View
185
Download
26
Category
Preview:
DESCRIPTION
contoh makalah
Citation preview
Laporan Tutorial Blok 6 / Semester II
Kesehatan dan Kedokteran KeluargaSKENARIO 5
Disusun oleh: KELOMPOK 3
Ketua : Ricky Hamdani Siregar 103307019
Sekretaris : Lidya Melisa 103307013
Anggota :
Chandra Wisno Purba 103307001
David Jubelium Siregar 103307003
Irwansyah Putra 103307007
Julianto Tanjaya 103307009
Khiky Augustika Yuana 103307011
Nining Inggrid Fransiska Purba 103307015
Revina Desny 103307017
Dosen Tutorial: Prof. Nerseri Barus,MPH
Dosen Pleno: Dr. Adek amansyah,Sp.OG(K)FER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang telah memberikan kami kesempatan untuk sama-sama belajar mencapai
hidup yang lebih baik lagi dan juga dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
laporan ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Laporan ini sengaja disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan dan
wawasannya tentang tujuan pembelajaran ini. Kami sadar bahwa banyak hal yang belum
sempurna dalam penyusunannya, oleh sebab itu kami selaku penyusun mengharapkan adanya
masukan berupa kritik dan saran demi kebaikan laporan berikutnya, dan kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan laporan ini,
semoga semua ini berguna bagi kita, khususnya menunjang pembelajaran di dunia
kedokteran.
Hormat Kami,
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………….. 2
Daftar isi………………………………………………………………………………... 3
Bab 1: Pendahuluan………………………………………………………………….. 4
Bab 2: Data pelaksanaan tutorial…………………………………………………….. 5
Bab 3: Skenario 5……………………………………………………………………. 6
Bab 4: Pembahasan skenario…………………………………………………………. 7
Bab 5: Tinjauan teori…………………………………………………………………. 9
5.1. Fisiologi dan Diagnosis Kehamilan……………………………………… 9
5.2. Ante Natal Care………………………………..………………………… 19
5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan…………………………… 23
5.4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan…...……………………………….….. 25
5.5. Hipertensi pada Kehamilan……………………………………..………… 27
5.6. Penatalaksanaan Preeklamsia…………………………………………….. 37
Bab 6: Kesimpulan akhir……………………………………………………………… 41
Daftar pustaka………………………………………………………………………….. 42
3
BAB 1
Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan
salah satu dari tiga penyebab tertnggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hal ini
disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas juga oleh perawatan dalam persalinan masih
ditangani oleh petugas nonmedis dan system rujukan yang belum sempuran. Selain
hipertensi, preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan
hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan.
pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping
pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
4
Bab 2
Data Pelaksanaan Tutorial
I. JUDUL BLOK
KESEHATAN DAN KEDOKTERAN KELUARGA
II. JUDUL SKENARIO
PREEKLAMSIA
III. NAMA DOSEN PLENO
Dr. Adek Amansyah,Sp.OG(K)FER
IV. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL:
1. TUTORIAL 1
TANGGAL : 15 July 2011
WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB
TEMPAT : RUANG TUTORIAL
2. TUTORIAL 2
TANGGAL : 18 July 2011
WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB
TEMPAT : RUANG TUTORIAL
3. PLENO
TANGGAL : 26 July 2011
WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB
TEMPAT : RUANG KULIAH
5
BAB 3
Skenario 5Wanita 32 tahun hamil anak kedua 6 bulan, datang ke dokter kebidanan dengan keluhan
kedua tungkai bengkak. Pada pemeriksaan status presents: Sens: CM, TD: 160/110mmHg,
HR:88x/menit, RR:20x/menit, T:36,7 C. Pada pemeriksaan fisik dijumpai wajah oedem, pada
pemeriksaan urine dijumpai proteinuria. Riwayat kejang (-). Riwayat anak pertama lahir
spontan, hidup berat badan normal, sekarang usia 3 tahun, sehat. Apakah yang terjadi pada
ibu ini dan tindakan apa yang harus dilakukan?
6
BAB 4
Pembahasan Skenario
4.1. Klarifikasi Istilah.
1. Oedema: meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela
jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema
dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
2. Proteinuria: Adanya protein serum yang berlebihan dalam urin.
3. Tungkai bengkak: pembengkakan pada tungkai bawah yang disebabkan oleh
penumpukan cairan pada kaki tersebut..
4. Lahir spontan: Kelahiran yang terjadi dengan kekuatan ibu itu sendiri.
4.2. Penetapan Masalah.
Wanita 32 tahun hamil 6 bulan anak ke dua datang kedokter dengan keluhan:
Kedua tungkai bengkak
Hipertensi (160/110 mmHg)
Wajah Oedema
Proteinuria (tanpa kejang)
4.3. Analisis Masalah.
1. Pasien mengalami gejala tanda-tanda Preeklamsia.
2. Kurangnya perawatan Antenatal Care
3. Pasien tidak mempunyai dokter keluarga
4.4. Kesimpulan Sementara.
Pasien mengalami Preeklamsia dan tidak memiliki dokter keluarga.
7
4.5. Tujuan Pembelajaran.
1. Fisiologi dan Diagnosis Kehamilan
2. Ante Natal Care
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan
5. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan kehamilan
6. Definisi,pathogenesis,klasifikasi hipertensi dan Preeklamsia
7. Penatalaksanaan Preeklamsia
.
4.7. Belajar Mandiri.
Text book.
Dosen pakar.
Internet.
8
BAB 5
TINJAUAN TEORI
5.1. Fisiology dan Diagnosis Kehamilan.
TERJADINYA KEHAMILAN
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih /
spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal :
implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot – embrio – janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama
awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.
1.1. Fisiologi Kehamilan
Adaptasi maternal yang meliputi adaptasi anatomi, fisiologi dan metabolisme sangat
menentukan keberhasilan hasil kehamilan. Dengan mengetahui perubahan fisiologi
kehamilan tersebut diharapkan tenaga kesehatan dapat mendeteksi perubahan yang bersifat
patologis.
1.1.1. Gastrointestinal Track
Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan mineral meningkat. Nafsu makan
ibu meningkat sehingga intake makanan juga meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami
penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala tersebut mungkin
berhubungan dengan peningkatan hormon human Chorionic Gonadotrophin (hCG).
1.1.2. Kavitas Mulut (Oral Cavity)
Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang berhubungan dengan mual yang terjadi
terutama pada awal kehamilan. Pengeroposan gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat
9
kurangnya kalsium dalam gigi namun pengeroposan gigi mungkin terjadi akibat penurunan
pH mulut selama kehamilan. Dentalcalciumis bersifat stabil dan tidak berkurang selama
kehamilan seperti halnya kalsium tulang. Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat
peningkatan hormon estrogen. Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi bengkak
dan mudah berdarah. Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa puerpurium.
1.1.3. Motilitas Gastrointestinal
Selama kehamilan motilitas gastrointestinal mengalami penurunan akibat peningkatan
hormon progesteron yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu suatu peptida yang dapat
menstimulasi pergerakan otot usus. Waktu transit makanan yang melewati gastrointestinal
melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak hamil. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan penyerapan air dan sodium diusus besar yang mengakibatkan konstipasi.
1.1.4. Lambung dan Usofagus
Produksi lambung yaitu asam hidroklorik meningkat terutama pada trimester pertama
kehamilan. Pada umumnya keasaman lambung menurun. Produksi hormon gastin meningkat
secara signifikan mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH lambung.
Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami peningkatan. Peristaltik usofagus menurun,
menyebabkan refluks gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan dilatasi
atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi pada kehamilan lanjut
karena elevasi lambung akibat pembesaran uterus. Disamping menyebabkan heartburn,
perbahan posisi berbaring seperti posisi litotomi, penggunaan anestesi berbahaya karena
dapat meningkatkan regurgitasi dan aspirasi.
1.1.5. Usus besar, usus kecil dan Appendik
Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik bergeser secara superior pada ruang
panggul. Posisi organ-organ tersebut kembali ke normal pada awal puerpurium. Pada
umumnya motilitas mengalami penurunan seperti halnya tonus gastrointestinal yang
mengalami penurunan.
1.1.6. Kandung Empedu
Fungsi kandung empedu mengalami perubahan selama kehamilan karena hipotonia pada otot
dinding kandung empedu. Waktu pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu
mengalami penebalan dan empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu.
1.1.7. Liver
Tidak terjadi perubahan morfologi pada hati selama kehamilan normal, namun fungsi hati
mengalami penurunan. Aktifitas serum alkalin fosfatase mengalami gangguan yang mungkin
10
disebabkan karena peningkatan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Penurunan rasio
albumin/globulin terjadi selama kahamilan merupakan suatu keadaan yang normal.
1.1.8. Ginjal dan Saluran urinary
a. Dilatasi Renal
Selama kehamilan masing-masing ginjal memanjang sekitar 1-1,5cm, dan secara bersamaan
bertambah beratnya. Ureter berdilatasi sampai tepi atas tulang pelvis. Ureter juga memanjang,
melebar dan lebih melengkung (kurve). Hal tersebut meningkatkan kejadian stasis urin yang
menyebabkan infeksi dan tes fungsi renal sulit diinterpretasi.
Penyebab absolut hidronefrosis dan hidroureter selama kehamilan tidak diketahui secara
pasti, namun ada beberapa faktor yang berkontribusi :
a.1. Peningkatan kadar progresteron yang berkontribusi terhadap hipotoni otot ureter
a.2. Vena ovari yang berada pada ligamen yang mengalangi pembesaran ovari
membesar dan menekan ureter pada tepi tulang pelvis.
a.3. Dekstro rotasi uterus selama kehamilan menyebabkan ureter kanan lebih
berdilatasi dibanding ureter kiri.
a.4. Hiperplasia pada 1/3 distal otot ureter menyebabkan reduksi ukuran luminal
b. Fungsi ginjal
Glomerular Filtration Rate (GFR) selama kehamilan mengalami peningkatan sampai 50%.
Aliran plasma renal meningkat 25-50%. Alran urinary dan sekresi sodium pada akhir
kehamilan dapat terganggu karena perubahan posisi, dimana alirannya menjadi dua kali lebih
besar pada posisi lateral rekumbent dibanding pada posisi supinasi.
Meskipun GFR meningkat secara dramatis selama kehamilan, volume urin yang melewati
ginjal perhari tidak mengalami peningkatan. Sistem urinary lebih efektif selama kehamilan.
Dengan kenaikan GFR, terjadi peningkatan creatinin clearen endogen. Konsentrasi kreatinin
dalam serum menurun proporsinya untuk meningkatkan GFR dan konsentrasi nitrogen urin
menurun.
Glukosuria selama kehamilan tidak selalu bersifat abnormal. Hal tersebut terjadi karena
peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas reabsorbsi tubuler untuk memfiltrasi glukosa.
Peningkatan kadar glukosa dalam urin berkontribusi terhadap insiden infeksi saluran
perkemihan. Peningkatan proteinuria dianggap abnormal jika lebih dari 500mg/24jam.
Kadar enzim renin yang diproduksi ginjal meningkat pada awal trimester pertama dan
11
peningkatan tersebut terjadi sampai kehamilan term. Enzim ini bekerja pada substrat
anginotensinogen; dari angiotensin 1, kemudian ke angiotensin 2 yang bekerja sebagai
vasokonstriktor. Kehamilan normal resisten terhadap efek peningkatan kadar angiotensin 2
tapi tidak resisten terhadap preeklamsi.
1.1.9. Bladder (Kandung Kemih)
Uterus yang membesar menyebkabkan kandung kemih terangkat. Penekanan uterus
menyebabkan peningkatan frekuensi bak. Vaskularisasi bladder meningkat dan tonus otot
menurun. Kapasitas bladder meningkat sampai dengan 1500 ml.
1.1.10. Sistem Hematologi
a. Volume darah
Perubahan fisiologi yang paling dirasakan selama kehamilan adalah peningkatan volume
darah. Peningkatan kejadian varises pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, bayi yang dikandung tunggal
atau multipel. Peningkatan volume darah berlangsung sampai kehamilan term. Rata-rata
peningkatan volume darah pada kehamilan aterm 45-50%. Peningkatan volume darah
diperlukan untuk mengkompensasi aliran darah ekstra ke uterus, kebutuhan metabolisme
fetus, dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal. Ekstra volume juga diperlukan
untuk mengkompensasi kehilangan darah saat persalinan. Rata-rata kehilangan darah pada
persalinan pervagina adalah 500-600ml dan kehilangan darah pada persalinan secara saesar
sekitar 1000 ml.
b. Sel darah merah
Jumlah total leukosit meningkat selama kehamilan. Jumlah leukosit pada wanita non hamil
sekitar 4300-4500/ml dan pada wanita hamil meningkat mencapai 5000-12000/ml pada
kehamilan trimester akhir, meskipun jumlah yang tertinggi 16000/ml pernah ditemukan pada
wanita hamil trimester tiga.
Jumlah sel darah putih yang mencapai 25000-30000/ml merupakan hal yang normal selama
persalinan. Jumlah lymphosit dan monosit sangat esensial selama kehamilan. Leukosit
polymorphonuclear berkontribusi dalam peningkatan sel darah putih.
c. Faktor pembekuan darah
Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat. Hal tersebut ditandai dengan
peningkatan fibrinogen dan faktor VIII. Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalami
peningkatan secara perlahan.
12
Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan persalinan namun mekanisme yang tepat
belum diketahui. Plasenta mungkin berperan dalam perubahan status fibrinotik tersebut.
Kadar plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar fibrinogen yang
menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah.
1.1.11. Sitem Kardiovaskuler
a. Posisi dan Ukuran Jantung
Seperti halnya uterus yang membesar dan diafragma yang mengalami elevasi, jentung
bergeser keatas dan sedikit kearah kiri dengan rotasi pada aksis jantung, sehingga denyut
jantung pada apeks bergerak lateral. Kapasitas jantung meningkat 70-80 ml; hal ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan volume atau hipertropi otot jantung. Ukuran jantung meningkat
12%.
b. Kardiak Output
Kardiak output meningkat kurang lebih 40% selama kehamilan. Kardiak output maksimum
dicapai pada usia kehamilan 20-24 mgg dan berlangsung terus sampai kehamilan aterm.
Peningkatan kardiak output bisa mencapai 1,5 L/menit diatas kadar orang non hamil. Kardiak
output sangat sensitif terhadap perubahan posisi tubuh. Sensitifitas ini meningkat seiring
dengan tuanya kehamilan, sebab uterus menekan vena kava inferior, dengan demikian
menurunkan aliran darah balik ke jantung.
1.1.12. Tekanan darah
Tekanan darah sistemik sedikit menurun selama kehamilan. Ada sedikit perubahan pada
tekanan darah sistolik, namun tekanan darah diastolik menurun 5-10 mmHg pada usia
kehamilan 12-26 minggu. Tekanan darah diastolik meningkat seperti keadaan prepregnant
pada 36 minggu kehamilan.
Obstruksi yang disebabkan penekanan uterus pada vena kava inferior dan penekanan bagian
presentasi fetus pada vena iliaka dapat menurunkan aliran darah balik ke jantung. Penurunan
kardiak output ini menyebabkan turunnya tekanan darah dan menyebabkan edema pada
ekstremitas bawah.
1.1.13. Resistensi perifer
Resistensi perifer adalah tekanan darah dibagi kardiak output. Peningkatan tekanan balik
vena kembali normal jika ibu hamil berada pada posisi lateral rekumbent.
A. Efek persalinan terhadap sistem kardiovaskuler
Ketika ibu hamil berada pada posisi supinasi, kontraksi uterus dapat menyebabkan
peningkatan kardiak output sebesar 25%, menurunkan heart rate sebesar 15% dan
13
meningkatkan stroke volume sebesar 33%. Saat ibu melahirkan pada posisi lateral
rekumbent, keadaan hemodinamik ibu masih dinggap stabil, kardiak output meningkat
sebesar 7,6%, heart rate menurun 0,7%, dan stroke volume meningkat sebesar 7,7%.
Perbedaan signifikan ini yang berkontribusi terhadap oklusi vena kava inferior yang
disebabkan oleh uterus gravid. Selama kontraksi tekanan nadi meningkat 26% pada posisi
supinasi namun hanya 6% pada posisi lateral rekumbent. Tekanan vena sentral meningkat
berhubungan langsung dengan intensitas kontraksi uterus dan peningkatan tekanan intra
abdomen. Volume tekanan darah pulmoner meningkat 300-500 ml selama kontraksi.
Sistem Pulmoner
a. Perubahan anatomi dan fisiologi
Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi yang berpengaruh terhadap
respirasi. Pada awal kehamilan, dilatasi kapiler terjadi pada saluran respirasi ; pembesaran
pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus. Hal tersebut menyebbkan perubahan suara dan
pernapasan melalui hidung mengalami gangguan. Seperti halnya terus yang membesar,
diafragma mengalami elevasi sekitar 4 cm dan tulang rusuk terangkat dan meluas
menyebabkan pertambahan diameter toraks bagian bawah sekitar 2 cm, dan lingkar dada
meningkat sekitar 6 cm. Elevasi diafragma tidak menghalangi pergerakannya. Tonus otot
abdomen mengalami penurunan yang menyebabkan respirasi abdomen lebih sering dibanding
respirasi diafragma.
b. Volume dan kapasitas paru
Perubahan terjadi pada volume dan kapasitas paru selama kehamilan. Dead volume (ruang
mati) meningkat. Tidal volume meningkat secara bertahap (35-50%) seiring dengan usia
kehamilan. Kapasitas paru total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma. Kapasitas
residu fungsional, volume residu, dan volume cadangan respirasi semua mengalami
penurunan sekitar 20%. Volume tidal yang lebih besar dan volume residu yang menurun
menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar sebesar 65% selama kehamilan. Kapasitas
inspirasi meningkat 5-10%.
Perubahan fungsi respirasi antara lain : Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40%
pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatas kebutuhan wanita non
hamil. Hiperventilasi yang terjadi pada ibu hamil menyababkan penurunan CO2 alveolar.
Penurunan CO2 ini menurunkan tekanan CO2 darah; namun tekanan oksigen alveolar
dipertahankan pada batas normal. Hiperventilasi maternal melindungi fetus dari paparan CO2
yang terlalu tinggi.
B. Efek persalinan terhadap sistem pulmoner
14
Terjadi penurunan Fungtional Residual Capacity (FRC) selama fase awal tiap kontraksi
uterus yang diakibatkan retribusi darah dari uterus ke central venosus pool. Sebab penurunan
ini tanpa perubahan ruang mati, terjadi delusi residual menyebabkan pertukaran gas menjadi
lebih efisien.
c. Metabolisme
Seperti halnya fetus dan plasenta yang tumbuh dan kebutuhan tempat yang meningkat pada
maternal, perubahan metabolisme juga terjadi. Peruabahan fisik yang nyata adalah perubahan
berat badan dan bentuk tubuh. Pertambahan berat badan tidak hanya karena perubahan uterus
namun juga karena pertambahan jaringan payudara, darah dan volume air yang membentuk
cairan intraseluler dan ekstraseluler. Deposit lemak dan protein, kenaikan jumlah air seluler
menambah deposit pada ibu. Rata-rata pertambahan berat badan selama hamil 12,5kg.
Selama kehamilan normal sekitar 1000gr pertambahan protein, setengah darinya fetus dan
plasenta dan terdistribusi sebagai protein kontraktil uterus, jaringan glandular payudara,
protein plasma dan hemoglobin. Kadar albumin plasenta menurun dan kadar fibrinogen
meningkat.
Total body fat meningkat selama kehamilan, namun jumlahnya bervariasi dengan total
pertambahan berat badan. Selama pertengahan masa kehamilan, plasma lipid meningkat
namun trigliserida, kolesterol dan lipoprotein menurun segera setelah persalinan. Rasio low
density lipoprotein dan high density lipoprotein meningkat selama kehamilan.
Diagnostik Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adalah kira-kira 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan,
triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan
triwulan III dari 28 sampai 40 minggu.
Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan klinis
berdasarkan tanda dan gejala kehamilan.
Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda mungkin hamil
2. Tanda tidak pasti hamil
3. Tanda pasti hamil
15
Tanda Mungkin Hamil
Amenorhea – Wanita tidak datang menstruasi 2 bulan berturut-turut.
Nausea (mual) dan emesis (muntah) -Umumnya terjadi pada wanita hamil muda umur
6-8 minggu. Mual-mual pada pagi hari disebut morning sickness. Akibat dari
pengaruh hormon progesteron dan estrogen sehingga pengeluaran asam lambung
berlebihan.
Mastodynia – Payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan payudara membesar
karena pengaruh hormon estrogen pada ductus mammae dan progesteron pada alveoli.
Quickening – Perasaan gerakan janin pada minggu ke 18 atau minggu 20
(primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada multi gravida. Gerakan janin
pertama kali dapat digunakan untuk menentukan umur kehamilan.
Miksi – Wanita hamil trimester I dan III sering merasakan sering kencing karena
uterus yang gravid mendesak vesica urinaria.
Konstipasi – Kesulitan buang air besar karena pengaruh hormon progesteron yang
menghambat peristaltik usus dan karena perubahan pola makan.
Weight gain – Pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding lurus dengan
pertambahan berat janin. Pertambahan berat badan ibu ada artinya setelah umur 20
minggu.Umumnya pertambahan berat badan normal selama kehamilan adalah 8-14
kg.
Fatigue – Perasaan lelah pada ibu hamil sulit diterangkan, namun kerja jantung
dirasakan lebih berat pada umur 32 minggu.
Nail sign – Umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung kuku lunak dan
lebih tipis.
Mengidam – Ingin makanan atau minuman tertentu. Hal ini terjadi pada bulan-bulan
pertama.
Sinkope (pingsan) – Adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) sehingga
menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.
Pigmentasi kulit – Pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, sering dijumpai pada
muka (chloasma gravidarum), dinding perut (striae gravidarum = suatu perubahan
warna seperti jaringan parut), leher dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola
mamae, puting susu menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah
menifes).
Epulis – Hipertropi papilla ginggivae (gusi berdarah).
16
Varises – Pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva. Biasanya
dijumpai pada triwulan akhir.
Tanda tidak pasti
Perut membesar
Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.
Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan karena hipervaskularisasi
hormon estrogen.
Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini pengaruh hormon estrogen dan
progesteron.
Tanda Goodell, portio teraba melunak.
Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.
Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi. Biasannya
ditemukan saat umur 10 minggu.
Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang dalam cairan), pada umur
16-20 minggu.
Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang) tetapi tidak disertai
rasa nyeri.
Reaksi kehamilan positif
Tanda pasti
Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba serta ditemukan
bagian-bagian janin.
Terdengar denyut jantung janin secara auskultasi – Dapat didengar dengan stetoscop
monoculer laenec, doppler, alat kardiotograf dan dilihat pada USG.
Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen – rongten sudah tidak disarankan.
Differential Diagnosa Kehamilan
1. Pseudosiesis – Terdapat amenorea, perut membesar, uterus sebesar biasa, tanda
kehamilan negatif.
2. Mioma uteri – Perut membesar, rahim membesar teraba padat kadang berbenjol-
benjol, tanda kehamilan negatif, perdarahan banyak saat menstruasi.
3. Kistoma ovarii – Mungkin ada menopause, perut membesar tapi pada periksa dalam
uterus sebesar biasa, tanda kehamilan negatif, lamanya pembesaran perut dapat
melampaui umur kehamilan.
4. Retensio urine – Uterus sebesar biasa, tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
17
5. Menopause – Terdapat amenorea, umur wanita kira-kira diatas 43 tahun, uterus
sebesar biasa, tanda dan reaksi kehamilan negatif.
6. Hematometra – Terdapat amenorea yang dapat melampaui umur kehamilan, perut
terasa sakit setiap bulan, terjadi penumpukan darah dalam rahim, reaksi kehamilan
negatif. Hal ini disebabkan oleh himen imperforata.
Tabel 1. Perbandingan Antara Primipara Dan Multipara
Primipara Multipara
Perut Tegang Longgar, terdapat striae
Pusat Menonjol Dapat datar
Rahim Tegang Agak lunak
Payudara Tegang, tegak Menggantung, agak lunak, terdapat striae
Labia bersatu Agak terbuka
Himen Koyak beberapa tempat Karankula himenalis
Vagina Sempit dengan rugae utuh Lebar, rugae berkurang
Serviks Licin, lunak, tertutup Sedikit terbuka, teraba bekas robekan persalinan
PembukaanMendatar lalu membuka Membuka dan mendatar
Perineum Masih utuh Bekas luka episiotomi
18
5.2. Ante Natal Care.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam
kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa
dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana menyambut anggota
keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta
tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak
normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran
bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sulit penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah
selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan / asuhan antenatal merupakan cara penting
untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal.
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.
Adapun tujuan dari pelaksanaan antenatal care antara lain:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
Perencanaan jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir):
19
- Sampai 28 minggu: 4 minggu sekali.
- 28 – 36 minggu: 2 minggu sekali.
- Di atas 36 minggu: 1 minggu sekali.
Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik
lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
Dalam standar pelayanan antenatal yang berkualitas yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI (2003), kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, yaitu:
- Satu kali pada triwulan pertama.
- Satu kali pada triwulan kedua.
- Dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7 T”:
1. Timbang berat badan.
2. Ukur Tekanan darah.
3. Ukur Tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid).
5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara.
1. Timbang berat badan.
Berdasarkan pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
dipengaruhi berat badannya sebelum hamil (Kardjati, 1985). Pertambahan yang optimal
adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997). Jika
berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu mengalami
kurang gizi. Pertambahan berat > 1 kg seminggu pada pertengahan kedua kehamilan
merupakan pertanda dini kemungkinan timbulnya hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Umumnya pertambahan berat badan < 4 kg sebelum kehamilan minggu ke 20, sesudah itu
pertambahan tidak lebih dari 0,5 kg per minggu. Banyak wanita hamil merasa risau
terhadap pertambahan berat badannya. Dalam hal ini, dokter harus menawarkan
penimbangan pasien dan memberikan nasehat yang bijaksana jika pertambahan berat
badannya tidak normal.
2. Ukur Tekanan darah.
20
Kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang mencapai > 140/90 mmHg,
dikatakan hipertensi pada kehamilan, dan bila tidak diatasi, dapat berlanjut hingga
eklamsi.
3. Ukur tinggi fundus uteri.
Tabel 2.1. Pemantauan tumbuh kembang janin (nilai normal).Usia
kehamilan
Tinggi Fundus
Dalam cm Posisi
12 minggu – Teraba di atas simfisis pubis16 minggu – Di tengah, antara simfisis pubis dan
umbilikus20 minggu 20 cm (+/- 2cm) Pada umbilikus22 – 27 minggu Usia kehamilan dalam minggu =
cm (+/- 2cm)–
28 minggu 28 cm (+/- 2cm) Di tengah, antara umbilikus dan prosesus sifoideus
29 – 35 minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm (+/- 2cm)
–
36 minggu 36 cm (+/- 2cm) Pada prosesus sifoideus
Gambar 2.1. Tinggi
pertumbuhan uterus pada
abdomen sesuai dengan
jumlah minggu sejak
menstruasi terakhir.
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.
Tabel 2.2. Imunisasi TTAntigen Interval (selang waktu minimal) Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama – –TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun* 80TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95TT 4 1 tahun setalah TT 3 10 tahun 99TT 5 1 tahun setalah TT 4 25 tahun / seumur hidup 99*Apabila dalam waktu 3 tahun wanita tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN(Tetanus Neonatorum).
21
Pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil paling sedikit sebanyak 2 kali dengan
jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum
dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
5. Pemberian Tablet zat besi.
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat
500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama
teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.
Pemeriksaan Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu. Untuk
saat ini anemia dalam kandungan ditetapkan kadar HB < 11 gr% pada trimester I dan III
atau Hb < 10,5 gr% pada trimester II, Hb < 8 gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3
kali zat besi perhari, rujuk ibu hamil untuk pengobatan selanjutnya, dengan Hb rendah
harus diberikan suplementasi zat besi dan penyuluhan gizi.
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV / PMS), pemeriksaan urine jika ada
indikasi (tes protein dan glukosa).
7. Temu wicara.
Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda
pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam
perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan
penuh minat, beri nasehat dan rujuk bila diperlukan.
Membicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami / keluarga pada
trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang
menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk merujuk.
Kemudian penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak
pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada
pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
22
pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi.
5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan
faktor sosial budaya dan ekonomi.
1. Faktor fisik
seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status
kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan
dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :
Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun
dapat dipastikan keadaannya.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan
selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan
janinnya
Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali
kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan
persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar,
seperti yang diharapkan semua pihak
Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan
dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan
lancar
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu
faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah
melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun
Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat.
23
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa
kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan
janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan
makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak
yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal,
sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.
Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat,
protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu,
tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau
makanan yang terlalu asin.
2. Faktor Psikologis .
yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.
Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti
jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan
ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih
bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.
3. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi .
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil.
Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap
rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama
yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik
untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak
kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya,
mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan pakaian yang
menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan
24
persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan
adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan
proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang
berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur
yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan
dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.
5.4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan.
Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada
sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil
akan semakin intensif saat menjelang persalinan(Kartono, 1992).
Oleh karena itu diperlukannya dukungan keluarga, Dukungan keluarga didefinisi dari
dukungan sosial.
Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan
kontradiksi (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu
dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan
keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial
memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai seorang
istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses
sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga
lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan
akan merasa disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).
Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi
keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga
tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,
resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan
dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak
25
didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan
perilaku yang menyimpang
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi
yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan
konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme
koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di
masyaraka.
Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
26
5.5. Hipertensi pada Kehamilan.
5.1. Etiologi.
Teori yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada
kehamilan cukup banyak, sehingga Zweifel (1922) menyebutkan sebagai “disease of theory”.
Karena banyaknya teori dan tidak satupun dari teori tersebut dapat menerangkan berbagai
gejala yang timbul.
Beberapa landasan teori dikemukakan sebagai berikut2:
1. Teori genetik.
2. Teori immunologis.
3. Teori iskemia regio uteroplasenter.
4. Teori kerusakan endotel pembuluh darah.
5. Teori radikal bebas.
6. Teori trombosit.
7. Teori diet.
5.2. Patologi.
Pada preeklamsia yang berat dan eklamsia dijumpai perburukan patologis fungsi
sejumlah organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Untuk mempermudah
penjelasan, efek-efek ini dipisahkan menjadi efek pada ibu dan janin; namun, kedua efek
merugikan ini sering terjadi bersamaan. Walaupun terdapat banyak kemungkinan
konsekuensi gangguan hipertensi akibat kehamilan, untuk memudahkan, efek-efek tersebut
dibahas berdasarkan analisis terhadap perubahan kardiovaskular, hematologis, endokrin dan
metabolik, serta aliran darah regional disertai gangguan end-organ. Kausa utama gangguan
janin adalah berkurangnya perfusi utero plansenta.
27
Tabel 5.1. Perubahan gejala klinis dalam hipertensi kehamilan.2
Sistem/Organ Manifestasi Patologi Gambaran Klinis
Kardiovaskular CO menurun. Tahanan perifer meningkat tajam. Vasokonstriksi menimbulkan berbagai
variasi tahanan pembuluh darah perifer. Kompensasi jantung harus dapat mengatasi
tahanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2.
Tergantung dari derajat penyakitnya dapat terjadi variasi tekanan darah dan curah jantung.
Hipertensi dengan derajat bervariasi bergantung pada tahanan pembuluh darah perifer.
Dapat terjadi:- CO tinggi dengan tahanan perifer
rendah.- CO rendah dengan tahanan
perifer tinggi.Kompensasi detak jantung
maternal bervariasi jumlahnya.Kegagalan kompensasi
menimbulkan dekompensasio kordis dengan berbagai gambaran klinisnya.
Volume darah Normalnya voolume darah 5000 cc. Pada preeklampsia/eklampsia menjadi sekitar 3500 cc.
Penurunan disebabkan oleh vasokonstriksi umum sehingga volume darah normal dan tidak mempunyai tempat.
Hipertensi dalam kehamilan sensitif terhadap tambahan volume cairan, yang dapat menimbulkan hipertensi atau ekstravasasi cairan bertambah banyak.
Sebagai kompensasinya terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Terjadi ekstravasasi plasma darah:- Edema.- Hilangnya protein darah dan
menimbulkan tekanan osmotik yang semakin rendah.
- Hilangnya elektrolit plasma menimbulkan gangguan elektrolit darah.
Terjadi hemokonsentrasi:- Eritrosit meningkat.
Pemberian diuretik untuk mengurangi edema harus dengan indikasi yang jelas.
Perubahan hematologis
Perlukaan pembuluh darah menyebabkan terjadi koagulasi trombosit, yang dipermudah oleh fibronektin (perekat trombosit) timbunan fibrin mengikuti, tetapi diikuti fibrinolisis.
Akibatnya terjadi trombositopenia. Trombositopenia memudahkan terjadi
hemolisis eritrosit. Meningkatnya fragmen darah:
- Skizositosis.- Sperositosis.- Retikulosit osis.- Hemoglobinemia.- Hemoglobinuria.
Terjadi peningkatan tromboksan A2 yang menimbulkan vasokonstriksi bertambah hebat.
Trombositopenia mengakibatkan terjadinya peningkatan perdarahan postpartum atau solusio plasenta.
Lebih mengganggu metabolisme umum dan menimbulkan asidosis.
Perubahan bentuk eritrosit yang lebih banyak mengandung cairan pada membrannya menunjukkan mudah terjadi koagulasi darah dan hemolisis.
Faktor pembekuan
Antitrombin III turun pada preeklampsia atau eklampsia.
Timbunan trombosit dan eritrosit makin meningkat pada perlukaan
28
Memudahkan trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin sehingga pembekuan darah menjadi lebih cepat.
Fibronektin makin meningkat sebagai glikoprotein, yang dapat melekatkan trombosit pada tempat perlukaan pembuluh darah.
arterioli.Koagulasi darah akan diikuti lisis
menimbulkan kembali peningkatan tromboksan A2 (vasokonstriksi) dan hemolisis eritrosit.
Perubahan hormonal
Pengeluaran renin, angiotensin II dan aldosteron turun pada hipertensi dalam kehamilan.
Deoxycoticosteroid (DOC) meningkat pada trimester III.
Vasopressin dalam batas normal. Atrial natriuric peptide, naik untuk dapat
melebarkan dinding pembuluh darah bila terdapat penambahan volume darah.
Pada hipertensi dalam kehamilan fungsinya tidak menonjol oleh karena faktor lainnya lebih dominan.
Perubahan elektrolit dalam darah
Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan ekstravasasi plasma air dan garam.
Sebab sebagian besar karena gangguan fungsi ginjal yang mengeluarkan protein sehingga tekanan osmotik darah menurun.
Menimbulkan ekstravasasi air dan garam. Pada konvusi terjadi penurunan bikarbonat
karena tidak terdapat kompensasi dari paru.
Tekanan osmotik darah turun sehingga terjadi ekstravasasi edema.
Kuantitas dan kualitas edema tergantung dari preeklampsia dan eklampsianya.
Aktivitas sel Endotelial
Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan terjadi perubahan sebagai berikut:- Perlukaan meningkatkan terjadi koagulasi
trombosit dan gumpalan darah.- Mioepitelium pembuluh darah sensitif
terhadap vasopresor menimbulkan konstriksi.
Kapiler bertambah sifat permeabilitasnya sehingga melepaskan cairan plasma menuju ekstravaskular dan menimbulkan edema.
Permeabilitas glumerulus meningkat sehingga mengeluarkan protein dari ginjal.
Terjadinya lisis terhadap trombosit akan meningkatkan pembentukan tromboksan A2 sebagai faktor vasokonstriksi yang kuat.
Mengenal kerusakan pembuluh darah arterioli dan kapilernya akan dapat menerangkan gangguan fungsi organ vital.
Endothelium derived relaxing factor (EDRF) atau nitric oxide merupakan vasodilatator potensial sehingga turunnya akan menimbulkan vasokonstriksi yang kuat.
Endotelin dibuat oleh endotelium pembuluh darah.
Pada preeklampsia, endotelin semakin
Terdapat perlekatan trombosit sehingga terjadi gumpalan darah.
Diikuti fibrinolisis sehingga fibrinogen darah turun menimbulkan keadaan mudah berdarah.
Gangguan fungsi ginjal sehingga kreatinin naik menimbulkan lisis eritrosit.
Dampaknya akan terjadi:- Trombositopenia.- Hemolisis eritrosit dengan
bagiannya akan meningkat dalam darah.
Pada organ akan terjadi kombinasi:- Vasokonstriksi pembuluh darah
menimbulkan nekrosis jaringan.- Permeabilitas kapiler
menimbulkan ekstravasasi dan edema jaringan.
- Iskemia jaringan sekitarnya menimbulkan bentuk perdarahan.
- Vasokonstriksi pembuluh darah makin mengganggu aliran darah menuju plasenta sehingga iskemia semakin meningkat.
- Lingkaran iskemia pada preeklampsia-eklampsia akan
29
meningkat sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah.
makin bertambah berat.
Perubahan metabolisme lemak
Terjadi peningkatan:- Lipid peroksida.- Radikal bebas.- Penurunan antioksidan dalam darah
preeklampsia dan eklampsia. Meningkatkan lipid peroksida
menunjukkan tingkat derajatnya penyakit komplikasi hipertensi di kehamilan.
Platelet gultathione peroxidase semakin meningkat pada hipertensi dalam kehamilan.
Alur metabolismenya masih belum diketahui dengan pasti.
Bersifat sitotoksik terhadap dinding sel dengan mengadakan ikatan: membrane lipid peroxide.
Ikatan ini akan lebih merusak membran sehingga permeabilitasnya makin besar.
Aliran cairan menuju ekstravasasi semakin besar menimbulkan edema.
Terjadi iskemia, nekrosis, bahkan perdarahan.
Platelet glutathione peroxide menyebabkan IUGR dan asfiksia.
Radikal bebas sangat reaktif progresif menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Bila bereaksi dengan eritrosit dapat terjadi hemolisis.
Ginjal Konsep permeabilitas kapiler ekstravasasi, nekrosis, perdarahan merupakan proses penting terjadinya kerusakan pada ginjal.
Spasme pembuluh darahnya menimbulkan gangguan fungsi filtrasi glomerulurus.
Kapilernya membengkak sehingga sel endotelialnya menutup lumen kapilernya.
Tubulus mengalami nekrosis dan fungsinya berkurang.
Permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi pengeluaran molekul besar (glomerulopati).
Terjadi oligouria sampai anuria (kurang dari 400 cc/24 jam).
Meningkatkan kreatinin 2-3 mg/dl, dapat menimbulkan hemolisis eritrosit.
Gangguan produksi urin menimbulkan azotemia dengan peningkatan kreatinin 1 mg/dl-hari.
Proteinuria makin bertambah 0,3 gr/24jam.
Kerusakan semakin berat sehingga protein besar akan muncul, seperti:- Hemoglubin.- Globulin.- Transferin.
Renal kortikal nekrosis terjadi bila sebagian besar korteks ginjal mengalami nekrosis.
Liver Resistensi pembuluh darah liver meningkat, permeabilitas naik, dan menimbulkan edema.
Terjadi perdarahan:- Perdarahan periportal sistem.- Perdarahan subkapsuler liver.- Mungkin ruptur liver.
Gangguan fungsinya:- Pengeluaran bromosulphtalein.- Pengeluaran aspartat amniotransferase
dalam serum
Nyeri pada epigastrium karena perdarahan intrahepatik/subkapsularnya.
Tanda menuju eklampsia.Pengeluaran enzim liver meningkat
sebagai tanda kerusakan berat.
Sistem saraf pusat
Peredaran darah otak mempunyai kemampuan untuk regulasi sendiri sehingga jumlah darahnya relatif tetap.
Dalam keadaan preeklampsia-eklampsia
Gambaran klinisnya:- Nyeri kepala terutama bagian
frontal.- Pandangan kabur-diplopia.
30
berat kemampuan regulasinya tidak dapat menahan hipertensi.
Akibatnya terjadi: Edema dan perdarahan serta nekrosis dapat
mencapai retina. Tingginya tekanan intra kranial dapat
menimbulkan “herniasi” medula oblongata menuju foramen magnum sehingga menimbulkan gangguan fungsi pusat vital.
- Gangguan pada pusat vital medula oblongata menimbulkan fungsi alat yang dipeliharanya terganggu.
Dapat terjadi acute vascular accident:- Kesadaran menurun.- Sampai koma.- Disertai konvulsi jika pusat
motorik terganggu.HELLP sindrom Keterlibatan liver dalam proses
preeklampsia-eklampsia menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan menjadi serius.
Sebagian besar keterlibatan liver bersama dengan ginjal dan CNS.
Hemolisis yang terjadi disebabkan oleh faktor berikut ini:- Kreatinin naik.- Lipid peroksida-radikal bebas.- Fibrinolisis dari gumpalan darah pada
perlukaan endotelial pembuluh darah.- Bahan toksik seperti sitokin meningkat.
Trombositopenia:- Perlukaan endotelial, meningkatnya
fibronektin, perlekatan trombosit (platelet).
- Terjadinya lisis trombosit berkelanjutan yang menimbulkan turunnya trombosit sampai di bawah 100.000/uL.
- Menimbulkan tendensi perdarahan makin meningkat.
Keluarnya enzim liver terutama aspartate amniotransferase karena kerusakan dan perdarahan terutama pada lobus dekstra.
Dampak klinisnya dapat menimbulkan perdarahan:- Acute vascular accident.- Solusio plasenta.
Keadaan yang lebih ringan terjadi:- Persalinan prematur.- I.U.G.R
5.3. Diagnosis.
Terdapat 5 jenis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan:
1. Hipertensi gestasional (dahulu hipertensi yang dipicu oleh kehamilan atau hipertensi
transien).
2. Preeklamsia.
3. Eklamsia.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia.
5. Hipertensi kronik.
31
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekana darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter
hipertensi sudah tidak dipakai lagi.3
1. Hipertensi gestasional.
Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya
mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum
mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi
preeklamsia dan tekanan darah telah kembali ke normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam
klasifikasi ini, diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan tidak mengidap preeklamsia
hanya dapat di buat postpartum. Dengan demikian, hipertensi gestasional merupakan
diagnosis eksklusi. Namun, perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi gestasional dapat
memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan preeklamsia, misalnya nyeri kepala,
nyeri epigastrium, atau trombositopenia, yang mempengaruhi penatalaksanaan.
Apabila tekanan darah meningkat cukup besar selama paruh terakhir kehamilan, akan
berbahaya (terutama bagi janin) seandainya tidak dilakukan tindakan semata-mata karena
proteinuria belum terjadi. 10% kejang eklamsia terjadi sebelum proteinuria muncul dengan
jelas.1 Karenanya, jelaslah bahwa apabila tekanan darah mulai meningkat, baik ibu maupun
janinnya mengalami peningkatan risiko lebih besar. Proteinuria adalah tanda memburuknya
penyakit hipertensi, terutama preeklamsia; dan apabila proteinuria tersebut jelas dan menetap,
risiko pada ibu dan janin menjadi semakin besar.
2. Preeklamsia.
Proteinuria adalah tanda penting preeklamsia. Proteinuria didefinisikan sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg / dl (+1 pada
dipstick) secara menetap pada sampe acak urin.
Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeklamsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu
dipertimbangkan faktor timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema
generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.
Pengukuran proteinuria, dapat dilakukan dengan :
a. Urin dipstick : 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak
selang 6 jam.
32
b. Pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria
≥ 300 mg/24 jam.
Tabel 1. Gangguan hipertensi pada kehamilan: indikasi keparahan.1
Abnormal Ringan Berat
Diastolik < 100 mmHg 110 mmHg atau lebih
Proteinuria Sampai +1 +2 atau lebih
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan penglihatan Tidak ada Ada
Sakit epigastrium Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Konvulsi Tidak ada Ada (Eklamsia)
Serum kreatinin Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan enzim hati Minimal Nyata
Pertumbuhan janin terhambat Tidak ada Jelas
Edema paru Tidak ada Ada
Tabel 2. Gambaran klinis hipertensi dalam kehamilan.2
Preeklamsia Impending eklamsia Eklamsia
Ringan Berat
Tensi 140/90 mmHg.
BB naik melebihi batas normal ½ kg/minggu.
Proteinuria plus 1 edema ringan.
Tensi 160/110 mmHg.
Edema. Oligouria kurang
400 cc/24 jam. Proteinuria 5 g/24
jam plus 4-5. Terdapat dispnea
sianosis. Janin mungkin:
- IUGR.- Asfiksia
Objektifnya:- Hiperaktif refleks.- Sesak sianosis.
Gejala subjektifnya:- Gangguan visus.- Nyeri epigastrium.- Nyeri kepala.
Gejala preeklamsia berat ditambah dengan:- Konvulsi.- Kesadaran turun
sampai koma.
3. Eklamsia.
Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklamsia, yang
mana tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grand mal dan mungkin timbul
33
sebelum, selama, atau setelah persalinan. Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam
postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari postpartum.
4 & 5. Hipertensi kronik dan hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia.
Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan predisposisi
timbulnya preeklamsia atau eklamsia. Gangguan-gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis dan penatalaksanaan wanita yang belum pernah diperiksa sampai
pertengahan kehamilannya. Diagnosis adanya hipertensi kronik diisyaratkan oleh:
1. Hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sebelum hamil.
2. Hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) yang terdeteksi sebelum usia kehamilan 20
minggu (kecuali apabila terdapat penyakit trofoblastik gestasional).
3. Hipertensi yang menetap lama setelah melahirkan.
Faktor riwayat lain yang mendukung diagnosis adalah multiparitas dan hipertensi
yang menjadi penyulit kehamilan sebelumnya selain kehamilan pertama. Biasanya juga jelas
terdapat riwayat hipertensi esensial dalam keluarga.
Diagnosis hipertensi kronik mungkin sulit ditegakkan apabila wanita yang
bersangkutan belum pernah diperiksa sampai paruh terakhir kehamilannya. Hal ini
disebabkan oleh penurunan tekanan darah selama trimester kedua dan ketiga awal, baik pada
wanita normotensif maupun hipertensi kronik. Karena itu, seorang wanita dengan penyakit
vaskular kronik, yang pertama kali diperiksa pada usia kehamilan 20 minggu, sering
memperlihatkan tekanan darah yang normal. Namun, selama trimester ketiga tekanan darah
dapat kembali ke tingkat hipertensif semula, sehingga timbul masalah diagnostik dalam
menentukan apakah hipertensinya bersifat kronik atau dipicu oleh kehamilan.
Hipertensi kronik menyebabkan morbiditas tanpa bergantung pada apakah wanita
yang bersangkutan hamil atau tidak. Hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel dan
dekompensatio kordis, cedera serebrovaskular, atau kerusakan intrinsik ginjal. Pada sebagian
wanita muda, hipertensi timbul akibat adanya penyakit parenkim ginjal. Bahaya yang spesifik
pada kehamilan yang disertai oleh hipertensi kronik adalah risiko timbulnya preeklamsia,
yang mungkin dijumpai pada hampir 25% diantar para wanita hamil. Selaim itu, risiko
solusio plasenta meningkat nyata, terutama pada mereka yang kemudian mengalami
preeklamsia. Lebih lanjut, janin dari wanita dengan hipertensi kronik berisiko lebih besar
mengalami hambatan pertumbuhan dan kematian.
34
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin
memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai oleh proteinuria, diagnosisnya
adalah preeklamsia pada hipertensi kronik (superimposed preeklamsia). Preeklamsia pada
hipertensi kronik ini biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada preeklamsia
“murni”, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan hambatan
pertumbuhan janin.
Diagnosis memerlukan pembuktian adanya hipertensi kroniik yang mendasari.
Hipertensi kronik pada kehamilan ditandai oleh memburuknya hipertensi, dengan selalu
mengingat bahwa baik tekanan diastolik maupun sistolik normalnya meningkat setelah 26
sampai 28 minggu. Indikator keparahan yang diperlihatkan di Tabel 1 juga digunakan untuk
melakukan klasifikasi lebih lanjut pada gangguan-gangguan ini.
35
Tabel 3. Diagnosis Gangguan Hipertensi yang menjadi Penyulit Kehamilan.1
Hipertensi GestasionalTD ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan.Tidak ada proteinuria.TD kembali ke normal <12 minggu postpartum.Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum.Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsia, misalnya nyeri epigastrium atau
trombositopenia.
PreeklamsiaKriteria minimum:
TD ≥ 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu.Proteinuria ≥300 mg/24 jam atau ≥+1 pada dipstick.
Peningkatan kepastian preeklamsia:TD ≥ 160/100 mmHg.Proteinuria 2,0 g/24 jam atau ≥+2 pada dipstick.Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui teelah meningkat sebelumnya.Trombosit < 100.000/mm3.Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat).SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat.Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan lainnya.Nyeri epigastrium menetap.
EklamsiaKejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia.
Preeklamsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia on chronic hypertension)Proteinuria awitan-baru ≥300 mg/24 jam pada wanita pengidap hipertensi tetapi tanpa
proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit <100.000/mm3
secara mendadak pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.
Hipertensi kronikTD ≥140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20 minggu.Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu dan menetap setelah 12
minggu postpartum.SGPT = serum glutamic-pyruvate transferase, ALT (alanine aminotransferase); SGOT = serum glutamic-oxalate transferase, AST (aspartate aminotransferase); TD = tekanan darah; LDH = laktat dehidrogenase.
Diadaptasi dari National High Blood Pressure Education Program Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy (2000).
36
5.6. Komplikasi, Prognosis, dan Penatalaksanaan
Hipertensi pada Kehamilan
6.1. Komplikasi Pre-eklamsi
Komplikasi untuk pre-eklamsia adalah jatuh pada keadaan eklamsia, yang kemudian dapat
menyebabkan komplikasi berat, yaitu stroke dan kematian ibu. Komplikasi yang biasa terjadi
pada pre-eklamsia adalah :
a. Hipertensi tak terkontrol
b. DIC (Disseminated intravascular coagulopathy)
c. HELLP (Hemolysis elevated liver enzyme low platelets count), yaitu
pre-eklamsi/eklamsi disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzym hepar,
disfungsi hepar dan trombositopenia
d. Edema paru
e. Aspirasi bronkhial
f. ARDS (Adult respiratory distress syindrome)
g. Cedera hepatoselular
h. Gagal hati
i. Ruptur hati
j. Perlemakan hati
k. Gagal ginjal
l. Oligouria
m. PJT (Pertumbuhan janin terhambat)
n. Oligohidramnion
o. Infark placenta
p. Abruptio placenta
q. Insufisiensi uteroplacenta
r. Prematuritas
s. Perdarahan pascapersalinan
6.2. Prognosis Pre-eklamsi
Bila pasien tidak terlambat dalam pemberian pengobatan dan tidak mengalami cedera
serebrovaskular , maka perbaikan akan tanpak jelas setelah bayi lahir atau akhir kehamilan.
Diuresis terjadi setelah 12 jam kemudian setelah persalinan (>4 liter/hari). Karena ini
merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini langkah pertama penyembuhan.
37
6.3. Penatalaksanaan Pre-eklamsi
6.3.1. Penatalaksanaan Pre-eklampsi Ringan
TD ≥ 140/90 mmHg - < 160/110 mmHgProteinuria : ≥ 300 mg/24 jamEdema pada tungkai
Rawat Jalan:Tirah baring, diet regular, tidak perlupemberian diuretik, antihipertensi danantisedativum, kunjungan ke RS
YaTidak
Rawat inap:Pemeriksaan dan monitoring ibu, pemeriksaan labdan pemeriksaan kesejahteraan janin
Terdapat perbaikan gejala preeklampsia dan umur kehamilan ≥ 37 minggu
Ya tidak
Perlu diobservasi 2-3 hari,kemudian boleh dipulangkan
Gambar 1. Penanganan pre-eklampsia Ringan
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dilakukan rawat inap maupun rawat jalan. Pada
rawat jalan ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur kehamilan
diatas 20 minggu tidur dengan posisi miring dapat menghilangkan tekanan rahim pada vena
kava inferior yang mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga meningkatkan aliran darah
balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke
organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan laju filtrasi
glomerolus dan meningkatkan diuresis sehingga akan meningkatkan ekskresi natrium,
menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah ke rahim, menambah
oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dan rahim. Pada preeklampsia tidak perlu
38
Hipertensi menetap > 2 minggu,proteinuria menetap > 2 minggu, adanyagejala atau tanda 1 atau lebih preeklampsiaberat, hasil tes lab abnormal
Rawat jalan
Rawat inap
dilakukan retriksi garam jika fungsi ginjal masih normal. Diet diberikan cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Tidak diberikan obat-obatan diuretik,
antihipertensi dan sedatif Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu
dirawat di rumah sakit yaitu dengan kriteria bila tidak ada perbaikan yaitu tekanan darah, kadar
proteinuria selama lebih dari 2 minggu dan adanya satu atau lebih gejala dan tanda
preeklampsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan. Menurut Williams, kehamilan
preterm ialah kehamilan antara 22 sampai ≤37 minggu. Pada umur kehamilan <37 minggu
bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm tapi jika
umur kehamilan >37 minggu persalinan ditunggu sampai timbul onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan dan
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan persalinan secara spontan.
6.3.2. Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini:TD ≥ 160/90 mmHg.Proteinuria: ≥ 5 gr/jumlah urin selama 24 jamOliguria: produksi urin < 400-500 ml/24 jamKenaikan kreatinin serumEdema paru dan cyanosisGangguan otak dan visusGangguan fungsi hatiTrombositopenia: < 100.000cell/mm3Sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzym Low Platelet Count (HELLP)
Pada kehamilan dengan penyulit
Ya Tidak
Dilakukan terapi pada penyulitnya: terapimedikamentosa dengan pemberian obatobatanuntuk penyulitnya
Bila umur kehamilan < 37 minggu :kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.
Gambar 2. Penanganan pre-eklampsia berat
39
Rencana sikap terhadap kehamilan
Bila umur kehamilan ≥ 37 minggu:kehamilan diakhiri setelah mendapat terapimedikamentosa untuk stabilisasi ibu
Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi,
pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang
tepat untuk persalinan. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri. Pengelolaan cairan pada preeklampsia
bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru dan oliguria. Diuretikum diberikan jika
terjadi edema paru dan payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid. Antasida
digunakan untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat
menghindari risiko aspirasi asam lambung.
Pemberian obat anti kejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin,
MgSO4. Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2007, antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis
awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap
6 jam diberikan 4 gram. Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk
antikejang pada preeklampsia atau eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat
menurunkan risiko kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek
flusher (rasa panas). Syarat pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, frekuensi
pernapasan >16 kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1
gram dalam 10 cc) diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika
Terjadi intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan
setelah 24 jam pasca persalinan. Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka bisa
diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin Penentuan batas
tekanan darah untuk pemberian antihipertensi masih bermacam-macam, menurut POGI
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah ≥180/110 mmHg. Jenis antihipertensi yang
diberikan adalah nifedipine 10-20 mg peroral, dosis awal 10 mg, diulangi setelah 30 menit,
dosis maksimumnya 120 mg dalam 24 jam. tekanan darah diturunkan secara bertahap, a)
penurunan awal 25% dari tekanan sistolik, b) tekanan darah diturunkan mencapai <160/105
mmHg.
40
Bab 6
Kesimpulan Akhir
Preeklamsia berat dialami oleh wanita 32 tahun dengan umur kehamilan anak kedua
24 minggu. Perawatan konservatif dijalankan bila tidak disertai tanda-tanda impending
eklamsia dengan keadaan janin baik, di mana pemberian pengobatan medikamentosa dengan
kehamilan yang tetap dipertahankan karena alasan umur janin yang masih muda dan
dikhawatirkan kematangan paru janin yang belum memadai untuk berada di luar kandungan.
Dilakukan pemantauan ketat, bila pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda
kematangan paru janin, terminasi kehamilan dapat segera dilakukan. Seksio sesarea
dilakukan bila keadaan serviks belum matang.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, dkk., Obstetri Williams. Vol. 1, 21st ed. EGC: 2006.
2. Llewellyn & Jones, Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. 6th ed. Hipokrates: 2002.
3. Manuaba, dkk., Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: 2007.
4. Mochtar, Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta: 1998.
5. Mufdlilah, Antenatal Care Focused. Nuha Medika, Yogjakarta: 2009.
6. Sarwono, Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. 1st ed.
Jakarta: 2007.
7. Sarwono, Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: 2008.
42
Recommended