25
DILEMA INDUSTRI MEDIA: ANTARA KONTEN MEDIA PADA TAYANGAN ANAK DAN PROFIT YANG DIHASILKAN Diandini Rooshanti Abstract: Television is one of the media that has close relation with children. When children watched the television program, they also got something new for their life, the positive side of television’s effects just like social learning, knowledge, information, and also entertainment. We do not expect that children got the bad effects from watching television, but as a human being, we have to becareful and have some preventive actions to protect our children. Since we live in a mass – mediated world, we must realized that sometimes media content can influenced us and also our children by its magic words, the beauty of artists, and the other attractiveness. It’s is nice to knowing what exactly happened in the media industry. Why the quality of media content is no longer become the major priority to produce a kind of television program, particularly for children programs. Why the goal of making maximum profits can make programmer or the owner of television stasion seems has no attention in order to make good quality television programs. This article is just tries to discuss the relation between television programs for children and their development and everyday life. And also tries to saw from the other perspective, about a dilemma between the need of wacthing television programs, media content, and profit. Keywords: children, television’s effects, media content, and profit. -1-

DILEMA INDUSTRI MEDIA: ANTARA KONTEN MEDIA PADA TAYANGAN ANAK

Embed Size (px)

Citation preview

DILEMA INDUSTRI MEDIA: ANTARA KONTEN MEDIA PADA TAYANGAN ANAK

DAN PROFIT YANG DIHASILKAN

Diandini Rooshanti

Abstract: Television is one of the media that has close relation with children. When children watched the television program, they also got something new for their life, the positive side of television’s effects just like social learning, knowledge, information, and also entertainment. We do not expect that children got the bad effects from watching television, but as a human being, we have to becareful and have some preventive actions to protect our children. Since we live in a mass – mediated world, we must realized that sometimes media content can influenced us and also our children by its magic words, the beauty of artists, and the other attractiveness. It’s is nice to knowing what exactly happened in the media industry. Why the quality of media content is no longer become the major priority to produce a kind of television program, particularly for children programs. Why the goal of making maximum profits can make programmer or the owner of television stasion seems has no attention in order to make good quality television programs. This article is just tries to discuss the relation between television programs for children and their development and everyday life. And also tries to saw from the other perspective, about a dilemma between the need of wacthing television programs, media content, and profit.

Keywords: children, television’s effects, media content, and profit.

-1-

Abstrak : Televisi merupakan salah satu media yang mempunyai kedekatan hubungan dengan anak – anak. Terdapat banyak manfaat yang didapatkan dari menonton program tayangan televisi, dimana anak – anak akan mendapatkan sesuatu hal yang baru dalam hidup mereka. Beberapa pengaruh positif dari televisi diantaranya adalah mereka akan mendapatkan pembelajaran sosial, pengetahuan, informasi, dan juga hiburan. Kita sebagai orangtua, tidak pernah berharap bahwa anak – anak akan mendapatkan hal negatif dari kegiatan menonton televisi, oleh karena itu, kita harus berhati – hati dan mengantisipasinya. Dewasa ini, kita hidup dalam era dunia massa dan harus waspada pada konten media yang dapat mempengaruhi kita dan anak – anak dengan kata – kata yang mempersuasi seperti magic, artisnya yang rupawan, dan berbagai macam daya tarik lain yang dimilikinya. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk sekedar mengetahui apa yang terjadi di dalam industri media. Mengapa kualitas konten media seakan bukan lagi menjadi prioritas utama dalam menghasilkan suatu program televisi, khususnya bagi program anak – anak. Mengapa tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dapat membuat pemilik stasiun televisi atau programer sepertinya tidak mempunyai perhatian pada kualitas sebuah program acara. Artikel ini berusaha mencoba untuk mendiskusikan hubungan antara program televisi tayangan anak – anak terhadap perkembangan anak – anak dan pada kehidupannya sehari – hari. Serta melihat dari sudut pandang lain tentang dilema yang ada antara kebutuhan akan suatu tayangan program televisi, konten yang ada didalamnya, dan keuntungan yang dihasilkannya.Kata kunci : anak – anak, pengaruh televisi, konten media, dan keuntungan.

-2-

PENDAHULUANKota besar seperti Jakarta, tentunya memiliki kompleksitas

persoalan kehidupan yang membebani pikiran warganya. Kemacetan yang selalu terjadi setiap saat, biaya hidup yang tinggi, terbatasnya ketersediaan ruang publik seperti taman bermain untuk anak – anak adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat kota besar. Atas permasalahan ini, terkadang masyarakat membutuhkan sarana untuk menghilangkan sebentar saja kepenatan hidupnya. Untuk dapat sering berlibur tentunya juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka alternatif pilihan jatuh pada aktivitas menikmati waktu luang dengan bersantai di rumah sambil menonton televisi. Hal ini merupakan salah satu alternatif hiburan sederhana untuk melepas penat dan beban hidup, hanya sekedar relaksasi atau semacam melepaskan diri sejenak dari tekanan, masalah, dan rutinitas sehari – hari.

Tidak hanya orang dewasa saja yang sering mengalami kejenuhan, anak – anak juga dapat mengalaminya. Oleh karena itu anak - anak menjadi salah satu target utama yang akan disasar oleh pelaku industri penyiaran, dimana anak – anak juga memerlukan sarana untuk sekedar menghilangkan kebosanan dari proses belajar di sekolah. Anak – anak sama halnya dengan orang dewasa juga membutuhkan hiburan sederhana yang tidak membutuhkan biaya banyak yaitu dengan menonton film kartun atau program anak – anak lainnya di televisi. Kenyataan yang lazim kita temui dalam kehidupan sehari – hari adalah anak – anak mulai menonton televisi di usia yang sangat dini. Hal ini didukung oleh argumen Baran (2009:199 – 200), dimana sebelum memasuki usia sekolah atau bahkan sebelum memulai suatu hubungan pertemanan, anak – anak – anak telah belajar mengenal karakter nama, karakter orang lain, dan secara tidak langsung menjadi penggemar sebuah program televisi. Dalam penelitiannya, Baran menyimpulkan frekuensi menonton televisi per hari pada anak, yaitu dimana pada usia anak masuk Sekolah Dasar (SD) menghabiskan sekitar 3 jam per hari, anak usia 8 tahun membutuhkan waktu 4 jam per hari, usia remaja dan yang baru saja lulus Sekolah Menegah Atas (SMA) akan menghabiskan

-3-

lebih banyak waktu daripada keterikatan mereka dengan aktivitasnya selain aktivitas tidur (mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi daripada waktu mereka di sekolah). Dan fakta yang lebih mengejutkan adalah anak – anak juga cenderung lebih menyukai menonton televisi daripada berkomunikasi dengan orangtua dan temannya.

Dunia anak-anak sekarang ini tumbuh bersamaan dengan pesatnya perkembangan dunia media massa, baik itu media massa modern (media digital dengan adanya internet) maupun media massa konvensional (seperti televisi, majalah, radio, film, dan surat kabar). Pengertian media massa disini menurut wikipedia adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas1. Media massa juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana komunikasi dimana masyarakat dapat memperoleh informasi dan kesenangan atau hiburan.

Seperti yang telah diketahui bersama, saat ini dunia pertelevisian di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga stasiun-stasiun televisi seakan berlomba-lomba membuat program-program siaran untuk menarik perhatian penonton televisi. Dari program-program tersebut, mungkin hanya beberapa yang benar-benar sesuai dengan ketentuan penyiaran, namun hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan juga dari realita bahwa masyarakat membutuhkan hiburan untuk sekedar melepaskan kejenuhan. Hal ini seperti yang tertuang pada argumentasi dari Mendelsohn (1966) dalam Baran (2009:170) bahwa masyarakat membutuhkan relaksasi dan semacam pelarian untuk menghilangkan kebosanan mereka dari kehidupan sehari – hari. Televisi melalui program – program acaranya secara sederhana menawarkan hiburan kepada masyarakat dengan cara yang mudah dan efisien dibandingkan alternatif hiburan lainnya. Situasi ini menjadi tuntutan pasar dan secara tidak

1 Wikipedia.org/wiki/Media_massa

-4-

langsung mendorong para pelaku industri media untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang sekaligus mendapatkan keuntungan.

Televisi sebagai salah satu bentuk dari media massa, saat ini masih mempunyai porsi yang lebih besar untuk dapat merebut perhatian khalayak, termasuk anak-anak, dibandingkan dengan bentuk media massa lainnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak-anak, dimana saat ini, tontonan yang ada di dalam dunia pertelevisian di Indonesia masih sangat jarang menayangkan program yang ditujukan untuk anak-anak dengan kualitas yang baik. Kebanyakan pelaku bisnis di dunia industri lebih mengedepankan keuntungan yang mereka terima dengan indikasi banyaknya jumlah penonton dan iklan yang masuk daripada memikirkan kualitas program mereka. Padahal, pada kenyataannya, anak – anak juga merupakan target penonton yang cukup potensial bagi pelaku industri media dan dapat menghasilkan profit yang menjanjikan, namun kurangnya perhatian yang serius akan hal ini menyebabkan masih sedikitnya dijumpai program anak – anak yang berkualitas.

Terkait dengan waktu tayang, meskipun stasiun televisi telah membedakan jam tayang untuk tayangan yang ditujukan khusus untuk anak – anak, namun pentingnya peranan orangtua dalam mengawasi dan menemani anak ketika menonton televisi juga merupakan salah satu faktor untuk menjaga masuknya pengaruh negatif dari tayangan yang kurang pantas ditonton oleh anak-anak. Sementara disisi lain, peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama pemerintah sebagai regulator dan pengawas penyiaran di Indonesia juga dirasakan belum optimal. Sehingga masih banyak pembenahan yang harus dilakukan oleh berbagai pihak dalam industri penyiaran, termasuk masyarakat.

Pada tulisan ini, penulis mencoba mengurai fenomena tentang pengaruh konten tayangan media, khususnya televisi, terhadap perkembangan anak-anak. Diuraikan pula pada tulisan ini mengenai dilema antara kebutuhan untuk menonton dan kualitas produk tayangan anak-anak, serta profit yang didapat oleh stasiun televisi.

-5-

METODOLOGI PENULISAN

Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode dengan membaca literatur sebagai referensi yang terkait dengan konten media dan juga dengan cara metode searching di internet. Penulis juga berusaha menguraikannya dengan kemampuan pengetahuan penulis dan menggali informasi serta mencoba memahami dunia anak – anak melalui anak – anak penulis. TELEVISI DAN KONTEN MEDIA

Menonton televisi adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan dan anak-anak pun pasti menyukainya, seperti halnya mereka menyukai permainan pada gadget mereka. Dibandingkan dengan media massa lainnya, televisi merupakan media yang paling populer dan mempunyai kelebihan utama dalam sifatnya yang audio-visual, dimana dua indra manusia yaitu mata dan telinga terangsang secara bersamaan, sehingga menonton televisi tidak perlu membutuhkan imajinasi seperti dalam mendengarkan radio (Bajari et al., 2011:484). Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa anak-anak cenderung menyukai menonton televisi. Sebagai orangtua tentunya kita harus sangat berhati-hati dalam memilih program atau tontonan mana yang baik, berkualitas, dan mempunyai dampak positif terhadap anak-anak. Disisi lain, televisi juga dapat menyebabkan anak – anak menjadi tergantung dan kecanduan. Menurut Mendelsohn (1966) dalam Baran (2009:170), teori komunikasi massa adalah teori yang menegaskan bahwa televisi dan media massa lainnya mempunyai fungsi sosial yang vital karena mereka menawarkan relaksasi dan hiburan lainnya. Untuk sebagian orang mungkin akan merasa tidak nyaman karena mereka akan menjadi kecanduan pada televisi dengan hiburan yang ditawarkannya. Misalnya, dengan menonton serial atau sinteron yang bersambung, maka akan menimbulkan rasa penasaran sehingga tidak ingin ketinggalan satu episode pun.

-6-

Menurut Tamburaka (2013:177), dampak dari terpaan media sangat berpengaruh pada khalayak, oleh karena secara visual adegan-adegan dalam tayangan tertentu sangat mudah untuk ditiru dan dilakukan, dan dalam konteks studi komunikasi disebut imitation (peniruan) dan pelaziman. Sangatlah mudah untuk meniru konten media, kata – kata, atau adegan-adegan yang ada dalam tayangan dan bahkan mengimplementasikannya ke dunia nyata. Terlebih pada anak-anak, yang belum mempunyai kestabilan dalam berpikir dan bertindak, belum dapat membedakan sepenuhnya terhadap kejadian yang hanya ada di televisi atau adegan dalam film dengan kejadian yang sebenarnya. Mereka akan cenderung dengan mudah menirukan konten media atau adegan yang mereka tonton. Terlebih apabila tayangan tersebut dibintangi oleh artis idola mereka, karena biasanya, apapun yang dilakukan oleh artis panutan, penggemarnya mempunyai kecenderungan untuk mengikuti tingkah laku idola mereka, dan hal ini tentunya akan dengan mudah terjadi pada anak – anak. Mereka belum cukup mengerti sepenuhnya mana yang baik dan boleh ditiru dan mana yang tidak baik atau tidak pantas ditirukan. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran dari berbagai pihak pelaku industri media dan masyarakat juga tentunya, untuk bersama-sama membuat konten media khususnya program anak-anak agar sesuai dengan peruntukkannya.

Masih menurut Tamburaka (2013:121), pembuat konten adalah orang-orang profesional atau pekerja media, dimana mereka melalui pikirannya mencoba menuangkan ide mereka ke dalam bentuk pesan teks dan visual sehingga setiap kata dan gambar itu memberikan makna yang dapat menarik perhatian. Dalam hal ini, film atau program tayangan untuk anak-anak dibuat oleh sutradara. Dan sutradara atau pelaku dunia industri penyedia konten tentunya bertanggungjawab sesuai dengan cakupan literasi media, yaitu tanggungjawab dan kompetensi sosial untuk memperhitungkan konsekuensi – konsekuensi publikasi dan bertanggungjawab atas publikasi tersebut khususnya pada anak – anak.

-7-

Berdasarkan pengamatan penulis, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan memperbolehkan anaknya menonton televisi juga seakan memudahkan orangtuanya dalam beraktivitas, khususnya ibu yang tidak bekerja diluar rumah, dalam menjalankan rutinitasnya. Karena anak dapat dengan tenang dan santai apabila menonton televisi, sehingga orangtua juga dapat lebih tenang dan mungkin saja merasa tidak terganggu dalam menjalankan aktivitasnya. Demikian pula dengan orangtua yang bekerja diluar rumah, juga mempunyai kecenderungan untuk menjadikan aktivitas menonton televisi sebagai salah satu aktivitas anak dalam kesehariannya tentunya dengan pengawasan pengasuhnya.

Kekhawatiran akan minimnya program tayangan anak pada dunia pertelevisian di Indonesia, membuat banyak keluarga yang memilih berlangganan televisi kabel seperti Indovision, First Media, dan lain sebagainya. Televisi kabel berbayar ini menawarkan berbagai jenis program tayangan dari luar negeri, mulai dari informasi dan hiburan seputar olahraga, berita, mode, film-film terbaru, anak – anak, dan masih banyak lagi. Padahal, menurut DeVito, diawal kemunculannya, televisi kabel (di Amerika), pada mulanya dirancang untuk memperbaiki penerimaan siaran, namun sekarang telah menjadi program khusus yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Menurut Morissan (2008:101), sekarang ini daya tarik televisi kabel bagi konsumen semakin besar dengan menawarkan berbagai layanan yang semakin beragam dan menarik, misalnya pembayaran berdasarkan program yang ditonton (pay-perview), fasilitas internet dan program interaktif.

Program yang ditawarkan oleh televisi kabel berbayar tersebut memang lebih menarik ketimbang program yang ditawarkan oleh televisi nasional di Indonesia. Dengan berbagai macam alasan, yang mungkin saja menjadi pembenaran, dikemukakan oleh para pengguna televisi kabel berbayar untuk memutuskan berlangganan program berbayar tersebut. Dan salah satu alasan tersebut adalah pada televisi kabel terdapat program khusus baby dan anak-anak, yang secara tidak langsung program khusus ini berdampak langsung pada peningkatan kemampuan menggunakan bahasa inggris atau pengetahuan lainnya

-8-

misalnya. Disamping itu, pada televisi berbayar ini tidak terdapat berbagai macam iklan yang mempunyai kecenderungan mempengaruhi penonton, dalam hal ini anak – anak. Dengan melalui suatu proses menimbang dan memikirkan segala konsekuensinya, banyak orangtua yang menjadikan televisi sebagai salah satu teman sang anak, tentunya dengan adanya penyeleksian program acara dan pembatasan waktu dalam hal menonton televisi, serta pendampingan saat menonton acara televisi yang dipandang perlu bimbingan orangtua.

Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia yang muncul saat ini, menimbulkan harapan masyarakat akan adanya program-program tayangan dengan konten yang berkualitas, khususnya pada program anak-anak. Namun, apabila kita membandingkan beberapa program tayangan televisi luar negeri dengan program tayangan televisi yang dimiliki oleh Indonesia, maka terkadang masih timbul pertanyaan-pertanyaan. Salah satu diantaranya adalah mengapa mereka dapat menghasilkan suatu program yang berkualitas, sedangkan kita cenderung masih jarang menghasikan suatu produk media yang bagus, dan biasanya masih seputar menduplikasi program-program asing. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh adanya perbedaan budaya dan juga adanya pengaruh dari keputusan pemilik stasiun televisi dan pelaku media. Menurut Morissan (2008:258), pemilik organisasi media komersial memiliki kekuasaan besar terhadap isi media, dan dapat meminta para profesional media untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu isi media. Bisnis industri penyiaran memang sangat menjanjikan dan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Semakin tinggi rating suatu program, maka akan semakin banyak iklan dalam program tersebut, dan hal ini berhubungan dengan profit yang akan didapat oleh stasiun televisi tersebut.

TAYANGAN PROGRAM ANAK-ANAK PADA PERTELEVISIAN DI INDONESIA

-9-

Dalam menentukan jam tayang dari program yang telah direncanakan, bagian program stasiun televisi dipandang perlu untuk mempertimbangkan berbagai faktor. Hal ini dikemukakan oleh Peter Pringle (1991) dalam Morissan (2008:295), yaitu persaingan, ketersediaan penonton, kebiasaan penonton, aliran penonton, ketertarikan penonton, ketertarikan pemasang iklan, anggaran, ketersediaan program, dan produksi sendiri. Banyaknya stasiun televisi yang ada sekarang ini menciptakan persaingan yang cukup ketat diantara mereka, demikian juga dengan ketersediaan, kebiasaan, aliran, dan ketertarikan penonton, dimana stasiun televisi harus jeli melihat penonton secara keseluruhan. Biasanya, terkait dengan hal ini, stasiun televisi melakukan riset terlebih dahulu terkait perilaku penonton.

Melihat sekilas pada jadwal program acara pada stasiun-stasiun televisi, program tayangan khusus untuk anak-anak lebih banyak ditayangkan pada pagi hari dan juga saat menjelang siang. Mengambil sampel pada hari Sabtu dan Minggu, dimana anak-anak libur sekolah, televisi nasional dan swasta menayangkan program tayangan untuk anak-anak dimulai paling pagi pada pukul 05.00 WIB (Global TV), pukul 05.30 (MNC TV), 06.00 (RCTI, ANTV dan RTV), 07.30 (TRANS TV), 08.00 (TVRI) dan 16.30 (SCTV). Durasi untuk tayangan anak-anak ini berkisar antara 1 hingga 3 jam. Stasiun televisi yang mempunyai program tayangan anak-anak di pagi dan sore hari hanya MNC TV, RTV dan Global TV saja2. Sedangkan untuk hari Senin sampai dengan Jumat, dimana anak-anak melakukan aktivitas sekolah, program anak-anak ditayangkan pagi hari sebelum mereka berangkat sekolah dan pada sore hari saat beristirahat.

Apabila melihat komposisi waktu dan jadwal tayang, program untuk anak-anak yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi ini sudah memenuhi kebutuhan anak-anak  dan tentunya panduan dalam penyiaran. Jam tayang memang berhubungan dengan konten media yang ditawarkan oleh suatu program acara dan segmen pasar yang disasar. Stasiun televisi juga telah berusaha mengantisipasi untuk meminimalkan

2 http://www.dokitv.com/jadwal-acara-tv

-10-

kesalahan dalam menyiarkan program siaran mereka, yaitu dengan memberikan label untuk setiap acara televisi. Menurut Morissan(2008:358-359), pengelola program televisi dalam menata acara harus mengelompokkan atau mengklasifikasikan setiap acara yang akan ditayangkan. Sebagaimana ketentuan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, maka setiap acara dibagi atas empat kelompok, yaitu:1. Klasifikasi A : tayangan untuk anak, yaitu anak berusia dibawah 12

tahun.2. Klasifikasi R : tayangan untuk remaja, yaitu khalayak berusia 12 – 18

tahun.3. Klasifikasi D : tayangan untuk dewasa, dan4. Klasifikasi SU : tanyangan untuk semua umur.Pengelola program harus memberi perhatian khusus bahwa anak – anak adalah kelompok penonton yang masih sangat harus dilindungi terhadap kemungkinan terkenanya dampak negatif suatu program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi.

Adanya tulisan B.O. (Bimbingan Orangtua), S.U. (Semua Umur), R (Remaja), dan D (Dewasa) pada setiap acara di televisi, sedikit banyak memberikan ruang kontrol atau pengawasan dari orangtua terhadap anaknya. Namun, tentunya semua ini tidak terlepas juga dari peranan orangtua untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengawasi kegiatan anaknya menonton televisi, karena pada kenyataannya anak – anak sekarang biasa saja menonton tayangan yang bukan ditujukan untuk mereka. Mereka seakan bebas – bebas saja menonton tayangan yang belum boleh ditonton oleh mereka, dan banyak juga orangtua yang memperbolehkannya. Dan efek yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton program televisi tersebut antara lain adalah mereka cenderung meniru perilaku, omongan, dan gaya hidup atau penampilan artis yang ada di televisi tersebut.

Genre program – program anak yang ditayangkan oleh televisi di Indonesia adalah kebanyakan jenis kartun yang berasal dari program televisi luar negeri, misalnya saja Disney Club, Sofia The First, Dora and

-11-

Friends, Ipin dan Upin, serta Spongebob. Film kartun tersebut pada dasarnya masih termasuk kategori jenis kartun yang baik dan tidak terlalu menimbulkan dampak negatif, berbeda dengan jenis kartun yang mengandung unsur kekerasan dan memberikan contoh yang tidak baik, misalnya serial kartun Tom and Jerry yang menceritakan tentang kucing dan tikus yang selalu bertengkar dan saling menjebak satu sama lain, serta memperlihatkan adegan kekerasan. Selain itu, terdapat serial kartun Crayon Sinchan yang bercerita tentang anak kecil laki – laki yang selalu jahil dan nakal. Kedua serial ini sebenarnya ditujukan untuk anak – anak, namun dirasa kurang baik untuk ditonton anak – anak karena banyak mengandung unsur kekerasan dan hal lain yang dianggap kurang pantas.

Sementara program tayangan anak yang berasal dari Indonesia dan mempunyai kualitas bagus adalah cerita tentang “Adit dan Sopo Jarwo” yang ditayangkan oleh MNC TV, “Si Bolang” dan “Laptop Si Unyil” yang ditayangkan oleh Trans 7. Sedangkan pada stasiun televisi RTV, terdapat suatu program cerdas cermat yaitu “Olimpiade Indonesia Cerdas (OIC)”. Program OIC ini adalah program dimana masing – masing sekolah yang diwakili oleh tiga orang siswa pilihannya berlomba dengan kemampuan akademis yang dimilikinya untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara atau sistem komputer. Tiga orang tersebut berusaha memenangkan lomba dengan memencet bel terlebih dahulu dan kemudian menjawab pertanyaan seputar pengetahuan alam, sosial, matematika, seni, dan pengetahuan lainnya. Terdapat pula sekelompok pendukung masing – masing sekolah dimana mereka ikut serta memberikan dukungan kepada temannya yang berlomba dan memberikan yel terbaiknya kepada peserta lomba. Tayangan ini sangat menarik perhatian anak-anak karena dapat meningkatkan kemampuan berkompetisi dalam menjawab pertanyaan dan menambah wawasan/pengetahuan anak. Meskipun program ini hanya ditayangkan seminggu sekali, namun anak – anak, sangat mengapresiasi dan menunggu – nunggu acara ini. Program OIC ini merupakan salah satu program yang bagus dan berkualitas karena

-12-

program ini selain bersifat memberi hiburan dan informasi, namun juga mengandung unsur edukasi.

PENGARUH TELEVISI PADA ANAK – ANAK

Ketika menonton televisi, anak – anak tentunya memilih dan menggemari film animasi atau film kartun. Menurut Morissan (2008:183), program yang paling populer untuk anak – anak adalah film animasi dan biasanya menjadi andalan stasiun televisi untuk meraih perhatian anak – anak. Gerbner dalam Suparmo (2011:8) juga mengatakan sesuai dengan cultivation theory, bahwa televisi sudah menjadi pendongeng bagi masyarakat (Socio – cultural and Socio – psychological tradition). Hampir seluruh stasiun televisi memiliki program animasi ini, walaupun tidak semua program animasi cocok untuk anak – anak. Misalnya saja film serial Doraemon, karena menurut penulis, animasi ini lebih cocok untuk tontonan dewasa, namun sempat ditayangkan pada jam tayang anak – anak. Hal ini sedikit memaksa pengelola program stasiun televisi agar lebih seksama lagi dalam memilih jenis program animasi untuk anak – anak sebagai penontonnya.

Pada dasarnya, tayangan anak seperti film-film kartun disney yang dibeli hak tayangnya dari distributor acara televisi luar negeri, memang tidak terlalu menjadi permasalahan. Karena secara substansi, kemungkinan besar film tersebut sudah memenuhi kualitas standar film untuk anak, karena tentunya di luar negeri cenderung lebih ketat dalam aturannya. Bahkan dengan menonton film yang menggunakan sub tittle bahasa Inggris, terkadang anak mendapat tambahan kosa kata melalui percakapan dan secara tidak langsung dapat juga memahami maksud dari percakapan di film itu. Tambahan pengetahuan juga menjadi poin tersendiri yang didapat dari menonton kegiatan televisi.

Pengaturan gambar yang menarik dan cerita yang tidak membosankan juga menjadi faktor yang mendukung proses pembelajaran melalui cerita animasi/kartun tersebut. Namun, adanya perbedaan budaya dan kebiasaan asing, dapat juga menjadi bumerang

-13-

bagi anak-anak, karena kebanyakan dari film-film tersebut berasal dari luar, misalnya saja dari Amerika, Inggris, India, Malaysia dan negara lainnya. Tentu saja alur cerita dan tokoh yang terdapat dalam film mempunyai karakter dan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai yang diterapkan di Indonesia. Sebagai orangtua atau orang dewasa yang sedang menemani atau mengawasi anak menonton tontonan tersebut, haruslah dengan bijaksana menyeleksi program tontonan anak dan memberikan pengertian juga penjelasan apabila anak kita menanyakan atau bahkan tidak bertanya atas tayangan yang kiranya membutuhkan penjelasan. Karena dengan adanya globalisasi dan keterbukaan informasi dan komunikasi yang semakin bebas, membuat kita tidak dapat menghindari masuknya budaya asing. Memang tidak semua budaya asing mempunyai dampak yang negatif, namun dipandang perlu untuk menyikapinya dengan berhati-hati dan mengantisipasinya dengan cara memilih atau menyeleksi tayangan mana yang boleh ditonton dan mana yang tidak boleh.

Terkait dengan program musik anak, penulis melihat masih sangat jarang program musik yang dibuat khusus untuk anak, disamping juga masih kurangnya lagu-lagu anak yang diciptakan. Hal ini menyebabkan program hiburan musik anak – anak ini sangat ditunggu oleh penonton, baik itu orang dewasa maupun anak – anak. Terciptanya peluang bagi pelaku bisnis media yang cukup jeli membaca situasi ini, membuat mereka tergerak untuk menciptakan jenis program musik untuk anak, walaupun mungkin ide pokoknya terkadang masih mengadopsi program dari negara lain. Namun, tidak ada salahnya masyarakat memberikan apresiasi dan dukungan terhadap kreativitas mereka, karena program ini memberikan suatu variasi dan mengurangi kejenuhan pasar akan tontonan program – program lain yang kurang berkualitas.

Melihat peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap program musik ini, beberapa stasiun televisi juga sudah pernah memiliki semacam program pencarian bakat menyanyi untuk anak. Pada dasarnya, ide atau konten program tersebut cukup bagus, dimana bakat anak yang terpilih dapat disalurkan dengan tepat, yaitu dengan sistem

-14-

menjaring anak – anak yang mempunyai bakat menyanyi atau bermain alat musik untuk kemudian dipilih dan bertahan dengan hasil pooling SMS penggermarnya. Bagi yang mendapatkan pooling SMS terendah, maka akan tereleminasi. Namun, pemilihan lagu – lagu yang dinyanyikan sepertinya kurang tepat untuk anak – anak. Hal ini mungkin saja dikarenakan ketersediaan lagu – lagu anak yang sangat terbatas, sehingga, jenis lagu yang dipilih, mau tidak mau adalah lagu untuk dewasa. Memang agak menyedihkan melihat anak kecil menyanyikan sejenis lagu yang mengandung kata – kata percintaan atau kata lain yang belum pantas diucapkan oleh mereka, karena sebenarnya mereka juga belum mengerti tentang apa yang mereka nyanyikan. Namun beginilah keadaan yang terjadi di dunia anak – anak saat ini, dimana kita melihat mereka tumbuh dewasa sebelum waktunya.

Beberapa pengaruh positif dari adanya program musik ini diantaranya adalah anak – anak yang mempunyai bakat menyanyi dan bermain alat musik menjadi terinspirasi dan lebih termotivasi untuk terus belajar dan berlatih karena mereka juga mempunyai keinginan untuk mengikuti kompetisi tersebut, memberikan pandangan bahwa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan hasil yang terbaik haruslah melalui proses dan perjuangan yang panjang. Pengaruh positif lainnya adalah meningkatkan rasa solidaritas serta memberi perhatian dengan memberi dukungan terhadap kawannya yang mengikuti ajang lomba tersebut. Terlepas dari semua permasalahan diatas, program ini mendapatkan perhatian yang lumayan besar dari penonton atau mendapatkan rating yang tinggi, dan hal ini tentunya mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemasukan dari iklan sehingga stasiun televisi tersebut mendapatkan profit maksimal.

Kemunculan suatu program yang menarik perhatian penonton dan kemudian menunjukkan rating yang tinggi, serta menghasilkan profit yang cukup baik, akan menimbulkan kecenderungan bagi stasiun televisi atau penyedia konten lainnya untuk menciptakan program lain yang sejenis/homogen atau penduplikasian program. Hal ini biasa terjadi pada

-15-

jenis program apapun, mulai dari reality show, talk show, drama, dan tidak terkecuali program untuk anak.

Berkenaan dengan pengaruh yang ditimbulkan, setiap aktivitas apapun pasti akan mempunyai pengaruh positif dan negatif, demikian juga dengan aktivitas anak menonton televisi. Anak yang mempunyai kebiasaan menonton televisi akan mempunyai kecenderungan anti sosial, dimana kemampuan berinteraksi sosialnya akan berkurang karena anak seakan terfokus pada acara televisi saja. Hal ini menyebabkan hubungan antara orangtua dan anak juga semakin berjarak. Anak seakan menjadi malas untuk bercerita dengan orangtuanya.

Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa perilaku negatif dari konten acara tersebut juga mungkin saja akan diikuti oleh anak – anak. Misalnya ada tayangan yang mengandung unsur kekerasan, saling tendang dan pukul, maka anak akan dengan mudah meniru aksi tendang dan pukul tersebut. Begitu juga dengan adanya tayangan sinetron remaja yang bertema pacaran dan saat ini anak – anak juga banyak yang menonton tayangan tersebut karena ditayangkan pada jam – jam dimana anak masih belum beristirahat/tidur, sehingga mereka juga sudah mengetahui apa itu istilah pacar. Demikian juga dengan adegan yang mem-bully temannya, adegan ini dapat saja mempengaruhi anak di kehidupan nyata untuk melakukan bullying kepada temannya. Hal ini menjadi salah satu masalah orangtua masa kini, yang menuntut ekstra pengawasan dan kesabaran dalam menghadapi perubahan gaya hidup dan perilaku.

Ketergantungan anak pada televisi juga dapat menyebabkan gangguan disorientasi anak, dimana anak seakan merasa kehilangan arah. Misalnya saja dengan masuknya budaya asing melalui program tayangan asing, anak bisa saja kehilangan orientasi budaya Indonesia karena banyaknya film – film asing yang ditayangkan di stasiun televisi mempengaruhi anak – anak. Misalnya musik Korea dan genre drama Korea, dimana banyak anak muda bahkan anak – anak sudah terpengaruh Korean Pop (Musik Pop Korea atau biasa disebut K-Pop), yang menurut Wikipedia adalah jenis musik populer yang berasal dari

-16-

Korea Selatan. Begitupun dengan adanya drama Korea, walaupun tayangan ini tidak terlalu menarik perhatian anak – anak (namun sangat menarik perhatian remaja), dikhawatirkan mereka terlalu mengidolakan artis Korea yang cenderung memiliki wajah rupawan karena operasi plastik dan demikian juga dengan alur cerita drama Korea yang sangat romantis dan seakan jauh dengan kenyataan. Kekhawatiran yang dirasakan dengan adanya drama dan musik Korea atau dari negara lain ini adalah situasi dimana anak – anak seakan kehilangan arah dan budayanya sebagai anak Indonesia karena mereka ternyata lebih menyukai dan cenderung mengikuti perilaku artis idolanya. Hal ini secara perlahan mungkin saja dapat menyebabkan perilaku anak – anak melupakan budayanya sendiri.

Pandangan lain terhadap media televisi dan pengaruhnya terhadap sosialisasi anak – anak adalah seperti yang diungkapkan oleh Baran (2009:192 – 195), media berkontribusi pada sosialisasi anak – anak, dan hal ini yang berhubungan dengan peranan jenis kelamin, pengaruh iklan, dan hilangnya masa kanak – kanak mereka. Media televisi menjadi sebuah jendela awal kehidupan, dimana orangtua memberikan izin kepada anak – anak mereka untuk melihat dunia sebelum mereka memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia. Atau argumentasi Meyrowitz (1985:238) dalam Baran (2009:193) yaitu televisi seakan mengantarkan anak – anak menyeberangi dunia padahal mereka bahkan belum memiliki izin menyeberangi jalan. Televisi mempunyai pengaruh pada adanya peranan jenis kelamin, dimana anak perempuan cenderung memiliki ketidakpuasan akan tubuh mereka dengan membandingkannya dengan apa yang direfleksikan pada media televisi, sehingga mereka terkadang mempunyai harapan ingin menjadi seperti lukisan atau model yang ada di televisi. Sehingga terdapat pembicaraan antara anak – anak perempuan terkait dengan ketidakpuasan atas bentuk tubuh mereka dan perilaku diet.

Dalam penelitiannya terhadap pengaruh penayangan iklan, Baran juga berargumen bahwa terdapat indikasi dimana iklan dapat menyebabkan konflik antara orangtua dan anak – anak. Walaupun anak –

-17-

anak sudah dapat membedakan antara iklan dan konten media di televisi namun, masih saja terkadang terjadi konflik antara orangtua dan anak, misalnya iklan yang membujuk anak untuk membeli sesuatu yang berhadiah mainan atau iklan makanan junk food. Karena menurut pandangan orangtua junk food adalah makanan yang tidak sehat dan kurang baik apabila dikonsumsi anak – anak, sementara anak belum mengerti sepenuhnya akan hal ini. Dan selanjutnya dapat ditebak, bagaimana anak biasanya akan dengan muda terpengaruh dengan iklan ini. Selain itu, menurut Morissan (2008:182) pada program anak – anak, banyak tayangan iklan yang ditujukan kepada anak – anak, mulai dari makanan ringan sampai ke perlengkapan anak. Slot yang disediakan stasiun televisi, cenderung selalu penuh, tentunya tergantung pada rating. Oleh karena itu, banyak stasiun televisi yang menambah jam tayang program anak – anak ini untuk menampung keinginan dari pemasang iklan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa anak – anak adalah pasar yang potensial bagi pemasang iklan. Sebagai efek dari adanya iklan yang menyasar anak – anak sebagai market segment dari sebuah produk, maka untuk menarik perhatian anak, sejumlah iklan pun dibintangi oleh anak – anak.

Berkenaan dengan pandangan seorang psikolog, Susan Linn dalam Baran (2009:194) bahwa anak akan kehilangan masa kanak – kanak mereka, adanya ledakan informasi yang mempengaruhi karakteristik anak mempunyai peranan penting dalam merusak masa kanak – kanak. Televisi sedikit banyak membawa pengaruh pada pendewasaan anak – anak sebelum waktunya, perkembangan fisik, psikologi sosial, emosi, dan spiritual mereka menjadi terancam ketika nilai – nilai konsumerisme sudah mengalahkan nilai – nilai mereka sebagai individu atau bagian dari masyarakat.

Di sisi lain, apabila kita dapat meminimalkan dan mengantisipasi masuknya pengaruh negatif dari kebiasaan anak menonton televisi, maka anak – anak dapat mengambil pengaruh positifnya. Beberapa pengaruh positif tersebut terhadap perkembangan anak adalah anak semakin memiliki tambahan pengetahuan dan informasi melalui program acara

-18-

berita, anak juga semakin termotivasi untuk meningkatkan pengetahuannya melalui program acara OIC, dan beberapa pengaruh positif lainnya seperti mengenal angka, penambahan kosa kata bahasa asing, pengenalan warna misalnya didapat dari acara anak – anak yang mendidik, seperti serial televisi Hi – 5 (salah satu program acara dari televisi berbayar). Kegiatan menonton televisi bersama keluarga juga menjadi hiburan tersendiri yang akan menimbulkan perasaan senang karena dapat berkumpul bersama keluarga. Dalam kehidupan sehari – hari saat ini, dimana semua anggota keluarga mempunyai kesibukan dan bahkan memiliki televisi masing – masing membuat aktivitas menonton televisi bersama menjadi hal yang jarang dilakukan. Aktivitas menonton televisi bersama, dapat menjadi sarana untuk merekatkan kembali hubungan antar anggota keluarga, dimana dapat saling bertukar informasi dan kabar masing – masing anggota keluarga, hal ini menjadi salah satu bentuk proses komunikasi dalam suatu hubungan keluarga.

FENOMENA MASUKNYA TAYANGAN ASING DI INDONESIA

Bagaimana halnya dengan program acara yang bukan ditujukan khusus untuk anak, namun dapat ditonton dengan atau tidak sengaja oleh anak? Hal ini sering dan mungkin saja terjadi. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat tayangan berupa infotainment, sinetron yang terkadang mengadopsi dari drama korea atau dari negara lain, drama yang berasal dari India dan Turki, dan bahkan iklan yang kurang pantas di tonton anak – anak. Padahal untuk mendapatkan persetujuan tayang, program – program tersebut biasanya sudah melalui suatu proses kelayakan tayang dan sudah mendapatkan kajian dari divisi litbang masing-masing stasiun televisi, namun mengapa terkadang masyarakat masih saja merasa kecolongan.

Saat ini, dunia pertelevisian di Indonesia diwarnai oleh serial dari India dan Turki, dan menyebabkan terjadinya persaingan dengan serial lokal. Serial India dan Turki ini ternyata diterima dan mampu merebut perhatian penonton Indonesia karena mungkin masyarakat telah

-19-

mengalami kejenuhan atas tayangan lokal dan menginginkan suatu tayangan yang baru. Pemain dari serial ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya. Serial ini jelas membawa nuansa baru dalam dunia pertelevisian.

Acara yang saat ini mulai dan sedang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah program acara “Baalveer”. Serial ini berasal dari India dan merupakan serial anak – anak, yang menceritakan tentang petualangan seorang anak laki-laki yang mempunyai kekuatan supernatural didunia peri dan dunia manusia. Tayangan ini disiarkan di AN TV pada siang hari. Setelah sebelumnya juga sudah masuk serial beberapa serial India lainnya seperti Mahabrata, namun serial ini ditujukan untuk kalangan dewasa, bukan untuk anak – anak. Para pemainnya yang relatif memiliki wajah tampan dan cantik, membuat serial India ini banyak diminati oleh penggemarnya. Sekilas melihat acara Baalveer ini, sepertinya tidak ada masalah yang berarti karena film ini pada dasarnya ingin menceritakan tentang usaha seorang anak laki – laki bernama Baalveer yang memang ingin menyelamatkan anak – anak di bumi dari tokoh jahat bernama Montu, Rohit, dan Keval serta Baalveer juga berkewajiban melindungi alam peri, dan secara garis besar, Baalveer berkeinginan untuk menghilangkan kejahatan di dunia peri dan manusia. Penonton film ini juga merasakan sesuatu yang berbeda dan menurunkan tingkat kejenuhan akan tontonan sinetron Indonesia, misalnya dari segi pemainnya adalah orang India memberi nuansa yang berbeda. Sosok Baalveer ini dibintangi oleh anak kecil yang manis dan peri – peri nya juga diperankan oleh wanita – wanita dewasa yang cantik. Namun, apabila diperhatikan dengan seksama, mulai dari penampilan peri – peri yang memakai pakaian cenderung agak terbuka dan seksi, agaknya kurang cocok dan mungkin tidak sesuai dengan budaya di Indonesia. Kemudian, serial ini juga cenderung tidak menyajikan cara penyelesaian masalah, karena dengan adanya sosok pahlawan bernama Baalveer, seakan mengajarkan kepada anak – anak bahwa masalah dapat diselesaikan dengan mudah, misalnya hanya dengan menyebut nama Baalveer misalnya, maka kemudian Baalveer akan datang dan peri – peri

-20-

yang dengan mudahnya menyelesaikan masalah hanya dengan memakai tongkat peri. Kemudian, pada serial ini juga didapatkan daya imajinasi atau khayalan yang agaknya tidak sesuai dengan anak – anak, sehingga penulis merasakan serial ini kurang pas ditujukan untuk anak – anak, namun ditayangkan pada siang hari dimana anak dapat menontonnya.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dengan menonton serial Baalveer ini, maka para penggemarnya seakan mempunyai kewajiban untuk terus mengikuti jalannya cerita Baalveer ini, hal ini menimbulkan rasa kecanduan. Penulis juga melihat adanya kecenderungan dimana saat menonton Baalveer ini, anak tidak langsung merespon atau tidak mengindahkan perkataan orangtuanya karena anak fokus dan asyik mengikuti jalan cerita film ini. Hal serupa mungkin saja dapat terjadi apabila menonton film lainnya, karena merupakan salah satu pegaruh negatif yang ditimbulkan dari ketergantungan akan televisi.

Secara rating, memang serial Baalveer ini agaknya mendapatkan rating yang cukup tinggi, hal ini diindikasikan dengan adanya iklan yang cukup banyak muncul selama serial ini ditayangkan. Semakin banyak iklan yang juga tayang, berhubungan signifikan dengan pemasukan yang didapat dari tayangan ini. Hal ini seakan membenarkan argumen bahwa konten media yang berkualitas bukan menjadi faktor utama yang menjadi faktor penentu seorang produser atau pelaku bisnis dunia pertelevisian untuk mempertimbangkan sebuah tayangan layak disiarkan sesuai dengan peruntukkannya. Karena ternyata, rating dan profit yang akan didapat menjadi pertimbangan utama dalam menentukan program tayangan sebuah acara atau film. Sungguh menjadi dilema dalam dunia penyiaran, karena tidak dapat dipungkiri suatu keadaan dimana jika stasiun televisi mendapatkan keuntungan yang maksimal meskipun tidak mengutamakan konten media yang berkualitas maka stasiun televisi tersebut akan terus berjalan dan mampu mensejahterahkan pegawainya. Sedangkan di sisi lain apabila mengutamakan kualitas konten media namun tidak mendapatkan rating yang tinggi dan profit, maka stasiun

-21-

televisi tersebut terancam merugi sehingga berdampak pada kelangsungan perusahaan dan pegawainya. Karena di dalam industri penyiaran, sudah menjadi rahasia umum bahwa apabila suatu program tidak mengandung unsur hiburan, maka program yang disajikan akan sangat kesulitan mendapatkan rating yang tinggi. Atas permasalahan ini, maka efeknya adalah para pemilik modal yang menjadi pelaku industri penyiaran akan membuat program-program yang hanya menyajikan kesenangan semata, meskipun kreatif namun sangat jarang yang berkualitas dan mengandung unsur edukasi.

Trend yang berlaku saat ini pada industri media menurut Tamburaka (2013:146) adalah strategi – strategi yang dilakukan oleh pelaku industri media yang mengarah pada cara bagaimana mendapatkan keuntungan yang maksimal, mengurangi biaya produksi, dan meminimalkan risiko. Perubahan dalam struktur media dan praktiknya sangat berpengaruh pada konten media. Keuntungan maksimal yang dikejar oleh para pelaku industri media membawa media pada keseragaman atau konten media yang homogen sehingga isi yang ada pada tayangan – tayangan di media akan sering mengalami gesekan dan mengakibatkan perlunya dilakukan suatu penyesuaian antara kualitas konten media dengan kepentingan bisnis yang mengejar keuntungan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Kriyantono (2007), dimana sistem kapitalis yang hanya mementingkan keuntungan semakin mewarnai pola perilaku siaran televisi. Semakin tinggi rating, semakin besar uang yang masuk ke dalam stasiun televisi/usaha industri media.

KESIMPULAN

Tanpa disadari apabila kita melihat dengan lebih seksama, dunia anak – anak begitu dekat dengan televisi. Sama halnya dengan kecenderungan akan adanya ketergantungan anak pada media sosial dan gadget, ketergantungan anak pada televisi juga cukup membuat orangtua merasa khawatir. Televisi sebagai salah satu bentuk dari media

-22-

massa, merupakan sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Anak – anak memanfaatkan televisi sebagai tempat dia mencari tayangan yang membuat mereka merasa senang dan terhibur, melepaskan sejenak dari kebosanan akan aktivitas keseharian mereka.

Keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi komunikasi membawa masyarakat kepada derasnya arus masuk tayangan asing ke dunia pertelevisian di Indonesia. Sebagai masyarakat sekaligus orangtua, kita tidak dapat menghindari arus globalisasi tersebut, namun kita dapat menyikapinya dengan bijaksana. Perlunya proses menyeleksi program yang akan ditonton oleh anak, kewaspadaan, dan pengawasan kepada anak terhadap tayangan televisi, secara tidak langsung akan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas menonton televisi.

Dari sisi pelaku industri media sebagai penyedia konten media, kualitas yang baik akan program tayangan anak – anak sepertinya bukan menjadi prioritas mereka dalam menghasilkan sebuah program. Namun melihat adanya peluang pasar dengan sebuah program apapun dengan rating yang tinggi, maka pemilik stasiun televisi sebagai pelaku industri dan pemilik modal, akan terus menayangkannya dan selalu berorientasi pada keuntungan maksimal yang didapat. Hal ini tentunya menjadi dilema antara memilih kualitas produk media atau profit yang dihasilkan.

Semakin banyaknya sikap masyarakat yang semakin apatis dan sudah dititik jenuh dan pasrah akan kualitas tayangan televisi khususnya program anak – anak, namun tidak menyurutkan harapan mereka atas semakin beragamnya program tayangan khusus anak – anak yang berkualitas. Adanya dukungan dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat kepada pelaku dunia industri media sebagai penyedia konten media, semoga membuat penyedia konten media semakin terpacu membuat program acara televisi yang berkualitas, khususnya program anak – anak. Pengaruh dari tayangan televisi yang tidak baik secara tidak langsung dapat merusak mental dan pikiran anak – anak. Karena masa depan bangsa ini berada di tangan anak – anak yang tumbuh dan berkembang saat ini, maka kita mempunyai tanggungjawab untuk bersama – sama menjaga dan mengawalinya.

-23-

***

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan JurnalMorissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio

dan Televisi. Prenadamedia Group.Bajari, Atwar, et al. 2011. Komunikasi Kontekstual Teori dan Praktik

Komunikasi Kontemporer. PT Remaja Rosdakarya.Baran, Stanley J dan Davis, Dennis K. 2009. Mass Communication

Theory: Foundations, Ferment, and Future, Fifth Edition. Wadsworth Cengage Learning.

DeVito, Joseph A. Komunikasi AntarManusia. Edisi Kelima. Karisma Publishing Group.

-24-

Suparmo, M.Si, Drs Ludwig. 2011. Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations. Tinjauan Ilmiah Bagi Praktisi dan Akademisi. PT Indeks, Jakarta.

Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. PT Rajagrafindo Persada.

Kriyantono, R. 2007. Pemberdayaan Konsumen Televisi melalui Keterampilan Media-Literacy dan Penegakan Regulasi Penyiaran. Jurnal Penelitian Komunikasi, Media Massa dan Teknologi Informasi, 10 (21). Tersedia online dalam http://rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Rachmat-Jurnal-ttg-Media-Literacy.pdf .

Artikel Online

http://www.dokitv.com/jadwal-acara-tv. 23 Desember 2015 (14.39).

https://id.wikipedia.org/wiki/K-pop. 24 Desember 2015 (16.34).

-25-