View
664
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering
menimbulkan trauma pada mata.2
Organ mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, jaringan lemak retrobulbar dan terdapatnya refleks
mengedip, namun organ mata masih sering mendapat trauma dari dunia
luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada rongga orbita, kelopak,
bola mata dan persarafan mata. Kerusakan mata dapat mengakibatkan atau
memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 2,3
B. Epidemiologi
Trauma okular merupakan salah satu penyebab kebutaan unilateral
pada anak-anak dan dewasa muda. Dewasa muda, terutama laki-laki,
merupakan korban utama trauma tembus okular. Kecelakaan domestik,
tindakan kekerasan, peledakan, luka terkait olahraga dan kecelakaan lalu
lintas merupakan keadaan tersering dimana terjadi trauma okular.1
Sekitar 2,4 juta trauma mata terjadi setiap tahun, dengan 90.000
dari trauma mengakibatkan berbagai derajat gangguan penglihatan. Dari
keseluruhan trauma okular, trauma okular tembus memiliki prognosis
terburuk. Pada tahun 1970, Zagora menemukan bahwa 30 – 40 % dari
semua kasus trauma okular tembus berakhir dengan kebutaan. Penyebab
tersering adalah tindakan kekerasan, kecelakan domestik, dan olahraga.1
Trauma dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata, kelopak,
saraf mata dan rongga orbita yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Oleh karena itu, trauma mata
3 | P a g e
memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.2-4
Badan Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan setiap tahun
terjadi 55 juta kasus trauma mata. Dari jumlah ini, sekitar 750.000 kasus
membutuhkan perawatan intensif di bangsal rumah sakit, kira – kira
200.000 kasus merupakan kasus trauma bola mata terbuka. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 10% pasien rawat inap di bangsal perawatan
mata adalah penderita trauma mata.3
C. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata
Bola mata orang dewasa memiliki bentuk yang hampir bulat,
dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.2
Gambar 1. Anatomi Mata.2
Secara garis besar anatomi bola mata dapat dikelompokan menjadi
empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara
terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1. Palpebra
4 | P a g e
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan
otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja
sebagai jendela member jalan masuknya sinar ke dalam bola mata,
juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
Gambar 2. Anatomi Kelopak Mata.2
2. Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk
sebagai piramida kuadrilateral dengan puncaknya ke arah foramen
optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang
merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di
dalamnya seperti urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar
air mata dan pembuluh darah.
5 | P a g e
Gambar 3. Anatomi Orbita.2
3. Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan
menjadi :
Otot-otot penggerak bola mata
Dinding bola mata yang terdiri dari : sclera dan kornea. Kornea
kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk
jalannya sinar.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan
fungsinya masing-masing.
4. Sistem Kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian :
Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik
konjungtiva ke dalam rongga hidung.
6 | P a g e
Gambar 4. Sistem Drainase Lakrimal.2
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis.
Konjungtiva dapat dibagi dalam 3 zona geografis : palpebra atau tarsal,
forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari tautan mukokutaneus dari
kelopak mata dan melindunginya pada pemukaan dalam. Bagian ini
melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum
orbikularis di forniks dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan
bola mata bergerak. Kecuali di limbus, konjungtiva bulbaris melekat
longgar ke kapsul tenon dan sklera dibawahnya.
Sklera adalah pembungkus fibrosa yang menjadi pelindung dari
sekitar 4/5 permukaan mata. Jaringan ini kontras dengan kornea yang
transparan, dimana sklera padat dan putih serta bersambung dengan kornea
di sebelah anterior dan duramater optikus di belakang. Insersi sklera pada
otot rektus sangat tipis yaitu sekitar 0,3 mm dan bertambah 1 mm
ketebalannya di posterior. Sklera menjadi tipis dan berjalan melintang
pada lamina kribrosa, dimana akson dari sel ganglion keluar untuk
membentuk nervus optik. Nutrisi sklera lewat pembuluh darah dipasok
oleh episklera yaitu lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang
membungkus permukaan luar sklera anterior.
7 | P a g e
Kornea menempati pertengahan dari rongga bola mata anterior
yang terletak diantara sklera. Kornea sendiri merupakan lapisan avaskuler
dan menjadi salah satu media refraksi ( bersama dengan aquous humour
membentuk lensa positif sebesar 40 dioptri). Kornea memiliki permukaan
posterior lebih cembung daripada anterior sehingga rata mempunyai
ketebalan sekitar 11,5 mm (untuk orang dewasa). Kornea memiliki lima
lapisan yang berbeda dari anterior ke posterior, yaitu : epitel, membranan
Bowman, stroma, membrane Descemet dan endotel. Kornea mendapat
suplai makan dari aquous humour, pembuluh-pembuluh darah sekitar
limbus dan air mata. Transparansi kornea oleh strukturnya yang seragam,
avaskularitasnya dan deturgenisnya.
Gambar 5. Struktur Kornea.2
Lapisan setelah kornea adalah uvea. Jaringan uvea merupakan
jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatas oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar (terletak pada uvea
anterior) dan koroid (terletak pada uvea posterior). Pada iris didapatkan
pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke
dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang
sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh simpatis. Otot siliar yang
terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
8 | P a g e
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan
bilik mata (aquous humour) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
hampir transparan. Tebalnya sekitar 4 mm dan diametarnya 9 mm. Lensa
terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah equator pada badan
siliar melalui Zonula Zinni. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau
saraf di lensa.
Gambar 6. Anatomi Lensa.2
Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel
berpigmen retina.
D. Etiologi
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada
mata dapat terjadi berbagai macam bentuk trauma.
Macam-macam bentuk trauma:
Fisik atau Mekanik
9 | P a g e
1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau
shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan
peralatan pertukangan.
3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan
trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola
mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
Kimia
1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih
lantai, kapur, lem.
2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.
Fisik
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar
matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan
ringannya trauma.
Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai
tertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal
dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam
besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan
tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula
menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan
penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan di dalam bola mata,
terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan
sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
Trauma Kimia basa umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada
trauma kimia asam. Mata nampak merah, bengkak, keluar air mata
berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, trauma basa akan
10 | P a g e
berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara
perlahan-lahan.
Trauma Mekanik
1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan
menyebabkan kromatolisis sel.
2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa
vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak,
cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.
3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada
kornea, sklera dan sebagainya.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan per jaringan di dalam organ
mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik
dan orbita, secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma
tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan
ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma
tembus termasuk dalam golongan trauma mata terbuka (open globe injury), yang
merupakan trauma laserasi tunggal akibat benda tajam.4
Gambar 7. Trauma mata 6
a. Trauma mata tertutup (Closed globe injury)
11 | P a g e
Trauma mata tertutup adalah trauma mata tanpa kerusakan seluruh
dinding mata (kornea dan sklera) /No full-thickness wound of eyewall. Trauma
ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:4
1. Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadi
kerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk bola
mata.
2. Laserasi lamellar: Trauma yang menyebabkan kerusakan parsial dinding
mata.
b. Trauma mata terbuka (Open globe injury)
Trauma mata terbuka adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada
seluruh ketebalan dinding mata (kornea dan/atau sklera) /Full-thickness wound of
the eyewall. Trauma ini dapat dibedakan menjadi : 7
1. Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat benda
tumpul.
2. Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat
benda tajam.
Lebih jauh, trauma laserasi dapat diklasifikan lagi menjadi:7
Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan benda
tajam.
Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar yang
disebabkan oleh benda yang sama.
Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal dalam bola
mata.
Patofisiologis
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan
sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
1) Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis
dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen
2) Saluran Lakrimalis
12 | P a g e
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai
ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.
3) Konjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
4) Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan
bola mata dan bilik mata menjadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar
dapat disertai prolaps jaringan bola mata.
5) Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena
fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea
menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus siliaris prolaps, hal
ini dapat menurunkan visus
6) Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi sehingga penglihatan menurun karena daya
akomodasi tidak adekuat.
7) Iris
Bila ada trauma akan terjadi robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga
pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan terdapat warna gelap
selain pada pupil, juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
8) Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfingter pupil
sehingga pupil menjadi midriasis.
9) Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga
badan kaca, hal ini dapat menyebabkan fotopsia dan terjadi oblaina retina
13 | P a g e
.
Gambar 8: Patofisiologi trauma mekanik pada mata
Benda Asing Dalam Mata
A. Benda Asing yang masuk mata dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
Benda logam:
Contoh: emas, perak, platina, tantalum, timah hitam, seng, nikel,
alumunium, tembaga, besi. Benda logam ini terbagi lagi menjadi:
Benda logam magnit
Benda bukan logam magnit
Benda bukan logam:
Contoh: batu, kaca, porselin, karbon, bahan tumbuh-
tumbuhan, bahan pakaian dan bulu mata.
Benda inert yaitu benda yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata ataupun kalau ada reaksinya sangat
ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Sebagai contoh : pecahan kaca
didalam sudut bilik mata depan akan menimbulkan kerusakan pada
14 | P a g e
endotel kornea sehingga mengakibatkan edema kornea yang menganggu
fungsi penglihatan.
Benda reaktif yaitu benda yang menimbulkan reaksi jaringan mata
sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh: timah hitam, seng, nikel,
alumunium, tembaga, kuningan, besi, tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian
dan bulu ulat.
B. Cara Pemeriksaan dan Penentuan Lokasi
Untuk dapat menentukan ada tidaknya suatu benda asing serta lokalisasi di dalam
di perlukan:
Riwayat terjadinya rudapaksa
Riwayat keadaan mata akibat rudapaksa
Pemeriksaan oftalmoskop
PemeriksaanrRadiologik
Riwayat terjadinya Rudapaksa
Hal ini diperlukan untuk membantu kemungkinan serta letak
daripada benda asing tersebut. Rudapaksa karena suatu ledakan, akan
menimbulkan perforasi karena benda tersebut masuk dengan kecepatan
yang sangat tinggi dan biasanya biasanya benda tersebut dapat mencai
segmen posterior. Rudapaksa waktu sedang menggunakan palu dan pahat
selalu dipikirkan kemungkinan benda-benda didalam segmen posterior.
Rudapaksa karena pecahan kaca waktu kecelakaan mobil atau pecahnya
kacamata waktu jatuh, bila pecahan kaca dapat masuk biasanya akan
berada di segmen anterior, yang mempunyai kemungkinan jatuh di sudut
bilik mata.
Pemeriksaan keadaan mata akibat rudapaksa
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik diperlukan suatu
lampu dengan penerangan yang baik (sentolop) dan kaca pembesar
(loupe), lebih baik lagi kalau ada “slit lamp”.
15 | P a g e
Hal ini sangat penting karena pada rudapaksa perforasi yang sangat
kecil bila tampak penerangan lampu yang baik serta “loupe” mungkin luka
kecil akan luput dari pengamatan.
Benda asing tidak sampai menembus masuk bola mata, sudah
dapat langsung dilihat. Bila pada konjungtiva bulbi, kornea, sclera tidak
tampak benda asing pada forniks atau konjungtiva palpebra. Untuk hal ini
haruslah kelopak mata dibuka dan dilipat keluar.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop
Dengan oftalmoskop dapat diperiksa keadaan badan kaca dan
retina sehingga dapat juga dinilai dengan oftalmoskop bila tidak ada
kekeruhan badan kaca.
Dengan oftalmoskop kita dapat meramalkan prognosis fungsi
penglihatan. Misalnya: dengan oftalmoskop tampak kekeruhan badan kaca
atau perdarahan retina atau ablasi retina maka prognosis penglihatan
kurang baik
Pemeriksaan Radiologik
Pada setiap luka perforasi, selalu harus dilakukan pemeriksaan
radiologik. Pemeriksaan radiologik ini penting untuk mengetahui ada
tidaknya suatu benda asing yang “radioopaque” serta letaknya benda asing
tersebut dalam mata.
Pemeriksaan yang paling sederhana untuk mengetahui ada
tidaknya benda yang “radioopaque” adalah melakukan “Plain X-ray”
daripada orbita dengan posisi “Antero-Posterior” (PA) dan lateral.
Apabila dengan cara ini dapat dipastikan ada benda asing
“radioopaque” di dalam orbita maka tahap berikutnya adalah menentukan
apakah benda asing tersebut intraokuler atau ekstraokuler. Untuk hal ini
dibutuhkan teknik-teknik khusus seperti metode “Sweet”, metode
“Comberg” dengan menggunakan lensa kontak. Bila benda asing tersebut
adalah “non radioopaque” dibutuhkan pemeriksaan Ultrasonografi untuk
dapat menentukan letaknya. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui
benda tersebut apakah pada bilik mata depan, lensa, segmen posterior,
retina atau retrobulber.
16 | P a g e
C. Akibat Benda Asing Pada Mata
Benda asing dapat mengakibatkan:
Rudapaksa
Erosi konjungtiva atau kornea. Erosi ini timbul apabila benda asing
yang masuk tidak sampai menembus bola mata tetapi hanya tertinggal
pada konjungtiva atau kornea.
Rudapaksa Tembus
Rudapaksa tembus adalah suatu rudapaksa dimana sebagian atau
seluruh lapisan kornea dan sclera mengalami kerusakan. Rudapaksa ini
dapat terjadi apabila benda asing melukai sebagian lapisan kornea atau
sclera dan benda tersebut tertinggal di dalam lapisan tersebut. Pada
keadaan ini tidak terjadi luka terbuka sehingga organ di dalam bola mata
tidak mengalami kontaminasi.
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh
lapisan sclera atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian
bersarang di dalam bola mata ataupun sampai menimbulkan perforasi
ganda sehingga akhirnya benda asing tersebut bersarang di dalam rongga
orbita atau bahkan dapat mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan
ditemukan suatu luka tebuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa
ataupun badan kaca.
Perdarahan
Perdarahan intraokuler dapat terjadi apabila rudapaksa mengenai
jaringan uvea, berupa hifema (perdarahan dalam bilik mata depan) atau
perdarahan dalam badan kaca.
Reaksi Jaringan Mata
Reaksi yang timbul tergantung daripada jenis benda tersebut
apakah benda inert atau reaktif. Pada benda yang inert, tidak akan
memberikan reaksi ataupun kalau ada hanya ringan saja. Benda reaktif
akan memberikan reaksi-reaksi tertentu pada mata.
Bentuk reaksinya tergantung macam serta letak benda asing
tersebut di dalam mata. Benda organik kurang dapat diterima oleh jaringan
17 | P a g e
mata disbanding benda anorganik. Benda logam dengan sifat bentuk reaksi
yang merusak adalah besi berupa “siderosis” dan tembaga berupa
“kalkalosis”. Timah hitam dan seng merupakan benda reaktif yang lemah
reaksinya.
C. Tindakan Pengobatan
Tindakan pengobatan benda asing pada permukaan mata
Mata tersebut ditetes dengan anestetik tetes mata. Benda yang
lunak biasanya hanya menempel saja pada permukaan mata sehingga
untuk mengeluarkannya cukup kapas steril. Benda yang keras biasanya
mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai jarum suntik secara
hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Setelah benda asing
dikeluarkan, mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik sampai
bersih. Kemudian mata diberi tetes midriatik ringan berupa siklopamin
0,25% disusul dengan antibiotik lokal. Mata ditutup dengan bebat kain
sampai tidak terdapat tanda-tanda erosi kornea.
Tindakan Pengobatan Benda Asing dalam Bola Mata
Setiap berada di dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing
sehingga pada dasarnya harus dikeluarkan.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah:
Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda
reaktif
Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan
Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing
tersebut
Apabila benda asing tersebut inert ,maka haruslah dilihat apakah
benda tersebut menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu fungsi
mata atau tidak. Bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang
mengganggu maka sebaiknya dibiarkan saja dan perhatian ditujukan pada
perawatan luka perdorasi yang diakibatkannya. Bila benda tersebut adalah
benda reaktif, maka harus dikeluarkan.
18 | P a g e
Tindakan pengobatan rudapaksa dengan benda asing yang reaktif
didalam bola mata adalah:
Perawatan terhadap luka perforasi
Pertama-tama adalah pemberian tetesmata anestetik,
kemudian pembersihan luka dengan larutan garam fisiologik. Bila
ada jaringan iris atau badan kaca yang prolaps, bagian yang prolaps
d potong (jangan direposisi kembali kecuali bila yakin tidak ada
infeksi).
Bila benda asing dapat dilihat langsung, maka mungkin
dapat dikeluarkan dengan pinset atau magnit melalui luka
perforasi.
Luka perforasi dijahit dengan jarum dan benang yang halus.
Apabila fasilitas tidak memungkinkan untuk dapat melakukan
jahitan penutupan luka, penderita di rujuk ke Rumah Sakit yang
lengkap fasilitasnya.
Sebelum penderita dikirim ke pusat, untuk mencegah
jangan sampai banyak isi bola mata yang prolaps melalui luka
perforasi maka mata tersebut setelah ditutup dengan kain kasa
steril masih harus di tutup lagi dengan semacam penutup (dop)
yang sedemikian rupa sehingga bola mata terlindung dari tekanan
atau sentuhan (yang paling sederhana adalah menutup mata
tersebut dengan kepala sendok).
Penderita juga harus diberi obat penenang, obat analgesic,
dan bila perlu dapat ditambahkan obat antiemetik bila penderita
muntah-muntah karena dengan muntah-muntah akan menambah
banyak prolaps isis bola mata yang prolaps.
Dalam perjalanan ke pusat sebaiknya penderita dalam
posisi berbaring. Pemberian ATS dapat dipertimbangkan.
Pengeluaran benda asing
Pengeluaran benda asing sebaiknya dikeluarkan di Rumah
sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
Jalan Anterior
19 | P a g e
Pemilihan jalan anterior hanya boleh apabila:
Benda asing tersebut berada di bilik mata depan dan
dapat dilihat, dapat dikeluarkan melalui luka perforasi atau
melalui inisi kornea-sklera di daerah limbus apabila benda
berada di sudut bilik mata depan. Benda asing di segmen
posterior yang disertai kerusakan lensa dan luka perforasi
kornea yang besar, dikeluarkan melalui luka perforasi kornea.
Jalan anterior merupakan kontraindikasi apabila lensa masih
utuh.
Jalan Posterior
Pemilihan jalan posterior dilakukan bila benda asing
berada di segmen posterior tanpai disertai kerusakan lensa.
Pengeluaran melalui jalan posterior dapat ditempuh melalui 2
jalan yaitu
Melalui pars plana (4-7 mm dari limbus)
Keuntungan melalui jalan ini ialah:
Retina melekat kuat pada tempat ini
sehingga bahaya ablasi kecil. Daerah ini
mengandung sedikit pembuluh darah sehingga
bahaya perdarahan kecil.
Melalui tempat dimana benda asing berada.
Jalan ini ditempuh bila benda asing berada
di retina. Bahaya yang ditakutkan dengan melalui
jalan ini adalah ablasi retina dan perdarahan.
Pengeluaran benda asing melalui jalan
posterior melakukan fasilitas dan keterampilan yang
khusus sehingga dapat dilakukan oleh dokter ahli
mata.
D. Prognosis
Pada rudapaksa dimana benda asing berada dipermukaan mata tanpa
adanya luka perforasi, umumnya prognosis baik karena benda tersebut dapat
20 | P a g e
langsung dikeluakan dan akibatnya sangat ringan tanpa meninggalkan bekas
ataupun hanya berupa nebula bila pada kornea.
Pada rudapaksa dimana benda asing menyebabkan luka perforasi sehingga
benda asing tersebut berada di dalam bola mata, maka prognosisnya tergantung:
jenis-jenis benda asing.
Benda inert bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu
fungsi mata, prognosisnya baik. Benda reaktif pada umumnya prognosis tidak
baik. Hal ini masih tergantung sifat benda reaktif tersebut, apakah magnit atau non
magnit.
Pada benda yang magnit berhubung pengeluarannya lebih mudah (dengan
magnit), maka hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan benda non magnit
karena cara pengeluarannya sukar.
E. Manifestasi Klinis
1. Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang
ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya
fraktur basis kranii.
2. Ruptur kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus
iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
Ruptur membran descemet ditandai dengan adanya garis
kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah
lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit
menjadi jernih kembali.
3. Hifema
Perdarahan dalam bilik mata depan, yang berasal dari pembuluh
darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai edema kornea dan
endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.
Pembagian hifema:
o Hifema primer, timbul segera setelah terjadi trauma.
21 | P a g e
o Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi
trauma.
o Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila
sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya
peningkatan tekanan intra okuler.
4. Iridoparese-iridoplegi
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi
midriasis.
5. Iridodialisis
Iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi
tidak bulat dan disebut dengan pseudopupil.
6. Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
7. Subluksasio lentis- luksasio lentis
Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke
depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan
menimbulkan afakia. Bila terjadi glaukoma maka perlu operasi untuk
ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara
konservatif.
8. Hemoragia pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, karena banyak
terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.
9. Glaukoma
Disebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut bilik mata
depan, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan
aliran aquous humour.
10. Ruptur sklera
Menimbulkan penurunan tekanan intraokuler. Perlu adanya
tindakan operatif segera.
11. Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan
kebutaan, harus di lakukan operasi.8
22 | P a g e
F. Gambaran Klinis
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke
dalam bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus,
seperti:
- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi
- Tajam penglihatan yang menurun akibat terdapatnya kekeruhan
media refrakta secara langsung akibat trauma tersebut
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata
- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea
- Bentuk dan letak pupil berubah
- Terlihatnya ruptura pada kornea atau sklera
- Adanya hifema pada bilik mata depan
- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa,
badan kaca atau retina
G. Diagnosis
Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan
anamnesis, pemerksaan fisis dan pemeriksaan penunjang jika tersedia.
Pada anamnesis informasi yang di perolah dapat berupa mekanisme dan
onset terjadinya trauma., bahan penyebab trauma dan pekerjaan untuk
mengetahui objek penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan
ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat
apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul
mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler apabila
terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan. Cedera pada anak
dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang diderita, harus di
curigai akan adanya penganiayaan anak. Riwayat kejadian harus diarahkan
secara khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler
sebelumnya, riwayat penyakit, pengobatan sebelumnnya dan alergi.2,5
Pemeriksaan fisik dilakukan secara hati-hati dan manipulasi
sedapat mungkin diminimalisir. Pemeriksaan fisik dimulai dengan
pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Apabila gangguan
penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua
23 | P a g e
titik, dan adanya defek pupil. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit per
orbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang
orbita. Pada pemeriksaan kornea dan konjungtiva bila luka tidak
menyebabkan ruptur bola mata, maka dilakukan eversi kelopak mata untuk
mengetahui lokasi benda tersebut sejelas-jelasnya. Kedalaman dan
kejernihan bilik mata dicatat. Ukuran bentuk dan reaksi terhadap cahaya
pada pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan
apakah terdapat defek pupil di mata yang cedera.2,5,10
Pemiriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat trauma
di segmen anterior bola mata. Tes fluoresin dapat digunakan untuk
mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan
tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan bola mata.
Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek
penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing
intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan
tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa,
kemudian diuji pada strip fluoresin steril. Penguji menggunakan slit lamp
dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip
akibat perubahan pH bila ada pengeluarann cairan mata.
Pemeriksaan ct scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda
logam. Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada
tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang
tidak berkomunikasi dengan pemeriksa.2,5,11
Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata , atau adanya kecenderungan
ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi
dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.
Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada
semua kasus trauma eksternal.2,5,10
H. Penatalaksanaan
24 | P a g e
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat
darurat dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat
menimbulkan bahaya seperti5:
Infeksi
Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika
Pada setiap tindakan bertujuan untuk :
- Mempertahankan bola mata
- Mempertahankan penglihatan
Pada setiap keadaan , harus dilakukan usaha untuk
mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar
atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya
dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Penatalaksanaan pasien dengan trauma okuli perforans adalah :
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit 3,4,5,10,12 :
Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak
Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan
pada bola mata
Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan
Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan
operasi
2. Penatalaksanaan di rumah sakit 4,5,13 :
Pemberian antibiotik spektrum luas
Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi
Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi
Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler
(bila bila mata intak)
Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis
cedera.
I. Komplikasi 2,3,11,13
Komplikasi yang timbul setelah terjadi trauma okuli perforans :
Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis
25 | P a g e
Katarak traumatic
Glaukoma sekunder
Oftalmika simpatika
J. Prognosis
Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor,
seperti 3 :
Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik
Tempat luka pada bola mata
Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing
Benda asing megnetik atau non megnetik
Dalamnya luka tembus, luka tumpul atau luka ganda
Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus
26 | P a g e
Recommended