Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Kota Semarang
2.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah
Kota Semarang adalah ibukota provinsi Jawa Tengah yang terletak
diantara 10935’-11050’ Bujur Timur dan 670’-710’ Lintang Selatan
dengan luas wilayah 373,70 𝑘𝑚 .
Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 kecamatan
dan 177 Kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, terdapat 2 kecamatan
yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas
wilayah 57,55 𝑘𝑚 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah
54,11 𝑘𝑚 . Kedua kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang
merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih
memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang
mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas
wilayah 5,93 𝑘𝑚 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas
wilayah 6,14 𝑘𝑚 .
Secara administratif Kota Semarang dibatasi oleh :
Sebelah Barat dibatasi oeh Kabupaten Kendal
Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Demak
Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dan
Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Semarang
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang
membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas, yaitu sebagai kota
pegunungan dan kota pantai. Di daerah pegunungan mempunyai
48
ketinggian 90-359 meter di atas permukaan laut sedangkan di daerah
dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75-3,5 meter di atas permukaan
laut. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur
lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan
Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor
pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten
Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu,
koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; dan Barat menuju
Kabupaten Kendal.
2.1.2 Topografi
Secara topografi, Kota Semarang memiliki keunikan karena terdiri
dari daerah pantai dan daerah perbukitan, dengan elevasi topografi berada
pada ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut.
Daerah pesisir pantai merupakan wilayah terendah di Kota Semarang yang
dibatasi Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Luas
daerah pantai di Kota Semarang adalah 1% dari luas wilayah total dengan
ketinggian 0-0,75m dpl (diatas permukaan laut). Daerah dataran rendah
merupakan kawasan dibagian tengah, seperti daerah simpang lima dan
pusat kota, dengan kemiringan antara 2–15% dan ketinggian antara 0,75–
3,5m dpl seluas 33% dari luas wilayah total. Sedangkan wilayah dataran
tinggi di Kota Semarang seluas 66% dari luas wilayah dengan ketinggian
antara 5-348m dpl. Daerah ini memiliki ketinggian yang bervariasi, seperti
136m dpl di wilayah Jatingaleh, 253m dpl di wilayah Mijen, serta 259m
dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati. Ketinggian Kota Semarang yang
bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota Semarang lebih
difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang
bagian bawah.
49
2.1.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Semarang
Jumlah penduduk Kota Semarang dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan. Mengutip situs Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Semarang, data bulan Desember 2016. Dari data tersebut diketahui
jika jumlah penduduk Kota Semarang tercatat 1.634.482 jiwa.
Tabel II.1. Jumlah Penduduk Kota Semarang (Desember 2016)
Kecamatan
Jenis Kelamin Total
Laki-Laki Perempuan Persentase (%)
Semarang Tengah 29,618 32,086 61,704 3,7% Semarang Barat 79,426 80,998 160,424 9,8 % Semarang Utara 61,052 62,976 124,028 7,5 % Semarang Timur 37,147 39,163 76,310 4,6% Gayamsari 37,066 37,163 74,229 4,5% Gajah mungkur 29,640 30,373 60,013 3,6% Genuk 53,847 53,176 107,023 6,5% Pedurungan 93,390 93,784 187,174 11,4% Candisari 40,260 41,395 81,655 4,9% Banyumanik 67,845 68,608 136,453 8,3% Gunungpati 44,539 43,922 88,461 5,3% Tembalang 84,961 84,928 169,889 10,3% Tugu 16,505 16,350 32,855 1,9% Ngaliyan 67,895 68,024 135,919 8,2% Mijen 33,452 33,159 66,611 4,0% Semarang Selatan 35,018 36,716 71,734 4,3%
Total 811,661 822,821 1,634,482 100% Sumber : Dispendukcapil Kota Semarang
Jika dilihat dari sebaran penduduk berdasarkan kelompok umurnya,
jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) di tahun 2015 sejumlah
1.142.952 jiwa, dan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan
65 tahun keatas) sejumlah 453.084 jiwa. Dengan membandingkan antara
jumlah penduduk tidak produktif dengan penduduk yang produktif, maka
akan dapat diketahui Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio).
Angka beban ketergantungan Kota Semarang pada tahun 2015 adalah
50
sebesar 39,64%. Secara rinci, jumlah penduduk Kota Semarang di tahun
2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel II.2. Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Kondisi Tahun 2015
Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 0 - 4 127.674 8,00 5 – 9 126.763 7,94
10 – 14 123.123 7,71 15 – 19 148.361 9,35 20 – 24 157.671 9,97 25 – 29 150.913 9,47 30 – 34 140.438 8,80 35 – 39 126.105 7,89 40 – 44 119.700 7,49 45 – 49 107.174 6,70 50 – 54 90.847 5,67 55 – 59 64.789 4,03 60 – 64 36.954 2,29
65 + 75.524 4,69 Jumlah 1.596.036 100,00
Sumber : BPS Kota Semarang, LKJP Kota Semarang Tahun 2015
Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota
Semarang hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI
sederajat, SMP/MTs sederajat, SMA/MA sederajat) dengan persentase
terbesar adalah tamatan SD/MI sederajat sebesar 22,88%. Sedangkan
penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi
jumlahnya hanya sekitar 8,78%, yang terdiri dari tamatan Diploma I/II/III
sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar 4,44%. Berikut
ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat pendidikan
formal.
51
Tabel II.3. Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan
Pendidikan Tahun 2015
Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Tidak sekolah 96.047 6,54 Tidak/belum tamat SD 299.639 20,39 Tamat SD/MI sederajat 336.148 22,88 Tamat/SLTP/MTs sederajat 298.149 20,29 Tamat LTA/MA sederajat 310.231 21,11 Tamat Diploma I/II/III 63.790 4,34 Tamat D IV/S1/S2/S3 65.248 4,44
Jumlah 1.469.252 100,00 Sumber : BPS Kota Semarang, LKJP Kota Semarang Tahun 2015
Pola persebaran penduduk juga mempengaruhi produktifitas
sampah pada masing-masing kecamatan di Kota Semarang. Penyebaran
penduduk yang tidak merata menyebabkan volume sampah per hari yang
dihasilkan oleh penduduk per masing-masing kecamatan menjadi berbeda-
beda. Hal ini tentu mempengaruhi bagaimana kegiatan pengelolaan
sampah di suatu kecamatan lebih diutamakan daripada kecamatan lainnya.
Sebagai contoh yaitu pola persebaran permukiman di Kecamatan
Tembalang Banyumanik, Gunungpati, dan Mijen. Pola persebaran
permukiman untuk setiap kelurahan di 4 kecamatan tersebut memiliki
pola mengelompok dan acak. Pola persebaran permukiman di 4
Kecamatan tersebut disebabkan karena adanya perbandingan antara jumlah
permukiman dan luas wilayah, dalam hal ini adalah lingkup administrasi
kelurahan.
Perbedaan pola persebaran permukiman juga dipengaruhi oleh
topografi suatu wilayah. Topografi yang dimaksud disini adalah ketinggian
tempat dan kemiringan lereng. Ketinggian tempat dan kemiringan lereng
berpengaruh terhadap manusia dalam memilih dan mendirikan
52
permukiman. Manusia cenderung akan bermukim ditempat datar dengan
ketinggian rendah ±2-100m diatas permukaan laut dan dengan kemiringan
lereng sekitar 0-15% (USDA dalam BAPPEDA, 2011), karena didaerah
tersebut daya dukung tanahnya baik untuk membangun suatu permukiman
karena memiliki kekuatan tanah untuk mendukung atau menahan beban
pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat menggeser, sehingga pada keadaan
topografi tersebut pola persebaran permukimannya akan mengarah ke pola
acak bahkan seragam. Sedangkan pada daerah penilitian merupakan daerah
yang memiliki ketinggian ±100-300m diatas permukaan laut (BPS, Kota
Semarang) dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari 0% sampai
dengan >40% (BAPPEDA, Kota Semarang) maka pada daerah tersebut
pola persebaran permukimannya mengarah ke mengelompok dan acak
karena daerah dengan ketinggian yang tinggi cenderung permukimannya
sedikit.
Selain topografi, aksesbilitas daerah juga berpengaruh pada pola
persebaran permukiman. Berdasarkan survei lapangan, kelurahan dengan
pola acak memiliki aksesbilitas yang tinggi,sebagai contohnya kelurahan
Sambiroto yang terdapat di Kecamatan Tembalang, pada kelurahan
tersebut pada tahun 1992 memiliki pola mengelompok kemudian pada
tahun 2014 berubah berpola acak karena sekarang di kelurahan tersebut
sudah padat dengan permukiman, hal tersebut didukung karena adanya
akses jalan yang baik dan mendukung dalam hal pemenuhan kebutuhan
seperti fasilitas-fasilitas umum di bidang transportasi (angkutan umum,
ojek), di bidang kesehatan (klinik, apotek, puskesmas), di bidang jasa
(pertokoan, atm dan lain-lain), di bidang pendidikan (SD, SMP, SMAdan
Universitas) sudah terdapat di kelurahan tersebut.
53
2.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang merupakan dinas teknis
yang tugasnya sangat komplek. Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang
nomor 38 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas
Lingkungan Hidup maka Dinas Kebersihan Kota Semarang dan Dinas
Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang digabung menjadi Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang.
Sejak digabung maka tugas dari dinas yang semula hanya
menangani kebersihan di wilayah Kota Semarang sesuai Perda nomor 6
tahun 1993 kini ditambah menangani pertamanan yang ada di Kota
Semarang. Namun, pada tahun 2017 per tanggal 1 Januari 2017 Dinas
Kebersihan dan Pertamanan berubah nama menjadi Dinas Lingkungan
Hidup. Penataan OPD di Pemerintah Kota Semarang itu dilakukan atas
dasar Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang No. 14 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang
dalam merampingkan organisasi-organisasi pemerintah yang mempunyai
tugas dan fungsi yang mirip atau hampir sama. Dinas Lingkungan Hidup
merupakan peleburan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan
Badan Lingkungan Hidup. Bidang pertamanan pada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan berubah tugas dan melebur ke Dinas Tata Kota dan
Perumahan, sedangkan Badan Lingkungan Hidup melebur ke Dinas
Kebersihan dan berubah nama menjadi Dinas Lingkungan Hidup.
Sebagaimana diketahui penanganan sampah merupakan hal yang
sangat kompleks karena tidak saja menyangkut masalah teknis tetapi juga
masalah kelembagaan dukungan biaya, dukungan Pemerintah Daerah dan
peran serta masyarakat.
54
2.2.1 Visi Misi, Tugas dan Fungsi
2.2.1.1 Visi dan Misi
Visi sekaligus tujuan pembangunan urusan lingkungan hidup
jangka menengah Kota Semarang tahun 2010-2015 adalah “Mewujudkan
Badan Lingkungan Hidup yang responsif dan proaktif serta berperan
dalam pelaksanaan pembangunan Kota Semarang yang berkelanjutan
menuju masyarakat sejahtera”. Sedangkan misi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Semarang yakni :
1. Meningkatkan pengembangan kapasitas kelembagaan dan Sumber
Daya Manusia di bidang lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pengawasan, pengendalian dan pemantauan
pencemaran terhadap pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya
Alam sesuai fungsi lingkungan dalam rangka penegakan hukum
lingkungan.
3. Meningkatkan upaya konservasi dan pemulihan kualitas Sumber
Daya Alam terhadap kerusakan lingkungan.
4. Mengembangkan teknologi dan informasi di bidang lingkungan
dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan.
5. Meningkatkan kerjasama dalam pengelolaan lingkungan hidup.
6. Meningkatkan pelayanan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat melalui sosialisasi di bidang lingkungan hidup.
2.2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantu Walikota
dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup,
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub urusan persampahan dan
air limbah serta bidang Kehutanan yang menjadi kewenangan daerah dan
tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah.
55
Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Lingkungan Hidup
mempunyai fungsi :
Perumusan kebijakan Bidang Penataan Lingkungan, Bidang
Pengelolaan Sampah, Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Konservasi Lingkungan Hidup, Bidang Pengawasan dan
Pemberdayaan Lingkungan, dan UPTD;
perumusan rencana strategis sesuai dengan visi dan misi Walikota;
pengkoordinasian tugas-tugas dalam rangka pelaksanaan
program/kegiatan Kesekretariatan, Bidang Penataan Lingkungan,
Bidang Pengelolaan Sampah, Bidang Pengendalian Pencemaran
dan Konservasi Lingkungan Hidup, Bidang Pengawasan dan
Pemberdayaan Lingkungan, dan UPTD;
penyelenggaraan pembinaan kepada bawahan dalam lingkup
tanggungjawabnya;
penyelenggaraan penyusunan Sasaran Kerja Pegawai;
penyelenggaraan kerjasama Bidang Penataan Lingkungan, Bidang
Pengelolaan Sampah, Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Konservasi Lingkungan Hidup, Bidang Pengawasan dan
Pemberdayaan Lingkungan, dan UPTD;
penyelenggaraan kesekretariatan Dinas Lingkungan Hidup;
penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang Penataan
Lingkungan, Bidang Pengelolaan Sampah, Bidang Pengendalian
Pencemaran dan Konservasi Lingkungan Hidup, Bidang
Pengawasan dan Pemberdayaan Lingkungan, dan UPTD;
penyelenggaraan penilaian kinerja Pegawai;
penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan
Bidang Penataan Lingkungan, Bidang Pengelolaan Sampah,
Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Lingkungan
Hidup, Bidang Pengawasan dan Pemberdayaan Lingkungan, dan
UPTD;
56
penyelenggaraan laporan pelaksanaan program dan kegiatan; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait
dengan tugas dan fungsinya.
2.2.2 Kedudukan
Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup, bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang sub urusan persampahan dan air limbah serta bidang
Kehutanan.
Dinas Lingkungan Hidup, dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah.
2.2.3 Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, terdiri dari :
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
Sub Bagian Keuangan dan Asset
Sub Bagian Umum dan Kepewagaian
3. Bidang Penataan Lingkungan :
Seksi Instrumen Penataan Lingkungan
Seksi Pengkajian Dampak Lingkungan
Seksi Pencegahan Pencemaran B3 dan Limbah B3
4. Bidang Pengelolaan Sampah :
Seksi Pengembangan Potensi dan Mitra
Seksi Sarana Prasarana Pengelolaan
Seksi Operasional Pengelolaan Sampah
57
5. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konseravasi Lingkungan
Hidup
Seksi Pengendalian Pencemaran dan Limbah Cair
Seksi Konservasi Keanekaragaman Hayati
Seksi Pemulihan Lingkungan dan Perubahan Iklim
6. Bidang Pengawasan dan Pemberdayaan Lingkungan
Seksi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa
Seksi Pengawasan Lingkungan
Seksi Pengembangan Kearifan Lokal dan Pemberdayaan
7. UPT, terdiri dari :
UPT Laboratorium Lingkungan
UPT Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
UPT Instalasi Pengolahan Air Limbah
UPT Kebersihan Wilayah I, Wilayah II, Wilayah III, Wilayah
IV, Wilayah V, Wilayah VI, WilayahVII, dan Wilayah VIII
8. Jabatan Fungsional
58
Gambar II.2. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup
Sumber : Dokumen Dinas Lingkungan Hidup
KEPALA
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretaris
Sub Bagian Perencanaan dan
Evaluasi
Sub Bagian Keuangan dan Aset
Sub Bagian Umum dan kepegawaian
Bidang Penataan Lingkungan
Sie Instrumen Penataan Lingkungan
Sie Pengkajian Dampak Lingkungan
Sie Penegahan Pencwmaran B3 dan
Limbah
Bidang Pengelolaan Sampah
Sie Pengembangan Potensi dan Kemitraan
Sie Sapras Pengelolaan Sampah
Sie Operasional Pengelolaan Sampah
Bidang Pengendalian dan Konservasi
Sie Pengendalian Pencemaran dan Limbah
Sie Konservasi Keanekaragaman Hayati
Sie Pemulihan Lingkungan
Bidang Pengendalian dan Konservasi
Sie Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa
Sie Pengawasan Lingkungan
Sie Pengembangan Kearifan Lokal dan
Pemberdayaan
UPT Laboratorium Lingkungan
UPT Tempat Pemrosesan Akhir
UPT Instalasi Pengelolaan Air Limbah
UPT Kebersihan Wilayah I s/d VIII
59
2.3 Gambaran Umum Tahapan Pengelolaan Sampah di Kota Semarang
2.3.1 Dasar Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang sebagai instansi
pemerintah Kota Semarang melaksanakan tugas dan fungsinya
berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang dan Peraturan
Walikota Semarang Nomor 45 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan
Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang serta melakukan tugas
dan tanggungjawabnya dibidang pengelolaan sampah berpedoman pada
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di
Kota Semarang.
2.3.2 Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah dilakukan dimasing-masing lingkungan, baik
pada tingkat kecamatan maupun kelurahan (rt/rw) yang kemudian
dikumpulkan pada TPS/TPST atau tempat pembuangan sementara resmi
sebelum nantinya diangkut ke TPA. Berdasarkan cek dilapangan oleh
Dinas Lingkungan Hidup jumlah TPST yang ada di kota semarang 36 buah
namun yang masih beroperasi/aktif 15 buah yaitu :
Perumnas Sampangan Jl. Akasia Sampangan : 60 M3/Bulan
Kel. Bulu Lor Kec. Semarang Barat : 50 M3/ Bulan
Kel. Jomblang Kec. Candisari : 15 M3/ bulan
Kel. Bendan Duwur Kec. Gajahmungkur : 10 M3/ Bulan
Kel. Muktiharjo Kec. Pedurungan : 5 M3/ Bulan
TPST. Pleburan Kec. Semarang Selatan : 10 M3/ Bulan
TPST. Pedurungan Kidul Kec. Pedurungan : 20 M3/ Bulan
TPST. Pedurungan Lor Kec. Pedurungan : 35 M3/ Bulan
TPST. Pudakpayung Kec. Banyumanik : 36 M3/ Bulan
60
TPST. Padangsari Kec. Banyumanik : 52 M3/ Bulan
TPST. Ngaliyan Kec. Ngaliyan : 32 M3/ Bulan
TPST. Gondoriyo Kec. Ngaliyan : 40 M3/ Bulan
TPST Bonbin Mangkang Kec. Tugu : 15 M3/ Bulan
TPST Dinas Lingkungan Hidup : 10 M3/ Bulan
TPST BSB Mijen : 90 ton/bulan
2.3.3 Pengangkutan Sampah di Kota Semarang
Sampah-sampah yang terkumpul di masing-masing TPS maupun
TPST atau di bak-bak sampah kemudian akan diangkut oleh petugas
pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dengan truk-truk pengangkut sampah. Hal ini
dilakukan agar sampah tidak berserakan disekitar TPS dan dapat segera
dikumpulkan ke pengumpulan yg lebh besar yakni TPA agar bisa diolah
dan dikelola dengan sedemikian rupa.
Pengangkutan sampah tersebut dilaksanakan secara terjadwal agar
pengangkutan sampahnya dapat dilakukan dengan baik. Jadwalnya yakni
sebagai berikut:
Pengambilan I : Pada pagi hari pukul 04.00 WIB – selesai
Pengambilan II : Pada siang hari pukul 13.00 WIB – selesai
Selain pengangkutan yang dilaksanaan oleh dinas, pengankutan
sampah juga dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai
kepentingan dengan sampah atau juga pengangkutan yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri dari lingkungan tempat mereka tinggal, misalnya
dengan truk pick-up kecil sampah diangkut menuju TPS atau bahkan ke
TPA.
Pengangkutan sampah juga dilakukan oleh Dinas Pasar. Hal ini
dikarenakan Dinas Pasar mempunyai alur atau aturan tersendiri untuk
61
pengangkutan sampah pasar menuju TPA. Pengangkutan sampah pasar
oleh Dinas Pasar tidak ada kaitannya dengan Dinas Lingkungan Hidup
tetapi sebatas koordinasi jam serta alur pengangkutan yang masing-masing
terapkan.
Dalam pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Semarang melakukan pelayanan pengangkutan sampah dari seluruh
wilayah Kota Semarang yang dibedakan menjadi :
1. Daerah Pemukiman/Rumah Tangga
Pengangkutan sampah rumah tangga/pemukiman dari TPS
(Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dilaksanakan oleh pihak kecamatan
sesuai pada wilayah masing-masing.
Biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pemerintah Kota
Semarang dari hasil retribusi masyarakat (retribusi rumah
tangga)
Gambar II.3. Alur Sampah Pemukiman/Rumah Tangga
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
Pemukiman (RT/RW)
Becak Sampah Kontainer/TPS
Truk Arm Roll TPA
62
2. Daerah Pasar/Niaga
Pengangkutan sampah pasar/niaga dari TPS ke TPA
dilaksanakan oleh masing-masing pemilik usaha. Untuk
pengangkutan sampah pasar dilakukan oleh Dinas Pengelola
Pasar
Sarana dan prasarana pengangkutan (container, armroll
truck, dump truck, dan lain-lain) disediakan oelh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Semarang
Biaya pengangkutan ditanggung oleh masing-masing
pemilik tempat usaha. Untuk biaya pengangkutan pasar
ditanggung oleh Dinas Pengelola Pasar
Kegiatan penggangkutan sampah pasar/niaga menggunakan
jasa pelayan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
Gambar II.4. Alur Pengangkutan Sampah Pasar/Niaga
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
3. Fasilistas Umum/Sosial
Pengankutan sampah hasil sapuan yang telah
dikumpulkan disepanjang jalan protokol diangkut oleh
pihak ketiga/rekanan yang dikoordinasi oleh Dina
Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang
Sarana angkut disediakan oleh pemerintah Kota
Semarang
Pasar/Niaga Truk Arm Roll TPA
63
Biaya pengangutan sampah ditanggung oleh pemerintah
Kota Semarang
Pada jalan yang tidak dikerjakan oleh pihak rekanan,
pengangkutan dilaksanakan oleh masing-masing
kecamatan
Gambar II.5. Alur Pengangkutan Sampah Fasilitas Umum/Sosial
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang
2.3.4 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dimiliki oleh Kota
Semarang adalah TPA Jatibarang yang berlokasi di kelurahan
Kedungpade, kecamatan Mijen. TPA Jatibarang berjarak 13 km dari pusat
Kota Semarang, dimana lokasi tersebut sudah memiliki prasaran jalan
aspal dengan lebar 6 meter. TPA tersebut mulai beroperasi sejak bulan
Maret 1992 untuk menggantikan beberapa TPA di Kota Semarang yang
telah ditutup oleh pemerintah. TPA Jatibarang telah memiliki Dokumen
Lingkungan berupa Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) pada
tahun 2011. Pada awal perencanaan, luas Areal TPA Jatibarang ±
460.183𝑚 (46,02 ha) dengan perincian sebagai berikut :
Luas Areal Buang ± 276.469,8 𝑚 (27,64 ha)
Infrastruktur ± 46.018 𝑚 (4,6 ha)
Kolam Lindi ± 46.018 𝑚 (4,6 ha)
Fasilitas Umum/Sosial
Truk Arm Roll TPA
64
Sabuk Hijau ± 46.018 𝑚 (4,6 ha)
Lahan Cover ± 46.018 𝑚 (4,6 ha)
Pengolahan sampah di TPA Jatibarang dengan metode menuju
Sanitary Landfill. Banyaknya sampah yang masuk ke TPA Jatibarang
1000 ton/hari dengan pengurangan sampah yang masuk ke PT.Narpati
untuk dibuat pupuk organik granul 250 ton/hari.