View
763
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH
GEOGRAFI EKONOMI
“PERDAGANGAN DI KAWASAN MALIOBORO SEBAGAI
PENYOKONG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI
SEKITARNYA”
Dosen Pengampu : Sudrajat, S.Si., M.P
Disusun oleh :
Sugiarti ( 09/ 285356/ GE/ 6703 )
Siti Fatimah (09/ 288803/ GE/ 6756)
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Perdagangan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional
yang dapat dilihat dari sumbangannya terhadap produk domestik bruto dan daya
serapnya terhadap angkatan kerja Indonesia. Kegiatan perdagangan dapat
menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama, secara langsung yaitu
dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang besar. Kedua, secara tidak
langsung yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakan oleh kegiatan perdagangan
di satu pihak dengan memperlancarpenyaluran dan pengadaan bahan baku. Hal ini
akan meningkatkan kegiatan produksi yang dapat menyerap tenaga kerja di sektor
industri.
Kegiatan perdagangan, dalam kegiatan ekonomi menjembatani kegiatan
produksi dan konsumsi. Perdagangan dapat mendorong perkembangan dan
pertumbuhan produksi karena perdagangan menjamin kelancaran peredaran
barang dari tangan produsen ke tangan konsumen (Soedjono, 1983:50).
Adanya kegiatan perdagangan tidak terlepas dan selalu berkaitan sangat
erat dengan aktivitas industri. Penentuan lokasi kegiatan perdagangan dan
industri merupakan langkah awal yang sangat vital untuk melangsungkan kegiatan
tersebut agar berjalan lancar dan menguntungkan. Secara langsung penentuan
lokasi perdagangan dapat dilakukan berdasarkan skala usaha dan sasaran dari
komoditas yang akan diperjualbelikan.
Keputusan untuk membentuk suatu perusahaan maupun industri tergerak
karena adanya permintaan akan suatu barang. Permintaan yang cukup besar dan
didukung oleh daya beli yang memadai cepat atau lambat akan menarik perhatian
seorang usahawan. Adanya permintaan ini menimbulkan suatu pasar dan luas
pasar tersebut akan menentukan skala produksi yang akan dianut oleh perusahaan
yang bersangkutan. Skala produksi merupakan salah satu dari dua unsuryang
menentukan lokasi usaha.
Dalam usahanya untuk meminimumkan biaya, maka suatu suatu badan
usaha yang utamanya bergerak di bidang perdagangan dan industri antara lain
berusaha untuk memilih lokasi yang tepat. Perusahaan yang menjual
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
dagangannya, harus mendekati konsumen yang memerlukan dagangannya. Makin
dekat ia berada dengan konsumen, makin besar kemungkinan bahwa si konsumen
akan membeli barang-barang tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bagi pedagang terdapat kecenderungan untuk beorientasi kepada
konsentrasi konsumen dalam menentukan lokasi tempat usahanya. Lain halnya
dengan seorang produsen yang masih harus memproduksikan barang yang akan
dijualnya.
Perdagangan di Malioboro yang terdiri dari bermacam-macam jenis usaha
mulai dari makanan dan minuman, souvenir, aneka batik, pakaian, dan perhiasan
telah menumbuhkan banyaknya sektor informal di sepanjang jalan Malioboro.
Yang kemudian berwujud sebagai pedagang kaki lima (PKL) dan pedagang lainya
di dalam maupun di luar pasar dengan menetap pada stand-stand yang terdapat
disana. Perdagangan yang terdapat di kawasan tersebut telah
menumbuhkembangkan industri-industri kecil dan menengah yang ada
disekitarnya sebagai akaibat dari tingginya permintaan yang semakin meningkat
dengan komoditas yang beraneka ragam.
Mengingat Yogyakarta adalah kota pelajar dan kota wisata yang dimana
Malioboro adalah salah satu tujuan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara, sehingga kondisi ini sangat menguntungkan untuk mengembangkan
perdagangan seluas-luasnya.
I.II. Rumusan Masalah
1. Mengapa perdagangan di Kawasan Malioboro berkembang dengan
pesat?
2. Adakah pengaruh perdagangan di Kawasan Malioboro terhadap industri
kecil-menengah di sekitarnya?
3. Apakah tipe lokasi industri kecil-menengah yang ada di sekitar
Malioboro sudah sesuai dengan Teori Lokasi Weber ?
I.III. Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
perdagangan di Kawasan Malioboro
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
2. Mengetahui pengaruh perdagangan di Kawasan Malioboro terhadap
perkembangan industri kecil-menengah di sekitarnya
3. Mengetahui kesesuaian lokasi industri kecil-menengah di sekitar
Kawasan Malioboro berdasarkan Teori Lokasi Weber.
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
PEMBAHASAN
Perdagangan merupakan pertukaran barang antara produsen dan konsumen
baik individu maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
berbagai tingkat (antar daerah/antar negara). Sektor perdagangan di Indonesia
menyerap sekitar 19 persen (Sumber: BPS. 2006. Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia 2005, 2004 dan 2005). Hal ini menjadikan sektor perdagangan paling
banyak digeluti oleh sebagian rakyat Indonesiaa setelah sektor pertanian. Oleh
karena itu, disadari atau tidak, perdagangan telah membantu mengurangi jumlah
pengangguran karena siapa saja boleh dan dapat masuk ke sektor perdagangan
dengan maupun tanpa keterampilan khusus. Keadaan ini semakin menarik jika di
lihat per propinsi masing-masing bahkan sampai daerah administrasi kecil.
Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya dikenal dengan kota pelajar,
tetapi juga terkenal sebagai kota wisata. Dengan banyaknya wisatawan baik lokal
maupun internasional telah membangkitkan perekonomian masyakat DIY
semakin membaik melalui sektor perdagangan. Salah satu tujuan wisatawan yang
paling “getol” dikunjungi adalah Malioboro. Malioboro yang awalnya merupakan
sebuah nama jalan, kini menjadi pusat perbelanjaan yang tidak mungkin
terlewatkan. Di sepanjang Jalan Malioboro berjejer barisan PKL yang menjajakan
barang dagangannya. Barang dagangannya pun beranekaragam yang umumnya
merupakan barang-barang khas Jogja dan aneka batik yang menjelma menjadi
berbagai barang olahan yang unik seperti baju, kaos, celana, tas, ikat pinggang,
topi,dll.
Adanya permintaan yang terus menerus dan konstan mempengaruhi
aktivitas perdagangan untuk terus berkembang. Hal ini dapat disebabkan karena
banyaknya pengunjung ke Yogyakarta dengan berbagai kepentingan, dengan
pengunjung terbesar adalah wisatawan dan pelajar. Pengunjung tersebut
biasanyanya akan membawa cinderamata atau buah tangan khas Jogja untuk
dibawa kembali ke kampung halaman mereka.
Para PKL tersebut juga menyediakan makanan khas Jogja yang banyak
diburu oleh wisatawan seperti gudeg, bakpia patuk, geplak, yangko, dll. Di
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
Malioboro hampir setiap hari selalu padat dengan wisatawan yang pada umumnya
selalu mengakhiri kunjungannya dengan berbelanja makanan, pernak-pernik
maupun sekedar “nongkrong” untuk mencicipi minuman dan makanan tersebut di
tempat. Selain PKL juga ada pedagang pasar yang menetap dan mendirikan stand-
stand di dalam Pasar Beringharjo yang terdapat di Jalan Malioboro. Pedagang
yang berjualan didalam pasar cenderung menjual brang yang hampir semua
pedagang menjualnya didalam pasar tersebut, yaitu pakaian dan kain batik. Harga
yang ditawarkan juga relatif sama untuk jenis barang yang sama antara pedagang
yang satu dengan yang lainnya karena disana juga terdapat perkumpulan
pedagang sehingga dalam penentuan harga pun sama. Harga awal boleh sama,
tetapi biasanya didalam jual beli barang terdapat tawar menawar sehingga harga
akhirnya pun bisa jadi tidak sama dengan barang dan harga awal yang sama
karena hal itu merupakan keluwesan dan kecakapan pembeli yang mampu untuk
melakukan penawaran.
Menurut M. Djelni Soemadi, (1993). Fenomena kaki lima ini berkaitan
dengan fenomena frontierisme, sebuah pandangan yang menganggap ada “ruang
kosong” di hadapannya yang dapat ia duduki dan kuasai. Trotoar telah menjadi
ruang kosong tersebut. Berbagai kepentingan yang berinteraksi di atas trotoar,
memunculkan konflik perebutan ruang. Interaksi tersebut juga memunculkan
negosiasi dan siasat bagi orang untuk menyatakan kepentingannya di atas trotoar.
Yang menarik dari bentuk interaksi dan negosiasi ini adalah bagaimana orang
kemudian membangun citra mengenai identitas dari sebuah trotoar. Malioboro
dengan kehidupan kaki limanya terasa sangat mewakili untuk melukiskan
interaksi, negosiasi dan dunia citra tentang trotoar.
Barang dagangan yang para pedagang perjual belikan di Kawasan
Malioboro tersebut didatangkan dari berbagai daerah. Biasanya untuk kain batik
sendiri didatangkan dari Solo dan Yogyakarta. Aneka batik yang terjaja rapi
berbaris disepanjang Jalan Malioboro dengan wujud berupa baju, celana, rok,
sandal, tas, sabuk/ ikat pinggang, topi, dan modifikasi batik lainnya diproduksi
oleh industri konveksi dan kerajinan setempat yang berlokasi di sekitar Malioboro
dan daerah backward effect serta daerah lainnya di DIY. Komoditas tersebut
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
diproduksi oleh industri rumah tangga/ home industry, industri kecil dan industri
sedang.
Barang dagangan yang berupa minuman dan makanan seperti dawet,
gudeg, bakpia patuk, geplak, yangko dan aneka kue khas Jogja lainnya banyak
diproduksi oleh industri rumah tangga dan industri kecil. Industri rumah tangga
yang sebagian besar memanfaatkan tenaga kerja dari anggota keluarganya sendiri
sehingga mereka dapat memproduksi dan bekerja bersama-sama bersama anggota
keluarganya. Hal ini sangat efektif untuk mengurangi dam mencegah terjadinya
pengangguran antar anggota kelurga.
Industri kecil pun masih memproduksimakanan dan minuman seperti
halnya pada industri rumah tangga. Dengan skala industri yang lebih besar,
industri kecil memiliki jumlah tenaga kerja yang lebih besar pula sehingga
komoditas yang dihasilkan juga jumlahnya jauh lebih besar.Selain makanan khas
Jogja, industri kecil juga mulai memproduksi barang-barang kerajinan dan
pernak-pernik lainnya sampai pada skala industri sedang.
Industri-industri tersebut telah memberikan supply barang-barang yang
dibutuhkan oleh demand sehingga kegiatan perdagangan pun akan berjalan
dengan lancar. Adanya aktivitas industri membuat lapangan pekerjaan bru yang
mampu mempekerjakan banyak tenaga kerja seperti halnya mata rantai yang akan
sambung menyambung dengan kegiatan ekonomi lainnya.
Perdagangan di Malioboro sudah memberikan peluang bagi industri-
industri di sekitarnya untuk berkembang lebih luas, yaitu dengan adanya banyak
permintaan dari pasar. Pasar yang luas telah memberikan keuntungan yang besar
bagi kegiatan ekonomi di sektor perdagangan. Selain itu, banyaknya permintaan
juga akan mempengaruhi peningkatan produktivitas industri. Industri yang
menyupply barang-barang tersebut selain dari Kawasan Malioboro sendiri juga
industri-industri yang tersebar luas seluruh Kota Yogyakarta. Berdasarkan data
dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DIY tahun 2008, di Kota
Yogyakarta sendiri terdapat 3549 unit usaha yang terdiri dari 1369 industri
pangan, 662 industri sandang dan kulit, 712 industri kerajinan, dan sisanya adalah
industri logam, elektonika, kimia dan bangunan.
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
Lokasi industri yang terdapat di Kota Yogyakarta, khususnya sekitar
Kawasan Malioboro terletak mendekati konsumen dan tenaga kerja. Adapun
bahan baku industri dapat diperoleh dengan mudah dari pasar-pasar tradisional
untuk industri pangan, industri kerajinan, sandang dan kulit pun dapat diperoleh
dari proses jual beli dengan pedagangyang biasa menjual bahan mentah tersebut
dari dalam maupun dari luar kota. Adanya fasilitas transportasi yang memadai dan
aksesibilitas yang tinggi cukup mendukung proses pengambilan bahan baku.
Di negara berkembang seperti Indonesia, kota sering dipandang dari dua
aspek yang berbeda dalam kaitannya dengan desa. Di satu pihak, kota diakui
sebagai faktor utama modernisasi dan katalisator bagi pembangunan dan
kemajuan pedesaan. Di lain pihak, kota sering dipandang sebagai daerah
kantong(enclove) yang yang cemerlang tempat berkumpulnya kaum elit. Kota
adalah pusat industri dan pembangunan. Oleh sebab itu, selama pembangunan
masih terpusat di kota-kota besar yang merupakan tempat paling mudah untuk
mendirikan industri baru, mencari tenaga pimpinan dan buruh, memperoleh modal
serta pasar, maka logislah jika para investor hanya akan menanamkan modalnya
di sektor industri (modern) di kota.
Pendistribusian barang-barang hasil produksi juga semakin diuntungkan
dengan adanya transportasi yang lancar. Selain itu, jarak yang mendekati pasar
juga cukup memudahkan bagi industri untuk mendistribusikan hasil industri
tersebut kepada konsumen. Dengan letak yang yang sangat sesuai dengan Teori
Lokasi Weber, hal ini sangat menguntungkan untuk penekanan biaya industri.
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
PENUTUP
Aktivitas perdagangan yang terdapat di Kawasan Malioboro telah
berkembangsangat pesat karena banyaknya pengunjung/ wisatawan yang
mengunjungi Kota Yogyakarta. Hal ini telah mempengaruhi permintaan yang
terus meningkat dari para konsumen sehingga dapat bersinergi dengan baik antara
sektor perdagangan dan industri. Lokasi industri yang tersebar hampir di seluruh
Kota Yogyakarta dengan unit usaha yang beranekaragam telah dapat memenuhi
permintaan konsumen yang kemudian dapat memberikan keuntungan kedua
sektor tersebut, baik industri maupun perdagangan. Lokasi industri tersebut telah
sesuai dengan Teori Lokasi Weber sehingga dapat menekan biaya produksi dan
mengoptimalkan keuntungan kedua sektor tersebut.
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik DIY. 1984. Produk Domestik Regional Bruto. BPS :
Yogyakarta
Prayitno, Hadi. 1987. Pembangunan : AgroIndustri di Pedesaan Sebagai
Alternatif. dalam : Prayitno, Hadi. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan.
BPEFE : Yogyakarta
Burhan, M.U. 1987. Reoriontasi Pembinaan Pengusaha Kecil. Dalam : Prayitno,
Hadi. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan. BPEFE : Yogyakarta
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara : Jakarta
Perdagangan di Kawasan Malioboro Sebagai Penyokong Industri Kecil dan Menengah di Sekitarnya
Recommended