View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA
KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN
DI WILAYAH KABUPATEN MAGETAN
OLEH :
FEBRIAN NORMALITASARI
NIM : 201503018
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KUMAN PADA
PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN DI WILAYAH
KABUPATEN MAGETAN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
OLEH :
FEBRIAN NORMALITASARI
NIM : 201503018
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad
SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh khauf dan roja’ kepada Allah SWT sebagai
penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala ridho-Nya yang telah memberi
kekuatan dalam setiap langkah saya. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orangtua saya, Bapak dan Ibu beserta kakak perempuan saya yang
selalu membimbing dan memberikan do’a serta semangat baru untuk saya
dengan tak pernah lelah mendidik saya untuk mencari ilmu, belajar,
beribadah, serta berdo’a.
2. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Beny Suyanto, S.Pd.,M.si dan Zaenal
Abidin, S.KM.,M.Kes. (Epid). yang telah senantiasa memberikan saya
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh keluarga besar Bapak “Bardi” dan Bapak “Imam Kasdi” yang selalu
memberikan do’a dan dukungan kepada saya.
4. Almamater saya, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Seluruh mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2015. Terimakasih atas solidaritas yang luar
biasa, bersama-sama bahu-membahu serta saling membantu demi
terselesaikannya skripsi ini.
6. Semua teman dekat saya yaitu Mimin, Puput, Radatul, Annisa, Nini, dan
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Febrian Normalitasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir: Ponorogo, 01 Februari 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. A.Yani Gang 3 No.6G Kelurahan Purbosuman,
Kabupaten Ponorogo
Email : febriannormalitasari@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. Lulusan TK Kartika (Yani Putra) Tahun 2002
2. Lulusan SD Negeri Pubosuman 1 Tahun 2008
3. Lulusan SMP Negeri 6 Kecamatan Ponorogo Tahun
2011
4. Lulusan SMK Kesehatan Aditapa Madiun Tahun 2014
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2019
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI
RUMAH MAKAN DI WILAYAH KABUPATEN MAGETAN.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang memberi dukungan sebagai
penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnyanya kepada:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes. (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun sekaligus sebagai Pembimbing II.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes. selaku Ketua Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji.
4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd.,M.Si. selaku Pembimbing I.
5. Seluruh staf dan karyawan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang
telah membantu saya dalam melakukan pengumpulan data.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo yang
telah membantu dalam pengujian Angka Kuman Peralatan Makan
7. Kedua Orang Tua dan Keluarga Besar yang selalu mendukung dan
mendoakan saya
8. Semua teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat dan
membantu saya.
ix
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi pembaca serta perkembangan dunia pendidikan
kesehatan di masa yang akan datang.
Madiun, 31 Juli 2019
Penulis
x
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019
ABSTRAK
Febrian Normalitasari
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KUMAN PADA
PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN DI WILAYAH
KABUPATEN MAGETAN.
129 Halaman + 11 Tabel + 5 Gambar + 8 Lampiran
Latar Belakang: Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk
kesehatan manusia. Kontaminasi makanan tidak hanya muncul karena penjamah
makanan, tetapi juga dapat menempel pada peralatan makan yang digunakan
sebagai tempat penyajian, penyimpanan dan pengolahan makanan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa
persyaratan peralatan makanan bakteri tidak boleh lebih dari 0 koloni/cm2.
Tujuan: Untuk menganalisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Angka
Kuman Pada Peralatan Makan Di Rumah Makan Di Wilayah Kabupaten Magetan.
Metode Penelitian: Menggunakan rancangan penelitian Cross sectional dan
metode desain Obsevasional Analitik dengan menggunakan instrument berupa
observasi dan pengambilan swab alat pada piring. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara random sampling.
Hasil penelitian: Menunjukkan bahwa faktor peralatan makan yang paling
berpengaruh terhadap jumlah angka kuman yakni pada teknik pencucian peralatan
makan dengan P value 0,028 dan teknik penyimpanan dengan P value 0,038.
Kesimpulan: Pada proses pencucian peralatan makan menggunakan air mengalir
dan pada teknik penyimpanan piring sebaiknya diletakkan pada rak yang bersih,
bebas debu dan tertutup, serta penggunaan zat desinfektan sesudah proses
pencucian
Kata Kunci: Jumlah Angka Kuman, Peralatan Makan.
Kepustakaan: 34 (2003 - 2019)
xi
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN 2019
ABSTRACT
Febrian Normalitasari
FACTORS THAT INFLUENCE GERMS NUMBERS IN TABLEWARE IN
RESTAURANTS IN THE DISTRICT OF MAGETAN.
129 Pages + 11 Tables + 5 Images+ 8 attachments
Background:Food is an important part of human health. Food contamination not
only arises because of food handlers, but can also stick to tableware used as a
place for serving, storing and processing food. Based on the Regulation of the
Minister of Health RI No. 1096 / Menkes / Per / VI / 2011, that the requirements
for bacterial food equipment should not be more than 0 colonies / cm2. Objective:
To analyze the factors that influence the number of germs on cutlery in
restaurants in the district of Magetan.
Research Methods:Using a cross sectional research design and Analytical
Obsevational design methods using instruments in the form of observation and
tool swab taking on plates. Sampling is done by random sampling.
The results of the study:Shows that the most influential tableware factor is the
number of germ counts, namely the washing technique of tableware with P value
0.028 and storage technique with P value 0.038.
Conclusion:In the washing process of eating utensils using running water and in
the storage technique the plates should be placed on a clean, dust-free and closed
rack, as well as the use of disinfectants after the washing process
Keywords: Number of Germs, Tableware.
Literature: 34 (2003 – 2019)
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ....................................................................................... i
Sampul Dalam ...................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................. iv
Halaman Persembahan ........................................................................ v
Halaman Pernyataan ........................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................... vii
Kata Pengantar ..................................................................................... viii
Abstrak .................................................................................................. x
Daftar Isi ............................................................................................... xii
Daftar Tabel .......................................................................................... xv
Daftar Gambar ..................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................. xvii
Daftar Singkatan .................................................................................. xviii
Daftar Istilah ......................................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................. 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angka Kuman ......................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Angka Kuman ............................................. 11
xiii
2.1.2 Rumus Perhitungan Angka Kuman ............................... 12
2.1.3 Faktor – Faktor Angka Kuman ..................................... 12
2.2 Peralatan Makan ..................................................................... 25
2.2.1 Pengertian Peralatan Makan .......................................... 25
2.2.2 Pengawasan Peralatan Makan ....................................... 26
2.2.3 Persyaratan Peralatan Makan ........................................ 27
2.2.4 Pemeriksaan Peralatan Makan dengan Metode Swab ... 29
2.3 Higiene Sanitasi ...................................................................... 34
2.3.1 Pengertian Higiene Sanitasi ......................................... 34
2.3.2 Pemeriksaan Higiene Sanitasi ...................................... 37
2.4 Rumah Makan......................................................................... 38
2.5 Kerangka Teori ....................................................................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 41
3.2 Variabel Penelitian ................................................................. 42
3.3 Hipotesa Penelitian ................................................................. 42
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................... 44
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................... 45
4.2.1 Populasi ......................................................................... 45
4.2.2 Sampel ........................................................................... 45
4.3 Teknik Sampling ..................................................................... 47
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................... 48
4.5 Variabel Penelitian ................................................................. 49
4.6 Definisi Operasional ............................................................... 50
4.7 Instrumen Penelitian ............................................................... 51
4.7.1 Observasi ...................................................................... 51
4.7.2 Metode Swab ................................................................ 51
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 53
4.8.1 Data Primer .................................................................. 53
4.8.2 Data Sekunder .............................................................. 53
xiv
4.9 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................... 53
4.9.1 Pengolahan Data............................................................ 53
4.9.2 Analisa Data ................................................................. 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan lokasi Penelitian ................................ 60
5.1.1 Profil Dinas Kesehatan ................................................. 60
5.1.2 Geografis ...................................................................... 61
5.1.3 Data Kependudukan ..................................................... 61
5.1.4 Program Kesehatan Kabupaten Magetan ..................... 62
5.2 Hasil Penitian ......................................................................... 62
5.2.1 Hasil Analisa Univariat ................................................ 62
5.2.2 Hasil Analisa Bivariat .................................................. 65
5.2.3 Hasil Analisis Multivariat ............................................ 70
5.3 Pembahasan ........................................................................... 72
BAB 6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 86
6.2 Saran ...................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................. 8
Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................... 50
Tabel 4.2 Coding .................................................................................... 54
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi sarana pencucian .................................... 63
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi teknik pencucian .................................... 63
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi teknik pengeringan ................................ 64
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi teknik penyimpanan .............................. 64
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jumlah angka kuman ............................. 65
Tabel 5.6 Hubungan sarana pencucian dengan angka kuman ................ 66
Tabel 5.7 Hubungan teknik pencucian dengan angka kuman ................ 67
Tabel 5.8 Hubungan teknik pengeringan dengan angka kuman ............ 68
Tabel 5.9 Hubungan teknik penyimpanan dengan angka kuman .......... 69
Tabel 5.10 Ringkasan hasil analisis bivariat .......................................... 70
Tabel 5.11 Variabel yang berhubungan dengan Jumlah Angka Kuman 71
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengambilan Usap Peralatan Makan ....................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................... 40
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .......................................................... 41
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 48
Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan .................................................... 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 2 Form Audiens Seminar
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Magetan
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Kesbangpol Magetan
Lampiran 5 Instrumen Penelitian (Lembar Observasi)
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Hasil Output
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi
xviii
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri
As : Arsenikum
Cd : Cadmium
CI : Confident Interval
Cu : Copper (Tembaga)
DepKes : Departemen Kesehatan
KM : Kilo Meter
Menkes : Menteri Kesehatan
OR : Odd Ratio
OR : Odd Ratio
Pb : Plumbum (Timah)
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
ppm : parts per million
Ps : Pasal
RI : Republik Indonesia
RI : Republik Indonesia
RP : Ratio Prevalen
Sb : Stibium (Antimon)
SK : Surat Keputusan
SOP : Standard Operating Procedures
SPC : Standard Plate Counts
xix
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
TPM : Tempat Pengelolaan Makanan
TPS : Tempat Pembuangan Sampah
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
UU : Undang – Undang
WHO : World Health Organization
Zn : Zink (Seng)
xx
DAFTAR ISTILAH
Anonimity : Tanpa nama
Asumsi : Dugaan
Carrier : Pembawa kuman patogen
Clening : Pembersihan data
Coding : Memberi kode pada data
Confidentiality : Kerahasiaan
Conveyor : Ban berjalan
Dependen : Terikat
Desinfeksi : Membebashamakan
Disease : Penyakit
Dishwashing machine : Mesin cuci piring
Editing : Mengedit data
Enabling factor : Faktor pendukung
Entry : Memasukkan data
Faal : Kerja
Flusing : Merendam dalam air
Food borne deseases : Penyakit bawaan makanan
Foodborne : Bawaan makanan
Hygiene : Prinsip kebersihan
Independen : Bebas
Indikator : Petunjuk atau keterangan
xxi
Informed consent : Lembar persetujuan
Koloni : Kelompok
Mikrobiologis : Berhubungan dengan mikrobiologi
Personal : Perseorangan
Pour plate : Metode tuang
Predisposing factor : Faktor predisposisi
Purposive sampling : Salah satu teknik sampling
Rasio Prevalen : Rasio Prevalensi
Rectal swab : Usap dubur
Reinforcing factor : Faktor pendorong
Sanitasi : Membina suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan
Sanitizing : Membebashamakan
Scraping : Membuang sisa kotoran
Single use : Sekali pakai
Specimen : Sampel
Stem : Dengan uap panas
Substansi : Unsur
Surface plate : Metode permukaan
Swab : Usap
Tabulating : Mengelompokkan data
Teoritis : Secara teori
Toweling : Teknik pengeringan
Water borne deseases : Penyakit bawaan air
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan
manusia, mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit – penyakit yang
diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne
disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut,
antara lain, kebiasaan mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan
dan penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi peryaratan sanitasi.
(Telew, Joseph, Pinontoan, Masyarakat, & Ratulangi, 2018)
Selama tahun 2017 Badan POM telah mencatat 57 berita keracunan
pangan yang diperoleh dari media massa dan PHEOC. Sementara di tahun
yang sama, sebanyak 53 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan
dilaporkan oleh 34 BB/BPOM di seluruh Indonesia. Laporan tersebut
diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi maupun Kabupaten/Kota di 34
Provinsi.(BPOM, 2017)
Ditinjau dari jenis pangan, penyebab KLB Keracunan Pangan tahun 2017
adalah masakan rumah tangga sebanyak 20 kejadian (37,74%) kejadian,
pangan jajanan/siap saji sebanyak 6 kejadian (11,32%) kejadian, diikuti
pangan olahan dan pangan jasa boga masing-masing sebanyak 7 kejadian
(13,21%) kejadian.(BPOM, 2017)
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka Tempat Pengelolaan
2
Makanan (TPM) memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan
yang dihasilkannya. TPM adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi
jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin,
dan makanan jajanan. (Kepmenkes, 2016)
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, persyaratan
higiene sanitasi yang harus dipenuhi salah satunya yakni persyaratan
peralatan yang digunakan(Kepmenkes, 2016)
Berdasarkan persentase capaian TPM yang memenuhi syarat kesehatan
secara nasional pada tahun 2015 sebesar 10,39%, tahun 2016 sebesar 13,66%
dengan target 14%, tahun 2017 sebesar 18,04% dengan target 20%. Capaian
terus meningkat setiap tahunnya namun belum memenuhi target yang sesuai
dengan rencana strategis pada tahun tersebut hal ini bisa terjadi karena masih
kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan terkait penyehatan TPM. Dimana daerah tidak memiliki atau
menganggarkan dana untuk melaksanakan pemeriksaan sampel ke
laboratorium. Sementara Puskesmas pun tidak memiliki alat untuk melakukan
pemeriksaan sampel (Profil Kesehatan Indonesia, 2017)
Data penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Jawa Timur
tahun 2016 dengan target capaian hygiene sanitasi rumah makan sebesar
77,50%, namun baru tercapai sebesar 59,23%, sehingga terjadi kesenjangan
antara target dan capaian sebesar 18,27% (Dinkes, 2016). Sedangkan Data
3
penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Kabupaten Magetan
tahun 2017 tercatat target capaian hygiene sanitasi rumah makan sebesar
80,00%, namun baru tercapai sebesar 68,68%, sehingga terjadi kesenjangan
antara target dan capaian sebesar 11,32% (Dinkes, 2017)
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) rumah makan yang
terdaftar di Dinas Kesehatan tahun 2017 di Kabupaten Magetan adalah 48
Rumah Makan. Rumah makan tersebut tersebar di beberapa Kecamatan
meliputi Kecamatan Takeran, Kawedanan, Magetan, Panekan, Sidorejo,
Plaosan, Maospati, Karangrejo, Karas dan Barat.
Ada banyak faktor yang berperan dalam sanitasi makanan diantaranya
air, tempat pengolahan makanan, peralatan, dan pengolah makanan. Pengolah
makanan memegang peranan penting dalam upaya penyehatan makanan
karena sangat berpotensi dalam menularkan penyakit. (Fitriana, Damayanti,
Sari, & Darni, 2018)
Kontaminasi makanan tidak hanya muncul karena penjamah makanan,
tetapi juga dapat menempel pada peralatan makan yang digunakan sebagai
tempat penyajian, penyimpanan dan pengolahan makanan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa
persyaratan peralatan makanan bakteri tidak boleh lebih dari 0 koloni/cm2.
(Kesehatan & Indonesia, 2011)
Upaya-upaya pengelolaan hygiene sanitasi yang dilakukan oleh pemilik
rumah makan belum dilakukan secara optimal. Masih banyak pemilik rumah
makan tidak mempunyai pengetahuan tentang sarana pencucian peralatan,
4
teknik pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan yang benar
sehingga dapat memberikan dampak kesehatan bagi makanan yang diolah dan
disajikan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Juli Arminta
Sari Kartika, Sri Yuliawati, 2017) menunjukan bahwa alat makan yang di uji
laboratorium yang memenuhi syarat untuk adanya koliform hanya sebesar
42,0% yang berarti bahwa lebih dari setengah jumlah alat makan yang diuji
mempunyai total koliform > 100 koloni sebanyak 51 alat makan (58,0%). Hal
ini disebabkan karena peralatan makanan yang tidak dicuci dan disimpan
sesuai dengan persyaratan peralatan makan pada Permenkes RI
No.715/Menkes/SK/V/2003.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti hasil
pengambilan 3 sampel usap peralatan makan pada piring di Rumah Makan
Di Wilayah Kabupaten Magetan diperoleh 2 sampel piring yang tidak
memenuhi syarat usap peralatan dengan jumlah koloni lebih dari 0
koloni/cm2.
Dari permasalahan yang ditemukan pada rumah makan di Kabupaten
Magetan, terlihat bahwa para pemilik rumah makan kurang memperhatikan
penerapan pencucian dan penyimpanan peralatan dengan baik, sesuai dengan
persyaratan hygiene sanitasi rumah makan.
Maka dari itu sesuai dengan apa yang telah dipaparkan peneliti tertarik
untuk meneliti “ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kuman Pada
Peralatan Makan Di Rumah Makan Di Kabupaten Magetan”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah “Faktor – Faktor apa sajakah
Yang Mempengaruhi Angka Kuman Pada Peralatan Makan Di Rumah Makan
Di Wilayah Kabupaten Magetan ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Angka
Kuman Pada Peralatan Makan Di Rumah Makan Di Wilayah
Kabupaten Magetan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi sarana pencucian yang dapat mempengaruhi angka
kuman peralatan makan Di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan
2. Mengidentifikasi teknik pencucian yang dapat mempengaruhi angka
kuman peralatan makan Di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan
3. Mengidentifikasi teknik pengeringan yang dapat mempengaruhi
angka kuman peralatan makan Di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan
4. Mengidentifikasi teknik penyimpanan yang dapat mempengaruhi
angka kuman peralatan makan Di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan terkait
dengan faktor – faktor yang mempengaruhi angka kuman pada
peralatan makan
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau
rekomendasi untuk Rumah Makan di Kabupaten Magetan dalam
upaya meningkatkan kebersihan peralatan makan dan mengurangi
angka kuman pada peralatan makan.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
Sebagai tambahan informasi terhadap instituti tentang
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) rumah makan di Kabupaten
Magetan melalui faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah angka
kuman peralatan makan dirumah makan di wilayah Kabupaten
Magetan.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lanjutan
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi angka kuman pada
peralatan makan di Rumah Makan.
7
4. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang faktor – faktor yang mempengaruhi angka kuman pada
peralatan makan di Rumah Makan.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tempat dan
Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Faktor – faktor yang
berhubungan dengan
jumlah angka kuman
dan keberadan
Escherichia coli pada
alat makan (studi
penelitian di panti
sosial asuh kyai
ageng majapahit)
Juli Arminta
Sari Kartika,
Sri
Yuliawati,
Retno
Hestiningsih
Studi
penelitian di
panti sosial
asuh Kyai
Ageng
Majapahit,
Tahun 2017
Cross
sectional.
Pengambilan
sampel metode
purposive
sampling
- Pengetahuan
- Kondisi
kesehatan
- Personal
hygiene
- Teknik
pencucian
- Teknik
pengeringan
- Teknik
penyimpanan
Keberadaan E.Coli :
- Tidak ada Hubungan dengan
pengetahuan (P value 0,647)
- Tidak ada Hubungan dengan kondisi
kesehatan (P value 0,718)
- Tidak ada Hubungan dengan
personal hygiene (P value 0,307)
- Tidak ada Hubungan dengan teknik
pencucian (P value 0,463)
- Tidak ada Hubungan dengan teknik
pengeringan (P value 0,728)
- Tidak ada Hubungan dengan teknik
penyimpanan (P value 0,469)
2. Gambaran angka
kuman dan
keberadaan
Escherichia coli pada
peralatan makan
rumah makan di
kelurahan mahakeret
barat dan mahakeret
timur kecamatan
wenang kota manado
Merceline
Telew,
Woodford
B.S Joseph,
Odi
Pinontoan
rumah makan
di kelurahan
mahakeret
barat dan
mahakeret
timur
kecamatan
wenang kota
manado,
Tahun 2018
Survey
deskriptif
- Pemeriksaan
jumlah angka
kuman
- Pemeriksaan
keberadaan
E.coli
- Proses
pencucian
peralatan
makan
- Pemeriksaan Jumlah angka kuman
sebanyak 100% tidak memenuhi
syarat
- Pemeriksaan keberadaan E.Coli dari
6 Rumah Makan 2 diantaranya tidak
memenuhi syarat dengan prosentase
33,3%
- Proses pencucian peralatan makan
dari 6 rumah makan 5 diantaranya
tidak melalui perendaman dengan
prosentase 83,3%
9
Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tempat dan
Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
3. Faktor – faktor yang
berhubungan dengan
jumlah koloni bakteri
dan keberadaan
E.coli pada air cucian
peralatan makan
pedagang makanan
di tembalang
Rifka Fuzia
Bilqis, Nur
Endah
Wahyuningsi
h, Yusniar
Hanani
darundiati
Pedagang
makanan di
sekitar kampus
UNDIP
Tembalang,
Tahun 2016
Explanatory
research
dengan
pendekatan
cross sectional
- Kondisi fisik
sumber air
- Cara
pencucian
- Kondisi
personal
Higiene
Penjamah
- Jenis
Penggunaan
Air
- Tidak terdapat hubungan antara
kondisi fisik sumber air cucian
peralatan makan dengan jumlah koloni
bakteri dan keberadaan E.coli pada air
cucian peralatan makan (P value 1,000
dan 0,247)
- Tidak terdapat hubungan antara cara
pencucian peralatan makan dengan
jumlah koloni bakteri dan keberadaan
E.coli pada air cucian peralatan
makan (P value 0,543 dan 0,900)
- Tidak terdapat hubungan antara
kondisi personal higiene penjamah
peralatan makan dengan jumlah koloni
bakteri pada air cucian peralatan
makan (P value 1,000)
- Tidak terdapat hubungan antara
kondisi personal higiene penjamah
peralatan makan dengan E.coli pada
air cucian peralatan makan (P value
0,022)
- Tidak terdapat hubungan antara cara
pencucian peralatan makan dengan
Jenis Penggunaan Air pada air cucian
peralatan makan (P value 1,000 dan
0,247)
10
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Variabel Bebas : Sarana pencucian, teknik pencucian, teknik pengeringan dan teknik penyimpanan
2. Subyek Penelitian : Angka Kuman pada peralatan makan berupa “Piring”
3. Tempat Penelitian : Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan
4. Rancangan Penelitian : Cross sectional dengan metode desain Obsevasional Analitik
5. Tahun penelitian : 2019
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angka Kuman
2.1.1 Pengertian Angka Kuman
Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam
suspense akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan
dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan
tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspense
tersebut. Angka kuman alat makan ini digunakan sebagai indikator
kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci.(Nurul,
2017).
Menurut Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 alat
makan yang digunakan harus sesuai dengan yang dipersyaratan seperti
bahan peralatan, keutuhan peralatan, fungsi dan letak peralatan.
Kandungan bakteri dalam alat makan harus sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Permenkes RI, yaitu peralatan makan yang tidak boleh
mengandung angka kuman yang melebihi 0 koloni/cm2 permukaan
alat. Bila lebih dari angka kuman yang ditentukan berarti tidak
memenuhi syarat kesehatan. Untuk membuktikan apakah lingkungan
tempat penjualan makanan dan hygiene perorangan dalam mengelola
12
kebersihan alat makan dalam kondisi yang baik maka perlu
pemeriksaan angka kuman alat makan tersebut.(Kepmenkes, 2011).
2.1.2 Rumus Perhitungan Angka Kuman
1. Perhitungan Jumlah Koloni =
Jumlah koloni − Kontrol
Luasa 5cm x 10 cm x 4 buah (setiap 1 jenis alat yang disampling)
2. Luasan = luas yang diusap (5cm x 10 cm) x 4 = 200
2.1.3 Faktor – Faktor Angka Kuman
Angka kuman peralatan makan bisa muncul dikarenakan
beberapa hal. Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan adanya angka kuman :
1. Faktor Peralatan
a. Sarana Tempat Pencucian Peralatan Makan
Persyaratan Tempat mencuci peralatan yaitu :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan.
2) Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas
dengan suhu 40°C- 80°C dan air dingin yang bertekanan 15
psi (1,2kg/cm2).
3) Tempat pencuci peralatan dihubungkan dengan saluran
pembuangan air limbah.
13
Pada sarana tempat pencucian peralatan makan dibagi
menjadi 2 jenis perangkat, yakni :
1) Perangkat keras, berupa sarana yang dapat dipakai berulang,
sedikitnya tersedia 3 (tiga) bagian yaitu :
a) Bagian untuk persiapan
b) Bagian untuk pencucian, yang terdiri dari satu sampai tiga
bak atau bagian, yaitu :
- Bagian pencucian atau bak pertama berisi air sabun
- Bagian pembersihan atau bak kedua berisi air bersih
untuk membilas
- Bagian desinfeksi atau bak ketiga berisi air yang diberi
desinfektan atau dengan air panas.
c) Bagian pengeringan atau penirisan
2) Perangkat lunak pada umumnya bersifat habis dipakai
seperti :
a) Air
Air yang digunakan untuk proses pencucian peralatan
makan hendaknya air bersih dan mengalir , menggunakan
perendaman dengan air kaporit, penirisan, perendaman
kembali dengan air panas bersuhu 82ºC - 100ºC dan
dilakukan pengeringan. (Marisdayana, Sahara, & Yosefin,
2017).
14
b) Zat pembersih atau Bahan Pembersih
Bahan pembersih memiliki beberapa bentuk,
diantaranya sabun, deterjen dan produk pembersih lainnya.
Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum
digunakan oleh masyarakat, baik oleh rumah tangga,
industri, perhotelan, rumah makan, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuknya deterjen yang beredar di
pasaran dapat berupa deterjen bubuk, dan deterjen cair.
Deterjen cair pada umumnya mempunyai fungsi yang
sama dengan deterjen bubuk. Hal yang membedakan
keduanya adalah bentuknya, yaitu dalam bentuk bubuk
dan cair. Deterjen cair banyak digunakan dalam pembersih
alat-alat dapur.
c) Bahan penggosok
Bahan penggosok tergantung dari jenis alat
penggosok yang digunakan misalnya dari sabut atau zat
pembuang bau seperti abu gosok, arang atau jeruk nipis.
d) Desinfektan
Desinfektan yang digunakan pada proses pencucian
peralatan makan dapat menggunakan desinfektan dengan
dosis atau takaran yang cukup sedikitnya dengan larutan
kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5 ppm air panas 80 °C
selama 2 menit.
15
b. Teknik Pencucian
Menurut (Depkes, 2006) teknik pencucian yang benar akan
memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan –
tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat
dan aman sebagai berikut :
1) Scraping (membuang sisa kotoran )
Yaitu memisahkan sisa kotoran dan sisa – sisa makanan
yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa
makanan di atas piring, gelas sendok dan lain – lain. Kotoran
tersebut dikumpulkan di tempat sampah (kantong plastik)
selanjutnya diikat dan dibuang ditempat sampah kedap air
(drum atau tong plastik tertutup). Penanganan sampah yang
rapi perlu diperhatikan untuk mencegah pengotoran pada
pencucian yang berakibat tersumbatnya saluran limbah.
2) Flusing (merendam dalam air)
Yaitu mengguyur air kedalam peralatan yang akan
dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.
Sebelum peralatan yang akan dicuci telah dibersihkan dari
sisa makan dan ditempatkan dalam bak yang tersedia,
sehingga perendaman dapat berlangsung sempurna.
Perendaman peralatan dapat juga dilakukan tidak dalam
bak, tetapi kurang efektif, karena tidak seluruh bagian alat
dapat terendam sempurna. Perendaman dimaksud untuk
16
mmberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan
yang menempel atau mengeras (karena sudah lama) sehingga
menjadi mudah untuk dibersihkan atau terlepas dari
permukaan alat.
3) Washing (mencuci dengan detergen)
Yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok dan
melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau detergen.
Detergen yang baik yaitu terdiri dari detergen air atau bubuk,
karena detergen sangat mudah larut dalam air, sehingga
sedikit kemungkinan membekaas pad alat yang dicuci. Pada
tahap ini digunakan sabun, tapas atau zat pembuang bau (abu
gosok, arang atau air jeruk nipis).
4) Rinsing (membilas dengan air bersih)
Yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergen
sampai bersih dengan cara dibilas dengan air berih. Pada
tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan selalu
diganti. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan cara
menggosok – gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak
licin. Bila mana masih terasa licin berarti pada perlatan
tersebut masih menempel sisa – sisa lemak atau sisa – sisa
detergen dan kemungkinan mengandung bau amis atau anyir.
17
5) Sanitizing/ Desinfection (membebashamakan)
Yaitu untuk membebashamakan peralatan setelah
proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin
aman dan mikroba dengan cara sanitasi atau yang dikenal
dengan istilah desinfeksi :
Cara desinfeksi yang umum dilakukan yaitu :
a) Dengan rendaman air panas 100ºC selama 2 menit
b) Dengan larutan klor aktif (50 ppm)
c) Dengan udara panas (oven)
d) Dengan sinar ultraviolet (sinar matahari pagi jam 9
sampai jam 11) atau peralatan elektrik yang
menghasilkan sinar ultraviolet
e) Dengan uap panas panas (stem) yang biasanya terdapat
pada mesin cuci piring (dishwashing machine)
Berikut teknik pencucian peralatan makan dapat dilakukan
menggunakan dua cara, yaitu :
1) Pencucian dengan cara manual adalah sebagai berikut :
a) Pertama, menggunakan bak cuci yang terdiri dari dua
bak. Bak pertama digunakan untuk merendam alat dapur
yang kotorannya telah disingkirkan, didalam air panas
bertemperatur sekitar 40-50ºC dengan campuran sabun
atau detergen.
18
b) Bak yang kedua digunakan untuk membilas dengan
menggunakan air yang panas sekali dengan temperature
77ºC - 82ºC.
c) Untuk mencapai hasil yang baik diperlukan pembilasan
sebanyak dua kali, kemudian diletakkan pada rak – rak
hingga kering. Jadi, sebaiknya tidak dikeringkan dengan
menggunakan kain pengering tersebut karena
mengandung bakteri – bakteri yang disebabkan
penggunaan kain tersebut berkali- kali.
d) Cara yang terbaik adalah pengeringan dengan
menggunakan kertas pengering yang hanya dapat
digunakan sekali untuk setiap pemakaian.
e) Bak cuci sebaiknya terbuat dari stainless steel serta
dilengkapi dengan keran air panas dan dingin. Selain
dengan bak cuci dapat juga digunakan mesin pencuci
(washing machine), yang alatnya didesain khusus untuk
alat dapur.
2) Pencucian dengan washing machine adalah sebagai berikut :
a) Alat – alat kotor yang sudah dibersihkan dari sisa
makanan dimasukkan kedalam kotak mesin cuci, lalu di
tutup dan dinyalakan mesinnya.
19
b) Secara otomatis alat tersebut akan menyemburkan air
panas yang sudah mengandung sabun untuk beberapa
saat, lalu pembilasan dan terakhir pengeringan.
c) Alat pencuci piring dan gelas yang digunakan untuk
penyelenggaraan makanan bagi orang banyak biasanya
menggunakan alat pencuci yang menggunakan alat
pencuci yang memakai conveyor (ban berjalan).
c. Teknik Pengeringan (Toweling)
Yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan dengan
menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk
menghilangkan sisa–sisa kotoran yang mungkin masih
menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda
detergen, noda klor dan sebagainya. Prinsip menggunakan lap
pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya tidak boleh
dilakukan, karena akan terjadi pencemaran sekunder
(rekomendasi).
Toweling ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang
digunakan harus steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang
paling baik adalah yang sekali pakai (single use). Pengeringan
peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak
anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari
atau sinar buatan/mesin.
20
Berdasarkan jurnal penelitian dari (Fadhila, Wahyunigsih,
& Darundiati, 2015) menyatakan bahwa pedagang
mengeringkan peralatan makan setelah dicuci maupun pada saat
akan digunakan dalam proses penyajian dengan menggunakan
kain lap. Sebanyak 50% responden mengeringkan peralatan
dengan baik yakni dilihat dari keadaan lap pada saat digunakan.
Lap tersebut bersih dari noda, dalam keadaan kering, dan tidak
berbau. Apabila lap yang digunakan dalam kondisi yang tidak
baik maka akan menimbulkan kontaminasi bakteri yang dapat
mencemari peralatan makan. Lap yang lembab merupakan
media tempat berkembangbiak bakteri. Noda dan bau dapat
dijadikan indikator bahwa lap tersebut dapat mempengaruhi
jumlah bakteri yang terdapat pada peralatan makan.
d. Teknik Penyimpanan
Peralatan makan yang sudah dibersihkan, diletakkan pada
rak dengan posisi ditumpuk kecuali piring diletakkan pada sekat
– sekat rak dengan posisi miring guna untuk meniriskan air pada
peralatan makan agar bersih dan kering dengan sendirinya.
Berdasarkan jurnal penelitian (Rizqi, Hestiningsih, &
Saraswati, 2016) menyatakan bahwa masih terdapat responden
yang menyimpan peralatan makan dalam kondisi yang basah
dan terbuka (tidak terbalik). Cara penyimpanan peralatan
makanan harus sesuai dengan ketentuan yangberlaku agar
21
peralatan makan selalu dalam keadaan bersih sebelum
digunakan karena cemaran yang tertinggal akibat pencucian
peralatan makan yang kurang baik akan menjadi media
pertumbuhan mikroorganisme.
2. Faktor Penjamah
a. Pengetahuan penjamah
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Cecep, 2015)
Adanya bakteri E.coli ini disebabkan karena hygiene dan
sanitasi peralatan makanan yang kurang baik serta pengetahuan
penjamah makanan tentang hygiene dan sanitasi makanan,
khususnya hygiene dan sanitasi peralatan makan yang rendah.
Kontaminasi E.coli terhadap peralatan makan menjadikan
peralatan makan tidak layak untuk dipergunakan karena akan
berdampak langsung bagi manusia pengguna peralatan makan.
Pengetahuan juga merupakan salah satu komponen yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
penjamah makanan terhadap penerapan hygiene sanitasi
makanan. Pengetahuan penjamah makanan dapat dilihat dari
22
beberapa komponen seperti pendidikan, pengalaman (lama
kerja), lingkungan (kebiasaan), umur dan jenis kelamin. Maka
dari itu pengetahuan penjamah makanan sangat berperan penting
dalam berjalannya proses pengolahan makanan dengan
menerapkan prinsip – prinsip Higiene Sanitasi Makanan
(Fitriana, Damayanti, Sari, & Darni, 2018)
Pengetahuan juga merupakan komponen dalam
pembentukan perilaku seseorang, pengetahuan dipengaruhi pula
oleh pendidikan, pengalaman, dan lingkungan sehingga
pengetahuan sejalan dengan perilaku dimana apabila
pengetahuan penjamah makanan dalam kategori baik maka
perilaku juga akan berada dalam kategori baik
(Notoatmodjo,dalam Inayah, 2015)
Pengetahuan penjamah tentang Higiene Sanitasi sangatlah
penting, berikut persyaratan yang harus diterapkan oleh
penjamah makanan : (Fatmawati, Rosidi, & Handarsari, 2013)
1) Pakaian kerja pengolah makanan yang sebaiknya dipakai
pada saat kerja.
2) Tindakan yang dilakukan pada saat batuk atau bersih
3) Waktu mencuci tangan yang sebaiknya dilakukan
4) Keadaan kuku jari tangan seorang tenaga pengolah makanan
5) Perhiasan (cincin/gelang) seorang tenaga pengolah makanan
pada saat bekerja
23
6) Seorang tenaga pengolah makanan yang sakit
7) Perlakuan terhadap makanan yang telah selesai dimasak
8) Proses pencucian peralatan yang baik
9) Tempat cuci tangan tenaga pengolah makanan
10) Tenggang waktu yang paling baik untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga pengolah makanan yang
dilakukan secara periodik sebagai sertifikat bukti sehat diri
dan bebas dari penyakit.
Kriteria tingkat pengetahuan penilaian pengetahuan
menurut Arikunto (2006) dikutip dari (Wawan & Dewi, 2011)
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
Baik dengan presentase 76%-100%; Cukup dengan presentase
56%-75%; dan Kurang dengan presentase <56%.
b. Perilaku Penjamah
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan
seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan
kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang
diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati langsung maupun
tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Maka dari itu perilaku penjamah makanan
sangatlah berperan dalam hal pengolahan makanan. Dengan
24
penerapan perilaku penjamah terhadap hygiene sanitasi
makanan pada saat mengolah makanan dapat mengurangi
timbulnya kontaminasi makanan dengan penjamah (Cecep,
2015)
Faktor lain yang dapat menyebabkan adanya bakteri pada
peralatan makan yaitu penjamah makanan yang tidak
memperhatikan atau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam penanganan makanan. Seorang tenaga pengolah
makanan atau penjamah makanan baik dalam mempersiapkan,
mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun menyajikan perlu
memperhatikan hygiene perorangannya.
Perilaku hygiene pengolah makanan atau penjamah harus
disediakan alat pelindung diri bagi pengolah makanan seperti
masker dan penutup kepala, SOP (Standard Operating
Procedures), penjamah makanan harus mengikuti pelatihan
tentang hygiene pengolah makanan, adanya sosialisasi tentang
hygiene sanitasi makanan serta adanya pengawasan khusus dari
institusi dalam pengolahan makanan(Fatmawati et al., 2013)
Penjamah makanan harus berperilaku sesuai dengan
beberapa persyaratan dibawah ini :(Kepmenkes, 2011)
1) Tidak merokok
2) Tidak makan atau mengunyai
25
3) Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak
berhias (polos)
4) Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk
keperluannya
5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan
setelah keluar dari toilet/jamban
6) Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan
benar
7) Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai
di luar tempat jasaboga
8) Tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat
batuk atau bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari
ruangan
9) Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan dan telah
diolah
2.2 Peralatan Makan
2.2.1 Pengertian Peralatan Makan
Peralatan adalah segala macam alat yang digunakan untuk
mengolah dan menyajikan makanan. Perlindungan terhadap peralatan
makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila tidak
larut dalam makanan, mudah di cuci dan aman digunakan. Peralatan
utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak atau pecah selain
dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber
26
pengumpulan kotoran karena tidak dapat tercuci dengan sempurna
(Depkes RI dalam Pohan, 2009). Demikian pula bila berukir hiasan,
hiasan merek atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh di
gunakan.
2.2.2 Pengawasan Peralatan Makan
Permukaan peralatan makan seringkali menjadi sumber
kontaminasi pada bahan pangan yang diolah jika tidak dibersihkan
dengan baik. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah atau
peralatan dapat berupa stainless steel, plastik, kaca, keramik, kayu
bahkan batu.
Sanitasi yang diperlukan umumnya meliputi pencucian dan
perlakuan sanitasi menggunakan sanitaiser. Pencucian terutama
dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan sisa-sisa bahan
yang diolah, sedangkan perlakuan sanitasi menggunakan sanitaiser
ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau seluruh
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan wadah atau peralatan
pengolahan tersebut.
Selain air, dalam pencucian biasanya menggunakan deterjen
untuk mengemulsifikasi lemak dan melarutkan mineral serta
komponen- komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen
yang digunakan harus memenuhi persyaratan tidak bersifat korosif
dan mudah dibersihkan dari permukaan.
27
Dalam proses sanitasi, sanitaiser yang sering digunakan adalah
uap panas, air panas, halogen (khlorin atau iodine). Jenis sanitaiser,
konsentrasi yang digunakan, suhu dan metode yang diterapkan
bervariasi tergantung dari jenis wadah dan alat yang dibersihkan
maupun jenis mikroorganisme yang akan dibasmi.
Untuk mengetahui kesempurnaan perlakuan sanitasi terhadap
suatu wadah atau peralatan pengolahan maka permukaan dari
peralatan tersebut diuji secara mikrobiologis. Tergantung dari bentuk
wadah atau peralatan yang akan diuji, terutama beberapa metode uji,
misalnya untuk botol atau wadah yang permukaannya cekung
diterapkan metode bilas sedangkan peralatan pengolahan dengan
permukaan relative datar digunakan metode usap atau swab.
2.2.3 Persyaratan Peralatan Makan
Adapun persyaratan peralatan makan menurut Permenkes RI
No.1906/MENKES/PER/VI/2011 yaitu :
1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh
mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga
membahayakan kesehatan antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
28
f. Antimon (Sb)
2. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan
pencemaran terhadap makanan
3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada
sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.
4. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi
ambang batas, dan tidak boleh mengandung E. coli per cm2
permukaan air.
6. Cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan:
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergen air
dingin, air panas, sampai bersih.
b. Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau
iodophor 12,5 ppm air panas 80 °C selama 2 menit.
c. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan : Peralatan
yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar
buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.
d. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan
e. Semua peraalatan yang kontak dengan makanan harus disimpan
dalam keadaan kering dan bersih.
29
f. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya
harus dibalik
g. Rak - rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak
aus atau rusak.
h. Laci – laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
i. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dan
sumber pengotoran/kontaminasi dari binatang perusak.
2.2.4 Pemeriksaan Peralatan Makan dengan Metode Swab
1. Metode Pengambilan Sampel
a. Alat
1) Piring
2) Kapas Steril (Cotton Swab)
3) Tabung reaksi steril
4) Rak tabung reaksi
5) Cool pack/ ice pack
6) Spirtus
7) Etiket
8) Handscoon
9) Korek api
10) Masker
11) Alat tulis
30
b. Bahan
1) Media Transport Buffer fosfat
2) Media Nutrien Agar
3) Aquadest
4) Alkohol 70%
5) Kapas
c. Teknik Pengambilan
Gambar 2.1 Pengambilan Usap Peralatan Makan
1) Siapkan peralatan yang akan diusap yaitu alat makan yang
sudah dicuci dan siap digunakan
2) Gunakan sarung tangan steril sebelum pengambilan sampel
3) Dari tiap jenis alat makan diambil 4 – 5 buah secara acak,
gunakan satu lidi kapas steril untuk setiap kelompok jenis alat
tersebut
31
4) Siapkan lidi kapas steril, buka tutup tabung media transport
yang berisi buffer phospat, masukkan lidi kapaas steril
kedalamnya.
5) Lidi kapas steril yang sudah masuk kedalam botol ditekan
kedinding botol untuk membuang cairan, baru kemudian
diangkat untuk melakukan usapan.
6) Cara melakukan usapan pada piring yakni usapan dilakukan
pada bagian permukaan dalam dengan cara melakukan dua
usapan yang satu sama lainnya saling menyilang siku – siku
dari bagian tepi piring.
7) Pengusapan pada setiap bidang prmukaan seperti tersebut
diatas dilakukan tiga kali berturut – turut. Satu lidi kapas
steril dipergunakan untuk satu kelompok jenis alat yang
terdiri dari 4 – 5 buah
8) Pada perabot lainnya pengusapan dilakukan pada bidang –
bidang seluas 8 inchi persegi atau ± 50 cm2
sebanyk tiga kali
berturut – turut
9) Setiap selesai mengusap satu alat berasal dari satu kelompok
jenis alat, lidi kapas steril harus dimasukkan kedalam botol
berisi cairan Buffer Phospat diputar – putar dan ditekan –
tekan pada dinding tabung untuk membuang cairannya, lalu
diangkat dan digunakan untuk mengusap alat berikutnya.
Lakukan hal ini berulang – ulang sampai seluruh alat dalam
32
satu kelompok diambil usapnya. Dengan demikian maka
untuk satu kelompok jenis alat hanya menggunakan satu lidi
kapas steril.
10) Setelah semua kelompok alat masak makan selesai diusap,
lidi kapas dimasukkan kembali kedalam botol yang berisi
cairan Buffer Phospat, ujung lidi dipatahkan, bibir botol
dipanaskan dengan api spiritus lalu botol ditutup.
11) Beri label pada botol dengan menempelkan kertas selotip
yang telah ditulis dengan Bolpoint/spidol, dengan
mencantumkan : nama specimen, tanggal dan waktu, alamat
dan petugas pengambil sampel.
12) Pengiriman dilakukan dalam suhu dingin pada hari yang
sama (UPTD Labkesda Ponorogo., 2019)
2. Metode Pengiriman Sampel
a. Memberikan etiket pada tabung reaksi dan sampel cotton
swab usap alat makan.
b. Menulis Kode sampel ditulis kembali dalam formulir
pengambilan sampel/ buku catatan pengambilan sampel yang
berisi : Kode sampel/ no. lab, Jenis specimen / sampel (nama
alat masak/ makan, Lokasi TPM,Tanggal dan waktu
pengambilan sampel, Petugas pengambil sampel.
c. Masukkan kedalam tas yang berisi cool pack/ ice pack
d. Pengiriman sampel usahakan dilakukan pada hari yang sama.
33
3. Pemeriksaan Angka Kuman
Pemeriksaan Angka Kuman specimen hendaknya diperiksa
dalam waktu kurang dari 30 menit setelah pengambilan untuk
menghindari bertambahnya jumlah angka kuman atau matinya
beberapa kuman dalam cairan garam buffer tersebut.
Cara Pemeriksaan :
a. Menyediakan 4 tabung steril dalam rak tabung
b. Ambil 1 ml sampel masukkan ke tabung pertama (10-1
)
homogenkan
c. Ambil 2 ml dari tabung pertama masukkan 1 ml ke petridish
pertama (10-1
) disebut pengenceran 1 dan masukkan 1 ml ke
tabung kedua (10-2
)
d. Homogenkan tabung kedua, ambil 2 ml dari tabung kedua
masukkan 1 ml k petridish kedua (10-2
) disebut pengenceran 2
dan masukkan 1 ml ke tabung ketiga (10-3
)
e. Homogenkan tabung ketiga (10-3
) , ambil 2 ml dari tabung
ketiga masukkan 1 ml ke petridish ketiga (10-3
) dan 1 ml ke
tabung keempat (10-4
)
f. Begitu seterusnya sampai tingkat pengenceran yang ditentukan
g. Kemudian tuangkan PCA cair ke masing – masing petridish
yang telah berisi sampel sebanyak 15 – 20 ml
h. Homogenkan semua media yang sudah terisi sampel tersebut
dengan cara memutar petridish membentuk angka delapan
hingga tercampur merata dan biarkan dingin / beku.
i. Buat kontrol media dengan dengan memasukkan cairan Buffer
Phospat 1 ml kedalam petridish kontrol dan tuang PCA cair
sebanyak 15 – 20 ml.
j. Masukkan kedalam Inkubator 35°C selama 2 x 24 jam dalam
keadaan terbalik
34
k. Lihat hasilnya, hitung koloni yang terdapat pada masing –
masing petridish
l. Catat hasilnya
m. Hitung sesuai rumus
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap
disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 0
koloni/cm2 permukaan alat.(Kesehatan & Indonesia, 2011)
Adapun tujuan dari pengambilan sampel usap alat bertujuan
sebagai bahan pemeriksaan angka kuman kuman yang ada pada
peralatan makan agar dapat diketahui sejauh mana tingkat hygienis
atau kebersihan peralatan makan yang digunakan
2.3 Higiene Sanitasi
2.3.1 Pengertian Higiene Sanitasi
1. Pengertian Higiene
Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah
kesehatan, serta berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk
memperbaiki kesehatan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fathonah,
2005). Higiene juga mencakup upaya perawatan kesehatan dini,
termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene mencakup
perlunya perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam proses
pengolahan makanan agar terhindar dari sakit, baik yang
disebabkan oleh penyakit pada umumnya, penyakit akibat
kecelakaan ataupun penyakit akibat prosedur kerja yang tidak
memadai.
35
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan,
mencuci piring dan membuang bagian makanan yang rusak.
(Sabarguna, 2011)
Apabila ditinjau dari kesehatan lingkungan, higiene adalah
usaha kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena faktor lingkungan. Pengertian tersebut termasuk pula upaya
melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehtan
manusia., sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan tidak sampai menimbulkan penyakit.
2. Pengertian Sanitasi
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor – faktor
lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit
tersebut. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan
menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan aman
(Mukono,2006). Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya,
menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah, dan lain –
lain (Sabarguna, 2011)
Diperlukan penerapan 10 sanitasi makanan untuk mencegah
kontaminasi makanan dengan zat – zat yang dapat mengakibatkan
36
gangguan kesehatan Usaha – usaha sanitasi meliputi kegiatan –
kegiatan :
a. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan
b. Higiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan
oleh karyawan yang bersangkutan
c. Keamanan terhadap penyediaan air
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makan terhadap kontaminasi selama dalam proses
pengolahan, penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/ perlengkapan.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan
makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu
bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri. Sanitasi makanan yang
buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia dan
faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi
udara yang kurang baik., temperatur ruangan yang panas dan
lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan
yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan
(Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia
karena adanya zat – zat kimia yang digunakan untuk
37
mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat – obat
penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat – obat pertanian
untuk kemasan makanan dan lain – lain. Sanitasi makanan yang
buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena adanya
kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya
sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang
yang mengkonsumsi makanan tersebut.
3. Pemeriksaan Higiene Sanitasi
Menurut Permenkes RI No. 1096 : Pemeriksaan higiene
sanitasi dilakukan untuk menilai kelaikan persyaratan teknis fisik
yaitu bangunan, peralatan dan ketenagaan serta persyaratan
makanan dari cemaran kimia dan bakteriologis. Nilai pemeriksaan
ini dituangkan di dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara
pemeriksaan sampel atau specimen. Pemeriksaan laboratorium
terdiri dari :
a. Cemaran kimia pada makanan negative
b. Angka kuman E.coli pada makanan 0/gr contoh makanan
c. Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)
d. Tidak diperoleh adanya carrier (pembawa kuman patogen) pada
penjamah makanan yang diperiksa (usap dubur/rectal swab)
38
2.4 Rumah Makan
Di Indonesia, rumah makan juga biasa disebut sebagai restoran. Rumah
makan atau restoran merupakan salah satu tempat yang banyak dikunjungi
oleh masyarakat umum dengan sedemikian memerlukan perhatian khusus di
bidang sanitasi. Sanitasi yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan
masalah kesehatan, diantaranya adalah water and food borne disease dan
munculnya vektor penyakit. Hal ini dapat kita lihat adanya kejadian-kejadian
atau wabah penyakit perut yang justru disebabkan oleh kelalaian dari pemilik
rumah makan atau restoran yang kurang mengerti masalah kebersihan dalam
penyelenggaraan makanan dan minuman.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan
dijelaskan bahwa rumah makan adalah salah satu usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi
dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian, serta penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat
usahanya (Menteri Kesehatan RI, 2003).
Rumah makan dan restoran di Indonesia sebagian besar masih belum
mengerti betul perihal hygiene sanitasi yang erat hubungannya dengan
kesehatan. Pada umumnya pemilik rumah makan atau restoran dalam
menyelenggarakan usahanya hanya mementingkan segi komersial saja dan
kurang memperhatikan persyaratan peraturan tentang kesehatan atau sanitasi
tempat umum. Dalam pengawasan permasalahan hygiene sanitasi, diperlukan
39
peraturan atau kebijakan tentang pendirian dan pengelolaan tempat umum
termasuk rumah makan atau restoran sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
40
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010)
Angka Kuman
Peralatan Makan di
Rumah Makan
Pengetahuan Penjamah
Teknik pengeringan
peralatan
Faktor Predisposisi
(Predisposing
Factor)
Faktor Pemungkin
(Enabling Factor)
Faktor Penguat
(Reinforcing
Factor)
Perilaku Penjamah
Sarana pencucian
peralatan
Teknik pencucian
peralatan
Teknik penyimpanan
peralatan
Peralatan
Makanan
Higiene
Sanitasi
Rumah
Makan
41
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan
antara variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar
konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa
yang telah diuraikan pada studi kepustakaan (Nasir,Abdul,ideputri, 2011).
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Terdiri dari
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
(Independen)
Variabel Terikat
(Dependen)
Faktor
Peralatan
Faktor
Penjamah
Sarana pencucian
Teknik pencucian
Teknik pengeringan
Pengetahuan penjamah
Angka
Kuman
Peralatan
Makan
Perilaku penjamah
Teknik penyimpanan
42
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi Angka Kuman pada Peralatan makan di Rumah Makan
Di wilayah Kabupaten Magetan yang meliputi:
1. Sarana pencucian peralatan makan
2. Teknik pencucian peralatan makan
3. Teknik pengeringan peralatan makan
4. Teknik penyimpanan peralatan makan
3.2.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah angka kuman pada
peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten Magetan
3.3 Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nasir,Abdul,Ideputri, 2011).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.3.1 H0 = Tidak ada pengaruh antara sarana pencucian terhadap angka
kuman peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan.
H1 = Ada pengaruh antara sarana pencucian terhadap angka kuman
peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan.
43
3.3.2 H0 = Tidak ada pengaruh antara teknik pencucian terhadap angka
kuman peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan.
H1 = Ada pengaruh antara teknik pencucian terhadap angka kuman
peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan.
3.3.3 H0 = Tidak ada pengaruh antara teknik pengeringan terhadap angka
kuman peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan.
H1 = Ada pengaruh antara teknik pengeringan terhadap angka kuman
peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan.
3.3.4 H0 = Tidak ada pengaruh antara teknik penyimpanan terhadap angka
kuman peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah
Kabupaten Magetan.
H1 = Ada pengaruh antara teknik penyimpanan terhadap angka kuman
peralatan makan di Rumah Makan Di wilayah Kabupaten
Magetan.
44
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik.
Penelitian analitik bertujuan untuk menganalisis determinan dari suatu
fenomena. Rancangan penelitian analitik, peneliti berusaha mencari hubungan
antara variabel. Jadi dalam penelitian analitik dibuat kesimpulan yang bersifat
sebab akibat. Penelitian jenis ini dilakukan analisis terhadap data yang telah
dikumpulkan, oleh karena itu pada penelitian analitik perlu dibuat hipotesis
yang harus diuji.
Penelitian ini menggunakan desain rancangan cross sectional (potong –
lintang) yakni dimana rancangan penelitian yang mencakup semua jenis
penelitian yang pengukuran variabel – variabelnya dilakukan satu kali, pada
satu saat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai Agustus 2019 di
Rumah Makan di wilayah Kabupaten Magetan. Instrumen pada penelitian ini
menggunakan observasi dan usap peralatan makan. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini adalah dengan cara pengisian lembar kuisioner oleh
Penanggung jawab Rumah Makan, serta pengambilan usap peralatan makan
berupa “Piring” yang digunakan di Rumah Makan di wilayah Kabupaten
Magetan.
45
4.2 Populasi Dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sujarweni, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Rumah Makan yang
terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dengan jumlah
sebesar 48 Rumah Makan.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari sejumlah karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni,
2014). Sampel dalam penelitian ini sejumlah 43 Rumah Makan dengan
jenis peralatan berupa piring sejumlah 4 piring di setiap rumah makan
yang diperoleh dari penghitungan berikut menggunakan rumus Slovin.
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas
toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan
persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel
46
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan
5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas
kesalahan 10% memiliki tingkat akurasi 90%. Dengan jumlah populasi
yang sama, maka semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar
jumlah sampel yang dibutuhkan.
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
n = 48
1+48 (0,05)2
n = 48
1+48 (0,0025)
n = 48
1+0,12
n = 48
1,12
n = 42,85
n = 43, Jadi jumlah minimal sampel adalah 43 responden.
Adapun Inklusi atau kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, yakni :
1. Rumah Makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan
2. Rumah Makan yang masih beroperasi atau masih melakukan
kegiatan
Sedangkan Eksklusi atau kriteria anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel, yakni : Rumah Makan yang sudah tidak
lagi beroperasi atau tidak lagi melakukan kegiatan
47
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik
probability sampling yaitu dengan menggunakan simple random samping.
Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).
Cara merandom untuk menentukan sampel yaitu sebagai berikut :
4.3.1 Membuat daftar nama rumah makan dan diberi nomor urut untuk
masing-masing rumah makan.
4.3.2 Membuat kertas undian yang diberi keterangan mengenai nama rumah
makan dan nomor urut rumah makan.
4.3.3 Mengelompokkan kertas tersebut sesuai dengan nama rumah makan.
4.3.4 Kertas tersebut digulung dan kemudian diundi sesuai dengan proporsi
masing-masing.
4.3.5 Jika keluar nama rumah makan yang sama, gulungan tersebut
dimasukkan lagi untuk diundi kembali untuk dijadikan sampel.
48
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan penahapan dalam suatu penelitian pada
kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Nursalam, 2010). Berikut disampaikan kerangka
kerja dari penelitian ini mulai awal hingga penarikan kesimpulan.
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Semua Rumah Makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dengan jumlah sebesar 48
Rumah Makan
Teknik Sampling
Probability Sampling yaitu dengan menggunakan Simple Random
Sampel
Sebagian Rumah Makan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan sejumlah 43 sesuai
dengan kriteria inklusi. Pada setiap Rumah Makan alat makan yang diambil sampelnya berupa 4 piring
yang digunakan sebagai alat penyaji.
Pengumpulan data
Observasi dan Usap Alat Makan
Pengolahan data
Editing, Coding, Entry, Cleaning,Tabulating
Hasil dan kesimpulan
Desain Penelitian
Cross Sectional
Analisis Data
Regresi Logistik
49
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Pengertian Variabel
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari
satu subyek ke subyek lainnya. Variabel adalah karakteristik benda atau
subyek, bukan bendanya itu sendiri.
4.5.2 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Sehingga
variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebas atau
independentnya yakni faktor peralatan (sarana pencucian, teknik
pencucian, teknik pengeringan, dan teknik penyimpanan), faktor
penjamah (pengetahuan dan perilaku penjamah)
4.5.3 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel
kriteria, respon, dan output (hasil). Variabel dependen merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel independen (bebas). Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah angka kuman peralatan makan berupa “Piring” di Rumah Makan
di wilayah Kabupaten Magetan.
50
4.6 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel yang diungkap
dalam definisi konsep secara operasional, secara praktik dan secara nyata
dalam lingkup objek penelitian atau objek yang diteliti. Mendefinisikan
variabel secara operasional adalah menggambarkan atau mendeskripsikan
variabel penelitian sedemikian rupa, sehingga orientasi pengertian definisi
operasional terletak pada istilah yang spesifik (tidak berinterpretasi ganda)
dan terukur (Observable atau measurabele) (Nasir,Abdul,ideputri, 2011).
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Definisi Operasional
Variabel penelitian ini adalah :
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat
ukur
Skala
data Skor
1. Angka
Kuman
Perhitungan jumlah
bakteri yang didasarkan
pada asumsi bahwa setiap
sel bakteri hidup dalam
suspense akan tumbuh
menjadi satu koloni
setelah diinkubasikan
dalam media biakan dan
lingkungan yang sesuai.
Usap
Alat
metode
swab
Nominal 0 = Tidak memenuhi
syarat, jika
jumlah angka kuman > 0
koloni/cm2
1 = Memenuhi syarat,
jika jumlah angka kuman <
0 koloni/ cm2
2. Sarana
pencucian
Sarana pencucian
merupakan alat yang
digunakan sebagai proses
pencucian yakni
perangkat keras berupa
bak dan perangkat lunak
berupa air, sabun, bahan
penggosok dan air panas.
Observasi Nominal 0 = Tidak lengkap, jika tidak
menggunakan air panas atau
desinfektan sebagai zat untuk
membebashamakan
1 = lengkap, jika
menggunakan air panas atau
desinfektan sebagai zat untuk
membebashamakan
3. Teknik
pencucian
Tahapan pencucian yang
perlu diikuti agar hasil
pencucian sehat dan
aman.
Observasi Nominal 0 = Tidak sesuai, jika tidak
melakukan tahap scraping,
flusing,washing, rinsing, dan
sanitizing
1 = Sesuai, jika melakukan
tahap scraping,
flusing,washing, rinsing, dan
sanitizing
51
Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala
data Skor
4. Teknik
pengeringan
Proses pengeringan
alat makan dengan
cara penirisan dan
pengelapan
Observasi Nominal 0 = Kurang baik, jika
menggunakan lap pada
alat yang sudah dicuci
bersih
1 = Baik, jika tidak
menggunakan lap pada
alat yang sudah dicuci
bersih
5. Teknik
penyimpanan
Peralatan makan
“piring” diletakkan
pada sekat – sekat rak
dengan posisi miring
guna untuk meniriskan
air pada peralatan
makan agar bersih dan
kering dengan
sendirinya.
Observasi Nominal 0 = Kurang baik, jika
diletakkan langsung
ditumpuk
1 = Baik, jika diletakkan
miring
4.7 Instrument Penelitian
4.7.1 Observasi
Observasi merupakan suatu metode yang digunakan oleh peneliti
dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh responden. Observasi dapat berisi sebuah daftar jenis kegiatan
yang mungkin timbul dan akan diamati oleh peneliti
(Nasir,Abdul,Ideputri, 2011)
4.7.2 Metode swab
Metode ini memerlukan swab atau alat pengoles berupa lidi yang
ujungnya diberi kapas steril dan larutan buffer fosfat atau garam
fisiologis, pertama–tama swab dimasukkan kedalam larutan pengencer
kemudian diperas dengan cara menekankan pada dinding tabung bagian
atas sambil diputar – putar. Selanjutnya permukaan peralatan yang diuji
52
diusap dengan swab tertentu dengan luasan tertentu. Penyekaan pada
satu area dilakukan sebanyak tiga kali.
Adapun tujuan dari pengambilan sampel usap alat bertujuan
sebagai bahan pemeriksaan angka kuman kuman yang ada pada
peralatan makan agar dapat diketahui sejauh mana tingkat hygienis atau
kebersihan peralatan makan yang digunakan.
Angka Kuman peralatan makan dapat diketahui hasilnya setelah
dilakukan uji laboratorium, dalam penelitian ini pengambilan usap
peralatan makan untuk uji laboratoriumnya yakni menggunakan jasa
dari Laboratorium Kesehatan Daerah Ponorogo.
53
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Data primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Pada
umumnya data primer ini belum tersedia, sehingga seorang peneliti
harus melakukan pengumpulan data sendiri berdasarkan kebutuhannya.
Data primer dari penelitian ini meliputi wawancara dengan
menggunakan kuesioner, observasi yang dilakukan oleh peneliti secara
langsung serta pengambilan usap alat makan berupa piring.
4.8.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
sumber lain atau pihak lain yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan
dengan obyek penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan
data yang diperoleh dari instansi yang terkait. Data sekunder diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, jumlah rumah makan di
Kabupaten Magetan.
4.9 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
1. Editing
Editing biasanya dilakukan untuk memeriksa kelengkapan
dan kebenaran data seperti pengisian, kesalahan pengisian,
konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Editing juga
54
meneliti lagi daftar pertanyaan yang telah di isi apakah yang
ditulis di situ benar atau sudah sesuai dengan yang dimaksud.
2. Coding
Coding adalah proses mengklasifikasian data dan pemberian
kode jawaban responden. Dilakukan saat pembuatan kuesioner
untuk mempermudah pengolahan data selanjutnya.
No Variabel Coding Kategori
1 Angka
Kuman
0
1
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
2 Sarana
Pencucian
0
1
Tidak lengkap
Lengkap
3 Teknik
Pencucian
0
1
Tidak Sesuai
Sesuai
4 Teknik
Pengeringan
0
1
Kurang Baik
Baik
5 Teknik
Penyimpanan
0
1
Kurang Baik
Baik
3. Entry
Entry merupakan proses memasukkan data hasil kuesioner
yang sudah diberikan kode pada masing-masing variabel,
kemudian dilakukan analisis data dengan memasukkan data-data
tersebut dengan software statistik untuk dilakukan univariat.
4. Cleaning
Cleaning merupakan pengecekkan kembali data yang telah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,
sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan
dianalisis.
55
5. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui
editing dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat
yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel ini terdiri
atas kolom dan baris. Kolom pertama yang terletak paling kiri
digunakan untuk nomor urut atau kode responden. Kolom yang
kedua dan selanjutnya digunakan untuk variabel yang terdapat
dalam dokumentasi. Baris digunakan untuk setiap responden.
4.9.2 Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas
(sarana pencucian, teknik pencucian, teknik pengeringan, teknik
penyimpanan), variabel terikat ( jumlah angka kuman pada
peralatan makan dirumah makan).
2. Analisis Bivariat
Data yang diperoleh akan dianalisis secara analitik untuk
mengetahui hubungan antar variabel dengan menggunakan uji
statistik. Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).
Analisa penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square dan
besarnya resiko dengan Odd Ratio (OR).
56
Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square (x2)
untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-
masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengambilan
hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikan dengan
derajat kepercayaan (α < 0,05), hubungan dikatakan bermakna
apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono, 2014).
Syarat uji Chi Square adalah sebagai berikut :
a. Untuk tabel lebih dari 2 x 2 continuity correction, untuk tabel 2
x 2 dengan expected count < 5.
b. Sedangkan Fisher’s exact digunakan untuk tabel 2 x 2 dengan
expected count > 5.
c. Semua pengamatan dilakukan dengan independen.
d. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel-
sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20%
dari total sel.
Hasil Uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada atau
tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata
lain hanya dapat menyimpulkan ada atau tidaknya hubungan
antara dua variabel kategorik. Dengan demikian Uji Chi Square
dapat digunakan untuk mencari hubungan dan tidak dapat untuk
melihatseberapa besarhubungannya atau tidak dapat melihat
kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar (Sujarweni,
2015). Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika
57
mempunyai nilai p < 0,05. Pada studi cross sectional estimasi
resiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalen (RP). Syarat
pembacaan hasil output chi-square dalam SPSS yaitu :
a. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut
menjadi faktor resiko.
b. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel
tersebut tidak menjadi faktor resiko.
c. Jika nilai RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi
faktor resiko.
d. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas
kemaknaan α = 0,05 (5%).
1) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (H0)
diterima dan (Ha) ditolak berarti tidak ada hubungan.
2) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha)
diterima dan (H0) ditolak berarti ada hubungan.
3) Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti bukan
faktor resiko atau tidak berhubungan.
4) Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti
merupakan faktor resiko atau berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan
bahwa nilai expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka
nilai p-value dilihat dari continuity correction. Data diambil
58
berdasarkan kunjungan langsung peneliti dengan menggunakan
kuesioner dan pengamatan langsung.
3. Analisis Multivariat
Terdapat tiga analisis multivariat yang sering digunakan
dalam penelitian kedokteran, yaitu regresi linier, regresi logistik,
dan regresi cox. Pemilihan bergantung pada kerangka konsep,
skala pengukuran variabel terikat dan jumlah pengukuran variabel
terikat.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya yakni kategorik maka
dari itu menggunakan metode uji regresi logistik. Analisis
multivariat bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang berhubungan dengan variabel terikat. Kemudian untuk
mengontrol varibel perancu sehingga diperoleh hubungan murni
antara satu variabel bebas dengan variabel terikat.(M.Sopiyudin
Dahlan,2014).
Proses analisis multivariat dengan menghubungkan beberapa
variabel independen dan variabel dependen dalam waktu
bersamaan sehingga dapat diketahui variabel independen manakah
yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen,
apakah variabel independen berhubungan dengan variabel
dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak (Hastono,
2007). Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Regresi Logistik.
59
Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik
adalah sebagai berikut (Dahlan, 2014) :
a. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model
multivariat dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi
bivariat antara masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen dengan uji regresi logistik sederhana.
b. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value <0,25 atau
termasuk substansi yang penting maka variabel tersebut dapat
dimasukkan dalam model multivariat.
c. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam
analisis multivariat.
d. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik
menghasilkan p value masing - masing variabel.
e. Variabel yang p value >0,05 ditandai dan dikeluarkan satu-
persatu dari model, hingga seluruh variabel yang p value >0,05
hilang.
f. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang
menunjukan bahwa semakin besar nilai exp(B)/RP maka makin
besar pengaruh variabel tersebut tehadap variabel dependen.
60
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
5.1.1 Profil Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan merupakan unsur pelaksana
pemerintah daerah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas, yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui
sekretaris daerah Kabupaten Magetan. Dinas Kesehatan Kabupaten
Magetan beralamat di jalan Imam Bonjol No. 4 Magetan. Dinas
kesehatan memiliki peran yang sangat besar dalam upaya penyediaan
layanan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau oleh setiap
individu, keluarga, dan masyarakat Kabupaten Magetan pada
umumnya. Dinas Kesehatan memiliki kewenangan desentralisasi di
bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis kesehatan,
pemberian perizinan dan pelaksanaan kesehatan, serta pembinaan
terhadap UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) kesehatan (Depkes RI,
2004).
61
Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, 2019
5.1.2 Geografis
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan terletak pada 7 38’ 30”
lintang selatan dan 111 20’ 30” bujur timur, dengan batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi
2. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri
4. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah)
Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua se-Jawa Timur
setelah Kabupaten Sidoarjo, dengan luas 688,8 km2.
5.1.3 Data Kependudukan
Berdasarkan data Proyeksi dari Pusdatin Kementrian Kesehatan
RI dan Biro Pusat Statistik Pusat jumlah penduduk Kabupaten Magetan
pada tahun 2017 sebanyak 628.609 jiwa yang terdiri dari 306.112 jiwa
62
laki-laki dan 322.497 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk
912,56 jiwa per km2. Sementara Sex Ratio penduduk pada tahun 2017
menunjukkan angka 94,92%, yang berarti pertumbuhan penduduk laki-
laki lebih kecil dari perempuan (Dinkes Magetan, 2019).
5.1.4 Program Kesehatan Kabupaten Magetan
Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam
pembangunan nasional, di mana derajat kesehatan sangat menentukan
sekali dalam pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia
sebagai modal dasar pembangunan. Di era otonomi daerah, bidang
kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan dan
pembangunan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten (UU No.
22 Tahun 1999, Ps. 11 ayat 2). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang mampu hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI No. 23 Tahun 1992),
untuk mewujudkannya diperlukan perencanaan yang strategis, mantap,
terpadu, dan berkesinambungan (Dinkes Magetan, 2017).
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Hasil Univariat
Berikut adalah hasil analisis univariat yang menyajikan distribusi
variabel sarana pencucian, teknik pencucian, teknik pengeringan, teknik
penyimpanan dan jumlah angka kuman rumah makan di wilayah
Kabupaten Magetan.
63
1. Sarana Pencucian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Sarana Pencucian
No Sarana Pencucian di Rumah Makan F Persen (%)
1 Tidak Lengkap 10 23,3
2 Lengkap 33 76,7
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa sarana pencucian pada
rumah makan di Kabupaten Magetan yang tidak lengkap lebih
sedikit, yaitu 10 rumah makan (23,3%) daripada sarana pencucian
lengkap pada rumah makan di Kabupaten magetan, yaitu sebesar 33
rumah makan (76,7%).
2. Teknik Pencucian
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Teknik Pencucian
No Teknik Pencucian di Rumah Makan F Persen (%)
1 Tidak Sesuai 21 48,8
2 Sesuai 22 51,2
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa teknik pencucian pada
rumah makan di Kabupaten Magetan yang tidak sesuai lebih sedikit,
yaitu 21 rumah makan (48,8%) daripada teknik pencucian sesuai pada
rumah makan di Kabupaten magetan, yaitu sebesar 22 rumah makan
(51,2%).
64
3. Teknik pengeringan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Teknik Pengeringan
No Teknik Pengeringan di Rumah Makan F Persen (%)
1 Kurang Baik 28 65,1
2 Baik 15 34,9
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa teknik pengeringan pada
rumah makan di Kabupaten Magetan dengan kategori kurang baik,
yaitu sebanyak 28 rumah makan (65,1%) lebih banyak dari pada
teknik pengeringan alat makan dengan kategori baik, yaitu sebanyak
15 rumah makan (34,9%).
4. Teknik penyimpanan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Teknik Penyimpanan
No Teknik Penyimpanan di Rumah Makan F Persen (%)
1 Kurang Baik 20 46,5
2 Baik 23 53,5
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa teknik penyimpanan pada
rumah makan di Kabupaten Magetan dengan kategori kurang baik
lebih sedikit, yaitu sebanyak 20 rumah makan (46,5%) dari pada
teknik penyimpanan alat makan dengan kategori baik, yaitu sebanyak
23 rumah makan (53,5%).
65
5. Jumlah Angka Kuman
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Teknik Penyimpanan
No Jumlah Angka Kuman Pada Piring di
Rumah Makan F Persen (%)
1 Tidak Memenuhi Syarat 33 76,7
2 Memenuhi Syarat 10 23,3
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah angka kuman pada
pirirng di rumah makan di Kabupaten Magetan dengan kategori tidak
memenuhi syarat lebih banyak, yaitu sebanyak 33 piring (76,7%) dari
pada jumlah angka kuman pada pirirng di rumah makan dengan
kategori baik, yaitu sebanyak 10 piring (23,3%).
5.2.2 Hasil Analisa Bivariat
Pada Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui besarnya
nilai Ratio Prevalen (RP) dan mencari pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent menggunakan uji statistik Chi – Square
dan penentuan Ratio Prevalen dengan taraf kepercayaan (CI) 95% serta
tingkat kemaknaan 0,05.
Berikut merupakan hasil dari analisis bivariat dengan variabel
independent ( sarana pencucian, teknik pencucian, teknik peneringan
dan teknik penyimpnan) dengan variabel dependent (jumlah angka
kuman peralatan makan di rumah makan). Dari hasil uji silang antara
variabel independent dengan variabel dependent akan ditunjukkan
sebagai berikut:
66
Tabel 5.6 Hubungan Sarana Pencucian Peralatan Makan dengan Jumlah Angka
Kuman Peralatan Makan di Rumah Makan di Wilayah Kabupaten
Magetan
Sarana
Pencucian
Jumlah Angka Kuman
RP 95%
CI P
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat Total
n % N % n %
Tidak Lengkap 9 90,0 1 10,0 10 100 3,375 0,373 –
30,565
0,407
Lengkap 24 72,7 9 27,3 33 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi – Square pada tabel
diatas mengenai hubungan sarana pencucian peralatan makan pada
piring dengan jumlah angka kuman peralatan makan di rumah makan
menunjukkan bahwa pada jumlah angka kuman yang tidak memenuhi
syarat mayoritas ada pada kelompok dengan sarana pencucian tidak
lengkap yaitu sebanyak 9 (90,0%) rumah makan, sedangkan jumlah
angka kuman yang memenuhi syarat mayoritas ada pada kelompok
dengan sarana pencucian lengkap yaitu sebanyak 9 (27,3%) rumah
makan.
Hasil analisis bivariat diatas diperoleh variabel sarana pencucian
memiliki p-value 0,407 (> 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara
sarana pencucian peralatan makan berupa piring dengan jumlah angka
kuman dengan nilai RP = 3,4 (95% CI 0,373 – 30,565).
67
Tabel 5.7 Hubungan Teknik Pencucian Peralatan Makan pada Piring dengan
Jumlah Angka Kuman Peralatan Makan di Rumah Makan di
Wilayah Kabupaten Magetan
Teknik
Pencucian
Jumlah Angka Kuman
RP 95%
CI P
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat Total
n % N % n %
Tidak Sesuai 20 95,2 1 4,8 21 100 13,846 1,564 –
122,584
0,009
Sesuai 13 59,1 9 40,9 22 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi – Square pada tabel
diatas mengenai hubungan teknik pencucian peralatan makan pada
piring dengan jumlah angka kuman peralatan makan di rumah makan
menunjukkan bahwa pada jumlah angka kuman yang tidak memenuhi
syarat mayoritas ada pada kelompok dengan teknik pencucian tidak
sesuai yaitu sebanyak 20 (95,2%) rumah makan, sedangkan jumlah
angka kuman yang memenuhi syarat mayoritas ada pada kelompok
dengan teknik pencucian sesuai yaitu sebanyak 9 (40,9%) rumah
makan.
Hasil analisis bivariat diatas diperoleh variabel teknik pencucian
memiliki p-value 0,009 (< 0,05) yang artinya ada hubungan antara
teknik pencucian peralatan makan berupa piring dengan jumlah angka
kuman dengan nilai RP = 13,8 (95% CI 1,564 – 122,584). yang artinya
variabel dengan teknik pencucian tidak sesuai mempunyai resiko 13,8
kali lebih besar memiliki jumlah angka kuman tidak memenuhi syarat
dibandingkan variabel yang mempunyai teknik pencucian yang sesuai.
68
Tabel 5.8 Hubungan Teknik Pengeringan Peralatan Makan pada Piring dengan
Jumlah Angka Kuman Peralatan Makan di Rumah Makan di
Wilayah Kabupaten Magetan
Teknik
Pengeringan
Jumlah Angka Kuman
RP 95%
CI P
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat Total
n % N % n %
Kurang Baik 24 85,7 4 14,3 28 100 4,000 0,911 –
17,555
0,073
Baik 9 60,0 6 40,0 15 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi – Square pada tabel
diatas mengenai hubungan teknik pengeringan peralatan makan pada
piring dengan jumlah angka kuman peralatan makan di rumah makan
menunjukkan bahwa pada jumlah angka kuman yang tidak memenuhi
syarat mayoritas ada pada kelompok dengan teknik pengeringan kurang
baik yaitu sebanyak 24 (85,7%) rumah makan, sedangkan jumlah angka
kuman yang memenuhi syarat mayoritas ada pada kelompok dengan
teknik pengeringan baik yaitu sebanyak 6 (40,0%) rumah makan.
Hasil analisis bivariat diatas diperoleh variabel teknik
pengeringan memiliki p-value 0,073 (> 0,05) yang artinya tidak ada
hubungan antara teknik pengeringan peralatan makan berupa piring
dengan jumlah angka kuman dengan nilai RP = 4,0 (95% CI 0,911 –
17,555).
69
Tabel 5.9 Tabulasi Teknik Penyimpanan Peralatan Makan pada Piring dengan
Jumlah Angka Kuman Peralatan Makan di Rumah Makan di
Wilayah Kabupaten Magetan
Teknik
Penyimpanan
Jumlah Angka Kuman
RP 95%
CI P
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat Total
n % N % n %
Kurang Baik 19 95,0 1 5,0 20 100 12,214 1,383 –
107,865
0,011
Baik 14 60,9 9 39,1 23 100
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi – Square pada tabel
diatas mengenai hubungan teknik penyimpanan peralatan makan pada
piring dengan jumlah angka kuman peralatan makan di rumah makan
menunjukkan bahwa pada jumlah angka kuman yang tidak memenuhi
syarat mayoritas ada pada kelompok dengan teknik penyimpanan
kurang baik yaitu sebanyak 19 (95,0%) rumah makan, sedangkan
jumlah angka kuman yang memenuhi syarat mayoritas ada pada
kelompok dengan teknik penyimpanan baik yaitu sebanyak 9 (39,1%)
rumah makan.
Hasil analisis bivariat diatas diperoleh variabel teknik
penyimpanan memiliki p-value 0,011 (p < 0,05) yang artinya ada
hubungan antara teknik penyimpanan peralatan makan berupa piring
dengan jumlah angka kuman. Hasil dari perhitungan resiko diperoleh
nilai RP = 12,2 (95% CI 1,383 – 107,865) , yang artinya variabel
dengan teknik penyimpanan kurang baik mempunyai resiko 12,2 kali
lebih besar memiliki jumlah angka kuman tidak memenuhi syarat
dibandingkan variabel yang mempunyai teknik penyimpanan baik.
70
5.2.3 Hasil Analisa Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan
beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen secara
bersama-sama. Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis
regresi logistik untuk melihat variabel independen yang paling
berpengaruh dalam variabel dependen.
Variabel yang menjadi kandidat model multivariat adalah variabel
independen dengan nilai p < 0,25 dalam analisis bivariat. Variabel-
variabel yang masuk ke dalam model multivariat dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat No Variabel RP 95%CI P
1
2
3
Teknik Pencucian
Teknik Pengeringan
Teknik Penyimpanan
13,846
4,000
12,214
(1,564 – 122,584)
(0,911 – 17,555)
(1,383 – 107,865)
0,009
0,073
0,011
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.10 diatas bahwa dari hasil analisis bivariat
maka variabel dengan nilai p < 0,25 yang masuk ke dalam model
multivariat yaitu variabel Teknik pencucian, Teknik pengeringan, dan
Teknik penyimpanan. Kemudian dilakukan analisis regresi logistik
ganda dengan metode Backward LR, yaitu memasukkan semua variabel
independen ke dalam model, tetapi kemudian satu per satu variabel
independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan
statistik tertentu.
Pada langkah pertama variabel independen teknik pengeringan
dikeluarkan karena p value > α (0,25 > 0,293). Variabel yang dapat
71
masuk dalam model regresi logistik adalah variabel yang mempunyai
nilai p value < 0,25. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.11 Variabel Yang Berhubungan dengan Jumlah Angka Kuman Pada
Peralatan Makan di Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan
No Variabel Nilai B aRP 95%CI P
1
2
Teknik Pencucian
Teknik Penyimpanan
Konstanta
2,539
2,408
-322
12,672
11,111
0,725
1,311 – 122,475
1,137 – 108,536
0,028
0,038
Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa setelah di analisis
menggunakan multivariat dengan metode Backward LR didapatkan hasil
bahwa faktor yang paling berpengaruh Jumlah Angka Kuman Pada
Peralatan Makan di Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan
adalah :
1. Peralatan makan berupa piring dengan teknik penyimpanan kurang
baik memiliki resiko 12,7 kali lebih besar adanya jumlah angka
kuman peralatan makan pada piring di rumah makan tidak memenuhi
syarat dibandingkan rumah makan yang melakukan teknik
penyimpanan baik, dimana p value 0,028 < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara Teknik Pencucian peralatan makan dengan Jumlah
Angka Kuman Pada Peralatan Makan di Rumah Makan di Wilayah
Kabupaten Magetan dengan nilai (95% CI=1,311 – 122,475).
2. Peralatan makan berupa piring dengan teknik pencucian memiliki
resiko 11,1 kali lebih beresiko dalam adanya jumlah angka kuman
peralatan makan pada piring di rumah makan yang kurang baik
72
dibandingkan rumah makan dengan teknik pencucian baik, dimana p
value 0,038 < 0,05 yang artinya yang berarti ada hubungan antara
Teknik Penyimpanan peralatan makan dengan Jumlah Angka Kuman
Pada Peralatan Makan di Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan
dengan nilai (95% CI= 1,137 – 108,536).
5.3 Pembahasan
5.3.1 Uji Bivariat (Chi Square)
1. Hubungan Antara Sarana Pencucian Dan Jumlah Angka
Kuman
Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value 0,407 > 0,05 yang
berarti tidak ada hubungan antara sarana pencucian dan jumlah
angka kuman. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Bilqis, Wahyuningsih, & Darundiati, 2014) tentang
faktor – faktor yang berhubungan jumlah koloni bakteri dan
keberadaan E.coli pada air cucian peralatan makan pedagang
makanan di tembalang menyatakan bahwa hasil uji analisis Chi-
square menunjukkan tidak terdapat hubungan dimungkinkan karena
jumlah koloni bakteri yang melebihi ambang batas dan positif
mengandung bakteri E.coli berasal dari media penggunaan airnya
yakni air yang ditampung dalam bak. Bak penampung air yang
sebelum dipakai tidak dicuci terlebih dahulu dapat menjadi salah
satu penyebab banyaknya jumlah kuman dalam air. Sebanyak 32
responden (69,6%) menggunakan media bak <3 buah pada saat
73
pencucian. Hal ini didukung oleh peneliti (Azari, 2013 dalam Bilqis
et al., 2014) yang menytakan bahwa media pencucian dengan air
mengalir lebih baik dari pada metode pencucian dengan media
perendaman (bak). Meskipun cara pencucian yang dilakukan sudah
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, namun media yang
digunakan mempengaruhi hasil pencucian.
Menurut hasil observasi peneliti pada sarana pencucian tidak
lengkap masih ada satu rumah makan yang memenuhi syarat jumlah
angka kuman hal ini disebabkan karena rumah makan tersebut
menggunakan air yang mengalir pada saat proses pencucian meski
salah satu sarana seperti desinfektan tidak tersedia sebagai zat untuk
membebashamakan angka kuman setelah proses pencucian selesai.
Tetapi ada juga dari sarana pencucian lengkap ada 24 rumah makan
yang tidak memenuhi syarat jumlah angka kuman, hal ini disebabkan
karena tidak tersedianya 3 bagian untuk proes pencucian, tidak
tersedianya desinfektan sebagai zat bebas hama terakhir yang
digunakan untuk mencegah atau mengurangi adanya angka kuman
yang bisa saja menempel pada alat makan, penggunaan air yang
hanya digunakan pada bak yang tidak dicuci, dan air yang ditampung
dalam bak. Air yang digunakan bukan air yang mengalir beberapa
hal tersebut yang dapat disebabkan munculnya angka kuman
peralatan makan meskipun sarana tersebut sudah lengkap tetapi ada
74
faktor – faktor lain yang dapat muncul dari proses dan ketersediaan
sarana pencucian yang kurang memadai.
2. Hubungan Antara Teknik Pencucian Dan Jumlah Angka
Kuman
Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value 0,009 < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara teknik pencucian dan jumlah angka
kuman. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Rahmadiani, 2015) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
angka kuman pada peralatan makan di lapas wanita kelas IIA
Semarang menyatakan bahwa diperoleh nilai p value 0,002 (<0,05)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara teknik
pencucian dengan jumlah kuman pada sendok di lapas wanita klas
IIA Semarang. Dengan nilai Odd Ratio (OR) = 20,500 (95% CI =
2,820 – 149,030) berarti bahwa responden yang teknik pencuciannya
tidak memenuhi syarat mempunyai resiko 20,5 kali lebih besar
angka kumannya daripada responden yang teknik pencuciannya
memenuhi syarat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Rizqi,
Hestiningsih, & Saraswati, 2016) yang menyatakan bahwa teknik
pencucian juga berpengaruh terhadap keberadaan bakteri dalam
peralatan makan.
Menurut hasil observasi peneliti dari teknik pencucian yang
tidak sesuai masih ada satu rumah makan yang memenuhi syarat
jumlah angka kuman. Hal ini disebabkan karena pada proses
75
pencucian rumah makan tersebut benar – benar memperhatikan
kebersihan lingkungan sekitar tempat pencucian, memang teknik
pencucian tidak lengkap seperti tidak melalui proses perendaman
menggunakan air panas tetapi proses perendaman tersebut
menggunakan air biasa maka dari itu proses perendaman tidak harus
mengguanakan air panas saja. Selain itu dari teknik pencucian sesuai
masih ada 13 rumah makan yang tidak memenuhi syarat dalam
proses pencucian, hal ini disebabkan selain tidak lengkapnya saran
pencucian juga tidak diterapkannya pemakaian desinfektan atau zat
bebashama setelah proses pencucia. Hal ini juga bisa disebabkan
karena penggunaan air yang ditampung dalam bak, dengan kondisi
bak yang tidak dicuci sebelum maupun sesudah proses pencucian
peralatan makan.
3. Hubungan Antara Teknik Pengeringan Dan Jumlah Angka
Kuman
Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value 0,073 > 0,05 yang
berarti tidak ada hubungan antara teknik pengeringan dan jumlah
angka kuman. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Juli Arminta Sari Kartika, Sri Yuliawati, 2017)
tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan jumlah angka
kuman dan keberadaan Escherichia coli pada alat makan (Studi
Penelitian di Panti Sosial Asuh Kyai Ageng Majapahit) menyatakan
bahwa nilai p value 0,728 (> 0,05) menunjukkan bahwa teknik
76
pengeringan tidak ada kaitannya dengan keberadaan Escherichia coli
pada peralatan makan dengan tingkat kepercayaan 95% serta POR =
0,800 (95% CI 0,227 – 2,817) serta teknik pengeringan tidak ada
kaitannya dengan total angka kuman pada peralatan makan. Menurut
penelitian Mirawati dalam (Juli Arminta Sari Kartika, Sri Yuliawati,
2017) peralatan yang sudah dibersihkan serta disterilkan ditiriskan
dirak pengeringan tanpa dilap kain hanya dengan bantuan sinar
matahari. Pengeringan yang sesuai dengan standar pada alat makan
merupakan sebagai penanganan ataupun pencegahan dari
kontaminasi bakteri pathogen dimana angka kumannya melebihi
ambang batas yang sudah ditentukan.
Menurut hasil observasi peneliti dari teknik pengeringan
kurang baik ada 4 rumah makan yang memenuhi syarat pada jumlah
angka kuman, hal ini disebabkan karena setelah proses pencucian
peralatan piring dilap menggunakan lap yang bersih. Selain itu dari 9
rumah makan yang melakukan teknik pengeringan sesuai masih
memiliki jumlah angka kuman yang tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan karena pada proses pengeringan masih ada rumah
makan yang setelah proses pencucian dan ditiriskan pada rak hingga
kering dengan sendirinya, piring tersebut jika akan digunakan dilap
menggunakan lap yang sudah dipakai berkali – kali, maka dari itu
angka kuman yang sebelumnya tidak ada pada piring tersebut
menjadi ada melalui proses pengelapan.
77
4. Hubungan Antara Teknik Penyimpanan Dan Jumlah Angka
Kuman
Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value 0,011 < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara teknik penyimpanan dan jumlah angka
kuman. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Rizqi et al., 2016) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan
total angka bakteri dan keberadaan bakteri Escherichia coli pada alat
makan (studi pada lapas kelas 1 kedungpane kota semarang)
menyatakan bahwa diperoleh nilai p value 0,014 (<0,05)
menunjukkan bahwa teknik penyimpanan peralatan makan
berhubungan dengan total angka bakteri, dimana teknik
penyimpanan peralatan makan yang buruk 3,5 kali lebih beresiko
menyebabkan peralatan mekan dengan total angka bakteri yang tidak
memenuhi syarat. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat
responden yang menyimpan peralatan makan dalam kondisi yang
basah dan terbuka (tidak berbalik).
Menurut hasil observasi peneliti pada teknik penyimpanan
kurang baik masih ada satu rumah makan yang memenuhi syarat
pada jumlah angka kuman, hal ini disebabkan karena penyimpanan
memang tidak pada almari yang dibedakan penempatannya antara
peralatan masak dan makan, namun penyimpanan piring pada rumah
makan tersebut pada almari yang memang tidak tertutup tetapi selalu
dijaga kondisi kebersihannya dengan pelatakan piring dengan posisi
78
miring. Selain itu dari rumah makan yang teknik pengeringannya
sesuai masih terdapat 14 rumah makan yang jumlah angka kumanya
tidak memenuhi syarat hal ini disebabkan karena beberapa hal meski
piring diletakkan dalam almari tertutup namun kedaan almari atau
raknya kotor, dan berdebu hal ini yang dapat memicu adanya jumlah
angka kuman pada peralatan makan.
5.3.2 Uji Multivariat (Regresi Logistik)
Pada hasil uji multivariate menggunakan regresi logistik dari 4
variabel bebas (independent) diperoleh 2 variabel berpengaruh dan 2
variabel tidak berpengaruh yang akan dibahas oleh penelitian dibawah
ini :
1. Pengaruh Teknik Pencucian Piring dengan Jumlah Angka
Kuman di Rumah Makan.di Rumah Makan.
Pada hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa P Value
0,028 < 0,05 yang berarti ada pengaruh antara pencucian peralatan
makan dengan Jumlah Angka Kuman Pada Peralatan Makan di Rumah
Makan di Wilayah Kabupaten Magetan dengan nilai (95% CI= 1,311 –
122,475) sehingga dapat diartikan bahwa peralatan makan berupa
piring dengan pencucian tidak sesuai memiliki resiko 12,7 kali lebih
besar adanya jumlah angka kuman peralatan makan pada piring di
rumah makan tidak memenuhi syarat dibandingkan rumah makan
yang melakukan teknik pencucian sesuai.
79
Dalam penelitian ini masih ditemukan responden yang masih
belum melakukan perendaman peralatan makan dan hanya melalui
proses pembuangan sisa makanan, pencucian menggunakan sabun
dan membilas dengan air. Meskipun sebagian besar teknik pencucian
warga binaan adalah baik, masih ditemukan sebagian besar
responden yang mencuci peralatan makan di bak dan tanpa
menggunakan air mengalir. Menurut (Depkes RI, 2006) teknik
pencucian yang benar akan memberikan hasil pencucian yang sehat
dan aman. Tahapan – tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil
pencucian sehat dan aman yaitu : Scraping (membuang sisa
kotoran), Flusing (merendam dalam air), Washing (mencuci dengan
detergen atau sabun), Rinsing ( membilas dengan air bersih),
Sanitizing (membebashamakan).
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi atau
kunjungan ke rumah makan. Hasil dari pernyataan observasi,
sebagian besar dari rumah makan yang melakukan teknik pencucian
tidak sesuai dikarenakan masih ada rumah makan yang
menggunakan bak – bak sebagai tempat pencucian peralatan dengan
air yang ditampung, serta penggunaan desinfektan belum diterapkan
pada semua rumah makan diwilayah kabupaten magetan. Hal ini
merupakan salah satu penyebab dimana bakteri dapat menempel
kembali pada piring yang sudah melalui proses pembilasan
menggunakan detergen atau sabun. Penggunaan air yang tidak
80
mengalir juga dapat menyebabkan kuman tidak langsung mengalir
bersama air pada saat pencucian karena masih tertampung pada bak
pencucian. Tahap perendaman juga sangat jarang dilakukan oleh
beberapa rumah makan, perendaman yang seharusnya tetap
dilakukan menggunakan air panas untuk membunuh kuman yang
menempel tidak dilakukan. Penggunaan desinfektan juga belum
diterapkan pada rumah makan Hal ini juga dapat menyebabkan
jumlah angka kuman yang tinggi, karena penggunan atau
perendaman alat makan hanya dilakukan pada saat tertentu saja
misalkan piring tersebut telah menempel nasi yang sulit dihilangkan
hanya dengan sabun atau bahkan jika piring terlihat ada sisa
makanan berupa minyak yang menempel.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik
pencucian peralatan makan khususnya pada piring di rumah makan
menjadi faktor yang berpengaruh adanya jumlah angka kuman
peralatan makan di rumah makan di wilayah Kabupaten Magetan.
2. Pengaruh Teknik Penyimpanan Piring dengan Jumlah Angka
Kuman di Rumah Makan.di Rumah Makan.
Pada uji regresi logistik menunjukkan bahwa P Value 0,038 <
0,05 yang berarti ada pengaruh antara Teknik Penyimpanan
peralatan makan dengan Jumlah Angka Kuman Pada Peralatan Makan di
Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan dengan nilai (95% CI=
1,137 – 108,536) sehingga dapat diartikan bahwa peralatan makan
81
berupa piring dengan teknik penyimpanan kurang baik memiliki
resiko 11,1 kali lebih besar adanya jumlah angka kuman peralatan
makan pada piring di rumah makan tidak memenuhi syarat
dibandingkan rumah makan yang melakukan teknik penyimpanan
baik.
Cara penyimpanan peralatan makan harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar peralatan makan selalu dalam keadaan
bersih sebelum digunakan karena cemaran yang tertinggal akibat
pencucian peralatan makan yang kurang baik akan menjadi media
pertumbuhan mikroorganisme. Peralatan makan yang sudah
dibersihakan atau dicuci, diletakan pada rak – rak dengan posisi
ditumpuk kecuali piring diletakkan pada sekat – sekat rak dengan
posisi miring guna untuk meniriskan air pada peralatan makan agar
bersih dan kering dengaan sendirinya (Kesehatan & Indonesia, 2011)
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi atau
kunjungan ke rumah makan. Hasil dari pernyataan observasi,
sebagian besar dari rumah makan yang melakukan teknik
penyimpanan kurang baik diletakkan pada almari terbuka tanpa tutup
hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri atau kuman diudara
menempel pada piring,debu dan kotoran lain dengan mudah
menempel jika piring tidak diletakkan pada almari atau rak tertutup,
piring ditumpuk begitu saja setelah dicuci dan dikeringkan, serta
tidak diletakkan pada rak – rak bersekat dengan posisi miring
82
sehingga air sisa pencucian masih mengenang pada piring,
penggunaan lap yang digunakan untuk pengeringan juga merupakan
media perantara kuman pada lap yang dapat berpindah pada piring.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik
penyimpanan peralatan makan khususnya pada piring di rumah
makan menjadi faktor pengaruh adanya jumlah angka kuman
peralatan makan di rumah makan di wilayah Kabupaten Magetan.
3. Pengaruh Sarana Pencucian Piring dengan Jumlah Angka
Kuman di Rumah Makan.di Rumah Makan.
Pada uji regresi logistik sarana pencucian tidak dimasukkan
dalam perhitungan SPSS dikarenakan nilai P pada uji Chi- Square >
0,25 yakni sebesar 0,407.
Tetapi pada observasi atau kunjungan rumah makan yang
dilakukan oleh peneliti hasil dari pernyataan observasi, sebagian
besar dari rumah makan yang memiliki sarana pencucian tidak
lengkap sebanyak 20 rumah makan (46,5%) hal ini dikarenakan
beberapa rumah makan masih melakukan pencucian pada tempat
yang tidak sesuai dengan persyaratan permenkes RI tahun 2011
yakni tempat pencucian terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan. Jadi bak merupakan salah satu
tempat pencucian yang sebenarnya bukan termasuk kriteria tersebut.
Selain itu juga hanya terdapat di beberapa rumah makan saja yang
menerapkan atau menyediakan 3 bagian sebagai tempat pencucian
83
karena memang dinilai sangat memakan tempat. Penggunaan atau
penyediaan air panas sebagai desinfektan masih diterapkan oleh
beberapa rumah makan saja pada saat proses pencucian dilakukan.
Penggunaan bak saat pencucian peralatan makan sebenarnya
boleh diterapkan, namun harus sesuai dengan syarat atau prosedur
yang telah ditentukan, yaitu terdiri dari tiga bak dan harus dicuci
sebelum dan sesudah digunakan agar bersih (Cahyaningsih, 2009).
Menurut prinsip dasar pencucian peralatan makan yang terpenting
adalah tersedianya sarana pencucian peralatan dengan tiga bagian,
yaitu bagian pencucian, bagian pembersihan/ pembilasan dan bagian
desinfeksi. Bak pertama berisi ar sabun, bak kedua berisi air bersih
untuk membilas, dan bak ketiga berisi air yang diberi desinfektan
atau dengan air panas (Depkes RI, 2006)
4. Pengaruh Teknik Pengeringan Piring dengan Jumlah Angka
Kuman di Rumah Makan.di Rumah Makan.
Pada uji regresi logistik menunjukkan bahwa P Value 0,293 >
0,05 yang berarti tidak ada pengaruh antara teknik pengeringan
dengan Jumlah angka Kuman Peralatan Makan berupa Piring di
Rumah Makan di Wilayah Kabupaten Magetan dengan nilai (95%
CI= 0,429 – 16,534) sehingga dapat diartikan bahwa rumah makan
yang melakukan teknik pengeringan kurang baik memiliki resiko 2,7
kali lebih besar adanya jumlah angka kuman memenuhi syarat
dibandingkan rumah makan yang melakukan teknik peneringan baik.
84
Teknik pengeringan yaitu mengusap kain lap bersih atau
mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan
maksud untuk menghilangkan sisa kotoran yang mungkin masih
menempel sebagai akibat dari proses pencucian seperti noda
detergen noda klor dan sebagainya. Prinsip penggunaan lap pada alat
yang sudah dicuci sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena akan
terjadi pencemaran sekunder.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi atau
kunjungan ke rumah makan. Hasil dari pernyataan observasi,
sebagian besar dari rumah makan yang melakukan teknik
pengeringan kurang baik sebanyak 22 rumah makan (51,2%) teknik
pengeringan peralatan makan khususnya pada piring mayoritas
pemilik rumah makan melakukan tahap pengelapan setelah proses
pencucian. Apalagi proses pengeringan menggunakan lap yang tidak
bersih dan digunakan berkali – kali, hal inilah yang dapat
menyebabkan kuman pada lap menempel kembali pada piring yang
bersih atau piring yang sudah melalui proses pencucian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik
pengeringan peralatan makan khususnya pada piring di rumah
makan menjadi faktor yang tidak berpengaruh pada jumlah angka
kuman peralatan makan di rumah makan di wilayah Kabupaten
Magetan .
85
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian yaitu :
1. Kurang lengkapnya item pada lembar observasi sebagai proses penelitian
2. Penelitian yang diteliti hanya pada jumlah angka kuman secara garis besar,
dan tidak meneliti bakteri secara spesifik
86
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman pada peralatan
makan dirumah makan di wilayah kabupaten magetan, sebagai berikut :
6.1.1 Tidak ada pengaruh sarana pencucian dengan jumlah angka kuman
peralatan makan berupa piring di rumah makan di wilayah kabupaten
magetan (p value= 0,407 > 0,05)
6.1.2 Ada pengaruh teknik pencucian dengan jumlah angka kuman
peralatan makan berupa piring di rumah makan di wilayah kabupaten
magetan (p value= 0,028 (aRP= 1,311 – 122,475)).
6.1.3 Tidak ada pengaruh teknik pengeringan dengan jumlah angka kuman
peralatan makan berupa piring di rumah makan di wilayah kabupaten
magetan (p value= 0,293 (aRP= 0,429 – 16,534)).
6.1.4 Ada pengaruh teknik penyimpanan dengan jumlah angka kuman
peralatan makan berupa piring di rumah makan di wilayah kabupaten
magetan (p value= 0,038 (aRP= 1,137 – 108,536)).
87
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pemilik Rumah Makan di Kabupaten Magetan
6. Pada proses pencucian peralatan makan sebaiknya menggunakan air
yang mengalir.
7. Pada proses penyimpanan peralatan makan sebaiknya peletakka
peralatan makan diletakkan pada rak – rak almari yang bersih dan
tertutup serta bebas dari debu
8. Sebaiknya menambahkan zat desinfektan setelah proses pencucian
selesai, mulai dari pembuangan sisa makanan, perendaman,
penyabunan dan pembilasan.
6.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan
Melakukan kunjungan rumah makan oleh petugas dan melakukan
pertemuan rutin dengan pemilik rumah makan guna membahas apa saja
yang harus disediakan dan teknik pengelolaan peralatan makan apa saja
yang harus diperbaiki oleh pemilik rumah makan guna menyehatkan
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) rumah makan di Kabupaten
Magetan.
6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Meningkatkan ketersediaan sumber bacaan atau literatur yang
berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi angka kuman pada
peralatan makan di rumah makan.
88
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan memperdalam
penelitian secara spesifik pada faktor yang berpengaruh pada peralatan
makan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2017). Laporan Tahunan Badan POM RI Tahun 2017, 2(2), 18–55.
Bilqis, R. F., Nur E. W., Yusniar H. D. 2016. Faktor - faktor yang berhubungan
dengan jumlah koloni bakteri dan keberadaan E.coli pada air cucian
peralatan makan pedagang makanan di tembalang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat , 4, 3.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2018. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan:
Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Cetakan Ke-7. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia.
Dinkes. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 [East Java
Health Profile 2016]. Provinsi Jawa Timur, Dinkes.
Dinkes Magetan. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2019, (4).
Fadhila, M. F., Wahyunigsih, N. E., & Darundiati, Y. H. 2015. Hubungan Higiene
Sanitasi Dengan Kualitas Bakteriologis Pada Alat Makan Pedagang Di
Wilayah Sekitar Kampus Undip Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 3(3), 769–776.
Fatmawati, S., Rosidi, A., Handarsari, E., & Semarang, U. M. 2013. Perilaku
Higiene Pengolah Makanan Berdasarkan Pengetahuan Tentang Higiene
Mengolah Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan Di Pusat Pendidikan
Dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Tengah, 2(November), 30–38.
Fitriana, I. N., Damayanti, A. Y., Sari, D. D., & Darni, J. 2018. Hubungan
Pengetahuan Pekerja Dapur Terhadap Perilaku Penyimpanan dan
Pengolahan Bahan Makanan. Journal of Islamic Nutrition, 1(1), 1–8.
Juli Arminta Sari Kartika, Sri Yuliawati, R. H. 2017. Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Jumlah Angka Kuman Dan Keberadaan Escherichia
Coli Pada Alat Makan (Studi Penelitian Di Panti Sosial Asuh Kyai Ageng
Majapahit). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5, 378–386.
Kepmenkes. 2003. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia, 2003.
Kepmenkes. 2011. Peraturan menteri kesehatan 1096 - 2011, 2008.
Kepmenkes. 2016. Profil Kesehatan Tahun 2016 Indonesia.
Marisdayana, R., Sahara, P., & Yosefin, H. 2017. Teknik Pencucian Alat Makan ,
Personal Hygiene. Endurance, 2(October), 376–382.
Meikawati, W., & Astuti, R. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas
Penjamah Makanan dengan Praktek Higiene dan Sanitasi Makanan Di Unit
Gizi Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia.
Mukono. 2008. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya : Airlangga
university press
Nasir,Abd, Abdul Muhith, M.E.Ideputri. 2011.Metodologi Penelitian Kesehatan :
Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan.
Yogyakarta. Nuha Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2010. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Permitasari, A. V. 2012. Kabupaten Magetan, (4), 1–22.
Profil kesehatan indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Profil Kesehatan Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Rahmadiani, Rona Arundina, Sulistiyani, Nikie Astorina Yunita Dewanti. 2016.
Faktor - faktor yang mempengaruhi angka kuman pada peralatan makan di
lapas wanita klas IIA semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4,1.
Rizqi, S. N., Hestiningsih, R., & Saraswati, L. D. 2016. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Total Angka Bakteri dan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Alat Makan (Studi pada Lapas Klas I Kedungpane
Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4, 8.
Rosjidi, Colik Harun, Laili Isro’in, dan Nurul Sri Wahyuni. 2017. Penyusunan
Proposal & Laporan Penelitian Step By Step. Ponorogo: Unmuh Ponorogo
Press.
Sabarguna, Boy Subirosa, Agus Kharmayana Rubaya, Sri Sukmaniah. 2011.
Sanitasi makanan dan minuman menuju peningkatan mutu efisiensi rumah
sakit. Jakarta : Salemba Medika
Sofiana, E. 2012. Hubungan Higiene Dan Sanitasi Dengan Kontaminasi
Escherichia Coli Pada Jajanan Di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok.
Kesehatan Masyarakat. Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan
Ke-25. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian, Cetakan ke 25. Bandung : Alfabeta.
Sujarweni, V.Wiratna. 2012. SPSS Untuk Paramedis. Yogyakarta. Gava Media.
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Gava
Medika
Suyonto, danang. 2012. Statistik Kesehatan : analisis data dengan perhitungan
manual dan program SPSS. Yogyakarta. Nuha Medika
Sya’diana, Ulul. 2018. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan Personal Hygiene
Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Kabupaten
Ponorogo. Madiun : Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Telew, M., Joseph, W. B. S., Pinontoan, O., Masyarakat, F. K., & Ratulangi, U. S.
2018. Gambaran Angka Kuman Dan Keberadaan Escherichia Coli
Mahakeret Barat Dan Mahakeret Timur Kecamatan Wenang Kota Manado
Pendahuluan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No . 1098 , Hygiene
sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan kebersihan badan
penjamah, 7(5), 5–8.
Triwibowo, Cecep, Mitha Erlisya Pusphandani. 2015. Pengantar Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta :Nuha Medika.
Wawan, dan Dewi M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
NAMA RUMAH MAKAN :
No
. Objek Penilaian
Jawaban
Ya Tidak
1. Sarana Pencucian
a. Tempat pencucian terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan
b. Menggunakan air panas (jika diperlukan)
c. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah
d. Tersedia 3 bagian yakni bagian persiapan,bagian pencucian dan bagian
pengeringan
e. Air yang digunakan untuk mencuci yakni air bersih dan mengalir
f. Tersedia zat pembersih atau bahan pembersih dalam proses pencucian
g. Tersedia zat bahan penggosok
h. Tersedia desinfektan
2. Teknik Pencucian
a. Membuang sisa kotoran sebelum dilakukan pencucian
b. Merendam peralatan pencucian
c. Mencuci dengan detergen atau sabun cuci piring
d. Membilas dengan air bersih dan mengalir
e. Memberikan desinfektan
3. Teknik Pengeringan
a. Menggunakan 1 lap untuk berkali - kali
b. Meletakkan Piring pada rak dengan posisi miring diatas tempat pencucian
c. Pengeringan peralatan menunggu air pada peralatan benar – benar tidak ada
4. Teknik Penyimpanan
a. Peralatan makan kecuali piring diletakkan dengan posisi ditumpuk
b. Piring diletakkan miring pada rak
c. Peralatan makan setelah dicuci dan dikeringkan disimpan pada tempat atau
rak yang bersih
d. Peralatan makan setelah dicuci dan dikeringkan disimpan pada tempat atau
rak bebas dari debu dan tertutup
Lampiran 6
Gambar 1. Pengambilan Swab Alat Gambar 2. Tempat Pencucian beserta Rak Peniris
Gambar 3. Rak untuk proses pengeringan
Gambar 4. Almari penyimpanan
Gambar 5. Beberapa Sarana Pencucian Gambar 6. Peralatan untuk pengambilan sampel
Gambar 7. Sarana Pencucian yang kurang baik
Gambar 8. Almari Rak untuk pengeringan dan penyimpanan
Lampiran 7
Hasil Uji Univariat
SARANA PENCUCIAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK LENGKAP 10 23.3 23.3 23.3
LENGKAP 33 76.7 76.7 100.0
Total 43 100.0 100.0
TEKNIK PENCUCIAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK SESUAI 21 48.8 48.8 48.8
SESUAI 22 51.2 51.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
TEKNIK PENGERINGAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 28 65.1 65.1 65.1
BAIK 15 34.9 34.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
TEKNIK PENYIMPANAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 20 46.5 46.5 46.5
BAIK 23 53.5 53.5 100.0
Total 43 100.0 100.0
JUMLAH ANGKA KUMAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK MEMENUHI SYARAT 33 76.7 76.7 76.7
MEMENUHI SYARAT 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
HASIL UJI BIVARIAT
SARANA PENCUCIAN * JUMLAH ANGKA KUMAN Crosstab
JUMLAH ANGKA KUMAN
Total
TIDAK
MEMENUHI
SYARAT
MEMENUHI
SYARAT
SARANA
PENCUCIAN
TIDAK
LENGKAP
Count 9 1 10
Expected Count 7.7 2.3 10.0
% within SARANA PENCUCIAN 90.0% 10.0% 100.0%
LENGKAP Count 24 9 33
Expected Count 25.3 7.7 33.0
% within SARANA PENCUCIAN 72.7% 27.3% 100.0%
Total Count 33 10 43
Expected Count 33.0 10.0 43.0
% within SARANA PENCUCIAN 76.7% 23.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.283a 1 .257
Continuity Correctionb .498 1 .481
Likelihood Ratio 1.467 1 .226
Fisher's Exact Test .407 .249
Linear-by-Linear Association 1.253 1 .263
N of Valid Casesb 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SARANA PENCUCIAN (TIDAK LENGKAP / LENGKAP) 3.375 .373 30.565
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = TIDAK MEMENUHI SYARAT 1.238 .922 1.660
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = MEMENUHI SYARAT .367 .053 2.554
N of Valid Cases 43
TEKNIK PENCUCIAN * JUMLAH ANGKA KUMAN
Crosstab
JUMLAH ANGKA KUMAN
Total
TIDAK
MEMENUHI
SYARAT
MEMENUHI
SYARAT
TEKNIK
PENCUCIAN
TIDAK
SESUAI
Count 20 1 21
Expected Count 16.1 4.9 21.0
% within TEKNIK PENCUCIAN 95.2% 4.8% 100.0%
SESUAI Count 13 9 22
Expected Count 16.9 5.1 22.0
% within TEKNIK PENCUCIAN 59.1% 40.9% 100.0%
Total Count 33 10 43
Expected Count 33.0 10.0 43.0
% within TEKNIK PENCUCIAN 76.7% 23.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.866a 1 .005
Continuity Correctionb 5.971 1 .015
Likelihood Ratio 8.834 1 .003
Fisher's Exact Test .009 .006
Linear-by-Linear Association 7.683 1 .006
N of Valid Casesb 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for TEKNIK PENCUCIAN (TIDAK SESUAI / SESUAI) 13.846 1.564 122.584
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = TIDAK MEMENUHI SYARAT 1.612 1.124 2.312
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = MEMENUHI SYARAT .116 .016 .841
N of Valid Cases 43
TEKNIK PENGERINGAN * JUMLAH ANGKA KUMAN
Crosstab
JUMLAH ANGKA KUMAN
Total
TIDAK
MEMENUHI
SYARAT
MEMENUHI
SYARAT
TEKNIK
PENGERINGAN
KURANG
BAIK
Count 24 4 28
Expected Count 21.5 6.5 28.0
% within TEKNIK PENGERINGAN 85.7% 14.3% 100.0%
BAIK Count 9 6 15
Expected Count 11.5 3.5 15.0
% within TEKNIK PENGERINGAN 60.0% 40.0% 100.0%
Total Count 33 10 43
Expected Count 33.0 10.0 43.0
% within TEKNIK PENGERINGAN 76.7% 23.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 3.619a 1 .057
Continuity Correctionb 2.321 1 .128
Likelihood Ratio 3.485 1 .062
Fisher's Exact Test .073 .066
Linear-by-Linear Association 3.535 1 .060
N of Valid Casesb 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.49.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for TEKNIK PENGERINGAN (KURANG BAIK / BAIK) 4.000 .911 17.555
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = TIDAK MEMENUHI SYARAT 1.429 .920 2.218
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = MEMENUHI SYARAT .357 .119 1.072
N of Valid Cases 43
TEKNIK PENYIMPANAN * JUMLAH ANGKA KUMAN
Crosstab
JUMLAH ANGKA KUMAN
Total
TIDAK
MEMENUHI
SYARAT
MEMENUHI
SYARAT
TEKNIK
PENYIMPANAN
KURANG
BAIK
Count 19 1 20
Expected Count 15.3 4.7 20.0
% within TEKNIK PENYIMPANAN 95.0% 5.0% 100.0%
BAIK Count 14 9 23
Expected Count 17.7 5.3 23.0
% within TEKNIK PENYIMPANAN 60.9% 39.1% 100.0%
Total Count 33 10 43
Expected Count 33.0 10.0 43.0
% within TEKNIK PENYIMPANAN 76.7% 23.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 6.982a 1 .008
Continuity Correctionb 5.201 1 .023
Likelihood Ratio 7.912 1 .005
Fisher's Exact Test .011 .009
Linear-by-Linear Association 6.820 1 .009
N of Valid Casesb 43
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.65.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for TEKNIK PENYIMPANAN (KURANG BAIK / BAIK) 12.214 1.383 107.865
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = TIDAK MEMENUHI
SYARAT 1.561 1.108 2.199
For cohort JUMLAH ANGKA KUMAN = MEMENUHI SYARAT .128 .018 .923
N of Valid Cases 43
HASIL UJI MULTIVARIAT
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a TEKNIK_PENCUCIAN(1) 2.275 1.174 3.756 1 .053 9.724 .975 97.011
TEKNIK_PENGERINGAN(1) .979 .932 1.105 1 .293 2.663 .429 16.534
TEKNIK_PENYIMPANAN(1) 2.161 1.176 3.374 1 .066 8.676 .865 87.013
Constant -.782 .714 1.201 1 .273 .457
Step 2a TEKNIK_PENCUCIAN(1) 2.539 1.157 4.814 1 .028 12.672 1.311 122.475
TEKNIK_PENYIMPANAN(1) 2.408 1.163 4.288 1 .038 11.111 1.137 108.536
Constant -.322 .535 .362 1 .547 .725
a. Variable(s) entered on step 1: TEKNIK_PENCUCIAN, TEKNIK_PENGERINGAN,
TEKNIK_PENYIMPANAN.
Lampiran 8
Recommended