

menggunakan metode studi pustaka dengan teknik

catat. Analisis data menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa ben-

tuk perlawanan yang dilakukan oleh kaum perempuan

dalam memperjuangan keadilan gender pada ketiga

cerita itu adalah perlawanan terhadap dominasi laki-

laki, penentangan terhadap sistem feodal, dan pe-

nolakan terhadap sistem perjodohan. Perjuangan itu

berimplikasi positif dalam menumbuhkan jiwa per-

empuan pekerja keras, bertanggung jawab, dan pem-

berani.

Kata kunci: perjuangan, perempuan, gender, ketid-

akadilan, feminisme

DDC 813.203.899.2238

I Made Budiasa (Balai Bahasa Bali)

Women’s Struggle Breaking The Injustice Gender of

"Pan Brengkak", "Ratna Diah Takeshi", And Tem-

purung

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

The issues of gender resistance against the hegemony

of man, patriarchal, feudal system, and forced mar-

riages are often illustrated in the literary, both tradi-

tional and modern literature. The occurrence of

women’s resistance in the literature is inseparable

from conditions which still marked the Balinese elite

arrogance, structural status, and social class. This

research aims to reveal the form of the women’s

struggle in breaking the gender inequalities experi-

enced and the positive implications of the struggle.

The data source is folklore "Pan Brengkak", "Diah

Ratna Takeshi", and Tempurung. The three stories

that illustrates the women’s struggle in searching of

an alive identity by breaking the hegemony of man,

patriarchal, feudal, and forced marriage. The data

Collecting using literary review by note taking tech-

niques. The data are analyzed by descriptive qualita-

tive method. The result of discussion showed that the

forms of resistance carried out by the women’s

struggle for gender equity at the three of the stories

are the resistance to man’s dominance, the opposite

of feudal system, and the rejection of the matchmak-

ing system. The struggle has a positive impact in

growing the hardworking women spirit, responsible,

and brave.

Keywords: struggle, women, gender, inequality, fem-

inism

DDC 414.1.808.5

Irma Setiawan dan Bakri (Universitas Muhammadiyah

Mataram, SD Negeri 1 Penedagandor, Selong,

Lombok Timur)

Morfem Suprasegmental pada Teks Pidato

Pengunduran Diri Prabowo-Hatta dalam Pilpres Tahun

2014: Kajian Fonologis

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

DDC 414.1.808.5

Irma Setiawan, Bakri (Universitas Muhammadiyah

Mataram, SD Negeri 1 Penedagandor, Mataram)

Suprasegmental Morpheme of Texts Resigning Spo-

ken by Prabowo-Hatta at The Election in 2014:

Fonology Critics Study

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

xi

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 merupakan ajang

lima tahunan sekali yang diselenggarakan untuk mem-

ilih presiden dan wakil presiden di Indonesia. Pemili-

han diharapkan berlangsung secara demokratis berfal-

safahkan Pancasila. Namun, dalam praktiknya terjadi

berbagai gejolak, sehingga mengarah pada situasi so-

sial politik yang kurang kondusif. Kondisi ini me-

nyebabkan pasangan nomor urut satu Prabowo-Hatta

mengundurkan diri dari proses perhitungan suara

Pilpres 2014. Situasi ini menjadi fenomena yang

menarik untuk ditelaah, khususnya bahasa verbal pida-

to pengunduruan diri Prabowo-Hatta. Rumusan masa-

lah pada penelitian ini terfokus pada bentuk dan fitur

morfem suprasegmental pada teks pidato pengunduran

diri Prabowo-Hatta dari Pilpres 2014. Tujuan

penelitian untuk mendeskripsikan bentuk dan fitur

morfem suprasegemntal pada teks pidato pengunduran

diri Prabowo-Hatta dari Pilpres 2014. Teori yang di-

pergunakan berupa analisis fonologi kewacanaan yang

dikombinasikan dengan analisis wacana kritis (AWK)

untuk mencermati intonasi, tekanan, durasi, dan aksen

tertentu yang memuat makna terselubung. Metode

penelitian yang dipergunakan dengan pendekatan

deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan

dengan metode simak dan catat serta menggunakan

piranti lunak Speech Analyzer (SA) sebagai penentu

frekuensi suara dan ELAN sebagai penentu lokasi wak-

tu tuturan dalam pidato. Penganalisisan data dilakukan

dengan tahap reduksi, tahap penyajian, dan tahap

penyimpulan/verifikasi. Penganalisisan data dilakukan

dengan deskripsi kualitatif-kuantitatif. Data disajikan

secara formal dan informal. Hasil penelitian diperoleh

korelasi secara fonologis morfem suprasegmental ter-

hadap produksi makna, situasi, dan ideologi dalam teks

pidato yang menunjukkan posisi pembicara dalam pi-

dato yang disampaikan.

Kata Kunci: teks, morfem suprasegmental, fonologi

kritis

Presidential election (2014) was the seventh election

held in Indonesia for choosing precident and vice

precident. It was hoped that this election run well-

organized democratically based on the philosophy of

Pancasila. On the contrary of the fact that there was

a little political accident, so the couple of candidates,

Prabowo-Hatta, was resigned consiously during

counting the result. This situation was a big fenome-

na for analysing his speach. The problem of this re-

seach was focusing on the form and meaning of seg-

mental morpheme from his text of speach. The pur-

pose of this reseach was to describe the form and

meaning of segmental morpheme found on the speach

text of Prabowo-Hatta at the election of 2014. This

research used the fonological discourse analysis

combining with Critical Discourse Analysis (CDA)

for analysing intonation, stress, duration, accent

which consisted of hidden massages. The method of

this research was a qualitative descriptive approach.

The data would be gotten by recording and keeping

the data and be compiled by Speech Analyzer (SA)

and ELAN. The process of data analyzing was redu-

tion, presentation, and verivication/conclution of

data. The kind of data was in the form of quantitave-

quantitative descriptive, and presented as a formal

and informal way. The result of this research was the

correlation fonologically of suprasegmental mor-

pheme to the meaning productions, situation, indeo-

logies in the speach text which are able to note the

position of speaker based on the speach given.

Keywords: text, suprasegmental morpheme, phonol-

ogy critics

DDC 414.1.21

Kadek Ayu Ekasani (Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Internasional)

Analisis Fonologi Pada Terjemahan Buku Resep

Masakan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Analisis penelitian ini difokuskan pada aspek fonologi

terjemahan buku resep masakan bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui perubahan fonologi yang terjadi pada

terjemahan buku resep. Metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data penelitian adalah (1) metode

simak, dan (2) metode deskriptif-komparatif. Metode

pengumpulan data dianalisis dengan teori linguistik,

Schane (1973) untuk menganalisis perubahan bunyi

yang terjadi pada terjemahan buku resep masakan

bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hasil

DDC 414.1.21

Kadek Ayu Ekasani (Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Internasional)

Phonological Analysis on Translation of English

Cookbook Into Indonesian

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Analysis of this study is focused on phonological

analysis on translation English cookbook into Indo-

nesian. The purpose of this study is in the phonologi-

cal changes that occur in the translation of the cook-

book. Phonological changes that occur are vowel

fronting, vowel weakening, apocope, syncope, epen-

thesis, and vowel dissimilation. The methods that are

used to collect data are observation, and descriptive-

comparative method. . The collected data were ana-

lyzed by using theory of linguistics, Schane (1973) to

analyze the sound changes that occur in the transla-

xii

penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan

fonologi yang terjadi pada hasil terjemahan buku resep

masakan, yaitu penguatan bunyi [ʊ]→[u], [ɪ]→[i],

[ǝ]→[u], pelemahan bunyi [i]→[ǝ] dan [ǝ]→[a],

apokop, sinkop, epentesis, dan perpaduan vokal.

Dengan demikian, perubahan bunyi yang terjadi

menunjukkan bahwa adanya penyesuaian dengan

pelafalan penutur bahasa Indonesia menjadi lebih

sederhana dan mudah diucapkan.

Kata kunci: perubahan fonologi, buku resep masakan

tion English cookbook into Indonesian. The result

indicates that phonological changes occurred in

translation English cookbook into Indonesian, those

are vowel fronting [ʊ]→[u], [ɪ]→[i], [ǝ]→[u],

vowel weakening [i]→[ǝ] and [ǝ]→[a], apocope,

syncope, epenthesis, and vowel dissimilation. Thus,

the sound changes that occur indicate that an ad-

justment to the Indonesian speaker pronunciation

becomes more simple and easy to pronounce.

Keywords: phonological changes, cookbook

DDC 401.41.499

Bakri (SD Negeri 1 Penedagandor, Selong, Lombok

Timur)

Analisis Percakapan Bahasa Sasak Dalam Perspektif

Gender: Sebuah Kajian Wacana Kritis

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Percakapan kerap digunakan sebagai media untuk

mentransfer ideologi para penutur, baik laki-laki mau-

pun perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan representasi peran laki-laki atau per-

empuan Sasak dalam memilih kosakata, menentukan

struktur sintaksis, melakukan kendali interaksional,

dan melihat penggunaan metafora dalam percakapan

bahasa Sasak. Teori yang digunakan adalah teori

wacana kritis model Norman Fairclough dan dilengka-

pi dengan teori Teun A. Van Dijk. Pengumpulan data

dilakukan dengan metode simak dan cakap (wa-

wancara), observasi, dan dokumentasi. Data diperoleh

dari tuturan pemuda dan pemudi Sasak. Data yang

terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuali-

tatif untuk membuat deskripsi secara sistematis, terke-

lompok (kategori), dan terpola. Hasil penelitian

disajikan dengan metode formal dan informal. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa realita motif atau

ideologi sikap komunikator dalam perspektif gender

dalam masyarakat Sasak memihak pada laki-laki. Hal

itu kerap menimbulkan persinggungan fisik-psikis,

seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT), dan budaya kawin cerai.

Kata kunci: gender, percakapan, bahasa Sasak, waca-

na kritis

DDC 401.41.499

Bakri (SD Negeri 1 Penedagandor, Selong, Lombok

Timur)

The Analysis of Sasak Language from The Gender

Perspective:

a critical discourse analysis

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Conversations is often used as medium to transfer the

ideology of speaker, both male and female. The re-

search aims to describe the representation role of

Sasak male and female in vocabulary choice, deter-

mine the syntax structure, to conduct interactional

control, and the use of metaphors in Sasak conversa-

tion. The theory that used is Norman Fairclough crit-

ical discourse model supported by Teun A. Van

Dijk’s theory. The data collection is done by the ob-

servation, interview, and documentation method.

Data is obtained from utterance of Sasak teenagers.

The data were analyzed by qualitative descriptive

method which purposed to make systematic, catego-

rized, and patterned description. The result is pre-

sented formal and informal method. The result repre-

sents that the motive realities or ideological attitude

communicator roles of Sasak in perspective gender is

fixed to male. It often occurs physical-psychic fric-

tion, such as sexual harassment, domestic abuse, and

even divorce habits.

Keywords: gender, conversation, Sasak language,

critical discourse

DDC 418.499.2238

Nengah Arnawa (IKIP PGRI Bali)

Pergeseran Kosakata Bahasa Bali Ranah Pertanian:

Studi Linguistik Kebudayaan

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

Fokus penelitian ini adalah pergeseran kosakata bahasa

Bali pada ranah pertanian dan dampaknya terhadap

pelestarian budaya darma pamacul ‘kewajiban petani’.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi empirik

bahwa telah terjadi perubahan tatacara petani dalam

pengolahan lahan. Perubahan tersebut berdampak pada

DDC 418.499.2238

Nengah Arnawa (IKIP PGRI Bali)

Shift of Balinese Language Vocabulary of Agricul-

ture: A Study on Antrophological Linguistics

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

The research focus was shifting of Balinese language

vocabulary in the domain of agriculture and its im-

pact on cultural preservation of dharma pamacul 'the

obligation of farmers’. This research was underlined

by an empirical condition that there has been a

change in the procedure of farmers in land

xiii

pergeseran kosakata yang berimplikasi pada perubahan

budaya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk

memetakan pergeseran kosakata bahasa Bali ranah

pertanian dan kaitannya dengan dinamika budaya

lokal. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini

berpijak pada teori linguistik kebudayaan dan

makrosemantik. Penelitian ini dirancang dalam desain

kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode cakap

dengan para petani subak basah dan kering di

Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Informan

diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dan kelompok

umur. Berdasarkan prosedur penelitian tersebut

terungkap bahwa telah terjadi pergeseran kosakata dan

budaya pertanian pada aspek: peralatan, budaya dan

ikatan sosial, proses pengolahan lahan, perawatan

tanaman dan penanganan hasil panen. Pergesaran

kosakata ranah pertanian tersebut berdampak pada

kegagalan anak-anak petani memahami metafora yang

sering digunakan dalam wacana berbahasa Bali.

Kata kunci: kosakata, darma pamacul, linguistik

kebudayaan, makrosemantik

processing. Such changes have an impact on vocabu-

lary shift which leaded in an implication for the cul-

ture change. In particular, this study aimed at

mapping the shift in Balinese lenguage vocabulary of

agriculture domain and its relation to the dynamics

of the local culture. To achieve these objectives, this

study was undertaken based on the theory of

anthropological linguistics and macrosemantics. This

study was designed in a qualitative design. Data were

collected through interviews method with farmers of

subak sawah and abian in Tabanan and Buleleng.

Informants were classified by sex and age group.

Based on the research procedure, it revealed that

there has been a shift in vocabulary and cultural as-

pects of agriculture in: equipment, cultural and soci-

eties, the process of land processing, plant mainte-

nance and handling of crops. Vocabulary shift in the

agricultural sphere resulted in the failure of children

of farmers to understand the metaphor that is often

used in the Balinese language discourse.

Keywords: vocabulary, darma pamacul, linguistic

culture, macrosemantic

DDC 415.5.499.2238

Ni Luh Partami (Balai Bahasa Bali)

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Bali

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor 1,

Juni 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pro-

nomina penunjuk bahasa Bali yang berkaitan dengan

(a) jenis, (b) ciri-ciri, dan (c) perilaku sintaksis. Teori

yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teori lin-

guistik struktural yang memandang bahasa itu sebagai

unit-unit yang tersusun dalam sebuah struktur. Data

bersumber pada data lisan dan tulisan. Sumber lisan

diperoleh melalui wawancara dan sumber tulisan me-

lalui cerita rakyat Bali, Kamus Bali--Indonesia, dan

Tata Bahasa Baku Bahasa Bali. Pengumpulan data

menggunakan metode wawancara dengan teknik simak

dan catat. Data yang telah terkumpul kemudian diana-

lisis dengan metode agih dengan teknik substitusi.

Hasil analisis disajikan dengan metode formal dan

informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pro-

nomina penunjuk bahasa Bali dapat berupa bentuk

dasar. Jika dilihat berdasarkan peran sintaksis, pro-

nomina penunjuk bahasa Bali dapat berperan substan-

tif, lokatif, deskriptif, dan temporal. Dalam tataran

kalimat pronomina penunjuk bahasa Bali dapat men-

gisi fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Kata kunci: pronomina penunjuk, sintaksis, bahasa

Bali

DDC 415.5.499.2238

Ni Luh Partami (Balai Bahasa Bali)

Demonstrative Pronouns of Balinese

Aksara, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 28 Nomor

1, Juni 2016

This research aims to describe Balinese demonstra-

tive pronouns related to (a) types, (b) feature, and (c)

syntactical rules. The theory used in this research is

structural linguistic theory which observes language

as units compiled or a structure. The source of data

is oral and written. The oral source taken from inter-

view and the written data from Balinese folktale, Ba-

linese-Indonesian dictionary, and Balinese grammar.

The data is collected by interviewing and using ob-

serves and record technique. Data is analyzed by

distribution method and substitution technique. The

result is described by formal and informal method.

The result shows that the Balinese demonstrative

pronouns can be basic form. According to syntacti-

cally, the Balinese demonstrative pronouns can be

substantive, locative, descriptive, and temporally

roles. In syntactically the Balinese demonstrative

pronouns as a subject, predicate, object, and com-

plement functions.

Keywords: demonstrative pronouns, syntax, Balinese

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 1

KONFLIK DAN KOMPROMI DALAM CERPEN-CERPEN

BERLATAR KELUARGA DARI ASIA TENGGARA

CONFLICT AND COMPROMISE IN SHORT STORIES OF FAMILIES

FROM SOUTHEAST ASIA

I Nyoman Darma Putra

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Jalan Pulau Nias No. 13 Denpasar, Bali, Indonesia

Pos-el: [email protected]

Naskah diterima: 5 April 2016; direvisi: 10 Mei 2016; disetujui: 18 Juni 2016

Abstrak

Selain isu-isu makro tentang bangsa, masalah-masalah mikro dalam kehidupan keluarga

juga banyak diangkat menjadi latar sekaligus tema cerita oleh kalangan cerpenis negeri

serumpun Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis konflik dan kompromi antaranggota keluarga dalam karya

cerpenis negeri serumpun. Data diambil dari cerpen karya penulis negeri serumpun yang

terkumpul dalam antologi Matahari di Nusantara (2010) yang diterbitkan oleh Majelis

Sastera Asia Tenggara (Mastera). Pengumpulan data menggunakan metode pustaka dan

teknik catat, sedangkan metode analisis data menggunakan metode analisis kritis interpre-

tatif dengan teori intertekstualitas. Hasil pembahasaan menunjukkan bahwa tema yang

sama dalam antologi cerpen Matahari di Nusantara memberikan gambaran tentang pent-

ingnya kedudukan keluarga sebagai institusi pendidikan anak, penanaman adat, dan tradisi

pengembangan diri di masyarakat. Konflik dan kompromi dalam keluarga yang disuguhkan

dalam cerpen tersebut dibiarkan menggantung sehingga pembaca tertantang untuk

menemukan maknanya.

Kata kunci: konflik, kompromi, tema, cerpen, intertekstual

Abstract

In addition to macro issues at the national level, micro problems in family life has also

been frequently presented as setting as well themes of short stories written by writers in

Southeast Asian countries, including Singapore, Malaysia, Brunei, and Indonesia. This ar-

ticle analyzes the conflicts and compromises between family members which are depicted

as the theme of short stories by writers from Southeast Asia Literary Council (Mastera:

Majelis Sastera Asia Tenggara). Data were taken from the short story collection Matahari

di Nusantara (Sun over the Archipelago, 2010), published by Mastera. Data from the sto-

ries were taken by applying library research technique and analyzed critically by using

theory of intertextuality. The research shows that the short stories included in the anthology

Sun over the Archipelago share common themes about the importance position of the family

as the smallest institution in the nations where children receive education, observe tradi-

tion, and develop their personality to become their nation citizenship. Meanwhile, conflict

and compromise in families that are served in the short stories left open so that it challenges

the readers to find their meanings.

Keywords: conflict, compromise, theme, short story, intertextuality

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 2

PEDAHULUAN Institusi keluarga merupakan salah satu

arena yang banyak diangkat sebagai set-

ting cerita oleh para pengarang cerita pen-

dek (cerpen) negeri serumpun Asia

Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Bru-

nei, dan Indonesia. Yang dimaksud

dengan institusi keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri

atas orang tua dan anak yang pola relasi

dan interaksinya ditentukan oleh nilai-

nilai masyarakatnya. Interaksi mereka,

seperti dilukiskan para cerpenis,

umumnya terjadi di rumah (dunia domes-

tik), tetapi bisa juga di luar rumah (dunia

publik) atau keduanya.

Pemunculan secara berulang lem-

baga keluarga sebagai latar cerita bisa

dilihat dari cerpen-cerpen yang ditulis

cerpenis dari negeri serumpun yang ter-

himpun dalam dua antologi terbitan Pusat

Bahasa (Badan Bahasa), yaitu Dari ‘Pem-

buru’ ke ‘Terapeutik’ (2005) dan Ma-

tahari di Nusantara (2010). Antologi per-

tama memuat tiga puluh cerita, sedangkan

buku kedua memuat dua puluh cerita.

Selain dunia keluarga, latar yang menjadi

lokasi cerita adalah dunia kerja (kantor),

alam (gunung, bukit), atau ruang publik

yang tidak terlalu spesifik.

Fenomena pemunculan secara beru-

lang lembaga keluarga sebagai arena

cerita menunjukkan pentingnya posisi

keluarga dalam kehidupan masyarakat di

Asia Tenggara. Fenomena itu juga mem-

buktikan bahwa potensi inspiratif arena

keluarga untuk membangun struktur cerita

terutama konflik antara orang-orang yang

seharusnya hidup rukun karena sama-

sama sebagai anggota keluarga. Melalui

konflik antartokoh cerita dalam konteks

keluarga, cerpenis bisa membahas

berbagai aspek kehidupan, mulai dari ma-

salah-masalah domestik sampai dengan

isu-isu sosial budaya yang tidak henti-

hentinya menjadi topik wacana publik.

Penelitian ini membahas konflik dan

kompromi antaranggota keluarga yang di-

angkat sebagai tema cerita oleh cerpenis

negeri serumpun. Hal ini merupakan

kajian awal yang dipusatkan pada be-

berapa karya dalam antologi Matahari di

Nusantara (2010) berdasarkan latar cerita.

Analisis difokuskan pada konteks jenis

dan cara tema-tema konflik dan kompromi

di arena keluarga dilukiskan, serta hub-

ungan tema tersebut dengan konteks sosial

masyarakatnya. Analisis terhadap cerpen

akan dilakukan dengan melihat hubungan

antara teks-teks cerpen dengan teks-teks

sosial budaya lainnya yang relevan. Teori

yang digunakan adalah intertektualitas

dengan cara melihat kaitan antara satu teks

dan teks lainnya yang potensial memiliki

persamaan, terlepas dari ada tidaknya

pengaruh langsung atau tidak langsung.

Salah satu konsensus dalam kritik

sastra dengan paradigma lama adalah

bahwa sebuah teks memiliki makna yang

tersembunyi di antara kata dan ungkapan

yang menjadi mediasinya. Tugas pembaca

atau kritikus sastra untuk menemukan

makna teks dari dalam teks itu sendiri.

Teks dianggap memiliki otonomi, bersifat

mandiri, bebas dari pengaruh teks lain. Se-

baliknya, paradigma baru menyebutkan

bahwa teks tidak bersifat otonom, mak-

nanya bergantung dari relasinya dengan

teks-teks lain. Dalam bukunya Intertextu-

ality yang merupakan seri dari ‘The New

Critical Idiom’, Allen (2000, hlm. 1) ber-

pendapat:

Texts, whether they be literary or non-

literary, are viewed by modern theorists

as lacking in any kind of independent

meaning. They are what theorists now

call intertextual.

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 3

Dengan mengikuti pandangan penga-

nut teori modern itu, Allen menegaskan

bahwa teks, baik itu teks sastra maupun

nonsastra, kurang memiliki makna man-

diri. Absennya otonomi teks itu mengindi-

kasikan bahwa teks bersifat intertekstual,

memiliki hubungan dengan teks-teks lain.

Paradigma baru ini mengharuskan pem-

baca atau kritikus untuk masuk ke dalam

jaringan relasi teks. Allen (2000, hlm. 1)

juga berpendapat bahwa:

The act of reading, theorists claim,

plunges us into a network of textual re-

lations. To interpret a text, to discover its

meaning, or meanings, is to trace those

relations. Reading thus becomes a pro-

cess of moving between texts.

Tindakan membaca, menurut Allen,

membawa pembaca ke dalam jaringan

relasi tekstual. Penafsiran terhadap sebuah

teks bertujuan untuk mendapatkan makna

atau makna-maknanya identik dengan

menelusuri relasi tekstualnya. Yang pent-

ing di sini adalah bahwa membaca meru-

pakan proses berpindah antara teks-teks (a

process of moving between texts).

Proses berpindah dari satu teks ke

teks yang lain pernah diisyaratkan oleh

Barthes dalam esainya yang seminal “The

Death of the Author” (1977, hlm.142—

148). Dalam esai ini, Barthes menegaskan

intertekstualitas teks dengan menulis:

We know now that a text is not a line of

words releasing a single ‘theological’

meaning (the ‘message’ of the Author-

God) but a multidimensional space in

which a variety of writings, none of them

original, blend and clash. The text is a

tissue of quotations drawn from the in-

numerable centres of culture ....

Pada intinya, Barthes menggunakan

istilah teks sebagai ‘ruang multidimen-

sional’ tempat aneka tulisan, tidak ada

yang orisinal, bercampur dan berbaur.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa teks

merupakan tenunan dari kutipan-kutipan

yang diambil atau berasal dari pusat-pusat

kebudayaan yang tidak terhitung

jumlahnya.

Makna dari pernyataan Barthes itu

adalah bahwa semua teks bersifat inter-

tekstual dan idealnya makna itu dicari da-

lam kaitannya dengan teks-teks budaya

lainnya. Dalam paradigma lama, makna

biasanya dicari dalam teks dan proses val-

idasinya yang biasanya dilakukan dengan

cara berusaha mencocokkan dengan mak-

sud pengarang, sedangkan dalam para-

digma baru seperti disampaikan Barthes

lewat ‘diktum’ tentang the death of the au-

thor (kematian pengarang), makna teks

ditentukan oleh relasinya dengan teks-teks

lain.

METODE

Sumber data penelitian ini adalah cerpen

dari negeri serumpun, yaitu Singapura,

Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indo-

nesia, dalam buku Matahari di Nusantara:

Antologi Cerpen Mastera (2010).

Pengumpulan data menggunakan metode

pustaka dengan teknik catat, sedangkan

metode analisis data menggunakan

metode deskriptif analisis kritis dengan

teknik interpretatif. Teori yang digunakan

untuk menganalisis konflik dan kompromi

dalam cerpen dari negeri serumpun itu

adalah interteks dengan pendekatan sastra

bandingan. Dari dua puluh cerpen dalam

antologi itu, tujuh dipilih sebagai subjek

utama analisis dengan pertimbangan ka-

rena ketujuh cerpen itu menjadikan insiti-

tusi keluarga sebagai latar belakang cerita.

Ketujuh cerpen itu diambil secara pro-

porsional sesuai dengan jumlah cerita

yang merupakan representasi dari empat

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 4

negara (Singapura, Malaysia, Brunei Dar-

russalam, dan Indonesia). Dari Indonesia

diambil tiga cerpen karena dari kese-

luruhan cerpen dalam antologi itu

jumlahnya sepuluh atau separuh dari total

cerpen; dari Malaysia dan Brunei masing-

masing empat cerpen; dari Singapura

hanya dua cerpen. Dalam analisis ini,

cerpen yang lolos seleksi subjektif adalah

masing-masing satu dari Malaysia dan

Singapura, dan dua dari Brunei Darrus-

salam, selengkapnya lihat tabel berikut.

Tabel 1.1 Cerpen Mastera 2010 Berlatar Institusi Keluarga

No. Judul Penulis Negara Konflik

Tokoh da-

lam

Keluarga

Tema

1. Mee Ah Beng Azmi Brunei Ayah vs. Pu-

trinya

Konservatif vs. progressif:

mempertahankan identitas

dengan menolak pemba-

ruan.

2. Nombor Ima Brunei Suami vs.

Istrinya

Prahara keluarga akibat

judi lotere (haram)

3. Bambu di

Tebe

Eka Yani Indonesia Orang tua vs

Anaknya

Sikap pragmatism

menggugat tradisi dalam

konteks ekonomi-pari-

wisata.

4. Pinang dan

Sungai di

Belakang Ru-

mahnya

Anis Kur-

niawan

Indonesia Istri vs.

Suami

Kemiskinan membuat istri

meracuni suaminya.

5. Apa’ (Ayah) Sarifudin Indonesia Anak vs.

Ayah

Adat vs. kemajuan zaman:

penolakan perjodohan

6. Sukhi Hotu Tung Chee Malaysia Anak vs

Ayah (kon-

flik tak lang-

sung)

Suami menikmati hobi,

istri memikul urusan do-

mestic, anak telantar

7. Nasi Ambeng Ishak

Latiff

Singa-

pura

Keluarga

kaya vs.

keluarga

miskin: ibu

vs. anak da-

lam keluarga

miskisn

Hukum karma di antara

kesombongan orang kaya

dan tragedi keluarga

miskin.

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subjek Analisis dan Kajian Inter-

tektualitas

Subjek analisis penelitian ini adalah

cerpen dari negeri serumpun yang

terkumpul dalam buku Matahari di

Nusantara: Antologi Cerpen Mastera

(2010). Latar belakang lahirnya antologi

ini adalah hasil kegiatan Mastera

(Majelis Sastera Asia Tenggara). Mas-

tera dibentuk pada tahun 1995 yang

beranggotakan tiga negara, yaitu Malay-

sia, Brunei, dan Indonesia, ditambah

dengan Singapura sebagai peninjau.

Tujuan terbentuknya majelis ini adalah

untuk memuliakan dan memperkenal-

kan sastra negeri serumpun. Berbagai

program dilaksanakan oleh negara-

negara anggota Mastera. Salah satu pro-

gram yang dilaksanakan di Indonesia

adalah program penulisan kreatif.

Program penulisan kreatif ini meli-

puti kegiatan penulisan esai, puisi,

drama, novel, dan cerita pendek yang

dilaksanakan setahun sekali secara ber-

gantian mulai dari satu genre ke genre

berikutnya dan dalam hitungan lima ta-

hun kembali ke urutan pertama. Pro-

gram penulisan cerpen sudah berlang-

sung tiga kali, yaitu tahun 1998, 2003,

dan 2008 di Indonesia (Sugono dan Zai-

dan 2005; Sugono dan Darma 2005).

Program penulisan cerpen sudah mener-

bitkan dua antologi, yaitu Dari ‘Pem-

buru’ ke ‘Terapeutik’ (2005) dan Ma-

tahari di Nusantara (2010).

Program penulisan esai sudah

menghasilkan karya yang diterbitkan

dalam buku Jendela Terbuka; Antologi

Esai Mastera. Buku tersebut disunting

oleh Dendy Sugono bersama Budi

Darma (Pusat Bahasa, 2005). Esai da-

lam buku itu sebagian besar merupakan

kajian bandingan terhadap karya-karya

sastra negeri serumpun, yakni mem-

bandingkan jenis karya puisi, cerpen,

dan novel. Topik yang dibandingkan

beragam, yaitu perbandingan tema, sep-

erti tema nasionalisme dalam novel In-

donesia dan Brunei Darrussalam

(Matlani 2005, hlm. 200—213) dan per-

bandingan tema moral dalam puisi Ma-

laysia dan Brunei Darrussalam (Puteh,

2005, hlm. 101—123). Kajian per-

bandingan lainnya mengangkat aspek

sosiologi sastra seperti rumitnya sir-

kulasi buku Indonesia-Malaysia (Tom-

bang, 2005, hlm. 262—266). Dalam

esai pengantarnya yang berjudul “Esai

adalah Sebuah Jendela Terbuka” (2005,

hlm. ix—xx), Budi Darma dengan kritis

menguraikan hakikat sastra bandingan

secara historis mulai dari kriteria “es-

tetika yang sangat tinggi” atau “karya

sastra besar”, sampai dengan sastra

bandingan sebagai ‘kajian in-

terdisipliner’ (Darma, 2005, hlm. xv—

xvii). Dia juga menegaskan bahwa sas-

tra di negeri serumpun ini “terbuka un-

tuk pertumbuhan Sastra Bandingan”

(Darma, 2005, hlm. xviii). Pern-

yataannya itu sebagian sudah dibuk-

tikan oleh esai-esai yang termuat di da-

lam buku yang disuntingnya dan seba-

gian lagi masih menanti kerja kritik se-

lanjutnya, termasuk hasil penelitian ini

mungkin juga memberikan sumbangan

kecil terhadap hal itu.

Pembahasan cerpen-cerpen karya

penulis Singapura, Brunei, Malaysia,

dan Indonesia yang diambil dari buku

antologi Matahari di Nusantara juga

bertitik tolak dari konsep kajian

bandingan yang bersifat interdisipliner.

Titik tolak kajian bandingan ini tidak se-

mata-mata bertujuan untuk mem-

bandingkan tema atau estetika karya

yang dikaji dalam arti sempit, tetapi

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 6

mengangkat suatu kencenderungan da-

lam cerita pendek negeri serumpun dan

menafsirkan makna kecenderungan ter-

sebut dalam konteks sosial yang lebih

luas. Dengan meminjam konsep ‘from

literary into cultural studies’ yang di-

ajukan Easthope (1991, hlm. 5),

penelitian ini menerapkan kajian sastra

yang bergerak ke luar, yakni semacam

kajian budaya. Teks sastra tidak semata-

mata dianggap sebagai karya sastra da-

lam paradigma lama yang harus dilihat

struktur dan unsur-unsur estetikanya,

tetapi sesuai dengan yang disebutkan

Barthes, yakni teks yang penuh inspirasi

dari teks-teks lainnya. Jadi, kajian ini

lebih bersifat intertektualitas walaupun

bukan kajian interteks yang total.

Seperti ditunjukkan dalam analisis

berikut ini, subjek analisis ini jelas

merupakan karya sastra yang berasal

dari empat negara serumpun dan teks

tersebut pertama-tama akan dilihat se-

bagai arena tempat pengarang atau nara-

tor atau tokoh-tokohnya memperb-

incangkan gagasan. Opininya dikemas

melalui cerita, melalui narasi, melalui

dialog antartokoh, bukan deskripsi argu-

mentatif seperti dalam sistematika dan

gaya karya ilmiah atau ilmiah-populer.

Walaupun genre sastra dan genre tulisan

opini atau ilmiah dan ilmiah populer

berbeda, pada dasarnya semuanya

berangkat dari atau hendak menawarkan

(sebuah) gagasan. Karya sastra tertentu

unsur cerita sangat menonjol, seolah

karya sastra itu tidak lebih dari karya

seni yang menghibur, di lain pihak ada

banyak bukti karya sastra merupakan re-

spon atas wacana sosial.

Karya sastra atau wacana sastra

bisa dilihat sebagai perpanjangan dari

wacana publik yang memengaruhinya,

atau sebaliknya wacana publik merupa-

kan perpanjangan tangan atau mendapat

pengaruh dari wacana sastra. Gagasan

dalam karya sastra sering menjadi ba-

gian wacana publik, misalnya ketika

karya sastra seperti puisi dan drama

menjadi bagian penting dari gerakan pe-

rubahan sosial politik tahun 1960-an

dan reformasi 1990-an. Selain itu, ban-

yak pula isu sosial seperti korupsi,

tradisi/adat versus kemajuan zaman,

dampak globalisasi, dan gejala loka-

lisasi yang menjadi tema karya sastra

sehingga bisa dilihat sebagai rekaman

dinamika pemikiran sosial yang esen-

sinya tidak berbeda dengan dokumen

sejarah lainnya. Karena penelitian ini

menganalisis institusi keluarga dalam

karya cerpenis negeri serumpun, berikut

ini diberikan gambaran ringkas tentang

arti keluarga dalam masyarakat Asia,

khususnya Asia Tenggara.

Arti Keluarga dalam Budaya Asia

Masyarakat Asia, termasuk Asia

Tenggara, memberikan perhatian pent-

ing pada kedudukan keluarga sebagai

institusi tempat pendidikan anak, pena-

naman adat dan tradisi yang diteruskan

dari generasi ke generasi. Dalam

bukunya Cultural Politics and Asian

Values; The Tepid War (2002, hlm. 3),

Barr mengutip pendapat Lee Kuan Yew

(mantan Perdana Menteri Singapura)

yang menegaskan pentingnya keluarga

dalam masyarakat Asia. Setidaknya ada

dua alasan, yaitu (1) kuatnya hubungan

dan tanggung jawab dalam keluarga be-

sar (extended family) merupakan karak-

ter lumrah budaya Asia yang dapat

ditemui di Cina, Melayu, atau India dan

(2) keluarga adalah komunitas pertama

tempat anak-anak belajar bermasyarakat

dan tempat orang tua diuji prestasi so-

sialnya sebelum diakui sebagai tokoh

masyarakat yang berwibawa. Paling

tidak, kesuksesan seorang tokoh akan

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 7

ditentukan juga oleh kemampuan atau

kegagalannya dalam membina keluar-

ganya.

Pernyataan pemimpin Malaysia,

Dr. Mahatir Mohamad tahun 1998, sep-

erti dikutip Barr, menyebutkan bahwa

betapa pentingnya keluarga dalam ke-

hidupan manusia. Sejak awal manusia

hidup berkelompok (group). Grup per-

tama tempat mereka lahir dan tumbuh

adalah ‘keluarga’. Hidup bersama da-

lam keluarga atau grup memberikan pe-

layanan dan perasaan aman bagi

mereka. Mahatir mengatakan:

From the beginning of time man lived

in groups–first the family, then the vil-

lage, then the district, then the state–

because he was instinctively gregari-

ous and because he needed the secu-

rity and the services that only living in

a group could provide.

Keluarga sering dianggap sebagai

bentuk mini dari negara, tempat hub-

ungan antara pemimpin dan warganya

diandaikan sebagai hubungan antara

ayah dan anak dalam keluarga. Dalam

hubungan hirarki seperti itu, diharapkan

anak menghormati ayahnya, warga

menghormati dan mematuhi pem-

impinnya. Sebaliknya, pemimpin bertu-

gas untuk memberikan pendidikan dan

kesejahteraan kepada warganya, identik

dengan tugas ayah (orang tua kepada

anak-anaknya). Di Vietnam, misalnya,

pengutamaan kepentingan manusia da-

lam kehidupan diatur berdasarkan

hirarki masyarakat, keluarga, dan diri

sendiri. Artinya, seseorang harus rela

mengorbankan dirinya demi kepent-

ingan keluarga atau keluarga rela

berkorban untuk masyarakat, dan se-

terusnya sampai ke level yang lebih tinggi. Barr (2002, hlm. 6) mengutip

pendapat seorang akademisi Vietnam

yang menyatakan bahwa individu mesti

tunduk pada kepentingan keluarga,

masyarakat, atau negara.

The rights of each individual are re-

spected on condition that they are not

opposite to those of the family, village

and country.

Maksud pernyataan itu adalah hak-

hak individu hanya dihormati jika kon-

disinya tidak bertentangan dengan

keluarga, desa, dan bangsa. Jelas di sini

bahwa dalam hubungan keluarga dan

anggotanya, institusi keluarga posisinya

lebih di atas. Karena ayah (dan dalam

keadaan tertentu, ibu) menjadi kepala

keluarga, mau tidak mau anak-anak atau

anggota keluarga lainnya harus

menghormati ayahnya. Dalam perkem-

bangan belakangan ini, hubungan

keluarga model hirarkis itu mencair.

Buktinya, anak-anak muda yang ber-

pendidikan modern memiliki spirit

demokrasi yang kuat atau pragmatis dan

tidak segan-segan melakukan perla-

wanan terhadap orang tuanya atau pem-

impinnnya. Perbedaan generasi mem-

buat mereka memiliki kerangka pikir

yang lain dalam menghadapi realitas.

Indonesia terdiri atas berbagai et-

nik, tetapi pola hubungan orang tua dan

anak dalam negara tipikal seperti uraian

sebelumnya. Hierarki, senioritas, dan

sejenisnya adalah hal yang sangat pent-

ing dalam kehidupan sosial, baik di ting-

kat keluarga maupun di komunitas.

Kuatnya hierarki sosial mewarnai

berbagai etnik seperti Minangkabau,

Jawa, Bali, Toraja, dan Papua. Dalam

masyarakat tradisional, kepala suku

selalu memiliki kekuasaan yang lebih

dibandingkan orang biasa.

Campur tangan orang tua dalam

mendidik dan membimbing kehidupan

anak-anaknya tidak saja terjadi sejak

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 8

masa kanak-kanak, tetapi sampai

mereka dewasa. Berbeda halnya dengan

di Barat, relasi antara orang tua dan

anak-anak jauh lebih renggang. Ke-

hidupan anak-anak di Barat bisa

dikatakan lebih bebas. Di Asia

Tenggara termasuk di Indonesia, urusan

memilih pasangan hidup (istri/suami)

masih banyak dilakukan oleh para orang

tua. Orang tua memilihkan anak-anak

mereka yang sudah dewasa seorang

jodoh. Menurut bayangan orang tua,

anak-anak mereka bisa memasuki ru-

mah tangga jika mendapatkan jodoh

yang dianggap ideal dan bermasa depan

baik. Pemilihan jodoh itu sering ber-

landasarkan aspek ekonomi dan sering

juga berdasarkan nilai-nilai tradisi se-

bagai alat pengontrol anak-anak. Orang

tua rela mengorbankan selera anaknya

dalam konteks keluarga demi kepent-

ingan adat dan tradisi di masyarakat.

Di Bali, misalnya, masih kuat

perasaan akan pentingnya status sosial

(biasanya disebut kasta). Perkawinan

antara orang yang merasa status sosial-

nya lebih tinggi (untuk perempuan) sulit

mendapat restu untuk menikah dengan

laki-laki dari status sosial yang lebih

rendah darinya. Dalam konteks ini,

anak-anak akan merasakan kebebasan

mereka dibatasi, sehingga tidak jarang

adanya perlawanan atau konflik dalam

keluarga, antara anak dan orang tua atau

bisa juga sesama orang tua (ayah dan

ibu), dalam urusan perjodohan. Tidak

mengherankan, untuk anak-anak yang

berani dan keluarga-keluarga yang ter-

buka, membebaskan anak-anak mereka

memilih pasangan hidup masing-mas-

ing, terlepas dari latar belakang status

sosial atau ekonomi. Novel Tarian Bumi

(2000) karya Oka Rusmini dan cerpen-

cerpennya yang lain yang ikut

mengantarkan penulisnya mendapat

SEA Write Award tahun 2012 merupa-

kan ilustrasi yang real mengenai hub-

ungan disharmonis antara anak dan

orang tuanya dalam soal pernikahan aki-

bat perbedaan kasta (Putra 2011, hlm.

149—183). Kisah-kisah perjodohan

anak-anak oleh orang tuanya karena

berbagai alasan, mulai dari adat dan atau

ekonomi, sudah terlebih dahulu menjadi

tema dalam karya sastra Indonesia karya

sastrawan dari Sumatra.

Pentingnya institusi keluarga da-

lam masyarakat Indonesia juga terlihat

dalam bentuk lain yang sering men-

imbulkan kesan negatif dalam dunia so-

sial dan politik. Hal itu dapat dilihat da-

lam praktik sistem ‘keluarga’ dalam

perekrutan pegawai dan dalam dunia

politik telah dianggap mengabaikan sis-

tem merit. Istilah ‘politik dinasti’ yang

banyak dibicarakan di media massa In-

donesia belakangan ini mengarah pada

bentuk politik yang dikuasai oleh orang-

orang dari satu keluarga (besar). Sebe-

lum ini, praktik korupsi, kolusi, dan

nepotisme (KKN), juga membuat citra

negatif sistem kekeluargaan di Indone-

sia. Padahal, dalam wacana lain, ketika

Asia dioposisikan dengan Barat, salah

satu kekuatan yang sering diutarakan

untuk menunjukkan stabilnya tatanan

sosial di Asia adalah karena kuatnya

apresiasi dan pengalaman akan nilai-

nilai kekeluargaan. Sebaliknya, bagi ka-

langan konservatif Barat, kehancuran

keluarga (family breakdown), kehami-

lan di luar nikah, penyalahgunaan

narkoba, dan masalah sosial lainnya ser-

ing dijadikan bukti bahwa nilai-nilai

kekeluargaan sudah kolaps. Di kota-

kota besar di Asia, gejala serupa juga su-

dah menjadi kenyataan. Dengan

demikian, kondisi keluarga sangat

menentukan kondisi bangsa, sebaliknya

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 9

kondisi bangsa akan sangat menentukan

kondisi keluarga.

Konflik dan Kompromi dalam

Keluarga

Cerpen-cerpen yang berlatar belakang

keluarga karya cerpenis muda dari

negeri serumpun yang dikaji dalam

penelitian ini menawarkan gagasannya

lewat konflik dan kompromi. Sebagian

cerpen mengakhiri ceritanya dengan

membiarkan konflik menggantung dan

sebagian lainnya menunjukkan telah

terjadi kompromi di antara pihak yang

bertikai meskipun narasi tidak membuat

kompromi itu terwujud dalam tindakan

nyata. Cara-cara mengakhiri konflik

dengan ‘menggantung’ merupakan sa-

lah satu ciri menonjol dalam cerpen-

cerpen pengarang negeri serumpun.

Bagi pembaca yang selalu berharap

akan ada akhir yang ‘pasti’ atau ‘kes-

impulan yang tegas’, mungkin akan

sedikit merasa tidak puas akan cerpen-

cerpen negeri serumpun dengan ending

menggantung. Namun, sesungguhnya,

ending yang menggantung itu mem-

berikan kekuatan tersendiri dalam setiap

karya karena hal itu menyisakan sesuatu

di akhir cerita sehingga pembaca

melanjutkan pembahasan mengenai per-

soalan yang ditawarkan ke dalam renun-

gannya.

Konflik dan kompromi yang men-

jadi kerangka karya cerpenis negeri

serumpun umumnya menampilkan in-

teraksi atau konflik/kompromi antara

anak dan orang tuanya. Dalam

menyajikan konflik, para pengarang

menunjukkan kesamaan dalam hal me-

lukiskan tokoh ayah (orang tua) sebagai

representasi dari generasi tua yang ber-

sifat konservatif dan penjaga nilai

tradisi. Sebaliknya, tokoh anak merupa-

kan representasi dari generasi muda

yang lebih suka akan perubahan dan

kemajuan. Dalam cerita yang berakhir

dengan ‘kompromi’, pengarang me-

lukiskan kedua kubu yang bertikai

menyadari kekeliruan masing-masing

dan siap untuk meminta maaf atas

kesalahan yang diperbuatnya. Namun,

perdamaian atau proses saling memaaf-

kan itu tidak sampai terjadi karena cerita

berakhir. Dalam cerita yang lain, ketika

cerita berakhir, tidak ada kepastian

bahwa konflik sudah berakhir. Ayah

atau anak yang berkonflik tidak menun-

jukkan tanda-tanda akan mengubah

pendirian mereka. Dengan kata lain,

“konflik” masih menggantung.

Walaupun sama-sama dilukiskan

terjadi dalam institusi keluarga, cerpen-

cerpen pengarang negeri serumpun

memilih konteks dan isu yang berbeda-

beda dalam membangun ceritanya.

Cerpen “Bambu di Tebe” karya Putu

Budi Eka Yani dari Bali menjadikan

masalah tanah dan ekonomi pariwisata

sebagai sumber konflik. Tokoh anak,

namanya Nyoman, tidak disebutkan

jenis kelaminnya, ngotot merabas

rumpun bambu di tanah luas di belakang

rumahnya (teba) untuk dijadikan tempat

peristirahatan atau vila untuk turis. Na-

mun, ayahnya menolak karena bambu

rimbun itu dirasakan telah melindungi

dan memberikan kedamaian hidupnya

sejak lama. Insiden terjadi ketika ibunya

digigit ular dari balik rimbun bambu.

Nyoman dan warga masyarakat seki-

tarnya membabat bambu dan menghan-

curkan batu yang dianggap oleh

masyarakat sebagai rumah jin atau

gamang.

Yani mengeksplorasi konflik

dengan baik, melalui tokoh utama dan

sampingan, yang membuat seolah tokoh

ayah adalah seorang yang kolot, kon-

servatif, percaya pada jin dan gamang

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 10

(orang halus), padahal sebetulnya dia

adalah tokoh tua yang rasional. Di akhir

cerita tokoh ayah mengatakan bahwa ru-

mah mereka akan hanyut jika banjir da-

tang karena tidak ada lagi batu dan rim-

bun bambu yang menahan air hujan

(erosi). Namun, Nyoman tetap ingin

mendirikan vila untuk disewakan

kepada turis dan dia membayangkan

uang sewa akan bisa digunakan untuk

merenovasi rumah mereka yang sudah

reyot.

Cerpen ini ditutup dengan lagu

rakyat yang dikutip dari paragraf pem-

buka cerita yang berpesan “jangan ang-

gap diri pintar, biar orang lain yang

menilai”. Kutipan lagu tersebut sarat

akan pesan yang membuat struktur

cerita menjadi lebih kuat. Pesan lagu itu

memang baik, tetapi tidak memberikan

kepastian berakhirnya konflik antara si

anak dan si ayah (+ibunya).

Tema pembangunan fasilitas pari-

wisata yang menjadi isu dalam cerpen

tersebut memang memiliki relasi

tekstual dengan wacana publik di Bali

dalam beberapa dekade belakangan ini.

Sejak Bali menjadi daerah tujuan wisata

massal, Bali telah kehilangan banyak

sawah dan ladang subur karena disulap

menjadi perumahan, hotel, dan fasilitas

pariwisata lainnya. Pembangunan pari-

wisata sering dikontraskan dengan hal

kesakralan dan kesucian, misalnya ma-

salah pembangunan fasilitas wisata

yang lokasinya dekat dengan pura,

dengan kata lain kesakralan suatu dae-

rah dikorbankan untuk membangun ho-

tel demi menambang dolar. Dialog dan

konflik antara Nyoman dan ayahnya dan

juga dengan tokoh lain dalam cerpen itu

adalah perpanjangan dari wacana publik

yang bisa diikuti di media massa atau

lewat seminar-seminar. Cerpenis muda

yang sehari-hari bekerja sebagai guru di

sebuah SMA dan dosen di universitas

swasta di Denpasar ini mencoba mem-

bahas isu sosial yang aktual di Bali itu

dalam konteks keluarga. Dialog anak

dengan ayah tidak saja menyentuh,

tetapi juga memperkaya cara pandang

pembaca terhadap kubu yang pro dan

kontra pembangunan dengan alasan

masing-masing yang logis. Perbedaan

pendirian mereka tidak tepat dikategori-

kan sebagai oposisi antara kubu pro-

gresif dan konservatif karena keduanya

bersifat rasional, hanya saja titik tolak-

nya yang berbeda. Pengarangnya mem-

berikan sisa persoalan kepada pembaca

untuk merumuskan pendapat masing-

masing dengan sebuah ending cerita

yang potensial mencerdaskan.

Cerpen “Mee Ah Beng” karya

Mohd Hairul Azmi Bin Haji Bidi

(Azmi) dari Brunei melukiskan konflik

antara Ah Beng (ayah) dengan putrinya

Jenny secara tajam, sama tajamnya

dengan cerpen “Bambu di Tebe”, tetapi

ending cerpen ini lebih pasti, yaitu si

anak tunduk dan hormat pada gagasan

orang tuanya. Jenny yang dilukiskan

sama cantik dan menariknya dengan

mahabintang pop Jenniper Lopez

berkali-kali mengusulkan kepada

ayahnya agar restoran special mie yang

mereka kelola selama tiga puluh tahun

mulai menambah menu masakan Barat

untuk mengikuti kemajuan zaman.

Menu yang diusulkannya adalah french

fries dan spaghetti, dua menu lambing

kuliner hidangan fast food Barat. Tentu

saja ayahnya menolak bukan alasan ka-

rena itu masakan asing, melainkan ka-

rena dia merasa bahwa dia tidak ahli da-

lam mengolah masakan tersebut. Dia

hanya ahli dan berpengalaman membuat

aneka masakan mie dengan enak.

Restorannya sangat laris dan keun-

tungan yang diperolehnya digunakan

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 11

untuk menyekolahkan Jenny ke luar

negeri. Alasan Jenny adalah dia “tidak

mau melihat perniagaan bapaknya itu

akan merosot karena tidak mau mengi-

kut perkembangan zaman yang cepat

berubah” (hlm 10).

Dalam konflik yang sengit, Ah

Beng bertahan dan dilukiskan me-

menangi konflik. Cerita ditutup dengan

gambaran Ah Beng bangga membaca

papan di depan restorannya yang ber-

bunyi “Restoan Ah Beng pakar dalam

semua masakan mei” (hlm. 11). Azmi

menerapkan strategi kompromi dalam

cerpennya dengan mengisahan tokoh

Jenny kalah dalam konflik, tetapi dia

tetap mau membantu ayahnya (ibunya

sudah meninggal) untuk bekerja dan

menjaga restorannya. Dia tidak kecewa

dan tetap respek kepada orang tuanya.

Hal ini merupakan situasi ideal yang di-

harapkan selalu mewarnai suasana

keluarga di negeri serumpun.

Sikap penolakan Ah Beng untuk

melengkapi restorannya dengan menu

masakan cepat-saji dari Barat merupa-

kan symbol penghargaan akan kekayaan

kuliner Timur sebab makanan adalah sa-

lah satu unsur budaya yang menjadi

lambang identitas. Penolakan untuk

menerima french fries dan spaghetti

adalah lambang penolakan atas identitas

Barat yang dianggap mungkin akan

mengaburkan identitas Timur. Dalam

konteks ini, identitas merupakan sesuatu

yang dinamis, bukan statis (Putra, 2008,

hlm, 88—104).

Kompromi yang muncul dari kon-

flik tajam antara ayah dan anak tersaji

dengan menarik dalam cerpen “Apa’”

karya Sarifudin (nama pena M. Saifun

Salakim), cerpenis muda Indonesia dari

Pontianak. Konflik antara ayah dan

anak bisa dikatakan mewakili oposisi

penganut paham konservatif dengan

modern. Kubu pertama terlalu kukuh

pada tradisi dan mengabaikan kemajuan

alam pikiran modern, sedangkan kubu

kedua terlalu menikmati kebebasan

alam pikiran modern dengan menutup

mata pada tradisi. Berbeda dengan dua

hal yang telah dibahas sebelumnya,

konflik anak versus ayah di sini tidak

saja tampak lewat perang-mulut tetapi

juga adegan kekerasan fisik, yakni

ketika tokoh ayah menampar pipi anak-

nya sampai berdarah.

Emosinya tertumpah padaku yang dii-

kuti tangannya melayang sebat

menghantam pipi mungilku. Aku ter-

sandar ke dinding. Aku menahan perih

di hati. Keperihan ini memberikan

kekuatan padaku untuk bebas dan le-

pas. Senila cairan kecap berwarna me-

rah merembes pelan di bibirku (Sari-

fudin, 2010, hlm. 135).

Ayah marah kepada anaknya yang

bernama Halia karena menolak wanita

yang dipilihkannya atau anak itu me-

nolak perjodohan. Ayahnya mengang-

gap penolakan itu merupakan perla-

wanan si anak yang tidak bisa menghor-

mati orang tua (keluarga) dan masyara-

kat (adat dan tradisi). Dia mengutuki

anaknya agar masuk neraka. Adegan

pertengkaran anak vs. ayah yang ber-

lanjut pada pemukulan fisik kepada si

anak membuat pengarang bisa

menumpukkan konflik semakin tajam.

Halia mengatakan ayahnya lebih ‘me-

mentingkan adat dan tradisi daripada

kemauan anaknya sendiri’. Halia

akhirnya kabur dari rumahnya dan

menikmati hidup bebas seorang diri.

Perpisahan anak dan orang tua itu

menjadi ruang untuk resolusi konflik. Si

ayah sedih kehilangan anaknya dan dia

merasa takut akan terulangnya pengala-

man yang terjadi di desanya tentang

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 12

seorang anak yang bunuh diri karena

menolak perjodohan orang tuanya. Si

ayah yang semula mementingkan adat

dan tradisi mulai sadar dan berbalik

pikiran. Dia mulai kangen pada anaknya

dan akan memaafkan anaknya. Nun

jauh di sana, Halia dalam suatu adegan

supranatural mendengar khotbah yang

menjelaskan bahwa betapa durhakanya

anak kalau tidak bisa menghormati dan

membahagiakan orang tuanya. Sejak

itu, Halia bertekad untuk datang

menemui ayahnya untuk meminta maaf.

Ketika dia memutuskan hendak pulang

menemui ayahnya, Halia menerima se-

pucuk surat lewat pos dari orang tuanya

yang isinya bahwa ayahnya telah me-

maafkannya dan berharap Halia kem-

bali ke rumah. Persoalan calon istri, Ha-

lia mendapat kebebasan dari ayahnya

untuk memilih sendiri. Tokoh ayah

mengatakan dirinya akan belajar me-

nyesuaikan adat dengan perkembangan

zaman. Perubahan sikap si ayah yang

drastis. Dia menulis:

...Kamu memang benar bahwa apa’

(artinya ‘ayah’, penulis) harus belajar

menyesuaikan adat istiadat yang di-

pegang teguh dengan kemajuan za-

man, dengan ndak menghilangkan in-

tensitas adat tersebut (Sarifudin, 2010,

hlm. 142).

Cerita ini berakhir sampai pem-

bacaan surat, oleh Halia. Pembaca bisa

membayangkan bahwa rekonsiliasi

pihak berkonflik sudah di depan mata,

tetapi bagi pengarang tidak diperlukan

lagi adegan pertemuan Halia dan

ayahnya lagi. Kompromi sudah terjadi.

Kisah konflik anak dan ayah dalam

konteks adat dan tradisi muncul secara

berulang sejak awal sastra Indonesia

modern, seperti terlihat dalam novel Siti

Nurbaya karya Marah Rusli dan Salah

Asuhan karya Abdul Muis dengan latar

Sumatra atau budaya Minangkabau,

terus berlajut sampai pasca ke-

merdekaan seperti terlihat dalam novel

Bila Malam Bertambah Malam karya

Putu Wijaya dengan latar belakang

masyarakat Bali. Cerita, latar, dan topik

berbeda-beda membuat tema konflik

tradisi versus modern itu selalu menarik

untuk dibaca. Konflik dalam topik itu

relatif mudah diolah ke dalam konflik

tertentu untuk cerita. Semakin tajam

konflik terlukis, semakin menarik cerita

itu dan semakin memikat resolusi atau

kompromi, seperti yang terasa dalam

cerpen “Apa’.

Tiga cerpen lain yang juga men-

jadikan lembaga keluarga sebagai latar

cerita adalah “Nombor” karya Dayang

Fatimah binti Haji Othman (Brunei),

cerpen “Pinang dan Sungai di Belakang

Rumahnya” karya Anis Kurniawan (In-

donesia), dan cerpen “Sukhi Hotu”

karya Tung Wai Cee (Malaysia). Kon-

flik antartokoh dalam cerpen itu terjadi

antara suami dan istri yang memper-

lihatkan tokoh istri tampil lebih domi-

nan dan lebih berani daripada tokoh

suami, terutama dalam “Nombor” dan

“Pinang dan Sungai di Belakang Ru-

mahnya”.

Tokoh istri dalam “Nombor” ber-

nama Rokiah yang tampil cantik dan pe-

solek sekaligus cerdas. Suaminya, Haji

Amit suka menolong atau bersifat so-

sial, tetapi juga suka berbohong dan

berselingkuh dengan wanita lain. Tokoh

Rokiah ditampilkan pengarang sebagai

penegak pesan moral dan agama.

Rokiah tidak takut memarahi suaminya

ketika kentara berselingkuh dengan

wanita lain. Selain itu, Rokiah juga me-

marahi suaminya yang berbohong telah

mendapat uang proyek, padahal uang itu

hasil dari menang judi lotere. Rokiah

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 13

menolak karena menganggap uang itu

‘haram’. Kemudian, tanpa perasaan

takut sedikit pun dia membakar ribuan

ringgit uang haram hasil lotere itu.

Cerita berakhir dengan adegan pemba-

karan uang dan sang suami hanya

melongo.

Pesan dari cerita ini adalah judi

lotere harus diabaikan, ditinggalkan,

atau bila perlu ditutup karena dapat

menimbulkan kegoncangan rumah

tangga. Di Indonesia, judi lotere yang

sempat menjadi ‘judi’ resmi dengan

nama Sumbangan Dana Sosial Ber-

hadiah (SDSB) sudah lama ditutup,

tetapi masih berlangsung secara gelap.

Pengguna HP di Indonesia sering

mendapat SMS gelap yang menyam-

paikan bahwa nomor HOT nujum dari

negeri jiran. Ini hanya trik untuk

mengajak orang berjudi. Judi tidak saja

bertentangan dengan agama (hasilnya

uang ‘haram’) tetapi juga dapat

melemahkan sendi-sendi kehidupan be-

rumah tangga. Seperti pepatah menya-

takan bahwa ‘jangankan kalah, beru-

tang, menang pun bisa menimbulkan

keributan’. Walaupun cerita ini ditulis

oleh cerpenis dari Brunei, pesannya san-

gat relevan untuk warga di negeri

serumpun.

Kisah istri melabrak istri juga men-

jadi inti cerita dalam cerpen “Pinang

dan Sungai di Belakang Rumahnya”.

Bahkan, dalam cerpen ini, tokoh istri

yang bernama Pinang yang pemberani

sampai berani meracuni suaminya yang

tidak bisa lagi memberikannya nafkah.

Awal kehidupan keluarga mereka me-

mang miskin, tetapi sempat sejenak

sang suami berhasil menjadi calo tanah

sehingga bisa hidup mewah dari komisi

menjual tanah. Akan tetapi, karena di-

anggap bertanggung jawab atas adanya

korban dalam pertikaian perkara tanah

dan dianggap kalah di pengadilan se-

hingga sang suami menanggung segala

biaya perkara, akhirnya mereka jatuh

miskin. Setelah itu si istri menderita di-

abetes. Dalam kekalutan itulah, si istri

membenci suaminya dan meracuninya

sehingga suaminya meninggal secara

pelan-pelan. Di akhir cerita, janda yang

beranak satu itu main mata dengan laki-

laki lain yang menyebabkan mereka

dulu jatuh miskin.

Cerita ini dan cerita sebelumnya

mengisyaratkan tentang pentingnya

modal uang dalam kehidupan keluarga.

“Sepenting-pentingnya uang, uang itu

haruslah uang halal”, demikian kira-kira

pesan yang memancar dari cerita per-

tama. Pesan moral dalam cerita ber-

landaskan nilai-nilai agama. Pentingnya

uang juga terungkap dalam cerpen

“Bambu di Tebe” karya Eka Yani, sep-

erti dibayangkan oleh tokoh utama

cerita Nyoman yang bisa mendapatkan

dolar banyak dari hasil penyewaan vila

yang hendak dibangun. Uang

penyewaan vila atau rumah peristira-

hatan itu bisa digunakan untuk memper-

baiki rumah, membeli sepeda motor,

dan sebagainya. Akan tetapi, pesan

moral segera diselusupkan narator lewat

kata-kata tokoh ayah berikut ini:

… aku tidak pernah suka tanahku, ru-

mahku digunakan turis-turis untuk

memitra (bahasa Bali berarti ‘seling-

kuh’, penulis). Bisakah kau mem-

berikan jaminan bahwa rumah kita

akan suci. Bisakah kau memastikan

turis-turis yang menginap di rumah

kita akan membawa istri atau suami

yang sah?” (Yani, 2010, hlm. 131).

Jawabannya tidak diberikan karena

cerita berakhir, tetapi bisa diduga jawa-

bannya tentu ‘tidak’. Pesan moral ini

sama dengan cerpen ‘Nombor’ bahwa

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 14

uang perlu untuk kehidupan keluarga

tetapi harus diperoleh dengan cara-cara

yang benar.

Pentingnya uang dalam keluarga

juga menjadi inti tema dalam cerpen

“Nasi Ambeng” karya Ishak Latiff (Sin-

gapura). Cerpenis ini telah meraih

penghargaan atas karya kreatifnya pada

tahun 2007 dengan meraih Anugerah

Persuratan (Malay Literary Award).

Cerpenis ini mampu menyajikan cerita

dengan alur yang sangat menarik dan

penuh kejutan. Gaya bahasanya segar

dan banyak menyelipkan pantun kilat/

perumpamaan (misalnya ‘kalau tak ada

emas yang dikendung, janganlah gatal

nak mengandung!’). Tragedi keluarga

dalam cerpen ini dikisahkan melalui

pengalaman buruk dua anak bersaudara

(Dali dan Delima). Dua anak bersaudara

dari keluarga miskin yang mencuri nasi

ambeng (judul cerpen). Pemilik nasi itu

bernama Kintan yang kaya tetapi tidak

berbudi sama sekali. Kintan marah

sekali nasinya dicuri dan ia meminta

kembali nasinya karena nasi itu khusus

dibuat untuk perayaan uang tahun anak-

nya. Belakangan diketahui, Dali dan

Delima meninggal karena nasi ambeng

itu terkontaminasi cairan pencuci ketika

proses pemasakan tanpa diketahui oleh

juru masak. Kintan yang congkak ber-

pura-pura sedih dan menangis, padahal

dalam hati dia bersyukur karena kalau

nasinya tidak dicuri bisa jadi mereka

sekeluarga mati keracunan. Kintan ber-

kata:

Dia tidak menduga sama sekali ba-

hawa manusia yang dia hina dan cerca

selama ini sebenarnya telah me-

nyelamatkan nyawanya dan keluar-

ganya (Yani, 2010, hlm. 210).

Cerpen ini ditutup dengan harapan

dari Sengot, ayah dari dua anak korban

keracunan itu, sangat berharap agar per-

istiwa itu dapat membuat Kintan insaf,

sebab kalau tidak, tragedi macam apa

lagi yang mampu menginsafkannya?

Akhir nya konflik menggantung atau

konflik belum rampung.

Adegan keracunan dalam cerpen

“Nasi Ambeng” yang terjadi secara

tidak sengaja dan keracunan yang disen-

gaja dalam cerpen “Pinang dan Sungai

di Belakang Rumahnya” merupakan ki-

asan dari seriusnya masalah kemiskinan

di beberapa daerah di negeri serumpun

ini. Yang juga nyata adalah besarnya

kesenjangan antara keluarga kaya dan

miskin. Kondisi rawan ini dapat

menganggu ketenteraman keluarga dan

keharmonisan sosial.

Satu cerpen yang juga dilukiskan

terjadi dalam ranah keluarga tetapi ber-

beda dengan cerita-cerita yang telah

dibahas adalah cerpen “Shuki Hotu”

karya Tung Wai Chee dari Malaysia.

Cerpen “Shuki Hotu” (artinya ‘semoga

Anda sejahtera dan gembira’) melukis-

kan kisah tentang suami yang sibuk

menikmati hobinya bermain balon-

terbang, sedangkan istrinya sibuk me-

nangani urusan rumah tangga seperti

memasak dan menimba air dari sumur,

tetapi di antara keduanya tidak ada

komunikasi. Cerita dilukiskan terjadi

melalui narrator yang merupakan anak

dari pasangan suami istri tersebut. Ber-

beda dengan cerita sebelumnya, ranah

keluarga dalam cerita ini tidak begitu

jelas identitasnya, keluarga kaya atau

miskin. Kelihatannya keluarga kaya ka-

rena si suami memiliki hobi bermain

balon-terbang dan dia akan mengikut

Pesta Balon yang biayanya sangat ma-

hal, baik untuk mempersiapkan balon

dengan segala perangkatnya maupun

untuk kegiatan selama pesta. Namun,

deskripsi cerita di rumah keluarga itu

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 15

yang melukiskan si istri menimba air

mengesankan bahwa mereka dari

keluarga kelas bawah atau miskin. Da-

lam pesta balon itu, si ayah yang ingin

memperoleh kebahagiaan hidup, tern-

yata menghadapi tragedi karena kecel-

akaan balon di udara (“Tidak

kedengaran sebarang berita tentang

Papa lagi”, hlm. 193). Akibatnya, ke-

hidupan keluarga itu merana. Akan

tetapi, cerpen ini dengan kuat mena-

warkan nilai baru dalam kehidupan

keluarga atau kehidupan sosial bahwa

“Haluan masa depan bergantung pada

individu” (hlm 193). Artinya, ke-

hidupan setiap orang tergantung dari

usahanya dan pilihannya sendiri, bukan

karena orang lain. Hal ini merupakan se-

buah gagasan yang mendekati atau telah

berlaku dalam masyarakat Barat.

Cerpen ini ditutup dengan pern-

yataan bahwa cerita ini sebetulnya cerita

lisan yang tidak jelas penulisnya. Hal ini

berarti pula tidak jelas asal cerita ini.

Bisa jadi berasal dari Barat, yaitu dari

negeri yang memiliki tradisi pesta

balon-terbang. Hubungan antara suami-

istri yang dingin atau acuh takacuh da-

lam cerpen ini terlihat sangat kontras

dengan latar belakang keluarga pada

keenam cerpen lainnya. Hubungan

suami istri dan anak-anak pada keenam

cerpen lainnya itu tampak dinamis

dengan segala pasang-surut konflik dan

komprominya.

SIMPULAN Uraian atas cerpen-cerpen karya penulis

muda dari negeri serumpun (Malaysia,

Indonesia, Brunei, dan Singapura) yang

dikisahkan terjadi dalam arena keluarga

menunjukkan bahwa keluarga ternyata

merupakan institusi penting dalam ke-

hidupan masyarakat di Asia Tenggara.

Dalam ranah keluargalah berlangsung

pewarisan dan penolakan terhadap adat

dan tradisi secara dinamis; diskusi

mengenai relevansi nilai-nilai modern

terhadap kehidupan dapat terjadi

dengan sengit; dampak pembangunan

ekonomi bisa dirasakan dengan lebih

nyata.

Walaupun memiliki persamaan

selera dalam menjadikan arena keluarga

sebagai latar cerita, tiap-tiap cerpenis

Asia Tenggara yang karya dibahas da-

lam penelitian ini memiliki minat pada

topik-topik berbeda untuk membahas

konteks institusi keluarga, seperti cerpe-

nis Bali mengangkat masalah tanah,

tradisi, dan ekonomi pariwisata yang

dilukiskan lewat konflik anak versus

ayah (+ibu) dan cerpenis Brunei

mengangkat masalah haramnya uang

judi lotere yang dilukiskan dalam kon-

flik suami istri. Perbedaan topik ini

bukanlah sesuatu yang eksklusif karena

isu serupa relevan adanya pada

masyarakat lain di negeri serumpun.

Wacana haramnya judi lotre yang di-

angkat oleh cerpenis Brunei sangat rele-

van dengan masyarakat Indonesia ka-

rena di sini judi serupa seperti togel

(toto gelap) yang dilarang itu terus ber-

langsung dengan diam-diam sesuai

dengan namanya.

Cerpenis negeri serumpun juga

sangat memperhatikan pentingnya arti

perekonomian dalam menentukan krisis

atau kesejahteraan keluarga. Cerpenis

dari Singapura menyajikan cerita yang

melukiskan tragedi keracunan dua anak

dari keluarga miskin; cerpenis dari In-

donesia menyajikan kisah seorang istri

yang meracuni suaminya karena dibelit

kemiskinan dan suaminya tidak bisa

menghasilkan uang lagi. Walaupun

uang begitu penting untuk melanjutkan

kehidupan keluarga, nilai-nilai agama

negeri serumpun selalu mengutamakan

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 16

uang yang halal, uang dari usaha yang

suci. Luasnya minat cerpenis

mengangkat masalah ekonomi dalam

cerita-ceritanya yang tercipta dan

terkumpul dalam satu antologi kemung-

kinan terjadi cerpen-cerpen mereka di-

tulis sekitar tahun 2008 (saat cerpenis

mengikut program penulisan cerpen di

Bogor) terjadi dalam bayang-bayang

krisis ekonomi global yang di-

wacanakan terjadi di seluruh dunia, ter-

masuk Asia Tenggara. Di tangan para

cerpenis yang kreatif, isu atau realitas

krisis ekonomi global itu menjadi tema

cerita yang dilukiskan dalam arena

keluarga. Meskipun fiktif, wacana yang

mereka angkat dalam cerpen memiliki

intertekstualitas yang jelas dengan teks

atau wacana sosial budaya dalam ke-

hidupan nyata. Orang yang ingin

mengetahui respon intelektual sastra-

wan terhadap krisis ekonomi global,

tercermin dalam cerpen-cerpen itu ka-

rena karya-karya itu menyajikan data

kualitatif yang tak kalah menariknya

dengan ulasan ekonomi yang penuh

dengan angka atau statistik.

Apresiasi terhadap cerpen-cerpen

penulis negeri serumpun yang memiliki

banyak persamaan dalam menghadapi

dinamika sosial, budaya, dan ekonomi

dapat memperkaya pemahaman lintas

budaya pembaca. Pemahaman lintas bu-

daya melalui cerpen-cerpen itu dapat

memupuk kesadaran kita bahwa persa-

maan alam pikiran akan mendukung

hubungan harmoni antarbangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Graham. (2000). Intertextuality.

London: Routledge.

Barr, Michael D. (2002). Cultural Poli-

tics and Asian Values; The Tevid

War. London: Routledge.

Barthes, Roland. (1977). Image-Music-

Text. Terjemahan Stephen Heath.

London: Fontana.

Darma, Budi. (2005). ‘Esai adalah Se-

buah Jendela Terbuka”. Dalam

Jendela Terbuka: Antologi Esai

Mastera. Deny Sugono dan Budi

Darma (eds.). Jakarta: Pusat Ba-

hasa, hlm. ix—xx.

Easthope, Antony. (1991). Literary into

Cultural Studies. London:

Routledge.

Matlani, Jasni. (2005). “Nasionalisme

dalam Novel Terbenamnya Ma-

tahari, Pemerontakan, dan Pada

Sebuah Kapal: Suatu Perban-

digngan”. Dalam Jendela Ter-

buka: Antologi Esai Mastera.

Dendy Sugono dan Budi Darma

(eds.). Jakarta: Pusat Bahasa, hlm.

200—213.

Mu’jizah dan Erlis Nur Mijiningsih

(eds). (2010). Matahari di Nusan-

tara. Jakarta: Pusat Bahasa.

Puteh, Haji Asri bin Haji. (2005). “Per-

bandingan Moral dalam Puisi-

puisi Terpilih Brunei Darrussalam

dan Malaysia”. Dalam Jendela

Terbuka: Antologi Esai Mastera.

Dendy Sugono dan Budi Darma

(eds.) Jakarta: Pusat Bahasa, hlm.

101—123.

Putra, I Nyoman Darma. (2008). “Mod-

ern Performing Arts as a Reflec-

tion of Changing Balinese Iden-

tity”, Indonesia and the Malay

World, 36:104, pp. 87–114.

Putra, I Nyoman Darma. (2011). A Lit-

erary Mirror: Balinese Reflec-

tions on Modernity and Identity in

The Twentieth Century. Leiden:

KITLV Press.

Rusmini, Oka. (2000). Tarian Bumi.

Malang: Indonesia Tera.

ISSN 0854-3283 , Volume 28, Nomor 1, Juni 2016 17

Sugono, Dendy dan Abdul Rozak Zai-

dan. (2005). Dari ‘Pemburu’ ke

‘Terapeutik’. Jakarta: Pusat Ba-

hasa.

Sugono, Dendy dan Budi Darma (eds).

(2005). Jendela Terbuka: An-

tologi Esai Mastera. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Tombang, Saidul. (2005). “Rumitnya

Laluan Buku Indonesia-Malay-

sia”. Dalam Jendela Terbuka: An-

tologi Esai Mastera. Dendy

Sugono dan Budi Darma (eds.).

Jakarta: Pusat Bahasa, hlm. 262—

266.