View
241
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH ETIKA, PROFESIONALISME DAN
PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN
PEMBERIAN OPINI AKUNTAN PUBLIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yulfa Zailia
NIM: 108082000009
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Yulfa Zailia
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Januari 1991
3. Alamat : Jl. Akasia Gg. Musholla Rt/Rw.
002/012 No. 23 Pamulang Timur
4. Telpon : 08568346875
5. E-mail : yulfazailia20@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. SD (1996-2002) : MIS Asy-Syifa Pamulang Timur
2. SMP (2002-2005) : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
3. SMA (2005-2008) : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
4. S1 (2008-2013) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. PRAMUKA MI Asy-Syifa Pamulang Timur sebagai Anggota
(2000-2001)
2. Keputrian SMP Muhammadiyah 22 Pamulang (2002-2004)
3. Ekskul Majalah Sekolah “La’tahzan” sebagai Sekertaris (2006-
2007)
4. Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Koordinator Divisi Pemberdayaan Ekonomi (2009-2010)
vi
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. M. Zaini Muhdi
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Maret 1963
3. Pekerjaan : PNS
4. Ibu : Aliyah Achfas
5. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Oktober 1965
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Adik : Syiva Fahlefi
8. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Agustus 1996
9. Alamat : Jl. Akasia Gg. Musholla Rt/Rw.
002/012 No. 23 Pamulang Timur
vii
INFLUENCE OF ETHICS, PROFESSOINALISM AND AUDIT
EXPERIENCE TO THE ACCURACY OF PUBLIC ACCOUNTANT OPINION
ABSTRACT
This study examines the influence of ethic, professionalism, audit experience
to the accuracy of public accountant opinion. Respondents in this study are
auditors who worked for the Public Accounting Firm in Jakarta. The number of
auditor in this study were 72 auditors from 14 Public Accounting Firm in Jakarta.
The method of determining the sample is by using convenience sampling method,
while the data processing methods used by researcher are the multiple regression
analysis.
The result shows that ethics did not have significantly influence to the
accuracy of audit opinion, whereas professionalism and audit experience had
significantly influence to the accuracy of audit opinion.
Keyword: ethics, professionalism, audit experience, the accuracy of audit opinion
viii
PENGARUH ETIKA, PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDIT
TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AKUNTAN PUBLIK
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh etika, profesionalisme, dan pengalaman audit
terhadap ketepatan pemberian opini audit. Responden dalam penelitian ini adalah
para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Jumlah
auditor yang menjadi sampel penelitian ini adalah 72 responden dari 14 Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah convenience sampling, sedangkan metode pengolahan
data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit, sedangkan profesionalisme
dan pengalaman audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini audit.
Kata kunci: etika, profesionalisme, pengalaman audit, ketepatan pemberian opini
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit
Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Penyususnan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu dan bapak, tercinta yang telah menjadi penyemangat dan selalu
memberikan dukungan, baik doa maupun finansial serta kasih sayang yang
berlimpah kepada penulis untuk tetap semangat serta adikku yang telah
memberikan doa, motivasi dan perhatian kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
4. Ibu Dr. Rini, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi.
x
7. Ibu Putriesti Mandasari, SE., MSi selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan ilmu serta
semangatnya yang sangat berharga untuk penulis selama proses menyusun
skripsi.
8. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmunya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu.
9. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan.
10. Sahabat-sahabatku tercinta Mardiana Febiyeansyah dan Afrianty Arini, terima
kasih untuk semangat dan do’anya.
11. Sahabat-sahabatku, “The U” Siti Zakiah, Tania Kautsarrahmelia, Tisha
Kartika Fitriyani, Tri Suryanti dan Yuni Ersa Syaiful. Terima kasih untuk
canda tawa dan suka duka yang kalian bagi bersama selama ini. Sukses mulia
buat kita semua yaa!
12. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi A, B, C, D, dan E angkatan 2008,
khususnya Amelia Yulfa dan Latifah Alfi Hidayati. Terima kasih atas
kebersamaannya yang menyenangkan, ilmu dan pengalaman, serta semangat
yang banyak kalian bagi kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 21 Agustus 2013
Yulfa Zailia
xii
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iv
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
A. Teori yang BerkenaandenganVariabel yang Diambil .................. 10
1. Basis Teori ............................................................................ 10
2. Teori Audit ........................................................................... 11
a. Definisi Audit ................................................................. 11
b. Standar Auditing ............................................................. 13
c. Jenis-jenis Audit ............................................................. 15
d. Jenis-jenis Auditor .......................................................... 17
e. Tujuan Audit ................................................................... 18
xiii
3. PemberianOpini Audit .......................................................... 19
4. Etika ...................................................................................... 23
5. Profesionalisme ..................................................................... 28
6. Pengalaman ........................................................................... 34
B. TinjauanPenelitianTerdahulu ....................................................... 35
C. KerangkaBerfikir ......................................................................... 40
D. Hipotesis ...................................................................................... 42
1. Etika terhadap Ketepaan Pemberian Opini Akuntan
Publik ..................................................................................... 42
2. Profesionalisme terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik ............................................................ 42
3. Pengalaman Audit terhadapKetepatanPemberian
OpiniAkuntanPublik .............................................................. 43
4. Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit
Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik ......... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 46
B. SampelPenelitian.......................................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 47
D. Metode Analisis Data .................................................................. 47
1. Statistik Deskriptif ................................................................ 47
2. Uji Kualitas Data ................................................................... 47
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 48
4. Analisis Data .......................................................................... 51
E. Definisi Operasional danPengukuranVariabel ............................. 53
1. Variabel Independen ............................................................. 53
a. Etika ................................................................................. 53
b. Profesionalisme ................................................................ 53
c. Pengalaman Audit ........................................................... 54
2. Variabel Dependen ................................................................ 54
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 59
A. Sekilas Umum Gambaran Objek Penelitian ............................... 59
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 59
2. Karakteristik Profil Responden ............................................. 61
B. Hasil Uji Instrumen Pengukuran Variabel Penelitian ................. 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................. 65
2. Hasil Uji Kualitas Data ......................................................... 66
a. Hasil Uji Validitas ........................................................... 66
b. Hasil Uji Reliabilitas ....................................................... 68
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 69
a. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................. 69
b. Hasil Uji Normalitas ....................................................... 70
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 71
4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 74
a. Uji Koefisien Determinasi .............................................. 74
b. Hasil Uji Statistik t .......................................................... 75
c. Hasil Uji Statistik F ......................................................... 79
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 82
A. Kesimpulan ................................................................................. 82
B. Implikasi ..................................................................................... 83
C. Saran ............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 91
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 PenelitianTerdahulu ............................................................................. 35
3.1 Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 55
4.1 Daftar Sampel Penelitian ..................................................................... 60
4.2 Daftar Distribusi Sampel Penelitian ..................................................... 60
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Jenis Kelamin .................... 61
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Usia ..................................... 62
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Jabatan Kerja ..................... 63
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Pendidikan Terakhir ......... 63
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Pengalaman Kerja .............. 64
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 65
4.9 Hasil Uji Validitas VariabelEtika ......................................................... 66
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme ...................................... 67
4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit ................................. 67
4.12 Hasil Uji Validitas Variabel KetepatanPemberianOpini ...................... 68
4.13 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 68
4.14 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................. 69
4.15 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov ................ 71
4.16 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas ................................................... 73
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 74
4.18 Hasil Uji Statistik t ............................................................................... 75
4.19 Hasil Uji Statistik F .............................................................................. 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 40
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ............................. 70
4.2 Grafik Scatterplot ................................................................................ 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Surat Penelitian Skripsi ....................................................................... 90
2. Surat Keterangan Dari KAP ................................................................ 93
3. Kuesioner Penelitian ........................................................................... 97
4. Daftar Jawaban Responden ................................................................. 105
5. Output Hasil Pengujian Data ............................................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat
memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai
macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola
perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan
adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh
pihak ketiga yaitu akuntan publik.
Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil
usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah
satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada
pemilik. Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga
memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan
dengan perusahaan. Ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak,
manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai
pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan dari
pihak luar perusahaan, ingin memperoleh informasi yang andal dari
manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka
investasikan (Sabrina dan Januarti, 2012).
2
Terkait dengan keperluan banyak pihak maka untuk menjalankan proses
pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu entitas diperlukan para akuntan
publik yang handal untuk menghasilkan opini yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka pemberian opini
audit seorang akuntan publik dalam menjalankan profesinya harus mengacu
pada standar yang telah ditetapkan yaitu Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemenuhan standar
audit oleh auditor dapat berdampak pada peningkatan hasil auditnya, yaitu
dengan memberikan opini audit yang semakin akurat. Dengan adanya opini
audit ini semua pihak yang berkepentingan diantaranya bagi pelaku pasar
modal, laporan keuangan adalah pintu untuk melihat isi perusahaan publik.
Hitam putih perusahaan publik dapat dilihat dengan detail melalui laporan
keuangan yang disajikannya (Gusti dan Ali, 2008).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341
menyebutkan bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada
tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu
kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
satu tahun sejak tanggal keuangan auditan.
Terjadinya kegagalan audit sering dihubungkan sebagai salah satu
penyebab krisis ekonomi yang dimulai di tahun 1997 di Indonesia. Buruknya
praktik akuntansi di Indonesia ditengarai ikut mendorong memburuknya krisis
ekonomi yang terjadi (ADB, 2003 dalam Justiana, 2010). Menurut media
3
massa, integritas dan tanggung jawab auditor Indonesia dipertanyakan,
khususnya pada pengauditan bank. Bank yang memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian dalam laporan keuangannya justru mengalami kebangkrutan
(Bisnis Indonesia, 1999 dalam Justiana, 2010). Bertolak dari kasus-kasus
diatas dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus mempunyai tanggung
jawab yang paling besar. Karena peran pentingnya dalam masyarakat bisnis,
akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggung
jawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi
kontekstual ini memerlukan perhatian dalam berbagai aspek pengembangan
profesionalisme akuntan, termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian
terhadap etika seorang akuntan.
Penelitian etika (akuntan) di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun,
penelitian ini masih terbatas pada aspek kognitif akuntan (khususnya berkaitan
dengan pengambilan keputusan etis). The American Heritage Directory
manyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah
laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis/moral
memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997
dalam Gusti dan Ali, 2008).
Sony Keraf (1991) dalam Suraida (2005) bahwa untuk memahami etika
perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu system nilai tentang
bagaimana sesorang harus hidup sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung
dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuki konkrit
4
tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini
sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku
yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Faktor lain yang mempengaruhi opini audit adalah profesionalisme.
Surya dan Alwani (2007), ada dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh
akuntan publik dalam menjalankan pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama,
menjaga kerahasiaan informasi yang diperolah dalam melaksanakan tugasnya.
Informasi yang diperoleh akuntan publik selama ia menjalankan pekerjaannya
tidak boleh diungkapkan oleh pihak ketiga, kecuali atas ijin kliennya. Namun
jika hukum atau negara menghendaki akuntan publik mengungkapkan
informasi yang diperolehnya selama penugasannya, akuntan publik
berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tersebut tanpa harus
mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab yang kedua yaitu
menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa
mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang
bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau
ketidakkonsistenan dalam pekerjaannya.
Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin
menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi
kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang
menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki
wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Menurut
5
Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) gambaran tentang
profesionalisme tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan rekan seprofesi.
Faktor lain yang mempengaruhi opini audit dijelaskan oleh
Sabrina dan Januarti (2012) pengalaman audit ditunjukkan dengan jam
terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian
opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang auditor juga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor
yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan
pada laporan keuangan seperti siklus persediaan dan pergudangan, hal ini
disebabkan karena auditor berpengalaman lebih skeptis dibandingkan dengan
auditor yang tidak berpengalaman.
. Literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek dilusi dalam
auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur
pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan
mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan. Kompleksitas tugas yang
dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta
pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Herliansyah dan Ilyas (2006),
yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai
tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang
lebih berpengalaman.
6
Salah satu pengaruh keputusan yang dibuat auditor dapat berasal dari
pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diambil simpulan bahwa proses pengambilan
keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang
dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Profesionalisme merupakan
hal yang melekat pada diri auditor, sehingga profesionalisme merupakan
syarat mutlak yang harus dimiliki. Variabel penelitian ini meliputi etika,
profesionalisme, dan pengalaman auditor. Penelitian ini mengevaluasi
hubungan antara etika, profesionalisme, dan pengalaman auditor.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meneliti
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor. Dengan
menggunakan beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu
diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi opini auditor. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang
berjudul : Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit
terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah etika berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian
opini akuntan publik?
7
2. Apakah profesionalisme berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan publik?
3. Apakah pengalaman audit berpengaruh positif signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan publik?
4. Apakah secara bersama-sama etika, profesionalisme, dan pengalaman
audit berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan
publik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah penulis jabarkan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan etika terhadap
ketepatan pemberian opini akuntan publik.
b. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan profesinalisme
terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.
c. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan pengalaman
audit terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.
d. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan etika,
profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian
opini akuntan publik.
8
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan menfaat bagi semua
pihak, diantaranya:
a. Auditor
Auditor diharapkan melakukan pengambilan keputusan secara
profesional dengan pengalaman yang dimiliki bardasarkan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
b. Bagi Pemakai Jasa Akuntansi
Agar klien auditor dapat mengerti hal-hal yang berhubungan dengan
etika, profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap opini auditor.
Selain itu, diharapkan kepada klien auditor dapat terus
mempertahankan keberlangsungan usahanya sesuai dengan aturan
bisnis yang legal dan tidak melakukan manipulasi bisnis yang dapat
merugikan pihak-pihak lain seperti stakeholder, investor, pemegang
saham, dan lainnya.
c. Pembaca
Pembaca memperoleh tambahan informasi yang menambah wacana
pengetahuan khususnya dibidang auditing serta untuk menambah
informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian dalam penelitian.
d. Penulis
Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam
menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan
9
Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta serta untuk menambah wawasan yang lebih mendalam
mengenai Pengaruh Etika, Profesionalisme, dan Pengalaman audit
terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Basis Teori
Konsep yang mendasari teori tentang ketepatan pemberian opini
merujuk kepada teori akuntansi keprilakuan khususnya teori
atribusi. Teori atribusi merupakan teori yang dikembangkan oleh
Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan
atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor
yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan (Ikhsan, et al., 2005). Sedangkan dalam kompasiana.com
disebutkan bahwa atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang
upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab
perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya
untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam
beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.
Teori lain yang juga mendukung penelitian ini adalah teori peran
(role theory). Teori peran membahas bagaimana orang memposisikan
dirinya dan bagaimana tindakan yang dipilih saat melakukan interaksi
dengan orang lain dalam suatu organisasi (Praptapa, 2009). Teori peran
11
merupakan interaksi antara peran sosial (social role), norma (norms), dan
identitas (identity) atas orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi.
Peran sosial adalah kaitan dari hak, tugas dan tanggungjawab, dan
perilaku yang tepat dari orang-orang yang memiliki posisi tertentu dalam
konteks sosial. Norma adalah perilaku yang dianggap tepat dan diharapkan
dalam suatu peran tertentu. Sedangkan identitas adalah berkaitan dengan
bagaimana seseorang menetapkan siapa dirinya dan bagaimana ia akan
bertindak pada suatu situasi tertentu (Praptapa, 2009).
2. Teori Audit
a. Definisi Audit
Hakekat mengenai auditing menurut Arens et. al. (2010) adalah
sebagai berikut:
“The accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent and independent person”.
“Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria
yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten
dan independen”.
Menurut Mulyadi (2010) auditing dijelaskan sebagai berikut:
”Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan”.
12
Menurut Sukrisno Agoes (2009), pengertian auditing adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010), pengertian auditing
adalah:
“Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara
tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana
auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit
adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten
dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti
dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut (Singgih dan Bawono, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah
suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan,
dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
13
b. Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam
memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas
laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pula pertimbangan
atas kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi,
persyaratan pelaporan serta bukti audit.
Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
SA Seksi 150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur”
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan
“standar” berkaitan dengan kriteria atau tujuan yang hendak dicapai
melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing yang berbeda
dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas
professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Berikut standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah Standar Umum, Standar
Pekerja Lapangan dan Standar Pelaporan (Arens, et. al., 2008) sebagai
berikut:
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
14
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
15
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
d) Laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan keuangan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
c. Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens, et.al. (2008) akuntan publik melakukan tiga jenis
utama audit, Audit Operasional, Audit Ketaatan dan Audit Laporan
Keuangan.
1) Audit Operasional ( Operational audit)
Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi
dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi
organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya
mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam
audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak
16
terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas
struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi,
pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.
2) Audit Ketaatan (Compliance audit)
Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk
menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan,
atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih
tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada
manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena menajemen adalah
kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan
terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu,
sebagian besar pekerjaan jenis ini seringkali dilakukan oleh auditor
yang telah bekerja pada unit organisasi itu.
3) Audit Laporan Keuangan ( Financial statement audit)
Audit Laporan Keuangan (financial statement audit)
dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi
yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kreteria tertentu.
Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum (Generally Accepted Accounting Principal-
GAAP). Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar sesuai GAAP, auditor mengumpulkan
bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung
kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
17
d. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et. al (2008) dalam profesi auditor digolongkan
menjadi empat jenis, jenis-jenis tersebut adalah Kantor Akuntan
Publik, Auditor Kantor Pemerintahan, Auditor Pajak, dan Auditor
Internal. Adapun pengertian dari setiap jenis auditor akan dijelaskan
berikut ini.
1) Kantor Akuntan Publik (auditor eksternal)
Kantor akuntan publik seringkali disebut auditor eksternal
atau auditor independen untuk membedakan dirinya dengan auditor
internal. Kantor akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas
laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua
perusahaan yang semua sahamnya diperdagangkan dengan maksud
untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran atas laporan
keuangan. Disini akuntan berfungsi sebagai pihak yang independen
dan bertindak sebagai penyaksi terhadap penyajian manajemen itu.
2) Audit Kantor Pemerintahan
Merupakan suatu badan netral yang berada dalam lingkup
legislative pemerintah. Seorang auditor pada pemerintahan
(General Accounting Office-GAO) adalah seorang auditor bekerja
bagi GAO. Di Indonesia auditor pemerintah ini bekerja dibawah
Departemen Keuangan khususnya di Badan Pengawas Keuangan
(BPK). Auditor pemerintah biasanya bekerja untuk melakukan
18
pengawasan terhadap penggunaan uang negara oleh seluruh
aparatur pemerintah.
3) Auditor Pajak
Auditor pajak adalah auditor yang bertanggung jawab untuk
menegakkan undang-undang perpajakkan, tanggung jawab yang
diemban adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak
untuk menentukan apakah mereka telah memetuhi undang-undang
perpajakkan yang berlaku.
4) Auditor Internal
Auditor internal adalah mereka yang bekerja dibidang
akuntan disuatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib
memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk
pengambilan-pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
operasi perusahaan. Auditor bertanggung jawab langsung kepada
presiden direktur, pimpinan tertinggi perusahaan, atau bahkan
komite audit dari dewan direksi.
e. Tujuan Audit
Tujuan audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta
arus kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti
kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan
19
menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan
keuangan (Boynton, et. al., 2006).
Tujuan spesifik audit ditentukan berdasarkan asersi yang dibuat
oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eskplisit maupun
implisit. Auditing Standards Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential
Matter (AU 326.03) telah mengakui lima kategori asersi laporan
keuangan sebagai berikut:
1) Keberadaan dan keterjadian (existence and ocurance)
2) Kelengkapan (completeness)
3) Hak dan kewajiban (right and obligation)
4) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation)
5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
3. Pemberian Opini Audit
Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit.
Bagian yang terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan
audit adalah opini audit. Menurut standar professional akuntan public
(PSA 29 SA Seksi 508), ada lima (5) jenis opini auditor, yaitu Pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian, Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan
Bahasa Penjelas, Pendapat Wajar dengan Pengecualian, Pendapat Tidak
Wajar, dan tidak Memberikan Pendapat.
20
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapt diberikan auditor apabila
audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar
auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu
yang memerlukan bahasa penjelas. Laporan keuangan yang wajar
dihasilkan setelah melalui (SA 411 paragraf 04), apakah :
a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku
umum
b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang
bersangkutan
c) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup
yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan
penafsirannya.
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan
dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci
ataupun terlalu ringkas.
e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang rasional dan
praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
21
2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan standar auditing. Penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahsa
penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas
tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
indepanden lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam
paragraph untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam
pelaksanaan audit.
b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa
dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan.
3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis
pendapat ini diberikan apabila :
a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan
b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material
22
tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapar berupa pengungkapan yang tidak
memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Bentuk dari penyimpangan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian dan pertimbangan
materialitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya
dikelompokkan kedalam satu diantara tiga golongan :
a) Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan
bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak
diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar.
b) Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berkaitan dengan kontijensi atau estimasi hasil
peristiwa masa dan tipe tertentu menjelaskan situasi yang
disalamnya ketidakmampuan untul membuat estimasi yang dapat
menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan prinsip akuntansi yang
digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi
yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan
secara material, ia harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar.
23
4) Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
sesuai denga prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus
menjelaskan alas an pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak
utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan
keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraph
terpisah sebelum paragrap pendapat.
5) Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion or No
Opinion)
Pernyataan auditor tidak memberiakan pendapat ini layak
diberikan apabila :
a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien
maupun karena kondisi tertentu.
b) Auditor tidak independen terhadap klien.
4. Etika
a) Pengertian Etika
Etika dalam bahasa Yunani (Suraida, 2005) terdiri dari dua kata
yaitu: etos berarti kebiasaan atau adat, dan ethiokos bararti perasaan
batin atau kecenderungan batin mendorong manusia dalam bertingkah
laku. “Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang
kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi
24
tertentu”. Etika (ethics) menurut Arens, et. al. (2008) secara garis besar
dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.
Sebagai seorang auditor, tuntutan kepercayaan masyarakat atas
mutu audit yang diberikan sangat tinggi, oleh karena itu etika
merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh auditor dalam
melakukan tugasnya sebagai pemberi opini atas laporan keuangan.
Etika yang tinggi akan tercermin pada sikap, tindakan dan perilaku
oleh auditor itu sendiri. Auditor dengan etika yang baik dalam
memperoleh informasi mengenai laporan keuangan klien pasti sesuai
dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Pengembangan
kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua area
profesi akuntan (Louwers, 1997 dalam Sabrina dan Juniarti, 2012)
Secara umum bagi kehidupan profesi, kode etik profesi adalah
serangkaian norma temlis yang mengatur perilaku anggota profesi dm
menetapkan prinsip-prinsip yang mendasar yang harus dipatuhi agar
pelaksanaan kinerja profesionalnya dapat mencapai tujuan
penugasannya. Bagi profesi akuntan, kode etik diperlukan sebagai
panduan dan aturan terhadap seluruh anggota baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di dunia usaha, di instansi pemerintah,
maupun di dunia pendidikan dalam memenuhi tanggungjawab
profesionalnya.
Untuk kalangan profesional, dimana pengaturan etika dibuat
untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian
25
asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi dan
sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan
mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas
kinerja yang paling baik bagi masyarakat. Dalam kerangka inilah IAI
merumuskan suatu kode etik yang meliputi mukadimah dan enam
prinsip etika yang harus dipodomani oleh semua anggota, serta aturan
etika dan interpretasi aturan etika yang wajib dipatuhi oleh masing-
masing anggota kompartemen.
b) Prinsip Etika
Prinsip-prinsip etika menurut Joseph Institute For Advancement
of Ethics (Arens, et. al. 2008) yang merupakan sebuah organisasi
nirlaba bagi pengembangan kualitas etika masyarakat, yaitu Dapat
dipercaya, penghargaan, pertanggungjawaban, kelayakan, perhatian,
dan kewarganegaraan.
1) Dapat dipercaya (trustworthiness)
Mencakup kejujuran, reliabilitas dan loyalitas. Kejujuran
menuntun itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas
berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadara yang
tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua
usaha yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas
adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi
berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
26
2) Penghargaan (respect)
Mencakup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (courtesy), ehormatan, toleransi, dan penerimaan.
Seseorang yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya
dengan penuh pertimbangan dan menerima perbedaan keyakinan
pribadi tanpa berprasangka buruk.
3) Pertanggungjawaban (responsibility)
Berarti beranggung jawab atas tindakan seseorang serta dapat
menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik
mungkin dan member teladan dengan contoh, mencakup juga
ketekunan serta upaya untuk melakukan perbaikan.
4) Kelayakan (fairness)
Kelayakan dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan
penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan
keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang
serupa akan ditangani dengan cara yang seksama pula.
5) Perhatian (caring)
Berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak
lain dan mecakup tindakan yang mempehatikan kepentingan
sesama serta memperlihatkan perbuatan baik.
6) Kewarganegaraan (citizenship)
Kewarganegaraan termasuk kepatuhan pada undang-undang
serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara agar
27
proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain
pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan di Amerika
Serikat, dan melindungi sumber daya alam yang ada.
c) Dilema Etika
Arens, et. al. (2008) mendefinisikan dilema etika sebagai:
“Situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat. Para auditor, akuntan, serta
pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilemma etika dalam karier
bisnis mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan
mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat
wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilemma etika bila
pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat."
Seorang auditor biasanya menghadapi dilema ketika menajemen
menginginkan opini audit yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Karena auditor juga terikat oleh etika serta
profesionalismenya yang melarang auditor untuk melakukan hal
tersebut. Dengan menegakkan etika profesionalismenya, seorang
auditor akan tetap pada jalur yang benar sehingga proses audit yang
dilakukan dapat memberikan opini audit yang sesuai dengan keadaan
perusahaan yang sebenarnya (Singleton, 2009).
Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja
formal untuk membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika.
Tujuan dari kerangka kerja seperti itu adalah untuk membantu orang-
orang mengidentifikasikan isu-isu etis dan memutuskan serangkaian
tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri.
Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi
28
suatu pendekatan yang relative sederhana untuk menyelesaikan dilema
etika (Arens, et. al., 2008), yaitu :
1) Memperoleh fakta yang relevan.
2) Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.
3) Mementukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari
dilemma atika tersebut dan bagimana setiap orang atau kelompok
itu terpengaruhi.
4) Mengidentifikasi berbagai alternative yang tersedia bagi orang
yang harus menyelesaikan dilemma tersebut.
5) Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap
alternatif.
6) Memutuskan tindakan yang tepat.
5. Profesionalisme
a) Pengertian Profesionalisme
Lee (1995) dalam Ikhsan (2007) istilah professional digunakan
untuk menunjukkan pengorganisasian pekerjaan dalam bentuk
institusi, dimana praktisi memiliki komitmen secara jelas untuk
melayani kepentingan publik dan menawarkan pada klien pelayanan
yang berhubungan dengan intelektualitas dan ilmu pengetahuan.
Dalam penelitiannya, Ikhsan (2007) mengemukakan bahwa
profesi harus didasari oleh professional dan keahlian, professional
memerlukan extensive training dan training tersebut dalam akademik
atau teoritical, misal job training dan pengalaman. Sedangkan keahlian
29
atau special knowledge dibutuhkan pengakuan dalam bentuk
sertifikasi. Seorang yang profesional di dalam melakukan suatu profesi
biasanya akan memiliki motivasi yang tinggi. Sejalan dengan ha1
tersebut, Soekmadidjaja (1989) dalam Ikhsan (2007) berpendapat
bahwa karakter yang dimiliki oleh para profesional adalah dorongan
sangat tinggi untuk berprestasi, mempunyai keyakinan dan keberanian
untuk menampilkan prestasi terbaiknya, serta memiliki jiwa kreatif dan
inovatif.
Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah
memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah
ditetapkan oleh IAI (Ikhsan dan Ishak, 2005), antara lain :
1) Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari
perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam
terminologi filosofi.
2) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang
ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu
keharusan.
3) Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi
para praktisi harus memahaminya.
4) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus
tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan
proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
30
b) Konsep Profesionalisme
Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa
kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual
yang penting, tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu
profesi atau tidak. Selama beberapa dekade yang lalu banyak sekali
penelitian empiris yang dilakukan terhadap profesionalisme dalam
organisasi. Beberapa penelitian empiris yang dilakukan terhadap
profesionalisme membuktikan profesionalisme merupakan konstruk
yang bersifat multidimensional.
Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006)
terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu :
1) Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi
profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan
yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi,
sehingga kompensasi utama yang di harapkan dari pekerjaan
adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.
31
2) Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya
peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
3) Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan
seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan
anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap
sebagai hambatan kemandirian secara profesioanal.
4) Keyakinan terhadap peraturan profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa
yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan
sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5) Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi
formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun
kesadaran professional.
32
c) Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional
IAI berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman)
dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiap
kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor
independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-
komite yang dibentuk oleh IAI. Ada empat bidang utama dimana IAI
berwenang menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa
meningkatkan perilaku profesioanal seorang auditor.
1) Standar auditing.
Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite SPAP)
IAI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing.
Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing atau PSA
(sebelumnya disebut sebagai NPA dan PNPA). Di Amerika Serikat
pernyataan ini disebut sebagai SAS (Statement on Auditing
Standard) yang dikeluarkan oleh Auditing Standard Boards (ASB).
Pada tanggal 10 November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus
pusat IAI telah mensahkan sejumlah pernyataan standar auditing
(sebelumnya disebut sebagai norma pemeriksaan akuntan-NPA).
Penyempurnaan ini terutama sekali bersumber pada SAS dengan
penyesuaian terhadap kondisi Indonesia dan standar auditing
internasional.
33
2) Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan.
Komite SPAP IAI dan Compilation and Review Standards
Committee bertanggung jawab untuk mengeluarkan pernyataan
mengenai pertanggungjawaban akuntan publik sehubungan dengan
laporan keuangan suatu perusahaan yang tidak diaudit. Pernyataan
ini di Amerika Serikat disebut Statements on Standards for
Accounting and Review Services (SSARS) dan di Indonesia disebut
Pernyataan Standard Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). PSAR 1
disahkan pada 1 Agustus 1994 menggantikan pernyataan NPA
sebelumnya mengenai hal yang sama. Bidang ini mencakup dua
jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana akuntan membantu
kliennya menyusun laporan keuangan tanpa memberikan jaminan
mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk situasi dimana
akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan pertanyaan dan
analitis tertentu, sehinggga dapat memberikan suatu keyakinan
terbatas bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap
laporan keuangan bersangkutan (jasa review).
3) Standar atestasi lainnya.
Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statement on Standards for
Atestation Engagements. IAI sendiri mengeluarkan beberapa
pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994 pernyataan ini
mempunyai fungsi ganda, pertama, sebagai kerangka yang harus
diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAI untuk
34
mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi
yang spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi
bila tidak terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu.
Komite Kode Etik IAI di Indonesia dan Committee on Professional
Ethics di Amerika Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang
harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik yang meliputi standar
teknis. Standar auditing, standar atestasi, serta standar jasa
akuntansi dan review dijadikan satu menjadi Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).
6. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari
perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.
Haynes et al. (1998) dalam Koroy (2005) membahas hasil ini
berkaitan dengan insentif yang bertentangan (conflicting incentives) yang
dihadapi auditor yang semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor
diharuskan untuk dapat mempertahankan klien yang menuntut auditor
untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan klien. Di pihak
lain, auditor juga harus mencegah kerugian di masa datang yang
diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan hilangnya reputasi.
35
Dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan auditor
menghadapi preferensi klien, lebih cenderung mengaitkannya dengan
faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga
penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik
individual auditor yang berpengalaman itu. Jadi, efek pengalaman dalam
hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik diri auditor
itu.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelotian-penelitian terdahulu
mengenai topic yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam table
2.1 berikut:
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
dan
Tahun
Judul Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Perbedaan dengan
Penelitian Tedahulu
1. Ida
Suraida
(2005).
Pengaruh
Etika,
Kompetensi,
Pengalaman
Audit dan
Resiko Audit
terhadap
Skeptisme
Profesional
dan
Ketepatan
Pemberian
Opini
Akuntan
Publik.
Etika,
kompetensi,
pengalaman audit
dan resiko audit
berpengaruh
terhadap
skeptisme
profesional dan
ketepatan
pemberian opini
akuntan publik
baik secara
parsial maupun
simultan.
Variabel yang
digunakan sekarang
adalah Etika,
Pengalaman Audit,
Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan
Publik.
Bersambung pada halaman berikutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
dan Tahun Judul
Hasil
Penelitian
(Kesimpulan)
Perbedaan
dengan Penelitian
Tedahulu
2. Arum
(2007)
Pengaruh
Persuasi atas
Preferensi Klien
dan Pengalaman
Audit terhadap
Pertimbangan
(judgement)
Auditor dalam
Mengevaluasi
Bukti Audit
(Survey
terhadap auditor
yang bekerka
pada KAP di
Kota Bandung)
Keyakinan atas
preferensi klien
dan
pengalaman
audit
berpengaruh
positif terhadap
pertimbangan
auditor
mengevaluasi
bukti audit baik
secara parsial
maupun
simultan.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
Pengalaman Audit.
3. Gusti dan
Ali (2008).
Hubungan
skeptisisme
professional
auditor dan
situasi audit,
etika,
pengalaman
serta keahlian
audit dengan
ketepatan
pemberian opini
auditor oleh
akuntan public.
Hasil penelitian
ditemukan
bahwa antara
skeptisisme
professional
auditor dan
ketepatan
pemberian
opini auditor
oleh akuntan
public terdapat
hubungan yang
signifikan.
Variabel yang
digunakan
sekarang adalah
Etika, Pengalaman,
Ketepatan
pemberian Opini
Auditor.
Bersambung pada halaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
dan Tahun Judul
Hasil
Penelitian
(Kesimpulan)
Perbedaan
dengan Penelitian
Tedahulu
4. Sukriah, et.
al. (2009)
Pengaruh
pengalaman
kerja,
independensi,
obyektifitas,
integritas dan
kompetensi
terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan.
Pengalaman
kerja,
obyektifitas dan
kompetensi
berpengaruh
positif terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan.
Sedangkan
untuk
independensi
dan integritas
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
Pengalaman Kerja.
5. Herawaty
dan
Susanto
(2009)
Pengaruh
profesionalisme,
pengetahuan
mendeteksi
kekeliruan, dan
etika profesi
terhadap
pertimbangan
tingkat
materialitas
akuntan public.
Profesionalisme
, pengetahuan
mendeteksi
kekeliruan dan
etika profesi
berpengaruh
signifikan
positif terhadap
pertimbangan
tingkat
materialitas
dimana berarti
berpengaruh
dalam
ketepatan
pemberian
opini audit oleh
auditor.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
Profesionalisme,
Etika Profesi.
Bersambung pada halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
dan Tahun Judul
Hasil
Penelitian
(Kesimpulan)
Perbedaan
dengan Penelitian
Tedahulu
6. Singgih dan
Bawono
(2010)
Pengaruh
independensi,
pengalaman, due
professional care
dan akuntabilitas
terhadap kualitas
audit (studi pada
auditor di KAP
Big Four di
Indonesia)
Independensi,
pengalaman,
due
professional
dan
akuntabilitas
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
kualitas audit.
Sedangkan
secara
simultan
pengalaman
tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas audit.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
Pengalaman Audit.
7. Sabrina K.
dan Indira
Juniarti
(2012)
Pengaruh
Pengalaman,
Keahlian, Situasi
Audit, Etika dan
Gender terhadap
Ketepatan
Pemberian Opini
Auditor Melalui
Skeptisme
Profesional
Auditor (Studi
Kasus Pada KAP
Big four di
Jakarta)
Penelitian ini
menbuktikan
situasi audit
berpengaruh
positif dengan
ketepatan
pemberian
opini auditor
melalui
skeptisme
professional
auditor.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
Pengalaman, Etika,
Ketepatan
Pemberian Opini.
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
dan Tahun Judul
Hasil
Penelitian
(Kesimpulan)
Perbedaan
dengan Penelitian
Tedahulu
8. Hendra
Gunawan
(2012)
Pengaruh
profesionalisme
auditor dan
tingkat
materialitas
terhadap
ketepatan
pemberian opini
(survey pada
kantor akuntan
publik di kota
Bandung)
Terdapat
pengaruh
signifikan
positif antara
profesionalis
me auditor
dan tingkat
materialitas
terhadap
ketepatan
pemberian
opini baik
secara
simultan
maupun
parsial.
Variable yang
digunakan
sekarang adalah
profesionalisme,
ketepatan
Pemberian Opini.
40
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1.
Bersambung pada halaman berikutnya
Pengaruh Etika, Profesionalismen dan Pengalaman Audit
terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik
Teori Atribusi, Teori Peran, dan Teori Auditing
Variabel Independen Variabel Dependen
Etika
(X1)
Profesionalisme
(X2)
Pengalaman Audit
(X3)
Semakin Kompleksnya Tugas Audit dan Adanya Tuntutan
untuk Meningkatkan untuk Meningkatkan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan Publik
Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik
(Y)
41
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Model Analisis:
Regresi Berganda
Uji Kualitas Data:
1. Validitas
2. Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik:
1. Multikolonieritas
2. Heteroskedastisitas
3. Normalitas
Uji Hipotesis:
1. Uji R2
2. Uji t
3. Uji F
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
42
D. Hipotesis
1. Etika terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik
Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) dan
Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa etika berpengaruh positif
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti
berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara etika dengan
ketepatan pemberian opini akuntan publik dapat dirumuskan dalam
hipotesis sebagai berikut:
H1: Etika berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini
akuntan publik.
2. Profesionalisme terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan
Publik
Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi
aturan perilaku yang spesifik yang menggambarkan suatu sikap atau hal-
hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat
fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan.
Seseorang yang professional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
karena diasumsikan bahwa seorang professional memiliki kepintaran,
pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktifitas yang
dilakukan (Gunawan, 2012).
43
Wahyudi dan mardiyah (2006), menyatakan bahwa sebagai
profesional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk
berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi.
Penelitian juga dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) yang
menyatakan bahwa auditor professional dalam mendeteksi kekeliruan
memiliki pengaruh positif terhadap tingkat materialitas dimana berarti
berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka keterkaitan antara
profesionalisme dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan
dalam hipotesis sebagai berikut:
H2: Profesionalisme berpengaruh positif terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan publik.
mm
3. Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Libby dan Frederick (1990) dalam
Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor
semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit dan mampu membuat judgement yang relative lebih baik
dalam tugas-tugas profesionalnya.
44
Aji (2009) dalam Singgih dan Bawono (2010) menyatakan bahwa
semakin banyak tugas yang dikerjakan, akan semakin mengasah
keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan perlakuan
khusus yang banyak dujumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi
karakteristiknya. Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang jika melakukan
pekerjan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat
dan lebih baik dalam menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami
berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam
pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati-hati
menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Herliansyah dan Ilyas
(2006) yang menyatakan bahwa penggunaan pengalaman didasarkan pada
asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan
peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik.
Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara pengalaman
dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik dapat dirumuskan dalam
hipotesis sebagai berikut:
H3: Pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan
pemberian opini akuntan publik.
4. Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan Publik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005),
Wahyudi dan Mardiyah (2006), Herawati dan Susanto (2009), Singgih dan
45
Bawono (2010), Gunawan (2012), serta Sabrina dan Januarti (2012), maka
diduga bahwa etika, profesionalisme dan pengalaman audit secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
akuntan publik. Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H₄: Etika, profesionalisme dan pengalaman audit secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
akuntan publik.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2012 dengan objek
penelitian auditor Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini difokuskan
kepada Pengaruh Etika, Profesionalisme, dan Pengalaman Audit terhadap
Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik dalam proses pemeriksaan
Laporan Keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu
melakukan pengujian pengaruh antara tiga variabel independen, yaitu Etika,
Profesionalisme, dan Pengalaman Audit. Sedangkan sebagai variabel
dependen, yaitu Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Populasi dalam
penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta.
B. Sampel Penelitian
Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang ada di Jakarta. Metode sampling yang digunakan adalah
convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan,
sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling
cepat dan mudah.
47
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data primer,
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
tidak melalui media perantara. Pengumpulan data dilakukan melalui metode
survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan kepada
para auditor yang terdaftar di KAP yang tersebar di wilayah Jakarta.
Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik dan analisis data.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtoris, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2009).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen untuk mengukur suatu konsep yang
seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
48
valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika
pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian validitas
dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-
pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai
di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid
(Ghozali, 2009).
b. Uji Realibilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Suatu konstuk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0, 60 (Ghozali, 2009)
3. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam
model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability
Plot (P-Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
49
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal
(Santoso, 2004).
Penilitian ini juga menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang
memiliki kriteria untuk normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak
signifikan untuk suatu taraf signifikasi (a) tertentu (dalam penelitian
ini digunakan a sebesar 0,05). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan
maka normalitas tidak terpenuhi.
2) Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion
Factor (VIF) (Ghozali, 2009). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2009). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko
jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka
tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi
antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan
bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen
50
haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi
problem multiko (Ghozali, 2009).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas (Ghozali, 2009).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009).
Penelitian ini juga menggunakan uji Glejser untuk menguji
heteroskedastisitas. Kriteria dari uji Glejser adalah apabila nilai t-
statistik dari seluruh variabel masing-masing memiliki nilai p value >
0.005, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel tersebut
tidak mengalami masalah heteroskedastisitas dan data tersebut dapat
dikatakan bersifat homoskedastisitas.
51
4. Analisis Data
a. Analisis Regresi Berganda
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan model regresi
berganda. Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan:
Y = Ketepatan pemberian opini akuntan publik
α = Konstanta
β1,..3 = Koefisien regresi
X1 = Etika
X2 = Profesionalisme
X3 = Pengalaman Audit
e = error terms
b. Analisis Koefisien Determinan
Untuk mengetahui besarnya atau kecilnya persentase pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel berikut (Y) dipergunakan
koefisien determinan dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinan
r = Koefisien korelasi
52
c. Uji Hipotesis
1) Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual. Untuk dapat mengetahui apakah ada
pengaruh signifikan dari variabel masing-masing independen
terhadap variabel dependen, maka nilai signifikannya
dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila tingkat
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula
sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak. Bila Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen
(Ghozali, 2009).
2) Uji F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan ke dalam variabel model
regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2009). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan
terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan
sebesar 5 %.
53
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika Probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
2) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel
independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut
dioperasionalkan sebagai berikut:
1) Variabel Independen
a) Etika (X1)
Variabel etika ini diukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan
tentang kesadaran etis dan kepedulian pada etika profesi. Instrument
pengukuran variabel ini menggunakan instrument pengukuran variabel
yang digunakan oleh Justiana (2010). Semua item pertanyaan diukur
pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat
setuju).
b) Profesionalisme (X2)
Variabel profesionalisme ini diukur dengan pertanyaan-
pertanyaan seberapa besar seorang auditor menggunakan segenap
pengetahuan, kemampuan dan pengalamannya dalam melaksanakan
proses pengauditan; seberapa teguh seorang auditor pada profesinya
jika mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih
54
besar; seorang auditor bekerja keras untuk membantu KAP dimana dia
bekerja; selalu berpartisipasi dalam pertemuan eksternal auditor.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen yang
digunakan oleh Syamsiah (2010). Semua item pertanyaan diukur pada
skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat
setuju).
c) Pengalaman (X3)
Variabel pengalaman audit ini diukur berdasarkan jangka waktu
(tahun)/berapa lama seorang auditor bekerja. Instrumen pengukuran
variabel ini menggunakan instrumen yang digunakan oleh
Sari (2011), semua item pertanyaan diukur menggunakan skala likert 1
(sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
2) Variabel Dependen
a. Ketepatan pemberian Opini Akuntan publik
Variabel ketepatan pemberian opini akuntan publik ini diukur
melalui pemberian opini yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan dalam macam-macam opini yaitu, Wajar Tanpa
Pengecualian (unqualified opinion), Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Bahasa Penjelas (unqualified opinion with explanatory language),
Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion), Pendapat Tidak Wajar
(adverse opinion), dan Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
(disclaimer of opinion or no opinion). Instrumen pengukuran ketepatan
pemberian opini akuntan publik ini menggunakan instrumen yang
55
digunakan oleh Sari (2011) dan menggunakan skala likert, yaitu skala
1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Etika
(X1)
1. Menurut anda, etika profesi
menjadi salah satu penentu
kesuksesan auditor.
1
Skala
interval
2. Kepedulian pada etika
profesi adalah sangat baik
untuk dilaksanakan.
2
3. Nilai nilai yang Anda
yakini dengan nilai-nilai
yang ada dalam etika
profesi auditor memiliki
banyak kesamaan.
3
4. Aturan-aturan yang ada
dalam etika profesi yang
dikeluarkan oleh Institusi
Akuntan Publik Indonesia
telah sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan
Publik.
4
5. Kepedulian terhadap etika
profesi dapat memberikan
yang terbaik dalam
melakukan setiap pekerjaan
audit.
5
6. Menurut Anda, auditor
adalah profesi terbaik
dibanding dengan profesi
lainnya
6
Bersambung pada halaman selanjutnya
56
Table 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
7. Dalam situasi saat ini,
apabila ada sedikit
perubahan yang tidak
berkenan dihati Anda
dapat mempengaruhi
kepedulian Anda pada
etika profesi.
7
Profesionalisme
(X2)
1. Saya menggunakan
segenap pengetahuan,
kemampuan, dan
pengalaman saya dalam
melaksanakan proses
pengauditan.
8
Skala
Interval
2. Saya akan tetap teguh
pada profesi sebagai
auditor meskipun saya
mendapat tawaran
pekerjaan lain dengan
imbalan yang lebih besar.
9
3. Saya mau bekerja keras
diatas batas normal untuk
membantu KAP dimana
saya bekerja.
10
4. Saya selalu berpartisipasi
dalam pertemuan para
eksternal auditor.
11
5. Saya merasa terlalu riskan
untuk meninggalkan
pekerjaan saya sekarang.
12
Bersambung pada halaman selanjutnya
57
Table 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Pengalaman
Audit
(X3)
1. auditor dikatakan
berpengalaman apabila
menjalankan tugasnya lebih
dari 3 tahun.
13
Skala
Interval
2. Pengalaman dapat
membantu auditor
mengetahui kekeliruan
disuatu perusahaan berikut
penyelesaiannya.
14
3. Pengalaman dalam
pekerjaan pada umumnya
dapat mengembangkan
karir.
15
4. Pengalaman membantu
auditor dalam mempertajam
analisis masalah.
16
5. Pengalaman membantu
auditor dalam memprediksi
dan mendeteksi masalah
secara profesional.
17
6. Pengalaman auditor
berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat.
18
7. Semakin banyak
pengalaman yang dimiliki
auditor, semakin besar
kemampuan auditor dalam
mengatasi setiap
permasalahan yang ada.
19
Bersambung pada halaman selanjutnya
58
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Ketepatan
Pemberian
Opini
(Y)
1. Pengalaman menentukan
tepat atau tidaknya
pemberian opini audit.
20
Skala
Interval
2. Memiliki kemahiran
professional dalam
ketepatan pemberian opini
audit.
21
3. Opini audir harus sesuai
dengan temuan dan bukti
audit yang ada.
22
4. Bukti yang cukup dan
kompeten sehingga tepat
dalam memberikan opini
audit
23
5. Kesalahan yang material
dapat mempengaruhi jenis
opini yang akan diberikan
oleh auditor.
24
6. Auditor menolak
memberikan pendapat
dikarenakan ketidakpastian
yang terdapat dalam pos-pos
laporan keuangan.
25
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta.
Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer,
supervisor, auditor senior, maupun auditor junior yang melaksanakan
pekerjaan di bidang auditing.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden,
melalui e-mail, serta secara tidak langsung melalui perantara kepada
responden yang bekerja pada KAP di wilayah Jakarta dan terdaftar dalam
Directory Kantor Akuntan Publik 2012 yang diterbitkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran serta pengembalian
kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 16 Oktober 2012 hingga 18
Desember 2012.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 14 KAP dari keseluruhan KAP
yang berada di wilayah Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100
buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 82 kuesioner
atau 82%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 18 buah atau 18%, hal
ini mungkin dikarenakan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 41 buah atau 41%, sedangkan
60
kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai
sampel dan tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 10 buah
atau 10%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 100 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 18 18%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 41 41%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 41 41%
Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1 Drs. Usman & Rekan 5 4
2 Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 5 5
3 Nugroho & Rekan 4 4
4 Danny Sughanda & Rekan 8 3
5 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 5 5
6 A. Salam Rauf & Rekan 5 5
7 S. Mannan, Wahjudi & Rekan 5 5
8 Bismar, Munthalib & Yunus 10 10
9 Razikun Tarkusunaryo 10 10
10 Salaki-salaki 10 10
11 Drs. Chaeroni & Rekan 10 8
12 Arman Dhani & Rekan 10 5
Bersambung pada halaman selanjutnya
61
Table 4.2 (Lanjutan)
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
13 Adnan Ali 8 5
14 Jan, Ladiman & Rekan 5 3
Sumber: Data Primer
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di DKI Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jabatan kerja,
pendidikan terakhir dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Deskripsi mengenai data responden berdasarkan jenis kelamin ini
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 31 75.6 75.6 75.6
Perempuan 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sekitar 31 orang atau
75,6% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 10 orang atau 24,4% responden berjenis kelamin perempuan.
62
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Deskripsi mengenai data responden berdasarkan usia ini dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Valid 20 - 25 tahun 25 61.0 61.0 61.0
26 - 30 tahun 11 26.8 26.8 87.8
31 - 35 tahun 2 4.9 4.9 92.7
36 - 40 tahun 3 7.3 7.3 100.0
Total 41 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan responden yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik sebanyak 25 responden atau 61,0% berusia 20-25
tahun. Sedangkan yang berusia 26-30 tahun sebanyak 11 responden
atau 26,8%. Sebanyak 2 responden atau 4,9% berusia 31-35 tahun.
Sedangkan yang berusia 36-40 tahun sebanyak 3 responden atau
7,3%.
c. Deskripsi responden berdasarkan jabatan kerja
Deskripsi mengenai data responden berdasarkan jabatan kerja
ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
63
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Senior 21 51.2 51.2 51.2
Auditor Junior 20 48.8 48.8 100.0
Total 41 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 20 orang atau sebesar 48,8%
menduduki posisi sebagai auditor junior. Responden yang
menduduki jabatan sebagai auditor senior sebanyak 21 orang atau
51,2%.
d. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Deskripsi mengenai data responden berdasarkan pendidikan
terakhir ini dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 2 4.9 4.9 4.9
S1 38 92.7 92.7 97.6
S2 1 2.4 2.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 38
64
responden atau 92,7%. Sebanyak 2 responden atau sekitar 4,9%
berpendidikan terakhir Diploma III (D3) dan sisanya sebesar 2,4%
atau sebanyak 1 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
e. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Deskripsi mengenai data responden berdasarkan pengalaman
kerja ini dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 tahun 13 31.7 31.7 31.7
1 - 3 tahun 18 43.9 43.9 75.6
>3 tahun 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden sebanyak 31,7% atau sekitar 13 auditor memiliki
pengalaman bekerja kurang dari 1 tahun, 43,9% atau sekitar 18
auditor memiliki pengalaman bekerja 1 sampai 3 tahun dan sisanya
24,4% atau sekitar 10 auditor memiliki pengalaman lebih dari 3
tahun.
65
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diuji secara statistik
deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std.
Deviation
Etika 41 23 35 29.07 3.312
Profesionalisme 41 18 25 21.17 2.036
Pengalaman Audit 41 17 35 25.07 3.958
Ketepatan Pemberian Opini 41 20 30 24.98 2.824
Valid N (listwise) 41
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel Etika jawaban minimum
responden sebesar 23 dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total
jawaban 29,07 dan standar deviasi sebesar 3,312. Variabel
Profesionalisme jawaban minimum responden sebesar 18 dan maksimum
sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 21,17 dan standar deviasi
sebesar 2,036. Variabel Pengalaman Audit jawaban minimum 17 dan
maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban 25,07 dan standar
deviasi sebesar 3,958. Sedangkan, variabel Ketepatan Pemberian Opini
jawaban minimum 20 dan maksimum sebesar 30, dengan rata-rata total
jawaban 24,98 dan standar deviasi 2,824.
66
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari
empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Etika
(ETK), Profesionalisme (PRF), Pengalaman Audit (PA), dan
Ketepatan Pemberian Opini (KPO) dengan 41 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Etika
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
1 (ETK1) 0, 727** 0,000 Valid
2 (ETK2) 0, 831** 0,000 Valid
3 (ETK3) 0, 838** 0,000 Valid
4 (ETK4) 0, 721** 0,000 Valid
5 (ETK5) 0, 774** 0,000 Valid
6 (ETK6) 0, 739** 0,000 Valid
7 (ETK7) 0, 645** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel Etika mempunyai kriteria valid
untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05.
67
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Profesionalisme
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
1 (PRF1) 0, 786** 0,000 Valid
2 (PRF2) 0, 861** 0,000 Valid
3 (PRF3) 0, 865** 0,000 Valid
4 (PRF4) 0, 857** 0,000 Valid
5 (PRF5) 0, 762** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah.
Tabel 4.10 menunjukkan variabel Profesionalisme mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Pengalaman Audit
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
1 (PA1) 0, 609** 0,000 Valid
2 (PA2) 0, 594** 0,000 Valid
3 (PA3) 0, 885** 0,000 Valid
4 (PA4) 0, 860** 0,000 Valid
5 (PA5) 0, 566** 0,000 Valid
6 (PA6) 0, 653** 0,000 Valid
7 (PA7) 0, 660** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel Pengalaman Audit mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
68
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Ketepatan Pemberian Opini
Nomor
Butir Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed) Keterangan
1 (KPO1) 0, 616** 0,000 Valid
2 (KPO2) 0, 832** 0,000 Valid
3 (KPO3) 0, 828** 0,000 Valid
4 (KPO4) 0, 741** 0,000 Valid
5 (KPO5) 0, 847** 0,000 Valid
6 (KPO6) 0, 666** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel Ketepatan Pemberian Opini
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.13
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk enam variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Etika 0, 871 Reliabel
Profesionalisme 0, 883 Reliabel
Pengalaman Audit 0, 804 Reliabel
Ketepatan Pemberian Opini 0, 837 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
69
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Etika sebesar 0,871, Profesionalisme sebesar 0,883, Pengalaman Audit
sebesar 0,804, dan Ketepatan Pemberian Opini sebesar 0,837. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini
reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif
sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Etika .946 1.057
Profesionalisme .872 1.147
Pengalaman Audit .829 1.207
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk
variabel Etika sebesar 1,057, Profesionalisme sebesar 1,147,
70
sedangkan untuk variabel Pengalaman Audit memiliki nilai VIF
sebesar 1,207. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan
dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot
of regresison standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini
terlihat dari titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal.
71
Selain dengan melihat grafik, normalitas data juga dengan
melihat uji statistik yaitu dalam penelitian ini dengan menggunakan uji
statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov pada alpha sebesar 5%.
Jika nilai signifikansi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar
dari 0,05 berarti data normal.
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.04454708
Most Extreme
Differences
Absolute .114
Positive .114
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .663
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data primer yang diolah
Terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,663 dengan
nilai signifikansi di atas 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima atau
nilai residual terdistribusi secara normal.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
72
dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.2
Grafik Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
Ketepatan Pemberian Opini Audit berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu etika, profesionalisme, dan pengalaman audit.
Analisis grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin
73
sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan grafik
plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang dapat menjamin
keakuratan hasil, salah satunya menggunakan uji glejser.
Tabel 4.16
Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 6.905 3 2.302 1.365 .269a
Residual 62.398 37 1.686
Total 69.303 40
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Audit , Etika, Profesionalisme
b. Dependent Variable: ABS_Res
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.052 3.011 .349 .729
Etika .040 .064 .100 .621 .538 .946 1.057
Profesionalisme .085 .108 .132 .788 .436 .872 1.147
Pengalaman
Audit -.098 .057 -.295 -
1.721
.094 .829 1.207
a. Dependent Variable: ABS_Res
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi f sebesar
0,269 dan nilai signifikansi t sebesar 0,538; 0,436; 0,094. Tingkat
probabilitas di atas 5% tersebut berarti tidak ada indikasi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
74
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, pada penelitian ini R Square yang
digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan atau Adjusted R
Square (Adjusted R2) karena disesuaikan dengan jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi.
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .690a .476 .433 2.126
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Audit , Etika,
Profesionalisme
b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel 4.17 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,433
atau 43,3%, ini menunjukkan bahwa variabel ketepatan pemberian
opini yang dapat dijelaskan oleh variabel etika, profesionalisme, dan
pengalaman audit adalah sebesar 43,3%, sedangkan sisanya sebesar
0,567 atau 56,7% (1-0,433) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak disertakan dalam model penelitian ini, seperti: Independensi,
Situasi Audit, Kompetensi dan lain-lain.
75
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen
secara individu memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel
dependen, serta untuk membuktikan variabel mana yang paling
dominan. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.18 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel etika,
profesionalisme, dan pengalaman audit berpengaruh terhadap variabel
k e t ep a t an p em b er i an o p in i au d i t . Variabel etika,
profesionalisme, dan pengalaman audit mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,095; 0,004; 0,002. Hasil Uji Statistik t dapat dilihat dalam
tabel 4.18 berikut ini:
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .223 4.929 .045 .964
Etika .179 .104 .210 1.715 .095
Profesionalisme .550 .177 .397 3.111 .004
Pengalaman Audit .315 .093 .442 3.380 .002
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS
76
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh etika terhadap ketepatan
pemberian opini
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel etika
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,095. Hal ini berarti
menolak H1, maka dapat disimpulkan bahwa variabel etika tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel etika lebih
besar dari 0,05.
Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh Etika
Profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia, agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan.
Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan
keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Dengan menjunjung tinggi
Etika Profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para
akuntan publik, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang
benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan (Mayasari, 2011).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
Gusti dan Ali (2008) dan Suraida (2005) yang menyatakan bahwa etika
mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan
pemberian opini akuntan publik. Seorang auditor diharapkan akan lebih
beretika professional dalam melakukan proses audit. Hal ini
mengindikasikan bahwa auditor yang beretika maka akan cenderung
77
lebih bersikap skeptic dibandingkan dengan auditor yang tidak
beretikan namun hal ini tidak menentukan keputusan pemberian opini
auditor akan lebih baik. Hal ini disebabkan karena ada factor lain yang
mempengaruhi sikap auditor diantaranya adalah fee audit. Ketika
kenyataan laporan keuangan disajikan tidak wajar namun klien
memberikan fee audit yang tinggi maka auditor cenderung mengikuti
keinginan kliem dalam memberikan opini (Gusti dan Ali, 2008).
Berbeda dengan hasil penelitian Herawaty dan Susanto (2009) dan
Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa etika berpengaruh signifikan
positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti
berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh profesionalisme terhadap
ketepatan pemberian opini
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel
profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal
ini berarti menerima H2, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
profesionalisme berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian semakin tinggi profesionalisme auditor maka semakin
tinggi juga ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mayasari (2011) dan Gunawan (2012) yang menyatakan
78
bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit oleh auditor. Hal ini dapat
disebabkan karena auditor yang professional memiliki tanggung
jawab yang penuh atas pekerjaannya dalam memberikan opini suatu
laporan audit. Semakin professional seorang auditor maka semakin
tinggi pula rasa tanggung jawabnya terhadap klien, pemerintah dan
masyarakat sehingga pemberian opini audit akan lebih tepat .
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Ikhsan (2007) dan Herawaty dan Susanto (2009) yang
menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif
terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh
dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengalaman audit terhadap
ketepatan pemberian opini
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel
pengetahuan akuntansi dan auditing mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,002. Hal ini berarti menerima H3, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel pengalaman audit berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman audit lebih kecil dari
0,05.
79
Hasil ini menunjukkan pengaruh yang positif. Jadi, semakin
tinggi tingkat pengalaman auditor maka semakin besar ketepatan
pemberian opini audit, sesuai dengan teorinya bahwa semakin
banyak pengalaman auditor maka semakin tepat dalam memberikan
penjelasan dari berbagai macam temuan audit. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) dan Suraida
(2005) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan aspek
penting dalam pemberian opini audit. Pengalaman seorang auditor
dalam melakukan audit dipengaruhi baik dari segi waktu maupun
banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick
(1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak
pengalaman auditor semakiin dapat menghasilkan berbagai macam
dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
c. Hasil Uji Statistik F
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.19, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha (Ghozali, 2009).
80
Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik F Variabel Y dan X
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 151.769 3 50.590 11.195 .000a
Residual 167.207 37 4.519
Total 318.976 40
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Audit , Etika, Profesionalisme
b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel ketepatan pemberian
opini berpengaruh dalam etika, profesionalisme, dan pengalaman
audit. Tabel dari F test didapat nilai F hitung sebesar 11,195 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih kecil dari
0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
ketepatan pemberian opini atau dapat dikatakan etika, profesionalisme,
dan pengalaman audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian
opini.
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh etika, profesionalisme dan
pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini audit
Tabel dari F-test didapat nilai F hitung sebesar 11,195
dengan tingkat signifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi Ketepatan Pemberian Opini Audit atau dapat dikatakan
etika, profesionalisme dan pengalaman audit berpengaruh terhadap
81
Ketepatan Pemberian Opini Audit. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Suraida (2005), Mayasari (2011), Sari (2011),
Gunawan (2012), serta Sabrina dan Januarti (2012).
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika,
profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini
audit. Responden dalam penelitian ini berjumlah 41 orang auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di DKI Jakarta dan
berdasarkan Directory KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) pada tahun 2012. Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian
opini audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Gusti dan Ali (2008) serta Suraida (2005).
2. Profesionalisme berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2007), Herawaty dan Susanto
(2009), Mayasari (2011) dan Gunawan (2012).
3. Pengalaman audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketepatan
pemberian opini audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2011) dan Suraida (2005).
83
4. Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengujian terhadap keempat
variabel independen secara bersama-sama (simultan) ternyata dapat
disimpulkan bahwa etika, profesionalisme, dan pengalaman audit
berpengaruh secara simultan dan positif terhadap ketepatan pemberian
opini audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Mayasari (2011), Sari (2011), Gunawan (2012), serta Sabrina
dan Januarti (2012).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa:
1. Penugasan auditor dalam melakukan prosedur audit tidak lepas dari etika
profesi seorang auditor. Auditor dituntut harus bersikap jujur dalam
memeriksa dan mengungkapkan kejadian . apabila seorang auditor tidak
jujur maka laporan auditnya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ketidakjujuran auditor yang tinggi akan menyebabkan rendahnya kualitas
laporan audit yang dihasilkan. Oleh karena itu, auditor harus berani untuk
mengungkapkan apabila ada temuan dalam penugasannya. Pengetahuan
auditor dalam mendeteksi kekeliruan juga dapat membantu auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya. Pengetahuan ini dapat diperoleh auditor
dengan seringnya ia melakukan audit dan mengaudit perusahaan besar.
Hal tersebut dapat melatih kemampuan auditor dalam mendeteksi
kekeliruan sehingga laporan auditnya pun tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
84
2. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang menaungi para
auditor untuk melakukan kegiatannya dalam memberikan jasa
profesionalisme bagi pihak yang memerlukan untuk meningkatkan
keyakinan atas laporan keuangan dan kualitas dalam pengambilan
keputusan. Pemerintah memiliki wewenang atas kebijakan mengenai izin
pendirian KAP. Oleh karena itu, jika terjadi pelanggaran yang dilakukan
suatu KAP maka akan dicabut izin pendirian KAP tersebut.
3. Kantor Akuntan Publik (KAP) harus memberikan penugasan yang lebih
banyak kepada para auditornya agar dapat menambah pengalaman mereka
dalam mengaudit. Pengalaman audit yang memadai juga diperlukan untuk
menentukan keputusan dan menganalisis masalah terutama masalah yang
jarang terjadi seperti hal-hal yang mengakibatkan berkurangnya keyakinan
going concern perusahaan, semakin banyak pengalaman auditor maka
semakin tepat dalam memberikan penjelasan dari berbagai macam temuan
audit.
4. Variabel etika, profesionalisme, dan pengalaman audit berpengaruh secara
parsial dan simultan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Dalam
menjalakan tugasnya seorang auditor dituntut untuk selalu mematuhi etika,
professional, dan berpengalaman. Pekerjaan seorang auditor sangat
membutuhkan kepercayaan dari masyarakat, terutama klien, pemerintah
dan pihak-pihak yang menggunakan laporan audit. Masyarakat
memberikan kepercayaan tersebut dengan tujuan agar auditor dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang sudah
85
ditetapkan. Auditor disini harus menjaga kepercayaan tersebut untuk
memberikan jaminan bahwa opini yang diberian dapat
dipertanggungjawabkan.
C. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah atau mengganti
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini
audit seperti independensi, resiko audit, dan situasi audit sehingga akan
tercapai hasil penelitian yang lebih baik.
2. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei,
sehingga hasil penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum,
serta diharapkan dapat memfokuskan penelitian pada grup tertentu,
misalnya untuk senior auditor atau junior auditor.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian yang
lebih banyak agar lebih mendapatkan gambaran keadaan secara lebih luas
dari objek yang diteliti.
4. Penelitian yang menggunakan kuesioner dengan auditor eksternal sebagai
responden disarankan untuk dilakukan pada waktu kantor akuntan publik
sedang low season yakni sekitar bulan April hingga September, hal ini
87
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh KAP”, Edisi Keempat,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Jakarta, 2009.
Arens, Alvin A. Elder, Randal J dan Beasley, Mark S. “ Auditing dan Jasa Asuransi
Pendekatan Terintegrasi”. Jilid 2, Edisi keduabelas, Erlangga, 2008.
Arens, Alvin A., Randal J.Elder., dan Mark S.Beasley. “ Auditing and Assurance
Services an Integrated Aproach”, 13th
edition, New Jersey: Pearson
Prentice Hall International, 2010.
Arum, Enggar Diah Puspa. “Pengaruh Persuasi atas Preferensi Klien dan
Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan (Judgement) Auditor dalam
Mengevaluasi Bukti Audit (Survey terhadap Auditor yang Bekerja Pada
KAP di Kota Bandung). The First Accounting Conference Faculty of
Economics Universitas Indonesia Depok, 7-9 November 2007.
Boynton, et. al. “Modern Auditing”. Edisi kedelapan, Erlangga, 2006.
Chen, Liang dan Pflugratsi, Gary. “The Impact Of Codes Of Ethics and
Experience On Auditor Judgements”. Managerial Auditing Journal Vol.
22 No.3, School of Accounting University Of New South Wales,
Australia, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Edisi
Ketiga, Balai Pustaka, 2005.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariance Dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Gunawan, Hendra. “Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Tingkat Materialitas
terhadap Ketepatan Pemberian Opini (Survey pada Kantor Akuntan
Publik di Kota Bandung”. Penelitian Ilmiah (Auditing), Bandung, 2012.
Gusti, Maghfirah dan Syahril Ali, “Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan
Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan
Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik”, Simposium Nasional
Akuntansi XI, Universitas Andalas, Pontianak, 2008.
Guy, et. al. “Auditing”. Edisi 5, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2001.
Halim, Abdul. “Auditing 1 (Dasar-dasar Audit laporan keuangan)”. AMP YKPN,
Yogyakarta, 2001.
88
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. UIN presss, Jakarta, 2012.
Herawaty, Arleen dan Yulius K. Susanto. “Pengaruh Profesionalisme,
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Vol. 11, No. 1, 2009.
Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifda. “Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap
Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judgement”. Simposium
Nasional Akuntansi IX Padang. Universitas Mercu Buana. 23-26 Agustus
2006.
Ikatan Akuntansi Publik Indonesia. “Kode Etik Profesi Akuntan Publik”, Institut
Akuntan Publik Indonesia. Jakarta, 2009.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta,
2001.
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. “Akuntansi Keperilakuan”. Salemba
Empat, Jakarta, 2005.
Ikhsan, Arfan. “Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik Dilihat dari
Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatannya“.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 9, No. 3, hal 199 -222. Universitas
Negeri Medan. Desember 2007.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis”, Edisi
Pertama, BPFE, Yogjakarta, 2002.
Institut Akuntan Publik Indonesia. “Directory 2012 kantor Akuntan Publik dan
Akuntan Publik”. Jakarta, 2010.
Koroy, Tri Ramaraya. “Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit
terhadap Pertimbangan Auditor”. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Solo. 2005.
Ludigdo, Unti. “Strukturisasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah
Studi Interpretif”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 2006
Mulyadi. "Auditing", Edisi ketujuh, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Noviyani, Putrid an Bandi. “Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap
Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”. Simposium Nasional
Akuntansi V, Semarang, 2002.
Praptapa, Agung. ”Konsep Akuntansi Keprilakuan”.
http://apbehavioralaccounting.blogspot.com/2009/03/konsep-akuntansi-
keperilakuan.html. 2009. diakses pada tanggal 8 April 2013.
89
Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati, Elly. “Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2010.
Sabrina dan Indira Januarti. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit,
Etika, dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit melalui
Skeptisme profesional Auditor (Studi Kasus pada KAP Big Four di
Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, 2012.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Sasongko, Noer. ”Konsep Keperilakuan dari Psokilogi dan Psikologi Sosial”.
http://akuntansikeperilakuan.b;ogspot.com/. 2009. Diakses pada tanggal 8
April 2013.
Sawyer, Mortimer dan James. ”Internal Auditing”. Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Singleton, Hall. “Information Technology Auditing and Assurance”. Salemba 4,
Jakarta, 2009.
Singgih, Elisha Muliani dan Bawono, Icuk Rangga. ”Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas
Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four’ di Indonesia)”. Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Sukriah, et. al. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.
Simposium Nasional Akuntansi XXI, Palembang, 2009.
Suprianto, Edy dan Setiawan, Hendry. ”Pengaruh Etika, Kompetensi,
Pengalaman Audit dan resiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional
Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik’.
Laporan Penelitian dibiayai DIPA No. 002/006.2/PP/SP/2010, Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, September 2010.
Suraida, Ida. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit
terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini
Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, vol 7 no. 3, Bandung, 2005.
Surya, Arifin dan Alwani. “Pengaruh Kompetensi, Komitmen Profesional dan
Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Auditor Junior”. SNA X Makassar
Jakarta. 2007.
90
Wahyudi, Hendro dan Mardiyah, Aida Ainul. “Pengaruh Profesionalisme Auditor
terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”.
Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. STIE Malangkuçeçwara
Malang. 23-26 Agustus 2006.
Zulaikha. “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman
Auditor terhadap Audit Judgement”. Simposium Nasional Akuntansi IX,
Padang, 2006.
101
Nomor: ………… (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………….
(boleh tidak diisi)
Nama KAP : …………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ………… tahun
Jabatan Kerja : Partner Manajer Supervisor
Auditor Senior Auditor Junior
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun > 3 tahun
1. Variabel Etika (X1)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Menurut anda, etika profesi menjadi salah satu penentu
kesuksesan auditor.
2. Kepedulian pada etika profesi adalah sangat baik untuk
dilaksanakan.
3. Nilai nilai yang Anda yakini dengan nilai-nilai yang
ada dalam etika profesi auditor memiliki banyak
kesamaan.
102
No. Pernyataan STS TS N S SS
4. Aturan-aturan yang ada dalam etika profesi yang
dikeluarkan oleh Institusi Akuntan Publik Indonesia
telah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik.
5. Kepedulian terhadap etika profesi dapat memberikan
yang terbaik dalam melakukan setiap pekerjaan audit.
6. Menurut Anda, auditor adalah profesi terbaik dibanding
dengan profesi lainnya.
7. Dalam situasi saat ini, apabila ada sedikit perubahan
yang tidak berkenan dihati Anda dapat mempengaruhi
kepedulian Anda pada etika profesi.
2. Variabel Profesionalisme (X2)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
8. Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses
pengauditan.
9. Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor
meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain
dengan imbalan yang lebih besar.
10. Saya mau bekerja keras diatas batas normal untuk
membantu KAP dimana saya bekerja.
103
11. Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan para
eksternal auditor.
12. Saya merasa terlalu riskan untuk meninggalkan
pekerjaan saya sekarang.
3. Variabel Pengalaman Audit (X3)
Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
13. Auditor dikatakan berpengalaman apabila menjalankan
tugasnya lebih dari 3 tahun.
14. Pengalaman dapat membantu auditor mengetahui
kekeliruan disuatu perusahaan berikut penyelesaiannya.
15. Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat
mengembangkan karir.
16. Pengalaman membantu auditor dalam mempertajam
analisis masalah.
17. Pengalaman membantu auditor dalam memprediksi dan
mendeteksi masalah secara profesional.
18. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap keputusan
yang dibuat.
19. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor,
semakin besar kemampuan auditor dalam mengatasi
setiap permasalahan yang ada.
104
4. Variabel Opini Akuntan Publik (Y)
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
20. Pengalaman menentukan tepat atau tidaknya pemberian
opini audit.
21. Memiliki kemahiran professional dalam ketepatan
pemberian opini audit .
22. Opini audir harus sesuai dengan temuan dan bukti audit
yang ada.
23. Bukti yang cukup dan kompeten sehingga tepat dalam
memberikan opini audit.
24. Kesalahan yang material dapat mempengaruhi jenis
opini yang akan diberikan oleh auditor.
25. Auditor menolak memberikan pendapat dikarenakan
ketidakpastian yang terdapat dalam pos-pos laporan
keuangan.
106
JawabanRespondenVariabelEtika (X1)
No. Etk1 Etk2 Etk3 Etk4 Etk5 Etk6 Etk7 Etika
1 4 3 4 4 4 4 3 26
2 5 4 4 4 4 5 3 29
3 4 4 4 4 3 4 3 26
4 5 4 5 5 5 4 4 32
5 4 4 4 3 4 4 3 26
6 3 4 4 4 4 4 4 27
7 5 4 3 4 4 4 4 28
8 5 5 5 5 5 5 5 35
9 5 5 5 5 5 5 5 35
10 4 3 3 4 3 3 3 23
11 4 4 4 4 4 4 4 28
12 5 5 5 5 5 3 3 31
13 5 5 5 5 4 5 3 32
14 5 5 5 4 4 5 5 33
15 4 5 4 4 5 3 3 28
16 5 5 5 5 5 5 4 34
17 3 4 4 4 4 4 4 27
18 4 4 4 4 4 4 4 28
19 3 4 4 3 4 4 4 26
20 5 5 5 4 4 5 5 33
21 4 4 4 4 4 4 4 28
22 4 3 4 4 3 4 4 26
23 4 4 4 5 4 4 3 28
24 4 4 4 4 4 4 4 28
25 5 5 5 5 5 5 5 35
26 3 4 4 3 4 4 4 26
27 4 4 4 4 4 4 4 28
28 4 4 4 4 4 4 4 28
29 4 3 4 4 3 4 4 26
30 5 5 4 4 4 4 4 30
31 4 4 4 5 5 4 4 30
32 3 4 4 4 4 4 4 27
33 4 4 4 4 4 4 4 28
34 4 3 4 4 3 3 3 24
35 5 5 5 5 5 5 5 35
107
JawabanResponden variable Etika (X1)
No. Etk1 Etk2 Etk3 Etk4 Etk5 Etk6 Etk7 Etika
36 4 5 5 5 5 4 4 32
37 4 4 4 4 5 5 5 31
38 3 4 4 3 4 4 4 26
39 4 3 3 4 4 4 4 26
40 5 5 5 5 5 5 5 35
41 4 4 4 4 4 4 4 28
108
JawabanRespondenVariabelProfesionalisme (X2)
No. Prf1 Prf2 Prf3 Prf4 Prf5 Profesionalisme
1 4 4 4 3 3 18
2 4 4 4 4 4 20
3 4 4 5 3 4 20
4 5 5 4 4 4 22
5 5 5 4 4 5 23
6 5 5 5 4 4 23
7 5 5 4 4 4 22
8 4 5 5 4 5 23
9 4 4 4 4 4 20
10 4 4 5 5 5 23
11 5 4 4 5 5 23
12 4 4 4 5 4 21
13 5 5 5 5 5 25
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 4 4 4 20
16 3 4 4 4 4 19
17 3 4 4 4 4 19
18 2 2 3 3 3 13
19 3 4 4 3 2 16
20 5 4 5 5 5 24
21 4 4 3 4 4 19
22 4 4 4 4 4 20
23 4 4 4 4 4 20
24 5 5 5 5 5 25
25 4 4 4 4 4 20
26 4 4 4 4 4 20
27 5 5 5 5 5 25
28 4 4 3 4 5 20
29 4 4 4 4 4 20
30 5 5 5 5 5 25
31 4 5 4 4 5 22
32 5 4 4 4 3 20
33 4 4 4 4 4 20
34 5 5 5 5 5 25
35 4 4 4 4 4 20
109
JawabanRespondenVariabelProfesionalisme (X2)
No. Prf1 Prf2 Prf3 Prf4 Prf5 Profesionalisme
36 4 4 5 4 4 21
37 4 4 4 4 4 20
38 4 4 4 4 4 20
39 5 5 5 5 5 25
40 5 5 5 5 5 25
41 4 4 4 4 4 20
110
JawabanRespondenVariabelPangalaman Audit (X3)
No. PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 Pengalaman Audit
1 2 2 2 2 3 2 3 16
2 4 4 3 3 3 4 4 25
3 2 3 2 3 4 3 3 20
4 3 4 3 3 4 4 4 25
5 5 4 3 3 4 4 4 27
6 5 4 4 4 4 5 5 31
7 4 3 3 3 3 3 3 22
8 4 2 3 3 4 4 4 24
9 4 4 4 4 4 4 4 28
10 5 3 4 4 5 4 5 30
11 4 4 5 4 5 5 5 32
12 4 4 5 3 3 3 3 25
13 5 5 5 3 5 5 5 33
14 3 2 4 3 4 4 4 24
15 3 1 4 4 3 3 3 21
16 3 3 4 4 3 3 3 23
17 3 3 2 2 3 3 3 19
18 2 2 3 3 3 3 3 19
19 2 2 3 3 3 4 3 20
20 4 1 3 2 4 4 4 22
21 4 3 3 2 3 3 3 21
22 4 4 4 4 4 4 4 28
23 3 3 3 3 4 4 4 24
24 4 4 5 4 5 4 4 30
25 4 1 2 2 4 4 4 21
26 4 3 4 4 4 4 4 27
27 4 5 4 3 4 3 3 26
28 2 2 2 2 4 5 5 22
29 4 3 4 4 4 4 4 27
30 3 3 1 1 4 3 3 18
31 2 2 2 2 4 4 5 21
32 3 3 3 4 4 4 4 25
33 4 4 4 4 4 4 4 28
34 3 5 5 4 4 4 3 28
35 5 5 3 3 4 3 3 26
111
JawabanRespondenVariabelPangalaman Audit (X3)
No. PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 Pengalaman Audit
36 3 3 1 1 3 3 3 17
37 5 5 3 3 4 3 3 26
38 4 3 3 3 4 4 4 25
39 4 4 3 3 4 2 3 23
40 5 5 4 4 5 4 4 31
41 4 4 4 4 5 5 5 31
112
JawabanRespondenVariabelKetepatanPemberianOpini (Y)
No. KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6 KetepatanPemberianOpini
1 4 4 4 4 2 3 21
2 5 5 5 5 4 5 29
3 5 5 4 4 3 3 24
4 5 5 5 4 3 3 25
5 4 3 5 4 3 4 23
6 5 5 5 4 4 5 28
7 4 4 4 4 2 3 21
8 4 4 5 5 2 4 24
9 4 4 4 4 3 4 23
10 5 5 5 5 3 3 26
11 4 4 4 4 4 5 25
12 4 4 4 4 5 4 25
13 5 5 5 5 3 4 27
14 4 4 4 4 4 4 24
15 5 4 2 2 3 3 19
16 5 5 4 4 3 4 25
17 4 4 4 4 4 3 23
18 5 5 3 3 3 2 21
19 4 4 2 4 3 3 20
20 5 5 5 5 2 4 26
21 4 4 3 4 3 3 21
22 4 4 4 4 4 4 24
23 4 4 4 4 3 3 22
24 5 5 5 4 4 4 27
25 4 4 4 4 1 4 21
26 4 4 4 4 4 4 24
27 5 5 5 5 5 5 30
28 5 5 5 4 2 4 25
29 4 4 4 4 4 4 24
30 4 4 4 3 2 3 20
31 5 5 4 4 3 4 25
32 4 4 4 4 4 4 24
33 4 4 4 4 4 4 24
34 5 5 4 5 4 4 27
35 4 4 4 4 4 4 24
113
JawabanRespondenVariabelKetepatanPemberianOpini (Y)
No. KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6 KetepatanPemberianOpini
36 5 5 5 4 4 5 28
37 4 4 4 4 4 4 24
38 5 4 4 4 3 4 24
39 4 5 4 4 4 3 24
40 5 5 5 5 5 4 29
41 5 5 5 4 4 4 27
114
IdentitasResponden
Respond
en
JenisKelam
in Usia
JabatanKer
ja
PendidikanTerak
hir
PengalamanKe
rja Total
1 1 23 5 2 1 32
2 1 27 4 2 3 37
3 2 25 5 2 2 36
4 2 20 5 1 1 29
5 1 22 5 2 1 31
6 1 22 5 2 1 31
7 1 22 5 2 1 31
8 2 22 5 1 1 31
9 1 25 4 2 3 35
10 2 21 5 1 2 31
11 1 26 4 2 3 36
12 2 20 5 1 1 29
13 1 24 5 2 1 33
14 1 22 5 2 1 31
15 1 25 5 3 1 35
16 2 36 4 2 2 46
27 2 23 5 1 2 33
18 1 25 5 2 2 35
19 2 22 5 2 1 32
20 2 20 5 1 1 29
21 1 23 5 2 2 33
22 2 26 4 2 2 36
23 1 24 5 2 1 33
24 2 22 5 2 2 33
25 2 38 4 1 3 48
26 2 21 5 1 1 30
27 1 24 4 2 2 33
28 2 35 4 2 2 45
29 1 24 4 2 2 33
30 1 30 4 2 2 39
31 2 26 4 3 3 38
32 1 26 4 2 2 35
33 1 27 4 2 3 37
34 1 25 4 2 2 34
35 1 31 4 2 3 41
115
IdentitasResponden
Respond
en
JenisKelam
in Usia
JabatanKer
ja
PendidikanTerak
hir
PengalamanKe
rja Total
36 2 25 4 2 2 35
37 1 25 4 2 2 34
38 1 30 4 2 3 40
39 2 30 4 2 2 40
40 1 26 4 2 2 35
41 1 22 4 2 2 31
117
OUTPUT UJI VALIDITAS ETIKA
Correlations
Etk1 Etk2 Etk3 Etk4 Etk5 Etk6 Etk7 Etika
Etk1 Pearson Correlation 1 .532**
.532**
.640**
.389* .478
** .242 .727
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .012 .002 .128 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk2 Pearson Correlation .532**
1 .753**
.476**
.704**
.498**
.411**
.831**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .001 .008 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk3 Pearson Correlation .532**
.753**
1 .601**
.590**
.557**
.422**
.838**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .006 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk4 Pearson Correlation .640**
.476**
.601**
1 .572**
.328* .211 .721
**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .000 .036 .186 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk5 Pearson Correlation .389* .704
** .590
** .572
** 1 .393
* .436
** .774
**
Sig. (2-tailed) .012 .000 .000 .000 .011 .004 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk6 Pearson Correlation .478**
.498**
.557**
.328* .393
* 1 .658
** .739
**
Sig. (2-tailed) .002 .001 .000 .036 .011 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etk7 Pearson Correlation .242 .411**
.422**
.211 .436**
.658**
1 .645**
Sig. (2-tailed) .128 .008 .006 .186 .004 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
Etika Pearson Correlation .727**
.831**
.838**
.721**
.774**
.739**
.645**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
118
OUTPUT UJI VALIDITAS PROFESIONALISME
Correlations
Prf1 Prf2 Prf3 Prf4 Prf5 Profesionalisme
Prf1 Pearson
Correlation
1 .582**
.625**
.605**
.440**
.786**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000
N 41 41 41 41 41 41
Prf2 Pearson
Correlation
.582**
1 .733**
.605**
.644**
.861**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41
Prf3 Pearson
Correlation
.625**
.733**
1 .746**
.482**
.865**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41
Prf4 Pearson
Correlation
.605**
.605**
.746**
1 .572**
.857**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41
Prf5 Pearson
Correlation
.440**
.644**
.482**
.572**
1 .762**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .001 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41
Profesionalism
e
Pearson
Correlation
.786**
.861**
.865**
.857**
.762**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
119
OUTPUT UJI VALIDITAS PENGALAMAN AUDIT
Correlations
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7
Pengalaman
Audit
PA1 Pearson
Correlation
1 .347* .395
* .362
* .319
* .149 .163 .609
**
Sig. (2-tailed) .026 .011 .020 .042 .353 .308 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA2 Pearson
Correlation
.347* 1 .453
** .489
** .115 .031 .030 .594
**
Sig. (2-tailed) .026 .003 .001 .474 .849 .853 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA3 Pearson
Correlation
.395* .453
** 1 .856
** .352
* .596
** .596
** .885
**
Sig. (2-tailed) .011 .003 .000 .024 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA4 Pearson
Correlation
.362* .489
** .856
** 1 .378
* .521
** .502
** .860
**
Sig. (2-tailed) .020 .001 .000 .015 .000 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA5 Pearson
Correlation
.319* .115 .352
* .378
* 1 .458
** .486
** .566
**
Sig. (2-tailed) .042 .474 .024 .015 .003 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA6 Pearson
Correlation
.149 .031 .596**
.521**
.458**
1 .770**
.653**
Sig. (2-tailed) .353 .849 .000 .000 .003 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
PA7 Pearson
Correlation
.163 .030 .596**
.502**
.486**
.770**
1 .660**
Sig. (2-tailed) .308 .853 .000 .001 .001 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
120
Pengalama
n Audit
Pearson
Correlation
.609**
.594**
.885**
.860**
.566**
.653**
.660**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
OUTPUT UJI VALIDITAS KETEPATAN PEMBERIAN OPINI
Correlations
KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6
Ketepatan
Pemberian Opini
KPO1 Pearson
Correlation
1 .560**
.448**
.242 .427**
.272 .616**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .127 .005 .086 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
KPO2 Pearson
Correlation
.560**
1 .771**
.609**
.603**
.362* .832
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .020 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
KPO3 Pearson
Correlation
.448**
.771**
1 .559**
.573**
.484**
.828**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
KPO4 Pearson
Correlation
.242 .609**
.559**
1 .604**
.382* .741
**
Sig. (2-tailed) .127 .000 .000 .000 .014 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
KPO5 Pearson
Correlation
.427**
.603**
.573**
.604**
1 .450**
.847**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .003 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
121
KPO6 Pearson
Correlation
.272 .362* .484
** .382
* .450
** 1 .666
**
Sig. (2-tailed) .086 .020 .001 .014 .003 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
Ketepatan
Pemberia
nOpini
Pearson
Correlation
.616**
.832**
.828**
.741**
.847**
.666**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
122
OUTPUT UJI RELIABILITAS ETIKA
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.871 .873 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Etk1 4.20 .679 41
Etk2 4.17 .667 41
Etk3 4.22 .571 41
Etk4 4.20 .601 41
Etk5 4.17 .629 41
Etk6 4.17 .587 41
Etk7 3.95 .669 41
123
Inter-Item Correlation Matrix
Etk1 Etk2 Etk3 Etk4 Etk5 Etk6 Etk7
Etk1 1.000 .532 .532 .640 .389 .478 .242
Etk2 .532 1.000 .753 .476 .704 .498 .411
Etk3 .532 .753 1.000 .601 .590 .557 .422
Etk4 .640 .476 .601 1.000 .572 .328 .211
Etk5 .389 .704 .590 .572 1.000 .393 .436
Etk6 .478 .498 .557 .328 .393 1.000 .658
Etk7 .242 .411 .422 .211 .436 .658 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Etk1 24.88 8.160 .606 .549 .859
Etk2 24.90 7.740 .750 .710 .838
Etk3 24.85 8.128 .773 .678 .838
Etk4 24.88 8.460 .615 .608 .857
Etk5 24.90 8.140 .679 .618 .848
Etk6 24.90 8.440 .640 .579 .854
Etk7 25.12 8.560 .501 .492 .873
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
29.07 10.970 3.312 7
124
OUTPUT UJI RELIABILITAS PROFESIONALISME
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.883 .884 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Prf1 4.24 .489 41
Prf2 4.24 .489 41
Prf3 4.22 .475 41
Prf4 4.20 .511 41
Prf5 4.27 .501 41
125
Inter-Item Correlation Matrix
Prf1 Prf2 Prf3 Prf4 Prf5
Prf1 1.000 .582 .625 .605 .440
Prf2 .582 1.000 .733 .605 .644
Prf3 .625 .733 1.000 .746 .482
Prf4 .605 .605 .746 1.000 .572
Prf5 .440 .644 .482 .572 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Prf1 16.93 2.820 .662 .459 .871
Prf2 16.93 2.670 .774 .659 .845
Prf3 16.95 2.698 .783 .703 .844
Prf4 16.98 2.624 .761 .636 .848
Prf5 16.90 2.840 .624 .486 .880
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
21.17 4.145 2.036 5
126
OUTPUT UJI RELIABILITAS PENGALAMAN AUDIT
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.804 .823 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PA1 3.44 .991 72
PA2 3.31 1.096 72
PA3 3.35 .906 72
PA4 3.15 .799 72
PA5 3.96 .568 72
PA6 3.85 .705 72
PA7 3.81 .725 72
127
Inter-Item Correlation Matrix
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7
PA1 1.000 .347 .395 .362 .319 .149 .163
PA2 .347 1.000 .453 .489 .115 .031 .030
PA3 .395 .453 1.000 .856 .352 .596 .596
PA4 .362 .489 .856 1.000 .378 .521 .502
PA5 .319 .115 .352 .378 1.000 .458 .486
PA6 .149 .031 .596 .521 .458 1.000 .770
PA7 .163 .030 .596 .502 .486 .770 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PA1 21.42 11.711 .472 .311 .790
PA2 21.56 11.631 .410 .341 .809
PA3 21.51 10.789 .720 .675 .737
PA4 21.71 11.562 .680 .632 .749
PA5 20.90 13.188 .579 .463 .775
PA6 21.01 12.774 .520 .666 .778
PA7 21.06 12.814 .493 .684 .782
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
25.07 15.670 3.958 7
128
OUTPUT UJI RELIABILITAS KETEPATAN PEMBERIAN OPINI
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.837 .852 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KPO1 4.39 .494 41
KPO2 4.46 .505 41
KPO3 4.37 .581 41
KPO4 4.34 .530 41
KPO5 3.51 .925 41
KPO6 3.90 .664 41
129
Inter-Item Correlation Matrix
KPO1 KPO2 KPO3 KPO4 KPO5 KPO6
KPO1 1.000 .560 .448 .242 .427 .272
KPO2 .560 1.000 .771 .609 .603 .362
KPO3 .448 .771 1.000 .559 .573 .484
KPO4 .242 .609 .559 1.000 .604 .382
KPO5 .427 .603 .573 .604 1.000 .450
KPO6 .272 .362 .484 .382 .450 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KPO1 20.59 6.499 .489 .362 .833
KPO2 20.51 5.856 .763 .708 .789
KPO3 20.61 5.594 .743 .650 .786
KPO4 20.63 6.038 .636 .496 .808
KPO5 21.46 4.405 .699 .509 .808
KPO6 21.07 5.920 .500 .295 .833
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24.98 7.974 2.824 6
130
OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK
(UJI MULTIKOLONIERITAS)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) .223 4.929
Etika .179 .104 .210
Profesionalisme .550 .177 .397
Pengalaman Audit .315 .093 .442
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Coefficientsa
Model T Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) .045 .964
Etika 1.715 .095 .946 1.057
Profesionalisme 3.111 .004 .872 1.147
Pengalaman Audit 3.380 .002 .829 1.207
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
132
OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK
(UJI NORMALITAS DENGAN KOLMOGOROV SMIRNOV)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,,b
Mean Normal
Parametersa,,b
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute Most Extreme
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .663
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK
(UJI HETEROSKEDASTISITAS DENGAN GRAFIK SCATTERPLOT)
133
OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK
(UJI HETEROSKEDASTISITAS DENGAN UJI GLEJSER)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.052 3.011
Etika .040 .064 .100
Profesionalisme .085 .108 .132
Pengalaman Audit -.098 .057 -.295
a. Dependent Variable: ABS_Res
Coefficientsa
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) .349 .729
Etika .621 .538 .946 1.057
Profesionalisme .788 .436 .872 1.147
Pengalaman Audit -1.721 .094 .829 1.207
a. Dependent Variable: ABS_Res
134
OUTPUT UJI HIPOTESIS
(UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2) )
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .690a .476 .433 2.126
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Audit , Etika,
Profesionalisme
b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
(UJI STATISTIK F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 151.769 3 50.590 11.195 .000a
Residual 167.207 37 4.519
Total 318.976 40
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Audit , Etika, Profesionalisme
b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
135
OUTPUT UJI HIPOTESIS
(UJI STATISTIK t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) .223 4.929
Etika .179 .104 .210
Profesionalisme .550 .177 .397
Pengalaman Audit .315 .093 .442
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
Coefficientsa
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) .045 .964
Etika 1.715 .095 .946 1.057
Profesionalisme 3.111 .004 .872 1.147
Pengalaman Audit 3.380 .002 .829 1.207
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini
136
Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanJenisKelamin
Statistics
JenisKelamin
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.24
Std. Error of Mean .068
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .435
Variance .189
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 51
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 31 75.6 75.6 75.6
Perempuan 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
137
Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanUsia
Statistics
Usia
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.59
Std. Error of Mean .140
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .894
Variance .799
Range 3
Minimum 1
Maximum 4
Sum 65
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 - 25 tahun 25 61.0 61.0 61.0
26 - 30 tahun 11 26.8 26.8 87.8
31 - 35 tahun 2 4.9 4.9 92.7
36 - 40 tahun 3 7.3 7.3 100.0
Total 41 100.0 100.0
138
Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanJabatanKerja
Statistics
JabatanKerja
N Valid 41
Missing 0
Mean 4.49
Std. Error of Mean .079
Median 4.00
Mode 4
Std. Deviation .506
Variance .256
Range 1
Minimum 4
Maximum 5
Sum 184
JabatanKerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Senior 21 51.2 51.2 51.2
Auditor Junior 20 48.8 48.8 100.0
Total 41 100.0 100.0
139
Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanPendidikanTerakhir
Statistics
PendidikanTerakhir
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.98
Std. Error of Mean .043
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .273
Variance .074
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 81
PendidikanTerakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 2 4.9 4.9 4.9
S1 38 92.7 92.7 97.6
S2 1 2.4 2.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
140
Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanPengalamanKerja
Statistics
PengalamanKerja
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.93
Std. Error of Mean .118
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .755
Variance .570
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 79
PengalamanKerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <1 tahun 13 31.7 31.7 31.7
1 - 3 tahun 18 43.9 43.9 75.6
>3 tahun 10 24.4 24.4 100.0
Total 41 100.0 100.0
Recommended