View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH METODE JIGSAW DISERTAI MEDIA LKS DAN METODE JIGSAW
DISERTAI MEDIA POWER POINT PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU
DARI KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP
DI SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
NOVITA ROSE DIANA
K3308046
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH METODE JIGSAW DISERTAI MEDIA LKS DAN METODE JIGSAW
DISERTAI MEDIA POWER POINT PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU
DARI KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP
DI SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
NOVITA ROSE DIANA
K3308046
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Oktober, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap
malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam
setiap kesempatan. (Nabi Muhammad SAW)
Sunrise doesn't last all morning, a cloudburst doesn't last all day, seems
my love is up and has left you with no warning. It's not always going
to be this grey. All things must pass, all things must
pass away.(George Harrison)
It's being here now that's important. There's no past and there's no future.
Time is a very misleading thing. All there is ever, is the now. We can gain
experience from the past, but we can't relive it; and we can hope for
the future, but we don't know if there is one. (George Harrison)
With every mistake, we must surely be learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibu, semoga Allah SWT senantiasa menjaga
dan mengasihi keduanya.
2. Kakak-kakakku, yang telah banyak memberikan
pelajaran berharga.
3. Mas Dana, dan sahabat-sahabat baikku, Nina, Ning,
Oma, Susi, Meme, Anggri, Rani, Geti, Septi, Mbak
Ida, Yuang, Reni, dan teman-teman penunggu dosen,
hehe..
4. My friends ever after, Anni, Pupi, Winda, Yoni, dan
Sum.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
karya ini, without you none of this would be possible.
6. Almamater, UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK Novita Rose Diana. K3308046. PENGARUH METODE JIGSAW DISERTAI MEDIA LKS DAN POWER POINT PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU DARI KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh pembelajaran dengan metode Jigsaw disertai media LKS dan power point terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok, (2) prestasi belajar siswa pada pokok materi Hidrokarbon ditinjau dari kreativitas, (3) interaksi antara media pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon di kelas X semester genap SMAN I Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
Ponorogo semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian yaitu 2 kelas X SMAN I Ponorogo diambil dengan teknik cluster random sampling.
Data penelitian ini adalah prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Analisis data keadaan awal siswa dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan metode Liliefors yang digunakan untuk menguji keadaan distribusi sampel, uji homogenitas dengan metode Bartlet (Uji Chi Kuadrat), dan uji keseimbangan dengan uji t dua pihak. Uji keadaan awal siswa ini menggunakan data nilai mata pelajaran kimia semester gasal tahun ajaran 2011/ 2012. Uji hipotesis menggunakan uji analisis variansi (anava) dua jalan dengan sel tak sama.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) tidak terdapat pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw yang disertai media LKS dan metode pembelajaran Jigsaw yang disertai media power point terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Hidrokarbon pada aspek kognitif dan afektif, Fhitung 3,002 (kognitif) dan 2,382 (afektif) < Ftabel (4,004), (2) tidak terdapat pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa materi hidrokarbon pada aspek kognitif, , Fhitung , 0,049 < Ftabel, 4,004, sedangkan pada aspek afektif, kreativitas memberikan pengaruh terhadap prestasi, di mana Fhitung, 5,368 > Ftabel, 4,004, (3) tidak terdapat interaksi antara media LKS power point dengan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa materi hidrokarbon baik aspek kognitif, Fhitung (1,243) < Ftabel (4,004), .maupun afektif, Fhitung (0,204) < Ftabel (4,004).
Kata kunci: Metode jigsaw, kreativitas, LKS, power point, prestasi belajar siswa, hidrokarbon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Novita Rose Diana. K3308046. THE EFFECT OF JIGSAW METHOD ASSISTED WITH THE WORKSHEET AND POWER POINT IN THE CHEMISTRY LEARNING REVIEWED FROM THE CREATIVITY
MATTER OF HYDROCARBON GRADE X EVEN SEMESTER IN SMA N I PONOROGO ACADEMIC YEAR 2011/2012. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, October 2012.
The aims of this research were knowing: (1) the effect of Jigsaw method assisted with
creativity, (3) the interaction between the learning media and creativity toward the
even semester SMAN I Ponorogo.
students of grade X SMAN I Ponorogo even semester in academic year 2011/2012. The samples of the research were 2 classes that were taken by cluster random sampling technique.
using Liliefors method, homogeneity test by using Bartlet method (square chi test), and balance test by using two sides t test. Based on chemistry scores in odd semester. The hypothesis test used the two ways Analysis of Variance (ANOVA) with the non-equal cells.
The conclusions of this research werjigsaw learning method assisted with the worksheet and power point toward the
cognitive and affective aspects, Fobs 3,002 (cognitive) and 2,382 (affective) < Ftable (4,004
cognitive aspect, Fobs< Ftable, 0,049 < 4,004, while at the affective aspect, the creativity level affected the learning achievement, Fobs > Ftable, 5,368 > 4,004, (3)
evements in the subject matter of hydrocarbon at the cognitive, Fobs (1,243) < Ftable (4,004), and affective , Fobs (0,204) < Ftable (4,004) aspects.
achievement, hydrocarbon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, hidayah, dan
inayahNya membimbing diri dan hati ini untuk senantiasa istiqomah di jalanNya.
Power
Point pada Pembelajaran Kimia ditinjau dari Kreativitas terhadap Prestasi Belajar
Siswa Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap di SMA Negeri 1
pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan laporan ini tak lepas dari
bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, dengan penuh ketulusan
hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Sukarmin, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan penyusunan Skripsi.
3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Drs. Sugiharto, Apt. M.S., selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu
membimbing.
5. Prof. Dr. Ashadi, selaku dosen ketua penguji skripsi.
6. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku dosen sekretaris penguji skripsi.
7. Drs. J.S. Sukardjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
dari awal sampai akhir penyusunan Skripsi ini.
8. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dari awal sampai akhir penyusunan Skripsi ini.
9. Drs. Hastomo, selaku Kepala SMAN I Ponorogo yang telah mengijinkan
penulis untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Sudarsono, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia SMAN I Ponorogo yang
telah bersedia mendampingi dan selalu membimbing penulis selama
melakukan penelitian.
11. Bapak dan Ibu dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kimia yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.
12. Orang tua dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi
dan senantiasa berbagi suka duka.
13. Semua pihak yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diberikan
dengan balasan yang lebih baik
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar nantinya
dapat bermanfaat dalam memperluas khasanah ilmu pengetahuan.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9
1. Teori Belajar................................................................................ 9
2. Teori Belajar Kognitif ................................................................. 10
3. Pembelajaran Kooperatif ............................................................. 15
4. Metode pembelajaran Jigsaw ...................................................... 17
5. Media Pembelajaran .................................................................... 20
6. Lembar Kerja Siswa .................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
7. Microsoft Office Power Point ..................................................... 24
8. Perbandingan Media LKS dan Power Point ............................... 25
9. Kreativitas ................................................................................... 26
10. Prestasi Belajar ............................................................................ 28
11. Hidrokarbon ................................................................................ 30
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 38
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 38
D. Hipotesis ............................................................................................ 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43
1. Tempat Penelitian........................................................................ 43
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 43
B. Metode Penelitian.............................................................................. 43
1. Rancangan Penelitian .................................................................. 43
2. Langkah-Langkah Penelitian ...................................................... 44
C. Variabel Penelitian ............................................................................ 44
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 45
1. Populasi ....................................................................................... 45
2. Sampel ......................................................................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 45
1. Sumber Data ................................................................................ 45
2. Instrumen Penilaian ..................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 52
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................. 52
2. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 61
A. Deskripsi Data ................................................................................... 61
B. Pengambilan Sampel Penelitian ........................................................ 66
C. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................. 67
D. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................. 69
E. Pambahasan ....................................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................... 77
A. Kesimpulan ....................................................................................... 77
B. Implikasi ............................................................................................ 77
C. Saran .................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rumus Molekul, Rumus Sturktur, dan Nama Senyawa Alkana ...................... 33
2. Rumus Struktur dan Nama Alkana dengan Jumlah Atom C1 sampai C10 ..... 33
3. Rancangan Penelitian ....................................................................................... 43
4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ........................ 47
5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif .................... 47
6. Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif .48
7. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Instrumen Penilaian Kognitif..................... 49
8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif .......................... 51
9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kreativitas .................... 51
10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif ...................... 52
11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas ................ 52
12. Jumlah Siswa yang Mempunyai Daya Kreativitas Tinggi dan Rendah ........... 62
13. Data Distribusi Frekuensi Nilai Daya Kreativitas Siswa ................................. 62
14. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas
Eksperimen I dan II .......................................................................................... 64
15. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II ......................... 65
16. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa ................................. 66
17. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa ............................. 66
18. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif .......................................... 67
19. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif ............................................ 68
20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif ..................................... 69
21. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Kognitif ................................................... 69
22. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi
Kognitif ........................................................................................................... 70
23. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif ..................................................... 71
24. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi
Afektif .............................................................................................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ..................................................................... 26
2. Kedudukan Atom Karbon terhadap Atom Karbon Lain .................................. 31
3. Penggolongan Hidrokarbon Berdasarkan Bentuk Rantai ................................ 32
4. Histogram Nilai Daya Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen I dan II .............. 63
5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan II 64
6. Histogram Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I dan II .................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus .............................................................................................................. 82
2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eks. I ............................. 94
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eks. II ............................ 109
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) .............................................................................. 124
4. Handout Power Point ....................................................................................... 159
5. Kisi-Kisi Instrumen Kognitif ........................................................................... 171
6. Lembar Soal Kognitif ....................................................................................... 174
7. Kunci Jawaban Soal Kognitif .......................................................................... 184
8. Kisi-Kisi Angket Kreativitas Siswa ................................................................. 185
9. Angket Kreativitas Siswa ................................................................................. 186
10. Kunci Jawaban Instrumen Kreativitas ............................................................. 190
11. Kisi-Kisi Angket Aspek Afektif ...................................................................... 191
12. Lembar Angket Soal Afektif ............................................................................ 192
13. Kunci Jawaban Soal Afektif............................................................................. 196
14. Perhitungan Validitas Item Aspek Kognitif ..................................................... 197
15. Perhitungan Validitas Item Aspek Afektif ....................................................... 200
16. Perhitungan Validitas Item Aspek Kreativitas ................................................. 205
17. Data Indul Penelitian ........................................................................................ 210
18. Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Kelas Eks. I .......................................... 211
19. Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Kelas Eks. II ........................................ 212
20. Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Kelas Eks. I dan II ............................... 213
21. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eks. I ............................ 214
22. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eks. II ........................... 216
23. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eks. I dan II .................. 218
24. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Eks. I ............................. 220
25. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Eks. II ............................. 221
26. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Eks. I dan II .................... 222
27. Uji t-Matching .................................................................................................. 223
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
28. Uji Normalitas Keadaan Awal ........................................................................ 225
29. Uji Homogenitas Keadaan Awal ...................................................................... 227
30. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eks. I ..................................... 228
31. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eks. II.................................... 229
32. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas Tinggi................. 230
33. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas Rendah ............... 231
34. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Tinggi Kelas Eks. I ...... 232
35. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah Kelas Eks. I .... 233
36. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Tinggi Kelas Eks. II .... 234
37. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas rendah Kelas Eks. II .... 235
38. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kelas Eks. I ....................................... 236
39. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kelas Eks. II...................................... 237
40. Uji Normalitas Prestasi Afektif Siswa Kreativitas Tinggi ............................... 238
41. Uji Normalitas Prestasi Afektif Siswa Kreativitas Rendah .............................. 239
42. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Tinggi Kelas Eks. I ........ 240
43. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Rendah Kelas Eks. I ...... 241
44. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Tinggi Kelas Eks. II ...... 242
45. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Rendah Kelas Eks. I ...... 243
46. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif ditinjau dari Media Pembelajaran 244
47. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif ditinjau Kreativitas ...................... 245
48. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif Antar Sel...................................... 246
49. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari Media Pembelajaran . 248
50. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari Kreativitas ................. 249
51. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ditinjau Antar Sel .......................... 250
52. ANAVA dengan Sel Tak Sama Prestasi Belajar Kognitif ............................... 252
53. ANAVA dengan Sel Tak Sama Prestasi Belajar Kognitif ............................... 256
54. Foto Kegiatan Penelitian .........................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kualitas pendidikan adalah
bagaimana sistem pendidikan tersebut dikelola oleh bangsa itu sendiri. Apalagi
dalam persaingan global yang serba informasi, akan semakin terlihat bagaimana
paradigma pendidikan diterapkan dalam suatu bangsa tertentu sehingga secara
global kualitas pendidikan akan bisa diamati. Apabila dirunut tentang bagaimana
pentingnya kualitas pendidikan di mata dunia, kita akan menemui semacam pola
yang titik pangkalnya adalah dasar pendidikan seseorang. Melihat fenomena
tersebut, sudah selayaknya bangsa kita yang dalam masa pembangunan nasional
ini meningkatkan mutu bangsa dalam semua sektor khususnya pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari berbagai upaya perbaikan
salah satunya pembaharuan kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa
dalam memaksimalkan proses belajar mengajar, sehingga dihasilkan manusia
yang cerdas, mandiri dan berdaya saing. Dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Mengenai hal ini, seorang peneliti berpendapat,
perkembangan, kebutuhan dan kepentin
(Muslich, M., 2008: hlm. 10).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip semata, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery,
inquiry). Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu
cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju adalah kimia.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kimia adalah
salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Kimia merupakan salah
satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang
berdasarkan fakta, hasil pemikiran, dan produk hasil penelitian yang dilakukan
para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan ilmu kimia diarahkan pada
produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya
bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kimia diperlukan dalam
kehidupan sehari hari, namun tidak sedikit orang yang menganggap kimia
sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan kimia erat hubungannya
dengan ide ide atau konsep konsep abstrak yang membutuhkan penalaran ilmiah,
sehingga belajar kimia merupakan kegiatan mental yang membutuhkan penalaran
tinggi.
Melihat kenyataan ini, penting kiranya bagi kita untuk memikirkan ide-
ide pembelajaran yang inovatif yang sekiranya bisa membantu siswa merasakan
kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Dalam proses belajar mengajar permasalahan bisa berasal dari guru dan
juga dari siswa. Permasalahan dari guru di antaranya dalam penyajian materi
pelajaran kimia sebagian besar masih menggunakan metode monoton dan kurang
inovatif yang menyebabkan kurangnya diskusi antar siswa sehingga terkadang
membosankan bagi siswa. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru, maka seorang guru harus
memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya sedemikian
rupa sehingga mampu mengeksplorasi keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar. Sementara itu permasalahan dari siswa terletak pada kecenderungan
siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kebanyakan siswa menganggap
mata pelajaran kimia sulit. Persepsi inilah yang menyebabkan siswa cenderung
malas untuk mempelajari kimia karena materinya dianggap membosankan,
terlebih mereka tidak memahami bagaimana pentingnya peranan pelajaran kimia
dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Materi pokok hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang
membutuhkan kemampuan berkreativitas yang tinggi dan merupakan salah satu
dasar dari mempelajari ilmu kimia. Hal ini disebabkan materi ini memuat hal-hal
yang sifatnya mendasar dalam ilmu kimia. Seperti bagaimana menuliskan rumus
kimia dan bagaimana memberi nama pada senyawa kimia.
Selain itu siswa kerap mengalami kesulitan dalam penentuan struktur
maupun nama kimia dari suatu senyawa. Materi hidrokarbon juga memberikan
pengetahuan tentang nama-nama trivial (nama dagang) senyawa-senyawa kimia,
yaitu nama-nama senyawa yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga materi ini sedikit banyak dapat memberikan manfaat pada masyarakat.
SMA N 1 Ponorogo merupakan salah satu sekolah yang telah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah ini juga
telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sarana dan
prasarana yang disediakan pihak sekolah telah mengarah pada peningkatan
ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran serta penyediaaan media bagi
guru untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Misalnya, sekolah telah
menyediakan LCD sebagai sarana penunjang proses pembelajaran, serta
penyediaan alat-alat laboratorium yang cukup memadai, akan tetapi
penggunaannya masih sangat belum optimal. Pembelajaran dengan metode dan
media yang monoton dan kurang inovatif tetap lebih sering mendominasi.
Pembelajaran pokok bahasan hidrokarbon selama ini masih didominasi
dengan pemberian rumus rumus dan contoh penyelesaian soal, tetapi masih
kurang melibatkan siswa untuk ikut serta dalam membangun pemahaman,
akibatnya siswa kurang terlatih untuk bekerja kelompok dalam menyelesaikan
permasalahan dalam materi hidrokarbon. Salah satu upaya yang dapat ditempuh
oleh guru dalam rangka menginovasi kegiatan belajar mengajar adalah dengan
jalan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan namun tetap
berorientasi pada ketepatan materi dan tujuan dari pembelajaran. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan memperbaharui model pembelajaran, contohnya dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif. Mengenai hal ini, seorang peneliti
menyatakan:
Ada beberapa alasan digunakannya model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah di bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, R.E., 2010: 4).
Menurut enggunaan setiap metode pembelajaran haruslah
sebagai upaya untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
dengan cara cara yang tepat sehingga memberi kemudahan peserta didik dalam
belajarnya Situmorang, R., Suparman, A., dan Susilana, R., 2005: 6.18).
Materi pokok hidrokarbon membutuhkan pemahaman konsep,
kemampuan mengingat, dan kreativitas. Oleh karena itu diharapkan dengan model
pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa berdiskusi dan bertukar
pikiran dengan teman-temannya dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap
materi tersebut. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sudah sangat
dikenal di Indonesia adalah metode Jigsaw. Trianto (2007) dalam bukunya
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot
Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan
teman-
Jigsaw learning pada hakikatnya adalah metode pembelajaran kooperatif
yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Tujuan metode
Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan
penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa
apabila siswa mempelajari materi secara individual. Penggunaan metode ini
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia
khususnya materi pokok hidrokarbon.
Teaching Chemical Equilibrium with
the Jigsaw Technique , disebutkan oleh K. Doymus dari Kazim Karabekir
Education Faculty Ataturk University di Turki, bahwa hasil yang diperoleh dari
kelompok Jigsaw lebih berhasil dibandingkan yang dilakukan oleh kelompok non-
Jigsaw (metode pembelajaran individu). Selain itu, penelitian yang lain oleh
Kazim Karabekir Education Faculty Erzurum, Ataturk
University di Turki, dalam jurnaln The Effect of Jigsaw Technique on Learning
the Concepts of the Principles and Methods of teaching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menyebutkan hasil yang sama. Berdasarkan itulah, maka penelitian ini mencoba
menerapkan metode Jigsaw dalam pembelajaran kimia di SMA.
Satu hal yang tidak bisa terlepas dari proses belajar mengajar yaitu
ketersediaan media pembelajaran. Media pembelajaran diartikan sebagai semua
benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan
fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana.
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sedangkan sarana merupakan
media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan
kegiatan belajar mengaja
Materi pokok hidrokarbon mencakup penamaan senyawa, rumus
molekul, rumus struktur, reaksi, dan karakterisasi suatu senyawa. Sehingga dalam
penyelesaian soal pada materi ini diperlukan aspek kreativitas yang tinggi. Seperti
dikatakan oleh Stenberg (2001) bahwa kreativitas memiliki definisi yang berbeda-
beda. Namun, secara umum kreativitas meningkatkan kemampuan seseorang
untuk menghasilkan suatu hal yang tidak hanya baik secara kualitas tapi juga baru
(Karkockiene, D., 2005: 52).
Dalam suatu
(enam) hal berikut ini:
1. Pengetahuan, yaitu ingin menemukan hal-hal baru, tidak sekedar
mengikuti yang sudah ada.
2. Kemampuan intelektual, yaitu mengahasilkan, mengevaluasi, dan
melaksanakan gagasan
3. Cara berpikir, yaitu cara berpikir dengan gaya yang baru atas
kemauan sendiri
4. Motivasi, yaitu melakukan perubahan, melakukan kesenangan
5. Kepribadian, yaitu bagaimana menentukan cara dan ketekunan dalam
menghadapi rintangan
6. Lingkungan, adalah orang yang mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Di SMA Negeri I Ponorogo, media pembelajaran elektronik seperti
komputer, layar, dan projector memang sudah disediakan. Namun, selama ini
penggunaannya belum optimal. Media pembelajaran seperti buku pegangan masih
lebih sering dominan. Karena itu dilakukan penelitian tentang pengaruh
penggunaan media power point dibandingkan dengan LKS.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya
penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw
disertai media LKS dan power point pada materi pokok hidrokarbon ditinjau dari
aspek kreativitas siswa pada semester genap di SMA N 1 Ponorogo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Materi pokok hidrokarbon merupakan materi yang penting
penggunaannya dalam proses pembelajaran kimia di sekolah maupun
untuk kehidupan sehari-hari.
2. Penerapan metode dalam proses pembelajaran kimia di sekolah belum
optimal.
3. Pembelajaran masih sangat berpusat pada guru.
4. Penggunaan media yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan dan
memungkinkan siswa untuk memahami isi materi dengan lebih mudah
sangat penting.
5. Perlunya kemampuan siswa dalam berkreativitas untuk menunjang
penguasaan materi hidrokarbon belum mendapatkan perhatian dari guru.
6. Siswa belum diikutsertakan dalam proses pembangunan pemahaman
pada pembelajaran materi pokok hidrokarbon.
7. Siswa jarang melakukan diskusi dalam upaya pemahaman materi
pelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini memiliki arah
dan terfokus maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1
Ponorogo tahun pelajaran 2011/2012.
2. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi kognitif dan afektif.
3. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah hidrokarbon.
4. Media belajar yang digunakan adalah LKS untuk kelas eksperimen I dan
power point untuk kelas eksperimen II.
5. Metode yang digunakan untuk kedua kelas eksperimen adalah Jigsaw.
6. Dalam penelitian ini, aspek yang ditinjau adalah kreativitas siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode Jigsaw
dengan media LKS dan pembelajaran kimia menggunakan metode
Jigsaw dengan media power point terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok hidrokarbon di kelas X semester genap SMAN I
Ponorogo?
2. Apakah ada pengaruh dari kreativitas terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok hidrokarbon di kelas X semester genap SMAN I
Ponorogo?
3. Apakah terdapat interaksi antara media belajar dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon di kelas X
semester genap SMAN I Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh pembelajaran dengan metode Jigsaw dengan menggunakan
media LKS dan media power point terhadap prestasi belajar siswa pada
materi pokok hidrokarbon di kelas X semester genap SMAN I Ponorogo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Prestasi belajar siswa pada pokok materi hidrokarbon ditinjau dari
kreativitas siswa di kelas X semester genap SMAN I Ponorogo.
3. Interaksi antara media belajar dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon di kelas X semester genap
SMAN I Ponorogo
.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan informasi tentang pencapaian prestasi belajar siswa
yang diperoleh melalui pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw
disertai media LKS dan media power point.
b. Menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran kimia
khususnya metode Jigsaw.
c. Memberikan informasi tentang pengaruh kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
d. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
mendukung teori-teori yang telah ada yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan masukan kepada guru dalam memilih metode dan
media pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan
memudahkan pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon sehingga
prestasi belajar siswa maksimal dan siswa dapat memahami konsep
dengan benar.
b. Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang
diharapkan lebih memberikan efektivitas pembelajaran terutama
dalam penerapan KTSP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Belajar
Teori belajar merupakan teori yang menyangkut apa dan bagaimana
proses pembelajaran berlangsung. Seperti disebutkan oleh peneliti, bahwa:
Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari proses belajar, yaitu sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Siregar, E. dan Nara, H., 2010: 3). Para ahli, dalam beberapa bukunya memaparkan perspektif mereka
tentang kegiatan belajar. Dalam The Guidance of Learning Activities, Burton,
W.H. mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada
diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (1984).
Sementara Hilgard, E.R. dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan (1953).
Menurut Gagne, untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan
kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal (1997). Kondisi
internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu.
Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru yang
ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang
dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Sebagai hasil belajar (learning
outcomes), Gagne, menyatakan dalam lima kelompok, yaitu intelectual skill,
cognitive strategy, verbal information, motor skill, and attitude.
Dari sini bisa dikatakan bahwa seseorang dikatakan telah belajar kalau
sudah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Mengenai hal ini, peneliti
an tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Nara, H., 2010: 5)
2. Teori Belajar Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu dari cabang ilmu psikologi yang
berkembang sangat cepat, dan ini merupakan salah satu bidang yang menawarkan
psikologi kognitif menyusun pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif dan
mengusulkan bahwa mengajar mencakup pemfasilitasan terhadap pemrosesan
mengatakan
bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya,
melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor faktor internal itu
berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan
dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar, hal ini berarti aktivitas belajar manusia ditentukan
pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif
melalui tahap-tahap tertentu.
b. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat
belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
konkrit.
c. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat
dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
d. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki si belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
f. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar
menghafal.
g. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa.
Teori belajar kognitif terdiri dari beberapa tipe. Berikut ini beberapa teori
belajar aliran kognitif, antara lain:
a. Teori Konstruktivistik
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat :
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya (Budiningsih, A., 2005: 57-58). Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari
konstruktivisme adalah bahwa siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar
sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses
alamiah ini. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun
lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melalui interaksinya dengan
obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan
lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan
tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dalam
pembahasan proses belajar konstruktivis, disebutkan bahwa:
Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional (Dahar, R.W., 1989: 160).
b. Teori Piaget
Menurut simpulan Piaget (1972) bahwa pengetahuan fisik dan
pengetahuan logika matematika tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran
guru ke pikiran siswa (Dahar, R.W., 1989: 159-160). Setiap siswa harus
membangun sendiri pengetahuan itu, pengetahuan-pengetahuan itu harus
dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui operasi operasi, dan salah satu cara untuk
membangun operasi ialah dengan ekuilibrasi.
Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori
perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkret ke abstrak. Dikatakan oleh
Piaget, bahwa proses adaptasi dapat berlangsung bila seseorang telah
menyesuaikan skema dan merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi
(1972). Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi adalah
proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang
diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut
dengan equilibrium.
Hal ini berarti bahwa dalam mengkontruksi pengetahuan, siswa secara
terus-menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru yang
diperolehnya. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran
kooperatif adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas tugas
secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
satu syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan
perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang
masalah masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing masing. Guru
membimbing kelompok kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat
mereka mengerjakan tugas. Ada kalanya guru menganjurkan para siswa untuk
membandingkan beberapa gagasan atau juga membagi kelompok kelompok
untuk memecahkan masalah tertentu. Banyaknya perbedaan pendapat itu esensial
untuk mengkonstruksi pengetahuan.
c. Teori Vygotsky
Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran,
yaitu:
1) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the
sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky
menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam
proses pembelajaran.
2) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam
proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa
yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal
development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara
tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat
perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak
jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih
dewasa atau lebih berkompeten.
3) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses
dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan
memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli.
Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman
sebaya yang telah menguasai permasalahannya.
4) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan
satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial
Vygotsky. Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan
kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori
Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan
pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam
pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar.
d. Teori Belajar Motivasi
(Slavin, 2008: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif
menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa
meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh
karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang
lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan
tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok
berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu)
menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota
kelompok akan memberi atau menahan social reinforcers (seperti dorongan dan
pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok.
e. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip
dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori Belajar Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan.
3. Pembelajaran Kooperatif
Dijelaskan oleh Nurhadi (2004), bahwa:
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. (hlm: 112).
kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah yang
273).
Metode-metode yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
a. Metode STAD
b.Metode JIGSAW
c. Metode GI (Group Investigation)
d.Metode Struktural
e. Metode TAI
f. Metode SEM
g.Metode Think Talk Write (TTW)
(Nurhadi, 2004: 116).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 2-5 orang untuk
-8).
Menurut Nurhadi (2004) ada beberapa alasan perlu dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
c. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
d. Meningkatkan rasa saling percaya pada sesama manusia.
e. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, dan agama (hlm. 116)
Model pembelajaran kooperatif ditandai oleh struktur tugas, tujuan dan
reward yang kooperatif. Siswa dalam situasi pembelajran kooperatif ini didorong
dan dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan
mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.
Terdapat enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pelajaran yang
menggunakan model cooperative learning adalah:
a. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Pada fase kedua diikuti oleh presentasi informasi, biasanya dalam
bentuk teks lebih disukai daripada bentuk ceramah.
c. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.
d. Dalam langkah berikutnya, siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-
sama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen.
e. Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang sudah
dipelajari siswa, dan memberi pengakuan pada usaha kelompok
maupun individu. (Arend, 2001: 24)
Adeyemi (2008), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki unsur-unsur pokok yang diperlukan untuk meyakinkan para siswa agar
bekerja sama ketika mereka dalam kelompok. Unsur-unsur pokok tersebut antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a. Setiap anggota kelompok harus merasa sebagai bagian dalam tim dan
bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama.
b. Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang
mereka selesaikan adalah masalah bersama dan keberhasilan maupun
kegagalan kelompok akan dirasakan oleh semua anggota dalam
kelompok.
c. Untuk mencapai tujuan bersama, seluruh siswa harus berpartisipasai
dalam diskusi.
d. Harus diyakinkan pada seluruh siswa bahwa kerja individual setiap
anggota kelompok akan menentukan keberhasilan kelompoknya (hlm.
697).
4. Metode Pembelajaran Jigsaw
Metode Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
menghargai semua kemampuan siswa. Pemikiran dasar dari Jigsaw adalah
pemberian kesempatan bagi siswa untuk berbagi dengan siswa yang lain dalam
bentuk mengajar dan diajar oleh sesama siswa.
Dalam metode Jigsaw mula-mula siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen. Setiap siswa dalam satu kelompok akan
menerima bagian materi pelajaran yang berbeda. Setiap siswa dalam satu
kelompok bertanggung jawab terhadap penguasaan bagian materi yang menjadi
tugasnya. Masing-masing siswa pada masing-masing kelompok yang
mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok sendiri yang disebut
kelompok ahli (expert group). Dalam kelompok ini mereka saling belajar
bersama, saling bertukar pikiran dan saling membantu untuk mempelajari materi
yang sama tersebut. Kemudian setiap siswa kembali ke kelompok asal mereka
(home group) dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan di
dalam kelompok-kelompok ahlinya kepada anggota kelompok asal mereka.
Dalam kelompok asal ini siswa akan mendengarkan secara teliti apa yang
diterangkan oleh teman kelompoknya, mereka termotivasi untuk saling belajar.
Proses ini akan menguntungkan karena dalam pelaksanaan metode Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
memberikan penekanan pada peranan masing-masing siswa, bekerja sama, saling
bertukar pengetahuan, dan adanya saling ketergantungan positif diantara siswa
karena masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan bagian materi atau
tugas yang berlainan satu sama lain. Selanjutnya siswa menyiapkan diri untuk tes
individu.
Jadi, inti dari Jigsaw adalah kegiatan diskusi. Secara umum kegiatan diskusi mempunyai beberapa kelebihan, yakni:
a. Menyadarkan siswa bahwa ada masalah yang dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu jawaban.
b. Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif dapat diperoleh sustu
keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan siswa suka mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan
bersikap toleran.
d. Menimbulkan kesanggupan pada siswa untuk merumuskan
pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima
oleh orang lain (Roestiyah, 1982: 51).
Selama pelaksanaan metode Jigsaw guru memantau kerja kelompok-
kelompok kecil untuk mengetahui bahwa kegiatan berlangsung dengan lancar.
Dalam metode ini guru juga tidak banyak menjelaskan materi kepada siswa
sebagaimana yang terjadi dalam proses belajar mengajar metode konvensional.
Guru hanya perlu menyiapkan garis besar materi dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang akan menjadi petunjuk atau kerangka diskusi bagi kelompok ahli
agar diskusi dapat terfokus. Disamping itu, guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Dari uraian di atas, dapat dilihat kelebihan metode Jigsaw, yaitu:
a. Memacu siswa berpikir kritis.
b. Memaksa siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat
menjelaskan kepada siswa lain, ini akan membantu siswa
mengembangkan kemampuan sosialnya.
c. Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif.
d. Jigsaw dapat digunakan bersama dengan strategi belajar yang lain
e. Jigsaw efektif, bahkan bila hanya dilakukan satu jam per hari
f. Jigsaw mudah dilakukan
Disamping kelebihan diatas, dalam pelaksanaan metode Jigsaw juga
ditemui beberapa masalah. Masalah dalam penggunaan metode Jigsaw dan
pemecahannya yakni:
a. Masalah Siswa yang Dominan
Siswa dalam kelas Jigsaw mendapatkan giliran untuk menjadi pemimpin
diskusi. Setiap siswa mengemban tugasnya masing-masing bagi kepentingan
kelompoknya. Dengan begitu mereka akan menyadari bahwa kerja kelompok
akan lebih efektif bila setiap siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
materinya. Hal ini akan meningkatkan ketertarikan pada kelompok dan
mengurangi dominasi.
b. Masalah Siswa yang Lambat
Sebelum siswa menampilkan hasil diskusinya dalam kelompok, siswa
terlebih dahulu berdiskusi dengan kelompok ahlinya yang terdiri dari siswa yang
hendak mempersiapkan permasalahan yang sama. Setiap siswa akan mendapat
kesempatan untuk mendiskusikan laporan dan memodifikasinya berdasarkan saran
dari kelompok ahlinya. Guru dapat memastikan bahwa apa yang mereka peroleh
dari diskusi ini tepat. Biasanya kelompok dapat mengatasi masalahnya sendiri
sehingga guru tidak diperlukan untuk memantau lebih sedikit.
c. Masalah Siswa yang Bosan
Kebosanan merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui
dalam proses belajar mengajar. Penelitian menunjukkan bahwa kebosanan dapat
dikurangi dengan metode Jigsaw. Metode ini menguatkan rasa suka siswa
terhadap sekolah baik siswa pandai maupun lambat. Siswa yang pandai akan
mendapat giliran untuk memposisikan diri mereka menjadi pengajar. Sedangkan
siswa yang lambat akan lebih terbantu dengan penerapan metode ini, karena
dalam pelaksanaannya mereka dituntut untuk aktif. Hal ini akan memicu mereka
untuk lebih giat belajar dan akhirnya mengurangi rasa bosan mereka.
Metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang fleksibel. Dikatakan fleksibel karena metode ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dimodifikasi dengan metode pembelajaran lain apabila diperlukan. Selain itu
penggunaan media penunjang dalam penerapan metode ini juga sangat beragam.
5. Media Pembelajaran
Media belajar merupakan komponen bantu belajar yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar dengan dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu
mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa.
sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media. Sedangkan media belajar
yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mandiri, disebut
independent media
Menurut Romiszowski, media merupakan komponen yang berfungsi
sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa
orang atau benda) kepada penerima pesan (1981). Dalam proses belajar mengajar
penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan
siswa melalui indera mereka. Wibawa, B. dan Mukti, F. (2001) menyatakan
bahwa siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk
menerima informasi. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan
kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih
lengkap.
berfungsi dan digunakan un
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa media adalah pembawa pesan dari
sumber pesan kepada penerima, dalam hal ini sumber pesan adalah pendidik dan
si penerima pesan adalah siswa, dan pesan yang ingin disampaikan merupakan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Menurut Wibawa, B. (2001) media memiliki beberapa fungsi dalam proses belajar-mengajar di antaranya yaitu :
a. Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan
cermat oleh mata biasa.
b. Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat
oleh mata telanjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Media dapat memperkecil objek-objek besar yang tidak dapat
dihadirkan secara langsung dalam proses pembelajaran.
d. Media dapat menyederhanakan objek yang terlalu kompleks.
e. Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh
(hlm. 14-20).
Penggunaan suatu media pengajaran tidak boleh asal suka. Media harus
disesuaikan dengan kebutuhan materi yang akan dipelajari, apakah media tersebut efektif dan bisa mencakup semua materi atau tidak. Pemilihan media pengajaran harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Kesesuaian media pengajaran dengan tujuan yang ingin dicapai b. Kesesuaian karakteristik media dengan karakteristik pelajaran c. Kecanggihan media pengajaran dibandingkan tingkat
perkembangan siswa d. Kesesuaian media pengajaran dengan minat, kemampuan, dan
wawasan siswa e. Kesesuaian karakteristik media dengan latar belakang sosial
budaya f. Kemudahan memperoleh dan menggunakan media pengajaran di
sekolah g. Kualitas teknisi media pengajaran yang membuat pelajaran yang
disajikan menjadi lebih mudah dicerna oleh siswa.
6. Lembar Kerja Siswa (LKS)
dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah
(lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga
memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Lembar kerja
siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang cukup penting
dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta
mengembangkan konsep. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi
yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas
siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa
akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi
yang diberikan. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat
mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pendapat diatas dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah
lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa
agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau
mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut tim instruktur PKG, tujuan
Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain: 1) Sebagai alternatif guru untuk
mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu. 2) Dapat
mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar. 3) Dapat
mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat
menggunakan alat bantu secara bergantian(Sudiati: 2003).
Mengenai tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Azhar (1993) mengatakan
bahwa:
LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan (hlm. 78). Menurut tim instruktur PKG, tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara
lain: 1) Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. 2)
Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih
sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari
LKS tersebut (Sudiati, 2003).
LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. LKS biasanya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan soal
atau tugas. Tugas atau soal yang tertuang dalam dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapai dengan lembar kegiatan tersebut. Soal-soal
dalam lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh siswa dengan baik apabila
tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi
tersebut. Soal dalam LKS dapat berupa soal-soal pilihan ganda, uraian obyektif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
maupun isian singkat. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang
dibuat sendiri oleh guru dengan mengacu pada materi hidrokarbon.
Menurut Yigit & Akdeniz (2000), LKS (Work Sheet) merupakan suatu
alat yang dapat membuat siswa lebih aktif dan melibatkan seluruh siswa dalam
proses pembelajaran (Ozmen & Yildirim, 2005:10).
Tujuan dan manfaat menggunakan media belajar LKS adalah:
a. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
c. Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan
ketrampilan proses.
d. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran.
e. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara
sistematis.
LKS adalah materi pembelajaran yang dikemas secara terintegrasi
sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Menurut Tarigan, D. (1990), embar kerja dapat digunakan dalam membahas
sesuatu pokok bahasan
Berdasarkan pengertian LKS yang telah disebutkan, maka dapat
disimpulkan bahwa LKS adalah suatu lembar kegiatan yang berisi petunjuk atau
arahan dari guru kepada siswa agar dapat melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. LKS mempunyai peran yang cukup
penting dalam mengefektifkan proses belajar mengajar dan diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami konsep materi pelajaran secara mandiri.
Ciri-ciri dari LKS adalah sebagai berikut:
a. LKS diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
b. Sumber penyusunan LKS dari buku paket dan referensi
c. LKS disusun berdasarkan garis-garis besar program pengajaran
d. Jawaban dari pertanyaan untuk LKS berupa isian singkat
e. Disusun oleh gurunya sendiri
Menurut Tarigan, D. (1990), apabila guru menggunakan lembar
kerja sebagai sarana, maka lembar kerja harus dipersiapkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sebaik-baiknya. Suatu lembar kerja haruslah memenuhi persyaratan
diantaranya:
a. Susunannya sistematis
b. Terarah pada pencapaian tujuan instruksional
c. Tegas, jelas, mudah dipahami siswa
d. Mengembangkan kreativitas siswa
e. Produknya dapat dinilai (hlm. 47).
7. Microsoft Office Power Point
upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
peranan sebagai alat bantu pembelajaran. Pembelajaran berbasis multimedia
(teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) dapat menyajikan
materi pelajaran yang lebih menarik,
tidak monoton dan memudahkan penyampaian. Salah satu perangkat lunak yang
biasa dipakai dalam penyampaian materi pelajaran adalah Microsoft Power Point,
namun perangkat lunak ini tidak bisa menyajikan materi secara interaktif,
sehingga sebagian besar aktifitas masih dilakukan oleh guru/pengajar.
Microsoft Office Power
Point adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft Office.
Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang khusus
Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi
dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point merupakan
program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Microsoft Office
Power Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untu
menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.
8. Perbandingan Media Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Power Point (PPT)
Untuk membandingkan pengaruh media dalam suatu penelitian, harus
dipertimbangkan kesepadanan media-media yang akan dibandingkan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
untuk mengetahui media apa yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap
prestasi belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh dua media
terhadap prestasi belajar siswa. Kedua media tersebut yaitu Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan Power Point (PPT). Kedua media ini sepadan karena dapat memuat
seluruh konsep materi yang akan disampaikan dalam penelitian. Secara visual,
kedua media ini dapat dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki daya tarik
yang seimbang. Sedangkan perbedaan dari kedua media ini adalah bahwa media
LKS merupakan media cetak, hanya berupa tampilan visual, sedangkan PPT
merupakan media audio-visual, yaitu dapat memuat gambar maupun suara.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari
hal yang bersifat konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan konsep
konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, salah
seorang ahli pendidikan, Edgar Dale membuat jenjang konkret-abstrak dengan
dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju
siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat
terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai
pengamat yang disajikan dengan simbol (Santyasa, I.W, 2007: 8). Jenjang
konkret-abstrak ini ditujukan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman
(cone of experiment), seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Apabila dilihat dari kerucut pengalaman di atas, penggunaan media LKS
dalam penelitian ini dapat dikatakan lebih menekankan pada ranah simbolis, yaitu
simbol verbal dan visual. Sedangkan media PPT selain berupa simbol verbal dan
visual, juga dapat menampilkan rekaman (recordings), dan film (motion pictures).
Hal ini berkenaan dengan subjek penelitian yaitu siswa SMA.
9. Kreativitas
Sesuai dengan pendapat Fabun, D. (1969), kreativitas adalah semua
cetusan daya kerohanian dan seluruh kepribadian, yang merupakan pernyataan
(aktualisasi) kehidupan, baik yang berasal dari seseorang maupun dari
sekelompok orang (Chandra, J., 1994: 12). Seorang pemikir lain, Stoddard, G.D.
(1959), dalam bukunya Creativity in Education
berarti menjadi tidak dapat diterka atau diramalkan sebelumnya (unpredictable
Kreativitas, apabila dihubungkan dengan fungsi kerja otak, lebih
cenderung memaksimalkan penggunaaan otak kanan. Otak manusia terdiri dari
belahan kiri dan kanan yang lebih dikenal dengan sebutan otak kiri dan otak
kanan. Dominansi otak manusia berbeda-beda, ada manusia yang dominan otak
kiri, ada pula yang dominan otak kanan.
Otak kiri bertanggung jawab terhadap kemampuan verbal dan matematis seperti berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Proses berpikirnya bersifat logis, sistematis, dan analisis. Sedangkan otak kanan bertanggung jawab terhadap kemampuan mengasosiasikan irama, musik, imajinasi, emosi, warna, gambar, dan diagram. Cara berpikirnya bersifat kreatif, tidak teratur, dan menyeluruh (Nurjanah, N., 2007: 48). Segi kreatif dari kehidupan kita harus juga dilihat dari tindakan-tindakan
langsung yang terjadi, bukan hanya dari perhitungan, perkiraan, atau skenario
yang mungkin telah digariskan oleh kelompok pemikir atau pelaksana tertentu.
Jadi, kreatif tidak hanya terbatas pada alam pemikiran atau alam gagasan saja.
Kreativitas adalah dinamika yang membawa perubahan yang berarti, entah dalam
dunia kebendaan, dunia ide, dunia seni, atau struktur sosial.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru
dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
lainnya. Kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Kita menghadapi macam-
macam tantangan, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, politik
maupun dalam bidang social budaya. Kemajuan teknologi yang meningkat
menuntut kita untuk beradaptasi secara kreatif dan mencari pemecahan yang
imajinatif. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan ketrampilan tinggi
yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kemauan kerja sama yang
efektif.
Dalam penelitian ini, salah satu aspek yang diukur adalah kreativitas
siswa. Pengukuran kreativitas siswa ini menggunakan metode angket. Angket
kreativitas dibuat berdasarkan kisi-kisi yang meliputi komponen dan indikator.
Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu pada tahun 2001,
ranah kognitif dibagi sebagai berikut: mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), menciptakan
(kreativitas) (C6). Perbedaan mendasar antara aspek kreativitas yang diukur
dalamp penelitian ini dan kreativitas dalam ranah taksonomi Bloom tersebut
adalah bahwa kreativitas dalam ranah kognitif Bloom lebih menekankan pada ide
penciptaan suatu produk yang berkaitan dengan materi pokok pelajaran, contoh
kata kerja operasional dalam kreativitas Bloom ini adalah: mengabstraksi,
mengatur, menganimasi, mengkombinasikan, menanggulangi, memproduksi, dll.
Hal ini untuk mengukur seberapa tinggi kreativitas siswa yang dituangkan dalam
ide nyata. Sedangkan angket kreativitas yang digunakan untuk mengukur aspek
kreativitas siswa dalam penelitian ini memiliki komponen sebagai berikut: rasa
ingin tahu, imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko,
dan menghargai. Aspek kreativitas di sini berfungsi untuk mengukur tinggi
rendahnya kreativitas siswa berdasarkan sifat-sifat alami siswa. Bisa dikatakan
bahwa kreativitas menurut taksonomi Bloom merupakan hasil belajar, sedangkan
aspek kreativitas dalam penelitian ini adalah sifat atau karakter yang ada dalam
diri siswa yang dapat mendukung hasil belajar siswa.
10. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Poerwadarminta, W.J.S.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya) (1993). Sedangkan menurut Qohar dalam Jamarah, prestasi
merupakan hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan keuletan (Muhammad, N., 2008).
lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik, setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu.
Disebutkan oleh seorang peneliti bahwa ada dua hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a. Faktor dari luar individu, yaitu faktor lingkungan dan faktor
instrumental. Misalnya guru, sarana dan prasarana, kondisi
pembelajaran, kebijaksanaan penilaian, kurikulum yang diterapkan, dan
lingkungan sosial siswa.
b. Faktor dari dalam individu, yaitu faktor fisiologis dan psikologis,
misalnya kemampuan yang dimiliki siswa, sikap, minat, kreativitas,
motivasi, perhatian, dan kebebasan belajar (Purwanto, N., 1996: 33).
Dalam pembelajaran KTSP sistem penilaian ditinjau dari tiga aspek
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Aspek Kognitif
Menurut Arifin, M., aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses ilmiah meliputi pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi (1995: 32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Untuk aspek pengetahuan, evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis
maupun tes lisan yang relevan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
dalam materi pokok tersebut. Tujuan aspek kognitif berkaitan dengan perubahan
tingkah laku dari berbagai proses mental.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif menurut Bloom (1973) meliputi tujuan pendidikan yang
berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan penghargaan dan
penyesuaian diri. Penilaian ranah afektif dibagi dalam lima jenjang yaitu
penerimaan (receiving), pemberian respon (responding), pemberian nilai atau
penghargaan (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi
(characterization) (Situmorang, R. dkk, 2005: 2.23).
c. Aspek Psikomotor
Aspek ini berhubungan dengan keterampilan otot, termasuk gerakan,
cara-cara memanipulasikan objek atau tindakan yang memerlukan
pengkoordinasian otot. Misalnya menulis, berlari, menimbang, mengukur,
memasang rangkaian alat, dan sebagainya. Evaluasi dari aspek psikomotor yang
dimiliki siswa, bertujuan mengukur sejauh mana praktikan dapat menguasai
teknik praktikum yang meliputi: Penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data,
kalsifikasi data, meramalkan dan membuat kesimpulan. Penguasaan terhadap
aspek psikomotor ini dapat diukur melalui tes unjuk kerja yang dilakukan
praktikan, yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja.
11. Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan materi pokok bidang studi kimia yang diberikan
kepada siswa SMA kelas X semester genap. Standar Kompetensi materi pokok ini
adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan
senyawa makromolekul.
a. Identifikasi Unsur-Unsur dalam Senyawa Karbon
Para ahli kimia membagi senyawa-senyawa menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Senyawa organik, yaitu senyawa yang berasal dari makhluk
hidup (organisme).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Senyawa anorganik, yaitu senyawa yang berasal dari benda
mati, seperti kulit bumi dan udara.
Senyawa organik juga disebut senyawa karbon karena pada awal
perkembangannya senyawa-senyawa yang berasal dari makhluk hidup seperti
protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain tersusun atas kerangka karbon. Namun,
dalam penyelidikan lebih lanjut, ternyata senyawa organik selain mengandung
unsur karbon juga mengandung unsur hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),
sulfur (S), dan phosphor (P).
Keberadaan atom C dan H dalam senyawa karbon dapat ditunjukkan
melalui reaksi pembakaran. Jika senyawa organik dibakar akan menghasilkan
karbon dan hidrogen. Karbon dengan oksigen membentuk gas CO2, gas ini dapat
menyebabkan air kapur menjadi keruh. Hidrogen akan berikatan dengan oksigen
membentuk air. Air akan mengakibatkan kertas kobalt berubah warna.
b. Kekhasan Atom Karbon
Hidrokarbon adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom karbon (C) dan
atom Hidrogen (H) sebagai penyusunnya. Keunikan atom karbon antara lain:
1) Dapat membentuk 4 ikatan kovalen
2) Atom karbon dapat membentuk rantai karbon
c. Atom Karbon Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener
Kemampuan karbon mengikat karbon lainnya, menyebabkan atom
karbon mempunyai empat macam kedudukan, yaitu :
1) Atom C primer adalah atom C yang mengikat satu atom C lainnya.
2) Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lain.
3) Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lain.
4) Atom C kuartener adalah atom C yang mengikat empat atom C lain.
Atom C sekunder
CH3
CH3 C CH2 CH2 CH CH3
Atom C kuartener CH3 CH3 Atom C primer
Atom C tersier
Gambar 2. Kedudukan Atom Karbon Terhadap Atom Karbon lain
(Purba, M. 2007: 104)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Penggolongan Hidrokarbon
Hidrokarbon digolongkan berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis
ikatannya.
1) Berdasarkan Bentuk Rantai Karbonnya
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke
dalam hidrokarbon alifatik (rantai terbuka) dan siklik (rantai tertutup). Alifatik
merupakan rantai yang ujung-ujung atom karbonnya tidak saling berhubungan.
Pada rantai tertutup (siklis) terdapat pertemuan antara ujung-ujung rantai
karbonnya. Terdapat dua macam rantai siklis yaitu alisiklik dan aromatik.
Alifatik Alisiklik Aromatik
Gambar 3. Penggolongan Hidrokarbon Berdasarkan Bentuk Rantai
2) Berdasarkan Jenis ikatan Karbonnya
Berdasarkan jenis ikatan karbonnya, hidrokarbon alifatik dan alisiklik
dibedakan atas jenuh dan tidak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa
hidrokarbon yang semua atom C dalam senyawa tersebut berikatan tunggal.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang salah
satu atau lebih atom C pada senyawa tersebut berikatan rangkap dua atau rangkap
tiga.
e. Alkana, Alkena, Alkuna
1) Alkana
a) Rumus Umum Alkana
Senyawa alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh dengan
rumus umum molekulnya CnH2n+2
Tabel 1. Rumus Molekul, Rumus Struktur, dan Nama Senyawa Alkana
Rumus Molekul Rumus Struktur Nama
CH4 H Metana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Deret Homolog
Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama dan
sifat yang bermiripan disebut satu homolog. Alkana merupakan suatu homolog.
Tabel 2. Rumus Struktur dan Nama Alkana dengan Jumlah Atom C1 sampai C10
Jumlah atom C Rumus Struktur Nama 1 CH4 Metana 2 CH3CH3 Etana 3 CH3CH2CH3 Propana 4 CH3(CH2)2CH3 Butana 5 CH3(CH2)3CH3 Pentana 6 CH3(CH2)4CH3 Heksana 7 CH3(CH2)5CH3 Heptana 8 CH3(CH2)6CH3 Oktana 9 CH3(CH2)7CH3 Nonana 10 CH3(CH2)8CH3 Dekana
(Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1982: 89)
c) Tata Nama Alkana
(1). Untuk alkana rantai lurus, nama alkana sesuai dengan
jumlah atom C dan diberi awalan n- (n=tidak
bercabang).
(2). Untuk alkana rantai bercabang penamaannya sebagai
berikut:
H C H
H
C2H6 H H
H C C H
H H
Etana
C3H8 H H H
H C C C H
H H H
Propana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(a). Nama alkana berdasarkan rantai C yang
terpanjang.
(b). Atom C yang tidak terletak pada rantai utama
disebut gugus alkil (cabang).
(c). Penomoran atom C pada rantai utama dimulai
dari ujung yang terdekat dengan cabang.
(d). Jika terdapat dua atau lebih alkil yang sejenis,
cukup disebut sekali dan diberi awalan di (2), tri
(3), tetra (4), dan penta (5).
(e). Penulisan nama alkil sesuai urutan abjad huruf
depan alkil (butil, etil, metil, dan propil).
(f). Bila 1 atom C mengikat 2 gugus alkil,
penomoran harus diulang.
2) Alkena
a) Rumus Umum Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap
C=C . Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang
mempunyai tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Rumus umum
alkena yaitu CnH2n.
b) Tata Nama Alkena
(1). Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai
(yang jumlah atom karbonnya sama) dengan mengganti
akhiran ana menjadi ena.
(2). Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung
ikatan rangkap.
(3). Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk
sedemikian sehingga ikatan rangkap mendapat nomor
terkecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Contoh: 7CH3 6CH2 5CH2 4CH23C CH2 CH2CH3
2CH
1CH3
(4). Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka,
yaitu nomor dari atom karbon berikatan rangkap yang
paling pinggir (nomor terkecil).
(5). Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana.
Contoh: 6CH3 5CH 4CH2
3CH = 2CH 1CH3
CH3
5-metil-2-heksena
3). Alkuna
a) Rumus Umum Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan
rangkap tiga C C C. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap tiga disebut
alkadiuna, yang mempunyai 1 ikatan rangkap dan 1 ikatan rangkap tiga disebut
alkenuna. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2.
b) Tata Nama Alkuna
(1). Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai
dengan mengganti akhiran ana menjadi una.
(2). Tata nama alkuna bercabang sama seperti penamaan
alkena.
f. Isomer
Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda struktur
atau rumus bangunnya disebut isomer (Yunani iso = sama, meros = bagian).
Dengan kata lain isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda strukturnya,
tetapi mempunyai rumus molekul yang sama.
1) Isomer Struktural
Isomer struktural terjadi apabila beberapa senyawa memiliki rumus
molekul sama tetapi strukturnya berbeda.
2) Isomer Geometri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Isomer geometri ialah keisomeran senyawa-senyawa yang memiliki
rumus molekul dan rumus struktur sama, tetapi susunan ruangnya berbeda. Isomer
ini dibedakan menjadi dua, yaitu cis, gugus yang sama terikat pada C=C dengan
posisi yang sama, dan trans, gugus yang sama terikat pada C=C dengan posisi
yang bersebrangan
g. Reaksi Senyawa Hidrokarbon
Atom karbon memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh atom-atom
lain. Kekhasan atom karbon tersebut mengakibatkan atom karbon mampu
berikatan kovalen dengan atom karbon lain membentuk rantai panjang, lurus,
melingkar, ataupun berikatan rangkap. Rantai karbon dengan ikatan rangkap dapat
dipecah menjadi ikatan tunggal, ataupun sebaliknya. Ikatan tunggal pada rantai
karbon dapat diubah menjadi ikatan rangkap. Peristiwa pecahnya ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal dan pengubahan ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap
merupakan akibat adanya suatu reaksi. Reaksi-reaksi pada senyawa hidrokarbon
dibedakan menjadi 4, yaitu reaksi substitusi, adisi, eliminasi, dan oksidasi.
1) Reaksi substitusi
Adalah reaksi penggantian atom (gugus atom) oleh atom
(gugus atom) yang lain. Reaksi substitusi pada umunya terjadi pada
senyawa jenuh, yaitu senyawa yang hanya memiliki ikatan tunggal
misalnya alkana.
Contoh : CH3 CH3 + Cl2 CH3 CH2 Cl + HCl
Etana klorida kloroetana asam klorida
2) Reaksi adisi
Adalah pengubahan ikatan tak jenuh (rangkap) menjadi
ikatan jenuh (tunggal) dengan cara menambah atom-atom lain.
Reaksi adisi hanya dialami oleh atom-atom yang memiliki ikatan
rangkap seperti alkena dan alkuna.
Contoh :
CH2 = CH CH = CH2 + 2H2 CH3 CH2 CH2 CH3
1,3-butadiena n-butana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Reaksi eliminasi
Adalah pengubahan ikatan jenuh (tunggal) menjadi ikatan
tak jenuh (rangkap) dengan cara mengurangi atom-atomnya. Pada
umumnya reaksi eliminasi terjadi pada senyawa alkana.
Contoh :
CH3 CH2 CH2 CH 3 CH3 CH2 CH = CH2 + H2
Butana butena
4) Reaksi oksidasi
Reaksi oksidasi disebut juga reaksi pembakaran, yaitu
reaksi antara senyawa hidrokarbon dengan gas oksigen yang
disertai dengan nyala api.
Contoh : 1. CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Pembakaran sempurna alkana menghasilkan CO2 dan H2O.
2. C2H4 + 2O2 2CO + 2H2O
Pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O,
atau jelaga (partikel karbon).
(Santosa, S.J., dkk., 2005: 37-51)
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kemal Doymus, dari Kazim Karabekir
Education Faculty, Department of Primary Science Education, Ataturk
University, Turkey (2007) dengan judul Teaching Chemical
Equilibrium with the Jigsaw Technique
bahwa metode pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada metode
pembelajaran non-Jigsaw. Dalam pembelajaran Jigsaw meningkatkan
kemampuan belajar, dan memperbesar rasa percaya diri mereka. Materi
hidrokarbon merupakan materi yang membutuhkan penguasaan konsep
dan kreativitas dalam memecahkan suatu masalah (soal), maka
dimungkinkan akan memberikan dampak yang sama terhadap penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Didik Triyono, Prodi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS (2010)
Matematika dengan Metode
Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Power Point dan Lembar
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika pada pokok bahasan balok dan kubus dengan metode
penemuan terbimbing menggunakan media Power Point dan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode ekspositori. Dari
sini bisa disimpulkan bahwa penggunaan media Power Point dan LKS
memberikan hasil yang lebih baik dan signifikan.
C. Kerangka Pemikiran
Dalam kegiatan belajar, salah satu hal yang sering menjadi hambatan
adalah rasa malas melakukan kegiatan belajar yang timbul dalam diri subjek
belajar. Rasa malas ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
kejenuhan. Kejenuhan sering terjadi pada diri siswa manakala materi diberikan
dengan metode dan media yang monoton yang lama kelamaan dirasa tidak
menarik oleh subjek belajar, dalam hal ini siswa. Atas dasar itulah, maka metode
dan media pembelajaran yang diberikan kepada siswa dalam rangka
menyampaikan materi pelajaran perlu dikaji demi memperoleh suatu pandangan
atas metode maupun media apa yang sebaiknya digunakan dalam menyampaikan
materi tertentu.
Pembelajaran kimia merupakan salah satu materi pokok yang sering
menimbulkan kejenuhan pada diri siswa disebabkan materinya dirasa kurang
menyenangkan, selain itu siswa juga sering menemukan kesulitan dalam
pembelajaran ini. Karena itu diperlukan penerapan suatu metode pembelajaran
yang mampu mengatasi hambatan tersebut. Penggunaan suatu metode harus
disesuaikan dengan materi pelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sehingga guru harus dapat menguasai berbagai metode pengajaran agar tidak
terjadi kejenuhan dalam pembelajaran.
Selain metode pembelajaran, kejenuhan dalam belajar juga dapat diatasi
dengan penggunaaan media belajar tertentu. Media yang digunakan juga
sebaiknya menarik dan dapat menunjang keaktifan siswa, sehingga kegiatan
belajar tidak selalu berpusat pada guru. Selain itu, keberadaan media
pembelajaran di sekolah terkadang kurang optimal penggunaannya, sehingga hal
tersebut sangat disayangkan.
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Menurut Nurhadi (2004):
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (hlm: 112). Salah satu metode pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran
kooperatif adalah metode Jigsaw. Metode Jigsaw merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan agar dapat membangun kelas
sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Pemikiran
dasar dari Jigsaw adalah pemberian kesempatan bagi siswa untuk berbagi dengan
siswa yang lain dalam bentuk mengajar dan diajar oleh sesama siswa.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan bantuan media LKS (Lembar
Kerja Siswa) berarti memberikan suatu sumber belajar yang dapat membantu
siswa memahami konsep materi pelajaran. Selain itu LKS dapat mencakup
keseluruhan materi, karena materi dituangkan dalam bentuk tertulis. LKS juga
membantu siswa untuk lebih aktif mengembangkan keterampilan proses sehingga
diharapkan siswa mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Guru dapat
memfokuskan peranannya untuk memfasilitasi, membimbing, mengarahkan dan
memotivasi siswanya untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang telah
dipersiapkan dan dituangkan dalam kuis individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sedangkan pembelajaran yang menggunakan bantuan media berupa
Power Point berarti membantu siswa memahami dan mengembangkan konsep
pelajaran menurut daya imajinasi mereka sendiri. Dikarenakan materi yang
dituangkan dalam bentuk Power Point biasanya tidak keseluruhan, tetapi hanya
garis besarnya saja. Disamping itu juga mengembangkan kecakapan siswa dalam
pengoperasian komputer.
Dilihat dari aspek kognitif, diduga terdapat perbedaan prestasi belajar
yang diajar menggunakan metode Jigsaw yang disertai LKS dan metode Jigsaw
yang disertai media Power Point. Pada pembelajaran menggunakan metode
Jigsaw yang disertai LKS, materi yang diajarkan diberikan dengan lebih kompleks
dan lengkap, sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep. Sedangkan
penggunaan media Power Point biasanya memberikan materi secara garis
besarnya saja, sehingga siswa dituntut untuk bisa mengembangkan pemahaman
materi melalui daya pikir dan kreativitas mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan
materi hidrokarbon yang secara umum bersifat hafalan dan membutuhkan
kreativitas tinggi dalam pemecahan masalah.
Materi pokok hidrokarbon mencakup materi yang kompleks mengenai
senyawa, penamaan, reaksi, serta keisomeran senyawa tersebut di alam, sehingga
dalam penyelesaian masalahnya memerlukan kemampuan visualisasi yang tinggi.
Visualisasi ini bisa dituangkan dalam bentuk kreativitas siswa, yaitu sejauh mana
siswa dapat mendeskripsikan dan mengembangkan suatu jawaban atas masalah
berdasarkan konsep yang telah dipelajari.
Demikian halnya dari aspek afektif, diduga terdapat perbedaan prestasi
belajar siswa yang belajar dengan menggunakan metode Jigsaw yang disertai
LKS dan Power Point karena dinilai dari perhatian dan respon siswa dalam
belajar, kesungguhan dan kedisiplinan dalam memperhatikan dan
mengembangkan konsep, serta menarik tidaknya media yang digunakan bagi
siswa
Ini diduga bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui metode Jigsaw
yang disertai media LKS dan Power Point akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Dari kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai
media LKS dan pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media
Power Point terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon.
2. Trdapat pengaruh dari kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok hidrokarbon.
3. Ada interaksi antara media pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon.
Penggunaan model pe
Pembelajaran dengan metode Jigsaw disertai media LKS dan Power Point
Ditinjau dari faktor internal siswa kreativitas siswa dalam penguasaan
materi on
Output
1. Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan hidrokarbon rendah. 2. Penerapan metode dalam proses pembelajaran kimia belum maksimal. 3. Perlunya kreativitas siswa untuk menunjang penguasaan materi hidrokarbon
belum mendapatkan perhatian dari guru.
Prestasi belajar yang bagus
INPUT:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Ponorogo pada kelas X semester
genap Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan april-mei 2012. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pembuatan Proposal Februari-Maret 2012
b. Uji Coba Instrumen Maret 2012
c. Penelitian dan Pengambilan Data April-Mei 2012
d. Pengolahan data Mei-Juni 2012
e. Pembuatan Laporan Juni-Agustus 2012
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Faktor
pertama adalah metode pembelajaran Jigsaw disertai dengan media LKS dan
metode pembelajaran Jigsaw disertai dengan media Power Point. Faktor kedua
adalah kreativitas siswa yang dikategorikan dalam tinggi dan rendah. Rancangan
penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok pertama sebagai kelas
eksperimen I dan kelompok kedua sebagai kelas eksperimen II.
Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3:
Tabel 3. Rancangan Penelitian
Kelas Metode dan Media Kreativitas Tinggi (B1) Rendah(B2)
Eksperimen I Jigsaw dan LKS (A1) A1B1 A1B2 Eksperimen II Jigsaw dan Power Point (A2) A2B1 A2B2
Keterangan :
A1 : pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media LKS
A2 : pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media Power Point
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B1 : Kreativitas tinggi
B2 : Kreativitas rendah
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Memberikan angket kreativitas siswa untuk diisi oleh siswa.
b. Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran kimia dengan metode
Jigsaw disertai media LKS pada kelas eksperimen I dan perlakuan A2
pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media Power Point
pada kelas eksperimen II.
c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
untuk mengukur rata-rata kemampuan kognifif setelah diberi perlakuan A1
dan A2.
d. Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh siswa.
C. Variabel Penelitian
Menurut Margono (2000), variabel didefinisikan sebagai konsep yang mempunyai
variasi nilai. Variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari
dua atribut atau lebih (Zuriah, N., 2006 : 144). Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini yaitu :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :
1) Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media LKS dan
Power Point dengan metode yang digunakan adalah jigsaw.
2) Kreativitas
Menurut Fabun, D. (1969), kreativitas adalah semua cetusan daya kerohanian dan
seluruh kepribadian, yang merupakan pernyataan (aktualisasi) kehidupan, baik
yang berasal dari seseorang maupun dari sekelompok orang (Chandra, J., 1994:
12).
Dalam penelitian ini, aspek kreativitas siswa dibedakan antara kreativitas tinggi
dan rendah dengan menggunakan instrumen berupa angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi
Hidrokarbon pada kelas X semester genap SMA Negeri I Ponorogo. Prestasi
belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan afektif.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri I Ponorogo
Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 9 kelas.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random
sampling dengan menggunakan 2 kelas, satu kelas untuk eksperimen I dan satu
kelas untuk eksperimen II. Pada teknik ini sampel dalam populasi mendapat
peluang yang sama untuk diambil.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes dan metode angket. Metode
tes digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa sebagai aspek
kognitif pada materi Hidrokarbon siswa kelas X semester genap SMA Negeri I
Ponorogo Tahun Ajaran 2011/2012. Sedangkan metode angket digunakan untuk
menentukan kreativitas siswa serta untuk mengukur aspek afektif siswa.
2. Instrumen Penilaian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan menggunakan
tes prestasi dan penilaian afektif, serta kreativitas siswa dengan menggunakan
angket.
a. Instrumen aspek kognitif
Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal
obyektif materi Hidrokarbon. Perangkat tes yaitu tes obyektif dengan 5 alternatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya
pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu
diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima
materi pokok Hidrokarbon.
1) Uji Validitas
Dikatakan oleh seorang pakar bahwa:
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas item atau butir soal. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Sudijono, A., 2008: 182). Rumus validitas item yang digunakan adalah rumus korelasi poin biserial.
Rumus dari point biserial adalah :
Keterangan :
: koefisien korelasi biserial sebagai koefisien validitas item
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnya
Mt : skor rata-rata dari skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang diuji.
q : proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji.
; q = (1 p)
(Sudijono, A., 2008 : 185)
, nilai rhitung dikonsultasikan tabel nilai
Product Moment dari Pearson (rtabel) pada taraf signifikansi
5% atau 1%. Pada penelitian ini digunakan taraf signifikansi 5%. Item dikatakan
valid jika nilai rhitung tabel Sudijono, A., 2008 : 190).
Hasil uji validitas kognitif yang dilakukan disajikan dalam Tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Kognitif 35 Valid Invalid 24 11
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keajegan suatu tes jika diujikan kepada banyak subjek
yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek tidak sama pada waktu
yang sama. Soal dinyatakan reliabel jika digunakan berkali-kali untuk mengukur
subjek yang sama, dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda, akan
memberikan hasil pengukuran yang sama atau relatif sama. Untuk mengetahui
koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder
Richardson 20 (KR-20) seperti berikut:
KR-20 = 2
11
1 SD
pp
kk
Keterangan:
K : jumlah butir soal
(SD)2 : varians
Tes dikatakan reliable jika r11> rtabel
(Depdiknas, 2009: 15-16)
Hasil uji coba reliabilitas soal penilaian kognitif disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Kognitif 35 0.834 Tinggi
3) Uji Tingkat Kesukaran Soal
(Depdiknas, 2009 : 9). Tingkat kesukaran soal
biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
tesmengikuti yang siswajumlah
soalbutir benar menjawab yang siswajumlah
umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 1,00.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran soal yang diperoleh dari hasil
perhitungan berarti semakin mudah soal tersebut. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Tingkat kesukaran dapat
diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar soal yang bersangkutan.
Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran soal yang digunakan untuk soal
obyektif adalah :
Tingkat Kesukaran (TK) =
Indeks kesukaran :
0,00 0,30 : Sukar (S)
0,31 0,70 : Sedang (Sd)
0,71 1,00 : Mudah (M)
(Depdiknas, 2009:9)
Rangkuman hasil uji tingkat kesukaran soal instrumen penilaian Kognitif
disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penilaian
Kognitif
Jenis soal
Jumlah Soal
Taraf Kesukaran Soal
Mudah Sedang Sukar
Kognitif 35 19 12 4
4) Daya Pembeda Soal
antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak
11). Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya dinyatakan dalam bentuk
proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal
yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa
yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar -1,00 sampai
dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda soal itu, semakin baik soal itu.jika
daya pembeda negatif (< 0) berarti lebih banyak kelompok bawah (siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
belum memahami materi) menjawab benar dibanding dengan kelompok atas
(siswa yang memahami materi).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat menggunakan
rumus berikut :
rxy = qp
S
MM
x
tp
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
Mp : rerata skor total dari sejumlah subjek yang menjawab benar
pada item yang ditentukan validitasnya
Mt : rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi peserta yang menjawab benar
q : proporsi peserta yang menjawab salah (q=1-p)
Kriteria daya beda soal:
0,0 0,2 jelek
0,21 0,4 cukup
0,41 0,7 baik
O,71 1,0 baik sekali
(Depdiknas, 2009: 26-27)
Hasil uji daya beda soal aspek Kognitif disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Instrumen Penilaian Kognitif Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Baik Sekali
Baik Cukup Jelek Jelek Sekali
Kognitif 35 - 11 13 11 -
b. Instrumen Aspek Afektif dan Kreativitas Siswa
Instrumen penilaian afektif dan penentuan kreativitas siswa yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan.
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor
untuk angket afektif dan kreativitas ini digunakan skala 1 sampai 4.
Pemberian skornya untuk angket adalah sebagai berikut:
Skor untuk aspek yang dinilai Skor
Pernyataan positif (+) Pernyataan negatif (-) SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Setuju) 3 2
TS (Tidak Setuju) 2 3
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4
(Depdiknas, 2003: 91)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket:
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan teknik analisis korelasi
product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : Koefisien Validitas
X : skor soal
Y : skor total
N : jumlah subyek
Kriteria pengujian
Jika r hitung tabel maka soal dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(Sudijono, A., 2005: 181)
Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik
(rtabel) sebesar 0,329.
Ringkasan hasil tryout instrumen penelitian untuk Uji Validitas Soal pada aspek Afektif dan Kreativitas disajikan dalam Tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Angket afektif 40 Valid Invalid
30 10 Tabel 9. Rangkuman Hasil Validitas Instrumen Penilaian Kreativitas
Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria
Angket kreativitas 36 Valid Invalid
30 6
b. Uji Reliabilitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan
hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek
yang sama (reliable). Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus
alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0), yaitu
sebagai berikut:
=2
2
11 Sx
Sj
kk
Keterangan:
k : banyaknya belahan tes
Sx2 : varians skor tes
(Azwar, S., 2000: 78)
Hasil uji coba reliabilitas instrumen angket Afektif dan Kreativitas terangkum
dalam Tabel 10 dan 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 10. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 40 0,800 Tinggi
Tabel 11. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas
Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Kreativitas 36 0,994 Tinggi
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi maka dilakukan uji
prasyarat analisis sebelum uji hipotesis. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian ini
berdistribusi populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan metode
Liliefors untuk menentukan normalitasnya. Pada metode Liliefors, setiap data
diubah menjadi simpangan baku. Untuk menguji normalitas dengan metode ini
digunakan prosedur berikut :
1) Menentukan hipotesis nol (H0)
H0 = sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat Signifikansi : = 0,05
3) Statistik Uji
L0 = Max ii zSzF
Dengan:
F(zi) = P iZZ
S(zi) = proporsi cacah Z lebih kecil atau sama dengan Zi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Zi = skor standar
Zi = SXXi
X = Nilai rata-rata
S = Standar Deviasi
4) Daerah Kritik
DK = nLLL
L > L n, yang diperoleh dari tabel Liliefors pada tingkat dan n (ukuran
sampel)
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika L DK
(Budiyono, 2009: 170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians
digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett adalah sebagai berikut:
2 2jj slogf -RKG log f
C2,303
dengan : 2 ~ 2 (k 1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
f = N k =
k
jjf
1 = derajat kebebasan untuk RKG = N k
fj = derajat kebebasan untuk Sj2 = ni 1
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
f1
f1
1) -3(k 1
1 Cj dan j
j
f
SS RKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
serta
2jj
j
2
jj
2j s1n
n
XXSS
dimana 1n
SSs
j
jj
2
(Budiyono, 2009 : 176 177)
kriteria : 2 < 2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang homogen
2 2tabel, maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek
dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi kedua variable
bebas terhadap variabel terikat.
Adapun modelnya sebagai berikut:
a. Model
Xijk i j ij + ijk
Dengan:
Xijk = data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j;
µ = rerata dari seluruh data (rerata besar);
i = µi - µ = efek baris ke-i pada variabel terikat;
j = µj - µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat;
( )ij = µij (µ + i + j)
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;
ijk = deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya (µij) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0
i = 1,2;
1) Pemberian pembelajaran dengan metode Jigsaw disertai media LKS. 2) Pemberian pembelajaran dengan metode Jigsaw disertai media Power Point. j = 1,2;
1. Kreativitas tinggi
2. Kreativitas rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(Budiyono, 2009: 207)
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu:
1) Hipotesis
a) H0A : i = 0 untuk setiap i = 1,2;
H1A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol
b) H0B : j = 0 untuk setiap j =1,2, 3
H1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol
c) H0AB : ( )ij = untuk setiap i= 1,2 dan j= 1, 2, 3;
H1AB : paling sedikit ada satu ( )ij yang tidak nol
Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut:
a) H0A : Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media LKS dengan pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media Power Point terhadap prestasi belajar siswa.
b) H1A : Ada perbedaan efek antara antara pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media LKS dengan pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media Power Point terhadap prestasi belajar siswa.
c) H0B : Tidak ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
d) H1B : Ada perbedaan efek antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
e) H0AB : Tidak ada interaksi antara pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
f) H1AB : Ada interaksi pembelajaran dengan metode Jigsaw dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
2) Komputasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Notasi dan Tata Letak Data
B
A
B1 B2
A1 A1B1 A1B2
A2 A2B1 A2B2
Keterangan :
A1 : pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media LKS.
A2 : pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media Power Point..
B1 : Kreativitas tinggi
B2 : Kreativitas rendah
Notasi-notasi
ijn = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
ij ijn1
pq
N = j,i
ijn = banyaknya seluruh data amatan
ijSS = ijk
2
kijk
k
2ijk n
X
X
= jumlah kuadrat deviasi dua amatan pada pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
iA = i
ijAB = jumlah rataan pada baris ke-i
jB = j
ijAB = jumlah rataan baris ke-j
G = j,i
ijAB = jumlah rataan semua sel
a) Besaran-besaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) = q.p
G 2
(2) =
j,iijSS
(3) = i
2i
q
A
(4) = j
2j
p
B
(5) = 2
jiijAB
b) Jumlah Kuadrat (JK)
JKA (jumlah kuadrat baris) = nh {(3) (1)}
JKB (jumlah kuadrat kolom) = 14n h
JKAB (jumlah kuadrat interaksi) = 4351n h
JKG (jumlah kuadrat galat) = 2
JKT (jumlah kuadrat total) = JKA + JKB + JKAB + JKG
c) Derajat Kebebasan (dk)
dkA (derajat kebebasan baris) = p-1
dkB (derajat kebebasan kolom) = q-1
dkAB (derajat kebebasan interaksi) = (p-1)(q-1)
dkG (derajat kebebasan galat) = N-p.q
dkT (derajat kebebasan total) = N-1
d) Jumlah Kuadrat (JK)
JKA (jumlah kuadrat baris) = nh {(3) (1)}
JKB (jumlah kuadrat kolom) = 14n h
JKAB (jumlah kuadrat interaksi) = 4351n h
JKG (jumlah kuadrat galat) = 2
JKT (jumlah kuadrat total) = JKA + JKB + JKAB + JKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
e) Derajat Kebebasan (dk)
dkA (derajat kebebasan baris) = p-1
dkB (derajat kebebasan kolom) = q-1
dkAB (derajat kebebasan interaksi) = (p-1)(q-1)
dkG (derajat kebebasan galat) = N-p.q
dkT (derajat kebebasan total) = N-1
f) Rataan Kuadrat (RK)
RKA (rataan kuadrat baris) = JKA/ dkA
RKB (rataan kuadrat kolom) = JKB/ dkB
RKAB (rataan kuadrat interaksi) = JKAB/ dkAB
RKG (rataan kuadrat galat) = JKG/ dkG
3) Statistik Uji
a) Untuk H0A adalah Fa = RKA/RKG yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p 1 dan N pq.
b) Untuk H0B adalah Fb = RKB/RKG yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q 1 dan N pq.
c) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB/RKG yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p - 1)(q 1) dan N
pq.
4) Daerah Kritik Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F > F -1,N-pq}
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F > F -1,N-pq}
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {F > F -1)(q-1,N-pq)}
5) Keputusan Uji : H0 ditolak apabila Fobs DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
6) Rangkuman Analisis : Rangkuman analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber Variansi JK dK RK Fobs
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat
JKA
JKB
JKAB
JKG
p 1
q 1
(p 1)(q - 1)
N - pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
F*
F*
F*
-
Total JKT N-1 - - -
Keterangan: Fobs adalah harga statistik uji
F adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
(Budiyono, 2009:212-215)
b. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis
variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan
setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe.
Statistik Uji
1. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel media pembelajaran
maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris.
Untuk mengetahui media pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan
membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode
pembelajaran. Jika rataan marginal pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw
disertai media LKS lebih besar dari rataan marginal untuk pembelajaran kimia
dengan metode Jigsaw disertai media Power Point berarti melalui pembelajaran
kimia dengan metode Jigsaw disertai media LKS dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran kimia dengan metode Jigsaw disertai media
Power Point atau sebaliknya.
2. Komparasi rataan antar kolom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
.j.i
2.j.i
.j.i
n1
n1
RKG
XXF
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q: }
3. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
kjij
2kjij
n1
n1
RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pq }
4. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
ikij
2ikij
n1
n1
RKG
)XX(
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:p }
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dari penelitian ini, diperoleh data berupa prestasi belajar siswa pada materi pokok
hidrokarbon, yaitu meliputi aspek kognitif dan afektif. Data tersebut berupa nilai
posttest yang diambil dari kelas eksperimen I (metode pembelajaran Jigsaw
dilengkapi media LKS) dan kelas eksperimen II (metode pembelajaran Jigsaw
dilengkapi media Power Point). Prestasi belajar yang yang diukur meliputi nilai
posttest kognitif dan afektif siswa. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian
ini adalah 32 siswa dari kelas X.2 dan 32 siswa dari kelas X.3 SMA Negeri I
Ponorogo tahun ajaran 2011/ 2012. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan
deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Kreativitas
Data daya kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu daya kreativitas
tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai daya kreativitas rata-rata nilai daya
kreativitas seluruh kelas dan kategori daya kreativitas rendah bagi siswa yang
mempunyi nilai daya kreativitas < rata-rata nilai daya kreativitas seluruh kelas.
Dengan menggunakan kriteria tersebut, dari 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa
kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Jigsaw disertai media LKS dan 32
siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Jigsaw disertai media
Power Point, terdapat 27 siswa yang mempunyai daya kreativitas tinggi dan 37
siswa mempunyai daya kreativitas rendah. Dari data yang terkumpul diperoleh
nilai terendah dan nilai tertinggi berturut-turut 90 dan116, sedangkan nilai
maksimum yang bisa diperoleh adalah 140. Nilai gabungan rata-rata dari kelas
eksperimen 1 dan eksperimen 2 adalah 101,734. Secara rinci disajikan dalam
Tabel 12 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 12. Jumlah Siswa yang Mempunyai Daya kreativitas Tinggi dan Rendah.
Daya kreativitas Kelas X.2 (LKS) Kelas X.3 (PPT)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tinggi 16 50% 11 34.375%
Rendah 16 50% 21 65.625% Jumlah 32 100% 32 100%
Deskripsi data daya kreativitas siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
18-20. Untuk melihat perbandingan data nilai daya kreativitas untuk kedua kelas
eksperimen, disajikan Tabel 13 dan Gambar 4 di bawah ini:
Tabel 13. Data Distribusi Frekuensi Nilai Daya kreativitas Siswa
No Interval Nilai Tengah Frekuensi
Eks I /F (B1) Eks II /F (B2)
1 90-94 92 4 1 2 95-99 97 11 5 3 100-104 102 11 16 4 105-109 107 4 3 5 110-114 112 2 6 6 115-119 117 0 1 Jumlah 32 32
Keterangan
F(B1) : frekuensi nilai daya kreativitas siswa pada kelas eksperimen I (Jigsaw
disertai media LKS).
F(B2) : frekuensi nilai daya kreativitas siswa pada kelas eksperimen II (Jigsaw
disertai media Power Point (PPT)).
Selanjutnya sebagai perbandingan distribusi frekuensi data nilai daya kreativitas
dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada histogram pada Gambar 3
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. Histrogram Nilai Daya kreativitas Siswa Kelas Eksperimen I dan II
2. Prestasi Belajar Kimia Materi Hidrokarbon
a. Prestasi Belajar Kognitif
Untuk memepermudah pengamatan terhadap data, maka hasil prestasi belajar
kognitif kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw
dengan disertai media LKS dan kelas eksperimen yang menggunakan metode
pembelajaran Jigsaw dengan disertai media Power Point dipaparkan dalam set
distribusi frekuensi. Pada kelas eksperimen I (pembelajaran dengan metode
Jigsaw disertai media LKS), nilai kognitif terendah adalah 61 dan nilai kognitif
tertinggi adalah 95. Sedangkan nilai prestasi kognitif terendah untuk kelas
eksperimen II adalah 47 dan nilai tertinggi adalah 92. Perhitungan distribusi
frekuensi nilai kognitif disajikan dalam Lampiran 21-23.
Perbandingan hasil prestasi belajar kognitif untuk dua kelas eksperimen disajikan
dalam Tabel 14:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas
Eksperimen
No Interval Nilai Tengah
Frekuensi %Frekuensi
Eks I Eks II Eks I Eks II 1 47-54 50.5 0 1 0 3.125 2 55-62 58.5 1 1 3.125 3.125 3 63-70 66.5 8 0 25 0 4 71-78 74.5 11 6 34.375 18.75 5 79-86 82.5 7 13 21.875 40.625 6 87-94 90.5 4 11 12.5 34.375 7 95-102 98.5 1 0 3.125 0 Jumlah 32 32 100 100
Data perbandingan nilai prestasi kognitif kelas eksperimen I dan II tersebut dapat
diamati dari histrogram di bawah ini:
Gambar 5. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I dan II
b. Prestasi Belajar Afektif
Dalam penelitian ini, salah satu ranah yang diukur selain kemampuan kognitif
adalah kemampuan afektif. Aspek yang diukur meliputi sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral. Pengukuran aspek tersebut menggunakan angket yang telah
divalidasi. Perhitungan distribusi frekuensi prestasi afektif disajikan dalam
Lampiran 24-26. Dari pengukuran tersebut didapatkan data hasil nilai afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terendah untuk kelas eksperimen I adalah 89, dan yang tertinggi mencapai 134.
Sedangkan nilai prestasi afektif terendah untuk kelas eksperimen II adalah 84 dan
nilai tertinggi adalah 127.
Perbandingan hasil prestasi belajar afektif untuk dua kelas eksperimen adalah
sebagai berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen
No Interval Nilai Tengah Frekuensi %Frekuensi
Eks I Eks II Eks I Eks II
1 84-91 87.5 1 1 3.125 3.125 2 92-99 95.5 3 1 9.375 3.125 3 100-107 103.5 10 5 31.25 15.625 4 108-115 111.5 9 16 28.125 50 5 116-123 119.5 7 5 21.875 15.625 6 124-131 127.5 1 4 3.125 12.5 7 132-139 135.5 1 0 3.125 0 JUMLAH 32 32 100 100
Data perbandingan nilai prestasi afektif kelas eksperimen I dan II tersebut dapat
diamati dari histrogram di bawah ini:
Gambar 6. Histogram Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I dan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Pengambilan Sampel Penelitian
1. Uji Normalitas Keadaan Awal
Kelas yang digunakan dalam penelitian ini (kelas eksperimen) sebanyak 2 kelas
yaitu kelas X.2 dan kelas X.3 dimana masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa.
Uji normalitas terhadap keadaan awal siswa diambil dari nilai rapor mata
pelajaran kimia semester gasal kelas X.2 dan kelas X.3 SMA Negeri 1 Ponorogo
tahun ajaran 2011/ 2012. Untuk mengetahui apakah kedua sampel yang akan
diambil sebagai kelas eksperimen berasal dari populasi yang normal atau tidak
maka dilakukan uji Liliefors. Hasil uji normalitas keadaan awal siswa tercantum
dalam Lampiran 28 dan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa
Kelompok Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel X.2 0,0984 0,1566 Normal
X.3 0,0850 0,1566 Normal
2. Uji Homogenitas Keadaan Awal
Uji homogenitas terhadap keadaan awal siswa diambil dari nilai rapor mata
pelajaran kimia semester gasal kelas X.2 dan kelas X.3 SMA Negeri 1 Ponorogo
tahun ajaran 2011/ 2012. Uji homogenitas tersebut menggunakan uji Bartlett
dengan taraf signifikansi 0,05 dapat dilihat pada Tabel 17 dan tercantum
selengkapnya pada Lampiran 29.
Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa
Prestasi 2 hitung
2tabel Kesimpulan
Nilai awal kelas X.2 dan X.3 SMA Negeri 1 Ponorogo
0.4908 3,841 Homogen
3. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui keadaan awal yang sama
(seimbang) antara siswa X.2 dan X.3. Uji yang digunakan adalah uji t dua pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
terhadap nilai rapor mata pelajaran kimia semester gasal kelas X.2 dan kelas X.3
SMA Negeri 1 Ponorogo tahun ajaran 2011/ 2012. Adapun hasil komputasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 27. Untuk kelas eksperimen I yang
terdiri dari 32 siswa diperoleh rata-rata 80.3125 dan variansi 13.5121. Sedangkan
untuk kelas eksperimen II yang terdiri dari 32 siswa diperoleh rata-rata 80.25 dan
variansi 17.4194.
Dari hasil uji keseimbangan, diperoleh besarnya thitung adalah -0.0636. Besarnya
thitung ini berada di luar daerah kritik dimana daerah kritiknya adalah t < -1,645
atau t > 1,645 sehingga H0 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dapat
disimpulkan bahwa keadaan awal X.2 dan X.3 seimbang. Dengan
mengasumsikan nilai rapor mata pelajaran kimia semester gasal kelas X.2 dan
kelas X.3 SMA Negeri 1 Ponorogo tahun ajaran 2011/ 2012 sebagai kemampuan
awal, maka kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama.
C. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus normal. Uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors.
Hasil uji normalitas prestasi aspek kognitif dan prestasi aspek afektif tercantum
dalam Lampiran 29 sampai dengan Lampiran 45. Hasil uji normalitas prestasi
kognitif dan prestasi afektif terangkum dalam Tabel 18 dan Tabel 19.
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif
Kelompok Siswa Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
A1 0,0870 0,1566 Normal
A2 0,1559 0,1566 Normal
B1 0,1326 0,1750 Normal B2 0,0673 0,1566 Normal
A1B1 0,1457 0,2130 Normal A1B2 0,1349 0,2130 Normal
A2B1 0,1985 0,2490 Normal A2B2 0,2165 0,1930 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 19. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelompok Siswa Harga L Kesimpulan
Hitung Tabel
A1 0,0986 0,1566 Normal A2 0,1136 0,1566 Normal B1 0,0651 0,1750 Normal B2 0,0823 0,1566 Normal
A1B1 0,1335 0,2130 Normal A1B2 0,1252 0,2130 Normal A2B1 0,1216 0,2490 Normal
A2B2 0,1530 0,1930 Normal Keterangan:
A1 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen I
A2 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen II
B1 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas daya kreativitas tinggi
B2 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas daya kreativitas rendah
A1B1 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen I ditinjau
dari daya kreativitas tinggi
A1B2 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen I ditinjau
dari daya kreativitas rendah
A2B1 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen II ditinjau
dari daya kreativitas tinggi
A2B2 : Prestasi kognitif atau prestasi afektif kelas eksperimen II ditinjau
dari daya kreativitas rendah
Dari tabel 10 dan 11, terlihat bahwa harga Lhitung < L tabel. Dengan demikian, hal
ini dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah varian
Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini
digunakan metode Barlett dengan -
177). Hasil uji homogenitas prestasi kognitif dan prestasi afektif ditinjau dari
media pembelajaran, kreativitas, dan antar sel tercantum dalam Lampiran 44
sampai dengan Lampiran 49. Sedangkan ringkasan hasil uji homogenitas
terangkum pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Uji Homogenitas 2hitung 2 tabel Kesimpulan
Prestasi Kognitif
Ditinjau dari Media Pembelajaran
0,1108 3,841 Homogen
Ditinjau dari Kreativitas
0.7442 3,841 Homogen
Antar Sel 1.2996 7,815 Homogen
Prestasi Afektif
Ditinjau dari Media Pembelajaran
0.4264 3,841 Homogen
Ditinjau dari Kreativitas
2.9488 3,841 Homogen
Antar Sel -2.5614 7,815 Homogen
Dari tabel di atas terlihat bahwa harga 2 tidak melampaui harga kritik 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal
dari populasi yang homogen.
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi (ANAVA) dua
jalan dengan sel tak sama. Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama terhadap prestasi kognitif tercantum pada Lampiran 52 sedangkan
rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 21 dan Tabel 22.
Tabel 21. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Kognitif
Metode dan Media Pembelajaran
Daya kreativitas Total
Tinggi Rendah
Jigsaw disertai LKS 78.375 75.250 153.625 Jigsaw disertai Power Point 79.818 81.905 161.723
Total 158.193 157.155 315.348 Tabel 22. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sumber JK dk RK Fobs Keputusan Media
Pembelajaran(A) 248.854 1 248.854 3.002 4,004 HoA
Diterima Daya kreativitas
(B)
4.098 1 4.098 0.049 4,004 HoB Diterima
Interaksi (AB) 103.052 1 103.052 1.243 4,004 HoAB Diterima
Galat 4974.196 60 82.903 - - - Total 5330.200 63 - - - -
Dari Tabel 22, diketahui bahwa:
a. Nilai FA hitung = 3.002 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FA hitung < Ftabel maka H0A
diterima dan H1A ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara media pembelajaran pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II dengan prestasi belajar kognitif siswa.
b. Nilai FB hitung = 0.0494 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FB hitung < Ftabel maka H0B
diterima dan H1B ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara daya kreativitas siswa pada kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar kognitif siswa.
c. Nilai FAB hitung = 1.243 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FAB hitung < Ftabel
maka H0AB diterima dan H1AB ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat interaksi antara media LKS dan media Power Point dengan daya
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa.
Perhitungan analisis dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi afektif
tercantum pada Lampiran 53 sedangkan rangkuman hasil perhitungannya
disajikan pada Tabel 23 dan Tabel 24.
Tabel 23. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif
Metode dan Media Pembelajaran
Daya Kreativitas Total
Tinggi Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Jigsaw disertai LKS 112.000 107.750 219.750
Jigsaw disertai Power Point 116.545 110.238 226.784
Total 228.545 217.988 446.534
Tabel 24. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Prestasi
Afektif
Sumber JK Dk RK Fobs Keputusan Media
Pembelajaran(A) 187.714 1 187.714 2.382 4,004 HoA Diterima
Daya kreativitas (B)
422.938 1 422.938 5.367 4,004 HoB Ditolak
Interaksi (AB) 16.076 1 16.076 0.204 4,004 HoAB Diterima
Galat 4727.537 60 78.792 - - - Total 5354.265 63 - - - -
Dari Tabel 24, diketahui bahwa :
a. Nilai FA hitung = 2.382 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FA hitung < Ftabel maka H0A
diterima dan H1A ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh antara media pembelajaran pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II dengan prestasi belajar afektif siswa.
b. Nilai FB hitung = 5.368 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FB hitung > Ftabel maka H0B
ditolak dan H1B diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
antara daya kreativitas siswa pada kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar afektif siswa.
c. Nilai FAB hitung = 0.204 dan Ftabel = 4,004. Oleh karena FAB hitung < Ftabel
maka H0AB diterima dan H1AB ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat interaksi antara media LKS dan media Power Point dengan daya
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa.
E. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
dengan metode Jigsaw dengan menggunakan media LKS dan Power Point
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon di kelas X
semester genap SMAN I Ponorogo, prestasi belajar siswa pada pokok materi
Hidrokarbon ditinjau dari daya kreativitas siswa di kelas X semester genap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
SMAN I Ponorogo, dan interaksi antara media pembelajaran dengan daya
kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon di kelas
X semester genap SMAN I Ponorogo
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling.
Berdasarkan hasil pengundian diperoleh 1 kelas sebagai kelompok eksperimen
pertama (kelas X.2) yang dikenai metode pembelajaran Jigsaw disertai media
LKS, dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen ke dua (kelas X.3), yang dikenai
metode pembelajaran Jigsaw disertai media Power Point.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran daya
kreativitas terhadap kedua kelas eksperimen. Pengukuran daya kreativitas
dilakukan dengan pemberian tes daya kreativitas berbentuk angket yang meliputi
komponen rasa ingin tahu, imajinasi, tertantang oleh kemajemukan, berani
mengambil resiko, dan rasa menghargai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jigsaw yang merupakan jenis
metode pembelajaran dari model cooperative learning, dimana dalam
pembelajarannya dilaksanakan dengan kerja kelompok. Pembentukan kelompok
harus dibuat heterogen, dalam penelitian ini digunakan data nilai kimia semester
ganjil sebagai dasar pembentukan kelompok. Sebagai pendukung di dalam
pembelajaran digunakan media yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas
eksperimen I dan Power Point (PPT) untuk kelas eksperimen II yang berisi
ringkasan materi dan soal-soal yang harus didiskusikan dalam kelompok. Kedua
media inilah yang nantinya akan dibandingkan pengaruhnya terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon. Pada akhir pembelajaran materi
hidrokarbon dilakukan posttest yang bertujuan mengukur prestasi kognitif siswa
serta juga dilaksanakan pengisian angket untuk mengukur prestasi afektif.
Dari hasil analisis variansi (anava) dua jalan, untuk nilai aspek kognitif dan nilai
aspek afektif yang telah diuraikan di atas, diperoleh hasil dari tiga pengujian
hipotesis yang diajukan. Pada aspek kognitif, ketiga hipotesis H0 diterima. Pada
aspek afektif, hipotesis H0 ke dua ditolak, sedangkan hipotesis H0 pertama dan ke
tiga diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama berbunyi: terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia dengan
metode Jigsaw disertai media LKS dan pembelajaran kimia dengan metode
Jigsaw disertai media Power Point terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok hidrokarbon. Sedangkan prestasi di sini meliputi prestasi kognitif dan
afektif. Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan dengan
sel tak sama menunjukkan bahwa Fhitung 3,002 (kognitif) dan 2,382 (afektif) <
Ftabel (4,004), yang berarti bahwa H0 diterima sehingga H1 ditolak. Hal ini
menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode Jigsaw disertai media LKS
maupun Power Point tidak mempengaruhi prestasi belajar kognitif dan afektif
siswa pada materi pokok Hidrokarbon di kelas X semester genap SMAN I
Ponorogo.
Besarnya rataan nilai prestasi kognitif siswa yang diajar dengan metode Jigsaw
disertai media LKS (kelas eksperimen I) adalah 76,813. Sedangkan besarnya
rataan nilai prestasi kognitif siswa yang diajar dengan metode Jigsaw disertai
media Power Point (kelas eksperimen II) adalah 81,375. Sedangkan untuk nilai
prestasi afektif memberikan rataan sebesar 109,875 untuk kelas eksperimen I dan
112.406 untuk kelas eksperimen II.
Apabila diukur dari hasil uji keseimbangan atau uji t matching 2 pihak di mana
keadaan awal siswa sudah seimbang, maka hal ini menjadi sangat mungkin
terjadi, yaitu bahwa kedua media (LKS dan Power Point) yang dibandingkan
tidak memberikan pengaruh atau perbedaan yang signifikan terhadap prestasi
belajar kognitif maupun afektif. Hal ini juga dapat dijelaskan mengingat input
siswa SMAN I Ponorogo yang secara kualitas sudah baik, sehingga metode
maupun media apapun yang digunakan dalam proses pembelajaran akan tetap
dapat berjalan dengan baik sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Di sisi lain kejadian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya siswa belum terbiasa dengan kegiatan diskusi dalam pembelajaran
karena guru cenderung ceramah, maka perlu ada solusi strategis untuk mengatasi
masalah ini misalnya guru secara bertahap merancang kegiatan diskusi karena
dengan kegiatan diskusi dapat melatih siswa untuk memiliki sikap saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menghargai. Selain itu faktor kondisi sosial ekonomi siswa yang belum memiliki
komputer dirumah masing-masing juga menghambat efektifitas penggunaan
media Power Point. Oleh karena itu kedepan perlu dipertimbangkan penggunaan
media yang dapat digunakan oleh siswa tanpa harus menggunakan komputer.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa dari kedua kelas eksperimen baik diajar
menggunakan metode Jigsaw disertai media LKS maupun Jigsaw disertai media
Power Point akan memberikan prestasi kognitif dan afektif yang sama.
2. Hipotesis Ke Dua
a. Aspek Kognitif
Hipotesis ke dua untuk aspek kognitif yaitu: Kreativitas mempengaruhi prestasi
belajar kognitif siswa pada materi pokok hidrokarbon. Hasil pengujian hipotesis
ke dua menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga
Fhitung < Ftabel dengan nilai 0,0494 < 4,004, yang berarti bahwa H0 diterima
sehingga H1 ditolak. Dengan kata lain H0 (daya kreativitas tidak berpengaruh
terhadap prestasi kognitif) diterima dan H1 (daya kreativitas berpengaruh terhadap
prestasi kognitif) ditolak. Artinya bahwa siswa dengan daya kreativitas tinggi
maupun rendah memberikan prestasi belajar kognitif yang sama pada materi
pokok hidrokarbon. Hal ini menjadi demikian karena dimungkinkan oleh
beberapa faktor. Di antaranya karena daya kreativitas merupakan suatu aspek
yang menyangkut rasa, sehingga sangat dimungkinkan rasa atau perasaan
seseorang bisa berubah sewaktu-waktu menurut kondisi atau keadaan orang yang
bersangkutan. Selain itu besarnya kemungkinan siswa yang cenderung
menggunakan kemampuan menghafal yang menyangkut kemampuan otak kiri
, daripada berdaya kreativitas yang menyangkut kemampuan otak kanan juga
bisa menjadi faktor yang menyebabkan kemungkinan tersebut terjadi, walaupun
materi hidrokarbon sebenarnya lebih cenderung membutuhkan kemampuan
berdaya kreativitas. Selain itu daya kreativitas yang diukur dalam penelitian
memiliki beberapa komponen yang berbeda-beda yaitu rasa ingin tahu, imajinasi,
tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan rasa menghargai,
sehingga dari pengukuran menghasilkan kecenderungan daya kreativitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
berbeda pula. Oleh karena itu, siswa dengan daya kreativitas yang lebih tinggi
belum tentu akan memberikan hasil prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi
daripada siswa dengan daya kreativitas yang lebih rendah. Demikian juga siswa
dengan daya kreativitas rendah belum tentu tidak dapat bersaing dengan siswa
yang memiliki daya kreativitas yang lebih tinggi.
b. Aspek Afektif
Untuk aspek afektif, hipotesis ke dua berbunyi: Kreativitas mempengaruhi
prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok hidrokarbon. Hasil dari anava dua
jalan aspek afektif menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan nilai 5,398 > 4,004,
yang berarti bahwa H0 ditolak sehingga H1 diterima, dengan kata lain bahwa daya
kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi pokok
hidrokarbon. Hasil ini ditunjukkan dengan rataan nilai afektif untuk kedua kelas
eksperimen yaitu sebesar 109,875 untuk kelas eksperimen I (metode pembelajaran
Jigsaw disertai media LKS) dan 112,406 untuk kelas eksperimen II (metode
pembelajaran Jigsaw disertai media Power Point).
Dilihat dari komponen aspek kreativitas, yaitu: rasa ingin tahu, imajinatif,
tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai, sangat
besar kemungkinan bahwa komponen-komponen tersebut dapat mempengaruhi
afektif siswa yang memiliki komponen meliputi: sikap, minat, konsep diri, nilai,
dan moral. Rasa ingin tahu akan menentukan sikap dan konsep diri seseorang.
Demikian juga dengan sikap imajinatif, hal ini sangat erat kaitannya dengan minat
siswa. Tertantang oleh kemajemukan dan berani mengambil resiko menyebabkan
perbedaan nilai diri siswa, misalnya keyakinan seorang siswa terhadap
kemampuan dirinya mempelajari sesuatu. Sedangkan sikap menghargai
berpengaruh terhadap moral, karena hal ini menyangkut sikap siswa terhadap
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Hipotesis Ke Tiga
Hipotesis ke tiga pada penelitian ini adalah: Ada interaksi antara media
pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
hidrokarbon. Sedangkan prestasi di sini meliputi prestasi kognitif dan afektif.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan dengan sel tak
sama menunjukkan harga Fhitung 1,243 (Kognitif) dan 0,204 (Afektif) < Ftabel
(4,004). Hal ini berarti H0 (tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran
dengan daya kreativitas terhadap prestasi kognitif dan afektif) diterima, sehingga
tidak diperlukan uji komparasi ganda.
Dari data Tabel 21 dan 23 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif ,
rata-rata siswa yang mempunyai daya kreativitas tinggi akan lebih baik jika diajar
dengan metode Jigsaw yang disertai media Power Point daripada diajar dengan
metode Jigsaw yang disertai media LKS, demikian pula pada siswa yang memiliki
daya daya kreativitas rendah. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media pada kelompok siswa dengan daya daya kreativitas tinggi maupun rendah
memberikan pengaruh yang sama yaitu prestasinya akan lebih baik jika diajar
menggunakan metode Jigsaw yang disertai dengan media Power Point.
Sedangkan apabila dilihat dari media yang digunakan, siswa yang diajar dengan
metode Jigsaw yang disertai dengan media Power Point akan memiliki rata-rata
prestasi yang lebih baik jika memiliki daya kreativitas tinggi daripada siswa yang
memiliki daya kreativitas rendah, demikian pula pada kelompok siswa yang diajar
dengan metode Jigsaw yang disertai dengan media LKS. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa daya kreativitas siswa memberikan pengaruh yang sama pada
kelompok siswa yang diajar menggunakan metode Jigsaw disertai media LKS
maupun Power Point, yaitu siswa dengan daya kreativitas tinggi akan memiliki
prestasi belajar yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw yang disertai
media LKS dan metode pembelajaran Jigsaw yang disertai media Power Point
terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Hidrokarbon pada aspek kognitif
dan afektif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji anava dua jalan dengan sel
tak sama dimana Fhitung masing-masing aspek (kognitif dan afektif) < Ftabel.
Dari rerata prestasi belajar, untuk aspek kognitif siswa kelas Jigsaw disertai
Power Point adalah sebesar (81.375), sedangkan kelas Jigsaw disertai media
LKS (76.813). Sedangkan untuk rerata prestasi afektif, kelas Jigsaw disertai
media Power Point juga menunjukkan hasil sebesar 112.406 sedangkan kelas
Jigsaw dengan media LKS adalah 109.875.
2. Tidak terdapat pengaruh daya kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa materi hidrokarbon pada aspek kognitif. Hal ini ditunjukkkan
dengan hasil uji anava dua jalan dengan sel tak sama di mana Fhitung < Ftabel
yaitu 0.0494 < 4.004. Sedangkan pada aspek afektif, daya kreativitas
memberikan pengaruh terhadap prestasi, yang ditunjukkan oleh hasil uji anava
dua jalan sel tak sama di mana Fhitung > Ftabel yaitu 5.368 > 4.004.
3. Tidak terdapat interaksi antara media LKS yang digunakan pada kelas kelas
eksperimen I dan Power Point yang digunakan pada kelas eksperimen II
dengan daya kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa
materi hidrokarbon baik aspek kognitif maupun afektif. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Pada aspek koginitif, nilai
Fhitung (1.243) < Ftabel (4,004), sedangkan pada aspek afektif, nilai Fhitung
(0.204) < Ftabel (4,004).
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan efektif jika dilengkapi dengan
presentasi hasil diskusi kelompok, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
mengenai materi yang disampaikan. Hal ini akan membantu siswa untuk menggali
lebih dalam khususnya tentang isi materi diskusi dan akan membuat suasana
diskusi menjadi lebih menyenangkan dan tidak monoton sehingga siswa tidak
mengalami kebosanan. Lebih lanjut pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
dasar bagi guru untuk membantu siswa dalam mencapai kualitas hasil belajar yang
maksimal.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon akan lebih efektif apabila
menggunakan metode Jigsaw yang dilengkapi Power Point.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasinya, maka disarankan agar:
1. Guru mata pelajaran kimia dapat menerapkan metode Jigsaw disertai media
Power Point pada kegiatan pembelajaran kimia materi hidrokarbon karena
media tersebut memberikan point-point penting materi pokok hidrokarbon
yang selanjutnya akan melatih siswa untuk lebih mengembangkan alam
berpikir dan menemukan materi dalam cakupan yang lebih luas serta akan
meningkatkan rasa tanggungjawab pada diri siswa.
2. Guru juga dapat menggunakan media pendukung lain yang dapat
meningkatkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran materi hidrokarbon
khususnya dan kimia pada umumnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pembelajaran
metode Jigsaw disertai media Power Point terhadap prestasi belajar siswa
pada materi pokok kimia yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Recommended