96
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK SWASTA RANTING CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015 Laporan Studi Kasus Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) OLEH : MAYA SWARIMURTI NPM : 12031.2037.118 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang SDIDTK

Embed Size (px)

Citation preview

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI INTERVENSI

DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK SWASTA RANTING

CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015

Laporan Studi Kasus Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

OLEH :

MAYA SWARIMURTINPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

2015

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STIMULASI DETEKSI INTERVENSI

DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) Di BIDAN PRAKTEK SWASTA RANTING

CIMANGGIS KOTA DEPOK PERIODE JULI 2015

OLEH :

MAYA SWARIMURTINPM : 12031.2037.118

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

2015

STIKES Bhakti Pertiwi IndonesiaProgram D III KebidananJakarta, Juli 2015

Maya Swarimurti120311.2037.118

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi IntervensiDini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta RantingCimanggis Kota Depok Periode Juli 201558 halaman + 7BAB + 7tabel

AbstrakBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soccoro danElizabeth M King di Philipina membuktikan bahwa terjadipeningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anakusia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun terhadap 7domain yang dukur dengan instrument Revised Early ChildhoodDevelopment Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine motor, self help,receptive language, expressive language, cognitive, social emotional. Dari datayang ada peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan bidantentang SDIDTK berdasarkan umur, pendidikan, tahun lulus, lamabekerja, motivasi dan sumber informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian univariat danbivariat dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah bidan diwilayah Depok dengan jumlah populasi sekitar 430 orang dan sampelyang diambil adalah bidan sebanyak 74 orang yang praktek diRanting Cimanggis Kota Depok periode Juli 2015.

Hasil uji analisis penelitian yang dilakukan didapatkan bidan yangberpengetahuan baik ada 25 orang (33,8%). Dan yang kurang terdapat49 orang (66,2%). Berdasarkan usianya terdapat 13 orang bidan mudadan 12 orang bidan berusia >35 tahun yang berpengetahuan baik.Berdasarkan pendidikan terakhir bidan terdapat 62 orang bidanDIII, dari jumlah tersebut 42 bidan berpengetahuan kurang dan dari18 bidan DIV-S2 12 orang berpengetahuan kurang. Berdasarkan tahunlulus bidan ada 56 orang yang lulus antara tahun 2004-2014sebanyak 14 responden yang berpengetahuan baik. Dan 18 orang yangdibawah tahun 2004 sebanyak 11 orang yang berpengetahuan baik.Berdasarkan lama bekerja bidan yang bekerja >10 tahun ada 18 orangdan ≤ 10 tahun ada 56 orang dengan frekuensi pengetahuan kurangterbanyak 42 orang. Berdasarkan motivasi yang memiliki motivasipositif ada 49 orang dengan frekuensi pengetahuan kurang terbanyakada 31 orang dan yang memiliki pengetahuan kurang ada 18 orang.Berdasarkan sumber informasi terdapat 19 orang yang terpaparinformasi dan pada 55 orang yang tidak terpapar informasiterdapat frekuensi bidan berpengetahuan baik ada 8 orang. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa GambaranPengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini TumbuhKembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta Ranting Cimanggis Depokberdasarkan umur, pendidikan, tahun lulus, lama bekerja, motivasidan sumber informasi semua variabel ini mempengaruhi pengetahuanbidan kecuali motivasi dan tahun lulus.Saran : Di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan bidan tentangSDIDTK sehingga pelayanan program ini akan berjalan dimasyarakat.

Daftar Pustaka : 9 bacaan (2006-2014).Keyword : SDIDTK, pengetahuan dan pelayanan SDIDTK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MAYA SWARIMURTI

Alamat : Kp Bakung RT 01/05, Cilodong Depok

Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 26 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Pendidikan :

1. SDN Kalibaru III Tahun 2000 – 2006

2. SMPN 6 Depok Tahun 2006 – 2009

3. SMKF Harapan Massa Tahun 2009 - 2012

4. STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia, Jagakarsa,

Jakarta Selatan,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

junjungan kita, Nabi Muhamad SAW atas seluruh nikmat

dan karunia yang tak henti–hentinya diberikan kepada

penulis.

Atas izin Nyalah penulis berhasil menyelesaikan

laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran

Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi Intervensi

Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta

Ranting Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015 yang

diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti ujian

akhir program DIII kebidanan di STIKes Bhakti Pertiwi

Indonesia.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM, M.Pd, selaku

Ketua Yayasan STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

2. Bunda Hj. Maimunah, SKM, M.Kes, selaku Ketua

STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia.

3. Ibu Vivi Silawati, SST, SKM, MKM, selaku

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah STIKes Bhakti

Pertiwi Indonesia.

4. Bunda Hj. Yayah Komariah, S.SiT,M.M Kes, selaku

penguji I.

5. Ibu Niky Wahyuning Gusti S.ST, MKM, selaku Ketua

Prodi D III Kebidanan STIKes Bhakti Pertiwi

Indonesia.

6. Para dosen di STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia atas

segala bimbingannya selama ini.

7. Para Bidan pengurus IBI Cabang Depok Khususnya

bunda Hendra, selaku Ketua IBI Depok, yang telah

bersedia memberikan izin melakukan penelitian.

8. Keluarga tercinta saya terimakasih atas doa,

dukungan moral maupun materi dan perhatianya yang

telah diberikan selama ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang amalia jamil, erisma

kartika, eva nurhasanah, khoirunnisa dan tia

budianingsih yang selalu berusaha kompak dalam

suka dan duka dan tetap semangat, saling

memberikan dukungan satu sama lain, semoga akan

selalu kompak dan akan selalu ingat kebersamaan

kita serta kenangan suka duka kita kuliah di

STIKES Bhakti Pertiwi Indonesia.

10. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, semoga Tuhan YME membalas

segala jasa dan kebaikannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis harapkan

saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun

untuk memperbaiki dimasa yang akandatang.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk

pembaca.

Jakarta, juli 2015

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAHDengan Judul :

Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek

Swasta Ranting Cimanggis Kota Depok Periode Juli 2015

Telah di setujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat

mengikuti ujian.

Jakarta, Juli 2015

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I

(Vivi Silawati, SST, SKM, MKM)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya

membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan

melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini

mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya

kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil

hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan

keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat (intact

survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak

masih didalam kandungan sampai anak berusia lima tahun

pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas

hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik

fisik, mental, emosional maupun social serta memiliki

intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita

(bawah lima tahun) lebih plastis. Plastisitas otak pada

balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi

positifnya, otak lebih terbuka untuk proses

pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak

balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya

lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi

yang tidak adekuat, kuran stimulasi dan tidak mendapat

pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima

tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka

terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat

pendek serta tidak dapat diulangi lagi, maka masa

balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period),

“jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa

kritis” (critical period).

Penelitian lain mengenai kecerdasan otak

menunjukkan fakta bahwa untuk memaksimalkan kepandaian

seorang anak, stimulasi harus dilakukan sejak 3 tahun

pertama dalam kehidupannya mengingat pada usia tersebut

jumlah sel otak yang dipunyai dua kali lebih banyak

dari sel-sel otak orang dewasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Soccoro dan

Elizabeth M King di Philipina membuktikan bahwa terjadi

peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11%

pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi

selama 2 tahun terhadap 7 domain yang dukur dengan

instrument Revised Early Childhood Development

Checklist (REC) yaitu : Gross motor, fine motor, self help,

receptive language, expressive language, cognitive, social emotional.

Mengingat jumlah balita sangat besar yaitu sekitar 10%

dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi

penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di

Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu

mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta

terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas

termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang. Selain hal hal tersebut, berbagai

factor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang

anak juga perlu dieliminasi.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif

dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan

stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis”

tersebut di atas. Program Stimulasi, Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan

revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)

yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk

salah satu program pokok Puskesmas. Kegiatan ini

dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan

dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,

pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat

(kader, organisasi profesi, lembaga swadaya

masyarakat) dengan tenaga professional. Pemerintah

telah melakukan beberapa upaya dalam mendukung

pelaksanaan SDIDTK. Salah satu program pemerintah untuk

menunjang upaya tersebut adalah diterbitkannya buku

Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi

Dini Tumbuh Kembang di Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dasar. Upaya lain yang dilakukan adalah pelatihan

SDIDTK bagi tenaga kesehatan baik di kabupaten, kota

maupun di Puskesmas. Cakupan angka pelayanan kesehatan

bayi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 87,73%

yang berhasil memenuhi target Renstra kementerian

kesehatan tahun 2012 yaitu 86% sedangkan pada balita

73,52% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun

2011 sebesar 80,96%. Indikator ini belum memenuhi

target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%.

Pelayanan kesehatan pada bayi dan balita yang salah

satunya adalah program SDIDTK menunjukan angka cakupan

pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita di Jawa Barat

adalah 91,83% dan 85,74% dimana kedua angka ini

menunjukan bahwa provinsi ini mampu melebihi target

Renstra 2012. (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK)

Depok pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan anak

balita(1-4) tahun sebesar 80,6% dengan Jumlah anak

balita (12-59 bln) yg memperoleh pelayanan

pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali sebanyak

102.571 dan Jumlah seluruh anak balita (12-59

bln) sebanyak 127.260. Angka ini mengalami

peningkatan pada tahun 2011 cakupannya sebesar

68,52%. Tahun 2013 76,9%. (Profil Kesehatan Kota

Depok, 2013).

Berdasarkan data dari DKK Semarang tahun 2006 yang

dikutip dari hasil penelitian tentang “Analisis

Pelaksanaan Program SDISTK Balita dan Anak Pra Sekolah

di Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011” oleh Dewi

terdapat 388 kasus penyimpangan perkembangan yang

dirujuk ke Klinik Tumbuh Kembang RSUP Dr. Kariadi

dengan penemuan terlambat karena deteksi yang tidak

teratur, sehingga periode emas untuk memberikan

intervensi dan stimulasi dini pada anak tersebut tidak

dapat dilakukan secara maksimal. Sebagian besar kasus

yang ditemukan adalah gangguan bicara dan bahasa

56,61%, autisme 13,15%, gangguan pemusatan perhatian

dan hiperaktivitas 12,10% serta keterlambatan duduk

atau berdiri 10,09%.

Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang

otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak,

bicara dan bahasa, sosialisai dan kemandirian pada

balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur

anak. Melakukan deteksi dini tumbuh kembang artinya

melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak

lanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah

tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan

tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak

anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada

seorang anaak agar tumbuh kembangnya kembali normal

atau penyimpangannya tidak semakin berat. Apabila

balita perlu dirujuk, maka rujukan harus dilakukan

sedini mungkin sesuai indikasi. Berdasarkan hasil

survei pengetahuan bidan yang peneliti lakukan dari 20

bidan di daerah Depok, hanya 5 orang yang pernah

mendapatkan informasi tentang SDIDTK dan hanya 6 orang

yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai SDIDTK.

Indicator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang

anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi

anak tetapi juga mental, emosional, social dan

kemandirian anak berkembang secara optimal. (Pedoman

Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh

Kembang, Depkes RI, 2006)

1.2 Rumusan masalah

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang merupakan revisi dari

program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), upaya ini

ditujukan untuk mendeteksi dini penyimpangan/

keterlambatan perkembangan yang terjadi pada balita dan

sekaligus melakukan intervensi jika apabila terjadi

penyimpangan/keterlambatan tersebut. kegiatan ini

dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan

dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat

dengan tenaga professional, Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kota (DKK) Depok tahun 2013 menunjukan angka

cakupan pelayanan kesehatan bayi dan balita adalah

91,60% dan 76,9%. Dimana angka cakupan pelayanan

kesehatan bayi turun jika dibandingkan dengan angka

tahun 2012 yaitu 91,82%. Dan untuk angka cakupan

pelayanan kesehatan balita pun menurun jika dibanding

tahun 2012 yaitu 80,6%. (Profil Kesehatan Kota Depok,

2013).

Puskesmas dan jaringannya sebagai organisasi

pelayanan kesehatan dasar terdepan memegang peranan

penting dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan

program SDIDTK di wilayah kerjanya. Berdasarkan uraian

pada latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan

bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan

tentang stimulasi deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek Swasta

(BPS) periode Juli 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan

bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek

Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli

2015

2. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran

pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

berdasarkan usia bidan di Bidan Praktek Swasta

(BPS) ranting Cimanggis periode Juli 2015.

3. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran

pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

berdasarkan pendidikan terakhir bidan di Bidan

Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode

Juli 2015.

4. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran

pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

berdasarkan lamanya bekerja bidan di Bidan

Praktek Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode

Juli 2015.

5. Mengetahui distribusi frekuensi gambaran

pengetahuan bidan tentang stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

berdasarkan motivasi bidan di Bidan Praktek

Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli

2015.

6. Mengetahui distribusi frekuensi sumber

informasi bidan mengenai gambaran pengetahuan

bidan tentang stimulasi deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang (SDIDTK) di Bidan Praktek

Swasta (BPS) ranting Cimanggis periode Juli

2015.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah :

1.4.1 Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang berguna tentang

pelaksanaan program SDIDTK Balita dan anak pra

sekolah di Bidan Praktek Swasta, faktor-faktor

penunjang dan penghambat keberhasilan program

sehingga tujuan akhir program dapat tercapai.

1.4.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi, wawasan dan keterampilan

tentang pelaksanaan program Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

1.4.3 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kajian

ilmu kebidanan mengenai stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta

diharapkan dapat dijadikan referensi bagi

peneliti selanjutnya dalam menyelesaikan tugas

akhir.

1.5 Ruang lingkup

Penelitian ini membahas tentang gambaran

pengetahuan bidan tentang program stimulasi deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) di bidan

praktek swasta di wilayah kota depok pada bulan

april 2015, mengingat angka cakupan pelayanan

kesehatan bayi dan balita dikota Depok 2013

mengalami penurunan khususnya balita, maka untuk

mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK

dengan melakukan wawancara kepada bidan dengan

mengisi kuesioner yang telah disiapkan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang

(SDIDTK)

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh

kembang anak secara komprehensif dan berkualitas

melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun

pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk

kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan

anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh

masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya

masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan,

pendidikan dan sosial). (pedoman pelaksanaan SDIDTK,

Depkes RI, 2006)

2.1.1 Pengertian stimulasi deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang

Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang

otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak,

bicara dan bahasa, sosialisai dan kemandirian pada

balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur

anak. Melakukan deteksi dini tumbuh kembang artinya

melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang balita termasuh menindak

lanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah

tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita artinya melakukan

tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak

anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada

seorang anaak agar tumbuh kembangnya kembali normal

atau penyimpangannya tidak semakin berat. (Pedoman

Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh

Kembang, Depkes RI, 2006)

2.1.2 Sasaran Program

a. Sasaran Langsung

Sasasan langsung stimulasi, deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang adalah semua anak

umur 0 sampai dengan 6 tahun yang ada diwilayah

kerja puskesmas.

b. Sasaran tidak Langsung

1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan

(dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh

kesehatan masyarakat, dan sebagainya).

2) Tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga

Berencana (KB), petugas sosial yang terkait

dengan pembinaan tumbuh kembang anak.

3) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.

2.1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra

sekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara

optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga

berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing

di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi

dan intervensi dini.

b. Tujuan Khusus

1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh

kembang pada semua balita dan anak pra sekolah

di wilayah kerja Puskesmas.

2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini

penyimpangan tumbuh kembang pada semua balita

dan anak pra sekolah di wilayah kerja

Puskesmas.

3) Terselenggaranya intervensi dini pada semua

balita dan anak pra sekolah dengan

penyimpangan tumbuh kembang.

4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus

yang tidak bisa ditangani di Puskesmas.

2.2 Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu

tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya

masa remaja. Hal ini membedakan anak dengan dewasa.

Anak bukanlah dewasa kecil. Anak menunjukan ciri-ciri

pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan

usianya.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukurandan jumlah

sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya

ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan

panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak

kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi

dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan

dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,

perkembangan terjadi atas hasil interaksi kematangan

susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,

misalnya perkembangan system neuromoskuler, kemampuan

bicara, emosi dan sosialisasi.

2.2.1 Faktor Faktor yang mempengaruhi kualitas

tumbuh kembang anak.

Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh

kembang dibagi menjadi 2 jenis yaitu factor dalam

(internal) dan factor luar (eksternal). Dan faktor-

faktor tersebut adalah :

A. Faktor dalam (internal)

1) Ras/Etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari rasa tau bangsa Amerika

maka ia tidak memiliki factor herediter ras/bangsa

Indonesia, dan juga sebaliknya.

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur

tubuh yang lebih tinggi, pendek, gemuk, atau

kurus.

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa

prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih

cepat daripada anak laki-laki. Tetapi setelah

melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki

akan lebih cepat.

5) Genetik

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang

akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan

genetic yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak

seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan

kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma down’s

dan sindroma turner’s.

B. Faktor luar (eksternal)

Factor luar ini pun dibagi lagi menjadi 3 masa,

yaitu :

1) Faktor prenatal meliputi : gizi, mekanis,

toksin, zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi,

kelainan imunologi, endokrin, anoksia embrio,

dan psikologi ibu.

2) Factor persalinan yaitu komplikasi pada bayi

saat persalinan seperti trauma kepala, asfiksia

yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan

otak.

3) Factor pasca persalinan meliputi : gizi bayi,

penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan

fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-

ekonomi, ligkungan pengasuhan, stimulasi, dan

obat-obatan.

2.2.2 Aspek-aspek yang perkembangannya dipantau

a. Gerak kasar atau motoric kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-

otot besar seperti duduk, berdiri, dan lainnya.

b. Gerak halus atau motoric halus adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat seperti

mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan lainnya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan

respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

mengikuti perintah dan sebagainya.

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan mandiri anak seperti

makan sendiri atau berpisah dengan ibunya,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya dan sebaginya.

2.3 Stimulasi Tumbuh kembang Balita dan Anak Prasekolah

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan anak

umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi sedini

mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Seperti yang sudah terpampang diatas kemampuan dasar

yang dirangsang stimulasi terarah adalah kemampuan

gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa

serta kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak ada

beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Stimulasi ditujukan dengan dilandasi rasa cinta dan

kasih saying

2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik, karena

anak meniru tingkah laku orang-orang didekatnya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain,

bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa

paksaandan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan

sesuai umur anak terhadap ke-4 aspek kemampuan

dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman

dan ada disekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki

dan anak perempuan.

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah

atas keberhasilannya.

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola

yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dengan

demikian stimulasi yang diberikan kepad anak dalam

rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak

dapat diberikan kepada keluarga sesuai dengan pembagian

kelompok umur stimulasi anak sebagai berikut :

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi1 Masa prenatal, janin

dalam kandungan

Masa prenatal

2 Masa bayi 0-12 bulan Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan

Umur 6-9 bulan

Umur 9-12 bulan3 Masa anak balita 12-60

bulan

Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan

Umur 18-24 bulan

Umur 24-36 bulan

Umur 36-48 bulan

Umur 48-60 bulan4 Masa prasekolah 60-72

bulan

Umur 60-72 bulan

Berdasarkan kelompokan umur diatas maka

diberikanlah stimulasi rangsangan terarah kepada anak

terhadap ke-4 kemampuan dasar anak tersebut sesuai

dengan kelompok umur stimulasi. Yang dapat digambarkan

pada tabel pemberian stimulasi dibawah ini :

TABEL PEMBERIAN STIMULASI

Umur

stimul

asi

(bulan

)

Kemampuan DasarGerak kasar Gerak halus

0-3 1. Mengangkat kepala

2. Berguling

3. Menahan kepala tetap

tegak

1. Melihat, meraih dan

menendang mainan

gantung

2. Memperhatikan benda

gerak

3. Melihat benda kecil

4. Memegang benda

5. Meraba dan

merasakan bentuk

permukaan3-6 1. Lanjutkan stimulasi

berguling dan

menahan kepala tetap

tegak

2. Stimulasi menyangga

berat

3. Mengembangkan

control terhadap

kepala

4. Duduk

1. lanjutkan semua

stimulasi sebelumnya

kecuali memegang

benda

2. memegang benda

dengan kuat

3. memegang benda

dengan ke2 tangannya

4. makan sendiri

5. mengambil benda-

benda kecil

6-9 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan:

Menyangga berat,

Mengembangkan

control kepala,

duduk, Merangkak

2. Menarik ke posisi

berdiri

3. Berjalan berpegangan

4. Berjalan dengan

bantuan

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

Memegang benda

dengan kuat,

Memegang benda

dengan ke2 tangan,

Mengambil benda-

benda kecil

2. Memasukan benda

kedalam wadah

3. Bermain gendering

4. Memegang alat tulis

dan mencoret-coret

5. Bermain maina yang

mengapung diair

6. Membuat bunyi-

bunyian

7. Menyembunyikan dan

mencari mainan9-12 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan:

Merangkak, berdiri,

berjalan smbil

berpegangan,

berjalan dengan

bantuan

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

Memasukkan benda ke

dalam wadah, bermain

dengan mainan yang

mengapung di air

2. Menyusun balok/kotak

2. Bermain bola

3. Membungkuk

4. Berjalan sendiri

5. Naik tangga

3. Menggambar

4. Bermain di dapur

12-15 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: Bermain

bola, berjalan

sendiri

2. Menarik mainan

3. Berjalan mundur

4. Berjalan naik turun

tangga

5. Berjalan sambil

berjinjit

6. Menangkap dan

melempar bola

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan:

Memasukkan benda ke

dalam wadah, bermain

dengan mainan yang

mengapung di air,

menggambar, menyusun

kubus

2. Permainan balok

3. Memasukkan dan

mengeluarkan benda

4. Memasukkan benda

satu ke benda yang

lainnya

15-18 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan:

Berjalan mundur,

berjalan naik turun

tangga, berjalan

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: Bermain

dengan balok,

memasukan benda satu

kebenda yang lain,

sambil berjinjit,

menangkap dan

melempar bola

2. Bermain diluar rumah

3. Bermain air

4. Menendang bola

menggambar dengan

krayon, pensil atau

dengan jarinya

2. Meniup

3. Membuat untaian

18-24 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan:

Berlari, berjalan

dengan berjinjit,

bermain diair,

menendang, melempar

dan menendang bola,

berjalan naik turun

tangga

2. Melompat

3. Melatih keseimbangan

tubuh

4. Mendorong mainan

dengan kaki

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

Bermain balok,

menggambar dengan

krayon, spidol atau

pensil warna,

menggambar pakai

tangan

2. Mengenal berbagai

ukuran

3. Bermain puzzle

4. Menggambar wajah

atau bentuk

5. Membuat berbagai

bentuk dari adonan

kue/lilin mainan

24-36 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: Dorong

anak agar mau

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : Dorong

agar anak mau

memanjat, berlari,

melompat, Melatih

keseimbangannya

2. Latihan menghadapi

rintangan

3. Melompat jauh

4. Melempar dan

menangkap

bermain puzzle dan

balok, memasukan

benda yang satu ke

yang lainnya,

menggambar

2. Membuat gambar

tempelan

3. Memilih dan

mengelompokan benda-

benda sejenisnya

4. Mencocokkan gambar

dan benda

5. Konsep jumlah

6. Bermain/menyusun

balok36-48 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: dorong

anak untukberlari,

melompat, berdiri

diatas 1 kaki,

memanjat, bermain

bola, mengendarai

sepeda roda 3

2. Menangkap bola

3. Berjalan mengikuti

garis lurus

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

bermain puzzle yang

lebih sulit,

menyusun balok dan

gambar yang lebih

sulit

2. Memotong

3. Membuat buku cerita

gambar temple

4. Menempel gambar

4. Melompat

5. Melempar benda kecil

keatas

6. Menirukan binatang

berjalan

7. Lampu hijau-merah

5. Menjahit

6. Menggambar/menulis

7. Menghitung

8. Menggambar dengan

jari

9. Kenalkan anak dengan

cat air

10. Mencampur warna

11. Membuat gambar

temple48-60 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : dorong

anak main bola,

lari, lompat dengan

1 kaki, lompatjauh,

berjalan diatas

papan, berayun-ayun,

dan memanjat

2. lomba karung

3. Bermain engklek

4. Melompati tali

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

bermain puzzle,

menggambar,menghitun

g, memilih dan

mengelompokan

barang, memotong dan

menempel gambar

2. Konsep tentang

separuh dan satu

3. Menggambar

4. Mencocokan dan

menghitung

5. Menggunting

6. Membandingkan

besar/kecil,

sedikit/banyak,

berat/ringan

7. Percobaan ilmiah

8. Berkebun60-72 1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : dorong

agar anak dan

temannya bermain

bola, permainan

menjaga keseimbangan

tubuh, berlari,

melompat, lompat

dengan satu kaki,

lompat jauh dll

2. Naik sepeda bermain

sepatu roda

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : bantu

anak menulis

namanya, kata-kata

pendek, serta angka,

ajak anak bermain

berhitung, memilih

dan mengelompokan,

menggunting, bermain

puzzle, dl

2. Mengerti urutan

kegiatan

3. Berlatih mengingat

4. Membuat sesuatu dari

tanah liat/lilin

5. Bermain berjualan

6. Belajar memakai

palu, gergaji dan

paku

7. Mengumpulkan benda-

benda

8. Belajar memasak

9. Mengenal kalender

10. Mengenal waktu

11. Menggambar dari

berbagai sudut

pandang

12. Belajar mengukur

Umur

stimul

asi

(bulan

)

Kemampuan DasarBicara & bahasa Sosialisai dan

kemandirian

0-3 1. Berbicara

2. Meniru suara

3. Mengenali berbagai

suara

1. Memberi rasa aman

dan kasih saying

2. Mengajak bayi

tersenyum

3. Mengajak bayi

mengamati benda

benda disekitar

4. Meniru ocehan dan

mimic bayi

5. Mengayunkan bayi

6. Menina bobokan3-6 1. lanjutkan semua

stimulasi

sebelumnya.

1. Lanjutkan stimulasi

yang sebelumnya

kecuali meniru

2. Mencari sumber

suara

3. Menirukan kata-kata

ocehan dan mimic

muka bayi

2. Bermain ciluk-ba

3. Melihat dirinya

dikaca

4. Berusaha meraih

mainan yang letaknya

agak jauh6-9 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

Berbicara,

mengenali berbagai

suara, mencari

sumber suara,

meniru kata-kata

2. Menyebutkan nama

gambar

dibuku/majalah

3. Menunjukan dan

menyebutkan nama

gambar

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan :

memberi rasa kasih

saying, mengajak

bayi tersenyum,

mengayun, menina

bobokan

2. Permainan

bersosialisasi

9-12 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan:

Berbicara, menjawab

pertanyaan,

5. Stimulasi yangperlu

dilanjutkan :

memberi rasa aman

dan kasih saying,

menyebutkan nama

gambar-gambar di

buku/majalah

2. Menirukan kata-kata

3. Berbicara dengan

boneka

4. Bersebabdung dan

bernyanyi

mengajak bayi

tersenyum, mengayun,

menina bobokan,

bermain cilukba,

permainan

bersosialisasi

2. minum sendiri di

cangkir

3. makan bersama

4. menarik mainan

yang letaknya agak

jauh.

12-15 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

Berbicara, menjawab

pertanyaan,

menyebutkan nama

gambar-gambar

2. Membuat suara

3. Menyebutkan nama

bagian tubuh

4. Pembicaraan

1. Stimulasi yangperlu

dilanjutkan :

memberi rasa aman

dan kasih saying,

mengajak bayi

tersenyum, mengayun,

menina bobokan,

bermain cilukba,

permainan

bersosialisasi

2. menirukan pekerjaan

rumah tangga

3. melepas pakaian

4. makan sendiri

5. merawat boneka

6. pergi ketempat umum

15-18 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

Tunjukan buku

kepada anak setiap

hari, Nyanyikan

lagu untuk anak,

Ajari anak untuk

menggunakan kata-

kata untuk

menyampaikan

keinginannya

2. Bercerita tentang

gambar di buku atau

majalah

3. Telepon-teleponan

4. Menyebut berbagai

nama barang

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: Bujuk

dan tenangkan anak

ketika rewel, Buai

anak dengan kasih

saying, Biarkan anak

belajar melepas

bajunya sendiri,

Ajak anak ke kebun

binatang, lapangan

terbang, museum dll

2. Memeluk dan mencium

3. Membereskan mainan

4. Bermain dengan teman

sebaya

5. Permainan baru

6. Bermain petak umpet

18-24 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

Bernyanyi,

bercerita, bicara

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: ajak

anak mengunjungi

tempat bermain,

banyak pada anak,

bacakan buku setiap

hari, dorong agar

anak mau bercerita

apa yang dikerjakan

dan dilihatnya

2. Melihat acara tv

3. Mengerjakan

perintah sederhana

4. Bercerita tentang

apa yang dilihatnya

Bujuk dan tenangkan

anak keika rewel,

Usahakan anak mau

melepas pakaiannya

sendiri, Ajari anak

makan sendiri, Ajari

anak makan sendiri

dengan menggunakan

sendok

2. Mengancingkan baju

3. Permainan yang

memerlukan interaksi

dengan teman

4. Membuat rumah-rmahan

5. Berpakaian

6. Memisahkan diri

dengan anak

24-36 1. Stimulasi yag

dilanjutka :

bacakan buku cerita

anak, dorong agar

anak mau bercerita

baik tu dari buku

ataupun dari apa

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan: bujuk

dan tenangkan anak

ketika anak kecewa,

sering-sering ajak

anak mengunjungi

tempat bermain,

yang ia temui,

bantu dan damping

anak untuk memilih

acara tv

2. Menyebutkan nama

lengkap anak

3. Bercerita tentang

diri anak

4. Menyebutkan nama

dari beberapa jenis

pakaian

5. Menyatakan keadaan

suatu benda

toko, kebun

binatang, dll

2. Melatih buang air

kecil dan besar di

kamar mansi dan WC

3. Berdandan

4. Berpakaian

36-48 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

membacakan buku

cerita anak,

nyanyikan lagu dan

bacakan sajak, buat

anak mau

menyebutkan

namanya,

menyatakanperasaann

ya, dan bantu anak

memilih acara tv

2. Berbicara dengan

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : bujuk

dan tenangkan anak

ketika ia kecewa,

dorong anak agar mau

mengutarakan

perasaannya, ajak

anak makan bersama

keluarga, dll

2. Mengancingkan baju

tarik

3. Memakai sendok garpu

4. Memasak

anak

3. Buat anak mau

bercerita tentang

dirinya

4. Album foto

5. Mengenal huruf

5. Mencuci tangan dan

kaki

6. Menentukan

batasan/peraturan

48-60 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan:

buat anak mau

bertanya/bercerita

tentang apa yang ia

lihat atau dengar,

dorong agar anak

mau melihat buku,

bantu anak memilih

acara tv

2. Belajar mengingat

3. Mengenal huruf dan

symbol

4. Mengenal angka

5. Membaca majalah,

6. Mengenal musim

7. Buku kegiatan

keluarga

8. Mengunjungi

perpustakaan

12. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

berikan tugas rutin

pada anak, ajak anak

membantu anda

didapur dan makan

bersama, buat agar

anak main bersama

teman sebayanya,

ajak berbicara anak

tentang apa yang

dirasakannya, buat

rencana jalan-jalan

bersama anak

13. Membentukemandiria

n

14. Membuat album

keluarga

15. Membuat boneka

kertas

9. Melengkapi kalimat

10. Bercerita ketika

saya masih kecil

11. Membantu

pekerjaan didapur

16. Menggambar orang

17. Mengikuti aturan

dan petunjuk

permainan

18. Bermain kreatif

bersama temannya

Bermain belanja di

toko60-72 1. Stimulasi yang

perlu dilanjutkan :

dorong anak untuk

sering membaca

buku,

2. Mengenal benda yang

serupa dan berbeda

3. Bermain tebak-

tebakan

4. Berlatih mengingat

5. Menjawab pertanyaan

mengapa

6. Mengenal

rambu/tanda lalu

lintas

7. Mengenal uang logam

8. Mengamati keadaan

sekitanya

1. Stimulasi yang perlu

dilanjutkan : dorong

anak berpakaian

sendiri, mnyimpan

mainan tanpa

bantuan, ajari anak

bicara tentang apa

yang ia rasakan,

rencanakan kegiatan

keluar sesering

mungkinbersama anak,

berikan kesempatan

memilih acaratv

2. Berkomunikasi dengan

anak

3. Berteman dan bergaul

4. Mematuhi aturan

keluarga

2.4 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya

penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak

prasekolah.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat

dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat puskesmas

dan jaringannya, berupa :

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk

mengetahui dan menemukan status gizi kurang/buruk

dan mikro/makrosefall

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk

mengetahui gangguan perkembangan anak

(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan emosional, yaitu untuk

mengetahui adanya masalah mental emosional, autism

dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitasnya.

2.4.1 Deteksi Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan untuk

mengetahui status gizi dan memantau pertumbuhan yang

sedang berlangsung, apakah ada penyimpangan atau tidak.

Deteksi penyimpangan pertumbuhan ini dibagi menjadi 2,

yaitu :

a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan

1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan

status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali,

atau gemuk

2) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan

jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.

Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang terlatih.

b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) .

1) Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui

lingkaran kepala anak dalam batas normal atau

diluar batas normal.

2) Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11

bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan umur

12-72 bulan dilakukan setiap 6 bulan.

Pengukuran ini dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang terlatih.

3) Cara pengukurannya dengan cara alat pengukur

dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,

menutupi alis diatas ke dua telinga dan pada

bagian belakang kepala yang meninjol, tarik

agak kencang. Lalu baca angka pada pertemuan

angka 0, lalu tanyakan tanggal lahir bayi dan

hitung umur bayi, hasil pengukuran dicatat pda

grafik lingkaran kepala menurut umur bayi/anak.

Dan hubungkan dengan garis antara titik ukuran

yang lalu dan yang sekarang.

4) Bila ukuran kepala berada dalam jalur hijau

maka lingkaran kepala anak normal, jika ukuran

kepala berada diluar jalur normal maka ukuran

kepala anak tidak normal atau makroseffal, jika

berada dibawah jalur hijau ukuran kepala anak

tidak normal atau mikrosefal.

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di

semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang

digunakan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini

Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat

Pelayanan

Pelaksana Alat yang

digunakanKeluarga,

masyarakat

Orang tua

Kader kesehatan

Petugas PADU,

BKB, TPA, dan

Guru TK

KMS

Timbangan Dacin

Puskesmas Dokter

Bidan

Perawat

Tabel BB/TB

Grafik LK

Timbangan

Ahli Gizi

Petugas

Imunisasi

Alat ukur tinggi

badan

Pita pengukur

lingkar kepalaSumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK

Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK : Taman Kanak-kanak

2.4.2 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak

dilakukan disemua tingkat pelayanan, adapun pelaksana

dan alat uang digunakan adalah sebagai berikut :

Tingkat pelayanan Pelaksana Alatyang

digunakanKeluarga dan

masyarakat

Orang tua

Kader kesehatan,

BKB, TPA

Buku KIA

Petugas PADU KPSP

terlatih

Guru TK terlatih

TDL

TDDPuskesmas Dokter

Bidan

Perawat

KPSP

TDL

TDDSumber : buku pedoman pelaksanaan SDIDTK

Ket:

buku KIA : Buku kesehatan ibu anak

KPSP : kuesioner pra skrining perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PADU : Pusat Pendidikan Anak Dini Usia

TK : Taman Kanak-Kanak

1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal

atau ada penyimpangan.

2) Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan

gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera

ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya

dengar dan bicara anak.

3) Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini

kelainaan daya lihat agar segera dapat dilakukan

tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh

ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.

2.4.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara

dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar

dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila

penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka

intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk

mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental

emosional pada anak, yaitu

a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) untuk

anak umur 36-72 bulan

b. Ceklis autis anak pra sekolah (checklist for

autism in toddlers/CHAT) untuk anak umur 18-36

bulan

c. Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian

dan Hiperaktifitas (GPPH) menggunakan Abreviated

conner rating scale bagi anak umur 36 bulan

keatas.

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra

sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra

sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional

adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan,

jadwal ini sesuai dengan jadwal skrinning/pemeriksaan

perkembangan anak.

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya

autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan. Jadwal

deteksi ini dilakukan atas indikasi atau bila ada

keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan dari

petugas kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,

pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut berupa

keterlambatan bicara, gangguan interaksi social,

perilaku berulang-ulang.

3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas

Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada umur 36

bulan keatas.Jadwal deteksi dini GPPH pada anak

prasekolah dilakukan atas indikasi atau ada keluhan

dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan dari petugas

kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,

pengelola TPA, dan guru TK, keluhan tersebut berupa

tidak bias duduk tenang, selalu bergerak tanpa tujuan

dan tidak kenal lelah, serta perubahan suasana hati

yang mendadak.

2.4.4 Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh kembang Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan

anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi

masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk

melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan

perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia

anak masih di bawah lima tahun. Tindakan intervensi

dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah

yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2

minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi

stimulasi perkembangan.

2.4.5 Evaluasi penyimpangan tumbuh kembang anak

Evaluasi (penilaian) adalah kegiatan untuk

membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan

rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat

penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak

tingkat perumusan diagnosa. Setelah orang tua melakukan

tindakan intervensi perkembangan secara intensif

dirumah selama 2 minggu, maka anak perlu dievaluasi

apakah anak ada kemajuan atau tidak.

2.4.6 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan

perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah

dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan

tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai

berikut :

a. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota

keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa

anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau

Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan

pemantauan tumbuh kembang buku KIA.

b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu,

Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan

tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang

sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku

pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata

memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke

tim medis di Puskesmas.

c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di

tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit

kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh

kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi

serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic.

Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder

diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang

didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan

jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli

terapi, ahli gizi dan psikologi.

2.5 Pengetahuan

2.5.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka

tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).

2.5.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke

dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu adalah

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan. (Notoatmodjo,

2012).

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan menyebutkan cotoh

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2012).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip

(Notoatmodjo, 2012).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan dan mengelompokkan (Notoatmodjo, 2012).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2012)

2.5.3 Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

pengetahuan tingkat yang dicakup dalam domain kognitif.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek

pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan

penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-

masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi

nilai 0 (Notoatmodjo, 2012). Penilaian dilakukan dengan

cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang

diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100%.

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu:

a. Baik : hasil presentasi 76%-100%

b. Cukup : hasil presentasi 56%-75%

c. Kurang : hasil presentasi 0%-55%

2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi

oleh faktor-faktor sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012)

A. Faktor internal

a. Jasmani: Faktor jasmani di antaranya keadaan

indera seseorang

b. Rohani: Faktor rohani di antaranya adalah

kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta

kondisi efektif dan kognitif individu

B. Faktor eksternal

a. usia

Usia adalah lama waktu hidup atau ada atau

sejak dilahirkan atau diadakan (Hoetomo, 2005).

Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak

lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Usia

merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan

yang baru (Notoatmodjo, 2012). Usia mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan adalah

proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku

melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu

dipertimbangkan usia (proses perkembangan) dan

hubungannya dengan proses belajar. Tingkat

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi yang baru

(Notoatmodjo, 2012). Pendidikan juga merupakan

suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang

bertujuan untuk proses pendewasaan. Pendidikan

dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang termasuk pengetahuan tentang mastitis.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga

mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan

negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin

positif terhadap obyek tersebut.

Di dalam kerangka pendidikan nasional,

pendidikan terbagi dalam dua pendidikan, yaitu

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Setelah

dicanangkan pendidikan dasar 9 tahun sesuai

undang-undang No. 2 tahun 2000 tentang pendidikan

(Sisdiknas, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku

positif yang meningkat. Jenjang pendidikan

meliputi pendidikan formal dan pendidikan non

formal. Pendidikan dicapai dengan menempuh bangku

sekolah dasar SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

Sedangkan pendidikan non formal dapat melalui

kursus-kursus atau pelatihan.

c. Lama bekerja

Pengalaman kerja atau lama bekerja adalah

ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang

telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas

tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakannya

dengan baik. (Ranupandojo, 2011). Lamanya

pengalaman seseorang bekerja sangat berhubungan

erat dengan keterampilannya dalam pekerjaannya itu

sendiri.

Semakin lama seseorang bekerja akan lebih terpapar

dengan informasi-informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan bidan yang pengalamannya lebih

sedikit.

d. Tahun lulus

Tahun lulus adalah waktu yang dihitung mulai

dari selesainya masa pendidikan sesorang dan

mendapat ijazah. (Syamsudin.M, 2010). Dengan

melihat tahun lulus seseorang maka dapat dinilai

sejauh mana informasi yang didapatnya didalam

akademik, dikarenakan ilmu pengetahuan semakin

berkembang maka semakin uptodate atau terbaru pula

informasai yang diberikan di akademik. Sedangkan

untuk bidan bidan yang usianya relative lebih tua

dapat pula mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan, yang lazimnya didapat dari seminar

atau pelatihan. Tergantung dengan motivasi atau

niat dari bidan itu sendiri.

e. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif, dalam

bahasa inggris yaitu motive, yang berasal dari

kata motion artinya gerakan dan dalam arti lebih

luas motivasi merupakan suatu yang memberikan

kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku

dalam mencapai tujuan (Pieter dan Lubis, 2010).

Perubahan energy dalam diri sesorang yang ditandai

dengan adanya dorongan perasaan dan reaksi untuk

mencapai suatu tujuan yaitu melakukan program

SDIDTK (Achmad.S, 2012)

Motivasi adalah karakteristik psikologi

manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang. Kebutuhan muncul karena adanya

sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang baik

bersifat fisiologis maupun psikologis. Dorongan

merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan,

sedangkan tujuan adalah akhir dari sesuatu siklus

motivasi.

Motivasi secara umum mengacu pada adanya

kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk

berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2012). Syarat

utama untuk melakukan pelayanan SDIDTK ini pada

dasarnya bukanlah tahu tidaknya bidan tentang

SDIDTK melainkan besar kecilnya minat bidan

terhadap SDIDTK. Ini membuktikan bahwa motivasi

sangat mempengaruhi seorang bidan untuk melakukan

pelayanan SDIDTK. Motivasi bisa didapatkan dari

diri sendiri (internal) atau dari pihak luar

seperti teman sejawat, pemerintah dll(eksternal).

Motivasi atau dorongan yang diberikan dapat

mempengaruhi pengetahuan bidan, karena saat ibu

diberikan motivasi, motivator memberikan informasi

kepada bidan tentang pelayanan SDIDTK. Sehingga

pengetahuan yang bidan miliki bertambah, dari

bertambahnya pengetahuan dapat mengubah pola

pikir, motivasi serta tingkah laku bidan.

f. Sumber informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan

pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya

seseorang akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Informasi dapat didapatkan melalui

penyuluhan, demonstrasi maupun teknologi.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

opini dan kepercayan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Bidan yang sudah pernah mendapatkan informasi

mengenai SDIDTK akan memiliki pola pikir dan

motivasi yang berbeda dibandingkan dengan bidan

yang belum pernah mendapatkan informasi. Perubahan

pola pikir dan tingkah laku yang ditimbulkan oleh

diri ibu tersebut dapat bersifat positif maupun

negatif.

2.5 Kerangka teori

Factor internal :

1. Jasmani : Keadaanindera seseorang

2. Rohani : Kesehatanpsikis, intelektual,psikomotor, sertakondisi efektif dankognitif individu

a) Pendidikanb) Umurc) Pekerjaand) Ekonomie) Persepsif) Pengalamang) Lama bekerjah) Motivasi

Factor ekstenal :

1. Sumber informasi

Pengetahuanbidan tentang

SDIDTK

(sumber : modifikasi notoatmojo, 2012)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian ini didasarkan dengan

beberapa aspek, yaitu : pengetahuan bidan, usia bidan,

dan pendidikan terakhir bidan. Variabel merupakan

karakteristik dari suatu subjek yang berubah dari satu

subjek ke subjek yang lainnya (Sastroasmoro dan Ismail,

1995)

Variabel Bebas, merupakan variabel yang bersifat

mempengaruhi terhadap variabel terikat. (Sastroasmoro

dan Ismail, 1995). Yang menjadi variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pengetahuan tentang Stimulasi

Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

Variabel Terikat, merupakan variabel yang sifatnya

bergantung kepada variabel bebas. Variabel ini

dipengaruhi dan bisa berubah akibat perubahan pada

variabel bebas. (Sastroasmoro dan Ismail, 1995). Yang

menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Usia bidan, pendidikan terakhir bidan, lama bekerja,

tahhun lulus, motivasi dan sumber informasi.

Variable Independen Variabel

Dependen

3.2 Variabel dan definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Kategori Skala

1. Usia bidan2. Pendidikan

terakhir bidan3. Lama bekerja4. Tahun lulus5. Motivasi 6. Sumber

informasi

Pengetahuan Bidantentang StimulasiDeteksi IntervensiDini Tumbuh Kembang

(SDIDTK)

1 Pengetahu

an

Hasil tahu dan

ini terjadi

setelah orang

melakukan

penginderaan

terhadap suatu

objek tertentu,

pengetahuan

terjadi melalui

panca indra

manusia, yakni:

indra

penglihatan,

pendengaran,

penciuman,

rasa, dan raba

(Notoatmodjo,

2012)

wawan

cara

kues

ione

r

1. Baik

(jawaban

benar ≥

mean)

2. Kura

ng

(jawaban

benar <

mean)

ordina

l

2 Usia Usia adalah

lamanya hidup

yang dihitung

sejak lahir

sampai saat ini

dalam satuan

tahun.

wawan

cara

kues

ione

r

1. 20

-35

tahun

2. >

35 tahun

Nomina

l

(Notoatmodjo,

2012).

3 Pendidika

n

Pendidikan

formal terakhir

yang sudah

dilalui dan

mendapatkan

ijazah. (Tim

penyusun Kamus

Besar Bahasa

Indonesia,

2012).

wawan

cara

kues

ione

r

1. DII

I

2. D.I

V-S2

Ordina

l

4 Tahun

Lulus

Waktu yang

dihitung mulai

dari selesainya

masa pedidikan

seseorang dan

mendapat

ijazah.

(syamsudin, M.

2010)

Wawan

cara

Kues

ione

r

1.Baru

(tahun

2014-

2004)

2.Lama (<

tahun

2004)

ordina

l

5 Lama

bekerja

Jumlah jangka

waktu bekerja

dari pertama

Wawan

cara

Kues

ione

r

1. ≤10

tahun

2. >10

Ordina

l

kali bekerja

sampai

sekarang.

(Noerdiansah,

2010)

tahun

6 Motivasi Perubahan

energy dalam

diri sesorang

yang ditandai

dengan adanya

dorongan

perasaan dan

reaksi untuk

mencapai suatu

tujuan yaitu

melakukan

program SDIDTK

(Achmad.S,

2012)

Wawan

cara

kues

ione

r

1. Positif

. Jika

respond

en

menjawa

b ya ≥6

2. Negatif

. Jika

ibu

menjawa

b ya

<6

ordina

l

7 Sumber

Informasi

Sumber-sumber

yang dijadikan

referensi

wawan

cara

kues

ione

1. TV ,

Radio

atau

nomina

l

pengetahuan

oleh responden.

(Andrew,W.

2011)

r internet

2. Semi

nar/

pelatiha

n serta

materi

dari

pergurua

n tinggi

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah deskripsi sederhana dengan pendekatan Cross

sectional. Desain deskriptif sederhana yang digunakan

untuk mengetahi gambaran atau deskripsi dalam waktu

yang singkat atau potong lintang yang dapat memberikan

informasi mengenai situasi yang ada pada suatu waktu.

(notoatmojo,2010). Data yang diperoleh pada penelitian

ini dianalisis untuk mengetahui gambaran pengetahuan

bidan tentang SDIDTK.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Swasta

(BPS) pada ranting Cimanggis periode Juli 2015.

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek berkarakteristik

sama yang tunggal disuatu daerah tertentu. Populasi

dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang

mempunyai karakteristik tertentu. (sastroasmoro, 2010).

Populasi terjangkau untuk penelitian ini adalah bidan

di wilayah Depok dengan jumlah populasi sekitar 430

orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih

dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili

populasinya (Sastroasmoro, 2010). Subjek penelitian

yang dijadikan sampel oleh peneliti diambil dari

populasi terjangkau yaitu bidan-bidan yang praktek

dikawasan ranting Cimanggis sebanyak 74 orang.

a. Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan unuk penelitian ini adalah

bidan bidan yang berkerja diwilayah kerja ranting

Cimanggis.

b. Besar Sampel

Besar semple yang menjadi penelitian diambil dari

total bidan yang berada dan bekerja di ranting

Cimanggis.

c. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sempel dilakukan dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel seadanya

(sampling aksidental) yaitu seluruh populasi bidan

di ranting Cimanggis menjadi sampel penelitian ini.

4.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu

data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para

responden. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan gambaran pengetahuan

tentang Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh

Kembang.

4.5 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah mengolah data tersebut dengan tahapan sebagai

berikut :

4.5.1 Editing

Data yang terkumpul diperiksa kelengkapannya

dan disusun berurutan sesuai dengan nomor responden,

pisahkan antara kuesioner yang telah lengkap diisi

dengan yang tidak lengkap.

4.5.2 Coding

Memberikan kode sesuai dengan alternative

jawaban untuk mempermudah dalam melakukan pengisian

data ke komputer. Variable-variabel yang dikoding

adalah pengetahuan.

4.5.3 Entry

Memasukan jawaban kuesioner yang telah

diberikan kode kedalam computer dengan menggunakan

software statistic.

4.5.4 Cleaning Data

Cleaning data dilakukan pengecekan kembali data

yang sudah di entry untuk memastikan tidak adanya

kesalahan pada data yang diperoleh.

Tahapan Cleaning data terdiri dari :

a. Mengetahui missing data

b. Mengetahui variasi data

c. Mengetahui konsistensi data.

4.6 Analisis Data

Data yang telah diolah selanjutnya dilakukan

analisis untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis

ini dilakukan secara univariat.

4.6.1 Univariat

Analis univariat digunakan untuk melihat variasi

distribusi frekuensi responden masing-masing variable

dependen dan independen dengan ukuran presentasi atau

proporsi. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing masing variable yang diteliti. Analisa ini

dilakukan dengan cara mentabulasi data kemudian

disusun dalam tabel sesuai dengan variable yang

diteliti yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

F = X x 100%

Ket : X = hasil yang didapat

N = jumlah Populasi

F = jumlah hasil yang didapat dalam persen

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran lokasi penelitian

5.1.1 letak lokasi

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian

di IBI cabang kota Depok ranting Cimanggis. Lokasi

kantor pengurus IBI Depok ini berada di Jl Raya

Sawangan Perum. Depok Maharaja Blok E3/1 kel

Rangkapan Jaya Kec.Pancoran Mas, Kota Depok. Penulis

melakukan penelitian ini di Ranting Cimanggis selain

karena jumlah bidan yang memadai namun penulis ingin

mengetahui pula apakah dari jumlah bidan yang cukup

banyak itu mereka mengerti tentang pelayanan SDIDTK,

mengingat jumlah tersebut tidak termasuk bidan yang

bekerja di Puskesmas dimana Program SDIDTK ini

dianjurkan pemerintah untuk dilaksanakan.

5.1.2 Susunan pengurus dan Ranting.

A. Susunan Pengurus IBI cabang Depok. (Periode

2013-2018)

B. Ranting dan jumlah anggota

No Ranting Jumlah Anggota

1 Cimanggis 742 Tapos 603 Sukmajaya 534 Cilodong 395 Pancoran mas 406 Beiji 33

Hj. Hendrawati setiani,AM.Keb, SKM, MM

H. Sri Redjeki, S.Si.T,SH, M.Kes

Staf

Hj. Sri Budhi R,S.ST

Surani,S.ST

(sekretaris)

Juju Numiasih,S.Si.T

7 Cinere 178 Limo 239 Sawangan 4010 Bojongsari 24

Total 430

5.2 Hasil penelitian

Analisis univariat distribusi frekuensi

gambaran pengetahuan bidan tentang SDIDTK periode

juli 2015, diperoleh hasil yang disajikan pada

tabel berikut ini.

Tabel 5.1Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang SDIDTK

Juli 2015

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

(%)

1 Baik 25 33.82 Kurang 49 66.2

Total 74 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah

responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu

sebanyak 25 responden (33.8%) dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 49

responden (66.2%).

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Usia di BPS Ranting Cimanggis Depok Periode

Juli 2015

No Usia Pengetahuan TotalBaik Kurang

F (%) F (%)1 Muda 13 25 39 75 512 Tua 12 54.5 10 45.5 23

Total 25 33.8 49 66.2 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah

responden yang terbanyak berada pada golongan umur

muda atau bidan bidan yang berusia antara 20 – 35

tahun yang memilki pengetahuan baik ada 13 orang

(25%) dan responden yang berusia lebih dari 35 tahun

yang memiliki pengetahuan baik ada 12 orang. Serta

mayoritas responden memiliki pengetauan yang kurang

sebanyak 49 orang dengan jumlah responden muda

sebanyak 39 orang (79.5%)

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Pendidikan di BPS Ranting Cimanggis Depok

Periode Juli 2015

No Pendidika

n

terakhir

Pengetahuan totalKurang Baik

F (%) F (%)

1 DIII 42 67.7 20 32.3 622 DIV-S2 7 58.3 5 41.7 12

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah

responden yang memiliki pendidikan terakhir di

jenjang DIII ada 62 orang dengan 42 orang (67.7%)

berpengatahuan kurang. sedangkan yang berpendidikan

terakhir DIV-S2 ada 12 orang dengan 5 orang (41.7%)

berpengatahuan baik.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Tahun Lulus di BPS Ranting Cimanggis Depok

Periode Juli 2015

No Tahun

Lulus

Pengetahuan tota

lKurang BaikF (%) F (%)

1 2004-2014 42 75 14 25 562 <2004 7 38.9 11 61.1 18

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa gambaran

pengetahuan bidan yang lulus antara 2004-2014 yaitu

sebanyak 14 responden (25%) yang berpengetahuan baik

dari 56 orang dan responden yang lulus dibawah tahun

2004 yaitu sebanyak 18 responden dengan yang

berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (61.1%).

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Lama Bekerja di BPS Ranting Cimanggis Depok

Periode Juli 2015

No Lama

bekerja

Pengetahuan tota

lKurang BaikF (%) F (%)

1 ≤10 tahun 42 75 14 25 562 >10 tahun 7 38.9 11 61.1 18

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui gambaran

pengetahuan bidan berdasarkan lama bekerja jumlah

responden yang terbanyak berada pada golongan bidan

bidan baru atau berpengalaman ≤ 10 tahun yaitu

sebanyak 56 responden dengan frekuensi pengetahuan

kurang terbanyak terdapat 42 orang (75%) dan

responden yang memiliki pengalaman kerja >10 tahun

yaitu sebanyak 18 responden.

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Motivasi di BPS Ranting Cimanggis Depok

Periode Juli 2015

No Motivasi Pengetahuan totalKurang Baik

F (%) F (%)1 Positif 31 63.3 18 36.7 492 Negatif 18 72 7 28 25

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui gambaran

pengetahuan responden yang memiliki motivasi positif

yaitu sebanyak 49 responden dengan frekuensi

pengetahuan kurang terbanyak ada 31 orang (63.3%) dan

responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak

18 orang (72%) dari responden yang bermotivasi

negative atau kurang yaitu sebanyak 25 responden

(33.8%).

Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang SDIDTKBerdasarkan Sumber Informasi di BPS Ranting Cimanggis

Depok Periode Juli 2015

No Sumber

informasi

Pengetahuan totalKurang Baik

F (%) F (%)1 Terpapar 3 15.8 16 84.2 192 Tidak

terpapar

46 83.6 9 16.4 55

Total 49 66.2 25 33.8 74

Berdasarkan tabel di atas diketahui gambaran

pengetahuan bidan berdasarkan sumber informasi

frekuensi responden yang terpapar informasi sebanyak

19 responden dengan frekuensi pengetahuan baik ada 16

orang (84.2%) dan responden yang tidak atau kurang

terpapar informasi sebanyak 5 responden dengan

frekuensi bidan berpengetahuan kurang ada 46 orang

(83.6%).

-BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menguraikan

tentang keterbatasan penelitian dan mengintergrasikan

hasil penelitian dengan konsep terkait dan teori

terkait. Hasil penelitian ini memfokuskan pada

gambaran pengetahuan bidan tengtang Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) berdasarkan

usia, pendidikan terakhir, lama bekerja, tahun lulus,

motivasi, dan sumber informasi di Bidan Praktek Swasta

(BPS) di ranting Cimanggis Kota Depok.

6.1.1 Pengetahuan

Dari hasil analisis univariat berdasarkan

tabel 5.1 yang merupakan gambaran distribusi

frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

(SDIDTK) diketahui bahwa jumlah responden yang

memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 25

responden (33.8%) dan responden yang memiliki

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 49 responden

(66.2%). Rendahnya angka pengetahuan bidan tentang

SDIDTK ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti usia, pendidikan, pengalaman, kesehatan

dan keutuhan jasmani dan rohani bidan itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo,

2012 bahwa pengetahuan pun dibagi menjadi beberapa

tahap seperti tahu (know), Memahami

(comprehension), Aplikasi (application), Analisis

(analysis), Sintesis (synthesis) dan Evaluasi

(evaluation). Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan kemungkinan responden baru mencapai

tahapan memahami, sedangkan untuk tahapan aplikasi

hanya beberapa saja dikarenakan hanya sedikit yang

berpengalaman bekerja di puskesmas atau rumah

sakit yang memberikan pelayanan SDIDTK ini. Dan

dari 74 responden terdapat 49 responden yang

memiliki pengetahuan kurang tentang SDIDTK.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pula

responden mengatakan bahwa selama mereka bekerja

mereka belum pernah memberikan pelayanan SDIDTK

dikarenakan tidak adanya kebijakan yang

diberlakukan ditempat mereka bekerja untuk

memberikan pelayanan itu. Dan mereka pun belum

pernah mendapat atau mengikuti pelatihan tentang

program SDIDTK.

6.1.2 Usia

Dari hasil analisis univariat berdasarkan

tabel 5.2 menggambarkan presentase usia bidan di

ranting Cimanggis ini 70,3% adalah bidan berusia

20-35 tahun. dan 29,7% adalah bidan berusia diatas

35 tahun berdasarkan analisa yang peneliti lakukan

terhadap variable pengetahuan dimana 66,2% bidan

memiliki pengetahuan yang kurang tentang SDIDTK.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa

jumlah responden yang terbanyak berada pada

golongan umur muda atau bidan bidan yang berusia

antara 20 – 35 tahun yang memilki pengetahuan

baik ada 13 orang dan responden yang berusia

lebih dari 35 tahun yang memiliki pengetahuan baik

ada 12 orang. Serta mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang kurang sebanyak 49 orang dengan

jumlah responden muda sebanyak 39 orang (79.5%)

Hal ini ternyata sesuai dengan teori

Notoatmojo, 2012 yang menyatakan usia mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain

itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca agar memiliki kemampuan

lebih di usia tuanya.

Sehingga sesuai dengan hasil penelitian ini

yang menyatakan presentasi bidan usia >35 tahun

memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding

bidan usia 20-35 tahun. Ditambah dengan pengalaman

yang dimiliki oleh para bidan bidan yang berumur

lebih dari 35 tahun lebih banyak dikarenakan

motivasi yang mereka miliki untuk mengikuti

pelatihan, seminar atau informasi informasi

terbaru, guna meningkatkan pelayanan yang

diberikannya pada klien.

6.1.3 Pendidikan

Pada tabel 5.3 merupakan gambaran

distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang

stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang (SDIDTK) berdasarkan pendidikan

diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki

pendidikan terakhir di jenjang DIII ada 62 orang

yaitu 83.8% sedangkan yang berpendidikan terakhir

DIV-S2 hanya 12 orang yaitu 16.2% dan berdasarkan

analisa data terhadap variable pengetahuan hanya

33,8% atau 25 orang yang memiliki pengetahuan

baik. Dengan diketahui bahwa jumlah responden

yang memiliki pendidikan terakhir di jenjang DIII

ada 62 orang dengan 42 orang (67.7%)

berpengatahuan kurang. sedangkan yang

berpendidikan terakhir DIV-S2 ada 12 orang dengan

5 orang (41.7%) berpengatahuan baik

Dengan presentase pendidikan jenjang tinggi

yang jumlahnya juga sedikit seperti presentase

pengetahuan bidan yang baik. Hal ini sesuai dengan

teori Sisdiknas 2012 yang mengatakan bahwa

pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku

positif yang meningkat. Dalam kata lain semakin

tinggi pendidikan sesorang semakin tinggi pula

pengetahuan yang dimilikinya. Seperti yang dikutip

dari Amir Sah, 2012 tentang Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengetahuan tenaga kesehatan tentang

Program pemerintah, menyatakan pendidikan

responden sangat mempengaruhi sejauh mana

pemahaman dan jenis jenis metode KB.

6.1.4 Lama bekerja

Pada tabel 5.4 merupakan gambaran distribusi

frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

(SDIDTK) berdasarkan lama responden bekerja.

Responden yang terbanyak berada pada golongan

bidan bidan baru atau berpengalaman ≤ 10 tahun

yaitu sebanyak 56 responden (75.7%) dan responden

yang memiliki pengalaman kerja >10 tahun yaitu

sebanyak 18 responden (24.3%) hasil penelitian ini

sebanding dengan variable pengetahuan dimana

presentase bidan yang memiliki pengetahuan baik

tentang SDIDTK hanya 33,8%. Dan frekuensi

pengetahuan kurang terbanyak terdapat 42 orang

(75%) pada kategori bidan yang bekerja kurang dari

10 tahun.

hal ini sesuai dengan teori Noerdiansyah, 2010

yang mengatakan bahwa pengalaman lama bekerja

mempengaruhi pengetahuan serta keterampilan

seseorang dalam melakukan pelayanan pekerjaannya.

Bidan yang pernah atau sedang bekerja di puskesmas

pun menyatakan jarang adanya pasien yang datang

untuk melakukan pemeriksaan SDIDTK.

Sehingga program pelayanan yang memang ada di

puskesmas ini tidak berjalan dengan semestinya

dan tidak ditekankan pada bidan-bidan untuk

menguasainya. Serta pendokumentasian yang kurang

diawasi oleh pihak puskesmas maka pelayanan ini

cenderung tidak terlihat. Apalagi untuk bidan

bidan baru yang pengalaman kerjanya baru beberapa

tahun. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Irmawati dalam Analisis Hubungan

Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDIDTK di

Puskesmas Kota Semarang 2010.

6.1.5 Tahun Lulus

Pada tabel 5.5 merupakan gambaran distribusi

frekuensi pengetahuan bidan tentang stimulasi

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

(SDIDTK) berdasarkan tahun lulus bahwa jumlah

responden yang terbanyak berada pada golongan

bidan bidan baru atau yang lulus antara 2004-2014

yaitu sebanyak 56 responden (75.7%) dan responden

yang lulus dibawah tahun 2004 yaitu sebanyak 18

responden (24.3%). berdasarkan analisa yang

peneliti lakukan terhadap variable pengetahuan

dimana 66,2%. Berdasarkan tabel tersebut bidan

memiliki pengetahuan yang kurang, yang lulus

antara 2004-2014 yaitu sebanyak 14 responden (25%)

yang berpengetahuan baik dari 56 orang dan

responden yang lulus dibawah tahun 2004 yaitu

sebanyak 18 responden dengan yang berpengetahuan

baik sebanyak 11 orang (61.1%).

Jika dibandingkan dengan teori Syamsudin,

2010 yang mengatakan bahwa semakin baru tahun

lulus pendidikan seseorang semakin uptodate pula

informasi yang didapat dari akademik maka terdapat

kesenjangan atau tidak sesuai dengan teori

tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini yang

menyatakan bahwa bidan yang lulus dibawah tahun

2004 ini mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

yang lazimnya didapat dari seminar atau pelatihan.

Tergantung dengan motivasi atau niat dari bidan

itu sendiri sehingga dalam penelitian ini

pengetahuan mereka lebih tinggi dibanding dengan

bidan yang lulus diatas tahun 2004, mengingat

revisian program SDIDTK mulai diperkenalkan tahun

2006.

6.1.6 Motivasi

Pada tabel 5.6 yang merupakan gambaran

distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang

stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang (SDIDTK) berdasarkan motivasi diketahui

bahwa jumlah responden yang memiliki motivasi

positif yaitu sebanyak 49 responden (66.2%) dan

responden yang memiliki motivasi negative atau

kurang yaitu sebanyak 25 responden (33.8%)

berdasarkan analisa yang peneliti lakukan terhadap

variable pengetahuan dimana 66,2% bidan memiliki

pengetahuan yang kurang. Dengan hasil yang

menujukan motivasi positif yaitu sebanyak 49

responden dengan frekuensi pengetahuan kurang

terbanyak ada 31 orang (63.3%) dari 49 responden

yang berpengetahuan rendah dan responden yang

memiliki motivasi negative atau kurang yaitu

sebanyak 25 responden dengan responden yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 orang

(72%)

Berdasarkan notoatmojo (2012) yang menyatakan

Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan

dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku

tertentu maka ada kesenjangan yang terjadi disini,

dimana motivasi pada bidan bidan ini cukup tinggi

namun pengetahuan bidan tentang SDIDTK ini rendah,

itu berarti masih ada minat didalam diri bidan

tersebut untuk mengetahui dan memberikan pelayanan

SDIDTK.

Sesuai dengan KepMenKes RI nomor

369/MENKES/SK/III/2007 menjelaskan kompetensi yang

ke-7 bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi

komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan –

5 tahun. Dimana itu berarti pelayanan SDIDTK wajib

diberikan pula oleh para bidan, sehingga alangkah

baiknya jika pemerintah membuat pelatihan wajib

bagi para bidan tentang pelayan SDIDTK, sehingga

motivasi yang cukup tinggi itu dapat di manfaatkan

dengan diimbangi dengan pengetahuan yang memadai.

6.1.7 Sumber Informasi

Pada tabel 5.7 yang merupakan gambaran

distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang

stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang (SDIDTK) berdasarkan sumber informasi

yang didapat diketahui bahwa jumlah responden yang

terpapar informasi sebanyak 20 responden (27%) dan

responden yang tidak atau kurang terpapar

informasi sebanyak 54 responden (78%).

Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan

terhadap variable pengetahuan dimana 66,2% bidan

memiliki pengetahuan yang kurang, maka hal ini

sesuai dengan teori yang dinyatakan notoatmojo,

2012 bahwa Bila seseorang banyak memperoleh

informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan

yang lebih luas. Semakin banyak informasi dapat

memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang

dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang

akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Didapat adalah bahwa pelaksanaan program

SDIDTK di Puskesmas dan jaringannya masih terbatas

pada deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,

sedangkan deteksi dini penyimpangan perkembangan,

penyimpangan mental emosional dan stimulasi sesuai

usia anak masih belum dilaksanakan yang

dikarenakan masih kurang dan rendahnya informasi

yang didapat oleh bidan bidan ini mengenai SDIDTK

sesuai dengan penelian Dewi Maritalia tentang

Analisis Pelaksanaan Program SDIDTK Balita dan

Anak Pra Sekolah di Puskesmas Kota Semarang tahun

2010.

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan

sesuai dengan tujuan khusus untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari masing – masing variable yang terhadap

pengetahuan bidan tentang Stimulasi Deteksi Intervensi

Dini tumbuh kembang di BPS ranting Cimanggis Depok,

Juli 2015, yang meliputi umur, pendidikan, tahun lulus,

lama bekerja, motivasi dan sumber informasi maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang

SDIDTK yang berpengetahuan baik ada 25 orang

(33,8%). Dan yang kurang terdapat 49 orang

(66,2%).

2. Distribusi frekuensi usia bidan dari 52 orang

(70.3%) yang merupakan bidan muda (20-35 tahun)

ada 13 orang yang berpengetahuan baik dan 22 orang

(29,7%) merupakan bidan yang berusia >35 tahun

dengan 12 orang (54.5%) yang memiliki pengetahuan

baik.

3. Distribusi frekuensi pendidikan terakhir bidan

terdapat bidan dengan pendidikan terakhir DIII

ada 62 orang (83,8%) dengan frekuensi terbanyak 42

orang (67.7%) yang berpengetahuan kurang dan

frekuensi responden yang berpendidikan DIV-S2 ada

12 orang (16,2%)

4. Distribusi frekuensi tahun lulus bidan ada 56

orang (75,7%) yang lulus antara tahun 2004-2014

sebanyak 14 responden (25%) yang berpengetahuan

baik. Dan 18 orang (24,3%) yang dibawah tahun 2004

sebanyak 11 orang yang berpengetahuan baik.

5. Distribusi frekuensi lama bekerja bidan yang

bekerja >10 tahun ada 18 orang (24,3%) dan ≤ 10

tahun ada 56 orang dengan frekuensi pengetahuan

kurang terbanyak terdapat 42 orang (75%).

6. Distribusi frekuensi motivasi yang memiliki

motivasi positif ada 49 orang dengan frekuensi

pengetahuan kurang terbanyak ada 31 orang (63.3%)

dan yang memiliki motivasi positif ada 49 orang

terdapat 18 orang (36.7%).

7. Distribusi frekuensi sumber informasi terdapat 19

orang (27%) yag terpapar informasi dan pada 55

orang yang tidak terpapar informasi terdapat

frekuensi bidan berpengetahuan kurang ada 46 orang

(83.6%).

7.2 Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

a. Berdasarkan hasil penelitian banyak bidan yang

tidak mengetahui tentang program SDIDTK dan

tidak berjalannya program ini di BPS maka

untuk kedepannya diharapkan dapat diadakannya

pelatihan SDIDTK untuk semua bidan sehingga

BPS pun mampu melakukan pelayanan SDIDTK

selayaknya Puskesmas atau RS serta dapat

meningkatkan dan melengkapi sarana

prasarananya sehingga mampu menunjang program

ini.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Pendidikan yang diberikan pada Mahasiswi sudah

cukup baik dan semoga dikemudian hari dapat

lebih ditingkatkan kualitasnya seperti

kelengkapan buku di perpustakaan untuk

menunjang kelancaran mahasiswi mengerjakan

tugas akhir Karya Tulis Ilmiah ini serta

menunjang proses pembelajaran lainnya.

b. Di harapkan penelitian ini dapat di jadikan

bahan bacaan dan memberikan informasi bagi

mahasiswa dan pembaca lainnya untuk menambah

wawasan ilmu kebidanan serta dapat di jadikan

bahan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya mengingat masih jarang penelitian

mengenai SDIDTK ini.

3. Bagi Peneliti

a. Di harapakan penelitian ini dapat dijadikan

pengalaman serta pembelajaran bagi peneliti

agar lebih baik dan penelitian ini dapat

dijadikan sebagai suatu masukan atau acuan

untuk peneliti berikutnya. Dan untuk kemudian

hari dapat dijadikan sebagai referensi tugas

akhir lainnya untuk dijenjang selanjutnya

mengingat masih banyak kekurangan didalamnya.