47
Pemerintah Kabupaten Bungo Bab-2 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Daerah Kabupaten Bungo terletak pada posisi antara 01 0 08’ sampai 01 0 55’ Lintang Selatan dan antara 101 0 27’ sampai 102 0 30’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo. Posisi tersebut menjadikan Kabupaten Bungo sebagai daerah lintasan antar wilayah barat, timur dan selatan. Luas Kabupaten Bungo adalah 4.673,16 km 2 dengan topografi datar, berbukit-bukit dengan ketinggian antara 100 hingga lebih dari 1.000 m dpl. Kabupaten Bungo adalah daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2.577

Gambaran umum kab bungo

Embed Size (px)

Citation preview

15Pemerintah Kabupaten Bungo

Bab-2Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Daerah

Kabupaten Bungo terletak pada posisi antara 01008’

sampai 01055’ Lintang Selatan dan antara 101027’ sampai

102030’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi

Sumatera Barat). Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Merangin. Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci. Sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo. Posisi tersebut

menjadikan Kabupaten Bungo sebagai daerah lintasan

antar wilayah barat, timur dan selatan.

Luas Kabupaten Bungo adalah 4.673,16 km2 dengan

topografi datar, berbukit-bukit dengan ketinggian antara

100 hingga lebih dari 1.000 m dpl. Kabupaten Bungo

adalah daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2.577

16Pemerintah Kabupaten Bungo

mm/tahun (138 hari/tahun). Jenis tanah yang mendominasi

adalah latosol, podsolik, komplek latosol dan andosol.

Kondisi lahan yang dimiliki Kabupaten Bungo secara umum

berupa morfologi datar, bertekstur agak kasar dengan

ketersediaan air yang cukup karena dilalui 4 buah sungai

besar. Lahan bergelombang dengan kemiringan tanah

kurang dari 40 % yang mencapai 80% dari luas wilayah.

Kondisi daerah ini sangat cocok untuk pengembangan

tanaman perkebunan. Sisanya sebanyak 20% luas wilayah

berupa kemiringan lebih dari 40% termasuk dalam kawasan

lindung.

2.1.2 Potensi Pengembangan Daerah

Potensi daerah yang menjadi andalan dan

merupakan sumber pendapatan sebagian besar

masyarakat Kabupaten Bungo adalah potensi sumber daya

pertanian dan perkebunan. Komoditas tanaman pangan

berupa padi dan palawija telah dikenal sejak lama dan terus

berkembang dengan baik. Rata rata produksi padi per

tahun mencapai 35.290 ton, kedelai 292,2 ton, kacang

tanah 776,5 ton dan jagung 4.436,8 ton. Dengan

penambahan lahan yang mencukupi dan penerapan

teknologi pertanian yang sesuai, maka produksi masing–

masing komoditas tersebut masih dapat ditingkatkan.

17Pemerintah Kabupaten Bungo

Pada sisi lain perkebunan yang menjadi primadona

adalah karet. Selain karet, tanaman kelapa sawit juga

menjadi jenis yang diminati pengembangannya.

Perkebunan sejak lama menjadi salah satu sektor

penghasilan utama masyarakat, kurang lebih 55%

penggunaan wilayah Kabupaten Bungo dijadikan

perkebunan, baik perkebunan karet maupun kelapa sawit.

Kehadiran perkebunan besar mempunyai manfaat yang

cukup berarti dalam memacu produksi perkebunan.

Luas lahan menempati urutan kedua dalam

penggunaan jenis lahan. Kurang lebih 34% luas wilayah

Kabupaten Bungo merupakan kawasan hutan. Hal ini telah

sesuai dengan pasal 18 Undang – undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan: minimal 30% dari luas daerah aliran

sungai dan atau pulau dengan sebaran proporsional”. Hasil

hutan berupa kayu dan non kayu menjadi kontributor

terhadap perekonomian secara umum. Baik terhadap

penerimaan pembangunan dari Provisi Sumber Daya Hutan

(PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) serta pembukaan lapangan

kerja.

Menurut data Profil Investasi di Kabupaten Bungo,

Kabupaten Bungo memiliki potensi sumber daya

pertambangan yang meliputi batu bara, emas, minyak

bumi, bijih besi, granit dan pasir kuarsa. Bahan tambang

batu bara di Kabupaten Bungo memiliki kualitas cukup baik

18Pemerintah Kabupaten Bungo

dengan kandungan kalori antara 5.000-7.300 kalori. Saat ini

bahan tambang batu bara sudah diusahakan oleh

beberapa perusahaan, selain itu masih ada perusahaan lain

yang tengah dalam proses perizinan.

Potensi emas di Kabupaten Bungo terdiri dari dua

sumber yaitu emas primer dan emas sekunder. Potensi ini

tersebar di beberapa lokasi antara lain Kecamatan Rantau

pandan yang memiliki cadangan emas sebesar 14.400 Kg,

Pelepat 87.000 kg, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang

25.000kg, Kecamatan Tanah Sepenggal 10.000 kg,

Kecamatan Pelepat Ilir 13.000 kg, serta Kecamatan Jujuhan

11.000 kg.

Kabupaten Bungo juga memiliki indikasi cadangan

minyak bumi yang tersimpan di kedalaman 500-800 meter

pada beberapa kecamatan. Kecamatan–Kecamatan

tersebut antara lain Jujuhan memiliki 4 titik bor, Rantau

Pandan 4 titik bor, Tanah Sepenggal 2 titik bor, Tanah

Tumbuh 3 titik bor dan Pasar Muara Bungo 2 titik bor yang

merupakan potensi untuk dieksploitasi.

Keberadaan potensi bahan tambang dan sumber

daya mineral memang memberikan manfaat ekonomis

yang cukup berarti bagi masyarakat dan daerah. Namun

perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya penyebab

kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam.

19Pemerintah Kabupaten Bungo

2.1.3 Daerah Rawan Bencana

Secara teknis, Kabupaten Bungo tidak memiliki daerah

khusus potensi rawan bencana alam. Hal ini terlihat dari

topografi Kabupaten Bungo yang relatif datar dan tidak

memiliki gunung dan bukit skala besar. Namun memiliki 4

(empat) sungai dan sungai terbesar adalah Sungai Batang

Bungo. Potensi bencana yang mungkin muncul adalah

bencana banjir akibat meluapnya 4 (empat) sungai

tersebut.

Oleh karena Kabupaten Bungo berbatasan dengan

Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin maka potensi

limpahan bencana dari Gunung Kerinci dan Taman Nasional

Kerinci Seblat kemungkinan terjadi. Gempa bumi yang

terjadi di sekitar kabupaten tersebut akan berdampak

terhadap Kabupaten Bungo sebagai tempat pelarian yang

aman.

Di samping itu Kabupaten Dharmasraya, Provinsi

Sumatera Barat juga berbatasan dengan Kabupaten Bungo.

Kabupaten tersebut merupakan ulu dari Sungai Batanghari.

Bila ulu tersebut banjir bandang, maka akan berdampak

terhadap sungai di Kabupaten Bungo.

Potensi rawan bencana alam lain adalah pada

kawasan tambang batu bara. Lahan tersebut terbuka dan

bekas tambah potensi menimbulkan bencana alam yang

20Pemerintah Kabupaten Bungo

perlu diantisipasi sedini mungkin melalui rehabilitasi bekas

lahan tambang.

Rawan bencana non alam adalah rawan busung

lapar pada dusun kantong kemiskinan terutama sepanjang

DAS Sungai Batang Bungo. Hal ini dapat terjadi akibat

dampak banjir yang menimbulkan gagal panen sehingga

penduduk miskin kekurangan pangan dan gizi sehingga

potensi timbulnya bencana busung lapar atau bencana

kekurangan gizi.

2.1.4 Kondisi Demografi

Berdasarkan data demografi hasil Sensus Penduduk

tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),

jumlah penduduk Kabupaten Bungo adalah sebanyak

302.558 orang yang terdiri dari 155.213 orang laki-laki dan

147.345 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006

yaitu sebesar 251.096 orang maka laju pertumbuhan

penduduk Kabupaten Bungo mencapai 3,08% pertahun.

Angka pertumbuhan penduduk yang mencapai

3,08% cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak dari

keberhasilan pembangunan daerah Kabupaten Bungo

sehingga menarik orang datang ke Kabupaten Bungo.

Pemerintah Kabupaten Bungo merespon pertumbuhan

21Pemerintah Kabupaten Bungo

jumlah penduduk tersebut dengan melakukan pemekaran

kecamatan dari 6 kecamatan pada tahun 2000 menjadi

17 kecamatan pada tahun 2008 sehingga pelayanan

terhadap masyarakat bisa lebih baik. Laju pertumbuhan

penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Bungo

Dani sebesar 6,36%, selanjutnya Kecamatan Pasar Muara

Bungo sebesar 5,19%, dan Kecamatan Bathin II Babeko

sebesar 5,17%. Kecamatan yang paling rendah laju

pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Jujuhan

Ilir sebesar 1,02%.

Komposisi umur merupakan faktor yang sangat

penting dalam analisis kependudukan. Berdasarkan

komposisi umur penduduk, penduduk tua adalah

penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 30

persen dan penduduk umur 65 tahun ke atas minimal 10

persen dari penduduk pada suatu daerah. Sementara,

penduduk muda adalah penduduk berumur kurang dari

15 tahun maksimal 40 persen dan penduduk umur 65 tahun

keatas maksimal 5 persen.

Komposisi penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan

bahwa 31,01% penduduk berusia muda (umur 0-14 tahun),

65,24% berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya

3,75 % yang berumur 65 tahun lebih. Angka mutlaknya

diperoleh angka ketergantungan sebesar 53,27%.

Maksudnya adalah setiap 100 penduduk usia produktif

22Pemerintah Kabupaten Bungo

menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak

produktif.

Besarnya angka ketergantungan, maka besar pula

beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif,

maka semakin besar hambatan atas upaya membangun

daerah. Pada sisi lain penduduk Kabupaten Bungo masih

bergantung atau mengandalkan sektor pertanian. Hal ini

terlihat sebanyak 59,99% dari jumlah penduduk bekerja

pada sektor pertanian. Sedangkan yang bekerja pada

sektor perdagangan 16,32%, sektor jasa 11,57%, sektor

industri pengolahan 0,91% dan lainnya sebesasr 11,22%.

Di samping itu, terindikasi adanya konsentrasi atau

pertambahan kelompok penduduk di usia semakin tua.

Hal ini disebabkan bertambahnya kualitas kependudukan

berkat perbaikan kualitas gizi sehingga membuat

meningkatnya angka harapan hidup. Angka harapan

hidup masyarakat Kabupaten Bungo mencapai usia 67

tahun.

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Angka pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

pendapatan perkapita merupakan indikator ekonomi makro

yang memperlihatkan tingkat kesejahteraan masyarakat,

kedua angka tersebut berasal dari perkembangan PDRB

khususnya PDRB Kabupaten Bungo.

23Pemerintah Kabupaten Bungo

PDRB Kabupaten Bungo selama lima tahun terakhir

menunjukkan trend peningkatan pendapatan masyarakat

dan terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari sektor

primer ke sektor sekunder bahkan tersier. Hasil evaluasi

kinerja perekonomian biasanya didukung oleh peran usaha

mikro, industri kecil dan koperasi, usaha ini merupakan

penggerak perekonomian yang mampu menopang

kehidupan masyarakat dalam menghadapi krisis yang

pernah terjadi.

Sampai tahun 2009 , perekonomian Kabupaten Bungo

masih didominasi sektor pertanian yang mencapai 29,19%.

Kemudian sektor kedua adalah sektor pertambangan dan

penggalian yaitu sebesar 18,43% lalu disusul sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16,51%.

Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bungo

pun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005

pendapatan perkapita masyarakat sebesar Rp.6.130.247,25

per tahun dan kini meningkat mencapai Rp.11.755.963, 20

pada tahun 2009. Peningkatan pendapatan perkapita

masyarakat Kabupaten Bungo dapat memberi indikasi

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pembangunan

ekonomi di Kabupaten Bungo cukup konsisten dimana

tingkat pertumbuhannya mencapai kisaran 6,5 – 7 persen.

Besarnya pertumbuhan tersebut memberi gambaran bahwa

24Pemerintah Kabupaten Bungo

daerah Kabupaten Bungo telah berkembang menuju

masyarakat yang sejahtera.

2.2.2 Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial diperlukan guna

memenuhi amanat konstitusi yaitu menciptakan masyarakat

yang adil dan makmur. Titik kunci dari pembangunan

kesejahteraan sosial adalah bidang pendidikan, kesehatan

dan sosial. Khusus untuk sosial sendiri difokuskan kepada

penanganan masalah kesejahteraan sosial terutama bagi

masyarakat penyandang masalah sosial.

Untuk pendidikan pembangunan kesejahteraan

soosial diarahkan kepada pembangunan infrastruktur

pendidikan guna meningkatkan APK dan APM. Selama 5

tahun terakhir, APK untuk SD/MI terus meningkat hingga

mencapai 112,48% ditahun 2010 dan APK untuk SMP/MTS di

tahun yang sama mencapai 96,34% sedangkan APK untuk

SMA/SMK mencapai 72,71%.

Sedangkan APM untuk kategori SD/MI telah mencapai

98,67% dan kategori SMP/MTS sebesar 88,13% pada tahun

2010. Pada tahun yang sama APM untuk kategori SMA/SMK

mencapai 61,15%.

Di bidang kesehatan, kesejahteraan sosial tergambar

pada angka harapan hidup yang sudah mencapai 67 tahun

akibat perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat

Kabupaten Bungo. Sedangkan angka kematian bayi lahir

25Pemerintah Kabupaten Bungo

juga mengalami penurunan cukup besar yaitu 2 balita dari

22.297 kelahiran. Kematian ibu melahirkan juga menurun di

tahun 2010 yaitu hanya 4 ibu dari 6.855 kelahiran hidup.

Khususnya untuk penyandang masalah kesejahteraan

sosial perlu menjadi perhatian. Penyandang masalah

tersebut meliputi mantan narapidana, pekerja seks

komersial, narkoba/ODHA dan penyandang cacat fisik dan

mental. Di samping itu penyandang masalah sosial lain

berupa fakir miskin, anak yatim dan orang terlantar juga

perlu diperhatikan karena kemajuan ekonomi sosial akan

menimbulkan ketimpangan dan permasalahan sosial

khususnya di Kota Muara Bungo sebagai ibukota kabupaten

yang telah tumbuh dan berkembang pesat.

2.2.3 Seni Budaya dan Olah raga

A.Seni Budaya

Seni budaya merupakan potensi yang dapat dijadikan

objek pariwisata. Event seni budaya dapat dijadikan

kalender pariwisata, potensi seni budaya ini belum optimal

digali dan dikembangkan dalam bidang pariwisata dimana

pengembangan pariwisata masih terfokus pada objek

wisata alam.

Dalam bidang seni budaya Kabupaten Bungo telah

berhasil mengikuti kejuaran dan festival dengan hasil yang

menggembirakan. Pada tahun 2010 dalam Pesta Gendang

26Pemerintah Kabupaten Bungo

Besar di Malaysia Kabupaten Bungo berhasil masuk 4 besar

dan penampilan terbaik dalam Festival Tari Melayu di

Palembang.

Kedepan, menggalakkan cinta budaya Bungo perlu

dilakukan terutama dalam kegiatan pemerintah Kabupaten

Bungo dan masyarakat. Kemudian promosi budaya Bungo

juga perlu dilakukan melalui media internet dan festival

nasional dan internasional.

B.Pemuda dan Olag raga

Pembangunan pemuda dan olah raga bertujuan

mewujudkan pemuda sebagai generasi pewaris nilai

budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Pemuda

merupakan harapan bangsa dan kader pemimpin, harus

segar bugar sehingga perlu berolahraga untuk kesehatan

dan prestasi.

Dalam rangka meningkatkan minat berolahraga

maka telah dibangun fasilitas olahraga standar nasional

pada tahun 2008 bersamaan dengan pelaksanaan

PORPROV di Kabupaten Bungo. Melalui pengadaan fasilitas

olahraga tersebut maka telah diperoleh pula keberhasilan

dalam kejuaraan atau kempetisi olahraga.

Pada tahun 2010 tercatat diperoleh 5 juara tingkat

Provinsi Jambi dan 1 Juara Tingkat Nasional untuk Angkat

27Pemerintah Kabupaten Bungo

Besi. Guna meningkatkan prestasi tersebut maka pembinaan

dan pelatihan perlu ditingkatkan

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah

Kabupaten Bungo kepada masyarakat adalah pendidikan

dan kesehatan. Kedua unsur pelayanan tersebut akan

menjadi tolak-ukur keberhasilan dalam pembangunan

sumber daya manusia. Oleh karena itu aspek pelayanan

dasar akan difokuskan kepada keberhasilan bidang

pendidikan dan bidang kesehatan.

a.Pendidikan

Sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Bungo

untuk terus meningkatkan pemerataan saran dan

prasarana, peralatan dan fasilitas pendidikan membawa

konsekuensi pada perkembangan APK dan APM di semua

jenjang pendidikan. Pada 5 tahun terahir untukjenjang

pendidikan SD/MI dan sederajat APK menunjukkan

peningkatan, dari tahun 2006 sampai 2010 masing-masing

adalah sebesar 11,09%, 112,18%, 112,26% dan 112,48%. Untuk

APK jenjang SMP/MIS juga mengalami peningkatan dari

tahun 2006 – 2010 yang masing masing dari 93,14%, 94,35%,

28Pemerintah Kabupaten Bungo

96,08% dan 96,34%. Serta APK untuk jenjang pendidikan SMA

meningkat sebesar 51,64%, 6,99%, 69,86% dan 72,78%.

Seiring dengan peningkatan APK, APM juga

mengalami peningkatan dimana nilai APM untuk jenjang SD

meningkat dari 98,43%, menjadi 98,90%, 99,28% dan 98,97%

pada tahun 2010. Demikian halnya untuk jenjang SMP yang

meningkat dari 71,46%, 79,00%, 84,05% dan 87,25% serta

88,13% pada tahun 2010. Sedangkan APM untuk jenjang

pendidikan SMA sederajat hanya mampu meningkat dari

44,78%, 48,67%, 50,04%, 56,51% dan 61,15% pada tahun 2010.

b.Kesehatan

Tahun 2006 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo

terdapat 799 tenaga kesehatan kemudian meningkat

sebesar 8,93% pada tahun 2010 menjadi 1.097 tenaga

kesehatan.

Sedangkan untuk tenaga dokter juga mengalami

peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010 yakni meningkat

dari 52 menjadi 53 orang, dimana untuk dokter spesialis

meningkat dari 8 orang menjadi 17 orang dan dokter gigi

meningkat dari 9 orang menjadi 14 orang. Hal serupa terjadi

pada tenaga bidan dimana pada tahun 2006 berjumlah 164

meningkat menjadi 230 orang sedangkan tenaga perawat

dari 198 meningkat menjadi 486 perawat.

29Pemerintah Kabupaten Bungo

Seiring dengan meningkatnya tenaga kesehatan

maka terjadi pula peningkatan jumlah puskesmas yang

pada tahun 2006 hanya berjumlah 14 unit meningkat

menjadi 18 unit, serta penambahan 1 puskesmas pembantu

dari 60 unit pusakesmas pembantu menjadi 61 puskesmas

pembantu. Untuk rumah dokter juga mengalami

peningkatan dari 20 unit menjadi 40 unit pada tahun 2010,

rumah para medis juga meningkat dari 53 unit menjadi 71

unit, dan kendaraan roda empat dari 19 unit menjadi 71 unit

serta kendaraan roda dua dari 74 unit meningkat menjadi

139 unit pada tahun 2010.

Akibat dari peningkatan jumlah tenaga kerja

kesehatan yang diikuti pula oleh peningkatan sarana dan

prasarana kesehatan tersebut maka pelayanan dasar

dibidang kesehatan juga meningkat. Akibatnya derajat

kesehatan masyarakat meningkat dan perilaku hidup bersih

dan sehat meningkat pula. Hal ini tergambar dari indikator

derajat kesehatan seperti angka harapan hidup, jumlah

kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan.

Disamping indikator PHBS (prilaku hidup bersih dan sehat).

Pada tahun 2006 jumlah kematian bayi sebanyak 41

bayi dari 7.036 kelahiran hidup dan menurun menjadi 19

kematian dari 6.866 kelahiran hidup. Sedangkan jumlah

kematian balita sebesar 11 dari 22.543 anak balita menurun

menjadi 2 balita dari 22.297 balita pada tahun 2010.

30Pemerintah Kabupaten Bungo

Angka kematian ibu Mortality Maternal Rate (MMR)

mencerminkan besarnya resiko yang dihadapi ibu selama

kehamilan dan persalinan yang disebabkan oleh prilaku

hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan

lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama dari

22.543 anak balita menurun menjadi 2 balita dari 22.297

balita pada tahun 2010.

Angka kematian ibu (MMR) mencerminkan besarnya

resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan persalinan

yang disebabkan oleh prilaku hidup sehat, status gizi dan

kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat

pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu

melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2006 jumlah MMR

adalah 8 orang dari 7.036 kelahiran hidup menurun menjadi

4 orang dari 8.455 kelahiran hidup atau menurun sebesar

50%.

Indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

tatanan rumah tangga bisa dijadikan tolok ukur perubahan

prilaku hidup masyarakkat, ini terlihat dengan meningkatnya

status PHBS tatanan rumah tangga yaitu 40% pada tahun

2006 menjadi 42,26% pada tahun 2010. Peningkatan perilaku

ini seperti pada cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan, cakupan imunisasi, penggunaan jamban

keluarga, penggunaan rumah bersih dan cakupan rumah

sehat. Pembinaan PHBS dijenjang dusun, kecamatan

31Pemerintah Kabupaten Bungo

maupun kabupaten sejak tahun 2006 sampai 2010 telah

dilakukan di seluruh kecamatan.

2.4 Aspek Daya Saing

2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah

A. Struktur Ekonomi Daerah

Ekonomi Kabupaten Bungo, telah tumbuh dan

berkembang lebih cepat selama 6 (enam) tahun terakhir.

Perkembangan perekonomian ini dapat diamati dan

dianalisis dalam 9 (sembilan) sektor lapangan usaha. Dari

9 (sembilan) sektor lapangan usaha ini, dapat

menggambarkan sektor-sektor ekonomi yang

menentukan dan berpengaruh besar dalam

pembangunan Kabupaten Bungo, sehingga sektor

tersebut merupakan sektor unggulan dalam

perekonomian daerah.

Untuk melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bungo selama Tahun 2004 – 2009 dapat

diamati pada tabel di bawah ini.

32Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo atas DasarHarga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun2004 – 2009

Lapangan UsahaTahun Rata

Rata2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan,Kehutanan dan perikanan

1,54 2,92 3,00 1,89 3,01 5,12 2,9

2.Pertambangan danPenggalian

22,94 25,03 163,4 80,47 62,82 -8,71 57,7

3.Industri Pengolahan3,08 2,48 2,41 4,91 6,03 6,97 4,3

4.Listrik, Gas dan Air bersih11,88 16,76 14,53 12,15 11,10 12,29 13,1

5.Bangunan52,79 24,05 18,65 11,18 13,65 14,87 22,5

6.Perdagangan, Hotel dan

Restoran6,13 6,89 9,48 11,06 13,92 14,06 10,3

7.Pengangkutan danKomunikasi

2,38 10,37 3,04 4,05 4,65 6,88 5,2

8.Keuangan,Persewaan danJasa Perusahaan

5,71 7,38 4,21 4,24 4,28 7,97 5,6

9.Jasa-jasa1,29 7,23 2,81 4,67 4,16 7,23 4,6

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Tabel di atas, menunjukkan bahwa laju

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bungo dari tahun

2004 – 2009 yang tertinggi adalah Sektor Pertambangan

dan Penggalian yaitu sebesar 57,7% kemudian diikuti oleh

sektor Bangunan 22,5%, Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar

13,1%, Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,3%,

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar

5,6%, Pengangkutan dan Komunikasi 5,2%, sektor Jasa-

33Pemerintah Kabupaten Bungo

jasa 4,6% dan sektor industri Pengolahan sebesar 4,3%

serta Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan sebesar 2,9%.

Untuk struktur ekonomi Kabupaten Bungo terihat

pada distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Bungo dari tahun 2004 – 2009. Berdasarkan

ekonomi tersebut dapat diambil suatu kebijakan

pembangunan yang lebih terarah. Skala prioritas untuk

sektor unggulan guna dapat dikembangkan sesuai

dengan potensi yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya

distribusi PDRB Kabupaten Bungo atas Dasar Harga

Konstan Periode Tahun 2004 – 2009 dapat dilihat tabel

berikut ini :

34Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.2. Distribusi PDRB Kabupaten Bungo Atas Dasar HargaKonstan 2000 Tahun 2004 – 2009

Lapangan Usaha

Tahun Rata

-rata2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan,Kehutanan danperikanan

46,18 44,68 42,45 39,76 36,85 36,41 41,1

2.Pertambangan danPenggalian

1,73 2,03 4,93 8,18 11,99 10,29 6,5

3.Industri Pengolahan5,33 5,14 4,85 4,68 4,46 4,49 4,8

4.Listrik, Gas dan AirBersih

0,44 0,48 0,50 0,52 0,52 0,55 0,5

5.Bangunan4,90 5,71 6,25 6,38 6,53 7,05 6,1

6.Perdagangan, Hotel danRestoran

18,34 18,43 18,61 18,99 19,47 20,87 19,1

7.Pengangkutan danKomunikasi

8,48 8,80 8,36 8,00 7,53 7,56 8,1

8.Keuangan,PersewaanDanJasa Perusahaan

4,92 4,97 4,78 4,58 4,29 4,37 4,7

9.Jasa-jasa9,69 9,77 9,26 8,91 8,35 8,42 9,1

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Tabel diatas, menyajikan bahwa sektor yang paling

besar kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Bungo

adalah sektor Pertanian, yakni sebesar 41,1%. Selanjutnya

diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

sebesar 19,1%. Sektor Jasa-jasa sebesar 9,1% sektor

Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,1%, sektor

Pertambangan dan Penggalian sebesar 6,5%, sektor

Bangunan sebesar 6,1%, sektor Industri Pengolahan

sebesar 4,8% dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

35Pemerintah Kabupaten Bungo

Perusahaan sebesar 4,7% serta sektor Listrik, Gas dan Air

Bersih sebesar 0,5%.

B. Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama Daerah

B.1 Pertanian

Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu

upaya yang terorganisir dan berkesinambungan untuk

menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui

peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor yang perlu

menjadi perhatian dalam upaya mempercepat

terciptanya kesejahteraan masyarakat, adalah sektor-

sektor pertanian karena menyediakan lapangan usaha

terbesar bagi masyarakat. Di samping itu sektor pertanian

merupakan basis ekonomi masyarakat dan sebagian

besar berada di kawasan perdesaan. Sektor ini

dikembangkan secara komprehensif dengan

memperhatikan potensi dan peluang.

Melalui analisis potensi, sumber daya dan peluang

yang dimiliki daerah, maka kebijakan pembangunan

ekonomi daerah dapat difokuskan pada sektor pertanian.

Untuk itu perlu juga dilakukan skala prioritas terhadap sub

sektor dan komoditas yang akan dikembangkan. Pada

akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan

36Pemerintah Kabupaten Bungo

ekonomi daerah dan pendapatan masyarakat yang

berada di kawasan pedesaan.

Kondisi Kabupaten Bungo sangat potensial untuk

pengembangan sektor pertanian dalam arti luas.

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Bungo pada tahun 2004 – 2009 mencapai 40,54% dari

total PDRB Kabupaten Bungo. Ini berarti sektor pertanian

telah memberikan peran besar bagi pembentukan PDRB

Kabupaten Bungo. Untuk lebih rincinya perkembangan

PDRB sektor pertanian terhadap total PDRB Kabupaten

Bungo tahun 2004 – 2009 dapt diamati berikut ini.

Tabel : 2.3 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Terhadap TotalPDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004 – 2009

NO Tahun

PDRB

Sektor

Pertanian

Total PDRB

% Sektor

Pertanian

terhadap Total

PDRB

1 2004 376.061,96 814.299,66 46,18

2 2005 387.034,22 866.159,27 44,68

3 2006 398.648,56 939.040,98 42,45

4 2007 406.193,89 1.021.261,10 39,76

5 2008 418.410,16 1.135.381,09 36,85

6 2009 439.848,16 1.208.036,66 36,41

Rata-rata 404.366,16 997.434,79 40,54

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

37Pemerintah Kabupaten Bungo

Observasi lapangan memperlihatkan kecenderungan

pembangunan sektor pertanian lebih diarahkan kepada

pengembangan budi daya saja, dan kurang didukung

oleh pengembangan industri hulu dan hilir. Diamati lebih

jauh, selama pembangunan orde baru, pembangunan

sektor pertanian lebih difokuskan kepada pengembangan

sektor pertanian tanaman pangan, guna memenuhi

swasembada beras. Padahal pembangunan sub sektor

perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi guna

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pada bagian lain kebijakan pemerintah pusat,

menyerahkannya kepada pihak swasta untuk menggarap

sub sektor tersebut. Namun, pemerintah tidak menyiapkan

kebijakan yang dapat menguntungkan masyarakat yang

berada pada kawasan tersebut. Akibatnya keberhasilan

pengembangannya lebih banyak dinikmati oleh pihak

swasta/pengusaha.

Pada akhirnya, potensi sumber daya daerah

cenderung tereksploitasi hanya untuk pemerintah pusat.

Nilai tambahnya relatif kecil kembali ke daerah, dalam

bentuk investasi oleh pihak swasta, maupun investasi

dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk kegiatan

pembangunan.

38Pemerintah Kabupaten Bungo

Memperhatikan potensi dan sumber daya yang dimiliki

Kabupaten Bungo, maka dalam arti luas, sektor pertanian

merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

Sektor pertanian mempunyai prospek yang baik dalam

upaya pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo

dengan basis ekonomi kerakyatan.

Kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah

sangat erat terkait dengan alokasi penggunaan lahan.

Penggunaan lahan tersebut merupakan salah satu

indikator yang perlu dicermati sebagai dampak kebijakan

pembangunan ekonomi suatu daerah.

Alokasi penggunaan lahan di Kabupaten Bungo

didominasi oleh penggunaan lahan untuk perkebunan

dengan luas lahan 46,10% dari total luas lahan. Lahan

tersebut mayoritas dikelola oleh Perusahaan Perkebunan

Kelapa Sawit Swasta Nasional dalam bentuk

pengembangan perkebunan Pola PIR Trans dan Pola

Kemitraan (KPPA). Lebih rinci tentang lahan yang dikuasai

perusahaan disajikan pada tabel berikut ini.

39Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.4 Luas Lahan Perkebunan Perusahaan Swasta Nasionaldi Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Nama Perusahaan PolaLuas lahan (Ha)

Inti Plasma

1.2.3.4.5.6.7.8.

9.10.

PT. Tidar Kerinci AgungPT. Jamika RayaPT. Satya Kisma UsahaPT. Sukses Maju AbadiPT. Sari Aditya Loka IIPT. Mega Sawindo PerkasaPT. Aman Pratama Makmur LPT. Mitra Lestari

PT. Prima Mas LestariPT. Citra Sawit Harum

PBSPIR TransPIR KKPAPIR KKPATrans/KKPAPIR KKPAPIR KKPAPIR Kemitraan

2.0964.5001.3264.639

----

3.5003.000

4.2001.1461.4068.9974.460500

1.700

---

Jumlah 19.061 22.403

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Disamping itu, penggunaan lahan di Kabupaten

Bungo juga didominasi oleh penggunaan lahan untuk

Hutan Negara dan Hutan Rakyat dengan luas 19,77 % dari

total luas lahan Kabupaten Bungo. Ini berarti pula bahwa

sub sektor kehutanan merupakan salah satu potensi

ekonomi daerah Kabupaten Bungo yang potensial untuk

pengembangan hutan produksi guna memenuhi

kebutuhan industri kayu dan pengembangan hasil-hasil

produksi hutan lainnya. Hasil produksi hutan Kabupaten

Bungo dimuat pada tabel di bawah ini:

40Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.5 Produksi Hasil Hutan Kabupaten Bungo Tahun

2009

No Jenis Hasil Hutan SatuanJumlah

Produksi

1

2

3

Kayu Bulat

Kayu Bulat Kecil

Kayu Gergajian

M3

M3

M3

9.514,60

146,65

6.839,51

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Dari sudut komoditas unggulan dari sektor pertanian

terdapat 2 (dua) komoditas perkebunan yang memiliki

luas areal tanam yang besar, produksi yang tinggi dan

jumlah petani yang banyak, komoditas tersebut adalah

karet seluas 96.670 Ha dengan produksi sebesar 29.800 Ton

dan jumlah petani 44.578 KK. Komoditas kedua adalah

kelapa sawit seluas 47.042 Ha dengan produksi sebesar

477.734 Ton dan jumlah petani 4.005 KK. Guna lebih

jelasnya dapat dicermati tabel dibawah ini.

41Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.6 Luas Tanaman, Produksi, Rata-rata Produksi danJumlah Petani Tanaman Perkebunan KabupatenBungo Tahun 2009

NoJenis

Tanaman

LuasTanaman

(Ha)

Produksi(Ton)

Rata-rata

Produksi(Kg/Ha)

JumlahPetani

1 Casiavera 233 12 300 449

2 Kopi 252 65 500 321

3 Karet 96.670 29.800 699 44.578

4 KelapaDalam

678 441 781 13.383

5 KelapaSawit

47.042 525.800 16.005 4.005

6 Pinang 89 28 596 2.391

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa rata-rata

produksi tanaman kelapa sawit sebesar 16.005

Kg/Ha/tahun, sedangkan rata-rata produksi tanaman

perkebunan lainnya (karet kering) kurang dari 750

Kg/Ha/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas

tanaman kelapa sawit lebih tinggi dari produktivias

tanaman lainnya. Kondisi ini disebabkan sebagian besar

komoditas tanaman kelapa sawit dikelola oleh

perusahaan besar swasta.

Komoditas karet memiliki luas lahan terbesar dan

jumlah petani yang banyak, dapat dijadikan prioritas

pembangunan ekonomi daerah yang berbasis ekonomi

kerakyatan. Pengembangan komoditas karet dalam

42Pemerintah Kabupaten Bungo

membangun perekonomian daerah amat relevan guna

membangun industri yang berbasis pada ekonomi

kerakyatan.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,

komoditas karet mempunyai nilai ekspor yang baik.

Pengembangan komoditas karet dapat berkelanjutan.

Guna kepentingan jangka panjang, komoditas karet

punya prospek terutama keterkaitan dengan

mengembangkan industri hilirnya di Kabupaten Bungo.

Pada sisi lain, komoditas karet merupakan komoditas

dengan tanaman tua/rusak yang paling luas, yaitu

sebesar 26,130% dari luas lahan tanaman karet. Oleh

karena itu, perlu dilakukan peremajaan agar produktivitas

komoditas karet dapat ditingkatkan. Deskripsi lebih rinci

tentang luas tanaman perkomoditas dan kondisinya

dimuat pada tabel berikut ini .

43Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.7 Luas Tanaman dan Komposisi Komoditas PerkebunanKabupaten Bungo Tahun 2009

No KomoditasLuas

Tanaman(Ha)

Komposisi Tanaman

TBM TM TT/R

1 Casiavera 233 185 40 8

2 Kopi 252 23 130 99

3 Karet 96.670 27.923 39.669 29.078

4 Kelapa Dalam 678 76 565 37

5 Kelapa Sawit 47.042 12.761 34.036 245

6 Pinang 89 33 47 9

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo,2010

Catatan :

TBM = Tanaman Belum MenghasilkanTM = Tanaman MenghasilkanTT/R = Tanaman Tua/Rusak

B.2 Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan dan penggalian merupakan sektor

yang punya potensi besar untuk dikembangkan dalam

pembangunan ekonomi. Kabupaten Bungo mempunyai

potensi bahan tambang dan mineral. Bahan tambang

dan mineral tersebut masih perlu dilakukan penelitian

kandungan, deposit, dan mutunya. Rata-rata kontribusi

sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB

Kabupaten Bungo tahun 2004-2009 mencapai 7,05% dari

total PDRB Kabupaten Bungo. Deskripsi lebih rinci tentang

44Pemerintah Kabupaten Bungo

perkembangan PDRB sektor pertambangan dan

penggalian di jabarkan kedalam tabel berikut ini.

Tabel : 2.8 Perkembagan PDRB Sektor Pertambangan danPenggalian terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Tahun2004 -2009

NO TahunPDRB Sektor

PertambanganTotal PDRB

% Sektor

Pertambang

Thd Total

PDRB

1 2004 14.065,69 814.099,66 1,73

2 2005 17.586,42 866.159,27 2,03

3 2006 46.323,05 939.040,98 4,93

4 2007 83.597,81 1.021.691,10 8,18

5 2008 136.110,42 1.135.381,09 11,99

6 2009 124.256,11 1.208.036,66 10,29

Rata-rata 70.323,25 997.434,79 7,05

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Pemerintah Kabupaten Bungo mendorong pihak

swasta untuk melakukan eksplorasi bahan tambang.

Kemudian, kegiatan penelitian dan inventarisasi potensi

sektor pertambangan dan penggalian terus dilakukan.

Detail potensi dan penyebaran bahan galian Kabupaten

Bungo terlihat pada tabel di bawah ini.

45Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel 2.9 : Potensi dan Penyebaran Bahan Galian Kabupaten BungoTahun 2009

No Jenis BahanGalian

Lokasi (Kecamatan) PerkiraanPersediaan

Kualitas

1 Batu Bara Rantau PandanTanah TumbuhJujuhanPelepatLimbur Lbk Mengkuang

330 juta ton164 juta ton413 juta ton419 juta ton158 juta ton

6.800-7.300 kk6.800-7.300 kk5.700-6.500 kk5.200-6.500 kk5.700-6.500 kk

2 Minyak JujuhanRantau PandanLimbur Lbk MengkuangTanah SepenggalTanah TumbuhMuara Bungo

4 titik bor4 titik bor4 titik bor2 titik bor3 titik bor2 titik bor

------

3 Emas Rantau PandanPelepatLimburLbk MengkuangTanah Sepenggal

14.400 Kg27.000 Kg5.000 Kg1.500 Kg

SekunderBerbentukPasir Halus0,76-5,3gr/ton

4 Pasir dan Kerikil Rantau PandanMuko-muko Bathin VIIPelepat IlirPelepatMuara BungoLimbur Lbk MengkuangTanah TumbuhTanah Sepenggal

Belum dkthuiSDASDASDASDASDASDASDA

--------

5 Pasir Kuarsa Bungo DaniRimbo TengahPelepat

Luas 300 Ha Berat jenis 2,26Bentuk Kristalheksogonal,ukuran 0,006-3mm

6 Andesit Pelepat

Rantau Pandan

Belum

diketahuiSDA

-

-

7 Granit PelepatRantau Pandan

Luas 500 HaLuas 800 Ha

--

8 Koalin Limbur Lbk Mengkuang Belumdiketahui

-

9 Mineral Logam Rantau Pandan Belumdiketahui

-

10 Batu Sueseiki Limbur Lbk Mengkuang Belumdiketahui

-

46Pemerintah Kabupaten Bungo

11 Tanah Putih Pasar Muara Bungo Kadar Konsen-trat 0,5-24,5gr/M2

Tabel lapisanpembatas 1,4m

12 Tembaga Tanah TumbuhPelepat

Bathin III Ulu

100 Ha41-1.072PPM

SDA

--

-

13 Timbal Bathin III UluPelepat

BelumdiketahuiSDA

--

14 Oker Limbur Lbk MengkuangRantau Pandan

Luas3.000HaLuas8.000Ha

--

15 Obsidian/Perlit Limbur Lbk Mengkuang Luas3.500Ha -

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral KabupatenBungo, 2010

Investasi pihak swasta dalam bentuk eksploitasi dan

eksplorasi terhadap bahan tambang/galian di Kabupaten

Bungo telah dilakukan. Mayoritas investasi yang dilakukan

pihak swasta adalah galian batu bara. Pihak swasta yang

telah melaksanakan eksplorasi dan eksploitasinya terhadap

bahan tambang/galian dimuat pada tabel di bawah ini.

47Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel 2.10 :Investasi Pihak Swasta pada Sektor PertambanganKabupaten Bungo Tahun 2009

NoPerusahaan/

InvestorKecamatan

Luas Area(Ha)

JumlahProduksi

Status

1PT. NusantaraTermal Coal

Rt. Pandan 2.832 1.370.173,30 PKP2B

2 PT. BPP Rt. Pandan 187,1 25.271,66 KP

3 PT. TPI Jujuhan 199 - KP

4 PT. KIM Jujuhan 199 578.448,97 KP

5 PT. TBA Jujuhan 196 101.928,58 KP

6 CV. NISKA Pelepat 199 - KP

7PT. S. PanginJaya

Jujuhan 199 27.908.36 KP

8PT. Altra KartikaSejahtera

Pelepat 173 87.973,90 KP

9PT. DSM Bathin II

Pelayang200 36.705,21 KP

10PT. ANI Pelepat 146 7.538,52 KP

11 PT. TPJ Jujuhan 199 8.725,33 KP

12 PT. BUN Pelepat 199 632,32 KP

13 PT. MBT Rt. Pandan 199 16.071,15 KP

14PT. SCP Rt. Pandan 199 51,35 KP

15PT. BHB Jujuhan 172 9.817,96 KP

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral KabupatenBungo, 2010

B.3 Industri

Pengembangan industri di Kabupaten Bungo sangat

potensial dengan memanfaatkan potensi sumber daya

alam yang tersedia sebagai bahan baku. Di samping itu,

48Pemerintah Kabupaten Bungo

peluang pasar mempunyai prospek yang cukup baik untuk

dikembangkan lebih lanjut dalam rangka memanfaatkan

pasar regional dan ekspor. Oleh karena itu pemerintah

daerah dituntut membangun kawasan sentra produksi agar

sektor industri dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat

lagi.

Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kabupaten

Bungo selama 6 tahun terakhir mencapai 4,78% dari total

PDRB Kabupaten Bungo. Deskripsi lebih rinci tentang

perkembangan kontribusi sektor industri terhadap Total PDRB

Kabupaten Bungo disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.11 : Perkembagan PDRB Sektor Industri terhadap TotalPDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004 -2009

NO TahunPDRB Sektor

IndustriTotal PDRB

% SektorIndustri

terhadapTotal PDRB

1 2004 43.417,02 814.099,66 5,33

2 2005 44.492,67 866.159,27 5,14

3 2006 45.566,00 939.040,98 4,85

4 2007 47.803,45 1.021.691,10 4,68

5 2008 50.687,08 1.135.381,09 4,46

6 2009 54.186,45 1.208.036,66 4,49

Rata-rata 47.692,11 997.434,79 4,78

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Investasi pada sektor industri di Kabupaten Bungo

yang berskala besar masih terbatas. Hanya ada 2

49Pemerintah Kabupaten Bungo

perusahaan Crumb Rubber yang beroperasi dengan total

investasi senilai Rp. 64,95 Milyar produksi dari industri berskala

besar di Kabupaten Bungo dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 2.12 : Jumlah Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan NilaiProduksi Kelompok Industri Besar di Kabupaten Bungo

No Cabang Industri Unit

Usaha

Nilai Invetasi Tenaga

Kerja

Produksi (Rp.

000)

1 Crumb Rubber 2 64.946.085,57 660 499.844.342,45

2 Air Minum dalam

kemasan

2 1.565.000,00 50 1.238.639.576

Jumlah 4 66.511.085,57 710 501.082.982,02

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Bungo, 2010

Selain keberadaan industri berskala besar,

keberadaan industri berskala kecil juga menjadi perhatian

Pemerintah Kabupaten Bungo sesuai dengan potensi dan

sumber daya yang tersedia. Hal ini diperlukan untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat atau ekonomi

kerakyatan.

Populasi industri kecil di Kabupaten Bungo sangat

beraneka ragam, meliputi; kerajinan rotan, kerajinan kayu,

pengolahan ijuk, pembuatan batik, kerajinan songket,

pengolahan nata de coco, pengolahan pisang sale,

50Pemerintah Kabupaten Bungo

pembuatan kerupuk lanting dan pengolahan emping

melinjo. Jumlah unit usaha, investasi, tenaga kerja dan nilai

produksi kelompok industri kecil termuat pada tabel di

bawah ini.

Tabel : 2.13 Jumlah Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan NilaiProduksi Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Bungo

No Cabang Industri UnitUsaha

Invetasi(000)

TenagaKerja

Produksi(Rp. 000)

1 Kimia Kertas & Pulp 141 11.977.073,67 710 6.012.278,45

2Agro & Hasil Hutan

476 34.512.789,57 2.165 24.263.010,07

3Logam Mesin &Perekayasaan AlatAngkut

128 11.430.391,818 679 5.850.400,99

4Tekstil, Elektronika& Aneka

138 11.485.820,83 760 7.916.244.530

Jumlah883 69.406.075,888 4.314 44.041.934,040

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Bungo, 2010

Tabel di atas, menyajikan bahwa industri kecil pada

cabang industri agro dan hasil hutan mempunyai jumlah unit

usaha, nilai investasi, jumlah tenaga kerja dan nilai produksi

yang paling besar. Hal ini sesuai dengan potensi dan sumber

daya yang ada di Kabupaten Bungo. Bahan baku pada

sektor pertanian untuk industri agro memang lebih banyak

tersedia.

51Pemerintah Kabupaten Bungo

Analisis perbandingan investasi, tenaga kerja dan nilai

produksi antara industri besar dan industri kecil terhadap

keseluruhan industri di Kabupaten Bungo dimuat pada tabel

berikut ini.

Tabel : 2.14 Jumlah Perbandingan Unit Usaha, Investasi, TenagaKerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan IndustriKecil di Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Cabang Industri UnitUsaha

Investasi(000)

TenagaKerja

Produksi(Rp. 000)

1 Industri Besar 4 66.511.085,57 710 501.082.982,02

2 Industri Kecil 883 69.406.075,88 4.314 44.041.934,04

Jumlah 887 135.917.161,45 5.024 545.124.916,06

% Industri Besar 0,45 48,93 14,13 91,92

% Industri Kecil 99,54 51,06 85,86 8,07

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian danPerdagangan Kabupaten Bungo, 2010

Tabel di atas, memperlihatkan bahwa total nilai

investasi industri besar adalah 48,93% dari total nilai investasi.

Angka tersebut berimbang dibandingkan total nilai investasi

industri kecil, yaitu 51,06%. Namun industri kecil mampu

menyerap tenaga kerja jauh lebih besar yaitu 85,86% dari

total tenaga kerja yang terserap oleh sektor industri di

Kabupaten Bungo. Di pihak lain industri besar hanya mampu

menyerap 14,13% dari total tenaga kerja. Sedangkan dari

nilai produksi, industri besar berkontribusi sebesar 91,92 % dari

52Pemerintah Kabupaten Bungo

total produksi Kabupaten Bungo. Angka tersebut lebih besar

dibandingkan industri kecil yang hanya mampu berkontribusi

sebesar 8,07% dari total produksi.

B.4 Perdagangan

Pembangunan sektor perdagangan di Kabupaten

Bungo bertujuan untuk mendukung perkuatan daya saing

daerah baik pada tingkat regional, nasional maupun global.

Diharapkan hasilnya dapat memperkuat posisi daerah

dalam kegiatan perdagangan dan meningkatkan besaran

kontribusi sektor perdagangan dalam perekonomian

daerah.

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB

Kabupaten Bungo pada tahun 2004 – 2009 mencapai

19,23% dari total PDRB Kabupaten Bungo. Selama 6 tahun

tersebut kontribusi sektor perdagangan terus mengalami

peningkatan.

Gambaran lebih rinci tentang besaran kontribusi sektor

perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Bungo dimuat

pada tabel berikut ini.

53Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.15 Perkembagan Kontribusi PDRB Sektor PerdaganganTerhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Th 2004 -2009

NO TahunPDRB Sektor

PerdaganganTotal PDRB

% SektorPerdagangan

terhadapTotal PDRB

1 2004 149.328,65 814.099,66 18,34

2 2005 159.620,07 866.159,27 18,43

3 2006 174.746,89 939.040,98 18,61

4 2007 194.065,44 1.021.691,10 18,99

5 2008 221.071,53 1.135.381,09 19,47

6 2009 252.161,58 1.208.036,66 20,87

Rata-rata 191.832,36 997.434,79 19,23

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Kegiatan pada sektor perdagangan perlu ditunjang

dengan tersedianya sarana dan prasarana perdagangan

agar kegiatan perdagangan dapat berjalan dengan baik.

Adapun jumlah sarana dan prasarana perdagangan di

Kabupaten Bungo tersaji pada tabel dibawah ini.

Tabel : 2.16 Sarana dan Prasarana Perdagangan Menurut JenisKabupaten Bungo Tahun 2009

No Jenis Jumlah (Unit)

1 Pasar 39

2 Gudang 31

3 Distribusi/Agen/Penyalur 24

4 SPBU 8

5 Pasar Lelang Karet 10

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian danPerdagangan Kabupaten Bungo, 2010

54Pemerintah Kabupaten Bungo

2.4.2 Infrastruktur

Permasalahan ketersediaan air bersih di Kabupaten

Bungo tidak lepas dari cara masyarakat menyediakan dan

menggunakan sumber daya air. Sungai Batang Bungo telah

sejak lama berfungsi menjadi sumber air baik untuk minum

maupun untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut maka pemerintah melalui

PDAM Pancuran Telago terus meningkatkan upaya

pemenuhan air bersih. Tahun 2001 jumlah pelanggan PDAM

Pancuran Telago adalah 3.900 pelanggan kemudian tahun

2005 naik menjadi 3.951 pelanggan, tahun 2008 meningkat

menjadi 4.325 pelanggan tahun 2010 mencapai 5.000

pelanggan.

Kabupaten Bungo adalah salah satu daerah yang

memiliki aksesibilitas tinggi di Provinsi Jambi. Pembangunan

transmigrasi yang dilakukan sejak dekade 80-an memberi

dampak positif terutama adanya perbaikan sarana dan

prasarana untuk transportasi darat. Ketersediaan jalan darat

tersebut menyebabkan aksesibilitas daerah ini menjadi

terbuka. Keterbukaan bukan hanya terhadap kabupaten

lain dalam provinsi, tetapi juga meliputi provinsi lain di

Sumatera. Secara umum kondisi jalan di Kabupaten Bungo

menunjukkan perbaikan. Pada tahun 2001 kondisi jalan baik

hanya mencapai 25,9 km saja, tetapi pada tahun 2005

kondisi jalan baik menjadi 224,9 km atau naik menjadi 10 kali

55Pemerintah Kabupaten Bungo

lebih panjang. Kemudian tahun 2008 kondisi jalan baik

menjadi 420,7 km atau naik menjadi 2 kali lebih panjang.

Kondisi akan mendatangkan keuntungan bagi Kabupaten

Bungo. Keuntungan tersebut perlu terus dikembangkan

untuk mendapat keuntungan yang maksimal.

Ketersediaan sarana dan prasarana telekomunikasi,

merupakan prasyarat bahwa daerah tersebut memiliki

aksesibilitas yang baik. Saluran telepon akan dapat

menjamin adanya komunikasi yang baik dari dan ke daerah

tersebut. Ketersediaan telepon menjadi salah satu syarat

untuk dapat mengakses teknologi informasi. Dalam dekade

terakhir terlihat perkembangan sarana telepon meskipun

belum tumbuh dengan cepat. Pada tahun 2001 jumlah

Saluran Telepon Terpasang adalah 2.301 sambungan. Tahun

2005 menjadi 2.573 sambungan, atau mengalami

peningkatan sebesar 2,7%. Tahun 2008 STT menjadi 3.142

sambungan dan tahun 2010 dapat mencapai angka 4.000

sambungan.

Di samping itu, juga semakin meningkatnya

pemakaian telepon seluler, sehingga hampir semua daerah

di Kabupaten Bungo telah dapat diakses ketersediaan

sarana listrik di Kabupaten Bungo tidak terlepas dari kinerja

dan pengelolaan interkoneksi antar Sumatera. Ketersediaan

listrik di Kabupaten Bungo sesungguhnya tidak mengalami

masalah setelah tersedianya jaringan interkoneksi antar

56Pemerintah Kabupaten Bungo

Sumatera. Jaringan ini telah memungkinkan kekurangan di

satu tempat dapat dipasok oleh adanya kelebihan daya di

tempat lain. Pada saat ini permasalahan yang dihadapi

adalah ketersediaan listrik di perdesaan keberadaannya

baru mencapai 62,0%. Kemudian, tingkat elektrisitas rumah

tangga baru mencapai 39,9% saja. Angka tersebut di bawah

rata-rata tingkat elektrisitas di Provinsi Jambi. Ketersediaan

listrik di pedesaan memerlukan penanganan yang berarti.

Melambatnya program listrik masuk desa, karena terkendala

pada ketiadaan dana membangun jaringan ke pedesaan

dan pembangkit listrik untuk pedesaan.

2.4.3 Iklim Berinvestasi

Selama tahun 2006-2010, minat investor untuk

melakukan investasi di Kabupaten Bungo cukup tinggi

terutama pada sektor pertambangan dan galian.

Komoditas tambang yang diminati adalah batu bara, emas

dan sirtu. Deskripsi tentang minat investor terhadap potensi

tambang di Kabupaten Bungo dimuat pada tabel berikut ini.

57Pemerintah Kabupaten Bungo

Tabel : 2.17. Jumlah Investor yang Berminat untuk Berinvestasi

di Kabupaten Bungo dari Tahun 2006-2010

No Sektor Investasi Jumlah Perusahaan Jumlah

2006 2007 2008 2009 2010

1 Bahan galian golongan

A ( Batubara)

6 12 15 18 42 93

2 Bahan galian golongan

B (Emas)

4 3 2 2 3 14

3 Bahan galian golongan

C (Sirtu)

10 8 5 6 3 32

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingginya minat

investor untuk berinvestasi di bidang pertambangan. Selama

periode 2006-2010 investor yang berinvestasi untuk bahan

galian golongan A (Batu bara) sebanyak 93 investor, bahan

galian gol B (Emas) sebanyak 14 pengusaha sedangkan

untuk bahan galian gol C (Sirtu) selama periode 2006-2010

investor yang berminat sebanyak 32 investor. Terhadap

prospek pengembangan potensi sumber daya mineral selain

batubara seperti bahan galian golongan B dan golongan C,

pemerintah Kabupaten Bungo senantiasa melakukan

pembinaan yang pada gilirannya akan menjadi potensi

sumber pendapatan asli daerah yang handal disamping

pertambangan batu bara.

58Pemerintah Kabupaten Bungo

Pemerintah Kabupaten Bungo sejak tahun 2006 – 2010 telah

mengeluarkan izin bidang pertambangan seperti tertera

pada tabel berikut :

Tabel : 2.18. Jumlah penerbitan izin kp.bahan galian

golongan A, B dan C di Kabupaten Bungo dari tahun 2006 –

2010.

No Sektor Investasi

Jumlah Perusahaan Jumlah

(Buah)2006 2007 2008 2009 2010

1 Bahan Galian golongan A (batubara)

- SKIP

- Eksplorasi/ IUP Eksplorasi

- Eksploras/ IUP Produksi

- Pengangkutan & Penjualan

6

2

2

2

5

3

3

3

9

4

2

2

-

12

6

-

-

10

34

-

20

31

47

7

2 Bahan Galian Golongan B (Emas) 4 3 4 - 3 14

3 Bahan galian golongan C (sirtu) 6 9 10 6 3 29

Disamping tambang, investor juga meminati

perkebunan kelapa sawit dan karet. Sampai tahun 2010

investor yang melakukan investasi telah berjumlah 8

perusahaan swasta. Adapun ke depan investor tersebut

adalah PT. TKA, PT. Jamika Raya, PT. Tebora, PT. SMA, PT. SAL,

PT. Mega Sawindo Perkasa, PT. Aman Pratama dan PT. Mitra

Tata Lestasi.

59Pemerintah Kabupaten Bungo

Melengkapi investasi diperkebunan sawit maka

investor tersebut juga melengkapi investasi pada pabrik

pengolahan sawit sebanyak 4 pabrik. Sedangkan investor

dikomoditas karet telah membangun 3 pabrik pengolahan

karet. Khusus untuk sektor indutri, jumlah investasi di

Kabupaten Bungo terus mengalami peningkatan. Tercatat

selama tahun 2006-2010 pertumbuhan investasi di bidang

industri mencapai 16,43% pertahun. Deskripsi tentang

perkembangan jumlah investor di sektor industri dimuat

pada tabel berikut ini:

Tabel : 2.19. perkembangan jumlah investasi pada sektor

industri Kabupaten Bungo tahun 2006 – 2010

No Tahun Jumlah Investasi dalamMilyar

1 2006 39,60

2 2007 67,61

3 2008 68,91

4 2009 69,91

5 2010 72,77

2.4.4 Sumber Daya Manusia

Perkembangan sumber daya manusia yang bekerja di

Kabupaten Bungo selama tahun 2004–2009 mengalami

fluktuasi setelah tahun 2008 dimana terjadi penurunan.

60Pemerintah Kabupaten Bungo

Sedangkan tahun 2004–2007 perkembangannya mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Deskripsi lebih rinci tentang

perkembangan sumber daya manusia yang bekerja di

Kabupaten Bungo dimuat pada tabel berikut ini.

Tabel : 2.20 Sumber Daya Manusia yang Bekerja Terdaftar diKabupaten Bungo Berdasarkan Sektor Periode Tahun2004 - 2009

Lapangan UsahaTahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan,kehutanandan perikanan

2.798 2.798 2.795 2.940 2.137 2.310

2.Pertambangan danPenggalian

317 317 243 445 669 677

3.Industri Pengolahan 930 930 1.048 1.050 1.140 1.176

4.Listrik, Gas dan Air bersih 43 43 43 43 60 81

5.Bangunan 347 347 355 355 353 382

6.Perdagangan, Hotel danRestoran

1.899 1.899 2.093 2.093 1.100 1.117

7.Pengangkutan danKomunikasi

44 44 194 218 55 108

8.Keuangan,Persewaan danJasa Perusahaan

194 194 52 112 439 483

9.Jasa-jasa 90 90 120 120 68 80

Jumlah 4.814 6.662 6.943 7.367 6.021 6.416

Laju Pertumbuhan (%) 2,36 38,39 4,22 6,11 (18,27) 6,56

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Tabel di atas, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

sumber daya manusia yang bekerja di Kabupaten sangat

berfluktuatif. Kondisi ini memberi indikasi bahwa sumberdaya

61Pemerintah Kabupaten Bungo

manusia yang bekerja di Kabupaten Bungo mayoritas

berasal dari luar, yang datang dan pergi sesuai dengan

kesempatan kerja yang ada.

Selama tahun 2004 – 2009 sektor pertanian,

merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak.

Lalu diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan

selanjutnya adalah sektor industri yang juga mempunyai

daya serap tenaga kerja kategori banyak. Hal ini

disebabkan, secara geografis Kabupaten Bungo merupakan

daerah pertanian dan merupakan daerah lintasan antar

kabupaten dalam Provinsi Jambi maupun dari luar provinsi.

Kabupaten Bungo juga merupakan daerah yang dilalui oleh

jalur Lintas Sumatera, sehingga transportasi menuju

Kabupaten Bungo cukup banyak dan lancar.