View
337
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
KERJA LINTAS DISIPLIN DAN BUDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari segala aktivitas
yang ada. Dari segala aktivitas yang mereka lakukan mereka akan selalu
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, kedisiplinan dan kebudayaan (budaya).
Ilmu pengetahuan merupakan sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang
diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk
mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi
beberapa cabang dan sub cabang, sedangkan disiplin ilmu berarti mengikuti
percabangan keilmuan itu sendiri. Jadi, dapat dikatakan bahwa kerja lintas
disiplin berarti adalah suatu kerja yang menggabungkan beberapa cabang atau sub
cabang ilmu pengetahuan. Atau bisa juga diartikan sebagai suatu kerja yang tidak
sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapanyang dipegang
teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalampelaksanaan pekerjaan yang
ada dalam organisasi tersebut. Budaya memberikan titik individu penahan, identitas, serta
kode etik. Budaya juga daapat digunakan sebagai ciri dari asal mula,tempat tinggal
seseorang. Studi budaya telah menyebabkan generalisasi yang berlaku untuk semua
budaya. Karakteristik tersebut disebut universal budaya, yang merupakan manifestasi
dari cara hidup yang total dari setiap kelompok orang. Ini termasuk unsur-unsur seperti
perhiasan tubuh, ritual pacaran, etiket, konsep keluarga, gerakan, bercanda, makan,
kebiasaan, musik, nama pribadi, diferensiasi status, dan kebiasaan perdagangan.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari lintas disiplin?
2. Bagaimana alasan pentingnya kerja lintas disiplin?
3. Apa saja kelemahan pendekatan lintas disiplin ilmu?
4. Apakah pengertian dari budaya?
5. Apa saja unsur-unsur budaya?
6. Bagaimana analisis budaya?
7. Apa metode yang digunakan dalam lintas budaya?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari lintas disiplin dan budaya
2. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya kerja lintas disiplin dalam
kehidupan sehari-hari
3. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang berhubungan dengan kerja
lintas disiplin
4. Untuk mengetahui analiss serta metode yang digunakan dalam lintas
budaya
Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki manfaat yakni sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan tentang kerja lintas disiplin dan budaya
2. Memahami bagaimana pentingnya kerja lintas disiplin dan budaya dalam
kehidupan
3. Memberikan pengetahuan bahwa budaya merupakan salah satu unsur
terpenting
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Lintas Disiplin
Ilmu pengetahuan dibagi menjadi beberapa cabang dan sub cabang,
sedangkan disiplin ilmu berarti mengikuti percabangan keilmuan itu sendiri. Jadi,
dapat dikatakan bahwa kerja lintas disiplin berarti adalah suatu kerja yang
menggabungkan beberapa cabang atau sub cabang ilmu pengetahuan. Atau bisa
juga diartikan sebagai suatu kerja yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang
dimiliki.
Alasan Pentingnya Kerja Lintas Disiplin
Russel et.all mengidentifikasi beberapa bentuk lintas batas disiplin ilmu
yaitu transdisipliner, multidisipliner, dan interdisipliner.Interdisiplineritas yaitu
ketika masalah yang bertumpang tindih antar disiplin ilmu dikaji oleh ilmuwan
dari dua atau lebih disiplin ilmu. Multidisiplin yaitu ketika spesialis berbagai
disiplin ilmu bekerja sama dengan mempertahankan perspektif dan pendekatan
disiplin ilmu mereka. Sementara itu, transdisplineritas lebih maju dalam
meleburkan batas-batas disiplin ilmu. Karakteristik potensial dari
transdisiplineritas termasuk, fokus pada permasalahan (riset berasal dan
dikontekstualisasikan dengan masalah di dunia nyata), berkembangnya
metodologi dan kolaborasi antar aktor yang luas. Sebagai contoh dalam
transdisiplin adalah berkembangnya disiplin ilmu baru Human Ecologyyang
melebur teori, komponen, dan pengetahuan dari disiplin ilmu lain seperti
Ekonomi, Politik, Teknik Lingkungan.
Dalam upaya mempermudah pendefinisian interdisipliner, Nissani
membagi Interdisiplineritas dalam berbagai komponen seperti multidisciplinarity,
pluridisciplinarity, crossdisciplinarity, dan transdisciplinarity.Sebagai
pendahuluan, ia melihat disiplin sebagai wadah pengalaman manusia yang khusus
dan memiliki komunitas ahlinya sendiri. Interdisipliner dilihat sebagai
menggabungkan komponen-komponen tertentu dari dua atau lebih disiplin ilmu.
Dalam diskursus akademik, interdisiplineritas mencakup empat bidang:
pengetahuan, riset, pendidikan dan teori. Pengetahuan interdisipliner melibatkan
kesamaan komponen dari dua atau lebih disiplin. Riset interdisipliner
menggabungkan komponen dari dua atau lebih disiplin dalam rangka mencari
pengetahuan, praktek dan ekspresi artistik yang baru. Pendidikan interdisipliner
menggabungkan komponen dua atau lebih disiplin dalam satu program instruksi.
Teori interdisipliner mengambil pengetahuan, riset dan pendidikan interdisipliner
sebagai objek kajian utamanya.
Tidak jarang kita menemukan penolakan terhadap pengetahuan yang
bersifat interdisipliner atau riset yang merefleksikan kesalahpahaman dalam
pentingnya kontribusinya pada (1) perkembangan pengetahuan dan keilmuan, (2)
keuntungan sosial bagi masyarakat dan (3) individu. Tulisan ini merupakan
pembelaan atas pengetahuan dan riset interdisipliner, yang sangat penting karena
10 alasan-alasan berikut:
1. Kreativitas membutuhkan pengetahuan interdisipliner.
Proses penemuan kerapkali mencakup tindakan menggabungkan ide yang
sebelumnya tampak tidak berkaitan. Pemikiran yang kreatif kerap menghasilkan
ide yang tidak lazim tapi membuahkan permutasi yang produktif. Aspek yang
digabungkan bisa berasal dari satu disiplin, atau berasal dari permutasi ide dari
dua atau lebih disiplin.
2. Pendatang baru seringkali memberikan kontribusi yang penting pada bidangnya
yang baru
Observasi pendatang baru dapat membuka mata atas hal-hal yang baru.
Misalnya di bidang antropologi, pendatang baru bisa melihat aspek aspek budaya
yang kasat mata bagi penduduk asli. Para pendatang pun lebih cermat untuk tidak
mengabaikan anomali.
3. Penganut disiplin ilmu tertentu seringkali melakukan kesalahan yang hanya
bisa terdeteksi oleh orang yang memahami dua atau lebih disiplin ilmu
Pengamatan lintas disiplin berguna karena jurang antar disiplin ilmu
terlalu luas. Sehingga tidak jarang ilmuwan mengambil kesimpulan yang
bertabrakan dengan kesimpulan di disiplin ilmu lain akibat generalisasi atau tidak
peka pada disiplin ilmu lain tersebut.
4. Banyak sekali topik-topik riset yang jatuh di persimpangan beragam disiplin
ilmu.
Ruscio berargumen bahwa disiplin ilmu pada prakteknya tidak memiliki
batas yang jelas selayaknya harapan para teoretisi disiplin ilmu tersebut. Serta
peneliti disipliner tampak mampu mengisi celah kosong yang produktif sehingga
area abu-abu ilmu pengetahuan bisa diisi.
5. Banyak permasalahan intelektual, sosial dan praktikal memerlukan pendekatan
interdisipliner.
Sejarah membuktikan bahayanya rekomendasi kebijakan yang terlalu
sempit oleh mereka yang memiliki pengetahuan yang luas atau sebaliknya. Dalam
dunia spesialisasi, seorang berpendidikan tinggi bisa tidak menyadari dimensi
sosial dan moral dari tindakannya. Kompartementalisasi, selain rendahnya
pendidikan adalah musuh besar yang hanya bisa ditaklukan oleh pendidikan yang
menyeluruh.
6. Pengetahuan dan riset interdisipliner berguna akan mengingatkan kita akan
idealnya kesatuan badan ilmu pengetahuan.
Tentu saja sekarang ini mustahil untuk menguasai semua disiplin ilmu
sekaligus. Tapi bila kita keliru mengartikan pengetahuan disiplin dengan
kebajikan; jika kita lupa seberapa banyak kita tidak tahu; jika kita lupa seberapa
besar kita tidak bisa tahu; jika kita tidak menginginkan, setidaknya sebagai
prinsip, idealitas kesatuan badan ilmu pengetahuan; kita akan kehilangan sesuatu
yang penting. Interdisiplineritas membantu kita mengingat hal ini, bahwa
komponen komponen pengetahuan manusia merupakan pecahan dari keseluruhan
bangunan pengetahuan.
7. Pelaksana praktek interdisipliner menikmati fleksibilitas yang lebih besar dalam
risetnya.
Kebanyakan bidang ilmu mengalami kemajuan yang pesat, diikuti dengan
periode stagnasi. Pada saat saat ini dalam konteks pribadi, ilmuwan yang berani
pindah ke disiplin ilmu yang baru akan menikmati fleksibilitas dan kebebasan
baru dalam karir mereka, sebuah imbalan personal untuk kesedian melintasi batas
disiplin ilmu.
8. Ketimbang terpaku pada satu disiplin ilmu yang sempit, penganut
interdisipliner sering merasakan sensasi intelektual yang mirip dengan
penjelajahan di lahan yang baru.
Pada titik tertentu, imbal balik dari proses input tertentu mengecil secara
progresif.Agar menjadi ahli dalam bidangnya mereka berakhir hanya
mengeksplorasi satu minat saja. Interdisiplineritas, kontras dengannya, selamanya
memperlakukan diri mereka dengan intelektualitas yang setara dengan
menjelajahi daerah eksotik.
9. Pelaksana ilmu Interdisipliner bisa menjembatani jurang komunikasi dalam
akademi modern, karenanya membantu memobilisasi sumberdaya intelektual
yang besar dalam membangun rasionalitas yang lebih besar.
Universitas modern hanya memiliki efektifitas yang sedang sebagai agen
perubahan sosial. Kenyataannya dunia akademik menikmati kesuksesan yang
minim dalam memobilisasi sumberdaya intelektualnya untuk memperbaiki
masyarakat. Alasannya cukup jelas: fragmentasi disiplin ilmu membuat akademik
pasif dihadapan dunia yang sewenang-wenang. Dalam komunitas dengan bahasa
yang berlainan diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggabungkan
kekuatannya. Interdisiplineritas, dengan mengingatkan kita pada ideal kesatuan
badan pengetahuan, dengan menguasai dua atau lebih bahasa akademik, bisa
berkontribusi pada integrasi budaya akademik.
10. Dengan menjembatani disiplin ilmu yang terfragmentasi, interdisipliner bisa
berperan dalam membela kebebasan akademik.
Penegakan nilai ekstrinsik akuntabilitas,nilai intrinsik pencarian reputasi
dan kontrol kualitas dari rekan sejawat bisa mengarah kepada perbudakan
intelektual dan kemudian pada kemandulan akademik. Akibat fragmentasi disiplin
ilmu, akademisi kerap gagal mendeteksi ancaman besar pada kebebasan akademik
ini. Pemahaman pentingnya kerjasama bisa menjadi pelindung melawan
birokratisme yang berusaha menerapkan pengawasan yang ketat, berdasarkan
indikator performa. Karenanya cukup penting untuk menjaga kebebasan seorang
akademisi dalam memilih apa yang akan dikaji dan apa yang tidak.
Kelemahan Pendekatan Lintas Disiplin Ilmu
Pendekatan lintas disiplin ilmu ini juga memiliki kelemahan. Pertama,
untuk mendapatkan jarak pandang yang luas, seorang bisa jadi mengorbankan
waktu untuk menjadi ahli di satu bidang. Kedua, perlu dihindari upaya melakukan
generalisasi yang naf akibat pengabungan beberapa disiplin ilmu. Ketiga,
Ilmuwan yang dikategorikan lintas batas menghadapi hambatan profesi yang
masih memprioritaskan spesialisasi disiplin ilmu. Keempat, interdisiplineritas
kerap dicap sebagai kompetitor oleh spesialis disiplin ilmu.
Untuk mengatasi kelemahan ini haruslah melakukan perubahan cara
berpikir. Akademik perlu memberi ruang bagi tumbuh kembangnya pengetahuan
dan riset interdisipliner. Selayaknya ekosistem, akademik perlu merawat spesialis
dan generalis demi terciptanya kemajuan akademik yang kaya. Perubahan cara
berpikir ini salah satunya berkat tekanan imperatif lingkungan hidup.
Russel mengatakan pendekatan lintas disiplin semakin mendesak akibat
tekanan permasalahan lingkungan hidup (environmental imperative).Sejak tahun
1960an, masyarakat industri modern telah menyaksikan perubahan dramatis dari
kepedulian sosial atas isu lingkungan. Berkembangnya gerakan sosial lingkungan
hidup turut menekan pemerintah untuk mengakui dan menyelesaikan persoalan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh industri dan praktek sosial (gaya hidup)
modern. Imperatif lingkungan hidup ini terlihat pada program Manusia dan
Biosfer dari UNESCO pada 1970an, Laporan Brundtland di 1980an dan Rio
Earth Summit pada tahun 1990an.Lalu, Negara-negara merespon dengan
membangun kementerian lingkungan hidup, meratifikasi perjanjian dan traktat
isu-isu lingkungan hidup serta berpartisipasi pada pembangunan organisasi
lingkungan hidup internasional. Salah satu indikasi meningkatnya kepedulian
pada isu lingkungan hidup adalah bagaimana kemajuan pembangunan ekonomi
ditekankan pada isu keberlanjutan.
Seirama dengan kesadaran politik, riset akademik mengkaji lingkungan
hidup turut meningkat. Walaupun sebelumnya kajian telah dilakukan di disiplin
ilmu seperti biologi, geologi, hidrologi, geografi, arkeologi dll, Kesadaran untuk
mengkombinasikan dan menghubungkan berbagai bidang pengetahuan tersebut
datang baru-baru saja, terutama untuk mencapai aspek keberlanjutan
pembangunan.
Aspek ini telah menjadi faktor pendorong yang merubah pola pikir riset
lintas disiplin ilmu. Konsep dan upaya mencapai pembangunan berkelanjutan juga
telah menarik perhatian pentingnya mengkombinasikan pengetahuan dari ilmu
sosial dan alam. Kesalingterhubungan permasalahan lingkungan hidup juga
mengakibatkan perlunya kerjasama inter dan intra institusi dari level lokal hingga
global. Hasrat untuk memahami lingkungan hidup secara menyeluruh dan
membangun solusi untuk mengatasi masalah lingkungan telah mengakibatkan
proliferasi pusat kajian dan mata pelajaran yang fokus pada masalah lingkungan
hidup. Ini adalah bentuk mengkristalnya transdisiplinaritas akibat tekanan
imperatif lingkungan hidup.
Perspektif yang memfokuskan pada imperatif lingkungan hidup, mengakui
permasalahan yang muncul hadir dalam konteks sosial dan alam yang terkait
secara kompleks, penuh ketidakpastian dan tidak adanya batasan disiplin ilmu
yang jelas. Lebih jauh lagi, mencari solusi untuk persoalan lingkungan hidup tidak
hanya membutuhkan pemahaman atas lingkungan hidup dan ancamannya; tetapi
juga harus mempengaruhi tindakan dan perilaku berbagai aktor di masyarakat.
Cara berpikir ini melihat solusi memerlukan produksi pengetahuan yang
berdasarkan pendekatan sistemik menyeluruh ketimbang partial; tidak
terkungkung oleh batasan pengetahuan yang ketat, bisa menghadapi kompleksitas
dan ketidakpastian; dan mampu mengintegrasikan dan mengkomunikasikan
pengetahuan diantara semua aktor dan antar bidang disiplin ilmu.
Dengan kata lain, pendekatan lintas disiplin penting dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang timbul dimasyarakat. Serta tekanan imperatif
lingkungan hidup telah menjadi salah satu faktor pendorong praktek
transdisiplinaritas dan kajian lintas disiplin ilmu lainnya. Karena itu dikala upaya
kita memperdalam spesialisasi di dalam disiplin ilmu kita, ada baiknya kita
memberikan perhatian juga pada kajian lintas disiplin ilmu.
Pengertian Budaya
Budaya memberikan titik individu penahan, identitas, serta kode etik. Dari
lebih dari 160 definisi kebudayaan dianalisis oleh Kroeber dan Kluckhohn,
sebagian memahami budaya sebagai memisahkan manusia dari nonhumans,
beberapa mendefinisikannya sebagai pengetahuan menular, dan beberapa sebagai
jumlah dari prestasi yang dihasilkan oleh sejarah kehidupan sosial
manusia. Semua definisi memiliki elemen umum: budaya belajar, berbagi, dan
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya terutama
diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya, tetapi juga ditularkan oleh
organisasi sosial, kelompok-kelompok minat khusus, pemerintah, sekolah, dan
gereja. Cara umum berpikir dan berperilaku yang dikembangkan kemudian
diperkuat melalui tekanan sosial. Hofstede menyebutnya sebagai "pemrograman
kolektif pikiran".Budaya juga multidimensi, yang terdiri dari sejumlah elemen
umum yang saling bergantung. Perubahan yang terjadi di salah satu dimensi akan
affeet yang lain juga.
Czinkota, dkk (1992:264) mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem
terpadu dari pola perilaku yang dipelajari dari karakteristik anggota suatu
masyarakat. Ini mencakup segala sesuatu yang kelompok berpikir, berkata, dan
membuat kebiasaan, bahasa, artefak material, dan sistem berbagi sikap dan
perasaan. Meliputi berbagai unsur dari materialistik ke spiritual. Budaya adalah
inheren konservatif, menolak perubahan dan mendorong kontinuitas. Setiap orang
encultured dalam budaya tertentu, mempelajari "cara yang benar" dalam
melakukan sesuatu. Masalh mungkin timbul ketika seseorang encultured dalam
satu budaya harus menyesuaikan diri dengan yang
lain. Proses akulturasi menyesuaikan dan beradaptasi dengan budaya khusus
selain sendiri adalah salah satu kunci keberhasilan dalam operasi internasional.
Edward T.Hall. yang telah membuat beberapa penelitian paling berharga
tentang efek budaya pada bisnis, membuat perbedaan antara budaya konteks
tinggi dan rendah. Dalam konteks budaya tinggi, seperti Jepang dan Arab Saudi,
konteks setidaknya sama pentingnya seperti apa yang benar-benar
dikatakan. Pembicara dan pendengar bergantung pada pemahaman umum dalam
konteksnya. Dalam konteks budaya rendah,bagaimanapun sebagian besar
informasi yang terkandung secara eksplisit dalam kata-kata. Budaya Amerika
Utara terlibat dalam komunikasi konteks rendah. Kecuali satu adalah menyadari
perbedaan mendasar, niat dengan mudah dapat disalahpahami. Sebagai contoh,
penilaian kinerja biasanya fungsi sumber daya manusia. Jika penilaian kinerja
harus terpusat dibimbing atau dilakukan di perusahaan multinasional, mereka
yang terlibat harus sadar nuansa budaya. Salah satu perbedaan yang menarik
adalah bahwa sistem AS menekankan pengembangan individu, sedangkan sistem
Jepang berfokus pada kelompok di mana karya-karya individual. Di Amerika
Serikat, kritik lebih langsung dan dicatat secara resmi, sedangkan di Jepang itu
lebih halus dan verbal. Apa yang tidak dikatakan dapat membawa arti lebih dari
apa yang dikatakan.
Di sini entitas bisnis internasional akan bertindak sebagai agen
perubahan dengan memperkenalkan produk baru atau ide-ide dan
praktek. Meskipun ini mungkin terdiri dari tidak lebih dari pergeseran konsumsi
dari satu merek produk yang lain, hal itu dapat menyebabkan perubahan sosial
besar-besaran dengan cara konsumsi, jenis produk yang dikonsumsi, dan
organisasi sosial.
Dalam mewujudkan perubahan atau mencoba untuk memenuhi permintaan
yang semakin homogen di pasar, entitas bisnis internasional dapat dituduh
"imperialisme budaya" terutama jika perubahan yang dibawa adalah dramatis atau
jika budaya adaptasi khusus tidak dibuat dalam program manajemen atau
pemasaran. Hal ini disorot oleh pengalaman ekspansi Disney ke Eropa dalam
Perspektif Global.
Unsur-unsur Budaya
Studi budaya telah menyebabkan generalisasi yang berlaku untuk semua
budaya. Karakteristik tersebut disebut universal budaya, yang merupakan
manifestasi dari cara hidup yang total dari setiap kelompok orang. Ini termasuk
unsur-unsur seperti perhiasan tubuh, ritual pacaran, etiket, konsep keluarga,
gerakan, bercanda, makan, kebiasaan, musik, nama pribadi, diferensiasi status,
dan kebiasaan perdagangan. Kegiatan ini terjadi di seluruh budaya, tetapi mereka
mungkin unik diwujudkan dalam suatu masyarakat tertentu, membawa keragaman
budaya. Penyebut yang umum memang dapat ditemukan di seluruh budaya, tapi
budaya dapat bervariasi secara dramatis dalam cara mereka melakukan kegiatan
yang sama.
Pengamatan unsur-unsur budaya utama menunjukkan bahwa elemen ini
baik material (seperti alat-alat) dan abstrak (seperti sikap). Sensitivitas dan
adaptasi terhadap elemen-elemen oleh perusahaan internasional tergantung pada
tingkat perusahaan terlibat dalam pasar misalnya, perizinan terhadap investasi
langsung dan produk atau jasa yang dipasarkan. Tentu, beberapa produk dan jasa
atau praktek-praktek manajemen memerlukan penyesuaian sangat sedikit,
sementara beberapa harus disesuaikan secara dramatis. Unsur-unsur budaya
tersebut antara lain:
1. Bahasa
Bahasa telah digambarkan sebagai cermin budaya. Bahasa itu sendiri
adalah multidimensi oleh alam. Hal ini berlaku tidak hanya kata yang diucapkan
tetapi juga dari apa yang dapat disebut bahasa nonverbal dari bisnis
internasional. Pesan yang disampaikan dengan kata-kata yang digunakan oleh
bagaimana kata-kata yang diucapkan (misalnya, nada suara), dan melalui cara-
cara nonverbal seperti gerakan, posisi tubuh, aye kontak.
Kemampuan Bahasa melayani empat peran yang berbeda dalam bisnis
internasional. Bahasa adalah penting dalam pengumpulan informasi dan
evaluasi. Daripada mengandalkan sepenuhnya pada pendapat orang lain, manajer
mampu melihat dan mendengar secara pribadi apa yang sedang terjadi. Orang-
orang jauh lebih nyaman berbicara bahasa mereka sendiri, dan hal ini harus
diperlakukan sebagai keuntungan. Kecerdasan terbaik di pasar yang dikumpulkan
dengan menjadi bagian dari pasar daripada mengamati dari luar. Sebagai contoh,
manajer lokal dari perusahaan multinasional harus menjadi sumber utama
perusahaan informasi politik untuk menilai risiko potensial. Kedua, bahasa
menyediakan akses kepada masyarakat setempat. Meskipun bahasa Inggris
mungkin banyak digunakan dan bahkan mungkin menjadi bahasa resmi
perusahaan, berbicara bahasa lokal dapat membuat perbedaan dramatis. Ketiga,
kemampuan bahasa semakin penting dalam komunikasi perusahaan, baik di dalam
keluarga perusahaan atau dengan anggota saluran.Bayangkan kesulitan yang
dihadapi oleh manajer negara yang harus berkomunikasi dengan para karyawan
melalui penterjemah suatu. Akhirnya, bahasa menyediakan lebih dari kemampuan
untuk berkomunikasi. Ini melampaui mekanika ke intrepretasi konteks.
2. Agama
Setiap kebudayaan menemukan legitimasi dalam menjadi bagian dari
sebuah konteks yang lebih luas. Kebanyakan budaya temukan dalam agama
alasan untuk menjadi. Untuk menentukan agama mengharuskan dalam
pencantuman supranatural dan keberadaan yang lebih tinggi.
Agama dapat memberikan dasar bagi kesamaan transkultural bawah
keyakinan bersama dalam Islam, Budha, atau Kristiani. Misalnya. Sebuah contoh
nyata dari efek pada bisnis internasional dari keyakinan agama adalah larangan
produk prork dan minuman beralkohol di Timur Tengah. Ketika daging sapi atau
unggas yang diekspor ke sebuah negara Muslim, hewan harus dibunuh dalam
metode halal. Pengakuan pembatasan agama dapat mengungkapkan peluang serta
kewajiban, sebagaimana dibuktikan oleh keberhasilan peluncuran baru-baru ini
minuman alkohol beberapa di beberapa negara Timur Tengah. Dampak agama
dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain di suatu wilayah tertentu, di sisi
lain.
3. Nilai dan Sikap
Nilai dibagi norma kepercayaan atau kelompok yang telah diinternalisasi
oleh individu. Sikap merupakan evaluasi dari alternatif berdasarkan nilai-nilai ini.
Nilai-nilai dan sikap dalam keyakinan utama (seperti agama), yang perlu
diperhatikan manajer bisnis internasional. Sikap terhadap perubahan pada
dasarnya positif di negara-negara industri, sedangkan di lebih tradisi-terikat
masyarakat, perubahan dipandang dengan kecurigaan besar terutama ketika
datang dari entitas asing. Situasi ini mendorong penelitian menyeluruh,
kemungkinan besar pendekatan lokal, dan komitmen besar di tingkat atas untuk
jangka waktu yang cukup lama.
4. Manners and Customs
Memahami perilaku dan customs sangat penting dalam negosiasi, karena
interpretasi berdasarkan pada frame sendiri referensi dapat menyebabkan
kesimpulan yang benar-benar salah. Untuk bernegosiasi secara efektif di luar
negeri, semua jenis komunikasi harus dibaca dengan benar.
5. Material Elements
Budaya material mengacu pada hasil teknologi dan secara langsung
berkaitan dengan bagaimana masyarakat mengatur kegiatan ekonomi. Hal ini
diwujudkan dalam ketersediaan dan kecukupan infrastruktur dasar ekonomi,
sosial,keuangan, dan pemasaran untuk bisnis internasional di
pasar. Infrastruktur ekonomi dasar terdiri dari transportasi, energi, dan
sistem infrastruktur komunikasi sosial mengacu pada perumahan, kesehatan,
dan sistem pendidikan yang berlaku di negara yang menarik.
Keuangan dan infrastruktur pemasaran menyediakan lembaga fasilitator untuk
operasi perusahaan internasional di pasar tertentu untuk Misalnya, bank dan
perusahaan penelitian. Di beberapa bagian dunia, perusahaan internasional
mungkin harus menjadi pasangan yang tak terpisahkan dalam mengembangkan
berbagai infrastruktur sebelum dapat beroperasi, sedangkan di lain itu sangat
dapat mengambil manfaat dari kecanggihan tingkat tinggi mereka.
Kemajuan teknologi mungkin menjadi penyebab utama perubahan budaya
di banyak negara. Misalnya, peningkatan waktu luang sehingga karakteristik
dalam budaya Barat telah menjadi akibat langsung dari perkembangan
teknologi. Dengan kemajuan teknologi datang juga konvergensi budaya.
6. Estetika
Setiap kebudayaan membuat pernyataan yang jelas mengenai selera yang
baik, seperti yang diungkapkan dalam seni dan simbolisme tertentu warna, bentuk,
dan musik. Apa dan apa yang tidak diterima dapat bervariasi secara dramatis di
pasar bahkan sebaliknya sangat mirip.
7. Pendidikan
Pendidikan baik formal maupun informal, memainkan peran utama dalam
berbagai budaya. Tingkat pendidikan budaya dapat dinilai dengan menggunakan
tingkat melek huruf, partisipasi dalam pendidikan menengah, atau pendaftaran di
pendidikan tinggi yang tersedia dari sumber data sekunder. Perusahaan
Intenational juga perlu mengetahui tentang aspek kualitatif pendidikan, yaitu
berbagai penekanan pada keterampilan tertentu dan keseluruhan tingkat
pendidikan yang diberikan. Jepang dan Korea Selatan, misalnya, menekankan
ilmu, khususnya rekayasa, untuk tingkat yang lebih besar daripada negara-negara
Barat.
Tingkat pendidikan akan berdampak pada berbagai fungsi bisnis. Program
pelatihan untuk produksi fasilitas harus mengambil latar belakang pendidikan
peserta.
Manajer internasional juga mungkin harus siap untuk mengatasi hambatan
dalam merekrut tenaga penjualan yang sesuai atau personil pendukung. Misalnya,
budaya Jepang menempatkan premi pada loyalitas, dan karyawan menganggap
mereka anggota keluarga perusahaan.
8. Lembaga Sosial
Lembaga sosial mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain.
Konsep kekerabatan, atau hubungan darah antara individu, didefinisikan dalam
cara yang sangat luas dalam masyarakat. Pembagian populasi tertentu ke dalam
kelas disebut stratifikasi sosial.
Bagian penting dari proses sosialisasi konsumen dunia adalah kelompok
referensi Kelompok-kelompok ini memberikan nilai-nilai dan sikap-sikap yang
mempengaruhi dan bentuk perilaku. Organisasi sosial juga menentukan peran
manajer dan bawahan dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain.
9. Sumber Pengetahuan Budaya
Konsep pengetahuan budaya yang luas dan beragam. Pengetahuan budaya
dapat didefinisikan dengan cara itu diperoleh. Informasi yang obyektif atau
faktual yang diperoleh dari orang lain melalui komunikasi, penelitian, dan
pendidikan. Pengetahuan Experential, di sisi lain, dapat diperoleh hanya dengan
terlibat dalam budaya selain sendiri.
Kesuksesan bisnis internasional tidak hanya membutuhkan pencarian fakta
komprehensif dan persiapan tetapi juga kemampuan untuk mengerti dan
menghargai sepenuhnya nuansa ciri budaya yang berbeda dan pola.
Pengertian Lintas Budaya
Lintas budaya dekat sekali dengan isu-isu otonomi daerah, pluralisme, dan
multikulturalisme yang sedang hangat saat ini. Itu tidak hanya mengandung
unsur-unsur kelokalan tapi juga bisa dikategorikan studi hubungan internasional
dan lintas negara.
Lintas budaya adalah studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses
mental, termasuk variabilitas dan invarian, di bawah kondisi budaya yang
beragam. Melalui memperluas metodologi penelitian untuk mengenali variasi
budaya dalam perilaku, bahasa dan makna, ia berusaha untuk memperpanjang,
mengembangkan, dan mengubah psikologi.
Analisis Budaya
Salah satu contoh model di atas dikembangkan oleh Sheth dan Shethi,
model ini didasarkan pada premis bahwa semua aktivitas bisnis internasional
harus dilihat sebagai inovasi dan sebagai proses perubahan produksi. Setelah
semua, multinasional memperkenalkan praktik-praktik manajemen serta produk
dan jasa dari satu negara ke budaya lain, di mana mereka dianggap baru dan
berbeda. Pertanyaannya walupun banyak kegunaan model tersebut, mereka
membawa bersama menjadi satu presentasi, semua atau sebagian besar variabel
yang relevan yang berdampak pada bagaimana konsumen dalam budaya yang
berbeda dapat merasakan, mengevaluasi, dan mengadopsi perilaku baru. Namun,
setiap manajer menggunakan alat tersebut secara berkala harus di-cross-check
hasilnya dengan realitas dan pengalaman.
Variabel kunci dari model ini adalah kecenderungan untuk berubah, yang
merupakan fungsi dari tiga konstruksi: (1) gaya hidup budaya individu dalam hal
bagaimana memegang kepercayaan tradisional mereka dan sikap yang, dan juga
unsur-unsur budaya yang dominan, (2) agen perubahan (seperti perusahaan
multinasional dan praktek mereka) dan pemimpin opini strategis (misalnya, elit
sosial), (3) komunikasi tentang inovasi dari sumber komersial, sumber netral
(seperti pemerintah), dan sumber-sumber sosial, seperti teman-teman dan kerabat.
Komunikasi tentang inovasi terjadi melalui produk pysical sendiri
(sampel) atau melalui mengalami kebijakan baru dalam perusahaan. Jika praktek
personil baru, seperti lingkaran kualitas atau flextime, menjadi pertanyaan, hasil
dapat disampaikan dalam laporan atau dari mulut ke mulut oleh para pekerja
dalam program. Isi komunikasi tergantung pada faktor-faktor berikut: produk atau
keuntungan relatif kebijakan ini atas alternatif yang ada, kompatibilitas dengan
pola-pola perilaku ditetapkan, kompleksitas, atau sejauh mana produk atau proses
dianggap sebagai sulit untuk dipahami dan digunakan; trialability, atau derajat
yang dapat bereksperimen dengan tanpa menimbulkan risiko utama, dan
obsevability, yang merupakan sejauh mana konsekuensi dari inovasi yang terlihat.
Sebelum produk atau kebijakan dievaluasi, informasi tentang hal itu akan
dibandingkan dengan keyakinan yang ada tentang keadaan sekitar situasi. Distorsi
akan terjadi sebagai akibat dari selektif, paparan retensi perhatian, dan. Sebagai
contoh, apa asing dapat dilihat dalam cahaya yang negatif, upaya lain perusahaan
multinasional mungkin telah gagal, atau pemerintah mungkin discourge implicity
kegiatan yang diusulkan. Informasi tambahan kemudian dapat dicari dari salah
satu sumber masukan atau dari pemimpin opini di pasar.
Meskipun model-model tersebut dapat membantu perencanaan strategi
dengan memastikan bahwa semua variabel dan saling keterkaitan yang mereka
anggap, analisis apapun tidak lengkap tanpa pengakuan dasar perbedaan
budaya. Menyesuaikan diri dengan menempatkan nilai-nilai yang berbeda
membutuhkan sendiri budaya samping. James E. Lee mengusulkan
bahwa referensi diri alami kriteria referensi sadar nilai-nilai budaya sendiri
adalah akar dari masalah bisnis yang paling internasional. Namun, mengakui hal
ini sering cukup sulit. Pendekatan analitis berikut dianjurkan untuk mengurangi
pengaruh nilai-nilai budaya sendiri:
1. Tentukan masalah atau tujuan dalam hal ciri-ciri budaya dalam negeri,
kebiasaan, atau norma-norma.
2. Tentukan masalah atau tujuan dalam hal ciri-ciri budaya asing, kebiasaan,
atau norma-norma. Membuat pertimbangan nilai.
3. Mengisolasi pengaruh referensi kriteria diri dalam masalah, dan memeriksa
dengan hati-hati untuk melihat bagaimana hal itu mempersulit masalah ini.
4. Mendefinisikan ulang masalah tanpa pengaruh kriteria referensi diri, dan
memecahkan situasi tujuan optimal.
Prosedur analitis memerlukan pemantauan konstan perubahan yang
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa luar serta perubahan yang disebabkan oleh
entitas bisnis itu sendiri. Mengontrol etnosentrisme kecenderungan untuk
mempertimbangkan budaya sendiri lebih unggul dari orang lain dapat dicapai
hanya dengan mengakui dan benar menyesuaikan diri dengan kemungkinan efek
dalam pengambilan keputusan manajerial. Manajer internasional harus siap dan
mampu menempatkan kesiapan itu untuk penggunaan yang efektif.
Metode Pelatihan Lintas Budaya
Untuk mendorong sensitivitas budaya dan penerimaan cara-cara baru
dalam melakukan menipis dalam organisasi, manajemen harus melembagakan Focus
program pendidikan internal. Ini mungkin termasuk komunikasi tertulis (misalnya,
surat kabar), interaksi antara manajemen dan karyawan, dan program pelatihan
formal bagi mereka yang akan memiliki garis depan bertugas dalam hal ini.
Tujuan dari program pelatihan formal adalah untuk mendorong
karakteristik kritis empat kesiapan, sensitivitas, kesabaran, dan fleksibilitas dalam
manajer dan personel lainnya. Program-program ini bervariasi secara dramatis
dalam hal ketelitian mereka, keterlibatan, dan, tentu saja, biaya.
Uraian lingkungan dan program orientasi budaya adalah jenis
program studi kawasan. Program-program ini memberikan persiapan faktual bagi
seorang manajer untuk beroperasi di, atau bekerja dengan orang-orang dari suatu
negara tertentu. Studi daerah harus menjadi prasyarat dasar untuk jenis lain dari
program pelatihan. Hanya saja studi kawasan melayani tujuan praktis kecil karena
mereka tidak benar-benar mendapatkan perhatian manajer. Lainnya, lebih terlibat
pada program berkontribusi konteks di mana untuk menempatkan fakta sehingga
mereka dapat dipahami dengan baik.
Assimilator budaya adalah program di mana peserta harus menanggapi
skenario situasi tertentu di suatu negara tertentu. Program-program ini telah
dikembangkan untuk negara-negara Arab, Iran, Thailand, Amerika Tengah, dan
Yunani. Hasil pengalaman assimilator peserta dievaluasi oleh panel
hakim. Program jenis ini telah digunakan terutama dalam kasus-kasus transfer
luar negeri pendek.
Ketika lebih banyak waktu yang tersedia, manajer dapat dilatih secara
ekstensif dalam bahasa. Hal ini mungkin diperlukan jika bahasa eksotis yang
terlibat. Pelatihan Sensitivitas berfokus pada peningkatan fleksibilitas seorang
manajer dalam situasi yang sangat berbeda dari orang-orang di rumah. Pendekatan
ini didasarkan pada asumsi bahwa memahami dan menerima diri sendiri adalah
penting untuk memahami seseorang dari budaya lain. Teknik seperti perjalanan
terikat telah digunakan untuk tujuan ini. Akhirnya, pelatihan mungkin
melibatkan pengalaman Fild, yang memperlihatkan seorang manajer untuk
lingkungan budaya yang berbeda untuk jumlah waktu yang terbatas. Ini langkah
teknik trainee (dan mungkin atau keluarganya) dalam keluarga dalam negeri
terletak pada lokasi nasional yang mereka ditugaskan.
Terlepas dari tingkat pelatihan, persiapan, dan karakteristik pribadi yang
positif, manajer akan selalu tetap asing. Seorang manajer tidak boleh bergantung
pada penilaian sendiri ketika manajer lokal dapat dikonsultasikan. Dalam banyak
kasus, seorang manajer harus memiliki hadir intrepeter pada negosiasi, terutama
tidak sepenuhnya bilingual. Selama kepercayaan dalam kemampuan bahasa
seseorang dapat menciptakan masalah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerja lintas disiplin berarti adalah suatu kerja yang menggabungkan
beberapa cabang atau sub cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan budaya dapat
diartikan sebagai suatu sistem terpadu dari pola perilaku yang dipelajari dari karakteristik
anggota suatu masyarakat. Ini mencakup segala sesuatu yang kelompok berpikir, berkata,
dan membuat kebiasaan, bahasa, artefak material, dan sistem berbagi sikap dan perasaan.
Jadi dengan kata lain kerja lintas disiplin dan budaya sangatlah penting karena
berpengaruh dalam setiap kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Czinkota, dkk.1992.International Business.USA:The Dyden Pr.
Muharam, Aditya,2010,10 Alasan Untuk Melakukan Kajian
Interdisiplin,(Online),
(www.ppiswedia.se/ppi/10-alasan-untuk-melakukan-kajian-interdisiplin),diakses
tanggal 02 Desember 2012
Recommended