Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Potensi Pengembangan
Wilayah
Letak, Luas dan Batas Wilayah
Kondisi Topografi
Kondisi Klimatologi
Kondisi Geologi
Kondisi Hidrologi
Penggunaan Lahan
Kondisi Geografi Lainnya
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Bagian ini menjelaskan aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan
masyarakat, aspek pelayanan umum, aspek daya saing serta indikator kinerja
penyelenggaraan pemerintah daerah, yang selaras dan mendukung isu strategis,
permasalahan pembangunan daerah, visi dan misi kepala daerah serta kebutuhan
perumusan strategi.
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
Aspek geografi dan demografi merupakan informasi dasar yang sangat
penting dalam penyusunan rencana pembangunan. Bagian ini menjelaskan tentang
kondisi geografi daerah, potensi pengembangan wilayah, dan wilayah rawan
bencana. Kerangka pemikiran hubungan antara kondisi geografi dengan potensi
pengembangan kawasan budidaya seperti gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Potensi Pengembangan Kawasan Budidaya
Berdasarkan gambar di atas pengembangan wilayah di Kabupaten Sampang
sangat didukung oleh berbagai aspek, utamanya aspek letak, luas dan batas
wilayah, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi geologi, kondisi hidrologi,
serta aspek penggunaan lahan. Disamping itu dijelaskan pula tentang kondisi
demografi seperti ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta dinamika
perkembangan jumlah penduduk setiap tahunnya.
BabII
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 2
2.1.1 Karakteristik lokasi dan wilayah
Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten di kawasan Madura.
Secara astronomis terletak pada koordinat 113°08’-113°39’ Bujur Timur dan
06°05’-07°13’ Lintang Selatan, dengan batas-batas administratif sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Laut Jawa
• Sebelah Selatan : Selat Madura
• Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan
• Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan
Gambar 2.2 Peta Batas Administrasi Kabupaten Sampang
Kabupaten Sampang memiliki luas wilayah 1.233,30 km² dan secara
administratif terbagi menjadi 14 kecamatan, 180 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan
yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Banyuates yaitu sebesar 141,23
km2 atau sekitar 11,45% dari luas wilayah keseluruhan, dan yang paling kecil
adalah Kecamatan Pangarengan dengan luas wilayah 42,69 km2 atau 3,46% dari
luas wilayah secara keseluruhan.
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan
Kabupaten Sampang
No Kecamatan Luas (km2) Persentase
(%) Jumlah Desa/Kel
1 Sreseh 71,95 5,83 12
2 Torjun 44,20 3,58 12
3 Pangarengan 42,69 3,46 6
4 Sampang 70,01 5,68 12/6
5 Camplong 69,93 5,67 14
6 Omben 116,31 9,43 20
7 Kedungdung 123,08 9,98 18
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 3
No Kecamatan Luas (km2) Persentase
(%) Jumlah Desa/Kel
8 Jrengik 65,35 5,30 14
9 Tambelangan 89,97 7,30 10
10 Banyuates 141,23 11.45 20
11 Robatal 80,54 6,53 9
12 Karang Penang 84,25 6,83 7
13 Ketapang 125,28 10,16 14
14 Sokobanah 108,51 8,80 12
Total 1233,30 100,00 186
Sumber: BPS, 2017
A. Kondisi Topografi
Berdasarkan topografinya Kabupaten Sampang terletak pada ketinggian
antara 0–375 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng terbagi atas
empat kelas, yaitu:
Kelas lereng 0-8%, dengan topografi wilayah berupa cekungan, dataran atau
relatif datar dari batuan endapan dan bukan endapan. Wilayah ini berupa
daerah pantai, rawa, danau, bantaran sungai, yang cocok untuk pertanian
semusim. Wilayah dengan kelerengan ini terdapat di Kecamatan Sampang,
Banyuates, Kedungdung, Sreseh, Pangarengan, Torjun dan Camplong.
Kelas lereng >8-15%, berupa perbukitan kecil dan dataran berombak, terletak di
Kecamatan Banyuates, Ketapang, Sokobanah, Sreseh, Jrengik, Torjun,
Pangarengan, Sampang, Omben dan Camplong. Lahan di wilayah ini cocok untuk
usaha pertanian dengan mempertahankan/ memelihara konservasi tanah dan
air.
Kelas lereng >15-25%, berupa perbukitan bergelombang, menyebar antara
perbukitan kecil dengan punggung pegunungan, terletak di Kecamatan
Ketapang, Banyuates, Sokobanah, Tambelangan, Robatal, Karang Penang,
Kedungdung dan Omben. Penggunaan lahan dengan kemiringan ini seyogyanya
ditujukan untuk usaha tanaman keras/tahunan karena tanahnya mudah erosi.
Kelas lereng >25-45% terdapat di punggung gunung dengan batuan gamping
tidak teratur yang terdapat di Kecamatan Banyuates, Ketapang, Sokobanah,
Jrengik, Tambelangan dan Omben. Pada wilayah dengan kelerengan >25-40%
penggunaan sesuai untuk tanaman keras/tahunan guna menghindarkan
terjadinya erosi lahan/tanah. Sedangkan untuk lahan dengan kelerengan >40%
pasti dihutankan untuk perlindungan hidrologis serta menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan hidup.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 4
B. Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan geologinya, Kabupaten Sampang terdiri atas 5 macam batuan
yaitu: alluvium, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies sedimen, pliosen fasies batu
gamping, dan mioses fasies sedimen. Jenis geologi alluvium dan mioses fasies
sedimen banyak digunakan oleh masyarakat untuk tegalan dan sawah, serta
sebagian kecil jenis batuan plistosen fasies sedimen yang seluruhnya untuk tegalan.
Visualisasi geologi di Kabupaten Sampang ditunjukkan gambar di bawah ini:
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.3 Peta Geologi Kabupaten Sampang
Jenis tanah merupakan unsur penting dalam menentukan tingkat kesesuaian
tanah untuk pengembangan komoditi pertanian. Meskipun ada pendapat yang
mengatakan bahwa kesuburan dapat dibeli dengan teknologi. Jenis tanah yang
berbentuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: bahan induk,
batuan induk, curah hujan, bentuk wilayah dan pengaruh kegiatan manusia. Sifat
kimia dan sifat bahan induk sangat mempengaruhi unsur hara yang tersedia dalam
tanah, akan mempengaruhi kesuburan dan produksi tanaman.
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Sampang ditunjukkan tabel di bawah,
bagian yang terluas adalah tanah dari jenis komplek mediteran grumosol, regosol
dan litosol yakni seluas 54.335 ha. Diikuti oleh jenis tanah alluvial hidromorf
dengan luas sekitar 10.720 ha. Sementara untuk proporsi jenis tanah terendah
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 5
adalah jenis grumosol kelabu yang hanya terdapat di Kecamatan Sampang dan
Kecamatan Camplong, dengan luasan 2.125 ha.
Tabel 2.2 Jenis Tanah di Kabupaten Sampang
1 Sreseh 4.125,50 - 1.394,50 - - - - 1.675,50 - - - -
2 Torjun - 797,00 2.498,75 322,00 - - - - 501,25 - - -
3 Pangarengan 3.115,25 205,00 - - - - - 949,75 - - - -
4 Sampang 525,00 2.969,00 951,00 - 610,00 - 1.946,00 - - - - -
5 Camplong 2.170,50 - 3.049,00 - - - 179,00 1.595,00 - - - -
6 Omben - - 237,75 - 200,00 - - - - - 6.179,25 5.014,00
7 Kedungdung - 603,00 102,00 - - - 2.483,75 - - 9.119,25 -
8 Jrengik 783,75 2.609,00 1.025,00 2.117,25 - - - - - - - -
9 Tambelangan - 1.000,00 - 347,25 - - - - - - 7.649,75 -
10 Banyuates - 1.121,00 - 2.030,00 - 1.150,00 - - 3.307,50 4.130,00 2.384,50 -
11 Robatal - - - - - - - - - - 8.363,00 -
12 Karangpenang - - - - - - - - - - 8.425,00 -
13 Ketapang - - - 2.305,50 - 1.679,00 - - 2.315,25 3.275,00 2.953,25 -
14 Sokobanah - - - 275,00 - 1.305,00 - - - - 9.261,00 -
10.720,00 9.304,00 9.156,00 7.499,00 810,00 4.134,00 2.125,00 6.704,00 6.124,00 7.405,00 54.335,00 5.014,00Jumlah
Aluvial
Kelabu
Kekuningan
Asosiasi
HidromorfLitosol
No Kecamatan
Jenis Tanah (Ha)
Aluvial
Hidromorf
Asosiasi
Litosol dan
Mediteran
Litosol
Merah
Komplek
Brown Forest
Soil ( +5 ) dan
Mediteran
Grumusol
Kelabu
Komplek
Grumusol
kelabu dan
litosol
Komplek
Mediteran
Merah
(Batu
Kapur)
Komplek
Mediteran
Merah (Batu
Pasir)
Komplek
Mediteran
Grumusol,
Regasol dan
Litosol
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
C. Kondisi Klimatologi dan Hidrologi
Seperti daerah di Indonesia ada umumnya Kabupaten Sampang beriklim
tropis yang ditandai dengan adanya 2 musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim penghujan rata-rata berlangsung pada bulan Oktober–April dan
musim kemarau bulan April–Oktober. Namun berdasarkan data curah hujan di
Kabupaten Sampang 5 (lima) tahun terakhir, terjadi dinamika pergeseran musim
sebagimana ditunjukkan tabel di bawah. Dari tabel tersebut dapat diketahui juga
bahwa telah terjadi anomali cuaca dimana tidak ada bulan kering sepanjang tahun
2016.
Tabel 2.3 Data Curah Hujan di Kabubaten Sampang
No Bulan Rata-rata curah hujan (mm)
2012 2013 2014 2015 2016
1 Januari 253 220 298 247 221
2 Februari 212 190 187 326 309
3 Maret 133 262 160 275 187
4 April 212 190 187 326 309
5 Mei 76 261 88 68 207
6 Juni 15 276 43 0 120
7 Juli 0 114 27 - 118
8 Agustus - - - - 59
9 September - 0,2 - - 188
10 Oktober 29 5 1 - 298
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 6
11 November 93 132 117 43 280
12 Desember 303 295 235 126 209
JUMLAH 1.327 1.945 1.344 1.410 2.506
Sumber: DPUPR Kabupaten Sampang, 2017
Di Kabupaten Sampang terdapat 36 sungai yang tersebar di 3 kecamatan,
selain itu terdapat pula sumber mata air yang dapat dimanfaatkan untuk sarana
irigasi lahan pertanian, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Nama dan Panjang Sungai Menurut Wilayah Pengairan
di Kabupaten Sampang
Wilayah Pangairan Nama Sungai Panjang (km)
I. Ketapang 1. Dempo Abang 5,50 2. Nipa 12,00 3. Brambang 7,00 4. Brumbung 4,20
5. Pajegan 4,70
6. Mandirah 5,60
7. Sodung 22,00 8. Bira/Sbr. Bira Timur 2,80
9. Suwa’an 1,15
10. Manding 5,60 11. Rabian 4,20 12. Sumber Lanjang 12,00
II . Sampang 1. Kamoning 20,00 2. Napoh - 3. Gunung Maddah 3,50 4. Jelgung 8,50
5. Pangetakan 3,00 6. Legung 2,00
7. Kalak 0,70
8. Tambak Bato 5,00 9. Taddan 1,20
10. Madegan 3,00 11. Kati 9,00 12. Pelut 5,00
III . Torjun
1. Klampis 14,00
2. Cangkereman 2,00
3. Pangarengan 2,00 4. Kepang 2,00
5. Dampol 4,00
6. Gulbung 2,00
7. Geluran 2,00
8. Lampenang 1,00 9. Sumber Koneng 2,00
10. Bakung 1,00 11. Pangandingan 1,00
12. Cangkokan 12,00
Sumber Data: DPUPR Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 7
Tabel 2.5 Jumlah Sumber/Mata Air di Kabupaten Sampang
Wilayah Sumber Air Debit
(Lt/dt) Luas (Ha)
1.Ketapang Sumur Bor Paopale 2,50 10,00
Sumur Bor Tamberu Laok 1,00 5,00
Sumur Pompa Sumber Bira I 40,00 40,00
Sumur Pompa Ketapang 2,00 -
Sumur Pompa Sokobanah 2,00 -
Sumur Pompa Ketapang Timur 2,00 -
2.Sampang Sumur Bor Banjar Talela 1,74 10,00
Sumur Pompa Pangelen 60,00 40,00
Sumur Pompa Sogian 60,00 40,00
Sumur Pompa Meteng I 60,00 40,00
Sumur Pompa Meteng II 60,00 30,00
Sumur Pompa Madulang I 60,00 40,00
Sumur Pompa Madulang II 60,00 30,00
Sumur Pompa Madulang III 60,00 -
Sumur Pompa Kamundung 2,00 -
Sumur Pompa Camplong I 2,00 -
Sumur Pompa Camplong II 2,00 -
Sumur Pompa Camplong III 2,00 -
3. Torjun Sumur Bor Tanah Merah 2,50 10,00
Sumur Bor Kara 1,96 5,00
Sumur Bor Buker 2,00 10,00
Sumur Bor Bancelok 1,00 -
Sumur Pompa Tambelangan 2,00 -
Sumber Data: DPUPR Kabupaten Sampang, 2017
D. Penggunaan Lahan
Kabupaten Sampang merupakan Kabupaten di Jawa Timur dengan luas
wilayah ±123.302.782 ha, dengan keragaman jenis penggunaan lahannya. Secara
umum, karakteristik guna lahan di Kabupaten Sampang meliputi kawasan hutan
lindung, kawasan resapan air berupa rawa dan waduk, kawasan perlindungan
setempat seperti sempadan pantai terdapat di sepanjang garis pantai selatan dan
utara Kabupaten Sampang, serta kawasan penyangga yaitu kawasan dengan
kriteria umum dengan keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan
budidaya secara ekonomis sehingga lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga, dan tidak merugikan segi-segi ekologi
lingkungan. Letak kawasan penyangga ini secara umum yaitu pada kawasan
transisi dari kawasan lindung dengan kawasan budidaya. Adapun sebarannya di
kabupaten Sampang yaitu di kecamatan Sokobanah dan di kecamatan Omben.
Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Sampang meliputi lahan tidak
terbangun (hutan, hutan bakau, tambak, padang rumput, pasir, perkebunan, sawah
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 8
irigasi dan sawah tadah hujan, semak belukar, tanah berbatu, ladang, rawa dan
tanggul pasir) dan lahan terbangun (permukiman, fasilitas dan industri).
Mayoritas penggunaan laha di Kabupaten Sampang didominasi oleh
penggunaan lahan untuk tegal kebun dan ladang sebesar 63,67%. Selanjutnya guna
lahan terbesar kedua adalah guna lahan berupa sawah sebesar 16,68%.
Penyebaran masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut ditunjukkan pada
gambar di bawah:
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.4 Diagram Penggunaan Lahan Kabupaten Sampang
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah diidentifikasi dari wilayah yang memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti pertanian,
perikanan, pariwasata, industri, pertambangan, dan lain-lain dengan berpedoman
pada rencana tata ruang wilayah.
I. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian di Kabupaten Sampang diusahakan dalam bentuk
pertanian sawah seluas 20.590 ha dan tanah tegalan seluas 78.514 ha dan kawasan
jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Sampang. Dari
kondisi tersebut diharapkan kawasan ini mampu menciptakan swasembada
pangan terutama melalui program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi,
intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan
pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi pertanian daerah
Kabupaten Sampang.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 9
Data BPS (2016) menunjukkan sebagian besar sawah di Kabupaten
Sampang merupakan sawah dengan menggunakan sistem pengairan tadah hujan,
yaitu seluas 15.580 ha, atau 75,67% dari luasan sawah keseluruhan. Sedangkan
sebagian lagi merupakan sawah dengan jenis pengairan irigasi teknis seluas 3.520
ha, yang beririgasi semi teknis seluas 910 ha, dan yang beririgasi sederhana
sebesar 340 ha.
II. Kawasan Perkebunan
Pengembangan tanaman perkebunan di Kabupaten Sampang dituntut untuk
tetap memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, ekologi dan sosial yang
merupakan indikator pengelolaan sumber daya perkebunan dan kehutanan yang
lestari. Jenis komoditi perkebunan yang cukup potensial dan merupakan tanaman
unggulan di Kabupaten Sampang antara lain adalah jambu mete, kelapa, cabe jamu
dan tembakau. Wilayah yang menghasilkan perkebunan ini umumnya merupakan
kawasan yang memiliki kondisi topografi perbukitan dan sebagian kecil pada
daerah dataran rendah dengan jenis tanaman yang ditanam adalah termasuk jenis
tanaman keras.
III. Kawasan Peternakan
Sektor Peternakan di Kabupaten Sampang komoditas yang paling menonjol
adalah ternak sapi potong, diikuti oleh ternak kambing dan ternak ayam.
Pendekatan yang diterapkan dalam rangka meningkatkan kualitas peternakan
adalah dengan teknis terpadu dengan kebijakan pengembangan populasi ternak,
produksi ternak dan pelayanan.
Beberapa kecamatan yang memiliki potensi pengembangan peternakan di
Kabupaten Sampang, baik ternak besar maupun ternak kecil, diantaranya adalah:
- Kecamatan Ketapang : sapi
- Kecamatan Sampang : kambing, kuda, domba
- Kecamatan Robatal : sapi
Selain ternak besar diatas, masing-masing kecamatan juga memiliki potensi
pengembangan ternak kecil, yakni: ayam buras/kampung, ayam ras, kambing,
domba, kelinci dan sebagainya terdistribusi secara merata.
IV. Kawasan Perikanan
Sektor Kelautan dan Perikanan merupakan produksi penghasil protein
tinggi di Kabupaten Sampang dan yang paling menonjol adalah perikanan laut.
Hasil tangkapan ikan laut terbesar adalah Kecamatan Ketapang dan Banyuates
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 10
untuk bagian utara, sedangkan untuk bagian selatan adalah Kecamatan Sreseh,
Camplong dan Sampang.
Peningkatan perekonomian Kabupaten Sampang bidang perikanan
dikembangkan melalui perikanan laut atau tangkap di wilayah pantai di Kecamatan
Sreseh dan Camplong melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung
penangkapan, TPI dan gudang, pelabuhan penunjang bongkar muat barang ikan
serta sandar perahu.
Sektor perikanan yang ada di Kabupaten Sampang dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu perikanan darat dan perikanan laut:
- Perikanan darat antara lain adalah: Usaha budidaya ikan berupa ikan kolam,
karamba dan kolam pembenihan ikan (KPI) yang terdapat di Kecamatan
Pengarengan.
- Perikanan laut, terdapat di Kecamatan Sampang, Camplong, Sreseh,
Pengarengan, Ketapang, Banyuates dan Sokobanah antara lain adalah: usaha
penangkapan ikan di laut, usaha penangkapan ikan dan restocking di perairan
umum, usaha perikanan di bidang pasca panen yaitu pengolahan ikan
V. Sentra Industri
Kabupaten Sampang memiliki beragam jenis industri yang memiliki peranan
penting dalam mendukung perekonomian wilayah kabupaten. Jenis industri yang
ada di Kabupaten Sampang antara lain: Industri genteng di Kecamatan Karang
Penang, Industri logam (pagar besi) di Kecamatan Sampang, industri petis ikan di
Kecamatan Camplong dan Kecamatan Sampang, industri kerajinan aksesoris
kerang-kerangan di Kecamatan Camplong, industri ranjang palek di Kecamatan
Sampang, industri batik tulis di Kecamatan Sampang dan Kecamatan Jrengik,
industri garam rakyat di Kecamatan Sampang, Kecamatan Camplong, Kecamatan
Torjun, Kecamatan Pengarengan, Kecamatan Jrengik dan Kecamatan Sreseh.
VI. Pariwisata
Pengembangan sektor wisata di Kabupaten Sampang cukup menjanjikan.
Hal ini terlihat dari potensi keunikan dan keindahaan obyek wisata dan budaya
yang dimiliki cukup banyak. Obyek wisata tersebut meliputi:
a. Pantai Wisata Camplong
Kawasan wisata alam ini terletak di Desa Dharma Camplong, Kec. Camplong,
dengan jarak ± 9 km dari pusat kota. Untuk mencapai kawasan ini sangat
mudah karena dilalui jalur arteri lintas kota pulau madura Bangkalan-
Sampang-Pamekasan-Sumenep dengan kondisi jalan sangat baik. Kondisi
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 11
Wisata Pantai Camplong didukung dengan tempat penginapan berupa hotel
resort bintang satu, restoran, kios makanan tradisional, pasar wisata, tempat
parkir yang memadai, fasilitas tempat ibadah, taman bermain, MCK, gardu
pandang, dan keamanan yang terjamin.
b. Wisata Goa Macan
Gua macan terletak di Desa Bira Temor Kecamatan Sokobanah Kabupaten
Sampang. Objek wisata ini merupakan objek wisata alam yang baru ditemukan
atas dasar infromasi dari penduduk Desa Bira Temor Kecamatan Sokobanah.
Letak Gua macan ± 5 km dari Kantor Kecamatan Sokobanah ke arah timur.
Pada Gua Macan di bagian depan dihiasai stalaktit dan stalakmit, sehingga
menyerupai mulut Macan yang sedang menganga. Stalaktit dan stalakmit juga
terdapat dibagian dalam gua. Di dalam gua juga terdapat suara tetesan air
menyerupai alunan musik yang berasal dari tetesan air dari atap gua. Pada
musim kemarau air ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk menyiram tanaman
Cabe Jamu.
c. Wisata Goa Kelelawar
Goa Kelelawar terletak di Desa Bira Timur (sebelah timur Gua Macan)
Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang. Objek wisata ini merupakan objek
wisata alam yang baru ditemukan atas dasar infromasi dari penduduk Desa
Bira Timur Kecamatan Sokobanah. Letak Gua macan ± 5,2 km dari Kantor
Kecamatan Sokobanah ke arah timur. Pada Gua Kelelawar di bagian dalam
dihiasai stalakmit. Suhu di dalam gua sangat sejuk, sehingga oleh Kelelawar
dijadikan sarang yang jumlahnya ribuan, dengan banyaknya kelelawar yang
keluar masuk dari gua tersebut oleh penduduk sekitar dinamakan Gua
Kelelawar.
d. Wisata Air Terjun Torowan
Terletak di Desa Ketapang Daya, Kec. Ketapang, dengan jarak ± 43 km dari
pusat kota ke arah utara dengan akses jalan menuju lokasi di jalur transportasi
umum Sampang - Ketapang – Sokobanah. Air Terjun Torowan yang merupakan
satu-satunya air terjun di Kabupaten Sampang dan di Pulau Madura, sumber
mata Air Terjun Torowan berasal dari sungai Sumber Payung yang berada di
Kecamatan Ketapang Timur, dengan posisi tinggi mencapai ± 20 m dari
permukaan air laut dan letak jatuh air terjun yang langsung bermuara ke laut
lepas pantai utara merupakan pesona tersendiri dari air terjun ini.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 12
e. Wisata Hutan Kera Nepa
Hutan Kera Nepa terletak di Desa Nepa, Kec. Banyuates dari pusat kota ke arah
utara jurusan Sampang- Ketapang-Banyuates dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat sejauh + 50 km dan dilanjutkan dengan kendaraan
bermotor sejauh 1 km untuk masuk ke hutan karena kondisi jalan masuk yang
masih sempit. Merupakan suatu keindahan tersendiri yang ditawarkan
kawasan objek wisata Hutan Kera Nepa, wisatawan akan dituntun untuk
melihat pemandangan alam sekitar pantai dan lautan lepas, melihat matahari
terbit (sunrise), menyusuri sungai dan hutan cagar alam seluas 1 ha dengan
perahu nelayan untuk melihat pemandangan hutan mangroove dan melihat
satwa kera pada habitatnya.
Disamping obyek wisata alam sebagaimana tersebut diatas, terdapat juga
potensi wisata buatan seperti: Wisata Waduk Nipah di Desa Montor Kecamatan
Banyuates, Wisata Waduk Klampis di Desa Kramat Kecamatan Kedungdung, Wisata
Kolam Renang Sumber Oto’ di Desa Taddan Kecamatan Camplong. Ada juga potensi
wisata budaya dan minat khusus seperti: Situs Rato Ebuh, Masjid Madeggen, Sumur
Tujuh Petilasan Pangeran Panji Laras, dan Situs Makam Pangeran Santo Merto di
Kelurahan Polagan Kecamatan Sampang; Situs Pababaran Trunojoyo dan Sumur
Daksan di Kelurahan Rong Tengah Kecamatan Sampang, Situs Makam Bangsacara
dan Ragapadmi di Pulau Mandangin.
VII. Kawasan Pertambangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 bahan galian
digolongkan menjadi tiga yaitu :
- Golongan bahan galian yang strategis, diantaranya adalah : Minyak bumi, gas
alam, aspal, batu bara, nikel, kobalt, timah, uranium, radium, thorium dan
bahan galian radio aktif lainnya.
- Golongan bahan galian vital, diantaranya adalah : Besi, mangaan, khrom,
bauksit, tembaga, seng, emas, perak, air raksa, yodium, platina, intan dan
belerang.
- Golongan bahan galian C yang tidak termasuk dalam golongan A atau B,
diantaranya adalah : nitrat, phospat, garam batu, asbes, grafit, batu permata,
pasir kuarsa, kaolin, batu apung, marmer, batu kapur, kalsit, granit, tanah liat
dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur golongan A dan B.
Secara geologi wilayah Kabupaten Sampang yang banyak mengandung jenis
bahan tambang golongan C, sehingga sektor ini cukup potensial untuk
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 13
dikembangkan dalam upaya menciptakan iklim usaha pertambangan berwawasan
lingkungan.
Di Kabupaten Sampang terdapat beberapa kawasan dan kegiatan
pertambangan diantaranya adalah penggalian pasir, kerikil dan batuan yang
terdapat di sepanjang daearah aliran sungai, batugamping, batu putih (dolomit),
fosfat, kalsit, pasir kuarsa, dan tanah liat. Wilayah yang sangat potensial terdapat
penggalian bahan tambang/galian di Kabupaten Sampang adalah Kecamatan
Kedungdung, Jrengik, Torjun, Ketapang, Sokobanah, Robatal, Sampang, Camplong
dan Omben.
VIII. Kawasan Hutan
Kabupaten sampang memiliki kawasan hutan yang tersebar secara tidak
merata pada wilayah kecamatan. Sebagian kawasan hutan ini ada di bagian
pinggiran, terutama pinggir timur, sebagian besar berada di utara dan sebagian
besar lagi berada di wilayah selatan Kabupaten Sampang, dimana diantara
kawasan hutan ini masih ada yang dimanfaatkan sebagai hutan produksi. Kawasan
hutan yang terletak pada kawasan budidaya adalah kawasan hutan produksi tetap
dan kawasan hutan yang terletak di kawasan non budidaya adalah kawasan hutan
produksi terbatas. Diantara kawasan hutan yang termasuk sebagai hutan produksi
terbatas adalah di Kecamatan Torjun, Sampang, Kedungdung, Jrengik,
Tambelangan, Banyuates, Ketapang dan Sokobanah.
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana menjelaskan bahwa bencana alam adalah peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam yang meliputi bencana gunung meletus,
banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami yang berakibat timbulnya korban
jiwa, harta, benda, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan hidup serta fasilitas
umum.
Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai
kawasan yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, banjir dan
gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan. Untuk
Kabupaten Sampang kawasan rawan bencana yaitu daerah rawan longsor, lahan
kritis, abrasi pantai dan banjir.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 14
Gambar 2.5
Peta Rawan Bencana dan Jalur Evakuasi
A. Tanah Longsor dan Lahan Kritis
Daerah yang rawan terhadap longsor di Kabupaten Sampang meliputi
wilayah perbukitan dengan prosentase terbesar terdapat pada daerah perbukitan
karena memiliki kelerengan yang lebih tinggi dan sangat rentan terhadap longsor
khususnya disekitar wilayah tengah Kabupaten Sampang.
Lahan kritis di Kabupaten Sampang meliputi lahan–lahan kering yang
tersebar di seluruh Kabupaten Sampang. Lahan-lahan kritis tersebut merupakan
areal yang tengah mengalami erosi. Penanganan lahan kritis ini tersebar di
sepanjang DAS di Kabupaten Sampang. DAS tersebut antara lain DAS Nodung yang
berada di Kecamatan Banyuates, Ketapang dan Sokobanah, DAS Kamoning yang
berada di Kecamatan Robatal, Omben, Kedungdung, Sampang, dan Camplong, DAS
Semajid yang berada di sebagian Kecamatan Robatal, Sokobanah, Omben,
Camplong dan DAS Blega yang terdapat di Kecamatan Tambelangan, Jrengik,
Torjun, Kedungdung, Sreseh. Namun, ada beberapa prioritas penanganan erosi
tersebut antara lain yang ada di Kecamatan Sampang, Omben, Kedungdung dan
Robatal.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 15
Tabel 2.6 Luasan Erosi Tanah Yang Mendapat Prioritas Penanganan
di Kabupaten Sampang No Kecamatan Luasan tidak ada
erosi (ha) Luasan ada erosi
(ha) Jumlah (ha)
1 Sampang 6.567 680 7.247 2 Omben 3.891 5.975 9.866 3 Kedungdung 5.233 6.995 12.228 4 Robatal 144 16.910 17.054
Jumlah 15.835 30.560 46.395
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
B. Abrasi
Abrasi atau erosi pantai adalah pengikisan pantai. Penyebab abrasi pantai
bisa berupa alami, karena manusia, atau pun keduanya. Pembangunan pelabuhan,
reklamasi pantai (untuk permukiman, pelabuhan udara, dan industri), serta
penambangan pasir laut memiliki andil tinggi dalam pengikisan pantai. Secara
alami, penyebab utama abrasi adalah gerakan gelombang pada pantai terbuka.
Disamping itu, karena keterkaitan ekosistem, maka perubahan hidrologis dan
oseanografis juga dapat mengakibatkan erosi kawasan pantai. Erosi pantai
tergantung pada kondisi angkutan sedimaen pada lokasi tersebut yang
dipengaruhi: angin, gelombang, arus, pasang surut, sedimen, dan kejadian lainnya.
Di wilayah pesisir selatan Kabupaten Sampang yang mengalami abrasi
adalah di wilayah Kecamatan Camplong. Adanya abrasi ini disebabkan karena
rusaknya dan berkurangnya hutan mangrove yang menjadi barrier dari abrasi ini.
Untuk meminimalisir adanya abrasi ini maka rehabilitasi dan reboisasi hutan
mangrove sangat diperlukan.
Sedangkan untuk wilayah pesisir utara, lebih rentan terhadap abrasi yang
disebabkan oleh gelombang laut yang lebih besar dan tidak adanya mangrove di
wilayah pesisir utara. Tidak adanya mangrove ini karena kondisi pesisir wilayah
utara merupakan pantai berkarang sehingga sulit untuk ditumbuhi mangrove.
C. Banjir
Banjir disebabkan oleh keadaan alam dan ulah campur tangan manusia.
Keadaan alam yang dimaksud adalah kondisi dataran yang cukup landai dan dilalui
oleh sunga-sungai sehingga ketika air laut pasang, sebagian daratan itu berada di
bawah permukaan air laut. Disamping itu, banjir juga bisa terjadi karena curah
hujan tinggi. Fenomena kenaikan paras muka air laut (sea level rise) juga menjadi
penyebab meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 16
Banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang biasa melanda daerah perkotaan
Kecamatan Sampang dan sekitarnya. Bencana banjir tersebut secara natural
disebabkan oleh elevasi daerah Kecamatan Sampang yang berada di dataran
rendah. Adanya intrusi air laut dan kiriman air yang berasal dari daerah hulu di
sebelah utara mengakibatkan air sungai Kali Kemuning yang melintasi Kecamatan
Sampang meluap. Jika intensitas hujan cukup tinggi dan bersamaan dengan air
pasang besar, volume banjir akan besar dan bisa memerendam 7 (tujuh) desa dan 6
(enam) kelurahan.
2.1.2 Kondisi Demografi
Data kependudukan umumnya diperoleh melalui sensus penduduk,
registrasi penduduk dan survey penduduk. Sensus Penduduk adalah pengumpulan
data penduduk yang dilakukan menyeluruh setiap 10 tahun sekali dilakukan oleh
BPS. Hasil sensus penduduk selain bermanfaat untuk mengetahui jumlah penduduk
pada waktu tertentu, juga berguna sebagai data utama proyeksi penduduk pada
tahun sesudahnya. Registrasi merupakan pencatatan rutin tentang kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk, yang dilakukan pada pertengahan dan akhir
tahun. Survey penduduk merupakan pengumpulan data penduduk dengan teknik
sampel seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional dilakukan oleh BPS.
Jumlah pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sampang hasil registrasi
penduduk yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dapat
diuraikan sebagaimana ditunjukkan tabel di bawah. Dari tabel tersebut diketahui
jumlah penduduk Kabupaten Sampang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kabupaten Sampang adalah 944.884
jiwa, yang terdiri dari 466.805 laki-laki dan 478,079 perempuan. Rata-rata setiap
satu kilometer persegi wilayah di Kabupaten Sampang tahun 2016 didiami oleh
766 penduduk. Pada tahun tersebut rasio jenis kelamin (sex ratio) mencapai angka
97,64. Ini berarti pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97,64 penduduk
laki-laki. Atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Bila dilihat menurut persentase, 49,4%
penduduk sampang adalah laki-laki dan 50,6% persen sisanya adalah penduduk
perempuan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 17
4,24
65,19
26
30,54
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
di Kabupaten Sampang
NO KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
2012 2013 2014 2015 2016
L P L P L P L P L P
1. Sreseh 17.571 17.732 17.544 17.708 17.556 17.686 17.565 17.592 16.688 16.376
2. Torjun 17.249 18.293 17.478 18.481 18.274 19.228 18.606 19.612 21.437 20.871
3. Sampang 57.656 59.571 57.734 59.741 57.783 59.745 57.507 59.772 57.872 56.701
4. Camplong 39.878 41.844 39.611 41.632 45.953 44.222 46.086 44.324 37.967 36.892
5. Omben 37.592 39.565 37.600 39.631 49.099 47.162 49.236 47.370 47.774 45.877
6. Kedungdung 42.401 43.876 42.428 43.836 52.758 53.547 42.449 43.050 45.182 43.990
7. Jrengik 17.522 15.954 17.399 15.963 17.770 16.650 17.579 17.185 18.789 17.993
8. Tambelangan 26.104 26.202 26.078 26.157 25.836 25.913 25.669 25.759 29.179 27.695
9. Banyuates 36.087 37.538 36.181 37.633 36.308 37.752 36.580 38.429 37.403 37.528
10. Robatal 26.786 27.354 27.253 27.679 26.910 27.431 26.879 27.433 30.589 29.590
11. Sokobanah 30.718 33.533 30.816 33.615 34.055 33.923 34.048 33.897 37.161 36.985
12. Ketapang 40.931 43.292 41.219 43.620 41.801 44.319 40.644 42.989 41.228 41.113
13. Pangarengan 9.531 10.953 9.597 11.030 9.661 11.089 9.726 11.141 12.305 11.790
14. Karangpenang 34.758 32.791 34.800 32.849 35.035 33.170 35.276 33.422 44.505 43.404
Jumlah 428.250 434.784 435.738 449.575 449.575 468.799 471.837 457.850 466.805 478.079
871.534 885.313 940.636 919.825 944.884
Sumber: Dispendukcapil Kabupaten Sampang, 2017
Penduduk Jenis Kelamin laki-laki pada kelompok usia muda (0–14 ) lebih
banyak dari penduduk perempuan sedangkan pada kelompok usia produktif dan
kelompok usia tua, penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki (Gambar 2.6).
Apabila diperhatikan kelompok usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke
atas) angka tersebut memberikan gambaran bahwa angka ketergantungan (age
dependency ratio) penduduk Kabupaten Sampang sebesar 33,32 persen, yang
berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung
beban sekitar 52 penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Sumber: BPS, 2016
Gambar 2.6 Persentase Penduduk Kabupaten Sampang menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Tahun 2015
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 18
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah, dapat
ditunjukkan dari indikator makro sosial ekonomi. Berbagai indikator makro
ekonomi daerah yang digunakan dalam mengukur capaian kinerja pembangunan
ditunjukkan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.8
Indikator Makro Pembangunan Daerah Kabupaten Sampang
NO URAIAN TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 1. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)a
55,78 56,45 56,98 58,18 59,09
2. Penduduk Miskin (%)a 27,87 26,97 25,80 25,69 24,11
3. Indeks Kualitas Lingkungan Hidupb
N/A N/A N/A 51,12 51,46
4. Pertumbuhan Ekonomi (%)a 6,12 5,26 5,07 5,13 4,95
5. Pendapatan Per Kapita ADHB (Juta Rp) a
7,41 11,41 12,58 13,80 14,91
6. Laju Inflasi (%) 5,05 4,98 6,38 5,59 4,15
7. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)a
1,78 4,74 2,22 2,51 2,31
8. Meningkatnya Nilai Keswadayaan Masyarakat (juta Rupiah) c
2.824,51 2.766,67 3.231,00 3.269,73 3.398,87
Sumber: aBPS, 2017; bDinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sampang, 2017; cDinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Sampang, 2017
Dari tabel diatas terdapat delapan indikator makro daerah yang
menunjukkan aspek kesejahteraan masyarakat. Adapun uraian atas indikator-
indikator tersebut adalah sebagai berikut.
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Kabupaten Sampang terus mengalami kenaikan, hal tersebut sengat
menggembirakan bahwa dampak pembangunan di berbagai bidang memberikan
kinerja yang baik dan memberi gambaran bahwa kualitas pembangunan manusia
semakin tahun semakin baik. Ini dapat dilihat dari data tahun 2012 yaitu sebesar
55,78 menjadi sebesar 59,09 pada tahun 2016 sebagaimana ditunjukkan gambar
dibawah.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 19
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.7 Perkembangan IPM Kabupaten Sampang
Namun demikian, masih menjadi pekerjaan rumah bagi Kabupaten Sampang
untuk meningkatkan IPM lebih tinggi lagi karena bila di bandingkan dengan
Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, IPM Kabupaten Sampang
Tahun 2015 jauh lebih rendah (Gambar 2.8). Hal ini mengindikasikan bahwa
kualitas sumber daya manusia Kabupaten Sampang masih relatif rendah.
Sumber: BPS, 2016
Gambar 2.8 Komparasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se-Jawa Timur
dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015
2.2.2 Penduduk Miskin
Masalah kemiskinan di Kabupaten Sampang sangat berkaitan dengan
masalah pengangguran dan kesempatan kerja. Tingkat kemiskinan di Kabupaten
Sampang terus mengalami penurunan dari 27,87% atau sebanyak 246.171 jiwa
pada Tahun 2011 menjadi 24,11% atau 227.812 jiwa pada tahun 2016 (Gambar
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 20
2.9). Terdapat penurunan sebesar 3,76% atau 18.359 jiwa selama periode tersebut.
Kinerja penurunan angka kemiskinan yang baik ditunjukkan pada 2 (dua) tahun
terakhir, yaitu dari 25,69% pada tahun 2015 turun 1,58% menjadi 24,11% pada
tahun 2016. Namun demikian angka kemiskinan Kabupaten Sampang masih berada
di atas angka kemiskinan Provinsi Jawa Timur maupun kabupaten/kota lainnya se-
Jawa Timur.
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.9 Perkembangan Angka Kemiskinan Kabupaten Sampang
2.2.3 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan adalah terpeliharanya kualitas
lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) pada suatu daerah tertentu. IKLH menggambarkan
kondisi lingkungan dengan parameter yang dinilai adalah Indeks Kualitas Air,
Udara dan tutupan lahan. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Sampang
dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: DLH Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.10 Indeks Kualitas Hidup Kabupaten Sampang
N/A N/A N/A
51,12 51,46
-
10
20
30
40
50
60
2012 2013 2014 2015 2016
Ind
eks
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 21
2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan besarnya tingkat kenaikan nilai PDRB
ADHK. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan perekonomian yang didukung
dengan stabilitas ekonomi yang semakin baik. Pertumbuhan ini menunjukkan
adanya nilai tambah dari berbagai aktivitas ekonomi atau masing-masing sektor
berperan dalam pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sampang.
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.11 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sampang,
Provinsi Jawa Timur, dan Nasional
Gambar diatas menunjukkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur dan Nasional selama periode 2012-2016.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sampang pada tahun 2012 sebesar 6,12 persen
dan cenderung menurun hingga berada pada angka 4,95 persen pada tahun 2016.
Pada akhir periode tersebut, bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur
maupun nasional, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang masih perlu
ditingkatkan lagi. Hal ini lebih disebabkan oleh masih dominannya share sektor
pertanian pada PDRB Kabupaten Sampang yang cenderung bergantung pada
musim/cuaca. Dengan demikian perlu pengembangan sektor-sektor lain untuk
berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Meskipun kondisi ekonomi masih belum mengalami perbaikan di tahun
2016, menurut BPS (2017) beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan
yang lebih baik dibanding tahun 2015, yaitu Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
tumbuh 6,89 persen atau meningkat 3,69 persen poin; Pengadaan Listrik dan Gas
tumbuh 4,14 persen atau meningkat 3,16 persen poin; Real Estate tumbuh 6,16
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 22
persen atau meningkat 1,71 persen poin, serta Jasa Pendidikan tumbuh 7,12 persen
atau meningkat 0,46 persen poin.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang selama periode 2012-
2016 sebesar angka 5,31 persen. Angka ini masih lebih tinggi bila dibandingkan
dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,28 persen, akan tetapi
masih perlu ditingkatkan bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur yang
memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut sebesar 5,91
persen. Oleh karena itu, kedepan sangat diperlukan langkah-langkah yang
sistematis dan agresif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam jangka pendek maupun menengah.
2.2.4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) merupakan salah satu indikator
ekonomi yang memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai produk barang
dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu. Adapun pencapaian PDRB
ADHB dengan masing-masing sektor Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
dalam (juta rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, kehutanan dan perikanan
3.838.271,3 4.189.128,3 4.695.132,3 5.213.167,5 5.563.681,6
Pertambangan & Penggalian 3.364.533,1 4.187.113,5 3.700.817,6 2.561.322,9 2.967.557,1
Industri Pengolahan 396.831,1 425.174,5 473.807,2 514.019,9 555.626,4
Pengadaan Listrik dan gas 4.090,6 4.075,2 4.300,9 4.779,2 5.219,5
Pengadaan Air, Pengelolaaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
8.255,7 9.190,3 10.112,5 11.047,4 11.878,0
Kontruksi 953.264,0 1.086.713,7 1.205.359,9 1.299.166,5 1.462.999,6
Perdagangan besar dan eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.673.955,5 1.921.083,1 2.165.088,3 2.444.757,3 2.758.317,2
Transportasi dan Pergudangan 91.749,9 103.186,6 120.366,0 139.797,0 155.845,9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 39.642,2 44.273,3 50.916,5 58.236,3 65.714,8
Informasi dan Komunikasi 470.420,1 528.089,8 575.570,0 636.876,6 707.769,8
Jasa Keuangan Dan Asuransi 132.173,7 153.256,1 173.167,7 194.661,0 216.847,3
Real Estate 141.644,8 156.369,3 170.779,4 194.165,7 212.518,3
Jasa Perusahaan 33.743,4 36.877,1 40.527,4 44.639,0 48.968,4
Adm Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wallb
562.522,4 598.074,4 629.656,6 700.275,9 767.679,4
Jasa Pendidikan 320.146,5 360.505,5 412.230,5 455.376,9 499.712,5
Jasa Kesehatan dan Keg Sosial 53.675,6 62.000,0 72.666,7 80.311,8 87.760,6
Jasa Lainnya 105.366,1 112.571,0 127.776,3 144.646,5 154.141,1
PDRB ADHB 12.190.285,9 13.977.681,7 14.628.275,7 14.697.247,3 16.242.237,4
PDRB ADHB TANPA MIGAS 9.432.059,0 10.421.834,9 11.647.891,6 12.930.027,5 14.132.775,1
Sumber: BPS, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 23
PDRB ADHB tahun 2016 sebesar Rp. 16,24 triliyun tumbuh sebesar 33,24
persen dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 12,19 triliyun dengan nilai
tambah bruto terbesar disumbangkan oleh sektor pertanian. Hal ini membuktikan
bahwa sektor pertanian masih menjadi andalan pertumbuhan di samping sektor
perdagangan.
2.2.4.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) adalah pertumbuhan riil yang
tidak terpengaruhi oleh unsur kenaikan harga atau inflasi. PDRB ADHK tahun 2016
sebesar Rp 12,61 triliyun tumbuh sebesar 15,54 persen dibanding tahun 2012
yaitu sebesar Rp. 10,91 triliyun. Berikut disajikan perkembangan PDRB ADHK
Kabupaten Sampang sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(dalam juta rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, kehutanan dan perikanan
3.401.705,2 3.441.301,6 3.558.183,9 3.733.986,8 3.834.167,6
Pertambangan & Penggalian 2.970.143,0 3.244.780,4 2.808.188,1 2.580.155,7 2.842.489,1
Industri Pengolahan 366.534,0 382.165,3 406.014,9 427.773,4 448.159,7
Pengadaan Listrik dan gas 4.245,4 4.391,7 4.531,6 4.576,0 4.765,3
Pengadaan Air, Pengelolaaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
7.919,3 8.593,2 8.872,6 9.218,7 9.533,1
Kontruksi 851.327,7 932.920,0 988.041,1 1.005.422,5 1.062.078,5
Perdagangan besar dan eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.522.038,0 1.692.249,1 1.827.385,9 1.951.904,3 2.099.345,4
Transportasi dan Pergudangan 88.638,9 96.454,1 105.548,2 113.137,5 121.384,1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 36.470,9 39.543,0 42.818,3 46.365,3 50.258,2
Informasi dan Komunikasi 460.783,6 517.190,3 561.314,5 599.203,2 652.078,8
Jasa Keuangan Dan Asuransi 118.611,3 132.393,7 142.570,6 152.255,4 161.820,2
Real Estate 132.581,8 142.284,0 152.355,6 159.140,1 168.944,7
Jasa Perusahaan 29.233,6 30.568,1 32.594,6 34.255,3 35.928,5
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wallb
491.884,4 501.397,5 505.835,0 540.648,0 565.972,9
Jasa Pendidikan 278.945,0 298.323,3 320.047,7 341.354,0 365.666,1
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
49.780,9 55.257,6 59.222,3 61.116,8 65.328,5
Jasa Lainnya 100.090,6 103.979,3 109.402,3 113.967,0 118.891,6
PDRB ADHK 10.910.933,4 11.623.792,1 11.632.927,1 11.874.480,0 12.606.812,3
PDRB ADHK TANPA MIGAS 8.504.730,9 8.951.755,3 9.405.277,5 9.888.228,6 10.377.254,3
Sumber: BPS, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 24
2.2.4.3 Infrastruktur Perdagangan Daerah
Dalam menunjang perekonomian daerah telah dibangun pasar-pasar
daerah. Lebih jelasnya, jumlah pasar daerah tahun 2016 sebagaimana terdapat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.11 Persebaran Pasar di Kabupaten Sampang Tahun 2016
No Kecamatan Pasar Umum Pasar Hewan Pasar Ikan 1 Sreseh 2 - - 2 Torjun 3 - - 3 Pangarengan 1 - - 4 Sampang 6 1 2 5 Camplong 5 - 2 6 Omben 2 1 - 7 Kedungdung 5 1 - 8 Jrengik 3 - - 9 Tambelangan 3 1 -
10 Banyuates 8 1 3 11 Robatal 6 - 1 12 Karang Penang 5 1 - 13 Ketapang 4 2 1 14 Sokobanah 8 1 7
JUMLAH 59 9 16
Sumber: Disperdagprin Kabupaten Sampang, 2017
Berdasarkan data Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Sampang pada
Tahun 2016, realisasi penerimaan retribusi pelayanan pasar sebesar
Rp.2.659.193.400,00. Angka ini sedikit mengalami peningkatan dibandingkan lima
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2.375.766.035,00 pada tahun 2012. Masih
rendahnya peningkatan realisasi penerimaan retribusi pelayanan pasar tersebut
secara umum disebabkan oleh adanya beberapa renovasi pasar pada tahun 2016
sehingga kegiatan pasar tidak maksimal.
2.2.5 Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata
penduduk di suatu wilayah. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil
pembagian pendapatan suatu wilayah dengan jumlah penduduk wilayah tersebut.
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan suatu wilayah. Semakin besar pendapatan per kapitanya,
semakin makmur wilayah tersebut.
Berdasarkan data BPS, Kabupaten Sampang Pendapatan per Kapita
Kabupaten Sampang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2012 sebesar Rp. 10,44 juta terus meningkat menjadi sebesar Rp. 14,91 juta
pada tahun 2016.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 25
Walaupun mengalami peningkatan setiap tahun, upaya untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi seyogyanya dilaksanakan secara bersamaan
dengan upaya melakukan pemerataan sehingga memperkecil terjadinya
ketimpangan pendapatan penduduk.
Sumber: BPS, 2017 Gambar 2.12
Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sampang (Juta Rupiah)
2.2.6 Laju Inflasi
Laju inflasi adalah tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang
secara umum dikonsumsi rumah tangga. Secara umum, hitungan perubahan harga
tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK).
Selama periode 2012-2016, tercatat pada tahun 2014 angka inflasi Kabupaten
Sampang mencapai angka tertinggi, hal ini disebabkan oleh krisis keuangan global
yang mempengaruhi faktor-faktor ekonomi daerah. Laju inflasi berhasil ditekan
pada tahun-tahun berikutnya sampai pada level 4,15 persen pada tahun 2016.
Gambaran laju inflasi selama periode tersebut ditunjukkan sebagai berikut:
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.13 Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Sampang
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 26
2.2.7 Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah penduduk
yang sedang mencari kerja dan mempersiapkan usaha terhadap Angkatan Kerja.
Karena sebagian besar penduduk Kabupaten Sampang bekerja di sektor pertanian,
maka faktor cuaca seperti curah hujan mempunyai andil cukup besar dalam
menentukan angka pengangguran. Kondisi empat tahun terakhir menunjukkan
perkembangan yang positif. Pada tahun 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka 4,74
persen mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga berada pada angka
2,22 persen pada tahun 2014. Angkanya berfluktuasi halus hingga akhirnya berada
pada angka 2,31 persen pada tahun 2016. Angka ini lebih rendah apabila
dibandingkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional maupun Provinsi
Jawa Timur sebagaimana ditunjukkan pada gambar bawah ini.
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.14 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka
2.2.8 Keswadayaan masyarakat
Keswadayaan masyarakat merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yang dicerminkan dalam nilai murni keswadayaan masyarakat.
Nilai Keswadayaan Masyarakat Kabupaten Sampang mengalami tren yang
meningkat selama tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 27
Sumber: DPMD Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.15 Nilai Keswadayaan Masyarakat Kabupaten Sampang
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang menuntut efesiensi dan
akurasi maka pelayanan birokrasi yang cepat, murah, dan berorientasi pada
kebutuhan serta kepuasan masyarakat menjadi isu utama. Dalam penyelenggaraan
otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus pemerintahan sendiri baik urusan wajib maupun pilihan.
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang terkait dengan pelayanan bagi masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan, kependudukan dan
sebagainya. Penyelenggaraan urusan wajib harus berpedoman kepada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara
bertahap. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang
diprioritaskan oleh pemerintah daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan
upaya pengembangan potensi unggulan yang menjadi kekhususan daerah.
Sejalan dengan ketentuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sampang telah
menetapkan Peraturan Bupati Sampang Nomor 33 Tahun 2017 tentang Kode
Rekening Program dan Kegiatan dalam rangka Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Sampang Tahun Anggaran 2018, dimana terdapat 6
(enam) Urusan Wajib Layanan Dasar, 18 (delapan belas) Urusan Wajib Bukan
Layanan Dasar, 8 (delapan) Urusan Pilihan sebagaimana terdapat dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Disamping Bidang
Urusan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sampang juga melaksanakan 5 (lima)
Unsur Penunjang. Adapun urusan beserta Perangkat Daerah pelaksananya dapat
dilihat pada tabel berikut:
2.824,51
2.766,67
3.231,003.269,73
3.398,87
2.500,00
2.700,00
2.900,00
3.100,00
3.300,00
3.500,00
2012 2013 2014 2015 2016
NIL
AI
KE
SWA
DA
YA
AN
M
ASY
AR
AK
AT
(JU
TA
RU
PIA
H)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 28
Tabel 2.12 Perangkat Daerah di Kabupaten Sampang
sebagai Pelaksana Urusan Pemerintahan Daerah
NO URUSAN PEMERINTAHAN PERANGKAT DAERAH
URUSAN WAJIB LAYANAN DASAR
1 Pendidikan Dinas Pendidikan (Disdik)
2 Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes)
3 Pekerjaan umum dan penataan ruang
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR)
4 Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP)
5 Ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
6 Sosial Dinas Sosial (Dinsos)
URUSAN WAJIB BUKAN LAYANAN DASAR
1 Tenaga Kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Tenaga Kerja (Diskumnaker)
2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBPPPA)
3 Pangan Dinas Ketahanan Pangan (DKP)
4 Pertanahan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP)
5 Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
6 Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil)
7 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
8 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKBPPPA)
9 Perhubungan Dinas Perhubungan (Dishub)
10 Komunikasi dan Informatika Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)
11 Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah
Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Tenaga Kerja (Diskumnaker)
12 Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP)
13 Kepemudaan dan Olah Raga Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar)
14 Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)
15 Persandian Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)
16 Kebudayaan Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar)
17 Perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus)
18 Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) URUSAN PILIHAN
1 Kelautan dan Perikanan Dinas Perikanan (Disperikanan)
2 Pariwisata Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar)
3 Pertanian Dinas Pertanian (Disperta)
4 Kehutanan [tidak menjadi kewenangan daerah]
5 Energi dan Sumber Daya Mineral [tidak menjadi kewenangan daerah]
6 Perdagaangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagprin)
7 Perindustrian Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagprin)
8 Trasmigrasi [tidak menjadi kewenangan daerah]
UNSUR PENUNJANG
1 Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 29
NO URUSAN PEMERINTAHAN PERANGKAT DAERAH
Pengembangan Daerah (Bappelitbangda)
2 Keuangan Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD)
3 Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
4 Penelitian dan Pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda)
5 Fungsi Penunjang Lainnya Sekretariat Daerah (Setda)
Sekretariat DPRD (Setwan)
Inspektorat Daerah (Itda)
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
14 Kecamatan
Sumber: Bappelitbangda Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Layanan Dasar
Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Sampang terhadap
pelayanan Urusan Wajib Layanan Dasar dilakukan terhadap indikator-indikator
kinerja penyelenggaraan Urusan Wajib Layanan Dasar pemerintahan daerah, yaitu
bidang urusan Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Ketenteraman dan ketertiban
umum serta perlindungan masyarakat Sosial. Berikut ini disajikan hasil analisis
dari beberapa indikator kinerja pada fokus layanan urusan wajib pemerintahan
daerah sebagai berikut:
2.3.1.1 Pendidikan
Kualitas pendidikan suatu daerah dapat diukur melalui indeks pendidikan.
Indeks ini merupakan salah satu unsur dalam perhitungan IPM. Besaran indeks
pendidikan ini bergantung pada Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS). Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di
Kabupaten Sampang dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.16 Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Kabupaten Sampang
9,86 10,20 10,39 11,09 11,37
3,27 3,34 3,49 3,65 3,79
-2,00
3,00
8,00
13,00
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
TA
HU
N
Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 30
Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkkan partisipasi penduduk yang
sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK
merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu
jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah
yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur
keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam
rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan.
APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap
penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa
memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai APK
mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang
sekolah belum mencukupi umur dan/atau melebihi umur yang seharusnya. Hal ini
juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung penduduk
usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada
kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia
sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya,
maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah
tepat waktu.
Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM
akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari
APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan
yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang
terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Perkembangan APK dan APM Kabupaten
Sampang selama kurun waktu lima tahun terakhir berdasarkan jenjang pendidikan.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap lembaga
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang
digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi
penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar
jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 31
meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan
kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
APS SD/MI/Paket A adalah jumlah murid kelompok usia 7-12 tahun yang
masih sekolah di TK/PAUD, SD/MI/Paket A, maupun dan SMP/MTs/Paket B dibagi
jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun. Sedangkan APS SMP/MTs adalah
jumlah murid kelompok usia 13-15 tahun yang masih sekolah SD/MI/Paket A,
SMP/MTs/Paket B maupun SMA/SMK/MA/Paket C dibagi jumlah penduduk
kelompok usia 13-15 tahun. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Kabupaten Sampang selama kurun waktu lima tahun terakhir berdasarkan jenjang
pendidikan dapat dillihat pada tabel berikut:
Tabel 2.13 Perkembangan Kinerja Bidang Pendidikan Tahun 2012-2016
No Indikator Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
1 APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
% 74,68 77,75 80,03 85,23 84,26
2 Angka Melek Huruf Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara):
% 84,90 87,01 89,76 91,72 92,11
3 Angka Partisipasi Kasar (APK):
- SD/MI/Paket A % 114,31 112,08 114,18 112,46 115,39 - SMP/MTs/Paket B % 112,31 105,46 102,03 105,04 105,74 - SMA/SMK/MA/
Paket C % 50,93 52,56 58,02 58,59 63,51
4 Angka Partisipasi Murni (APM):
- SD/MI/Paket A % 98,56 96,97 95,32 97.88 98,65 - SMP/MTs/Paket B % 85,45 80,04 76,80 77.21 81,72 SMA/SMK/MA/
Paket C % 39,12 40,41 39,25 41,46 44,48
5 Angka Putus Sekolah:
- SD/MI % 0,65 0,37 0,50 0,45 0,63 - SMP/MTs % 1,09 0,78 0,92 0,89 0,72
6 Angka Kelulusan: - SD/MI % 90,90 93,47 94,01 97,62 98,03 - SMP/MTs % 97,51 97,68 96,32 97,15 99,24
7 Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
% 86,78 99,15 92,84 95,69 90,91
8 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
% 87,85 69,38 91,55 80,68 92,90
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 32
2.3.1.2 Kesehatan
Kualitas kesehatan pada suatu daerah dapat dilihat dari angka harapan
hidup. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan,
dan program sosial lainnya termasuk program pemberantasan kemiskinan. Angka
harapan hidup di Kabupaten Sampang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Ini menunjukkan perbaikan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Sampang.
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.17 Angka Harapan Hidup Kabupaten Sampang
Dalam rangka peningkatan kesehatan di masyarakat, faktor kesehatan
merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Untuk itulah
Kabupaten Sampang menetapkan peningkatan aksesibilitas dan kualitas serta
pelayanan bidang kesehatan masyarakat pada urutan ketiga prioritas
pembangunan daerah.
Pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada upaya peningkatan kualitas
kehidupan dan kesehatan masyarakat agar mampu secara mandiri memelihara
kesehatan individu dan keluarganya serta meningkatkan pelayanan kesehatan
secara optimal pada masyarakat, khususnya masyarakat yang berpenghasilan
rendah.
64,18
65,00
66,57
67,51 67,59
62,00
63,00
64,00
65,00
66,00
67,00
68,00
2012 2013 2014 2015 2016
Usi
a (T
ahu
n)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 33
2.3.1.2.1 Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita
Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan
dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkaan pula strategi
operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini,
dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan hal tersebut diatas perlu
dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan
fasilitas pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam
kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat
dipertahankan dan atau ditingkatkan.
Adapun perkembangan rasio jumlah posyandu terhadap balita di Kabupaten
Sampang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.14 Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Sampang
No URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Posyandu 981 1000 1006 1010 1020
2 Jumlah Balita 83.057 83.838 84.293 76.854 76.603
3 Rasio (per 100 balita) 1,18 1,19 1,19 1,31 1,33
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
Rasio posyandu di Kabupaten Sampang menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya. Pada Tahun 2016, rasio posyandu per 100 balita mencapai 1,33, artinya
rata-rata 1 (satu) posyandu melayani 75 balita. Sedangkan rasio jumlah posyandu
per 100 balita tahun 2016 per Kecamatan di Kabupaten Sampang dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.15 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan
Kabupaten Sampang Tahun 2016
No. Kecamatan Jumlah
Posyandu Jumlah Balita
Rasio (per 100 balita)
1 Sreseh 49 2.497 1,96
2 Torjun 49 3.167 1,55
3 Pangarengan 25 1.844 1,36
4 Sampang 124 10.035 1,24
5 Camplong 89 7.539 1,18
6 Omben 88 6.738 1,31
7 Kedundung 81 7.559 1,07
8 Jrengik 45 2.763 1,63
9 Tambelangan 52 4.223 1,23
10 Banyuates 99 6.483 1,53
11 Robatal 54 4.630 1,17
12 Karang Penang 75 5.812 1,29
13 Ketapang 96 7.702 1,25
14 Sokobanah 94 5.611 1,68
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 34
No. Kecamatan Jumlah
Posyandu Jumlah Balita
Rasio (per 100 balita)
Jumlah 76.603 76.603 1,33
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1.2.2 Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Peskesmas Pembantu (Pustu)
Sarana kesehatan seperti Puskesmas, Poliklinik maupun Puskesmas
Pembantu merupakan faktor penting dalam pembangunan kesehatan utamanya
berfungsi sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tersebar ke pelosok.
Dengan tersebarnya sarana kesehatan sampai ke pelosok berarti memudahkan
jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berikut ini disajikan pada Tabel Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Sampang:
Tabel 2.16 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu di Kabupaten Sampang
No URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Puskesmas 21 21 21 21 21
2 Jumlah Poliklinik 1 4 7 7 7
3 Jumlah Pustu 53 52 56 56 57
4 Jumlah Penduduk 883.282 913.449 940.636 919.825 944.884
5 Rasio Puskesmas Persatuan Penduduk 42.061 43.498 44.792 43.801 44.994
6 Rasio Poliklinik Persatuan Penduduk 883.282 228.362 134.377 131.404 134.983
7 Rasio Pustu Persatuan Penduduk 16.666 17.566 16.797 16.425 16.577
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
Dari data di atas menunjukkan bahwa ketersediaan Puskesmas belum
memenuhi standar kecukupan. Secara ideal rasio puskesmas adalah 1 puskesmas
per 30.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2016 rasio di Kabupaten Sampang
yaitu 1 puskesmas per 44.994 penduduk. Rasio puskesmas, poliklinik dan
puskesmas pembantu per Kecamatan tahun 2016 disajikan sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2.17 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Menurut Kecamatan
Kabupaten Sampang Tahun 2016
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Puskesmas Poliklinik Pustu
Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio 1 Sreseh 33.064 1 33.064 0 - 3 11.021
2 Torjun 42.308 1 42.308 0 - 2 21.154
3 Pangarengan 114.573 1 114.573 0 - 2 57.287
4 Sampang 74.859 2 37.430 6 12.477 7 10.694
5 Camplong 93.651 2 46.826 0 - 4 23.413
6 Omben 89.172 2 44.586 0 - 5 17.834
7 Kedungdung 36.782 2 18.391 0 - 4 9.196
8 Jrengik 56.874 1 56.874 0 - 4 14.219
9 Tambelangan 74.931 1 74.931 0 - 4 18.733
10 Banyuates 60.179 2 30.090 0 - 7 8.597
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 35
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Puskesmas Poliklinik Pustu
Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio 11 Robatal 74.146 1 74.146 0 - 2 37.073
12 Karang Penang 82.341 1 82.341 0 - 4 20.585
13 Ketapang 24.095 2 12.048 1 24.095 4 6.024
14 Sokobanah 87.909 2 43.955 0 - 5 17.582
Total Kabupaten 944.884 21 44.994 7 - 57 16.577
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1.2.3 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang memiliki tenaga medis
profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. asuhan keperawatan yang
berkesinambungan. diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Rasio rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.18 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk Kabupaten Sampang
No URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah) 1 1 1 1 1
2 Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan Penyakit Khusus Lainnya Milik Pemerintah
0 0 0 0 0
3 Jumlah Rumah Sakit AD/AU/AL/POLRI 0 0 0 0 0
4 Jumlah Rumah Sakit Swasta 0 0 0 0 0
5 Jumlah Seluruh Rumah Sakit 1 1 1 1 1
6 Jumlah Penduduk 883.282 913.449 940.636 919.825 944.884
7 Rasio (per 100.000 penduduk) 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1.2.4 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Indikator rasio dokter (spesialis dan umum) per jumlah penduduk
menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan
jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan
kesehatan. Idealnya 1 orang dokter melayani 15.000 penduduk. Jumlah Dokter di
Kabupaten Sampang saat sudah memenuhi kebutuhan sesuai standar rasio
tersebut. Pada tahun 2016 rasio dokter di Kabupaten Sampang yaitu 1,24 per
15.000 penduduk, artinya 1 orang dokter melayani 12.114 penduduk.
Tabel 2.19 Rasio Jumlah Dokter Per Satuan Penduduk Kabupaten Sampang
No URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Dokter 57 52 61 53 78
2 Jumlah Penduduk 883.282 913.449 940.636 919.825 944.884
3 Rasio (per 15.000 penduduk) 0,97 0,85 0,97 0,86 1,24
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 36
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
Sedangkan rasio dokter tahun 2016 per kecamatan disajikan sebagaimana
tabel berikut:
Tabel 2.20 Rasio Jumlah Dokter Per Satuan Penduduk
Menurut Kecamatan Kabupaten Sampang Tahun 2015
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah Dokter Rasio
1 Sreseh 33.064 2 0,91
2 Torjun 42.308 2 0,71
3 Pangarengan 114.573 1 0,13
4 Sampang 74.859 33 6,61
5 Camplong 93.651 5 0,80
6 Omben 89.172 5 0,84
7 Kedundung 36.782 5 2,04
8 Jrengik 56.874 2 0,53
9 Tambelangan 74.931 2 0,40
10 Banyuates 60.179 4 1,00
11 Robatal 74.146 2 0,40
12 Karang Penang 82.341 3 0,55
13 Ketapang 24.095 6 3,74
14 Sokobanah 87.909 6 1,02
Jumlah 944.884 78 1,24
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) kecamatan
yang memenuhi standar kecukupan dokter, yaitu Kecamatan Sampang,
Kedungdung, Banyuates, Ketapang, dan Sokobanah.
2.3.1.2.5 Capaian Indikator Kinerja Kesehatan
Perkembangan capaian indikator kesehatan Kabupaten Sampang selama
kurun waktu lima tahun terakhir (2012–2016) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.21 Capaian Indikator Kesehatan Kabupaten Sampang
No. Indikator Kinerja Capaian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1. Cakupan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (persen)
91.65
92.36 87.44 100.65 67.59
2. Cakupan Kunjungan Bayi (persen) 98 100.94 93.83 103.66 1.3 3. Cakupan Pelayanan Anak Balita
(persen) 71.19 78.49 78.63 85.02 11.95
4. Cakupan Desa Siaga Aktif (persen) 66.13 88 100 100 84.51
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 37
No. Indikator Kinerja Capaian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
5. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan (persen)
100 100 100 100 99.82
6. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) (persen)
64.52 75.27 76.34 67.20 99.08
7. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (persen)
58.73 13.88 44.37 47.50 83.95
8. Penderita DBD yang ditangani (persen)
100 100 100 100 100
9. Cakupan desa mengalami KLB yg dilakukan penyelidikan Epid < 24 jam (persen)
100 100 100 100 100
10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin (persen)
78.76 87.08 80.00 67.73 65.59
11. Cakupan Pelayanan Nifas (persen) 95.23 94.69 89.14 99.79 42.11 12. Angka kematian ≥ 48 jam setelah
dirawat 0.60 0.70 0.60 0.80 0.90
13. Persentase kecukupan rawat inap sesuai master plan rumah sakit
100 96.6 100 100 100
14. Bed Ocupancy Rate (BOR) 77.64 78.6 65.70 67.70 70.30 15. Persentase peningkatan jumlah
kunjungan rawat inap 25.10 14.70 3.3 -5.2 1.20
16. Persentase peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan
17.03 19.80 -5.4 4.3 5.3
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pelayanan umum pemerintah daerah dalam suatu wilayah dapat tercermin
dari kondisi infrastruktur yang disediakan dan dinikmati masyarakat. Indikator
pelayanan umum bidang pekerjaan umum dan penataan ruang di Kabupaten
Sampang dicerminkan melalui indikator sebagai berikut:
Tabel 2.22 Kondisi Infrastruktur dan Pemanfaatan Ruang Kabupaten Sampang
No Kondisi Jalan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1. Persentase Infrastruktur dalam Kondisi Baik 47,08 51,95 61,82 64,01 64,98
2. Persentase Pemanfaatan Kawasan sesuai dengan RTRW 100 100 100 100 100
Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Sampang, 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa infrastruktur Kabupaten Sampang
dalam kondisi baik mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Infrastruktur
daerah tersebut terdiri dari jalan, jembatan, fasilitas perhubungan dan irigasi.
2.3.1.3.1 Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan dilaksanakan untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan transportasi jalan kepada masyarakat. Kondisi
jalan kabupaten dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang semakin
membaik. Pada tahun 2012 kondisi jalan kabupaten dalam kondisi baik sebesar
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 38
75,17 persen meningkat menjadi 81,08 persen pada tahun 2015 dengan panjang
582,800 km. Pada tahun 2016, panjang jalan kabupaten bertambah menjadi
1.112,640 km karena juga memasukkan jalan perkotaan dan jalan poros desa
berdasarkan Peraturan Bupati Sampang Nomor 5 Tahun 2016. Pada tahun tersebut
jalan kabupaten dalam kondisi baik sepanjang 850,262 km atau 76,42 persen.
Kondisi jembatan selama periode tersebut sebanyak 109 buah dan semuanya
dalam kondisi baik. Secara lebih jelas diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 2.23 Kondisi Jalan dan Jembatan Kabupaten Sampang
No Kondisi Jalan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
A. Jalan Kabupaten
582,800
582,800
582,800
582,800 1.112,636*
- Kondisi Baik (km) 438,110 449,444 461,386 472,563 850,262
- Kondisi Rusak Ringan (km) N/A N/A 90,586 85,748 204,115
- Kondisi Rusak Berat (km) N/A N/A 30,828 24,489 58,259
- Jalan Kabupaten yang baik (%) 75,17 77,12 79,17 81,08 76,42
B. Jembatan Kabupaten (buah) 109 109 109 109 109
- Kondisi Baik (km) 109 109 109 109 109
- Kondisi Rusak (km) - - - - -
- Jembatan Kabupaten yang baik (%) 100 100 100 100 100
Sumber : DPUPR Kabupaten Sampang, 2017 Ket : * termasuk jalan perkotaan dan jalan poros desa berdasarkan Peraturan Bupati Sampang
Nomor 5 Tahun 2016
2.3.1.3.2 Infrastruktur Irigasi
Pembangunan/Perbaikan Jaringan Irigasi dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan air baku sawah irigasi di Kabupaten Sampang dalam upaya peningkatan
hasil produksi pertanian dengan luas baku sawah irigasi sebesar 5.031 ha.
Indikator Luas jaringan irigasi dalam kondisi baik pada tahun 2016 adalah 2.695,79
Ha atau 53,58% seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.24
Kondisi Irigasi Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Luas Jaringan Irigasi
2012 2013 2014 2015 2016
1. Luas Jaringan Irigasi Total Ha 5.031 5.031 5.031 5.031 5.031
2. Luas Jaringan Irigasi Dalam Kondisi Baik
Ha 3.950 1832,84 2.659,84 2.692,99 2.695,79
Persentase Jaringan Irigasi dalam Kondisi Baik
% 78,51 36,43 52,87 53,53 53,58
Sumber: DPU Pengairan Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 39
2.3.1.3.3 Pengendalian Banjir
Bencana alam banjir yang sering terjadi di Kabupaten Sampang akhir-akhir
ini menimbulkan kerugian dan kerusakan infrastruktur serta fasilitas umum
lainnya. Untuk itu diperlukan sinergitas program dalam upaya mengendalikan
banjir pada daerah tangkapan air dan badan-badan sungai dari hulu sampai hilir,
terutama pada daerah rawan banjir di Kota Sampang melalui kegiatan-kegiatan
antara lain: normalisasi/pengerukan sedimentasi pada badan sungai maupun anak
sungai, pembangunan tebing/bronjong sungai, pembangunan embung dan
bangunan penampung air lainnya serta konservasi lahan di sekitar aliran sungai.
Luas genangan banjir di Kabupaten Sampang berfluktuasi setiap tahunnya,
bergantung pada intensitas dan curah hujan harian. Kondisi beberapa tahun
terakhir luas genangan semakin melebar disebabkan oleh kondisi menebalnya
sedimen sungai kamoning serta kondisi drainase perkotaan yang membutuhkan
pembenahan serta perlu melibatkan berbagai pihak untuk penyelesaian dan/atau
pengendalian banjir secara lebih menyeluruh.
2.3.1.3.4 Penataan Ruang
Dalam rangka pelaksanaan penataan ruang di Kabupaten Sampang telah
disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sampang Tahun 2012-
2032 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sampang Tahun 2012-
2032. Sedangkan untuk Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) telah disusun
sebanyak 6 (enam) dokumen dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Namun
demikian 6 (enam) dokumen tersebut belum diperdakan. Untuk Cakupan Ruang
terbuka hijau persatuan luas wilayah ber HPL/HGB pada Tahun 2016 telah tecapai
32,002% seperti tampak pada tabel dibawah.
Tabel 2.25
Indikator Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Sampang Tahun 2015-2016
No Uraian Satuan
Capaian Indikator
2015 2016
1. Ruang terbuka hijau persatuan luas wilayah ber HPL/HGB
a. Realisasi RTH ha 39,32 39,32
b. Luas wilayah ber HPL/HGB
ha 122,887 122,887
% 32,00% 32.00%
Sumber: DPUPR Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 40
2.3.1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Sarana dan prasarana lingkungan perumahan dan permukiman yang
nyaman, aman, sehat, berwawasan lingkungan di Kabupaten Sampang meliputi:
rumah layak huni, rumah tangga bersanitasi, lingkungan permukiman kumuh, dan
rumah tangga pengguna air bersih dengan total rumah tangga di Kabupaten
Sampang sebanyak 239.679 rumah tangga. Pada tahun 2016 capaian indikator
rumah layak huni sebesar 47,67%, rumah tangga bersanitasi 57,35%.
Selengkapnya seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.26 Indikator Kinerja Perumahan Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Capaian Kinerja Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1. Rumah layak huni RT 100.350 102.937 103.077 103.077 103.077
43.76% 47.61% 47,67% 47,67% 47,67%
2. Rumah tangga bersanitasi RT 110.505 112.785 116.286 137.296 137.456
48.09% 47.80% 49,28% 57,28% 57,35%
3. Lingkungan pemukiman kumuh
ha2 216,67 215,47 215,07 213,07 263,22
17,57% 17.48% 17,43% 17,28% 17,28%
4. Rumah tangga pengguna air bersih
RT 162.381 N/A 199.447 3.250 N/A
70,81% 83,93% 84,53% N/A N/A
Sumber: DPRKP Kabupaten Sampang, 2017
2.3.1.5 Ketentraman, Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
Salah satu hal yang mempengaruhi ketentraman dan ketertiban umum
adalah masih tingginya angka kriminalitas yang terjadi, hal ini menunjukkan
tingkat kesadaran masyarakat terhadap ketaatan pada peraturan-peraturan yang
berlaku masih kurang. Angka kriminalitas Kabupaten Sampang dapat disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2.27 Angka Kriminalitas Kabupaten Sampang
No Jenis Kriminal 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah kasus narkoba 29 32 36 59 91
2. Jumlah kasus pembunuhan 8 5 5 8 6
3. Jumlah kejahatan seksual 20 23 23 18 2
4. Jumlah kasus penganiayaan 12 21 21 17 18
5. Jumlah kasus pencurian 121 140 140 114 118
6. Jumlah kasus penipuan 15 40 34 40 36
7. Jumlah kasus pemalsuan uang - - - - 1
8. Kasus Lain 108 38 25 83 77
9. Jumlah tindak kriminal selama 1 313 299 284 339 349
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 41
tahun
10. Jumlah penduduk 883.282 913.449 940.636 919.825 944.884
11. Angka kriminalitas (8)/(9) 0,00035 0,00033 0,00030 0,00037 0,00037
Sumber: Bakesbangpol Kabupaten Sampang, 2017
Tingkat kriminalitas di Kabupaten Sampang 5 tahun terakhir secara umum
cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan kriminalitas yang mencolok
terutama terjadi pada kasus narkoba. Jenis kriminalitas lainnya cenderung
fluktuaif, bahkan ada yang cenderung menurun yaitu pada jenis kejahatan seksual.
Keadaan ini dapat mempengaruhi iklim investasi yang ada di Kabupaten Sampang,
sehingga pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Sampang dapat menyelesaikan 3
ijin lokasi perijinan. Sedangkan ketaatan masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan yang ditunjukkan dengan rasio bangunan yang ber-IMB
persatuan bangunan pada tahun 2016 sudah mencapai 83,43%, jauh lebih tinggi
dibandingkan 5 tahun sebelumnya yang masih mencapai 59,86% pada tahun 2012.
2.3.1.6 Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang atau
keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang
serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial maupun perubahan lingkungan (secara
mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan.
Jumlah PMKS di Kabupaten Sampang mengalami penurunan dari tahun ke
tahun. Pada Tahun 2012 jumlah PMKS di Kabupaten Sampang sebanyak 87.808
orang. Selama kurun waktu empat tahun terakhir jumlah PMKS menurun 1.175
orang sehingga pada Tahun 2016 jumlah PMKS di Kabupaten Sampang menjadi
86.633 orang. Diharapkan semakin tahun jumlah PMKS semakin menurun.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 42
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.18 Jumlah PMKS di Kabupaten Sampang
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Wajib Bukan Layanan Dasar
2.3.2.1 Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase jumlah
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angka ini untuk mengetahui bagian
dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam
kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu
tertentu.
TPAK selama periode 20122016 berfluktuasi sebagaimana ditunjukkan
gambar berikut:
Sumber: Diskumnaker Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.19 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Sampang
2.3.2.2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten/kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai
sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan
87.808
87.526 87.483
87.108
86.633
86.000
86.200
86.400
86.600
86.800
87.000
87.200
87.400
87.600
87.800
88.000
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
OR
AN
G
59,00
59,41
76,85
68,37
64,48
50,00
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
80,00
2012 2013 2014 2015 2016
%
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 43
sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara
menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk
menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak. Pada tahun 2017 Kabupaten
Sampang menargetkan 1 desa per kecamatan merupakan Desa Layak anak.
2.3.2.3 Ketahanan Pangan
Kondisi Ketahanan Pangan disamping dapat dilihat dari aspek ketersediaan
bahan pangan melalui data neraca bahan makanan, juga dapat dilihat dari aspek
kecukupan yang menunjukkan kondisi Pola Pangan Harapan di suatu daerah.
Kondisi pelaksanaan urusan ketahanan pangan pada tahun 2012-2016
diperlihatkan pada tabel di bawah.
Penguatan cadangan pangan masyarakat diawali dengan penyediaan
lumbung-lumbung pangan oleh pemerintah daerah. Jumlah lumbung pada tahun
2012 sebanyak 33 unit meningkat setiap tahunnya hingga sebanyak 71 pada tahun
2016. Peningkatan ini juga diimbangi dengan peningkatan isi lumbung sebagai
cadangan pangan masyarakat.
Tabel 2.28 Kondisi Pelaksanaan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Penguatan cadangan pangan masyarakat:
a. Jumlah Lumbung Buah 33 45 53 64 71
b. Isi Lumbung (kg gabah kering simpan)
kg 33.000 33.000 65.000 105.000 141.600
2 Penanganan Daerah Rawan Pangan
Desa 35 44 69 79 86
3 Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
Juta Rp. 13,78 15,08 17,01 19,99 21,66
4 Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita
% 80 80 80,24 81,44 81,44
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sampang, 2017
Penanganan daerah rawan pangan di Kabupaten Sampang dilakukan dengan
intensif selama beberapa tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
banyaknya desa yang ditangani setiap tahunnya. Keadaan ini seiring dengan
terlaksananya peningkatan produksi bahan pangan, Peningkatan infrastuktur,
peningkatan jumlah pelanggan listrik, peningkatan pendidikan dan peningkatan
pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat dalam membudayakan
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta
meningkatnya keterampilan dan pengembangan olahan pangan lokal.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 44
2.3.2.4 Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang berkualitas merupakan modal pembangunan yang
berkelanjutan. Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) diadopsi dari
kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan lahan/hutan sebagai indikator.
Perhitungan nilai indeks kualitas air mengacu pada baku mutu atau standar yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air). Indeks Kualitas Udara
mengacu kepada referensi standar internasional, yaitu WHO dan European Union.
Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan menggunakan standar ideal tutupan
hutan. Dalam konteks ini, tiap-tiap indeks indikator tersebut akan menjadi titik
referensi untuk menuju angka ideal, yaitu 100. Semakin jauh dengan angka 100,
mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Data ketiga indeks tersebut di Kabupaten Sampang Tahun 2015
dan 2016 ditunjukkan sebagaimana gambar berikut:
Sumber: DLH Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.20 Indeks Kualitas Air, Udara, dan Tutupan Lahan Kabupaten Sampang
2.3.2.5 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
Pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil merupakan hak
setiap warga negara. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melaluai pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolan informasi Administrasi Kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan pembangunan
sektor lainnya. Pelayanan kependudukan di Kabupaten Sampang digambarkan
melalui persentase penduduk yang telah mendapat pelayanan kependudukan dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 45
pencatatan sipil. Semakin besar persentase penduduk yang dilayani, semakin baik
pula kualitas pelayanan.
Sumber: Dispendukcapil Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.21 Persentase Penduduk yang telah Mendapat Pelayanan Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sampang 2.3.2.6 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dengan program pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan. Kebijakan
arah pembangunan ini dilandasi pemikiran bahwa pemberdayaan masyarakat
perdesaan dan wilayah perdesaan akan mengurangi kemiskinan/pemiskinan
struktural masyarakat/wilayah perdesaan sehingga dapat menekan laju urbanisasi
yang potensial menimbulkan permasalahan sosial dan menciptakan desa yang
mandiri.
2.3.2.7 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah untuk memprediksi jumlah
penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk
eksponensial menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung
terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu. Adapun laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sampang dapat dilihat pada gambar berikut:
58,09
67,50 68,58 71,51
80,18
50,00
65,00
80,00
95,00
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
%
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 46
Sumber: DLH Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.22 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sampang
2.3.2.8 Perhubungan
Pelaksanaan transportasi di Kabupaten Sampang didominasi oleh
angkutan jalan darat dengan didukung oleh 2 (dua) terminal angkutan umum yaitu
Terminal Sampang dan Terminal Ketapang. Adapun untuk angkutan penyebarang
laut juga terdapat 2 (dua) pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanglok di Kecamatan
Sampang dan Pelabuhan Batioh di Kecamatan Banyuates. Fasilitas Transportasi di
Kabupaten Sampang seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.29 Fasiltas Transportasi Kabupaten Sampang
No. Jenis Data
Satuan
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 1. Terminal a. Kelas A unit - - - - - b. Kelas B unit 1 1 1 1 1 c. Kelas C unit 1 1 1 1 1
2. Prasarana Penyebrangan a. Pelabuhan unit 1 1 1 1 1
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Sampang, 2017
2.3.2.9 Komunikasi dan Informatika
Urusan komunikasi dan informatika membidangi kebijakan dalam
penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik.
Di Kabupaten Sampang, Kebijakan ini tercermin dalam jumlah sistem informasi
Pemerintah Daerah yang terintegrasi dan Jumlah Media Informasi Milik Pemda dan
Non Pemda.
Tabel 2.30 Indikator Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1,58 1,48
1,381,28
1,18
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2012 2013 2014 2015 2016
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 47
1 Jumlah Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi
Sistem 4 7 13 8 19
2. Jumlah Media Informasi Milik Pemda dan Non Pemda
Media N/A 4 dan 48
4 dan 55
4 dan 57
5 dan 60
Sumber: Diskominfo Kabupaten Sampang, 2017
2.3.2.10 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Koperasi merupakan salah satu alat ekonomi untuk mempertinggi
kesejahteraan masyarakat. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah memiliki
kedudukan yang sangat strategis dalam menyokong pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Keberhasilan suatu koperasi dalam menyokong kegiatan ekonomi dapat
dilihat dari seberapa sehat koperasi tersebut. Koperasi sehat meliputi bentuk sehat
pada usaha, dalam organisasi serta mental.
Tabel 2.31 Indikator Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase koperasi sehat % N/A 68,3 69,52 71,03 73,00
2 Persentase Peningkatan UMK % 101 99,24 99,62 99,26 99,38
Sumber: Diskumnaker Kabupaten Sampang, 2017
2.3.2.11 Penanaman Modal
Dalam menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten
Sampang sangat didukung adanya peran serta dari beberapa stakeholder yang ada
di wilayah, terutama adanya investor yang menanamkan dan menjalankan
modalnya di Kabupaten Sampang secara nyata sehingga mampu memberikan
kontribusi terhadap peneriman PAD.
Tabel 2.32 Jumlah Investor PMDN/PMA, Nilai Realisasi PMDN, dan Penyelesaian Ijin
Lokasi di Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
investor 61 82 83 97 302
2 Nilai Realisasi PMDN (juta rupiah)
Juta Rp 90.232 120.920 150.825 169.118 380.107
3 Penyelesaian ijin lokasi buah 2 7 3 4 3
Sumber: DPM PTSP Kabupaten Sampang, 2017
Jumlah nilai investasi investor PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan
jumlah realisasi nilai proyek investasi berupa PMDN dan nilai proyek investasi
PMA yang telah disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Banyaknya investasi PMDN beskala nasional dengan banyaknya investasi PMA
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 48
beskala nasional yang ada di Kabupaten Sampang dihitung dari total nilai proyek
yang telah terealisasi pada suatu periode tahun pengamatan.
Semakin banyak nilai realisasi investasi menggambarkan ketersediaan dan
kualitas pelayanan penunjang yang dimiliki daerah sehingga menarik investor
untuk meningkatkan investasinya di daerah. Semakin banyak realisasi proyek
maka akan menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas
penunjang pada investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan.
2.3.2.12 Kepemudaan dan Olah Raga
Urusan kepemudaan dan olahraga meliputi perumusan kebijakan, evaluasi
dan pelaporan bidang Kepemudaan dan Olahraga. Kebijakan dalam bidang ini
bertujuan untuk mendongkrak prestasi dalam cabang-cabang olah raga serta
mendorong peran aktif organisasi kepemudaan daerah dalam pembangunan.
Tabel 2.33 Indikator Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah olah raga berprestasi yang dibina
Cabang 17 17 18 18 19
2. Persentase organisasi kepemudaan yang aktif
% 100 100 100 100 100
Sumber: Disporabudpar Kabupaten Sampang, 2017
2.3.2.13 Statistik
Data yang akurat merupakan kunci keberhasilan perencanaan
pembangunan daerah. Dari data tersebut dapat diketahui progres pembangunan,
sehingga untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan diperlukan data yang
berkualitas. Penyediaan data statistik dalam pembangunan di Kabupaten Sampang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.34 Penyediaan Data Statistik Daerah Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1. Penyediaan data statistik dalam pembangunan
% 100 100 100 100 100
Sumber: Diskominfo Kabupaten Sampang, 2017
2.3.2.14 Kebudayaan
Kebudayaan merupakan ciri khas suatu masyarakat dan aset daerah yang
wajib dilestarikan. Kebudayaan sendiri mencerminkan kepribadian suatu
masyarakat. Urusan kebudayaan di kabupaten Sampang meliputi pelaksanaan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 49
kegiatan seni budaya, sejarah dan nilai nilai tradisional sebagai daya dukung daya
tarik wisata serta menyelenggarakan pemasalan kebudayaan daerah.
Sumber: Diskominfo Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.23 Persentase Budaya Daerah Kabupaten Sampang Yang Dilestarikan
2.3.2.15 Perpustakaan dan Kearsipan
Perpustakaan umum daerah mempunyai peran sangat strategis dalam
meningkatkan taraf pengetahuan masyarakat. Koleksi bahan pustaka yang
berkualitas merupakan sarana belajar dalam rangka mengembangkan potensi
masyarakat agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
Perpustakaan harus mengikuti perkembangan kebutuhan pembaca dan
memenuhi teknologi informasi yang ada. Kelengkapan koleksi menjadi salah satu
parameter untuk menarik pengunjung. Selain itu, SDM juga sangat berperan untuk
bisa menjadikan perpusatakaan sebagai pusat akademik ataupun sumber
informasi. Berikut adalah data kunjungan ke Perpustakaan Kabupaten Sampang
selama periode 2012-2016 yang selalu meningkat setiap tahunnya.
Sumber: Disarpus Kabupaten Sampang, 2017
13,3320,00
33,33
53,33
66,67
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
2012 2013 2014 2015 2016
%
4.8
62
9.0
71
10
.62
8
13
.23
3
13
.73
0
92,61
172,78202,44
252,06 261,52
0,00
75,00
150,00
225,00
300,00
-
4.000
8.000
12.000
16.000
Per
sen
tase
Ju
mla
h K
un
jun
gan
(%
)
Jum
lah
Pen
gun
jun
g (o
ran
g)
Jumlah Pengunjung Perpustakaan
Persentase Jumlah Kunjungan (terhadap target populasi 5.250 orang)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 50
Gambar 2.24 Persentase Jumlah Kunjungan dan Jumlah Pengunjung Perpustakaan
Kabupaten Sampang
2.3.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Sampang untuk
pelayanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja
penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan daerah kabupaten/kota, yaitu
bidang urusan Pariwisata, Perikanan, Pertanian, Perdagangan dan Perindustrian.
Berikut ini disajikan beberapa indikator kinerja pada fokus layanan urusan
pilihan pemerintahan daerah antara lain:
2.3.3.1. Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting daerah. Retribusi sektor
wisata turut berkontribusi terhadap PAD. Berkembangnya sektor pariwisata akan
diikuti pula oleh berkembangnya sektor perdagangan dan usaha. Kekayaan alam
dan budaya merupakan komponen penting bagi sektor wisata daerah.
Pengembangan kedua komponen ini berkaitan erat dengan daya tarik objek wisata
dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Tingginya jumlah
kunjungan wisata menjadi parameter bahwa objek wisata tersebut menarik.
Sumber: Disporabudpar Kabupaten Sampang, 2017
Gambar 2.25 Jumlah Kunjungan Wisata di Kabupaten Sampang
2.3.3.2 Perikanan dan Pertanian
Dalam mengukur tingkat keberhasilan pembangunan sektor pertanian
dalam suatu wilayah salah satu alat ukur yang sering digunakan adalah indikator
produktivitas dibanding produksi ataupun luas panen. Indikator ini menunjukkan
56.568
23.568
53.839
61.724
71.672
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
2012 2013 2014 2015 2016
Ora
ng
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 51
seberapa besar produksi yang dihasilkan suatu komoditas tertentu per satuan luas
panen pada saat masa pengukuran. Produktivitas tanaman pangan dan hortikultura
Kabupaten Sampang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.35
Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura
No Komditas Satuan 2013 2014 2015 2016
1 Padi ton/ha 5,47 5,13 5,34 4,88
2 Jagung ton/ha 1,79 1,73 1,82 1,81
3 Ubi Kayu ton/ha 11,09 11,47 11,4 11,30
4 Kedelai ton/ha 1,70 1,61 1,62 1,51
5 Kacang tanah ton/ha 1,91 0,48 1,11 0,95
6 Bawang Merah ton/ha 6,00 7,02 6,95 6,95
7 Cabai ton/ha 2,42 4,66 8,27 8,27
8 Semangka ton/ha 17,68 17,77 17,48 17,48
9 Jambu Air ton/phn 0,10 0,08 0,07 0,07
10 Mangga ton/phn 0,06 0,05 0,05 0,05
11 Pisang ton/rpn 0,03 0,04 0,04 0,04
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sampang, 2017
Adapun populasi hewan ternak di Kabupaten Sampang secara umum
menunjukkan peningkatan populasi pada semua jenis ternak, kecuali ternak
domba. Sejalan dengan peningkatan jumlah populasi, jumlah hasil produksi
peternakan juga menunjukkan peningkatan hingga hampir dua kali lipat selama
tahun 2013-2016 sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.36 Populasi dan Produksi Hasil Ternak Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Jenis Tenak
1 Sapi ekor 196.807 180.849 203.863 211.176 212.776
2 Kambing ekor 45.786 45.663 45.539 45.994 46.182
3 Domba ekor 9.043 9.123 9.204 9.296 936
4 Ayam buras ekor 462.744 463.854 464.086 761.101 762.026
5 Ayam Petelur ekor 4.394 28.605 3.178 4.767 50.526
6 Ayam Pedaging ekor 15.014 64.562 66.777 100.165 100.248
7 Itik ekor 13.908 13.925 14.048 44.954 44.974
Produksi Hasil Ternak
1 Daging ton 2.236,55 2.518,21 2.693,42 3.011,33 4.054,08
2 Telur ton 835,38 1.030,38 1.058,61 1.060,37 2.045,48
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sampang, 2017
Kontribusi sektoral sektor perikanan dan pertanian memiliki peran yang
cukup signifikan terhadar PDRB Kabupaten Sampang. Sektor pertanian sendiri
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 52
merupakan sektor basis dalam perhitungan PDRB. Berikut disajikan kotribusi
sektor pertanian dan perikanan terhadap PDRB Kabupaten Sampang.
Sumber : BPS, 2017
Gambar 2.26 Kontribusi Sektor Perikanan dan Pertanian Terhadap PDRB
Kabupaten Sampang
2.3.3.3 Perdagangan dan Perindustrian
Sektor Perdagangan dan Perindustrian merupakan dua sektor yang tak
dapat dipisahkan. Kontribusi sektor ini memiliki peran yang cukup signifikan
terhadap PDRB Kabupaten Sampang. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB
Kabupaten Sampang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari gambar berikut.
Sumber: BPS, 2017
Gambar 2.27 Kontribusi Sektor Perdagangan dan Perindustrian
Terhadap PDRB Kabupaten Sampang
24,5322,89
24,3126,90 25,64
6,45 6,60 7,27 7,98 8,05
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
2012 2013 2014 2015 2016
Ko
ntr
ibu
si (
%)
Kontribusi subsektor pertanian tanaman pangan, tanamanhortikultura, peternakan, dan perkebunan terhadap PDRBKontribusi sektor perikanan terhadap PDRB
13,73 13,74 14,80
16,63 16,98
3,26 3,04 3,24 3,50 3,42
0
3
6
9
12
15
18
21
2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6
%
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 53
2.3.4 Layanan Unsur Penunjang
Perbaikan dalam pengelolaan unsur penunjang meliputi Perencanaa,
Keuangan, Kepegawaian, Penelitian dan Pengembangan, Kesatuan Bangsa dan
Politik, Penanggulangan Bencana dan unsur penunjang lainnya. Pada bidang
perencanaan, Kabupaten Sampang menunjukkan hasil yang baik keuangan daerah
sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran serta terwujudnya
sinkronisasi dan integrasi perencanaan pembangunan daerah. Disamping itu
Kabupaten Sampang masuk sebagai 3 (tiga) kabupaten/kota terbaik se-Provinsi
Jawa Timur dalam pemberian Anugerah Pangripta Nusantara Tahun 2017.
Bidang keuangan juga menunjukkan hasil yang baik pula. Laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Sampang pada tahun 2015 dan 2016 sudah berhasil
disusun tepat waktu yang menggambarkan aktivitas perbaikan pada aspek
akuntansi di tingkat Perangkat Daerah dan Pemerintah Daerah telah menunjukkan
hasil yang nyata. Demikian pula halnya dengan upaya-upaya perbaikan akuntansi
aset milik Pemerintah Daerah dan kepemilikan bukti formal berupa sertifikat
tanah.
Namun demikian upaya–upaya yang telah dilakukan tersebut belum
berhasil menjadikan Pemerintah Kabupaten Sampang untuk meraih opini tertinggi
(Wajar Tanpa Pengecualian/WTP) dari BPK atas Laporan Keuangan tahun 2015
dan 2016. Oleh karena itu meraih opini WTP menjadi salah satu prioritas
Pemerintah Kabupaten Sampang pada periode berikutnya, tentu saja dengan
dukungan dan komitmen seluruh Perangkat Daerah dan masyarakat serta DPRD
Kabupaten Sampang.
Beberapa indikator dalam pelaksanaan unsur penunjang ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 2.37 Indikator Pelaksanaan Unsur Penunjang
No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Perencanaan 1. Persentase Perangkat Daerah
dengan Kualitas Dokumen Perencaaannya Baik Kriteria Baik: 1. Berorientasi pada Hasil 2. Target Jelas 3. Indikator SMART 4. Konsistensi dengan RPJMD/Renstra
N/A N/A 53,33 75 80
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 54
No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
2. Persentase usulan kegiatan yang disepakati dalam musrenbang dan pokok-pokok pikiran DPRD yang dijabarkan ke dalam RKPD
N/A N/A 82,87 90,35 100
Keuangan Daerah 1. Laporan pengelolaan keuangan dan
aset yang berkualitas Feb-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16
2. Pengesahan Perda APBD tepat waktu (Desember Tahun ke n-1)
Des-11 Feb-13 Jan-14 Des-14 Des-15
Kepegawaian 1. Indeks profesionalitas ASN - - - - 83,50
Penelitian dan Pengembangan 1. Persentase hasil kajian penelitian
dan pengembangan yg dipublikasikan
- - - - -
Kesatuan Bangsa dan Politik 1. Prosentase konflik sosial yang
diselesaikan - 100 100 100 100
Penanggulangan bencana 1. Intensitas bencana alam - - - 28 40
Unsur Penunjang Lainnya Nilai SAKIP C C C C CC Nilai EKPPD 3,40 3,21 3,10 2,94 3,2 Indeks Kepuasan Masyarakat 72 76,62 76,78 78,35 78,87 Persentase pelaksanaan fungsi
DPRD yang difasilitasi - - - - -
Opini BPK terhadap LKD WDP WDP WDP WDP WDP Persentase Perangkat Daerah yang
melaksanakan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang akuntabel
- - - - -
Sumber: Bappelitbangda Kabupaten Sampang, 2017
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan
dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota
lainnya yang berdekatan, nasional atau internasional. Aspek daya saing daerah
terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim
berinvestasi dan sumber daya manusia.
Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek daya saing
daerah, terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang akan
dianalisis menurut kabupaten/kota di wilayah provinsi. Sedangkan untuk
kabupaten/kota disusun menurut kecamatan diwilayah kabupaten/kota masing-
masing. Indikator variabel aspek daya saing daerah terdiri dari:
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 55
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap
indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi
non pangan per kapita, dan Jumlah penanganan Daerah Rawan Pangan (Desa).
Berikut ini disajikan beberapa contoh hasil analisis dari beberapa indikator
kinerja pada fokus kemampuan ekonomi daerah sebagai berikut:
2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita (Angka Konsumsi
RT Perkapita)
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga (RT) yang menjelaskan
seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau
angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi
daerah. Penghitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita analisanya
dilakukan oleh BPS melalui program Susenas (Sensus Ekonomi Nasional).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan
menghitung angka konsumsi RT per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan
pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk.
Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman,
tembakau, dan sirih. Bukan makanan termasuk perumahan, sandang, biaya
kesehatan, sekolah, dan sebagainya. Hasil analisis konsumsi RT perkapita, dapat
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.38 Angka Konsumsi Pangan RT per Kapita Kabupaten Sampang
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1. Total Pengeluaran Pangan RT ((jt)
13,78 15,08 17,01 19,99 21,66
2. Jumlah RT 229.323 235.940 235.940 239.679 239.679
3. Rasio (1./2.) 60,09 63,91 72,09 83,40 90,37
Sumber: BPS, 2017
2.4.1.2 Penanganan Daerah Rawan Pangan
Tercapainya penanganan daerah rawan pangan yang ditetapkan dari target
79 desa tercapai 86 desa hal ini seiring dengan terlaksananya peningkatan
produksi bahan pangan, peningkatan infrastuktur, peningkatan jumlah pelanggan
listrik, peningkatan pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan,
peningkatan kesadaran masyarakat dalam membudayakan pola konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta meningkatnya keterampilan dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 56
pengembangan olahan pangan lokal. Indikator penanganan daerah rawan pangan
yaitu:
1) Aspek Ketersediaan
Rasio Jumlah Warung terhadap Rumah Tangga
Rasio Jumlah Toko terhadap Rumah Tangga
2) Aspek Keterjangkauan Pangan
Rasio Jumlah Penduduk dengan Tingkat Kesejahteraan Terendah
Rasio Jumlah Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Desa Tanpa Akses Penghubung yang Memadai
3) Aspek Pemanfaatan Pangan
Rasio Jumlah Anak Tidak Bersekolah Terhadap Semua Anak Umur 7-15 Thn
Rasio Jumlah Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih
Rasio Jumlah Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Buang Air Besar
Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk
Tabel 2.39 Penangangan Daerah Rawan Pangan Kabupaten Sampang
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Desa 35 44 69 61 79
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sampang, 2017
2.4.1.3 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku seri
2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama periode 2012-2016
karena kontribusi dari masing-masing sektor cenderung meningkat dan kontribusi
terbesar didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Kontribusi
sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura terhadap PDRB Kabupaten
Sampang tahun 2016 sebesar Rp.2.406.293.445.498,22 dari total PDRB sebesar
16.242.237.446.752,10. atau 14,82%. Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan
dan hortikultura tersebut menurun dibandingkan tahun 2015 karena pada tahun
2016 terjadi anomali cuaca. Adapun kontribusi sektor perkebunan sebesar
Rp.741.033.100.000,00 atau 4,56% dan sektor peternakan sebesar
Rp.1.016.462.539.485,37 atau 6,26%. Gambaran selengkapnya perkembangan
distribusi persentase sektor-sektor tersebut terhadap total PDRB ditunjukkan tabel
di bawah ini.
Tabel 2.40 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sampang
No Sektor Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 57
1 Kontribusi sektor tanaman pangan dan hortikultura terhadap PDRB
% 14,13 13,11 13,96 15,73 14,82
2 Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB
% 4,30 4,06 4,44 4,78 4,56
3 Kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB
% 6,10 5,72 5,91 6,39 6,26
Sumber: BPS, 2017
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Analisis kinerja atas fasilitas wilayah/infrastruktur dilakukan terhadap
indikator perhubungan, penataan ruang, sarana perekonomian, jaringan listrik, dan
lingkungan hidup.
2.4.2.1 Perhubungan
Penyediaan sarana transportasi darat berupa sub terminal di Kabupaten
Sampang sampai dengan saat ini dalam kategori terminal kelas C dan juga tersedia
1 unit sub terminal di Kecamatan Ketapang. Sedangkan untuk pemenuhan sarana
transportasi laut di kabupaten Sampang sampai dengan tahun 2016 sudah tersedia
2 unit pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanglok di Kecamatan Sampang dan Pelabuhan
Batioh di Kecamatan Banyuates. Disamping itu, terdapat 1 pelabuhan baru di Desa
Taddan Kecamatan Camplong yang pembangunannya masih dalam proses
penyelesaian dan ditangani oleh pemerintah pusat.
2.4.2.2 Penataan Ruang
Fungsi dan manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M 2009 adalah sebagai acuan
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Visi RTRW Kabupaten Sampang adalah “Terwujudnya penataan ruang
wilayah Kabupaten Sampang melalui pengembangan agribisnis, industri dan
pariwisata dengan memperhatikan lingkungan hidup”.
I. Indikasi Program Pemanfaatan Pola Ruang
A. Kawasan Lindung
Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Sampang secara umum
ditujukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi
lingkungan hidup terintegrasi antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam
secara optimal dengan pelestariannya. Dalam konteks ini diharapkan bahwa
penempatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah diserasikan dengan
kemampuan dan daya dukung wilayahnya.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 58
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.28 Peta Rencana Kawasan Lindung
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 59
1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahnya di Kabupaten Sampang antara lain berupa resapan air. Adapun
kebijaksanaan ruang di kawasan ini ditentukan berdasarkan tujuan
pemantapannya, yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga
kelestarian kawasan.
Upaya pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberikan
perlindungan pada kawasan bawahnya di Kabupaten Sampang dapat dilakukan
dengan pendekatan pengembangan daerah aliran sungai (DAS), yaitu untuk
melindungi atau tetap terjaganya kawasan yang berfungsi sebagai daerah
tangkapan air (catchment area). Kawasan yang menjadi perlindungan dari kawasan
ini di dalamnya memiliki berbagai kegiatan strategis yang berpengaruh luas jika
tidak dilindungi.
Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air
permukaan. Kawasan resapan air di Kabupaten Sampang seluas kurang lebih 345,5
Km2 (sesuai dengan catchment area DAS Kamoning yang ada di Kabupaten
Sampang) yang berada di Kecamatan Sampang, Kecamatan Kedungdung,
Kecamatan Robatal, Kecamatan Omben dan Kecamatan Tambelangan.
2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan yang berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu manfaat atau
suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentukkan alami maupun buatan.
Adapun kriteria kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:
Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan
radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh Kabupaten
Sampang
Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/danau, yang lebarnya
antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas
sungai di kawasan bukan permukiman sekurang-kurangnya 100 meter dan
anak sungai sekurang-kurangnya 50 meter, dan direncanakan secara merata di
seluruh wilayah Kabupaten Sampang.
Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan pantai secara umum
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi untuk
kawasan pesisir, sedangkan sekurang-kurangnya 130 x rata-rata perbedaan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 60
pasang tertinggi dan surut air terendah, untuk pesisir pulau-pulau kecil.
Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sekitar sempadan pantai berhutan
bakau minimal 130 kali rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan
habitat hutan bakau/mangrove. Adapun kawasan perlindungan mangrove
meliputi sepanjang Pantai Selatan dikecamatan Sreseh, Jrengik, Pengarengan,
Sampang dan Kecamatan Camplong. Sedangkan kawasan sempadan pantai
berada di pantai utara berada di Kecamatan Banyuates, Kecamatan Ketapang
dan Sokobanah.
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan.
Kawasan ini tersebar di seluruh wilayah dikabupaten Sampang, dan secara
umum harus dilakukan perlindungan kawasan. Dalam beberapa kondisi atau
untuk kepentingan tertentu maka sebagian kawasan lindung ini dapat
digunakan untuk kawasan budidaya, tetapi harus dilakukan dalam batasan
tertentu.
3. Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Sempadan Hutan Bakau/Mangrove
Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya
tanaman mangrove di wilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk melindungi
habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi,
abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya
pencemaran pantai. Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan
perlindungan hutan bakau/mangrove meliputi pantai selatan Kabupaten
Sampang antara lain di Kecamatan Sampang, Camplong, Kecamatan Sreseh,
Kecamatan Pengarengan.
Tabel 2.41 Luas Potensi dan Sebaran Hutan Mangrove Kawasan Pesisir Selatan
Kabupaten Sampang
No Kecamatan Potensi
Pengembangan (ha)
Luas Hutan Mangrove (ha)
Sisa (ha)
1 Camplong 133,50 80,00 53,50
2 Sampang 98,38 88,50 9,88
3 Pengarengan 115,50 83,50 32,00
4 Sreseh 251,00 208,00 43,00
Jumlah 598,38 460,00 138,38
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 61
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
1) Lingkungan Bangunan Non gedung
Adalah suatu tempat yang dapat diperuntukkan sebagai cagar budaya
dan sejarah dengan bentuk bangunan non gedung yang harus
dilestarikan. Adapun yang dapat berfungsi sebagai cagar budaya dan
ilmu pengetahuan adalah:
Situs Ratu Ebu di Kecamatan Sampang
Situs Sumur Daksan di Kecamatan Sampang
Situs Pababaran Trunojoyo di Kecamatan Sampang
Situs Makam Pangeran Santo Merto di Kecamatan Sampang
Situs Makam Bangsacara dan Ragapadmi di Pulau Mandangin
Kecamatan Sampang
Situs Makam Sayyid Ustman Bin Ali Bin Abdullah Al-Habsyi di
Kecamatan Sokobanah.
2) Lingkungan Bangunan Gedung dan Halamannya
Adalah cagar budaya yang bersifat pelestarian terhadap bangunan kuno
peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan sebagai ciri cagar
budaya setempat yaitu:
Candi Mandangin di Kecamatan Sampang
Sumur Tujuh Petilasan Pangeran Panji Laras di Kecamatan Sampang
4. Kawasan Lindung Lainnya
a) Kawasan Terumbu Karang
Kawasan perlindungan terumbu karang terdapat hampir di sepanjang
kawasan pesisir di Kabupaten Sampang khususnya di Pulau Mandangin. Rencana
kawasan cagar alam laut sebesar kurang lebih 50 ha. Untuk kawasan lindung pada
terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perairan
laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling,
diving) selama kegiatan ini tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu
karang tersebut.
b) Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa Yang dilindungi
Kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi di wilayah Kabupaten
Sampang berupa taman wisata alam terdapat di Kecamatan Banyuates yaitu
Kawasan hutan kera Nepa dengan luas yang direncanakan kurang lebih 1,5 ha.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 62
B. Kawasan Budidaya
Sumber: Bappelitbangda, 2017
Gambar 2.29 Peta Rencana Kawasan Budidaya
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menjelaskan
kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan yang diperuntukkan untuk
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan
hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan
produksi yang dikonversi.
Wilayah Kabupaten Sampang memiliki kawasan hutan yang tersebar secara
tidak merata pada wilayah kecamatan. Sebagian kawasan hutan ini ada di bagian
pinggiran, dimana diantara kawasan hutan ini masih ada yang dimanfaatkan
sebagai hutan produksi. Jenis hutan yang terdapat di Kabupaten Sampang
didominasi oleh kawasan hutan rakyat yang tersebar merata di 8 kecamatan. Dari
hasil sosialisasi ternyata banyak kawasan hutan yang mengalami penggundulan
sehingga dapat membahayakan kawasan di sekitarnya baik berupa longsor, banjir
bandang, dan bencana kekeringan. Kawasan hutan produksi di Kabupaten Sampang
mengacu kepada Peta Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan hal tersebut, luasan hutan produksi di Kabupaten Sampang sebesar
797 hektar. Kecamatan yang terdapat hutan produksi ini antara lain Kecamatan
Banyuates, Jrengik, Kedungdung, Ketapang, Omben, Sampang, Sokobanah,
Tambelangan, dan Torjun.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 63
Sumber: Bappelitbangda Kabupaen Sampang, 2017
Gambar 2.30 Peta Rencana Kawasan Hutan Produksi
2. Kawasan Peruntukan Pertanian
a) Peruntukan Tanaman Pangan
1) Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pertanian jenis ini di kabupaten Sampang banyak
dijumpai pada wilayah selatan terutama pada kecamatan Torjun, Omben,
Jrengik dan sebagian kecil di wilayah utara yaitu di Kecamatan
Banyuates. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian
menjadi kawasan terbangun, maka untuk mempertahankan kawasan
pertanian lahan basah khususnya sawah beririgasi teknis dan lahan abadi
pertanian pangan (sawah abadi) ini perlu ditingkatkan intensifikasinya.
Untuk menunjang peningkatan dari nilai manfaat melalui peningkatan
pelayanan irigasi dari setengah teknis menjadi teknis dan sederhana
menjadi setengah teknis. Pengembangan sawah selain padi juga
dilakukan penerapan sistem mina padi, tumpang sari dan sebagainya.
Tetapi dengan adanya fenomena tersebut, pemerintah telah menetapkan
peraturan perundangan yang mengatur tentang pola penggunaan
kawasan pertanian. Dalam kaitan yang lebih komplek, hal tersebut dalam
rangka mempertahankan swasembada pangan yang terlahir dari adanya
tanah yang cukup untuk tanaman pertanian.
a) Luas lahan yang dibudidayakan untuk pertanian tahun 2007 adalah:
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 64
- Sawah irigasi
Sawah irigasi secara keseluruhan pada tahun 2009 memiliki luasan
sebesar 5.031 ha dimana sawah irigasi teknis terbanyak terdapat di
kecamatan Torjun seluas 1.463 ha. Irigasi semiteknis terbanyak
terdapat di Kecamatan Omben dengan luas 143,3 ha.
- Sawah tadah hujan
Sawah tadah hujan memiliki luas sebesar 12.274 ha, dengan
kecamatan terbanyak di Kecamatan Sampang sebesar 2.658 ha.
b) Rencana penggunaan tanah untuk persawahan dengan
memperhatikan daya dukung lahan, rencana pengembangan jaringan
irigasi dan proyeksi kebutuhan pangan serta potensi ekonomi.
- Pertanian persawahan irigasi teknis yang nantinya
direkomendasikan menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan
irigasi sebesar 4.714 ha. Hal ini melihat dari dari luas lahan
eksisting sawah irigasi tenis pada tahun 2009 yang berpotensi
dipertahankan. Berdasarkan kemampuan daerah juga ditetapkan
untuk kawasan ini menjadi lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan.
- Proyeksi lahan pertanian hingga tahun 2032 dilakukan dengan
memperhatikan kecenderungan tingkat konsumsi penduduk
terhadap komoditas padi (kebutuhan beras), tingkat produksi padi,
serta kecukupan kebutuhan pangan dengan membandingkan
tingkat produksi dan konsumsi.
2) Kawasan Pertanian Lahan Kering
Tegalan tanah kering merupakan penggunaan tanah yang memiliki
luasan terbesar di Kabupaten Sampang. Keberadaan akan kawasan ini di
Kabupaten Sampang menyebar di seluruh kecamatan terutama pada
daerah yang kurang mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah
hujan), dimana untuk peningkatan nilai manfaat dilakukan melalui
penerapan sistem pergiliran, tumpang sari dan sebagainya. Luas lahan ini
di Kabupaten Sampang secara keseluruhan mencapai 58,72% dari luas
Kabupaten atau 72.423,74 ha.
Beberapa bagian tegalan terutama yang terletak pada kawasan
lindung atau diperuntukkan tanaman keras, dapat dialihfungsikan
menjadi kawasan hutan atau perkebunan. Dengan alih fungsi ini maka
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 65
luas tegalan diperkirakan akan mengalami penurunan. Direncanakan luas
lahan tegalan ini menjadi kurang lebih 28.731 ha. Pertanian pangan pada
lahan kering sebesar 28.731 ha ini ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan non irigasi.
b) Peruntukan Hortikultura
Peruntukan holtikultura yang ada di Kabupaten Sampang antara
lain berupa kawasan yang ditanami jenis sayuran. Pengembangan kawasan
hortikultura dilakukan dengan cara:
- Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan
perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi, diarahkan di
Kecamatan Banyuates dan Kecamatan Tambelangan
- Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata
dan industri pengolahan hasil pertanian menjadi makanan dan sejenisnya
- Pengembangan komoditas unggulan.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.31 Peta Rencana Kawasan Pertanian
c) Kawasan Peruntukan Perkebunan
Di Kabupaten Sampang perkebunan banyak terdapat di Kecamatan
Banyuates, Kecamatan Sokobanah, Kecamatan Ketapang, Kecamatan
Robatal. Tambelangan dan kecamatan Jrengik, pemanfaatan dilakukan
dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Berdasarkan
komoditasnya, pengembangan perkebunan dapat dibagi dalam dua
kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti: kelapa, dan
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 66
perkebunan tanaman semusim antara lain berupa: jambu mente, tembakau
dsb. Adapun luas kawasan perkebunan di kabupaten Sampang adalah
20.059 ha atau 31,53% dari luas Kabupaten Sampang.
Berbagai cara dalam pemanfaatan dan pengelolaan perkebunan
antara lain adalah:
- Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat
kegiatan ekonomi di Banyuates-Ketapang-Tambelangan
- Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman
perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan
yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi
peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area
pertanian tanaman pangan;
- Pengembangan kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan
sesuai dengan rencana, seperti jambu mente, cabe jamu, dan tembakau;
- Pengembangan kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering;
- Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta
- Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan
antar produk.
Untuk rencana perkebunan yaitu pemantapan lahan untuk
perkebunan seluas kurang lebih 20.059 Ha dengan komoditi unggulannya :
- Budidaya kelapa tersebar di seluruh kecamatan
- Budidaya tembakau meliputi Kecamatan Sreseh, Torjun, Sampang,
Camplong, Omben, Kedungdung, Jengik, Sokobanah, Karangpenang,
Robatal dan Kecamatan Pangerengan.
- Budidaya jambu mete tersebar di seluruh kecamatan
- Budidaya kapuk randu tersebar di seluruh kecamatan
- Budidaya siwalan meliputi Kecamatan Sampang, Camplong, Omben,
Kedungdung, Tambelangan, Banyuates, Robatal, Ketapang dan
Kecamatan Karangpenang.
- Budidaya cabe jamu meliputi Tambelangan, Banyuates, Robatal,
Ketapang, Sokobanah dan Kecamatan Karangpenang.
- Budidaya asam jawa tersebar di seluruh kecamatan
- Budidaya wijen tersebar di seluruh kecamatan
- Budidaya serat nanas meliputi Kecamatan Omben, Kedungdung,
Tambelangan, Robatal, Ketapang, Sokobanah dan Kecamatan
Karangpenang.
- Budidaya pandan meliputi Kecamatan Tambelangan dan Kecamatan
Banyuates
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 67
- Budidaya lada berada di Kecamatan Tambelangan;
- Budidaya temulawak tersebar di seluruh kecamatan;
- Budidaya kunyit tersebar di seluruh kecamatan;
- Budidaya lengkuas tersebar di seluruh kecamatan;
- Budidaya lempuyang tersebar di seluruh kecamatan;
- Budidaya tebu tersebar di seluruh kecamatan; dan
- Budidaya temu ireng tersebar di seluruh kecamatan.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.32 Peta Rencana Kawasan Perkebunan
Berikut adalah tabel ketersedian lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sampang.
Tabel 2.42 Ketersediaan Lahan Menurut RTRW Kabupaten Sampang
NO KECAMATAN RencanaPermukiman
(ha) Lahan Efektif(60%)
(ha) 1 Sampang 791,765 475,06 2 Camplong 357,807 214,68 3 Torjun 241,590 144,95 4 Omben 268,053 160,83 5 Kedungdung 153,617 92,17 6 Jrengik 287,407 172,44 7 Sreseh 319,781 191,87 8 Tambelangan 134,379 80,63 9 Robatal 347,540 208,52
10 Ketapang 277,978 166,79 11 Banyuates 202,864 121,72 12 Sokobanah 484,798 290,88 13 Pangarengan 300,733 180,44 14 Karang Penang 151,611 90,97 TOTAL 4.319,923 2.591,95
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 68
Luas wilayah produktif ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:
Tabel 2.43 Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten Sampang
No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
1. Luas wilayah produktif (ha) 61.463,87 59.825,87 61.040,87 61.726,28 62.776,28
2. Luas Seluruh wilayah budidaya (ha)
19.861,5 18.252,5 19.421,5 22.236,5 24.183,5
3. Rasio (1/2) 3,09 3,28 3,14 2,76 2,60
Sumber: BPS, 2017
d) Kawasan Peternakan
Bagi pemenuhan kebutuhan internal Kabupaten Sampang dan
ekspor, maka pengembangan kegiatan peternakan yang ada saat ini dapat
dipertahankan. Kebutuhan pengembangan ke depan yang dapat diatur
pemanfaatan lahan atau kawasannya diatur sebagai berikut:
- Pengembangan ternak unggas yang berpusat di Kecamatan Sampang.
Wilayah pengembangan sentra produksinya meliputi pada sentra-sentra
produksi unggas di Kabupaten Sampang
- Pengembangan Hewan ternak berupa sapi yang berpusat di Kecamatan
Ketapang dan Kedungdung. Wilayah pengembangan sentra produksinya
meliputi pada sentra-sentra produksi ternak hewan di Kabupaten
Sampang
Sedangkan arahan lokasi pengembangna peternakan di Kabupaten
Sampang antara lain:
- Pengembangan ternak unggas berada di Kecamatan Sampang
- Pengembangan hewan ternak berupa sapi meliputi Kecamatan Jrengi,
Banyuates, Ketapang dan Kecamatan Kedungdung.
3. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kabupaten Sampang memiliki sumber daya potensial yang berupa mineral
batuan yang merupakan salah satu penunjang pembangunan perekonomian di
Kabupaten Sampang. Adapun jenis galian yang dikembangkan di Kabupaten
Sampang adalah pertambangan mineral, diantaranya adalah Batu gamping,
Dolomit, Fosfat, Lempung, Pasir Kuarsa, Batu Pasir dan Kalsit. Selain itu juga
terdapat potensi minyak dan gas bumi di wilayah Kecamatan Kedungdung, Sreseh
dan Camplong. Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas:
- kawasan pertambangan mineral
- kawasan pertambangan migas
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 69
- Kawasan pertambangan mineral terdiri atas:
pertambangan mineral batuan/non logam
pertambangan batu gamping meliputi Kecamatan Jrengik, Torjun,
Sampang, Kedungdung, Omben, Banyuates, Sokobanah, Ketapang
dan Kecamatan Camplong.
pertambangan batu putih meliputi Kecamatan Sampang, Ketapang,
Robatal, Banyuates, Sokobanah, dan Kecamatan Camplong.
pertambangan phospat meliputi Kecamatan Jrengik, Torjun,
Sampang, Kedungdung, Omben, Sokobanah, Ketapang dan
Kecamatan Camplong.
pertambangan kalsit meliputi Kecamatan Sampang, Kedungdung,
Omben dan Kecamatan Jrengik.
pertambangan kuarsa meliputi Kecamatan Sokobanah, Ketapang
dan Kecamatan Banyuates.
pertambangan sirtu meliputi Kecamatan Banyuates, Jrengik, Torjun,
Sampang, Kedungdung, Ketapang dan Kecamatan Camplong.
pertambangan tanah liat meliputi Kecamatan Ombe, Karangpenang
dan Kecamatan Robatal
pertambangan batubara meliputi Kecamatan Ketapang dan Kecamatan
Banyuates
- Kawasan pertambangan migas meliputi:
potensi migas meliputi:
potensi migas lepas pantai meliputi Kecamatan Camplong, Sampang,
Pengarengan, Sokobanah, Banyuates, Ketapang dan Kecamatan
Sreseh
potensi migas daratan tersebar di seluruh Kecamatan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 70
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.33 Peta Rencana Kawasan Pertambangan
4. Kawasan Peruntukan Industri
Dasar hukum yang digunakan dalam merencanakan kawasan peruntukan
industri ini aadalah Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 dan Keppres No. 41
Tahun 1996 tentang kawasan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri
yang telah memilki izin usaha kawasan industri.
Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Sampang didasarkan pada
potensi sumberdaya alam yang ada. Berdasarkan hasil analisa ekonomi, Kabupaten
Sampang mempunyai potensi yang besar di sektor pertanian tanaman pangan,
peternakan, perkebunan dan perikanan. Saat ini lahan industri yang ada pada
umumnya menyatu dengan kawasan permukiman yang lebih diorientasikan pada
sektor perikanan dan berkembang di sekitar kawasan pesisir. Adanya potensi
pengembangan pelabuhan peti kemas di wilayah Tanjungbumi Kabupaten
Bangkalan, dan pengembangan infrastruktur jalan di bagian wilayah utara dan
selatan Kabupaten Sampang diharapkan dapat meningkatkan aksesbilitas di
wilayah ini. Dengan kondisi tersebut, Kabupaten Sampang perlu adanya kawasan
industri yang mengolah hasil sumberdaya alam yang dihasilkan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 71
Kawasan industri yang direncanakan di Kabupaten Sampang tepatnya di
Kecamatan Banyuates berbentuk industrial estate, dengan mengolah hasil
sumberdaya alam yang ada. Luas kawasan industri direncanakan sekitar 250
Hektar dimana pengembangannya dilakukan secara bertahap.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.34 Peta Rencana Kawasan Peruntukan Industri
5. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Ditinjau dari karakteristik dan potensi daya tarik wisatanya, pola
pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Sampang dapat dikelompokkan
kedalam 3 kategori yaitu kawasan wisata alam, wisata religi, dan wisata minat
khusus/budaya.
Lokasi daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Sampang letaknya
cenderung menyebar, sehingga agar memudahkan wisatawan di dalam
melaksanakan aktivitas wisata perlu adanya suatu arahan jalur wisata.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, dapat diketahui beberapa permasalahan
dalam kaitannya dengan jalur wisata, yaitu:
1. Belum adanya pola perjalanan wisata yang ada di Kabupaten Sampang, hal ini
terjadi karena sebagian besar objek wisata yang ada di Kabupaten Sampang
masih belum dikembangkan secara optimal, perkembangan sektor pariwisata
cenderung apa adanya.
2. Belum adanya paket-paket wisata yang di tawarkan pada wisatawan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 72
3. Belum adanya program pengembangan sektor yang ada di Kabuparten
Sampang secara keseluruhan. Hal ini terbukti dengan keberadaan objek-objek
wisata yang masih belum banyak dikelola secara profesional.
Selain beberapa obyek wisata diatas, ada daya tarik wisata yang bisa
menjadi andalan dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Sampang.
Obyek wisata yang dimaksud berupa “Festival Music Etnik”. Festival ini menjadi
acara rutin tiap tahun di Kabupaten Sampang dan diharapkan dengan memadukan
festival ini dengan keberadaan obyek wisata yang lain. Penentuan Zoning
didasarkan pada efektifitas rute/jalur wisata sehingga perjalanan wisatawan lebih
praktis dan ekonomis. Adapun zoning wisata tersebut adalah sebagai berikut:
Zoning wisata I
Zona I ini berada di pusat Kota Sampang, yang terdiri atas beberapa daya tarik
wisata yaitu: Situs Trunojoyo, Goa Lebar, Situs Ratu Ebu, Situs Sumur Daksan,
Sumber Welirang, Agrowosata garam dan tempat berlangsungnya event-event
budaya.
Zoning wisata II
Terdiri dari daya tarik wisata yang berada dalam satu kawasan, dan lokasinya
berada di sekitar Kecamatan Camplong, daya tarik wisata tersebut adalah
wisata Pantai Camplong, Sumber Oto, Camplong agro wisata jambu air,
merupakan tempat kerajinan/cinderamata seperti kerang-kerangan, tempat
berlangsungnya event budaya seperti Rokat Tase dan Semalam di Camplong.
Zoning wisata III
Zoning ini hanya terdiri atas satu objek saja yaitu Pulau Mandangin, hal ini
dikarenakan lokasi dari Pulau Mandangin yang terpisah dari yang lain.
Sehingga akan lebih efektif lagi jika objek wisata ini merupakan satu paket
tersendiri yang terpisah dengan yang lain, dengan pertimbangan optimalisasi
perkembangannya.
Zoning wisata IV
Merupakan zoning daya tarik wisata yang berada dalam satu kawasan, terletak
di bagian tengah Kabupaten Sampang. Objek wisata yang ada dalam zoning IV
ini adalah Wisata Waduk Klampis dan Sumber Omben.
Zoning wisata V
Zoning kawasan V ini terletak di sebelah utara Kabupaten Sampang, yaitu
Objek Wisata Nepa, Air Terjun Toroan, dan Agro Wisata Jambu Mete.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 73
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.35 Peta Rencana Pengembangan Pariwisata
6. Kawasan Peruntukan Permukiman
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Permukiman. Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman perdesaan dan perkotaan.
Rencana pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Sampang secara
keseluruhan kurang lebih22.407 Ha atau kurang lebih 17% dari wilayah kabupaten
Sampang.
Secara umum kawasan permukiman di Kabupaten Sampang, berdasarkan
penyediaan wilayah permukimannya dapat dibedakan menjadi:
1. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer)
2. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat.
Kawasan ini umumnya berupa kampung, serta permukiman formal yang
cenderung memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan
3. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur,
diantaranya:
- Kawasan permukiman yang timbul karena pertumbuhan dan
perkembangan kota, seperti Kota Sampang, Ketapang, Camplong
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 74
- Kawasan permukiman yang timbul karena pengembangan Jalan lintas utara
dan selatan yang melintasi Kecamatan Banyuates, Ketapang, Sokobanah
(lintas utara), Sreseh, Pengarengan, Torjun, Sampang, Camplong (Lintas
Selatan)
- Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan kawasan industri
di Kecamatan Banyuates
- Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan pelabuhan
regional di Kecamatan Camplong.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.36 Peta Rencana Kawasan Permukiman
II. Indikasi Program Pemanfaatan Struktur Ruang
A. Rencana Sistem Perkotaan
1. Rencana Pembagian Pusat Kegiatan
Rencana untuk pembentukan pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki
di Sampang dengan:
a) Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Sampang sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten
b) Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu
perkotaan perkotaan Kedungdung dan perkotaan Ketapang
c) Pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang bukan sebagai PKLp
yaitu sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 75
2. Rencana Fungsi Kegiatan dan Pelayanan
Dalam mewujudkan perwilayahan pengembangan telah diambil
kebijaksanaan perwilayahan Kabupaten Sampang yang dibagi dalam 2 (dua) Pusat
Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), dimana masing-masing PKLp memiliki fungsi
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Adapun rencana sistem perwilayahan di
Kabupaten Sampang beserta fungsi dan arahan kegiatan utamanya adalah sebagai
berikut:
PKL dengan Pusat Perkotaan Sampang. Wilayah pelayanannya meliputi
Kecamatan Sampang, Camplong, Sreseh, Torjun, Jrengik dan Pengarengan. Dengan
Kota Sampang sebagai pusatnya. Fungsi Pengembangan utama sebagai pusat
pemerintahan, pusat perdagangan skala regional, pusat jasa.
Kegiatan pelayanan:
- Pengembangan kegiatan perdagangan skala regional
- Pengembangan pariwisata
- Jasa transportasi angkutan darat dan laut
- Jasa pemerintahan umum skala regional
PKLp I dengan pusat Perkotaan Ketapang. Wilayah kecamatan yang termasuk di
dalam wilayah pelayanan adalah Kecamatan Ketapang, Kecamatan Banyuates dan
Kecamatan Sokobanah. Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan
kawasan agroindustri, perikanan laut, dan hortikultura.
Kegiatan pelayanan:
- Pengembangan kegiatan agroindustri (agribisnis, hortikultura dan pertanian
pangan)
- Pengembangan kawasan perikanan laut dan darat
- Pengembangan jalur wisata
- Pengembangan kawasan peternakan
PKLp II dengan pusat perkotaan Kedungdung. Wilayah kecamatan yang
termasuk dalam wilayah pelayanan adalah Kecamatan Kedungdung, Kecamatan
Robatal, Kecamatan Karangpenang, Kecamatan Omben dan Kecamatan
Tambelangan. Fungsi pengembangan utama wilayah sebagai pusat pengembangan
kawasan peternakan, tanaman pangan dan perkebunan serta industri.
Kegiatan pelayanan:
- Pengembangan tanaman perkebunan dan pertanian pangan
- Pengembangan kegiatan industri
- Pengembangan kehutanan dan konservasinya
- Pengembangan tanaman hortikultura
- Pengembangan kawasan peternakan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 76
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.37 Peta Rencana Wilayah Perkotaan
Tabel 2.44 Delineasi Batas Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Sampang
No Kecamatan Wilayah
Perkotaan Wilayah Pedesaan Rekomendasi dan Keterangan
1 Sreseh Noreh, Labuhan, Taman
Sreseh, Disanah, Marparan, Klobur, Labang, Bundah, Bangsah, Plasah, Junok
Wilayah perkotaan di Kecamatan Sreseh berada di Desa Noreh, Taman dan Desa Labuhan. Sedangkan mengenai Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan di Desa Bundah.
2 Torjun Torjun, Krampon
Patarongan, Pangongsean, Dulang, Bringin Nonggal, Patapan, Jeruk Porot, Kodak, Kanjar, Kara, Tanamera
Wilayah perkotaan di Kecamatan Torjun berada di Desa Torjun dan Desa Krampon. Sedangkan mengenai Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan di Desa Kodak
3 Pengarengan Apaan, Pengarengan
Ragung, Gulbung, Panyirangan, Pacanggaan
Kecamatan ini merupakan Kecamatan baru pemekaran dari Kecamatan Torjun. Mengenai wilayah perkotaan berada di Desa Apaan dan Pengarengan. Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan terletak di desa Gulbung
4 Sampang Banyuanyar, Polagan, Karangdalam, Gunung Sekar, Rongtengah, Dalpenang, Tanggumong, Gunung Maddah.
Aengsareh, Panggung, Baruh, Taman Sareh, Pekalongan, P. Mandangin, Pangelen, Banyumas, Kamoning, paseyan
Ada penambahan wilayah perkotaan di Kecamatan Sampang karena diperkirakan dengan adanya rencana Jalur Lintas Selatan perkembangan Kecamatan Sampang akan menjadi cepat.
5 Camplong Tambaan, Dharma Camplong, Sejati, Dharma Tanjung,
Prajjan, Bato Karang, Rabasan, Banjar Tabulu, Anggersek, Madupat,Pamolaan,
Ada penambahan wilayah perkotaan dikarenakan perkembangan di Kecamatan Camplong akan semakin tinggi
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 77
No Kecamatan Wilayah
Perkotaan Wilayah Pedesaan Rekomendasi dan Keterangan
Banjar Talela, Taddan.
Plampaan dengan adanya pelabuhan di Desa Taddan, TPI di desa Tanjung dan adanya rencana jalan lintas selatan Madura yang melewati wilayah ini.
6 Omben Rapa Laok, Omben, Rapa Daya
Kebun Sareh, Karangnangger, Napolaok, astapah, Gersempal, Meteng, Madulang, Kamondung, Tambak, Temoran, Sogiyan, Napo Daya, Jrangoan, Angsokah, Rongdalem, Pandan, Karang Gayam
Wilayah perkotaan di Kecamatan Omben berada di Desa Rapa Laok, Omben dan Desa Rapa Daya. Sedangkan mengenai Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan di Desa Jrangoan
7 Kedungdung Moktesareh, Kedungdung, Komis
Kramat, Banyukapah, Rabasan, Rohayu, Bajrasokah, Nyeloh, Banjar, Ombul, Pajeruan, Batoporo Barat, Batoporo Timur, Gunung Eleh, Daleman, Pasareyan, Palenggiyan.
Wilayah perkotaan di wilayah Kecamatan Kedungdung berada di Desa Moktesareh, Kedungdung dan Komis sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan yang diharapkan dapat menjadi pendorong perkembangan bagi desa-desa di sekitarnya direkomendasikan berada di Desa Ombul
8 Jrengik Kotah, Jrengik, Klangan Prao
Asem Nonggal, Majangan, Asem Raja, Plakaran, Buker, Margantoko, Mlakah, Jungkarang, Taman, Panyepen
Wilayah perkotaan di Kecamatan Jrengik berada di Desa Kotah, Jrengik dan Desa Klangan Prao. Sedangkan mengenai Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan di Desa Bancelok
9 Tambelangan Tambelangan Karanganyar, Samaran, Beringin, Mambulu Barat, Barung Gagah, Somber, Banjar Bileh, Birem, Batosarang
Wilayah perkotaan di wilayah Kecamatan Tambelangan berada di Desa Tambelangan sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan yang diharapkan dapat menjadi pendorong perkembangan bagi desa-desa di sekitarnya direkomendasikan berada di Desa Batosarang
10 Banyuates Banyuates, Jatra Timur, Masaran
Olor, Planggaran Barat, Planggaran Timur, Tolang, Lar-Lar, Tlagah, Nagasareh, Tapaan, Terosan, Asem Jaran, Kembang Jeruk, Morbatoh, Montor, Tebanah, Nepa, Batioh, Trapang
Kawasan Perkotaan di Kecamatan Banyuates berada di Desa Banyuates, Jatra Timur dan Masaran. Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan berada di Desa Montor
11 Robatal Tragah, Robatal, Jalgung
Bapelle, Lepelle, Sawah Tengah,Torjunan, gunung Rancak, Pandiyangan
Bertambah satu wilayah perkotaan yaitu di Desa Tragah dengan asumsi perkembangan di sekitar jalan kolektor primer Sampang-Ketapang akan lebih pesat. Sedangkan Pusat Pelayanan Lingkungan direkomendasikan berada di Desa Lepelle
12 Karangpenang Karang Penang Onjur dan Karang Penang
Bluuran, Tlambah, Gunung Kesan, Bulmatet, Poreh
Untuk Pusat Pelayanan Lingkungan di Kecamatan Karang Penang
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 78
No Kecamatan Wilayah
Perkotaan Wilayah Pedesaan Rekomendasi dan Keterangan
Oloh direkomendasikan berada di desa Tlambah
13 Ketapang Ketapang Daya, Ketapang Laok, Ketapang Barat, Rabiyan dan Ketapang Timur
Paopare Laok, Bunten Barat, Bunten Timur, Pancor, Karang Anyar, Pangereman, Bira Barat, Paopale Daya, Banyusokah, Ketapang Timur
Mengingat perkembangan Kecamatan Ketapang yang diperkirakan akan berlangsung cepat, maka wilayah perkotaan ditambah desa Rabiyan. Sedangkan untuk Pusat Pelayanan Lingkungan berada di Desa Paopale Laok.
14 Sokobanah Bira Tengah, Sokobanah Daya, Tamberu Barat Tamberu TImur
Olor, Tobai Barat, Tobai Timur, Tobai Tengah, Bira Timur, Sokobanah Laok, Tamberu Laok, Tamberu Daya, Sokobanah Tengah,
Untuk Pusat Pelayanan Lingkungan di wilayah Kecamatan Sokobanah berada di Desa Tobai Timur.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Sistem transportasi merupakan media yang menentukan dalam
mengembangkan suatu wilayah. Sistem transportasi adalah gabungan dari
komponen komponen (sub sistem) transportasi yang berinteraksi satu dengan
lainnya membentuk suatu fungsi transportasi (DBLLAK, 1998). Komponen
transportasi perkotaan saling berkaitan satu dengan lainnya, terdiri dari sub sistim
kegiatan (transport demand), sub sistim jaringan (transport supply), sub sistim
pergerakan (traffic) dan kelembagaan (institution). Rencana Pengembangan
Prasarana Transportasi Kabupaten Sampang ditunjukkan gambar berikut:
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.38 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 79
Adanya pembangunan jembatan Suramadu serta rencana pengembangan
Madura, secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem transportasi di
Kabupaten Sampang. Adanya rencana jalan lintas utara dan selatan Madura
misalnya, serta rencana pelabuhan peti kemas di Kabupaten Bangkalan menjadi
titik tolak dalam menyiapkan infrastruktur transportasi sehingga Kabupaten
Sampang “siap” dalam menata ruangnya di masa mendatang.
Beberapa perencanaan di bidang transportasi dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sampang untuk mendukung dan menyiapkan sistem transportasi yang
baik di masa mendatang. Rencana Pelabuhan, Jalan Lingkar, Jembatan dan
pembangunan terminal merupakan salah satu rencana untuk membangun sistem
transportasi di Kabupaten Sampang yang tertata dan saling mendukung.
Keberhasilan pembangunan Sampang di masa depan ditentukan oleh kesiapan
sistem transportasinya saat ini. Hingga tahap perencanaan, pengembangan sistem
jaringan transportasi yang dipersiapkan untuk Kabupaten Sampang cukup sebatas
transportasi darat dan transportasi laut.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.39 Skema Pembangunan Sistem Transportasi di Kabupaten Sampang
Jaringan jalan lingkar luar selatan Kabupaten Sampang ini merupakan
bagian dari sistem jaringan jalan pada kawasan selatan Kabupaten Sampang. Jalan
ini juga terhubung dengan jalan akses Jembatan Sreseh-Pangarengan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 80
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.40 Rencana Sistem Jaringan Jalan Lingkar Selatan Kabupaten Sampang
Sejalan dengan rencana pembangunan jembatan Sreseh-Pangarengan, jalan
akses untuk menuju dan keluar dari jembatan tersebut perlu juga disediakan. Jalan
akses ini akan menghubungkan ruas jalan Blega-Sreseh pada sisi Sreseh dan ruas
jalan Torjun-Sampang pada sisi Pangarengan.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.41 Rencana Jembatan Sreseh–Pangarengan dan Jalan Aksesnya
3. Angkutan masal perkotaan
Jenis angkutan penumpang yang digunakan di Kabupaten Sampang
umumnya menggunakan jenis kendaraan bus umum, colt, pick-up, ojek dan becak
maupun delman. Untuk bus umumnya melayani penumpang luar kabupaten,
dengan melewati jalan utama Sumenep-Pamekasan-Sampang-Bangkalan.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 81
Sedangkan angkutan colt dan pick up digunakan untuk mendistribusikan
penumpang antar ibukota kecamatan dan kecamatan-kecamatan di sekitar
Kabupaten Sampang.
4. Terminal
Pengembangan rencana penempatan terminal penumpang dan terminal
cargo disesuaikan dengan beberapa kondisi keadaan sistem jaringan transportasi
yang ada di lapangan. Dalam perencanaannya terminal penumpang di letakan
sedekat mungkin di daerah utara. Hal ini berkaitan dengan prospek pengembangan
kawasan utara kedepan sehingga tidak menimbulkan kesenjangan. Terminal kargo
diletakan berdekatan dengan pusat-pusat perekonomian atau zona-zona
perdagangan terutama pada Kecamatan Sampang sebagai pusat pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Sampang.
Dengan kriteria diatas maka untuk pembangunan terminal direncanakan di
setiap kecamatan memiliki sub terminal dengan prioritas kawasan perkotaan yang
berorde PKLp. Sedangkan untuk terminal antar kabupaten dilakukan
pengembangan terminal tipe B yang akan dikembangkan di Kecamatan Torjun dan
atau Kecamatan Sampang. Sedangkan terminal yang ada sekarang di Kecamatan
Sampang dijadikan terminal kota. Rencana pengembangan terminal yang lain
diantaranya Pengembangan terminal tipe C, dengan prioritas kawasan perkotaan
yang merupakan PKLp; Pengembangan terminal kargo di Kecamatan Camplong dan
Kecamatan Pengarengan sebagai pemecah perkembangan Perkotaan Sampang.
B. Rencana Pengembangan Transportasi Laut
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
yang terkait dengan kepelabuhanan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang kepelabuhanan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi. Kawasan pelabuhan laut perlu memperoleh perlindungan
karena peranannya sebagai pendorong perekonomian.
Pelabuhan baru yang akan dikembangkan di Kabupaten Sampang
merupakan pelabuhan pengumpan yang terdapat di Desa Taddan Kecamatan
Camplong. Keberadaan pelabuhan ini untuk mengakomodasi jalur distribusi
perdagangan dengan rute antara Sampang dengan Pasuruan-Sampang-Situbondo
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 82
yang sangat prospektif. Sementara untuk pelabuhan Tanglok yang sudah ada di
Kecamatan Sampang, dan Pelabuhan Batioh di Kecamatan Banyuates direncanakan
untuk direvitalisasi dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul lokal. Selain itu
juga dikembangkan Pelabuhan pengumpul lokal yang lainnya di Pulau Gili
Mandangin
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.42 Rencana Pengembangan Transportasi Laut
C. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi
Saat ini di Kabupaten Sampang terdapat dua macam potensi sumber listik
yang layak dikembangkan, yaitu meliputi sumber energi konvesional, dan sumber
energi baru dari Bio-Gas.
Sumber berbasis energi konvesional
Secara umum pelayanan energi listrik di wilayah Kabupaten Sampang telah
menjangkau wilayah-wilayah perdesaan. Namun untuk mengoptimalkan
pelayanan energi listrik pada masa depan, direncanakan adanya peningkatan
pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan
wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan.
Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya
ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan
jaringan listrik. khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT dan SUTET
diperlukan areal konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada
setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi
masyarakat.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 83
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.43 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Listrik
Sumber berbasis energi baru/biogas
Berikut adalah lokasi sumber daya biogas di Kabupaten Sampang:
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.44 Potensi Bio-Gas di Kabupaten Sampang
D. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Rencana pengembangan prasarana telematika diarahkan pada peningkatan
jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan
tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 84
perdesaan sebagai prasarana pendukung. Dengan semakin berkembangnya
teknologi, untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu
dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telematika pada tiap wilayah.
Kebutuhan akan sarana telekomunikasi (telepon) ditentukan oleh
pendapatan, harga dan juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kabupaten Sampang
dimasa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan
sambungan sebagai berikut:
Keperluan rumah/pribadi
Keperluan fasilitas lain seperti: perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,
kesehatan, industri, wartel dan lain-lain.
Keperluan umum (telepon umum)
Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk
perkembangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat
dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk
wilayah Kabupaten Sampang perkembangan menara telekomunikasi ini cukup
pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat telematika yang tersebar.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.45 Near co-location BTS eksisting di Kabupaten Sampang berdasarkan
survey pada bulan Mei 2010 (sumber: Studi Penyusunan Tata Ruang Base Transceiver Station (BTS) Kabupaten Sampang)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 85
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
1. Sungai, Waduk dan Embung
Berdasarkan masukan dari Provinsi Jawa Timur, wilayah sungai Madura-
Bawean merupakan WS lintas kabupaten menjadi kewenangan Provinsi.
Sedangkan Wilayah sungai kabupaten meliputi:
- wilayah sungai Klampis
- wilayah sungai Kamoning
- wilayah sungai Panyepen
Mengenai waduk yang berada di Kabupaten Sampang antara lain:
- waduk Nipah berada di Kecamatan Banyuates
- waduk Klampis berada di Kecamatan Kedungdung
Penjelasan mengenai waduk akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian irigasi
dikarenakan waduk yang ada di Kabupaten Sampang dipergunakan sebagai sumber
irigasi. Sedangkan mengenai embung yang ada di Kabupaten Sampang meliputi:
- Batuporo I berada di Kecamatan Kedungdung
- Batuporo II berada di Kecamatan Kedungdung
- Batuporo III berada di Kecamatan Kedungdung
- Batuporo IV berada di Kecamatan Kedungdung
- Palenggian I berada di Kecamatan Kedungdung
- Palenggian II berada di Kecamatan Kedungdung
- Palenggian III berada di Kecamatan Kedungdung
- Kedungdung I berada di Kecamatan Kedungdung
- Kedungdung II berada di Kecamatan Kedungdung
- Pajeruan berada di Kecamatan Kedungdung
- Robatal I di Kecamatan Robatal
- Robatal II di Kecamatan Robatal
- Gunung Kesan berada di Kecamatan Robatal
- Jelgung berada di Kecamatan Robatal
- Pandiangan I berada di Kecamatan Robatal
- Pandiangan II di Kecamatan Robatal
- Pandiangan III di Kecamatan Robatal
- Sawah Tengah I berada di Kecamatan Robatal
- Sawah Tengah II di Kecamatan Robatal
- Torjunan I berada di Kecamatan Robatal
- Torjunan II berada di Kecamatan Robatal
- Torjunan III di Kecamatan Robatal
- Torjunan IV di Kecamatan Robatal
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 86
- Lepelle I berada di Kecamatan Robatal
- Lepelle II di Kecamatan Robatal
- Lepelle III di Kecamatan Robatal
- Gunung Eleh di Kecamatan Robatal
- Gunung Rancak di Kecamatan Robatal
- Tragih di Kecamatan Robatal
- Lar-lar di Kecamatan Banyuates
- Pelanggaran di Kecamatan Banyuates
- Angsokah berada di Kecamatan Omben
- Blu’uran I berada di Kecamatan Omben
- Blu’uran II berada di Kecamatan Omben
- Karang Gayam I berada di Kecamatan Omben
- Karang Gayam II berada di Kecamatan Omben
- Rapa Daya I berada di Kecamatan Omben
- Rapa Daya II berada di Kecamatan Omben
- Rapa Laok berada di Kecamatan Omben
- Rongdalam I berada di Kecamatan Omben
- Rongdalam II berada di Kecamatan Omben
- Noreh di Kecamatan Sreseh
- Marparan I berada di Kecamatan Sreseh
- Marparan II berada di Kecamatan Sreseh
- Marparan III berada di Kecamatan Sreseh
- Soroan I berada di Kecamatan Sreseh
- Soroan II berada di Kecamatan Sreseh
- Soroan III berada di Kecamatan Sreseh
- Soroan IV berada di Kecamatan Sreseh
- Ombul berada di Kecamatan Sreseh
- Junok berada di Kecamatan Sreseh
- Junok I berada di Kecamatan Sreseh
- Junok II berada di Kecamatan Sreseh
- Junok III berada di Kecamatan Sreseh
- Junok IV berada di Kecamatan Sreseh
- Bundah berada di Kecamatan Sreseh
- Plasah I berada di Kecamatan Sreseh
- Plasah II berada di Kecamatan Sreseh
- Birem di Kecamatan Tambelangan
- Karang Penang Unjur I di Kecamatan Karangpenang
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 87
- Karang Penang Unjur II di Kecamatan Karangpenang
- Bulmatet di Kecamatan Karangpenang
- Karang Penang Oloh di Kecamatan Karangpenang
- Poreh berada di Kecamatan Karangpenang
- Banjar Talela di Kecamatan Camplong
- Bunten Barat di Kecamatan Ketapang
- Bunten Timur di Kecamatan Ketapang
2. Sistem Jaringan Irigasi
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.46 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi teknis yang tersebar di Kabupaten Sampang kurang lebih
5.031 ha. Yang mendapatkan pelayanan pemberian air secara gravitasi melalui 1
buah waduk, 67 bendung,10 sungai,31 sumber air, 31 pompa irigasi air tanah dan
tidak kurang dar 5 km saluran irigasi dan ratusan bangunan irigasi. Sedangkan
sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomer 390 Tahun 2007,
bahwa luas irigasi di Kabupaten Sampang seluas 2.603 hektar yang termasuk
dalam kewenangan Provinsi utuh kabupaten dan 2.454 hektar yang termasuk
dalam kewenangan kabupaten utuh kabupaten.
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah irigasi berdasarkan Kepmen PU no.
390 Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut:
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 88
Tabel 2.45 Daerah Irigasi (DI) dan Kewenangannya di Kabupaten Sampang
berdasarkan Kepmen PU Nomer 390 Tahun 2007
No Nama DI Luas (ha) Keterangan
1. Klampis 2.603 Provinsi Utuh Kabupaten 2. Banjar Tabulu 243 Kabupaten Utuh Kabupaten 3. Baruh 150 Kabupaten Utuh Kabupaten 4. Brambang 91 Kabupaten Utuh Kabupaten 5. Brumbung 95 Kabupaten Utuh Kabupaten 6. Ketapang 68 Kabupaten Utuh Kabupaten 7. Lembung 55 Kabupaten Utuh Kabupaten 8. Montor 231 Kabupaten Utuh Kabupaten 9. Omben 350 Kabupaten Utuh Kabupaten
10. Panjegan 55 Kabupaten Utuh Kabupaten 11. Penyeburan 90 Kabupaten Utuh Kabupaten 12. Sbr Bira Timur 70 Kabupaten Utuh Kabupaten 13. Sumber Dawuhan 93 Kabupaten Utuh Kabupaten 14. Sumber Kodas 90 Kabupaten Utuh Kabupaten 15. Talandung 144 Kabupaten Utuh Kabupaten 16. Torowan 74 Kabupaten Utuh Kabupaten 17. Angsokah 3 Kabupaten Utuh Kabupaten 18. Batu Karang 42 Kabupaten Utuh Kabupaten 19. Blumbang 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 20. Dempo Abang 26 Kabupaten Utuh Kabupaten 21. Dharma Camplong 44 Kabupaten Utuh Kabupaten 22. Dlupangan 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 23. Karang Taman 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 24. Kirmata 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 25. Kembang Jeruk 25 Kabupaten Utuh Kabupaten 26. Kenek 6 Kabupaten Utuh Kabupaten 27. Kolah 28 Kabupaten Utuh Kabupaten 28. Marduko 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 29. Napa laok 35 Kabupaten Utuh Kabupaten 30. Nyukapah 25 Kabupaten Utuh Kabupaten 31. Pakes 10 Kabupaten Utuh Kabupaten 32. Panjalin 5 Kabupaten Utuh Kabupaten 33. Penang 10 Kabupaten Utuh Kabupaten 34. Rabah 1 Kabupaten Utuh Kabupaten 35. Rabasan 15 Kabupaten Utuh Kabupaten 36. Rajah 10 Kabupaten Utuh Kabupaten 37. Rapa Daya 10 Kabupaten Utuh Kabupaten 38. Rapa Laok 40 Kabupaten Utuh Kabupaten 39. Sumber Jungkarang 3 Kabupaten Utuh Kabupaten 40. Sumber Nanga 33 Kabupaten Utuh Kabupaten 41. Sumber Otok 26 Kabupaten Utuh Kabupaten
42. Taman 22 Kabupaten Utuh Kabupaten 43. Tambak 40 Kabupaten Utuh Kabupaten 44. Tanah Merah 17 Kabupaten Utuh Kabupaten 45. Umbul 28 Kabupaten Utuh Kabupaten
Luas Kewenangan Provinsi Utuh Kabupaten
2.603
Luas Kewenangan Kabupaten Utuh Kabupaten
2.428
Luas Total 5.031
Sumber: Kepmen PU no. 390 Tahun 2007
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 89
Dengan dibangunnya Waduk Nipah, dapat diprediksikan luas daerah irigasi
di Kabupaten Sampang akan bertambah menjadi kurang lebih 6.000 ha.
Peningkatan fungsi jaringan irigasi secara maksimal berhubungan langsung dengan
perbaikan pada kerusakan jaringan irigasi kondisi eksisting dan faktor penunjang
lainnya. Karena dengan jaringan irigasi yang baik maka air dapat mengalir tanpa
terhambat sesuai keinginan dengan maksimal.
Untuk embung lapangan seperti yang banyak di Kecamatan Sreseh juga
perlu mendapat perhatian mengingat kondisinya sangat memprihatinkan.
Beberapa sumber air di Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut:
Waduk/Bendung/Embung
Waduk Klampis
Waduk Klampis terletak di Desa Kramat Kecamatan Kedungdung,
merupakan waduk terbesar yang ada di Kabupaten Sampang dengan tujuan
utama sebagai penyediaan air irigasi untuk areal sawah seluas 2.603 h a.
Waduk Nipah
Waduk Nipah terletak di Desa Montor Kecamatan Banyuates dengan
rencana luas areal irigasi 1.150 ha. Pembebasan tanah di mulai pada tahun
1982. Pekerjaan konstruksi dilaksanakan mulai tahun 2004, diharapkan
pada tahun 2007 bendungan utama sudah selesai.
Embung
Potensi embung di Kabupaten Sampang terdapat pada Kabupaten Sampang
bagian tengah yaitu meliputi Kecamatan Kedungdung, Robatal,
Karangpenang dan Kecamatan Omben.
Pembangunan Embung sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 67 unit
yang merupakan modifikasi Checkdam sebanyak 36 unit yang rata-rata
kondisinya sudah rusak.
Air Permukaan
Air permukaan untuk irigasi diperoleh dengan menaikkan air dari sungai ke
sawah dengan memakai mesin pompa air di 3 lokasi dengan total luas areal
140 ha.
Sumur Dalam
Sumur dalam yang ada dilaksanakan oleh Proyek Pengembangan Air Tanah
(P2AT) Wilayah Madura di Kabupaten Sampang adalah sebanyak 31 titik
yang tersebar di 8 Kecamatan, dengan luas areal 310 ha.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 90
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.47 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih
Sumber: Bappeda Kabupaten Sampang, 2012
Gambar 2.48 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
2.4.2.3 Sarana Perekonomian
Aktivitas ekonomi perlu didukung dengan adanya sarana prasarana yang
memadai. Beberapa sarana yang diperlukan antara lain perbankan, perusahaan
asuransi, restoran, dan penginapan/hotel. Jumlah bank di Kabupaten Sampang
selama periode 2012-2106 relatif tetap dan cenderung berpusat di daerah
perkotaan. Perusahaan asuransi menunjukkan pertumbuhan yang baik dari 2 (dua)
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 91
perusahaan pada tahun 2012 menjadi 5 (lima) perusahaan. Sedangkan Jumlah
restoran menunjukkan perkembangan yang pesat dari 20 pada tahun 2012 menjadi
146 pada tahun 2016. Adapun jumlah penginapan/hotel relatif tetap, tercatat ada 6
(enam) penginapan/hotel pada akhir 2016. Jumlah Sarana perekonomian tersebut
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.46 Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
1 Banka unit 12 12 12 12 11
2 Perusahaan Asuransib unit 2 2 2 3 5
3 Restoranb unit 20 20 25 143 146
4 Penginapan/Hotelb unit 4 4 4 5 6
Sumber: aBPS, 2017; bBagian Perekonomian Setda Kabupaten Sampang
2.4.2.4 Jaringan Listrik
Dalam rangka mencukupi kebutuhan energi khususnya untuk kelistrikan di
Kabupaten Sampang telah dikembangkan beberapa sumber energi antara lain
PLTS, PLTD dan khususnya kelistrikan yang disuplay oleh PLN. Berdasarkan hasil
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016, rumah tangga yang
memiliki sumber penerangan listrik di Kabupaten Sampang persentasenya sebesar
99,73%. Dari angka tersebut masih banyak rumah tangga yang menggunakan
sambungan listrik dengan cara “ngetol”, belum memiliki meteran. Namun
demikian, berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Sampang, cakupan rumah tangga pengguna listrik pada tahun 2016
baru sekitar 54,88% yang diperoleh dari perbandingan banyaknya rumah tangga
yang sudah ber-meteran listrik sebanyak 145.933 ruta terhadap jumlah
keseluruhan rumah tangga sebanyak 265.900 ruta di Kabupaten Sampang.
2.4.2.5 Lingkungan Hidup
Pada sektor lingkungan hidup yang mendukung terhadap peningkatan
aspek daya saing daerah dapat dilihat dari luas lahan kritis, kualitas lingkungan,
dan Ruang Terbuka Hijau sebagaimana ditunjukkan tabel berikut:
Tabel 2.47 Persentase rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Sampang
No Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Luas lahan kritis Ha 60.724 41.377 41.107 40.722 40.418
2. Kualitas Lingkungan % 100 100 100 100 100
3. Ruang terbuka hijau % 29,32 29,93 30,37 32,00 32,00
Sumber: DLH Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 92
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pengelolaan lingkungan hidup
yang semakin baik setiap tahunnya. Luas lahan kritis semakin berkurang setiap
tahunnya dari 60.724 ha pada tahun 2012 hingga tersisa seluas 40.418 ha pada
tahun 2016. Luasan tersebut terus diupayakan untuk diturunkan salah satunya
melalui rehabilitasi hutan dan lahan kritis dengan melibatkan seluruh unsur
dimasyarakat, tokoh-tokoh masyarakat (ponpes, sekolah, kelompok tani, LSM)
dengan dikombinasikan program/kegiatan yang digulirkan oleh pemerintah
kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Kualitas Lingkungan diperoleh dari pengujian kadar polusi limbah padat
dan limbah cair yang dilaksanakan melalui pengambilan sampel di beberapa
tempat usaha. Pengambilan sampel ditentukan di titik-titik upstream (sebelum
terkena dampak usaha) dan downstream (setelah terkena dampak usaha) yang
dilanjutkan dengan uji laboratorium. Kualitas Lingkungan yang selalu mencapai
100% setiap tahunnya menunjukkan bahwa kadar polusi limbah yang dihasilkan
aktivitas usaha di Kabupaten Sampang masih memenuhi baku mutu lingkungan.
Selanjutnya, berkaitan dengan Ruang Terbuka Hijau, sejak tahun 2014
persentasenya sudah memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang penataan ruang yang mensyaratkan ruang terbuka hijau pada suatu
wilayah paling sedikit 30 persen dari luas wilayah tersebut.
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi
Analisis kinerja atas iklim berinvestasi dilakukan terhadap indikator angka
kriminalitas, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah,
jumlah perda yang mendukung iklim usaha. Pelaksanaan penanaman modal
strategi yang ditempuh adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk
itu diarahkan pada kebijakan memudahkan proses pelayanan perijinan dan
penyediaan infrastruktur pendukung serta jaminan rasa aman terhadap
investorPelaksanaan penanaman modal strategi yang ditempuh adalah
menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk itu diarahkan pada kebijakan
memudahkan proses pelayanan perijinan dan penyediaan infrastruktur pendukung
serta jaminan rasa aman terhadap investor.
2.4.3.1 Penanganan penyelesaian pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman,
Keindahan) di Kabupaten Sampang
Cakupan tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman
dan Keindahan) di Kabupaten Sampang pada RPJMD Kabupaten Sampang sampai
dengan tahun 2016 terealisasi sebesar 83% yang diperolah dari 19 kasus yang
sudah selesai ditangani terhadap 24 kasus yang ada, capaian ini belum memenuhi
target namun telah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 93
Tabel 2.48 Cakupan Tingkat Penyelesian K3
Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Cakupan Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten Sampang
% 72 75 78 80 83
Sumber: Satpol PP Kabupaten Sampang, 2017
2.4.2.2 Perijinan Tepat Waktu
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance),
kualitas aparatur pemerintah di semua sektor pelayanan publik harus senantiasa
ditingkatkan. Peningkatan kualitas pelayanan menyangkut berbagi aspek meliputi
aspek perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, sistem dan prosedur pelayanan,
sarana dan prasarana pelayanan serta SDM pelayanan.
Tabel 2.49 Perijinan yang Diterbitkan Tepat Waktu di Kabupaten Sampang
Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
Persentase perijinan yang diterbitkan tepat waktu
% N/A N/A N/A N/A 96,50
Sumber: Satpol PP Kabupaten Sampang, 2017
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam pembangunan,
selain sebagai objek pembangunan juga sebagai subyek pelaksanaan
pembangunan. Perbaikan dalam sumberdaya manusia tidak lepas dari usaha
pemerintah melalui perbaikan tingkat pendidikan, kesehatan, dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Analisis kinerja atas sumber daya manusia dilakukan
terhadap indikator pencari kerja yang ditempatkan, rasio lulusan S1/S2/S3, dan
rasio ketergantungan sebagaimana ditunjukkan tabel dibawah.
Tabel 2.50 Indikator Pencari Kerja yang Ditempatkan, Rasio S1/S2/S3, dan Rasio
Ketergantungan Kabupaten Sampang No Uraian Satuan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pencari kerja yang ditempatkan
% N/A 22,77 54,51 4,61 22,51
2. Rasio lulusan S1/S2/S3 % 2,31 6,12 8,72 4,48 7,60
3. Rasio ketergantungan % 33,33 33,35 30,86 33,32 32,58
Sumber: Diskumnaker Kabupaten Sampang, 2017
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 94
Masalah tenaga kerja kerja adalah masalah yang perlu mendapat perhatian
besar dalam melakukan perencanaan pembangunan karena mereka adalah
penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Sampang
berfluktuasi setiap tahunnya. Hal ini mengikuti kebutuhan pasar dan jumlah serta
kualifikasi pencari kerja yang tersdia.
Disamping itu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga dapat dilihat dari
tingkat pendidikan. Tabel diatas menunjukkan rasio lulusan S1/S2/S3 di
Kabupaten Sampang juga berfluktasi setiap tahunnya. Namun demikian ada
kecenderungan semakin meningkat selama periode 2012-2016. Tercatat sebanyak
2,31 persen pada tahun 2012 dan menjadi 7,60 persen pada tahun 2016.
Rasio ketergantungan merupakan indikator yang menggambarkan
ketergantungan penduduk nonproduktif terhadap kelompok usia produktif.
Kondisi yang timpang dengan kecenderungan besarnya kelompok usia
nonproduktif akan menyebabkan tekanan di bidang ekonomi dan sosial. Rasio
ketergantungan Kabupaten Sampang berfluktuasi selama periode 2012-2016 dan
berkisar pada angka 30,86 persen hingga 33,35 persen.
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 95
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ................................................................................................... 1
2.1 Aspek Geografi dan Demografi .............................................................................. 1
2.1.1 Karakteristik lokasi dan wilayah ................................................................ 2
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah ................................................................ 8
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana ........................................................................... 13
2.1.2 Kondisi Demografi ..................................................................................... 16
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ....................................................................... 18
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ...................................................... 18
2.2.2 Penduduk Miskin ...................................................................................... 19
2.2.3 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ............................................................ 20
2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................ 21
2.2.4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ................................................................................................ 22 2.2.4.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ............................................................................................... 23 2.2.4.3 Infrastruktur Perdagangan Daerah ............................................................................................... 24
2.2.5 Pendapatan per Kapita ............................................................................. 24
2.2.6 Laju Inflasi ................................................................................................. 25
2.2.7 Tingkat Pengangguran Terbuka ........................................................... 26
2.2.8 Keswadayaan masyarakat ........................................................................ 26
2.3 Aspek Pelayanan Umum ...................................................................................... 27
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Layanan Dasar ......................................... 29
2.3.1.1 Pendidikan ................................................................................................................................... 29 2.3.1.2 Kesehatan .................................................................................................................................... 32 2.3.1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ........................................................................................ 37 2.3.1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman ............................................................................ 40 2.3.1.5 Ketentraman, Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat ................................................ 40 2.3.1.6 Sosial ........................................................................................................................................... 41
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Wajib Bukan Layanan Dasar ............................. 42
2.3.2.1 Ketenagakerjaan ........................................................................................................................... 42 2.3.2.2 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ...................................................................... 42 2.3.2.3 Ketahanan Pangan ....................................................................................................................... 43 2.3.2.4 Lingkungan Hidup ....................................................................................................................... 44 2.3.2.5 Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil ........................................................................... 44 2.3.2.6 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ........................................................................................... 45 2.3.2.7 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana ....................................................................... 45 2.3.2.8 Perhubungan ................................................................................................................................ 46 2.3.2.9 Komunikasi dan Informatika ........................................................................................................ 46 2.3.2.10 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ....................................................................................... 47 2.3.2.11 Penanaman Modal ..................................................................................................................... 47 2.3.2.12 Kepemudaan dan Olah Raga ...................................................................................................... 48
2.3.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan ................................................................. 50
2.3.3.1. Pariwisata .............................................................................................. 50
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 96
2.3.3.2 Perikanan dan Pertanian ...................................................................... 50
2.3.3.3 Perdagangan dan Perindustrian ........................................................... 52
2.3.4 Layanan Unsur Penunjang ........................................................................53
2.4 Aspek Daya Saing Daerah .....................................................................................54
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah.......................................................55
2.4.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita (Angka Konsumsi
RT Perkapita) ..................................................................................................... 55
2.4.1.2 Penanganan Daerah Rawan Pangan .................................................... 55
2.4.1.3 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB ........................................ 56
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ....................................................57
2.4.2.1 Perhubungan ......................................................................................... 57
2.4.2.2 Penataan Ruang .................................................................................... 57
2.4.2.3 Sarana Perekonomian ........................................................................... 90
2.4.2.4 Jaringan Listrik ....................................................................................... 91
2.4.2.5 Lingkungan Hidup .................................................................................. 91
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi ...........................................................................92
2.4.3.1 Penanganan penyelesaian pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman,
Keindahan) di Kabupaten Sampang .................................................................. 92
2.4.2.2 Perijinan Tepat Waktu ........................................................................... 93
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ....................................................................93
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 97
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Potensi Pengembangan Kawasan Budidaya ................. 1
Gambar 2.2 Peta Batas Administrasi Kabupaten Sampang ............................................... 2 Gambar 2.3 Peta Geologi Kabupaten Sampang ................................................................. 4 Gambar 2.4 Diagram Penggunaan Lahan Kabupaten Sampang ........................................ 8 Gambar 2.5 Peta Rawan Bencana dan Jalur Evakuasi ..................................................... 14 Gambar 2.6 Persentase Penduduk Kabupaten Sampang menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur Tahun 2015 .......................................................................................... 17 Gambar 2.7 Perkembangan IPM Kabupaten Sampang .................................................... 19 Gambar 2.8 Komparasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se-Jawa Timur
.......................................................................................................................................... 19 Gambar 2.9 Perkembangan Angka Kemiskinan Kabupaten Sampang ............................ 20
Gambar 2.10 Indeks Kualitas Hidup Kabupaten Sampang .............................................. 20
Gambar 2.11 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa
Timur, dan Nasional ......................................................................................................... 21
Gambar 2.12 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sampang (Juta Rupiah)...................... 25 Gambar 2.13 Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Sampang ...................................... 25 Gambar 2.14 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka ........................................ 26 Gambar 2.15 Nilai Keswadayaan Masyarakat Kabupaten Sampang ............................... 27 Gambar 2.16 Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) .......... 29
Gambar 2.17 Angka Harapan Hidup Kabupaten Sampang ............................................. 32 Gambar 2.18 Jumlah PMKS di Kabupaten Sampang ...................................................... 42 Gambar 2.19 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Sampang ......................... 42 Gambar 2.20 Indeks Kualitas Air, Udara, dan Tutupan Lahan Kabupaten Sampang ..... 44
Gambar 2.21 Persentase Penduduk yang telah Mendapat Pelayanan Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Sampang .............................................................................. 45
Gambar 2.22 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sampang ................................... 46
Gambar 2.23 Persentase Budaya Daerah Kabupaten Sampang Yang Dilestarikan ......... 49 Gambar 2.24 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Daerah Kabupaten Sampang ............... 50 Gambar 2.25 Jumlah Kunjungan Wisata di Kabupaten Sampang ................................... 50
Gambar 2.26 Kontribusi Sektor Perikanan dan Pertanian Terhadap PDRB .................... 52 Gambar 2.27 Kontribusi Sektor Perdagangan dan Perindustrian..................................... 52
Gambar 2.28 Peta Rencana Kawasan Lindung ................................................................ 58 Gambar 2.29 Peta Rencana Kawasan Budidaya .............................................................. 62 Gambar 2.30 Peta Rencana Kawasan Hutan Produksi..................................................... 63
Gambar 2.31 Peta Rencana Kawasan Pertanian .............................................................. 65 Gambar 2.32 Peta Rencana Kawasan Perkebunan ........................................................... 67
Gambar 2.33 Peta Rencana Kawasan Pertambangan ....................................................... 70 Gambar 2.34 Peta Rencana Kawasan Peruntukan Industri .............................................. 71
Gambar 2.35 Peta Rencana Pengembangan Pariwisata ................................................... 73 Gambar 2.36 Peta Rencana Kawasan Permukiman ......................................................... 74 Gambar 2.37 Peta Rencana Wilayah Perkotaan ............................................................... 76
Gambar 2.38 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi ............. 78 Gambar 2.39 Skema Pembangunan Sistem Transportasi di Kabupaten Sampang .......... 79
Gambar 2.40 Rencana Sistem Jaringan Jalan Lingkar Selatan Kabupaten Sampang ...... 80 Gambar 2.41 Rencana Jembatan Sreseh–Pangarengan dan Jalan Aksesnya ................... 80 Gambar 2.42 Rencana Pengembangan Transportasi Laut ............................................... 82 Gambar 2.43 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Listrik........................................... 83 Gambar 2.44 Potensi Bio-Gas di Kabupaten Sampang ................................................... 83
Gambar 2.45 Near co-location BTS eksisting di Kabupaten Sampang berdasarkan ....... 84 Gambar 2.46 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi ........................................... 87 Gambar 2.47 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih .................................... 90
Gambar 2.48 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Drainase ....................................... 90
Perubahan RPJMD Kabupaten Sampang Tahun 2013–2018
Gambaran Umum Kondisi Wilayah II - 98
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan Kabupaten
Sampang ............................................................................................................................. 2 Tabel 2.2 Jenis Tanah di Kabupaten Sampang .................................................................. 5 Tabel 2.3 Data Curah Hujan di Kabubaten Sampang ........................................................ 5 Tabel 2.4 Nama dan Panjang Sungai Menurut Wilayah Pengairan di Kabupaten
Sampang ............................................................................................................................. 6
Tabel 2.5 Jumlah Sumber/Mata Air di Kabupaten Sampang ............................................. 7 Tabel 2.6 Luasan Erosi Tanah Yang Mendapat Prioritas Penanganan ............................ 15 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................ 17 Tabel 2.8 Indikator Makro Pembangunan Daerah Kabupaten Sampang ......................... 18 Tabel 2.9 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ........................................... 22
Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ......................................... 23
Tabel 2.11 Persebaran Pasar di Kabupaten Sampang Tahun 2016 .................................. 24 Tabel 2.12 Perangkat Daerah di Kabupaten Sampang ..................................................... 28
Tabel 2.13 Perkembangan Kinerja Bidang Pendidikan Tahun 2012-2016 ...................... 31
Tabel 2.14 Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Sampang ................................... 33 Tabel 2.15 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan ......................................... 33
Tabel 2.16 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu di Kabupaten Sampang ........... 34
Tabel 2.17 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Menurut Kecamatan ................ 34 Tabel 2.18 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk Kabupaten Sampang 35 Tabel 2.19 Rasio Jumlah Dokter Per Satuan Penduduk Kabupaten Sampang ................. 35
Tabel 2.20 Rasio Jumlah Dokter Per Satuan Penduduk ................................................... 36
Tabel 2.21 Capaian Indikator Kesehatan Kabupaten Sampang .................................. 36
Tabel 2.22 Kondisi Infrastruktur dan Pemanfaatan Ruang Kabupaten Sampang .... 37 Tabel 2.23 Kondisi Jalan dan Jembatan Kabupaten Sampang ......................................... 38
Tabel 2.24 Kondisi Irigasi Kabupaten Sampang .............................................................. 38 Tabel 2.25 Indikator Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Sampang Tahun 2015-2016 ...... 39
Tabel 2.26 Indikator Kinerja Perumahan Kabupaten Sampang ....................................... 40 Tabel 2.27 Angka Kriminalitas Kabupaten Sampang ...................................................... 40 Tabel 2.28 Kondisi Pelaksanaan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Sampang ......... 43
Tabel 2.29 Fasiltas Transportasi Kabupaten Sampang .................................................... 46 Tabel 2.30 Indikator Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sampang ........... 46
Tabel 2.31 Indikator Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sampang
.......................................................................................................................................... 47 Tabel 2.32 Jumlah Investor PMDN/PMA, Nilai Realisasi PMDN, dan Penyelesaian Ijin
Lokasi di Kabupaten Sampang ......................................................................................... 47 Tabel 2.33 Indikator Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Sampang .......... 48
Tabel 2.34 Penyediaan Data Statistik Daerah Kabupaten Sampang ................................ 48
Tabel 2.35 Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikulturan ........................................ 51
Tabel 2.36 Populasi dan Produksi Hasil Ternak Kabupaten Sampang ............................ 51 Tabel 2.37 Indikator Pelaksanaan Unsur Penunjang ........................................................ 53 Tabel 2.38 Angka Konsumsi Pangan RT per Kapita Kabupaten Sampang ..................... 55 Tabel 2.39 Penangangan Daerah Rawan Pangan Kabupaten Sampang ........................... 56 Tabel 2.40 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sampang ............... 56
Tabel 2.41 Luas Potensi dan Sebaran Hutan Mangrove Kawasan Pesisir Selatan .......... 60 Tabel 2.42 Ketersediaan Lahan Menurut RTRW Kabupaten Sampang .......................... 67 Tabel 2.43 Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten Sampang ............................. 68 Tabel 2.44 Delineasi Batas Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Sampang ...... 76 Tabel 2.45 Daerah Irigasi (DI) dan Kewenangannya di Kabupaten Sampang ................ 88
Tabel 2.46 Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Sampang .................................. 91 Tabel 2.47 Persentase rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Sampang .......... 91
Tabel 2.48 Cakupan Tingkat Penyelesian K3 .................................................................. 93 Tabel 2.49 Perijinan yang Diterbitkan Tepat Waktu di Kabupaten Sampang ................. 93