Presentasi Skenario 2 Blok Etika, Moral Dan Profesionalisme Kelompok A2

Preview:

DESCRIPTION

as

Citation preview

Kelompok : A-2Ketua : Alya Nadhira 1102014015Sekretaris : Citra Dinanti Amanda 1102014063Anggota : Annisa Iftitahuljannah 1102014033

Asep Aulia Rahman 1102014041 Azura Syahadati 1102014056 Dessy Indriani 1102014069 Dhana Fitria Sari 1102014071 Farida Citra Permatasari 1102014094 Gery Aldilatama 1102014115 Indah Mutiara Agustilla 1102014129

SkenarioEuthanasia Pilihan Terakhir Agian

Indosiar.com, Jakarta – Bagi Agian Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir untuk melepaskan diri dari penderitaanya akibat penyakit yang secara medis sulit disembuhkan. Sang suami Panca Satria Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuan untuk mencari kepastian hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul. Kendati sistem hukum di Indonesia belum mengakuinya.

Telah lebih dari 3 bulan. Agian Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya di rumah sakit. Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya. Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dari dalam diri Agian.

Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan rela melepaskan istrinya dengan cara Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habisnya dana yang dimiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit untuk disembuhkan.

Kesedihan Hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya sakit ia sangat jarang bertemu dengan anak-anaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melalui Euthanasia, hingga kini masih terus dilakukan.

Sudah 3 bulan Agian mengalami stroke setelah menjalani oprasi seksio di Rumah Sakit Islam Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama 1 bulan. Mereka kini menunggu keputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani masaah ini.

Kata Sulit1. Tergolek : Terbaring, terguling

(http://artikata.com/arti-364517-tergolek.html).

2. Euthanasia : Mati cepat tanpa derita (Suetonius).

3. Operasi seksio : Melahirkan janin yang sudah mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus (Benson dan pernoll, 2009. hal 456).

4. Henti Napas : Gangguan pada sirkulasi (asistol, bradikardi, fibrilasi ventrikel) (http://ppgd-gels.com/2011/12/henti-nafas-dan-henti-jantung/).

5. Stroke : Penyakit yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak (http://mediskus.com/penyakit/stroke-pengertian-jenis-gejala-stroke.htm).

6. Henti Jantung : Hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).

7. Mati : Secara biologis, kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua fungsi vital tubuh meliputi detak jantun, aktifitas otak, serta pernapasan (Singh et. Al., 2005).

8. Suntik Mati : Tindakan kalangan kedokteran atas permintaan yang bersangkutan atau keluarga terdekat untuk mengakhiri hidup pasien demi menghilangkan penderitaan karena penyakitnya (http://www.jawapos.com/baca/artikel/5826/Kontroversi-Hukum-Suntik-Mati).

9. Penyakit : Perihal kehadiran seperangkat respons tubuh yang abnormal terhadap agen, dimana manusia mempunyai toleransi sedikit atau tidak samasekali (ELIZABETH J. CROWN).

10. Kendati : Kata penghubung untuk menandai hal tidak bersyarat; meskipun (KBBI).

Hipotesis

Seorang dokter dalam mengambil tindakan medis harus sesuai Kode Etik Kedokteran Indonesia dan hukum yang berlaku serta mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi pada pasien maupun dokter itu sendiri. Hukum di Indonesia belum melegalkan euthanasia di dunia medis dikarenakan alas an moral, etika dan tidak sesuai dengan agama. Agama Islam pun mengharamkan tindakan Euthanasia.

Sasaran BelajarLI. 1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Etika dan Hukum

LO. 1. 1 Pengertian EtikaLO. 1. 2 Etika KedokteranLO. 1. 3 Kode Etik Kedokteran Indonesia

(KODEKI)LO. 1. 4 Pengertian BioetikLO. 1. 5 Kaidah Dasar BioetikLO. 1. 6 Pengertian Hukum LO. 1. 7 Hubungan Etika dengan HukumLO. 1. 8 Perbedaan Etika dengan Hukum

LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Tentang Euthanasia

LO. 2. 1 Pengertian Euthanasia

LO. 2. 2 Sejarah Euthanasia

LO. 2. 3 Jenis-Jenis Euthanasia

LO. 2. 4 Alasan Melakukan Euthanasia

LO. 2. 5 Syarat Melakukan Euthanasia

LO. 2. 6 Hukum yang Bersangkutan dengan Euthanasia

LO. 2. 7 Pandangan Islam Terhadap Euthanaisa

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Etika dan

Hukum

LO. 1. 1 Pengertian Etika

Dari segi bahasaIstilah etika (etik) berasal dari bahasa Yunani kuno.

Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos, sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha.Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir.Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Dari segi istilah

Arti dari bentuk jamak ta etha lah yang melatar belakangi terbentuknya istilah etika oleh Aristoteles yang dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis, etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

LO. 1. 2 Etika KedokteranEtika kedokteran adalah kajian-kajian yang muncul dalam

praktik pengobatan secara sistematik, hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku.Etika kedokteran juga bisa disebut sebagai penerapan penalaran moral pada masalah yang dihadapi dokter dalam berprofesi sebagai dokter.

LO. 1. 3 Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

Pasal-pasal KODEKI dalam prinsip bioetikPasal 5 : Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6 : Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan

teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7 : Seorang dokter hanya member surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendirikebenarannya.

Pasal 7a : Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasi sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7c : Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak- hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 10 :Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatn, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yangmempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11 : Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentangseorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

Pasal 13 : Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila

ia ada orang lain besedia dan mampu memberikannya.

LO. 1. 4 Pengertian Bioetik

Dari segi bahasaBioetika berasal dari kata bios yang berati

kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral.Bioetika atau Biomedical Ethics merupakan cabang dari etika normative merupakan etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian dibidang biomedis.

Dari segi istilah

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

LO. 1. 5 Kaidah Dasar Bioetik

Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau disebut dengan spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi yang berbeda-beda satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat menetapkan bahwa praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada empat kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar bioetik, yaitu:

1. Beneficence

Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan.Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.

2. Non-maleficence

Prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm tetap berlaku dan harus diikuti.

3. Justice

Prinsip dimana seorang dokter memperlakukan semua dengan sama rata dan adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, kedudukan sosial dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.

4. Autonomy

Prinsip dimana seorang dokter menghormati martabat manusia.Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.

LO. 1. 6 Pengertian Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum mempunyai

arti yaitu:

Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Undang-undang atau peraturan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Patokan (kaidah atau ketentuan) mengenai peristiwa yang tertentu. Keputusan (pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim)

LO. 1. 7 Hubungan Etika dengan Hukum

Etika dengan hukum terjalin dengan erat karena lapangan pembahasan keduanya sama-sama berkisar pada masalah perbuatan manusia. Tujuannya pun sama yakni mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan dan kebahagiaan mereka. Bagaimana seharusnya bertindak terdapat dalam kaidah-kaidah hukum dan etika.

18/04/23

LO. 1. 8 Perbedaan Etika dengan Hukum

ETIK HUKUM

Berlaku untuk lingkungan profesi

Berlaku untuk umum

Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi

Disusun oleh badan pemerintah

Tidak seluruhnya tertulis Tercantum secara terinci dalam kitab UU dan Lembaran Berita Negara

Sanksi pelanggaran berupa tuntunan

Sanksi pelanggaran berupa tuntutan

Penyelesaian pelanggaran tidak selalu disertai bukti fisik

Penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik

LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Tentang Euthanasia

LO. 2. 1 Pengertian Euthanasia

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu Eu, yang berarti Indah, bagus, terhormat atau Gracefully and With Dignity, dan Thanatos yang berarti mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik.

Euthanasia dalam Kamus Oxford English Dictionary adalah kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama pada kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan.

18/04/23

Dalam Kamus Kedokteran Dorland euthanasia mengandung dua pengertian, yaitu:

Suatu kematian yang mudah tanpa rasa sakit.Pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran

kehidupan seseorang yang menderita dan tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.

LO. 2.2 Sejarah Euthanasia

Sudah dikenal dari zaman Yunani kunoPada zaman Yunani Romawi, penekanan Euthanasia

ditekankan pada kehendak manusia untuk melepaskan diri dari penderitaan terutama yang mengalami penyakit parah.

Pada tahun 1920 Alfredn Hoche dan Karl Binding berpendapat bahwa tindakan membantu seseoarang yang mengalami kematian adalah masalah etika tingkat tinggi yang membutuhkan pertimbangan yang tepat, yang merupakan solusi belas kasihan atas masalah penderitaan.

Di Inggris pada tahun 1935 seorang Dokter membentuk The Voluntary Euthanasia Legislation Society, untuk melegalisasi euthanasia bersama dengan dokter-dokter terkenal lainnya. Namun rancangan ini kemudian di tolak oleh Dewan Lord setelah melalui perdebatan di House Of Lord pada tahun 1936. Di Jerman kekuasaan Adolf Hitler memeritahkan untuk melalukan tindakan Mercy Killing secara luas yang dikenal dengan Action T4 untuk menghapus kehidupan orang yang dianggap tak berarti dalam kehidupan (Life Under Worthy of Life). Di Australia tahun 1995, Australia Northem Territority menyetujui RUU euthanasia dan berlaku pada tahun 1996 dan dijatuhkan oleh parlemen Australia pada tahun 1997.

Di Belanda pada tahun 2000 melegalkan euthanasia aktif voluntir ini mendapat berbagai sorotan dari organisasi anti euthanasia dan juga dari organisasi pro euthanasia. Tahun 2002 giliran Belgia melegalisir euthanasia seperti di Belanda. Di Asia, Jepang adalah satu-satunya negara yang melegalkan euthanasia Voluntir yang disahkan melalui keputusan pengadilan tinggi pada kasus  Yamaguchi di tahun 1962. Namun setelah itu karena faktor budaya yang kuat Euthanasia tidak pernah terjadi lagi dijepang setelah itu.

LO. 2.3 Jenis-Jenis Euthanasia

Euthanasia Otomatis (Autoeuthanasia)

Digolongkan sebagai euthanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan).Euthanasia otomatis pada dasarnya adalah suatu prkatik euthanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.

Euthanasia Aktif

Suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup seorang pasien.Euthanaisa aktif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang mematikan baik secara oral maupun melalui suntikan.

Euthansia aktif dibagi menjadi 3 :

a) Euthanasia Aktif Voluntir

b) Euthanaisa Aktif Non Voluntir

c) Euthanasia Aktif Involuntir

Euthanasia Pasif

Dilakukan dengan memberhentikan pemberian

bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien

secara sengaja.

Euthanasia pasif dibagi menjadi 3 :

a) Euthanasia Pasif Voluntir

b) Euthanasia Pasif Non Voluntir

c) Euthanasia Pasif Involuntir

Rasa sakit yang tidak tertahankanHak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat,

maka seseorang mempunyai hak memilih cara kematiannya

Meringankan penderitaan seseorangMengurangi beban ekonomiSeseorang dipaksa untuk bertahan hidup

LO. 2.4 Alasan MelakukanEuthanasia

LO. 2.5 Syarat-Syarat Melakukan Euthanasia

Orang yang benar-benar sedang sakit dan tidak dapat diobati

Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil dan tinggal menunggu kematian

Pasien harus menderita sakit yang amat sangat sehingga penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin

Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien dan ada sadar penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia.

Euthanasia mempunyai implikasi hukum yang sangat luas baik pidana maupun perdata. Pasal-pasal KUHP menegaskan bahwa euthanasia baik aktif maupun pasif tanpa permintaan adalah dilarang. 

Pasal 388 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun”

Pasal 340 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain karena bersalah melakukan pembunuhan bencana di pidana mati atau di penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya 20 tahun”

LO. 2.6 Hukum dan Sanksi yang Bersangkutan dengan Euthanasia

18/04/23Pasal 344 KUHP : “Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh- sungguh dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun”

Pasal 345 KUHP : “Barang siapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri dan menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk perbuatan itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi bunuh diri”

Pasal 359 KUHP : “Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun atau pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun”

LO. 2.7 Pandangan Islam tentang Euthanasia

Kelahiran dan kematian merupakan hak prerogatif Allah SWT dan bukan hak manusia sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri.

Pada dasarnya agama melarang euthanasia baik maupun aktif seperti di dalam ajaran agama islam yang sudah dijelaskan. Dokter dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak Allah SWT yaitu memperpendek umur.Orang yang menghendaki euthanasia walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa dan putus asa tidak berkenan dihadapan Allah SWT.

18/04/23Islam sangat menghargai jiwa, lebih-lebih jiwa manusia. Tertulis dalam Al-Qur’an surat Al Isra ayat 33 yang artinya: 

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu alas an yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya dan janganlah ahli waris itu melampau batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”

KESIMPULAN

Seorang dokter maupun dokter gigi dalam menjalankan praktiknya harus menaati dan berpedoman pada hukum di Indonesia dan etika kedokteran yang disebut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan dibuat oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dalam membuat keputusan atau tindakan medis dokter dan dokter gigi harus mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi pada pasien maupun dokter itu sendiri sehingga mengacu pada empat kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetik, yaitu Beneficence, Non Maleficence, Justice, dan Autonomy.

18/04/23Kasus pada scenario “Euthanasia Pilihan Terakhir Again” dari sisi pasien yang meminta untuk di Euthanasia maka prinsip kaidah dasar bioetiknya ialah Autonomy pasien. Kemudian dalam segi hukum Negara maupun hukum Agama Islam euthanasia sendiri dilarang dan terdapat sanksi bagi yang melakukannya.

18/04/23

Daftar PustakaAhmad, S. (n.d). Euthanasia. Available: https://www.academia.edu/6288395/Eutanasia. Last accessed 5th Oct 2014.

Anugrah, S.M. (2013). Laporan Hasil Wawancara Tentang Euthanasia dari Sudut Pandang berbagai Agama. Available: http://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/viewFile/5715/4337. [Accessed on: Sunday, 5th Oct 2014].

Gea, A.A. (2005). Character Building IV: Relasi dengan Dunia. Jakarta: ElexMedia Komputindo.

18/04/23Hanafah, J dan Amri, A. (2008).Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestari, Y. (2010). Peran Kaidah Dasar Bioetika dalam Membingkai Profesi Kedokteran. Available: http://fkunand2010.files.wordpress.com/2010/09/kaidah-dasar-bioetika.ppt. [Accessed on: Sunday, 5th Oct 2014].

Muchtadi, T.R. (2013). Boetika.Retrieved from: http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/Modul-11-BIOETIKA.pdf [Accessed on: Saturday, 4 October 2014].

18/04/23Panjaitan, A. (2013). Etika Dan Hukum Kedokteran. Retrieved from: http://www.slideshare.net/AprinsyaPanjaitan/etika-dan-dukum-kkedokteran [Accessed on: Saturday, 4 October 2014].

Rhis, D. (2012). Euthanasia Menurut Pandangan Agama, Etik Dan Kesehatan. Retrieved from: http://www.slideshare.net/dha_rhis/kelompok-euthanasia-1?next_slideshow=1 [Accessed on: Saturday, 4 October 2014].

18/04/23Saltike, A.D. (2011). Bioetika Kedokteran. Retrieved from: http://www.academia.edu/7245584/BIOETIKA_KEDOKTERAN [Accessed on: Saturday, 4 October 2014].

Sutarno, Alfonsus. (2008). Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarsa, P. (n,d). Pengertian Etika Menurut Para Ahli. Available: http://blog.isi-dps.ac.id/putusuwarsa/pengertian-etika-menurut-para-ahli. [Accessed on: Sunday, 5th Oct 2014].

18/04/23Saltike, A.D. (2011). Bioetika Kedokteran. Retrieved from: http://www.academia.edu/7245584/BIOETIKA_KEDOKTERAN [Accessed on: Saturday, 4 October 2014].

Sutarno, Alfonsus. (2008). Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarsa, P. (n,d). Pengertian Etika Menurut Para Ahli. Available: http://blog.isi-dps.ac.id/putusuwarsa/pengertian-etika-menurut-para-ahli. [Accessed on: Sunday, 5th Oct 2014].

18/04/23Universitas Terbuka . (n.d). Etika. Available: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm. [Accessed on: Sunday, 5th Oct 2014].

Terima Kasih