View
231
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk
ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.1,2
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk
membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang
dipergunakan dalam membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas
dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam
ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan
hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan),
lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari
trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat
diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi;
alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk
semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai
sinonim dari trakeotomi. 6
2.2 Anatomi
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago.
Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas
ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi
dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar
dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar
tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea
di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf
laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan
subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal
yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.2,3
2
Gambar. 2 Penampang Laring dan Trakea
Trakea di perdarahi oleh cabang dari arteri thyroid superior dan inferior
kemudian membentuk anastomose dengan arteri bronkalis yang berasal dari
aortathorakalis. Semua arteri tersebut juga menyuplai esophagus. Aliran
darah vena mengalir ke plexus vena thyroid inferior. Trakea dipersarafi oleh
cabang dari nervus vagus, nervus rekuren laryngeal, dan trunkus
simpatetikus. Ganglia berhubungan dengan bronchi. Nervus ini juga
menyuplai otot trakea dan mukosa trakea. Stimulasi simpatis menyebabkan
relaksasi muskulus trachea sedangkan stimulasi vagal akan menyebabkan
konstriksi.2,3
3
Gambar. 4 Vaskularisasi Laring dan Trakea
2.3 Indikasi Trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan
gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi dan pasien dengan kondisi
kritis yang memerlukan intubasi cukup lama (7-21 hari).5,6,8
Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi; 1,2,4
1. Untuk mengatasi obstruksi laring yang menghambat jalan nafas.
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) disaluran nafas atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma
maka seluruh oksigen yang masuk kedalam paru, tidak ada yang
tertinggal diruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan
paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak
dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam
keadaan koma.
4. Untuk memasang alat bantu nafas (respirator)
5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai
fasilitas untuk bronkoskopi.
4
6. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig),
epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul
melalui mekanisme serupa
Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas yang
progresif, dibagi 4 stadium menurut Jackson:
1. Cekungan tampak pada waktu inspirasi disuprasternal, stridor pada
waktu inspirasi dan pasien masih tenang.
2. Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalan,
ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium.
Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar saat inspirasi.
3. Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di
Infrakalvikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stridor saat inspirasi dan ekspirasi
4. Cekungan-cekungan di-atas bertambah jelas, pasien sangat gelisah
dan tampak sangat ketakutan serta sianosis. Jika keadaan ini
berlangsung terus, maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat
pernafasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur
dan akhirnya meninggal karena asfiksia.1
Tindakan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stdium
2 dan 3. Tindakan ini akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru
hingga 50 % nya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga
yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal
ini juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.1,4
Indikasi lain yaitu:4
1. Cedera parah pada wajah dan leher
2. Setelah pembedahan wajah dan leher
3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
5
Syarat dan Kontra Indikasi
Trakeostomi perkutan memerlukan penahan rasa sakit, sedasi dan
penghambat neuromuskular pada pasien yang dipasang intubasi dan ventilator
mekanik. Trakeostomi perkutan tidak dapat dilakukan pada pasien kegawat
daruratan jalan nafas terutama pada trauma suprglotis atau orofasial. Staf medik
yang ada dirumah sakit harus terlatih dan berpengalaman dalam menajemen jalan
nafas, PT, bronkoskopi dan trakeostomi bedah jika PT gagal atau terjadi
komplikasi. Pasien umur dibawah 16 tahun terutama umur 12 tahun tidak dapat
dilakukan PT.
Deformitas yang tampak jelas pada jalan nafas, jaringan parut yang
sebelumnya didapatkan dari operasi seperti trakeostostomi atau sternotomi, udem
leher, obesitas, gondok, atau tumor pada leher yang menyulitkan untuk palpasi
lokasi lapangan operasi seperti kartilago krikoid. Pada keadaan seperti ini dapat
dianjurkan untuk SST. Pembuluh darah yang tampak di bawah kulit, inflamasi,
dan/ atau ruam pada lokasi operasi juga merupakan kontra indikasi PDT.
Kesulitan untuk mengoptimalkan regangan leher pasien akibat trauma
servical atau arthritis, adanya leher yang pendek atau akibat kifosis yang berat
adalah kontra indikasi PDT. PDT harus ditunda jika hemodinamik pasien tidak
stabil. Untuk melakukan PDT pada pasien yang telah diketahui mengalami
gangguan jalan nafas bergantung pada opini dan pengalaman operator.
Pendarahan diathesis yang tidak teratasi merupakan risiko mutlak yang
dapat menimbulkan pendarahan yang tidak dapat dikontrol selama prosedur.4,5
2.4 Pembagian Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan dan penggunaan sementara. Sedangkan menurut letak insisinya,
trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini
adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan,
maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera (dengan
persiapan sarana sangat kurang) dan trakeostomi berencana (persiapan sarana
cukup) dan dapat dilakukan secara baik.1,4,7
6
Pembagian trakeotomi dipandang dari kesulitan dan kedaruratannya
adalah sebagai berikut :6
1. Trakeotomi biasa
Trakeotomi pada penderita yang tidak sesak dan trakea mudah dicari,
indikasinya :
a) Tumor laring yang belum lanjut (belum sesak), persiapan biopsi.
b) Tumor pangkal lidah/tonsil, persiapan radiasi atau operasi (untuk
anestesi).
2. Trakeotomi sulit
Di sini trakea sulit teraba, dapat terjadi karena :
a) Trakea letaknya “dalam”, sulit dicapai; hal ini karena ada tumor koli.
b) Kepala sulit ekstensi karena adanya tumor koli.
c) Ada jaringan kelenjar tiroid besar di atasnya.
d) Ada pembuluh vena besar karena bendungan disebabkan oleh tumor
koli.
e) Lubang operasi tidak konsisten di garis tengah, karena asisten
memegang haak (pengait) tidak di garis tengah secara konsisten.
f) Insisi terlalu pendek, lapangan operasi sempit sehingga sulit meraba
trakea.
g) Trakea terdorong ke lateral karena terdesak oleh tumor koli.
h) Trakea tak teraba karena ada sikatrik bekas trakeotomi dahulu.
3. Trakeotomi darurat
Darurat karena penderita sesak bahkan mungkin sudah sianosis;
sesak karena lumen sudah menutup jalan napas lebih dari 90%.
4. Trakeotomi darurat dan sulit
Kombinasi ini bisa terjadi yang sangat membahayakan jiwa
penderita.
2.5 Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Trakeostomi Bedah (Surgical)
7
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga
sepanjang 4-5 cm.
2. Trakeostomi Perkutan
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan
dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka
penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
2.6 Peralatan Trakeostomi
a) Jenis Pipa Trakeostomi
- Cuffed Tubes Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko timbulnya aspirasi
- Uncuffed Tubes digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita
yang tidak mempunyai risiko aspirasi.
- Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam) Dua bagian trakeostomi
ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat
dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
- Silver Negus Tubes terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk
trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan
penderita dapat merawat sendiri.
- Fenestrated Tubes Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di
sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernapas
melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan
penderita untuk dapat berbicara.2,5
b) Alat-Alat Trakeostomi
8
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah
semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang
tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam
serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.1,5
2.7 Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital.
Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis
median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip
aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum dengan
10%-15% Lidokain dengan 1;200.000 disuntikkan dikartilago tarakeal 1 dan 2
atau 2 dan 3 secara infiltrasi.
Dimulai pada insisi transversal 2-3 mm pada midline subkrikoid dibuat
pada kulit yang telah ditandai. Pasang curved mosquito forceps dapat digunakan
untuk diseksi tumpul secara vertikal dan tranversal pada fasia pretrakea. Dengan
ujung jari, trakea bagian depan yang telah dipotong dibebaskan dari semua
jaringan sampai terasa area interkartilago. Jika terdapat isthmus, isthmus
dipisahkan dari area interkartilago yang akan ditusuk.
Jarum pertama bersama kateter dimasukkan melalui semprit yang berisi
larutan saline untuk suction continous diarahkan pada midline trakea, posterior
dan kaudal. Jarum insersi paramedian akan terpasang benar dengan percobaan
berulang dituntun dengan bronkoskopik. Tanda telah masuknya jarum pada jalan
udara di trakea dibuktikan dengan adanya gelembung udara pada aspirasi
semprit. Pengatur jalan nafas dipastikan dengan jarum yang dimasukkan dari
pipa translaringeal dengan melihat pergerakan jarum yang pelan dari pipa.
Selanjutnya jarum ditarik perlahan ketika memasukkan kateter beberapa
milimeter ke dalam trakea, dan diperiksa pengaturan jalan nafas dengan
bronkoskopi.
Saat jarum dan semprit sepenuhnya telah dilepaskan, kawat penuntun
telah terpasang beberapa sentimeter ke dalam trakea. Kateter kemudian
sepenuhnya dicabut jika kawat penuntun telah masuk ke lumen trakea.Untuk
9
menjaga kawat penuntun tetap pada kulit yang telah ditandai, kawat tadi
dimasukkan pada dilator yang telah dilubrikasi untuk melebarkan jalan masuk ke
trakea dengan gerakan memutar pelan. Dilator ini dilepaskan jika kawat
penuntun ini telah tepat pada posisi yang telah ditandai. Selama menjaga posisi
kawat penuntun pada kateter dan dilator yang digunakan akan mencegah trauma
pada dinding posterior.
Menurut arah dari tuntunan kateter dan menjaga ujungnya dengan safety
ridge mengarah pada pasien agar kawat penuntun tetap pada kulit yang telah
ditandai. Kateter dengan kawat penuntun dimasukkan sebagai satu unit ke dalam
trakea sampai safety ridge pada kateter tepat pada kulit yang ditandai. Ujung
proksimal dari kateter dan kawat dijaga agar tetap lurus, ini dapat dipastikan
ujung distal dari kateter telah diposisiskan dengan baik dibelakang kawat untuk
mencegah trauma dinding posterior trakea selam tindakan berikutnya.
Dilator serial yang telah dilubrikasi seluruhnya dan pelebaran dimulai
pada jalan masuk ke trakea. Tindakan ini dimulai dengan terlebih dahulu
memasukkan kateter dan kawat penuntun pada dilator curved biru secara
serentak. Untuk meletakkan alat tadi secara tepat, ujung proksimal dari dilator
ditempatkan pada tanda posisi tunggal di kateter penuntun. Penempatan ujung
distal dilator tepat pada safety ridge dalam kateter penuntun. Perhatikan posisi
amam, dimana tiga uniut tersebut dimasukkan dengan gerakan memutar. Ketiga
alat tadi dimasukkan dan ditarik sewaktu-waktu,saat memutar, untuk melakukan
dilatasi yang efektif pada tempat masuk trakea. Kemudian dilator tadi dilepaskan
dan kawat serta kateter tetap pada tempatnya.
Pelebaran pada trakeostomi ini dilanjutkan dengan menggunakan dilator
yang lebih besar. Jalan masuk trakea tadi telah dilebarkan sedikit sampai ukuran
yang muat untuk pipa trakeostomi yang dipilih. Pelebaran ini memudahkan untuk
memasukkan bagian balon dari pipa ke dalam trakea.
Pipa trakeostomi yang akan dimasukkan sebelumnya diisi pada dilator
biru yang telah dilubrikasi dengan ukuran yang sesuai. Pipa dengan balon yang
kempis dimasukkan ke dalam dilator, sehingga ujungnya kira-kira 2 cm dari
dilator. Sistim ini dimasukkan mengikuti kateter penuntun sampai ke safety ridge
dan selanjutnya dimasukkan sebagai satu unit ke dalam trakea. Segera setelah
10
balon memasuki trakea, dilator biru, kateter dan kawat penuntun dikeluarkan.
Untuk memasukkan pipa trakeostomi dual kanul, kanul yang lebih dalam
dikeluarkan lebih dulu untuk insersi dan kemudian prosedur selanjutnya dapat
dijalankan. Pipa trakeostomi kemudian dimasukkan pada cincinnya. Jika
menggunakan pipa dengan dual kanul, kanul yang lebih dalam dimasukkan pada
titik ini. Sekarang pipa telah terhubung dengan ventilator, balon dikembangkan
dan pipa translaringeal dikeluarkan setelah dipastikan ventilasi telah dapat
melewati pipa baru yang dimasukkan. AM melihat trakea melalui pipa
trakeostomi dengan menggunakan bronkoskopi, untuk mencari daerah yang
terluka pada dinding trakea posterior dan menghisap darah jika ada.
Pipa trakeostomi difiksasi dengan sutura dan dibalut dengan sebaik-
baiknya Pasien dihindari dari ektensi leher dan alas kepala dinaikkan 30-40
derajat selama satu jam.Pemeriksaan rontgen dada segera setelah tindakan
diperlukan untuk menilai pemasangan yang benar dari pipa trakeostomi dan
untuk mencegah terjadinya pneumotorak. Pemberian analgetik jika diperlukan. 6,7,10
2.8 Perawatan Pasca Trakeostomi
Segera setelah trakeostomi dilakukan:
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya
komplikasi
2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa
trakeostomi
Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat
menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan
kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua
kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus
dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu
sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya
dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah
insisi.1,2,7
11
2.9 Dekanulasi
Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu yang
diperlukan, terutama pada anak. Harus diangkat secepat mungkin untuk
mengurangi timbulnya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea,
trakeomalasi, dan fistula trakeokutan menetap. Segera setelah keadaan
pasien membaik, ukuran pipa trakeostomi diperkecil sampai ukuran yang
memungkinkan udara dapat memintas pipa menuju saluran nafas bagian
atas. Hal ini menolong menghindari ketergantungan fisiologik pada pipa
yang besar akibat menurunnya resistensi pernafasan. Kemudian pipa
ditutup dan dinilai apakah jalan nafas adekuat, kemampuan menelan dan
mengeluarkan sekret. Jika pipa dapat ditutup selama 8 – 12 jam, pipa
dikeluarkan dan fistel trakeokutan ditutup. Segera setelah dekanulasi,
pasien harus diamati dengan ketat dan alat yang diperlukan untuk
mendapatkan jalan nafas kembali selalu harus tersedia. 7,8,9
Faktor Penyulit Dekanulasi
1. Kondisi yang membutuhkan trakeostomi secara persisten
2. Dislokasi dinding anterior trakea
3. Jaringan granulasi di sekitar stoma
4. Edema mukosa trakea
5. Ketergantungan emosional terhadap trakeostomi
6. Ketidakmampuan mentoleransi resistensi saluran nafas atas
7. Stenosis subglotis
8. Trakeomalasia
9. Inkoordinasi refleks pembukaan laring
10. Perkembangan laring yang terganggu akibat trakeostomi jangka
panjang.
12
2.10 Komplikasi
Komplikasi trakeostomi dibagi menjadi:8,9
1. Segera
a. Apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia pernapasan
b. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya pembuluh darah utama
di leher terutama di bawah cincin trakea ke-4. Untuk mencegah dapat
dilakukan palpasi pada regio substernal terlebih dahulu untuk
mengetahui daerah yang terdapat pulsasi sebelum melakukan
tindakan pembedahan.
c. Pneumothoraks dan pneumomediastinum
d. Trauma kartilago krikoid
2. Menengah
a. Trakeitis dan trakeobronkitis
b. Erosi trakea dan perdarahan
c. Hiperkapnea
d. Atelektasis
e. Pergeseran pipa trakeostomi
Pasien trakeostomi membutuhkan pengawasan ketat untuk
mencegah terjadinya komplikasi, terutama dalam beberapa hari post-
operasi. Salah satu komplikasi yang paling berbahaya dari
trakeostomi adalah dekanulasi tidak sengaja yang berlangsung
sebelum saluran udara antara kulit dan trakea matang, kira-kira 5
sampai 6 hari setelah prosedur. jika stoma belum cukup matang,
maka jaringan akan saling tumpang tindih saat tabung trakeostomi
dilepaskan. dekanulasi tidak sengaja sebelum keadaan saluran stabil
terbentuk dapat menyebabkan hilangnya saluran udara. Beberapa
yang dapat mempengaruhi pasien untuk pelepasan tabung secara
paksa, termasuk : (a) melonggarkan tali/ jahitan pengaman tabung
trakeostomi. (b) penggunaan tabung trakeostomi yang panjangnya
bisa diatur. (c) batuk yang berlebihan.(d) seorang pasien yang lebih
13
berat badan dengan saluran memanjang dari kulit trakea
menyebabkan posisi tabung tidak pada semestinya.
f. Obstruksi pipa trakeostomi
g. Emfisema subkutan
h. Aspirasi dan abses paru
3. Lanjut
a. Fistel trakeokutan menetap
b. Stenosis laring atau trakea
c. Granulasi trakea
d. Trakeomalasia
e. Kesukaran dekanulasi
f. Fistel trakeoesofagus
g. Masalah jaringan parut trakeostomi.
h. Infeksi stoma
Trakeostomi dipertimbangkan sebagai luka bersih yang terkontaminasi.
Kejadian infecti yang dilaporkan sangat bergantung pada kriteria infeksi dalam
penelitian individu yang dipertimbangkan. pada dasarnya, sewaktu tingkat
infeksi stomal dilaporkan berkisar 36% oleh Stauffer, Olson, dan Petty (1981),
kejadian selulitis dan purulense secara umum telah dilaporkan sekitar 3% - 8%
( Delayet dkk, 2006). Infeksi stoma biasaynya muncul sebagai infeksi yang
lambat, sellulitis ringan, atau penggumpalan jaringan. infeksi yang serius seperti
mediastinitis, fasciitis, abscess, dan osteomyelitis klavikularis jarang terjadi, akan
tetapi, ketika itu terjadi, dapat mengakibatkan hilangnya jaringan trakea,
kebororan udara yang besar, dan pendarahan (Snow, Richardson, and Flint,
1981).7,8,9
14
BAB 3
KESIMPULAN
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior
trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas.
Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,
trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini
adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka
trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana
sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat
dilakukan secara baik.
Komplikasi trakeostomi adalah apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia
pernapasan, perdarahan, trauma, dan pneumotoraks.
15
Recommended