View
227
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ISPA
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ISPA adalah suatu episode tanda dan gejala akut sebagai akibat infeksi
yang terjadi di setiap saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan
dengan pernafasan. Saluran pernafasan adalah organ tubuh mulai dari
hidung sampai alveoli paru. Disebut satu episode baru bila tanda dan
gejala terjadi sekurang-kurangnya setelah 48 jam bebas gejala dan satu
episode berlasung tidak lebih dari 14 hari.1
Penyakit ISPA merupakan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory
Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (selaput paru).1
Definisi ISPA menurut Lopez-Alarcon yaitu suatu penyakit yang
ditandai dengan batuk, pilek paling sedikit dua hari berturut-turut diikuti
satu atau lebih gejala-gejala seperti Erythematous mucusa, tangisan atau
suara parau, kesulitan bernafas, dengan atau tanpa demam. Lama sakit
atau durasi dihitung berdasarkan jumlah hari sakit sesuai dengan definisi
sakit dari penyakit yang diderita, diawali dengan munculnya gejala klinis
sampai sembuh secara subyektif maupun obyektif. Dikatakan episode
baru yaitu suatu keadaan terbebas (dinyatakan sehat) dari gejala penyakit
yang pernah diderita sekurang-kurangnya dua hari.14
ISPA secara anatomi mencakup saluran pernafasan bagian atas dan
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru) serta organ
adneksa saluran pernafasan ispa.14
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengandung tiga unsur, yaitu
infeksi saluran pernafasan dan akut. Yang di maksud dengan infeksi
adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
2
berkembang baik sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung sampai alveoli beserta
rongga adneksanya, seperti sinus-sinus rongga telingga tengah dan pleura,
sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari ini di ambil untuk menujukan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat di golongan dalam ISPA, proses ini
dapat berlasung lebih dari 14 hari.14
Dengan demikian ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung alveoli
termasuk jaringan aneksanya. Infeksi saluran pernafasan meliputi infeksi
saluran pernafasan bagian atas, seperti nasap nasopharyngitis, pharingo,
tonsibitis dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis,
tracheobrinchitis dan brocnchitis pneumonia
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA adalah bakteri, virus dan rickettsia dengan jumlah lebih
dari 300 jenis. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
streptococcus, staphylococcus, pneumococcus, haemophilus, bordetella
dan corynebacterum. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
myxovirus, adenovirus. Coronavirus, picomavirus, mykoplasma,
herpesvirus dan lain-lain Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh
virus.1
Di Indonesia untuk menegakkan etiologi ISPA sulit dilakukan karena
sukarnya memperoleh dahak dan prosedur pemerintahan adanya bakteri
sebagai penyebab ISPA. Hanya biakan dari aspirat paru serta pemeriksaan
spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu penetapan
etiologi ISPA. Meskipun pemeriksaan specimen pemeriksaan aspirat paru
merupakan cara yang sensitif untuk mendapatkan dan menentukan bakteri
penyebab ISPA pada setiap orang. Akan tetapi fungsi paru merupakan
prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika, terutama jika
hanya dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena alasan yang
3
dikemukakan diatas, maka penetapan etiologi orang di Indonesia mengacu
pada hasil penelitian di luar negeri.1
3. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi yang umumnya dipakai saat ini adalah menurut letak Anatomi
Penyakit ISPA yang diklasifikasi dalam 5 kelompok yaitu:15
a. ISPA
1) Faringitis
Etiologi :Streptococcus, Pneumococcus, Virus
Gejala klinis :tenggorokan terasa kering, kepala pusing,
suhu tubuh meningkat, batuk, suara parau,
nyeri telan, dinding faring merah
Pengobatan : symplomase sesuai dengan gejala
2) Tonsillitis
Etiologi :Streptococcus haemoliticus
Gejala klinis :leher terasa kering, nyeri mau makan, tidak
bisa menelan, suhu badan tinggi sampai
40˚C, nafas bau, tonsil bengkak dan merah
Pengobatan :istirahat, makan cukup dan lunak,
antibiotika dan analgetik
b. Laringotrachea Bronchitis, adalah suatu sindrom yang terdiri dari
batuk, suara parau dan stridor insipirator.
Etiologi :haemoplus influenza Type B, virus
influenza,Allergic.
Gejala klinis :suara serak, batuk yang menggonggong,
stridor insirator, sianosis.
Pengobatan :dirawat di rumaha sakit, infus, O2, anti
biotic, anti piretik dan korteksosteroid
4
c. Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus, biasanya berasal dari saluran
nafas atas
Etiologi :infeksi oleh virus, bakteri fungi, alergi,
aspirasi dan oleh bahan kimia (asap)
Gejala klinis :pilek 3-4 hari, batuk kering dan muntah.
Setelah beberapa hari timbul riak jernih dan
encer. Hilang dari batuk berhenti
berlangsung 7-10 hari
Pengobatan :penderita minum yang banyak, expektoran,
anti biotic
d. Bronkhiotitis adalah infeksi paru akut yang menyerang bronkhioli
yang ditandai dengan obstruksi saluran nafas karena proses radang.
Etiologi : virus
Gejala klinis :bersin, pilek, batuk, suhu tubuh menigkat
dan setelah beberapa hari batuk hebat. Pada
pemeriksaan didapatkan tachkardie,
sianosis, anak gelisah, dada mengembang,
retraksi sela iga, ekspirasi memanjang
disertai wheezing.
Diagnosa :bronchopneumonia, pertusis, asma bronkeole
dan payah jatung. Pengobatan : infus O2, anti
biotik.
e. Pneumonia adalah radang parenchin paru. Bronco pneumonia
merupakan ISPA yang paling sering memerlukan rawat inap.
Etiologi :Bakteri, Virus,dan Protozoa.
Gejala klinis :panas tinggi, sakit kepala, sakit dada pada anak
atau bayi dapat timbul kejang, kaku, batuk,
5
sesak nafas, cuping hidung, sianosis,
laboratorium, lekositosis
Diagnosis :dibuat berdasarkan anamnesa, gejala klinis, X
foto dan hasil laboratorium.
Diagnosis II :broncheolitis, payah jatung, aspirasi benda
asing, asbes.
Pengobatan :dirawat di RS, antibiotik, symptomatis,
posturnal drainage.
Menurut buku pedoman program pemberantasan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) yang dikelurkan oleh dirjen PPM dan PLP
Depkes RI (1996) telah dijelaskan bahwa ISPA terdiri dari sekelompok
kondisi klinik dengan etiologi dan perjalanan klinis yang berbeda. Untuk
menperjelas dan memudahkan pemahaman tentang ISPA maka dilakukan
klasifikasi sesuai dengan beratnya penyakit, yaitu.15
a. ISPA Ringan
Tanda dan gejala ISPA ringan meliputi satu atau lebih tanda dan gejala
sebagai berikut :
1. Batuk dan pilek
2. Demam (dengan atau tanpa panas )
3. Suara serak dan napas cepat
4. Frekuensi napas bayi ≥ 50 kali/menit dan balita ≥40 kali/menit
b. ISPA Sedang
Tanda dan gejala ISPA sedang meliputi ISPA ringan ditambah satu
atau lebih tanda gejala berikut :
1. Pernapasan yang cepat ≥ 50 kali per menit (tanda utama)
2. Wheezing (napas menciut-ciut)
3. Panas ≤ 39˚C
c. Yang termasuk klasifikas ISPA sedang ialah :
1. Sakit telinga
6
2. Keluar cairan dari hidung ≤ 2 minggu
3. Campak
d. ISPA Berat
Tanda dan gejala ISPA berat meliputi ISPA ringan dan sedang di
tambah satu atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Penarikan dada kedalam saat menarik napas (tanda utama) pada
bayi
2. Napas cepat dengan frekuensi ≥ 60 kali per menit atau adanya
penarikan yang kuat dinding dada sebelah bawah kedalam pada
bayi.
3. Stridor (pernapasan ngorok )
4. Tidak mampu atau tiak nafsu makan
Tanda dan gejala ISPA berat antar lain : Cyanosis (kulit kebiru-
biruan) Napas cuping hidung (cuping ikut bergerak kempis saat
bernapas)
5. Kejang dan kesadaran menurun
6. Dehidrasi (tanda-tanda kekurangan cairan)
7. Terdapatnya membran (selaput) difteri
B. Saluran Pernapasan
1) Anatomi pernapasan .16
a. Nares Anterior
Merupakan saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran
bermuara ke dalam bagian yang terkenal sebagai vestibulum (rongga
hidumg). Vestibulum ini dilapisi dengan epithelium bergaris yang
bersambungan dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah
kalenjer sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu
bermuara ke rongga hidung.
7
b. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung.
c. Faring atau tekak
Faring atau tekak merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungnya dengan ketinggian tulang rawan
krikoid, letaknya di belakang hidung atau naso faring, belakang mulut
atau oro faring dan di belakang laring atau farix-laringeal. Faring
merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan.
d. Laring atau tenggorok
Laring atau tenggorokan terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkan dari koluma vertebra dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring bukan hanya jalan udara dari faring ke saluran
nafas lainya namun juga menghasilkan sebagian besar suara yang
dipakai untuk berbicara dan bernyanyi.
e. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima dan di tempat ini, bercabang menjadi dua bronchus (bronkhi).
Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot.
f. Bronkus
Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampik yang
8
kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut bronkus lobus
bawah, bronkus lobus tengah keluar dari bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan ke bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
g. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri, dan ditengah
dipisahkan oleh jantung. Paru-paru bibagi menjadi beberapa lobus
oleh fisula. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan paru kiri mempunyai
2 lobus, setiap lobus tersusun atas tobula. Jaringan paru-paru sifatnya
elastis, berpori dan seperti spon.
2) Fisiologi Pernafasan16
Secara harfiyah pernafasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfer
menuju ke sel-sel dan keluarnya CO2 dari sel-sel ke udara bebas.
Pernafasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan atau pernafasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru
bersama pernafasan luar.
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirupnya udara dari luar
yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.15
Menurut Evelyn Pearce pada
pernafasan melalui paru-paru, oksigen diambil melalui trakea dan pipa
bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam
kapiler pulmonalis
9
C. Sumber Terjadinya Penyakit ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sangat sering menyerang di
semua golongan umur dari mulai bayi, balita, remaja, dewasa dan orang
tua dan kejadian ISPA di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.17
1. Bakteri penyakit ISPA
Penyakit ISPA daerah berkembang umumnya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza, bakteri ini kadang-
kadang bisa ditemukan pada orang sehat dan bisa menimbulkan penyakit jika
daya tahan tubuh seseorang dalam keadaan lemah. Penularan ISPA melalui
bakteri yang masuk melalui saluran napas kemudian ditularkan ke orang lain
melalui pernapasan atau percikan lidah (wachim).
a. Streptococcus pneumoniae18
Streptococcus pneumoniae sering disebut sebagai Prieumococcus.
Diplococcus lancetiform dan diplococcus gram positif, sering berbentuk
lancet atau berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang
memudahkan untuk pengelompokan antara spesifik. Prieumococcus
mudah dosis dengan agen aktif pada permukaan misalnya garam empedu.
Agen aktif permukaan umumnya menghambat atau tidak mengaktifkan
penghalang autolysin dinding sel. Preieumococcus merupakan penghuni
normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia sekitar 5-40% dan
dapat menyebabkan ISPA. Pneumonia, sinusitis, ottis, bronchitis,
bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
Serangan ISPA dan pneumonia oleh pneumococcus biasanya
mendadak, di ikuti dengan demam, mengigil, dan nyeri tajam pada pleura.
Spurtum mirip dengan eksudat alveolar secara karakteristik berdarah atau
berwarna merah kecoklatan. Awal penyakit ini ketika demam meninggi
maka bakterimia tampak dalam 10-20% kasus. Dengan terapi
antimikrobia, penyakit biasanya hilang secara bertahap, jika obat-obat
diberikan secara awal, maka perkembangan konsolidas terganggu.
10
Bakteremia dari pneumonia menyebabkan komplikasi meningkat
meningitis, endokarditis, dan aseptic arthritis.
b. Haemophilus influenzae 18
Klasifikasi terbaru memasukkan Haemophilus dalam family
Pasteurellaceae. Dari genus Haemophilus dikenal 9 spesies yang terdapat
pada manusia Haemophilus pada manusia ini biasanya berhubungan
dengan saluran napas bagian atas, kecuali haemophilus ducrey penyebab
chancroid 85% orang dewasa sehat terdapat spesies Haemophilus pada
nesopharynx dan oropharynx yang tumbuh sebagai flora normal.
Kebanyakan spesies ini adalah jenis tidak berkapsul dari haemophilus
influenza berkapsul dan Haemphilus parainfluenzae dan bersifat aerob
dengan suhu optimal 37˚C.
Umumnya infeksi Haemophilus terjadi pada anak berumur antara
2-5 tahun. Sedangkan infeksi sistemik umumnya oleh serotipe b.
haemophilus influenza menyerang anak berumuran 2 tahun atau lebih
muda oleh karena masih rendahnya antikapsuler antibody. Peranan
Haemophilus influenza sebagai penyebab infeksi saluran nafas bagian atas
belum di ketahui secara baik. Beberapa peneliti menujukan bahwa ifeksi
oleh Haemophilus merupakan infeksi sekunder dari infeksi primer oleh
virus. Infeksi virus ini mempermudah perlekatan kuman pada mukosa.
Menekan respon imun, dan menghambat fungsi leukosit
2. Daya tahan tubuh penderita19
Daya tahan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mencegah masuk
dan berkembangannya kuman atau bibit penyakit dalam tubuh, daya tahan
tubuh deperngaruhi beberapa faktor yaitu
a. Status gizi
Status gizi berpengaruh pada daya tahan tubuh, yang status gizinya
kurang atau buruk akan mudah dijangkit penyakit menular atau
penyakit infeksi.
11
b. Kekebalan tubuh
Manusia biasanya mempunyai kekebalan alamiah terhadap
penyakit, di saat kekebalan tubuh menurun oleh sebab itu tubuh akan
membuat zat anti bodi, zat anti bodi ada jika rangsangan dari luar yang
mendorong terjadinya zat anti ini pada tubuh manusia, kekebalan dapat
timbul dengan pemberian imunisasi terhadap penyakit tertentu.
3. Kondisi lingkungan pemondokan
Kondisi lingkungan rumah berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit, termasuk ISPA, kondisi lingkungan pemondokan yang kurang
baik merupakan media yang baik bagi perkembangan vector, kuman
penyebab penyakit. Pemondokan yang kondisi ventilasinya kurang akan
menyebabkan kurang pertukaran udara dalam pemondokan sehingga asap
yang berasal dari kegiatan dari dapur dan kegiatan lainnya serta asap
rokok, pembakaran sampah di luar pemondokan akan berkumpul dalam
pemondokan, Sehingga santri berada di dalam pondok tersebut akan
menghisap asapnya dan mudah terserang ISPA.18
D. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Penyakit ISPA.20
Beberapa faktor penting yang mepengaruhi terhadap kejadian penyakit
ISPA yang perlu diketahui, dan Faktor yang berperan dalam kejadian dapat di
bedakan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang menaikan kerentanan pejamu terhadap
kuman penyebab. Adapun faktor intrinsik adalah sebagai berikut.
a. Umur dan jenis kelamin
Anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada
usia yang lebih lanjut, anak laki-laki ternyata 5 kali lebih sering menderita
ISPA dari pada anak perempuan.21
Resiko untuk terkena penyakit ISPA
lebih besar pada anak usia di bawah 2 tahun dari pada anak yang lebih di
12
atas 2 tahun. Keadaan ini karena status imunitas anak di bawah 2 tahun
belum tinggi atau baik dan kuman saluran nafas relative sempit.22
b. Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di
komsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsinya normal dan
organ-organ serta menghasilkan energi.
Penyakit infeksi dan gizi seringkali dijumpai bersama-sama,
keduanya dapat sering memberikan infeksi internal dan parental dapat
disebabkan atau menyebabkan gangguan gizi. Sebaiknya gangguana gizi
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Akibatnya angka kejadian, komplikasi
dan kematiaan karena infeksi meningkat.22
Gizi diketahui mempunyai arti penting dalam penentuan tingginya
angka mortalitas bayi atau anak karena ISPA. Misalnya pada anak yang
kurang gizi angka kejadian ISPA adalah 12 kali lebih besar dari pada anak
cukup gizi. Vitamin dapat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak
yang cukup mendapat vitamin A bila terkena diare, campak atau penyakit
infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga
tidak akan membahayakan jiwa anak.23
Fungsi zat gizi antara lain menghasilkan berikut.15
1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
terutama bagi yang masih dalam pertumbuhan.
2) Memperoleh energi guna melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
3) Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh
(dengan cara menjadi keseimbangan cairan tubuh).
4) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai kuman
atau virus yang menyerang pada tubuh.
13
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang dapat meningkatkan pemaparan dari
pejamu terhadap kuman penyebab, yang terdiri dari unsur biologis, unsur fisik
lingkungan rumah dan sosial ekonomi. Faktor lingkungan fisik rumah tersebut
antara lain :
a. Keadaan rumah
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Agar rumah
dapat berfungsi sebagai tempat tinggal dengan baik diperlukan beberapa
persyaratan seperti memenuhi kebutuhan fisiologis, memenuhi kebutuhan
psikologis, mencegah penularan penyakit serta mencegah terjadinya
kecelakaan.
Bagian-bagian rumah yang perlu diperhatikan sebagai keberhasilan dan
persyaratan kesehatan antar lain:
1) Lantai
Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama dari segi
kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab
sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan
merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman
penyakit, termasuk bakteri penyebab ISPA. Sebaiknya lantai rumah
tersebut dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan
kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.24
2) Dinding
Dinding rumah berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap.
Selain itu juga berfungsi untuk melindungi ruangan dari angin juga
melindungan panas. Bahan paling baik untuk dinding rumah adalah
14
bahan yang tahan api, kedap air dan terbuat dari bahan yang kuat
seperti pasangan batu bara atau tembok.
Fungsi dari dinding rumah adalah untuk mempertahankan suhu dalam
ruangan. Dinding merupakan media bagi rentang dampak (kelembaban
yang naik dari tanah) dan merupakan salah satu faktor penyebab
kelembaban dalam rumah. Dinding yang kelembabannya tinggi akan
mempengaruhi perkembangbiakan kuman penyakit.24
3) Luas Ventilasi Rumah dan Kamar Tidur Santri
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi antara lain:23
a) Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal
ini berarti keseimbangan O2 yang diperluka oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang
bersifat racun akan meningkat. Tidak cukupnya ventilasi juga akan
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari dalam ruangan naik karena
terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri
pathogen (bakteri-bakteri yang menyebabkan penyakit)
b) Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
pathogen, karena terjadi aliran udara yang terus menerus.
c) Menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban
yang optimal. Agar udara dalam ruangan selalu segar, maka
ruangan harus mempunyai sistem aliran udara yang baik. Untuk itu
ada cara yang dapat dilakukan yaitu:23
a) Ventilasi alamiah ialah ventilasi yang terjadi secara alamiah
dimana udara masuk ke dalam ruangan melalui jendela, pintu
atau lubang angin yang sengaja di buat.
15
b) Ventilasi buatan ialah dengan mempergunakan alat khusus
untuk mengalirkan udara misalnya mesin pengisap udara
(exhaust ventilation) dan air condition
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
829/menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiyah yang
permanen minimal 10% dari luas lantai.24
Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara
segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis
harus cukup. Berdasarkan peraturan bangunan Nasional, lubang
hawa suatu bangunan harus memenuhi aturan sebgai berikut:24
a. Luas bersih dari jendela atau lubang hawa sekurang-
kurangnya 1/10 dari luas lantai ruangan
b. Jendela atau lubang hawa harus meluas ke arah atas
sampai setinggi minimal 1,95 m dari permukaan lantai.
c. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-
langit sekurang-kurangnya 0,35% luas lantai yang
bersangkutan.
4) Kepadatan hunian
Kepadatan hunian penghuni merupakan luas lantai dalam rumah di
bagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Keadaan
tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi udara
dalam rumah. Kepadatan hunian rumah berpengaruh dalam penularan
penyakit. Semakin padat hunian rumah maka perpindahan penyakit
melalui udara akan semakin mudah dan cepat.24
5) Ruangan tidur
Ruang yang sehat harus mempunya ruangan khusus untuk tidur dan
agar terhindar dari penyakit saluran nafas. Luas ruangan tidur minimal
16
8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu
ruangan tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun.24
6) Suhu udara dalam rumah
Salah satu faktor yang menentukan kenyamanan suatu ruangan adalah
suhu yang berkisar antar 18˚C-30˚C.
Suhu udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan keadaan rumah
menjadi panas dan gerah sehingga memungkinkan penghuninya tidak
betah tinggal berlama-lama sedangkan suhu yang terlalu dingin
menyebabkan lembab dan dingin yang memungkinkan berkembang
biaknya kuman atau bakteri penyebab penyakit. Suhu yang segar dan
nyaman sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah antar 18˚C-30˚C.23
Karena suhu tubuh mudah dipengaruhi, maka harus dapat di atur suhu
ruangan sehingga suhu tubuh tidak terpengaruh. Prinsip pokok yang
dipegang adalah berusaha mendinginkan udara jika udara terlalu panas,
dan memanaskan udara jika udara terlalu dingin. Tetapi harus diingat
suatu ruangan yang serasi bagi kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh
suhu saja tapi ada faktor lain seperti kelembaban serta aliran udara
yang terjadi dalam ruangan tersebut. Sekalipun udara cukup sejuk,
tetapi jika kelembaban atau aliran udara tidak sesuai, maka udar dingin
tersa tidak nyaman, demikian pula sebalinya.23
7) Kelembaban
Kelembaban menunjukkan prosentase kandungan uap air di udara.
Kelembaban udara dalam ruangan dapat disebabkan oleh karena
adanya penguapan air pada tubuh, yaitu melalui pernafasan dan
permukaan kulit. Kelembaban dalam ruangan juga dapat disebabkan
oleh tiga faktor yaitu kelembaban yang naik dari tubuh, kelembaban
yang merembes dari dinding dan kelembaban yang bocor melalui atap.
Untuk menjaga kelembaban ruangan agar tidak menimbulkan dampak
17
negatif bagi kesehatan penghuninya salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat system pengaliran udara dan
pengerakan udara yang baik. Kelembaban relatif udara untuk wilayah
Indonesia adalah tinggi. Suhu yang nyaman (comfort zone) dan sehat
berada pada suhu ruangan 23˚-25˚C dengan kelembaban 40% - 60%.23
8) Intensitas Pencahayaan
Sumber cahaya yang terdapat di dalam bermacam-macam tetapi pada
dasarnya sumber cahaya tersebut adalah suatu yang berpijar seperti
matahari, nyala api, percikan listrik dan lain sebagainya.23
Rumah yang
sehat memerlukan pencahayaan yang cukup. Kurangnya cahaya yang
masuk kedalam rumah terutama cahaya matahari selain menyebabkan
kurang nyaman juga merupakan tempat atau media yang baik untuk
hidup dan bekembang biaknya penyakit. Sedangkan kamar yang terlalu
banyak cahaya yang masuk dapat menyebabkan kesilauan dan bisa
merusak mata.
Sumber pencahanyaan ada 2 macam meliputi:23
a) Alami
Sumber cahaya ini berasal dari cahaya matahari. Cahaya ini
penting untuk mengurangi kelembaban juga dapat membunuh
bakteri-bakteri pathogen seperti: bakteri tuberculosis, penyakit
mata dan penyakit saluran pernafasan. Oleh karena itu cahaya yang
masuk diusahakan tidak terhalang pohon, bangunan, maupun
tembok yang tinggi. Pencahayaan dipersyaratkan adalah 60 lux.
b) Buatan26
Sumber pencahayaan buatan juga disebut cahaya bukan alami yaitu
lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas dan lain sebagainya.
Pencahayaan dipersyaratkan dalam SK MenKes No.829/1999
tentang Persyaratkan Rumah Sehat adalah 60 lux
18
9) Sosial ekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosial ekonomi
yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan
masyarakat.25
10) Infeksi parasit
hasil penelitian tentang peranan infeksi parasit terhadap ISPA masih
saling bertentang. Peneliti di RSU Dr. Sutomo menunjukan tidak adanya
korelasi yang jelas antara Ascariasis dan ISPA, sedangkan penelitian ini
menunujukan bahwa kejadian ISPA adalah 46,7% pada anak dengan
ascariasis dan 13,3% pada anak tanpa ascariasis.26
11) Musim atau Cuaca
Selama musim dingin hubungan yang terjadi musim dingin dengan
frekuensi yang tinggi ISPA sebenarnya diakibatkan oleh cara hidup
penduduk selamanya musim dingin tersebut. Selama musim dingin itu
mereka lebih sering berkumpul di dalam ruangan yang tidak memiliki
sistem pengaliran udara yang baik. Kemungkinan terjadi infeksi secara
trobel juga meningkat.25
b. Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut
pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-
masing. Sehingga yang di maksud dengan perilaku manusia adalah semua
kegiatana atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.21
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
19
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktro yang membedakan
respon terhadap stimulus yang berbeda tersebut determinan perilaku.
Perilaku adalah merupakan penghayatan dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun
eksternal. Benyamin blomm seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia menjadi tiga yakni pengetahuan, sikap, dan praktek
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui penca indra manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan manusia (overt
behavior). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek peneliti atau responden.
2) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunujukan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanakan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi-reaksi terbuka atau
20
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek, secara langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
dinyatakan pendapat responden
3) Praktek atau Tindakan (Practice)
Sesuatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan termasuk di dalamnya adalah fasilitas dan dukungan dari
pihak lain.
c. Sumber Pencemaran Dalam Rumah
Pencemaran didalam ruangan baru mendapatkan perhatian yang besar
dari ahli lingkungan dan kesehatan setelah mengetahui banyaknya gangguan
kesehatan dan peristiwa kematian yang disebebkan oleh kualitas udara yang
tidak memenuhi syarat. Diperkirakan hampir 70% - 80% lama waktu hidup
seseorang dilewatkan di dalam ruangan atau bangunan. Maka lebih banyak
berada dalam ruangan dari pada luar ruangan dan pada umumnya mereka
justru individu yang paling peka terhadap pencemaran. Mereka itu adalah
orang yang paling peka terhadap pencemaran. Mereka itu adalah orang yang
terdiri dari bayi dan anak kecik atau balita, wanita hamil, orang lanjut usia,
orang sakit kronis.24
Sejumlah peneliti menemukan bahwa udara dalam ruangan sering
lebih tercemar dari pada udara diluar rumah. Polutan yang berada dalam
ruamh terdiri dari nitrogen oksida, karbon monoksida, beberapa senyawa
21
organik bersumber asap rokok, asap obat nyamuk bakar, asap bahan bakar
masak dan pembersihan lainya.
Sub variabel sanitasi fisik yang diteliti adalah ventilasi, kepadatan
penghuni rumah, kelembaban, pencahayaan alami, dan suhu. Semua
penelitian ini menggolongkan ventilasi menjadi 2 kriteria, yaitu baik jika luas
ventilasi 10% luas dari lantai dan buruk (tidak baik) jika luas ventilasi < 10%
luas lantai. Untuk sub variable kepadatan penghuni oleh penelitian Suryanti
(2003) dan Yusuf (2004) memberi kriteria yang sama, yaitu baik jika luas
kamar tidur 8 m2 untuk 2 orang,
6,9 tetapi penelitian Toanabun (2003) memberi
kriteria kepadatan penghuni baik jika 1 orang menempati 1,2 m7.8 Untuk sub
variabel kelembaban Suryanti (2003) dan Pencahayaan alami pada penelitian
Suryanti (2003) dianggap baik jika antara 60–120 lux dan buruk jika < 60 lux
atau >120 lux.9 Pada penelitian Yusuf (2004) pencahayaan alami masuk
dalam kriteria baik jika 60 lux dan kurang bila >60 lux. Kriteria,6 untuk suhu
penelitian Toanabun (2003) dianggap baik jika berkisar antara 23-25˚C dan
tidak baik jika suhu < 200˚C atau > 300˚C,8 sedangkan pada penelitian Yusuf
(2004) suhu baik bila 18-30˚C, serta kurang baik bila <18˚C atau > 30˚C.6
E. Hubungan Rumah Sehat Dengan Penyakit ISPA
Rumah sehat tidak hanya ditinjau dari bentuk saja, akan tetapi juga perlu
diperhatikan kenyamanan dan kesehatan serta lingkungan sekitarnya. Dalam
kaitannya dengan penyakit ISPA bagian-bagian rumah yang perlu
mendapatkan penghuni antara lain :
1. Kepadatan Penghuni
Luas lantai bangunan rumah sehat harus disesuaikan dengan jumlah
penghuni di dalamnya. Luas lantai bangunan yang tidak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni rumah (over
crowding) hal ini tidak sehat sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu penghuni terkena penyakit infeksi,
22
akan mudah menular kepada penghuni yang lainnya. Penyebaran penyakit
menular berlangsung di rumah yang padat penghuninya.17
2. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam rumah dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah
maupun mekanis. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, di antaranya
adalah :
a) Menjaga aliran udara didalam rumah tetap bersih atau segar, yang
berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah
tetap terjaga.
b) Membersihkan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
pathogen.
c) Menjaga agar rumah selalu dalam kelembaban yang optimum
3. Pencahayaan Alami
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah
terutama cahaya sinar matahari, di samping kurang nyaman juga
merupakan media yang yang baik bagi pertumbuhan dan perkembang
biakan kuman penyakit, sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah
akan menyebabkan silau yang ada akhirnya dapat merusak mata.17
4. Kelembaban udara
Rumah yang sehat harus dapat memberi perlindungan bagi penghuninya
termasuk kelembaban dalam rumah sehingga para penghuninya merasa
nyaman untuk tinggal di rumah, kelembaban yang terlalu tinggi dapat
membahanyakan, karena dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembang
biakan kuman penyakit, kelembaban yang dipersyaratkan adalah 40 % - 70
%, sedangkan kelembaban yang baik (optimum) adalah 60 %.
23
5. Jenis Dinding
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga
untuk melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar
dan juga sebagai pembatas antara dalam dan luar rumah. Dinding berguna
untuk mempertahankan suhu dalam ruangan, merupakan media bagi
proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang merupakan
salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang
baik adalah dinding yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu
bata atau yang sering disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat
mencegah naiknya kelembaban dari tanah (rising damp). Dinding dari
anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya cocok untuk
daerah pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab,
sehingga kelembabannya tinggi
6. Lantai
Lantai dari tanah, batu atau bata biasanya langsung diletakkan di atas
tanah asli sehingga menjadi lembab. Hal ini disebabkan penguapan air
tanah di bawah lantai, karenanya perlu dilapisi dengan satu lapisan semen
yang kedap air atau susunan tegel, teraso, marmer, keramik untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah. Sebaiknya lantai dinaikkan kira-
kira 20 cm dari permukaan tanah.
F. Hubungan Penyakit dengan Kesehatan Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari host, baik benda
mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang lain.17
Pada dasarnya menusia adalah makhluk sosial yang mampu berinteraksi
dengan lingkungan hidupnya secara timbal balik. Manusia dipengaruhi
lingkungan dan mempengaruhi lingkungan. Untuk mengoptimalkan proses
interaksi ini manusia dibekali kemampuan untuk melaksanakan adaptasi
terhadap lingkungan, namun untuk melakukan proses adaptasi terhadap
24
lingkungan ini terdapat beberapa keterbatasan disamping dapat berjalan
secara perlahan juga terdapat batas-batas toleransi baik secara fisik maupun
secara psikologis. Dalam batas-batas kemampuan ini manusia tidak akan
mampu beradaptasi lagi menyebabkan kondisi sulit.17
Oleh sebab suatu hal yang wajar jika manusia sebagai makhluk hidup
untuk memelihara kelansungan hidupnya tidak hanya bersandar pada
kemampuan dirinya untuk beradaptasi lingkungan tapi juga perlu melakukan
upaya-upaya untuk menangkal pengaruh luar yang kurang baik terhadap
dirinya.17
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga manusia tetap sehat
adalah dengan perbaikan. Sebagaimana Teori Blum bahwa darajat kesehatan
dengan seseorang dapat di pengaruhi 4 faktor, faktor lingkungan, perilaku
manusia, pelayanan kesehatan dan keturunan. Menurut blum dari 4 faktor
tersebut faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
status kesehatan seseorang18
Gambar 2.1 Paradigma Kesehatan Lingkungan.10
Upaya Program
Kes/Non Kes
Sumber
perubahan
Pemb/Alami
Wahana
Transmisi
Penyakit
- Udara
- Air
- Makanan
- Manusia
Masyarakat
Sakit
Sehat
25
Untuk menggambarkan keterkaitan kesehatan manusia dengan lingkungan
juga dapat dilihat dengan paradigma kesehatan lingkungan seperti pada
gambar 2.1
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa setiap komponen lingkungan akan
selalu berinteraksi dengan kondisi kesehatan lingkungan seseorang. Karena
komponen lingkungan ini sering berubah, sudah barang tentu akan
mempengaruhi dan menimbulkan perubahan pada kondisi kesehatan seseorang.
Apakah orang tersebut akan sehat atau sakit hal in bergantung pada perubahan
komponen lingkungan tersebut. Komponen lingkungan yang dimaksud adalah
air, udara, makanan, binatang sebagai vector dan manusia itu sendiri.
Komponen udara adalah yang paling mudah dipengaruhi oleh lingkungan
baik fisik, kimia, maupun biologis . karena udara merupakan saranan interaksi
lingkungan yang paling mudah misalnya bernafas, pemanasan bahan kimia,
proses dekomposisi hasil buangan dan sebagainya. Karena itu di udara
didapatkan bermacam-macam polutan hasil proses alami maupun aktifitas
manusia. Pengaruh terhadap kesehatan manusia oleh udara yang terpolusi pada
umumnya gangguan pernafasan seperti ISPA.
G. Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit ISPA
Pencegahan dan penanggulangan ISPA dilakukan dengan penatalaksanaan
kasus yang rasional, disamping melaksanakan upaya penyuluhan kepada
seluruh masyarakat.19
Bentuk penanggulangan dan pencegahan dilaksanakan dengan cara
pengolahan kasus, imunisasi, perbaikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan
kepada masyarakat. Sedangkan pencegahan diarahkan kepada faktor-faktor
yang dapat mengurangi kesakitan ISPA antara lain imunisasi DPT, perbaikan
gizi keluarga, peningkatan kesehatan keluarga dan perbaikan kualitas
lingkungan di dalam maupun di luar rumah
26
H. Rumah
1. Pengertian Rumah Bagi Kehidupan.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian, untuk berlindung dari gangguan alam dan
makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga.
Berdasarkan dengan hal tersebut keberadaan rumah sehat, yang aman serasi
dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat dipenuhi
dengan baik. Dari segi kesehatan lingkungan rumah untuk manusia
mempunyai beberapa pengertian tempat untuk bergaul dengan keluarga atau
membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada. Rumah
juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kemungkinan bahaya
datang mengancam.23
Definisi perumahan (housing) menurut WHO adalah suatu struktur fisik
dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan
dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan
keadaan yang baik untuk keluarga dan individu.
Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum,
rumah bagi keluarga memepunyai arti sebagai berikut.30
a. Tempat Untuk Berlindung
Keluarga bertempat tinggal dalam rumah untuk melindungi diri dari panas,
hujan dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dengan nyaman dan
tentram.
b. Tempat Pembinaan Keluarga
Rumah sebagai tempat tinggal pertumbuhan keluarga mempunyai peranan
yang besar dalam pembinaan watak penghuninya. Rumah hendaknya dapat
menjadi wadah kegiatan pembinaan keluarga melalui bimbingan
pengetahuan, ketrampilan, perilaku yang baik. Karena rumah merupakan
tempat pendidikan, yang pertama dan utama bagi kesehatan, terutama bagi
27
pengembangan kepribadian anak. Dengan mempersiapkan rumah yang
memenhui syarat diharapkan dapat menampung kegiatan pembinaan bagi
anggota keluarga dan mendorong terciptanya kerukunan dan kebahagiaan
keluarga.30
c. Tempat Kegiatan Keluarga
Rumah sebagai tempat pertemuan bagi keluarga, mempunyai arti penting
dalam memberikan suasana yang menujang kegiatan dengan rasa senang,
tentram dan nyaman. Untuk mencapai keadaan ini, perlu disiapkan rumah
sehat yang dapat menampung anggota dalam melakukan kegiatan dan
kebiasaan dengan baik. Rumah yang sehat dan nyaman akan berpengaruh
pada kesehatan jasmani dan rohani.
rumah bagi manusia mempunyai arti.23
a. Sebagai tempat melepas lelah, beristirahat setelah lelah atau penat
melaksanakan kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai lembaga status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan
hingga saat ini.
c. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang berharga
yang dimiliki, terutama yang masih ditemui pada masyarakat pedesaan.
2. Pengertian Rumah Sehat
a. Rumah sehat dapat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat sehingga dapat menimbulkan
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
b. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, dan biologi isi dalam rumah,
di lingkungan rumah dan perumahan dalam keadaan seimbang sehingga
memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
The American Public Health Asosiation telah merumuskan syarat-syarat
untuk terjaminnya kesehatan.2
28
a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan dasar fisik penghuninya. Ditinjau dari syarat maka perlu
diperhatikan antara lain.
1) Rumah tersebut harus dipelihara sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan suhu lingkungan yang penting untuk
mencegah panas atau bertambahnya panas badan secara berlebihan
2) Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang terbagi atas
penerangan alami dan penerangan buatan dan tidur sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu gelap atau tidak sampai menimbulkan rasa
silau.
3) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna
sehingga aliran udara segar dapat terjaga.
4) Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuninya dari gangguan
bising berlebihan.
b. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan
kejiwaan dasar dari penghuninya. Kebutuhan kejiwaan dasar amat
relatif sekali, namun paling tidak semua berkisar pada terjaminnya
privacy dari penghuninya, terjamin berlangsungnya hubungan yang
berasal antara anggota keluarga yang tinggal bersama, menyediakan
sarana yang memungkinkan pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa
menimbulkan kecelakaan yang berlebihan.
c. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dan kemungkinan penularan penyakit atau
hubunngan dengan zat-zat yang membahanyakan kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka rumah yang sehat adalah rumah
yang dimana.
1) Tersedia air bersih yang cukup
2) Adanya tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik
3) Tidak menjadi sarang binatang melata maupun penyebab penyakit
lainnya
4) Terhindar dari penyakit pernafasan
29
5) Terlindungi dari pengotoran terhadap makanan
d. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan.
Sehingga yang termasuk dalam persyaratan ini antar lain:
1) Bangunaan yang kokoh
2) Tangga yang tidak terlalu curam dan licin
3) Terhindar dari bahaya kebakaran
4) Alat listrik yang terlindungan
5) Tidak menyebabkan keracuan gas bagi penghuni
WHO telah merusmuskan 9 karakteristik lingkungan perumahan yang
dapat dapat membersihkan efek penting secara langusng maupun tidak
lasung terhadap kesehatan fisik maupun mental bagi penghuninya.
a. Struktur dari rumah yang mencakup sejauh mana rumah melindungi
penghuni dari panas dan dingin yang ekstrim, kebisingan, masuknya
debu, hujan, serangga dan rodensia.
b. Sejauh mana suplay air yang masuk rumah cukup memadai, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
c. Efektifitas sarana pembuangan (dan manajemen selanjutnya) dari
ekskreta dan limbah cair maupun padat.
d. Kualitas lokasi rumah, termasuk sejauh mana secara struktural aman
untuk perumahan dan terindungan dari kontaminasi (dengan demikian
penyediaan pengaliran air merupakan aspek paling penting)
e. Akibat dari kepadatan yang berlebihan, termasuk meliputi kecelakaan
rumah tangga, infeksi melalui udara, penyakit pernafasan akut,
pneumonia dan tuberculosis.
f. Adanya pencemaran udara dalam rumah yang berkaitan dengan bahan
bakar yang digunakan untuk memasak dan untuk penghangatan.
g. Standar-standar keamanan makanan termasuk sejauh mana tempat
tinggal telah memiliki sarana untuk penyimpanan makanan serta
melindunginya dari pembusukan serta pencemaran.
30
h. Vektor-vektor dan hospes-hospes penyakit yang barkaitan dengan
lingkungan domestik.
i. Rumah sabagai tempat kerja, dimana pertanyaan-pertanyaan mengenai
kesehatan kerja seperti penggunaan dan penyimpanan bahan-bahan
kimia toksik serta berbahaya dan aspek-aspek kesehatan serta
keselamatan dan keamanan dari peralatan perlu dipertimbangkan.
3. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Tinggal
Rumah adalah suatu struktur fisik yang dipakai orang atau manusia
untuk tempat berlindung dimana lingkungan dari truktur tersebut termasuk
juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang
baik untuk keluarga dan individu. Untuk mewujudkan rumah dengan
fungsi di atas, rumah tidak harus mewah atau besar tetapi rumah yang
sederhana dapat dibentuk menjadi rumah yang layak huni.33
Rumah disamping merupakan lingkungan fisik, manusia sebagai
tempat tinggal, juga merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal
ini akan terjadi bila kriteria rumah tersebut belum terpenuhi. Menurut
statistik kematian dan kesakitan paling tinggi terjadi pada orang-orang
yang menempati rumah yang tidak memenuhi syarat dan terletak pada
tempat yang tidak sanitasi. Bila kondisi lingkungan buruk, derajat
kesehatan akan rendah demikian sebaliknya. Oleh Karena itu kondisi
lingkungan pemukiman terus mampu medukung tingkat kesehatan
penghuninya.29
Untuk mendapatkan sebuah rumah yang sesuai dengan maksud dan
pengertian diatas sebuah rumah harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Persyaratan rumah sehat menurut Permenkes. No.829/MenKes/VII/199
adalah sebagai berikut.24
a. Bahan bangunan
1) tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahanyakan kesehatan
a) Debu total tidak lebih dari 150 µg/kg
31
b) Partikel bebas tidak melebihi dari 150 fiber/m³/4 jam
c) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan
berkembang mikroorganisme pathogen
b. Komponen rumah dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus
memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebgai berikut:
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
2) Dinding
a) Di ruang tidur, ruangan keluarga, dilengkapi
b) Kamar mandi, dapur dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
4) Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal pettir
5) Ruang dalam harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, dan ruang mandi.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alami dan buatan lansung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal 60 lux, dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak melebihi :
1) Suhu udara nyaman berkisar 18 ˚C – 30 ˚C
2) Kelembaban berkisar 40% - 70%
3) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.
4) Pertukaran udara (air exchange rate) 5 kaki kubik/menit/penghuni
rumah
5) Konsumsi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
6) Konsumsi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m³
e. Binatang penular penyakit
1) Tidak ada tikus bersarang di rumah
32
2) Kecoa dalam rumah
3) Sarang laba-laba
f. Air
1) Tersedianya sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per
orang/hari
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan air bersih dan atau air minum
sesuai dengan undang-undangan yang berlaku.
g. Limbah
1) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau pencemaran
tanah, serta air tanah
h. Kepadatan hunian Ruangan Tidur
Ruangan tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2
orang tidur dalam satu kecuali anak di bawah 5 tahun.
I. Pondok Pesantren
Pondok pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang
sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan
agama Islam di bawah bimbingan seorang Ustadz atau Kyai. Santri-santri yang
berada di Pondok pesantren pada dasarnya sama saja dengan anak didik di
sekolah-sekolah umum yang harus berkembang yang perlu mendapat pelatihan
khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang
dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak
sekolah umum, bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan
masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati.34
Pesantren, pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah
Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Pelajar pesantren (disebut sebagai
santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh
pesantren, dengan kata lain, pesantren sebagai jenis pendidikan nonformal,
berbeda dengan makna pendidikan nonformal dalam pendidikan umum, dimana
33
makna pendidikan nonformal dalam pengertian umum berarti memberikan
ketrampilan atau kemampuan yang telah dimiliki oleh anak didik agar mampu
melayani kebutuhan yang semakin meningkat sehubungan dengan tantangan
pekerjaan yang dihadapinya. Maka pendidikan nonformal pada pesantren berarti
mendasari, menjiwai dan melengkapi akan nilai-nilai pendidikan formal. Tidak
semua hal dapat diajarkan melalui program-program sekolah formal, disini
pesantren mengisi kekurangan tersebut.36
Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran
yang menekankan pada pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai
tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau
pesantren Ramadan yang diadakan di sekolah-sekolah umum misalnya, tidak
termasuk dalam pesantren ini. Tujuan pokok pesantren adalah mencetak ulama,
yaitu orang yang mendalami ilmu agama. Tujuan umum pesantren adalah
membina warga Negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaranajaran
agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupan serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan Negara serta menciptakan dan mengembangkan kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak
mulia, bermanfaat bagi masyarakat.3
34
I. KERANGKA TEORI
Mengacu pada yang telah dipaparkan di tinjauan pustaka, kerangka teori pada
penelitian adalah sebagai berikut
Sumber Penularan
ISPA
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber Modifikasi : The web of cousation, The whell, HL Blum dan Green
Faktor
Pengetahuan
Personal
Hygiene
Faktor Perilaku
Merokok
Buang sampah
Pencemaran Udara
Dalam Ruangan
Kepadatan
Hunian
Luas
Ventilasi
Jenis
dinding
Kelembaban
Udara
Suhu Udara
Pencahayaan
Alami
Jenis
Lantai
Umur Jenis
Kelamin
Status
Gizi
Santri
Daya Tahan
Tubuh Santri
Keberadaan
Mikroorganism
e
Kesehatan Lingkungan
Penataan
ruangan
Jenis
bangunan
35
L. Kerangka Konsep
M. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada
santri Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang.
b. Ada hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA pada
santri Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang
c. Ada hubungan antara pencahayaan alami kamar dengan kejadian ISPA
pada santri Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang
d. Ada hubungan antara kelembaban udara kamar dengan kejadian ISPA
pada santri Addainuriyah 2 Pedurungan Semarang
Variabel Bebas
-
Variabel Terikat
Kejadian ISPA
Luas ventilasi kamar
Kepadatan Hunian Kamar
Pencahayaan Alami Kamar
Kelembaban Udara Kamar
Recommended