View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN
MEDIA KARTU PECAHAN SISWA KELAS 4 SD NEGERI KALIKUTO
GRABAG KOTA MAGELANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN
2015/2016
ARTIKEL
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
oleh
Rizki Harlinda Putri
292012266
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVINGMENGGUNAKAN MEDIA KARTU
PECAHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI KALIKUTO
GRABAG KOTA MAGELANGSEMESTER II
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Rizki Harlinda Putri1, Tri Nova Hasti Yunianta
2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2016
Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711
E-mail: 292012266@student.uksw.edu
1Mahasiswa PGSD
2Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami materi
matematika khususnya pada materi soal cerita pecahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang.
ModelProblem Solvingadalahsuatucaramengajar yang dilakukanolehpengajaratau guru yang
menghadapkansiswapadasuatupermasalahan agar
siswadapatmemecahkanpermasalahantersebutProblem Solving sangat penting diterapkan
pada pembelajaran matematika karena tujuan yang akan dicapai dalam pemecahan masalah
berkaitan langsung dengan permasalahan yang ada pada kehidupan sehari-hari. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan rancangan model
Kemmis dan Mc Taggart. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag
kota Magelang semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 28. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan observasi untuk mengukur hasil belajar
matematika siswa. Hasil penelitian diperoleh dari 27 siswa pada siklus I pertemuan pertama
hasil belajar siswa yang tuntas 21 siswa (77,7 %), pada siklus 1 pertemuan kedua tuntas 19
siswa (79,16%) dari 27 siswa, siklus 2 pertemuan pertama siswa yang tuntas sebanyak 23
siswa (88,46 %) dari 26 siswa dan siklus 2 pertemuan kedua siswa yang tuntas 22 siswa
dengan presentase (92,59%) dari 24 siswa. Demikian hasil penelitian ini telah sesuai dengan
yang diharapkan.
Kata Kunci: model pembelajaran problem solving, media kartu pecahan, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas generasi
pemuda pada zaman yang semakin maju ini. Kemajuan suatu bangsa juga ditentukan dari
kualitas pendidikan anak bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk kemajuan
7
suatu bangsa yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan pada anak Sekolah Dasar.
Kenyataannya pada beberapa Sekolah Dasar masih saja terdapat beberapa permasalahan,
salah satunya hasil belajar siswa. Seperti yang terjadi pada siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag
Kota magelang yang mengalami permasalahan pada hasil belajar belajar. Salah satu faktor
dari permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar
masih menggunakan model pembelajaran konvesional.
Perbaikan pembelajaran perlu dilakukan untuk memajukan mutu siswa, guru dan
sekolahan, salah satu upayanya yaitu memperbaiki model pembelajaran yang digunakan guru
dalam pembelajaran. Salah satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu pada mata
pelajaran matematika materi soal cerita pecahan. Soal cerita berisikan permasalahan yang ada
pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hitung menghitung, dan siswa perlu
diajarkan dalam menyelesaikan soal cerita agar siswa pada kehidupannya dapat menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan hitung menghitung. Kebanyakan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi dikarenakan siswa SD masih berada pada usia
perkembangan kognitif dan terikat dengan objek konkret, oleh sebab itu siswa memerlukan
alat bantu yang dapat memperjelas pemahaman berupa media pembelajaran. Model
pembelajaran Problem Solving merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk membantu
siswa memahami materi soal cerita pecahan. Model Problem Solving adalah suatu cara
mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan agar siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut. Problem Solving sangat
penting diterapkan pada pembelajaran matematika karena tujuan yang akan dicapai dalam
pemecahan masalah berkaitan langsung dengan permasalahan yang ada pada kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah
apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Solving menggunakan
media kartu pecahan pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota Magelang. Tujuan yang dicapai adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag kota
Magelang menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan media kartu pecahan.
8
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Matematika di SD
Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2015:1), belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Pendapat lain dari Dr. Arief Sadiman dkk. (2011:2) bahwa, belajar adalah suatu
yang proses kompleks terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidupnya.
Berdasarkan pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses
mempelajari suatu kemampuan atau peningkatan suatu kemampuan oleh individu dari
pengalaman yang didapat sejak masih bayi hingga akhir hayatnya. Berkaitan dengan belajar,
tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran, pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh
para ahli, pada dasarnya pembelajaran matematika hanyalah sebuah proses dimana individu
yang belajar diberikan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kompetensi
dari bahan, konsep matematika yang dipelajari.
Hasil belajar
Penggunaan model pembelajaran Problem Solving diharapkan dapat meingkatkan
hasil belajar siswa terutama pada materi pemecahan masalah atau soal cerita. , dilakukan agar
hasil belajar siswa naik atau meningkat. Dimyati dan Mudjiono (2008: 3) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar dan dari
sisi guru, tindakan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari siswa, hasil
belajar merupakan berkhirnnya pengalaman belajar. Sementara itu, Hamalik (2008: 36)
mengatakan bahwa “hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan
kelakuan”.
Kesimpulannya Hasil belajar adalah pernyataan kemampuan siswa dalam menguasai
sebagian atau seluruh kompetensi tertentu. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
bertindak dan berpikir setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata
pelajaran tertentu. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi kondisi siswa saat proses belajar berlangsung. Ahmad Susanto
(2015:12) mengemukakan faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor internal.
9
Model Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Solving atau pemecahan
masalah. Model pemecahan masalah adalah suatu cara mengajar yang dilakukan oleh
pengajar atau guru yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan agar siswa dapat
memecahkan permasalahan tersebut. Model pembelajaran ini menuntut siswa mengolah
kemampuan siswa untuk memahami permasalahan, berpikir logis dan sistematis. Pemecahan
masalah adalah komponen penting dalam matematika, karena secara umum merupakan suatu
proses dimana siswa menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam
situasi yang baru.
Menurut Tabrani Rusyan (2008: 5), kelebihan yang dimiliki Problem Solving yaitu:
Pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-
hari, karena masalah-masalah yang diangakat dalam kegiatan belajar bisa diambil dari
kehidupan sehari-hari atau apa yang dialaminya; 2. Pemecahan masalah dapat merangsang
kemampuan intelektual dan daya pikir pesrta didik, karena dalam berpikir menggunakan
Problem Solving mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi; 3. Pemecahan masalah
dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah
secara cermat; 4. Pemecahan masalah mampu melatih peserta didik untuk berpikir secara
sistematis dan menghubungkannya dengan masalah-masalah lainnya.
Sedangkan kekurangan model Problem Solving Menurut Tabrani Rusyan (2008: 5)
yaitu: 1. Pemecahan masalah sulit untuk menentukan masalah yang sesuai dengan daya pikir
setiap peserta didik; 2. Pemecahan masalah memerlukan waktu yang cukup panjang kalau
dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah sistematis; 3. Peserta didik tidak dapat
memecahkan masalah-masalahnya sendiri atau bahkan mereka tidak atau kurang percaya
terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukannya, sehingga mereka menuntut
keterlibatan guru; 4. Masalah yang dijadikan topik dalam pengajaran sering dibuat-buat oleh
guru, sehingga pengajaran menjadi kurang kondusif dan kurang menarik; dan 5. Guru sering
menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah sesuai dengan dengan yang dilakukannya
atau sudah terpola sehingga membosankan.
Model PTK
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart. Menurut Fitri Yuliawati dkk.
(2012:24) desain Penelitian Tindakan Model Kemmis dan McTanggart lebih memfokuskan
pada aspek individual dalam penelitian tindakan. Model ini dapat dikembangkan menjadi
10
model PTK. Alur fikir dan alur kerja yang ditawarkan Kemmis dan McTaggart ada tiga,
yaitu: a. Perencanaan; b. Tindakan dan observasi; dan c. Refleksi.
Gambar 1 : Bagan Model PTK yang Dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart
Sumber : ishaqmade amin, 2012
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah alur penelitian sesuai pendapat Kemmis
dan McTaggart. Hasil refleksi menentukan langkah selanjutnya pada penelitian, ketika hasil
refleksi belum sesuai yang diharapkan maka akan dilaksanakan siklus selanjutnya.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
atau mengantarkan pesan dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran,
perhatian minat dan perasaan pada suatu pembelajaran. Pendapat lain menurut Gatot
Muhsetyo, dkk., (2012) media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat
bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan,
atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan
merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.
Penggunaan Media Kartu Pecahan dalam Soal Pecahan
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu pecahan yang
berisi tabel pecahan senilai. Tabel pecahan senilai berisi angka-angka hasil perkalian. Kartu
pecahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 : Tabel Kartu Pecahan.
X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
11
Contohnya kita ambil baris pertama sebagai pembilang dan baris keempat sebagai
penyebut. Maka dapat dilihat bahwa
=
=
dan seterusnya. Penggunaan tabel kartu
pecahan jika diterapkan di penjumlahan pecahan, contoh:
+
= (pecahan senilai
yang
penyebutnya bisa dibagi 6 dan 4 ) + (pecahan yang senilai
yang bisa dibagi 4 dan 6) =
+
=
+
= 9. Cara tersebut sama dengan mencari KPK namun dengan trik menggunakan
tabel. Cara menentukan penyebut dengan cara mencari angka yang dapat dibagi dengan
semua penyebut jika penyebut yang paling besar tidak dapat dibagi dengan penyebut yang
kecil.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model
Problem Solving. Menurut Bahri (2012: 8) penelitian tindakan kelas merupakan sebuah
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk
memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil
belajarpun menjadi lebih baik.
Subyek Penelitian
Peneliti berperan sebagai perancang, observer, pengumpul data, penganalisis data,
penafsir data dan pelapor data. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kalikuto Grabag Magelang.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Kalikuto Grabag Magelang yang
beralamatkan di JL Raya Grabag KM 06 Kalikuto Grabag Magelang dengan jumlah siswa
adalah 28, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kegiatan penelitian
ini dimulai dari pengajuan judul yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai
penyusunan laporan selesai. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat tanggal 10 dan 11 Maret 2016. Sedangkan siklus II
pada hari Kamis dan Jumat tanggal 17 dan 18 Maret 2016. Objek penelitian ini adalah hasil
belajar siswa sebagai varibel bebas dan menggunakan model pembelajaran Problem Solving
sebagai variabel terikat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi, tes, serta dokumentasi, KKM Matematika pada SD Kalikuto Grabag Magelang
yaitu 60. Keaktifan siswa dapat diukur dengan kriteria yang telah dibuat sebelum
dilaksanakannya pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Tabel Keaktifan Siswa
Sebelum melaksanakan penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan kegiatan pra
siklus untuk mendapatkan data tentang siswa. Data pra siklus diperoleh dari hasil observasi
dan wawancara pada guru mengenai hasil belajar siswa dan kondisi siswa. Hasil observasi
dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa memerlukan pembaruan model
pembelajaran dari pembelajran menggunakan metode ceramah dan pembelajaran berpusat
pada guru dengan model pembelajaran Problem Solving dengan media kartu pecahan. Setelah
dilaksanakan siklus I menggunakan model pembelajaran siklus I siswa nampak ada
perubahan dalam hasil belajar siswa. Siklus II yang semakin meningkat perubahan hasil
belajar siswa.
HASIL PENELITIAN
Pra Siklus
Pra siklus dilakukan sebelum diadakannya siklus I dan II, tujuan dari diadakannya pra
siklus ini agar mengetahui bagaimana kondisi siswa dan hasil belajar siswa sebelum
diterapkan pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu pecahan. Hasil dari pra
siklus dapat dibandinngkan dengan hasil dari siklus I dan II dengan tujuan agar mengetahui
adanya peningkatan atau tidak. Hasil pra siklus didapatkan dari wawancara langsung kepada
guru kelas 4 dan pengamatan langsung ketika melakukan observasi ke SD. Observer saat
wawancara guru kelas mendapatkan data hasil belajar siswa yang mengartikan bahwa
perlunya diadakan peningkatan dalam pembelajaran, diketahui bahwa dari 28 siswa 11 siswa
(39,29%) belum tuntas KKM dan 17 siswa (60,71%) yang dinyatakan tuntas KKM (6,0) pada
pelajaran matematika bab pecahan. Berikut ini disajikan perolehan hasil tes matematika pra
siklus pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Belajar Matemaika Pra Siklus
Aspek Kriteria Skor
Keaktifan 1. Berperan penting dalam pembelajaran
2. Ikut serta aktif dalam proses pembelajaran
3. Kadang-kadang ikut serta dalam proses
pembelajaran
4. Tidak ikut serta dalam proses pembelajaran
100
80
70
50
Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
≥ 60 17 60,71% Tuntas
< 60 11 39,28 % Tidak Tuntas
Jumlah 28 100% -
13
60,71%
39,29% Tuntas
Tidak Tuntas11 siswa
Hasil belajar matematika pra siklus juga disajikan dalam bentuk diagram untuk
melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar
siswa pada tahap pra siklus terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Pra Siklus.
Data pra siklus tersebut memperlihatkan bahwa perlu diadakannya siklus I yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik atau terjadi peningkatan
hasil belajar siswa.
Hasil Belajar Siswa siklus I
Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk
mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan
inti. Setelah diberi tindakan dengan menerapkan model Problem Solving menggunakan media
kartu pecahan, pada pertemuan pertama sebanyak 21 siswa (77,7%) tuntas, sedangkan yang
belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 6 siswa (22,3%),
namun pada pertemuan pertama ini satu siswa tidak hadir. Hasil siklus I pertemuan pertama
nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60. Hal ini berarti target
keberhasilan siklus I pertemuan pertama sudah tercapai, karena hasil belajar tersebut
meningkat dan lebih dari 75%. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada
siklus I disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Pertama
Hasil belajar siswa pada tahap siklus I pertemuan pertama juga dapat dilihat dalam
bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus I pertemuan pertama terlihat pada
Gambar 4.
No Nilai Banyak
Siswa
Persentase
(%) Keterangan
1. ≥ 60 21 77,7 % Tuntas
2. < 60 6 22,3 % Tidak Tuntas
Jumlah 27 100% -
17 siswa
14
Tuntas
Tidak Tuntas77,7 %(21 Siswa)
22,3 %(6 Siswa)
Tuntas
Tidak Tuntas
79,16 % (19 Siswa)
20,84% (5 Siswa)
Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Pertama.
Pertemuan kedua sebanyak 19 siswa (79,16 %) tuntas, sedangkan yang belum tuntas atau
mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 5 siswa (20,84%), namun pada
pertemuan kedua 4 siswa tidak hadir. Hasil siklus I pertemuan kedua nilai tertinggi adalah
100 dan nilai terendah adalah 30 dengan KKM 60. Hal ini berarti target keberhasilan siklus I
pertemuan kedua sudah tercapai, karena rata-rata hasil belajar pertemuan kedua meningkat
dari pertemuan pertama dan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 79,16 %. Perolehan hasil
belajar matematika setelah tindakan pada siklus I pertemuan kedua disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Hasil Belajar Matematika Siklus I Pertemuan Kedua
Hasil belajar
siswa pada tahap
siklus I pertemuan kedua juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat perbedaan
persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika pada
tahap siklus I pertemuan kedua terlihat pada diagram Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua.
Siklus 1 berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan sudah berhasil, sehingga
dilaksanakan siklus II sebagai pemantapan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
model Problem Solving menggunakan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Melihat data temuan, maupun hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang menjadi
kekurangan selama siklus I yaitu: a). Masih ada beberapa siswa belum atau kurang percaya
diri dalam proses pembelajran berlangsung; b) Guru belum memaksimalkan kelas, sehingga
diskusi masih disominasi oleh siswa yang aktif, sedangkan siswa lain yang pasif hanya diam
tanpa terlibat; c) Siswa masih belum memaksimalkan penggunaan media kartu pecahan; d)
No Nilai Banyak Siswa Persentase Keterangan
1. ≥ 60 19 79,16 % Tuntas
2. < 60 5 20,84 % Tidak tuntas
Jumlah 24 100% -
15
Tuntas
Tidak Tuntas88,46 %
(23 Siswa)
11,54% (3 Siswa)
Siswa masih belum memaksimalkan bertanya ketika mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugas; dan e) Masih banyak siswa yang belum terlibat dalam tanya jawab.
Hasil Belajar Siswa siklus II
Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan I dan II pada kegiatan akhir untuk
mengetahui sejauh mana kepahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan pada kegiatan
inti. Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Solving menggunakan media kartu
pecahan, pada pertemuan pertama yang tuntas sebanyak 23 siswa (88,46 %) sedangkan yang
belum tuntas dalam belajarnya atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 3
siswa (11,54%), namun pada pertemuan pertama ini dua siswa tidak hadir. Hasil siklus I
pertemuan pertama nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60.
Hal ini berarti target keberhasilan siklus I pertemuan pertama sudah tercapai, karena hasil
belajar tersebut meningkat. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada siklus II
pertemuan pertama disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Belajar Matematika Siklus II Pertemuan Pertama
Hasil belajar siswa pada tahap siklus II pertemuan pertama juga dapat dilihat dalam
bentuk diagram untuk melihat perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Ketuntasan hasil belajar matematika pada tahap siklus II pertemuan pertama terlihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Matematika Siklus II Pertemuan Pertama.
Pertemuan pertama siklus II dapat disimpulkan sebanyak 25 siswa (92,59%) tuntas,
sedangkan yang belum tuntas atau mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu < 60 sebanyak 2
siswa (7,41%). Pertemuan kedua terdapat satu siswa tidak hadir. Hasil siklus II pertemuan
kedua nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50 dengan KKM 60. Hal ini berarti
target keberhasilan siklus II pertemuan kedua sudah tercapai, karena hasil belajar tersebut
meningkat dari pertemuan pertama. Perolehan hasil belajar matematika setelah tindakan pada
siklus II disajikan pada Tabel 6.
No Nilai Banyak Siswa Persentase Keterangan
1. ≥ 60 23 88,46 % Tuntas
2. < 60 3 11,54 % Tidak tuntas
Jumlah 26 100% -
16
Tuntas
Tidak Tuntas
Tabel 6
Hasil Belajar Matematika Siklus II pertemuan kedua
Has
il belajar
siswa
pada tahap siklus II pertemuan kedua juga dapat dilihat dalam bentuk diagram untuk melihat
perbedaan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar matematika
pada tahap siklus II pertemuan kedua terlihat pada gambar 10.
Gambar 7. diagram hasil belajar siklus II pertemuan kedua
Berdasarkan hasil tersebut, maka siklus II dapat dikatakan sudah berhasil. Hal ini
membuktikan bahwa dengan penerapan model Problem Solving menggunakan media kartu
pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan setelah melihat data temuan,
maupun hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang dapat disimpulkan selama siklus II
yaitu: 1) Terdapat beberapa siswa yang belum atau kurang percaya diri dalam proses
pembelajran berlangsung; 2) Setiap kelompok sudah baik, tertib dan efektif; 3) Pembagian
kelompok sudah merata. Sehingga ketika dilaksanakan evaluasi perolehan nilainya juga
seimbang; 4) Dari 10 siswa yang dimintai komentar tentang semua siswa mengatakan bahwa
bu guru dalam menerangkan dan memberikan contoh, 8 siswa mengatakan mudah dipahami
dan 2 siswa mengatakan sukar dipahami; 4) Sesuai dengan indikator yang telah ditentukan
siswa yang benar-benar menunjukan kesungguhan belajar belajar sudah memenuhi kriteria
ketuntasan pembelajaran atau lebih dari 75%; dan 5) Sesuai dengan indikator yang
ditentukan, siswa yang sungguh-sungguh belajar telah mencapai lebih dari 75% pada
pertemuan pertama dan kedua. Siswa semangat mengikuti pelajaran dan menjawab jika diberi
pertanyaan.
No Nilai Banyak Siswa Persentase (%) Keterangan
1. ≥ 60 22 92, 59% Tuntas
2. < 60 2 7,41 % Tidak Tuntas
JUMLAH 24 100%
7,41 % 2 siswa
92,59 %
22 siswa
17
Gambar 8. Siswa Mengerjakan Evaluasi
Data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I dan siklus II memperlihatkan adanya
perubahan hasil belajar atau peningkatan hasil belajar pada setiap hasil evaluasi. Perubahan
terjadi dikarenakan adanya perbaikan untuk siklus berikutnya. Perubahan hasil belajar pada
pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 7.
Tabel 7
Perbandingan Hasil Evaluasi Pra Siklus, Siklus I dan II
Kesimpulan dari Tabel 4.6 adalah setiap pertemuan terdapat peningkatan. KKM
untuk matematika yaitu 60, oleh sebab itu kriteria untuk menjelaskan tabel hasil evaluasi
salah satunya menggunakan nilai ≥ 60 dan nilai < 60. Salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan dan penurunan pada siswa yang tuntas dan tidak tuntas atau nilai kurang atau
lebih dari KKM dikarenakan jumlah siswa pada setiap dilakukan pembelajaran berbeda.
Berbeda dengan jumlah nilai dan nilai rata-rata yang meningkat setiap pertemuannya kecuali
pada siklus I pertemuan pertama dan kedua. Perbandingan tersebut dapat lebih jelas terlihat
pada grafik Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Pra Siklus dan Siklus I dan Siklus
II
020406080
100
pra siklus siklus 1pertemuan
1
siklus 1pertemuan
2
siklus 2pertemuan
1
siklus 2pertemuan
2
nilai rata-rata
Kegiatan Nilai ≥
60
Nilai
< 60
Jumlah
Nilai
Rata-rata
nilai
Pra Siklus 17 11 1657 57,75
Siklus I: Pertemuan pertama 21 6 1460 63,48
Siklus I: Pertemuan kedua 19 5 1460 63,48
Siklus II: Pertemuan pertama 23 3 1815 69.81
Siklus II: Pertemuan kedua 19 2 2220 82,22
18
Kesimpulannya dari penggunaan model pembelajaran Problem Solving menggunakan
media kartu pelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut dapat
diketahui setelah peneliti melakukan evaluasi. Pembelajaran pada penelitian kelas 4 SD
Kalikuto Grabag kota Magelang dilaksanakan setiap pertemuannya selama 70 menit, 40
menit untuk melaksanakan evaluasi berbeda dengan waktu yang direncanakan saat dibuatnya
soal uji siklus pada validitas. Hal tersebut dikarenakan waktu yang dapat diberikan guru
hanya 70 menit untuk satu pertemuan, namun pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
tanpa ada kekurangan waktu.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Kalikuto Grabag kota
Magelang pada siswa kelas 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran model Problem Solving dengan media kartu pecahan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar dari
siklus I (pertemuan pertama dan kedua ) dan siklus II (pertemuan pertama dan kedua). Data
hasil observasi pra siklus sebanyak 17 siswa (60,71%) yang dinyatakan tuntas KKM (60),
siklus I pertemuan pertama sebanyak 21 siswa (77,7 %), siklus I pertemuan kedua sebanyak
19 siswa (79,16 %), siklus 2 pertemuan pertama sebanyak 23 siswa (88,46 %), dan siklus 2
pertemuan kedua sebanyak 22 siswa (92, 59%). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini
terbukti yaitu melalui model pembelajaran Problem Solving menggunakan media kartu
pecahan dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4 di SD Negeri
Kalikuto Grabag kota Magelang pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Agar
mengoptimalkan model Problem Solving dengan media kartu pecahan dapat lebih optimal
penggunaanya, peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak yaitu bagi guru, siswa,
sekolah dan mahasiswa agar mau memahami model tersebut dan diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran atau penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto.2015.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:
Prenadamedia Grup.
Bahri, Aliem. 2012.“Penelitian Tindakan Kelas”. Makassar:Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Dimyati dan Mujiono.2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta
Hasbullah.2012.Dasar-Dasar llmu Pendidikan.Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada.
Hamalik, Oemar. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadiman, Arief S.Dr., dkk.2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
19
Rusyan, Tabrani. 2008. Cara Pembelajaran Matematika Seri 2. Semarang: PT. Bengawan
Ilmu.
Fitri Yuliawati, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidikan Profesional.
Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.
Gatot Muhsetyo, dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Banten: Universitas Terbuka.
Recommended