Gaya kepemimpinan Muhammad Alfatih

Preview:

Citation preview

SULTAN MUHAMMAD ALFATIH

OLEH KELOMPOK 13 (SI4D)- FAJRI ALHADI- KHUSNUL KHOTIMAH- MUSRIFIN

KONSTANTINOPEL1453 M

BIOGRAFI MUH. AL FATIH

• Sultan Muhammad II dilahirkan di Edirin, Turkey pada 30 Maret 1423 M,yang mana pada waktu itu Edirin adalah pusat kota pemerintahan Dinasty Turki Utsmani.

• Beliau adalah putra dari Sultan Murad II dan ibunya adalah Ratu Huma Hatun

• Beliau adalah Raja dari kerajaan ottoman yang dimulai pada usia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451-1481 M)

• Beliau diberi julukan "al fatih" yang artinya adalah penakluk, maksudnya adalah penakluk konstantinopel

• Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang.

• Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!

BIOGRAFI MUH. AL FATIH

SILSILAH DINASTI UTSMANI

- Lokasi paling strategis pada masa itu

Kenapa harus konstantinopel

- Kota Benteng, sepertinya mustahil untuk direbut, sehingga memberikan motivasi lebih untuk merebutnya

Kenapa harus konstantinopel

(HR Ahmad)

Kenapa harus konstantinopel

Kisah penaklukan konstantinopel

• Mendaratkan 70-an kapalnya, menariknya dengan landasan kayu yang diberi minyak binatang, mendaki bukit Galata menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 16 km – dan itu hanya dilakukannya dalam waktu semalam

Strategi Perang

Pemindahan kapal

• Membuat 400 buah kapal perang modern, 320 buah perahu, menyediakan angkatan tentara berjumlah 250,000 orang, termasuk dua belas ribu tentera Janisari yang terlatih.

Strategi Perang

• Meriam Basilica yang terbesar di zamanya

Strategi Perang

• Ketaatan spiritual dan keagamaan dari semua pasukan

Strategi Perang

Setelah penaklukan Konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih memerintahkan pasukannya untuk memperlakukan para tawanan dengan baik dan lembut. Bahkan beliau menebus banyak tawanan itu dengan uangnya sendiri, terutama tawanan dari kalangan bangsawan Yunani dan para pemuka agama. Beliau juga bertemu dengan para Uskup untuk menenangkan rasa takut mereka dan memberikan mereka ruang untuk tetap menjalankan ideologi, ibadah dan rumah ibadah mereka. 

Toleransi dan akhlak mulia juga tampak ketika Sultan Muhammad Al-Fatih mengirimkan sebuah pesan kepada Fransiskan dari penduduk negeri Boshwich demi menenangkan mereka bahwa ia tidak akan mengganggu siapa pun dari mereka dengan melakukan penekanan karena keyakinan agama mereka. Dalam pesan itu ia mengatakan :

“Aku Sultan Muhammad Khan Al-Fatih, mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa penduduk Bosnia Fransiskan berdasarkan pada titah kesultanan ini telah mendapatkan perlindungannya. Dan kami memerintahkan untuk : Tidak ada seorang pun yang mengganggu mereka, juga tempat peribadatan mereka. Dan bahwa mereka akan hidup dengan damai di dalam negaraku"

Toleransi dan akhlak mulia

• Dalam kitab Rawai’ min at-Tarikh al-‘Usmani Sultan menunjuk seorang arsitek berkebangsaan Romawi, Abslante menjadi konsultan pembangunan Masjid.

• Sang arsitek tidak memenuhi salah satu perintah sultan untuk membangun menara yang tinggi,akhirnya arsitek dihukum potong tangan.

• Tetapi arsitek tidak tinggal diam menerima keputusan itu, ia pun memperkarakan Sultan kepadaHakim Istambul, Syekh Sari Khadr Jalbi. Arsitektur tersebut mengadukan perintah zalim Sultan. Qadhi Sari Khadr ternyata tidak bimbang sedikitpun dalam menerima dan memproses pengaduannya,

• Pada gilirannya sang Sultan membenarkan apa yang diaduan orang Romawi tersebut, dan berkatalah sang Hakim “Sesuai dengan hukum syar’i, maka anda dihukum potong tangan berdasarkan qishas!”.

• Dan sultan pun menerima hukuman dari hakim tersebut karena menyadari kekeliruanya.

• Dia terpana, lalu dengan gugup dia menyatakan mencabut tuntutannya, dia hanya berharap diberi ganti rugi, karena hukuman potong tangan untuk Sultan tidak memberi manfaat apa-apa kepadanya. Qadhi Sari akhirnya memutuskan Sultan berkewajiban membayar ganti rugi sebesar sepuluh koin setiap hari seumur hidupnya, sebagai ganti rugi atas kerugian yang begitu besar yang dideritanya. Tapi Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan memberikan duapuluh koin setiap harinya sebagai ungkapan gembiranya telah selamat dari hukuman qishas potong tangan, dan penyesalan atas perbuatannya.

Kisah hukum potong tangan

Recommended