View
321
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
PPT Malpraktek Medik
Citation preview
Malpraktek Medik
Kelompok UNTAR
Sumpah dokter
Definisi
Sejarah
Isi Rangkuman
Sumpah dokter
pernyataan yang diucapkan secara resmi oleh seorang dokter yang baru dengan bersaksi kepada
Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci, bahwa dia bertekad teguh akan menjalankan profesi dokter degan sebaik-‐baiknya sesuai degan hakikat, martabat dan tujuan luhur profesi itu
Definisi
• Sumpah dokter juga bisa diar<kan sebagai “pengikraran Kontrak sosial” dimana dokter mengikat diri untuk menjalankan profesi pelayanannya dengan sebaik-‐baiknya kepada umat manusia dengan dasar kaidah-‐kaidah moral dan e<ka • Kontrak sosial ini berlaku sepanjang hidup
Definisi
Sejarah
Tradisi sumpah dokter dimulai oleh Hippokrates lebih dari 23 abad yang lalu dengan murid-muridnya
S u m p a h i t u adalah asas-asas e t i k a m e d i s “tradisional”
Dijadikan tradisi, p ed oman s e r t a panutan profesi bagi seluruh bagian dunia sejak 4 abad sebelum masehi
Isi sumpah Hippokrates
Dibagi menjadi 2 bagian 1. Bagian pertama à sumpah kepada dewa-‐
dewi mitologi Yunani kuno dan pengalihan ilmu pengobatan
2. Bagian kedua à berisikan tentang e<ka medisnya sendiri
Isi sumpah Hippokrates (1) Naskah sumpah Hippokrates Asas e1ka medis
• Saya akan menetapkan aturan diet untuk kebaikan yang sakit sesuai dengan penilaian saya; saya akan menjaga mereka terhadap cidera dan ke<dakadilan
• Asa s b e r bua t b a i k (benefience)
• Asas <dak menimbulkan m u d h a r a t (nonmalefience)
• Saya <dak akan memberikan obat yang mema<kan kepada siapapun jika diminta, saya juga <dak akan mengajukan saran tentang itu
• Demikian juga saya <dak akan memberikan kepada perempuan obat untuk terjadinya keguguran. Dalam kemurnian dan kesucian saya akan menjaga hidup dan seni saya
• Asas menghorma< hidup manusia
• Saya <dak akan menggunakan pisau juga <dak pada penderita batu, tapi saya menarik diri dan menyerahkan pekerjaan kepada orang-‐orang yang memang biasa melakukannya
• A s a s m e n y a d a r i keterbatasan diri sendiri
Isi sumpah Hippokrates (2)
Naskah sumpah Hippokrates Asas e1ka medis • Di rumah manapun saya berkunjung, saya
darang utnuk kebaikan yang sakit , menjauhkan diri dari semua ke<dakadilan yang disengaja, dari semua perbuatan jahat dan khusus hubungan kelamin degnan perempuan maupun laki-‐laki, apakah mereka orang-‐orang bebas atau bidak belian
• Asas benefience, berakhlak dan berbudi luhur
• Apapun yang saya lihat atau dengar selama menjalankan pengobatan atau malahan itu yang berhubungan dengan hidup orang, yang dengan alasan apapun <dak boleh diumumkan akan saya simpan untuk saya sendiri karena hal-‐hal seper< itu memalukan untuk dibicarakan
• Asas menjaga kerahasiaan pasien (asas kofidensialitas)
Rangkuman naskah Hippokrates 1. Berbuatlah yang baik (benefience, Amar Ma’ruf) 2. Jangan melakukan hal-‐hal yang dapat menciderai atau merugkan
pasien (nonmalifience, Nahi Mungkar) 3. Horma< hidup manusia : janagan melakukan aborsi dan jangn
berikan racun kepada pasien untuk euthanasia atau bunuh diri 4. Sadari keterbatasan diri. Jangan melakukan hal-‐hal di luar
kemampuan. Serahkan pelaksaanan <ndakan medis tertentu kepada mereka yang memang ahli dalam bidang itu
5. Berakhlak dan berbudi luhur. Secara khusus jangan melakukan hubungan seks dengan pasien atau keluarga dan anggita rumah tangganya, dan
6. Jagalah kerahasiaan pasien
Sumpah Dokter Indonesia Demi Allah saya bersumpah, bahwa : 1. Saya akan membak<kan hidup saya guna kepen1ngan
perikemanusiaan 2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter 3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur profesi kedokteran 4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya 5. Saya 1dak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam
6. Saya akan menghorma1 se1ap hidup insani mulai dari saat pembuahan
7. Saya akan senan<asa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperha1kan kepen1ngan masyarakat
8. Saya akan berikh<ar dengan sungguh sungguh supaya saya 1dak terpengaruh oleh per1mbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, poli1k, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien
9. Saya akan memberi kepada guru guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seper1 saudara sekandung 11. Saya akan mentaa1 dan mengamalkan Kode E1k Kedokteran Indonesia 12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya
Kodeki
KODEKI 17 PASAL
PASAL 10 -‐ 13
PASAL 1-‐9
PASAL 14 & 15
PASAL 16 & 17
KEWAJIBAN UMUM
KEWAJIBAN DOKTER THD PASIEN
KEWAJIBAN DOKTER THD TEMAN SEJAWAT
KEWAJIBAN DOKTER THD DIRI SENDIRI
Kewajiban Umum Pasal Isi Kodeki
Pasal 1 Se<ap dokter harus menjunjung <nggi, menghaya< dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2 Seorang dokter harus senan<asa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang ter<nggi.
Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter <dak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4 Se<ap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepen<ngan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
Pasal Isi Kodeki
Pasal 6 Se<ap dokter harus senan<asa berha<-‐ha< dalam mengumumkan dan menerapkan se<ap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-‐hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya
Pasal 7a Seorang dokter harus, dalam se<ap prak<k medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia
Pasal 7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
Pasal Isi Kodeki
Pasal 7c Seorang dokter harus menghorma< hak-‐hak pasien, hak-‐hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d Se<ap dokter harus senan<asa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperha<kan kepen<ngan masyarakat dan memperha<kan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promo<f, preven<f, kura<f dan rehabilita<f), baik fisik maupun psiko-‐sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-‐benarnya.
Pasal 9 Se<ap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghorma<.
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien Pasal Isi Kodeki
Pasal 10 Se<ap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepen<ngan pasien. Dalam hal ini ia <dak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11 Se<ap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senan<asa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
Pasal 12 Se<ap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Pasal 13 Se<ap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal Isi Kodeki
Pasal 14 Se<ap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 15 Se<ap dokter <dak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang e<s.
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
Pasal Isi Kodeki
Pasal 16 Se<ap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17 Se<ap dokter harus senan<asa mengiku< perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
a. Bahwa membangun kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi se<ap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang op<mal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagai dimaksud dalam Pembukaan Undang-‐Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945
b. Bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat
c. Bahwa penyelenggaraan prak<k kedokteran yang merupakan in< dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki e<k dan moral yang <nggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus di<ngkatkan mutunya melalui pendidikan dan pela<han berkelanjutan, ser<fikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan pengawasan, dan pemantauan agar penyelanggaraan prak<k kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepas<an hukum kepada penerima pelayanan kesehatan, dokter dan dokter gigi, diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan prak<k kedokteran;
e. Bahwa untuk memberikan perlindungan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-‐Undang tentang prak<k Kedokteran.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-‐cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-‐Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa se<ap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang se<nggi-‐<ngginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskrimina<f, par<sipa<f, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;
c. bahwa se<ap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan se<ap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berar< investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa se<ap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam ar< pembangunan nasional harus memperha<kan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-‐Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah <dak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan digan< dengan Undang-‐Undang tentang Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan per<mbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-‐Undang tentang Kesehatan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak se<ap orang yang dijamin dalam Undang-‐Undang Dasar Negara RepubliK Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang se<nggi-‐<ngginya;
b. bahwa Rumah Sakit adalah ins<tusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateris<k tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang se<nggi-‐<ngginya;
c. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-‐Undang;
d. bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum Cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam penyelenggaraan rumah sakit sebagai ins<tusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat;
e. bahwa berdasarkan per<mbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta untuk memberikan kepas<an hukum bagi masyarakat dan Rumah Sakit, perlu membentuk Undang-‐Undang tentang Rumah Sakit;
MALPRAKTEK
LATAR BELAKANG
DOKTER
MANUSIA BIASA
LALAI / SALAH
MELANGGAR KODE ETIK
TIDAK ADA SEORANG DOKTER YANG BERNIAT MEMBUNUH PASIEN
“SAYA AKAN SENANTIASA MENGUTAMAKAN KESEHATAN PASIEN”
Sumpah Hiprocrates
Profesi
DOKTER PASIEN Hubungan dokter-‐pasien
Menguntungkan Merugikan
Pasien sembuh Pasien 1dak sembuh/ cacat/ meninggal
Menerima Tuduhan malpraktek
Gugatan pasien
Meminta gan1-‐rugi
Malpraktek : kesalahan profesional medis yang sering dianggap sebagai pelanggaran
norma e<s profesi Ilmu kedokteran bukanlah ilmu pas< Hiprocrates mengatakan bahwa ilmu
kedokteran merupakan perpaduan antara pengetahuan dan seni, yang harus diramu sedemikian sehingga menghasilkan suatu diagnosa yang mendeka< kebenaran
KEDOKTERAN
DAHULU
Tidak terjangkau oleh hukum Pasien bergantung pada dokter
Derajat dokter lebih 1nggi
KEDOKTERAN
SAAT INI
Terjangkau oleh hukum Derajat dokter = pasien
Dokter harus memper1mbangkan pendapat pasien
Dengan pemahaman mengenai resiko medik (di samping malpraktek) diharapkan para dokter memberikan upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik
Bila dokter menger1 akan tanggung jawab hukum terhadap pasien dokter akan lebih tenang dan maksimal dalam melakukan pekerjaannya
Pengertian malpraktik medik
Dari sudut harfiah, is<lah
malprak1k atau malprac'ce, atau malpraxis ar<nya prak1k yang buruk ( bad prac'ce ).
Menurut John D. Blum , malpraktek medik merupakan bentuk kelalaian profesi dlm bentuk luka / cacat yg dpt diukur yg terjadinya pd pasien yg mengajukan gugatan
sebagai akibat langsung dr <ndakan dokter.
Malpra<k kedokteran à is<lah hukum ( Kartono Muhamad ) yg dr sudut harfiah pun ar<nya prak<k kedokteran yg buruk / yg jelek krn
salah / menyimpang dr yg semes<nya & sebagainya.
Dari beberapa penger<an, dpt ditarik kesimpulan bahwa malpraktek medik merupakan kesalahan dokter yg krn tdk menggunakan ilmu pengetahuan &
<ngkat ketrampilan sesuai dgn standard profesinya yg akhirnya mengakibatkan pasien terluka / cacat bahkan meninggal
dunia.
Contoh Malpraktek
Kasus I
dr Wida, dokter RS Krian Husada, Sidoarjo, Ja<m, dipenjara 10 bulan akibat malprak<k
-‐ Deva Chayanata (3) datang ke dr. Wida -‐ Deva diare dan kembung -‐ Dr. widaàinfus, obat sirup, sun<kan, ranap
dr. wida instruksi inj KCL 12,5 ml <dak pengawasan deva kejang-‐kejang
Deva meninggal
Melanggar Pasal 359 KUHP, dr. wida di penjara 10 bulan 28/4/10
29/4/10
Kasus II
• Alfonsus Budi Susant mengeluh sakit pada punggungnya dan berobat.
• Berbagai pemeriksaan, seperti MRI pun dilakukan
oktober 2005
• menyarankan untuk dilakukan injeksi cement (menyuntikan kandungan tulang ke dalam tulang) à kegagalan (tidak bisa menggerakan tubuh kiri)
• dokter àasisten • dokter tidak memberitahukan
resiko kegagalan suntik injeksi ini
Dr. Eka Julianta W
Pembahasan Kasus Kasus Mal Pratek • Hal – hal yang menjadi masalah dalam mal praktek di atas adalah :
• Tidak ada pemberitahuan pergan<an petugas medis dalam penanganan pasien
• Tidak memberitahukan resiko kegagalan sun<k ijeksi “cement” yaitu menyun<kan kandungan tulang kepada tulang.
• Kesulitan mendapatkan rekam medis rumah sakit dengan alasan isi rekam medis tersebut milik rumah sakit dan <dak boleh dibawa keluar.
Aspek Hukum • pidana pasal pasal 360 KUHP yaitu Kelalaian yang menyebabkan seseorang luka berat dihukum dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. karena pasien menderita kelumpuhan pada tubuh bagian kiri.
• Melanggar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan Bab V Standard Profesi Pasal 21, 22, 23
• Melangar Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 8, 24, 58
Aspek Kode E<k • Pada perinsip e<k di sebutkan “Tidak merugikan
(Nonmaleficience)” ar<nya Prinsip ini berar< <dak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
• Kejujuran (Veracity) yang in<nya memberikan informasi kepada klien tentang keadaan yang sedang di alaminya. . Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objek<f untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Aspek Disiplin Prak<k
• SOP di kerjakan sesuai prosedure • Melangar Standar profesi kerena seharusnya yang melakukan injeksi kepada pasien adalah dokter utama tetapi di berikan kepada pasienya tanpa memberi informasi kepada pasien
• Standar pelayanan adanya jaminan kesehatan pada klien.
Kasus III
Kesalahan à pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. ( gas N2O à gas CO2 ). Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-‐pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi <dak sadar dan akhirnya meninggal.
pasien à operasi à anestesi dahulu
Pembiusan à dokter
anastesi ,operasi à dokter ahli bedah tulang (orthopedy).
Operasi berjalan lancar à <ba2 pasien sesak
nafas
ICU à ven<lator
Contoh Kasus • Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.
Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy). Operasi berjalan lancar. Namun, <ba-‐<ba sang pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di ruang perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ven<lator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.
• Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-‐pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi <dak sadar dan akhirnya meninggal.
Analisis masalah Di<njau dari Sudut Pandang Hukum • Unsur kesengajaan (dolus) dan ataupun kelalaian (culpa) seper< dalam kasus malpraktek dalam bidang orthopedy
• jika kelalaian dokter tersebut terbuk< merupakan <ndakan medik yang <dak memenuhi SOP yang lazim dipakai, melanggar Undang-‐undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, maka dokter tersebut dapat terjerat tuduhan malprak<k dengan sanksi pidana.
• Dalam Kitab-‐Undang-‐undang Hukum Pidana (KUHP) kelalaian yang mengakibatkan celaka atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan ma<nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.
• Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360 Kitab-‐Undang-‐Undang Hukum Pidana (KUHP), (1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-‐luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-‐luka sedemikian rupa sehingga <mbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda paling <nggi <ga ratus rupiah.
• Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap dokter yang terbuk< melakukan malprak<k, sebagaimana Pasal 361 Kitab-‐Undang-‐Undang Hukum Pidana (KUHP), “Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan seper<ga dan yang bersalah dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.”
• Berdasarkan Pasal 361 Kitab-‐Undang-‐Undang Hukum Pidana (KUHP), <ndakan malprak<k juga dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang (pasien) terhadap dokter yang dengan sengaja (dolus) telah menimbulkan kerugian kepada pihak korban, sehingga mewajibkan pihak yang menimbulkan kerugian (dokter) untuk menggan< kerugian yang dialami kepada korban, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365
• Kitab-‐Undang-‐Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggan< kerugian tersebut.” Sedangkan kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian (culpa) diatur oleh Pasal 1366 yang berbunyi: “Se<ap orang bertanggung jawab <dak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang ha<-‐ha<nya.”
Dalam KODEKI • pasal 2 dijelaskan bahwa; “ seorang dokter harus
senan<asa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi ter<nggi”. Jelasnya bahwa seeorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama.
• pasal 7d juga menjelaskan bahwa “se<ap dokter harus senan<asa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”. Ar<nya dalam se<ap <ndakannya, dokter harus betujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia.
Dahar Pustaka
• MKEK, IDI. Kode E<k Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode E<k Kedokteran Indonesia. Jakarta : IDI, 2002.
Recommended