Upload
independent
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih
merupakan salah satu penyebab utama kematian
maternal dan perinatal di Indonesia. Mereka
diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang
disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh
adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang pasif. Sedangkan eklampsia ditandai
oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga
tanda khas PEB. Penyebab dari kelainan ini masih
kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis
yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol. Diagnosis dini dan penanganan
adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah
PEB atau bahkan eklampsia. Semua kasus PEB dan
eklampsia harus dirujuk ke rumah sakit yang
dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif
maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi
definitif dan pengawasan terhadap timbulnya
komplikasi-komplikasi.
Di Indonesia preeklampsia-eklampsia masih
merupakan salah satu penyebab utama kematian
1
maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh
karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang
merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak(1,2).
Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan
dengan hiper-tensi, edema, dan proteinui sering
tidak diketahui atau tidak diperhatikan; pemeriksaan
antenatal yang teratur dan secara rutin mencari
tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha
pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di
samping pengendalian terhadap faktor-faktor
predisposisi yang lain.
Preeklampsia-Eklampsia adalah penyakit pada
wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh
kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila
terjadi. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada
penderita preeklampsia yang disusul dengan koma.
Kejang disini bukan akibat kelainan neurologis(2-4).
Preeklampsia-Eklampsia hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat
pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu
pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang
2
berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara,
penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan
berikut (2) :
1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial
kronis dan diabetes mellitus.
3) Penyakit ginjal.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan pre-eklampsia ringan dan di dokumentasikan
dalam bentuk soap.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil
Trimester II.
b. Mampu melakukan interpresentasi data untuk
menegakkan diagnosa masalah dan kebutuhan ibu
dalam masa kehamilan Trimester II
c. Menetapkan identifikasi malah yang terjadi pada
ibu dalam masa kehamilan Trimester II.
d. Mampu melaksanakan identifikasi tindakan
segera.
e. Mampu merencanakan asuhan yang akan di berikan
pada ibu hamil.
3
f. Mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
masalah kebutuhan.
g. Mampu mengevaluasi ke efektifan hasil asuhan
yang di berikan pada ibu hamil
1.3 Manfaat
1) Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan melalui pendekatan asuhan
kebidanan.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan konstribusi terhadap pengimbangan ilmu
pengetahuan kebidanan untuk meningkatkan
kesehatan.
3) Bagi Klien
Mendapatkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanannya merupakan hak pasien.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini tentang
asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil
dengan pre-eklampsia ringan, dengan respon seorang
ibu hamil Ny. T pada umur kehamilan 20 minggu, desa
Sukamulya, Rt/Rw. 12 / 06 kecamatan Tukdana
Kabupaten Indramayu, di wilayah kerja Puskesmas
Kerticala pada tanggal 10 januari 2011.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam
rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara
alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam
rahim ibu. (prawiroharjo 2002 ).
Selanjutnya dapat dijelaskan tingkat
pertumbuhan dan besarnya janin sesuai kehamilan,
pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan
( Depkes RI, 2002 ).
Kehamilan adalah masa yang di mulai dari konsepsi
atau fertilisasi ( bertemunya antara ovum dan
spermatozoa ) sampai dengan awal terjadinya
persalinan aterm sekitar 280 hari – 300 hari dengan
perhitungan sebagai berikut :
Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin
1000 gram bila berakhir disebut keguguran.
Kehamilan 29 – 36 minggu bila terjadi persalinan
disebut prematuritas.
Kehamilan 37 – 42 minggu disebut aterm.
Kehamilan lebih dari 42 minggu disebut kehamilan
lewat waktu atau postdatism ( serotinus ).
6
Kehamilan dibgi menjadi 3 triwulan, yaitu :
1. Triwulan I : 0 – 12 minggu
2. Triwulan II : 13 – 28 minggu
3. Triwulan III : 29 – 42 minggu.
2. Perubahan fisiologis pada trimester II
a. Sendawa dan buang angin
Pada trimester ini sendawa dan buang angina
adalah keluhan yang paling sering selama
kehamilan. Hal ini karena usus merengang dan
anda akan merasa kembung.
b. Nyeri ulu hati
Rasa panas atau terbakar didada bagian bawah
atau perut bagian atas tapi tidak ada
hubunganya dengan jantung.
Penyebab karena asam lambung naik ke
kerongkongan. Hal ini karena hormon
progesteron meningkat yang menyebabkan
relaksasi dari otot saluran cerna dan juga
karena rahim yang semakin membesar yang
7
mendorong bagian atas perut, sehingga
mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.
c. Pelupa
Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit
pelupa selama kehamilannya, Ada beberapa teori
tentang hal ini karena tubuh ibu terus bekerja
berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga
menimbulkan blok pikiran
d. Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu anda akan
merasakan nyeri diperut bagian bawah yang
seperti ditusuk atau seperti tertarik disatu
atau dua sisi,
Penyebab perenggangan ligamentum dan otot
untuk menahan rahim yang semakin membesar.
Nyeri hanya sebentar dan tak menetap.
e. Mendengkur
Peningkatan aliran darah selama kehamilan akan
menyebabkan sesak dan pembengkakan membrane
mukosa yang menimbulkan mendengkur saat tidur.
f. Pusing
8
Penyebab ketegangan emosi, ketegangan pada mata,
pembesaran dan kongesti vascular pada sinus
akibat stimulasi hormonal
g. Gusi dan hidung berdarah
Hal ini karena peningkatan aliran darah
selama masa kehamilan.
Kadang juga mengalami sumbatan pada hidung
hal ini karena perubahan hormonal.
h. Pubahan kulit
Garis kecoklatan mulai dari pusat ke tulang
pubis disebut linea nigra.
Kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau
topeng kehamilan, ini dapat menjadi petunjuk
kurang asam folat.
Strecth mark terjadi karena perengangan kulit
yang berlebih biasanya pada perut dan
payudara.
Akibat perengangan kulit ini anda dapat
merasa gatal.
i. Perubahan payudara
Payudara akan semakin membesar dan
mengeluarkan cairan yang kekuningan yang
disebut colostrums.
9
Putting dan sekitarnya akan semakin bewarna
gelap dan besar dan bintik-bintik kecil akan
timbul disekitar putting, itu adalah kelenjar
kulit.
j. Kram pada kaki
Pembengkakan adalah kondisi normal pada
kehamilan, hampir 40 % wanita hamil
mengalaminya.
Hal ini karena peningkatan hormone yang
menahan cairan.
k. Pembengkakan sedikit
Pembengkakan adalah kondisi normal pada
kehamilan, hampir 40% wanita hamil
mengalaminya
Hal ini karena peningkatan hormon yang
menahan cairan.
Pada trimester kedua ini akan tampak sedikit
pembengkakan pada wajah, kaki , tangan.
Hal ini sering karena posisi duduk atau
berdiri yang terlalu lama.
3. Tanda bahaya pada kehamilan
Bahaya pada kehamilan, meliputi :
10
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala hebat
Penglihatan kabur
Bengkak di wajah dan jari – jari tangan
Pengeluaran cairan pervaginam
Gerakan janin tidak terasa
Sakit perut hebat ( Yulaikhah, 2008 )
4. Standar minimal asuhan antenatal care ( 14 T )
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Tekanan darah
Tinggi fundus
Tablet Fe
TT ( Tetanus Toxoid )
Tes Hb
Tes VDRL
Tekan / pijat payudara
Tinggkatkan kebugaran ibu hamil dengan senam
Temu wicara
Tes protein urine
Tes reduksi urine
Terapi iodium
Terapi anti malaria
2.2 Pre-Eklampsia
1. Definisi
11
Pre-eklampsia adalah suatu sindrom khas
kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat
vasospasme dan penyakit endotel. ( william, 2009 )
dan merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin, dan selama masa nifas yang
terdiri atas trias gejala, yaitu hipertensi,
proteinuria, dan edema. ( Yulaikhah, 2008 ).
Pre-eklampsia merupakan penyebab kematian ibu
dan perinatal yang tinggi terutama di negara
berkembang. Untuk itu pengawasan ibu hamil sangat
penting karena gejala pre-eklampsia umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 tetapi dapat terjadi
sebelumnya.
2. Penyebab
Faktor yang mempengaruhi timbulnya pre-eklampsia
antara lain :
Primigravida, terutama primigravida muda.
Distensi rahim akibat : hidramnion, hamil
ganda, mola hidatidosa.
Penyakit yang menyertai kehamilan : DM,
kegemukan.
Pre-eklampsia berkisar antara 3 % - 5 % dari
kehamilan yang dirawat.
3. Gejala Klinis
12
1. Bertambahnya berat badan yang berlebihan
2. Edema pada kaki, jari tangan dan muka
3. Hipertensi
4. Proteinuria
5. Gejala subyektif, meliputi :
Sakit kepala terutama daerah frontalis.
Rasa nyeri di daerah epigastrium.
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.
Terdapat mual sampai muntah.
Gangguan pernafasan sampai sianosis.
Terjadi gangguan kesadaran ( Yulaikhah,
2008 )
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-
eklampsai dan eklampsia adalah :
Jumlah primigravida, terutama primigravida muda
Distensi rahim yang berlebihan, seperti
hidramnion, hamil ganda, molahidatidosa
Penyakit yang menyertai kehamilan, seperti
diabetes mellitus, obesitas ( ke gemukan )
Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
Pre-eklampsia berkisar antara 3 % - 5 % dari
kehamilan yang di rawat ( Yulaikhah, 2008 ).
5. Patofisiologi
Pada pre-eklampsia, terjadi spasme pembuluh
darah di sertai dengan retensi garam dan air
13
Pada biopsi ginjal, di temukan spasme hebat
arteriol glomerulus.
Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat di lalui oleh
satu sel darah merah. Dengan demikian, jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
tekanan darah akan naik, dalam usaha mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat di cukupi.
Kenaikan berat badan dan edema yang di sebabkan
penimbunan air yang berlebihan dalam ruang
interstitial, belum di ketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam
Proteinuria dapat di sebabkan oleh spasme
arteriola sehingga terjadi perubahn pada
glomerulus. ( Yulaikhah, 2008 )
6. Perubahan pada organ akibat pre-eklampsia
a) Otak
Spasme pembuluh darah arteriola otak
menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan,
dan nekrosis.
Menimbulkan nyeri kepala yang hebat.
b) Plasenta dan rahim
14
Spasme arteriola mendadak menyebabkan
asfiksia berat sampai kematian janin.
Spasme yang berlngsung lama akan mengganggu
pertumbuhan janin.
Terjadinya peningkatan tonus otot rahim dan
kepekaannya terhadap rangsang sehingga
terjadi partus prematurus.
c) Ginjal
Spasme pembuluh darah menyebabkan aliran
darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi
glomelurus berkurang.
Filtrasi glomelurus dapat turun 50% dari
normal sehingga pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria dan anuria.
Penyerapan air dan garam tubulus tetap,
terjadi retensi garam dan air.
Edema pada tungkai dan tangan, paru-paru, dan
orang lain.
d) Paru
Dapat terjadi bronkopneumonia sampai abses.
Menimbulkn sesak nafas sampaai sianosis.
Kematian pada preeklampsia-eklamsia dapat di
sebabkan oleh edema paru yang menimbulkan
dekompensasi kordis
e) Mata
Terjadi spasme arteriola dan edema retina.
15
Pada eklampsia, dapat terjadi ablasio retina
atau lepasnya retina.
Gejala lain meliputi skotoma, diplopia, dan
ambliopia yang di sebabkan oleh adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebi di dalam
retina.
f) Hati
Perdarahan yang tidak teratur.
Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati.
Rasa nyeri di epigastrium karena peredaran
subkapsular.
g) Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema.
Perdarahan subendokardial.
Menimbulkan dekompensasi kordis sampai
terhentinya fungsi jantung.
h) Pembuluh darah
Permeabilitasnya terhadap protein makin
tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke
jaringan.
Protein ekstravaskuler menarik air dan garam
menimbulkan edema.
Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan
gangguan fungsi metabolisme tubuh dan
trombosis. (manuaba,1998).
16
7. Keseimbangan cairan dan elektrolit
1) Terjadi perubahan pada metabolisme air,
elektrolit, kristaroid, dan protein serum
sehingga terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit.
2) Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan Ph
darah dalam batas normal.normal.
3) Pada pre-eklampsia berat dan eklampsia, kadar
gula darah naik sementara, asam laktat dan asam
organik lainnya naik sehingga cadangan alkali
turun keadaan ini di sebabkan oleh kejang.
4) Setelah kompulasi selesai, zat – zat organik di
oksidasi dan di lepaskan natrium, lalu bereaksi
dengan karbonik sehingga terbentuk natrium
bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali
dapat kembali pulih normal. ( Yulaikhah,
2008 ).
8. Klasifikasi
1. Pre-eklampsia ringan
Jika kehamilan lebih 37 minggudan tidak ada
tanda - tanda perbaikan, lakukan penilain 2 kali
seminggu secara rawat jalan;
Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan
kondisi janin.
17
lebih banyak istirahat.
Diet biasa.
Tidak perlu di beri obat-obatan.
Jika rawat jalan tidak mungkin rawat d RS:
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2 kali sehari,
proteinuria 1 kali sehari.
Tidak perlu obat - obatan.
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat
udema paru, dekompensasikordis atau gagal
ginjal akut.
Jika tekanan diastolik naik normal- pasien
dapat di pulangkan ;
1. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan
tanda – tanda pre-eklamsia berat.
2. Kontrol 2 kali seminggu.
3. Jika tekanan diastolik naik lagi; rawat
kembali
4. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan;
tetap rawat.
5. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan
janin terlambat, pertimbangan terminasi
kehamilan.
6. Jika protein uria meningkat, tangani
sebagai pre eklamsia berat.
18
Jika kehamilan 37 minggu, pertimbangkan
terminasi :
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 51% dalam 500 ml dekstrose IV 10
tetes. Menit atau dengan prostaglandin .
Jika serviks belum matang, berikan
prostaglandin, misoprostol atau kateter
foley, atau terminasi dengan seksiob
sesarea.
2. Pre-eklampsia berat
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang di tandai dengan timbulnya
tekanan darah tinggi 160 /110 mmHg atau lebih di
sertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih.
Bila salah satu di antara gejala atau tanda
diketemukan pada ibu hamil sudah dapat di
golongkan pre-eklampsia berat :
1. Tekanan darah tinggi 160/110 mmHg
2. Oligoria, urine kurang dari 400 cc/24 jam.
3. Proteinuria lebih dari 3 gram/liter
4. Keluhan subyektif.
5. Pemeriksaan :
Kadar enzim hati meningkat di sertai
ikterus.
19
Perdarahan pada retina.
Trombosit kurang dari 100.000/mm.
9. Intervensi Pre-Eklampsi
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti
dapat menemukan tanda – tanda dini pre-
eklampsia dan harus dilakukan penangan
semestinya. Untuk mencegah terjadinya pre-
eklampsia dapat dilakukan dengan :
2) Diet makan (empat sehat lima sempurna)
Makanan tinggi protein : beri protein tambahan
satu butir telur setiap hari, tinggi
karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak,
kurangi garam apabila berat badan bertambah
atau uedema.
3) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua
dalam bekerja seperlunya dan di sesuaikan
dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring ke arah punggung janin sehingga
aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan.
4) Pengawasan antenatal
Bila terjadi perubahan persaan dan gerak janin
dalam rahim segera datang ke tempat
20
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian
antara lain :
Uji kemungkinan pre-eklampsia
Pemeriksaan tekanan darah atau
kenaikannya
Pemeriksaan TFU
Pemeriksaan kenaikkan BB atau uedema
Pemeriksaan protein dalam urine
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan
fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah dan pemeriksaan retina mata.
Penilain kondisi janin dalam rahim
Pemantauan TFU
Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam
rahim, denyut jantung janin, pemantauan
air ketuban.
Anjurkan untuk pemeriksaan ultrasonografi
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk
penderita merupakan sikap yang terpilih dan
terpuji.
b. Penanganan
Penanganan pre-eklamsi bertujuan untuk
menghindari kelanjutan menjadi eklamsi dan
pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin
21
dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan
dengan trauma minimal.
Tanda dan gejala pre-eklampsia berat :
a) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg
b) Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
c) Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus
( kuning )
d) Trombosit < 100.000 / mm3
e) Oliguria ( jumlah air seni < 400 ml / 24
jam )
f) Proteinuria ( protein dalam air seni > 3 g /
L )
g) Nyeri ulu hati
h) Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian
depan yang berat
i) Perdarahan di retina ( bagian mata )
j) Edema ( penimbunan cairan ) pada paru
k) Koma.
Di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala – gejala pre-eklampsia berat selama
perawatan, maka perawatan di bagi menjadi :
1. Perawatan aktif
Adalah kehamilan segera di akhiri dan di
tambah pemberian obat – obatan. Perawatan
aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37
22
minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya
impending eklampsia, kegagalan terapi dengan
obat – obatan, adanya tanda kegagalan
pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya “
HELLP syndrome ” ( haemolysis, Elevated Liver
enzymes, and Low Platelet)
2. Perawatan konservatif
Adalah kehamilan tetap di pertahankan di
tambah pemberian obat – obatan. Perawatan
konservatif dilakukan apabila kehamilan
kurang dari 37 minggu tanpa di sertai tanda –
tanda impending eklampsia serta keadaan janin
baik. Perawatan konservatif pada pasien pre-
eklampsia berat yaitu :
Segera masuk rumah sakit
Tirah baring
Infus
Diet cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak dan garam
Pemberian obat anti kejang : magnesium,
sulfat
Anti hipertensi, diuretikum, di berikan
sesuai dengan gejala yang di alami
Penderita di pulangkan apabila penderita
kembali ke gejala – gejala / tanda – tanda
23
pre-eklampsia ringan ( di perkirakan lama
perawatan 1 – 2 minggu )
Penanganan kejang :
o Beri obat antikonvulsan
o Perlengkapan untuk penanganan ( jalan
nafas, sedotan, masker oksigen,
oksigen )
o Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
o Aspirasi mulut dan tenggorokan
o Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi.
o Beri oksigen 4 - 6 liter / menit
Penanganan umum :
Jika tekanan diastolic > 110 mmHg,
antihipertensi sampai tekanan diastolic
di antara 90 – 100 mmHg
Pasang infus ringer laktat dengan jarum
besar ( uk. 16 atau lebih )
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai
overload
Kateterisasi urine untuk pengeluaran
volume dan proteinuria
Jika jumlah urine < 30 ml / jam
24
Jangan tinggalkan pasien sendiri, kejang
di sertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
Observasi tanda – tanda vital, refleks
dan denyut jantung janin setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda –
tanda uedema paru, kreptasi merupakn
tanda uedema paru. Jika ada uedema paru,
hentikan pemberian cairan dan berikan
diuretic misalnya furosemide 40 mg per
IV.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny. T G1 P0 A0
Trimester II
Tanggal pengkajian : 10 Januari 2011
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kerticala
Pengkaji : Tim
A. Data subjektif
1. Identitas
Nama Ibu :Ny. T Nama Suami :Tn. M
Umur :20 tahun Umur : 25 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan
: Tani
Penghasilan: - Penghasilan:Rp.
800.000/ bulan
Agama :Islam Agam : Islam
Suku / Bangsa : Jawa Suku / Bangsa
: Jawa
Alamat : Desa Sukamulya Alamat
:Desa Sukamulya
27
Rt / Rw. 12 / 06 Rt / Rw.
12 / 06
2. Keluhan Utama
Ibu datang ke puskesmas dengan keluhan pusing
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 03– 09 – 2010
TP : 10 – 06 – 2011
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama
dengan usia kehamilan 5 bulan dan mengeluh pusing,
ibu sudah pernah memeriksakan kehamilannya sebanyak
3 kali di puskesmas. Obat – obatan yang pernah di
dapat yaitu tablet penambah darah, kalk, dan
vitamin. Ibu sudah pernah mendapat imunisasi TT 1x
yaitu TT 1 pada usia kehamilan 4 bulan tanggal 10 –
10 – 2010 dan ibu belum mengetahui tanda – tanda
bahaya kehamilan dan tanda – tanda persalinan.
4. Riwayat Kesehatan Ibu Dan Keluarga
Ibu dan keluarga tidak mempunyai penyakit berat
seperti jantung, ginjal. Tidak mempunyai penyakit
menular seperti HIV /AIDS, Hepatitis B, dan
Malaria. Tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
28
Diabetes Mellitus, Astsma, tetapi keturunan dari
pihak bapak dan mempunyai keturunan Gemilli atau
Kembar dari pihak suami.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Lama nikah 5 tahun. Mendapat respon dan dukungan
yang baik dari suami dan keluarga, rencana
persalinan di klinik bidan dan di tolong oleh
bidan. Pengambil keputusan adalah suami, ibu pernah
menggunakan kontrasepsi suntik selama 4 tahun. Ibu
makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk,
minum ± 8 gelas / hari dan 1 gelas susu. Buang
besar 1 kali sehari dan buang air kecil ± 5 kali
sehari. Ibu tidak merokok, minum – minuman keras
dan tidak mengkonsumsi obat – obatan terlarng.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda – tanda vital:
Tekanan darah : 140 / 90 mmHg
Nadi : 80x / menit
Respirasi : 20x / manit
Suhu : 36,50 c
29
2. Status Gizi
BB sebelum hamil : 53 kg
BB sekarang : 55 kg
Tinggi badan : 150 cm
Lila : 24 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Muka :Tidak pucat, tidak ada edema,
dan tidak ada cloasma
gravidarum
Mata : Konjungtiva merah muda,
sklera putih
Hidung : Simetris, tidak ada
sekret dan polip
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak
kering, lidah bersih, gigi
tidak ada karies dan tidak
terdapat stomatitis.
Telinga :Bersih, tidak ada serumen,
fungsi perdengaran baik, tidak
ada nyeri tragus pada telinga
kanan dan kiri
Leher :Tidak ada pembesaran pada
kelenjar limfe, tyroid, dan
vena jugularis.
30
Dada : Tidak terdapat tarikan
dinding dada
Paru-paru : Tidak ada bunyi ron
menchi dan wheezing
Jantung : Bunyi jantung reguler
Payudara : Simetris, bersih, areola
hitam, papila kanan dan kiri
Menonjol,tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada benjolan.
Abdomen : tidak ada bekas luka
operasi, terdapat linea nigra
dan striae gravidarum,
pembesaran perut sesuai dengan
umur kehamilan.
Leopold I :TFU 18cm,
Leopold II :Sebelah kiri perut ibu teraba
keras, datar, ada tahanan
( punggung ) DJJ 143x / menit,
Leopold III : -
Leopold IV : -
Ekstremitas :
Atas : Kuku tidak pucat, tidak
ada edema.
Bawah : Kuku tidak pucat, tidak ada
edema, tidak ada varises,
31
reflek patela kanan dan kiri (
+ ) / ( + ).
Genetalia dan anus : Tidak di periksa karena
ibu menolak.
CVAT : ( - ) / ( - )
4. Data Penunjang
Hb : 11gr%
Protein urine : ( + )
Glukosa urine : ( - )
Ph : 7.0
Golongan darah : B
C. Analisa
G1P0A0 umur kehamilan 20 minggu dengan pre-eklampsia
ringan, janin hidup tunggal intra uterine. Keadaan
ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup Ibu
mau melakukannya
Membina hubungan baik dengan keluarga.
Melakukan infom consent ibu menyutujuinya.
Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa letak janin ada keraguan dan terdapat 2 DJJ
di dua tempat ibu mengetahuinya.
32
Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dr.
Puskesmas dan dr. SpOG ibu akan melakukannya.
Menganjurkan ibu untuk :
Diet rendah protein seperti telur, ikan,
tahu,tempe.
Mengkonsumsi banyak syuran dan buah – buahan.
Rendah karbohidrat seperti nasi, pengganti
kentang dan ubi. → mau melakukannya.
Pemberian tablet Fe dan menyarankan ibu untuk
meminumnya secara teratur dan di minum 1 kali
sehari sebelum tidur → ibu mau meminumnya.
Memberi tahukan tanda - tanda bahaya pre-eklamsi
berat seperti :
Sakit kepala terutama daerah frontalis.
Rasa nyeri di daerah epigastrium.
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.
Terdapat mual sampai muntah.
Gangguan pernafasan sampai sianosis.
Terjadi gangguan kesadaran. → ibu mengerti.
Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang satu minggu
kemudian → ibu bersedia, kunjungan ulang tanggal
12 februari 2011.
Mendokumentsikan hasil asuhan.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada
ibu hamil, penulis memaparkan tentang pemeriksaan
kehamilan yang di lakukan secara rutin kepada Ny. T
adalah 9 T yaitu timbang, berat badan, ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri, Te laboratorium,
tatalaksana kasus, tabung persalinan, pemberian tetanus
toxsoid, pemberian tablet zat besi, dan temu wicaraa.
Sedangkan menurut dinas kesehatan sekarang pelayanaan
atau standar asuhan kehamilan adalah minimal 14 T yaitu
dengan disertai tes terhadap penyakit menular seksual.
Sedangkn asuhan yang di berikan pada Ny. T yaitu 9 T
timbang, berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, tes laboratorium, tatalaksana kasus,
tabungan persalinan, pemberian tetanus toxoid,
pemberian tablet zat besi, dan temu wicara, sedangkan
tes penyakit menular seksual tidak dilakukan karena
tidak tersedianya alat saran dan fasilitas.
34
Berdasarkan kebijakan pemerintah ANC minimal
dilakukan 4 kali selama kehamilan (Rustam muchtar,
1988). Sedangkan N y. A Telah melaksanakaan antenatal
sebanyak 5 kali selama kehailan.
Menurut teori yang ada di buku seri asuhan kebidanan
kehamilan ( Yulaikhah,2008) tentang penanganan pre-
eklampsia berat yaitu:
1. Istirahat di tempat tidur
2. Beri diet rendah garam
3. Beri obat penenang ( valium, fenobarbital )
4. Hindari pemberian diuretik dan anti hipertensi
5. Pantau keadaan janin
35
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian dari mulai
pengumpulan data sampai dengan evaluasi dan asuhan
kebidanan pada Ny. T dengan usia kehamilan 28 minggu
di wilayah kerja Puskesmas Kerticala bahwa Ny. T
telah melaksaanakan asuhan antenatal sebanyak 3
kali kunjungan dan telah dan telah mendapatkan
standar asuhan kehamilan 9 T. Berdasarkan
pemeriksaan laboratorium di dapatkan protein urine
(+) dan reduksi (-), dan dalam pemeriksaan tanda -
tanda vital tekanan darah 140 / 90 mmHg. Ny. T
mempunyai penyakit keturunan hipertensi dari pihak
ibu, penanganan pada pre-eklampsia ringan yang di
berikan sementara ini adalah istirahat di tempat
tidur dan diet rendah garam.
Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal
dan perinatal akibat preeklampsia-eklampsia deteksi
dini dan pe-nanganan yang adekuat terhadap kasus
preeklampsia ringan harus senantiasa diupayakan. Hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam
kemampuan diagnosa para penyelenggara pelayanan
bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan
melakukan pemeriksaan bumil secara teratur.
36
Mengingat komplikasi terhadap ibu dan bayi pada
kasus-kasus PEB-E, maka sudah selayaknyalah semua
kasus-kasus tersebut dirujuk ke pusat pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan
kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
Demikian makalah mengenai Penanganan Preeklampsia
Berat dan Eklampsia kami rangkum sebagai penyegaran
bagi rekan-rekan di daerah. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
2. Saran
1) Bagi Institusi Pendidikan
Di harapakan agar lebih mempersiapkan managemen
praktek lapangan semaksimal mungkin sehingga
praktek dapat berjalan dengan baik.
2) Lahan Praktek
Sebagai masukan untuk dapat memberikan asuhan
kebidanan yang lebih berkualitas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan asuhan pada bayi baru lahir
sehingga meningkatkan kesehatan pada ibu dan anak.
3) Bagi Klien
Di harapkan apabila klien suatu saat hamil kembali
selalu mengamati perkembangan kehamilan, proses
kelahiran, nifas dan bayinya dengan melakukan
pemeriksaan rutin ke puskesmas, posyandu dan
terdekat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Yulaikhah, Lily.2008. Seri asuhan kebidanan kehamilan.
Jakarta:EGC
Williams. 2009. Obstetri. Jakarta: EGC
38
http://sobat baru.blogspot.com/2008/11/penertian
kehamilan.html
Prawiroharjo, Sarwono.2008. ilmu kebidanan.jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Reeder, Mastroianni, Martin, Fitzpatrik. Maternity
Nursing. 13rd ed. Philadelphia: JB Lippincott Co, 1976;
23: 463-72.
Manuaba Gde IB. Penuntun diskusi obstetri dan
ginekologi untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta, EGC,
1995; 25-30.
Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kebidanan. Ed. ketiga.
Cetakan keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1997; 24: 281-301.
Ansar DM, Simanjuntak P, Handaya, Sjahid Sofjan.
Panduan pengelolaan hipertensi dalam kehamilan di
Indonesia. Satgas gestosis POGI, Ujung Pandang, 1985;
C: 12-20.
Wibisono B. Kematian perinatal pada preeklampsia-
eklampsia. Fak. Ked. Undip Semarang, 1997; 6-12.
Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. William
Obstetrics. Penerjemah: Hariadi R, dkk. Surabaya:
Airlangga University Press, 1997; 27: 609-46.
Briggs G Gerald B Pharm, Freeman K. Roger, Yaffe JS.
Drugs in pregnancy and lactation. 4th Ed. Maryland:
William & Wilkins, 1994; 66a.
39