12
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..……………………….. Sefyandy Adi Putra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1 EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN EVALUATION OF MONTHLY MILK YIELD OF FRIES HOLLAND DAIRY COW AND THEIR CORRELATIONS WITH TOTAL YIELD OF 305 DAYS AT BBPTU-HPT BATURRADEN Sefyandy Adi Putra*, Heni Indrijani** dan Asep Anang** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Sumedang 45362 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai koefisien korelasi produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari sapi perah Fries Holland. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-305 dan didapat data produksi susu bulanan kumulatif sebanyak 680 catatan dari ternak sebanyak 34 ekor pada periode laktasi 1 dan 2. Data ini dikoleksi mulai dari tahun 2008 sampai Maret 2015. Hasil penelitian menunjukan rataan produksi susu bulanan tertinggi pada periode laktasi 1 dan 2 terjadi pada bulan ke 1 sebesar 617 kg dan 665 kg. Hasil analisis koefisien korelasi produksi susu bulanan dengan produksi total 305 hari tertinggi untuk laktasi 1 terjadi pada bulan ke 4 yaitu 0,89 dan laktasi 2 tertinggi pada bulan ke 2 yaitu 0,85. Nilai koefisien korelasi tersebut termasuk kategori tinggi. Kata Kunci : Sapi FH, Produksi Susu Bulanan, Produksi Total 305 hari, Koefisien Korelasi. ABSTRACT The research was conducted at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. The purpose of this research was to study the correlation of cumulative monthly milk yield with total yield 305 days of Fries Holland dairy cows. The data were collected from day 8 th to 305 th from 34 cows of first and second lactation, from 2008 to March 2015. The research showed the highest monthly yield at first and second lactation were at first month production of 617 and 665 kg, respectively. The highest correlation between monthly yield and cumulative 305 were 0,89 for first lactation and 0,85 for second lactation which first and second month, respectively. Keywords : FH, Monthly Milk Yield, Total Production 305 days, Coefficient Correlation.

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES

Embed Size (px)

Citation preview

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..……………………….. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL

SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

EVALUATION OF MONTHLY MILK YIELD OF FRIES HOLLAND DAIRY COW AND THEIR CORRELATIONS WITH TOTAL YIELD OF 305

DAYS AT BBPTU-HPT BATURRADEN

Sefyandy Adi Putra*, Heni Indrijani** dan Asep Anang** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Sumedang 45362

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015

**Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai koefisien korelasi produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari sapi perah Fries Holland. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-305 dan didapat data produksi susu bulanan kumulatif sebanyak 680 catatan dari ternak sebanyak 34 ekor pada periode laktasi 1 dan 2. Data ini dikoleksi mulai dari tahun 2008 sampai Maret 2015. Hasil penelitian menunjukan rataan produksi susu bulanan tertinggi pada periode laktasi 1 dan 2 terjadi pada bulan ke – 1 sebesar 617 kg dan 665 kg. Hasil analisis koefisien korelasi produksi susu bulanan dengan produksi total 305 hari tertinggi untuk laktasi 1 terjadi pada bulan ke – 4 yaitu 0,89 dan laktasi 2 tertinggi pada bulan ke – 2 yaitu 0,85. Nilai koefisien korelasi tersebut termasuk kategori tinggi.

Kata Kunci : Sapi FH, Produksi Susu Bulanan, Produksi Total 305 hari, Koefisien Korelasi.

ABSTRACT

The research was conducted at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. The purpose of this research was to study the correlation of cumulative monthly milk yield with total yield 305 days of Fries Holland dairy cows. The data were collected from day 8th to 305th from 34 cows of first and second lactation, from 2008 to March 2015. The research showed the highest monthly yield at first and second lactation were at first month production of 617 and 665 kg, respectively. The highest correlation between monthly yield and cumulative 305 were 0,89 for first lactation and 0,85 for second lactation which first and second month, respectively.

Keywords : FH, Monthly Milk Yield, Total Production 305 days, Coefficient Correlation.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..……………………….. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2

PENDAHULUAN

Susu merupakan salah satu sumber kebutuhan protein hewani yang berasal dari sapi

betina yang telah melahirkan. Umumnya sapi perah yang ada di Indonesia adalah jenis Fries

Holland dengan produksi susu sapi sekitar 2.500 – 3.500 kg/laktasi, pada kondisi lingkungan

aslinya sapi ini mampu berproduksi susu sebesar 6.000 kg/laktasi.

Faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah faktor genetik dan lingkungan. Salah

satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi susu sapi yaitu dengan meningkatkan

mutu genetik dari sapi perah yang ada di Indonesia. Proses seleksi memerlukan pencatatan

(Recording) terutama catatan produksi susu yang dicatat setiap hari karena akan

menggambarkan produksi susu sebenarnya.

Produksi susu sapi perah umumnya diukur pada satu kali masa laktasi selama 305 hari

dan dibutuhkan pencatatan produksi susu harian untuk menggambarkan kemampuan daya

produksi yang sebenarnya. Masa laktasi sapi perah di daerah Pangalengan, Lembang dan

perusahaan di Surakarta menunjukan lama laktasi yang cukup panjang yaitu 353, 349 dan 250

hari (Subandryo, 1981). Calving interval yang terlalu panjang akan mempengaruhi panjang

masa laktasi dari sapi perah sehingga akan mengurangi efisiensi produksi susu yang dihasilkan.

Catatan sebulan sekali dapat dimanfaatkan untuk menduga produksi susu selama satu

masa laktasi. Untuk menduga total produksi susu dapat digunakan beberapa metode yang sudah

banyak digunakan yaitu Test Interval Method (TIM) dan (Centering Date Method) (Kurnianto,

dkk., 2004).

Cara membaca catatan produksi yang diambil hanya satu kali dalam satu bulan adalah

dengan pendugaan produksi atas dasar catatan yang ada sehingga untuk dapat menduga

produksi nyata dapat hanya dengan menggunakan dua atau tiga bulan catatan produksi saja.

Kombinasi catatan yang disarankan adalah kombinasi catatan bulan laktasi ke-4 dan ke-5 atau

ke-4 dan ke-6, serta bulan laktasi ke – 1 dan ke – 8, yang dikombinasikan dengan catatan bulan

ke – 2, 3, atau 4 (Pallawaruka,1989). Uji korelasi produksi susu berdasarkan catatan produksi

pertengahan periode laktasi mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan produksi susu

berdasarkan produksi 305 hari, dibandingkan awal dan akhir periode laktasi (Hilmia, 2005).

Pengkoreksian untuk menduga produksi 305 hari perlu dilakukan karena lama laktasi, umur

melahirkan pertama dan jumlah pemerahan setiap ternak tidak selalu sama sehingga total

produksi susu 305 hari dapat diduga berdasarkan catatan produksi susu bulanan.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3

BAHAN DAN METODE

1. Objek Penelitian

Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu bulanan dari laktasi 1 dan 2

ternak sapi perah yang terdapat di BBPTU - HPT Baturraden. Data sapi yang digunakan pada

penelitian ini adalah sapi yang memiliki catatan produksi susu lengkap dari tahun 2008 – Maret

2015. Catatan produksi susu yang digunakan adalah catatan produksi susu mulai dari hari ke –

8 sampai 305 hari. Data yang diperoleh sebanyak 680 catatan produksi susu bulanan kumulatif.

2. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, Software Ms.Excel dan

SAS.9.

3. Prosedur Pengambilan Data

(1) Pengumpulan data

Data yang diambil adalah data produksi susu bulanan kumulatif laktasi 1 dan 2 yang

terdapat di BBPTU - HPT Baturraden dari tahun 2008 – Maret 2015. Data faktor lingkungan

yang diambil sebagai data pendukung yaitu formulasi pakan dan suhu kandang.

(2) Tabulasi data

Data ditabulasi dalam bentuk tabel yang terdiri dari nomor ternak, catatan produksi susu

bulanan, total produksi susu 305 hari untuk masing – masing laktasi.

(3) Screening data

Data yang telah dikumpulkan kemudian di-screen sesuai dengan kriteria yang

dibutuhkan sehingga diperoleh data produksi susu bulanan. Data yang menyimpang dan tidak

lengkap tidak dimasukan dalam data penelitian.

(4) Deskripsi data

Deksripsi data terhadap nilai minimum, maksimum, rata – rata, standar deviasi dan

koefisien variasi produksi susu.

(5) Analisis data

Analisis data yang dilakukan adalah:

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4

1. Menjumlahkan produksi susu bulanan dengan rentang waktu 30 hari selama satu

laktasi.

2. Pendugaan nilai korelasi produksi susu bulanan dengan produksi susu total 305 hari.

4. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis menggunakan data catatan

produksi susu bulanan yang ada di BBPTU - HPT Baturraden. Data yang menjadi pertimbangan

diantaranya adalah silsilah ternak, tanggal lahir, tanggal kering kandang, nomor identitas ternak

dan umur laktasi. Adapun hal lain yang diamati meliputi pemeliharaan, pemberian pakan, dan

penerapan sistem pencatatan.

5. Analisis Statistik

Performa produksi susu sapi perah dapat diketahui dengan mengetahui produksi susu

bulanan kumulatif dan produksi susu total 305 hari dan dibuat korelasinya. Data yang diperoleh

dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1. Standar Deviasi

s = √n.∑xi2−(∑xi2)

n (n−1)

Keterangan :

s = Standar deviasi

n = banyaknya data

xi = Jumlah produksi susu

2. Koefisien Variasi

KV = 𝑆

𝑋 ̅ x 100%

Keterangan :

KV = Koefisien Variasi

S = Standar Deviasi

𝑋 ̅ = rata – rata produksi susu

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5

3. Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui berapa nilai korelasi antara produksi susu

bulanan dengan produksi susu total 305 hari terkoreksi di BBPTU – HPT Baturraden. Analisis

korelasi dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

rxy : Korelasi antara peubah x dan y

xi : Peubah prediktor (Produksi susu bulanan)

y : Peubah respon (produksi 305 hari)

Tabel 1. Penafsiran nilai koefisien korelasi

No Nilai Arti

1

2

3

4

5

>0,00 – 0,20

>0,20 – 0,40

>0,40 – 0,70

>0,70 – 0,90

>0,90 – 1,00

Rendah sekali

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Sumber: Surakhmad (1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)

Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada di Indonesia di bawah

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan Kementerian Pertanian Nomor

55/Permentan/OT.140/5/2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak. Balai ini memiliki

tugas untuk melaksanakan pemuliaan, pemeliharaan, produksi, pengembangan, penyebaran dan

pemasaran bibit sapi perah unggul, kambing perah dan hijauan pakan ternak. BBPTU-HPT

Baturraden memiliki luas lahan ± 241,687 Ha dengan 4 lokasi farm yang berbeda yaitu lokasi

satu Tegal Sari dengan luas 34,802 Ha, lokasi dua Munggang Sari seluas 10,098 Ha, lokasi tiga

Limpakuwus 96,787 Ha dan lokasi empat Manggala dengan luas 100 Ha sebagai lokasi Rearing

𝑟 𝑥𝑦 = 𝑛 Σ 𝑥𝑖𝑦𝑖 − ( Σ 𝑥𝑖 ) ( Σ 𝑦𝑖 )

√ { 𝑛 Σ 𝑥 𝑖 2 − ( Σ 𝑥𝑖 ) 2 } { 𝑛 Σ 𝑦 𝑖 2 − ( Σ 𝑦𝑖 ) 2 }

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6

Unit. Tipe kandang yang digunakan adalah jenis freestall karena dengan kandang ini sapi dapat

bergerak bebas dan nyaman. (BBPTU – HPT Baturraden, 2015).

Balai ini terletak di bagian selatan gunung Slamet di ketinggan 600 – 700 mdpl dengan

curah hujan mencapai 3.000 - 3.500 mm/tahun dan temperatur lingkungan 21-30 oC serta

tingkat kelembaban atau Relative Humidity (RH) mencapai 70-80 %. Rata – rata suhu kandang

di BBPTU – HPT Baturraden adalah 24 oC dan kelembaban 70 – 80%. Di habitat aslinya sapi

perah bangsa Friesian Holstein hidup dengan suhu udara optimum yaitu 10-13 oC untuk dapat

mempertahankan nafsu makan dan kesehatan.

Pengaruh langsung suhu udara dan kelembaban terhadap kemampuan produksi sapi

perah adalah konsumsi pakan karena apabila suhu meningkat akan menyebabkan menurunnya

nafsu makan, turunnya gerak laju pakan dalam ransum serta efisiensi penggunaan energi untuk

produksi susu dan status faali tubuh. Suhu tubuh normal sapi perah berkisar antara 38 – 39,3 oC

dengan rata – rata 38,6 oC (Djaja W. dkk., 2009). Suhu udara dan kelembaban kandang di

BBPTU – HPT Baturraden sudah memenuhi standar kenyamanan sapi perah untuk berproduksi

secara optimal karena dengan suhu rata – rata 24 oC sapi masih dapat berproduksi dengan baik.

Suhu kritis untuk sapi perah yang berada di daerah tropis yaitu 27 oC memperlihatkan produksi

susu semakin menurun.

2. Tatalaksana Pemberian Pakan

Manajemen pemberian pakan yang tepat baik dalam jumlah kandungan nutrisi dan waktu

pemberiannya agar dapat memberikan produksi susu yang optimal dan menjaga kondisi

kesehatan ternak. BBPTU-HPT Baturraden memberikan pakan sapi perah berupa hijauan

rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput raja (Pennisetum purpuroides) dan

konsentrat dengan kandungan nutrisi yang sudah lengkap berupa energi, protein, mineral dan

vitamin. Pemberian pakan di balai ini sebanyak 40 kg/ekor yang diberikan dua kali sehari yaitu

pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 14.00. Selain diberi pakan, sapi perah juga di

Grazzing di padang penggembalaan selama 2 jam pada siang hari, hal ini bertujuan agar sapi

perah dapat bergerak bebas sehingga akan memperlancar aliran darah dan tetap sehat. Nutrisi

pakan yang diberikan berbeda antara sapi yang berproduksi susu tinggi dengan yang rendah.

Berikut tabel kandungan nutrisi konsentrat yang diberikan di BBPTU-HPT Baturraden.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah BBPTU-HPT Baturraden No Jenis Konsentrat Protein Kasar Bahan Kering TDN

…………………...... % ……………………… 1 2 3 4 5

F1 F2

F3/Dara Pedet

Calf Starter

18,1 15,4 15,4 18,1 20,3

83 83 82 84 84

75 73 71 74 74

Sumber : BBPTU-HPT Baturraden (2013)

Keterangan: F1 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi tinggi (>20 kg) F2 Dewasa : untuk sapi perah laktasi dengan produksi sedang (15-20 kg) F3/Dara : untuk sapi perah laktasi dengan produksi rendah (<15 kg),

sapi dara dan sapi kering kandang. Pedet : untuk anak sapi umur 3 – 6 bulan Calf Starter : untuk anak sapi umur 1 hari – 3 bulan Kandungan nutrisi berupa protein konsentrat yang diberikan untuk sapi perah F1 sudah

memenuhi kebutuhan minimal yaitu 18 % seperti yang terdapat dalam Tabel 2. Jumlah protein

kasar dalam ransum sebanyak 18,1 %, sedangkan kandungan protein untuk sapi perah F2 masih

belum memenuhi standar minimal protein yaitu sebesar 16 %. Kebutuhan TDN dari konsentrat

yang diberikan untuk sapi perah F1 dan F2 masing – masing adalah 75% dan 73%. Menurut

Abdullah, dkk., (2009) pemberian konsentrat dengan kandungan TDN 75% dan 60%

menunjukan bahwa sapi mengkosumsi bahan pakan berkualitas baik. Semakin tinggi nilai TDN

yang terkandung dalam pakan sapi perah maka kualitasnya semakin baik karena dapat

meningkatkan efisiensi pencernaan dalam rumen sapi perah. Selain kandungan protein dan nilai

TDN perlu diperhatikan juga bahan kering (BK) yang berdapat dalam pakan sapi perah.

3. Produksi Susu Bulanan Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden

Data produksi susu yang diambil yaitu catatan produksi susu bulanan lengkap pada

periode laktasi 1 dan 2 dari 34 ekor sapi laktasi mulai dari tahun 2008 - Maret 2015. Data yang

memenuhi syarat kemudian dianalisis menjadi produksi susu bulanan kumulatif dan hasilnya

dikorelasikan dengan total produksi susu 305 hari periode laktasi 1 dan 2. Frekuesi pemerahan

di BBPTU-HPT Baturraden sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 09.00 dan 16.00, untuk

sapi yang berproduksi tinggi jumlah pemerahan ditambah menjadi 3 kali yaitu pada pukul

21.00. Hasil produksi susu pada pemerahan pagi dan malam dicatat setiap hari sehingga didapat

catatan lengkap selama satu periode laktasi, dengan interval pemerahan 12 : 12.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8

Tabel 3. Produksi Susu Bulanan Kumulatif Laktasi 1 Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden

Bulan

Ke- n

Produksi Susu Bulanan Standar

Deviasi

Koefisien

Variasi Kumulatif Rataan/bulan

……… kg ……… (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

20.977

20.832

19.869

17.696

16.578

15.304

13.990

13.200

12.892

11.168

617

612

584

520

487

450

411

388

379

328

125,5

128,7

119,5

117,5

89,8

97,7

88,5

95,4

85,8

69,1

20,3

21,0

20,5

22,6

18,4

21,7

21,5

24,6

22,6

21,0

Jumlah 162.506 4.780 1018 21,4

Rataan 16.250,6 478 101,8

Prod. Susu/Hari 15,9

Tabel 4. Produksi Susu Bulanan Kumulatif Laktasi 2 Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden

Bulan

Ke- n

Produksi Susu Bulanan Standar

Deviasi

Koefisien

Variasi Kumulatif Rataan/bulan

………… kg ……… (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

22.609

21.226

18.288

16.449

14.923

13.577

12.651

11.596

11.960

10.686

665

624

537

483

438

399

372

341

351

314

163,2

144,1

123,9

113,4

117,5

101,8

81,5

82,0

79,0

62,3

24,5

23,1

23,0

23,4

26,8

25,5

21,9

24,0

22,5

19,8

Jumlah 153.968 4.528 1.069 23,5

Rataan 15.396,8 452,8 106,9

Prod. Susu/Hari 15,1

Berdasarkan pada Tabel 3 dan 4, dari catatan produksi susu bulanan kumulatif pada

laktasi 1 dan 2 di BBPTU-HPT Baturraden menunjukan produksi tertinggi dicapai pada bulan

ke – 1 dengan rataan produksi susu bulanan masing – masing sebesar 617 dan 665 kg kemudian

menurun hingga produksi terendah pada bulan ke – 10 masing – masing sebesar 328 dan 314

kg dengan rata – rata produksi susu laktasi 1 sebesar 15,9 kg/hari dan laktasi 2 sebesar 15,1

kg/hari.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9

Dari hasil pengamatan pada tabel 3 dan 4, jumlah produksi susu total 305 hari periode

laktasi 1 di BBPTU – HPT Baturaden lebih tinggi yaitu sebesar 162.512 kg dibandingkan

produksi susu total 305 hari pada periode laktasi 2 sebesar 153.968 kg. Rata – rata total produksi

susu selama 305 hari periode laktasi 1 sebesar 4.780 kg dan peridoe laktasi 2 sebesar 4.528 kg.

Produksi susu di BBPTU – HPT Baturraden termasuk baik karena di Indonesia rata – rata

produksi susu sapi perah FH sebesar 3.050 kg/laktasi (Sudono, 2003 dan Talib, 2006). Apabila

diasumsikan dengan persentase produksi susu pada laktasi 1 sebesar 100 % maka pada laktasi

2 yaitu sebesar 95 %.

Penurunan produksi susu sapi perah yang ada di BBPTU – HPT Baturraden dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, walaupun balai ini memiliki kondisi iklim yang cukup nyaman di

pegunungan dengan rata – rata suhu 24 oC, tetapi sapi FH yang merupakan sapi yang berasal

dari daerah sub-tropis ternyata cukup sulit untuk mempertahankan potensi genetik untuk

produksi susu karena pada kondisi cekaman tropis di Indonesia, walaupun sapi yang ada di

balai ini berasal dari keturunan pejantan yang memiliki potensi genetik produksi susu tinggi.

Menurut Banos dan Smith (1991), Penurunan produksi susu anak – anak betina yang berasal

dari pejantan unggul dari iklim sedang (dingin) akan mengalami penurunan ketika dipelihara di

daerah tropis dan penurunan tersebut semakin besar pada pejantan dengan superioritas yang

baik.

4. Kurva Produksi Susu Bulanan Laktasi 1 dan 2

Secara umum bentuk kurva produksi susu akan naik mulai dari saat setelah melahirkan

menuju puncak produksi pada awal laktasi yang kemudian berangsur – angsur turun sampai

akhir laktasi. Tingkat produksi susu kurva produksi pada Ilustrasi 1, menunjukan tingkat

produksi susu tinggi pada awal laktasi dan kemudian mengalami penurunan produksi susu

hingga bulan ke – 10.

Penurunan produksi susu ini diduga karena faktor lingkungan sangat berpengaruh

terhadap kuantitas susu yang dihasilkan. Sapi FH yang ada di BBPTU – HPT Baturraden

merupakan sapi yang diimpor dari negara beriklim sedang (dingin).

Rata – rata produksi susu di BBPTU-HPT Baturraden masih tergolong rendah

dibandingkan dengan sapi perah yang ada di tempat aslinya, hal ini disebabkan kondisi

lingkungan yang berbeda dengan lingkungan aslinya, walaupun tempat balai ini berada di

ketinggian dengan suhu rata – rata 21 – 30 oC, namun di tempat asalnya sapi perah FH akan

berproduksi optimal pada suhu 10 – 13 oC.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10

Ilustrasi 1. Kurva Produksi Susu Bulanan

Penurunan nafsu makan menyebabkan produksi susu direduksi. Stress panas merupakan

faktor yang sangat berpengaruh tinggi terhadap produksi susu terutama pada saat puncak

produksi (Kurniawan, 2012).

5. Nilai Korelasi Produksi Susu Bulanan dengan Produksi Total 305 Hari

Pendugaan nilai korelasi pada penelitian ini yaitu untuk melihat keeratan hubungan

produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari yang dihitung menggunakan

rumus analisis korelasi.

Tabel 5. Nilai Korelasi Produksi Susu Bulanan dengan Produksi Total 305 Hari Laktasi 1 dan 2

Laktasi Hari Bulan laktasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

305

305

0,61

0,74

0,86

0,85

0,86

0,81

0,89

0,80

0,88

0,84

0,83

0,73

0,77

0,66

0,76

0,46

0,77

0,40

0,43

0,45

Dari hari penelitian pada Tabel 5, menunjukan nilai korelasi tertinggi pada laktasi 1

yaitu pada bulan ke – 4 sebesar 0,89 dan pada laktasi 2 nilai korelasi tertinggi pada bulan ke –

2 yaitu sebesar 0,85. Nilai korelasi ini menunjukan nilai korelasi yang tinggi yaitu masuk ke

dalam kisaran 0,70 – 0,90. Hal ini sesuai dengan penjelasan Surakhmad (1998), yang

menyatakan nilai korelasi 0,0 – 0,20 berarti korelasi sangat rendah; nilai 0,20 – 0,40 berarti

korelasi rendah; nilai 0,40 – 0,70 berarti korelasi sedang; nilai 0,70 – 0,90 berarti korelasi tinggi;

dan nilai 0,90 – 1,00 berarti korelasi sangat tinggi.

Dari hasil analisis juga menunjukan nilai korelasi berdasarkan produksi susu bulanan

kumulatif dengan produksi total 305 hari menunjukan nilai yang tinggi pada bulan ke – 2

sampai bulan ke – 5 dibandingkan dengan awal laktasi dan akhir laktasi dengan masing –

masing nilai laktasi 1 yaitu 0,86; 0,86; 0,89 dan 0,88 kemudian laktasi 2 yaitu 0,85; 0,81; 0,80

0

200

400

600

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0Pro

du

ksi

Su

su

(Kg)

Bulan Laktasi

Produksi Susu Bulanan

Laktasi 1 Laktasi 2

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11

dan 0,84. Van Vleck dan Henderson (1961b) menyatakan bahwa tingginya nilai korelasi pada

pertengahan periode laktasi dipengaruhi oleh perbedaan genetik dan lingkungan permanen yang

lebih besar diantara sapi dari pada bulan lainnya.

Nilai korelasi yang tinggi pada analisis korelasi menunjukan bahwa untuk dapat

menduga produksi total 305 hari dapat dilakukan dengan hanya menggunakan beberapa catatan

bulanan saja, seperti pada penelitian Pallawaruka (1989), yang menduga produksi nyata dapat

hanya dengan menggunakan dua atau tiga bulan catatan produksi saja. Kombinasi catatan yang

disarankan adalah kombinasi catatan bulan laktasi ke-4 dan ke-5 atau ke-4 dan ke-6, serta bulan

laktasi ke – 1 dan ke-8, yang dikombinasikan dengan catatan bulan ke – 2, 3, atau 4. Hilmia

(2005), menyebutkan bahwa nilai korelasi catatan bulanan kumulatif dengan produksi total 305

hari akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya catatan produksi yang digunakan.

Nilai korelasi yang tinggi menunjukan bahwa produksi susu bulanan kumulatif

memiliki keeratan yang besar dengan produksi total 305 hari. Manajemen pemeliharaan,

pemberian pakan dan interval pemerahan yang sama berpengaruh terhadap keeratan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

(1) Rataan produksi susu bulanan kumulatif tertinggi di BBPTU-HPT Baturraden dari

34 ekor sapi perah periode laktasi 1 dan laktasi 2 dicapai pada bulan ke – 1 masing

– masing sebesar 617 kg dan 665 kg.

(2) Nilai koefisien korelasi tertinggi antara produksi bulanan kumulatif dengan

produksi total 305 hari pada laktasi 1 terdapat di bulan ke – 4 yaitu 0,89 dan pada

laktasi 2 terdapat di bulan ke – 2 yaitu 0,85. Nilai koefisien korelasi laktasi 1 dan 2

termasuk kategori tinggi.

2. Saran

Rata – rata produksi susu sapi perah FH yang berada di BBPTU – HPT Baturraden sudah

baik, namun untuk lebih meningkatkan produksi susu, maka frekuensi pemberian pakan dan

kebutuhan nutrisi bagi sapi awal berproduksi harus ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan

produksi susu sapi perah pada masa laktasi selanjutnya.

Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12

DAFTAR PUSTAKA

Banos G, and Smith C. 1991. Selecting bulls across countries to maximize genetic improvement

in dairy cattle. J Anim Breed Genetic. 108:174-181. Hilmia, N. 2005. Pendugaan Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Fries Holland Berdasarkan

Catatan Bulanan Tunggal dan Kumulatif di Taurus Dairy Farm. Jurnal Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan,Universitas Padjadjaran. Sumedang. Vol. 5 Nomor 2, Hal.80 – 87.

Kurnianto, E. Sumeidiana, I. dan Yuniara, R. 2004. Perbandingan Dua Metode Pendugaan

Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Catatan Sebulan Sekali. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. J. Indon.Trop. Anim. Agric.29(4).

Kurniawan. 2012. Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Dan Korelasinya Pada Pemerahan

Pagi Dan Siang Periode Laktasi Satu. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang

Pallawaruka. 1989. Metode Estimasi Produksi Susu 305 Hari Dari Pencatatan Beberapa Hari.

Proc.Sem.Ruminansia, Cisarua, Bogor. Subandryo., Sitorus, P. dan Triwulaningsih, E. 1981. Produktivitas Sapi Friesian Pada

Peternakan Rakyat di Pangalengan dan Lembang. Bulletin Lembang Penelitian Peternakan No. 27, pp. 1-10.

Sudono, R. F., dan Rosdiana, B. S. S. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia

Pustaka. Jakarta. Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VII. Tarsito, Bandung. Talib, C. 2006. Grand Design Perbibitan Sapi di Indonesia. Balai Penelitian Ternak, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Van Vleck L. D. and Henderson C. R. 1961b. Estimates of Genetics Parameters of Some

Function of Part Lactation Milk Record. J Dairy Sci 44 : 1073 – 1084.