View
4.441
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
dormansi pada benih
Citation preview
PENDAHULUAN
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada
setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah
karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan
pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebagai organisme mini
hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana
tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari
benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan
lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi.
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan
sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji keadaan
fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Pertumbuhan
tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum
dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh
petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dormansi sendiri mempunyai pengertian adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk
terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan/terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
e. Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
1) Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap
sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau
gas-gas ke dalam biji.
2) Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur
tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang
tumbuh.
Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan
mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian
temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya.
PEMBAHASAN
a. Pengertian dan Penyebab Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi
oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi
tersebut.
b. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh
struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit
keluar masuknya air ke dalam benih.
Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp
dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara
dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya
proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam
benih.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena
kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan
embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada
benih padi, sedangkan pada sayuran dormani sering dijumpai pada
benih timun putih, pare dan semangka non biji.
Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu
tipe terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara
perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari
kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada
tipe dormansi.
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam
penanganan benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat
mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya
benih-benih yang tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk
ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama pengangkutan atau
penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks
dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan untuk
mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambaan.
Tipe Dormansi
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi
Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural
terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada
berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih
keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air
terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel
berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar
dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.
Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat
menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga
kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa
dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam
keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi
pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh
dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa
genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia,
Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga
didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi
perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji
tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi
dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau
benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering
dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus
diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormasi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna
pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan
jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka
waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari
sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya
ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat
berkecambah (Schmidt, 2002).
Perlakuan Awal Dormansi Fisik
Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi
fisik, yang disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit.
Kondisi kedap air kulit biji legum relatif dalam arti bahwa bermacam-
macam jenis, bermacam-macam tingkatan kemasakan dan bermacam-
macam individu menunjukkan tingkat ketahanan terhadap penyerapan air
(imbibisi) yang berbeda.
Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe
dormansi ini, semua metode menggunakan perinsip yang sama yakni
bagaimana caranya agar air dapat masuk dan penyerapan dapat
berlangsung pada benih.
Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih harus disesuaikan
dengan tingkat dormansi fisik. Berbagai teknik untuk mematahkan
dormansi fisik antara lain seperti:
a. Perlakuan mekanis (skarifikasi)
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan
cara penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran,
dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara
yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik.
Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan
perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua
benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah
radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air.
Pada benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan
proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji
dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air.
Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit biji, tetapi daerah
microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada
daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak
akan mempengaruhi perkecambahan.
b. Air Panas
Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui
tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini
paling efektif bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat
juga lebih baik untuk mencegah kerusakan pada embrio karena bila
perendaman paling lama, panas yang diteruskan kedalam embrio sehingga
dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak benih dengan
kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi tiap jenis. Umumnya
benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal toleran terhadap
perendaman sesaat dalam air mendidih.
c. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan
agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat
kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah.
Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat
(H2SO4) asam ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat
diterapkan pada legum maupun non legume (Coppeland, 1980). Tetapi
metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi
permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan
asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1). kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan
imbibisi
2). larutan asam tidak mengenai embrio.
Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan
untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit
biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk
berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang
sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk
mengatasi dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif
karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan
atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan
oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
-fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan
dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
kondisi embrio yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji,
nucellus, pericarp, endocarp
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-
macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada
membran.
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik
maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat
dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji:
mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun
mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme
dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar
masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya),
embrio masih belum menyelesaikan tahap
perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
Embrio belum terdiferensiasi
Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih
butuh waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang
sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan
dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia. Biji
membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam
penyimpanan kering. Dormansi karena kebutuhan akan
afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur
tinggi dan pengupasan kulit.
Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel
dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan
cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim
dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan
pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan
dengan suhu rendah
-embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses
perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah
lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun
semai tumbuh kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada
musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara,
yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya
(panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan
perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic
(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran
intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal
ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic
(perkecambahannya dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi
imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah
menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut
skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively
photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua
dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah
daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra
merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari
kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama
sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang
terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali
diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang
photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
§ P650 : mengabsorbir di daerah merah
§ P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen
P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan
sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan.
Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm),
maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah
proses perkecambahan.
Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
-Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk
berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam
gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti
oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk
pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti
KNO3, thiourea dan asam giberelin.
Dormansi karena zat penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian
kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah
satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian
proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang
telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun
lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya
berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat
dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging
buah.
Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai
untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan
untuk mengatasi dormansi embryo.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau
perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan
dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang
seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997)
mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang
dibutuhkan untuk mematahkannya.
Tipe
dormansi
Karakteristik Contoh
spesies
Metode pematahan dormansi
Alami Buatan
Immature
embryo
Benih secara fisiologis
belum mampu
berkecambah, karena
embryo belum masak
walaupun biji sudah
masak
Fraxinus
excelcior,
Ginkgo
biloba,
Gnetum
gnemon
Pematangan
secara alami
setelah biji
disebarkan
Melanjutkan proses
fisiologis
pemasakan embryo
setelah biji
mencapai masa
lewat-masak (after-
ripening)
Dormansi
mekanis
Perkembangan embryo
secara fisis terhambat
karena adanya kulit
biji/buah yang keras
Pterocarpus,
Terminalia
spp, Melia
volkensii
Dekomposisi
bertahap pada
struktur yang
keras
Peretakan mekanis
Dormansi
fisis
Imbibisi/penyerapan air
terhalang oleh lapisan
kulit biji/buah yang
impermeabel
Beberapa
Legum &
Myrtaceae
Fluktuasi suhu Skarifikasi
mekanis,
pemberian air
panas atau bahan
kimia
Dormansi
chemis
Buah atau biji
mengandung zat
penghambat (chemical
inhibitory compound)
yang menghambat
perkecambahan
Buah fleshy
(berdaging)
Pencucian
(leaching) oleh
air,
dekomposisi
bertahap pada
jaringan buah
Menghilangkan
jaringan buah dan
mencuci bijinya
dengan air
Foto
Dormansi
Biji gagal berkecambah
tanpa adanya
pencahayaan yang
Sebagian
besar spesies
temperate,
Pencahayaan Pencahayaan
cukup. Dipengaruhi
oleh mekanisme
biokimia fitokrom
tumbuhan
pioneer
tropika
humida seperti
eucalyptus
dan Spathodea
Thermo
Dormansi
Perkecambahan rendah
tanpa adanya perlakuan
dengan suhu tertentu
Sebagian
besar spesies
temperate,
tumbuhan
pioneer daerah
tropis-
subtropis
kering,
tumbuhan
pioneer
tropika
humida
Penempatan
pada suhu
rendah di
musim dingin
Pembakaran
Pemberian suhu
yang
berfluktuasi
Stratifikasi atau
pemberian
perlakuan suhu
rendah
Pemberian suhu
tinggi
Pemberian suhu
berfluktuasi
Pemecahan Dormansi
1.Benih padi
Pemecahan dormansi benih padi dilakukan dengan cara melakukan
perendaman dalam air panas pada suhu kurang lebih 400 C selama 24 jam
sampai 48 jam.
2. Benih Timun Putih
Pemecahan dormansi dilakukan dengan cara membuka sedikit bagian
ujung pangkal benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku.
3. Benih Pare
Pemecahan dormansi dilakukan dengan cara membuka sedikit bagian
ujung pangkal benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku.
4. Benih Semangka Non Biji
Pemecahan dormansi dilakukan dengan membuka sedikit ujung pankal
benih dengan menggunakan penjepit / alat pemotong kuku dan merendam
dalam larutan fungisida selama kurang lebih 5 menit, kemudian diletakkan
dalam kertas yang digulung dan dimasukkan dalam kotak karton tertutup
yang disinari lampu 5 Watt berwarna hijau selama kurang lebih 2 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada
setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi
masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi
permintaan pengguna/petani.
2. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan/terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
3. Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a. Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke
dalam biji.
b. Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur
tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
4. Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan
mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian
temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya.
5. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air
Respirasi yang tertukar,
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
6. Perlakuan Awal Dormansi Fisik
a.Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara
penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan
bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang
paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik.
b. Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui
tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini
paling efektif bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat
juga lebih baik untuk mencegah kerusakan pada embrio karena bila
perendaman paling lama, panas yang diteruskan kedalam embrio sehingga
dapat menyebabkan kerusakan.
7. Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan
agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu
rendah
-embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji
masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh
kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim
semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Departemen
Kehutanan. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co.
Minneapolis, Minnesota.
Doran, J. C., Turnbull, J.W., Bolland, J. D. 1983. Handbook on seed of dry-zone
acacias. A guide for collecting, extracting, cleaning, and stering the seed and for
treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO Rome.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung
MAKALAH TEKNOLOGI BENIH
DORMANSI BENIH
Disusun Oleh :
Candra Ayu Budi S H0808014
Carrine Irawan H0808015
Faradilla Diwitami H0808022
Paramesti Maris H0808063
Suryani H0808051
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2010
Recommended