View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
DINAMIKA SELF-FORGIVENESS
PADA MANTAN PECANDU NARKOBA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Ella Widya Nugrahaeni
149114185
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Untuk yang masih terus berjuang, yang terlupakan dan yang dilupakan,
jangan terlalu lama menyalahkan dirimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
If you feeling down, just remember that if you hang on for just one more day, you
just might encounter something truly beautiful.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
DINAMIKA SELF-FORGIVENESS
PADA MANTAN PECANDU NARKOBA
Ella Widya Nugrahaeni
ABSTRAK
Self-forgiveness merupakan kunci kepulihan bagi para pecandu narkoba. Namun
realitas mantan pecandu narkoba yang kerap mengalami relapse pasca menjalani
rehabilitasi menjadi fenomena yang marak terjadi. De Leon (2008) mengatakan
bahwa pemaafan diri sebagai kunci kepulihan pecandu narkoba hanya dapat terjadi
apabila mereka telah berdamai dengan berbagai rasa bersalah mereka. Relapse
berulang memang menjadi suatu kejatuhan kembali dalam pemulihan adiksi, akan
tetapi hal tersebut turut membangun serta memperkuat self-forgiveness pada diri.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika self-forgiveness
pada mantan pecandu narkoba yang telah menjalani masa rehabilitasi yaitu pada
tahapan after-care. Penelitian ini dilakukan pada dua orang laki-laki dan seorang
perempuan yang merupakan mantan pecandu narkoba pada tahapan after-care
melalui wawancara semi-terstruktur dengan metode analisis Interpretative
Phenomenological Analysis (IPA). Penelitian ini menemukan bahwa self-
forgiveness dapat terjadi apabila para mantan pecandu narkoba telah menerima
masa lalunya sekaligus berdamai dengan rasa bersalah mereka sebagai pecandu
narkoba. Self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba dapat memperkuat
komitmen mantan pecandu narkoba untuk dapat melepaskan diri dari adiksi
narkoba. Adanya self-forgiveness pun turut membuat mantan pecandu narkoba
dapat memiliki harapan untuk hidup secara individual maupun sosial dengan lebih
baik.
Kata kunci: Self-forgiveness, mantan pecandu narkoba, rasa bersalah, relapse
berulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE DYNAMICS OF SELF-FORGIVENESS
TOWARDS FORMER DRUG ADDICTS
Ella Widya Nugrahaeni
ABSTRACT
Self-forgiveness is the key of recovery for drug addicts. But the reality of former
drug addicts who often experience relapse after undergoing rehabilitation has now
become a common phenomenon. De Leon (2008) said that self-forgiveness, being
the key of recovery for drug addicts, would only occur if they had turned away from
their guilt. Repeated relapse indeed becomes a fall back in addiction recovery, but
it also helps build and strengthen self-forgiveness in oneself. Therefore, this study
aims to determine the dynamics of self-forgiveness in former drug addicts who have
undergone a rehabilitation period that is at the stage of after-care. This study was
conducted towards two men and a woman who were former drug addicts at the
after-care stage through semi-structured interviews with Interpretative
Phenomenological Analysis (IPA) method. This study found that self-forgiveness
can occur if former drug addicts have accepted with their past and also dealt with
their guilt as drug addicts. Self-forgiveness in former drug addicts can strengthen
their commitment in getting rid of drug addiction. The existence of self-forgiveness
can also make former drug addicts have better individual and also social life
expectancies.
Keywords: Self-forgiveness, former drug addicts, guilty feeling, repeated relapse
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Bagai jalan yang panjang dan berangin, begitulah proses pemulihan dari
adiksi yang harus dijalani oleh pecandu narkoba sepanjang hidupnya. Kepulihan
mereka pun tak dapat terlepas dari bayang-bayang relapse sebagai suatu kejatuhan
kembali yang sangat mungkin terjadi sebagai hal yang berulang. Keberadaan self-
forgiveness yang menjadi kunci bagi pecandu narkoba untuk melepaskan diri dari
adiksi membuat peneliti terdorong untuk menuliskan kisah mereka. Kisah
bagaimana para mantan pecandu berjuang jatuh dan bangun untuk pulih dan
menjalani hidup dengan lebih baik. Perjuangan untuk memaafkan diri yaitu dengan
melakukan dealing terhadap pengalaman mereka sebagai mantan pecandu narkoba
ternyata tidak semudah itu dilakukan. Karya ini peneliti peruntukkan bagi individu
yang masih sering menyalahkan dirinya sendiri.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Peneliti akan dengan lapang dada menerima kritik dan saran guna membangun
penelitian ini menjadi lebih baik. Penelitian juga tidak akan selesai apabila tidak
ada bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini dengan setulus hati, peneliti menyampaikan rasa terima kasih
pada berbagai pihak yang telah berjasa sehingga penelitian ini dapat terwujud.
Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:
1. Ibuku tercinta, Yudi Warnani Sri Puji Handayani, atas cinta kasih yang tak
pernah putus pada anak bungsunya. Baktiku sepanjang hidup takkan mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
menukar rasa syukur dan membalaskan budi baikmu. Hanya doa yang
mampu kupanjatkan agar Ibu selalu sehat tak kurang suatu apa.
2. Bapakku tersayang, Albertus Setiyoko, cinta di hidupku. Enam belas tahun
pasca kepergianmu ke pangkuan Illahi, akhirnya anak perempuan kecilmu
telah mampu menyelesaikan studi dengan baik. Aku percaya bahwa kasih
dan kerinduanmu akan selalu ada melampaui ruang dan waktu.
3. Masku yang selalu saja menyebalkan, Widya Adi Baskoro, untuk semua
teguran yang memotivasi agar saya dapat segera menyelesaikan tugas
belajar di perguruan tinggi.
4. Bapak Y.B. Cahyo Widiyanto, M.Si., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah mencurahkan segenap energi untuk membimbing saya
dengan penuh kesungguhan serta kesabaran. Banyak pelajaran berharga
saya petik dari proses bimbingan, terutama untuk menjadi pribadi yang lebih
dewasa dalam menghadapi suatu permasalahan.
5. Bro Eko Prasetyo, sumber inspirasi dalam penulisan penelitian ini. Begitu
banyak bantuan serta dukungan yang saya dapatkan dalam proses
penelitian, juga atas segala waktu yang telah Bapak luangkan sebagai
konselor senior narkoba untuk menjelaskan berulang-kali hal-hal yang saya
tak kunjung mengerti.
6. Keluarga Besar Eyang Sastrodiwiryo, Soewarno Hadiwidjojo, dan Hadi
Basuki. Khusus teruntuk Budhe Dani dan Pakdhe Rudi, terima kasih atas
dukungan selama ini. Juga pada sepupu seperjuangan Mbak Sita, terima
kasih untuk selalu ada saat saya membutuhkan bala bantuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
7. Bapak Koko Djatmiko, atas petuah maupun semangat yang tidak hentinya
disampaikan untuk saya. Walau terkadang menyakitkan, hal tersebut
sesungguhnya sangat mendorong motivasi penulisan skripsi agar tidak
mudah meredup.
8. Mbak Gik, yang selalu sabar mendengarkan curhatan sampisku sambil
membantu mengurus rumah. Terima kasih atas doa-doa tulus yang selalu
disampaikan sehingga saya bisa selalu bersemangat ketika berada di rumah.
9. Ketiga informan, atas kebaikan hati untuk berbagi cerita dan kesediaannya
menjadi informan penelitian. Karya ini tidak ada artinya tanpa mereka.
10. Sahabat-sahabat yang selalu menyemangati saya dalam suka maupun duka;
Arya, Ayek, Krisna. Geng ghibah; Mirna, Jeje, Clau, Pipin dan Edut, Avi,
Feni, dan Rohma, juga Fani. Dan teman-teman Skripsi Akurat yang masih
terus berjuang; Tita, Restu, Fany, Hoho, Mahar, Gery.
11. My soulsatelitte, Nusantara Budya Alami, lelaki yang paling setia
menemani sejak 2012. Menjadi saksi sebanyak apa tawa yang membuncah
hingga air mata yang tumpah selama proses penulisan skripsi ini. Menjadi
batu karang untuk setiap masaku, menjadi orang yang paling baik padaku.
Kebahagiaan dari pencapaian ini sebagian karenamu, semoga kita selalu
diberi kemudahan dalam kehidupan.
12. Untuk diriku, Alle Sastrodiwiryo. Kau sudah berusaha keras, selamat telah
melewati hujan dan badai berkepanjangan dengan baik. Tapi kehidupan
akan terus berjalan, kejar terus bintang sampai akhir. InsyaAllah, akan
banyak pelangi di esok hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
13. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS 94: 5)”.
Segala puji dan syukur tidak berujung kupanjatkan untuk Allah SWT. Untuk
setiap kali aku menangis di keheningan malam, ketika aku merasa tak ada
lagi harapan, Engkau membuat segalanya menjadi baik. Alhamdulillah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTO ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11
A. Forgiveness (Memaafkan) ................................................................ 11
1. Pengertian Forgiveness ............................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Forgiveness .......................... 13
3. Fase Forgiveness ........................................................................ 15
B. Self-Forgiveness (Memaafkan Diri) ................................................. 17
C. Self-Forgiveness pada Mantan Pecandu Narkoba ............................ 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 26
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 26
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 31
C. Informan Penelitian .......................................................................... 31
D. Refleksivitas ..................................................................................... 32
E. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 34
F. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 35
G. Metode Analisis Data ....................................................................... 36
H. Pengecekan Keabsahan Temuan ...................................................... 40
I. Pedoman Wawancara ....................................................................... 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 45
A. Persiapan dan Pelaksanaan Peneliian ................................................... 45
1. Persiapan dan Perizinan ................................................................. 45
2. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 47
B. Informan Penelitian .............................................................................. 48
1. Demografi Informan....................................................................... 48
2. Latar Belakang Informan ............................................................... 49
C. Hasil Penelitian .................................................................................... 55
1. Proses formasi self-forgiveness ...................................................... 57
2. Faktor yang memengaruhi self-forgiveness ................................... 80
3. Pikiran dan perasaan yang muncul selama self-forgiveness .......... 95
4. Makna self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba .................. 108
D. Pembahasan .......................................................................................... 124
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 137
A. Kesimpulan .......................................................................................... 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 138
C. Saran ..................................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 142
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 47
Tabel 2. Demografi Informan .......................................................................... 48
Tabel 3. Ringkasan Cluster of Meaning ........................................................... 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Dinamika Self-Forgiveness pada Mantan Pecandu Narkoba ........... 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent ......................................................................... 148
Lampiran 2. Pernyataan Kesesuaian Hasil Penelitian ...................................... 151
Lampiran 3. Analisis data informan 1 (Tn/20)................................................. 155
Lampiran 4. Clustering informan 1 (Tn/20) .................................................... 255
Lampiran 5. Master Table of Themes of the Group ......................................... 278
Lampiran 6. Saturasi data ................................................................................. 279
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan narkoba dewasa ini menjadi gejala yang sangat
mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional pada tahun 2015,
terdapat 5,9 juta pengguna narkoba di Indonesia. Menurut Eko Prasetyo, salah
seorang mantan pekerja Dinas Sosial Kota Yogyakarta bagian rehabilitasi narkoba
dan mantan konselor senior Panti Sosial Parmadi Putra, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta pada khususnya telah menjadi daerah darurat narkoba. Hal ini
dibuktikan dengan data BNN (2015) yang menunjukkan bahwa DIY menduduki
posisi kedelapan dalam penggunaan narkoba secara nasional. Posisi ini berada di
bawah provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Kepulauan
Riau (BNN, 2015).
Gambaran data tersebut menunjukkan bahwa persoalan narkoba telah
menjadi masalah sosial utama yang harus dihadapi masyarakat karena masalah
tersebut telah menimbulkan banyak korban, terutama kalangan muda yang
merupakan generasi usia produktif (Metode Therapeutic Community Departemen
Sosial, 2004). Masalah ini tentunya tidak hanya akan berdampak negatif terhadap
diri pengguna tetapi juga pada kehidupan keluarga maupun masyarakat secara luas.
Menjadi target terbesar pangsa pasar peredaran narkoba di dunia membuat
penyalahgunaan narkoba turut memengaruhi perekonomian serta keamanan atau
ketertiban bangsa karena mengakibatkan terjadinya biaya sosial yang tinggi (social
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
high cost) (Metode Therapeutic Community Departemen Sosial, 2004). Tidak
hanya itu, ancaman akan generasi yang hilang (lost generation) sangat mungkin
terjadi akibat isu kesehatan nasional seperti kasus HIV dan Hepatitis (Metode
Therapeutic Community Departemen Sosial, 2004).
Sebagaimana yang terlampir dalam Undang-undang No. 22/1997 tentang
narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan tertentu. Psikotropika sendiri sesuai dengan Undang-undang No. 5/1997
yaitu merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku. Sedangkan zat
adiktif yaitu merupakan zat atau obat yang dapat menyebabkan ketagihan/adiksi.
Ketiga zat atau obat tersebut memiliki sifat yang adiktif terhadap penggunanya
apabila tidak digunakan dalam dosis yang tepat.
Adiksi atau ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap
suatu zat adiktif (DSM V, 2016). Hal ini dapat terjadi karena tubuh terpapar zat
narkoba yang bersifat adiktif secara berlebihan (Eskasasnanda, 2004). Anstie
(dalam Foxcroft et al., 2007), memaparkan bahwa narkoba sebenarnya bermanfaat
jika digunakan dalam dosis medis karena membuat pasien beristirahat. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam dosis yang berlebihan akan berbahaya karena dapat meracuni dan membuat
koma manusia.
Pecandu narkoba memiliki karakteristik berupa perasaan berdosa ingin
berhenti menggunakan narkoba namun terkadang berhadapan dengan
ketidakberdayaan diri (De Leon, 2008). Kedua hal yang saling tarik-menarik
tersebut berperan dalam timbulnya perasaan depresi yang mendalam atau grief.
Pecandu narkoba memiliki lima beban rasa bersalah yang muncul setelah
menggunakan narkoba (De Leon, 2008). Dari kelima perasaan bersalah tersebut,
perasaan bersalah pada diri sendiri (guilty to self) diketahui paling sering menjadi
momok dalam proses dealing para pecandu narkoba. Pada taraf lebih lanjut,
perasaan bersalah pada diri sendiri kerap menimbulkan kecemasan yang mungkin
saja mengarah pada tindakan ekstrem seperti self-injury atau usaha menyakiti diri
seperti mengiris kulit, membenturkan kepala, dan lain sebagainya (Gunawan et al.,
2016)
Rehabilitasi menjadi salah satu cara yang ditempuh untuk mengatasi
permasalahan yang muncul akibat penyalahgunaan narkoba. (Metode Therapeutic
Community Departemen Sosial, 2004). Di samping pengobatan berkala, berbagai
terapi pemulihan juga diterapkan untuk mengembalikan kesehatan mental para
mantan pecandu narkoba. Namun segala bentuk terapi tersebut tentu tidak dapat
berjalan dengan lancar apabila mantan pecandu tidak memahami betul kondisi
pribadinya sendiri (Gunawan et all, 2016). Forgiveness atau pemaafan merupakan
salah satu komponen yang cukup penting dalam proses rehabilitasi karena melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
proses forgiveness, mantan pecandu dapat berlatih untuk memahami dirinya sendiri
dengan baik (Gunawan et all, 2016).
De Leon (2008) menyampaikan suatu gagasan tentang pentingnya
kedudukan diri sebagai pusat konsep dari suatu treatment pecandu. Ia menjelaskan
bahwa suatu perubahan diri sesungguhnya bersinergi dengan self-help yang
mengarah pada meningkatnya self-esteem. Para residen (pecandu narkoba yang
dalam masa rehabilitasi) tidak hanya mengobati adiksinya atau memodifikasi sikap
dan perilaku mereka semata, namun sebenarnya merubah diri mereka. Proses
forgiveness sebagai salah satu treatment terhadap diri seorang residen maka dapat
dikatakan merupakan bagian yang turut menentukan keberhasilan treatment
rehabilitasi tersebut.
Istilah forgiveness sendiri pertama kali diungkapkan oleh Piaget dan Behn
pada tahun 1932 (dalam McCullough et all, 2000) yang mendiskusikan bagaimana
kapasitas untuk memaafkan tumbuh berdasarkan perkembangan moral judgement.
Forgiveness ia artikan sebagai suatu perasaan timbal balik yang ideal. Hal ini
diibaratkan seperti perilaku seseorang yang dianggap baik yang menunjukkan suatu
timbal balik yang tak terbatas. Konsep timbal balik yang tak terbatas dalam
pemaafan karena seseorang dapat dimaafkan atas perilaku yang telah ia lakukan
atau kelak memaafkan suatu kesalahan. Oleh sebab itu, Piaget mengatakan bahwa
forgiveness merupakan hal yang begitu kompleks sehingga baru dapat dimengerti
seseorang pada akhir tahap kanak-kanak seiring dengan tumbuhnya pengertian
moral jugdement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Kemudian, Murphy J. & Hampton J. (1988) pun membahas istilah
forgiveness memiliki keterikatan dengan rasa kebencian dan juga rasa belas
kasihan. Selanjutnya, McCullough (2000) memaparkan bahwa forgiveness adalah
suatu proses perubahan motivasi dimana suatu organisme mengurangi motivasi
untuk membalas dendam, menghindari perilaku, serta semakin termotivasi niat baik
dalam keinginan untuk berdamai dengan orang yang telah menyakitinya.
Forgiveness (pemaafan) dapat juga merujuk pada pengamatan kesehatan
mental. Hubungan ini diterapkan dalam self-forgiveness dan forgiveness lain
(other-forgiveness), namun lebih tepatnya pada self-forgiveness. Seseorang yang
lebih mampu untuk memaafkan dirinya cenderung memiliki gambaran kesehatan
mental yang lebih baik (Wilson et al., 2008). Sedangkan Gamlund (2014)
berpendapat bahwa self-forgiveness dapat terjadi pada situasi ketika individu
menyadari telah melakukan suatu kesalahan dan mereka bersedia
bertanggungjawab atas kesalahan tersebut. Proses pemaafan tersebut akan
berpengaruh pada kesehatan seseorang dengan mindfulness yang berfungsi dengan
baik. Self-forgiveness sebenarnya adalah suatu bagian penting dari penerimaan diri
dan kesehatan mental seseorang. Kegagalan dalam memaafkan diri sendiri dapat
mengurangi tingkat kesehatan mental seseorang.
Selain itu, Enright (dalam McCullough, Fincham, dan Tsang, 2003)
memaparkan bahwa pemaafan merupakan suatu sikap dalam mengatasi perasaan
bersalah, kegalauan batin, rasa sedih dan sesal harus mereka tangani dan hadapi.
Dengan demikian, mereka akan belajar untuk menerima keadaan sehingga dapat
memaafkan diri mereka sendiri. Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pula dikatakan bahwa self-forgiveness yang berlangsung dengan baik akan
membuat mereka menjadi lebih optimis dalam menjalani hidup dan mereka dapat
memaafkan kesalahan orang lain.
Mantan pecandu narkoba tidak bisa “clean drug” atau pulih sebelum
melakukan pemaafan (De Leon, 2008). Realitas mantan pecandu narkoba yang
tidak bisa dikatakan “sembuh” melainkan “pulih” tersebut kerap menimbulkan
stigma negatif baik dari diri mereka sendiri maupun orang lain (Suci, et all., 2015).
Mereka akan senantiasa tergantung pada rentetan proses rehabilitasi agar dapat
kembali berfungsi dengan baik sebagai individu normal, padahal rehabilitasi
narkoba bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Menurut BNN (2006, dalam
Gunawan et al., 2016), mantan pecandu narkoba sangat mungkin untuk mengalami
lonjakan sakau “relapse” pada waktu tertentu. Hal ini pada akhirnya membuat
banyak pecandu yang harus jatuh bangun dari kecanduannya dengan keluar masuk
panti rehabilitasi (Suci, et all., 2015). Mereka pun terkadang perlu untuk melatih
empati terhadap orang lain untuk mengatasi kecenderungannya yang acuh tak acuh
terhadap orang lain (Gunawan et al., 2016). Oleh sebab itu, mantan pecandu
narkoba terlebih dahulu perlu untuk melakukan proses pemaafan (self-forgiveness)
terhadap diri mereka. Bagaimana mungkin seorang mantan pecandu narkoba dapat
memaafkan atau berempati terhadap orang lain apabila satu tahapan yaitu
memaafkan dirinya sendiri belum ia lalui.
Namun pada penerapannya, self-forgiveness tidak dapat berlangsung secara
linear begitu saja. Seperti halnya forgiveness yang memiliki fase dalam
pelaksanaannya, self-forgiveness pun terlaksana melalui keempat fase yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yaitu dengan fase uncovering, desicion, work, dan juga deepening (Enright, 2008).
Menjalani keempat fase ini pasti bukanlah sebuah proses yang mudah terlebih jika
dilakukan terkhusus untuk diri sendiri. Internalisasi dari keempat fase ini tidak akan
luput dari latar belakang masing-masing individu sehingga membuat kendala
maupun kemudahan yang berlainan satu dengan lainnya. Maka, perjalanan
memaafkan diri pada setiap mantan pecandu kemudian akan membentuk suatu
dinamika yang unik satu sama lain.
Membahas tentang dinamika, dinamika sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai gerak atau kekuatan secara terus menerus yang dimiliki
sekumpulan orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam
tata hidup masyarakat tersebut. Hurlock (2010) memaparkan bahwa dinamika
adalah suatu tenaga kekuatan yang selalu bergerak, berkembang, dan dapat
menyesuaikan diri secara memadai terhadap suatu keadaan. Dinamika juga
merupakan suatu faktor pematangan proses belajar karena menimbulkan
kemampuan untuk memahami makna suatu objek kejadian yang sebelumnya tidak
dimengerti. Oleh sebab itu, dinamika dapat dipahami sebagai tenaga atau kekuatan
yang selalu berkembang dan berubah sehingga dalam setiap dinamika yang dialami
mengharuskan seseorang untuk bersiap dengan keadaan apapun yang terjadi.
Merujuk pada Brach (2013), pemaafan yang dilakukan mantan pecandu
narkoba seharusnya tidak hanya ditujukan untuk memaafkan peristiwa yang
menyebabkan mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, namun juga
ditujukan kepada diri mereka sendiri. Perasaan bersalah dan berdosa sebagai contoh
merupakan hal yang dapat mendorong terjadinya pemaafan tersebut. Kebanyakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mantan pecandu gagal dalam menjalani proses rehabilitasi karena gagal melakukan
self-forgiveness bagi diri mereka sendiri (De Leon, 2008). Oleh sebab itu, penelitian
ini akan mencoba menggambarkan bagaimana self-forgiveness terbentuk dan lalu
berdinamika dalam kehidupan para mantan pecandu narkoba. Penting pula untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada mantan pecandu narkoba dalam
tahapan after-care terutama mereka yang pernah mengalami relapse.
Penelitian terkait hubungan kesehatan mental dan ketidakmampuan
memaafkan sering dikritisi karena terlalu fokus pada ketidakmampuan memaafkan
saja (McCullough et al., 2000). Sedang penelitian lain lebih banyak menunjukkan
bahwa perasaan permusuhan dan ketidakmampuan memaafkan berkontribusi pada
rendahnya kesehatan daripada menunjukkan pemaafan yang seperti apakah yang
dapat berkontribusi pada kesehatan mental seseorang (McCullough et al., 2000).
Oleh sebab itu, penelitian ini akan dilakukan dengan menyoroti bagaimana proses
self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba dalam kaitannya pada kesehatan
mental individu tersebut. Terapi forgiveness berperan penting dalam rehabilitasi
narkoba terutama dalam proses dealing terhadap beban psikis mantan pecandu
terhadap rasa bersalah terhadap diri sendiri. Beban psikis inilah yang terlebih dulu
harus ditangani secara tuntas sebelum menjamah beban yang lain seperti fisik dan
sosial.
Oleh sebab itu, penelitian ini ingin mengungkap cara mengelola beban
bersalah pada diri serta bagaimana dinamika atau proses terbentuknya kemampuan
self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba. Demikian pula penelitian ini juga
berusaha untuk menggali faktor-faktor proses formasi dan dinamika self-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
forgiveness mantan pecandu narkoba yang tentunya dipengaruhi oleh obat pilihan
mereka masing-masing. Suatu pemaafan diri yang akan selalu berubah dan
berkembang ini tentunya juga menjadi suatu dinamika yang unik bagi setiap
individu yang menjalaninya. Maka, dinamika yang terjadi ini menjadi penting dan
menarik untuk dipelajari guna melihat bagaimana self-forgiveness dimulai,
dibangun, hingga dilakukan oleh seorang individu. Untuk mencapai hal tersebut,
disusunlah penelitian yang akan menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis juga disertai metode pengambilan data wawancara
terhadap narasumber penelitian. Narasumber yang terlibat dalam penelitian
merupakan mantan pecandu narkoba yang dulu menghuni Panti Sosial Parmadi
Putra (after care).
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, dapat
dirangkum ke dalam suatu pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana dinamika self-
forgiveness pada mantan pecandu narkoba?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika
self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritik
Menambah referensi pustaka yang berkaitan dengan dinamika self-
forgiveness terkait proses pemulihan mantan pecandu narkoba terutama bagi
disiplin Ilmu Psikologi terutama Psikologi Klinis, Sosial, dan Transpersonal.
Tahapan serta dinamika psikologis yang terjadi selama proses self-forgiveness
yang terpapar dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dalam
penelitian mengenai narkoba selanjutnya.
b. Manfaat praktis
1) Bagi mantan pecandu narkoba, untuk mendapatkan gambaran self-
forgiveness sebagai salah satu strategi (maintenance) baik selama maupun
pasca rehabilitasi. Pengalaman pemaafan diri yang dipaparkan dapat menjadi
sarana berefleksi mantan pecandu narkoba lain terutama dalam proses
pemulihan dari adiksi.
2) Bagi keluarga, sebagai inspirasi dalam melakukan pendampingan sebagai
suatu dukungan sosial bagi proses pemulihan terhadap kerabat mereka yang
menjadi pecandu narkoba.
3) Bagi masyarakat, sebagai sumber inspirasi yang dapat mendorong
masyarakat luas agar terhindar dari perilaku diskriminasi terhadap pecandu
serta menumbuhkan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, peneliti berupaya untuk memberikan gambaran umum
tentang forgiveness sebagai bagian dari proses terapi pemulihan pecandu narkoba.
Pembahasan diawali dengan definisi tentang forgiveness kemudian dikerucutkan
pada pengertian self-forgiveness itu sendiri. Pada bagian tersebut juga akan berisi
penjelasan yang mendalam mengenai apa saja faktor-faktor yang memengaruhi
serta berbagai fase forgiveness. Selain itu, peneliti akan menjelaskan kaitan self-
forgiveness pada mantan pecandu narkoba yang akan diikuti dengan uraian tentang
bagaimana pemaknaan hidup mantan pecandu narkoba dan ringkasan penelitian-
penelitian terdahulu.
A. Forgiveness (Memaafkan)
1. Pengertian Forgiveness
Konsep forgiveness telah menarik para peneliti dalam konsep
kepribadian dan psikologi sosial selama dekade terakhir. Salah satu alasan
mengapa forgiveness menarik perhatian para tokoh prososial yaitu karena
memaafkan sering diasumsikan memiliki efek interpersonal yang positif pada
penyesuaian psikologis individu yang melakukannya. Apabila memaafkan
memiliki pengaruh tersebut, maka hal ini memiliki implikasi yang penting
terhadap proses konseling dan psikoterapi untuk menyikapi kasus-kasus
pengalaman menyakitkan (Orth et al., 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Forgiveness memiliki dua arti terminologis yaitu meminta maaf dan
memaafkan. Sedangkan secara harafiah, forgiveness memiliki arti keampunan,
tindakan memaafkan, dan kemampuan mengampuni atau kemaafan. Hal
tersebut juga serupa dengan pengertian memaafkan dari KBBI yaitu memberi
ampun atas kesalahan atau tidak menganggap suatu perbuatan salah.
Istilah forgiveness sendiri pertama kali diungkapkan oleh Piaget dan
Behn pada tahun 1932 (dalam McCullough et all, 2000) yang mendiskusikan
bagaimana kapasitas untuk memaafkan tumbuh berdasarkan perkembangan
moral judgement. Forgiveness ia artikan sebagai suatu perasaan timbal balik
yang ideal. Hal ini diibaratkan seperti perilaku seseorang yang dianggap baik
yang menunjukkan suatu timbal balik yang tak terbatas. Konsep timbal balik
yang tak terbatas dalam pemaafan karena seseorang dapat dimaafkan atas
perilaku yang telah ia lakukan atau kelak memaafkan suatu kesalahan. Oleh
sebab itu, Piaget mengatakan bahwa forgiveness merupakan hal yang begitu
kompleks sehingga baru dapat dimengerti seseorang pada akhir tahap kanak-
kanak seiring dengan tumbuhnya pengertian moral jugdement.
Murphy J. dan Hampton J. (1988) turut menyinggung istilah
forgiveness sebaagai hal yang erat kaitannya dengan kebencian. Selanjutnya,
McCullough (2000), tokoh yang hampir menghabiskan waktunya untuk
melakukan penelitian tentang forgiveness memaparkan bahwa forgiveness
adalah suatu proses perubahan motivasi dimana suatu organisme mengurangi
motivasi untuk membalas dendam, menghindari perilaku, serta semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
termotivasi niat baik dalam keinginan untuk berdamai dengan orang yang telah
menyakitinya.
Selain itu, forgiveness sendiri dikatakan memiliki julukan tiga
serangkai dalam menjelaskan keterkaitannya pada aspek berdamai terhadap
pelanggaran moral. Penekanan pada hal tersebut adalah pada campur
tangannya dalam membantu seseorang memaafkan orang lain, menerima
permintaan maaf dari orang lain, dan memaafkan diri (Enright, 1996, dalam
Woodyatt et al., 2017). Enright dan Coyle (1996) juga memaparkan suatu
model dari proses pemaafan meliputi aspek kognitif, afektif, dan perilaku yang
terjadi dalam proses memaafkan. Proses tersebut dibagi menjadi empat fase
yaitu: fase membuka kembali peristiwa menyakitkan (uncovering phase), fase
memutuskan dalam pemaafan (decision phase), fase bekerja dalam pemaafan
(work phase), dan fase pendalaman dalam pemaafan (deepening phase). Lebih
lanjut, Enright (dalam McCullough, Fincham, & Tsang, 2003) memaparkan
bahwa pemaafan merupakan suatu sikap dalam mengatasi perasaan bersalah,
kegalauan batin, rasa sedih dan sesal harus mereka tangani dan hadapi. Dengan
demikian, mereka akan belajar untuk menerima keadaan sehingga dapat
memaafkan diri mereka sendiri.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Forgiveness
Menurut Worthington (1998), pemaafan yang dilakukan oleh
seseorang dapat terjadi karena empat hal yaitu faktor kepribadian, karakteristik
hubungan sebelum perilaku, kejadian yang berlangsung sebelum dan sesudah
peristiwa menyakitkan, dan proses-proses psikologis yang berkaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kemampuan empati dan juga intensi untuk memaafkan. Sedangkan Enright &
Coyle (1996), mengelompokkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
forgiveness dalam dua hal yaitu faktor pendorong dan penghambat.
Kedua faktor ini masing-masing juga dibagi dalam dua kategori yaitu
internal serta eksternal. Faktor pendorong internal berasal dari dalam diri
individu ketika melakukan pemaafan. Hal tersebut dicontohkan seperti
kepribadian bersyukur, kepedulian terhadap keluarga, keterbukaan, adanya
perasaan bersalah. Diawali dari perasaan bersalah yang seseorang rasakan
akibat suatu tindakannya, ia dapat mengawali pemaafan. Hal tersebut turut
dengan rasa syukur sebagai bentuk penerimaan diri seseorang terhadap hal
yang dialaminya dalam hidup. Selain itu, adanya dukungan sosial yang
diterima terutama dari orang-orang terdekat pun turut menjadi hal yang erat
kaitannya terhadap pemaafan. Sedangkan faktor pendorong eksternal berasal
dari luar diri individu yaitu seperti persepsi-persepsi yang timbul pada kejadian
yang berlangsung selama dan sesudah peristiwa menyakitkan.
Faktor penghambat internal berasal dari dalam diri individu yaitu
seperti suatu kemarahan atau rasa permusuhan yang terus-menerus terhadap
suatu hal. Di samping itu, perasaan ketakutan hingga kecemacan neurotis
sebagai reaksi terhadap stressor turut menghambat individu dalam memaafkan.
Sedangkan faktor penghambat eksternal berasal dari luar diri individu yaitu
seperti repetisi perilaku yang menyebabkan timbulnya perasaan menyesal atau
emosi negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Meskipun terdapat beberapa faktor yang mungkin memengaruhi
terjadinya proses pemaafan, faktor-faktor diatas belum tentu menggambarkan
terjadinya proses pemaafan secara kontekstual. Hal tersebut dipengaruhi oleh
karakteristik masing-masing individu yang tak dapat terlepas dari faktor
budaya yang melekat pada diri mereka (Sa’adah et al., 2012). Hal ini juga
didukung oleh pendapat Worthington (2005) yang mengatakan bahwa proses
pemaafan tidak pasti berjalan secara linier dan dapat berbeda antar individu.
Proses pada masing-masing individu dapat terjadi secara bolak-balik dari tahap
satu ke tahap yang lainnya, bahkan berulang-ulang dengan alur maju mundur.
3. Fase Forgiveness
Enright (2008, dalam Holter dkk., 2008) mengemukakan empat fase
dalam proses forgiveness yang dinamakan sebagai Enright Psychological
Process Model of Forgiveness. Keempat fase tersebut meliputi fase-fase
kognitif, perilaku, dan afektif dalam proses pengampunan. Fase-fase tersebut
diharapkan untuk dapat menjadi panduan dalam menjalani proses fundamental,
manusiawi, dan psikologis dari pengampunan bagi orang-orang yang sedang
berusaha untuk mengampuni (Sutton, t.t.).
Fase yang pertama yaitu Uncovering. Fase ini terjadi ketika orang yang
hendak mengampuni mulai mengidentifikasi cedera psikologis yang
dialaminya seperti menyadari kemarahannya, rasa malu, dan pikiran
menyimpang yang mungkin mengikuti. Dalam arti lain, fase ini meliputi
konfrontasi terhadap rasa sakit emosional yang terjadi akibat dari peristiwa
menyakitkan, kemudian merasa marah dan malu. Pada fase ini, orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
hendak mengampuni terkadang perlu diberikan suatu penguatan dengan cara
membantunya menyadari hubungan jika tidak mengampuni dengan berbagai
kesulitan fisik maupun psikologis yang mungkin dialami sebagai hasil dari
perasaan yang disupresi atau direpresi.
Fase yang kedua adalah Decision. Pada fase ini, orang yang hendak
mengampuni telah memiliki pemahaman yang akurat tentang karakteristik
forgiveness dan mulai membuat keputusan untuk mengampuni sebagai sebuah
pilihan. Meskipun biasanya seseorang tersebut berada dalam keadaan “sick and
tired of being sick and tired”, keputusan tersebut (walau kadang masih bersifat
tentatif) harus merupakan suatu kehendak bebas, bukan semata karena tuntutan
agama, moral, dan lain sebagainya. Fase ini membuat individu mengeksplorasi
ide dan apa saja yang dilibatkan sebelum sungguh-sungguh mengampuni oleh
sebab itu fase ini dianggap sebagai bagian kritis dari proses forgiveness.
Fase yang ketiga adalah Work. Pada fase ini, orang yang hendak
mengampuni mulai memiliki pemahaman kognitif mengenai perilaku
kesalahan yaitu berupa perspektif baru yang dapat menghasilkan perubahan
positif yang memengaruhi pelaku kesalahan. Selain itu, mereka telah dapat
dengan berani dan secara asertif mau menanggung rasa sakit yang disebabkan
oleh pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku kesalahan. Hal tersebut didukung
dengan adanya kesadaran bahwa forgiveness membutuhkan penerimaan
terhadap luka yang dialami.
Fase yang terakhir adalah Deepening. Pada fase ini, orang yang telah
melakukan forgiveness akan terbebas dari kungkungan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bersalah/penyesalan, tidak mengampuni, kepahitan, kebencian, dan kemarahan
sebagai hasil dari kemampuan untuk menemukan makna dalam penderitaan
yang dirasakannya. Proses tersebut biasanya akan membuat orang yang telah
mengampuni semakin dekat dengan orang lain, berkurangnya afek-afek
negatif, mampu memperbaharui tujuan hidup, serta terkadang menyadari
adanya kebutuhan untuk memohon pengampunan dari orang lain pula. Hal ini
memungkinkan bahwa orang yang telah mengampuni tersebut memiliki
regulasi emosi yang lebih sehat.
B. Self-forgiveness (Memaafkan diri)
Meskipun telah banyak berbagai ulasan tentang self-forgivenes pada
literatur, namun tak satupun definisi self-forgiveness yang telah diterima secara
hakiki oleh khalayak. Serupa dengan literatur interpersonal forgiveness, beberapa
peneliti tidak memberikan definisi yang sama satu sama lain tentang self-
forgiveness itu sendiri. Mereka merumuskan self-forgiveness adalah suatu keadaan
ketika seseorang berkehendak menjadi baik untuk dirinya setelah membuang
perasaan bersalahnya (Enright, 1996). Definisi lain tentang self-forgiveness yang
dikemukakan olehnya yaitu sebagai suatu kerelaan untuk membebaskan kebencian
terhadap diri sendiri pada kesalahan yang telah diakui, dengan cara memelihara dan
mendorong adanya rasa kasih sayang, kedermawanan, serta cinta terhadap diri
sendiri (Enright, 1996). Selain itu, peneliti lain juga merumuskan self-forgiveness
sebagai suatu motivasi untuk menjauhi sikap balas dendam (self retaliation) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
meningkatkan kebajikan atau perbuatan baik (benevolence) terhadap diri (Hill &
Fincam, 2005 dalam Terzino, Kari., 2010).
Self-forgiveness memerlukan pelepasan emosi-emosi negatif yang
diarahkan terhadap diri (Woodyatt et al., 2017). Enright et al. (1996, dalam
Woodyatt et al., 2017) menggambarkan dari suatu filosofi memaafkan orang lain,
sejajar dengan proses yang diawali dengan kebencian yang dialami seseorang
terhadap orang yang berbuat kesalahan padanya. Kebencian ini dapat diakibatkan
karena pemikiran atas hal yang patut dipersalahkan terhadap apa yang telah terjadi
serta keinginan untuk membalaskan dendam atau hukuman. Ketika pelaku
kesalahan menerima pemaafan sebagai seseorang yang berbuat salah, ia terlepas
dari kebencian orang lain atas keputusan altruistik korban untuk memaafkan
(Woodyatt et al., 2017). Mengacu pada teori Enright tersebut, self-forgiveness dapat
dikatakan sebagai suatu pelepasan rasa dendam/kebencian yang dirasakan
seseorang terhadap dirinya atas tindakannya sendiri.
Hall dan Fincham (2008) mendefinisikan self-forgiveness sebagai
kumpulan perubahan motivasional dimana terjadi penurunan motivasi untuk
menghindari stimulus yang berkaitan dengan rasa sakit hati, penurunan motivasi
untuk membalas dendam pada diri, dan digantikan dengan naiknya motivasi untuk
bersikap penuh kebajikan terhadap diri. Sepaham dengan definisi tersebut, Davis et
al. (2015) pun mendefinisikan self-forgiveness sebagai suatu strategi coping yang
berfokus pada emosi yang memerlukan pengurangan hal negatif dengan
meningkatkan pikiran-pikiran, emosi-emosi, motivasi-motivasi, serta perilaku-
perilaku positif terhadap diri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Forgiveness (pemaafan) dapat juga merujuk pada pengamatan kesehatan
mental. Hubungan ini diterapkan dalam self-forgiveness dan forgiveness lain
(other-forgiveness), namun lebih tepatnya pada self-forgiveness. Seseorang yang
lebih mampu untuk memaafkan dirinya cenderung memiliki gambaran kesehatan
mental yang lebih baik (Wilson et al., 2008).
Gamlund (2014) berpendapat bahwa self-forgiveness dapat terjadi pada
situasi ketika individu menyadari telah melakukan suatu kesalahan dan mereka
bersedia bertanggungjawab atas kesalahan tersebut. Proses pemaafan tersebut akan
berpengaruh pada kesehatan seseorang dengan mindfulness yang berfungsi dengan
baik. Self-forgiveness sebenarnya adalah suatu bagian penting dari penerimaan diri
dan kesehatan mental seseorang. Kegagalan dalam memaafkan diri sendiri dapat
mengurangi tingkat kesehatan mental seseorang.
C. Dinamika Self-forgiveness pada Mantan Pecandu Narkoba
Dinamika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerak
atau kekuatan secara terus menerus yang dimiliki sekumpulan orang dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat
tersebut. Hurlock (2010) memaparkan bahwa dinamika adalah suatu tenaga
kekuatan yang selalu bergerak, berkembang, dan dapat menyesuaikan diri secara
memadai terhadap suatu keadaan. Dinamika juga merupakan suatu faktor
pematangan proses belajar karena menimbulkan kemampuan untuk memahami
makna suatu objek kejadian yang sebelumnya tidak dimengerti. Berdasarkan dua
uraian diatas, dinamika dapat dipahami sebagai tenaga atau kekuatan yang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berkembang dan berubah. Sehingga dalam setiap dinamika yang dialami
mengharuskan seseorang untuk bersiap dengan keadaan apapun yang terjadi.
Self-forgiveness yang mampu mengatasi berbagai tekanan yang dialami
seseorang dalam hidupnya membuatnya memiliki kedudukan sebagai salah satu
strategi coping bagi pecandu yang ingin memulihkan diri dari adiksi narkoba.
Dengan melakukan self-forgiveness, pecandu narkoba dapat meredakan tekanan-
tekanan dalam hidupnya terutama rasa bersalah yang mereka rasakan karena pernah
terjerumus dalam dunia narkoba. Penerapan self-forgiveness ini selanjutnya juga
diharapkan dapat meminimalisis peluang bagi pecandu untuk relapse.
Namun pada penerapannya, self-forgiveness tidak dapat berlangsung secara
linear begitu saja. Seperti halnya forgiveness yang memiliki fase dalam
pelaksanaannya, self-forgiveness pun terlaksana melalui keempat fase yang sama
yaitu dengan fase uncovering, desicion, work, dan juga deepening. Menjalani
keempat fase ini pasti bukanlah sebuah proses yang mudah terlebih jika dilakukan
terkhusus untuk diri sendiri. Internalisasi dari keempat fase ini tidak akan luput dari
latar belakang masing-masing individu sehingga membuat kendala maupun
kemudahan yang berlainan satu dengan lainnya. Suatu pemaafan diri yang akan
selalu berubah dan berkembang ini menjadi suatu dinamika yang unik bagi setiap
individu yang menjalaninya. Maka, dinamika yang terjadi ini menjadi penting dan
menarik untuk dipelajari guna melihat bagaimana self-forgiveness dimulai,
dibangun, hingga dilakukan oleh seorang individu.
Sebelum membahas tentang mantan pecandu narkoba, penting untuk
mengetahui bagaimana adiksi itu sendiri. Adiksi akan narkoba lebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
digambarkan dalam DSM V yaitu apabila seseorang menunjukkan dua tanda
khusus yaitu adanya proses toleransi dan gejala putus zat. Proses toleransi
ditunjukkan ketika individu membutuhan zat yang dimaksud dalam jumlah yang
semakin lama semakin besar. Hal ini dilakukan untuk dapat mencapai keadaan fisik
dan psikologis seperti pada awal mereka merasakannya. Sedangkan gejala putus zat
(withdrawal syndrome) muncul ketika individu merasakan gejala-gejala fisik dan
psikologis yang tidak nyaman apabila penggunaan zatnya dihentikan. Adiksi atau
ketergantungan terhadap obat pilihan merupakan hal tersulit untuk dilepaskan
pecandu narkoba sehingga kerap menimbulkan kasus re-entry rehabilitasi karena
relapse yang berulang (Gunawan et all, 2016)
Realitas mantan pecandu narkoba yang tidak bisa dikatakan “sembuh”
melainkan “pulih” kerap menimbulkan stigma negatif baik dari diri mereka sendiri
maupun orang lain (Suci et all., 2015). Mereka akan senantiasa terikat pada rentetan
proses rehabilitasi agar dapat kembali berfungsi dengan baik sebagai individu
normal. Rehabilitasi narkoba bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Menurut
BNN (2006, dalam Gunawan et al., 2016), mantan pecandu narkoba sangat
mungkin untuk mengalami lonjakan sakau “relapse” pada waktu tertentu. Hal ini
dapat dilihat dari data kedatangan pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi
BNN pada tahun 2013 menunjukkan bahwa perbandingan pecandu lama dan baru
adalah 1 berbanding 7 yang berarti sebesar 14,28% dari pecandu yang masuk
merupakan pecandu lama yang mengalami relapse (Gunawan et all, 2016).
Berkaitan dengan relapse, McKay dan Fanning (2000, dalam Gunawan et
al., 2016) berpendapat bahwa suatu penilaian atau penghargaan diri yang dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
oleh individu (self-esteem) sejatinya merupakan aspek yang penting untuk
ketahanan psikologis individu. Lebih lanjut dipaparkan oleh Veronida (2002) dalam
wawancara yang dilakukan dengan beberapa pecandu, menunjukkan bahwa
penilaian atau penghargaan terhadap diri sendiri memilki kaitan dengan dengan
motivasi seorang pecandu untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
narkoba.
Akan tetapi, dalam therapeutic community (TC) dijelaskan bahwa self-
esteem tidak dapat serta merta timbul tanpa adanya self-forgivesness terlebih dahulu
(Nuryani, et al., 2004). Demikian pula bahwa self-forgiveness tidak akan tercapai
tanpa adanya penerimaan diri (self-acceptance) (De Leon, 2008). Schiraldi dan
McKay (2016) juga menambahkan keterangan bahwa memaafkan diri sendiri dan
orang lain terbukti dapat meningkatkan self-esteem karena jika terus menerus
menahan rasa dendam dan kepedihan, individu akan terjebak dalam lingkaran
perasaan negatif. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan
terhadap EP, salah seorang konselor senior yang menjelaskan bahwa pada
praktiknya, kebanyakan mantan pecandu gagal dalam menjalani proses rehabilitasi
karena gagal melakukan self-forgiveness bagi diri mereka sendiri.
Pemaafan yang dilakukan para mantan pecandu narkoba seharusnya tidak
hanya ditujukan untuk memaafkan peristiwa yang menyebabkan mereka terjerumus
dalam penyalahgunaan narkoba, namun juga ditujukan kepada diri mereka sendiri.
Perasaan bersalah dan berdosa sebagai contoh merupakan hal yang dapat
mendorong terjadinya pemaafan tersebut. Pecandu narkoba memiliki karakteristik
berupa perasaan berdosa ingin berhenti menggunakan narkoba namun terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
berhadapan dengan ketidakberdayaan diri. Kedua hal yang bertolak belakang
tersebut berperan dalam timbulnya perasaan depresi yang mendalam atau grief.
Pecandu narkoba memiliki lima beban rasa bersalah yang muncul setelah
menggunakan narkoba (De Leon, 2008). Dari kelima perasaan bersalah tersebut,
perasaan bersalah pada diri sendiri (guilty to self) diketahui paling sering menjadi
momok dalam proses dealing para pecandu narkoba.
Grosky (dalam De Leon, 2008) mengkategorikan beban rasa bersalah para
pecandu narkoba atau junkie dalam lima hal yaitu:
1. Guilty to self
Rasa bersalah ini mengacu pada kesalahan yang dilakukan oleh
diri sendiri. Hal ini mungkin saja mengakibatkan terjadinya suatu
kegagalan atau yang membuat suatu kekecewaan. Sebagai contoh yaitu
perilaku buruk yang dilakukan sehingga mengakibatkan tidak
terwujudnya cita-cita atau keinginan tertentu.
2. Guilty to family
Rasa bersalah ini mengacu pada kesalahan individu terhadap
keluarga. Hal ini dapat saja terjadi ketika seorang individu tidak
mematuhi perintah atau tidak dapat mewujudkan harapan kedua orang
tuanya. Oleh sebab itu, individu membuat orang tuanya menjadi merasa
kesusahan dan keluarga menjadi kecewa kepadanya.
3. Guilty to community
Rasa bersalah ini mengacu pada kesalahan individu pada
masyarakat. Hal ini dapat saja terjadi ketika seseorang tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memenuhi tuntutan sosial dalam hidup bermasyarakat seperti contoh
merusak tataan masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat
menjadi kecewa terhadap individu terebut sehingga membuatnya
merasa bersalah.
4. Guilty to significant other
Rasa bersalah ini mengacu pada kesalahan individu pada orang-
orang terdekat yang berada di sekitarnya seperti pacar, istri, atau kawan
yang dijerumuskan pada narkoba. Hal ini dapat saja menyebabkan
rusaknya relasi terhadap significant others individu tersebut sehingga
membuatnya merasa bersalah. Rasa bersalah ini juga semakin besar
karena telah membuat kecewa orang-orang terdekatnya.
5. Guilty to God
Rasa bersalah ini mengacu pada kesalahan individu pada Tuhan.
Terjerumus pada narkoba dan merusak berbagai relasinya dengan orang
lain juga mengarah pada rasa sesalnya pada Tuhan. Hal ini dapat saja
terjadi karena individu tersebut terlanjur merusak kehidupannya dan
mengalami momen-momen yang berat karena menjadi seorang
pecandu.
Lebih lanjut, Grosky memaparkan bahwa seorang junkie tanpa melakukan
dealing dengan kelima beban tersebut, tentu akan kesulitan untuk mencapai
forgiveness itu sendiri. Disamping itu, self-forgiveness dianggap memiliki peranan
yang penting dalam proses pemulihan dari adiksi narkoba. Hal ini dikarenakan self-
forgiveness turut membantu penurunan rasa bersalah sehingga memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
konstruksi suatu identitas baru yang bebas dari dari perasaan bersalah, malu, atau
penyesalan akibat menjadi mantan pecandu narkoba (Guetta, 2013).
Memaafkan diri sendiri dan orang lain telah diketahui dapat meningkatkan
self-esteem karena hal tersebut menghubungkan kita pada pembawaan kasih sayang
dan penerimaan atas kesalahan kita pada orang lain (Schiraldi & McKay, 2016).
Namun pada akhirnya, tujuan akhir dari proses terapi pecandu narkoba
sesungguhnya adalah membuat perubahan yang baik pada identitas sosial mereka.
Residen akan masuk kembali dalam dunia nyata dan menjalani peran sosial yang
sebelumnya mereka jalani. Dengan beragam pengalaman hidup tersebut, mereka
harus memacu diri sendiri bahwa identitas pribadi mereka telah berubah. Perubahan
ini menandakan bahwa mereka akan hidup dengan lebih terjamin, yang didasari
oleh nilai-nilai kehidupan yang baik, serta sudah menyadari esensi dari tujuan dan
arti kehidupan mereka. Sehingga, self-forgiveness yang merupakan bagian dari
proses perubahan konsep diri selama treatment adalah suatu landasan untuk
melanjutkan proses perubahan identitas dalam dunia nyata (De Leon, 2008).
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut dapat pula dikatakan bahwa
self-forgiveness yang berlangsung dengan baik akan membuat mereka dapat
memaafkan kesalahan orang lain dan ke depannya mereka menjadi lebih optimis
dalam menjalani hidup. Dengan melakukan pemaafan, mantan pecandu narkoba
akan dapat berdamai dengan segala hal negatif yang mengungkung mereka.
Diharapkan, hal tersebut akan dapat membuat para mantan pecandu akan dapat
menata dan menjalani hidup kembali demi menggapai pencapaian hidup yang lebih
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika atas pengalaman
self-forgiveness yang terjadi pada mantan pecandu narkoba. Untuk dapat
mengeksplorasi dan menuliskan secara rinci tentang dinamika dari pengalaman
tersebut, diperlukan metode penggalian data yang mendalam terhadap informan
penelitian. Hal tersebut dapat dicapai melalui desain penelitian kualitatif.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1999) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan Hamidi (2004) menjelaskan bahwa metode kualitatif merupakan suatu
metode penggalian data untuk menciptakan, menemukan konsep, atau teori.
Metode ini cenderung menggunakan perspektif emik dari cara pengumpulan data
berupa cerita rinci dari para informan melalui wawancara dan observasi. Cerita
tersebut diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa serta pandangan para
informan. Hal tersebut bertujuan untuk mengungkapkan suatu makna (konsep)
yang ada di balik cerita rinci para informan sesuai dengan latar belakang sosial yang
diteliti. Penelitian ini dirasa tepat untuk menggunakan penelitian kualitatif karena
yang hendak dieksplorasi dan dipahami adalah dinamika serta proses yang dilalui
pecandu narkoba dalam memaafkan dirinya (Creswell, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
fenomenologis. Filosofi fenomenologi pada hakikatnya menggarisbawahi tentang
penelitian kualitatif, beberapa mengasumsikan bahwa semua penelitian kualitatif
adalah fenomenologikal. Berdasarkan filosofi fenomenologikal tersebut, munculah
suatu fokus tentang pengalaman itu sendiri dan bagaimana suatu kejadian tertentu
bertransformasi pada kesadaran (Merriam, 2009). Fenomenologi merupakan suatu
tipe/jenis penelitian kualitatif yang berusaha memahami makna dari suatu peristiwa
dan interaksi orang dalam situasi tertentu (Bogdan & Biklen, dalam Yusuf, 2014).
Di samping itu, fenomenologi juga dapat dikatakan sebagai suatu studi tentang
pengalaman kesadaran seseorang akan kehidupan duniawi mereka, atau kehidupan
sehari-hari dan aksi sosial mereka (Schram, 2003).
Pendekatan fenomenologi memiliki paradigma naturalistik pada umumnya
berfokus pada studi dalam situasi alamiah. Studi dalam situasi ilmiah berarti
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian namun berfokus
terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada (Poerwandari
2005). Sebagai contoh bahwa penelitian akan mendeskripsikan situasi dan kondisi
lokasi penelitian dengan apa adanya agar dapat menggambarkan fenomena yang
terjadi disana secara orisinil/asli. Paradigma naturalistik juga lekat dengan analisis
induktif yang berarti peneliti tidak membatasi diri pada penerimaan atau menolak
dugaan-dugaan, melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana
situasi tersebut menampilkan diri (Poerwandari, 2005). Dalam arti lain, peneliti
berasumsi dari hal-hal yang diungkapkan informan untuk kemudian dicari suatu
“benang merah” atau kesimpulan atau keterkaitan antar hal-hal tersebut. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
proses menganalisis secara induktif, tentunya kontak personal langsung—peneliti
di lapangan sangat berperan penting. Peneliti harus mengeksplorasi tentang situasi
nyata sehari-hari, tingkah laku, maupun kondisi-kondisi internal informan sebagai
kunci memahami suatu fenomena (Poerwandari, 2005).
Paradigma naturalistik juga memerlukan perspektif holistik yaitu
keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan
bahwa hal yang menyeluruh tersebut cenderung lebih bermakna (Poerwandari,
2005). Hal ini selaras dengan ciri lain dalam paradigma naturalistik yaitu dalam
menganalisis fenomena secara induktif agar didapatkan suatu pemahaman yang
lebih bermakna menyeluruh. Tidak hanya itu saja, diperlukan juga perspektif
dinamis sebagai perspektif berkembang untuk memandang gejala sosial bukan
sebagai sesuatu yang statis dan tidak berubah dalam perkembangan kondisi dan
waktu (Poerwandari, 2005). Terkait dengan hal tersebut, penelitian yang visioner
hendaknya peka dan memiliki sudut pandang yang terus-menerus bertumbuh-
kembang terhadap gejala-gejala sosial. Disamping itu, penelitian juga harus
didukung oleh orientasi pada kasus yang unik, spesifik, ataupun situasi tertentu
secara mendalam agar studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu
memahami suatu (Poerwandari, 2005). Maka, penelitian ini mencoba
menggambarkan dinamika self-forgiveness yang terjadi pada mantan pecandu
narkoba. Situasi para mantan pecandu narkoba yang berada dalam tahap after care
diharapkan akan menggambarkan dinamika self-forgiveness dengan lebih
mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Netralitas empatik merupakan hal yang penting pula dalam paradigma
naturalistik. Hal ini bermakna bahwa peneliti akan memasuki arena penelitian apa
adanya tanpa teori yang harus dibuktikan dan dugaan-dugaan tentang hasil yang
harus didukung atau ditolak (Poerwandari, 2005). Peneliti benar-benar menggali
fenomena yang akan diteliti tanpa adanya tendensi yang mengarahkan hasil
penelitian ke asumsi-asumsi tertentu. Hal ini dibuktikan dengan penyusunan
pertanyaan penelitian yang terbuka sehingga cenderung eksploratif. Netralitas ini
juga kemudian didukung oleh fleksibilitas desain penelitian kualitatif berupa sifat
luwes terkait penentuan variabel operasional, hipotesis, dan skema pengambilan
sampel sesuai dengan berkembangnya penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan
penentuan informan yang tidak dibatasi latar belakangnya baik dari jenis obat
pilihan, jenis kelamin, maupun usia. Kedua hal tersebut turut menunjukkan bahwa
sesungguhnya penelitian kualitatif tidak memiliki formula baku dalam proses
penelitian, maka kompetensi dan peran peneliti menjadi instrumen kunci dan aspek
yang sangat penting (Poerwandari, 2005).
Penelitian ini akan menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis
(IPA). Pendekatan tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi secara rinci tentang
bagaimana partisipan memaknai kehidupannya secara personal maupun sosial
(Smith, 2015). Smith (2015) juga memaparkan bahwa IPA merupakan pendekatan
yang sangat fenomenologis karena melibatkan pemeriksaan secara rinci terhadap
dunia kehidupan partisipan. Pendekatan tersebut juga berusaha mengeksplorasi
pengalaman personal untuk dilakukan proses interpretasi secara subjektif dan
reflektif serta berfokus pada persepsi individu atau cerita tentang suatu objek atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kejadian itu sendiri (Smith et al., 2009). Dapat dikatakan pula bahwa pendekatan
ini baik untuk mengeksplorasi fenomena yang baru atau yang kurang tergali atau
yang mana sulit untuk dijelaskan (Smith et al., 2009).
Analisis IPA banyak digunakan dalam lingkup psikologi kesehatan karena
sangat aplikatif dan berguna dalam berbagai topik (Joanna M. & Alison J., 2006).
Di samping itu, ternyata cukup banyak penelitan mengenai narkoba dan penggalian
informasi tentang dinamika yang menggunakan pendekatan ini. Selain itu, IPA juga
menekankan bahwa pelaksanaan penelitian merupakan suatu proses yang dinamis
yang melibatkan keaktifan peran dari peneliti (Smith, 2015). IPA memungkinkan
peneliti untuk mendapatkan penjelasan terperinci yang dapat diekspresikan sejauh
mungkin dalam ketentuan bebas sesuai dengan pengalaman hidup seseorang (Smith
et al., 2009). Hal inilah yang membuat IPA menjadi sangat sesuai untuk
menganalisis topik penelitian ini yaitu tentang dinamika self-forgiveness pada
mantan pecandu narkoba.
Alih-alih menganalisis dengan sistem kategori yang telah ditentukan,
peneliti dapat mengintrepetasi sekaligus mengeksplorasi pengalaman hidup
informan sesuai dengan perkspektif personal mereka (Smith et al., 2009). Dinamika
self-forgiveness yang dialami masing-masing informan tentunya menjadi berbeda-
beda mengingat latar belakang obat pilihan yang digunakan. IPA juga
memungkinkan peneliti untuk menganalisis hasil wawancara dengan melihat
konteks tertentu dari situasi informan sehingga membuat peneliti dapat memulai
penjelasan secara rinci mengenai setiap kasus sebelum membawanya pada
pernyataan secara umum (Smith et al., 2009). Oleh sebab itu, sesuai dengan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penelitian ini, peneliti dapat mendapatkan gambaran mengenai dinamika self-
forgiveness yang dialami mantan pecandu narkoba.
B. Fokus Penelitian
Penelitian berfokus pada dinamika atas pengalaman self-forgiveness yang
telah dialami oleh mantan pecandu narkoba selama menjalani kehidupan pasca
rehabilitasi yaitu after-care. Dinamika yang terjadi dapat meliputi pikiran maupun
perasaan yang secara berkala bergejolak selama proses formasi self-forgiveness
terjadi dalam diri informan. Dinamika yang terjadi dalam proses self-forgiveness
yang telah dialami informan juga dapat menjadi jembatan dalam mengungkap serta
mendalami bagaimana pemaknaan para informan terhadap self-forgiveness sebagai
salah satu strategi dalam tahapan rehabilitasi demi pemulihan diri mereka.
Dinamika tersebut dapat terlihat dari bagaimana cara informan melakukan dealing
terhadap beban-beban rasa bersalah (guilty feeling) selama menjadi pecandu. Selain
itu, dengan menggali apa saja faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat
para mantan pecandu dalam memaafkan dirinya.
C. Informan Penelitian
Poerwandari (2005) mengatakan bahwa jumlah informan yang relatif kecil
pada umumnya digunakan untuk suatu penelitian kualitatif agar lebih memberikan
perhatian pada kedalaman penghayatan akan pengalamannya. Duke (1984, dalam
Creswell, 2012) merekomendasikan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif
dengan metode kualitatif yaitu tiga sampai dengan sepuluh orang. Raimen (1986,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dalam Creswell, 2012) merekomendasikan sepuluh orang atau tergantung pada
tercapainya saturasi data. Sedangkan bagi peneliti pemula, Smith et al, (2009)
mengungkapkan sering menganjurkan tiga sampel sebagai jumlah terbaik untuk
penelitian IPA. Jumlah tersebut dianggap dapat teranalisis dengan baik karena
memudahkan pemeriksaan tema antar informan dalam kelompok menggunakan
tabel yang menggambarkan pola informan tertentu. Oleh sebab itu, penelitian ini
akan menggunakan sebanyak tiga mantan pecandu narkoba sebagai informan.
Informan tersebut merupakan para mantan pecandu narkoba yang dulu merupakan
penghuni dari Panti Sosial Parmadi Putra dan dalam tahap pemeliharaan (after-
care) oleh konselor senior narkoba yang sama. Peneliti juga tidak memberikan
batasan usia dalam penelitian agar dapat memperoleh data yang majemuk dari
berbagai rentang usia informan.
D. Refleksivitas
Tahun 2017 silam, peneliti mengikuti perlombaan menulis esai ilmiah
dengan topik penyalahgunaan narkoba pada remaja. Berawal dari situ, peneliti
mengenal konselor senior narkoba yang bernama Eko Prasetyo. Berbagai diskusi
dengannya membuat peneliti merasa takjub sekaligus prihatin terhadap realitas
narkoba dan sejumlah kasus penyalahgunaan yang terjadi di Indonesia. Tidak
sebatas diskusi saja, peneliti pun sempat berkenalan dan berinteraksi dengan
sejumlah mantan pecandu narkoba eks Panti Sosial Parmadi Putra. Pertemuan dan
dinamika tersebut memberikan sebuah gambaran yang menyedihkan tentang dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
narkoba di Indonesia berkecamuk di pikiran peneliti. Begitulah awal mula peneliti
mendapatkan ilham untuk penelitian ini.
Peneliti kemudian menghubungi konselor senior narkoba tersebut dan
mengutarakan keinginannya untuk meneliti tentang narkoba. Peneliti mengatakan
bahwa ingin menulis cerita teman-teman yang berjuang dalam pemulihan narkoba
sebagai topik dari penelitian skripsi. Skripsi tersebut dianggap sebagai kontribusi
mahasiswa psikologi terhadap fenomena penyalahgunaan narkoba yang semakin
merajalela. Menyadari bahwa peneliti sangatlah awam pada hal ini, Eko Prasetyo
memberi dukungan terhadap penelitian ini dalam bentuk bimbingan maupun akses
untuk mengenal teman-teman mantan pecandu yang dulu pernah menjalani
rehabilitasi di Panti Sosial Parmadi Putra.
Mengingat penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif
fenomenologis, peneliti berusaha untuk tidak membawa asumsi-asumsi sebelum
mengambil data di lapangan. Tetapi peneliti mengakui bahwa meski bukan kali
pertamanya mengerjakan penelitian dengan subjek pecandu narkoba, namun dalam
hati peneliti masih saja merasa sedikit cemas. Membayangkan untuk mengajukan
pertanyaan dalam konteks diskusi yang bertopik sensitif membuat peneliti sempat
takut apabila informan memilih untuk tidak membuka diri.
Akan tetapi rasa penasaran akan selalu dapat mengalahkan segala rasa takut,
peneliti tetap berusaha optimis karena bersemangat akan topik yang ia rasa sangat
menarik untuk diketahui terlebih untuk dipelajari. Pemaafan diri dirasa merupakan
topik yang sangat abstrak. Akan tetapi dengan landasan berpikir bahwa mengingat
informan penelitian ini merupakan mantan pecandu narkoba dalam tahap after-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
care, peneliti merasa bahwa informan tentu telah memahami konteks tersebut
sesuai dengan treatment yang telah mereka jalani selama rehabilitasi. Hal ini pun
membuat peneliti menjadi lebih optimis dan percaya diri untuk mengajukan
pertanyaan seputar self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba.
Hubungan peneliti terhadap informan penelitian ini dapat dikatakan
sangatlah objektif karena peneliti tidak mengenal ketiga informan tersebut
sebelumnya. Walaupun demikian, dengan perantaraan perkenalan dari konselor
tersebut, peneliti mendapatkan sambutan yang sangat baik untuk dapat mengenal
lebih dekat ketiga informan penelitian ini. Sama-sama memiliki latar belakang
sebagai warga Yogyakarta dengan suku Jawa membuat peneliti tidak kesulitan
bergaul sekaligus memahami istilah-istilah bahasa dearah maupun kebiasaan yang
muncul dalam proses wawancara.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dan
informasi adalah dengan metode wawancara. Suatu wawancara dapat menghasilkan
banyak informasi, bersifat fleksibel, adaptif terhadap situasi-situasi individual
apabila digunakan dengan memakai jadwal yang tersusun dengan baik (Kerlinger,
2014). Kegunaan terpenting wawancara ialah mengkaji relasi dan menguji hipotetis
karena wawancara memungkinkan pewawancara untuk “menggiring” informan
mengungkapkan konteks atau alasan bagi jawaban-jawaban yang diberikannya
(Kerlinger, 2014). Sehingga wawancara dianggap sebagai metode yang paling
sesuai dalam menggali gambaran pengalaman yang mencakup beragam pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
hingga emosi mantan pecandu narkoba terhadap dinamika self-forgiveness yang
mereka alami pada masa rehabilitasi.
Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, peneliti
perlu merumuskan dengan jelas jenis data yang akan direkam serta bagaimana
prosedur pengumpulannya (Creswell, 2009). Dalam penelitian ini, prosedur
pengumpulan data akan dilakukan dengan bantuan protokol wawancara. Sedangkan
tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview)
agar dapat memancing pandangan dan pendapat informan mengenai dinamika self-
forgiveness yang telah dilaluinya (Creswell, 2009). Akan tetapi pertanyaan dibuat
semi terstruktur dan bersifat terbuka agar memungkinkan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan alternatif yang dinilai cocok bagi informan tertentu
(Kerlinger, 2014). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data rinci yang
diperoleh dari riwayat hidup informan hingga kisah hidup (life cycle) untuk
kemudian diinterpretasi, dikategori, diabstraksi, serta dicari tema dan konsep/teori
sebagai temuan akhir (Hamidi, 2004).
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Peneliti mencari dan menentukan informan dengan karakteristik mantan
pecandu narkoba pada masa after care atau telah menyelesaikan rangkaian
rehabilitasi.
2. Pembahasan dan penandatangan inform consent atau lembar persetujuan
penelitian. Inform consent berisi identitas peneliti, tujuan penelitian, identitas
partisipan penelitian, metode pengambilan data, hak dan kewajiban partisipan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
metode penyimpanan data, kerahasiaan data, dan pernyataan kesediaan
informan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti akan memberikan
pengarahan bahwa partisipan berhak membicarakan apa saja sebanyak atau
sesedikit partisipan inginkan sejauh partisipan merasa nyaman. Partisipan juga
berhak menghentikan wawancara bila merasa tidak nyaman.
3. Peneliti melaksanakan wawancara dengan masing-masing informan pada
waktu dan tempat yang telah disepakati bersama. Wawancara yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang bersifat semi
terstruktur. Peneliti telah membuat panduan wawancara sebagai acuan akan
tetapi pertanyaan dibuat semi terstruktur dan bersifat terbuka. Hal ini
memungkinkan peneliti untuk mengubah urutan pertanyaan sesuai dengan
respon informan serta menggunakan pertanyaan-pertanyaan alternatif yang
dinilai cocok bagi informan tertentu.
4. Setelah proses wawancara selesai dilakukan terhadap masing-masing
informan, hasil wawancara akan dibuat transkrip wawancara melalui proses
verbatim.
5. Transkrip wawancara yang telah diperoleh kemudian akan dianalisis dengan
metode analisis data yang telah ditentukan.
G. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam proses pengambilan data kemudian akan
diolah dengan menggunakan metode Analisis Interpretatif Fenomenologis (IPA).
Analisis Interpretatif Fenomenologis merupakan suatu metode investigatif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggambarkan suatu pengalaman secara kualitatif (Smith et al., 2009). Adapun
tujuan dari Analisis Interpretatif Fenomenologis yaitu berusaha memahami suatu
pengalaman atau fenomena dari perspektif tertentu terhadap suatu konteks. Dengan
demikian, maka akan diperoleh sebuah deskripsi yang padat dan kaya mengenai
fenomena yang tengah diteliti, sehingga peneliti akan mampu memahami kemudian
menginterpretasinya secara mendalam dengan berupa konsep-konsep atau kategori-
kategori mengenai fenomena tersebut.
Dalam penelitian ini, Analisis Interpretatif Fenomenologis akan
menggunakan alur pikir penarikan kesimpulan secara induktif. Hamidi, (2004)
mengungkapkan bahwa pendekatan induktif mengawali proses alur berpikir dengan
upaya untuk memperoleh data secara detail/rinci sebelum menarik suatu
kesimpulan. Pendekatan ini dipilih karena dalam penelitian ini, baru terdapat sedikit
teori atau hasil penelitian mengenai fenomena yang diteliti, yaitu tentang dinamika
self-forgiveness yang dilakukan oleh mantan pecandu narkoba. Maka, analisa data
dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pola khusus ke umum (bottom up),
yakni peneliti mengamati fakta-fakta khusus yang ditemukan dari data kemudian
menyusunnya menjadi rumusan yang lebih umum (Supratiknya, 2015).
Menurut Smith, Flowers, dan Larkin (2009), tahap-tahap Interpretative
Phenomenological Analysis adalah sebagai berikut:
1. Membaca transkrip berulang kali (Reading and re-reading)
Tahap pertama analisis penelitian ini dimulai dengan membaca
transkrip wawancara yang telah dibuat secara berulang-ulang.
Membaca secara berulang-ulang akan membuat peneliti menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memahami serta semakin dapat mendalami data asli yang diperoleh
serta menjadikan informan penelitian sebagai fokus dari analisis. Proses
ini juga bertujuan untuk memperlambat proses pengolahan informasi
atau data sehingga menghindarkan peneliti dari reduksi yang mungkin
terjadi karena pembacaan content secara cepat.
2. Memberi catatan pada transkrip (Initial notting)
Tahap kedua analisis penelitian ini dilakukan dengan memberi
catatan tentang hal-hal yang penting atau bermakna dalam transkrip.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan seperangkat
cacatan dan komentar yang komprehensif sekaligus rinci mengenai
data. Hal tersebut dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi
secara spesifik perkataan informan untuk dapat kemudian dipahami lalu
dikaitkan terhadap suatu isu. Analisis ini membagi teks menjadi unit
makna dan cacatan yang dimaksud akan diberikan untuk setiap unit.
Cacatan yang disebut exploratory comments/notes ini meliputi hal-hal
yang penting bagi informan, kata kunci dan jawaban informan, serta
bagaimana informan memandang hal-hal yang disebutkan dalam
jawabannya.
3. Mengembangkan tema-tema dari transkrip (Developing emergent
themes)
Tahap ketiga analisis penelitian ini dilakukan dengan
mengeksplorasi komentar atau catatan yang telah diberikan untuk
mengidentifikasi tema apa saja yang muncul. Tema-tema tersebut akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
digunakan untuk memetakan hubungan dan pola antara exploratory
comments/notes. Pada tahap analisis ini, tema tidak hanya
merefleksikan pikiran dan pandangan informan, melainkan juga
interpretasi peneliti.
4. Menarik kesimpulan dari hubungan yang meluas antar tema (Searching
for connections across emergent themes)
Tahap keempat analisis penelitian ini diawali dengan menyusun
tema-tema yang muncul dari transkrip wawancara informan secara
kronologis. Selanjutnya, peneliti akan melakukan pengembangan
pemetaan serta mencari hubungan antara tema-tema yang ada. Analisis
ini mengharuskan peneliti membuat suatu skema yang mengambarkan
poin dari semua aspek yang menarik dan penting pada para informan
dalam bentuk cluster-cluster tertentu. Dalam proses pengorganisasian
tema tersebut disatu sisi juga akan mendorong peneliti untuk
mengeksplorasi dan mengenalkan suatu hal yang baru dari hasil
penelitiannya. Analisis ini tergantung pada keseluruhan dari pertanyaan
penelitian dan ruang lingkup penelitian, oleh sebab itu beberapa tema
mungkin saja dibuang atau dalam arti lain tidak semua tema yang
muncul harus digabungkan dalam menyusun skema tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
1. Kredibilitas Penelitian
Kredibilitas atau yang dalam arti lain dapat disebut sebagai validitas
kualitatif dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai konteks sejauh mana
peneliti memeriksa keakuratan temuan-temuan penelitiannya dengan
menerapkan sejumlah prosedur tertentu (Supratiknya, 2015). Hal tersebut
dapat ditentukan melalui sudut pandang peneliti, partisipan, maupun pembaca.
Menurut Creswell (2009, dalam Supratiknya, 2015), terdapat delapan strategi
untuk menguji validitas suatu penelitian kualitatif, akan tetapi peneliti
dianjurkan untuk menggunakan lebih dari satu strategi dalam menguji validitas
dari hasil penelitiannya tersebut. Pada penelitian ini, peneliti akan
menggunakan beberapa strategi yaitu antara lain: (Creswell, 2009)
1) Triangulasi
Triangulasi atau membandingkan informasi dari sumber data
yang berlainan dengan cara menemukan evidensi atau bukti-bukti
dari aneka sumber-sumber tersebut. Kemudian, gunakan evidensi
tadi untuk memberikan justifikasi yang koheren bagi tema-tema
yang berhasil ditemukan.
2) Member checking
Member checking atau pengecekan kembali pada informan
penelitian berguna untuk memastikan keakuratan temuan-temuan
berupa tema-tema. Rumusan tema-tema tersebut hendaknya
dibawa kembali dan ditunjukkan kepada masing-masing informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
untuk mengetahui apakah mereka merasa bahwa rumusan tema-
tema tersebut sudah akurat. Setelah rumusan tema-tema disetujui
ketepatannya oleh para informan, peneliti dapat mulai
menuliskannya sebagai laporan akhir.
2. Dependabilitas Penelitian
Sedangkan dependabilitas atau yang dalam arti lain dapat disebut
sebagai reliabilitas kualitatif dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai
konteks sejauh mana pendekatan yang diterapkan peneliti konsisten dengan
yang diterapkan oleh peneliti-peneliti lain maupun dalam penelitian yang
lainnya (Supratiknya, 2015). Adapun prosedur pengujian reliabilitas yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa transkrip-transkrip rekaman wawancara serta observasi
untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan yang bisa terjadi
selama proses transkripsi (Gibbs, dalam Creswell, 2009).
2) Memastikan tidak ada pergeseran pada definisi kode-kode, yaitu
perubahan makna kode-kode yang terjadi selama proses
pengkodean. Pergeseran semacam ini dapat dihindari dengan cara
selalu membandingkan data dengan kode-kode yang berhasil
dirumuskan serta rajin membuat catatan tentang kode-kode beserta
definisinya masing-masing (Gibbs, dalam Creswell, 2009).
3) Melibatkan rekan lain untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pengodean yang telah dilakukan untuk mencapai intercoder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
agreement, yakni kesepakatan dua orang atau lebih mengenai suatu
kode yang digunakan untuk suatu bagian dalam teks (Creswell,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
I. Pedoman Wawancara
1. Bagaimana cerita awal anda mulai mengenal narkoba?
2. Apa jenis narkoba yang digunakan?
3. Apa yang anda rasakan selama menggunakan narkoba?
4. Bagaimana perasaan anda saat memahami kondisi diri sebagai seorang
pecandu narkoba? (respon diri)
5. Apa yang membuat anda memutuskan untuk melepaskan diri dari narkoba?
6. Upaya apa saja yang dilakukan? (bagaimana)
7. Bagaimana relasi anda dengan keluarga dan kerabat dekat sebelum mengenal
narkoba?
8. Bagaimana respon keluarga dan kerabat dekat saat mengetahui (informan)
menjadi pecandu?
9. Apa yang anda ketahui tentang proses self-forgiveness dalam masa rehabilitasi?
10. Apa saja guilty feeling yang anda rasakan ketika melakukan self-forgiveness?
(Mengapa hal tersebut dirasa paling berat)
11. Bagaimana cara anda berkompromi (dealing) dengan rasa bersalah tersebut?
12. Apa yang menyebabkan anda akhirnya memaafkan diri Anda? (Bagaimana
caranya?)
13. Bagaimana peran orang-orang disekitar Anda dalam proses self-forgiveness?
Siapa saja sosok yang memicu Anda untuk memaafkan diri?
14. Apa yang Anda dapatkan ketika melakukan pemaafan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
15. Sejauh ini, kendala (tantangan) seperti apa yang (informan) hadapi saat
melakukan self-forgiveness?
16. Bagaimana upaya yang biasanya (informan) lakukan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut?
17. Sejauh ini, pengaruh apa saja yang (informan) rasakan terkait melakukan
proses self-forgiveness pasca menjadi pecandu narkoba?
18. Adakah impian-impian yang ingin dicapai dalam hidup?
19. Bagaimana anda melihat diri anda saat ini?
20. Bagaimana self-forgiveness berperan dalam diri anda kedepannya?
21. Bagaimana tanggapan Anda terhadap self-forgiveness sebagai kunci agar dapat
terlepas dari kecanduan menggunakan narkoba?
22. Penyalahgunaan narkoba semakin merajalela, bagaimana tanggapan anda
terhadap para pecandu narkoba yang lain?
23. Hal apa yang anda harapkan terkait self-forgiveness dalam proses rehabilitasi
pecandu narkoba?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan menjelaskan mengenai pelaksanaan penelitian
dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Data yang telah didapatkan oleh
peneliti kemudian akan dianalisis sesuai dengan metode analisis yang akan
digunakan. Pada bagian akhir, akan dipaparkan pembahasan mengenai hasil dari
analisis data.
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan dan Perizinan
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan tiga orang mantan pecandu
dalam tahap after care atau pasca rehabilitasi sebagai informan. Sebelum
melakukan pengambilan data, peneliti meminta kesediaan informan untuk
terlibat dalam penelitian dengan menandatangani informed consent atau lembar
persetujuan. Dalam proses ini, informed consent tersebut dibacakan oleh
peneliti. Peneliti juga menjelaskan setiap poin yang dijabarkan dalam lembar
informed consent sehingga informan memahami semua tahapan dalam proses
serta konsekuensi dari penelitian yang akan dilakukan. Selain meminta
kesediaan informan, peneliti juga meminta izin secara formal kepada setiap
orang tua dari informan serta keluarganya.
Dalam proses persiapan penelitian, peneliti melakukan pendekatan
terhadap informan serta berkenalan dengan keluarga untuk memperoleh
informasi pendahuluan yang mendalam sebagai latar belakang dari masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
masing informan. Hal ini juga dilakukan dalam rangka membangun
kepercayaan dan keterbukaan baik dari informan maupun keluarga informan
dalam proses pengambilan data. Pendekatan yang dilakukan peneliti bermula
dari perkenalan dan berlanjut pada pertemanan yang baik antara peneliti
dengan informan melalui interaksi bersama selama kunjungan ke rumah
keluarga informan. Pada proses pengambilan data, peneliti membebaskan
informan untuk menentukan waktu dan tempat dilakukannya wawancara.
Peneliti juga mengawali pengambilan data dengan memberi pemahaman
kepada setiap informan mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Demi
memberikan kenyamanan selama proses wawancara, peneliti juga tidak lupa
memberikan rapport berupa pertanyaan-pertanyaan ringan dengan memulai
pembicaraan seputar kabar, hobi atau kegemaran, serta aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh informan. Setelah rapport dirasa cukup, peneliti baru akan
memulai proses wawancara.
Selama wawancara, peneliti menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur. Dengan menggunakan teknik tersebut, peneliti dapat secara leluasa
menentukan alur wawancara dan melakukan probing demi kenyamanan
informan. Atas izin dari para informan, peneleliti menggunakan alat perekam
berupa telepon selular untuk merekam proses wawancara. Pada bagian-bagian
tertentu wawancara dilakukan jeda sesuai kesepakatan bersama demi
kenyamanan proses wawancara. Hasil rekaman suara tersebut kemudian akan
ditranskrip oleh peneliti sehingga menghasilkan dokumentasi tertulis berupa
verbatim. Data tersebut kemudian akan dianalisis pada tahap berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan tiga informan dilakukan secara
terpisah sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan informan. berikut ini
merupakan waktu dan tempat pelaksanaan penelitian:
Tabel 1. Pelaksanaan penelitian
No Keterangan Informan 1
(Tn (20))
Informan 2
(Nn (20))
Informan 3
(Bb (35))
1. Perizinan kepada
orang tua,
perkenalan, dan
pendekatan dengan
informan
Minggu, 12
Agustus
2018
13.00-15.00
Rumah Tn
Minggu, 16
September
2018
10.00-12.30
Rumah Nn
Senin, 8
Oktober
2018
16.00-18.35
Care House
Eks PSPP
2. Wawancara
informan
Senin, 13
Agustus
2018
16.30-20.00
Kedai 24
Kamis, 16
Agustus
2018
17.00-18.30
Care House
Eks PSPP
Rabu, 22
September
2018
16.00-19.00
Rumah Nn
Jumat, 24
September
2018
10.20-12.15
Rumah Nn
Selasa, 9
Oktober
2018
13.00-16.15
Care House
Eks PSPP
Senin, 16
Oktober
2018
Care House
Eks PSPP
3. Member Checking Sabtu, 1
September
2018
13.10-14.16
Minggu, 30
September
2018
18.30-20.00
Sabtu, 20
Oktober
2018
19.30-21.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Care House
Eks PSPP
Rumah Nn Care House
Eks PSPP
4. Triangulasi Minggu, 21 Oktober 2018
08.15-10.00
Care House Eks PSPP
B. Informan Penelitian
1. Demografi Informan
Tabel 2. Demografi informan
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Inisial Tn Nn Bb
2. Usia 20 tahun 20 tahun 35 tahun
3. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki
4. Urutan Kelahiran Anak ke-3
dari 5
bersaudara
Anak
tunggal
(angkat)
Anak ke-4
dari 4
bersaudara
5. Pendidikan Terakhir SMA SMP SMA
6. Pekerjaan Tidak
Bekerja
Tidak
Bekerja
Tidak
Bekerja
7. Suku Tionghoa Jawa Jawa
8. Agama Katholik Islam Katholik
9. Usia Orangtua
Ayah : 63 Ayah : 70 Ayah : (Alm)
Ibu : 57 Ibu 1: (Alm)
Ibu 2: 53
Ibu : (Alm)
10. Tingkat Pendidikan
Ayah : S1 Ayah :
SMA
Ayah : SMA
Ibu : SMA Ibu 1: SMP
Ibu 2: D3
Ibu : D3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
11. Pekerjaan
Ayah :
Swasta
Ayah :
Pensiunan
PNS
Ayah :
Tentara
Ibu :
Pedagang
Ibu 1: IRT
Ibu 2:
Pedagang
Ibu :
Karyawan
BKKBN
2. Latar Belakang Informan
Berikut ini adalah tabel yang berisi latar belakang informan mengenai
riwayat serta pengalamannya selama menjadi mantan pecandu narkoba dalam
tahap after care:
a) Informan 1 (Tn (20))
Informan merupakan seorang yang pernah menjadi pecandu narkoba
jenis sabu-sabu. Ia berasal dari keluarga yang awalnya memiliki tingkat
ekonomi di atas rata-rata dan terbiasa hidup berkecukupan. Pada masa
remaja, orang tuanya bercerai sehingga keluarganya hidup terpisah.
Bersama dengan ibunya, ia serta salah seorang kakaknya (almarhum)
tinggal bersama hingga sekarang. Informan menyadari bahwa pasca orang
tuanya bercerai, ia sudah jarang berkomunikasi dengan baik terutama
kepada ayahnya. Di satu sisi, ia juga merasa bahwa mendapat tekanan dari
ibunya karena perilaku ibunya yang bergonta-ganti partner/pasangan.
Hubungan terhadap saudara-saudaranya pun tidak harmonis, ia terkadang
juga merasa bahwa terdapat suatu sibling rivalry diantara mereka satu
sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Rasa ketidaknyamanan di dalam keluarga tersebut pada akhirnya
membuat informan lebih menikmati kehidupan pertemanannya di luar
rumah. Terlebih ketika ia berteman dengan salah seorang bandar narkoba
dan kemudian mulai tertarik untuk mencoba narkoba karena penasaran.
Dari situ akhirnya ia mulai kecanduan dan tidak bisa mengontrol adiksi
dari obat pilihannya yaitu sabu-sabu. Selama kecanduan, informan
menyadari bahwa keadaannya malah semakin memperkeruh keadaan
dalam keluarganya. Puncaknya adalah ketika ia ditangkap polisi atas
dugaan kepemilikan narkoba hingga seminggu dipenjara. Kala itu, ia
sebenarnya merasa ketakutan dan sekaligus bersyukur karena masih diberi
kesempatan untuk bebas. Akan tetapi, pada akhirnya ia malah kembali lagi
mencandu narkoba hingga membuat keluarganya cemas. Kegelisahan
keluarganya tersebut yang akhirnya membuat mereka mendesak dan
memaksa informan untuk melakukan rehabilitasi di PSPP selama enam
bulan. Selama menjalani rehabilitasi, informan mengaku bahwa amarah
dan kedengkian pada keluarganya selalu membayangi. Akan tetapi, ia pun
tidak bisa memungkiri bahwa karena kejadian tersebut justru turut
merekatkan kembali hubungan kekeluargaannya yang sempat renggang.
Pasca keluar dari panti rehabilitasi, informan tidak serta merta
berhenti menggunakan sabu, bahkan ia seakan meluapkan kemarahannya
pada keluarga yang telah memaksanya untuk menjalani rehabilitasi yaitu
dengan lebih ekstrem menggunakan narkoba. Ia kembali relapse lalu
menghabiskan sebagian besar harta keluarganya hanya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mengonsumsi sabu sehingga mengawali kehancuran ekononi keluarganya.
Lama-kelamaan, ia mengetahui bahwa orang tua dan keluarganya sangat
bersedih dan kecewa terhadapnya. Selain itu, sedikit banyak informan pun
merasakan efek samping dari penggunaan sabu yang membuat dirinya
sangat merasa tidak nyaman. Dari situ ia semakin menyadari bahwa
menjadi junkie tidaklah baik dan memutuskan untuk berhenti mencandu.
Meski sulit, perlahan kedekatan dengan keluarganya mulai tumbuh
kembali. Ibu informan menyarankannya untuk lebih sering mendekatkan
diri dengan Tuhan melalui aktif dalam kegiatan gereja. Meskipun ia sadari
bahwa melepaskan diri dari adiksi narkoba tidaklah mudah, ia menemukan
sendiri bahwa untuk benar-benar berhenti dan dapat pulih dari kecanduan
narkoba ia harus memaafkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Proses itu pun
tidak singkat dijalani karena harus berdamai dengan segala rasa
penyesalan yang membelenggunya. Keadaan informan yang masih dalam
kondisi slip, juga ia sadari sebagai suatu proses kejatuhan kembali yang
penting dalam dinamika self-forgivenessnya.
b) Informan 2 (Nn (20))
Informan merupakan seorang yang pernah menjadi pecandu narkoba
jenis obat-obatan benzo dan juga memiliki kecanduan akan minuman keras
(alkoholik). Ia merupakan anak angkat dari sepasang suami istri yang tidak
dikaruniai anak. Pasca ibu angkatnya meninggal, ayah informan menikah
lagi dan juga tidak memiliki anak. Informan mengaku sering mendapat
perlakuan yang tidak menyenangkan dari ibu tirinya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
membuatnya merasa tidak kerasan berada di rumah. Informan yang masih
menginjak usia remaja kala itu kemudian melampiaskan segala emosinya
dalam pergaulan remaja yang cukup ekstrem yaitu dengan mengikuti geng
yang aktif dalam taruwan antar pelajar. Hal ini yang membawa informan
kemudian bergaul dengan anak-anak jalanan lalu mengenal obat-obatan
psikotropika serta kebiasaan alkoholik.
Hidup liar di jalanan meski mendidik informan menjadi seorang
yang lebih mandiri dalam menjalani hidup dan memiliki persaudaraan
yang erat pada sesama anak jalanan, juga membawa dampak negatif pada
informan sehingga mengenal narkoba serta perilaku seks yang tidak sehat
seperti bergonta-ganti pasangan. Ketika suatu hari ia dan teman-teman
anak jalanannya terciduk oleh satpol/pp, keluarganya memutuskan untuk
membawa informan ke panti rehabilitasi narkoba ketimbang mengambil
risiko dipenjarakan. Selama menjalani rehabilitasi, informan juga belum
menemukan kesadaran diri tentang esensi memulihkan kecanduannya
akan narkoba. Bahkan karena minimnya sistem penjagaan panti
rehabilitasi PSPP, menurut penuturan konselor informan, bahwa ia pernah
melakukan seks disana secara eksibisionis. Informan pun pada akhirnya
hanya menjalani rehabilitasi selama enam bulan lalu kabur melarikan diri
untuk kembali lagi hidup di jalanan.
Informan kembali lagi ke rumahnya setelah kemudian menikah
dengan kekasihnya dan memiliki anak. Ia merasa tidak tertampung dengan
baik oleh keluarga suaminya dan hanya pada keluarganyalah ia dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kembali. Meskipun di rumah ia harus menyesuaikan kembali dengan
temperamen ibu tirinya, namun kehadiran ayahnya yang selalu
mendukung membuatnya dapat kembali hidup secara optimis. Berawal
dari konten-konten religius yang sering informan temui baik di media
sosial maupun tayangan di televisi, ia mulai menyadari bahwa
kecanduannya akan narkoba adalah suatu perbuatan dosa. Ia merasa
ketakutan terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya saat kematian atas
semua perilaku yang telah ia lakukan terlebih sebagai pecandu narkoba.
Selain itu, kehadiran kedua anaknya membuatnya sadar bahwa ia tidak
mau membawa dampak negatif pada mereka sebagai harapan keluarga.
Proses informan berhenti sebagai pecandu bukanlah hal yang
mudah. Ia sadar, untuk dapat lepas dari ketergantungan, ia terlebih dahulu
harus memaafkan dirinya agar dapat melangkah maju ke depan. Akan
tetapi, proses memaafkan diri sendiri ia sadari tidak dapat terjadi tanpa
melepaskan segala belenggu rasa penyesalannya di masa lalu. Ia pun
akhirnya membatasi diri dari pergaulan anak jalanan dan berusaha fokus
untuk keluarganya dan banyak mendekat pada Tuhan.
c) Informan 3 (Bb (35))
Informan merupakan seorang yang pernah merasakan berbagai jenis
narkoba dari obat-obatan (boty) hingga sabu-sabu hingga mengalami
stagnansi. Kebutuhannya untuk selalu meningkatkan dosis toleransi akan
zat adiktif, mengenalkannya pada komunitas pecandu putau. Pada
akhirnya informan mendapatkan kecocokan pada zat tersebut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menjadikan narkoba jenis putau/heroin sebagai obat pilihannya. Selama
hidup sebagai pecandu narkoba, ia telah menjalani rehabilitasi berulang
selama lebih dari sepuluh kali. Kehidupan sebagai anak dari keluarga yang
berada membawanya pada pergaulan yang bergaya hidup borjuis hingga
mengenal narkoba. Tetapi, sejak informan duduk di bangku SMP,
keluarganya telah mengetahui bahwa ada yang salah dengan perilakunya.
Orang tua informan pun kemudian memasukkan informan ke panti
rehabihitasi narkoba dan kriminal. Perasaan tidak terima atas tindakan
keluarganya inilah yang menumbuhkan dendam tersendiri dalam diri
informan sehingga ia semakin tidak mau berhenti menggunakan narkoba.
Setiap kali keluar dari panti rehabilitasi, ia terus memperparah dosis
penggunaan narkoba sehingga belum juga menemui titik terang dalam
kehidupannya sebagai pecandu. Ia tidak dapat berkonsentrasi dengan baik
pada pendidikan yang sedang ditempuh dan malah membuat banyak
permasalahan di keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan candu
misalnya, informan telah menjual semua harta keluarganya dan tidak
segan untuk berkelahi atau mengancam akan melakukan kekerasan pada
mereka karena terbiasa hidup mudah. Ia pun kerap kali melakukan self-
injury sebagai bentuk coping stress atas emosinya yang meledak-ledak
ketika merasakan sakitnya sakau.
Saat sampai pada tahap stagnansi dalam penggunaan narkoba jenis
putau, informan mulai menderita karena rasa sakit (sakau) yang ia rasakan
selama putus zat. Akhirnya informan pun menjalani rehabilitasi di PSPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan merasakan perbedaan dalam proses terapi yang ia jalani. Di luar
perkiraannya, pada pertengahan tahun 2007 Informan terdeteksi positif
mengidap HIV. Hal tersebut sangat memukul dirinya dan tentu saja
keluarga informan. Ia menyesali apa yang telah ia lakukan selama
mengenal narkoba sehingga kini konsekuensi yang harus ia terima
sangatlah pahit.
Informan menyadari bahwa dalam memulihkan diri dari kecanduan
narkoba, ia terlebih dahulu harus memaafkan dirinya. Untuk itu, ia benar-
benar mengawali dengan tekad diri yang kuat. Tidak cukup hanya dengan
niat, ia juga menyadari perlunya berdamai atau dealing dengan segala rasa
penyesalannya di masa lalu. Kematian kedua orang tuanya yang mendadak
disaat ia sedang berupaya untuk memulihkan dirinya dari candu narkoba
semakin membuatnya menyesali segala yang telah terjadi. Akan tetapi
seiring dengan berjalannya waktu dan dengan dukungan dari orang-orang
terdekat, informan dapat belajar memaafkan diri sendiri dan mulai
menjalani hidup dengan lebih baik.
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, hasil wawancara telah
didapatkan dari ketiga informan. Sebelum menganalisis data dari ketiga informan,
peneliti melakukan member checking untuk memastikan bahwa hasil wawancara
telah sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh ketiga informan. Dari
wawancara yang telah dilakukan, ketiga informan telah menyetujui hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
wawancara dan tidak ingin menambah ataupun mengoreksi transkrip verbatim.
Setelah itu, peneliti juga melakukan triangulasi terhadap hasil wawancara. Dalam
hal ini, peneliti merujuk pada konselor narkoba yang mengangani treatment after-
care ketiga informan di Care House eks PSPP. Kemudian setelah hasil wawancara
telah sesuai dan disepakati bersama, peneliti mulai mengolah temuan dari proses
pengambilan data.
Proses analisis data diawali dengan proses membaca dan membaca kembali
(reading and rereading) kemudian memberikan catatan-catatan baik berupa
komentar deskriptif ataupun konseptual oleh peneliti (initial noting). Selanjutnya,
peneliti akan melakukan pemberian tema yang merepresentasikan masing-masing
transkrip yang bersangkutan. Tema-tema yang telah ditemukan tersebut akan
dikelompokkan oleh peneliti ke dalam cluster-cluster tertentu, dimana pada
masing-masing cluster tema-temanya berbagi hubungan yang sama. Dari
pengelompokkan inilah peneliti mendapatkan tema yang lebih besar.
Pengelompokkan tersebut akan disusun dalam suatu tabel ringkasan tema yang
sudah digolongkan pada masing-masing cluster yang bersangkutan. Kemudian,
peneliti akan memaparkan secara naratif mengenai penjelasan dari masing-masing
tema yang muncul.
Pada bagian ini, selanjutnya peneliti akan mencoba untuk memaparkan
tema-tema secara garis besar yang muncul pada ketiga informan. Peneliti juga akan
menjelaskan secara lebih terperinci mengenai keterkaitan diantara tema-tema yang
muncul. Pemaparan ini bertujuan untuk dapat menggambarkan dinamika self-
forgiveness yang terjadi pada mantan pecandu narkoba secara lebih jelas. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
penelitian ini, telah ditemukan empat cluster yang merepresentasikan data dari
informan yaitu proses formasi self-forgiveness, faktor yang memengaruhi self-
forgiveness, pikiran dan perasaan yang muncul selama self-forgiveness, dan makna
self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba.
1. Proses formasi self-forgiveness
a) Guilty feelings
Awal proses pemaafan diri diakui informan dengan menceritakan
pengalamannya dalam menggeluti berbagai perasaan bersalah karena
menjadi pecandu narkoba. Perasaan bersalah ini mereka rasakan ketika niat
untuk melepaskan diri dari adiksi narkoba juga timbul. Berbagai perasaan
tersebut antara lain adalah kombinasi dari perasaan bersalah terhadap diri
sendiri, keluarga, Tuhan, teman, maupun komunitas seperti yang
dikemukakan oleh informan Tn (20) berikut ini:
Kalo Mas Tn ini pake sebelum rehab kan pake obat, terus
kemudian pake sabu, motifnya pake tuh sebenernya apasih mas?
“Saya...pergaulan aja sih, tapi saya ngga menyalahkan
pergaulan! Saya menyalahkan diri saya sendiri, saya yang
menentukan, kenapa saya mau? Saya juga ngak menyalahkan
lingkungan. Memang lingkungan saya seperti itu, memang
pergaulannya mereka seperti itu, kenapa saya masih mau? Masih
ngikutin? Kalo saya di rumah enak-enakan, kenapa saya ngikut?
Kenapa saya ngikut mereka? Gitu.. saya nggak nyalahin orang lain,
saya juga nggak nyalahin lingkungan. Semuanya kan berawal dari
kita sendiri, kita ada niatan nggak untuk berubah. Kalo ada niatan,
ya oke kamu berubah. Kalo nggak berubah, ya selamanya kamu
akan begitu. Malah kamu bisa semakin jadi, kalo begitu. Saya mikir
begitu. Jadi kalo ditanya nyesel, pasti semua orang nyesel. Tapi ya
mau gimana lagi. Kalo ditanyain temen, temen gaisa tanggung
jawab kan. Lingkungan, apalagi.” (Tn (20), 238-252)
Rasa bersalah Tn (20) terhadap dirinya pun juga ia rasakan karena
terpengaruh pada pergaulan yang negatif. Karena bergaul dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
komunitas pecandu narkoba, Tn (20) menjadi mengenal obat-obatan
terlarang yang sebelumnya tidak ia ketahui. Tn (20) pun mulai mencoba
dan pada akhirnya menyalahgunakan narkoba. Tn (20) menyesali mengapa
ia harus berkecimpung dengan pergaulan yang demikian sehingga
membuatnya menjadi pecandu narkoba.
Perasaan bersalah juga dirasakan Tn (20) terhadap keluarga karena
menjadi pecandu narkoba. Selain ketika menjalani hukuman penjara,
sebelumnya Tn (20) juga menyadari bahwa rasa bersalah terhadap
keluarganya timbul ketika ia menjalani rehabilitasi pecandu narkoba. Rasa
menyesal akan perbuatannya ketika melihat sosok ibunya yang biasanya
cenderung keras dan otoriter tersebut menangisi dirinya. Selain itu, ayah
yang jarang sekali Tn (20) temui juga menyempatkan untuk
mendatanginya di panti rehabilitasi sehingga membuat Tn (20) merasa
sedih sekaligus bersyukur karena dapat menemuinya lagi. Akan tetapi, Tn
(20) tentu saja merasa menyesal karena pertemuan keluarga yang
seharusnya menjadi indah malah harus ia rusak akibat ia direhabilitasi
akibat ketergantungannya terhadap narkoba. Terlebih, kenyataan bahwa ia
tidak bisa menemui keluarganya untuk sementara waktu membuatnya
semakin bersedih.
Riwayatnya dipenjara juga Tn (20) sadari telah mencoreng nama
baik dirinya sendiri karena akan menambahkan label dirinya sebagai
seorang residivis. Disamping itu, selama di penjara, Tn (20) mengatakan
sempat melihat keluarga terlebih kedua orang tuanya sangat terpukul dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
bersedih karena dirinya. Hal tersebebut yang kemudian membuatnya
menyadari bahwa ia telah melakukan sesuatu yang tidak benar dan
menjadi kecewa karenanya. Tn (20) juga mengungkapkan perasaan
bersalah yang ia rasakan pada keluarganya adalah ketika mengingat apa
saja kebohongan-kebohongan yang telah ia lakukan selama menjadi
pecandu narkoba. Tn (20) kerap membohongi ibunya demi mendapatkan
uang agar dapat membeli sabu-sabu atau pergi ke suatu tempat dalam
rangka transaksi narkoba.
Disamping merasakan rasa bersalah terhadap diri dan juga
keluarga, Tn (20) juga merasakannya terhadap komunitas sosial.
Penyesalan yang dirasakan karena sebagai mantan pecandu narkoba, ia
akan sulit untuk dapat kembali ke masyarakat dan bersosialisasi seperti
sedia kala. Terlebih sebagai residivis, Tn (20) kerap kali menyalahkan
dirinya sendiri atas stigma sosial yang diterimanya sebagai mantan
pecandu narkoba.
Berarti Mas Tn akhirnya belajar memaafkan diri sendiri itu setelah
lepas dari rebahilitasi berarti ya, gimana sih mas caranya memaafkan diri
waktu itu?
“Iya.. saya bukan dari.. memaafkan diri sendiri bukan dari
rehabilitasi. Bukan. Saya dari nasadnya hal-hal yang saya alami.
Nah seperti saya... ketangkep polisi, saya melihat orang tua saya
sedih, terus saya orang tua kacau, nangis, dari situ lah timbul rasa
“wah kok aku ngantek, kok aku seperti ini, kok aku jadi kayak
gini?” kalo aku nggak kayak gini kan nggak akan terjadi.” (Tn (20),
868-872)
Sedangkan perasaan-perasaan bersalah yang dirasakan informan
Nn (20) antara lain seperti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hal yang berulang kali dikatakan Nn (20) dalam wawancara adalah
betapa ia menyesali segala tindakannya di masa lalu. Nn (20)
mengungkapkan bahwa ia merasa bersalah terhadap dirinya sendiri karena
menjadi pecandu narkoba. Rasa bersalahnya tersebut terakumulasi dari
pengalamannya baik sebagai pencandu benzo maupun perilaku
alkoholiknya. Terlebih selama hidup sebagai anak jalanan, Nn (20)
mengungkapkan bahwa ia sama sekali tidak bisa mengontrol perilakunya
untuk menyalahgunakan narkoba karena hidup dalam lingkungan sesama
pecandu narkoba. Rasa bersalahnya terhadap diri sebagai pecandu narkoba
ini juga dipicu oleh efek jangka panjang obat pilihannya yang hingga kini
masih dialami. Hal ini tentu saja sangat tidak nyaman karena mengganggu
aktivitas Nn (20) sehari-hari.
Rasa bersalah karena menjadi pecandu narkoba juga dialami Nn
(20) terhadap keluarganya. Nn (20) menceritakan bahwa ketika dirinya
terkena razia oleh satpol/pp semasa menjadi anak jalanan, keluarganyalah
yang akhirnya mengusahakan agar dirinya tidak diproses secara hukum.
Agar terlepas dari ancaman dipenjarakan, keluarga Nn (20) kemudian
memasukkan Nn (20) ke dalam panti rehabilitasi PSPP. Pasca keluar dari
rehabilitasi Nn (20) memang tidak langsung berhenti mencandu narkoba.
Akibat pengaruh obat pilihan yang ia konsumsi serta situasi keluarganya
yang memang kerap berseteru, Nn (20) mengakui bahwa ia kerap memicu
konflik. Konflik yang terjadi di keluarga Nn (20) tidak terjadi begitu saja,
namun karena ia memang tak dapat mengatur emosinya dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Hidup menjadi pecandu narkoba memang disadari Nn (20) telah
membentuknya menjadi pribadi yang sensitif. Padahal ia mengetahui
bahwa sebenarnya keluarganya tidak bermaksud menyinggung atau
melukai perasaan.
Nn (20) menyadari bahwa ia tentu tidak hanya telah menyusahkan
keluarganya, namun juga membuat aib bagi keluarganya di mata
masyarakat. Di samping itu, memiliki pasangan yang tidak dapat
memberikan contoh baik dalam kehidupan berumah tangga juga membuat
Nn (20) merasa bersalah terhadap keluarganya. Setelah memiliki anak, Nn
(20) memutuskan untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya karena
suaminya tidak memperlakukannya dengan baik. Nn (20) merasakan
betapa keluarganya sebenarnya sangat menyayanginya terlepas dari segala
kesalahan yang telah ia lakukan terutama selama mencandu narkoba. Oleh
sebab itu, rasa tanggung jawabnya sebagai seorang ibu dengan statusnya
sebagai mantan pecandu narkoba turut membuatnya mengkhawatirkan
masa depan anak-anaknya.
Dulu sampe Mbak Nn menjadi pecandu itu ya mbak, pecandu obat
maupun minum, gimana sih mbak perasaannya?
“Nyeselnya sih sekarang ya, gara-gara berhentinya susah
itu. Terus kan tetangga kan mesti tahu. Dulu kan aku masuk sana
kan juga tetangga-tetangga, orang-orang, orang-orang kan tahu. He
eh. Entah apa ya mungkin kita sekarang kita baik-baik aja ya.
Nggak tau mungkin besok kalo kita ada masalah terus mereka
nyeritain semua ke anak-anak kan jadi kayak “mamahmu tu dulu
kayak gini lho”terus besok mereka ikut nyoba-nyoba gitu kan jadi
takute disitu, nyesel. Kayak dulu kalo misal aku nggak make,
mungkin anak-anakku nggak akan tahu, mungkin mereka nggak
akan nyoba kesitu gitu. Kayak waktu ditatto pun nyesel, kayak
misal anakku dibilang “mamah aja tatoan, masa aku engga?” kan
aku takutnya kayak gitu. terus kalo misal nanti mereka udah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
paham, terus tanya “itu apa sih mah?” jawabnya kayak gimana kan
bingung. Disitu sih bener-bener nyesel. Kayak yang emm kita
kayak nanya “mah itu apa sih? minuman keras tuh apa?” gini gini
gini “kok tahu?” ya kan? “Mamah pernah pake?” Deshh! tahu kalo
kita pernah make. “Kok mamah make?” “kok mamah make?” gitu
terus besok dia pake, “mamah masa mudanya aja make masak aku
engga, kan aku turunan” gitu kan ibarate kan buah jatuh nggak jauh
dari pohonnya. (Nn (20), 227-250)
Terkait pengalamannya sebagai pecandu narkoba, rasa bersalah
juga dirasakan Nn (20) terhadap Tuhan. Nn (20) mengungkapkan rasa
takut akan karma segala perbuatannya. Ia merasa bahwa menjadi pecandu
narkoba adalah sebuah perbuatan dosa. Oleh sebab itu, perasaan takut akan
dosa menjadi pecandu narkoba diungkapkan selalu membayangi
keseharian Nn (20). Rasa bersalah dan takut akan pembalasan akhirat yang
terus-menerus dirasakan membuat Nn (20) berkeinginan untuk bertaubat
dari kecanduan narkoba. Ia menyadari bahwa tidak bisa terus menerus
melakukan perbuatan yang menurut ajaran agamanya dilarang karena
merupakan suatu dosa. Nn (20) pada akhirnya mengakui bahwa selain
berdosa, menjadi pecandu narkoba merupakan suatu kesalahan dalam
hidupnya.
Ooh.. terus waktu itu gimana sih mbak ceritanya sampe Mbak Nn
akhirnya mau berhenti make dan mengonsumsi obat maupun minum?
“Berhenti karena mungkin karena Tuhan sih, kalo itu. Kan
kalo misalnya kalo dari anak-anak semenjak punya mereka aku
masih pake terus, karena kalo karena keluarga emang aku agak
keras, emang dimarahin udah usir udah kayak apa juga aku tetep
make terus kayak nggak ada rasa takut sama siapapun. Akhirnya
mulai.. mulai pengen deketin diri aja sama Tuhan kayak besok aku
aku yakin sadar semua bakalan mati to mbak, semua bakalan mati,
bakal ada pembalasan kan di hari akhir, kan gitu. Kan gitu to?! Itu
sih mulai tau kayak di instagram itu sering kayak ada pembalasan
di hari akhir di akhirat, aku takut. Biasanya di explore itu ya
mbak. He eh! Sering keluar, nanti disiksa disana, apa yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
lakuin dibales kayak gitu. “Walopun kita keliatan diem, kayaknya
baik gitu, tetapi kita ngeluarin kata-kata kasar sedikit nyakitin hati
orang itu kan bakal dibales disana kan itu yang buat aku takut sih,
yang bikin aku pingin berhenti dari semuanya. Terus kan kayak kita
minum minuman keras itu kan juga sholate nggak diterima, kita
juga malaikat pun nggak mau mendekat sama kita. Itu sih yang buat
aku bener-bener takut. Takut pembalasan di hari akhir sih. Soalnya
kalo aku nggak inget Tuhan itu sekarang masih make soalnya
sekarang punya mereka berdua pun aku masih make.” (Nn (20),
59-83)
Menjadi pecandu narkoba memang disadari Nn (20) penuh
konsekuensi. Konsekuensi itu pun tidak terlepas bahkan setelah ia
memutuskan untuk berhenti mencandu. Nn (20) mengungkapkan bahwa
rasa bersalah terhadap masyarakat juga ia rasakan karena menjadi pecandu
narkoba. Selama menjadi pecandu mungkin rasa bersalah tersebut tidak
begitu terhiraukan karena ia cenderung cuek pada keadaan masyarakat
sekelilingnya. Akan tetapi, penyesalan atas stigma sosial yang diterima
baru ia rasakan betul justru setelah ia memutuskan untuk pulih dari adiksi
narkoba. Sebagai mantan pecandu narkoba, meskipun Nn (20) merupakan
orang yang mudah bergaul dan bersosialisasi, ia tidak memungkiri bahwa
ia memiliki kecemasan dan ketakutan apabila tidak diterima di lingkungan
masyarakat.
Di satu sisi, informan Bb (35) mengungkapkan perasaan bersalah
yang paling banyak diungkapkan oleh Bb (35) adalah rasa bersalahnya
terhadap keluarga karena menjadi pecandu narkoba. Menjadi pecandu
narkoba dirasakan Bb (35) menjadi hal yang mengecewakan bagi
keluarganya. Orang tua Bb (35) selama ini serta berusaha secara optimal
dalam memfasilitasi kesembuhannya dari adiksi narkoba. namun yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
terjadi adalah bahwa Bb (35) bukannya semakin mendekati kesembuhan
tetapi justru semakin parah mencandu narkoba. Bb (35) menceritakan
bahwa sejauh ini ia telah keluar-masuk panti rehabilitasi narkoba selama
lebih dari sepuluh kali. Hal tersebut Bb (35) akui salah satunya untuk
membalaskan dendam terhadap keluarganya karena telah memasukkannya
dalam panti rehabilitasi narkoba Parmadisiwi Jakarta.
Owalah... kalo saya nanya Mas Bb sekarang ini, mas, em hal yang
membuat Mas Bb sedih saat ini apa to mas?
“Iya...(diam) apa ya mbak ya, banyak e mbak. Ya dulu...
waktu masih ada bapak ibu, saya apa, terlalu kurang ajar (diam).
Terkadang nyampe saat ini tu masih kadang takut kena karma gitu
mbak aku. He em. Saya tu bikin sedih, bikin (diam) ya... dulu-dulu
kan maksudnya berani sama orang tua, ini ini mbentak-mbentak
orang tua. Sekarang udah ditinggal sama bapak ibu, baru
merasakan kayak gitu.” (Bb (35), 811-819)
Di samping telah mengecewakan keluarga terutama kedua orang
tuanya, Bb (35) juga menceritakan bahwa keadaannya sebagai pecandu
narkoba waktu itu telah menghancurkan keharmonisannya dengan
keluarga. Bb (35) mengungkapkan rasa bersalahnya terhadap keluarga atas
pelampiasan emosi maupun agresi selama menjadi pecandu narkoba. Ia
kerap kali mengamuk dan berseteru dengan keluarga ketika mengalami
sakau. Karena tebutakan oleh keinginan untuk menggunakan narkoba, Bb
(35) telah mengacaukan keluarganya setiap kali memaksa untuk meminta
uang untuk membeli narkoba. perilakunya tersebut kini disadari sebagai
suatu perasaan bersalah karena telah durhaka terhadap orang tuanya.
Owalah... kalo saya nanya Mas Bb sekarang ini, em hal yang
membuat Mas Bb sedih saat ini apa to mas?
“...Bener kui, mbok menyesal bener. Yo Mbang yo?! Saya
sekarang ya masih merasa kehilangan, mbak. Orang tua belum bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
lihat saya sembuh, kayak sekarang. Padahal dulu sitik2 “pak buk
pak buk” gitu mbak.” (Bb (35), 823-826)
Perilaku Bb (35) sebagai pecandu narkoba jenis putau pada
akhirnya telah menyebabkan dirinya terjangkit HIV pada tahun 2007. Hal
ini tentu saja menjadi suatu pukulan yang luar biasa tidak hanya bagi Bb
(35) namun juga keluarganya. Perasaan bersalah terhadap orang tua karena
terdiagnosis HIV positif memang betul dirasakan Bb (35). Tetapi
keadaannya tersebut tidak langsung membuatnya berhenti menjadi
pecandu, ia tetap mengonsumsi narkoba meski lebih berhati-hati.
Perilakunya ini ternyata membawa dampak yang diluar pikirannya. Pada
awal 2018 silam, kedua orang tua Bb (35) secara berurutan meninggal
akibat sakit yang dideritanya. Bb (35) paham betul bahwa kedua orang
tuanya tersebut menjadi sakit karena rasa tertekan akan kelakuannya.
Peristiwa tersebut membuat Bb (35) pun merasakan perasaan bersalah dan
kesedihan yang mendalam atas kematian kedua orang tua. Padahal waktu
itu, Bb (35) tengah menjalani rehabilitasi narkoba di PSPP dan telah
bertekat untuk benar-benar berhenti menjadi pecandu narkoba. Sampai
saat ini Bb (35) terkadang masih memilii perasaan bersalah karena
menyesali orang tua tidak dapat melihat kepulihannya dari kecanduan
narkoba.
Iya mas. Kalo bapak ibu dulu seda tahun berapa to mas?
“Dua ribu lima belasan. Empat belas, lima belas kayaknya.
Itu sebelum di rehab. Terus keinget ngamuk-ngamuk di rumah,
mbentak-mbentak ibu, mbentak-mbentak bapak. Ya namanya
penyesalan ho o to mbak, di di akhir to?! Nggak ada yang ngerti
ngerti. Bener! Terasa bener, mbak! Terasa opo yo, kehilangan
banget, he em, kehilangan banget!” (Bb (35), 827-833)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Menjadi pecandu narkoba bagi Bb (35) tidak hanya menimbulkan
perasaan bersalah terhadap keluarga berserta dirinya, namun juga ia
rasakan bagi orang-orang disekitarnya. Walau saat ini Bb (35) masih
menghuni care house eks-PSPP, ia menyadari bahwa tidak selamanya ia
akan terus disana. Cepat atau lambat akan tiba saat dimana ia akan menetap
di rumahnya untuk melanjutkan kehidupannya. Bb (35) mengetahui bahwa
kedepannya, ia harus kembali berbaur dan bersosialisasi dengan
masyarakat.
Namun Bb (35) sering berpikir bahwa menjadi mantan pecandu
narkoba juga merupakan label yang negatif menurut masyarakat. Hal
tersebut yang masih sering membebani Bb (35) menjadi suatu perasaan
bersalah terhadap masyarakat. Ia tidak bisa mengabaikan kecemasan sosial
yang timbul akibat stigma masyarakat terhadap mantan pecandu narkoba.
Bb (35) takut ia tidak dapat kembali diterima di masyarakat. Ia juga
khawatir pelabelan tersebut akan menghambat upayanya dalam mencari
pekerjaan untuk memandirikan dirinya.
Nah kalo dalam Mas Bb memaafkan diri sendiri ini, gimana sih
peran orang orang-orang di sekitar Mas?
Ya... keluarga tentu itu pertama. Ya namanya candu itu ya
maksudnya, mau sembuh itu butuh sangat butuh dukungan dari
keluarga, masyarakat, ya to mbak?! Tapi kalo di masyarakat kan
kayak ya terus terang, kalo kayak keluarga sangat gimana ya
sangat... membantu lah maksudnya mensupport bisa sembuh. “Tapi
kalo di kampung kan ya yang namanya orang banyak to ya mbak,
ada yang mendiskriminasi, ada yang nyemangati, ada yang
menjauhi, gini gini. Ya udah mau gimana lagi, stigma-stigma itu kan
masih..” (Bb (35), 448-459)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b) Niat dan komitmen
Tidak hanya perasaan bersalah yang timbul dalam proses formasi
atau awal pembentukan dinamika pemaafan diri, sebagai pecandu narkoba,
para informan juga mengemukakan niat yang timbul untuk dapat pulih dari
adiksi narkoba. Niat tersebut terwujud dalam komitmen-komitmen sebagai
tekat para informan untuk dapat melepaskan diri dari jeratan narkoba.
Berikut hal-hal yang diungkapkan antara lain:
Tn (20) mengungkapkan bahwa proses pemulihan dari adiksi
narkoba memerlukan niat dari dalam diri dengan kesungguhan untuk
berhenti. Niatan untuk berhenti mencandu tersebut harus kuat, tidak dapat
setengah-setengah dijalankan di dalam hati. Tn (20) berkata dengan apa
adanya bahwa niatan dan mengaga komitmen untuk pulih tersebut
memang tidak mudah. Tetapi ia tidak menyerah untuk selalu
mempertahankannya. Keinginan untuk berhenti mencandu maupun proses
pemulihan dari kecanduan disakan Tn (20) sebagai sesuatu yang sangat
bersifat pribadi. Oleh sebab itu, ia tidak dapat mengandalkan atau
bergantung dengan orang lain atas kesembuhannya selain pada dirinya
sendiri.
Akan tetapi, Tn (20) juga mengungkapkan bahwa ketika ia merasa
kesulitan untuk mempertahankan baik niat dan komitmen untuk dapat
pulih dari pengaruh adiksi narkoba yang ia rasakan, ia masih memiliki
suatu penguatan yang dapat ia andalkan. Penguatan tersebut yaitu rasa
penyesalan yang mendalam terhadap diri sendiri dan juga kepada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Rasa bersalah terhadap Tuhan membuatnya serasa seperti insan yang
berdosa atas semua yang ia lakukan selama menjadi pecandu narkoba.
Maka dari itu, hal tersebut dapat membulatkan tekadnya kembali untuk
dapat pulih dari kecanduan narkoba.
Kepulihan dari adiksi narkoba memang diakui Tn (20) sebagai hal
yang bersifat pribadi, baik secara proses maupun hasilnya. Sehingga ia
memiliki kecenderungan dalam menutupi keinginan untuk pulih dari
adiksi narkoba dari teman-teman sesama pecandu narkoba. Menurut Tn
(20), pemulihan dari adiksi narkoba merupakan pilihan serta
tanggung jawab pribadi. Meskipun demikian, Tn (20) tetap mengakui
bahwa dalam dirinya terdapat keinginan untuk membuktikan kepada orang
lain bahwa dirinya mampu untuk berhenti dari belenggu candu narkoba.
Nah berarti rasa bersalah pecandu narkoba itu ada macem-macem
ya seperti mas bilang, sedangkan bagian yang paling sulit kan kata mas
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri. Bisa dijelaskan lebih lanjut
bagian ini mas?
“...Cuman ya itu tadi saya rasa rehab tu nggak penting.
Kenapa nggak penting, orang narkoba tu ngak perlu di kamu harus
ini, kamu harus itu, segala macem itu nggak perlu. Kalo orangnya
niatnya, ya oke kamu enam tahun rehab, ya oke, ye berhasil lolos,
tapi kalo keluar make sabu buat apa. Kan itu dari diri sendiri, kan
itu niat kita, aku juga ga tau niat mbak, mbak juga gatau niat saya
kan? Nha kan gitu. Melalui apa, Lebih ke spriritual pastinya, lebih
ke doa, lebiih ke agama, Tuhan, doa, dan kita lebih mengenal deket
dengan keluarga. Karena kalo lebih deket dengan keluarga, kita
pelan-pelan kita bisa jauh dari hal-hal negatif. Soalnya apa,
keluarga ga mungkin kasih negatif, pas ke pengaruh ke masa
depan. Terus..dan kita harusnya bisa ambil sikap dari situ, oke. Jadi
nggak rehab ngga penting tu bukan rehab tu konyol, nggak. Cuman
ya apaa ya, nggak perlu kayak metode kayak gitu nggak perlu.
Tinggal niat kamu aja gimana.” (Tn (20), 283-298)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Setelah memilih untuk berhenti menjadi pecandu narkoba, Nn (20)
pun memutuskan pergaulan sebagai suatu sikap terhadap lingkungan
pecandu narkoba. Ia memblok kontak teman-temannya agar mereka
dapat berhenti menghubungi dirinya. Nn (20) menghentikan segala kontak
dengan temannya sesama pecandu narkoba dalam rangka menjauhi
pergaulan negatif agar dapat pulih dari kecanduan narkoba. Ia
menceritakan bagaimana teman-temannya ketika berkumpul sering tiba-
tiba menjejalkan obat-obatan atau memaksa Nn (20) meminum minuman
keras. Oleh sebab itu, terkadang ketika teman-temannya nekat
menyambangi Nn (20) kerumahnya, ia enggan menemui mereka. Bahkan
terkadang Nn (20) meminta tolong keluarganya untuk mengatakan bahwa
ia sedang tidak ada di rumah.
Meskipun telah berusaha memutuskan hubungan dengan
lingkungan pecandu, Nn (20) tidak memungkiri bahwa masih terdapat
satu-dua teman (junkie) yang berjumpa dengannya karena berbagai urusan
atau kepentingan. Maka, dalam rangka usaha Nn (20) untuk membulatkan
niat serta komitmennya untuk pulih dari adiksi narkoba, ia sering
mengajak mereka untuk berhenti menggunakan narkoba. Meskipun cukup
sering ia ditertawakan oleh teman sesama pecandu karena mengatakan
bahwa ia ingin lepas narkoba, Nn (20) tidak gentar. Nn (20) mengatakan
bahwa ia ingin membuktikan bahwa tidak hanya dapat mengajak orang
lain menuju keburukan dengan mengenalkan pada narkoba, namun juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ingin dapat mengajak para pecandu agar menuju hal yang baik yaitu lepas
dari jeratan adiksi narkoba.
Sejauh ini gimana upaya atau hal yang Mbak Nn lakukan sih
supaya tidak memakai narkoba lagi?
“Biar nggak pake narkoba? Aku nggak mau ketemu temen-
temen! Ahh semuanya! Kayak sekarang udah nggak keluar, udah
nggak mau ketemu temen-temen. Ketemu sama temen... ketemu
sama temen-temen, nanti make, ya kalo apa namanya ketemu, kan
biasane to diajak make lagi.” (Nn (20), 181-186)
Niat untuk pulih akan tetapi dirasa tidak cukup menurut Bb (35).
Mantan pecandu akan selalu menghadapi aral dan rintangan dalam
perjalanannya menuju pemulihan dari adiksi narkoba. menurut
pengalaman Bb (35), ia mengungkapkan bahwa tidak hanya sekali ia
mengalami kondisi sakau karena putus zat. Akan tetapi, Bb (35)
menghadapi hal tersebut dengan berkomitmen untuk tidak mengalami
relapse ketika ia telah berada dalam proses pemulihan dari adiksi narkoba.
Bb (35) menceritakan bahwa ia justru memiliki keinginan berhenti
mencandu setiap mengalami sakau. Meski tidak mudah, Bb (35)
mempertahankan keengganannya untuk mengalami relapse dalam rangka
menjaga kondisinya menjadi lebih stabil lagi sebagai mantan pecandu
narkoba jenis putau.
Niat dan komitmen Bb (35) dalam berproses menuju kepulihannya
dari adiksi narkoba juga terimplementasi dalam kehidupannya dalam
lingkaran pergaulan. Menyadari bahwa ia tidak akan mudah melepaskan
diri dari pergaulan teman-temannya yang juga merupakan komunitas-
komunitas pecandu narkoba, membuat Bb (35) membentengi diri dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
lebih baik terutama ketika bergaul kembali dengan mereka. Bb (35) tidak
dapat memaksakan teman-temannya secara lugas untuk berhenti menjadi
pecandu narkoba, sehingga ia memilih untuk menujukkan sikap penolakan
terhadap tawaran narkoba dari mereka.
Bb (35) menceritakan bahwa ia memiliki kesadaran untuk
menolak tawaran narkoba setiap kali diberi atau diajak untuk
menggunakan narkoba bersama teman-temannya. Bb (35) sadar betul bila
ia menerima dan tidak dapat menolak ajakan tersebut, maka ia berarti akan
kembali relapse. Ia tidak mau mengalami relapse kembali sehingga harus
mengulang tahapan pemulihan pecandu narkoba dari awal lagi. oleh sebab
itu, Bb (35) tidak menahan diri untuk menyatakan keengganannya setiap
kali ditawari menggunakan narkoba jenis apapun oleh teman-temannya. Ia
juga mengungkapkan kebanggaan yang ia rasakan atas sikap untuk
menolak tawaran menggunakan narkoba tersebut.
Kalo keinginan untuk mencandu narkoba sekarang seperti apa
mas?
Nggak ada. Ya mungkin slip itu tadi aja mbak. “Aku pernah
apa ya maksudnya ya belum lama ya lihat temenku nyabu. Aku tau
dia, dia nyabu ho oh to. Aku nggak ikut kok mbak, aku mikirnya
gimana ‘hawong aku dewe ra ra butuh, aku ra ra butuh, ra pengen
nyabu og. Wong ndadak nyabu ngopo? Rasah rasah nyabu iso kok
ndadak nyabu ngopo?’ Lha itu. Jadi sampe aku kayak bisa kayak
gitu, sampe aku bisa menolak itu bangga aku mbak! Bisa menolak
hahaha.” (Bb (35), 721-728)
Satu hal yang membedakan di antara Tn (20) dan Bb (35) dengan
Nn (20) adalah tentang komitmennya untuk berhenti menjadi pecandu
narkoba karena tanggung jawabnya sebagai seorang ibu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hal lain yang menguatkan Nn (20) dalam mempertahankan niat
serta komitmen dalam berhenti menjadi pecandu narkoba adalah
keberadaan kedua anaknya. Memiliki kedua anak yang masih kecil-kecil
dan membesarkan mereka sendirian membuat Nn (20) menyadari bahwa
ia tidak bisa meneruskan keidupannya sebagai pecandu narkoba maupun
alkoholik. Nn (20) mengatakan bahwa ia sering kali terbayangi perasaan
takut apabila anak-anaknya mengetahui bahwa ibunya adalah seorang
pecandu narkoba dan alkoholik dengan melihatnya mengonsumsi hal-hal
tersebut. Nn (20) jelas tidak mau kelak anaknya akan mengikuti jejak
kehidupannya yang kelam ini. Oleh sebab itu, kekhawatiran akan masa
depan anak menguatkan Nn (20) dalam proses pemulihannya dari
kecanduan narkoba. Perasaan kasih sayang Nn (20) terhadap anaknya pun
turut menguatkan komitmen untuk pulih dari adiksi narkoba.
Gimana sih Mbak Nn memandang diri waktu akhirnya sadar, kalo
diri Mbak ternyata sudah kecanduan. Kecanduan oleh obat-obatan sama
minuman... Waktu itu bagaimana respon Mbak Nn ke diri sendiri atas
adiksi Mbak terhadap narkoba?
“Aku tu kalo inget, misalnya lagi aku ada fase dimana kalo
misalnya udah sakit kepala, sampe nggak bisa ngapa-ngapain,
duduk pun nggak bisa. Itu sakit sembuh. Kalo aku sakit kayak gitu
itu saking kecanduannya mungkin. Bener-bener kayak papah
mamah tu kayak yaampun kayak... Kayak sakau gitu ya mbak?
Iya.. semacam sakau sih terus kalo bisa tuh, sakit banget soalnya.
Duduk pun nggak bisa. Minum itu pake sedotan di gelas itu sambil
tiduran juga, karena bener-bener nggak kuat ngapa-ngapain.
Kemaren itu terakhir, hampir seminggu itu bener-bener nggak bisa
ngapa-ngapain, mandi dipaksain, semua dipaksain. Selama
seminggu itu mbak? He em. Bener-bener sakit kepala, nangis
terus kan coba kalo dulu aku nggak make, aku nggak akan
ngerasain sakit ini kan kayak gitu. Walo pas akhire kalo dah ngak
kuat bener-bener nggak kuat sama rasa sakit itu, makan lagi.
Makan lagi kayak gitu. Cuma tiga hari nggak makan, sakite minta
ampun. Tuh kayak gitu, akhir e makan terus, makan terus. Terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kadang kan juga mikir, daripada buat beli kayak gitu kan mending
buat ngurusin anak-anak. Kan kayak gitu, kan aku tuh takut to sama
bapak jadi mending mbok mending buat ngurusin anak-anak
daripada buat beli kayak gitu. Gitu pokoknya saya bener-bener
berhenti.” (Nn, 84-110)
Akan tetapi, ketiga informan juga menceritakan bahwa
mempertahankan niat dan komitmen untuk dapat pulih dari adiksi narkoba
tidak mudah. Mereka tidak memungkiri bahwa mengalami titik
ketidakberdayaan diri dalam perjalanannya. Hal tersebut membuat mereka
harus melewati suatu proses kejatuhan kembali seperti yang mereka
ungkapkan sebagai berikut:
Proses kejatuhan kembali (relapse) dalam pemulihan junkie pun
diakui Tn (20) merupakan hal yang wajar terjadi dan memang harus
ditempuh untuk dapat mencapai pemulihan baik secara fisik maupun
mental. Keadaan putus zat merupakan fase yang sangat menyulitkan bagi
diri Tn (20) karena ia akan mengalami efek samping berupa sugesti-sugerti
negatif. Oleh karena itu, Tn (20) mengungkapkan bahwa proses pemulihan
pecandu narkoba tidak dapat terlepas dari siklus kejatuhan kembali atau
relapse.
Tn (20) mengungkapkan bahwa ia tidak memungkiri akan adanya
keinginan untuk berhenti mencandu namun tidak diiringi dengan
keberdayaan diri. Ia ingin sekali pulih dengan tidak lagi menjadi pecandu
narkoba, tetapi di saat yang sama ia juga tidak dapat dengan melepaskan
zat tersebut karena efek dari ketergantungannya. Slip yang sekarang
sedang dialami oleh Tn (20) merupakan suatu cara untuk mengurangi efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
suggest dari obat pilihan mantan pecandu yaitu sabu-sabu. Keadaan slip
juga dianggap Tn (20) sebagai jalan alternatif untuk perlahan-lahan
melepaskan diri dari adiksi narkoba.
Tapi kalo tadinya Mas Tn bilang dah gamau pake lagi, itu berlaku
di alprazolam ini atau di sabu aja?
“Kalo soal tadi nggak berlaku semua. Soalnya gimana ya
mbak, soal memafkan diri ini yang belum bisa. Soalnya kan saya
nggak lagi eh ketemu sama si A yang sabu, trus saya ketemu sama
si B yang obat, cs-anlah sama si B, saya ngerasa nyaman, yaa saya
nggak pake seharipun gimanaa gitu maksudnya nggak asik. Dalam
artian nggak asik tu (diam sejenak) nyaman nyaman nggak pake.
Soalnya ya akhirnya nggak enak itu tu nggak make. Cuman dari
otak dari otak tu pikirannya tu nggak bisa fokus, tapi kalo dah pake
obat tu jadi enak, rileks, tenang gitu... beda sama enggak. Makanya
kalau bilang tapi kita kebalik, kita malah beli racun. Makan racun
biar nggak sehat, ini gimanaa. Oh tapi kalo ini, ini kan berarti
dari dokter, resep kedokteran ya? Iya jadi istilahnya supaya
nggak langsung putus zat mbak, jadi slip gitu.” (Tn (20), 389-402)
Nn (20) paham betul bahwa untuk dapat pulih dari adiksi narkoba
tidak cukup hanya dengan niat atau komitmen untuk tidak menggunakan
narkoba. Pada praktiknya, niat dan komitmen Nn (20) tersebut terbentur
pada kenyataan ketidakberdayaan dirinya. Ketidakberdayaan diri atas
keinginan untuk berhenti mencandu narkoba membuat Nn (20) mau tak
mau kembali mengonsumsi obat pilihannya tersebut. Pada waktu itu, Nn
(20) mengakui bahwa ia masih kesulitan untuk mengatasi gejala sakau
yang ia alami sehingga tidak ada pilihan lain untuk meredakannya selain
dengan mengonsumsi kembali.
Perlahan-lahan, Nn (20) mulai melepaskan ketergantungannya
sehingga pada tahap after care kini ia sudah bersih dari narkoba.
Pengalamannya terkait proses kejatuhan kembali dalam perjalanan menuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kepulihan dari adiksi narkoba dianggap Nn (20) sebagai penguatan
komitmen pulih dari kecanduan narkoba. ia mengatakan bahwa sebagai
pecandu narkoba yang ingin melepaskan dari ketergantungan, mereka
tidak mungkin tidak melewati proses kejatuhan kembali tersebut. Justru
dengan berkali-kali jatuh kembali dalam narkoba, Nn (20) merasakan
kekuatan untuk dapat mengontrol diri dan kesadaran penuh tentang akibat
buruk mengonsumsi narkoba.
Nah sejauh ini gimana upaya atau hal yang Mbak Nn lakukan sih
supaya tidak memakai narkoba lagi?
“Kayak sekarang udah nggak keluar, udah nggak mau
ketemu temen-temen. Ketemu sama temen.. ketemu sama temen-
temen, nanti make, ya kalo apa namanya ketemu, kan biasane to
diajak make lagi. Nanti kayak itu, dikasih. Kan kayak kita bilang:
“nggak, makasih” nanti dari belakang langsung disumpelin
(mempraktekkan). Wah langsung dijejelin gitu mbak? Kayak
nyamperin tu dari belakang, terus kayak disumpelin dari belakang
gitu disuruh minum sampe pokoke harus ditelen, kan temen-temen
tu gitu. mmm terus ga mau deket temen-temen gitu ya. Kayak
kemaren tu sempet disamperin sama temen-temen itu disamperin
pun, kayak ada yang kesini “bilang aja aku nggak ada, bilang aja
aku nggak ada” gitu. Intinya nggak mau ketemu mereka terus lebih
fokus ke anak-anak, lebih deketin ke orang tua—kan emang nggak
deket, terus kemana atau apa gitu kan biar nggak ada pikiran
kesana lagi. Berat, berat banget. jatuh bangun. Bener-bener yang
jatuh bangun mbak, bener. Kayak udah berhenti, kayak
alhamdulilah dah seminggu berhenti. Langsung diingetin lagi,
bener, diajakin lagi. Nyampe seminggu tu udah kayak udah pengen
pengen lanjutin lagi. Ini udah sebulan udah seneng banget udah
nyampe sebulan aku bersih udah nggak make lagi. Udah kayak gini
udah udah bener-bener mantep sih mbak.” (Nn (20), 178-208)
Bb (35) mengetahui bahwa kejatuhan kembali dalam proses
pemulihan dari kecanduan narkoba dipicu oleh ketidakberdayaan dirinya
untuk berhenti menggunakan narkoba. Terutama sebagai mantan pecandu
putau, Bb (35) adalah seorang yang harus mengemban derita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
ketergantungan yang begitu tinggi terhadap zat narkoba tersebut.
Keinginan berhenti tidak ia pungkiri memang ada, namun ia terhalang
keberdayaan diri untuk tidak mengonsumsi putau karena tubuhnya
menghendaki terus-menerus.
Namun dalam menggunakan narkoba, Bb (35) paham betul bahwa
tubuhnya memiliki batas dalam mentoleransi dosis zat tersebut. Bertahun-
tahun menggunakan obat pilihannya, pada akhirnya Bb (35) sampai juga
pada keadaan stagnansi pada pecandu narkoba jenis putau. Jika
meneruskan menggunakan putau kembali dengan dosis biasa, tubuhnya
sudah tidak mendapatkan sensasi yang ia inginkan. Sedangkan apabila
menaikkan dosis penggunaan putau, tubuh Bb (35) tidak akan kuat
mengatasi efek sampingnya sehingga terancam mengalami over dosis.
Dilema yang Bb (35) alami terkait kondisi stagnan tadi yang menjadi titik
balik dirinya untuk berhenti menggunakan narkoba. Ia menyadari bahwa
tidak dapat menjalani kehidupan seperti itu karena menyusahkan tubuhnya
kemudian memilih untuk pulih dari adiksi narkoba.
Memang misal kalo Mas Bb ini belum bisa maafin diri sendiri,
bakal berhenti nggak sih mas pake obatnya? Pake narkoba itu?
“Mungkin belum.. udah berstatus itu aja ibaratnya aku
masih make to mbak, belum kapok. Terus terang ya mbak, aku
maksud e kalo bukan relapse mbak, tapi slip. Iya kadang kalo
pulang itu, kadang masih beli minuman. Babe juga tahu. Masih
kadang masih minum. Tapi cuma minumnya tu nggak kayak
maksudnya nggak kayak gitu kayak dulu kayak sampe teler, sampe
yang gini-gini. Aku tu kalo cuma waktu pas gelisah aja, gelisah,
senep itu, minum segelas. Dah enak ya udah, nanti lagi gitu. nggak
terus buat mabuk-mabukan gitu enggak. Cuma kalo makanya aku
sampe sekarang aku masih itu mbak, karena kadang gelisah,
cemas...” (Bb (35), 556-565)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Akan tetapi, meskipun berada dalam kondisi slip yang tak
terelakkan, Tn (20) dan Bb (35) tetap memiliki kesadaran akan kondisinya
sebagai mantan pecandu narkoba yang senantiasa berusaha demi
kepulihannya dari adiksi narkoba. Hal tersebut mereka ungkapkan sebagai
berikut:
Bagaimana sih perasaan Mas Tn terkait dulu pernah jadi mantan
pecandu?
“Kalo saya sendiri jadi pecandu, saya... Terus terang ya,
mbak, saya cerita kayak gini, saya lega. Kenapa saya dah yaa ada
yang mau ndengerin kan nggak mungkin cerita ke pacar saya,
diputusin. Jadi seenggaknya saya dah lega saya dah nyimpen
masalah selama ini, saya dah lega cerita udah jatuh bangun saya
dah berkali-kali. Saya nggak mau enggak enggak cuma di mulut,
kadang ee make lagi. Berulang kali. Tapi saya nyoba terus buat
berhenti buat ga pake narkoba, terus nyoba nyoba nyoba nyoba..
saya dikatakan berhasil juga belom. Dikatakan sembuh juga belom
sembuh bener. Jadi masih proses lah. Tapi proses buat berhenti,
buat buat di rehab tu apa ya namanya clear and sober atau apa ya
ahh lupa e.” (Tn (20), 581-586)
Menjalani proses pemulihan dari adiksi narkoba disadari oleh Bb
(35) bukalah suatu hal yang berlangsung secara instan. Ia menceritakan
bahwa mantan pecandu narkoba yang dalam masa pemulihan sangat
memungkinkan untuk mengulang-ulang tahapan hingga bisa benar lepas
dari narkoba. Belasan kali menjalani rehabilitasi narkoba membuat Bb
(35) mengalami relapse yang masih berulang pasca rehabilitasi. Namun ia
menyadari bahwa relapse sebagai kejatuhan kembali tersendiri
merupakan bagian dari prosesnya dalam pemulihan dari adiksi
narkoba.
Bb (35) mengungkapkan bahwa tanpa adanya proses kejatuhan
kembali, ia tidak mungkin memiliki keinginan untuk bangkit dan berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menjadi pecandu narkoba. Ia mengakui memang kondisi sakau karena
putus zat merupakan hal utama yang membuatnya kembali relapse. Oleh
sebab itu, ia menyadari bahwa ia pun harus dapat mengontrol serta
memperkuat ketahanan niat serta komitmennya untuk tidak menggunakan
narkoba kembali.
Hal tersebut ia wujudkan dalam kondisi dirinya yang kini sudah
tidak mengalami relapse akan putau. Meski demikian, Bb (35) mengakui
bahwa untuk saat tertentu ia masih berada dalam kondisi slip. Slip yang ia
lakukan adalah dalam bentuk mengonsumsi minuman beralkohol dalam
takaran terbatas ketika ia sedang merasa cemas. Slip state pada kondisi Bb
(35) ini adalah sebagai coping atas kecemasan mantan pecandu narkoba.
Bagaimana pun, kondisi slip ini juga Bb (35) sadari sebagai suatu bagian
dari kejatuhan kembali dalam proses pemulihan dari adiksi narkoba.
Memangnya gimana sih mas gambarannya pecandu sampe bisa
bersih, bisa lepas dari narkoba?
“Wah susah banget mbak untuk lepas tuh. Ya kan perlu
proses to mbak, balik relapse, ya jangan sampe, tapi kalo relapse
itu ya proses...Babe bilang gitu. Iya jadi ya rata-rata slip itu tadi.
Kalo slip minum itu minum minuman apa mas? Ya minum
minuman keras itu. Beli sendiri? Iya no..Babe juga tau mbak
hahaha. Hehe gimana tanggepannya Pak Eko? Yaa gimana ya
bisa memaklumi lah kalo Babe ho oh. Kakak... juga kemaren pas
aku pulang, kakak kan juga pulang, mbakku. “Mbak, mbok duite
tak nggo tuku jamu” jamu itu maksudnya minuman itu. Ya di
kasih. Mereka itu gimana ya.. memaklumi “wah si Bb ki saiki
mung udah cuma sekedar kayak gitu aja jarang-jarang, daripada
yang dulu” gitu lho. Masuk mbak? Yaitu...” (Bb (35), 571-585)
Tidak seperti Tn (20) dan Bb (35) yang mengakui bahwa diri
mereka terkadang berada dalam kondisi slip, Nn (20) justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengungkapkan bahwa walau pernah mengalami slip, namun kini ia telah
dalam kondisi bersih dari narkoba:
Nn (20) mengatakan bahwa ia memang sudah berniat untuk tidak
menggunakan obat pilihannya kembali. Hal tersebut ia sadari merupakan
suatu niat dan komitmennya dalam melepaskan diri dari adiksi narkoba. Ia
menyadari betul bahwa dirinya masih terhitung baru dalam kondisi bersih
dari narkoba. Kesungguhannya dalam memulihkan dirinya dari kecanduan
narkoba juga diwujudkan dalam perilaku Nn (20) yang mulai
menghentikan kebiasaan meminum kopi. Nn (20) mengungkapkan bahwa
ia mengetahui bahwa kandungan kafein dalam kopi juga dapat memicu
rasa ingin menggunakan narkoba kembali karena juga bersifat adiktif.
Selain itu, meski ia sadari sangat sulit, Nn (20) mulai berhenti merokok.
Selain mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya yang masih kecil, Nn (20)
juga ingin memperbaiki pola hidupnya menjadi lebih baik.
Ooh jadi gitu, berarti dipaksa ya dulu Mbak waktu sempet nolak
make?
“He eh. Bener-bener yang jatuh bangun mbak, bener.
Kayak udah berhenti, kayak alhamdulilah dah seminggu berhenti.
Langsung diingetin lagi, bener, diajakin lagi. Nyampe seminggu tu
udah kayak udah pengen pengen lanjutin lagi. Ini udah sebulan
udah seneng banget udah nyampe sebulan aku bersih udah nggak
make lagi. Udah kayak gini udah udah bener-bener mantep sih
mbak. Nggak, dah nggak pernah minum, udah nggak mau ketemu
kopi lagi. Kalo ngrokok sih masih ya, masih. Tapi kayak kopi tu
kan meng- aku sekarang minum kopi, masih kerasa ke yang
tenggorokan hauus, jadi haus banget. Terus kayak tangan nya
semua kayak geter terus kayak nggak nyaman gitu.” (Nn (20), 201-
213)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Faktor yang memengaruhi self-forgiveness
a) Faktor pendukung self-forgiveness
Pemaafan diri yang dilakukan secara bertahap oleh para informan
tidak terlepas dari berbagai faktor yang memengaruhi proses tersebut.
Faktor tersebut dapat saja mendukung proses self-forgiveness, namun
dapat juga menghambatnya. Faktor pendukung yang paling banyak
diungkapkan oleh informan adalah tentang dukungan keluarga serta
aktivitas berbagi cerita dengan orang lain. Berikut ini adalah hal-hal yang
mendukung terjadinya self-forgiveness menurut informan Tn (20):
Niat untuk berhenti menjadi pecandu narkoba didukung dengan
penuh oleh seluruh keluarga Tn (20). Meskipun Tn (20) sempat
menyimpan rasa dendam terhadap keluarganya pada saat memasukkaNn
(20)ya dalam panti rehabilitasi narkoba, ketika ia mulai menyadari betapa
sedih dan hancurnya keluarga karena perilakunya tersebut, ia menjadi
paham atas kesedihan keluarganya. Tn (20) menyadari bahwa meskipun
pada awalnya ia tidak sungguh-sungguh menjalani rehabilitasi, namun
berkat dukungan keluarganya, ia menjadi lebih bersemangat untuk
menyelesaikan rehabilitasi. Dukungan sosial dari keluarga ini dirasa Tn
(20) sangat menguatkannya baik untuk melawan keinginan kembali
mencandu (relapse) serta dalam proses pemulihan dari adiksi narkoba.
Perlakuan protektif juga dilakukan keluarganya—terutama oleh sosok
ibu—sebagai suatu bentuk dukungan sekaligus penghalang agar Tn (20)
dapat menjauhi pergaulan negatif para pecandu narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Nah berarti rasa bersalah pecandu narkoba itu ada macem-macem
ya seperti mas bilang, sedangkan bagian yang paling sulit kan kata mas
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri. Bisa dijelaskan lebih lanjut
bagian ini mas?
“Iya...iya...mbak. Soalnya godaannya itu, macem-macem.
Dan kita nggak tau godaannya mau seperti apa. Ketemu temen di
jalan, tau-tau terus kita di paksa. Kan kan itu mbak yang harus
dihindari, berani bilang enggak. Kalo maksa kita bilang enggak.
Lha itu gimana caranya. Saya kena, ikut. Terus aku malah make,
gitu. Jadi apa ya yang susah tu ya melawan diri sendiri. Ditawarin
kayak gitu tu, tawarin denger aja tu dah di pikiran tu dan bayangin
waaah ingin pake. Tapi, setelah itu lho kan nggak tau. Jadi, antara
rasa pengen nolak sama ngiyain itu. Tarik-menarik ya mas. Tapi
cenderung ke ngiyain, cenderung ke menolak. Tapi kalo ada niat,
iyanya ga ada. Nolak. Terus ya itu saya kan susah buat konsentrasi,
susah fokus juga. Kadang, konsentrasinya tuh susah, disuruh
konsen ya ga bisa. Karna mungkin kebanyakan konsumsi obat ya
jadi susah fokus. Trus ya itu tadi, bertentangan hati sama pikiran.
Kalo di hati iya pikiran iya, satu. Kalo di hati enggak, pikiran
enggak, yaudah lolos. Nggak lagi pake ya yang sakit. Cuman ya
itu tadi saya rasa rehab tu nggak penting. Kenapa nggak penting,
orang narkoba tu ngak perlu di kamu harus ini, kamu harus itu,
segala macem itu nggak perlu. Kalo orangnya niatnya, ya oke
kamu enam tahun rehab, ya oke, ya berhasil lolos, tapi kalo keluar
make sabu buat apa. Kan itu dari diri sendiri, kan itu niat kita, aku
juga ga tau niat mbak, mbak juga gatau niat saya kan? Nha kan
gitu. Melalui apa, Lebih ke spiritual pastinya, lebih ke doa, lebiih
ke agama, Tuhan, doa, dan kita lebih mengenal deket dengan
keluarga. Karena kalo lebih deket dengan keluarga, kita pelan-
pelan kita bisa jauh dari hal-hal negatif. Soalnya apa, keluarga ga
mungkin kasih negatif, pas ke pengaruh ke masa depan. Terus..dan
kita harusnya bisa ambil sikap dari situ, oke.” (Tn (20), 262-295)
Dukungan sosial tidak hanya Tn (20) dapatkan dari keluarga akan
tetapi dari kekasihnya. Kekasihnya sangat mendukung pemulihan Tn (20)
dari adiksi narkoba bahkan tak segan-segan memberikan ancaman akan
memutuskan hubungan apabila Tn (20) kembali relapse menjadi pecandu.
Tn (20) juga menerima dukungan sosial dari komunitas gereja tempatnya
beribadah selama ia berproses untuk memulihkan dirinya dari adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
narkoba. Ia mengatakan bahwa ia mendapatkan dukungan untuk dapat
pulih dari adiksi narkoba dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Oleh
sebab itu komunitas Gereja (apa namanya), dengan dibantu oleh ibunya,
kerapkali mengajaknya untuk rutin beribadah.
Tn (20) juga merasakan bahwa berbagi cerita merupakan suatu
bentuk transfer energi positif bagi pemulihan pecandu narkoba. Beberapa
kali berpengalaman menjadi subjek dari penelitian mahasiswa tidak
membuat Tn (20) menjadi malu tetapi justru membuatnya percaya diri
bahkan senang hati membagikan ceritanya. Kelegaan hati tidak hanya
dirasakan oleh diri Tn (20) selepas ia bercerita pada orang lain, namun juga
perasaan bahwa ia tidak sendirian dan memahami bahwa ia memiliki orang
lain yang selalu mendukungnya. Tetapi, Tn (20) juga mengungkapkan
bahwa keterbukaan terhadap orang lain bukanlah hal yang langsung
semata-mata dapat terjadi, ia cenderung pemilih ketika hendak bercerita
pada orang lain. Tn (20) juga mengakui bahwa ia tidak dapat leluasa
bercerita kepada keluarganya karena terkadang justru merasa bersalah,
oleh sebab itu ia lebih nyaman bercerita dengan orang lain yang bukan
keluarganya.
Bagaimana sih perasaan Mas Tn terkait dulu pernah jadi mantan
pecandu?
“Kalo saya sendiri jadi pecandu, saya... Terus terang ya,
mbak, saya cerita kayak gini, saya lega. Kenapa saya dah yaa ada
yang mau ndengerin kan nggak mungkin cerita ke pacar saya,
diputusin. Jadi seenggaknya saya dah lega saya dah nyimpen
masalah selama ini, saya dah lega cerita udah jatuh bangun saya
dah berkali-kali.” (Tn (20), 572-580)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sedikit berbeda dengan Tn (20), mengingat Nn (20) merupakan
seorang ibu dengan dua orang anak, ia mengungkapkan faktor yang
mendorongnya melakukan pemaafan diri sebagai berikut:
Nn (20) mengungkapkan pada proses pemulihannya dari adiksi
narkoba, keberadaan keluarganya memiliki peranan yang sangat penting.
Nn (20) berkata bahwa ia selalu mengucap syukur karena pada keadaannya
yang terpuruk sekalipun, ia masih memiliki keluarga disekelilingnya
sehingga ia tidak menderita sendirian. Terlebih ketika ia memutuskan
untuk berhenti menjadi pecandu narkoba, ia mengatakan bahwa keluarga
mendukungnya secara penuh. Dukungan keluarga Nn (20) dalam proses
pemulihan kecanduannya dari narkoba adalah berupa motivasi untuk
selalu mempertahankan niat dan komitmen. Keluarga Nn (20) juga
mendukung sikapnya yang kini menjauhi pergaulan pecandu narkoba.
Sesuai dengan permintaan Nn (20), keluarganya kerap ‘membantu’ untuk
mengatakan bahwa Nn (20) enggan menemui teman-teman pecandu
narkoba yang menghampirinya ke rumah.
Nn (20) memang tidak memungkiri bahwa keadaan dengan ibu
tirinya tidak banyak berubah bahkan pasca ia memutuskan untuk berhenti
menjadi pecandu. Akan tetapi, karena kini hanya ibunya sajalah yang
menjadi tulang pungung keluarga, Nn (20) tetap berterimakasih pada
perjuangan ibunya. Nn (20) mengatakan bahwa tidak jarang ia merasa
terpuruk dan bersusah hati akan kondisi dirinya. Menjadi ibu tunggal pada
usia yang masih sangat belia serta mengingat posisinya sebagai mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pecandu narkoba ia rasakan bukanlah hal yang mudah. Namun pada saat-
saat seperti itu, ayahnya selalu menyemangati Nn (20) agar ia tidak patah
semangat dan berkecil hati dalam menjalani hidup. Nn (20) menceritakan
jika ayahnya selalu mengatakan padanya agar bisa melupakan masa lalu
dan menerima semua yang telah terjadi. Hal yang selalu ayahnya tekankan
pada diri Nn (20) saat ini hanyalah agar dapat fokus dalam membesarkan
anak-anaknya. Atas penguatan yang selalu Nn (20) dapatkan tersebut,
memunculkan rasa hormat sekaligus kedekatan kepada sosok ayahnya. Nn
(20) menekankan bahwa ia menganggap ayah sebagai sumber kekuatan
hidup.
Gimana sih peran orang-orang di sekitar Mbak Nn, ketika Mbak
memaafkan diri sendiri?
Kadang, kalo ada orang yang pernah kita ajarin make gitu,
terus dia bilang gini, dia bilang “aku kan kayak gini kan ajaranmu”
perih. Bener-bener eeh sakitnya! Itu yang menyebabkan kayak
“aku kan kayak gini kan gara-gara kamu” yaampuuun.. betapa
buruknya aku dulu, bawa dampak-dampak negatif kayak gini ke
orang-orang. Terus apa namanya, bawa-bawa ee sekarang kalo aku
bisa maafin diri sendiri kayak, Papah, yang lebih sering kasih tau
aku “dah sekarang intinya, fokus ke anak-anak, dah nggak usah
kenal sama temen-temen yang dulu, dah nggak usah pake-pake
lagi. Inget, anak-anakmu belum tau, mereka kalo kamu masuk lagi
kayak gitu, anak-anakmu mau kayak gimana?” sekarang kan udah
janji mau berhenti juga. Sekarang kalo aku masih make-make,
masih kayak orang dulu. Kayak gitu kan kasiane ke anak-anak.”
(Nn, 408-424)
Walau menyadari dirinya adalah seorang yang cenderung blak-
blakan dan supel dalam bergaul, Nn (20) mengatakan bahwa tidak dapat
sembarangan menceritakan hal apa saja pada orang lain. Bahkan ia
mengungkapkan bahwa cukup sering memendamnya sendiri, selain
bercerita dengan ayahnya. Namun, Nn (20) tidak dapat memungkiri bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ia menyukai saat ketika bercengkerama dengan orang lain. Pengalaman
berulang kali menjadi informan atau narasumber berbagai wawancara
hingga penelitian akademis membuat Nn (20) perlahan menerima realita
dirinya sebagai mantan pecandu narkoba bukanlah hal perlu ditutup-
tutupi. Justru Nn (20) mengatakan jika ia senang menceritakan mengenai
kisah hidupnya. Menurut Nn (20), dengan berbagi cerita bersama orang
lain, hal tersebut justru memberinya penguatan terutama dalam proses
pemulihannya dari kecanduan narkoba.
Kalo Mbak Nn ini sering sharing-sharing atau curhat gitu nggak
mbak ke orang lain?
“Enggak, enggak mbak. Enggak punya temen curhat gitu.
Berarti kan kayak temen-temen semua itu kan kayak pengguna,
anak jalanan gitu. Kan mereka kayak dicurhatin kayak gitu malah
bilang “dah make lagi aja!” malah kayak gitu. Udah nggak, cuma
dipendem sendiri aja sih. Sama paling support dari papa itu tadi.”
(Nn (20), 516-524)
“Kayak ibarate kita juga nggak pernah ngobrol to mbak.
Mbaknya kan gimana ya, jujur aja lah, mbak pasti orang baik.
Mbak nggak pernah kayak aku kan?! Jadi kayak nggak ada mau
salah ngomong, apalagi kan aku orangnya kayak terlalu cerewet,
kalo ngomong plas-plos ke semua orang tu aku kalo ngomong tu
ceplas-ceplos. Takute kan kayak ada aku ngomong waton kan
malah jadi kayak gimana...” (Nn (20), 745-752)
Lhaiya gitu mbak hahaha. Karena kan emang, kita kan
kayak jadi kesannya kita kalo bagian kalo orang asik gitu kan kita
jadi asik, mbaknya asik diajak ngobrol, kita jadi asik. Jadi bisa
cerita sampe mana-mana. Kayak aku mes- dari- jadi cerita sampe
mana-mana to?!” (Nn (20), 767-771)
“Kayak yaa kalo nggak nggak mau diomongin nggak usah
diomongin. Kayak gitu. Soalnya aku kan orangnya mbak mau
tanya apa aja tu aku jawab. Kecuali kalo mbak nanya aku belinya
dimana, lhaitu nggak bakal tak jawab. Sama aja kan kayak (diam
sejenak) aku nyebar temenku yang jual itu kan nanti malah kayak
masuk gitu kan. Kan mbak “mbak mau tanya ini apa?” saya kan
bakal tak jawab kecuali itu! “belinya dimana, mbak?” mmm “bisa
tunjukin?” nah ituu nggak bakal tak jawab kalo kayak gitu. Ini tetep
tak jawab sih, apapun itu tetep tak jawab.” (Nn (20), 775-785)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Sedangkan Bb (35) menceritakan tentang dukungan serta
penerimaan keluarganya sebagai hal terpenting yang mendorongnya dalam
memaafkan diri. Memiliki kondisi diri sebagai penyintas HIV, Bb (35)
mengatakan:
Em bisa diceritakan, mas, bagaimana perasaan Mas Bb waktu dulu
sempat make putau?
“Waktu make putau... Ya ada waktu make ya maksudnya
ada penyesalan mbak, pasti menyesal. Bisa diceritakan seperti
apa mas? Gimana ya.. susah e... Kalo keluarga yang jelas selalu
mendukung, mbak. Dukung saya untuk sembuh, selalu.” (Bb (35),
199-204)
“Keluarga juga dah pada tau semua tentang status saya.
Mereka juga tidak apa gimana ya.. ada apa namanya mbak, ada...
Gap atau batasan? Nah iya gitu tu.. biasa lah!” (Bb (35), 312-
314)
Pada perjalanannya, walaupun telah terdiagnosis positif HIV pada
pertengahan tahun 2007, Bb (35) masih juga mengonsumsi putau. Oleh
sebab itu kondisi sakau tak terelakkan olehnya setiap ia tidak lekas
mengonsumsi putau. Bb (35) kemudian menjadi memiliki kebiasaan untuk
melakukan self injury seperti menyayat pergelangan tangannya untuk
meredakan rasa sakit akibat putau. Bb (35) menceritakan bahwa dalam
kondisi seperti itu, hanya ibunyalah yang masih tetap merawat lukanya
dengan penuh kasih sayang. Ia juga mengakui bahwa hanya kepada
ibunyalah Bb (35) dapat berkeluh kesah akan rasa lelahnya menjalani
kehidupan sebagai pecandu narkoba sehingga ingin bersungguh-sungguh
untuk dapat lepas dari adiksi.
Pasca menjalani rehabilitasi di PSPP dan telah dalam kondisi after
care, Bb (35) mengatakan bahwa ia telah bebas dari adiksi obat pilihannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Namun ia tidak memungkiri bahwa pada kondisi tertentu, efek jangka
panjang menjadi pecandu narkoba masih saja ia rasakan seperti kecemasan
yang berlebihan. Bb (35) secara terbuka mengatakan pada kakak-kakaknya
setiap kali membutuhkan untuk membeli ‘jamu’ yang ia istilahkan pada
minuman beralkohol dalam takaran tertentu untuk mengatasi
kecemasannya tadi. Bb (35) merasakan bahwa dalam kondisi tersebut,
keluarganya telah memberikan suatu pemakluman atas kondisi slipnya.
Keluarganya bersikap demikian karena Bb (35) meyakini bahwa
kondisinya yang sekarang jauh lebih baik daripada ketka dulu masih
menjadi pecandu narkoba.
Nah, setelah sudah bisa dealing sama masa lalu dan memaafkan
diri nih mas.. Gimana sih perasaannya Mas Bb sekarang?
“Lebih lega sih yang jelas mbak, ya karena udah dealing
sama masa lalu itu, sama orang-orang yang dulu pernah nyakitin
kita, sama perasaan menyesal sama diri diri kita sendiri. Udah tak
anggep selesai lah masalahnya, kudu iso pasrah lan nompo mbak.
Walo orang lain mau bilang apa, kayak apa itu namanya negatif-
negatif ke saya, udah aku biarin itu hak mereka. Penting tu
pokoknya keluarga, banyak to yang kejadiannya sampe nggak
diopeni. Wah untung saya nggak begitu mbak, keluarga saya
nganggep saya ini udah mending banget daripada dulu wahh wes!”
(Bb (35), 511-523)
Di samping dukungan serta penerimaan yang ia rasakan, Bb (35)
juga mengungkapkan bahwa ia mendapatkan dukungan dari konselor
narkoba yang merupakan sosok significant othersnya. Ia menyadari bahwa
berbagi cerita dengan orang lain membuat kelegaan bagi dirinya:
Menjalani bagian dari proses pemulihan pecandu narkoba yaitu
memaafkan diri merupakan hal yang dimaknai Bb (35) tidak mungkin
berjalan tanpa dukungan orang lain. Dalam hal ini Bb (35) menekankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
bahwa keberadaan dukungan keluarga serta sigificant others dalam proses
pemulihan kecanduan merupakan kunci ia dapat memaafkan dirinya.
Menjadi pecandu narkoba untuk waktu yang cukup lama hingga
terdiagnosa menjadi penyintas HIV merupakan hal yang tidak mudah Bb
(35). Pada awalnya, Bb (35) tidak mampu untuk mengungkapkan
kenyataan tersebut pada keluarganya karena takut mengecewakan mereka
untuk kedua kali. Di samping itu, menerima kondisi dirinya pun sudah
menjadi hal terberat yang ia rasakan kala itu.
Akan tetapi, berkat dukungan dari significant others dalam proses
pemulihannya yang terdekat yaitu konselor narkobanya, Bb (35) mampu
menceritakan kondisi dirinya yang terdiagnosis positif mengidap HIV. Bb
(35) mengungkapkan bahwa pengungkapan tadi memang menjadi hal
yang mengejutkan bagi keluarganya. Keluarganya menangis menerima
pengakuan Bb (35) yang selamanya akan berjuang untuk melawan virus
yang bersarang di tubuhnya akibat menjadi pecandu putau. Namun seiring
berjalannya waktu, keluarga Bb (35) mulai mampu untuk menerima
konsdisi Bb (35) apa adanya. Bb (35) menganggap bahwa penerimaan
keluarga atas kondisi dirinya ini merupakan hal yang luar biasa bagi
dirinya. Ibarat Bb (35) tidak mempermasalahkan pandangan orang lain
terhadap dirinya saat itu, namun hanya mementingkan penerimaan dari
keluarganya atas kondisi dirinya yang memprihatinkan.
Oh Mas Bg belum tau?
“Belum. Aku kadang juga apa gimana ya, merasa yang
namanya merasa putus asa, mbak. Putus asa, terus apa terus kadang
merasa kok hidupku kok gimana ya nggak berkualitas gitu aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Masih sampe sekarang aku kayak gitu kadang masih merasa kayak
gitu. Putus asa.. “wah uripku kok koyo ra berkualitas, to” gitu.
Sampe sharing-sharing sama Babe, “Be, pripun, Be kok kula..”
kadang suka takut sama masa depan juga mbak. Apa mas
kekhawatirannya? Ya maksudnya besoknya itu gimana-gimana
itu kadang udah takut dulu itu lho. Terus lak kalo udah mikir kayak
gitu terus kepikiran bapak ibu, bapak ibu udah nggak ada... malah
semakin larut, to?! Larut dalam kesedihan kayak gitu.” (Bb (35),
395-407)
Berarti itu tahun dua ribu tujuh itu langsung mas sampain ke
keluarga?
“He eh. Dibantu Babe, ngomongnya kan dibantu Babe. Lha
pertama ya bapak ibu mbakku ya menangis! Nangis. Tapi ya
gimana lagi mbak?! Saya kembali ke pribadiku sendiri ya gimana
ya, “yo resiko og, resiko ngisik aku ngono yo aku-gelem gelem rak
gelem yo kudu tak tompo”. Ah gitu to mbak?! Resiko.” (Bb (35),
315-321)
Selain dukungan serta penerimaan dari significant others, Bb (35)
juga mengatakan bahwa ia mendapatkan penguatan untuk dapat
memaafkan dirinya ketika menceritakan kisah hidupnya ini. Bercerita lalu
kemudian didengarkan dengan baik oleh orang lain Bb (35) lakukan agar
mereka dapat mengambil hikmah dari pengalamannya baik itu hal yang
sulit maupun menyenangkan. Maka kebahagiaannya dalam hal ini pun
terwujud dalam antusiasme dan keterbukaan hati setiap kali berbagi cerita
pada orang lain.
Bb (35) mensyukuri apabila pengalaman hidupnya tersebut dapat
menjadi inspirasi bagi orang lain. Namun di samping itu, Bb (35)
merasakan adanya kelegaan setelah berbagi cerita pada orang lain. Berbagi
cerita pada orng lain juga membuat perasaan bahwa ia tidak menderita
sendirian sehingga sekaligus membuat penguatan bagi dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gimana tanggapan Mas Bb tentang berbagi cerita sama orang lain,
kayak gini mas?
Cerita sama orang lain itu tergantung sebenernya mbak.
Yaa walaupun saya nggak bisa cerita ke semua orang, mbak. Ini
sama mbak akhirnya aku cerita... cerita tentang statusku ini. Tapi
ya rasanya emang lega, kayak aku nggak sendiri, aku ada temen.
Makasih lho mbak hehe..” (Bb (35), 502-508)
Saya ini ya sebagai temen yang punya temen HIV positif, saya
pernah jadi waktu itu dia ini sudah lama sekali mas nggak kontak saya. Eh
ini malah saya cerita hehe.
“Hahaha gapapa mbak, saya seneng denger cerita gini kok,
berarti kan bukan cuma saya yang berjuang” (Bb (35), 340-345)
Bb (35) juga mengungkapkan bahwa dengan membuat suatu sikap
penolakan atas tawaran narkoba yang diberikan oleh teman-temannya, ia
rasakan sebagai suatu pencapaian diri.
Bb (35) mengungkapkan bahwa pemulihan dari kecanduan
narkoba memang bukanlah hal yang mudah dilakukan. Oleh sebab itu, ia
selalu merasa bahwa jika ia dapat pulih dari adiksi narkoba berarti
merupakan suatu pencapaian diri yang luar biasa. Bb (35) juga
menceritakan kepuasan diri yang ia rasakan karena telah berhasil
melepaskan diri dari adiksi narkoba. Walau terdapat jalan panjang yang
harus ia lalui berkali-kali, setiap progres baik yang ia capai dalam proses
pemulihan dari kecanduan narkoba sangat membantunya dalam
memaafkan dirinya sebagai mantan pecandu. Kesadarannya akan hal
tersebut membantu Bb (35) dalam memaafkan diri karena membuatnya
merasa telah menebus sebagian tindakan yang merugikan dirinya sebagai
mantan pecandu narkoba.
Kalo keinginan untuk mencandu narkoba sekarang seperti apa
mas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Nggak ada. Ya mungkin slip itu tadi aja mbak. Aku pernah
apa ya maksudnya ya belum lama ya lihat temenku nyabu. Aku tau
dia, dia nyabu ho oh to. Aku nggak ikut kok mbak, aku mikirnya
gimana “hawong aku dewe ra ra butuh, aku ra ra butuh, ra pengen
nyabu og. Wong ndadak nyabu ngopo? Rasah rasah nyabu iso kok
ndadak nyabu ngopo?” “Lha itu. Jadi sampe aku kayak bisa kayak
gitu, sampe aku bisa menolak itu bangga aku mbak! Bisa menolak
hahaha.
He eh mbak, ya harus bisa menolak to! Ya tapi aku cuma
lihat aja! Tapi aku nggak ikut, kan pikiranku ”wong aku dewe ra
pengen, ra butuh! Lagi ora pengen, lagi ora pengen nyabu, ngopo
aku ndadak nyabu?!” maksud to mbak?. “Wong awak wes kepenak
ngopo ndadak dirusak meneh?!” Ha ah gitu! ha ah.” (Bb (35), 719-
728, 729-735)
b) Faktor penghambat self-forgiveness
Sedangkan pada sisi lain, karena memiliki lingkaran pergaulan
sesama pecandu narkoba, baik Tn (20) maupun Nn juga merasakan
hambatan yang serupa. Berikut adalah hal-hal yang turut menghambat
pemaafan diri yang dirasakan oleh para informan:
Pas memutuskan udah nggak mau make dan ngerasa gelisah itu
dalam kondisi keluarga udah tau belum sih mas?
“Belum.. saya saya belum berani cerita. Saya mikir saya
pernah diselametin tapi kok saya ulangin. Ternyata masih belum
bisa handle, kalo abis ini belum bisa, masih bisa dijatuhin.. ya itu
tadi makanya saya belum bisa cerita sama keluarga saya.” (Tn (20),
136-141)
Tn (20) mengungkapkan bahwa ketidakterbukaan terhadap
keluarga kerap kali menghambatnya dalam melakukan pemaafan diri.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kekuatan berbagi pada orang
lain, Tn (20) memang menyadari bahwa ia tidak sepenuhnya dapat
menceritakan apa yang ia rasakan pada keluarganya. Menurut penuturan
Tn (20), ibunya sering sekali mengungkit-ungkit kejadian yang telah
berlalu seperti ketika ia masih menjadi pecandu narkoba. tentu saja Tn (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tidak menyukai perlakuan seperti demikian. Hal tersebut yang terkadang
membuatnya tidak bisa membuka diri pada keluarga terutama ibunya.
Pada akhirnya, Tn (20) memilih untuk berpikir sendiri atau bercerita pada
rekan yang dapat ia percayai.
Selain itu, kebimbangannya dalam lingkup pertemanan juga tidak
memudahkannya dalam memaafkan diri sebagai pecandu narkoba. Ia
menyadari bahwa melepaskan diri setelah berkecimpung dalam komunitas
pecandu narkoba merupakan hal yang tidak mudah. Pergaulan Tn (20)
yang tidak berubah bahkan setelah ia memutuskan untuk berhenti
menyalahgunakan narkoba tentu saja ia pahami merupakan hambatan
terbesar dalam proses pemulihannya.
Nah berarti rasa bersalah pecandu narkoba itu ada macem-macem
ya seperti mas bilang, sedangkan bagian yang paling sulit kan kata mas
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri. Bisa dijelaskan lebih lanjut
bagian ini mas?
“Iya...iya...mbak. Soalnya godaannya itu, macem-macem.
Dan kita nggak tau godaannya mau seperti apa. Ketemu temen di
jalan, tau-tau terus kita di paksa. Kan kan itu mbak yang harus
dihindari, berani bilang enggak. Kalo maksa kita bilang enggak.
Lha itu gimana caranya. Saya kena, ikut. Terus aku malah make,
gitu. Jadi apa ya yang susah tu ya melawan diri sendiri. Ditawarin
kayak gitu tu, tawarin denger aja tu dah di pikiran tu dan bayangin
waaah ingin pake. Tapi, setelah itu lho kan nggak tau. Jadi, antara
rasa pengen nolak sama ngiyain itu.” (Tn (20), 262-275)
Nn (20) menyadari betul bahwa ia berada pada lingkungan
pergaulan negatif yang tidak mendukung proses pemulihan dari
kecanduan narkoba. Keinginannya untuk menghentikan kontak dengan
teman-temannya pun terkadang tidak berjalan dengan lancar. Oleh sebab
itu, Nn (20) masih juga terbelenggu oleh dunia pecandu narkoba secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
tidak langsung. Tidak hanya itu, kelekatannya dalam pergaulan terutama
terhadap teman anak jalanan terkadang juga menghambat keinginan untuk
berhenti mencandu. Nn (20) mengungkapkan kesulitannya untuk
mengkampanyekan gerakan berhenti dari narkoba terutama pada teman-
temannya. Maka, hal yang dapat ia lakukan adalah meminimalisir
pergaulan dengan mereka.
Kalo Mbak Nn ini sering sharing-sharing atau curhat gitu nggak
mbak ke orang lain?
“Enggak, enggak mbak. Enggak punya temen curhat gitu.
Berarti kan kayak temen-temen semua itu kan kayak pengguna,
anak jalanan gitu. Kan mereka kayak dicurhatin kayak gitu malah
bilang “dah make lagi aja!” malah kayak gitu.” (Nn (20), 516-523)
Ooh jadi gitu, dipaksa ya dulu mbak waktu sempet nolak make?
He eh. Bener-bener yang jatuh bangun mbak, bener. Kayak
udah berhenti, kayak alhamdulilah dah seminggu berhenti.
Langsung diingetin lagi, bener, diajakin lagi. Nyampe seminggu tu
udah kayak udah pengen pengen lanjutin lagi.” (Nn (20), 201-206)
Mempertahankan serta menjaga komitmen untuk berhenti
mencandu Nn (20) sadari bukan hal yang mudah. Ia tidak memungkiri
bahwa kesulitan dalam proses pemulihannya ini selalu datang dan pergi,
cobaan pun datang bertubi-tubi. Sebagai contoh, kondisi sakau yang tidak
mengenakkan terkadang memicu keinginan relapse pada diri Nn (20).
Ketika terjadi kejatuhan kembali, seperti yang telah disinggung pada
bagian keluarga, faktor keluarga tidak serta merta membuat berhenti
menjadi pecandu narkoba. Ketidaksiapan menjadi seorang ibu membuat
Nn (20) sempat tidak menghiraukan efek samping narkoba yang ia
konsumsi bagi kedua anaknya. Kondisinya yang demikian juga memicu
sikap blocking terhadap orang lain. Nn (20) menceritakan bahwa walau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memiliki karakter yang terbuka pada orang lain, pada momen tertentu ia
juga lebih berhati-hati ketika membicarakan tentang narkoba sebagai topik
yang sensitif.
Berbeda dengan Bb (35) yang cenderung tidak lagi bergaul dengan
teman-teman sesama pecandunya yang telah banyak meninggal, hambatan
yang bersifat eksternal lebih mudah ia tangani dengan bersikap menolak
akan tawaran narkoba. Namun ia justru lebih berfokus tentang hambatan
yang ia rasakan dari dalam dirinya sendiri:
Meskipun Bb (35) mengungkapkan bahwa ia gemar berbagi cerita
dengan orang lain, ia mengakui bahwa tidak selalu dapat bersikap
demikian. Rasa takut akan stigma sosial negatif terhadap mantan
pecandu narkoba membuat Bb (35) juga berhati-hati untuk berbagi cerita
pada orang lain. Bb (35) tidak menutupi bahwa cukup sering ia menjadi
cemas karena menaruh rasa curiga pada orang lain. Terlebih mengingat
statusnya sebagai penyintas HIV membuat Bb (35) sangat berhati-hati
menceritakannya terhadap orang lain. Ia khawatir apabila ia menceritakan
kondisi dirinya yang sebenarnya, maka orang lain akan menjauhi dirinya
karena takut tertular.
Hal ini ia ungkapkan pada sesi wawancara bahwa dirinya
merahasiakan kondisinya tersebut terhadap rekan sekamarnya di Care
House. Bb (35) takut, temannya tersebut akan merubah sikap serta tidak
menerimanya sebagai rekan sekamar. Oleh sebab itu, Bb (35) akan
bercerita hanya dengan orang yang kira-kira akan menjaga rahasianya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan baik. Ia mengakui bahwa pada praktiknya ia masih saja memiliki
kecenderungan untuk menutup diri serta menutupi sesuatu hal dari orang
lain.
Oh Mas Bg belum tau?
“Belum. Aku kadang juga apa gimana ya, merasa yang
namanya merasa putus asa, mbak. Putus asa, terus apa terus kadang
merasa kok hidupku kok gimana ya nggak berkualitas gitu aku.
Masih sampe sekarang aku kayak gitu kadang masih merasa kayak
gitu. Putus asa.. ‘wah uripku kok koyo ra berkualitas, to’ gitu.” (Bb
(35), 395-400)
Di samping kedua hal tersebut, Bb (35) mengungkapkan bahwa
masih ada hal-hal yang ia rasa menghambatnya ketika berproses untuk
memaafkan diri. Pada masa tertentu, Bb (35) mengakui bahwa timbul rasa
ragu pada apa yang ia lakukan dalam rangka pemulihan dari
kecanduannya akan narkoba. Menjadi pecandu narkoba untuk waktu yang
tidak sebentar ditambah vonis positif HIV tak jarang membuatnya putus
asa pada proses rehabilitasi maupun perawatan yang ia jalani. Keadaan
tersebut juga kerap kali menimbulkan rasa inferior dan insecure terhadap
keadaan diri yang menyebabkan ketidakberdayaan untuk menyalurkan
emosi. Bb (35) mengungkapkan bahwa untuk mengatasi berbagai hal yang
berkecamuk dalam dirinya selama berproses untuk memaafka diri, ia
merasa kesulitan untuk berekspresi maupun menyalurkan perasaannya.
3. Pikiran dan perasaan yang muncul selama self-forgiveness
a) Kesadaran diri
Pemaafan diri yang dilakukan oleh para informan pada
perjalanannya juga memunculkan beragam pikiran maupun perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dalam diri mereka. Hal ini mereka sadari timbul karena kehidupan yang
mereka jalani sebagai mantan pecandu narkoba. Berikut kesadaran diri
yang dirasakan sebagai mantan pecandu narkoba seperti yang
diungkapkan Tn (20) dalam wawancara:
Tn (20) mengungkapkan bahwa pengalamannya merasakan rasa
sakitnya sakau membuatnya ingin untuk dapat melepaskan diri dari adiksi
narkoba. Namun sebagai mantan pecandu narkoba jenis sabu-sabu, Tn (20)
menceritakan bahwa hingga saat ini pun ia masih merasakan efek samping
dari obat pilihannya tersebut meski telah berhenti mengonsumsinya.
Konsekuensi dan risiko dari penggunaan narkoba jenis sabu-sabu yang
dirasakan Tn (20) hingga saat ini berupa sugesti-sugesti dan kecemasan
yang secara berkala ia rasakan. Di samping itu, Tn (20) juga mengalami
kesulitan untuk berpikir serta berkonsentrasi. Tentu saja efek samping
tersebut dipahami oleh Tn (20) merupakan suatu efek jangka panjang
sebagai pecandu narkoba. Akan tetapi, tentunya hal tersebut sangat
mengganggu aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tn (20) juga merasakan ketakutan-ketakutan setelah ia menjadi
pecandu narkoba. Ketakutan dan kecemasan akan masa depan selalu
dirasakan Tn (20) karena ia menyadari bahwa mantan pecandu narkoba
pasti memiliki banyak konsekuensi. Tn (20) mengkhawatirkan bagaimana
ia dapat meneruskan kehidupannya pasca lepas dari narkoba. Ia merasa
sebagai mantan pecandu narkoba tentu tidak akan terlepas dari stigma
sosial negatif dari masyarakat. Tn (20) sering merasa takut kalau-kalau ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
tidak dapat berbaur atau diterima di masyarakat kembali karena label eks-
junkie tersebut. Oleh sebab itu, ia terkadang merasa sangsi sebagai mantan
pecandu, berpikir apakah ia mampu melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi dan kemudian mendapatkan pekerjaan yang layak untuk dapat hidup
mapan.
Hal-hal demikian memang menimbulkan suatu ketakutan
tersendiri bagi Tn (20). Namun ia tidak serta merta kalah oleh bayang-
bayang gelap tersebut. Terhadapnya, Tn (20) selalu berusaha menghadapi
dengan ambisi untuk meraih impian dan harapan bagi masa depannya.
Salah satunya adalah dengan bertekad untuk berhenti mencandu narkoba.
Tapi kalau waktu Mas Tn nih udah sadar kok addict banget sama
narkoba, respon diri Mas kayak gimana?
“Saya mikirnya ya kayak itu tadi, nek gitu terus bakalan
nganu bakalan nyusahin diri saya sendiri, ngerugiin diri sendiri.
Saya kan ga tau saya bakalan punya penyakit apa, lha itu kan zat
kimia semua. Saya mikir sampe segitu. Terus kalo ketangkep lagi
gimana, terus orang tua gimana, terus terus masa depan gimana, saya
mikirnya udah jauh sampe segitu. Jadi ya gimana orang dah
terlanjur, terus makanya saya berjanji sama diri sendiri udah nggak
lagi pake sabu, pokoknya udah nggak lagi, dan nggak mau pake lagi,
dah. Saya udah janji.” (Tn (20), 121-131)
Selain rasa ketakutan, pada wawancara Nn (20) mengungkapkan
tentang pengalamannya merasakan efek samping dari obat pilihannya
yang hingga kini mengganggu aktivitasnya sehari-hari:
Menjadi pecandu psikotropika jenis benzo ditambah kebiasaan
alkoholik tentunya membawa adiksi yang tidak mudah diabaikan oleh diri
Nn (20). Ia bukan hanya sekali merasakan sakitnya sakau akibat
ketergantungan narkoba. Kondisi tersebut lama-kelamaan membuat Nn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
(20) menyadari bahwa narkoba pada akhirnya hanya merugikan kesehatan
tubuhnya. Kematian temannya karena over dosis narkoba juga
menimbulkan perasaan takut pada diri Nn (20). Ia pun tidak mau
mengambil risiko untuk meneruskan mengonsumsi narkoba atas
kekhawatiran kalau-kalau tubuhnya telah sampai pada patas toleransi
narkoba maupun alkohol.
Kesadarannya akan hal itu juga menimbulkan salah satu alasan Nn
(20) untuk berhenti menggunakan narkoba. Bahkan, dalam keadaan after
care yang telah bersih dari narkoba saat ini pun Nn (20) masih juga
merasakan efek samping obat pilihan. Nn (20) mengaku bahwa kini ia
merasa kesulitan untuk berpikir dan berkonsentrasi. Tidak hanya itu,
terkadang ia merasakan sugesti yang mengganggunya dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut tentu saja mengganggu
aktivitas Nn (20) sehari-hari.
Mbak Nn jawabnya lancar dan cepet gitu. Sebenernya jadi nggak
banyak nanya sih, saya hehehe...
“Eee aku nyiapin minum tu kadang kalo aku ngelakuin itu
jadi nggak fokus, kalo aku udah mulai nggak minum itu udah mulai
kering itu kayak.. enggak, enggak tau, kayak kadang mbak kan...
ee mbak ngomong ya, mbak ngomong apa kayak gitu “tadi
ngomong apa mbak” mesti gitu. Hahaha kayak gitu gitu... dan
mulai mulai nggak fokus. Maksude mbak gitu udah ilang
fokusnya.” (Nn (20), 737-745)
Berbeda dengan Nn (20) yang mengungkapkan bahwa penyebab
dirinya terjerumus dalam dunia adalah karena pergaulan, Tn (20) dan Bb
(35) justru mengatakan sebaliknya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tn (20) mengungkapkan bahwa meski berada dalam lingkungan
pertemanan yang dekat dengan komunitas narkoba, ia tidak pernah
menyalahkan teman-temannya. Menjadi pecandu narkoba menurutnya
merupakan pilihan serta tanggung jawab pribadi. Oleh sebab itu,
terhadap jatuhnya diri sebagai pecandu narkoba, Tn (20) cenderung lebih
menyalahkan dirinya ketimbang pergaulannya dengan komunitas pecandu
narkoba.
Kalo sekarang saya ajak Mas Tn berandai-andai, bayangkan lima
tahun kedepan kira-kira Mas bakal seperti apa sih?
Kalo berandai-andai saya sering sih mikir nih njuk wah
gimana? Aku bakal seperti apa, seriing. Lima tahun ke depan ya
saya ingin saya nyaman, dan saya mau punya.. apa ya.. kehidupan
keluarga baru. Saya nggak mau lagi masuk saya kembali, saya
pengen punya kedepannya saya pengen lebih nyaman, saya pengen
bergaul dengan orang-orang yang selayaknya orang normal.
Nggak, katakanlah pergaulan yang kayak tadi, yang nggak waras,
saya nggak mau lagi kenal orang yang nggak waras kayak seperti
ini. Terus nggak ada lagi pergaulan negatif, pokoknya yang
menimbulkan buruk sebaiknya saya nggak mau lagi, kedepannya
saya nggak mau lagi. Saya pengen lebih baik. Yaa lebih baik itu
kan mulai dari sikap, dari perilaku, dari hati. Dari hati terus dari
yaitu dari hati melawan diri sendiri. Lha itu yang paling susah.
Terus ada niat, support keluarga pasti, lha itu teman belum. Karena
kebanyakan walaupun sign out, teman-teman saya itu negatif
semua. Gaada yang make sabu, masih pake obat, soalnya dah
terlanjur saya kenal mereka. Dan saya bergaul juga sama mereka.
Saya nggak mungkin menyalahkan mereka.” (Tn (20), 660-681)
Bb (35) mengungkapkan bahwa hambatan terbesarnya dalam
proses pemulihan dari adiksi narkoba adalah karena ia masih bergaul di
lingkungan pecandu narkoba. Lingkungan pergaulannya tersebut ia sadari
bahwa selalu memberikan pengaruh dalam menghambat keinginan untuk
berhenti mencandu. Namun di satu sisi, Bb (35) tetap menganggap bahwa
hal tersebut sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada proses pemaafan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dirinya sebagai mantan pecandu narkoba. Ia tidak merasa bahwa hal yang
terjadi pada dirinya yaitu menjadi pecandu narkoba hingga menjadi
penyintas HIV bukanlah risiko dari pergaulannya dalam komunitas
pecandu narkoba.
Gimana tanggapan Mas Bb ini terhadap pergaulan atau teman-
teman yang membuat Mas jadi pecandu narkoba?
“Yaa biasa. Saya nggak menyalahkan! Enggak, enggak
pernah. Gimana ya, ya mau menyalahkan gimana lha wong saya
sendiri aja maksudnya gimana ya komuni- terjun ke komu
komunitas yang itu ya nyasar sendiri gitu. Masak mau nyalahin...”
(Bb (35), 434-439)
Terlepas dari berbagai hal yang Bb (35) rasakan selama berproses
dalam memaafkan dirinya, ia menyatakan suatu keengganan untuk
menyalahkan pergaulannya terhadap sesama pecandu narkoba sebagai
akar dari permasalahannya. Sama seperti Tn (20), menurut Bb (35)
menjadi pecandu narkoba pun merupakan pilihan sekaligus tanggung
jawab pribadi. Maka, pergaulan bukanlah hal yang dapat
dikambinghitamkan dalam perilaku pecandu narkoba. ia menekankan
bahwa menjadi teradiksi narkoba adalah murni kesalahannya sendiri
karena telah terjerat pada komunitas serta perilaku yang negatif.
b) Religiusitas
Menyadari bahwa pemaafan diri dalam perjalanan memulihkan diri
dari adiksi narkoba tidak dapat dilakukan seorang diri, informan juga
sangat menekankan tentang pentingnya religiusitas yang ia amalkan:
Tn (20) mengungkapkan bahwa pengalamannya dipenjara
meningkatkan religiusitasnya terhadap Tuhan. Ia menyadari hanya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tuhan, ia dapat meminta pertolongan dalam ketidakberdayaannya di
penjara. Selama menghabiskan satu minggu dipenjara, Tn (20) menyadari
bahwa dalam dirinya muncul suatu kesadaran untuk berserah diri dan
berdoa kepada Tuhan.
Ketika pada akhirnya Tn (20) hanya dijatuhi hukuman penjara
selama satu minggu dan lalu diperbolehkan untuk keluar, ia sangat
bahagia. Tn (20) merasakan bahwa dirinya seperti diberikan kesempatan
kedua oleh Tuhan. Tn (20) betul-betul menyadari bahwa apa yang telah ia
lakukan di hidupnya terutama menjadi narkoba merupakan hal yang tidak
benar. Oleh sebab itu, pengalaman dipenjara yang tadinya seakan
meremukkan masa depannya tersebut membuat Tn (20) sadar bahwa ia
harus memperbaiki diri. Tn (20) meyakini bahwa Tuhan memberikan
suatu pengampunan sehingga ia memutuskan untuk berhenti menjadi
pecandu narkoba.
Pasca Mas Tn kejadian ini, berarti keluarga udah tau?
“Kalo rehab keluarga udah tau. Gimana mas mereka
tanggepannya? Lihat saya fresh, lihat saya bertahan enam bulan,
udah nggak gitu lagi, seneng. Jadi ya semua keluarga tu seneng,
waktu saya pulang tu pada nyamperin, pada mau dateng ke tempat
rehab. Lha kan keluarga ayah saya yang dah nggak sayang lagi itu
sampe bela-belain dateng, woh, saya saya seneng. Jadi ditengok,
terus keluarga nyuport, bagus, trus dah nggak usah aneh-aneh,
pergaulan yang kayak yang dulunya negatif, yah seneng (batuk).
Trus ya itu tadi, saya malah salah langkah, saya sama temen saya
itu malah jatuh ke luka yang sama. Mungkin bukan luka yang sama
ya, luka yang lebih besar ya, karena kenal sabu. Dulu saya
ketangkep, ya sebaliknya, tau semua, ya keluarga saya, ya saudara
saya tau semua terus ada yang bertahu sodara saya—adeknya
mamah saya yang sekarang dimana tu bilang gini, waktu saya di
Polresta: “biarin, biarin Tn ditangkep, udah gapapa ngak usah
diurus, biar dipenjara, biar ngerasain kemaren enam bulan rehab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
gimana kok nggak ada apa-apanya. Biarin, biar dipenjara, nggak
papa”, ditelfon itu, wah saya ndengerin waduhh. Itu bilang sama
Mas Tn? Bilang sama mamah saya. Wah saya langsung gimana ya
ini langsung ngerasa masa depannya itu dah divonis kayak gini. Oh
gitu ya.. pokoknya udah kacau kacau dan kacau, saya cuma bisa
pasrah. Terus sempet akhirnya seminggu, yaudah akhirnya tak
tekadi dah lah dipenjara gapapa, wong ketemunya orang sama,
gapapalah di penjara. Tapi Tuhan kasih cara lain, saya bebas. Saya
cuma satu minggu. Dan saya pikir, oh saya dibebasin, ternyata
Tuhan baik hati, Tuhan kasih peringatan. Tapi kenapa saya pake
lagi? Dari situ saya mikir, untuk enggak lagi pake. Karna saya
sering denger-denger kesempatan nggak dateng dua kali.” (Tn
(20), 196-226)
Menurut Tn (20), proses pemulihan narkoba sebenarnya bersifat
sangat pribadi. Dukungan sosial tidak akan membantu pulih dari
kecanduan narkoba tanpa adanya iman yang kuat secara pribadi. Ia juga
mengatakan bahwa niat untuk berhenti menjadi pecandu sesungguhnya
didukung oleh kepercayaan secara spiritual. Selain itu, Tn (20)
menyatakan bahwa kesadaran berdoa pada Tuhan merupakan sumber
kekuatan dalam proses pemulihan pecandu narkoba.
Berarti Mas Tn sampe akhirnya mendekat, lebih sering ke gereja
itu atas dorongan atau kesadaran sendiri mas?
“Pertama dukungan keluarga, terus saya baru kesadaran.
Sadar sendiri buat aktif pada sembahyang, berdoa, itu saya sadar
sendiri. Karena disitu gimana ya. Penguatan iman itu tau-tau nanti
tetep bukan kembali yang tadinya kacau pikirannya, tapi jadi
tenang karena apa? Kita dah percaya sama Tuhan, jadi kita
ngandelin Tuhan. Tuhan nggak mungkin ngecewain kita. Trus ya
itu, banyak religius mbak dan niat. Niat sama minta Tuhan buat
menyertai, buat imannya dikuatin. Terus semuanya berawal dari
niat kita ke Tuhan buat bisa menyertai dan mbantu.” (Tn (20), 527-
538)
c) Masalah kelangsungan hidup
Pada cerita yang diungkapkan Bb (35) sebagai penyintas HIV, ia
menyadari bahwa kondisi dirinya saat ini tidak lain merupakan risiko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
perilakunya sebagai pecandu narkoba. Berikut hal-hal yang diutarakan Bb
(35) (35) dalam mempertahankan kesehatannya untuk dapat bertahan
hidup:
Pada wawancara, Bb (35) mengungkapkan bahwa keadaan dirinya
yang posotif terjangkit HIV bukanlah hal yang mudah. Ia mengungkapkan
jika bisa mengulang waktu, tentu ia ingin mencegah segala sesuatu yang
bisa menyebabkan dirinya terinfeksi virus tersebut. Ia merasa demikian
karena menjadi orang yang hidup dalam batasan-batasan yang mengekang
akibat penyakitnya tersebut. Bb (35) menceritakan bahwa ia tidak hanya
harus menjaga diri dari luka-luka kecil, namun juga menjaga kesehatannya
secara cermat dan teliti.
Beberapa hal yang diungkapkannya tersebut membuat Bb (35)
merasa bahwa HIV yang dialami sebagai beban dalam hidupnya. Kondisi
tubuhnya sebagai penyintas HIV pun dirasa merupakan suatu beban yang
harus ia ampu sepanjang hidup. Oleh sebab itu, ia sering memiliki perasaan
menjalani kehidupan yang penuh dengan beban.
Njualinnya ke temen-temen ya mas?
“Yaa.. temen-temen pecandu ya temen-temen pecandu
putau oo.. dah kan aku kan nggak berani pulang, kan aku
menggadaikan motor nggak berani pulang ke rumah. Aku nginep
di rumahnya Denis itu. Terus aku pulang, ditanya sama ibu, “lha
motormu endi le?” “disileh koncoku, Bu” berapa lama... “lha kok
montormu durung bali-bali?” “mbuh, disilih koncoku, Bu” lama
kelamaan aku jujur, “aku gadaikan, bu”. Sempet kena marah
berarti ya mas sama orang tua... Iya... Apa mbak, gimana ya...
hidup itu berat e mbak. Hmm... tau tentang saya, to mbak? Iya
sempet diceritain sedikit sih mas. He em. Tapi saya juga
pengen denger lagi dari Mas Bb. Ya gara-gara putau itu... saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
tu mau terus terang aja ya mbak ya... saya HIV positif.” (Bb (35),
247-260)
Seiring berjalannya waktu, Bb (35) juga menyadari bahwa putau
sebagai obat pilihannya ini memiliki efek luar biasa sekaligus
kejam/mematikan bagi pecandunya. Bb (35) menceritakan bahwa tidak
sedikit teman-temannya yang tewas akibat mengalai over dosis karena
menjadi pecandu narkoba. Tidak hanya itu, puncaknya, Bb (35) yang
terdeteksi mengidap HIV harus menghadapi kenyataan bahwa kesehatan
tubuhnya juga dalam kondisi terancam. Riwayat sebagai penyintas HIV
pun menimbulkan kesadaran diri Bb (35) atas risiko yang ia alami sebagai
pecandu narkoba. Hal tersebut juga ia sadari karena efek dari mencandu
putau dengan jarum suntik yang digunakan secara bergantian
Emm.. lalu seperti apa sih tantangan, hambatan, atau kendala yang
dulu dirasakan mas selama memaafkan diri supaya bisa pulih dari
kecanduan narkoba?
“Apa ya.. Ya maafin diri kan emang nggak mudah, mbak.
Kita ya harus berdamai dengan masa lalu dulu to. Dimaafin dulu
semua orang yang pernah nyakitin kita, apalagi kayak kita yang
nyakitin diri sendiri pake narkoba ya harus dimaafin. Ya kayak aku
maksudnya kayak aku yang punya status kayak gitu tadi, em berat
untuk memaafkan diri tadinya. Lama lho maksudnya. Marah sama
keadaan. Terus pernah aku mari e mbasan aku pari e wes mari
sehat, terus tetep virus itu tetep masih ada. Kadang malah gimana
ya, belum bisa menerima dulu he eh. Terus lama kelamaan, hari
demi hari, terus saya sendiri “yo wes lah, wong yo risikoku, wong
aku ndisik ngono-ngono, kudu tak tompo. Arep brontak, brontak
ro sopo?” mo berontak mau sama siapa? Masak mau berontak
sama Tuhan? Enggak to?! Yowes tak tompo, tak syukuri. Makanya
pecandu itu nggak mungkin langsung pet sembuh to mbak, sulit.”
(Bb (35), 473-490)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
d) Impian dan harapan
Sebagai mantan pecandu narkoba, informan menyadari bahwa
kedepannya mereka masih harus menjalani kehidupannya baik secara
induvidual maupun untuk kepentingan keluarga atau sosial. Terkait
dengan kondisi diri serta latar belakang informan, mereka mengutarakan
tentang impian atau harapan dalam hidupnya:
Mengingat kondisi diri Bb (35) yang masih menghuni care house
mantan pecandu narkoba, ia menyadari bahwa sampai saat ini ia masih
kesulitan untuk mengurus dirinya sendiri. Hal tersebut tentu saja membuat
Bb (35) kerap memikirkan suatu keinginan untuk dapat hidup dengan baik
dan mandiri. Di usianya yang kini telah menginjak tahun ke tiga puluh
lima, Bb (35) sama sekali belum pernah melakukan pekerjaan yang
sebetulnya mengingat kehidupannya yang dihabiskan untuk menjalani
rehabilitasi. hidupnya yang masih diampu oleh keluarga serta konselor
narkobanya tentu tidak jarang menimbulkan ketidaknyamanan bagi diri Bb
(35). Oleh sebab itu, keinginan untuk dapat lekas pulih agar dapat mandiri
demi kehidupan yang lebih baik selalu membayangi sekaligus memotivasi
Bb (35) untuk dapat memaafkan diri.
Bb (35) juga mengungkapkan bahwa secara mental ia merasa jauh
nyaman setelah lepas dari penggunaan narkoba. hal tersebut ia rasakan
karena menyadari bahwa selama menjadi pecandu narkoba ia sangat
terbelenggu dengan berbagai rasa bersalah maupun kekawatiran akan
dirinya. Akan tetapi dalam kondisinya yang telah pulih dari narkoba ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
membuatnya dapat lebih tenang dan damai secara bathin. Di samping itu,
secara fisik Bb (35) juga menyadari tentang kondisi tubuhnya yang
menjadi jauh lebih baik. Terlebih hidup sebagai penyintas HIV sejak tahun
2007, sampai saat ini Bb (35) masih memiliki tingkat kesehatan yang tidak
mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, ia selalu memanjatkan rasa syukur atas
kondisi diri yang cenderung stabil.
Apa sih mas impian-impian yang ingin mas capai di masa depan?
“Maksudnya impian apa? Harapan dalam hidup Mas
Bb kedepannya. Harapan... kalo sampai saat ini cuma ingin apa
ya, bisa hidup lebih baik aja. Bisa tetep stabil kondisinya, terkait
status saya tadi itu mbak. Saya udah bisa beraktifitas normal,
biasa kayak gini aja udah bersyukur banget. Pokoknya hidup
dengan lebih baik lah! Hidup lebih baik lagi ya bisa bekerja, bisa
mandiri... (diam) hhh... nggak nyusahin orang lain. Sampe
sekarang kan saya masih dibantu kakak-kakak saya, tapi sampe
kapan kan gini terus.” (Bb (35), 524-534)
Keinginan untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih baik
bersama keluarga dan orang yang ia kasihi selalu menjadi bayang-bayang
kekhawatiran Tn (20). Meski demikian, ia tidak lantas terkungkung
olehnya. Tn (20) mengatakan bahwa ia mengerti impian untuk dapat hidup
dengan baik dapat menghilangkan kekhawatirannya akan masa depan. Tn
(20) berusaha untuk mengemas kekhawatiran serta ketakutan yang ia
rasakan menjadi suatu motivasi untuk mencapai apa yang ia cita-citakan.
Kedepannya, Tn (20) juga ingin dapat selalu, terus-menerus memperbaiki
diri, sehingga ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi tidak hanya
bagi dirinya sendiri namun juga untuk orang lain.
Nah sekarang aku pengen ee pengen mengetahui gimana sih
gambaran Mas Tn untuk masa depan, ada nggak impian-impian yang ingin
Mas capai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
“Waah ada. Saya saya merasa yaa saya sadar, kalo saya
udah tato gini susah saya dapet kerjaan. Telinganya berlubang,
kalo saya nekad saya kan cowo kalo saya ngelamar cewek to, tapi
kalo orang tuanya tau saya bertato, biasanya kalo orang tua kan
beranggapan, beranggapan wah ini orangnya kayaknya nakal.
Terus terang aja mbak, selama sepuluh bulan saya malu keluar-
keluar. Setiap saya keluar rumah saya pake lengan panjang, saya
pake jaket biar apa, biar nggak keliatan. Sampe sekarang. Telinga
berlubang, itu nggak papa. Kalo tato, saya belum berani. Sampe
sekarang saya selalu pake jaket, pake lengan panjang. Saya ingin
ke depannya itu ya saya pengen mapan, pengen kayak orang-
orang lainnya. Umumnya orang normal, punya keluarga, bahagia,
mereka mereka berkecukupan, tidak tidak hidupnya nggak nggak
bermasalah. Dalam artian bermasalah tu nggak nggak nggak ikut
rantai kayak gitu, narkoba, nggak nggak ada nggak ada pergaulan
negatif. Jadi hidupnya tu nyaman, akrab sama keluarga, dan
nggak ada negatif itu saja pengen itu. Jadi saya juga pengen
kedepannya tu saya pengen kuliah. Saya pengen kuliah soalnya
apa, kalo saya kerja, itu kurang. Maksudnya cuma segitu-gitu aja,
sebulan cuma dua juta aja dan abis. Tapi kalo saya udah
berkeluarga, saya kerja sama orang, apa cukup, kan enggak. Kalo
saya kuliah kan beda hidupnya. Maksudnya mungkin bertemu
dengan orang-orang yang cakupannya luas, terus yang positif.
Jadi saya bisa ikut alurnya, terus saya bisa diajarin kalo kuliah itu
kan mungkin diajarin biar dapet kerjaan yang lebih bagus, yang
lebih yang gajinya lebih, kamu lebih.. lebih bisa memahami yang
ibaratnya pekerjaan yang enggak enggak main-main yang nggak
semua orang bisa. Soalnya kan orang kan pingin punya masa
depan jadi kita ini misal ke kampus, misal sekolah yang tinggi.”
(Tn (20), 592-625)
Selama berproses memaafkan diri, Nn (20) menemukan bahwa ia
memiliki keinginan dan juga harapan bagi kehidupannya. Pernah
terjerumus dalam dunia narkoba serta anak jalanan dirasa Nn sebagai hal
yang membuat keluarganya prihatin. Oleh sebab itu, dengan berhenti
menjadi pecandu narkoba, Nn (20) ingin memperbaiki kehidupannya
menjadi lebih baik untuk dapat menjadi panutan bagi keluarganya.
Keinginan menjadi panutan ini berkaitan dengan posisinya sebagai
seorang ibu muda yang memiliki kedua anak yang masih kecil. Nn (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
tidak mau kelak anak-anaknya mengalami kehidupan yang sama
sepertinya. Ia ingin dapat membesarkan serta mendidik anak-anaknya
dengan baik dengan harapan agar mereka memiliki masa depan yang baik.
Selain memiliki keinginan dan harapan untuk kedua anaknya, Nn
(20) juga memikirkan tentang masa depan keluarganya. Untuk membalas
segala budi baik keluarganya, Nn (20) bercita-cita untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik bersama-sama. Selama menjalani kehidupan
sebagai pecandu narkoba, Nn (20) sering sekali terlibat konflik dan
persteruan bersama keluarga terutama oleh ibunya. Nn (20) menyadari
bahwa hal tersebut tidak dapat diteruskan dan ia harus mawas diri untuk
selalu memperbaiki diri. Ia menekankan keinginannya untuk hidup damai
bersama keluarganya saat ini dan seterusnya.
Saya penasaran apa sih mbak impian Mbak Nn untuk masa depan?
“Ya pastinya bisa bener-bener lepas dari semuanya, kayak
nggak pernah ngerasain sakitnya lagi. Itu dah bisa ee ngedein anak-
anak sih pengen, hidup lebih tenang sama anak-anak, sama
keluarga gitu. Pengennya kayak gitu sih mbak kedepannya. Jadi
orang baik lagi, dan semoga temen-temen semua, temen-temen
yang pernah aku ajarain kayak dulu bisa jadi mereka juga baik lagi
sih, biar dosaku nggak nambah terus hahaha...” (Nn (20), 541-551)
4. Makna self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba: self-forgiveness
sebagai penguatan dalam proses pemulihan bagi pecandu narkoba
Menjalani perjalanan yang panjang dalam rangka kepulihannya dari
adiksi narkoba, ketiga informan telah mengungkapkan dinamika yang mereka
alami dalam memaafkan diri. Ketiga informan pun mengungkapkan bahwa
self-forgiveness telah membantu mereka sebagai suatu penguatan dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
pemulihan pecandu narkoba. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh
masing-masing informan dalam memaknai proses self-forgiveness:
a) Informan Tn (20)
Pada perjalanan pemulihan para pecandu narkoba, Tn (20)
mengungkapkan bahwa self-forgiveness memiliki peranan yang sangat
penting. Tn (20) juga menambahkan bahwa memaafkan diri merupakan
bagian yang tersulit dalam proses pemulihan dirinya karena terdapat fase
jatuh dan bangun. Perjalanan yang tidak mudah tersebut membuat Tn (20)
menyadari bahwa memaafkan diri tidak hanya mengacu tentang dirinya
sendiri, tetapi terkait juga dengan aspek-aspek yang lainnya.
Gimana tanggapan Mas Tn tentang peran pemaafan diri dalam
proses pemulihan mantan pecandu narkoba?
“Berperan banget. Karena apa, karena memaafkan diri
sendiri, memaafkan diri sendiri kita udah komitmen, udah nggak lagi
nyentuh, pake barang haram. Soalnya kita udah maafin diri kita yang
dulu. Otomatis, kalo kita pake lagi, sama aja dong, sama aja dong.
Minta maafnya tu dah nggak berlaku lagi, soalnya apa? Akunya
ngulangin lagi. Kan gitu.. Jadi harus berani komiten, kalo kamu udah
berani memaafin diri kamu sendiri, ya kamu komitmen dong sama
minta maafmu itu biar nggak pake lagi, balik kayak gitu. Gitu.. tapi
kalo kamu pake lagi ya sama aja, kamu harus minta maaf lagi. Yaitu
yang namanya jatuh bangun itu berulang kali saya. Tapi saya nyoba
nyoba nyoba nyoba nyoba terusss...” (Tn (20), 704-718)
Secara garis besar, Tn (20) menceritakan peranan tersebut ke dalam
dua kategori. Pertama adalah bahwa self-forgiveness membantu dalam
menguatkan komitmen pecandu untuk berhenti menggunakan
narkoba. Tn (20) memberikan keterangan bahwa ia dapat memutuskan
untuk berhenti menggunakan narkoba karena ia mencoba untuk memaafkan
kelakuannya sebagai pecandu narkoba tersebut. Kedua, self-forgiveness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
juga menguatkan niat dan komitmen mantan pecandu untuk tidak lagi
menggunakan narkoba. Tn (20) mengatakan bahwa setelah ia mencoba
untuk memaafkan dirinya, ia seperti terikat pada komitmen untuk tidak lagi
melakukan kesalahan yang sama yaitu dengan kembali menjadi pecandu
narkoba. Tidak hanya turut menjaga komitmen pada diri, Tn (20) juga
mengakui bahwa memaafkan diri juga memberi penguatan bagi religiusitas
pada Tuhan untuk tidak kembali menggunakan narkoba.
Berarti Mas Tn akhirnya belajar memaafkan diri sendiri itu setelah
lepas dari rebahilitasi ya, gimana sih mas caranya memaafkan diri waktu
itu?
“Iya.. saya bukan dari.. memaafkan diri sendiri bukan dari
rehabilitasi. Bukan. Saya dari nasadnya hal-hal yang saya alami.
Nah seperti saya... ketangkep polisi, saya melihat orang tua saya
sedihh, terus saya orang tua kacau, nangis, dari situ lah timbul rasa
“wah kok aku ngantek, kok aku seperti ini, kok aku jadi kayak gini?”
kalo aku nggak kayak gini kan nggak akan terjadi. Kalo aku kan aku
niat pingin berhenti, pingin niat, jadi yaa itu, terus wah udahlah
ngapain sih, terus eng- engak mau lain lagi. Terus aku mulai
memaafkan diri sendiri, ambil komitmen buat enggak lagi pake, biar
semuanya kembali seperti sedia kala. Tapi kenyatannya aku belum
bisa, saya mencoba lagi aku jatuh lagi, aku coba lagi, aku jatuh lagi.
Ini gimana? Saya nanya salahnya apa? Ternyata aku kurang
pendekatan dengan Tuhan. Mulai dari situ aku berdoa, “Tuhan,
bantu saya”. Karena itu Tuhan kasih jalan. Biar saya nggak
ditemukan seperti hal-hal seperti itu lagi”(Tn (20), 863-881)
Tn (20) juga mengungkapkan bahwa terdapat kunci penting dalam
proses mantan pecandu narkoba memaafkan diri yaitu dealing atau
berdamai terhadap masa lalu. Dealing atau berdamai terhadap masa lalu
merupakan kunci untuk memaafkan diri menurut Tn (20) karena hal tersebut
merupakan garis besar dari dealing terhadap guilty feeling para junkie. Pada
cerita Tn (20), ia menyadari bahwa ketika ia telah berhenti menyalahkan
dirinya serta memaafkan kesalahan yang telah ia lakukan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
keluarganya, ia baru dapat memaafkan dirinya. Oleh sebab itu, Tn (20)
mengangap berdamai dengan perasaan bersalah terhadap diri dan
keluarganya menjadi kunci proses memaafkan diri pada mantan pecandu
narkoba.
Beberapa hal tambahan yang Tn (20) ungkapkan antara lain adalah
bahwa pertemanan dirasa dapat menghambat sekaligus mendukung
proses pemaafan diri dalam pemulihan pecandu narkoba. Memiliki
pergaulan yang bebas sejak remaja membuat Tn (20) tidak mudah untuk
meninggalkan lingkaran tersebut meskipun menyadari bahwa mereka masih
menjadi pecandu narkoba. Akan tetapi di lain sisi, Tn (20) mengungkapkan
bahwa ia justru banyak belajar dari pengalaman teman-teman pecandu
narkoba terkait kehidupan mereka. Tn (20) menceritakan bahwa ia sering
tersadarkan pentingnya berhenti mengonsumsi narkoba dan merencanakan
masa depan dengan baik dari teman-temannya tersebut.
Memiliki impian masa depan yang baik juga dirasa Tn (20)
sebagai pemicu dari dinamika self-forgiveness pada mantan pecandu
narkoba. Rasa ketakutan dan kekhawatiran memang tidak dipungkiri sering
kali dirasakan oleh Tn (20) pasca menjadi pecandu narkoba. Akan tetapi,
dengan berhenti menjadi pecandu dan bertekad untuk pulih, ia menjadi
berani untuk bermimpi. Tn (20) meyakini bahwa memiliki cita-cita untuk
menjadi pribadi yang lebih baik serta memperbaiki kehidupannya telah
menjadi suatu energi tambahan baginya dalam berproses menuju
kepulihannya dari adiksi narkoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Proses kejatuhan kembali juga dianggap Tn (20) menjadi hal
penting yang memperkuat self-forgiveness pada mantan pecandu narkoba.
Kondisi diri yang kini sedang mengalami keadaan slip merupakan suatu
kejatuhan kembali dalam prosesnya melakukan pemulihan dari adiksi
narkoba. Slip memang bukan perkara mudah bagi Tn (20), mau tak mau ia
masih harus mengonsumsi obat berjenis alprazolam sesuai resep dokter
supaya ia perlahan-lahan dapat mengurangi ketergantungannya pada sabu-
sabu. Di samping itu, slip juga membantu Tn (20) untuk mengurangi
sugesti-sugesti yang kerap muncul sebagai efek samping dari obat
pilihannya. Kondisi slip menyadarkan Tn (20) bahwa ia harus berhenti
menyalahkan diri lalu memaafkan dirinya karena pernah menjadi pecandu
narkoba.
Religiusitas juga dipandang Tn (20) sebagai hal yang turut
memperkuat self-forgiveness dalam diri mantan pecandu narkoba yang
ingin memulihkan diri dari adiksi narkoba. Tn (20) memahami bahwa niat
dan komitmen secara pribadi (secara internal) maupun dukungan sosial
significant others (secara eksternal) saja tidak cukup. Tn (20) menyadari
bahwa dalam kehidupan ini, kekuatan terbesar yang dapat ia rasakan adalah
kekuatan Tuhan. Pada titik terendah dalam pengalaman hidupnya sebagai
pecandu narkoba misalnya, kekuatan yang dapat menyelamatkannya dari
keterpurukan adalah karena ia memercayai Tuhan sebagai Yang Maha
Kuasa. Oleh sebab itu, religiusitas sangat dimaknai Tn (20) sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
penguatan yang utama agar pecandu narkoba dapat bangkit, memaafkan
diri, lalu kemudian berproses untuk kepulihannya.
b) Informan Nn (20)
Perjalanan Nn (20) untuk menuju kepulihan diri dari adiksi narkoba
memang tidaklah gampang, terutama dalam memaafkan diri. Lebih lanjut
Nn (20) mengungkapkan bahwa proses memaafkan diri sangat penting
baginya sebagai mantan pecandu narkoba karena ia meyakini jika self-
forgiveness dapat membantunya dalam menerima masa lalu. Namun Nn
(20) menyadari bahwa dalam memaafkan diri, ia kerap menemui berbagai
hambatan antara lain penyesalan terhadap diri dan kenangan akan masa lalu.
Di satu sisi, Nn (20) juga mengetahui jika rasa bersalah akan terus
menekannya apabila ia tidak dapat memaafkan diri. Oleh sebab itu, dealing
terhadap rasa bersalah merupakan hal yang Nn (20) rasa harus benar-
benar dijalani untuk dapat memaafkan diri. Usaha yang ia lakukan sejauh
ini adalah dengan rutin berefleksi sebagai cara untuk menerima masa lalu.
Nn (20) berharap dengan demikian ia dapat berdamai dengan diri yang dapat
membantunya dalam memaafkan diri.
Menurut Mbak Nn bagaimana sih peran proses memaafkan diri ini
untuk pemulihan para mantan pecandu narkoba?
“Penting dong mbak. Memaafkan diri to mbak penting
banget. karena emang kalo kalo kita nggak bisa maafin diri kita juga
kan masih keinget-inget terus kan malah malih jadi stress kan malah
pengen make aja. Hawanya jadi pengen make terus kalo memang
kita stress gara-gara kita kepikiran sama apa yang udah kita lakuin
dulu. Karena emang kesalahanku kan berat to, ya to mbak, emang
berat!” (Nn (20), 714-723)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Nn (20) menceritakan bahwa dahulu ia turut serta mengajak teman-
temannya untuk mengenal narkoba. Akan tetapi, setelah ia memutuskan
untuk pulih dari kecanduannya tersebut, tidak sedikit teman-temannya yang
justru menjadi lebih parah dalam mencandu narkoba. Nn (20) menganggap
bahwa ia sama saja mengajak orang lain dalam perbuatan dosa, oleh sebab
itu ia sering merasa ketakutan. Rasa bersalah terhadap teman sesama
pecandu narkoba juga dirasakan oleh Nn (20) yang nyawanya terenggut
karena mengalami over dosis.
Nn (20) juga mengungkapkan bahwa hal penting yang harus ia lalui
ketika berproses dalam memaafkan dirinya sebagai pecandu narkoba yaitu
adalah penerimaan diri. Tetapi Nn (20) menyadari bahwa penerimaan diri
terutama sebagai mantan pecandu narkoba adalah hal yang tidak mudah
dilakukan karena banyak hal. Berbagai hambatan dirasakan Nn (20) dalam
menghambat keinginannya untuk menerima diri. Hambatan tersebut antara
lain yaitu stigma negatif yang Nn (20) terima dari masyarakat.
Selain itu, secara pribadi Nn (20) juga merasakan betapa sulit ia
dapat menerima dan berdamai dengan masa lalu. Penyesalan akan segala
hal yang telah ia lakukan selama menjadi pecandu narkoba terkadang
muncul dan hilang sehingga membuatnya terpuruk menyalahkan dirinya
terus-menerus. Tetapi Nn (20) sadar, tanpa adanya penerimaan diri, ia
selamanya tidak akan memaafkan dirinya sebagai mantan pecandu narkoba.
Oleh sebab itu, ia tidak berhenti berusaha untuk menerima segala hal yang
terjadi. Pada beberapa waktu, Nn (20) sering melakukan refleksi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
proses penerimaan terhadap dirinya. Kenyataan hidup yang dijalani sehari-
hari membantu Nn (20) dalam proses peneriman diri.
Bagaimana sih upaya yang Mbak Nn lakukan selama berproses
memaafkan diri?
“Kalo aku sih memaafin diri sendiri kan kayak ee berusaha
pelan-pelan, bukan kalo lupa pun kita nggak bakal lupa sama
kejadian-kejadian di masa lalu, he em mungkin lebih ke nggak
nginget-nginget lagi, terus kalo misal inget pun yaudahlah udah pada
terjadi sih, dan yang penting ngelupain masa lalu, sekarang coba
berusaha lebih baik lagi. Kalo bisa kan emang kalo aku tu emange
pingin temen-temen tu ngikut aku, gitu lho maksude. Karena emang
aku kan emang berhenti, hambok aku pengen semakin banyak aku
ngajak orang berhenti pun aku semakin, aku nggak cuma bisa ngajak
orang rusak, aku juga bisa ngajak orang untuk baik lagi. Disitu aku
semakin bisa maafin aku sendiri gitu. Aku nggak cuma buat dosa,
kan. Habis itu kan aku juga kepengen ngajak orang berbuat baik,
berbuat baik, gitu kan biar intinya aku bisa ngajakin orang bisa lebih
baik lagi, terus aku bisa sambil ngelupain kenangan masa laluku.
Pokoknya nggak ingin inget-inget lagi, berusaha lebih baik lagi sih
itu mbak aku pengen, pengen bisanya gitu.” (Nn (20), 386-407)
Di samping penerimaan diri, Nn (20) menemukan bahwa
religiusitas turut serta menjadi kunci untuk berhenti menjadi pecandu
narkoba dan memaafkan dirinya. Religiusitas yang Nn (20) rasakan pada
proses ia memaafkan diri dalam pemulihan adiksi narkoba dianggap sebagai
kesadaran rohani terhadap Tuhan menurut ajaran agama yang dianut. Nn
(20) juga menemukan bahwa sesungguhnya religiusitas datang dari
kesadaran pribadi, tidak dapat dipaksakan. Maka metode yang diterapkan di
panti rehabilitasi narkoba belum tentu dapat menumbuhkan religiusitas pada
diri para pecandu narkoba. Nn (20) mengatakan keyakinannya akan
kekuatan Tuhan untuk membuka mata hatinya sehingga dapat menyesali
perbuatannya selama menjadi pecandu narkoba. Dengan banyak
mempelajari nilai-nilai religiusitas tersebut, religiusitas sendiri Nn (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
anggap sebagai suatu penguatan untuk kepulihan dirinya dari adiksi
narkoba.
Tadi Mbak Nn bilang katanya belum lama ya, Mbak berhenti make.
Waktu akhirnya ambil keputusan mau berhenti itu kapan mbak?
“Kira-kira satu bulanan. Pengen berhentinya tuh ya udah
lama sih pengen berhenti. Tapi bener-bener bisa berhenti tu baru
satu bulan. Sampe sekarang masih ada efek sakit itu nggak
mbak? Enggak, tapi kayak masi kayak kayak mbak ngomong sama
ku tuh aku kayak kayak mbak ngomong apa sih aku harus bener-
bener mencerna omongan mbak itu tu karena emang susah banget
untuk mikir. Berarti dulu aku tu banyak prestasi kan, kayak orang
tuaku bingung, aku tu dulu, ya nggak gimana ya mbak, emang aku
waktu SMP tu banyak sebelum kenal ini, aku banyak prestasi. Aku
pun disini jadi guru ngaji anak-anak kecil gitu. Tapi aku sekarang
buat mikir sesuatu tu nggak nyampe, bener-bener rasanya otaknya
tu nggak nyampe. Buat mikir tu dah nggak biisa. Jadi kayak mbak
ngomong tu aku harus mikir maksude kayak gimana, pas mbak
ngomong tu aku bener-bener ya mencerna banget, ini maksude
gimana. Kayak otaknya tuh ini nggak bisa mikir gitu lho. Kalo
sekarang tu aku masih ngerasa gitu. Kadang ngomongnya kayak
njelimet apa cepet banget, kemaren ya kayak gitu, nha kadang
kayak gitu... Gak bisa fokus. Bener-bener nggak bisa fokus. Jadi
kayak mbaknya ngomong itu aku masih kayak yang kayak yang
denger gitu-gitu itu masih (melambaikan tangan ke samping kepala)
gatau sama sekali. Kadang mungkin kayak ada yang ngajak
ngomong sendiri disini, jadi kadang dajak ngomong kayak yang
“hah?” ya kayak ada halusinasi yang ngajak ngomong, terus lebih.
Kayak .. terus berapa hari nggak bisa tidur sama sekali, ya emang
nggak kayak malem itu nggak bisa tidur. Terus kayak siang ini
ketiduran, tapi cuma sepuluh menit udah bangun lagi, udah nggak
ngantuk lagi. Nanti malem nggak bisa tidur sama sekali. Cape
rasanya, capek... Nggak bisa tidur, nggak bisa tidur, capek. Terus
nanti kayak “ayok make lagi biar capeknya ilang, ayok make lagi
biar capeknya ilang” gitu kadang kayak pengen pengen kayak gitu
tapi ya untung sih aku sekarang punya Tuhan, udah sholat juga jadi
itu sih yang mungkin bener-bener nguatin buat engga make lagi.”
(Nn (20), 111-149)
Nn (20) juga menceritakan bahwa ia menemukan pemahaman
bahwa sesungguhnya proses pemaafan diri merupakan proses yang dinamis.
Akan tetapi, pemaafan terhadap diri dianggap oleh Nn (20) sebagai proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
yang berlangsung secara intrapersonal. Dengan kata lain, memaafkan diri
hanya dapat dilakukan dengan kesadaran pribadi.
Terkait dengan pengalamannya ketika menjalani rehabilitasi
pecandu narkoba, Nn (20) menceritakan disana ia memang diberi pelatihan
tentang self-forgiveness. Namun sama seperti penjelasan Nn (20) mengenai
religiusitas, memaafkan diri juga tidak bisa dipaksakan oleh orang lain.
Menurut Nn (20), pemaafan diri hanya bisa dilakukan dengan adanya
kesadaran penerimaan diri. Gagalnya proses pemaafan diri semasa Nn (20)
menjalani rehabilitasi ia sadari karena belum adanya penerimaan diri.
Setelah rehab tuh masih pake lagi berarti mbak?
“He eh. Sekarang dah dua ribu delapan belas. Udah empat
tahun yang lalu pun masih make terus, berhentinya tuh, emang dari
kemaren-kemaren masih belum bisa memaafkan diri sendiri belum
bisa, belum bisa nerima semuanya dan yang pasti belum bisa ingat
Tuhan” (Nn (20), 324-329)
Menjalani proses yang penuh dengan dinamika sangat dipahami
ketiga informan sebagai sesuatu yang tidak mudah. Akan tetapi, pada
akhirnya mereka masing-masing menemukan bahwa memaafkan diri
menjadi bagian yang sangat penting terutama bagi para mantan pecandu
narkoba yang sedang berjuang untuk pulih dari adiksi narkoba. Berikut
manfaat self-forgiveness yang dirasakan oleh Nn (20):
Dengan memaafkan diri sendiri itu apa sih yang Mbak Nn bisa
rasakan sejauh ini?
“Lebih tenang! Lebih tenang, lebih seneng gitu sih. Kayak
udah.. bisa... kadang udah ah yaudahlah! Kayak gitu. bisa selalu
lupain, terus udah ngga pake, udah pingin hidup tenang sama anak-
anak gitu kan damai. Tenang... seneng sih. Dah bisa tenang, lebih
seneng lebih tenang gitu sih mbak. Habis itu.” (Nn (20), 525-533)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Menjadi pecandu narkoba telah membuat Nn (20) menjadi seorang
yang temperamen serta emosional. Kecenderungan emosi yang meledak-
ledak tersebut telah menimbulkan berbagai perasaan bersalah terhadap diri
maupun orang-orang disekitarnya. Dalam proses pemulihannya dari adiksi
narkoba, Nn (20) terus berusaha untuk memperbaiki keadaan hidupnya
terlebih dirinya pada khususnya. Pemulihan dari kecanduan narkoba dirasa
Nn (20) sangat membantunya dalam mengontrol emosi menjadi lebih baik.
Nn (20) kini merasa lebih baik dalam menerima serta mengatur perasaan
ketika bersinggungan terhadap orang lain. Nn (20) menyimpulkan bahwa
self-forgiveness membantu membuat hidupnya menjadi lebih tenang dan
damai.
Lalu apakah masih ada keinginan untuk memakai narkoba lagi
mbak?
“Kadang kayak lebih nyaman kayak gini mbak, lebih nggak
pake kayak gimana kayak lebih nyaman, bisa ngontrol emosi juga.
Nggak nggak harus pake kayak gitu juga, kadang juga sabar kayak
gitu kan lebih bisa mengontrol emosi, jadi lebih... lebih tenang
nggak pake sih.” (Nn (20), 533-540)
c) Informan Bb (35)
Meskipun pada prosesnya baik terdapat banyak hambatan maupun
penguatan, Bb (35) merasa bahwa pemaafan diri merupakan hal yang tidak
mudah dilakukan. Bb (35) menceritakan bahwa ketika berproses dalam
penerimaan diri, ia banyak tersadar tentang apa-apa saja yang telah ia
lakukan selama hidup sebagai pecandu narkoba. hal tersebut diakui sebagai
hal yang memalukan, menyedihkan, hingga menimbulkan suatu perasaan
bersalah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Oleh sebab itu, pemaafan diri tidak dapat Bb (35) lakukan secara
instan. Ia harus melewati jatuh bangun serta dinamika dalam memaafkan
dirinya. Proses inilah yang membuat pemaafan diri Bb (35) dirasa berat
dan tidak mudah karena ia harus memiliki mental serta hati yang kuat. Ia
tidak boleh mudah menyerah setiap kali mendapatkan kesulitan ketika
menjalani proses self-forgiveness. Namun ia mengakui, seiring dengan
berjalannya waktu, ia mampu mengatasi kesulitan yang ia rasakan dan
mengetahui bagaimana cara untuk dapat menjalani proses ini dengan baik.
Nah, kalo menurut mas, bagaimana sih peran pemaafan diri untuk
pemulihan mantan pecandu narkoba?
“Oh, ya! Sebelum bisa maafin diri sendiri kan ra bakal iso
maafin orang lain he eh mbak. E angel e mbak jelasinnya, mungkin
memaafkan diri buat pecandu narkoba ya penting, penting.
Pentingnya seperti hehe yaa kalo pengen sembuh. Makanya kayak
yang tadi kubilang mbak ya sulit ya mbak, berat.” (Bb (35), 535-
544)
Terkait proses self-forgiveness yang telah dijalani dengan Bb (35),
ia mengungkapkan bahwa di dalamnya terdapat banyak hal turut
menguatkan. Ia memaknai bahwa penguatan yang terutama adalah
penerimaan diri. Bahkan Bb (35) mengatakan bahwa tanpa melakukan
penerimaan diri, self-forgiveness tidak dapat dilakukan begitu saja.
Maksudnya kan di tahapan rehab pasti ada ya mas pelatihan
forgiveness itu, nah bagaimana tanggapan mas tentang peran tahap itu untuk
pemulihan mantan pecandu?
“Hehe ya itu mbak, bener. Kayak saya ini ya Babe sering
ngingetin. Kayak saya kadang masih sering nyalahin siapa, nyalain
diri sendiri sampe saya bisa kayak gini itu ya kuncinya harus
menerima masa lalu, dealing itu tadi mbak. Maafin semua yang udah
saya lakuin, risiko semua yang saya terima pas pas makek itu to
putau..” (Bb (35), 546-551)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lebih lanjut, Bb (35) mengungkapkan bahwa menurutnya tidak
hanya penerimaan terhadap diri secara internal saja yang membantu proses
self-forgiveness. Akan tetapi, penerimaan terhadap masa lalu dirinya secara
eksternal juga memiliki peranan yang penting. Bb (35) menyadari bahwa
penerimaan diri adalah kunci untuk dapat memaafkan orang lain. Di
satu sisi, dengan melakukan penerimaan diri, ia pun akan dapat memaafkan
dirinya. Oleh sebab itu, Bb (35) mengakui bahwa tanpa terlebih dahulu
memaafkan dirinya ia tidak akan dapat memaafkan orang lain.
Melakukan penerimaan terhadap masa lalu pun bukanlah perkara
mudah. Bb (35) mengatakan juga bahwa ia perlu berdamai dengan masa
lalu sebelum dapat memaafkan diri. Berdamai dengan masa lalu bukan
berarti melupakan masa lalunya, tetapi menerima hal yang telah ia lakukan
di masa lalu. Meski berat untuk dijalani, Bb (35) harus bisa menerima dan
memaafkan situasi/pengalaman yang menyakitkan. Dengan demikian,
penerimaan diri dapat ia rasakan sebagai kunci untuk dapat memaafkan
dirinya.
Lalu seperti apa sih tantangan, hambatan, atau kendala yang dulu
dirasakan mas selama memaafkan diri supaya bisa pulih dari kecanduan
narkoba?
“Apa ya... Ya maafin diri kan emang nggak mudah, mbak.
Kita ya harus berdamai dengan masa lalu dulu to. Dimaafin dulu
semua orang yang pernah nyakitin kita, apalagi kayak kita yang
nyakitin diri sendiri pake narkoba ya harus dimaafin.. Ya kayak aku
maksudnya kayak aku yang punya status kayak gitu tadi, em berat
untuk memaafkan diri tadinya. Lama lho maksudnya. Marah sama
keadaan.” (Bb (35), 473-483)
Bb (35) menceritakan bahwa dalam proses pemaafan diri tentu saja
tidak terlepas dari halangan atau hambatan, salah satunya karena rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
bersalah. Rasa bersalah dirasa menjadi hambatan dalam proses memaafkan
diri karena menghalanginya untuk menerima diri. Oleh sebab itu, dealing
terhadap berbagai rasa bersalah menjadi hal yang wajib dilalui oleh Bb
(35) sebagai seorang mantan pecandu narkoba yang menjalani proses
pemulihan dari adiksi.
Menurut Bb (35), dealing terhadap rasa bersalah yang begitu banyak
tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Bahkan tidak dipungkiri
olehnya setelah dapat dealing terhadap rasa bersalah hingga menerima diri,
rasa bersalah terkadang masih dapat timbul dalam ingatannya. Untuk
mengatasi hal tersebut, Bb (35) mengatakan bahwa disitulah terjadinya
dinamika dalam proses self-forgiveness. Dengan memaafkan diri, ia dapat
lebih mudah dealing kembali terhadap segala rasa bersalahnya yang
kembali ia rasakan. Maka, Bb (35) merasa bahwa self-forgiveness menjadi
penyelesaian atas segala rasa bersalah yang ia rasakan kembali.
Nah, setelah sudah bisa dealing sama masa lalu dan memaafkan diri
nih mas.. Gimana sih perasaannya Mas Bb sekarang?
“Lebih lega sih yang jelas mbak, ya karena udah dealing
sama masa lalu itu, sama orang-orang yang dulu pernah nyakitin
kita, sama perasaan menyesal sama diri diri kita sendiri. Udah tak
anggep selesai lah masalahnya, kudu iso pasrah lan nompo mbak.
Walau orang lain mau bilang apa, kayak apa itu namanya negatif-
negatif ke saya, udah aku biarin itu hak mereka.” (Bb (35), 511-519)
Di samping ketiga hal yang telah disampaikan Bb (35) dalam
perjalanan pemaafan dirinya sebagai mantan pecandu narkoba, bagaimana
pun ia tetap memaknai manfaat yang ia rasakan dalam proses ini. Menyadari
bahwa pemaafan diri merupakan proses yang penting dalam pemulihan
pecandu narkoba, Bb (35) harus menguasai tahapan ini dengan mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
jika ia ingin lepas dari adiksi narkoba. selain itu, Bb (35) juga mengerti
bahwa pemaafan diri harus dilakukan terlebih dahulu agar ia dapat
memaafkan orang lain. Tanpa memaafkan diri, tentu ia akan terus
memendam rasa dendam terhadap orang lain yang berbuat kesalahan
terhadapnya.
Bb (35) juga mengungkapkan bahwa dengan memaafkan dirinya,
keinginan untuk kembali mencandu narkoba menjadi sirna. Ia menekankan
bahwa justru saat ini ia menjadi lebih berorientasi untuk senantiasa
memperbaiki diri demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Tidak hanya itu, Bb (35) juga mengungkapkan kelegaan yang
dirasakan olehnya setelah memaafkan diri.
Selama menjalani proses pemaafan diri tersebut, Bb (35) pun
mengalami berbagai emosi dan agresifitas yang dirasakan selama proses
pemaafan diri. Ia tidak dapat memungkiri bahwa melakukan pemaafan diri
membuatnya mau tak mau menerima segala luapan perasaan maupun emosi
yang terbangkitkan karena mengungkit pengalamannya di masa lalu. Meski
sempat membuatnya frustasi, hal ini justru membuat suatu dinamika dalam
proses self-forgiveness yang ia jalani. Tentunya, pengalaman ini juga turut
menguatkan diri Bb (35) untuk dapat berproses dalam pemulihannya dari
adiksi narkoba. Penguatan yang digunakan Bb (35) dalam menghadapi
luapan emosi serta agresi ketika melakukan pemaafan diri yaitu adalah
religiusitas. Dengan menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan diiringi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
doa yang selalu ia panjatkan setiap hari, Bb (35) mengaku dapat melakukan
pemaafan diri dengan lebih mudah.
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang telah disusun,
berikut ringkasan dari cluster of meaning yang telah peneliti susun
ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3. Ringkasan Cluster of Meaning
No. Cluster of
Meaning
Informan 1
(Tn/20)
Informan 2
(Nn/20)
Informan 3
(Bb/35)
1. Proses
formasi self-
forgiveness:
rasa bersalah
terhadap diri
Rasa bersalah
terbesar: diri &
keluarga.
Pengalaman
dipenjara (slip)
Rasa bersalah
terbesar:
keluarga, diri,
& Tuhan.
Kehidupan
anak jalanan,
seks bebas &
perilaku
alkoholik (slip
& relapse)
Rasa bersalah
terbesar:
keluarga &
diri.
Rehabilitasi
berulang
karena sakau
(slip maupun
relapse)
2. Faktor yang
memengaruhi
self-
forgiveness:
faktor
pendukung
dan
penghambat
+ Dukungan
keluarga &
penguatan dari
komunitas
gereja
- Blocking
terhadap
keluarga,
lingkungan
pertemanan
negatif
+ Penerimaan
keluarga &
berbagi cerita
dengan orang
lain
- Blocking
terhadap orang
lain,
ketidaksiapan
akan tanggung
jawab di
keluarga
+ Dukungan
keluarga &
S.O.,
pemulihan
sebagai
pencapaian
diri
- Keadaan
sakau, Denial
dan blocking
terhadap
kondisi diri
3. Pikiran &
perasaan
yang muncul
selama self-
forgiveness:
hidup yang
masih terus
berlangsung
Religiusitas dan
impian masa
depan
(kecemasan
sebagai mantan
pecandu)
Tanggung
jawab pada
keluarga
(ketakutan tidak
dapat
membesarkan
anak dengan
baik)
Sikap sebagai
penyintas HIV
sebagai risiko
junkie.
Insecurities
juga
optimisme
dalam hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
4. Makna self-
forgiveness
bagi mantan
pecandu
narkoba:
berhenti
menyalahkan
diri dan mulai
menjalani
hidup dengan
baik
SF kunci
kepulihan
pecandu
narkoba,
berdamai
dengan rasa
bersalah
SF
meningkatkan
motivasi untuk
pulih dari
adiksi narkoba
& hidup
dengan baik
(tenang &
nyaman)
SF =
penguatan niat
& komitmen
pulih dari
adiksi,
meredakan
emosi & agresi
sebagai ex-
junkie.
D. Pembahasan
Berdasarkan pemaparan hasil analisis data yang sudah dilakukan
sebelumnya, didapatkan beberapa tema besar yang memiliki kesamaan serta
memiliki keterkaitan pada data masing-masing dari ketiga informan. Seperti yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa data hasil penelitian ketiga informan terbagi
menjadi empat kelompok besar yaitu proses formasi self-forgiveness, faktor yang
memengaruhi self-forgiveness, pikiran dan perasaan yang muncul selama self-
forgiveness, dan makna self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba. Keempat
tema besar tersebut merupakan gambaran jawaban dari pertanyaan penelitian yang
sudah diajukan peneliti, yaitu mengenai dinamika self-forgiveness pada mantan
pecandu narkoba. Keempat kelompok besar ini mewakili dan berkaitan dengan
empat fase forgiveness Enright (2008) yaitu uncovering, desicion, work, lalu
deepening yang telah disinggung sebelumnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketiga informan tersebut
memiliki kesamaan pada masing-masing kluster tersebut dan juga memiliki kluster-
kluster yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Melalui kluster
proses formasi self-forgiveness, dapat terlihat bahwa ketiga informan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
pandangan yang sama mengenai guilty feeling sebagai mantan pecandu narkoba.
Proses formasi self-forgiveness ini sendiri menjadi hal pertama yang dialami oleh
setiap informan sebagai implementasi dari fase uncovering karena mereka
menceritakan bagaimana mereka menyadari berbagai perasaan baik itu penyesalan
maupun kesedihan sebagai pecandu narkoba. Rasa bersalah yang paling kuat
mereka rasakan yaitu baik terhadap diri sendiri maupun keluarga dan significant
others atau orang-orang terdekat yang berada di sekitar mereka.
Perasaan bersalah terhadap keluarga tersebut timbul karena mereka merasa
bahwa menjadi narkoba merupakan perilaku yang mengecewakan sehingga
menjadi aib bagi keluarga. Seperti yang dikatakan oleh Wothington, perasaan
menyalahkan dan pengutukan terhadap diri sebenarnya terjadi bukan karena
kesalahan moral yang dilakukan, namun karena kegagalan mencapai standard
pribadi (Worhington, 2013, dalam Handbook of Self-forgiveness, 2017). Perasaan
tersebut tidak terjadi karena para informan melakukan hal yang melanggar moral
sebagai mantan pecandu narkoba, namun karena mereka merasa telah gagal
melakukan apa yang sebenarnya mereka ingin lakukan dalam kehidupan mereka.
Selain itu, rasa bersalah yang paling mencolok timbul adalah rasa bersalah
informan terhadap masyarakat. Menyadari bahwa selepas menjalani rehabilitasi
pecandu narkoba, mereka harus mempersiapkan diri untuk dapat kembali berbaur
dengan masyarakat dalam lingkungan sosial. Akan tetapi, label sebagai mantan
pecandu narkoba disadari selalu menjadi momok negatif bagi para informan. Mau
tak mau mereka tetap akan kembali pada lingkungan tempat tinggal mereka
sebelumnya, namun tetap harus menerima pandangan-pandangan negatif seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
itu. Hal ini menimbulkan perasaan takut jika mereka tidak diterima kembali di
masyarakat karena anggapan-anggapan bahwa pecandu narkoba adalah seseorang
yang memiliki dampak negatif atau bahkan bisa dibilang sebagai sampah
masyarakat.
Realisasi suatu bentuk perbuatan salah serta penerimaan tanggung jawab
yang umumnya memicu rasa bersalah dan penyesalan tersebut harus dialami
sepenuhnya sebelum seseorang dapat memaafkan diri (Hall & Fincham, 2005).
Oleh sebab itu dari berbagai guilty feeling yang dirasakan, formasi self-forgiveness
yang dialami oleh masing-masing informan juga berawal dari adanya niat dan
komitmen untuk pulih dari adiksi narkoba. Tahapan ini menurut Enright (2008)
merupakan bagian dari fase desicion dalam proses forgiveness sebagai titik balik
dari pengambilan keputusan untuk memaafkan. Memiliki berbagai latar belakang
hidup serta riwayat sebagai pengguna narkoba tentunya membuat informan
memiliki motif yang berbeda-beda dalam membangun niat serta komitmen dalam
kepulihannya. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian, mereka mengungkapkan
beberapa persamaan dalam hal tersebut yaitu bagaimana gambaran tekat kepulihan
dari adiksi narkoba, proses kejatuhan kembali, dan sikap terhadap teman sesama
pecandu.
Ketiga hal tersebut sebenarnya sangat berkaitan karena merupakan suatu hal
yang berjalan secara berkesinambungan. Ketiga informan sama-sama telah
menjalani rehabilitasi narkoba. Namun, masing-masing menceritakan bahwa
mereka tidak jarang mengalami momen-momen kejatuhan kembali seperti slip state
atau bahkan relapse walau telah mencoba untuk berhenti dalam menyalahgunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
narkoba. Setiap mengalami kejatuhan kembali, informan harus mengulang kembali
proses pemaafan diri agar dapat memulihkan diri dari adiksi. Inilah yang menjadi
sisi gelap dari self-forgiveness, yaitu dapat menimbulkan suatu asosiasi yang seakan
mentoleransi suatu perbuatan terutama hal-hal yang bersifat membahayakan
sehingga individu merasa tidak masalah jika mengulanginya kembali (Wohl, 2011).
Hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang melepaskan narkoba tidak semudah
itu terutama bagi salah satu informan yang menggunakan narkoba jenis putau.
Dengan kata lain, pemilihan jenis narkoba sangat memengaruhi
keberdayaan mantan pecandu narkoba untuk dapat memulihkan diri dari adiksi
narkoba. Dari sinilah muncul keyakinan betapa pentingnya keberadaan tekat yaitu
niat serta komitmen informan untuk dapat membawa dirinya pulih dari adiksi
narkoba. Tekat tersebut tentu saja termanifestasikan dalam sikap serta perilaku
sehari-hari para informan. Memiliki lingkungan pergaulan dengan sesama pecandu
narkoba yang tentu tidak mudah untuk ditinggalkan begitu saja membuat mereka
harus teguh hati memberikan penolakan setiap kali diberi tawaran untuk kembali
mengonsumsi narkoba.
Setelah mengawali proses formasi self-forgiveness dengan memahami apa
saja rasa bersalah serta bagaimana membangun niat serta komitmen untuk dapat
pulih dari adiksi narkoba, informan mengatakan bahwa mereka mulai dapat
memaafkan diri mereka perlahan-lahan. Proses ini dijelaskan oleh Enright (2008)
sebagai fase work yaitu bagaimana pemaafan tersebut bekerja dalam diri seseorang;
apa saja yang dirasakan dalam dirinya. Seperti yang dikatakan oleh Wenzel et al.,
(2012), self-forgiveness merupakan proses memutuskan hubungan negatif antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
pengambilan keputusan dengan penghargaan diri yang positif. Namun pada
praktiknya, pemaafan diri ini pun tidak dapat mereka lakukan seorang diri saja atau
secara individualis. Di samping itu, walaupun proses tersebut sangat berorientasi
pada bagaimana informan memaafkan apa saja yang telah mereka lakukan selama
menjadi mantan pecandu secara internal, keterlibatan faktor eksternal juga turut
memengaruhinya. Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh ketiga informan
bahwa self-forgiveness ini adalah suatu proses yang panjang serta tidak mudah
dijalani, dari hasil wawancara mereka kemudian memunculkan dua kategori faktor
yang mendukung dan menghambat proses tersebut.
Davis et al., (2015), mengungkapkan bahwa self-forgiveness terwujud
dalam suatu pemeliharaan emosi-emosi positif seperti pikiran, motivasi, dan juga
perilaku yang diarahkan pada diri. Hal ini memungkinkan terjadinya strategi coping
yang berfokus pada emosi untuk mengurangi hal-hal negatif yang dirasakan oleh
seseorang. Ketiga informan mengungkapkan bahwa hal yang mendorong mereka
dalam memaafkan diri terutama adalah dukungan dan penerimaan keluarga maupun
significant others. Memiliki rekam jejak kehidupan yang kelam sebagai pecandu
narkoba membuat informan merasa memiliki kehidupan yang tidak baik. Walau
bagaimanapun, keluarga dan orang-orang terdekat mereka ternyasa masih
menerima mereka kembali selepas dari masa rehabilitasi. Tidak cukup sampai
disitu, mereka pun mendapatkan dorongan untuk dapat memperbaiki kehidupannya
dengan berhenti menjadi pecandu. Oleh sebab itu, dukungan sosial yang didapatkan
baik dari keluarga atau significant others informan menjadi penguatan utama bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
mereka untuk memaafkan diri dalam rangka menuju kepulihannya dari adiksi
narkoba.
Selain itu, aktivitas untuk berbagi cerita dengan orang lain juga dianggap
sebagai dukungan yang besar bagi mereka yaitu “sharing is the big power for ex-
junkie”. Berbagi adalah suatu kekuatan yang besar bagi mantan pecandu narkoba
menjadi hal yang selalu dipegang oleh masing-masing informan karena secara
langsung dapat memberikan efek positif bagi mereka. Memiliki kisah hidup dengan
segala problematika sebagai mantan pecandu narkoba membuat mereka sangat
memaknai setiap kali bercerita pada orang lain. Walaupun respon yang mereka
terima dari bercerita tersebut cukup bervariasi, ada yang menerima lalu
menyemangati, namun juga tak sedikit yang mencela atau menghakimi mereka
tidak habis pikir. Bagi mereka, dapat bercerita dan didengarkan oleh orang lain tutut
memberikan mereka penguatan untuk dapat memaafkan diri mereka sebagai
mantan pecandu narkoba.
Enright et al., (1996), mengatakan bahwa self-forgiveness memerlukan
pelepasan emosi-emosi negatif yang diarahkan terhadap diri. Sedangkan hal yang
dianggap menghambat proses pemaafan diri sebenarnya cukup bervariasi pada
ketiga informan mengingat uniknya latar belakang mereka masing-masing. Akan
tetapi, terdapat satu hal yang sama-sama dirasakan oleh para informan yaitu tentang
kecenderungan mereka untuk menutup diri terhadap orang lain. Meski berbagi
cerita dengan orang lain menjadi hal yang menyenangkan bagi para informan,
terkadang dalam diri mereka timbul suatu perasaan tidak aman (insecurities) untuk
menceritakan pengalaman mereka pada sembarang orang. Oleh sebab itu, bercerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
tentang kisah hidup mereka sebagai mantan pecandu narkoba hanya dapat mereka
lakukan pada orang-orang yang mereka percayai. Orang-orang tersebut tidak
melulu adalah orang terdekat, bahkan mereka tidak memungkiri bahwa tidak dapat
menceritakan segala hal pada keluarganya sebagai orang yang paling dekat.
Informan mengatakan bahwa bila menceritakan segala sesuatu hal pada orang
terdekat justru dapat membuat kekhawatiran akan timbulnya kesenjangan atau
stigma tertentu terhadap diri mereka.
Pemaafan diri yang berlangsung dengan penuh dinamika juga membuat para
informan menyadari berbagai pikiran dan perasaan yang timbul dalam diri mereka.
Pikiran atau perasaan tersebut turut serta mengiringi proses pemaafan diri yang
mereka lakukan sehingga menjadi bagian yang penting dalam pemulihan dari dari
adiksi narkoba. Hal yang pertama adalah tentang self-awareness atau kesadaran
diri. Menjadi mantan pecandu narkoba yang telah menjalani rehabilitasi (masa
after-care) membuat para informan menyadari betul bagaimana kondisi diri
maupun mental mereka.
Terlepas dari berapa lama menyalahgunakan narkoba, mereka masing-
masing merasakan risiko negatif yang timbul pada kesehatan diri maupun
mentalnya. Pada wawancara informan pun mengatakan bahwa hal tersebut menjadi
sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Namun bagaimanapun, risiko tersebut
mau tak mau harus mereka terima sebagai salah satu tahapan dalam proses clean
and sober sehingga beberapa waktu setelahnya mereka dapat merasakan kondisi
tubuh yang lebih baik. Tidak hanya perubahan fisik yang menjadi lebih baik,
informan juga mengatakan bahwa secara psikis, dengan lepas dari narkoba mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
menjadi merasa lebih tenang dan damai dalam batin. Hal ini kemudian menjadikan
informan sangat memaknai kehidupannya yang lebih baik pasca lepas dari adiksi
narkoba.
Kesadaran diri tadi diutarakan oleh informan tidak akan timbul tanpa
adanya suatu penerimaan diri (self-acceptance). Mereka mengatakan bahwa tanpa
adanya penerimaan diri, mereka bahkan tidak dapat menyadari bahwa dirinya telah
terjerumus dalam lingkaran penyalahguna narkoba. Mereka tidak dapat mengetahui
bahwa apa yang telah mereka lakukan tersebut dapat membawa dampak negatif
tidak hanya terhadap dirinya, namun juga pada orang-orang disekitarnya terutama
keluarga. Penerimaan diri sebagai pecandu narkoba juga tidak berhenti sebatas itu.
Setelah manyadari diri sebagai orang yang telah teradiksi narkoba, mereka pun
harus berlapang dada menerima kondisi diri mereka sebagai efek dari mencandu
narkoba. Hal tersebut sebagaimana sesuai dengan pernyataan Hall & Fincham,
(2005, adaptasi dari Mc Cullough, 1997) yaitu bahwa self-forgiveness merupakan
suatu tindakan pelepasan emosi negatif dan memelihara emosi positif, sehingga
dapat meningkatkan motivasi kebajikan terhadap diri seseorang.
Hal penting yang tidak terlepas dari perjalanan memaafkan diri oleh para
informan adalah tentang campur tangan Tuhan dalam hidup mereka.
Ketidakberdayaan diri yang dirasakan oleh mereka terutama ketika mengalami
kejatuhan kembali atau kondisi stagnan dalam penggunaan narkoba memicu
timbulnya hal ini. Pada saat itu informan merasakan berada dalam titik terendah
dalam hidup dan merasa tidak berdaya untuk berbuat apapun. Terkait dengan
perasaan bersalah terhadap Tuhan, informan mengatakan bahwa menjadi pecandu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
narkoba mereka anggap sebagai suatu dosa. Para informan juga mengakui jika
religiusitas tidak muncul semata-mata apabila tidak diiringi oleh kesadaran secara
pribadi. Maka, informan yang telah menyadari hal tersebut baru merasa terpanggil
untuk bertaubat yaitu melalui kedasaran untuk berdoa pada Tuhan.
Religiusitas memang dapat diamati sebagai konstruk relasi, namun pada
individu yang religius, ia cenderung percaya bahwa dengan pengampunan Tuhan
dapat meredakan rasa bersalah, penyesalan, dan malu (Davis et al., 2013). Namun,
teryata hal ini sebenarnya mengurangi validitas pengalaman memaafkan diri (Davis
et al., 2013). Akan tetapi, dapat dilihat dalam sisi lain bahwa ketiga informan
kemudian merasakan bahwa religiusitas dapat turut membantu mantan pecandu
narkoba sebagai sumber kekuatan diri terutama dalam perjalanannya memulihkan
dari adiksi narkoba. Religiusitas menjadi hal yang menentukan komitmen jangka
panjang mantan pecandu narkoba untuk lepas dari adiksi.
Ketiga informan pun turut mengutarakan berbagai ketakutan dan kecemasan
yang mereka rasakan baik ketika menjadi pecandu atau setelah memutuskan untuk
berhenti mencandu narkoba. Kebanyakan dari mereka mengkhawatirkan tentang
bagaimana kehidupan masa depan mereka jika mereka tetap hidup menjadi pecandu
narkoba. Tidak hanya kecemasan pribadi, mereka juga memikirkan bagaimana
nasib keluarga mereka yang memiliki anggota keluarga seperti itu.
Ingersoll-Dayton & Krause (2005) berpendapat bahwa self-forgiveness
mungkin memiliki relevansi khusus untuk orang dewasa yang lebih tua, karena
pada usia lanjut orang dewasa cenderung memikirkan kembali penyesalan,
kegagalan, dan kehilangan kesempatan dalam hidup. Hal ini tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
hasil dari penelitian ini karena ketiga informan yang memiliki variasi usia yaitu
dewasa awal dengan dewasa madya tidak menunjukkan perbedaan kedalaman
pemaknaan self-forgiveness secara signifikan. Di satu sisi, Macaskill et al., (2002)
mengatakan bahwa terdapat bukti sugestif bahwa wanita dan pria sama-sama
terlibat dalam pemaafan diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa ketiga informan sama-sama dapat menceritakan dinamika
self-forgiveness yang mereka alami dengan baik dan mendalam.
Self-forgiveness yang menjadi salah satu bagian dari perjalanan panjang
informan ternyata juga dianggap sebagai bagian penting bagi perjuangan informan
melepaskan dari adiksi narkoba. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa self-
forgiveness memiliki peranan penting dalam proses pemulihan dari adiksi narkoba
(Guetta, 2013). Self-forgiveness merupakan suatu proses yang terjadi seiring waktu
(Woodyatt et al., 2017), para informan tidak menjalaninya dalam kurun waktu yang
singkat. Pemaafan diri yang ketiga informan lakukan juga tidaklah selalu berjalan
mulus, penuh dengan lika-liku sekaligus dinamika yang membuat mereka harus
jatuh bangun menjalaninya.
Fokus emosi terhadap suatu pengalaman yang menimbulkan rasa malu,
perasaan bersalah, maupun penyesalan merupakan faktor kritis/genting dalam
proses self-forgiveness (Terzino, 2010). Oleh sebab itu, sikap berdamai/dealing
terhadap berbagai perasaan bersalah yang informan rasakan terutama sebagai
mantan pecandu narkoba menjadi hal yang harus dilalui untuk dapat memaafkan
diri. Tidak hanya itu, diawali dengan penguatan utama yaitu niat dan komitmen
yang terus tertempa agar dapat berhenti mencandu, informan perlahan-lahan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
melepaskan diri dari adiksinya. Kondisi slip yang terkadang masih dialami oleh
mereka juga tidak mematahkan semangat untuk terus mencoba dan terus mencoba
berhenti mencandu.
Penguatan lain yang secara signifikan menentukan pemaafan diri yang
dilakukan informan adalah dengan adanya impian dan harapan mereka akan masa
depan. Sebagaimana Woodyatt et al., (2017) mengatakan bahwa self-forgiveness
sebagai suatu proses pertumbuhan, perkembangan, serta perubahan pribadi
seseorang sehingga dapat membuatnya menjadi suatu perbaikan fokus tanggung
jawab seseorang dalam hidupnya. Oleh sebab itu, memiliki keinginan untuk
bermimpi membuat ketiga informan membantu dapat melepaskan diri dari
kungkungan perasaan bersalah selama menjadi pecandu narkoba. Hal tersebut
menjadikan mereka lebih fokus untuk memperbaiki diri ketimbang menyalahkan
dirinya terus-menerus.
Di samping itu, walaupun perjalanan yang mereka lakukan ini diakui
informan sebagai sesuatu hal yang sangat sulit dan berat, namun pada akhirnya
mereka dapat memaknainya dengan baik. Hal ini menurut Enright (2018)
merupakan bagian dari fase deepening dalam forgiveness yaitu ketika seseorang
telah berhasil memaafkan dan mendapatkan makna dari pemaafan itu sendiri
terhadap hidupnya. Memaafkan diri dianggap informan dianggap sebagai hal yang
baik bagi kesehatan mental para informan terutama sebagai mantan pecandu
narkoba karena secara simultan dan berkepanjangan membuat mereka selalu
diliputi perasaan nyaman dan tenang. Dengan kata lain, informan memaknai bahwa
pemaafan diri merupakan suatu strategi coping bagi kepulihan mantan pecandu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
narkoba. Selain sebagai suatu cara menguji tingkat kepulihan mereka dari adiksi
narkoba, self-forgiveness yang telah dilakukan oleh informan ditandai dengan
berhentinya mereka menyalahkan diri atas apa yang telah terjadi di hidupnya
terutama sebagai mantan pecandu narkoba.
Di bawah ini merupakan skema dari hasil dan pembahasan penelitian yang
telah dilakukan peneliti sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mantan Pecandu
Narkoba
Kejatuhan kembali
Self-forgiveness
Faktor Penghambat
- Rasa Bersalah
- Blocking
- Ketakutan &
kecemasan
- Pertemanan negatif
Faktor Pendorong
- Dukungan sosial
- Penerimaan dari
orang lain
Faktor-faktor
Self-forgiveness
Proses Formasi
Self-forgiveness
Pikiran & Perasaan
selama Self-
forgiveness
Makna Self-
forgiveness
- Kesadaran diri
- Penerimaan diri
- Religiusitas
- Impian & harapan
- Survival Issues
Niat & komitmen
pulih Self-forgiveness
sebagai penguatan
pada komitmen &
proses pemulihan
Skema 1. Dinamika Self-forgiveness pada Mantan Pecandu Narkoba
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seperti kupu-kupu yang harus berusaha melepaskan diri dari cangkang
kepompong sebagai suatu latihan mandiri bagi sayapnya agar dapat terbang bebas
dan lincah, demikian pula perjalanan mantan pecandu narkoba dalam proses mereka
untuk memaafkan diri. Self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba ibarat sebuah
metamorfosis yang berjalan sepanjang waktu—tidak sebentar, pun tidak mudah.
Namun jika dijalani dengan tuntas akan menjadikan mereka menjadi pribadi yang
tentu lebih siap menghadapi dan menjalani kehidupan di dunia dengan lebih baik
lagi. Terbang menggapai cita dan harapan hidup dengan lebih gemilang.
Self-forgiveness hadir sebagai salah satu bagian dari dalam perjalanan
panjang proses pemulihan pecandu narkoba dari adiksi. Memiliki pengertian
sebagai suatu sikap untuk mereduksi berbagai emosi negatif yang diarahkan
terhadap diri dengan meningkatkan serta memelihara emosi, pikiran, serta perilaku
positif, membuat self-forgiveness menjadi tahapan penting yang harus dilalui oleh
setiap mantan pecandu narkoba. Self-forgiveness sangat berperan untuk membantu
seseorang berdamai dengan dirinya sendiri dan melepaskan belenggu rasa bersalah
terutama sebagai mantan pecandu narkoba.
Diketahui bahwa tanpa dealing atau berdamai dengan perasaan tersebut,
pecandu narkoba tidak akan dapat pulih dari adiksinya. Oleh sebab itu, self-
forgiveness selalu dikatakan menjadi kunci utama bagi kepulihan pecandu dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
adiksi narkoba. Namun dalam perjalanan panjang tadi, mantan pecandu narkoba
harus menjalani dinamika yang penuh dengan pasang surut pemaafan diri.
Diantaranya adalah keadaan ketidakberdayaan diri akibat adiksi yang kerap kali
membuat mantan pecandu narkoba mau tak mau mengalami kejatuhan kembali atau
relapse. Akan tetapi, poin penting dalam hal ini adalah bahwa ternyata kejatuhan
kembali tadi merupakan bagian dari proses pemulihan itu sendiri.
Self-forgiveness yang dijalani oleh setiap mantan pecandu narkoba dalam
proses pemulihan diri dari adiksi narkoba memang berorientasi secara intrapersonal
seperti adanya kesadaran diri serta penerimaan diri sebagai pecandu narkoba. Di
samping itu, adanya religiusitas turut serta menguatkan niat serta komitmen mantan
pecandu narkoba untuk dapat melepaskan diri dari adiksi narkoba. Akan tetapi,
proses yang melibatkan faktor-faktor interpersonal seperti dukungan
keluarga/significant others pun sangat mempengaruhi dinamika pemaafan diri.
Sebagai contoh, penerimaan yang didapatkan para mantan pecandu narkoba dari
orang-orang disekitarnya membuatnya dapat kembali menjalani aktivitas sehari-
hari dengan baik serta bersosialisasi dengan lebih percaya diri.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan
dalam pelaksanaannya. Diantaranya adalah pemilihan subjek yang terbatas serta
memiliki jarak usia yang cukup jauh. Perbedaan usia memang menghasilkan
penemuan yang unik karena jawaban yang variatif. Akan tetapi, dari situ peneliti
menyadari bahwa pemaknaan self-forgiveness yang berbeda-beda menjadi tidak
dapat tergambarkan sepenuhnya dengan baik. Pengetahuan peneliti yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
begitu mendalam tentang dunia narkotika dan zat adiktif lainnya juga membuat
pertanyaan yang disampaikan kurang dapat menggali informasi tentang dinamika
self-forgiveness yang terjadi pada mantan pecandu narkoba secara mendalam dan
menyeluruh.
C. Saran
1. Bagi mantan pecandu narkoba dalam tahapan after care yang masih
berjuang untuk menyembuhkan adiksinya dari narkoba
Proses pemulihan dari adiksi narkoba terjadi seumur hidup pada mantan
pecandu narkoba. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari relapse yang sangat
mungkin berlangsung berulang kali. Relapse yang terjadi karena
ketidakberdayaan diri atas ketergantungan pada obat pilihan harus disadari
oleh mantan pecandu narkoba merupakan salah satu bagian dari proses
pemulihan. Hal ini karena kejatuhan kembali selalu menjadi bagian mutlak
dalam proses pemulihan adiksi. Oleh sebab itu, mantan pecandu narkoba tidak
boleh menyerah dan harus terus berjuang untuk dapat pulih sepenuhnya dari
adiksi.
2. Bagi keluarga yang memiliki kerabat mantan pecandu narkoba dalam
tahap after care dan masih berjuang untuk memulihkan diri dari adiksi
terhadap narkoba
Masih banyak mantan pecandu narkoba yang hingga kini masih
bergelut dengan jatuh bangunnya dari kecanduan sehingga mau tak mau
mengalami relapse atau rehabilitasi berulang kali. Perasaan tertekan yang
membuat frustasi ini tidak hanya dirasakan mereka sendiri, namun juga bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
keluarganya. Masih banyak keluarga yang memberikan label aib bagi anggota
keluarga yang menjadi pecandu narkoba dengan ‘membuang’ mereka dengan
dalih memberikan hukuman di penjara maupun lembaga pemasyarakatan. Hal
tersebut jelas tidak menyelesaikan masalah karena dewasa ini tempat-tempat
tersebut masih banyak yang belum memiliki fasilitas rehabilitasi yang
memadai. Pada masa sulit seperti ini, hal yang terpenting sebenarnya adalah
keberadaan dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga maupun significant
others para mantan pecandu narkoba itu sendiri. Dukungan sosial tersebut
diharapkan akan mampu memberikan penguatan agar mereka bisa mengelola
diri dari kecanduannya serta dapat pulih dengan kesadaran yang baik.
3. Bagi konselor yang menangani konseling mantan pecandu narkoba
terutama dalam tahapan after care
Hal yang sesungguhnya dibutuhkan oleh para mantan pecandu narkoba
adalah dekriminalisasi. Konselor yang menangani mantan pecandu narkoba
dalam tahap after care perlu memberikan akses pada layanan kesehatan,
termasuk rehabilitasi medis dan sosial yang memadai untuk mendukung proses
pemulihan mereka agar lebih opmimal. Banyaknya mantan pecandu narkoba
yang kembali relapse bahkan selepas rehabilitasi serta kesadaran mereka untuk
memaafkan diri yang terlambat membuat pertanyaan bagi proses perawatan
pecandu narkoba. Self-forgiveness yang dikaitkan dengan terapi kelompok dan
nilai-nilai religius terbukti lebih mudah membuat mantan pecandu narkoba
meningkatkan serta mempertahankan niat dan komitmen dalam melepaskan
diri dari adiksi narkoba. Oleh sebab itu, konselor narkoba perlu memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
lagi tentang pentingnya pemberian dan penekanan metode forgiveness dalam
proses pemulihan mantan pecandu narkoba.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia informan tidak membatasi
kedalaman mereka memaknai self-forgiveness. Peneliti menyadari hal tersebut
terjadi karena penelitian ini hanya menggunakan komparasi informan dalam
rentang usia dewasa awal hingga dewasa madya. Oleh sebab itu penelitian ini
belum dapat sepenuhnya membuktikan apakah benar bahwa pemaknaan self-
forgiveness akan lebih mendalam apabila berasal dari informan dewasa.
Meskipun demikian, pemaknaan tentang self-forgiveness tersebut terbukti
bahwa tidak dibatasi oleh perbedaan gender. Maka, penelitian selanjutnya akan
lebih baik jika mencari informan yang memiliki rentang usia dengan gender
yang saling melengkapi.
Topik tentang narkoba juga merupakan konteks pengetahuan yang
kurang begitu mendalam dipelajari dalam ilmu psikologi. Tidak dipungkiri
bahwa terdapat berbagai istilah medis maupun sosial yang tidak akrab bagi
orang awam. Hal ini turut membuat pertanyaan wawancara tidak dapat
mengemas keingintahuan peneliti untuk dapat mengeksplorasi wawancara
dengan sangat mendalam. Oleh sebab itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat
memperbaiki pertanyaan dalam pedoman wawancara dengan lebih baik. Selain
itu, peneliti selanjutnya perlu memahami lebih dalam pengetahuan tentang
narkoba itu sendiri karena pengguna obat pilihan yang berbeda (drugs user)
turut membedakan jawaban menjadi lebih variatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. (2016). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders V (DSM-V). Washington: American Psychiatric
Publishing.
American Psychological Association (2015). APA dictionary of psychology (ed.
Ke-2). Washington, DC: Pengarang.
Badan Narkotika Nasional. (2015). Press Release Akhir Tahun 2015.
Brach, T. (2013). Self-Forgiveness and Making Amends
http://www.huffingtonpost.com/tara-brach/self-
forgiveness_b_2252962.html diakses pada 16 September 2017, pukul
18.45.
Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitaive, quantitative, and mixed
methods approaches (ed Ke-3). Los Angeles: Sage.
Creswell, J. W. (2012). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitaif, dan
mixed (ed Ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davis, D. E., Ho, M. Y., Griffin, B. J., Bell, C., Hook, J. N., Van Tongeren, D. R.,
Westbrook, C. J. (2015). Forgiving the self and physical and mental health
correlates: a meta-analytic review. Journal of Counseling Psychology,
62(2), 329-335.
Davis, D. E., Worthington, E. L., Jr., Hook, J. N., & Hill, P. C. (2013). Research on
religion/spirituality and forgiveness: A meta-analytic review. Psychology of
Religion and Spirituality, 5(4), 233-241.
De Leon, G. (2008). The Therapeutic Community – Theory, Model, and Method.
USA: Springer Publishing Company.
Enright, R. D. & Coyle C. T. (1996). Researching the process model of forgiveness.
Dalam Worhington, E. L., Jr. (Ed.), Dimensions of Forgiveness:
Psychological Research & Theological Perspectives (143-147). USA:
Templeton Foundation Press.
Enright, R. D. (1996). Counseling Within the Forgiveness Triad: On Forgiving,
Receiving Forgiveness, and Self-Forgiveness. Journal Counseling and
Values, 40, 107-127.
Eskasasnanda, I. (2004). Fenomena Kecanduan Narkotika. Jurnal Sejarah dan
Budaya, Tahun VIII, 1, 54-72.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Foxcroft, L. (2007). The Making of Addiction: The ‘Use and Abuse’ of Opium in
Nineteenth-Century Britain. The American Journal of Drug and Alcohol
Abuse, 33 (5), 737-746.
Gamlund, E. (2014). Ethical Aspects of Self-Forgiveness. Norway: University of
Bergen.
Guetta, K. (2013). Self-Forgiveness in the Recovery of Israeli Drug-Addicted
Mothers: A Qualitative Exploration. Israel: Journal of Drug Issues. Vol. 43,
2013, issues 4 p. 450-467.
Gunawan, K., Priyatama, A., dan Setyanto, A. (2016). Pengaruh Pelatihan
Pemaafan terhadap Peningkatan Self-Esteem Pecandu Narkoba di Program
Re-Entry Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido,
Bogor. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Hall, J. & Fincham, F. (2008). The Temporal Course of Self-Forgiveness. New
York: Journal of Social and Clinical Psychology. Vol. 27, No. 2, 2008, pp.
174-202.
Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2005). Self-forgiveness: The stepchild of forgiveness
research. Journal of Social and Clinical Psychology, 24(5), 621-637.
Hamidi. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press
Hansen, R. (2013). The Role Self-Forgiveness and Hope in Relation to the
Interpersonal Psychological Theory of Suicide. Thesis. The Ohio State
University.
Holter, A. C., Magnuson, C. M. & Enright, R. D. (2008). Forgiveness is a matter of
choice: Forgiveness education for young children. Dalam Lopez, S. J. (Ed.),
Positive Psycholofy: Exploring the Best in People Vol. 3, Growing in the
Face of Adversity (69-88). London: Praeger.
Hurlock, E. B. (2010). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Ingersoll-Dayton, B., & Krause, N. (2005). Self-Forgiveness: A component of
mental health in later life. Research on Aging, 27(3), 267-289.
Joanna M. Brocki & Alison J. Wearden. (2006). A Critical Evaluation of the Use
of Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) in Health Psychology.
Journal Psychology & Health. Vol 21, 2006, issue 1 p. 87-108.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Karen, R. (2011). The Forgiving Self: The Road from Resentment to Connection.
New York: Anchor Books.
Kerlinger, F. N. (2014). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM Press
Macaskill, A., Maltby, J., & Day, L. (2002). Forgiveness of self and others and
emotional empathy. Journal of Social Psychology, 142(5), 663-665.
McCullough, M. E. (1998). Research on religion-accomodative counseling: review
and meta-analysis. Journal of Counseling Psychology, 46, 92-98. 260.
McCullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. (2003). Forgiveness, for bearance,
and time: The temporal unfolding of transgression-related interpersonal
motivations. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 540-557.
McCullough, Michael E., Kenneth I. Pargament, & Carl E. Thoresen. (2000)
Forgiveness: Theory, Research, and Practice. New York: Guilford Press.
Merriam, S. B. (2009). Qualitative Research: A Guide to Design and
Implementation. San Francisco: Jossey-Bass.
Moleong, Lexy J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rodaskarya
Mujidin. (2005). Garis Besar Psikologi Transpersonal: Pandangan Tentang
Manusia dan Metode Penggalian Transpersonal serta Aplikasinya dalam
Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Indonesian Psychological Journal. Vol. 2
No.1, 54-64.
Murphy, J. & Hampton J. (1988). Forgiveness and Mercy. England: Cambridge
University Press.
Nuryani, E., et all. (2004). Metode Theraputic Community (Komunitas Terapeutik)
dalam Rehabilitasi Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pelayanan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI bekerjasama dengan
Yayasan Titihan Respati.
Orth, U., Berking, M., Walker, N., Meier, L., & Znoj, H. (2007). Forgiveness and
psychological adjustment following interpersonal transgressions: A
longitudinal analysis. Journal of Research in Personality, 42, 365-385.
Poerwandari, K. E. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: UI
Sa’adah, E., Sakti, H., dan Sakti, D. (2012). The Wife’s Forgiveness Toward
Husband’s Infidelity. Semarang: Jurnal Psikologi, 1, No. 1, 106-119.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Scherer, M. (2010). Forgiveness and the Bottle: Promoting Self-forgiveness with
Alcohol Misuse. Thesis and Dissertations. Virginia Commonwealth
University.
Schiraldi, G. & McKay, M. (2016). The Self-Esteem Workbook. Oalkand,
California: New Harbinger Publications.
Schram, T. H. (2003). Conseptualizing qualitative inquiry: Mindwork for fieldwork
in education and the social sciences. Upper Saddle River, NJ: Merrill
Prentice Hall.
Smith, J. A. (2015). Qualitative psychology: A practical guide to research methods
(ed. Ke-3). London: Sage Publication.
Smith, J. A., Flowers P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological
analysis: Theory, methods, and research. London: Sage Publication.
Suci, et all., (2015). Long and Winding Road (Jalan Panjang Pemulihan Pecandu
Narkoba). Jakarta: Kompas.
Supratiknya, A. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: USD
Sutton, P. M. (t.t.). The Enright process model of psychological forgiveness.
couragerc.org. Diunduh dari https://couragerc.org/resource/enright-
process-model-psychological-forgiveness-dr-phill-sutton/ pada 24 Juni
2008.
Terzino, Kari A. (2010). Self-Forgiveness for Interpersonal and Intrapersonal
Transgression. Dissertations. Iowa. Iowa State University.
Undang-undang No. 22/1997 dan Undang-undang No. 5/1997
Veronida, V. (2002). Hubungan Antara Self-Esteem dan Motivasi untuk Pulih pada
Pecandu Narkoba. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Wenzel, M., Woodyatt, L., & Hedrick, K. (2012). No genuine self-forgiveness
without accepting responsibility: Value reaffirmation as a key to
maintaining positive self-regard. European Journal of Social Psychology,
42, 617–627.
Williams, E. (2015). Self-Compassion and Self-Forgiveness as Mediated by
Rumination, Shame-Proneness, and Experiential Avoidance: Implications
for Mental and Physical Health. Thesis and Dissertations. Tennessee State
University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Wilson, T., Milosevic, A., Carrol, M., Hart, K., & Hibbard, S. (2008) Physical
health status in relation to self-forgiveness and the other-forgiveness in
healthy college students. Journal of Health Psychology, 13 (6), 798-803.
Wohl, M. J. & Thompson, A., (2011). A dark side to self-forgiveness: Forgiving
the self and its association with chronic unhealthy behaviour. British
Journal of Social Psychology, 50, 354-364.
Woodyatt, et al. (2017). Handbook of the Psychology of Self-Forgiveness.
Switzerland: Springer.
Woodyatt, L., Wenzel, M., & Ferber, M., (2017). Two pathways to self-forgveness:
A hedonic path via self-compassion and a eudaimonic path via the
reaffirmation of violated values. British Journal of Social Psychology, 56,
515-536.
Worthington Jr, E. L. (1998). Dimension of Forgiveness. London: Templeton
Foundation Press.
___________________. (2005). Handbook of Forgiveness. New York: Routledge
Taylor & Francis Group.
Yusuf, M. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 1. Analisis Data Informan 1 (Tn/20)
No. Verbatim Tema Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Jadi ni berarti mas Tn udah ngga ada niatan lagi untuk
make ya?
Engga
Saya tu sempet denger pengantar dari Pak Eko dan sudah
apa ya banyak mendapat mendapat penguatan dari aktif ke
gereja, iya.. Iya, emang gitu ya mas? Iya..tapi sebenernya
semenjak saya satu relapse terus saya pakek lagi tu saya jadi
jauh dari Tuhan, saya udah jarang ke gereja. Udah berapa
bulan ya? Ah setengah apa yaa ah setengah tahun nggak ke
gereja. Terus kayak berdoa, saya tetep berdoa tapi nggak ke
gereja. Trus saya ya ngerasa ya kapok saya nggak ngerasa jadi
kayak diri sendiri kalo make sabu. Hambok temen saya
nawarin saya nggak pengen kok trus pokoknya mbak saya
udah waah udahlah sabu. Soalnya saya inget, saya janji sama
Tuhan. Yaudah..
Niatan untuk berhenti
mencandu
Proses kejatuhan kembali
(relapse) dalam pemulihan
junkie
Rasa penyesalan terhadap diri
dan Tuhan membuat tekat
untuk pulih lagi
Menolak tarawan
menggunakan narkoba dari
teman
Informan tidak berniat untuk kembali
menggunakan kembali (3)
Informan sempat berhenti mencandu
dengan dibantu oleh penguatan
religiusitas tetapi ia sempat relapse
lagi (5-9)
Informan mencoba kembali untuk
berhenti karena adanya konflik batin
seperti rasa sesal pada diri dan Tuhan
(10-12, 14-15)
Informan menolak tawaran dari
temannya untuk menggunakan
narkoba kembali (12-14)
16
17
18
19
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Kalo dulu tuh mmm, awal-awal mas bisa pake tu pake
sabu tu tahun berapa sih?
Pake sabu tu tahun dua ribu berapa ya. Yang sabu tu belum
lama kok, eh pernah rehab tu rehab tahun dua ribu lima belas
trus keluar rehab tahun dua ribu lima belas pas mau lebaran.
Jadi tiga taun ya? Berarti ceritanya kok bisa kenal tuh
dikenalin temen atau gimana mas? Dulu..saya punya cs. Cs
saya tu bandar narkoba, nah dia belanja obat tu ke Solo karena
lebih murah. Dia ambil satu box. Satu box itu satu juta dua
ratus lima puluh, itu tahun dua ribu enam belas. Isinya enam
belas lembar arphazolam. Ituu..ngajak saya, “ayo, Tan melu
aku!”, “nendi?”, “biasane!”, “oke siap!” itu saya udah tau.
Saya nah, itu ambilnya di Solo. Ya itu dijebloskan sama
temen saya itu, dikenalin saya, nah tau-tau bos temen saya itu
Lama menjadi pecandu dan
masa rehabilitasi
Pergaulan menjadi pintu
pengenalan akan dunia narkoba
Informan menggunakan sabu sekitar
tahun 2015 dan kemudian menjalani
rehabilitasi pecandu narkoba (18-21)
Informan mengenal narkoba dari
temannya yang merupakan bandar
narkoba. Ia diberi tawaran untuk
mencicipi narkoba oleh temannya.
pada awalnya, informan tidak ada
keinginan untuk menggunakan sabu-
sabu. Tetapi didorong karena rasa
ingin tahu dan dipaksa mencoba oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
ngeluarin sabu. Itu pertama kali saya ngerti bentuknya sabu
terus bong, bong itu alat ya alat hisapnya. Kok ya kepo gitu
lho. Oh sabu ki koyo ngene to. Awalnya takut, nggak nggak
(batuk) nggak ada niatan pingin nyoba tu enggak, ya cuma
kepo aja. Oh sabu ki ngene to. Trus bosnya bilang “monggo
mas, njenengan..” aku ginii “mboten-mboten”, “mboten
menopo mas orasah isin-isin, njenengan tamu kula suguhi”,
“mboten mas kula mboten gadhah arta”, “gratis mawon”,
wah dipaksa terus temen saya terus “ora popo, Tan”, saya jadi
(batuk). Lha itu terus saya nyoba ya piye meneh yoweslah
saya nyoba, pelan-pelan saya sedot terus disini kok kayak
greng terus langsung ke otak. Gimana ya mbak, saya nyedot
asepnya tu nggak ditelen tapi tu kayak kayak rokok disini di
otak langsung greng kayak kenceng tapi kenceng-kenceng
enak. Kayak rileks gitu ya mas. Iyaa..langsung enteng gitu,
kok enak, terus saya sambil senyum-senyum sambil senyum-
senyum. “Enak?” Sambil senyum-senyum..”lagi mas”. Trus
saya nyedot lagi, tambah lagi tambah enak, makin nyedot
makin enak. Lha itu, bakar-bakar bakar-bakar, pertamanya
gratis, satu dua kali gratis, yang keempat diajakin patungan
sama bosnya, yang kelima suruh bayar sendiri. Lha ini
(nunjuk HP) pernah og mbak saya tinggal di Solo Buat
jaminan ya mas. Iya buat jaminan beli sabu, soalnya mahal.
Setiap ke Solo itu pasti pake sabu, pasti. Nggak nggak pernah
enggak. Mesti pake sabu. Dia ngendaliin mana-mana se-Jawa
Tengah. Dia punya bos lagi tapi bosnya tu sekarang masih di
nusa kambangan, namanya tu panggilannya Nusantara tapi
nggak tau nama aslinya siapa. Cuma nama akrab nya di
lapangan tu Nusantara. Nusantara tu dia hariannya udah
kemana-mana sampe ke luar kota juga, ya cerita banyak trus
makin akrab akrab akrab trus wa itu langsung, yang tadinya
junior kayak gitu trus senior, yang tadinya takut ke Solo
Pengalaman memakai sabu
Pengalaman memakai sabu dan
awal proses kecanduan narkoba
Pengalaman memakai sabu
Pergaulan menjadi pintu
pengenalan akan dunia narkoba
teman-temannya, informan pun
merasakan menggunakan sabu-sabu.
(22-38)
Informan menceritakan bagaimana
sensasi yang ia rasakan ketika
pertama kali menggunakan sabu-
sabu. Ia merasakan bagaimana sabu-
sabu yang disedot menggunakan alat
hisap berupa bong itu masuk dalam
tubuhnya dan membuat kepalanya
terasa enteng (38-45).
Perasaan rileks tersebut sangat ia
nikmati hingga lama-kelamaan
menjadi ketagihan dan tidak bisa
berhenti mengonsumsi sabu (45-50,
52-53)
Informan bahkan pernah sampai
membuat telepon selularnya sebagai
jaminan pembayaran sabu karena
tidak mampu membayar (50-52)
Berawal dari pertemanannya dengan
bandar narkoba, informan menjadi
mengenal dunia jual beli narkoba. ia
juga menjadi lebih berani untuk pergi-
pergi ke luar kota untuk melakukan
transaksi narkoba. (53-65)
Penggunaan sabu dirasakan informan
membawa efek yang tetap menjaga
dirinya untuk selalu fit di setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
sekarang malah main-main kesana. Mau ketemu bosnya
mas? Engga, nggak ketemu bosnya, soalnya dengan alasan
ada itu. Kalo di Solo nggak ada itu nggak mau saya. Jauh juga
kan..ah tapi nggak kerasa mbak dulu, kan jauh to itu naik
motor, nggak kerasa. Trus abis dari Solo nggak tidur, trus
nggak ngapa-ngapain aja tu keringetan sendiri, nggak gerak
aja tu keringetan sendiri, jadi emang harus beraktivitas.
Soalnya tu emang jadi semangat trus hawanya tu kalo buat
ngomong kayak misal saya lagi ngomong sama mbak tu saya
bisa seneng banget. dalam arti seneng gimana ya mbak, kayak
serasa nggak terbebani. Jadi slow jadi gimana ya mbak, slow,
dalam arti enjoy, seneng. Hari-hari seneng, mbok kemana aja
seneng. Buat ngapa-ngapain seneng, ketemu siapa aja seneng
mbak. Hambok mbok ada problem apa kek nggak tetep oke,
tetep fit.
Drugs of choice sesuai
kebutuhan mobilitas
waktu. Ia tidak mudah merasakan
lelah, ceria, dan merasa sangat santai
(65-74)
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
Ooh itu kalo apa namanya kalo biasanya paranoid
muncul kalo setelah seneng-senengnya ilang? Atau pas
make langsung paranoid?
Mmm gimana ya mbak.. Abis make tu sebagian seneng
sebagian parno mbak. Emang efeknya kalo biasanya abis
make tu berapa lama mas? Itu biasanya itungannya hari
atau jam? Trus misal kalo di tes urin tu? Kalo kalo efeknya
tu dua hari. Kalo kandungannya urinnya tu bisa sampe empat,
lima hari.. sampe bersih. Setelah itu baru bersih ya mas?
Iya bersih.. temen saya tu mbak sampe pernah minum rinso
kok mbak. Haah?! Biar negatif. Kata temenku tu mbak waktu
operasi dia abis make, bocor, ada operasi, dia ambil air keran,
segini (nunjuk gelas) trus dikasi rinso, terus diminum katanya
panas. Puanas bangeet! Iyadoong! Trus dia tahan, tes urin,
negatif. Habis itu mbusa tapi ya ngga kenapa-napa, cuma
panas. Mbusanya tu karena rinso. Iya, pernah juga minum
sunlight Itu tu kok pada bisa tau ada teori kek gitu tu dari
Pengalaman memakai sabu
Pengalaman teman sebagai
pecandu narkoba
Efek penggunaan sabu yang
dirasakan informan berlangsung
selama dua hari. Akan tetapi, selain
sensasi rasa senang yang a rasakan, ia
juga sekaligus merasakan paranoid.
(78-82)
Informan bercerita tentang
pengalamannya yang memiliki teman
yang nekad meminum detergen untuk
menghilangkan kandungan zat
amfetamin dalam tubuh karena
menggunakan narkoba (83-97)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
manaa mas? Gimana ya mbak, orang yang make narkoba tu
pinter-pinter. Dalam artian pinter-pinter tu dia pinter
ngakalin. Iya..detergen juga bisa. Pokoknya detergen itu
menghilangkan zat amfetamin, jadi hasilnya minus.
Pokoknya mau pake berapa kilogram tapi kalo minumnya ya
rinso ya ilang. Tapi ya itu mbak, berani nggak kamu minum
rinso. Iyalah kena tangan aja panas. Iya gitu mbak.
Pecandu narkoba memiliki
banyak cara untuk mengakali.
Informan merasa bahwa para pecandu
narkoba biasanya pintar dalam
mengakali segala sesuatu. (92-93)
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
Nah aku terus pingin nanya ini mas. Dulu waktu pertama
kali Mas Tn ini akhirnya masuk penjara itu udah dalam
kondisi jadi pecandu belom? Masuk ke rehab?
Oh gini mas mas, kapan akhirnya Mas Tn menyadari kalo
Mas Tn akhirnya menjadi pecandu narkoba? kapan itu
mas..setelah berapa lama make atau setelah kondisi
dirinya kayak gimana gitu mas?
Aku jadi pecandu? Iya mas..pas akhirnya sadar. Kok aku
jadi kecanduan nih? Setelah make berbagai jenis, soalnya
aku nganggepnya juga obat. Saya juga pake obat.. terus saya
pake sabu, terus saya ada pikiran waduh kok malah jadi
semakin ketergantungan semakin boros trus trus ya ya itu
kaya ngerasa jadi addict gitu, terus-terusan pake
narkoba..setelah ngerasa-ngerasain
Itu perasaan yang mas rasakan gimana?
Kalo bingung nggak ya, nyesel juga enggak. Soalnya
nyeselnya kalo ketangkep. Kalo nyesel ya enggak soalnya ya
cuman gimana dah terlanjur terus aslinya cemas ngerasa ini
mo sampe kapan? Masuk ke jaringan narkoba itu lepasnya
susah banget
Kesadaran telah menjadi
pecandu narkoba setelah
menyadari diri teradiksi.
Ketakutan-ketakutan yang
timbul setelah kecanduan
narkoba.
Informan menyadari bahwa dirinya
mulai kecanduan adalah setelah
memakai berbagai jenis narkoba.
Rasa sangat ketergantungan dan
menjadi sangat boros karena
mengonsumsi narkoba ia sadari juga
merupakan wujud dari adiksi narkoba
(109-113)
Setelah menyadari bahwa dirinya
kecanduan narkoba, ia tidak merasa
menyesal. Ia hanya merasa khawatir
pada apa yang akan terjadi pada
dirinya kelak jika tidak bisa lepas dari
jaringan narkoba atau ditangkap oleh
aparat (115-118)
119.
120.
121.
122.
123.
Waktu sadar dan ngerasain jadi pecandunya itu umur
berapa mas? Delapan belas tahun Oh delapan belas tahun
oke. Tapi kalau waktu Mas Tn nih udah sadar kok addict
banget sama narkoba, respon dirinya Mas kayak gimana?
Saya mikirnya ya kayak itu tadi, nek gitu terus bakalan nganu
Ketakutan-ketakutan yang
timbul setelah kecanduan
narkoba.
Informan berpikir jika ia terus
menjadi pecandu narkoba maka ia
akan menyusahkan dirinya sendiri. Ia
mengkhawatirkan penyakit yang
mungkin saja menyerang tubuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
bakalan nyusahin diri saya sendiri, ngerugiin diri sendiri.
Saya kan ga tau saya bakalan punya penyakit apa, lha itu kan
zat kimia semua. Saya mikir sampe segitu. Terus kalo
ketangkep lagi gimana, terus orang tua gimana, terus terus
masa depan gimana, saya mikirnya udah jauh sampe segitu.
Jadi ya gimana orang dah terlanjur, terus makanya saya
berjanji sama diri sendiri udah nggak lagi pake sabu,
pokoknya udah nggak lagi, dan nggak mau pake lagi, dah.
Saya udah janji.
Ketakutan-ketakutan yang
timbul menimbulkan tekad
untuk berhenti kecanduan
narkoba
karena mengkonsumsi zat berbahaya.
Rasa khawatir akan kemungkinan
ditangkap oleh aparat juga
membebaninya karena takut akan
masa depan serta kehidupan
keluarganya kelak (123-128)
Atas pemikiran risiko yang mungkin
terjadi pada dirinya tersebut,
informan telah berjanji pada diri
sendiri untuk memutuskan berhenti
memakan sabu-sabu. (129-131)
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
Ooh jadi akhirnya yang membuat Mas Tn ini jadi nggak
mau pake narkoba dan melepaskan diri dari narkoba, itu
tadi ya mas, kecemasan..
Iya mba, cemas. Saya gelisah. Gelisahnya mau sampe kapan
gitu. Pas memutuskan udah nggak mau make dan ngerasa
gelisah itu dalam kondisi keluarga udah tau belum sih
mas? Belum.. saya saya belum berani cerita. Saya mikir saya
pernah diselametin tapi kok saya ulangin. Ternyata masih
belum bisa handle, kalo abis ini belum bisa, masih bisa
dijatuhin.. ya itu tadi makanya saya belum bisa cerita sama
keluarga saya.
Kecemasan menjadi pecandu
narkoba
Ketidakterbukaan pada
keluarga
Hal yang membuat informan
memiliki keinginan untuk berhenti
menjadi pecandu adalah karena
perasaan gelisah dan cemas yang
berkepanjangan (135-136)
Informan tidak bisa menceritakan
keadaan diri yang sebenarnya pada
keluarga karena rasa bersalah menjadi
pecandu (137-141)
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
Nah iya, dulu itu pas masuk rehab gimana sih mas
ceritanya?
Saya masuk rehab itu januari dua ribu lima belas. Pas masuk
rehab itu kan dibohongi sama ibu saya. Saya kan pulang pagi
jam berapa ya jam dua. Saya udah mabuk berat. Saya kan
pake obat, saya minum minuman keras terus dah saya,
jalannya udah wah udah nggak bisa lurus. Pokoknya saya dah
teler, kebetulan mamah saya belum tidur. Nah tau, saya
dimarah-marahin, saya pingsan. Jatuh pingsan, nggak taunya
saya overdosis. Dibawa ke RS Harjolukito, ternyata cuma
Pengalaman rehabilitasi
Berawal dari rasa jengkel ibu
informan karena selalu mendapatinya
mabuk akan narkoba, informan
menceritakan tentang bagaimana ia
dibohongi oleh keluarganya untuk
masuk ke panti rehabilitasi narkoba
(162-172).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
pingsan terus disuruh istirahat sama jalan-jalan tiap sore sama
disuruh banyakin minum air putih. Tapi itu semua nggak tak
lakuin, obatnya aja nggak tak minum, tak buang malahan.
Saya malah minum obat yang yang alphrazolam. Ya wong
saya nggak tau. Trus malah tak ulangin lagi, mamah saya tau.
Nah saking jengkelnya, pagi-pagi jam sembilan eh jam
sepuluh nyamperin kamar tidur. Saya lupa taruh dompet di
lemari, saking maboknya itu kan saya udah males to mbak,
jadi langsung tidur. Dompet saya digeledah ada obatnya. Iya,
ditunjukin. “Iki opo?” Aku diem aja. “Apa namanya?” tak
ambil lagi tak makan, aku pergi. Pulang tu mabok lagi.
Paginyaa, mamah saya marah-marah “ayo ikut ke rumah
sakit!” “Ngopo ning rumah sakit?” “Kontrol!” Trus aku liat
tanggalan kan, “lha wong hurung jatahe kontrol kok!” “Ash
wes to!” Trus pokoknya dipaksaa gitu, akhirnya aku ngikut,
aku kan masih ngantuk banget kan mbak, bawa bantal masuk
mobil, tidur aku. “Tangi tangi tangi, medhun!” Trus aku liat,
“lho, dudu Hardjolukito iki! Gah gah aku! Udu rumah sakit
iki!” “Wes to mudhun!” Aku lihat itu panti rehabilitasi
narkoba, panti sosial apa ya mbak panjangnya
PSPP? Panti Sosial Parmadi Putra Nah itu, trus manggil
satpam, sama pak satpam dibawa turun. Dah aku mikir aku
ketipu ini, aku dah mikir mo lari aku, kenceng. Tapi sama
mamah ternyata aku dibawa masuk terus dimasukin ke suatu
ruangan sama staff BNN, diajak ngobrol baik-baik, aku
dikunci pintunyaa. Saya keluar, mamah saya udah pulang.
Yah ditinggal saya, terus saya bingung. Saya disini ngapain,
terus aku liat-liat lho kok ada orang tua, ada mas-mas, oh
ternyata itu tangkapan polisi. Ada yang direhab. Trus trus
disini aku ngapaiiiin? Apa apa aku suruh sekolah lagi apa
gimana tuh nggak ngerti. Ternyata saya bosan dua hari hari
saya nggak makan, nggak bisa tidur, nggak pokoknya saya
Keterpaksaan menjalani
rehabilitasi karena dendam
pada keluarga
Ketidaktauan maksud dan
tujuan rehabilitasi narkoba
Keterpaksaan menjalani
rehabilitasi karena dendam ada
keluarga
Perasaan kecewa karena telah
dibohongi keluarga
Keterpaksaan tersebut menumbuhkan
kemarahan informan terhadap
keluarganya sehingga tidak sepenuh
hati menjalani rehabilitasi. Ia merasa
terjebak di dalam panti rehabilitasi
dan tidak dapat melakukan aktivitas
dengan baik karena hanya berpikiran
untuk dapat keluar dari tempat
tersebut (172-185)
Ketika menjalani rehabilitasi,
informan masih belum mengetahui
apa maksud dan tujuan ia berada di
tempat itu. Ia tidak tau apa yang harus
ia lakukan di panti rehabilitasi (176-
181)
Emosi dan penekanan pada cerita
Pandangan informan terhadap ibunya
yang otoriter.
Kecenderungan untuk melarikan diri.
Setelah menjalani rehabilitasi selama
enam bulan, informan memang
sempat bersih dari penggunaan
narkoba. akan tetapi, ia masih saja
menyimpan dendam karena belum
bisa menerima kenyataan bahwa ia
direhabihitasikan oleh keluarganya ke
PSPP karena kecanduan narkoba
(187-192)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
berpikiran tu mau lagi, kabur, ya itu tapi tembok-temboknya
tinggi semua. Kalo lompat, neh patah kakiku piye, waduh iki.
Dan full security dari pagi, jadi ya mustahil kalo mau kabur
(batuk)
Jadi disana enam bulan ya berarti mas?
Enam bulan!. Itu aja saya masih berat hati. Kenapa? Masih
berat hati. Dalam arti berat, saya menerima enam bulan itu
belum ikhlas, belum menerima karena belum ikhlas, masih
terpaksa. Tapi selama enam bulan di rehab itu pure saya
nggak make sama sekali. Waktu itu belum, belum kenal sabu.
Dulu pake apa mas? Dulu saya pil sama alprazolam
Berarti ini tuh jauh sebelum ini ya Mas Tn yang cerita
ketangkep itu. Iya, ketangkepnya setelah dari rehab,
pokoknya tu semua setelah dari rehab.
Pasca Mas Tn kejadian ini, berarti keluarga udah tau?
Kalo rehab keluarga udah tau. Gimana mas mereka
tanggepannya? Lihat saya fresh, lihat saya bertahan enam
bulan, udah nggak gitu lagi, seneng. Jadi ya semua keluarga
tu seneng, waktu saya pulang tu pada nyamperin, pada mau
dateng ke tempat rehab. Lha kan keluarga ayah saya yang dah
nggak sayang lagi itu sampe bela-belain dateng, woh, saya
saya seneng. Jadi ditengok, terus keluarga nyuport, bagus,
trus dah nggak usah aneh-aneh, pergaulan yang kayak yang
dulunya negatif, yah seneng (batuk). Trus ya itu tadi, saya
malah salah langkah, saya sama temen saya itu malah jatuh
ke luka yang sama. Mungkin bukan luka yang sama ya, luka
yang lebih besar ya, karena kenal sabu. Dulu saya ketangkep,
ya sebaliknya, tau semua, ya keluarga saya, ya saudara saya
tau semua terus ada yang bertahu sodara saya—adeknya
mamah saya yang sekarang dimana tu bilang gini, waktu saya
di Polresta: “biarin, biarin Tn ditangkep, udah gapapa ngak
usah diurus, biar dipenjara, biar ngerasain kemaren enam
Perasaan menyesal terhadap
keluarga yang dirasakan selama
menjalani rehabilitasi
Perasaan menyesal terhadap
keluarga yang dirasakan selama
menjalani rehabilitasi
Dukungan keluarga sebagai
penguatan ketika menjalani
rehabilitasi
Rasa bersalah terhadap diri
sendiri karena menjadi pecandu
narkoba
Pengalaman dipenjara
meningkatkan religiusitas
Informan merasa diberi
kesempatan kedua oleh Tuhan
Pasca rehabilitasi, informan mulai
menyadari bahwa penyalahgunan dan
kecanduan narkobanya telah berulang
kali menyakiti keluarganya. Bertahan
selama proses rehabilitasi membuat
keluarga informan menjadi lebih
menghargai dan perhatian terhadap
dirinya (197, 198-205)
Informan merasa bersalah terhadap
keluarganya karena ia berulang kali
jatuh karena kasus kecanduan
narkoba. Ia menyadari bahwa selama
ini ia telah banyak diselamatkan
namun malah selalu kembali
mengecewakan keluarganya (205-
215).
Rasa bersalah yang timbul karena
kekecewaan keluarganya sempat
membuat informan merasa telah
mengacaukan kehidupan dan juga
masa depannya. (216-219)
Ketika sedang merasa kacau,
informan hanya dapat memasrahkan
segala sesuatu yang terjadi pada
Tuhan. Setelah bebas dari vonis
penjara, ia sangat bersyukur dan
merasa bahwa Tuhan telah
memberinya kesempatan kedua. Oleh
sebab itu, semenjak saat itu ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
bulan rehab gimana kok nggak ada apa-apanya. Biarin, biar
dipenjara, nggak papa”, ditelfon itu, wah saya ndengerin
waduhh. Itu bilang sama Mas Tn? Bilang sama mamah
saya. Wah saya langsung gimana ya ini langsung ngerasa
masa depannya itu dah divonis kayak gini. Oh gitu ya..
pokoknya udah kacau kacau dan kacau, saya cuma bisa
pasrah. Terus sempet akhirnya seminggu, yaudah akhirnya
tak tekadi dah lah dipenjara gapapa, wong ketemunya orang
sama, gapapalah di penjara. Tapi Tuhan kasih cara lain, saya
bebas. Saya cuma satu minggu. Dan saya pikir, oh saya
dibebasin, ternyata Tuhan baik hati, Tuhan kasih peringatan.
Tapi kenapa saya pake lagi? Dari situ saya mikir, untuk
enggak lagi pake. Karna saya sering denger-denger
kesempatan nggak dateng dua kali.
sehingga memutuskan untuk
berhenti menjadi pecandu
bertekad untuk berhenti
mengonsumsi sabu karena
memercayai bahwa kesempatan tidak
datang dua kali (219-226)
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
Ooh gitu mas. Tapi kalo sebenernya, aku tanya nih, kalo
Mas Tn ini pake sebelum rehab ini kan pake obat, terus
kemudian pake sabu, motifnya pake tuh sebenernya
apasih mas? Selain karena rasanya enak?
Eee... Bisa diceritakan nggak mas emang seperti apasih
gambarannya kenapa seseorang bisa make narkoba?
Kalo saya sih, kalo dikatakan broken jugaa jugaa jugaa
enggak sih cuma kan dari kecil emang rumah tangga udah
kacau, kan karena mamah dulu udah cerai sama ayah saya
kan, sekarang itu udah dari SD dan saya masih inget bangeet.
Tapi nggak jadi pelarian saya untuk make narkoba.
Saya...pergaulan aja sih, tapi saya ngga menyalahkan
pergaulan! Saya menyalahkan diri saya sendiri, saya yang
menentukan, kenapa saya mau? Saya juga ngak menyalahkan
lingkungan. Memang lingkungan saya seperti itu, memang
pergaulannya mereka seperti itu, kenapa saya masih mau?
Masih ngikutin? Kalo saya di rumah enak-enakan, kenapa
saya ngikut? Kenapa saya ngikut mereka? Gitu.. saya nggak
Informan merasa perceraian
orang tuanya membuat kacau
keadaan keluarga
Penggunaan narkoba bukan
sebagai pelarian broken family
Pergaulan negatif bukan hal
yang dipermasalahkan selain
dirinya sendiri hingga menjadi
pecandu narkoba
Penyesalan terhadap diri sendiri
Informan menyadari bahwa
perceraian ayah dan ibunya meski
tidak ia rasakan sebagai suatu
hambatan karena sudah lama berlalu,
tetapi memang membuat keluarganya
menjadi kacau. Hal tersebut juga
tidak membuatnya menjadikan
narkoba sebagai suatu pelarian dari
masalah keluarga (233-238)
Pengingkaran bahwa memiliki
keluarga yang tidak utuh dan
harmonis
Informan mengenal narkoba karena
pergaulannya bersama teman-teman
baik yang merupakan pengguna
maupun bandar narkoba. Akan tetapi,
ia tidak menyalahkan pergaulan
sebagai sebab ia menjadi pecandu. Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
nyalahin orang lain, saya juga nggak nyalahin lingkungan.
Semuanya kan berawal dari kita sendiri, kita ada niatan nggak
untuk berubah. Kalo ada niatan, ya oke kamu berubah. Kalo
nggak berubah, ya selamanya kamu akan begitu. Malah kamu
bisa semakin jadi, kalo begitu. Saya mikir begitu. Jadi kalo
ditanya nyesel, pasti semua orang nyesel. Tapi ya mau gimana
lagi. Kalo ditanyain temen, temen gaisa tanggung jawab kan.
Lingkungan, apalagi. Jadi ya itu.. pake itu cuma dari rasa
penasaran, terus menyoba enak, terus habis, terus beli sendiri.
Wah saya berapa kali mbak bohongin mamah saya buat beli
itu. Bilangnya buat apa mas? Wah saya bilangnya buat
macem-macem, mbak.. buat piknik, ke pantai, buat trus buat
eee renang ke Jogja Bay ya tapi nggak sampe tempatnya. Saya
cuma bawa tas, tapi nggak ada isinya. Tapi kan lama-lama
kan.. itu bawa baju renang segala. Tas nya tak titipin tempat
temen. Kok sampe kayak gitu, edan banget po ya aku i. Kayak
pasti nyesel sama aku sendiri, ya disitu, saya.
Penyesalan terhadap diri sendiri
Tingkat kebohongan pecandu
narkoba tinggi
merasa menyesal pada dirinya sendiri
karena mau terjerumus dalam
pergaulan dan lingkungan yang
negatif (238-254)
Selama menjadi pecandu, informan
kerap kali membohongi ibunya untuk
dapat mendapatkan uang untuk
membeli narkoba (254-261)
Kecenderungan informan untuk
berbohong selama menjadi pecandu
narkoba
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
Nah berarti rasa bersalah pecandu narkoba itu ada
macem-macem ya seperti mas bilang, sedangkan bagian
yang paling sulit kan kata mas adalah rasa bersalah
terhadap diri sendiri. Gimana ceritanya mas kok bisa
gitu? Iya...iya...mbak. Soalnya godaannya itu, macem-
macem. Dan kita nggak tau godaannya mau seperti apa.
Ketemu temen di jalan, tau-tau terus kita di paksa. Kan kan
itu mbak yang harus dihindari, berani bilang enggak. Kalo
maksa kita bilang enggak. Lha itu gimana caranya. Saya kena,
ikut. Terus aku malah make, gitu. Jadi apa ya yang susah tu
ya melawan diri sendiri. Ditawarin kayak gitu tu, tawarin
denger aja tu dah di pikiran tu dan bayangin waaah ingin pake.
Tapi, setelah itu lho kan nggak tau. Jadi, antara rasa pengen
nolak sama ngiyain itu. Tarik-menarik ya mas. Tapi
cenderung ke ngiyain, cenderung ke menolak. Tapi kalo ada
Kebimbangan diri dalam
lingkup pertemanan
Efek jangka panjang negatif
yang dirasakan membuat ingin
benar-benar lepas dari narkoba
Dalam lingkungan pecandu narkoba,
informan merasa kesulitan untuk
menahan diri karena godaan dari
pergaulannya sangat besar. Informan
merasa kesulitan melawan diri sendiri
karena pengaruh dari lingkungan
yang kurang kondusif (267-275)
Efek jangka panjang yang dirasakan
informan karena menjadi pecandu
narkoba adalah kesulitan untuk
berkonsentrasi. Informan berkata
bahwa dalam hati dan pikirannya
selalu bertentangan untuk
menggunakan atau menolak narkoba.
Namun ketika ia bisa menguasai diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
niat, iyanya ga ada. Nolak. Terus ya itu saya kan susah buat
konsentrasi, susah fokus juga. Kadang, konsentrasinya tuh
susah, disuruh konsen ya ga bisa. Karna mungkin kebanyakan
konsumsi obat ya jadi susah fokus. Trus ya itu tadi,
bertentangan hati sama pikiran. Kalo di hati iya pikiran iya,
satu. Kalo di hati enggak, pikiran enggak, yaudah lolos.
Nggak lagi pake ya yang sakit. Cuman ya itu tadi saya rasa
rehab tu nggak penting. Kenapa nggak penting, orang narkoba
tu ngak perlu di kamu harus ini, kamu harus itu, segala macem
itu nggak perlu. Kalo orangnya niatnya, ya oke kamu enam
tahun rehab, ya oke, ya berhasil lolos, tapi kalo keluar make
sabu buat apa. Kan itu dari diri sendiri, kan itu niat kita, aku
juga ga tau niat mbak, mbak juga gatau niat saya kan? Nha
kan gitu. Melalui apa, Lebih ke spiritual pastinya, lebih ke
doa, lebiih ke agama, Tuhan, doa, dan kita lebih mengenal
deket dengan keluarga. Karena kalo lebih deket dengan
keluarga, kita pelan-pelan kita bisa jauh dari hal-hal negatif.
Soalnya apa, keluarga ga mungkin kasih negatif, pas ke
pengaruh ke masa depan. Terus..dan kita harusnya bisa ambil
sikap dari situ, oke. Jadi nggak rehab ngga penting tu bukan
rehab tu konyol, nggak. Cuman ya apaa ya, nggak perlu kayak
metode kayak gitu nggak perlu. Tinggal niat kamu aja
gimana. Kembali lagi ke orangnya lagi ya mas. Iyaa lebih
ke diri kita sendiri sama ke Tuhan, kan dibantu doa. Tuhan
kan menguatkan iman kita. Kan kan itu.
Proses pemulihan kecanduan
narkoba memerlukan niat diri
untuk berhenti.
Niat berhenti menjadi pecandu
didukung oleh kepercayaan
secara spiritual
Niat berhenti menjadi pecandu
didukung oleh dukungan
keluarga
dengan baik, ia sadari bahwa ia
mampu menolak hasrat untuk
menggunakan narkoba. (276-283)
Informan merasa bahwa proses
rehabilitasi pecandu narkoba yang
tidak dibarengi oleh niat untuk
berhenti mengonsumsi narkoba tidak
akan membuat pecandu sembuh dan
pulih (283-290, 296-298)
Niat untuk berhenti menggunakan
narkoba dirasa informan terdongkrak
oleh kepercayaan spiritual yang kuat
yaitu dengan doa kepada Tuhan.
Tidak hanya itu, kedekatan dengan
keluarga juga dirasa sangat penting
karena dapat memberikan penguatan
agar dapat terhindar dari hal-hal
negatif sehingga dapat menjadi acuan
untuk bersikap dengan baik (289-295,
299-301)
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
Saya tatoan, saya juga ngobat, saya ini waahh nyesel saya
mbak, kemaren daftar dua kampus ditolak gara-gara tato. Lha
emang kesananya pake lengan pendek apa mas? Saya saya
ngakalin itunya, apa PMBnya malah keceplosan. “Saya
tatoan”, aduh! “Apa? Mana saya liat!” Waduhh padahal saya
pake lengan panjang ini. Padahal kan sebenernya nggak
ada lho ngecek-ngecek badan to mas. Enggak, tapi
Penyesalan terhadap diri sendiri Perasaan menyesal terhadap diri
sendiri karena menato sehingga tidak
bisa diterima di perguruan tinggi yang
diinginkan (302-322)
Kecenderungan untuk menutupi diri
dari orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
ditanyain. Kan emang ngga ada, tapi malah bilang ada.
Waduh lha iki piye to. Soalnya waktu daftar itu saya pake
obat. Dikampus waah. Lha terus ssaya dateng ke AMPTA,
ternyata udah ada peraturan nggak ada tato wahh saya udah
gatau deh itu. Terus ibu biar saya panggilin mas e biar ngobrol
soalnya kan saya dari awal disitu, jadi saya nggak bisa ikut.
O ya nggak papa. Malah mama saya bilang apa bilang “anak
saya bertato”. Waduh piyee. Wah itu berarti kurang
briefing itu mas Iya e wahh aku terus waduh mas nggak bisa,
harus pertimbangan. Wah yaudah yaudah aku terus pulang,
terus nglamar kerja di karaoke Happy Puppy yang kedua
belum ada panggilan ya terus saya cuman di rumah. Saya tu
cuman minta mbok saya saya minta mbok ada kerja mbok
saya diajak, saya pengen kerja saya tu bosen bro, di rumah
terus bro. Tiba-tiba bilang ya yo ya yo.
Lha ini kerjaan ya Mas Tn bilang semalem itu apa mas?
Gimana?
Yang katanya malem ini ada pengumuman kerjaan
Lha saya kan kemaren hari Jumat kemaren itu kan saya
ngelamar di ramen Babarsari. Saya dah interview dah
wawancara. Trus setelah interview kan saya tanya itu, bosnya
tu nggak ngasih nggak ngasih jam kerja. Saya tanya, yo malah
saya mulai kerja kapan ya? Untuk pemutusan kamu kerja itu
hari Senin, jadi kalo semisal hari Senin kamu ada panggilan
kamu dateng, langsung kerja. Iya saya tu bilang ya. Makanya
saya telpon mbak, ini hari Senin, dari jam dua belas tadi
nggak ada panggilan, yaudah. Saya nggak nggak apa nggak
di acc, yaudah nggak papa.
Belum jalannya mas Ya makanya saya mikirnya yaudah belum.. lha itu kan saya
juga mikirnya jamnya kan nggak logis gitu. Tapi kalo saya
nggak mau ambil pusing kok mbak, enggak
Penekanan pada cerita mengenai tato.
Apakah ini sebuah penyesalan?
Kekecewaan tidak dapat melanjutkan
menuntut ilmu di perguruan tinggi
Mobilitas tinggi informan dengan
keinginannya untuk mengisi waktu
luang dengan bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
341.
342. Iya mas, kerjaan banyak.
Iya...
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
350.
351.
352.
353.
Jadi kalo menurut Mas Tn ini, penyesalan paling dalam
yang dirasakan itu apa mas?
Ya.. kayak yang sudah aku ceritain itu ya penyesalan yang
paling itu untuk diri sendiri ya mbak. Sampe aku kayak gini,
semua karena kelakuanku sendiri kan. Ya sebenernya nggak
mau nyesel, aku harus nerima itu semua. Tapi ya kayak tato
gini, tindik, nggak mudah buat mbaur di sosial. Mau gimana
lagi ya aku ya berat, mbak, tapi harus mau nerima. Ya itu tadi
gimana caranya kita maafin diri kita, semua yang telah kita
lewatin, lakukan. Sampe bisa bangkit lagi ya semua itu
proses..bener.
Penyesalan terhadap diri sendiri
karena menjadi sulit kembali ke
masyarakat
Usaha untuk menerima keadaan
diri dan berproses untuk
bangkit dari kecanduan
narkoba.
Perasaan menyesal terhadap diri
sendiri dirasakan informan atas segala
yang terjadi padanya selama ini.
Meski mendapatkan konsekuensi
sulit untuk kembali membaur dengan
masyarakat, tetapi ia tetap berusaha
menerima dan berproses untuk
bangkit (345-353)
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
Nah sampe akhirnya Mas Tn ini dari ada rasa bersalah
kemudian akhirnya memaafkan diri sendiri itu gimana
sih mas?
Ya itu tadi..kita berjanji sama diri kita sendiri dan sama
Tuhan. Tapi, tapi kamu mau ibaratnya kita harus berani berani
komitmen, kalo udah berjanji udah nggak lagi. Ya itu kalo itu
mbak, itu paling susah. Belajar nggak lagi, nggak mau lagi
pake sabu. Saya masih pake obat karena saya kalo nggak pake
obat saya ngak nyaman. Kalo abis pake obat saya ngerasa
lebih nyaman. Jadi bisa dikatakan itu penggantinya. Dan
harganya pun lebih murah. Yaa bener itu kan masuknya
psikotropika. Jadi saya saya nggak berhenti pake sabu, saya
kembali lagi ke dulu. Lebih jauh. Dan saya ngerasa nyaman,
saya ngerasa enak. Tapi ya jujur aja, mbak ini saya pake obat.
Nggak suruh beli, di kasih. Kapan itu abis periksa saya
dikasih. Kayak apa ya..narkoba itu tu kalo kalo buat saya tu
muter. Kalo engga itu ya ini, kalo engga kamu ya aku. Jadi
maksudnya tu kalo engga sabu ya obat, kalo engga temen ya
polisi. Ya itu aja, kita cuma punya tiga: mati over dosis, atau
Memaafkan diri dengan
menjaga komitmen pada diri
dan Tuhan untuk tidak kembali
menggunakan narkoba
Slip menjadi jalan alternatif
untuk pelan-pelan melepaskan
rasa kecanduan
Cara informan untuk dapat
memaafkan diri yaitu dengan
menjaga komitmen yang telah dibuat
untuk diri sendiri dan Tuhan untuk
tidak menggunakan narkoba kembali
(357-361)
Efek samping pecandu narkoba yang
tidak bisa lepas dan masih dialami
yaitu suggest membuat informan
masih dalam kondisi slip. Penggunan
obat jenis yang ringan dirasa
informan membantunya merasa
nyaman dan pelan-pelan melepaskan
dari drugs of choice (361-377)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
ketangkep polisi, atau atau dipenjara seumur hidup. Tapi
kemaren saya mikir saya mikir ini ini udah berkali-kali. Pake
dan kalo obat kan ya mungkin, golongannya kan ringan ya
karena paling rendah. Saya kembali ke obat. Kadang saya
periksa sendiri ke RS buat dapetin obat itu, nggak saya jual,
saya pake sendiri. Kalo ketemu temen cuma saya kasih, nggak
saya suruh beli. Itu belinya di RS ya mas? Kita periksa ke
dokter SPAJ dokter spesialis kejiwaan, ya kaak kontrol gitu,
lima belas hari sekali, kontrol, dikasi obat. Kan tanyain
obatnya apa mintanya apa, sukanya apa, cocoknya apa. Kalo
saya lebih ke alprazolam. Berarti kalo ini sampe sekarang
masi dikonsumsi ya mas? Masih. Tapi ini ibaratnya apa
ya.. ini lebih ya lebih rendah itu ya dari sabu ya mas.
Katakanlah kalo di narkoba itu paling rendah. Psikotropika.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
Tapi kalo tadinya Mas Tn bilang dah gamau pake lagi, itu
berlaku di alprazolam ini atau di sabu aja? Kalo soal tadi
nggak berlaku semua. Soalnya gimana ya mbak, soal
memafkan diri ini yang belum bisa. Soalnya kan saya nggak
lagi eh ketemu sama si A yang sabu, trus saya ketemu sama
si B yang obat, cs-anlah sama si B, saya ngerasa nyaman, yaa
saya nggak pake seharipun gimanaa gitu maksudnya nggak
asik. Dalam artian nggak asik tu (diam sejenak) nyaman
nyaman nggak pake. Soalnya ya akhirnya nggak enak itu tu
nggak make. Cuman dari otak dari otak tu pikirannya tu
nggak bisa fokus, tapi kalo dah pake obat tu jadi enak, rileks,
tenang gitu... beda sama enggak. Makanya kalau bilang tapi
kita kebalik, kita malah beli racun. Makan racun biar nggak
sehat, ini gimanaa. Oh tapi kalo ini, ini kan berarti dari
dokter, resep kedokteran ya? Iya jadi istilahnya supaya
nggak langsung putus zat mbak, jadi slip gitu.
Adanya keinginan untuk
berhenti namun tidak diiringi
dengan keberdayaan diri
Perasaan memaafkan diri dirasa
timbul dan tenggelam. Akan tetapi
walau menyadari bahwa narkoba
lama-kelamaan dapat merusak
tubuhnya, informan merasa tidak
berdaya untuk melepaskan diri dari
ketergantungan sehingga masih
dalam kondisi slip (389-400, 401-
402)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
Ada kemungkinan berarti untuk misal Mas Tn ini pingin
mencoba mengurangi sedikit-sedikit itu bisa atau
gimana?
Saya setiap periksa kontrol itu cuma... saya pernah memakai
sabu dok. Saya juga pernah ketangkep, oiya. Terus dokter ini
malah nyaranin, oh kalo gitu kamu tak kasih obat ini biar
kamu nggak sugest. Soalnya saya sering suggest, saya gini aja
suggest. Jadi memang memang sering suggest, jadi timbul
pikiran mau make, tapi nggak ada niatan, cuman suggest aja.
Lha itu, dan nggak bisa nggak pake ini. Ya emang bener, saya
lupa. Karena saya cenderung ke ini terus. Lha itu gimana?
Slip sebagai cara untuk
mengurangi efek suggest
pecandu narkoba
Treatment untuk berhenti mencandu
harus dilakukan secara bertahap.
Secara medis, mantan pecandu
diperbolehkan untuk “slip” dalam
rangka mereduksi suggest (407-413)
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
Iya juga ya mas. Tapi berarti kalo Mas Tn ini sempet
ngerasain sakau juga nggak sih?
Sakau.. tapi enggak, pernah tapi enggak begitu banget gitu.
Enggak ya. Paling pernah, sakau pernah.. Itu dulu kejadian
pas pake dua-duanya..karena saya waktu itu pake sabu itu
juga ngobat. Dobel.. tapi cenderung ke sabu. Jadi sakaunya
ngerasa enak tu cemas, gelisah, tapi cemasnya kenapa nggak
tau, yang digelisahin apa juga nggak tau, yang dibingungin
apa juga nggak tau. Jadi hati tu kacau terus mau keluar
ngapain tu bingung, terus susah konsentrasi terus terus nggak
tenang, kalo nggak ngapain tu nggak nggak jenak di rumah.
Terus berinteraksi sama orang lain tu susah.. Itu ya redanya
kalo minum itu lagi apa emang? Yaa yaa pake sabu tapi
saya normal, prosesnya ya... ya kan sebaliknya to. Aku sakit,
kalo pake obat kalo aku ngerasanya pake obat aku sehat. Kalo
nggak pake obat aku sakit, rasanya gitu. Jadi kebolak-balik.
Yaitu.. permisi mbak, kalo saya ngerokok gimana? Boleh
nggak? Boleh mas, monggo, monggo, sante aja. Ini lho
mas, sambil di cemil-cemil Oiyaaya
Pengalaman sakau membuat
keinginan lepas dari narkoba
Pengalaman sakau yang tidak
menyenangkan membuat informan
ingin melepaskan diri dari
ketergantungan narkoba (416-425,
426-429)
433.
434. Jadi kalo ini saya mau bertanya lagi deh mas, Mas Tn
berarti bisa dikatakan sekarang masih dalam proses baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
435.
436.
437.
438.
439.
440.
441.
442.
443.
444.
untuk memaafkan diri sendiri dan untuk pulih seutuhnya
ya..
Iya mbak, bener. Ini tu masih dalam proses ada jatuh bangun,
saya bangkit, saya jatuh lagi. Ada naik turunnya..iya. asal
saya nggak relapse, saya masih berpikir kalo proses
forgiveness itu masih berjalan dengan baik. Slip pun saya kan
karena buat melawan suggest itu. Ya bener nggak mudah
mbak. Kadang mau nyesel juga saya bisanya baru kayak gini.
Makanya saya sering ke rumah Bro Eko itu kan mbak, saya
cerita-cerita, saya minta saran. Support gitu.
Proses kejatuhan kembali
menjadi hal yang memperkuat
self-forgiveness pada mantan
pecandu
Informan merasakan proses jatuh
bangun dalam pemulihan sebagai
mantan pecandu. Walau tidak mudah
dan penuh penyesalan, Ia meyakini
bahwa walau masih mengalami slip,
proses forgiveness masih ia terapkan
dengan baik dalam kehidupannya saat
ini (437-444)
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
Nah nyambung sama itu mas, gimana sih peran orang-
orang di sekitar Mas Tn. Misal nih dari keluarga dulu
deh, nanti saya tanyain pacarnya hehehehe Hehehe kalo dari pacar saya tuh ngancem, kalo kamu.. kalo
kamu gunain lagi kamu harus putus. Terus kamu itu harus
berhenti. Kayak gitu.. Soalnya udah lama ya mas
pacarannya? Ee baru sebulan lebih. Disini juga tempat
jadian, ketemu juga langsung jadian Oalaah... tapi dia
support terus Iyaa..support, dia mau nerima aku. Dan dia pun tau aku masih
pake obat. Tapi nggak papa yang penting jangan sabu.
Gapapa pake aku, asal nggak nggak sabu, soalnya kalo nggak
pake obat aku suggest. Oiya nggak papa. Terus aku periksa
ke rumah sakit itu kamu periksa nggak cuma satu rumah sakit,
RS mana-mana mbak. Jadi obatnya dapet dobel. Saya setiap
makan tuh nggak cuma sedikit, tiga, empat, lima tak makan
langsung. Soalnya satu tu dah nggak kerasa, dah nggak
ngefek. Dulu dosisnya udah udah tinggi. Tu kan kalo saya
yang satu ini, jadi saya makan satu tu nggak kerasa. Minim
tiga tu baru kerasa. Tiga, empat tuh baru kerasa, lima. Kalo
saya beli ke bandar satu butirnya ini harganya dua puluh ribu
kalo beli lima kan seratus. Oo mahal ya. Iya..kalo beli ke
Ancaman akan ditinggalkan
oleh kekasih jika menjadi
pecandu
Dukungan dari kekasih untuk
pulih dari kecanduan narkoba
Kekasih informan mengancam akan
meninggalkannya apabila ia masih
mencandu narkoba (448-450)
Kekasih informan mengingatkan
informan untuk tidak kembali
menggunakan drugs of choice dan
mendukung pemulihannya dari
kecanduan narkoba (453-458)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
bandar. Kalo kita periksa habisnya seratus, katakanlah ya ya
dua ratus. Tapi kita dapet dapet lima belas butir. Kan lebih
mending periksa daripada beli ke bandar. Obatnya sama, tapi
saya dua ratus bisa dapet banyak. Kalo saya beli ke bandar,
beli dua puluh sama aja kena berapa itu dah berapa itu dua
ratus lima puluh ya. Kalo dua puluh ribu in, jadi lima puluh
ribu. Itu aja dua ratus ribu masih ada kembaliannya,
kembaliannya bisa buat beli rokok sama buat beli minum
sprite buat minum obat. Tapi banyak ya mas yang kayak
Mas Tn itu. Pada ke rumah sakit, biar dapet.. Woo banyak
mbak, orang-orang buat lha banyak pokoknya orang—orang
wah ya katakanlah orang-orang yang yaah tatoan, orang-
orang telinganya berlubang. Wass pokonya dilihatnya tu
nggak enak. Gitulah. Tapi saya kerasa kok, berarti aku tu kalo
dilihat orang tu juga kayak gitu. Yaa.. bisa saling taulah.
Stigma sosial negatif yang
diterima membuat penyesalan
diri
Menjadi pecandu membuat informan
menato serta menindik telinganya.
Hal tersebut membuatnya menyesal
karena merasa mendapatkan stigma
sosial yang buruk atau negatif (475-
480)
481.
482.
483.
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
493.
494.
495.
496.
497.
Iya.. yang tadi yang dukungan dari pacar ya mas. Kalo
dari keluarga sendiri? Eee..gimana sih apa ya support
atau respon dari keluarga Mas Tn yang membuat Mas Tn
memaafkan diri sendiri, kemudian bangkit itu tadi? Waah
mamah saya itu setiap hari ngawatirin saya, takut saya...
setiap hari tu pokoknya tu. Lhah ini saya pergi kesini aja tu
mamah nanya mo kemana, saya terus terang mau nemuin
mbak e yang kemaren. “Ooh rasah aneh-aneh”, “siap” aku
gitu. Soalnya kan wajar orang tua,, cemas soal anaknya.
Karena udah pernah kejadian ni takutnya mengulangi lagi. ya
mamah saya sering pulang sering yah emang bener? Emang
bener. Harusnya nggak pake sabu. Saya cuma nongkrong,
ngobrol-ngobrol.. main di yaa yaa bener keluarga itu emang
bener nyaman tapi saya itu saya di rumah, di rumah, di rumah,
saya bosan. Saya lebih nyaman ke jalanan, dalam artian ke
jalanan tu saya itu nemuin keluarga baru, temen. Dari temen
nongkrong bareng dari malem sampe jam dua jam tiga baru
Perlakuan protektif dilakukan
keluarga sebagai suatu
dukungan agar dapat
terhindarkan dari pergaulan
narkoba
Rasa khawatir ibunya setiap pergi
keluar rumah, dianggap sebagai hal
protektif pada diri informan yang
mengenal dan lalu terjerumus pada
narkoba karena pergaulan (485-500)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
498.
499.
500.
pulang bahkan subuh, tiap hari ya tak jalanin yaa pertama kali
itu, tapi akhir-akhir saya di rumah terus. Soalnya bosen gitu-
gitu aja, nongkrong terus.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
515.
516.
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
Iyaa, oke mas. Nah terus, emm tadi kan Mas Tn bilang ee
caranya akhirnya dealing atau berkompromi sama rasa
bersalahnya itu tadi kan dengan mendekat pada Tuhan
ya. Akhirnya kan lebih ke arah spiritualitas. Iya... Itu
kenapa akhirnya bisa menjadikan spiritualitas atau
religiusitas itu menjadi penguatan untuk Mas Tn sih?
Karena... ada orang lain yang mendoakan. Selain
mensupport, mensupport, mereka mendoakan. Jadi aku
ngerasa, wah ternyata orang lain tu sayang sama aku, nggak
cuman keluarga, nggak cuman pacar. Tapi orang lain yang
ngak kenal aja mau mendoakan. Nggak mikir mereka, tapi
mereka mau mendoakan aku biar aku sembuh. Ya disitulah,
jadi semangat, mau istilahnya tobat. Mereka mendoakan,
mereka mau mau menerima apa adanya. Dan lebih rajin ke
gereja lah, ada temen... saya juga ada temen yang ngajakin
yang baik, ngajakin tiap Minggu, “ayo, Tan ke gereja”. Yaa
tapi akhir-akhir ini saya nggak pernah ke gereja, tapi saya
cuma berdoa pada Tuhan. Tuhan, aku minta maaf, Tuhan, aku
bersyukur, aku berterima kasih. Saya nyesel, saya tetep
bersyukur dan itu tadi, orang-orang lain tu masih mendoakan
saya, masih nanyain meskipun itu lewat mamah saya. Itu aja
saya oh ternyata masih dipeduliin padahal udah lama nggak
ketemu, itu pun orang lain. Ya memang peran keluarga itu
penting, mamahh, religius. Soalnya kalo cuma modal
keluarga ga bisa kita. Iman, kalo enggak dilakukan, nggak ada
yang bisa ngalahin. Wong ya Tuhan maha besar, tinggal
berserah sama Tuhan, lain bisa berubah.
Dukungan komunitas gereja
dalam pemulihan dari
kecanduan
Dukungan sosial tidak akan
membantu pulih dari kecanduan
narkoba tanpa iman pribadi
yang kuat.
Tidak hanya dukungan keluarga dan
kekasih, dukungan dari komunitas
gereja juga sangat dianggap penting
bagi pemulihan diri informan dari
kecanduan narkoba (507-523)
Informan menyadari bahwa
dukungan sosial tanpa didasari oleh
iman pribadi yang kuat, tidak akan
membantu pemulihan diri dari
kecanduan narkoba (523-526)
527.
528. Berarti Mas Tn sampe akhirnya mendekat, lebih sering
ke gereja itu atas dorongan atau kesadaran sendiri mas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538.
539.
540.
541.
542.
543.
Pertama dukungan keluarga, terus saya baru kesadaran. Sadar
sendiri buat aktif pada sembahyang, berdoa, itu saya sadar
sendiri. Karena disitu gimana ya. Penguatan iman itu tau-tau
nanti tetep bukan kembali yang tadinya kacau pikirannya, tapi
jadi tenang karena apa? Kita dah percaya sama Tuhan, jadi
kita ngandelin Tuhan. Tuhan nggak mungkin ngecewain kita.
Trus ya itu, banyak religius mbak dan niat. Niat sama minta
Tuhan buat menyertai, buat imannya dikuatin. Terus
semuanya berawal dari niat kita ke Tuhan buat bisa menyertai
dan mbantu. Orang tua biar support, support biat kita nggak
balik make lagi. Hmm yah bener banget. ini ya yang saya
bilang, sebenernya saya nggak peduli kalo saya itu kan ya
sampe force banget ya mungkin orang lain mikirnya beda ya,
narkoba. Tapi mbak, kalo di luar negeri udah papan atas yang
ngeri yang udah parah kan kasihan. Ya percuma kalo niatnya
udah dari niatnya.
Kesadaran berdoa pada Tuhan
sebagai sumber kekuatan dalam
proses pemulihan
Dukungan keluarga dalam
proses pemulihan
Niat dan kesadaran informan untuk
berdoa pada Tuhan menguatkan
imannya untuk berhenti menjadi
pecandu narkoba (529-538, 543)
Dukungan keluarga terutama orang
tua dalam proses pemulihan pecandu
narkoba (538-539)
544.
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
553.
554.
Betul.. oke nah, terus kalo ini ni mas dalam memaafkan
diri sendiri dan membuat diri itu bangkit, sejauh ini Mas
Tn rasain kendalanya apa aja sih yang sering dirasain? Banyak. Kendalanya itu dimana ya... ya kadang masihhh rasa
suggest, terus terus apa yaa terus masih sering gimana ya kalo
ketemu temen yang negatif terus ini berkiran kalo ketemu si
a pasti kayak gini, kayak gini mesti make, lain, kalo ketemu
si b yang positif, ah aku nggak mungkin make. Tapi aku
pengen maen sama si a. Atau si b? jadi kendalanya tu ya
banyak sih mbak, jadi apa ya.. bisa bentuk kendalanya tu bisa
bentuk tawaran temen, di wa, “gimana tan, main nggak?” itu
dah kode!
Pertemanan bisa menghambat
sekaligus mendukung proses
pemaafan diri dalam pemulihan
pecandu.
Walau ada pertemanan yang
mendukungnya agar dapat lepas dari
narkoba, informan juga merasa
hambatan yang ia rasakan dalam
memaafkan diri sendiri adalah ajakan
teman-temannya yang mengajaknya
kembali menjurus pada narkoba (547-
554)
555.
556.
557.
558.
Tapi, susah juga ya mas untuk memutuskan apa namanya
pertemanan itu, sama temen-temen yang dulu-dulu itu?
Saya saya.. ya itu tadi, saya nggak menyalahkan teman. Saya
menyalahkan diri saya sendiri. Saya saya bergaul sama
Menjadi pecandu merupakan
penyesalan pribadi tanpa
Pertemanan bukanlah hal yang patut
dipermasalahkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
559.
560.
561.
562.
563.
564.
565.
566.
567.
568.
siapapun saya nggak masalah, yang penting nggak merugikan
saya. Tapi satu, aku mau ngga semuanya, merugikan diri kita
sendiri, tapi saya masih mau main sama mereka, lah kenapa?
Kan nggak salah, akunya yang salah, kenapa aku mau, bukan
berteman sama mereka lho ya.. aku mau melakukan itu
dengan mereka. Kenapa kok yang mau aku? Kalo berteman
oke ayok kita berteman sama siapa aja, kan nggak masalah.
Tapi hal negatifnya apa engganya kan nggak tau, lha disitu
lho. Pilihan ya berarti. Iya pilihannya itu dia... tinggal
kamunya aja yang nentuin.
mempermasalahkan
lingkungan pertemanan yang
negatif
penyalahgunaan narkoba. Informan
bisa terjerumus menjadi pecandu
narkoba adalah pilihan pribadi dan
merupakan tanggung jawab diri
sendiri (557-566, 567-568)
569.
570.
571.
572.
573.
574.
575.
576.
577.
578.
579.
580.
581.
582.
583.
584.
585.
586.
587.
588.
589.
590.
Terus kalo dari Mas Tn tadi pengalaman hidupnya kayak
gitu, terus mulai bangkit ini, mulai memaafkan diri
sendiri dan meskipun ada ups and downsnya kayak tadi,
bagaimana sih perasaan Mas Tn terkait dulu pernah jadi
mantan pecandu?
Kalo saya sendiri jadi pecandu, saya... Terus terang ya, mbak,
saya cerita kayak gini, saya lega. Kenapa saya dah yaa ada
yang mau ndengerin kan nggak mungkin cerita ke pacar saya,
diputusin. Jadi seenggaknya saya dah lega saya dah nyimpen
masalah selama ini, saya dah lega cerita udah jatuh bangun
saya dah berkali-kali. Saya nggak mau enggak enggak cuma
di mulut, kadang ee make lagi. Berulang kali. Tapi saya nyoba
terus buat berhenti buat ga pake narkoba, terus nyoba nyoba
nyoba nyoba.. saya dikatakan berhasil juga belom. Dikatakan
sembuh juga belom sembuh bener. Jadi masih proses lah.
Tapi proses buat berhenti, buat buat di rehab tu apa ya
namanya clear and sober atau apa ya ahh lupa e. Iya.
Pokoknya cenderung ke Bahasa Inggris.
Bener..saya juga ngapalinnya susah banget. banyak
banget fase-fasenya Ohh dulu saya inget, saya sampe apalin fase-fase saya apal
semua mbak. Bahasa inggris. Itu kan setelah keluar, saya lupa
Berbagi cerita adalah energi
positif bagi pecandu narkoba
Proses kejatuhan kembali
menjadi hal yang memperkuat
self-forgiveness pada mantan
pecandu
Membagikan cerita atau bercerita
dengan orang lain tentang
pengalaman pribadinya sebagai
seorang mantan pecandu narkoba
membuat informan merasa lega (575-
580)
Informan merasa telah berjuang untuk
jatuh dan bangun berkali-kali dalam
proses pemulihan dari
ketergantungan narkoba. Meski
belum pulih benar, ia tetap berusaha
berproses dan melakukan self-
forgiveness lebih baik dari hari ke hari
(580-586, 590-591)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
591. lupa lupa-lupa. Eee tapi yang jelas saya tetep semangat dalam
berproses untuk kesembuhan. Yah seperti itu mbak.
592.
593.
594.
595.
596.
597.
598.
599.
600.
601.
602.
603.
604.
605.
606.
607.
608.
609.
610.
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
618.
619.
620.
621.
Iya.. Nah sekarang aku pengen ee pengen mengetahui
gimana sih gambaran Mas Tn untuk masa depan, ada
nggak impian-impian yang ingin Mas capai? Waah ada. Saya saya merasa yaa saya sadar, kalo saya udah
tato gini susah saya dapet kerjaan. Telinganya berlubang, kalo
saya nekad saya kan cowo kalo saya ngelamar cewek to, tapi
kalo orang tuanya tau saya bertato, biasanya kalo orang tua
kan beranggapan, beranggapan wah ini orangnya kayaknya
nakal. Terus terang aja mbak, selama sepuluh bulan saya malu
keluar-keluar. Setiap saya keluar rumah saya pake lengan
panjang, saya pake jaket biar apa, biar nggak keliatan. Sampe
sekarang. Telinga berlubang, itu nggak papa. Kalo tato, saya
belum berani. Sampe sekarang saya selalu pake jaket, pake
lengan panjang. Saya ingin ke depannya itu ya saya pengen
mapan, pengen kayak orang-orang lainnya. Umumnya orang
normal, punya keluarga, bahagia, mereka mereka
berkecukupan, tidak tidak hidupnya nggak nggak bermasalah.
Dalam artian bermasalah tu nggak nggak nggak ikut rantai
kayak gitu, narkoba, nggak nggak ada nggak ada pergaulan
negatif. Jadi hidupnya tu nyaman, akrab sama keluarga, dan
nggak ada negatif itu saja pengen itu. Jadi saya juga pengen
kedepannya tu saya pengen kuliah. Saya pengen kuliah
soalnya apa, kalo saya kerja, itu kurang. Maksudnya cuma
segitu-gitu aja, sebulan cuma dua juta aja dan abis. Tapi kalo
saya udah berkeluarga, saya kerja sama orang, apa cukup, kan
enggak. Kalo saya kuliah kan beda hidupnya. Maksudnya
mungkin bertemu dengan orang-orang yang cakupannya luas,
terus yang positif. Jadi saya bisa ikut alurnya, terus saya bisa
diajarin kalo kuliah itu kan mungkin diajarin biar dapet
kerjaan yang lebih bagus, yang lebih yang gajinya lebih,
Penyesalan terhadap diri sendiri
membawa kekhawatiran akan
masa depan
Penyesalan terhadap diri sendiri
atas stigma sosial yang diterima
Pemulihan dari kecanduan
untuk dapat meraih kehidupan
yang lebih baik
Pergaulan akibat narkoba membuat
informan menyesali apa yang telah
dilakukannya sehingga ia
mengkhawatirkan masa depannya
(595-605)
Pandangan sosial negatif yang
dirasakan informan terhadap dirinya
(601-605)
Informan ingin betul-betul ingin lepas
dari dunia narkoba. Ia ingin dapat
menata hidupnya serta memiliki
kehidupan yang lebih baik (605-625)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
622.
623.
624.
625.
kamu lebih.. lebih bisa memahami yang ibaratnya pekerjaan
yang enggak enggak main-main yang nggak semua orang
bisa. Soalnya kan orang kan pingin punya masa depan jadi
kita ini misal ke kampus, misal sekolah yang tinggi.
626.
627.
628.
629.
630.
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.
647.
648.
649.
650.
651.
652.
653.
Kenapa mas dulu pengen nato?
Dulu saya kenal obat terus (batuk) dikompor-komporin temen
saya, “ayoo kita buat”, “lha ngopo?”, “yo rapopo”, “lha
untune opo?”, “opo yo.. wangun yo”, “ho.o po?”, “iyo yo..”
terus saya cobain nah dulu kecil disini (menunjuk tangan)
Terus ke fotokopian nge-printout gambar itu, tak tempel-
tempel kayaknya keren keren keren, tato nggak ya tato nggak
ya tato nggak ya, “ahh wes tato wae!” O tak tambahi. Wah
tambah apa itu namanya, pemikirannya tambah itu, wah wes
kadung. Tato lah, ternyata rasanya kayak gini. Tapi kok
kurang bagus ya, ah tambahin lagi ah, jadi kayak gini deh.
Saya sini sama sini (menunjuk tangan dan bahu). Ohh. Ini
lebih dari sekali ya berarti? Iya. Ini pertama, (menunjuk
tangan) Kecil-kecilan. Coba-coba. Iya tapi kok kok kecil kok
ada yang kayaknya kurang keren, tambahin ini, kok gimana,
terus lhaitu, nambah-nambah lagi, iseng. Saya nindik dulu.
Dulu cuma keciil, pake yang kecil, nngajak-ngajak gitu. Terus
lama-lama waduh minder kan kok besar gilak! Nggak sakit
po itu besar banget? Sakit, sakit, sakit banget mbak. Sakit!
Tapi kalo sekarang udah enggak nggak sakit kan mas?
Atau pas make aja baru sakit? Mmm ini sengaja nggak saya
pake, tapi kan dah nggak bisa nutup mbak. Bisanya dioperasi,
tapi saya nggak mau. Mamah juga kasian duitnya untuk
rumah sakit, makanya saya nggak mau. Dah nggak kok mbak
udah terlanjur. Saya mikir, kalo tangan saya disetrika waduh
gimana masak disetrika. Ya janganlah tapi ya nanti jadinya
ngeri kan. Lha iya itu makanya, lha itu lho saya gelinya disitu!
Jadi kayak ada tembelan gitu ya mas. Iyaa jadinya kayak
Penyesalan terhadap diri sendiri
karena menato tubuh
Pengalaman menato
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
654.
655.
656.
657.
658.
659.
ngeri. Kalo disini (dada) nggak masalah, lha kalo disini
(tangan) ya gimana? Yaudah, dah terlanjur. Saya juga ada
temen yang sampe muka tatonya, gimana lagi. saya yang di
tangan aja nyesel, kalo yang sampe muka njuk kepiyee. Tapi
saya nggak mau tanya, ndak dia nanti gimana. Yaudah ya
cuman..perasaan menyesal itu pasti ada mbak. Senengnya
jaman dulu, sekarang nyesel rasanya.
Penyesalan terhadap diri informan
yang telah menato tubuhnya (654-
659)
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
675.
676.
677.
678.
679.
680.
681.
Hmm oke. Kalo sekarang saya ajak Mas Tn berandai-
andai, bayangkan lima tahun kedepan kira-kira Mas
bakal seperti apa sih?
Kalo berandai-andai saya sering sih mikir nih njuk wah
gimana? Aku bakal seperti apa, seriing. Lima tahun ke depan
ya saya ingin saya nyaman, dan saya mau punya.. apa ya..
kehidupan keluarga baru. Saya nggak mau lagi masuk saya
kembali, saya pengen punya kedepannya saya pengen lebih
nyaman, saya pengen bergaul dengan orang-orang yang
selayaknya orang normal. Nggak, katakanlah pergaulan yang
kayak tadi, yang nggak waras, saya nggak mau lagi kenal
orang yang nggak waras kayak seperti ini. Terus nggak ada
lagi pergaulan negatif, pokoknya yang menimbulkan buruk
sebaiknya saya nggak mau lagi, kedepannya saya nggak mau
lagi. Saya pengen lebih baik. Yaa lebih baik itu kan mulai dari
sikap, dari perilaku, dari hati. Dari hati terus dari yaitu dari
hati melawan diri sendiri. Lha itu yang paling susah. Terus
ada niat, support keluarga pasti, lha itu teman belum. Karena
kebanyakan walaupun sign out, teman-teman saya itu negatif
semua. Gaada yang make sabu, masih pake obat, soalnya dah
terlanjur saya kenal mereka. Dan saya bergaul juga sama
mereka. Saya nggak mungkin menyalahkan mereka.
Impian untuk hidup dengan
baik menghilangkan
kekhawatiran akan masa depan
Impian untuk menjadi pribadi
yang lebih baik
Dukungan keluarga
menguatkan untuk melawan
keinginan kembali mencandu
Penyesalan terhadap diri
sendiri, bukan terhadap
lingkungan pergaulan negatif
Terkadang informan merasa
kebingungan akan masa depannya.
Akan tetapi, ia memiliki harapan
untuk dapat hidup dengan baik
bersama keluarganya dan lepas dari
dunia narkoba (663-674)
Di masa depan, informan ingin lebih
memperbaiki dirinya agar menjadi
pribadi yang memiliki sikap, perilaku,
dan hati yang lebih baik. Meskipun
untuk melawan diri atas keinginan
mencandu tersebut sulit, namun
informan yakin dengan adanya niat
serta dukungan dari keluarga akan
sangat membantu (674-677)
Informan menyadari ia telah bergaul
dengan teman-teman yang membawa
dampak negatif, akan tetapi ia tidak
menyalahkan mereka atas
kecanduannya terhadap narkoba
(677-681)
682.
683.
684.
Temen-temen Mas Tn tau nggak, temen-temen yang
make ini tau nggak sih kalo Mas Tn sudah dalam ee
proses pemulihan?
Keinginan berhenti mencandu
bersifat pribadi
Informan merahasiakan keinginan
berhenti menjadi pecandu narkoba
dari teman-temannya yang belum bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
685.
686.
687.
688.
689.
690.
691.
692.
693.
694.
695.
696.
697.
698.
699.
700.
701.
702.
703.
Nggak, nggak tau. Saya nggak pernah bilang. Nggak pernah
cerita-cerita, nggak pernah. Saya juga nggak pernah kayak
misal “eh mbok udah jangan make lagi” itu juga enggak.
Karena pilihan itu ya mas. Iya. Saya pernah sih, ngasih tahu
ya tapi anggepnya mereka bercanda. Kan temen saya kan ada
yang dah berkeluarga, dah punya anak.. saya masih aktif obat,
dulu pernah duluu temen saya itu mantan pecandu sabu-sabu
juga udah pernah ketangkep, terus juga nggak make lagi.
Udah kapok. Tapi saya juga nggak tau, yaa takutlah apa
enggak, cuman setau saya, aktif pake obat, saya tanya kenapa
kan itu kan, “mosok nek anakmu wes gede mosok reti nek
nganggo narkoba, piye?” “Wah yo ra lah, Tan, ngawur..” ya
aku bercanda. Oiyo wes, yaudah.. aku nggak cerita sama
siapa-siapa enggak, kalo saya udah pengen berhenti enggak,
jadi saya nggak mau cerita, saya cuma mau nunjukin. Soalnya
apa ya, kalo omongan kan didenger orang kan ah bullshit,
kalo dilakukan kan enggak, kenyataannya seperti itu. Gitu,
jadi saya nggak mau ngomong ke orang-orang, “eh ayo ayo
rasah nganggo meneh” Paling cuma diketawain.
Kecenderungan menutupi
keinginan pulih dari sesama
pecandu
Pengalaman pecandu lain
menjadi alasan keinginan
berhenti menjadi pecandu
Proses pemulihan pecandu
bersifat pribadi.
Keinginan untuk membuktikan
kepada orang lain bahwa
mampu berhenti dari narkoba
menerima keputusan terebut (685-
687, 688-689)
Contoh kehidupan teman-teman
informan yang menjadi pecandu
narkoba turut menjadi cermin
reflektif sebagai suatu pembelajaran
baginya untuk berhenti menggunakan
narkoba (689-697)
Informan tidak bercerita pada teman-
teman sesama pecandu narkoba
bahwa ia telah berhenti menggunakan
drugs of choice karena ia ingin
membuktikan bahwa ia betul-betul
ingin pulih. (697-703)
704.
705.
706.
707.
708.
709.
710.
711.
712.
713.
714.
715.
716.
Hehehe iya juga ya mas, okey. Nah selanjutnya mas,
gimana tanggapan Mas Tn tentang peran pemaafan diri
dalam proses pemulihan mantan pecandu narkoba?
Berperan banget. Karena apa, karena memaafkan diri sendiri,
memaafkan diri sendiri kita udah komitmen, udah nggak lagi
nyentuh, pake barang haram. Soalnya kita udah maafin diri
kita yang dulu. Otomatis, kalo kita pake lagi, sama aja dong,
sama aja dong. Minta maafnya tu dah nggak berlaku lagi,
soalnya apa? Akunya ngulangin lagi. Kan gitu.. Jadi harus
berani komiten, kalo kamu udah berani memaafin diri kamu
sendiri, ya kamu komitmen dong sama minta maafmu itu biar
nggak pake lagi, balik kayak gitu. Gitu.. tapi kalo kamu pake
lagi ya sama aja, kamu harus minta maaf lagi. Yaitu yang
Self-forgiveness membantu
dalam menguatkan komitmen
pecandu untuk berhenti
menggunakan narkoba
Informan merasa bahwa self-
forgiveness sangat berperan dalam
proses melepaskan diri dari
kecanduan narkoba. dengan
melakukan pemaafan diri, segala
penyesalan dan kesalahan yang telah
dilakukan diri sendiri telah
dimaafkan. Selanjutnya, informan
telah berkomitmen untuk tidak
melakukan kesalahan yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
717.
718.
719.
720.
721.
722.
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
730.
731.
732.
733.
734.
735.
736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
745.
746.
747.
namanya jatuh bangun itu berulang kali saya. Tapi saya nyoba
nyoba nyoba nyoba nyoba terusss... pernah sih, di rumah
semingguan nggak keluar, biar apa? Biar saya nggak ketemu
sama mereka. Tapi saya malah suntuk, saya bosen. Nggak ada
temen ngobrol, nggak bisa bercanda. Yaa ngobrol sama
keluarga, tapi kan kalo sama temen kan lebih asik ya to. Jadi
maenlah sama temen-temen, sesekali enggak pake, besoknya
eh pake lagi, teroos setiap hari, jatuhlah. Kan gitu. Jadi susah..
niatnya masih goyah masih pertentangan sama iya apa
enggaknya itu. Ya itu semua kan kembali ke diri kita sendiri.
Tinggal kamu berani ambil pilihan nggak buat hidup. Soalnya
saya juga mikir, saya udah dua puluh tahun, saya harus pikirin
masa depan. Kalo saya gini-gini terus, soalnya saya udah liat
ribuan cermin itu yang wah yang rumah tangganya kacau
karena narkoba, saya saya mikir: “wah sesuk aku koyo ngono
po yo? Ah ora, ora!” Trus aku liat yang lain, “wah engak
enggak enggak”, terus seperti apa? Nah makanya kita
bersikap, kalo sekarang memilah mana yang baik mana yang
enggak, biar nggak seperti yang kita lihat. Bener mbak, saya
liat cermin itu dah ribuaan. Temen-temen saya. Nah saya
ambil dari pengalaman mereka cerita, mereka ngeluh, mereka
gini gini gini. Biar besok kelak kalo saya berkeluarga, saya
biar nggak kayak temen-temen saya. Saya nggak mau, nggak
mau banget, dan jangan sampe. Cuma saya ngeliat aja tu saya
udah ngerasain bossy. Temen saya tu kalo apa, gimana pasti
dah bingung banget, mesti kacau. Apalagi yang sampe
dipenjara wah itu wahh pait. Meskipun saya belum pernah
dipenjara, cuma di sel aja, wah rasanya mbak. Kan nggak,
kalo Mas Tn dulu nggak sampe disiksa kan? Enggak, kalo
dipukul enggak saya, oiya. Saya yaa pokoknya, nggak enak.
Nggak enaknya, waaah pait. Ya mana to, orang yang minta
dipenjara kan nggak ada.
Proses kejatuhan kembali
menjadi hal yang memperkuat
self-forgiveness pada mantan
pecandu
Pengalaman pecandu lain
menjadi kecemasan akan masa
depan
yaitu menggunakan narkoba sehingga
ia siap memulai hal yang baru (707-
715)
Beberapa kali informan sempat
mengalami relapse yaitu memakan
narkoba jenis sabu lagi. Proses self-
forgiveness harus ia lakukan berulang
kali pula hingga ia teguh untuk tidak
kembali menggunakan narkoba (715-
727)
Pengalaman teman-teman serta diri
informan sendiri sebagai sesama
pecandu narkoba membawa
keprihatinan akan kehidupannya di
masa mendatang kelak (727-743,
744-747)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
748.
749.
750.
751.
752.
753.
754.
755.
756.
757.
758.
759.
760.
761.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.
773.
774.
775.
776.
777.
778.
779.
Kalo saya denger ini ni mas, kalo narkoba kasusnya
narkoba, kalo mau keluar atau grasi di penjara itu bisa
bayar? Bisa apa? Bayar.. Memang. Tapi bayarnya mahal
sekali, bisa lebih dari seratus juta... Oiya! Puluhan bahkan
sampaai ratusan juta! Bener. Itu bisa. Bahkan di penjara aja
masukin sabu bisa. Masukin sabu dipenjara bisa, lewat sipir.
Kita bayar segini. Ngeri ya.. Ini HP kayak gini saya punya,
misalnya kita beli dua juta diluar, di dalem penjara bisa
sepuluh juta. Untuk buat bisa dipake di penjara? Iyaa.
Kalo kemaren tu saya ngobrol sama Pak Eko, ini,
pakenya pulsa, misal saya mau pake nih, Iyaa. Mau
telpon, berapa pun lama nelponnya, saya bayarnya
seratus ribu, begitu juga bisa ya? Iyaa bener. Emang bener.
Karena disana di pakai itu kan pake wartel ya. Pake wartel.
Kan pasti kan durasi katakanlah, tiga menit kamu telepon dan
kamu tak tungguin, kalo kamu tak tungguin, kalo kamu punya
uang, km tak kasih satu juta, setengah jam deh, kalo enggak
satu jam, tapi bapak nggak usah ndengerin. Saya mau
datengin barang, oke siap. Nah itu cuman telpon lho, bayar
satu juta. Barang dateng lima juta, mau masukin HP sepuluh
juta. Beli kartu perdana kartu paketan, karena saya diceritain
sama temen saya yang habis keluar dari penjara, habis
rampok, dia bisa beli charger itu lima ratus ribu. Charger HP.
Nggak nggak ada stop kontak, nggak. Mereka bikin sendiri.
O gitu?! Iyaa, dinamo, dari baterai. Wah itu piye buatnya?!
Iyaa.. baterai ABC alkaline, dilepasin semua kan ada kabel to
mbak belakangnya itu, nah terus kabel lampunya itu,
dipotong pake sikat gigi dilancipin ujungnya, potong nanti
kabelnya disambungin ke situ, kalo mau ngetes lampunya
harus pagi, biar dayanya nyambung ke baterai tadi alkaline.
Ya katakanlah ABC, karena kan min plus, (tertawa) yaa itu
ada kabel orang penjara di drag, baterainya dilepas kan ada
Penyesalan terhadap diri sendiri
atas pengalaman dipenjara
Pengalaman dipenjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
780.
781.
782.
783.
784.
785.
786.
787.
tembaganya kotak-kotak kecilnya itu kan yang min sama
plus. Terus ditempelin dilem kabel yang tadi dari baterai
dilepas, terus ditempelin sama yang min sama plus, trus
disolasi biar nempel, ditunggu setengah hari lah kalo nggak
lapan jam. Lhaa nanti dilepas-lepas dimasukiin HP lagi, udah
nyala, gitu. Jadi nggak pake stop kontak. Itu, itu belajar
sendiri atau... Belajar sendiri. Kan gimana caranya kita. Tapi
juga mereka bawa masuk baterai dan isolasi itu berarti
juga tetep sipir. Bayar, bayar supaya bisa masuk bayar.
788.
789.
790.
791.
792.
793.
794.
795.
796.
797.
798.
799.
800.
801.
802.
803.
804.
805.
806.
807.
808.
809.
810.
Waktu saya kemaren ke tempat Pak Eko itu, ada ibu-ibu
itu suaminya abis ketangkep, terus minta tolong, katanya
disuruh bayar dua ratus lima puluh juta untuk jaksa,
hakim, dan juga yaah banyak pokoknya. Terus saya
waktu itu belum ngobrol sama Pak Eko, belum paham,
terus saya dengerin kok mbaknya ngeri banget gitu. Dan
dia ini chinese gitu, terus kayak diperes gitu Oooiya bener bener bener.. itu biar meringankan masa
tahanan. Soalnya temen saya ada yang kayak gitu. Ketangkep
ganja, harusnya lima tahun vonisnya, tapi dia habis tiga ratus
juta jadi kenanya empat bulan. Wani piro berarti ya. He eh.
Jadi kan Indonesia kan hukum bisa dibeli. Jadi yaa saya
bilangnya, Indonesia bersih obat itu omong kosong. Indonesia
bersih narkoba itu omong kosong. Soalnya masih banyak
yang kotor, itu barang muter. Yang jual polisi. Sekarang gini,
nggak munafiklah, bandar aja diajak rapat sama BNN.
Bandar, iya! Bandar diajak rapat sama polisi, bandar gede lho,
nggak main-main. Berarti bandar gedenya itu jual sabu, sabu
sitaan. “Tolong dong kamu edarin, jadiin uang, ini kamu tak
kasih sekian”, “oke lapan enam”. Bandarnya oke, setuju,
bandarnya nyari orang nih, misalnya mbak. “Eh mbak, tolong
dong, jualin barangku, nanti kamu tak kasih sekian. Tak
bonusin wes satu juta”, “oh oke. Cuma suruh jualin to?” “Iya
Penyesalan terhadap diri sendiri
atas pengalaman dipenjara
Pengalaman dipenjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
811.
812.
813.
814.
815.
yang penting laku. Tapi nanti mbak tak jadiin tumbal, aku
bilang sama bandar, nanti bandarnya bilang sama polisinya,
ni aku bawa orang, tangkep aja”. Ditangkep sama polisi.
Nanti disuruh bayar mahal? Nahh iya gitu teros, muter
terus. Narkoba itu nggak mungkin abadi.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
825.
826.
827.
828.
829.
830.
831.
832.
833.
834.
835.
836.
837.
838.
839.
840.
841.
842.
Makanya kayak ini kayak temen Mas Tn itu macem
begitu ya mas mestinya
Iyaa iya. Nah terus ada juga temen saya yang lupa pokoknya
yang tadinya sepuluh tahun, terus ada tempat bunker tu
dinamakan, kita inget nyimpen HP biar sewaktu-waktu sipir
ngecek kamar kita, nggak lagi pegang HP. Nah temen saya
kan jam sepuluh malem harusnya ditaruh di bunker tapi malah
di taruh di bawah bantal tempat tidurnya, waktu sipir dateng
ketauan. Dicek kan, ada barangnya ada nggak, terus ketauan,
tambah hukuman, jadi tambah sepuluh tahun lagi. Jadi dia
jalanin dua puluh tahun. Dia baru jalanin dua tahun, dan
sekarang dia mastinya masih delapan belas tahun lagi kan itu.
Kalo tahu ya temen saya itu, lah sekarang dia masih
ngendaliin. Dia nggak mau bayar? Enggak, soalnya dia
nggak, nggak kapok. Soalnya udah nggak bisa lagi keluar, itu
kemungkinan bisa dilempar ke Nusa Kambangan. Lha itu
temen saya..di Nusa Kambangan itu udah kelas berat! Waah
itu dah kelas.. anggapannya udah maaf ya isinya penjahat
semua, yang udah kelas berat banget terus semuanya udah
waah udah ck, udah papan atas semua. Isinya kan orang-orang
yang berat hukuman seumur hidup isinya. Pokoknya yang
berat-berat deh, diatas sepuluh tahun dilempar kesana. Lha
kan kalo udah kelas berat dilempar ke Nusa Kambangan. Lha
itu temen saya kan tinggal nunggu, tinggal nunggu di lempar
ke NK tapi untungnya dia nggak kena hukuman mati. Karena
Jokowi. Coba kalo dulu SBY. Padahal dia ketangkep
jamannya SBY. Pas dia tambah vonis dah jokowi. Jadi nggak
Penyesalan terhadap diri sendiri
atas pengalaman dipenjara
Pengalaman dipenjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
843.
844.
845.
846.
847.
848.
849.
850.
851.
852.
853.
854.
855.
856.
857.
858.
859.
860.
861.
862.
hukuman mati. Tapi dia juga bilang sama aku, “tapi aku nek
dihukum mati aku yo rapopo kok, Tan”, lha aku njawab
“ngopo?” “rong puluh taun ning kene po yo ora edan aku?!”
“yowes piye meneh sabar yo mas”, “percuma tan kowe
ngomong sabar lha kan kowe bebas”. Lha dia udah anggap
penjara itu rumahnya, lha gimana lagi? Terus yaitu dia nggak
kapok, dia ngendaliin sabu dari dalem. Tapi kok masih bisa,
masih bisa ngendaliin sabu? Masih bisa, masih bisa. Karena
yaitu tadi, dia cari orang, buat jadiin peluncurnya dia. Kalo
semisal ada yang mau lobi sama dia. Nanti dia calling
peluncurnya, “tolong dong kamu taruh barang disini, nanti
alamatnya kamu tulis, kamu fotoin dimana kamu taruh, terus
kirimin ke aku”, “siap, ndan”, “nanti kamu bilang dah siap
oke”. Lha nanti yang beli, digeser, dikirim, dikasih alamatnya
sama fotonya, biar mereka cari. Lha itu lah.. jadi sabu tuh ga
ada yang face to face. Ga ada yang berani. Jadi pasti alamat,
dimana-mana alamat. Jadi ga akan langsung, selain itu, dia
juga kan di penjara. Transport dulu baru dapet barang?
Iyaa transport dulu baru barang turun. Nggak barang dulu
baru uang. Nggak nggak ada. Ada pun baik banget tuh
orangnya.
863.
864.
865.
866.
867.
868.
869.
870.
871.
872.
873.
Berarti Mas Tn akhirnya belajar memaafkan diri sendiri
itu setelah lepas dari rebahilitasi ya, gimana sih mas
caranya memaafkan diri waktu itu?
Iya.. saya bukan dari.. memaafkan diri sendiri bukan dari
rehabilitasi. Bukan. Saya dari nasadnya hal-hal yang saya
alami. Nah seperti saya... ketangkep polisi, saya melihat
orang tua saya sedihh, terus saya orang tua kacau, nangis, dari
situ lah timbul rasa “wah kok aku ngantek, kok aku seperti ini,
kok aku jadi kayak gini?” kalo aku nggak kayak gini kan
nggak akan terjadi. Kalo aku kan aku niat pingin berhenti,
pingin niat, jadi yaa itu, terus wah udahlah ngapain sih, terus
Rasa bersalah terhadap diri
sendiri dan keluarga menjadi
kunci proses self-forgiveness
pada mantan pecandu narkoba
Informan mempraktekkan self-
forgiveness bukan semasa rehabilitasi
pecandu narkoba melainkan selama
masa after-care. Ia melihat pada hal-
hal yang telah ia alami. Kesedihan
orang-orang terdekatnya (keluarga)
membuatnya menyadari bahwa
tindakannya waktu itu sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
874.
875.
876.
877.
878.
879.
880.
881.
882.
883.
884.
885.
886.
887.
888.
889.
890.
891.
892.
893.
894.
895.
896.
897.
898.
899.
900.
901.
902.
903.
904.
905.
eng- engak mau lain lagi. Terus aku mulai memaafkan diri
sendiri, ambil komitmen buat enggak lagi pake, biar
semuanya kembali seperti sedia kala. Tapi kenyataanya aku
belum bisa, saya mencoba lagi aku jatuh lagi, aku coba lagi,
aku jatuh lagi. Ini gimana? Saya nanya salahnya apa?
Ternyata aku kurang pendekatan dengan Tuhan. Mulai dari
situ aku berdoa, “Tuhan, bantu saya”. Karena itu Tuhan kasih
jalan. Biar saya nggak ditemukan seperti hal-hal seperti itu
lagi, ya dengan ke gereja, di rumah, membantu orang tua
semisal mencuci piring atau kalo nggak cari kesibukan lain,
kerja. Kalok kita kerja, kita akan ngurus kerja, nggak lagi
main yang nggak lagi bergaul dengan orang-orang yang
seperti itu. Dan saya udah nyoba, saya coba. Pelan-pelan, ya
oke sama orang lain, yang ngajakin. Saya nggak tumbang
semangatnya itu enggak. Saya enggak saya nggak mau ambil
pusing, udah sante aja nggak apa-apa. Mungkin Tuhan kasih
cara lain. Mungkin.. Karena orang yang udah berusaha sampe
begini. Pasti kan membuahkan hasil kan mbak, jadi saya
nggak mau berhenti berusaha. Entah itu mau kek gimana
seperti apa, saya jalani. Soalnya apa ya, itu buat hidup yang
nentuin diri sendiri, kedepannya kan nggak mungkin
selamanya kita berharap pada orang tua. Ada saatnya kita bisa
sendiri, ngatasin semuanya sendiri, nggak ngandelin orang
lain. Kita cuma bisa ngandelin Tuhan. Dari kita, niat kita
sendiri. Nah disitulah, ya trus merenung, merenung,
merenung nanti pasti ada jalan keluar, entah itu seperti apa,
pasti ada. Nggak mungkin nggak ada, karena apa, niat kita
baik, enggak baik. Masa Tuhan bukain niat orang jelek, nggak
mungkin. Tuhan pasti ingin niat orang baik. Kalo orang yang
bener-bener niat dari hati. Karena niat Tuhan kan baik. Kan
enggak, kan dari hati kita. Otomatis gitu. Seperti lebih ke
religius, keluarga, berdoa, dan berani menyikapi hidup.
Dealing terhadap masa lalu
sebagai kunci self-forgiveness
Self-forgiveness menguatkan
niat dan komitmen untuk tidak
lagi menggunakan narkoba
Religiusitas sebagai penguatan
dari self-forgiveness
Sikap dalam lingkungan
pergaulan pasca melakukan
self-forgiveness
pecandu narkoba adalah hal yang
tidak benar (866-872)
Self-forgiveness informan diawali
dengan menerima semua yang telah
terjadi dan mengambil komitmen
untuk berhenti menjadi pecandu
narkoba (872-876)
Informan mengalami jatuh bangun
dalam proses memaafkan diri. Ia
menyadari bahwa kekuatan yang
dapat mendorongnya untuk lebih taat
pada komitmen adalah dengan
kekuatan iman akan Tuhan.
Kepercayaan informan bahwa semua
yang terjadi pasti atas kehendak
Tuhan membuat ia berprasangkan
baik terhadap pengalaman hidupnya.
Informan selalu berusaha untuk
memantapkan niat dalam hatinya
dengan penuh kesungguhan untuk
berhenti dari kecanduan narkoba
(876-904)
Informan merasa bahwa mantan
pecandu narkoba akan selalu
dihadapkan pada situasi yang
menggodanya untuk kembali
menggunakan narkoba. Oleh sebab
itu, informan meyakini bahwa ia
harus mampu mengambil sikap yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
906.
907.
908.
909.
910.
911.
912.
913.
914.
915.
916.
917.
918.
919.
920.
Dalam arti menyikapi hidup, menyikapi misalnya ketemu
temen, ketemu siapa, sikap kita gimana, kalo saat temen
nawarin itu kita gimana. Lha mungkin Tuhan ngetes, ini udah
jatuh tapi ah coba deh reaksi gimana? Kuat nggak imannya?
Seperti itu. Nah kalo misal kita goyah, nggak lari lagi ke
narkoba, kita lari ke Tuhan. Kita doa. “Tuhan, entah seperti
apa, tolong bantu aku”. Tuhan pasti bantu, pasti kasih jalan
keluar, entah itu apa. Soalnya saya juga pernah mengalami
berkali-kali. Saya berdoa, dikasih jalan keluar sama Tuhan.
Udah dikasih jalan keluar, saya make lagi. Nah disitulah saya
ada niat gimana, kok seperti ini, mau sampe kapan? Masi
muda, takutnya saya udah mikir yang enggak-enggak.
Soalnya saya hanya, nggak munafik, saya masih banyak dosa,
kalo sewaktu-waktu saya berbuat gitu lagi. Saya mending niat
kan dari sekarang, itu gimana waaah... juga pengen punya
keluarga, pengen punya kehidupan yang baik, seperti orang-
orang lain. Kayak gitu.
Proses kejatuhan kembali
menguatkan niat untuk pulih
dari kecanduan
Impian masa depan yang baik
menjadi pemicu dinamika self-
forgiveness
bijak dalam setiap langkah
kehidupannya pasca berhenti dari
kecanduan narkoba (904-912)
Kesadaran informan bahwa ia telah
beberapa kali mengalami relapse
membuatnya bertekad untuk
memantapkan niat dan komitmen
menjauhi narkoba demi masa
depannya yang lebih baik (912-920)
921.
922.
923.
924.
925.
926.
927.
928.
929.
930.
931.
932.
933.
934.
935.
Mas Tn ni cuma pake sabu jenis itu atau semua-semua
dicoba? Apa seringnya pake sabu? Biasanya sabu.
Tembakau gorilla juga pernah tapi cuma beberapa bulan.
Nggak nggak sampe tahunan saya pake. Saya cuma berapa
bulan ya pake itu.. Saya baca-baca tu pemilihan mo pake
apa tu emang ada motif tertentu ya, emang cocok pake
apa gitu? Iya emang gitu mba. Emang kalo untuk Mas Tn
sendiri, dari macem-macem itu ya mas, kenapa milih ini
sabu? Soalnya jujur ya ini mbak, ini yang rasanya enak bener,
saya nggak bohong, ini enak. Yang kedua, saya cocok.
Cocoknya gini, itu itu obat itu bisa itu emang dipake emang
gimana ya bisa santai cuma bahagia gitu lho, padahal ya
nggak ngapa-ngapain. Bawa uang dua ribu kemana-mana tu
ya bawaannya seneng. Ketemu temen seneng, taunya “nyabu
po koe?”, ora. Tapi ya nggak bisa tidur, ini matanya item. Ya
Drugs of choice disesuaikan
oleh kebutuhan pribadi
Konsekuensi dan risiko
penggunaan narkoba jenis sabu.
Efek memakai narkoba jenis sabu
dianggap informan menyenangkan
dan cocok dengan mobilitasnya
sehari-hari (929-935)
Konsekuensi atau risiko yang
dirasakan informan selama mencandu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.
943.
944.
945.
946.
947.
948.
949.
950.
951.
952.
953.
954.
955.
956.
emang fresh meski ga bisa tidur, laper aja ngga kerasa mbak.
Makanya kalo pecandu sabu yang berat itu pasti badannya
kurus. Karena nggak makan ya? Iya karena nggak makan
mbak, adanya cuman haus karena ininya (menunjuk
tenggorokan) kering, jadi cuma minum air putih. Tapi nggak
sampe gimana-mana, cuman kering. Karena tipe orang yang
yaa ngerocos terus pasti tambah kering kan mbak jadi keluar
apa namanya semisal orang aslinya tu keluar. Jadi kalo orang
suka jalan ya nanti nongkrong terus, kalo main hape ya bisa
hapean terus kayak autis. Iya mbak, main game terus. Wah
seharian, pernah saya tu main game sampe seharian tu sampe
haus banget. pernah saya tu sampe matanya nge-blur. Karena
liat hape terus ya mas? Iya..sampe jalan aja susah karena
nge-blur semua mbak. Pernah juga parno, yaitu yang nggak
enak parnonya itu. Nanti kalo udah parno, ketemu siapa-siapa
pikirannya udah aneh-aneh, curiga, waduh jangan-jangan dia
polisi kok ngikutin terus, padahal dia orang biasa, orang
lewat. Tapi ya karena udah parno duluan, udah down, trus jadi
jadi pikirnya setiap orang yang ketemu di jalan tu
mencurigakan. Tapi rasa parno tu kadang datang kadang
ilang, soalnya apa soalnya tak bawa santai...
sabu yaitu seperti tidak merasa lapar
sehingga badannya kurus, selalu
merasa haus karena tenggorokan
sangat kering, tidak bisa tidur untuk
waktu yang berkepanjangan, keringat
berlebihan, dan paranoid (935-956)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Lampiran 2. Analisis Data Informan 2 (Nn/20)
No. Verbatim Tema Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mbak Nn ini untuk drug of choicenya, Mbak Nn dulu
sempet pake apa?
Aku pake obat sama minuman. Benzo mbak, benzo. Kalo
benzo ini dia masuk Psikotropika ya mbak kalo golongan
narkobanya? Kurang tau sih, kan obat yah. Masuknya...
obat-obatan to mbak. He eh psikotropika
Latar belakang informan yang
memiliki drugs of choice benzo
dan alkoholik
Informan mengatakan bahwa ia
menggunakan drugs of choice
benzo selama menjadi pecandu. Ia
juga memiliki kecanduan
alkoholic (3, 5-6)
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Dulu waktu pake itu umur berapa to Mbak Nn?
Pertama kali? Kalo pertama dulu itu? Empat belas tahun tiga
belas tahun, tiga belas tahun. Itu memang dulu sampe ini ya
mbak, sampe kecanduan waktu itu? Iya, kecanduan.
Banget sih. Setiap hari harus pake terus jadi kalo udah nggak
ada stok barang juga pergi kan. Jadi ibarate sampe gembretek
itu kayak bingung sendiri. Nyari sendiri terus barang itu terus.
Latar belakang informan yang
mulai kecanduan benzo sejak usia
13 tahun
Informan mengenal narkoba
ketika berumur tiga belas tahun
dan akhirnya menjadi pecandu
ketika tidak bisa berhenti
mengonsumsi benzo tersebut (8-
9, 10-13)
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Nah itu tu waktu itu awal ceritanya gimana sih mbak, kok
bisa kenal benzo, kenal minuman...
Mmm mungkin kan nggak ada kenyamanan di rumah, terus
lebih sering main sih main sama temen-temen itu aku masih
SMP, terus sama temen, diajakin itu kenal kenal anak-anak
jalan gitu. Terus dah tu disana tu bebas, terus seneng, disana
mulai seneng-seneng bisa. Akhirnya kan mereka juga pada
pake kan, akhirne kita ikut ketarik ya itu.. jadi mereka pake
kita jadi ikut ngerasa-ngerasain rasane gimana to? Sekali
nyobain malah ketagihan terus.
Pergaulan bersama anak jalanan
dan perilaku junkie merupakan
pelarian dari ketidakarmonisan
keluarga
Informan merasa tidak ada
kenyamanan berada di dalam
keluarga. Oleh sebab itu, ia
memutuskan untuk kabur dari
rumah dan lalu mengenal narkoba
karena bergaulan bersama anak-
anak jalanan (16-23)
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Mmm kalo alkoholnya apa mbak pakainya, tertentu
atau?
Macem-macem saya pernah coba. Oh semuanya dicoba...
minumnya dioplos atau? He em, tapi nggak mesti to mbak.
Ada yang oplos ada yag enggak, kayak gitu. Minum bareng
temen-temen kadang. Tapi di rumah juga sih sering sih dulu,
Pergaulan bersama anak jalanan
menjerumuskan pada kehidupan
pecandu narkoba
Ketika menjadi pecandu,
informan telah mencoba semua
jenis narkoba. Ia menggunakan
narkoba bersama teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
30.
31.
dibawa ke rumah kan. Dulu sering berarti kan makayak terus.
Jadi ya tetep dibawa pulang ke rumah kan pastinya.
temannya baik di jalan maupun di
rumah (26, 27-31)
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
Oke. Nah terus waktu ma sempet make itu mbak ini saya
katakan itu obat-obatan dan alkohol itu minuman, itu
yang Mbak Nn rasain apa to mbak? Setelah make dan
setelah minum gitu?
Yang waktu makein pengaruhnya sama kecanduan? Ya kalo
lagi make kan rasanya kayak pusing, ngefly gitu, rasanya
kayak enak aja. Dasarnya aku kan orangnya kan keras, terus
emosional kan mbok tapi kan kadang kalo make itu kan lebih
tenang, lebih ibarate kalo misalnya pake obat yang benzo kan
enak. Hawanya cuman pengen diem aja. We cuma diem aja
nggak pengen ngapa-ngapain cuman diem orang mo ngapa
juga bodo amat gitu. Jadi nggak terlalu kebawa emosi terus
bisa lebih enak lebih enak, lebih santai gitu sih. Kan emang
aku orangnya emosional gitu mbak. Jadi kalo make itu tu
rasanya cuma enak, tenang, nyaman itu aja. Karena emang ee
akunya kan karena emang dulu sempet bentrok kan dulu,
nggak boleh tinggal disini dulu sama..musuhan sama orang
tua. Jadi biar nggak kepikiran, biar tenang, yaa pake kayak
gitu terus.
Oh jadi tu kayak antidepresan gitu ya mbak? He eh. Bikin
tenang, diem aja, tapi malah gak bisa tidur. Oh malah ga bisa
tidur? He eh. Tapi tenang, tetep kerasa tenang.
Lha waktu itu dapet kayak dapet akses dapet obat-
obatannya itu dari teman-temen mbak?
Semuanya dari temen-temen, temen-temen...karena aku turun
ke jalan itu.
Efek pemakaian drugs of choice
yang sesuai dengan kebutuhan
relaksasi
Keinginan efek drugs of choice
yang dapat membuat lupa akan
permasalahan keluarga
Pergaulan yang menjerumuskan
pada kehidupan junkie
Informan merasa sebagai orang
yang keras serta emosional. Oleh
sebab itu, drugs of choicenya
adalah benzo (psikotropika) yang
cenderung membantunya untuk
kalem dan rileks (36-47)
Perasaan tenang dan rileks akibat
narkoba juga membuat informan
melupakan sejenak
perseteruannya dengan orang
tuanya yang berkepanjangan (47-
50, 51-52)
Informan mengenal narkoba
karena pergaulannya dengan
anak-anak jalanan (57-58)
59.
60.
61.
Ooh.. terus waktu itu gimana sih mbak ceritanya sampe
Mbak Nn akhirnya mau berhenti make dan mengonsumsi
obat maupun minum? Berhenti karena mungkin karena
Faktor keluarga tidak serta merta
membuat berhenti menjadi
pecandu narkoba
Sebelumnya, informan mengakui
bahwa sampai memiliki dua orang
anak sekalipun, ia masih juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
Tuhan sih, kalo itu. Kan kalo misalnya kalo dari anak-anak
semenjak punya mereka aku masih pake terus, karena kalo
karena keluarga emang aku agak keras, emang dimarahin
udah usir udah kayak apa juga aku tetep make terus kayak
nggak ada rasa takut sama siapapun. Akhirnya mulai.. mulai
pengen deketin diri aja sama Tuhan kayak besok aku aku
yakin sadar semua bakalan mati to mbak, semua bakalan mati,
bakal ada pembalasan kan di hari akhir, kan gitu. Kan gitu to?!
Itu sih mulai tau kayak di instagram itu sering kayak ada
pembalasan di hari akhir di akhirat, aku takut. Biasanya di
explore itu ya mbak. He eh! Sering keluar, nanti disiksa
disana, apa yang kita lakuin dibales kayak gitu. Walopun kita
keliatan diem, kayaknya baik gitu, tetapi kita ngeluarin kata-
kata kasar sedikit nyakitin hati orang itu kan bakal dibales
disana kan itu yang buat aku takut sih, yang bikin aku pingin
berhenti dari semuanya. Terus kan kayak kita minum
minuman keras itu kan juga sholate nggak diterima, kita juga
malaikat pun nggak mau mendekat sama kita. Itu sih yang
buat aku bener-bener takut. Takut pembalasan di hari akhir
sih. Soalnya kalo aku nggak inget Tuhan itu sekarang masih
make soalnya sekarang punya mereka berdua pun aku masih
make. Gimana sih berhenti ya kan mbak?!
Perasaan superioritas terhadap
orang lain
Religiusitas menjadi kunci untuk
berhenti menjadi pecandu
narkoba
Perasaan bersalah terhadap diri
akan karma atas segala perbuatan
Kesadaran untuk berhenti karena
perasaan takut akan dosa
menjadi pecandu narkoba.
Teguran dari keluarga bahkan
sampai ia diusir dari rumah tidak
pernah dihiraukannya. Ia merasa
tidak takut terhadap siapapun (62-
66)
Informan menyadari untuk
berhenti menggunakan narkoba
karena rasa takut akan Tuhan.
Setelah ia melihat konten-konten
informasi tentang hukum karma,
timbul perasaan bersalah atas
tindakannya selama menjadi
pecandu narkoba (61-62, 66-71,
72-83)
Rasa takut akan dosa membuat
informan ingin berhenti menjadi
pecandu narkoba (72-83)
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
Gimana sih Mbak Nn memandang diri waktu akhirnya
sadar, kalo diri Mbak Nn ternyata sudah kecanduan.
Kecanduan oleh obat-obatan sama minuman... Waktu itu
bagaimana respon Mbak Nn ke diri sendiri atas adiksi
mbak terhadap narkoba?
Aku tu kalo inget, misalnya lagi aku ada fase dimana kalo
misalnya udah sakit kepala, sampe nggak bisa ngapa-ngapain,
duduk pun nggak bisa. Itu sakit sembuh. Kalo aku sakit kayak
gitu itu saking kecanduannya mungkin. Bener-bener kayak
papah mamah tu kayak yaampun kayak... Kayak sakau gitu
Pengalaman sakau yang tidak
mengenakkan terkadang memicu
keinginan relapse
Pengalaman merasakan rasa sakit
sakau karena narkoba sering
membuat informan tidak kuat
menahan deritanya. Ketika sakau,
tidak ada pilihan lain selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
ya mbak? Iya.. semacam sakau sih terus kalo bisa tuh, sakit
banget soalnya. Duduk pun nggak bisa. Minum itu pake
sedotan di gelas itu sambil tiduran juga, karena bener-bener
nggak kuat ngapa-ngapain. Kemaren itu terakhir, hampir
seminggu itu bener-bener nggak bisa ngapa-ngapain, mandi
dipaksain, semua dipaksain. Selama seminggu itu mbak? He
em. Bener-bener sakit kepala, nangis terus kan coba kalo dulu
aku nggak make, aku nggak akan ngerasain sakit ini kan
kayak gitu. Walo pas akhire kalo dah ngak kuat bener-bener
nggak kuat sama rasa sakit itu, makan lagi. Makan lagi kayak
gitu. Cuma tiga hari nggak makan, sakite minta ampun. Tuh
kayak gitu, akhir e makan terus, makan terus. Terus kadang
kan juga mikir, daripada buat beli kayak gitu kan mending
buat ngurusin anak-anak. Kan kayak gitu, kan aku tuh takut
to sama bapak jadi mending mbok mending buat ngurusin
anak-anak daripada buat beli kayak gitu. Gitu pokoknya saya
bener-bener berhenti.
Penyesalan terhadap diri karena
menjadi boros selama menjadi
pecandu
Perasaan kasih sayang pada anak
memimbulkan keinginan untuk
pulih
kembali mengonsumsi narkoba
kembali (89-93, 94-99, 99-105)
Informan menyesali mengapa ia
menghabiskan uang untuk
membeli narkoba setiap kali
merasakan sakau. Perasaan sesal
karena kurang mampu mengurus
anak-anaknya yang masih kecil
dengan baik membuatnya ingin
pulih dari kecanduan narkoba
(105-110)
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
Tadi Mbak Nn bilang katanya belum lama ya, Mbak
berhenti make. Waktu akhirnya ambil keputusan mau
berhenti itu kapan mbak?
Kira-kira satu bulanan. Pengen berhentinya tuh ya udah lama
sih pengen berhenti. Tapi bener-bener bisa berhenti tu baru
satu bulan. Sampe sekarang masih ada efek sakit itu nggak
mbak? Enggak, tapi kayak masi kayak kayak mbak ngomong
sama ku tuh aku kayak kayak mbak ngomong apa sih aku
harus bener-bener mencerna omongan mbak itu tu karena
emang susah banget untuk mikir. Berarti dulu aku tu banyak
prestasi kan, kayak orang tuaku bingung, aku tu dulu, ya
nggak gimana ya mbak, emang aku waktu SMP tu banyak
sebelum kenal ini, aku banyak prestasi. Aku pun disini jadi
guru ngaji anak-anak kecil gitu. Tapi aku sekarang buat mikir
sesuatu tu nggak nyampe, bener-bener rasanya otaknya tu
Keadaan after-care yang telah
bersih dari narkoba
Penyesalan terhadap diri atas efek
samping narkoba yang
mengganggu aktifitas
Informan telah benar-benar
berhenti mengonsumsi narkoba
selama kurang lebih satu bulan
setelah tahapan after-care (114-
116)
Perasaan menyesal terhadap diri
sendiri karena efek samping
penggunaan narkoba masih terasa
hingga sekarang. Informan masih
merasakan kesulitan untuk tidur,
fokus, dan berpikir. Di samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
nggak nyampe. Buat mikir tu dah nggak biisa. Jadi kayak
mbak ngomong tu aku harus mikir maksude kayak gimana,
pas mbak ngomong tu aku bener-bener ya mencerna banget,
ini maksude gimana. Kayak otaknya tuh ini nggak bisa mikir
gitu lho. Kalo sekarang tu aku masih ngerasa gitu. Kadang
ngomongnya kayak njelimet apa cepet banget, kemaren ya
kayak gitu, nha kadang kayak gitu... Gak bisa fokus. Bener-
bener nggak bisa fokus. Jadi kayak mbaknya ngomong itu aku
masih kayak yang kayak yang denger gitu-gitu itu masih
(melambaikan tangan ke samping kepala, delusi, halusinasi)
gatau sama sekali. Kadang mungkin kayak ada yang ngajak
ngomong sendiri disini, jadi kadang dajak ngomong kayak
yang “hah?” ya kayak ada halusinasi yang ngajak ngomong,
terus lebih. Kayak .. terus berapa hari nggak bisa tidur sama
sekali, ya emang nggak kayak malem itu nggak bisa tidur.
Terus kayak siang ini ketiduran, tapi cuma sepuluh menit
udah bangun lagi, udah nggak ngantuk lagi. Nanti malem
nggak bisa tidur sama sekali. Cape rasanya, capek... Nggak
bisa tidur, nggak bisa tidur, capek. Terus nanti kayak “ayok
make lagi biar capeknya ilang, ayok make lagi biar capeknya
ilang” gitu kadang kayak pengen pengen kayak gitu tapi ya
untung sih aku sekarang punya Tuhan, udah sholat juga jadi
itu sih yang mungkin bener-bener nguatin buat engga make
lagi.
Religiusitas sebagai penguatan
untuk kepulihan diri
itu, delusi serta halusinasi yang
kadang muncul kerap
mengganggu aktivitasnya sehari-
hari (117-144)
Religiusitas terhadap Tuhan
dijadikan informan sebagai suatu
penguatan setiap kali ia
mendapatkan sugesti untuk
relapse pada narkoba (144-149)
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
Kalo itu dulu sampe Mbak Nn bisa mikir ee bahwa aku
arus berhenti karena Allah itu Mbak Nn menemukan
sendiri atau mungkin dari orang tua, atau mungkin dari
teman gitu mbak? Eem sendiri, terus yang mbuka instagram sam di TV. TV itu
kan sekarang pagi-pagi banyak yang kayak yang banyak yang
eee orang kayak buat se buat apa biar orang tu tobat tu kayak
di SCTV atau apa itu kan ada kayak gitu ke gitu kan. Kadang
Rasa takut akan pembalasan
akhirat membuat keinginan untuk
bertaubat dari kecanduan narkoba
Perasaan takut akan pembalasan
yang akan informan terima di hari
akhir atas semua perbuatan yang
telah dilakukannya membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
baca sendiri aduh kalo aku bener-bener besok meninggal terus
dikubur sendiri gitu kayak gimana. Terus aku ada temen ah
bukan temen sih mbak, kayak udah kakakku sendiri emang
kita udah deket banget udah klik lah. Lagi eem mungkin, dia
juga mungkin kayak aku kan, pecandu gitu, (diam sejenak)
tapi entah kenapa dia ngirimin aku foto, foto disiksa kubur
karena pecandu obat sama pecandu minuman. Entah... dia
juga bercanda tapi dia kirimin aku kayak gitu. Aku mikir
takut, kalo aku di kayak gituin rasanya gimana. Ibarate kayak
kita kena api sedikit aa rasanya kayak gitu, sakit kan, apalagi
di masukin neraka kan rasanya gimanaa kayak ini kemaren
(menunjuk tangan) sedikit aja sakit banget. Cuma cuman kena
setetes gitu, lha terus besok kalo misalnya di neraka, bener-
bener dimasukin ke api, rasanya kayak gimanaa aku dah
pernah mikir nyampe sampe kayak gitu. Weeh takut. Iya jadi
menemukan sendiri mbak. Sampe bisa eee ibaratnya gara-
gara TV sama instagram pastinya ya mbak ya pastinya.
Proses dan kesadaran untuk
memaafkan diri ditemukan
sendiri melalui tayangan-
tayangan religi
ingin bertaubat dan berhenti
menggunakan narkoba (154-172)
Kesadaran untuk memaafkan diri
sendiri dan memutuskan untuk
berhenti dari kecanduan narkoba
ditemukan oleh diri informan
sendiri setelah mendapat
pencerahan dari tayangan-
tayangan religi yang ia lihat (172-
174)
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
Baik. Nah Mbak Nn nih sudah udah menemukan ini ya
mbak tadi, takut sama Allah, takut sama apa ya siksa
kubur segala macem gitu sampe akhirnya melepaskan
diri dari narkoba, nah sejauh ini gimana upaya atau hal
yang Mbak Nn lakukan sih supaya tidak memakai
narkoba lagi?
Biar nggak pake narkoba? Aku nggak mau ketemu temen-
temen! Yang dulu make bareng-bareng itu mbak? Ahh
semuanya! Kayak sekarang udah nggak keluar, udah nggak
mau ketemu temen-temen. Ketemu sama temen.. ketemu
sama temen-temen, nanti make, ya kalo apa namanya ketemu,
kan biasane to diajak make lagi. Nanti kayak itu, dikasih. Kan
kayak kita bilang: “nggak, makasih” nanti dari belakang
langsung disumpelin (mempraktekkan). Wah langsung
dijejelin gitu mbak? Kayak nyamperin tu dari belakang,
Pergaulan negatif yang
menjerumuska pada perilaku
pecandu
Komitmen untuk memutuskan
pergaulan dengan lingkungan
pecandu narkoba
Informan merasa bahwa
pergaulannya sebagai anak
jalananlah yang membuatnya
terjerumus dalam lingkaran
narkoba. Oleh sebab itu, ketika ia
memutuskan untuk berhenti
menggunakan narkoba, ia
berusaha melepaskan dan
membatasi diri dari lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
terus kayak disumpelin dari belakang gitu disuruh minum
sampe pokoke harus ditelen, kan temen-temen tu gitu. mmm
terus ga mau deket temen-temen gitu ya. Kayak kemaren tu
sempet disamperin sama temen-temen itu disamperin pun,
kayak ada yang kesini “bilang aja aku nggak ada, bilang aja
aku nggak ada” gitu. Intinya nggak mau ketemu mereka terus
lebih fokus ke anak-anak, lebih deketin ke orang tua—kan
emang nggak deket, terus kemana atau apa gitu kan biar
nggak ada pikiran kesana lagi. Berat, berat banget. jatuh
bangun.
pertemanannya yang cenderung
negatif (181-182, 182-188, 189-
199)
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
Itu dulu temen-temennya cowo-cewe mbak?
Cowo cewe Ooh jadi gitu, dipaksa ya dulu mbak waktu
sempet nolak make? He eh. Bener-bener yang jatuh bangun
mbak, bener. Kayak udah berhenti, kayak alhamdulilah dah
seminggu berhenti. Langsung diingetin lagi, bener, diajakin
lagi. Nyampe seminggu tu udah kayak udah pengen pengen
lanjutin lagi. Ini udah sebulan udah seneng banget udah
nyampe sebulan aku bersih udah nggak make lagi. Udah
kayak gini udah udah bener-bener mantep sih mbak. Nggak,
dah nggak pernah minum, udah nggak mau ketemu kopi lagi.
Kalo ngrokok sih masih ya, masih. Tapi kayak kopi tu kan
meng- aku sekarang minum kopi, masih kerasa ke yang
tenggorokan hauus, jadi haus banget. Terus kayak tangan nya
semua kayak geter terus kayak nggak nyaman gitu. Ooh..kopi
biasa kan mbak padahal? Yaitu kopi, kayak cofeemix gitu
gitu kayak goodday mbak. Itu emang kan kafeinnya kan
mungkin. Mancing itu obat-obat jadi kayak kayak obate an
ngendap masih ngendap di darah, kita minum kopi kaya
nganu lagi. Kerasa lagi kayak udah bingung lagi kayak gitu..
emang rasanya kan disitu. Mbak aku duduk dibawah ya, aku.
Tulang-tulangku tu nggak enak e rasanya. Oh iya, iya mbak.
Tulang-tulangku tuh nggak nyaman, kalo duduk gitu, duduk
Sulitnya menjaga komitmen
berhenti mencandu
Proses kejatuhan kembali sebagai
penguatan komitmen pulih dari
kecanduan
Kesadaran untuk menjauhi
pergaulan yang bebas dan negatif
agar lepas dari narkoba
Gangguan kesehatan yang
dirasakan atas efek samping
penggunaan narkoba
Informan merasakan sulitnya
untuk menjaga komitmen agar
tetap bersih dari narkoba.
Perjuangan jatuh dan bangun
dalam proses kejatuhan kembali
(relapse maupun slip) ia lalui
hingga akhirnya saat ini telah
mantap lepas dari narkoba (202-
210)
Pergaulannya yang bebas dan
cenderung negatif membuat
informan benar-benar ingin
melepaskan diri dari jeratan
narkoba (201, 204-205)
Pengaruh dan efek samping yang
disebabkan karena penggunaan
narkoba masih dirasakan
informan dan mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
222.
223.
224.
225.
226.
kayak mbak tu kayak nggak nyaman tu aku. Ohhh. Lha ini
saya nggak papa disini mbak? Nggak papa mbak, aku
emang nggak nyaman sih kalo duduk kayak gitu, nggak tau.
Iya iya mbak...ohh iya. Badannya emang nggak nyaman.
Iya, mbak. Senyamannya Mbak Nn aja nggak papa.
kesehatannya (210-213, 214-220,
221-222, 223-224, 225)
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
Dulu sampe Mbak Nn menjadi pecandu itu ya mbak,
pecandu obat maupun minum, gimana sih mbak
perasaannya? Nyeselnya sih sekarang ya, gara-gara berhentinya susah itu.
Terus kan tetangga kan mesti tahu. Dulu kan aku masuk sana
kan juga tetangga-tetangga, orang-orang, orang-orang kan
tahu. He eh. Entah apa ya mungkin kita sekarang kita baik-
baik aja ya. Nggak tau mungkin besok kalo kita ada masalah
terus mereka nyeritain semua ke anak-anak kan jadi kayak
“mamahmu tu dulu kayak gini lho” terus besok mereka ikut
nyoba-nyoba gitu kan jadi takute disitu, nyesel. Kayak dulu
kalo misal aku nggak make, mungkin anak-anakku nggak
akan tahu, mungkin mereka nggak akan nyoba kesitu gitu.
Kayak waktu ditatto pun nyesel, kayak misal anakku dibilang
“mamah aja tatoan, masa aku engga?” kan aku takutnya kayak
gitu. terus kalo misal nanti mereka udah paham, terus tanya
“itu apa sih mah?” jawabnya kayak gimana kan bingung.
Disitu sih bener-bener nyesel. Kayak yang emm kita kayak
nanya “mah itu apa sih? minuman keras tuh apa?” gini gini
gini “kok tahu?” ya kan? “Mamah pernah pake?” Deshh! tahu
kalo kita pernah make. “Kok mamah make?” “kok mamah
make?” gitu terus besok dia pake, “mamah masa mudanya aja
make masak aku engga, kan aku turunan” gitu kan ibarate kan
buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. (tangisan anak)
(menyebutkan nama anak)! Ya kayak gitu kayak gitu, buah
jatuh kan nggak jauh dari pohonnya kan takute kan disitu.
Nanti takut emang, mereka kayak aku semua kan apalagi yang
Ketidakberdayaan diri atas
keinginan untuk berhenti
mencandu
Penyesalan terhadap diri atas
stigma sosial yang diterima
Kekhawatiran akan masa depan
anak
Penyesalan terhadap diri sendiri
karena adanya ketidakberdayaan
diri ketika ingin berhenti dari
kecanduan narkoba (230)
Informan memiliki kecemasan
dan penyesalan akan stigma sosial
negatif yang diterimanya karena
pernah menjadi pecandu narkoba
(231-237, 240, 244
Informan khawatir terhadap masa
depan anak-anaknya apabila
ketika dewasa akan meniru
perilakunya yang pernah bergaul
dengan anak-anak jalanan serta
menjadi pecandu narkoba (238-
239, 240-243, 244-255)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
254.
255.
kedua kan cewek. Anakku yang kedua kan cewek, kan emang
takut sih..
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
Rasa sesal kan ada banyak ya mbak ya, banyak, macem-
macem. Bisa ke lingkungan, bisa ke keluarga, bisa ke
teman-temen, bisa ke diri sendiri. Nah, kalo dari hal itu
tuh perasaan menyesal Mbak Nn lebih ke yang mana?
Nyeselnya lebih ke untuk keluarga. Lebih ke keluarga sih
mbak. Kenapa mbak? Gimana-gimana maksude mbak?
Kenapa rasa sesalnya Mbak Nn ini menyesalnya ke
keluarga? Nyesel make itu kan? Iyaa kayak aku nyesel kan
semenjak aku make, aku crash sama ini (menunjuk ibunya
yang berada di belakangnya), aku pergi dari rumah, aku hidup
sendiri nggak punya keluarga, gitu. Terus aku akhirnya masuk
kesana (turun ke jalanan) tapi aku masuk kesana terus kakak-
kakakkku nggak pernah ketemu aku gitu, gara-gara aku
pernah ngata-ngatain mereka. Kan pengaruh dari minuman itu
sendiri to obat-obatan itu sendiri. Terus kayak aku kan juga
nyoret nama baik keluargaku juga kan. Papa ini kan masih
keturunan keluarga, masih keturunan keraton. Bapak dulu kan
bapakku dulu kan pake raden semua, raden to, tapi kok
akunya malah kayak gini. Pernah di keluarga itu kan di silsiah
keluarga itu kan cuma aku yang kayak gini, tatoan, punya
history pecandu kayak gini. Makanya kan malu-maluin kan.
Perasaan bersalah terhadap
keluarga
Latar belakang bergaul dengan
anak jalanan dan menjadi pecandu
karena ketidakharmonisan
keluarga.
Penyesalan terhadap diri karena
membuat aib bagi keluarga
Informan merasa bersalah kepada
keluarganya karena menjadi
pecandu narkoba (260-261)
Keadaan keluarga informan yang
kurang harmonis terutama
terhadap ibu tirinya serta keadaan
ekomoni yang sulit membuatnya
memutuskan untuk kabur dari
rumah lalu turun ke jalanan.
Setelah akhirnya menjadi
pecandu narkoba, ia menyesali
perbuatannya yang kelewatan
sehingga membuatnya menjadi
aib bagi keluarganya (263-276)
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
Tapi kalo kalo sekarang, sekarang gimana perasannya
mbak, udah lebih baik?
Kadang sih ada rasa nyesel... kayak pernah make itu. Tapi
sekarang sih kadang pernah juga yaudahlah, saya kan intinya,
bisa lebih baik lagi buat keluarga sih, buat anak-anak. Itu sih
mbak, udah nggak, tapi kadang kalo malem, kadang kalo
malem itu lagi sendiri gitu malah sering iya masih meratapi-
meratapi sedikit lah! Sempat... sempat ini ngerasa sih mbak,
nyesel sama diri sendiri gitu sekarang. Kadang-kadang. Aku
Usaha untuk menerima segala
yang terjadi
Usaha hidup lebih baik bagi
keluarga
Terkadang informan masih
merasakan perasaan menyesal
pada dirinya. Akan tetapi, kini ia
berusaha untuk menerima segala
yang telah terjadi dan berusaha
untuk hidup lebih baik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
286.
287.
masih semuda ini hehe tapi udah buntutnya dua gini, hidupku
juga gini jadi mantan pecandu kan.
keluarga terutama anak-anaknya
(279-287)
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
Kalo dulu itu Mbak Nn masuk panti rehab itu tahun
berapa mbak?
Dua ribu empat belas eh dua ribu empat belas mbak. Berapa
lama mbak, direhab? September masuk, November lari.
Emang bisa lari mbak? Kan kabur, ada per- mau lari lewat
tembok belakang to, kecemplung sumur itu. Haah?! Terus
udah berhasil lari, mungkin orang curiga kan, kayak ini
kenapa kayak gini maksudnya. Eee nggak ada yang mau
nolongin, mereka tau kan kita lari dari panti rehab itu. Terus
ketangkep. Terus abis itu kedua udah nunjukin progres baik,
terus kita PKL kayak gitu, PKL di bengkel motor. Mungkin
itu kan biar kita punya kesibukan, biar kita lupa sama itu
semua. Waktu lagi PKL itu, kurang sepuluh hari apa ya, aku
lari. Lari dari situ. Tak suruh jemput bapake anak-anak. Aku
minjem HP yang punya apa punya bengkel itu, aku apal
nomernya, aku sms, tak suruh jemput, ya dijemput. Terus lari,
sembunyi itu. Berarti udah nggak balik lagi ke tempat
rehab? Udah enggak. Saya cuma dua bulan, berarti
Septemper, Oktober, November, dua bulan disana. Lari,
nggak nggak betah. Kenapa mbak nggak betah di sana?
Ya... kan... kayak beda aja biasanya kehidupan biasanya
bebas. Kayak nggak pernah pulang, ini kan make terus, main
terus itu kan terus disana rasanya terkekang, bener-bener
terkekang. Padat kerja, padat kegiatan terus capek. Ya itu
nggak betah, terus akhirnya kan keluar. Ibarate kayak, intinya
kita tu di luar kita bebas, di sana tu kita kayak terkekang ya
kan kaget to mungkin, terus bener-bener nggak betah ya kan
lari.
Pengalaman rehabilitasi yang
mengekang
Gagalnya proses rehabilitasi
karena tidak adanya penerimaan
diri
Ketika menjalani proses
rehabilitasi pecandu narkoba pada
tahun 2014, informan merasa
tidak betah karena merasa
hidupnya menjadi terbatas dan
terkekang (290, 305-307)
Ia belum menerima dirinya
sendiri dan beberapa kali
mencoba untuk kabur. Informan
belum memiliki kesadaran untuk
pulih dari kecanduan narkoba. Ia
hanya ingin kembali bebas dan
menjalani kehidupannya sebagai
anak jalanan (291, 292-293, 293-
304, 308-315)
316.
317. Sebentar ya berarti mbak, baru dua bulan yaa. Proses
maafin diri sendiri karena dulu pernah jadi mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
pecandu itu kan diajarin di rehabilitasi ya kan mbak. Nah
tapi kalo saya denger ceritanya Mbak Nn ini, Mbak Nn
malah menemukannya setelah selesai rehab kan ya
mbak? Kan nggak selesai, mbak. Iyaa sempet rehab terus abis itu..
Iya kan aku masih sama kayak gitu terus, selesai rehab tu aku
selesai aku keluar itu dua ribu empat belas. Setelah rehab tuh
masih pake lagi berarti? He eh. Sekarang dah dua ribu
delapan belas. Udah empat tahun yang lalu pun masih make
terus, berhentinya tuh, emang dari kemaren-kemaren masih
belum bisa memaafkan diri sendiri belum bisa, belum bisa
nerima semuanya dan yang pasti belum bisa ingat Tuhan,
soalnya kan kita, kita semua yang disana sholat tu bukan
karena Allah. Karena disuruh? Karena nggak mau disuruh
nyuci piring. Kan kalo nggak sholat disuruh nyuci piring.
Nyuci piring semua punya anak-anak. Dan kita nggak mau.
Sholat tu bukan karena Allah, bukan karena kesadaran, tapi
karena ya emang nggak mau nyuci piring. Nggak mau kena
hukuman, jadi karena kita sholat tuh di situ. Jadi kan bukan
karena hati. Awas lho no! Jadi karena bukan karena hati, tapi
karena otak, otak jalan. Karena takut dihukum, jadi emang
disitu kita emang gimana kita mau maafin diri, kayak “ah
sholat, ah! Nanti dak dihukum” nggak di ah bodo amat. Disitu
kita juga cuma gerak2 aja, nggak ada yang baca doa, nggak
ada yang niat. Kan cuma kadang sholat pun malah pada
gojekan kanan kiri. Kan gitu, karena cuma nggak mau
dihukum. Ya gitu sih mbak..
Religiusitas datang dari kesadaran
pribadi, tidak dapat dipaksakan
Sulitnya memaafkan diri karena
belum memiliki kesadaran
religius
Memaafkan diri hanya dapat
dilakukan dengan kesadaran
pribadi
Selama menjalani rehabilitasi,
nilai-nilai religius yang diterima
informan tidak dapat ia terapkan
dalam hatinya. Semua yang ia
lakukan atas dasar keterpaksaan
karena aturan di panti (322, 323-
324, 329-330, 331-344)
Pasca menjalani rehabilitasi,
informan masih belum bisa
memaafkan dirinya sendiri karena
merasa tidak memiliki kesadaran
religius. Self-forgiveness tidak
mudah dilakukan tanpa adanya
kesadaran pribadi. Informan
kemudian perlahan-lahan dapat
memaafkan diri setelah mendapat
pencerahan secara rohani yang
tanpa paksaan (326-329,
345.
346.
347.
348.
349.
Akhirnya Mbak Nn bisa, Mbak Nn bisa menemukan,
memaafkan diri sendiri tu ya menemukan sendiri ya
mbak, menemukan sendiri bukan pas rehab?
Iyaa bukan karena rehab mbak, ya disana diajarin tapi karena
itu belum bisa menerima keadaan. Sedangkan kalo pas udah
Kenyataan hidup yang dijalani
sehari-hari membantu dalam
proses penerimaan diri
Informan mulai bisa memaafkan
dirinya setelah keluar dari panti
rehabilitasi pecandu narkoba.
Menjalani kehidupan seperti biasa
membuat informan merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
350.
351.
rehab gini, hidup biasa, kan jadi banyak ngerasa-ngerasain
gitu kan mbak.
Self-forgiveness bisa dilakukan
dengan kesadaran penerimaan diri
segala yang telah terjadi dan
mulai bisa menerima keadaan
(348-351)
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
Tapi kalo sekarang saya tanya nih mbak, em dari Mbak
Nn pake, kenal obat itu tiga belas tahun nih tahun berapa
nih mbak waktu umur tiga belas tahun ini?
Tahun.. eh.. aku tahun dua ribu... dua ribu dua belas ini. Dari
tahun dua ribu dua belas sampe sekarang dua ribu
delapan belas, ini udah enam tahun. Mbak Nn udah
memaafkan diri sendiri belum sih mbak? Atas
pengalaman hidup Mbak Nn ini sebagai mantan
pecandu? Belum seutuhnya sih mbak. Belum seutuhnya bisa
memaafin sih, kayak masih yang keinget-keinget kejadian
dulu, pernah mukul mama, ya walaupun bukan mama
kandung, mama angkat sih. Kayak yang masih pernah mukul
kakak, terus pernah bikin keributan, bikin rame sampe dianu
polisi itu kan. Tapi terkadang aku di rumah tu ya, aku durhaka
gitu ya, aku nggak pernah-kan kayak eee aku berani sama
siapapun ee ibaratnya aku berani gitu kan mbak. Tapi kan tapi
kalo sama papah, nggak. Aku nggak pernah berani. Kalo sama
papah aku nggak pernah berani. Bukan nggak berani gimana,
ya pokoke kayak, dia orang tuaku, kupukul berarti durhaka
gitu. tapi aku takute durhakanya itu lho. Berisik! (berteriak
pada anaknya yang bermain sepeda) kamu ah! Tau nggak
berisik! Nggak papa... Berisik! Gitu sih soalnya kalo yang
emang ngaku kan waktu mamah meninggal, almarhum
mamah meninggal itu tu aku umur tiga tahun, papah yang
ngurusin sendiri. Jadi kan emang bener-bener yang kalo aku
berani, aku durhaka. Dia sempet berjuang sendiri buat
ngurusin anak empat. Ya jadi ya kalo aku berani sama dia,
besar banget dosaku. Makanya kan nggak berani kalo sama
Latar belakang mengenal narkoba
pada usia 13 tahun
Penyesalan terhadap diri dan
kenangan masa lalu sering
menghambat proses pemaafan
diri
Penyesalan terhadap diri atas
tindakan di masa lalu
Rasa bersalah terhadap keluarga
Rasa hormat pada sosok ayah
sebagai sumber kekuatan pada
hidup
Informan menengenal narkoba
sejak tahun 2012 ketika ia
berumur tiga belas tahun (355)
Informan mengatakan bahwa
masih dalam proses untuk
memaafkan dirinya. Ia belum bisa
memaafkan diri seutuhnya karena
terkadang masih teringat akan
kejadian-kejadian ketika ia masih
menjadi pecandu narkoba (360-
362)
Penyesalan terhadap diri atas
semua yang telah terjadi
Atas semua perlakuan kasarnya
terhadap keluarganya selama
menjadi pecandu narkoba,
membuat informan sangat
menyesal dan takut menjadi anak
yang durhaka (362-366, 370)
Informan mengaku ketika
menjadi pecandu narkoba ia sama
sekali tidak kenal rasa takut
kepada siapapun selain pada
ayahnya. Ayahnya merupakan
sosok yang sangat ia hormati
dalam hidup selepas ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
381. papah, bener-bener takut kayak dia marah pun aku ngelawan
pun bisa, tapi aku cuma takut takut dosanya itu. Durhaka.
kandungnya meninggal (367-369,
373-381)
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
Iya mbak. Emm kan Mbak Nn ini dulu pernah menjadi
pecandu ya mbak ya. Nah, menurut Mbak Nn, kalo
mantan pecandu ini udah memaafkan diri sendiri itu kan
e arahnya bisa pulih ya mbak, bisa bersih lah nggak make
lagi, gitu. Nah, bagaimana sih upaya yang Mbak Nn
lakukan selama berproses memaafkan diri? Kalo aku sih memaafin diri sendiri kan kayak ee berusaha
pelan-pelan, bukan kalo lupa pun kita nggak bakal lupa sama
kejadian-kejadian di masa lalu, he em mungkin lebih ke nggak
nginget-nginget lagi, terus kalo misal inget pun yaudahlah
udah pada terjadi sih, dan yang penting ngelupain masa lalu,
sekarang coba berusaha lebih baik lagi. Kalo bisa kan emang
kalo aku tu emange pingin temen-temen tu ngikut aku, gitu
lho maksude. Karena emang aku kan emang berhenti, hambok
aku pengen semakin banyak aku ngajak orang berhenti pun
aku semakin, aku nggak cuma bisa ngajak orang rusak, aku
juga bisa ngajak orang untuk baik lagi. Disitu aku semakin
bisa maafin aku sendiri gitu. Aku nggak cuma buat dosa, kan.
Kita masih dianggep orang jelek, dia ngajarin orang jelek itu
pun kita kan kena dosanya kan karena emang kita kan
cabangnya pertama kali kan, habis itu kan aku juga kepengen
ngajak orang berbuat baik, berbuat baik, gitu kan biar intinya
aku bisa ngajakin orang bisa lebih baik lagi, terus aku bisa
sambil ngelupain kenangan masa laluku. Pokoknya nggak
ingin inget-inget lagi, berusaha lebih baik lagi sih itu mbak
aku pengen, pengen bisanya gitu.
Refleksi sebagai cara untuk
menerima masa lalu dan
memaafkan diri
Usaha untuk hidup lebih baik
Rasa bersalah terhadap diri
Pentingnya komitmen dalam
memaafkan diri
Mengajak sesama pecandu untuk
berhenti menggunakan narkoba
Perlahan-lahan, informan selalu
mencoba untuk selalu berefleksi
akan kehidupannya. Ia juga
mencoba untuk menerima apa
yang telah terjadi sehingga dapat
memaafkan dirinya atas apa yang
telah ia lakukan di masa lalu.
Dengan demikian, informan kini
selalu berusaha untuk menjadi
pribadi yang lebih baik lagi dalam
hidup.(388-393, 404-407)
Rasa bersalah terhadap diri karena
menjadi pecandu narkoba
sehingga memiliki kehidupan
yang berantakan
Dalam proses memaafkan diri
tersebut, informan juga
menguatkan komitmennya untuk
pulih dari kecanduan narkoba
yaitu dengan mengajak teman-
temannya sesama pecandu agar
berhenti memakai narkoba (393-
404)
408.
409.
410.
411.
Gimana sih peran orang-orang di sekitar Mbak Nn,
ketika Mbak memaafkan diri sendiri?
Kadang, kalo ada orang yang pernah kita ajarin make gitu,
terus dia bilang gini, dia bilang “aku kan kayak gini kan
Rasa bersalah terhadap
komunitas/teman yang ikut
menjadi pecandu narkoba
Hal yang paling membuat
informan sulit untuk memaafkan
dirinya adalah kenyataan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
ajaranmu” perih. Bener-bener eeh sakitnya! Itu yang
menyebabkan kayak “aku kan kayak gini kan gara-gara
kamu” yaampuuun.. betapa buruknya aku dulu, bawa
dampak-dampak negatif kayak gini ke orang-orang. Terus apa
namanya, bawa-bawa ee sekarang kalo aku bisa maafin diri
sendiri kayak, papah, yang lebih sering kasih tau aku “dah
sekarang intinya, fokus ke anak-anak, dah nggak usah kenal
sama temen-temen yang dulu, dah nggak usah pake-pake lagi.
Inget, anak-anakmu belum tau, mereka kalo kamu masuk lagi
kayak gitu, anak-anakmu mau kayak gimana?” sekarang kan
udah janji mau berhenti juga. Sekarang kalo aku masih make-
make, masih kayak orang dulu. Kayak gitu kan kasiane ke
anak-anak. Padahal kalo kayak aku kayak gini aku keras, aku
emang nggak main tangan, tapi bener-bener ya tak bentak, ya
kita jadi kayak pemikirannya jadi kayak gimana ya, dimarahin
gitu kan dia kayak takut, dia kayak merasa takut, malah dia
kayak terganggu gitu, terus akhire dia make kayak aku, gitu.
Kayak gitu, tapi papah sih yang sering nyemangatin aku,
intinya “udahlah, lupain semua, intinya sekarang fokus ke
anak-anak”.
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan kecanduan
Harapan akan masa depan anak-
anaknya menguatkan proses
pemulihan pecandu
dahulu ia turut menjerumuskan
orang lain dalam dunia narkoba
(410-415)
Akan tetapi, penguatan positif
dari ayahnya yang selalu
mengajaknya untuk bisa
melupakan semua yang telah
terjadi dan selalu berpikiran ke
depan demi masa depan anak-
anaknya, membuat informan
dapat bangkit dan lebih kuat
dalam menjalani hidup sebagai
mantan pecandu narkoba (415-
431)
432.
433.
434.
435.
436.
437.
438.
439.
440.
441.
442.
443.
Kalo kendala yang Mbak Nn rasain selama melakukan
pemaafan diri sendiri itu hambatannya apa sih mbak?
Kendala, hambatan... yang Mbak Nn rasain apa?
Hambatannya tu kayak inget-inget masa lalu kayak gitu... itu
kayaknya, “yaampun buruk banget sih aku ibaratnya”
sekarang kan aku ibaratnya enggak baik, tapi kan berusaha
lebih baik. Kalo inget dulu kayak yang dengan banggak pake
dengan bangganya pamer di sosial media kalo aku lagi
ngapain, aku lagi minum, lagi mabok. Terus aku lihat ee kan
ada yang liat kena- sekarang di facebook kan ada yang ‘lihat
kenangan anda’ kayak gitu gitu itu kan?! Itu tu kayak yang
ada kenangan apa aku kayak gini gini gini.. aku sedih kadang,
Sulitnya menerima dan berdamai
dengan masa lalu
Penyesalan terhadap diri atas dosa
dan kesalahan dalam hidup
Menerima dan berdamai dengan
masa lalu adalah hal yang paling
sulit bagi diri informan. Hal
tersebut dianggap menghambat
proses pemaafan diri karena
informan selalu teringat
perilakunya yang ia anggap telah
berdosa (435-455)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
kok dulu aku bangga banget ya pamer kayak gini, sekarang
aku sekarang malu banget kalo inget. Aku masih make pun
aku diem-diem, jangan ada yang tau, satu orang pun jangan
ada yang tau. Ya itu sih dulu dengan bangganya malah
pamerin, sekarang kayak temen-temen, “udah punya anak
dua, kapan berhenti?” ibaratnya kayak gitu. yaa kadang juga
temen-temen bilang “inget ngga kejadian kayak gini gini?”
terus kayak ada yang ngingetin di grup, “dulu inget nggak,
dulu kita pernah gini pernah pesta gini?” atau ada yang bikin
“aduh keinget lagi semua” bentrok lagi yampuun. Seberapa
banyak dosa seberapa besar, dosa-dosaku dulu...
Hambatannya ya karena keinget yang dulu-dulu itu.
Penekanan pada cerita masa lalu,
gaya hidup, dan pengalaman
ketika menjadi pecandu narkoba
Adanya penyesalan terhadap diri
yang begitu kuat
456.
457.
458.
459.
460.
Tapi kalo sekarang ajakan dari temen-temen yang dulu-
dulu, yang pada make, udah nggak ada lagi ya karena
udah mbatesin?
He eh. Wa nya kan pada kuhapus juga to biar pada nggak bisa
mengganggu.
Menjauhi pergaulan negatif adar
dapat pulih dari kecanduan
narkoba
Informan menyadari untuk
meninggalkan lingkaran
pertemanan yang membawa
dampak buruk bagi
kehidupannya. Oleh sebab itu, ia
membatasi pergaulan dengan
teman-temannya sesama pecandu
setelah ia memutuskan untuk
berhenti menggunakan narkoba
(459-460)
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
Oke mbak. Itu kalo dulu yang temen-temen Mbak Nn itu
yang seusia mbak itu apa lebih tua, lebih muda, mbak?
Macem-macem. Bapaknya ini aja. Ini belum ditutup nih!
(berteriak pada anaknya) Apa, aku sama bapaknya ini aja
bedanya sepuluh tahun. Kayak lebih banyak yang e lebih tua,
terus dulu aku ikut jualan minuman itu, gaji paling banyak
paling cepat itu ya ikut jualan kayak gitu kan. Kumpulannya
kan emang orang-orang tua semua itu, itu aja kan seumuran
bapakku. Seumur-umuran bapakku semua. Oh dulu jadi
sempet jualin to mbak? He em, bertahannya kan emang dari
Latar belakang sebagai mantan
anak jalanan dan penjual
minuman keras
Pasangan yang tidak dapat
memberikan contoh baik dalam
kehidupan
Suami informan merupakan
teman sesama anak jalanan.
Selama hidup debagai anak
jalanan, informan sempat
memiliki pengalaman berjualan
minuman keras untuk dapat
bertahan hidup. Akan tetapi, uang
yang ia hasilkan tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
482.
483.
484.
situ. Bisa sambung hidup itu ya karena sambil jualan. Aku kan
dulu nggak pulang berapa tahun. Kan bisa bertahan itu dari
itu. Kan emang untungnya paling banyak kan disitu. Balik
modalnya cepat, kecilin nak! (suara anaknya main game HP)
untungnya banyak, jadi kita makan, bisa beli apa yang kumau.
Bisa kadang, aku... modalnya berapa jadi balik modal beli
obat banyak. Ya bisa... sebagian bisa tak pake sendiri, terus
berlama-lama lebih banyak yang tak konsumsi sendiri
daripada yang aku jualin. Terus abis itu berhenti. Kok
kayaknya lebih banyak yang ku pake, aku makan sendiri, dari
pada aku jual. Tapi uang kayak gitu tu nggak bisa, nggak bisa
wujud jadi apa. Kayak ga bisa wujud jadi barang, ya jadi apa
tetep, habisnya cepet juga kan. Uang haram kan kayak gitu
sih.
Penyesalan terhadap diri
Ketidaksiapan menjadi seorang
ibu
Keinginan untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik
membuahkan hasil sama sekali
karena perilaku pecandu
narkobanya tersebut (463-469,
470-484)
Penekanan pada teguran terhadap
anak
Adanya ketidaksiapan dalam
mengasuh anak, ketidakstabilan
mental sebagai seorang ibu
Penyesalan terhadap diri atas
keadaan ekomoni yang sulit dan
berkepanjangan
Harapan akan kemudahan dalam
hidup (tekanan ekomoni)
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
Iya mbak. Jadi beberapa tahun to mbak, tinggal di luar,
nggak di rumah
He em. Enggak terlalu lama sebenere kan terus ketangkep
satpol/pp terus rehab to mbak. Iya mbak. Waktu itu ada
perasaan pengen pulang gitu enggak? Enggak, nggak ada,
malah nggak mau. Udah di jalan. Pulang tu pulang cuma
ambil baju, kayak gitu-gitu aja.. Itu masih di Jogja mbak?
He em di Jogja terus.
Latar belakang rehabilitasi karena
razia anak jalanan
Perasaan bebas dan kemerdekaan
selama hidup sebagai anak
jalanan
Perasaan terkekang karena
ketidakharmonisan keluarga
Informan menceritakan
pengalamannya masuk ke panti
rehabilitasi narkoba karena
tertangkap oleh satpol/pp ketika
menjadi anak jalanan (487-488,
492)
Ketika kabur dari rumah dan
menjadi anak jalanan, informan
sama sekali tidak merasa ingin
pulang ke rumahnya. Ia merasa
bebas dapat hidup di jalanan
bersama teman-temannya. rumah
hanyalah sebagai tempat ketika ia
harus mengambil pakaian (489-
491)
493.
494.
495.
Terus akhirnya ee apa ya keadaannya berbaikan lagi
sama keluarga di rumah itu gimana mbak?
Konflik keluarga mereda setelah
informan pulang ke rumah
Ketengangan keluarga informan
perlahan-lahan mulai mencair dan
berakhir dengan keputusannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
496.
497.
498.
499.
Setelah punya Kiano, punya si kakak sih. Udah bener-bener
yang kayak terus pulang kesini kan emang disana kan nggak
diurusin kan sama bapaknya, akhirnya pulang. Aku juga
pulang kan mau kayak aku si, pulang kan kayak buat masa
depan dia juga. Itu sih mbak.
Harapan informan untuk masa
depan anaknya
kembali pulang ke rumah. Ia
terpaksa harus pulang kerumah
karena tidak dapat mengasuh
anaknya dengan baik di rumah
keluarga suaminya (495-497)
Informan ingin dapat merawat
anak-anaknya dengan baik demi
masa depan mereka (497-499)
500.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
515.
Okee mbak. Nah terus, ini kendala udah. Okee nah, eem
oiya tadi tu e anu ya mbak, kan Mbak Nn bilang kendala
yang selama ini dirasain selama melakukan proses
memaafkan diri itu kayak yang dulu-dulu itu kan mbak?
Nah itu Mbak Nn menghadapinya gimana mbak,
menghadapi hambatan kendala itu?
Inget yang dulu-dulu? Aku... mungkin sekarang lebih ke yang
kayak seneng... lebih yang sering sendiri.... kalo malam nggak
bisa tidur sendiri itu emang udah tak tangisin malah. Tapi
cukup detik itu aja, nanti-nanti udah nggak usah. Paling cuma
gitu udah, nangis, nangis, nangis. Cuma itu yang bisa gara-
gara udah lupain semua yang terjadi, tangisin sekarang, rasain
nyesel sekarang, tapi nanti kedepannya lebih baik lagi. Aku
lebih kesitu sih mbak. Terus lebih inget anak-anak kan,
keinget itu. Ah yaudahlah, yang penting besok aku harus bisa
lebih baik lagi buat anak-anak sih.
Refleksi sebagai proses untuk
menerima diri
Penyesalan terhadap diri atas
perbuatan di masa lalu
Berdamai dengan diri dapal
proses memaafkan diri
Harapan untuk hidup dengan
lebih baik
Cara informan mengatasi
kendala-kendala selama
berproses memaafkan dirinya
adalah dengan berefleksi dengan
dirinya sendiri. Informan
terkadang meluangkan waktu
untuk menangis dan menyesali
segala yang telah terjadi. Hal itu
ia lakukan untuk dapat melupakan
dan menerima masa lalu. Ketika
telah dapat berdamai dengan
dirinya di masa lalu dan
memaafkan diri dengan
seutuhnya, informan berharap
agar dapat hidup dengan lebih
baik bagi keluarganya (506-515)
516.
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
Kalo Mbak Nn ini sering sharing-sharing atau curhat gitu
nggak mbak ke orang lain, misal ke bapak ibu atau ke
temen?
Enggak, enggak mbak. Enggak punya temen curhat gitu.
Berarti kan kayak temen-temen semua itu kan kayak
pengguna, anak jalanan gitu. Kan mereka kayak dicurhatin
kayak gitu malah bilang “dah make lagi aja!” malah kayak
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan
Lingkungan pergaulan yang tidak
mendukung proses pemulihan
dari kecanduan narkoba
Teman yang informan miliki
hanyalah anak-anak jalanan,
maka ia tidak pernah berbagi
cerita tentang perjuangannya
berhenti dari kecanduan narkoba.
informan hanya mengandalkan
dukungan keluarganya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
524. gitu. Udah nggak, cuma dipendem sendiri aja sih. Sama paling
support dari papa itu tadi.
sumber kekuatan agar dapat pulih
(519-524)
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538.
539.
540.
Baik, nah kalo aku tanya nih mbak, e dengan memaafkan
diri sendiri itu apa sih yang Mbak Nn bisa rasakan sejauh
ini?
Lebih tenang! Lebih tenang, lebih seneng gitu sih. Kayak
udah.. bisa... kadang udah ah yaudahlah! Kayak gitu. bisa
selalu lupain, terus udah ngga pake, udah pingin hidup tenang
sama anak-anak gitu kan damai. Tenang... seneng sih. Dah
bisa tenang, lebih seneng lebih tenang gitu sih mbak. Habis
itu. Iya mbak.. lalu apakah masih ada keinginan untuk
memakai narkoba lagi mbak? Ah udah nggak mau
sekarang! Sekali sudah, tidak mau lagi. Kadang kayak lebih
nyaman kayak gini mbak, lebih nggak pake kayak gimana
kayak lebih nyaman, bisa ngontrol emosi juga. Nggak nggak
harus pake kayak gitu juga, kadang juga sabar kayak gitu kan
lebih bisa mengontrol emosi, jadi lebih... lebih tenang nggak
pake sih.
Self-forgiveness membantu hidup
lebih tenang
Keinginan untuk hidup dalam
damai dengan keluarganya
Pemulihan dari kecanduan
membantu mengontrol emosi
dengan baik
Kesadaran berhenti mencandu
untuk mengatur emosi
Informan mengatakan bahwa
dengan melakukan self-
forgiveness, ia menjalani
kehidupannya saat ini dengan
lebih tenang. Informan juga dapat
menjalani kehidupan dengan baik
bersama keluarganya terutama
dengan anak-anaknya (528-533)
Bagi informan, dengan tidak
menggunakan narkoba ia malah
merasa dapat mengontrol
emosinya dengan lebih baik. Oleh
sebab itu, ia sudah tidak mau lagi
untuk menggunakan narkoba
(535-540)
541.
542.
543.
544.
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
553.
554.
Nah terus kalo ini nih mbak saya mau tanya, e saya
penasaran apa sih mbak impian Mbak Nn untuk masa
depan ? Ya.. impiannya.. ee... Ya pastinya bisa bener-bener lepas dari
semuanya, kayak nggak pernah ngerasain sakitnya lagi. Itu
dah bisa ee ngedein anak-anak sih pengen, hidup lebih tenang
sama anak-anak, sama keluarga gitu. Pengennya kayak gitu
sih mbak kedepannya. Jadi orang baik lagi, dan semoga
temen-temen semua, temen-temen yang pernah aku ajarain
kayak dulu bisa jadi mereka juga baik lagi sih, biar dosaku
nggak nambah terus hahaha...
Hehe insyaAllah kalo udah dari diri sendiri udah baik ya.
Ya kan mereka yang ngajakin aku! Ya to mbak, ya otomatis
dosanya ke aku juga.
Keinginan untuk dapat
membesarkan anak dengan baik
Keinginan untuk dapat menjadi
panutan bagi keluarga
Kampanye anti narkoba bagi
teman-teman sesama pecandu
Perasaan bersalah terhadap teman
yang pernah diajak mengenal
narkoba
Kedepannya, informan ingin
benar-benar lepas dari belenggu
narkoba. Ia ingin dapat
membesarkan kedua anaknya
dengan baik serta menjadi pribadi
yang lebih baik lagi terutama bagi
keluarga (544-549)
Hal tersebut ia lakukan dengan
cara terus-menerus mengajak
teman-temannya yang masih
menjadi pecandu untuk berhenti
menggunakan narkoba agar
dirinya turut terhindar dari
dosa(549-551, 553-554)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
555.
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.
563.
Tapi kalo itu, temen-temen yang dulu yang masih, masih
pake-pake ya berarti mbak sekarang?
Enggak semuanya sih mbak ya mungkin kayak yang mungkin
kita tu semakin tua kayak gitu. Kadang nek udah udah punya
keluarga pun pasti mikir kayak entar buah jatuh nggak jauh
dari pohonnya kan kayak gitu to ibaratnya. Kalo kita pake
pake pake, anak-anaknya kayak gimana? Kan?! Kadang ada,
kayak sih temen yang meninggal gara-gara narkoba itu, bentar
mbak... He eh terus mbak?
Perasaan bersalah terhadap teman
yang menjadi pecandu narkoba
karenanya
Perasaan takut akan dosa menjadi
pecandu narkoba
Informan merasa bersalah
terhadap orang-orang yang dulu
telah ia ajak untuk menggunakan
narkoba. Ia merasa bahwa
perbuatan tersebut membawa
tambahan dosa tersendiri bagi
dirinya (557-563)
564.
565.
566.
567.
568.
569.
570.
571.
572.
573.
574.
575.
576.
577.
578.
579.
580.
581.
582.
Ee itu tadi ya mbak harapan, impiannya, itu tadi Mbak
Nn udah bilang. Nah terus kalo sekarang ini mbak, Mbak
Nn memandang diri Mbak Nn seperti apa sih mbak?
Memandang aku gimana sih maksude?
Kalo sekarang ini Mbak Nn merasa Mbak Nn seperti apa?
Kan udah cerita yang flashback- flashback itu kan, kalo
sekarang Mbak Nn ngerasa dirinya Mbak Nn ini seperti
apa? Udah bagaimana? Masih buruk sih mbak, hhh. Masih buruk maksudnya?
He eh. Cuma.. wong yang menilai kan orang lain kan mbak,
aku cuma maksude aku masih buruk, tapi kan aku berusaha.
(celoteh anak) berusaha jadi lebih baik lagi to? He em. Jadi
ber berusaha jadi lebih baik lagi sih mbak. Katakanlah masih
sering yang menilai kan orang lain, kamu kalo berisik nggak
usah main game, main youtube aja! Sabar lho yang main kan
orang lain! (membantu anaknya bermain game). Tapi..yang
jelas kan ya mbak kalo diri sendiri udah merasa lebih enak ya
daripada yang dulu-dulu. Ketika masih memakai? Iya jelas
mbak, pastinya tuh.
Penerimaan diri yang tidak mudah
dilakukan karena stigma negatif
dari masyarakat
Rasa bersalah terhadap
masyarakat karena menjadi
pecandu narkoba
Usaha untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik
dengan berhenti mencandu
Informan masih merasa kesulitan
untuk menerima dirinya karena
beranggapan bahwa masyarakat
masih terus-menerus melabelinya
dengan stigma sosial yang buruk.
Meskipun demikain, ia tetap
berusaha untuk menjadi orang
yang lebih baik lagi (568, 572,
573-577, 579-581, 581-582)
583.
584.
585.
586.
He em. Oke mbak nah kalo menurut Mbak Nn nih mbak,
dengan Mbak Nn memaafin diri sendiri ini, membantu
Mbak Nn lepas dari narkoba nggak sih? Pastinya
membantu banget sih mbak! Aku tu bener-bener bisa lepas ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
587.
588.
589.
590.
kan emang intinya kan kayak make lagi kan nggak mau inget-
inget masa lalu kan ya mesti make make terus. He em kayak
gitu. Sekarang udah bisa maafin ya... lebih seneng sih mbak.
Self-forgiveness sebagai
komitmen dalam melepaskan
kecanduan narkoba
Informan menganggap self-
forgiveness sebagai cara agar
dapat lepas dari kecanduan
narkoba (586-590)
591.
592.
593.
594.
595.
596.
597.
598.
599.
600.
601.
602.
Waktu dulu abis selesai dari rehab ini mbak, terus masih
sempet make lagi, sampe beberapa tahun itu ya mbak, itu
juga perasaan mbak bagaimana? Maksudnya pernah
nggak berpikir “kok aku masih make lagi sih? Masih menikmati sih kalo dulu mbak. Aku berhenti ya selain
karena anak pokoknya pas di titik aku ngerasain kesakitan
banget itu. He em... sama takut... takut karmanya disana nanti.
(celoteh anak) Ah tanganmu tu lepasin to ini lho! Jadi tak
sambi ini mbak. Nggak papa.. santai aja mbak. (anak
merengek) sabar to! Sabar! Gemes aku malahan. Tu, bisa to,
masuk, kalah bola itemnya masuk (tertawa) (anak mulai
menangis) salahmu! Terus mbak?
Rasa sakit sakau menimbulkan
keinginan untuk berhenti
menggunakan narkoba
Rasa takut akan karma karena
menjadi pecandu
Informan menceritakan bahwa
alasan ia berhenti menggunakan
narkoba adalah karena
ketidakmampuan menahan rasa
sakit ketika sakau dan juga
perasaan takut akan karma yang
akan ia terima atas perbuatannya
selama menjadi pecandu (595-
597)
603.
604.
605.
606.
607.
608.
609.
610.
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
618.
Amm gimana sih mbak tanggapannya Mbak Nn, Mbak
Nn kan sekarang udah nggak udah nggak jadi pecandu
nih ya, udah udah udah mulai nggak pake lagi, udah
nggak mau pake lagi. Menurut mbak, tanggapannya
Mbak Nn sama ee orang-orang di luar sana yang masih
pake narkoba itu kayak gimana mbak?
Tanggepanku? He eh. Kayak yang “aku pernah ya di posisi
kalian ya” kayak yang temen-temenku baru make gini, “aku
pernah di posisi kalian, (diam sejenak) tapi... aku ber- aku
milih buat berhenti”, aku kan pernah bilang kayak gitu sama
mereka gitu. Aku milih buat berhenti karena emang ngrusak
badan... dosa... kalo misalnya emang belum terlanjur jauh
banget, mending sekarang semuanya tu diberhentiin, karena
emang nanti daripada emang akhirnya... kayak kan kalo kita
emang kecanduan terus-menerus itu kan kita bisa
menghilangkan nyawa kita sendiri to mbak?! Kayak kayak
Kampanye pada sesama pecandu
untuk berhenti menggunakan
narkoba
Kesadaran bahwa narkoba
merugikan kesehatan tubuh
Informan sering mengajak teman-
temannya sesama pecandu untuk
berhenti menggunakan narkoba.
Ia merasa bersedih karena
menyadari bahwa menjadi
pecandu narkoba tidak ada
keuntungannya sama sekali dan
malah merusak kesehatan
tubuhnya (609-628)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
619.
620.
621.
622.
623.
624.
625.
626.
627.
628.
629.
630.
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.
647.
648.
649.
650.
aku sering yang ngasih tahu temen-temen “mbok mending
berhenti aja, berhenti tu nggak sakit kok”. Nanti sakite di
awal, tapi kan emang semua yang indah itu kan emang
perjuangan, ya kan?! Pasti berat, dan hasil akhir itu kan nggak
akan mengkhianati proses, (celoteh anak) setiap
perjuangannya ya to?! Ya kayak aku sempet me- ngomong
sama temen-temen kayak gitu. Yah moga-moga berharap sih
temen-temen tu bisa berhenti semua sih mbak, karena emang
(celoteh anak) apa kadang.. kasian juga kalo- nggak cuma
sekali dua kali aku kehilangan temen gara-gara ini. Aku
pernah kehilangan kakakku satu, namanya Fajar, dia itu ya
dulu sempet suka sama aku. Pake narkoba ini mbak? He eh.
Minum, kita minum bareng. Tapi abis itu dia yang meninggal
sendiri. Karena mungkin dia nggak kuat kan badannya. Dia
pernah suka sama aku, tapi aku nggak punya perasaan sama
dia, terus kita lebih milih berteman kan, persaudaraan ibarate
kalo di luar, sebagai anak jalanan. Kita sering minum bareng,
ngobat bareng, tidur bareng, tapi tidur bareng kan kita satu
ruko kosong kan semuanya tidur situ. Oh tidurnya di ruko
kosong? He em... ya ake gelar tiker (celoteh anak) gelar
disitu. Kadang kalo enggak, kita ngontrak apa kita ikut temen
yang punya kontrakan kita numpang disitu. Terus waktu kita
minum, dia bilang dia dadanya sakit. Terus tak suruh tidur,
dia bilang “dua kali puteran lagi lah” dua kali puteran itu lah,
dua kali puteran, dia tidur, dia muntah. Dia muntah darah, itu
muntah terus keluar terus, keluar terus, paru-parunya bocor.
Nggak kuat panasnya minuman, kita bawa ke Rumah Sakit
Condong Catur, tapi Tuhan suruh dia pulang. (diam sejenak)
dia udah... mau.. yaudah... muntah darah, muntah darah terus.
Terus juga... (suara tetangga) nyenyenyenyenye! Hehehe
omongnya cepet banget, itu tetangga apa namanya dia
ngomong apa sih mbak, ceritanya sampe mana sih? Tuhan
Niat dan komitmen dalam
melepaskan diri dari narkoba
Kematian teman karena over
dosis narkoba membuat perasaan
takut
Pengalaman sebagai anak jalanan
Pengalaman menjadi pecandu dan
alkhoholik
Meskipun berhenti dari narkoba
dirasa tidak mudah bagi informan,
ia percaya apabila penuh dengan
niat dan komitmen yang kuat,
seorang pecandu dapat lepas dari
jeratan narkoba.
Hal yang membuat informan takut
menjadi pecandu narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
651.
652.
653.
654.
655.
656.
657.
658.
659.
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
675.
676.
677.
678.
679.
680.
681.
682.
pilih.. Tuhan eee minta dia pulang. Oh ngambil dia? Iya...
si mas ini petamanya dia bilang, habis muntah itu dia bilang “
aku tidur dulu, aku nggak kuat sakitnya” kupikir kan tidur
tidur biasa kan karena dia nggak kuat nahan sakitnya, tapi...
(suara tetangga) apa sayangku? Ndengaren to aku apikan?
Diapeli mahasiswa e. (suara tetangga) lha iki mbak e
mahasiswa, aku rak ratau nduwe kanca mahasiswa. (suara
tetangga) ini mbak, wawancara sebagai pengguna! (suara
tetangga) (celoteh anak) terus abis itu... yaitu akhirnya dia
pulang, pas muntah darah muntah darah akhirnya dia pulang.
Terus orang- waktu kita anter ke rumahnya, bapaknya nggak
mau. Bapakknya nggak ngizinin jenazahnya itu masuk rumah.
Kepikir nggak sih sakitnya- hidup temenku itu?! Udah
meninggal, kayak harian, bapaknya nggak nerima jenazahnya
dia... Terus gimana mbak dia? Yaa.. emang kita emang
harus sama RT, sama Lurah, itu kan mereka bujuk bapaknya
dulu, kasian... (suara tetangga) dia nggak pernah, nggak
pernah pulang. Nggak- kurang ajar sama orang tua, tapi
bapaknya kan mungkin karena udah sakit hati, nggak mau
bapaknya nggak mau bapaknya bilang nggak mau lihat lagi,
akhirnya yaitu yang kasihan tu bapaknya bener-bener nggak
mau nerima jenasahnya dia pulang tu nggak boleh. “Suruh
kuburin di tempat lain sana!” katanya kayak gitu. “di tempat-
tempat jalananmu itu!” katanya kayak gitu. Itu kan dia, dia
emang milih jalanan kan emang dulu. Itu emang pas dulu
minumnya emang di oplos ya mbak? Campur-campur
gitu? Itu nggak. Cuma kayak jenis ciu sama... dicampur coca-
cola sih biar nggak terlalu pahit. Mmm tapi mungkin
badannya nggak kuat ya. Ya itu kan emang temennya
mbak...sampe- kita tu kalo minum emang nggak ukuran
mbak.. Sak entekke itu mbak hehehe. Tambah terus tambah
terus! Ya kan kita kayak udah pemain lama mah kuat-kuat aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
683.
684.
685.
686.
687.
Ya kayak ibaratnya kayak gini ya mbak, kita beli satu botol.
Aku satu botol, mbak satu botol. Aku satu botol tu nggak ada
apa-apanya. Mbak mau satu tegukan mbak udah pusing.
Ibaratnya kan kayak gitu. Satu botol tu gitu, ibaratnya segelas
gini aja, (menunjuk gelas di kursi).
688.
689.
690.
691.
692.
693.
694.
695.
696.
697.
698.
699.
700.
701.
702.
703.
Itu bisa beli minuman-minuman gitu uang dari mana?
Satu botol aqua itu mbak nggak tau harganya po? Ehehe
nggak pernah beli. Iyalah! Hahaha. Hahaha. Satu botol
aqua... satu botol aqua yang tanggung itu, harganya tu cuma
sepuluh ribu. Ciu itu mbak? Iya.. Murah ya. Wih, obat, isi
sepuluh, isinya harganya cuma tiga puluh ribu. Oh itu obat
yang benzo itu tadi? Nha itu yang di, itu kalo yang dapet
orang itu satu lembarnya itu isi sepuluh biji itu harganya
sekitar... dua ratus lima puluh- eh tiga ratus ribu, satu
lembarnya kan mahal. Kadang kita belinya ngecer, satu biji.
Tapi satu biji rasanya kan emang beda satu biji yang mahal
sama satu lembar yang murah itu emang efeknya sama. Yang
murah kita makan satu lembar, yang mahal rasanya kita kayak
makan satu. Ya kayak gitu tadi, jadi satu biji ini di jual tiga
puluh ribu, kita makan rasanya kayak ngefly. Ya karena udah
enak.. udah murah juga.
Pengalaman informan dalam
menentukan drugs of choice
Informan menceritakan
pengalaman sebagai seorang
alkoholik dan drugs of choicenya
yang merupakan psikotropika
jenis benzo. Ia dan teman-
temannya bisa dengan mudah
mendapatkan narkoba dan
alkohol karena harganya yang
relatif murah. Sedangkan untuk
jenis-jenis yang lebih mahal ia
dan teman-temannya berpatungan
untuk membelinya (689, 690-692,
692-693, 694-703)
704.
705.
706.
707.
708.
709.
710.
711.
712.
713.
Kalo.. dulu kalo bedanya ngobat sama minum itu kalo
obat bikin fly, ngefly. Kalo minum? Bikin apa mbak
rasanya?
Pusing sih..pusingnya tapi kan kita kayak seneng. Seneng...
Gitu... nggak nggak tau sih ibaratnya kayak orang-orang sakit,
pingin sembuh pingin sehat. Ibarate kayak aku ngerasain
sakau itu, aku pengen sembuh, aku pengen sembuh, sakit
banget. tapi tu saat aku sehat, saat aku sehat... malah tak bikin
pusing. Iya kan?! Iya.. gimana sih mbak hahaha. Hahaha.
Yaa memang itu... yang mbingungin sih itu.
Latar belakang pemilihan drugs of
choice
Narkoba sebagai pelarian atas
permasalahan yang dihadapi
Kesadaran akan bahaya narkoba
yang dapat merusak tubuh
Informan menyadari bahwa
penggunaan narkoba memang
membawa efek seperti melayang
sehingga ia dapat melupakan
permasalahannya sesaat. Akan
tetapi, ia juga sadar akan bahaya
narkoba yang dapat merusak
kesehatan tubuhnya (707, 708-
712, 712-713)
Adanya ketidakberdayaan diri
informan dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Ketidakberdayaan diri dalam
keinginan berhenti mencandu
keinginannya untuk berhenti
mengonsumsi narkoba (708-712)
714.
715.
716.
717.
718.
719.
720.
721.
722.
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
730.
731.
732.
733.
734.
735.
736.
Menurut Mbak Nn bagaimana sih peran proses
memaafkan diri ini untuk pemulihan para mantan
pecandu narkoba?
Penting dong mbak. Memaafkan diri to mbak, penting banget.
Karena emang kalo kalo kita nggak bisa maafin diri kita juga
kan masih keinget-inget terus kan malah malih jadi stress kan
malah pengen make aja. Hawanya jadi pengen make terus
kalo memang kita stress gara-gara kita kepikiran sama apa
yang udah kita lakuin dulu. Karena emang kesalahanku kan
berat to, ya to mbak, emang berat! Semua yang... enggak
cuma bapak ibu, simbah, om, tante, pakde, semuanya, nggak
ada yang pernah berantem. Kecuali bapak. Mas-masku
semua, ini, ini tadi kayak nutup korden itu kan pernah tak
hajar juga kayak banyak yang nggak mau berantem itu kan
karena aku nggak bisa nahan emosi. Padahal mereka nggak
salah apa-apa mbak langsung ajak berantem apa gimana? Mungkin kesalahan mereka cuma terlalu sepele. Cuma
akunya yang kayak “gimana sih?” apa ya... terlalu emosian
sih. Iya mbak, kan lebih sensitif karena pengaruh make obat
dan minum. Itu sih mbak.Tapi kalo sekarang udah baik-
baik semua kan ya mbak dengan keluarga. He em. Udah baik sih, tapi kadang-kadang masih berantem
sama kayak mamanya. Mamaku ya itulah..
Self-forgiveness membantu dalam
melupakan dan menerima masa
lalu
Rasa bersalah akan terus menekan
apabila tidak dapat memaafkan
diri
Pecandu narkoba cenderung
sensitif secara emosi
Sering terjadinya konflik keluarga
karena emosi yang tidak
terkontrol
Rasa bersalah terhadap keluarga
karena kerap memicu konflik
Menurut informan, self-
forgiveness dirasa memiliki
peranan penting karena
membantunya melupakan serta
menerima masa lalunya yang
kelam. Ia menyadari bahwa jika
tidak dapat memaafkan diri atas
segala yang telah ia lakukan di
masa lalu, ia akan terhantui dan
merasa tertekan atas perasaan
bersalah dan rasa sesal terus-
menerus (717-723)
Selama menjadi pecandu,
informan mengakui bahwa ia
cenderung menjadi seorang yang
sangat sensitif. Ia mudah
tersinggung dan kesulitan
mengontrol emosi terhadap orang
lain terutama pada keluarganya
sehingga kerap kali terjadi
pertengkaran. Walau kini
hubungan kekeluargaan sudah
membaik, namun informan
terkadang masih merasa bersalah
terhadap diri serta keluarganya
(723-728, 730-733, 735-736)
737.
738.
739.
740.
Mbak Nn jawabnya lancar dan cepet gitu. Sebenernya
jadi nggak banyak nanya sih, saya hehehe... Eee sebenernya aku nyiapin minum tu kadang kalo aku
ngelakuin itu jadi nggak fokus mbak. Kalo aku udah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
741.
742.
743.
744.
745.
746.
747.
748.
749.
750.
751.
752.
753.
754.
755.
756.
757.
758.
759.
760.
761.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.
nggak minum itu udah mulai kering itu kayak.. enggak,
enggak tahu, kayak kadang mbak kan... ee mbak ngomong ya,
mbak ngomong apa kayak gitu “tadi ngomong apa mbak”
mesti gitu. Hehehe. Hahaha kayak gitu gitu... dan mulai mulai
nggak fokus. Maksude mbak gitu udah ilang fokusnya. Kayak
ibarate kita juga nggak pernah ngobrol to mbak. Mbaknya kan
gimana ya, jujur aja lah, mbak pasti orang baik. Mbak nggak
pernah kayak aku kan?! Jadi kayak nggak ada mau salah
ngomong, apalagi kan aku orangnya kayak terlalu cerewet,
kalo ngomong plas-plos ke semua orang tu aku kalo ngomong
tu ceplas-ceplos. Takute kan kayak ada aku ngomong waton
kan malah jadi kayak gimana... Nggak papaa mbak, sante
aja hehehe. Berarti ini bikin sendiri mbak? Apanya? Ini-
ininya ini? Pertanyaannya? Iya. Bikin sendiri, terus ee
sama informan kemaren yang sudah saya wawancarain
itu mbak, saya juga ada beberapa hal yang “ohiya, mas,
aku lupa nanya” tapi pas itu dia dia nggak bisa kutemuin
terus by chat, terus dia sempet karena panjang dan dia tu
banyak ngomong tu mbak, dan dia pake sabu pas dulu,
emang dia efeknya kan jadi aktif gitu ya.. Orang aku yang
obat aja banyak kayak mbak daritadi mbak nanyanya cuma
sedikit gitu, aku menjawab macem-macem gitu bisa sampe
mana-mana! Hahaha. Hahaha iya dia tu, “mbak aku nggak
sanggup kalo kalo diketik” gitu kan “yaweslah, terserah”
aku bilang gitu. terus dia voice note. Voice notenya lama-
lama mbak, bisa lima menitan padahal saya ngiranya
cuma satu menitanlah gitu... Lhaiya gitu mbak hahaha.
Karena kan emang, kita kan kayak jadi kesannya kita kalo
bagian kalo orang asik gitu kan kita jadi asik, mbaknya asik
diajak ngobrol, kita jadi asik. Jadi bisa cerita sampe mana-
mana. Kayak aku mes- dari- jadi cerita sampe mana-mana to?!
Iya mbak.. hehehe tapi aku seneng-seneng kok, ngobrol-
Efek samping narkoba yang
masih mengganggu aktifitas
Kehati-hatian bergaul dengan
orang lain untuk menjaga
perasaan orang lain
Sharing is the big power for
junkie
Rasa bersalah terhadap diri
Efek samping pengunaan narkoba
hingga kini masih dirasakan
informan sehingga kerap kali
membuatnya terganggu. Ia
mengaku kesulitan berfokus dan
mencerna pembicaraan orang lain
(740-746)
Informan merasa sebagai orang
yang supel dan ramah terhadap
orang lain terkadang membuatnya
harus berhati-hati ketika berbicara
dengan orang lain agar tidak
menyinggung perasaan. Tetapi
informan juga merasa bahwa
berbicara dan berbagi cerita
bersama orang lain adalah hal
yang menyenangkan (746-753,
761-764, 768-772)
Adanya perasaan rendah diri
sebagai mantan pecandu narkoba?
Perasaan bersalah terhadap diri
sendiri karena terjerumus dalam
dunia nakoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
773.
774.
775.
776.
777.
778.
779.
780.
781.
782.
783.
784.
785.
ngobrol sama Mbak Nn. Saya tu tadinya takut tu lho
mbak, kan e saya mi- ini kan agak sensitif kan ya mbak
topiknya. Terus aku tu takutnya... Ketok kok mbak, kayak
yaa kalo nggak nggak mau diomongin nggak usah diomongin.
Kayak gitu. Soalnya aku kan orangnya mbak mau tanya apa
aja tu aku jawab. Kecuali kalo mbak nanya aku belinya
dimana, lha itu nggak bakal tak jawab. Sama aja kan kayak
(diam sejenak) aku nyebar temenku yang jual itu kan nanti
malah kayak masuk gitu kan. Kan mbak “mbak mau tanya ini
apa?” saya kan bakal tak jawab kecuali itu! “belinya dimana,
mbak?” mmm “bisa tunjukin?” nah ituu nggak bakal tak
jawab kalo kayak gitu. Ini tetep tak jawab sih, apapun itu tetep
tak jawab.
Kehati-hatian ketika
membicarakan tentang narkoba
Rasa bersalah terhadap teman
sesama pecandu
Meskipun menyadari bahwa
dirinya adalah seorang yang
mudah bergaul dan senang
berbincang dengan orang lain,
informan sangat berhati-hati
ketika membicarakan tentang
narkoba. Ia tidak ingin kembali
menjerumuskan orang lain untuk
mengenal narkoba (776-785)
Rasa bersalah terhadap teman
karena telah mengajak untuk
menjadi pecandu narkoba
786.
787.
788.
789.
790.
791.
792.
793.
794.
795.
796.
797.
798.
799.
800.
801.
802.
Iya.. saya tu takutnya ya ini karena subjek-subjeknya
temen-temen yang dulu pernah jadi mantan pecandu,
saya takut eee ada hal yang nggak mau diomongin gitu lho
mbak. Terus saya kan juga haru hati-hati gitu, tapi kan
Pak Eko selalu bilang “udah sante wae! Sante wae!” Iyaa! Pak Eko apal sama aku kalo ngomong. Nggak nggak
bakal kayak gitu we. Itu pernah kejadian, aku lari. Terus aku
masuk isolasi, isolasi itu kayak yang satu kamar, bener-bener
kayak kamar biasa, nggak ada apa-apanya. Nggak nggak ada
kasur, nggak ada apa. Aku dikurung di situ sendirian. Terus
itu gimana mbak? Tanganku tak sobekin keluar darahnya
banyak banget itu... Di panti rehab itu mbak? Iya, kan aku
lari, aku manjat tembok malah masuk ke sumur. Aku
dibantuin mas itu dulu ya mbak kayaknya kasian...dari tadi
manggil temennya kok malah nggak keluar-keluar. Oh iya
mbak... (pergi ke depan rumah, menghampiri mas-mas) nyari
siapa e mas??!!
Pengalaman ketika menjalani
rehabilitasi
Perasaan tertekan ketika
menjalani rehabilitasi
Sifat yang ramah dan mudah
bergaul
Informan menceritakan
pengalamannya berada di kamar
isolasi ketika menjalani
rehabilitasi. Ketika berada disana,
informan kerap merasa tidak
betah karena dikurung sendirian
dan melakukan self-injury hingga
kabur dari panti rehabilitasi (792-
800)
Rasa percaya diri informan dalam
berbicara terhadap orang lain
(ceplas-ceplos)
Tindakan informan yang
langsung menghampiri orang
yang kebingungan mencari
tetangganya. Supel, proaktif, peka
803.
804. Seneng ya mbak, disini banyak orang ya mbak ini kok
kayak banyak anak-anak muda.
Kepercayaan diri sebagai pribadi
yang cenderung ekstrovert
Informan mengatakan bahwa ia
merupakan orang yang ceria dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
805.
806.
807.
808.
809.
810.
811.
812.
813.
814.
815.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
825.
826.
827.
828.
829.
830.
831.
832.
833.
834.
Di sini yang mbikin rame sih malah aku sih biasanya. Kayak
temen-temen dateng kayak teriak-teriak gitu emang. Hobinya
bikin rame. Kadang pun aku nytel lagu banter banget mbak.
Cuma tak matiin waktu adzan aja. Waktu-waktu sholat itu.
Waktu sholat, aku sholat, selesai itu nyalain lagi. Tapi Mbak
Nn ini emang supel lho, berarti kan. Supel tu apa mbak?
Ramah, gitu gampang temenan sama orang. Iya.. lha
misalnya itu orang udah dari tadi ngejegruk disitu kayak
nungguin hahaha. Hahaha. Nggedok-nggedok nggak denger,
nggak enak kan dia juga nggak ada temen, cuma kayak diam
aja. Itu aku kayak nggak tega liatnya. Kasian juga. Aku emang
buruk sih, tapi kalo liat orang emang apa pun itu gimana aku
nggak tega. Akhire, akhirnya, akhirnya kan... ka masih jadi
bul- kayak main sama anakku kan, (mas yang ditolong Mbak
Nn mengajak anak Mbak Nn bermain bola) kan jadi dampak
positifnya kan ke anakku. Pemikiran ini sampe situ sih. Tuh!
Dampak positifnya kan ke anakku juga. Bantu orang pun
nggak akhirnya ke anak, kayak aku sering berantem sama
temen itu kayak sapa nih ya itu jadi sering nggak- apa mak??!
Kangen aku mak?! (suara tetangga menimpali). Kayak kayak
dimasakin, kemaren aku mamah, mamah nggak masak.
Kayak mama kan orangnya egois to, dia nggak masak. Kita
sama sekali nggak ditinggalin uang, rumah nggak ada apa-
apa. Kita bener-bener kelaparan, dia kasih kita makan. Aku
sama anak-anak. Makanya dia kan kayak aku sering banget
duduk, nongkrong di angkringan, kadang-kadang. Sering
bantu budhe di angkringan jadi kan hasil baiknya kayak gitu.
Ada sisi baiknya kan yah tetep ada hasil baiknya sih setiap
kebaikan pasti dibales kebaikan, tapi setiap keburukan pasti
baliknya juga keburukan.
Kecenderungan untuk membantu
orang lain
Perasaan rendah diri sebagai
mantan junkie
Kebahagiaan atas tindakan baik
yang dilakukan
Keinginan untuk membahagiakan
anak
Perasaan tidak suka atas
perlakuan ibu tiri
mudah bergaul sehingga dapat
meramaikan suasana (805-809)
Informan peka terhadap sekitar
dan mudah merasa kasihan
terhadap orang lain. Meskipun
merasa dirinya buruk, ia tidak bisa
tinggal diam untuk memberikan
bantuan (811-817)
Informan menyadari bahwa
dengan membantu orang lain, ia
pun akan mendapat kemudahan
melalui jalan lain misalnya
melalui anaknya. Sehingga ia
selalu mensyukuri setiap hal baik
yang ia lakukan terhadap orang
lain (817-822, 832-834)
Perilaku yang supel dan easy-
going dengan orang lain
Pengulangan pada komentar
negatif pada ibu tirinya. Adakah
mother complex yang terjadi?
(konflik)
Informan menceritakan bahwa
ibu tirinya tidak pernah
menyediakan makanan untuk
keluarga informan sehingga
sering mendapat bantuan dari
tetangga. Hal tersebut yang
membuat informan selalu
berusaha berbuat baik terhadap
tetangga-tetangga disekitarnya
(824-831)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
835.
836.
837.
838.
839.
840.
841.
842.
843.
844.
845.
Kadang aja ini bisa mikir mbak, nggak tau kok bisa mikir
kayak gini hahaha. Hahaha. Nggak tau bisa ngomong gini
nggak tau dari mana mbak hahaha. Hahaha alhamdulillah
mbak. Ntar juga lupa lagi mbak, mbak tanya kayak gitu,
paling mbak tanya lagi kan jawabannya juga pasti lupa mbak.
Bisa eh nah oiya
Hehe kalo Mbak Nn ini umurnya sekarang berapa mbak?
November besok baru 20. Terlalu jauh pergaulanku.
Yang penting sekarang udah banyak perubahan baik to
mbak.
Amin.. Lebih baik lagi. Amin.
Rasa malu untuk mengemukakan
pendapat
Rasa rendah diri sebaai mantan
pecandu
Rasa bersalah terhadap diri atas
pergaulan yang terlampau negatif
Rasa tidak percaya diri informan
dalam mengemukakan pendapat?
Informan merasa rendah diri
terhadap pikirannya
Perasaan bersalah terhadap diri
karena pergaulan yang terlalu
jauh
846.
847.
848.
849.
850.
851.
852.
853.
854.
855.
856.
857.
858.
859.
860.
861.
862.
863.
864.
865.
866.
Dulu hidup di jalan itu rasanya gimana to mbak?
Rasanya, rasanya piye maksude mbak? Seneng, apa susah
nggak gitu? Seneng! Happy! Bebas mbak! Kayak nggak ada
yang ngatur-ngatur, kayak semua cuma kayak susah itu kalo
kita lagi crash lagi berantem gitu ada bentrok-bentrok kayak
gitu. Ya itu kan emang berat sih mbak gitu. Itu kok bisa, kok
bisa Mbak Nn sampe kenal gitu gimana to mbak
ceritanya? Terus kok akhirnya bisa satu grup nih sama
temen-temennya Mbak Nn. Dulu kan saya sok jagoan,
waktu SMP. Sok jagoan. Hahaha iya sok jagoan, kan sok sok
pengen ngerasain berantem-berantem kayak gitu. Cewe lho
padahal ya mbak. Iya sih mbak, hahaha. Hahaha. SMP ku
tuh Karangasem, terus yang disini SMPnya tuh, wah ini kok
keras banget to suaranya (berkata papa anaknya yang bermain
game) tuh makanya dia kayak agak sensi di jalan-jalan gitu.
Terus ini kan ada SMP deket sini deket, deket perumnas ini
kan ada SMP. Kita tu musuhan, SMPnya tuh musuhan. Kan
pasti kita sering tawuran, waktu tahun dulu tuh di tempatku
satu dari sekolahku, satu dari sekolah itu tu kayak ada yang
meninggal jadi kan. Karena tawuran itu mbak? Iya.. jadi
dendam tersendiri kan. Jadi sering tawuran-tawuran, waktu
Pengalaman menjadi anak jalanan
Keinginan untuk mendapat
kebebasan dalam hidup
Perasaan terkekang pada
kehidupan keluarga
Pengalaman tawuran selama
menjadi pelajar
Agresifitas sebagai coping stress
Informan menceritakan bahwa ia
merasa senang selama menjadi
anak jalanan karena merasakan
kebebasan atas tidak adanya
orang yang mengatur hidupnya.
Meskipun di satu sisi ia pun
menyadari bahwa tidak mudah
pula menjalani kehidupan seperti
itu (848-851)
Apakah informan merasa
hidupnya di keluarga selalu
diatur-atur? Pola asuh otoritatif
dalam keluarga
Informan menceritakan tentang
pengalamannya selama menjadi
pelajar yang sering terlibat
tawuran antar sekolah.
Agresifitas yang ditonjolkan demi
pencarian jati diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
867.
868.
869.
870.
871.
872.
873.
874.
875.
876.
877.
878.
879.
880.
881.
882.
883.
884.
885.
886.
887.
888.
889.
890.
891.
892.
893.
894.
895.
896.
897.
898.
masaku, aku jadi ketua geng kayak gitu dah. Ketua-ketua
geng. Ternyata temenku yang perempuan nggak ada satu pun
yang berani berantem. Cape. Bener mbak, nggak ada satu pun
yang berani berantem. Terus aku ngajak kakak kelas, nggak
ada semua kakak kelasku tu yang berani berantem. Cuma kita
bertiga. Nah aku bertiga sama kakak kelas, nah ini di atasku.
Aku kelas satu mereka kelas tiga. “Wah anak kecil berani
berantem po, gini gini gini” kan dikatain kayak gitu. Semakin
kita dikatain karena musuh sini itu kelas tiga semua. Di situ
lah aku anak bayi sendiri, tapi kan aku di hajar. Ini sama
sesama cewek mbak ini berantemnya? Sama cewe, ada
cowoknya juga kan cowok sama cewek campur. Tapi kan kita
kayak memisahkan. Kan kalo cowok kan nggak mungkin
memukul cewek juga kan mbak. Terus akhirnya dari mungkin
mereka liat aku kan, mereka ngomporin bawah-bawahnya.
“itu ada anak cewek kelas satu ni iki..” terus waktu aku naik
kelas dua, ada anak kecil kelas satu. Kelas satu SMP ternyata
juga kayak pengen jadi jagoan gitu. Abis itu pun kayak
disparingin lah aku sama dia, anak sini. Kayak kayak ada
nggak ada wasitnya, jadi kita hajar gulung-gulung itu juga
semua cuma teriak “ayo, ayo!” kayak gitu. Dimana itu, di
sekolah itu? Nggak, di kebon-kebon kita berantemnya. Kalo
di sekolah otomatis kita di DO bisa-bisa sama gurunya! Oh
di kebun. He em... biar nggak ketahuan warga-warga, juga
kan biar nggak di lerai warga kan. Temen-temen cuma liatin
terus, mungkin karena saya terlalu sok jagoan, terus aku
menang kayak gitu akhire, kan akhire kita temenan. Aku
kayak... kita mungkin di arena pun kita jadi musuh, tapi kalo
di luar kita kayak jadi temen. Kan kayak gitu. Akhirnya kita
temenan. Pertemanan itu membawa petaka... ya kan. Aku
temenan sama dia, anak-anak SMP tau, mereka bilang kalo
aku pengkianat. Temenan sama musuh. Terus abis itu kelas
Agresifitas sebagai coping dari
ketidakberdayaan diri
Rasa bersalah terhadap diri karena
terjerumus dalam pertemanan
yang negatif
Pengulangan kata berani.
Informan menunjukkan rasa
percaya diri untuk berkelahi
sebagai cara untuk menunjukkan
siapa dirinya terhadap orang lain
Perasaan feminist. Informan tidak
ingin dianggap sebagai seorang
yang lemah
Keinginan menjadi seorang
jagoan, seorang yang kuat
Pengingkaran atas
ketidakberdayaan diri ketika
berada di rumah?
Pemilihan diksi ‘pertemanan
membawa petaka’
Perasaan menyesal terhadap diri
sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
899.
900.
901.
902.
903.
904.
905.
906.
907.
908.
909.
910.
911.
912.
913.
914.
915.
916.
917.
918.
919.
920.
921.
922.
923.
924.
925.
926.
927.
928.
929.
930.
tiga SMP aku nggak punya temen sama sekali. Kelas dua
kelas tiga itu aku nggak, kelas dua naik kelas tiga, kelas dua
akhir-akhir kenaikan kelas tiga itu aku udah nggak punya
temen sama sekali. Terus akhirnya aku mulai berontak, aku
sama dia. Dia juga dibilang pengkhianat sama di SMPnya.
Karena temenan sama Mbak Nn ya. Iya... mereka kan
sama-sama ee musuh kan, makanya kita kan ya sembunyi-
sembunyi temenannya. Takute kan nyakitin yang lain. Tapi
kan kita sama-sama nyaman sih mbak kita sama-sama cewek,
temenan sama-sama cewek, sama-sama nyaman. Terus kita
emang keras tapi kita ngerti nggak ada kayak munafik, nggak
ada kayak ngomong maksudnya kan sekarang kayak banyak
yang... temen-temen... ibarate kalo bahasa gaul jaman
sekarang kan ee “asu rupa kanca” maksude anjing bermuka
teman, kan ibarate kayak gitu. E didepan kita baik gini gini
gini, tapi di belakang kan buruk kayak gitu kan. Aku sama dia
cocok akhire, aku nggak dapet temen di sekolah, dia nggak
punya temen di sekolah, terus lama-lama akhirnya kita turun
ke jalan ya itu. Terus kayak aku sering dibully sama temen-
temen gini gini. Makanya waktu di kelas istirahat aku lagi
diem kayak gitu, satu sekolah- satu angkatanku yang kelas
tiga itu cewe semua, ngelabrak aku di kelas kok mbak. Aku
cuma diem itu... Satu angkatan mbak? He em. Satu
angkatan sama-sama kelas sem- kelas tiga semua. Itu kira-kira
ceweknya cuma ada lima belas sih mbak. Aku jengkel mbak,
rokku sobek mbak, aku naik ke atas, langsung lompat ke atas
meja. Tak tantangin sparing satu-satu. Maksude mereka
nggak nggak ngebolehin aku temenan sama... namanya Dea,
namanya Dea. Orang- cuma orang sini, sebelah ini. Ke aa
angkatan e angkatan kan ni Gang Kanthil kan, dia di Gang
Menur itu. Ya itu kayak langsung tak tantangin berantem
semua to, akhire aku di skors seminggu. Gara-gara dibilang
Pengalaman perundungan selama
menjadi pelajar
Pemberian label pengkhianat oleh
teman-temannya membuat
informan pada akhirnya tidak
ingin melanjutkan pendidikan di
sekolahnya.
Perasaan nyaman terhadap
pertemanan di luar sekolah karena
informan mengalami
perundungan oleh teman-teman
sekelasnya (905-921)
Pemilihan kata yang penuh
penekanan terhadap agresifitas,
emosi terhadap pengalaman di
masa lalu
Superioritas yang dirunjukkan
dalam bentuk agresifitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
931.
932.
933.
934.
935.
936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.
943.
944.
945.
946.
947.
948.
949.
950.
951.
952.
953.
954.
955.
956.
957.
958.
959.
960.
961.
962.
aku yang cari masalah duluan, tapi untungnya sekolahku ada
cctv. Posisinya aku lagi makan di kelas kok, mereka semua
nga- nyamperin aku segerombol. Itu waktu di skors seminggu
itu aku dah nggak mau sekolah lagi. Tu nyampe diseret sama
mamah suruh sekolah. Maksude kan nanggung, udah mau
ujian nasional, udah kelas tiga. Udah mau lulus ah nanggung
banget. Tapi kan aku juga nggak mau, maksude kan tidak
diadilkan udah waktu udah di di BP tu aku udah ngomong,
jujur kalo aku tu nggak ngapa-ngapain. Tapi kan kayak
mereka kan yang cari masalah. Tapi kan mereka orang banyak
mbak. Terus akhire oke aku yang salah, aku di skors
seminggu, aku baru inget kan mereka itu kok nggak ngecek
cctv. (diam sejenak) Kenapa mereka ngecek kan di kelas ada
cctv. Di cek cctv siapa yang salah, siapa yang bener kan haruse
di cek to.. mereka nggak ngecek akhirnya aku ngomong.
Ngomongnya ke papa sih. Lha terus kan papa marah to “lho
piye to ini?” tak jelasin terus aku langsung nyepontan
ngomong gini “coba cek cctv, sapa yang bener sapa yang
salah di cctv tu pokoknya pasti ada. Aku lagi duduk lagi
makan di kelas, mereka tiba-tiba dateng” wuh tak ceritain dari
awal sampe akhir terus bapakku ndengerin terus akhirnya “oh
iya cctv”. Terus besoknya ke sekolah, disuruh masuk aku dah
nggak mau. Disuruh maksude dirembug masalahe tu aku dah
nggak mau. Aku kan nggak ngapa-ngapain. Nggak adil itu
ya mbak. He em. Aku dah fo- aku kan dan fokus biar cepet
lulus, terus biar bisa masuk SMK, biar nggak ketemu sama
mereka-mereka lagi. Kan bisa satu sekolah sama dia itu kan
emang satu sekolah sama dia sahabatku itu kan emang tapi
emang malah mereka cari masalah ya kan, jadi bikin jengkel.
Akhire setelah di bujuk-bujuk terus akhire yaudahlah mau
sekolah lagi. Ya gara-gara... tapi akhire temen-temenku
sekarang semuanya baik semua sama aku. Waktu aku lahiran
Penolakan dari lingkungan
sekolah membuat bergaul dengan
ke jalanan
Kesedihan atas penolakan dari
teman-teman sekolah
Informan menceritakan tentang
pengalamannya di skors selama
menjadi pelajar sehingga
membuatnya memutuskan untuk
turun ke jalanan dan bergaul
dengan anak jalanan.
Perasaan mendapat perlakuan
tidak adil semasa sekolah
Pernyataan bahwa kini teman-
temannya telah
memperlakukannya dengan baik.
Apakah ini adalah suatu
pengingkaran? Atau proyeksi atas
rasa kesedihan karena
ditinggalkan oleh teman-temanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
963.
964.
965.
966.
967.
968.
969.
970.
971.
972.
973.
974.
anak-anak itu dateng, pada dateng kesini. Sekarang kita
semua udah baikan. Gara-gara waktu nggak semuanya sih,
sebagian waktu dah di luar, ada sebagian tak tantang berantem
kayak gitu. Lha kan ternyata di luar mereka masih... ngata-
ngatain aku, terus ada yang bilang aku- ya emang sih.. aku
pengedar obat, tapi kan aku ngga mau semua orang tau. Dia
bilang ngatain kayak gitu kan emang apa sampe bilang-bilang
lagi ya.. lihat aja kan kayak gitu. Akhirnya mereka kayak
entah.. baik di depanku karena aku anaknya emang sok jagoan
atau gini apa nggak tau. Tapi sekarang semuanya udah clear,
baik semua. Dan nggak ada masalah-masalah lagi sih, karena
emang enak hidup sih tanpa masalah.
Keinginan untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik
Informan mengatakan bahwa
hubungannya dengan teman-
temannya telah berlangsung baik.
Ia merasa bahwa hidup dapat
berjalan dengan nyaman jika
tanpa masalah (972-974)
Suatu paradoks bahwa hidup
informan dengan teman-
temannya tidaklah berjalan
dengan baik
975.
976.
977.
978.
979.
980.
981.
982.
983.
984.
985.
986.
987.
988.
989.
990.
Iya bener. Ya kan mbak?! Kayak punya masalah ibarate
semua orang di dunia ini, temenku itu paling cuma sekitar
sepuluh udah lainnya musuh. Semua-semua nantangin
berantem kok mbak, sa- itu aku. Tapi sekarang, kalo bisa sih
nyari temen sebanyak-banyaknya kalo aku sih mbak. Iya...
iya bener. Kayak siapa aja sih tak baikin. Ibarate dulu aku tu
mbak, aku kayak gi.. ada orang di situ mungkin tak- kalo dia
ngeliatin sini, mungkin tak kata-katain. Kata-kata kotor
semua aku keluar. Kalo kita lagi duduk kayak gini terus dia
ngeliatin kayak gitu “ngapain liat-liat?” kayak gitu. Kalo dulu
kan kayak gitu, kalo sekarang kan “kasihan ya?!” entah! Dari
mana rasa kasiannya, “kasian ya, di situ sendirian”. Kayak
kayak direspon sama siapa itu kan rasanya kasihan kayak gitu.
Entah sih! Mungkin Tuhan yang kasih semua rasa-rasa ini.
Iya mbak. Dan ngilangin semua egoisku, kayak sok jagoanku
itu, kan kayak gitu.
Penerimaan diri terhadap
permasalahan yang dihadapi
Perbuatan baik sebagai cara untuk
memperbaiki diri (guilty feeling)
Kesadaran untuk memperbaiki
dan memaafkan kesalahan diri
Religiusitas sebagai cara untuk
memperbaiki diri
Penekankan pada kalimat bahwa
semua orang memiliki
permasalahannya masing-masing.
Banyaknya perseteruan yang
terjadi pada hubungan
pertemanan informan (975-978,
980-985)
Usaha untuk memperbaiki dirinya
menjadi lebih baik lagi yaitu
dengan menambah teman serta
membantu orang sebanyak-
banyaknya (978-979, 980, 985-
990)
Kesadaran mendapat hidayah dari
Tuhan untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi (keegoisan
dan superioritas)
991.
992.
993.
Aku pun kalo bisa ingin... apa... pingin bisa ngilangin tato.
Kayak nyesel kan mbak dulu pernah itu... Ini cuma di tangan
tok? Di punggung cuma satu, nama.. mantan.. Hahaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
994.
995.
996.
997.
998.
999.
Hahaha mantan... mantan apa itu mantan nggak tau. Hehehe.
Kan ngilanginnya, tapi kalo ngilangi kan jadi kayak
disetrika itu to mbak? Di laser sih mbak bisa kayak Nikita
Mirzani itu kan tato ilang, tapi juga bener-bener kembali
kayak kulit biasa. Kan Nikita Mirzani dulu tatoan, kalo
ngomong ceplas-ceplos pun kayak gonta ganti suami.
Perasaan sesal atas tindakan
menato tubuh
Penyesalan terhadap diri atas
perilaku menato tubuh (991-992)
1000.
1001.
1002.
1003.
1004.
1005.
1006.
1007.
1008.
1009.
1010.
1011.
Hahaha iya mbak. Oh jadi dulu pas SMP akhirnya turun
ke jalan ke jalan itu SMP ya mbak?
SMP. Jadi gara-gara.. Setelah masalah itu? He eh. Iya,
masalah sama anak-anak SMP itu terus ternyata sama Dea di
HP nya tu bener-bener di jalan pergaulannya. Tapi ternyata
Dea tidak seburuk, dia tidak seburuk aku sih. Dia malah nggak
seburuk aku sih mbak. Dia mungkin pernah minum, pernah
ngobat tapi dia nggak yang pecandu-pecandu kayak aku
enggak. Entah kenapa bisa kayak gitu. Dia cuma minum
sekali-sekali, dua kali, kayak gitu, nggak nggak nggak sering.
Kok aku bisa kayak gini? Kok bisa ya? Jadi kayak...gini
parahnya.
Perasaan bersalah terhadap diri
karena menjadi pecandu narkoba
Informan menceritakan
pengalamannya selama menjadi
anak jalanan. Ia merasakan
penyesalan terhadap dirinya
karena bisa terjerumus begitu
dalam di dunia narkoba
sedangkan temannya malah tidak
menjadi pecandu (1002-1011)
Penyesalan terhadap diri karena
menjadi pecandu narkoba
Mempertanyakan diri?
1012.
1013.
1014.
1015.
1016.
1017.
1018.
1019.
1020.
1021.
1022.
1023.
1024.
1025.
Dulu pertama kali coba pertama kali nyoba itu langsung,
ya.. cobanya dikit-dikit kan ya mbak? Terus langsung
ketagihan?
Engga! Langsung satu botol aku mbak! Waduhh. Karena
nggak kerasa apa-apa. Entah! Pertama kali coba itu? Iya
mbak! Beli ciu itu kan pertama ciu itu... pait pait! Iya itu pait!
Temenku tu dah udah tidur udah (celoteh anak) kok, awas!
(berteriak ke anaknya) aku tuh masih nggak kenapa-kenapa,
rasanya masih nggak kenapa-kenapa. Bener-bener pertama
kali coba, nggak kenapa-kenapa (celoteh anak: awas!) hih
anake sopo! (berteriak ke anaknya) gitu kan mbak nggak
kenapa-kenapa terus. Yaudah terus nggak berani pulang kan
soale mulute bau terus kita nggak berani pulang. Itu aku inget
banget itu waktu aku ulang tahun, dua ribu dua belas itu cuma
Pengalaman sebagai anak jalanan
Perilaku alkoholik dalam
pergaulan sebagai anak jalanan
Informan menceritakan
pengalamannya ketika mulai
mengenal minuman keras karena
pergaulannya bersama anak
jalanan. Karena perilakunya yang
kemudian sering bermabuk-
mabukan, informan mulai
melakukan kenakalan-kenakalan
seperti perilaku tidak pulang ke
rumah (1015-1038)
Agresivitas yang berupa hardikan
yang ditujukan terhadap anak
informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
1026.
1027.
1028.
1029.
1030.
1031.
1032.
1033.
1034.
1035.
1036.
1037.
1038.
1039.
1040.
1041.
1042.
1043.
1044.
1045.
1046.
1047.
1048.
1049.
1050.
1051.
1052.
1053.
1054.
1055.
1056.
1057.
pertama kali. Kan aku November dua ribu dua belas itu
minum itu, sekali itu. Habis itu enggak lagi. baru dua ribu tiga
belas awal-awal, diajak temen-temenku yang lain minum.
Tapi minumnya lebih naik lagi tingkatnya tu. Kita minumnya
cuma di lapangan deket SD situ. Dan aku nggak tau jalan
pulang cuma dari SD itu. Aku berangkate jalan, kan deket.
Deket ya. Cuma lurus, belok kanan, belok kiri. Deket banget
to mbak. Ini lurus, belok kanan, belok kiri, dah sampe. Bar
minum nggak bisa pulang to mbak. Hahaha. Aku lupa jalan
pulang mbak, bener-bener nggak bisa pulang, terus akhire di
bawa pulang temenku kan temenku kan nggak berani pulang,
jadi baru dua kali aku minum, setelah itu aku apa, sama Dea
mulai turun ke jalan. Ada kayak yang mahasiswa-mahasiswa
banyak sih agek terus abis itu itu direkam divideo itu dia tanya
tentang anak jalanan, enggak enggak tanya tentang obat sih
enggak. Cuma tanya tentang kehidupan anak jalanan.
Kehidupan pengamen kan kayak gimana, sampe sama
solidaritas pertemanan kayak gimana. Terus masnya pulang
itu, dia kasih aku sangu, nah itu! Pertama kali petakanya tu
itu! Langsung dipake beli obat sama temen- diminta sama
temenku (diam sejenak) aku kasih cuma dua puluh ribu, yang
tiga puluh ribu aku bawa pulang. Aku kasih bapak. Dulu kan
kita orang susah mbak. Tiga puluh ribu tuh aku kasih- di situ
dulu di situ tuh ada meja bunder, aku taruh di di belakang
mbak tuh ada meja bunder, aku taruh di situ uangnya di bawah
asbak. Aku sms bapak, “Pak, di bawah asbak itu ada uang.
Cuman tiga puluh ribu sih, buat beli rokok, ya, Pak! Sama
buat beli makan...” udah aku pergi. Cuma aku pulang naruh
uang itu, udah aku pergi. Tetep ada niatan baik, pulang cuma
ngasih uang ke bapak terus pergi lagi. Temenku pun tanya,
“kalo semua tok taruh dirumah, besok kamu makan apa?”
“besok pikir besoklah, penting bapakku bisa makan” aku pikir
Perkenalan dengan narkoba
karena rasa keingintahuan
Penerimaan yang dirasakan
selama bergaul dengan anak
jalanan
Perasaan bersalah karena
menghamburkan uang untuk
narkoba
Keadaan ekomoni yang kurang
baik membuat rasa
tanggungjawab pada keluarga
Kedekatan dengan ayah
Rasa kasih sayang terhadap
orang-orang terdekat
Rasa keingintahuan yang tinggi
membuat informan ingin
mencoba berbagai hal yang belum
pernah dilakukannya seperti
mengonsumsi minuman keras dan
narkoba.
Kebangaan diri yang dirasakan
informan karena merasa bahwa
solidaritas pertemanan diantara
anak-anak jalanan sangat baik
(1038-1043)
Penekanan pada cerita petaka
akan uang yang diterima olehnya,
penggunaan jeda
Adanya penyesalan terhadap diri
karena menggunakan uang untuk
perilaku konsumtif narkoba
Meskipun kerap kali berseteru
dalam keluarga, informan tetap
memperhatikan kesejahteraan
keluarganya terutama ayahnya
karena memahami bahwa
keluarganya kala itu memiliki
tingkat ekomomi yang kurang
baik (1046-1065)
Informan sebenarnya memiliki
hati yang lebut dan sisi perhatian
terhadap orang-orang terdekatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
1058.
1059.
1060.
1061.
1062.
1063.
1064.
1065.
1066.
1067.
1068.
1069.
1070.
1071.
1072.
1073.
1074.
1075.
1076.
pikir gitu kan mbak. Bapak segalanya. Cuma yang penting,
bapak sms, iya ngak munafik, iya bapak sms “punya uang
nggak ? Papa nggak punya rokok” itu aku langsung- “udah
tunggu sebentar sejam lagi kita ketemu uangnya”. Aku
langsung ngamen tuh nggak berhenti sejam yang penting
ketemu kayak kumpul uangnya tak tukerin di indomaret tuh
receh-receh, tak kasih bapakku, semuanya udah! Yang
penting bapakku ada rokok, bapakku makan. (diam sejenak)
aku sih nggak papa, nggak masalah. Ya itu sih mbak, dulu,
aku kayak gitu. Makanya bapak mungkin sekarang sayang
banget sama aku. Tapi kan dulu beda, “kamu jangan make ya”
kayak gitu. Entah bapakku nggak ngelarang aku pergi dari
rumah tu enggak, cuma dia bilang “kamu jangan... pake
narkoba, kamu jangan kenal minuman” kayak gitu “kamu
jaga diri sebagai perempuan”. Itu bener, nggak munafik ya
mbak, walaupun aku minum, walaupun aku ngobat,
alhamdulillah keperawananku tuh terjaga. Tapi sampe aku
kenal bapaknya ini, emang saya yah ini hamil duluan sih yang
ini (menunjuk anak pertamanya).
Perasaan bersalah terhadap ayah
(orang tua) atas kekecewaannya
kerena menjadi junkie
Penggunaan jeda ketika
menceritakan tentang ayahnya
Perasaan kasih sayang yang
begitu intim terhadap ayahnya
Informan memiliki kedekatan
emosional yang baik dengan
ayahnya. Ia selalu berusaha untuk
mematuhi nasihat ayahnya (1067-
1072)
Adanya ketidaksesuaian cerita
tentang latar belakang hasrat
seksualitas informan dengan
cerita konselor narkoba. Akan
tetapi, informan mengakui bahwa
dirinya memiliki anak yang diluar
hasil perkawinan sah (1072-1076)
1077.
1078.
1079.
1080.
1081.
1082.
1083.
1084.
1085.
1086.
1087.
1088.
1089.
Itu juga temen waktu di jalanan, mbak?
Enggak. Enggak, dia penjual. Kita... kan jalanan kan mungkin
terlalu buruk itu mbak. Kita makan susah. Akhirnya aku naik
jadi , naik pangkat mbak ceritanya hahaha. Hahaha. Naik
pangkat, kalo di kantor-kantor kan naik pangkat to?! Jual
minuman. Sama bapaknya ini. tapi kan... eee orang ga- orang
kerja di kantoran itu gajinya berapa to mbak? Ya macem-
macem sih mbak... Biasanya berapa? Biasanya... ya UMR
standar UMR. UMR tuh apa mbak? Upah Minimum R R...
Rakyat. Rakyat he em. Berapa sih UMR e? Kalo di jogja
kan... Berapa? Jogja sekitar satu koma empat ratus lima
puluh atau satu koma empat juta. Satu juta empat ratus. He
em, standardnya segitu mbak. Tapi bisa lebih itu. Kalo
Latar belakang menjadi penjual
minuman keras
Rasa rendah diri karena menjadi
anak jalanan
Rasa bersalah terhdap diri karena
sempat menjadi penjual minuman
keras
Latar belakang menjadi penjual
minuman keras
Informan menceritakan tentang
pengalamannya menjadi penjual
minuman keras selama hidup
bersama anak jalanan
Perasaan rendah diri dan
memandang diri buruk selama
menjadi anak jalanan (1078-
1079)
Penyesalan terhadap diri karena
menjadi penjual minuman keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
1090.
1091.
1092.
1093.
1094.
1095.
1096.
1097.
1098.
1099.
1100.
1101.
1102.
1103.
1104.
1105.
1106.
1107.
1108.
1109.
1110.
1111.
1112.
1113.
1114.
1115.
1116.
1117.
1118.
1119.
satu bulan satu juta empat ratus tuh berarti seharinya berapa
to mbak tok bagi tiga puluh, berarti seharinya berapa sih
mbak? Perharinya yaa mungkin sekitar... sekitar... empat
belas dibagi tiga puluh sekitar empat puluh enam ribuan Empat puluh ribuan ya mbak? Aku sehari gajinya berar- aku
seharinya bisa dapet gaji paling sedikit ya tiga ratus ribu dari
jualan minuman Paling sedikit tiga ratus ribu. Jatuh nu!!
(berteriak pada anak) Paling sedikit tiga ratus ribuan sampe
lima ratusan, lima ratus. Paling mm apa namanya tergantung
seberapa banyaknya kita menjual. Kayak bisa sehari lima
ratus ribu tuh sebulan berapa bulan mbak? Bisa... lima belas
juta. He em, tapi uangnya kemana? Nggak ada sama sekali
nyantol! Kayak ntar terkadang pun nggak ada bos e kita jual
apa kita kantongin tuh yang jual nggak tau. Yang punya tu
nggak tau. Nah yang kayak gitu makanya makanya apa tuh
namanya uangnya tuh cuman kayak uang-uang haram, kayak
kita juga nipu bos nya kan sama aja tujuan kita kantongin
sendiri uangnya, nggak jadi uang. Entah kemana semua itu
uang, berpuluh-puluh jutaku itu karena kerja di sana ada
setahun lho. Kalo sebulan 15 juta, setahun bisa dapet berapa?
Seratus ada mbak?! Seratus juta?? Ada mbak! Seratus juta
lebih.. seratus delapan puluh juta lah paling engga. Aku
pernah punya uang segitu?! Tapi nggak tau semuanya lari
kemana... pesta terus, pesta terus, karaoke... kita tuh kaak
nggak pernah makan ngangkring. Makan tu makan gaya
makan restoran kan orang kayak gini gini gini. Kayak nggak
pernah kepikiran, nggak bisa lho mbak kita mikir centelin
emaslah. Di.. kita kita nyewa ruko po tu enggak! Nggak bisa
kepikiran kayak gitu, entah! Tuhan mungkin nutup kayak gitu
ya mbak. Kayak kita kayak kerja kan dicentelin jadi emas.
Gaya hidup yang tidak sesuai
dengan kondisi ekonomi
Gaya hidup yang cenderung
berfoya-foya
Pengingkaran terhadap kondisi
ekonomi keluarga yang
sesungguhnya
Kesadaran religius tentang
kepemilikian harta yang tidak
halal
Rasa bersalah terhadap diri atas
penggunaan uang yang bukan hak
pribadi
Keadaan ekomoni yang
cenderung berkekurangan
Keinginan untuk memiliki
kehidupan yang bekecukupan
Informan menceritakan tentang
jumlah pendapatannya selama
menjadi penjual miras. Ia pun
menyadari bahwa uang yang ia
terima hanya digunakan untuk
berfoya-foya (1101-1104, 1107-
1110, 1111-1115)
Ia juga bercerita juga bahwa
ketika memegang uang yang
begitu banyak, ia dan teman-
temannya tidak bisa berpikir
jernih untuk memanfaatkan uang
dengan baik. Kemudian informan
menyadari bahwa itu merupakan
uang haram sehingga Tuhan
mungkin menutup nuraninya kala
itu (1104-1107, 1115-1119)
Keadaan yang kontradiktif
dengan kondisi ekonomi keluarga
yang sulit
Kesadaran religiusitas atas
penyesalan terhadap diri
Keinginan tersirat untuk
mendapatkan keadaan ekomoni
yang lebih baik daripada yang
dialami saat ini?
1120.
1121.
Oh siapa? (HP perekam muncul pop up). Hehe ibu saya,
mbak, nitip belanja. Minta dibeliin minyak, minyak sawit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
1122.
1123.
1124.
1125.
1126.
1127.
1128.
1129.
1130.
1131.
1132.
1133.
1134.
1135.
1136.
1137.
1138.
1139.
1140.
1141.
1142.
1143.
1144.
1145.
1146
1147.
1148.
1149.
1150.
1151.
1152.
1153.
Maaf ya mbak. Minyak sawit tu apa to mbak? Buat
nggoreng, buat masak itu. Minyak goreng? He eh. Minyak
kelapa sawit itu lho mbak, buat nggoreng. Minyak apa sih
mbak biasanya? Minyak...ibu tuh kalo biasa beli bisa
bimoli, bisa eee sania, atau yang grosiran pokoknya minta
minyak sawit buat nggoreng. Bawa aja ini mbak. Eh
enggak! Enggak mbak. Enggak kan, jualan. Oh jualan, iya!
Kalo mau dibawa, dibawalah! Aku beli aja nanti. Bawa
nggak papa. Hee enggak mbak! Beli aja. Aku tu sama temen
kayak gitu mbak! Jangan dong mbak, nanti nggak untung
lho! Kan tadi udah bilang tuh! Kan kalo sama temen tuh
nggak papa mbak, udah biasa. Ini jualan mamaku sih. Kayak
temen dateng, disini kan ada mangga mateng, dia bilang “bau
mangganya enak ya? Mangga mangga mateng!” “ambillah
bawa pulang!” aku kayak gitu hahaha. Hahaha. Bener!
Ambil! Ambil ambil gitu, tapi kadang mereka yang
“enggaklah” “ambillah!” kalo engga kadang tak masukin tak
lempar ke mereka, bawa bawa bawa! Kalo ada temen yang
bener-bener, namanya Peni, dia kalo kesini.. udah mbak, tapi
dia kalo kesini kalo cuma ada butuhnya. Maksudnya ada
butuhnya tu “tolong cariin apa gitu kan, dia orang
Kalimantan, dilempar bapaknya kesini karena dia disana jadi
TO-nan polisi. Padahal dia dulu penjual, jadi disini kan dia
nggak punya temen, nggak punya siapa-siapa kenalan jauh-
jauh gitu kan harus dibantu. Kenal udah lama itu mbak?
Udah lama... sebelum aku punya anakku yang ini, sebelum
aku punya anakku yang kedua malah. Sebelum hamil,
sebelum si kecil lah. “Tolong cariin obat itu dong!” terus tak
cariin to, dia kesini to mbak, dikirim tiga puluh... dia kasih
aku tuh pasti lebih dari tiga puluh, lha kan kasihnya cuma lima
puluh berarti kan lebih dari tiga puluh kan dua puluhnya
berarti tak masukin kantong sendiri to?! Itu tu masih anakku
Kecenderungan untuk
mementingkan orang lain
ketimbang diri sendiri
Kelekatan dalam pergaulan
menghambat keinginan untuk
berhenti mencandu
Rasa senasib dan
sepenanggungan antar anak
jalanan
Informan terlalu murah hati
terhadap siapapun. Hal tersebut
memang ia lakukan karena
kemurahan hati, akan tetapi ia
terkadang tidak
mempertimbangkan keuntungan
maupun kerugian ketika terlalu
loyal dalam membantu orang lain
Rasa murah hati dan
mementingkan orang lain
sehingga tidak memikirkan
keadaan diri sendiri
Hal yang membuat informan
kesulitan untuk melepaskan diri
dari lingkungan narkoba dan rasa
kecanduannya yaitu karena
kelekatan antar anak jalanan dan
sesama mantan pecandu narkoba.
mereka terbiasa bergaul seakan-
aka sebuah keluarga, sehinga
mereka saling bergantung satu
sama lain sebagai seorang
saudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
1154.
1155.
1156.
1157.
1158.
1159.
1160.
1161.
1162.
1163.
1164.
1165.
1166.
1167.
1168.
1169.
1170.
1171.
1172.
si Kiano Kiano to itu kan baru periksa itu tu. Dibawa pergi.
Ntar pulang-pulang udah bawa eskrim, bawa coklat, bawa
mainan. Itu di situ dia pernah sekali, apa.. “aku pengen banget
makan apel” kayak gitu. terus nanti anterin ke pasar yuk.
“Pe’ak lu! Kan jualan!” aku kan bilang gitu. “oiya, ntar beli
tempatmu” gitu. Lha terus kumasukin ke jok montornya, dia
bayar, uangnya tak masukin ke joknya itu lagi. Dia sampe
rumah marah-marah, “bego ini uangnya di tempatku lagi
gimana ini?” “bawa ajalah” aku kan bilang kayak gitu. “Ini
kenapa uangnya dikembaliin ke aku lagi?” dia dia pernah
kayak gitu kan nyampe nyampe rumah. Telfon, besok
dianterin lagi mau “dah nggak usah, bawa aja!” jadi gimana
sih baiknya dia sama anakku dibawa ke warung, dibeliin jajan
apa aja dia mau. Bukan bukan bukan masalah berapanya,
masalah dia beliin es krim, tapi kan dia baiknya dia bawa
anakku ke jalan kayak gitu. Jalan terus kayak “Kiano, mau
beli apa?” kayak gini... dia sayang, karena dia punya anak,
tapi anaknya ditingal disana. Ya kan emang tuntutan karena
emang TO-nan.
Penerimaan sosial dari komunitas
anak jalanan
Kebutuhan untuk diterima dalam
lingkungan sosial
Ketidakberdayaan diri dalam
keinginan berhenti menjadi
pecandu
Motivasi membantu orang lain
demi kebahagiaan anak
Kekerabatan yang kuat antara
anak jalanan membuat informan
merasa diterima di suatu
lingkaran komunitas?
Keinginan untuk berhenti
mencandu yang tidak dibarengi
dengan keberdayaan diri
Penekanan pada cerita transaksi
jual-beli
Kebahagiaan anaknya menjadi
cara informan untuk membantu
temannya yang membutuhkan
bantuan
1173.
1174.
1175.
1176.
1177.
1178.
1179.
1180.
1181.
1182.
1183.
1184.
1185.
Itu emang kenapa sama kenalnya dari mana mbak?
Kenalnya dari... PSPP. Oh pas di panti rehab? Tapi aku
keluar, dia masuk, nggak ketemu. Terus sama waktu kita
bantuin ee konselor bro andre sama-sama konselor disana
juga dulu, kita bantu dia di... ibarate kayak gimana ya, eee no
relapse biar kita ngak relapse lagikan intinya kita ikut kayak
gitu itu to. Ikut itu lagi. Masa after care ya berarti Iya, ada
dia. Ternyata emang aku cocok sama dia. Udah cocok sama,
wii yaudah kita jadi temenan. Tapi itulah kenal dia, terlalu
diajak obatnya itu. “Ayo beli!” dia gitu. Itu to, ditinggal disini
lima, dia bawa pulang lima. Padahal aku nggak beli, nggak
bayar gitu, dia malah ninggalin aku uang. “Ini orang kenal
sama ini, bobrok aku” aku sampe bilang kayak gitu...
Pengaruh negatif dari lingkungan
pertemanan
Keinginan relapse yang berasal
dari teman sesama pecandu
Pengaruh pertemanan sesama
pecandu pada komitmen berhenti
mencandu narkoba
Informan memiliki teman dekat
sesama pecandu narkoba setelah
menjalani rehabilitasi pecandu
narkoba. Akan tetapi, ia
menyadari bahwa temannya
membawa pengaruh bagi dirinya
untuk kembali relapse pada
narkoba
Pengaruh sesama pecandu
terhadap komitmen pulih menjadi
pecandu narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
1186.
1187.
1188.
1189.
1190.
1191.
1192.
1193.
1194.
1195.
1196.
1197.
1198.
1199.
1200.
1201.
1202.
1203.
1204.
1205.
1206.
1207.
1208.
1209.
1210.
1211.
1212.
1213.
1214.
1215.
Kok dia masih punya uang untuk beli sih mbak?
Dia sih buka olshop disini sih ya. Bapaknya tu pengusaha
kaya di Kalimantan itu. Jadi kan otomatis kan bapaknya
transferan, terus habis itu. Tapi dia aktif sih buka olshop juga.
Dia... cari uangnya gemati, akhire dia nikah sama, dia orang
sumatera, nikah sama orang orang Kalimantan. Ketemunya di
sini, nikahnya di sini. Jadi orang Sumatera, Kalimantan
semuanya kesini nikahanya dia kemaren. Dia nyewa yang di
alun-alun itu apa namanya sih gedung apa nggak tau. PH? P?
Ah pokoknya itu! Itulah makanya, kenapa nikahnya nggak di
Sumatera apa di Kalimantan aja ya? (berdeham) kok pake
disini kan malah lebih banyak biayanya to? Lha itu dia bilang
“saudaraku tuh disini” “lah kan saudaranya orang Sumatera
sama orang Kalimantan lok tinggalnya di Jogja?” aku bilang
gitu. “Kalian saudaraku” wah gitu dah “oiya ya” kayak kita
yang selalu bantu dia disini waktu dia susah, dia nggak tau
jalan, dia nggak punya apa-apa, kita semua yang bantu kan.
Temen-temen, kan dia nggak punya saudara sama sekali.
Mereka berdua kan emang pacaran, tapi kan ngkos terus
berdua. Kos bebas itu lho, nggak nikah itu boleh to?! Akhire
tapi apa-apa kita yang bantu. Kita yang bantu. Kadang kalo
mereka nggak punya uang, mereka nggak punya makan, pasti
di sini ada makan, tak suruh kesini to alesannya aku mau anter
kemana gitu kan, terus nanti sampe sini langsung cuma tak
suruh makan, terus abis makan tak suruh pulang. “Dah
pulang, sana pulang!” karena kalo nggak langsung pulang tuh
kayak mereka tu kayak pura-pura nyapu-nyapu, kayak bantu-
bantu. Ini anak kayak malah jadi kayak pembantu, ih cuma
kadang wa tak bikin story “pembantu baru gitu” hahaha terus
mereka tak suruh pulang gitu...
Rasa persaudaraan sesama
pecandu narkoba
Keinginan untuk membantu
semua orang yang membutuhkan
pertolongan
Kebaikan hati untuk membantu
orang lain
Kemurahan hati untuk
mendukung kebutuhan teman
Informan menceritakan tentang
teman dekatnya yang merupakan
sesama mantan pecandu narkoba.
Ia menganggap semua temannya
harus selalu ia bantu disaat
kesusahan sebagai wujud bahwa
ia menjaga persaudaraannya
Informan memiliki sifat yang
murah hati karena tidak keberatan
membantu baik secara dukungan
moril maupun finansial kepada
temannya
1216.
1217.
Tapi berarti persaudaraannya kuat banget ya. Iya! Kita
kan kayak persaudaraannya kuat! Karena semua pengguna
Kekerabatan sesama anak jalanan Anak jalanan meniliki ikatan
persaudaraan yang kuat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
1218.
1219.
1220.
kayak gitu, mulutnya nggak ada yang bisa berhenti. Kalo udah
cerita, bisa sampe mana-mana. Bener-bener yang... emang
gila semua.
mudah untuk akrab dengan orang
lain (1216-1220)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Lampiran 3. Analisis Data Informan 3 (Bb/35)
No. Verbatim Tema Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sekarang Mas Bb ini kesibukannya apa mas?
Disini maksudnya ditempat Babe ini? Yaa cuma bersih-bersih
kamar, siram-siram tanaman, lha ya.. tapi kalo grup therapy
belum ada, belum ada. Biasanya ada kegiatan grup therapy
tapi belum ada. Aku ikut... ikut dalam... kadang diajak sama
Babe seminar, dimana gitu..tentang narkoba gitu gitu sebagai
peserta.
Latar belakang kehidupan sehari-
hari
Kegiatan sehati-hari informan di
care house dan peserta group
therapy (2-6)
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Kalo Mas Bb ini sudah berapa lama to mas disini?
Dari dua ribu lima belas. Sini sekitar udah dua tahunan. Ho
oh... saya keluar masuk rehab lho, mbak. Saya keluar masuk
rehab itu sepuluh kali! Sepuluh... Dari pertama SMP di
Cawang Jakarta Timur mana, di parmadi siwi. Tapi saya
dimasukkan kesana, karena ada saudara disana. Disana
maksudnya apa ya.. dibohongin saya masuknya. Ooh sama
orang tua mas pas itu? Ho oh. Disitu terapinya kan lak ada
kalo rehab kan terapinya macem-macem to mbak?! Ada terapi
TC, Therapy Community, kalo di medis ya ob-dikasih obat.
Dikasih obat, terus kalo parmadi siwi itu pake kekerasan.
Karena yang membina polisi semua dulu. Dulu namanya
Rumuantik Pamardisiwi, Rumah Perawatan Anak-anak Nakal
dan Korban Narkotika. Jadi di situ bukan cuma pecandu
doang, bukan cuma pecandu saja tapi ada yang tukang nusuk
tukang njambret dicampur semua. Kriminal-kriminal mas
berarti? Ho oh kriminal-kriminal gitu. Disitu. Ohh.. itu
umur berapa mas pas masuk disana? Umur berapa ya kalo
sekarang umur tiga puluh lima aku masuknya lulus lulusan
SMP itu mau ke SMA itu kira-kira umur berapa ya? Belum
tujuh belas tahun ya jadinya. Tapi tapi dulu waktu SMP
udah di Jogja ya aslinya mas? He eh di Bantul.
Latar belakang pengalaman
rehabilitasi
Pengalaman rehabilitasi yang
berulang kali
Perasaan tidak terima kepada
keluarga
Kekerasan yang dialami selama
rehabilitasi
Informan menceritakan tentang
pengalaman rehabilitasi ketika
berusia tujuh belas tahun (8-11,
24-26)
Penekanan pada jumlah
rehabilitasi yang ditempuh (9-10)
Jeda ketika menceritakan bahwa
keluarga membohonginya agar
masuk panti rehabilitasi untuk
pertama kalinya (11-13) Apakah
ini kesedihan atau rasa
penyesalan?
Penekanan pada proses terapi
rehabilitasi. Informan pernah
mengalami kekerasan saat
menjalani rehabilitasi (14-21, 22-
23) rasa sedih atau penyesalan
yang dirasakan informan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Terus selama keluar masuk rehab itu disana terus apa
pindah-pindah mas?
Pindah-pindah... terus ikut dokter Rn Wicaksono itu di
Magelang, tapi di rumah sakit jiwa di Magelang tapi di
Napzanya jadi keluar masuk lima kali. Sampe suster-
susternya bosen hehehe. Hehehe lha itu kena-itu selama
rehab per satu kali rehab itu berapa lama mas? enam
bulan? Kalo di Magelang itu selama lima bulan, lima bulan.
Lima bulan masuk, keluar, masuk lagi, lima bulan, sampe lima
kali. Terus dulu pernah di Fatmawati juga Rumah Rakit
Ketergantungan Obat Fatmawati jakarta. Pernah disana juga.
Rehabilitasi yang berulang kali
dijalani
Perasaan malu karena berulang
kali rehabilitasi
Pengalaman rehabilitasi informan
yang berulang kali (31-33, 36-39)
Karyawan rumah sakit terlalu
mengenalnya hingga menjadi
bosan (33-34)
Perasaan malu?
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
Terus ceritanya sampe disini ini gimana mas? Dari dua
ribu lima belas... Kemaren kan sebelum di sini kan saya
rehab di panti PSPP dulu. Nah kan ya maksudnya terus bubar
to mbak itu?! Dah diganti tentang apa maksudnya apa diganti
yang kejiwaan-kejiwaan itu. Lha jadi saya ikut Babe dulu.
Karena keluarga belum siap, gimana ya maksudnya, belum
siap menerima gitu lho. Itu dulu tutupnya tahun 2016 ya
soalnya. Ho oh. PSPP itu. Jadi dulu waktu berarti masuk
PSPP tahun berapa mas, dua ribu lima belas? PSPP dua
kali aku, sama dua ribu tujuh selama satu tahun. Dah cle-
clean, dah nggak make, keluar, terpengaruh lagi, terus dua
ribu lima belas masuk lagi. Setahun juga.
Latar belakang sebagai penghuni
care house narkoba
Rasa ragu pada pemulihan
kecanduan
Penerimaan keluarga atas kondisi
diri
Rasa bersalah terhadap keluarga
Informan masih tinggal di care
house eks-PSPP (42-45, 49-51)
Keraguan ketika mengatakan
bahwa ia telah clean dari narkoba
Keluarga masih belum menerima
informan kembali (45-46)
Perasaan sedih atas perlakuan
keluarga
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
Itu kok mas Mas Bb ini nggak bosen-bosen itu mas masuk
berkali-kali?
Ya sebenernya ya bosen hahaha. Hehehe kenapa mas kok
abis rehab misal satu kali gitu terus keluar make lagi,
kenapa mas? Ya gimana ya masalahnya kum-komunitasnya
itu-itu aja..
Make apa to mas dulu?
Dulu sempet sabu sampe bosen terus putau sampe bosen lah
ganti-ganti. Ooh.. sabu sama putau ya mas. Tapi kalo
Kebosanan dalam menjalani
rehabilitasi
Lingkungan pergaulan
menghambat keinginan untuk
berhenti mencandu
Pengakuan informan atas
kebosanan menjalani rehabilitasi
yang terus menerus (54)
Ketidakberdayaan diri untuk
berhenti menggunakan narkoba
karena lingkungan pergaulan
sesama pecandu (56)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
diantara itu yang paling paling suka ya dulu pake itu yang
mana mas? Putau... Putau.. He em, itu heroin. Iya...
Itu makenya tu kalo putau heroin ini dihisap atau
disuntik? Ada yang.. kan putau kan bentuknya serbuk itu.
Serbuk kayak gandum kayak gandum kecoklat-coklatan itu.
Ada yang make foil, dibakar, dihisep asepnya. Terus ada yang
di sniff, sniff itu.. langsung maksudnya barang langsung
dihisep gitu. Ada yang cucau, pake suntik. Kalo aku dulu pake
cucau, disuntik.. Nggak sakit itu? Yaa enggak hahaha.
Nyuntik sendiri itu? Nyuntik sendiri... Kok tau harus
nyuntik yang sebelah mana gitu mas? Ya.. pas pertama
make putau kan belum pernah nyuntik sendiri, dulu ada di-
masih diajarin temen yang putau juga, disuntikin sama
mereka, disuntikin. Terus lama kelamaan nyuntik sendiri bisa.
Malah gantian ada yang baru, apa, junkie putau nggak bisa
nyuntik, aku yang nyuntikin. Hahaha. Hehehe ho oh mbak!
Latar belakang drugs of choice
Penggunaan narkoba dengan
jarum suntik yang bergantian
Drugs of choice informan
ditentukan setelah mencoba
berbagai jenis narkoba hingga
akhirnya berhenti pada candu
heroin/putau (58-59, 64-68, 71-75)
Penekanan pada cerita penggunaan
suntikan putau
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
Ceritanya kok bisa kenal putau sabu itu gimana mas?
Gimana yaa... Pergaulan mbak... ya pertamanya ya... apa ya
maksudnya minum-minuman, ganti komunitas ke obat, boti,
ke boti pindah ke ganja... Boti mas? Boti itu obat-obatan.
Gitu.. ke ganja, terus kenal komunitas lain sabu, terakhir
komunitas putau. Terus terang, temen-temenku yang yang
make putau sekarang udah pada...meninggal. Yaa ada yang
over dosis, ada yang HIV positif kan jarumnya gon- gonta
ganti. Mmm itu berarti itu waktu pertama kalo kenal itu
SMP ya mas ya SMP itu aku masih... sabu. Mbalik SMA
dah.. putau. Itu temen-temennya memang di komunitas, di
pergaulan yang kayak gimana to mas kok bisa ee mereka
pada pake? Kan kalo rumahku sendiri ya mbak ya , di
kampung, di desa Bantul ini ya. Aku sekolah, tapi sekolahku
di kota. Gitu, pergaulannya kan udah sama anak-anak kota
yang bebas pergaulannya... SMP mana to mas? Stella Duce,
Pergaulan mengenalkan pada
narkoba
Perasaan kehilangan atas
kematian teman
Perasaan bersalah terhadap
komunitas
Denial atas efek menjadi
pecandu
Informan mengatakan bahwa
pergaulannya dengan para
pecandu membuatnya mengenal
narkoba (78-82, 90-91, 93-95)
Informan bercerita tentang teman-
temannya sesama pecandu yang
sudah meninggal (82-84)
Kesedihan atas kematian
Keraguan ketika bercerita tentang
temannya yang terkena HIV
karena pengunaan jarum yang
bergantian
Pikiran bahwa pergaulan pelajar di
kota cenderung lebih bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
93.
94.
95.
Stella Duce dua Suryodiningratan itu. Yah masalah narkoba
itu ya maksudnya dari saya ya saya pengen coba-coba juga
karena pergaulan. Emang saya ingin coba-coba itu lho mbak,
dulu.
Gaya hidup sebagai seorang
borjuis
Latar belakang keluarga yang
serba berkecukupan
Apakah ini terkait dengan gaya
hidup informan sebagai anak dari
keluarga yang cukup berada?
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
Lha itu pertama kali pas coba-coba sampe akhirnya make,
itu perasaannya Mas Bb itu gimana sih pas make
narkoba? Seneng... Seneng mas? Iya! Lama kelamaan kan ya itu udah
ketagihan. Jadi saya dulu pernah gini mbak, niat saya udah
pengen sembuh, lepas dari putau. Tapi gimana lagi, badan
yang harus apa minta, kayak di... make lagi gitu. Kan sakit
sakau. Sakau itu rasanya kayak gimana to mas? Gimana ya
sakau ya.. yaa panas dingin! Tulang ngilu-ngilu! Ya pokoknya
gimana rasanya panas dingin lah! Sakit! Udah gitu nggak bisa
ngapa-ngapain wah! Cuma adanya cuma adanya cuma putau,
putau, putau, dapet putau dapet putau dapet putau, make make
make, dan make terus!
Efek samping akan kecanduan
narkoba
Informan menceritakan tentang
kondisi diri setelah mengalami
sakau karena kecanduan narkoba
(99-102, 103-108)
109.
110.
111.
112.
113.
Keinginan pengin sembuh, pengen lepas itu kapan mas
pas ngerasainnya?
Kapan ya... yaa dua ribu lima belasan itu. Ketika udah capek
ngerasain sakau? Iya capek... karena ada stuck. Karena udah
mentok, istilahnya mentok, stuck. Kebosanan gitu.
Keadaan stagnansi pada pecandu
narkoba
Kebosanan menggunakan putau
membuat informan berada dalam
tahap stagnansi pecandu narkoba
(111, 112-113)
114.
115.
116.
117.
118.
119.
Dulu make, bisa dapet—kan narkoba mahal ya mas ya,
nggak murah to Dulu sampe nganu mbak, sampe nyuri-nyuri barang.. ya
kayak kalungnya ibu, njual tape, njual TV, njual montor gitu,
sampe gitu. uwes ra karuan semua-muanya tak jualin buat beli
putau, yang penting aku dapet. Ada apa, jual!
Tindakan pencurian demi
membeli narkoba
Rasa bersalah terhadap keluarga
Perilaku mencuri barang-barang
keluarga untuk dijual agar
memenuhi asupan narkoba
informan (116-119)
Rasa bersalah terhadap keluarga
120.
121.
122.
123.
Waktu Mas Bb, ngerasain akhirnya Mas Bb jadi pecandu,
ketagihan narkoba gitu, He eh. Nah itu tanggapan atau
respon dirinya Mas Bb itu seperti apa sih mas?
Perasaannya seperti apa... Yaa... wes gimana lagi, harus
Ketidakberdayaan diri untuk
berhenti menggunakan narkoba
Informan ingin berhenti
menggunakan narkoba tetapi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
124.
125.
126.
127.
pake lagi pake lagi, saya pingin berhenti pun badannya yang
minta terus. Saya juga nggak mau gitu. Maunya ya udahan,
badan pun sebenernya nggak kuat kan ya mbak lama-lama.
Tapi rasanya minta terus, terus, terus.
Rasa bersalah pada diri sendiri
didukung oleh keberdayaan diri
atas rasa kecanduan (123-127)
Penyesalan terhadap diri sendiri
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
Itu kalo eeem ketika berarti akhirnya udah intens
pakenya itu kapan mas? Atau dari SMP ini kenal lalu
langsung intens?
SMP itu kan pertama sabu dulu, mulai kecanduan tu... SMA.
SMA ini juga di kota aku mbak. SMA Gajah Mada tapi yang
bukan gejayan, jadi timur Alun-alun Utara. Ohh yang Gajah
Mada Alun-alun oh iya he eh yang Gejayan itu Tiga Maret
kok ya He em.
Pergaulan yang dekat dengan
komunitas narkoba
Informan bercerita tentang
pengalamannya bersekolah di kota
sehingga memiliki pergaulan
sesama pecandu (131-133)
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
SMA sudah kecanduan ya mas, terus eee gimana sih mas
respon keluarga waktu itu? Keluarga sudah ngerti belum
mas waktu itu? Udah tau. Kan dari SMP kan pernah itu dibohongin yang ke
Parmadisiwi itu di Jakarta itu. Apa sih yang di-waktu itu
bagaimana sih mas tanggapannya keluarga waktu..
tanggapannya Mas Bb dulu deh, waktu Mas Bb ini
dimasukin rehab pertama kali nih mas waktu SMP.
Tanggapannya gimana? Kan dulu masuk Parmadi Siwi itu
kan aku dibohongin, ha njuk “le ikut” apa “ke rumah sakit
periksa” periksa ee anak saya gtu. Kenalan di.. memang
depannya kayak rumah sakit itu. Tapi ternyata di dalem itu
kayak barak-barak satu, barak dua barak tiga itu. Kan merasa
dibohongin to mbak, jadi dimana ya...malah di dalam rehab
itu malah dendam! Merasa dendam! Saya dibohongin saya
disini! Terus akhirnya malah, Malah nggak ingin berhenti
makenya to mbak?! He eh! Malah ingin lebih. Kan merasa
dibohongin to mbak, aku merasa. Padahal di di situ terapinya
terapi kekerasan, dipukulin. Nggak bisa melawan juga ya
mas. Nggak bisa. Disitu polisi semua mbak!
Rasa tidak terima pada keluarga
sehingga menjalani rehabilitasi
Trauma akan kekerasan di panti
rehabilitasi
Rasa dendam terhadap keluarga
Pelampiasan mencandu lebih
intens
Pengulangan cerita tentang
‘dibohongi keluarga’
Informan tidak bisa menerima
bahwa dirinya telah diatur
keluarganya untuk menjalani
rehabilitasi narkoba kala itu.
Namun atas perlakuan yang
diterimanya tersebut serta sistem
terapi kekerasan yang dialaminya
di panti rehabilitasi narkoba
membuat informan menjadi
dendam terhadap keluarganya
(139-140, 144-154, 154-155)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
Terus berarti berapa tahun mas waktu di parmadi siwi
jakarta? Enam bulan. Setelah keluar itu terus gimana?
Enam bulan itu diam-diambil sama bapak. Itu alasannya mau
nerusin SMA. Harusnya anu dari sananya itu setahun, harus
setahun. Tapi dengan alasan mau nerusin sekolah SMA, cuma
enam bulan. Terus diambil Bapak... Terus hubungannya
sama keluarga terus gimana mas, setelah itu? Ya gimana
ya... saya dulu yang sampe ngamuk-ngamuk, itu juga. Ya
dendam lah selama disana saya malah rasanya susah. Ya saya
malah nggak mau berhenti, dimasukin rehab lagi, keluar, ya
saya make lagi. gitu terus.
Pengunaan narkoba sebagai
pelampiasan atas dendam pada
keluarga
Kemarahan informan terhadap
keluarga dan rasa tidak terima
karena telah dibohongi keluarga
membuat informan tidak ingin
berhenti menggunakan narkoba, ia
justru semakin ingin memakai lagi
(162-166)
Menjadi pecandu narkoba menjadi
cara balas dendam informan
terhadap keluarga
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
Gitu ya mas. Sampe akhirnya udah rehab-rehab gitu lalu
ada di tahap stagnan, ingin lepas dari narkoba. Dulu
upayanya Mas Bb untuk lepas dari narkoba itu seperti
apa sih mas?
Pernah suatu saat tu gimana ya udah ya udah merasa stuck,
udah merasa capek, udah pingin ingin lepas. Tambah tengah
malem tu aku kesakitan, sakau. Pernah sampe lapor ke
kamarnya ibu, “minta tolong bu, aku wes kapok, aku pengen
mari”. Maksudnya aku pengen apa hop, di... periksakan
diobati gitu tu lho. Terus.. akhirnya itu ke panti rehab PSPP.
He em.. yang terakhir, PSPP. Ya belum lama ini to dua ribu
lima belas. Disitu baru ngerasa apa ya mbak, titik, titik
perubahan yang, pingin untuk sembuh nggak kecanduan ini ya
setelah di PSPP, ketemu Babe. Titik baliknya ya berarti
mas? Iya.. Itu apa sih yang Mas Bb rasain? Saya merasa
apa namanya, rehab, saya keluar masuk rehab. Rehab yang
paling males tapi ada hasilnya buat saya itu cuma PSPP itu.
Karena apa mas? Ya.. gatau ya maksudnya gimana ya, yang
ada maksudnya, yang saya merasa ada...opo yo maksude yo
ada hasilnya saya bisa lebih baik itu di PSPP gitu lho.
Keinginan berhenti mencandu
setiap mengalami sakau
Kedekatan pada sosok ibu
Kondisi stagnan sebagai titik
balik untuk berhenti
menggunakan narkoba
Rehabilitasi membangun
kesadaran untuk berhenti
menjadi pecandu
Perasaan ingin berhenti menjadi
pecandu narkoba kerap kali mucul
setiap informan mengalami sakau
(171-176)
Rasa kedekatan terhadap ibu untuk
meminta pertolongan
Stagnansi pecandu narkoba adalah
titik balik untuk berhenti
menggunakan narkoba (176-180)
Informan merasa bahwa proses
rehabilitasi yang ia jalani selama di
PSPP membuatnya bisa
memulihkan diri dari kecanduan
narkoba (181-183, 183-186)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
Nah berarti waktu di rehab kan pasti diajari tentang, pasti
ada tahapan yang harus forgiveness itu ya, self forgiveness.
He eh. Nah kalo saya tanya ke Mas Bb ini, apa sih yang
Mas Bb pahami dari self forgiveness ini mas? Selama
rehabititasi. Gimana ya... susah e njawabnya itu. Oh iya,
baik, kita pelan-pelan ya mas. Ya kalo di rehab itu kan ada
tahapan-tahapannya kita harus, kalo mau sembuh rehab
pecandu harus e melepaskan perasaan-perasaan bersalah itu
kan heem. Guilty-guilty feeling. Dari sekian banyak..itu ya..
harus belajar memaafkan diri sendiri. Belajar memaafkan
masa lalu, belajar memaafkan diri sendiri, memaafkan situasi
yang yaa ibaratnya menyakitkan apa gimana...
Dealing terhadap berbagai rasa
bersalah
Menerima dan memaafkan
situasi/pengalaman yang
menyakitkan di masa lalu
Kesulitan dalam menjelaskan
proses forgiveness
Informan mengatakan bahwa
untuk bisa memaafkan diri agar
lepas dari narkoba, ia harus
melepaskan diri dari perasaan-
perasaan bersalah. Ia belajar
memaafkan situasi yang
menyakitkan di masa lalu agar
dapat memaafkan dirinya (192-
198)
Jeda kalimat yang tidak selesai
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
Em bisa diceritakan, mas, bagaimana perasaan Mas Bb
waktu dulu sempat make putau?
Waktu make putau... Ya ada waktu make ya maksudnya ada
penyesalan mbak, pasti menyesal. Bisa diceritakan seperti
apa mas? Gimana ya.. susah e... Kalo keluarga yang jelas
selalu mendukung, mbak. Dukung saya untuk sembuh, selalu.
Tapi kalau di kampung maksudnya stigma-stigma itu masih...
Ya namanya di kampung kan orang kan banyak to mbak, ada
yang karakternya kayak gini kayak gini, ada yang bisa
menerima saya, ada yang belum bisa menerima saya.
Rasa bersalah terhadap diri
sendiri
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan
Rasa bersalah terhadap
lingkungan/masyarakat
Perasaan tidak diterima oleh
masyarakat
Penyesalan terhadap diri sendiri
karena menjadi pecandu (201-202)
Jeda dalam menjelaskan rasa
penyesalan
Dukungan keluarga untuk
kesembuhan informan dari candu
narkoba(203-204)
Adanya pandangan terhadap diri
bahwa informan tidak diterima
oleh lingkungan sosial masyarakat
(204-208)
209.
210.
211.
212.
213.
214.
Pernah nggak mas menyesal atas diri sendiri? Pernah, pernah. Tapi ya gimana lagi..itu res- gara-gara itu,
penyesalan itu gara-gara putau. Ehem kalo menyesal gara-
gara putau itu. Ya gimana ya.. kembali ke body saya sendiri to
mbak. Saya... ya... apa maksudnya emmm risiko nah. Risiko
yang harus aku tanggung. Yaa karena karena aku dulu make
putau.
Rasa bersalah terhadap diri
Peneriman diri akan risiko
menjadi pecandu
Jeda ketika menjelaskan rasa
bersalah terhadap diri. Apakah
informan belum ber-dealing
dengannya?
Informan menceritakan bahwa ia
menerima risiko karna
menggunakan putau (210-214)
215.
216. Memang rasanya pake putau itu gimana to mas? Pas
make
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
Ya fly lah.. -maksudnya mbaknya, Babe udah pernah bilang
tentang saya apa? Iya..sudah, kan dulu kita pernah ketemu
mas. Dimana? Disini! Ho o po? Kan saya ke tempat Pak
Eko itu, Ohhh. Nggak sekali dua kali to mas. Dulu pas itu
tahun berapa ya mas ya mungkin dua ribu tujuh belas,
kan saya mau ada nulis-nulis sama dua orang temen saya
sih mas cowok-cowok. Terus kenal sama Mas Bg, sama
Mas Bb. Lha ini Mas Bbnya lupa hahaha. Hahaha.
Ooh jadi putau tuh bikin nge fly ya mas ya? Fly. Emang
enaknya apa to mas kalo ngfly tuh? Tapi waktu pertama,
masih belum pernah nyoba, pasti muntah dulu! Jipot. Sakit
dulu! Malah sakit dulu! Tapi sakitnya itu nagih! Eh nyoba
lagi, kedua, ketiga, dah ngak bisa lepas. Jadi gini, kayak jadii
aku dulu bermaksud pake sedikit, sedikit aja dah kerasa,
berasalah dah fly. Karena tiap hari kan aku sehari tiga kali, yah
kayak orang makan lah tiga kali, kayak.. “eh kok kurang to?!”
dosisnya ditambah... “eh kok kurang to?!” dosisnya nambah
lagi terus. Jadi kan yang nggak kuat otaknya mbak. Jadi
banyak temenku yang gitu over dosis tu ya karena itu. Kurang
puas, kurang puas, kurang... Itu langsung meninggal mas?
Iya! He eh. Banyak mbak! Yah terus terang temen-temenku,
dah pada meninggal semua. Yaa over dosis, ya HIV positif.
Kecurigaan pada orang lain
Kecenderungan untuk menutup
diri
Latar belakang drugs of choice
Kesedihan atas kematian teman
Ketakutan akan risiko menjadi
pecandu
Rasa bersalah pada diri karena
menjadi pecandu putau
Informan menanyakan apakah
peneliti telah mengetahui tentang
dirinya (216-217)
Kewaspadaan. Apakah ada hal
yang ditutupi dan ingin
diceritakan?
Pengalaman informan memakai
drugs of choicenya yaitu putau
(216, 224, 225-233)
Penjelasan pengalaman secara
ekspresif dan bersemangat
Pengulangan cerita akan teman-
temannya yang meninggal akibat
over dosis menjadi pecandu
narkoba jenis putau (233-235, 235-
237)
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
He em. Itu dulu kalo make-make itu berarti bersama-
sama ya mas, bareng-bareng?
He eh. Dimana biasanya mas? Yaa... tergantung, sembunyi-
sembunyi, kadang ya di rumah temenku. Pernah, saya pernah
jual motor to mbak. Kok njual to, menggadaikan motor.
Nggadekke motor, berapa, atusan. Aku di bantu sama Ar,
namanya Ar, sama Ds. Aku sama mereka semua itu. Beli
putau berapa gram, kita pecah-pecah jadi paket hemat, terus
terang sempet... sempat apa menjual gitu.
Latar belakang menjadi pecandu
putau
Latar belakang menjual narkoba
Perilaku kriminal terhadap
keluarga
Rasa bersalah terhadap keluarga
Pengalaman mencandu informan
yang secara sembunyi-sembunyi
mengonsumsi dan menjual
narkoba (240-246)
Keraguan ketika menceritakan
pengalaman menggadaikan motor
demi narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
Njualinnya ke temen-temen ya mas? Yaa.. temen-temen pecandu ya temen-temen pecandu putau
oo.. dah kan aku kan nggak berani pulang, kan aku
menggadaikan motor nggak berani pulang ke rumah. Aku
nginep di rumahnya Ds itu. Terus aku pulang, ditanya sama
ibu, “lha motormu endi le?” “disileh koncoku, Bu” berapa
lama... “lha kok montormu durung bali-bali?” “mbuh, disilih
koncoku, Bu” lama kelamaan aku jujur, “aku gadaikan, bu”.
Rasa bersalah terhadap keluarga
atas tindakan kriminal
Denial, Kecenderungan untuk
berbohong
Rasa bersalah terhadap orang tua
karena telah menggadaikan motor
sehingga tidak berani pulang (248-
251)
Informan awalnya berbohong
kepada ibunya namun pada
akhirnya ia mengatakan yang
sebenarnya (251-254)
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
Sempet kena marah berarti ya mas sama orang tua...
Iya... Apa mbak, gimana ya... hidup itu berat e mbak. Hmm...
tau tentang saya, to mbak? Iya sempet diceritain sedikit sih
mas, He em. Tapi saya juga pengen denger lagi dari Mas
Bb. Ya gara-gara putau itu... saya tu mau terus terang aja ya
mbak ya... saya HIV positif (diam). Kapan taunya mas?
Dulu terdiagnosa itu tahun dua ribu tujuh. Sampe sekarang
dua ribu lapan belas jadi berapa tahun mbak? Sebelas tahun.
Itu sama .. karena aku maksudnya gimana ya, temen-temen
kan banyak ya mbak ya yang kayak gitu, kayak aku gitu.
Paling cuma bertahan lima tahun, udah meninggal, empat
tahun udah meninggal. Karena mereka tidak ARV itu apa.
ARV? ARV itu obat anti rektoferier. Itu obat yang buat
menekan virus itu. Ohh..mereka enggak konsumsi obat itu?
Enggak. Kalo aku kan rutin mbak dari dua ribu tujuh. Sampe
dokter hahaha kasih saya dua jempol, kan dianter sama Babe
itu berobat. Dikasih dua jempol gede. Pertama, jempol satu itu
aku rutin minum obat. Kedua hebat, udah udah berapa belas
tahun? Sebelas tahun. Sebelas tahun aku masih bisa aktivitas.
Itu juga karena karena suntikan itu ya mas? Gara-gara aku
dulu gonta-gantian jarum suntik mbak... hehehe. Yang kuat
ya mas ya... Ha ah.
Rasa bersalah terhadap diri
karena kehidupan yang dialami
HIV sebagai suatu hal yang berat
dalam hidup
Kecemasan, kecurigaan pada
orang lain
Kecenderungan menutup diri
dari orang lain
Riwayat HIV positi yang dialami
karena menjadi pecandu narkoba
Rasa bersalah terhadap diri
karena terjangkit HIV malalui
narkoba
Keraguan dan penggunaan jeda
ketika menceritakan tentang
perasannya tentang kehidupan
Informan kembali
mempertanyakan tentang dirinya.
Apakah ada emosi atau kompleks
yang informan rasakan terhadap
dirinya?
Informan menceritakan bahwa
sesungguhnya ia telah terdiagnosa
positif mengidap HIV karena
penggunaan jarum suntik putau
yang berganti-gantian (259-266,
268-273, 274)
Penyesalan dan rasa bersalah
terhadap diri informan
276.
277. Temen saya juga ada yang, ya ada mas temen saya yang
juga kena, akhirnya dia e ya dia ketauan itu karena dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
sempat cerita sama saya. Tapi ya karena saya saya punya
temen deket yang kayak gitu, mas, saya jadi merasa kayak
gitu itu bukan hal yang saya harus menjauhi gimana gitu.
Dan dia memang e menyadari bahwa.. kalo dia ini karena,
maaf mas, e kalo dia ini karena hubungan seks bebas gitu.
Dia sih menjuluki dirinya, dia cowok ya mas ya, dia biseks.
Terus dia yang dipake. Ooh.. Nah itu, karna anal itu ya
mas ya, terus dia kena karena itu. Saya kan terdiagsonanya
itu kan dua ribu tujuh. Tapi kan nggak tau itu kan virus masuk
tu mulai kapan tu kan nggak tau. Iyaa saya kan make sejak
dulu, sebelumnya to mbak. Karena banyak yang ketahuan
itu kan setelah berapa tahun kan ya mas. He em. Terus
kemaren besok itu dah tes harus tes CD4 lagi. Itu tes apa
mas? Tes darah. Jadi CD4 itu ya setengah setengah tahun
sekali. Terakhir aku lima ratus tujuh puluh delapan itu dah
kayak apa orang-orang normal. Syukurlah ya mas.. Ya
semoga lak besok jumat eh kamis mau ke Sardjito sama Babe.
Terus cek darah lagi. Ya semoga aku masih bagus lah. Aminn.
Amiin.
Riwayat sebagai penyintas HIV
positif karena menjadi pecandu
Rasa syukur atas kondisi diri
yang cenderung stabil
Harapan agar dapat hidup dengan
baik
Informan menceritakan bahwa
sesungguhnya ia telah terdiagnosa
positif mengidap HIV sejak tahun
2007. Ia menyadari bahwa ia bisa
saja telah terinfeksi virus sejak
lama (285-288)
Informan bersyukur karena hingga
kini kondisinya masih baik karena
rutin memeriksakan diri dan
berobat. Ia berharap keadaannya
dapat selalu baik-baik saja (289-
295)
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
Terus tapi ini sekarang Mas Bb perasaannya baik ya mas
ya, sehat? Sehat.. Nggak ada keluhan-keluhan. Ini malah
rasanya gimana gitu. Selama dah kan dah pada tahu saya
status nya kayak gitu to mbak, ya gimana ya ada yang men-
ngejauhin ya ada, cuman ya.. saya bisa temenan ya ada. Sama
jadi ya ya mikirnya gini aja: “eh gelem kekancan ro aku yo?!
Alhamdulillah puji Tuhan” maksude yo gelem, enek konco...
terus kedua malah nggak seumpama nggak ada yang mau apa
temenan sama saya, ya hak mereka, lah! Jadi aku nggak
terlaluuu gimana gitu lho mbak. Hak mereka. nek aku cuma
semakin kurus kurus kurus kurus hahaha. Dulu dua ribu
tujuh belas ketemu Mas Bb, ya saya ngerti mbedain Mas
Bg sama Mas Bb. Mas Bg yang agak gemuk, Mas Bb tapi
Kecemasan sosial
Rasa bersalah pada
lingkungan/masyarakat
Rasa takut apabila tidak diterima
oleh masyarakat
Penerimaan diri sebagai
penyintas HIV
Penerimaan diri atas risiko
menjadi pecandu narkoba
Rasa bersalah pada diri karena
menjadi penyintas HIV
Adanya pandangan terhadap diri
bahwa informan tidak diterima
oleh lingkungan sosial masyarakat
Meskipun menjadi penyintas HIV,
informan tetap berprasangka baik
terhadap orang lain dan berusaha
menerima keadaan dirinya sebagai
risiko menjadi mantan pecandu
putau (297-306)
Mata informan tampak berkaca-
kaca ketika bercerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
309.
310.
311.
312.
313.
314.
saya pikir emang dari dulu sama aja ah mas, nggak
berubah! Iya ya? Hahaha. Hahaha ya mungkin memang
perawakannya tinggi. Ha ah ..dan ee slim lebih slim ya mas.
He eh mbak.. keluarga juga dah pada tau semua tentang status
saya. Mereka juga tidak apa gimana ya.. ada apa namanya
mbak, ada... Gap atau batasan? Nah iya gitu tu.. biasa lah!
Dukungan dan penerimaan
keluarga menjadi sumber
kekuatan hidup
Dukungan dan penerimaan
keluarga membuat informan
menjadi lebih kuat menerima
keadaan dirinya (312-314)
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
Biasa ya mas. Berarti itu tahun dua ribu tujuh itu
langsung mas sampain ke keluarga?
He eh. Dibantu Babe, ngomongnya kan dibantu Babe. Lha
pertama ya bapak ibu mbakku ya menangis! Nangis. Tapi ya
gimana lagi mbak?! Saya kembali ke pribadiku sendiri ya
gimana ya, “yo resiko og, resiko ngisik aku ngono yo aku-
gelem gelem rak gelem yo kudu tak tompo”. Ah gitu to mbak?!
Resiko.
Kecenderungan untuk menutupi
sesuatu hal dari orang lain
Perasaan bersalah terhadap orang
tua karena terdiagnosis HIV
Penerimaan terhadap kondisi diri
sebagai penyintas HIV
Kesadaran diri atas risiko sebagai
pecandu narkoba
Informan menceritakan
kondisinya yang terkena HIV
dengan dibantu oleh konselor
narkobanya (317)
Penekanan pada kata tangisan
orang tua.
Perasaan bersalah pada orang tua?
(318)
Pada akhirnya, informan
menerima keadaannya karena
menyadarai bahwa hal tersebut
adalah risiko yang harus ia jalani
sebagai pecandu narkoba (318-
321)
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
Nah itu dua ribu tujuh belas ketahuan itu ya mas, nun
sewu, terus tapi tetep pake heroin eh atau putau?
Keluar masi make! Masih make? Ho oh! Lha piyee Mas Bb
ni hahaha. Hahaha.Wo lha Mas Bb ini masih pake lagi to.
He eh masih pake lagi. Tapi terus lebih berhati-hati pas
make ya mas? He eh, iya no mbak. Saya itu sampe kan
berobat juga di Sardjito eh kok di Sardjito, dimana di Ghrasia.
Sampe sama stafnya perawatnya di Ghrasia sana sampe main
ke main ke rumahku memfasilitasi aku, insulin. Alat
suntiknya itu. Malah difasilitas masih difasilitasi malah
difasilitasi gitu ya, biar aku nggak bareng-bareng gitu lho
makenya.
Relapse yang masih berulang
pasca rehabilitasi
Kesulitan untuk melepaskan
candu putau
Perasaan bersalah terhadap diri
sendiri sebagai penyintas HIV
Pengalaman sebagai penyintas
HIV
Pengulangan pada kata masih
memakai narkoba selepas dari
rehabilitasi
Apakah ini adalah suatu
penyesalan karena informan malah
terjangkit HIV? (324, 326)
Informan menceritakan bahwa ia
mendapatkan penanganan khusus
pada saat berobat di rumah sakit
(327-332)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
Kalo kalo sekarang ini berarti masih rutin minum obat
terus ya mas?
Masih! Masih semangat ya! Obatnya banyak nggak sih mas
kalo nganu tuh? Cuma sehari sekali, tapi jamnya harus tetap.
Aku jam sepuluh. Jam sepuluh malem ga boleh telat. Oh iya
sama berarti ya kayak temen saya. Temen saya tuh
obatnya botolan itu mas, iya ya? Ho oh botolan putih itu
kan, punyaku yo ho oh itu ada disitu. Iya mas. Saya ini ya
sebagai temen yang punya temen HIV positif, saya pernah
jadi waktu itu dia ini sudah lama sekali mas nggak kontak
saya. Eh ini malah saya cerita hehe. Hahaha gapapa mbak,
saya seneng denger cerita gini kok, berarti kan bukan cuma
saya yang berjuang. Iya mas.. terus dia ini kok tumben
ngajak ketemu, terus manglingi, mas dia aslinya agak
gempal terus kok tiba-tiba kurus. Terus tiba-tiba dia
sodorin aku e botol obatnya itu mas, tulisannya sarjito.
Saya nggak begitu hapal tulisan obatnya, tapi kayak ada
im- tulisan imun-imun kayak gitu itu ya mas. Iya he eh
betul mbak. Lalu “ini el, obatku seumur hidup” gitu lha
aku mikir kenapa gitu kan, terus dia cerita sambil
menangis gitu mas. Saya sampe ya..saya bingung harus
bagaimana lalu dia ternyata sering pasang timer di hpnya
untuk ngingetin jam minum obat. Lha iya sama aku juga
mbak. Setengah sepuluh itu udah mulai aku alarm.
Semangat dalam berobat
Pengalaman ketika berobat
sebagai penyintas HIV
Penerimaan diri yang dirasakan
terhadap sesama penyintas HIV
Kengganan untuk menyerah
dalam perjuangan penyintas HIV
Sharing is the big power for
people with HIV (junkie)
Perasaan bersemangat dalam
berobat (335)
Informan menceritakan
pengalamannya selama berobat
atas kondisinya sebagai pengidap
HIV (336-337, 339, 355-356)
Informan mengatakan senang
mendengar cerita sesama
penyintas HIV karena merasa
bahwa bukan hanya dirinya saja
yang berjuang demi kehidupan
(343-345)
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
Kenapa sih mas itu, kok katanya nggak boleh sampe telat?
Pernah to mbak dulu waktu pertama itu kan, obatnya kan ada
dua macem ARVnya itu, evafiret sama dofiral. Nah dulu itu
waktu itu kan aku masih pake obat, make, jadi nggak rutin gitu
lho mbak, nggak rutin gitu lho. Nah terakhir masuk dua ribu
lima belas, masuk PSPP itu, ke Ghras- ke Sardjito itu obatnya
harus diganti! Karena udah nggak, udah kebal, udah nggak
bisa menekan virus itu lagi, obat (batuk) yang dua jenis itu.
Kekebalan terhadap obat HIV
akan terjadi bila tidak
dikonsumsi secara rutin
Informan menceritakan
pengalamannya ketika tidak tekun
berobat sehingga mengalami
kekebalan terhadap obat virus HIV
(358-365)
Informan menceritakan tentang
pengalamannya berganti obat HIV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
Harus diganti, satu sehari satu, tapi gede-gede itu mbak!
Evafiren. Nah saya tanya: “dok, apa keluar kok keluar apa ck
itu namanya efek sampingnya apa?” gitu akhirnya selama dua
minggu itu katanya halu-halusinasi sama mimpi buruk. Itu
karena ganti obat atau karena? Ganti obatnya itu mbak.
Yaitu, mbak aku halusinasi, mimpi buruk. Mimpi buruknya
tentang kecelakaan, tentang darah-darah gitu lho mbak dulu.
Ho oh! Waktu di panti wahh pokoknya tentang darah-darah
itu mbak! Mimpinya, mimpi buruknya itu! Tetapi cuma dua
minggu mbak. Kalo sekarang udah biasa, udah enggak, udah
hilang, udah biasa. Kok ngeri sih mas?! Ho o e! Hahaha.
Hahaha oalaah. Langsung kebangun ya mas setiap abis
mimpi buruk. He em mbak! Waktu itu aja pas masih di
isolasi aku mbak. Sendirian ya berarti. He eh! Masih di sel
ho oh sendirian!
Penyesuaian terhadap obat HIV
memiliki efek samping
halusinasi dan delusi
Rasa takut akan hal-hal yang
mengerikan
sehingga mengalami efek samping
halusinasi yang mengerikan ketika
masih berada di panti rehabilitasi
(365-368, 369-374, 375, 376, 377-
378)
Informan menceritakan dengan
penuh emosi. Salah satu
pengalaman mengerikan yang ia
alami
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
Lho kok di isolasi mas pas di PSPP? Ho oh.. aku, kan kalo pertama masuk kan harus isolasi dulu,
selama semingu atau dua minggu. Terus pojok ada cctv, gitu
hehe. Tapi kan ya maksudnya, hidup mati kan ya Tuhan to
mbak Ya betul mas, yang penting kita tetep berusaha yang
terbaik. Yang terbaik iya. Kalo saya tetep semangat,
berusaha, semangat. Masalah itu nggak saya pikirin. Ada
orang yang nyibir karena aku kayak gimana, biarin! Ada yang
mau.. apa bergaul sama aku ya alhamdulillah, puji Tuhan. Ada
yang njauhin ya hak mereka! Pokoknya aku tetep berobat, itu
kan juga usaha ya to mbak. Bener mas, untuk hidup, dan
memaknai hidup dengan lebih baik ya mas. He em. Saya
sambil ngerokok ya mbak! Monggo, mas, sante aja. Sante
aja, monggo.
Religiusitas sebagai daya untuk
bertahan dari cobaan hidup
Tindakan untuk berserah pada
kehendak Tuhan
Optimisme hidup diwujudkan
dalam semangat dan kemauan
untuk berobat
Penerimaan terhadap diri dan
masa lalu
Religiusitas sebagai cara untuk
bertahan dari pengalaman hidup
yang berat
Informan menyerahkan segala
yang terjadi di kehidupannya pada
Tuhan (382)
Semangat dalam berusaha dan
berobat sebagai rasa optimis dalam
menjalani hidup (384-389)
Informan telah mampu menerima
dirinya (forgive) dan masa lalunya
dengan baik
393.
394.
395.
Nanti tapi kalo Bg disini, jangan ngomongin status saya ya
mbak
Rasa takut akan stigma negatif
dari teman
Ketakutan akan stigma negatif
terkait statusnya sebagai penyintas
HIV oleh temannya (393-394)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
Oh Mas Bg belum tau? Belum. Aku kadang juga apa gimana
ya, merasa yang namanya merasa putus asa, mbak. Putus asa,
terus apa terus kadang merasa kok hidupku kok gimana ya
nggak berkualitas gitu aku. Masih sampe sekarang aku kayak
gitu kadang masih merasa kayak gitu. Putus asa.. “wah uripku
kok koyo ra berkualitas, to” gitu. Sampe sharing-sharing
sama Babe, “Be, pripun, Be kok kula..” kadang suka takut
sama masa depan juga mbak. Apa mas kekhawatirannya?
Ya maksudnya besoknya itu gimana-gimana itu kadang udah
takut dulu itu lho. Terus lak kalo udah mikir kayak gitu terus
kepikiran bapak ibu, bapak ibu udah nggak ada... malah
semakin larut, to?! Larut dalam kesedihan kayak gitu.
Perasaan bersalah terhadap
lingkungan pertemanan
Rasa inferior dan insecure
terhadap keadaan diri
HIV sebagai beban dalam hidup
Penyesalan terhadap hidup yang
tidak berkualitas
Rasa khawatir pada masa depan
Rasa bersalah terhadap orang tua
yang telah meninggal
Kesedihan dalam hidup
Perasaan inferior dan insecure,
perasaan bersalah pada
komunitas/pertemanan
Perasaan menyesal terhadap diri
karena kehidupannya yang dirasa
tidak berkualitas. Perasaan
menyesali kehidupan (395-402)
Kekhawatiran terhadap masa
depan (401-402)
Perasaan bersalah terhadap orang
tuanya yang telah meninggal,
kesedihan (403-407)
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
Tapi kan e dengan apa ya dengan bantuan Pak Eko kan
Mas Bb lebih kuat ya mas ya.. bisa memaknai hidup lagi
ya. Ya memang begitulah hidup ya mas, pasti ada naik
turunnya. Iya betul banget mbak. Kalo saya tetap bersyukur
kok mbak. Apapun yang terjadi, situasi yang menyakitkan
atau gimana, aku tetep istilahe wong jowo semeleh atine,
pasrah. Pasrah bersyukur semeleh. Sae mas. He em.
Sikap berserah pada Tuhan
sebagai coping stress dan
kecemasan
Rasa syukur terhadap semua hal
yang terjadi
Religiusitas sebagai coping
kecemasan
Cara informan meredakan
kekhawatirannya adalah dengan
berserah pada Tuhan. Ia
mensyukuri dan berpasrah atas
segala yang telah terjadi (411-414)
Religiusitas sebagai coping
kecemasan
415.
416.
417.
418.
419.
420.
Nah kalo saya singgung tentang memaafkan diri sendiri
mas, Mas Bb ini em dalam memaafkan diri sendiri sempat
mengalami pasang surut nggak sih? Wah kayak dinamika itu ya mbak? He eh, kadang pengen
berontak tapi berontak mau gimana lagi, berontak sama siapa
mbak?! Ya kan?!
Pemaafan diri yang tidak mudah
dijalani
Ketidakberdayaan untuk
menyalurkan emosi
Agresivitas akan emosi
Keinginan untuk mendapat
dukungan dari orang lain
Dinamika self-forgiveness
Emosi yang terkadang masih
meletup-letup pada diri informan
terkadang tidak dapat
dilampiaskan pada siapapun (418-
420) Agresivitas?
Penekanan untuk meminta
persetujuan peneliti
421.
422.
423.
424.
425.
Iya.. nah em dulu tu akhirnya sampe bisa maafin diri
sendiri itu itu apa sih mas yang menyebabkan itu? Apa ya.. ya itu tadi, saya berusaha memaafkan. Memaafkan
ya dengan melupakan masa lalu itu mbak.. ya sulit, ndak
sebentar. Itu seperti apa sih mas perasaannya waktu itu?
Melupakan dan menerima hal
yang telah dilakukan di masa lalu
Proses memaafkan diri yang
tidak mudah dan butuh waktu
Informan belajar memaafkan diri
dengan melupakan dan menerima
perilaku/apa yang telah ia lakukan
di masa lalu walaupun proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
426.
427.
Ya berat mbak, berat banget. Ya tidak semudah gimana ya
maksudnya, tidak mudah hahaha.
Perasaan menjalani kehidupan
yang penuh beban
tersebut tidak mudah dan perlu
cukup waktu (423-424,425-427)
Pengulangan kata berat
428.
429.
430.
431.
432.
433.
Gimana sih mas cara yang dilakuin waktu maafin diri ini?
Apa yang Mas Bb lakukan sampe bisa.. Ya menerima apa yang terjadi dalam diriku ya.. berserah,
maksudnya berserah diri kayak “ya wes lah ngene ki! Wong
yo mergo aku dewe kok, mergo kelakuanku dewe!” ya...
Akhirnya bisa ikhlas itu tadi ya mas. Belajar ikhlas
memang mbak.
Keikhlasan hati untuk menerima
risiko perbuatan (sebagai junkie)
Perasaan menyesal terhadap diri
sebagai pecandu narkoba dan
penyintas HIV
Semua yang terjadi adalah risiko
dari perbuatan diri informan
sehingga ia pun belajar untuk
menerimanya dengan keikhlasan
hati (430-432, 433)
Perasaan menyesal terhadap diri
434.
435.
436.
437.
438.
439.
Gimana tanggapan Mas Bb ini terhadap pergaulan atau
teman-teman yang membuat Mas jadi pecandu narkoba?
Yaa biasa. Saya nggak menyalahkan! Enggak, enggak pernah.
Gimana ya, ya mau menyalahkan gimana lha wong saya
sendiri aja maksudnya gimana ya komuni- terjun ke komu
komunitas yang itu ya nyasar sendiri gitu. Masak mau
nyalahin...
Pergaulan bukan hal yang
dikambinghitamkan dalam
perilaku pecandu narkoba
Denial terhadap risiko pergaulan
dalam komunitas pecandu
narkoba
Pergaulan dengan komunitas
yang salah menjadi penyebab
pecandu narkoba
Keengganan untuk menyalahkan
pergaulan sesama pecandu
narkoba
Penekanan dan pengulangan untuk
menolak menyalahkan pergaulan
Cara penjelasan yang berbelit-belit
mengenai pergaulan informan.
Apakah ini adalah suatu
penyangkalan?
Informan merasa bahwa menjadi
pecandu narkoba karena ia telah
salah masuk dalam komunitas
pecandu narkoba. Akan tetapi, ia
tidak menyalahkan teman-
temannya atas semua yang terjadi
pada dirinya (436-439)
440.
441.
442.
443.
444.
445.
446.
447.
Itu dulu sampe Mas Bb tahu temen-temennya Mas Bb
yang dulu sama-sama make ini pada sudah seda ini itu
gimana mas, dikabarin ya?
He em dikabarin. Lha semua mbak, temen-temen itu... tinggal
aku, tinggal aku sendiri. Karena cuma mungkin aku sendiri ya
yang mau berhenti, nek mereka kan ya ya masih pake terus.
Wah iya mbak..makanya sampe OD semua. Habis itu mbak,
itu nggak minum itu masih kayak...
Perasaan ditinggalkan oleh
teman
Rasa syukur berhenti menjadi
pecandu narkoba
Perasaan bersalah terhadap
pergaulan
Informan menceritakan bahwa
diantara teman sesama pecandu,
hanya ialah yang masih bertahan
hidup. Ia mensyukuri pilihan untuk
berhenti mencandu narkoba (443-
447)
Penggunaan jeda ketika
menceritakan teman yang telah
tiada. Perasaan menyesal terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Kesedihan akan kematian teman
pergaulan ataukah kesedihan
kehilangan teman?
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
Iya.. E nah kalo dalam Mas Bb memaafkan diri sendiri ini,
gimana sih peran orang orang-orang di sekitar Mas Bb?
Dalam memaafkan diri sendiri...
Ya... keluarga tentu itu pertama. Ya namanya candu itu ya
maksudnya, mau sembuh itu butuh sangat butuh dukungan
dari keluarga, masyarakat, ya to mbak?! Tapi kalo di
masyarakat kan kayak ya terus terang, kalo kayak keluarga
sangat gimana ya sangat... membantu lah maksudnya
mensupport bisa sembuh. Tapi kalo di kampung kan ya yang
namanya orang banyak to ya mbak, ada yang
mendiskriminasi, ada yang nyemangati, ada yang menjauhi,
gini gini. Ya udah mau gimana lagi, stigma-stigma itu kan
masih.. Stigma sosial ya mas. He em. Tapi yang yang jelas
keluarga sangat support itu udah sangat cukup mbak.
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan kecanduan
Perasaan insecure pada stigma
sosial terhadap mantan pecandu
Rasa bersalah terhadap
lingkungan/masyarakat
Adanya dukungan keluarga
membuat informan merasa tidak
kesulitan dalam upayanya untuk
pulih dari kecanduan narkoba
(451-453, 460-461)
Ia menyangsikan dukungan sosial
terhadapnya karena menyadari
bahwa masih banyak stigma sosial
yang melabeli seorang mantan
pecandu (453-459)
Pembicaraan yang tidak selesai
tentang stigma sosial terhadap
pecandu
Adanya ketidakberdayaan diri?
462.
463.
464.
465.
466.
467.
Kalo hubungan dengan kakak-kakak sekarang seperti
apa mas?
Udah baik, maksudnya ya rukun-rukun aja.. ya walaupun kalo
ketemu pas aku ke Bantul itu ketemu jarang. Karena pada
tinggal di Jakarta to. Udah keluarga semua juga, tapi
semuanya sekarang lebih baik.
Hubungan kekeluargaan yang
lebih baik pasca berhenti menjadi
pecandu
Perasaan bersalah terhadap
keluarga atas tindakan agresif
Hubungan dengan saudara yang
sudah lebih baik pasca lepas dari
narkoba (464-467)
Perasaan bersalah terhadap
saudara dengan mengatakan
bahwa keadaan kini lebih baik
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
Iya mas. Hmm ngomong-ngomong ya mas, gimana sih
gambaran mantan pecandu yang mau pulih itu?
Sulit banget hehe, banget. Apalagi untuk memaafkan diri ini
kan juga nggak mudah ya seperti yang tadi aku bilang mbak.
Ada rasa mau berontak gitu.
Emm.. lalu seperti apa sih tantangan, hambatan, atau
kendala yang dulu dirasakan mas selama memaafkan diri
supaya bisa pulih dari kecanduan narkoba? Apa ya.. Ya
maafin diri kan emang nggak mudah, mbak. Kita ya harus
berdamai dengan masa lalu dulu to. Dimaafin dulu semua
Berdamai dan dengan masa lalu
sebelum memaafkan diri
Penerimaan diri adalah kunci
untuk memaafkan kesalahan
orang lain
Proses memaafkan diri yang sulit
dilakukan
Informan terlebih dahulu harus
berdamai dengan masa lalu
sebelum bisa memaafkan dirinya.
Kemudian, ia baru dapat
memaafkan kesalahan orang lain
(470-472, 476-490)
Pengulangan tidak mudahnya
untuk memaafkan diri sendiri
Emosi yang dirasakan informan
selama proses memaafkan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
478.
479.
480.
481.
482.
483.
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
orang yang pernah nyakitin kita, apalagi kayak kita yang
nyakitin diri sendiri pake narkoba ya harus dimaafin. Ya
kayak aku maksudnya kayak aku yang punya status kayak gitu
tadi, em berat untuk memaafkan diri tadinya. Lama lho
maksudnya. Marah sama keadaan. Terus pernah aku mari e
mbasan aku pari e wes mari sehat, terus tetep virus itu tetep
masih ada. Kadang malah gimana ya, belum bisa menerima
dulu he eh. Terus lama kelamaan, hari demi hari, terus saya
sendiri “yo wes lah, wong yo risikoku, wong aku ndisik ngono-
ngono, kudu tak tompo. Arep brontak, brontak ro sopo?” mo
berontak mau sama siapa? Masak mau berontak sama Tuhan?
Enggak to?! Yowes tak tompo, tak syukuri. Makanya pecandu
itu nggak mungkin langsung pet sembuh to mbak, sulit.
Emosi dan agresivitas yang
dirasakan selama proses
memaafkan diri
Kondisi sebagai penyintas HIV
dirasa membuat salah satu
hambatan
Sikap berserah pada momen
ketidakberdayaan diri
Penerimaan diri atas risiko
menjadi pecandu narkoba
Religusitas dalam proses
memaafkan diri
Rasa ingin marah dan
memberontak, ketidakberdayaan
(proses yang berat).
Status informan sebagai penyintas
HIV turut membuat gejolak dalam
proses self-forgiveness.
Pada titik ketidakberdayaan diri,
informan akhirnya berserah pada
keadaan sehingga dapat menerima
risiko perbuatannya dan
mensyukuri hidupnya kini.
Religiusitas dalam proses self-
forgiveness
491.
492.
493.
494.
495.
496.
497.
498.
499.
500.
501.
Mas Bb ini sampe sekarang ya lebih menjadi lebih religius
atau seperti apa mas dalam proses memaafkan diri? Ya
ada beberapa kali ini kayak nggak pernah ke gereja to dulu,
tapi yo mbak yo akhir-akhir ini berapa kali ini gereja terus
akhir pekan, ikut misa sama berdoa. Syukur ya mas. He eh
mbak, pengennya... ngaku dosa hahaha sama Romo. Lha
sudah apa belum mas? Belum e, pengennya aku he eh. Kan
katanya kalo habis ngaku dosa itu kan lego ya mbak. Nha itu
beda kayak cerita ke keluarga atau temen to mbak, lebih bisa
bisa plong. Plong bisa apa aja diceritain to mbak. Iya mas,
mungkin memang kapan hari harus diagendakan hehe.
Iya mbak.
Keinginan untuk kembali rajin
beribadah
Keinginan untuk mengaku dosa
pada Romo untuk melegakan hati
Sharing is the big power for
junkie
Kelegaan berbagi cerita pada
orang asing.
Keterbukaan hati untuk berbagi
cerita
Informan berkata bahwa
belakangan ia tidak rajin
beribadah. Meski demikian ia
memiliki keinginan untuk
melakukan pengakuan dosa pada
Romo agar dapat melegakan hati
(492-496, 497-500)
Sharing is the big power for junkie.
Kelegaan berbagi cerita selain
pada keluarga dan teman (orang
asing)
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
Gimana tanggapan Mas Bb tentang berbagi cerita sama
orang lain, kayak gini mas?
Cerita sama orang lain itu tergantung sebenernya mbak. Yaa
walaupun saya nggak bisa cerita ke semua orang, mbak. Ini
sama mbak akhirnya aku cerita... cerita tentang statusku ini.
Tapi ya rasanya emang lega, kayak aku nggak sendiri, aku ada
temen. Makasih lho mbak hehe. Hehe. Iya mas, saya juga
Ketakutan akan stigma sosial
membuat kehati-hatian untuk
berbagi cerita
Rasa takut akan menderita
sendirian
Kelegaan hati setelah berbagi
cerita dengan orang lain
Perasaan takut akan stigma sosial
terkait status informan
membuatnya tidak bisa bercerita
terhadap sembarang orang (504-
508)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
509.
510. senang bisa jadi tempat cerita-cerita. Puji Tuhan kalo bisa
bikin lega mas.
Berbagi cerita membuat rasa
tidak menderita sendirian
Kelegaan hati yang dirasakan
setelah berbagi cerita membuatnya
merasa tidak sendirian
511.
512.
513.
514.
515.
516.
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
Nah, setelah sudah bisa dealing sama masa lalu dan
memaafkan diri nih mas.. Gimana sih perasaannya Mas
Bb sekarang?
Lebih lega sih yang jelas mbak, ya karena udah dealing sama
masa lalu itu, sama orang-orang yang dulu pernah nyakitin
kita, sama perasaan menyesal sama diri diri kita sendiri. Udah
tak anggep selesai lah masalahnya, kudu iso pasrah lan nompo
mbak. Walo orang lain mau bilang apa, kayak apa itu namanya
negatif-negatif ke saya, udah aku biarin itu hak mereka.
Penting tu pokoknya keluarga, banyak to yang kejadiannya
sampe nggak diopeni. Wah untung saya nggak begitu mbak,
keluarga saya nganggep saya ini udah mending banget
daripada dulu wahh wes!
Kelegaan yang dirasakan setelah
memaafkan diri
Self-forgiveness menjadi
penyelesaian atas segala rasa
bersalah
Sikap pasrah dalam usaha untuk
menerima diri dan keaadaan
Rasa syukur atas penerimaan
keluarga
Self-forgiveness dianggap
membawa kelegaan bagi informan.
Segala permasalahan seperti
perasaan bersalah, rasa dendam,
telah ia anggap selesai dengan
menerima dan berdealing terhadap
masa lalunya (514-523)
Penekanan pada usaha untuk dapat
pasrah dan menerima keadaan
Kelegaan akan penerimaan
keluarga terhadap diri informan
524.
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
Iya.. lebih lega ya. Apa sih mas impian-impian yang ingin
mas capai di masa depan? Maksudnya impian apa? Harapan dalam hidup Mas Bb
kedepannya. Harapan... kalo sampai saat ini cuma ingin apa
ya, bisa hidup lebih baik aja. Bisa tetep stabil kondisinya,
terkait status saya tadi itu mbak. Saya udah bisa beraktifitas
normal, biasa kayak gini aja udah bersyukur banget.
Pokoknya hidup dengan lebih baik lah! Hidup lebih baik lagi
ya bisa bekerja, bisa mandiri... (diam) hhh... nggak nyusahin
orang lain. Sampe sekarang kan saya masih dibantu kakak-
kakak saya, tapi sampe kapan kan gini terus.
Keinginan untuk dapat hidup
lebih baik dan mandiri
Harapan untuk dapat bertahan
hidup
Sekaligus ketakutan akan
kematian atas kondisi diri
Informan memiliki keinginan
untuk dapat menjalani hidup
dengan mandiri dan lebih baik lagi
(526-534)
Penekanan terhadap isu bertahan
hidup
Jeda pada bagian kemandirian
hidup.
Apakah hal tersebut karena faktor
ketidakberdayaan informan yang
hingga kini masih ditanggung oleh
keluarga?
535.
536.
537.
538.
Iya mas. Nah, kalo menurut mas, bagaimana sih peran
pemaafan diri untuk pemulihan mantan pecandu
narkoba?
Penerimaan diri sebagai kunci
untuk dapat memaafkan diri
Menerima dan berdealing dengan
masa lalu, memaafkan semua yang
telah dilakukan, menerima segala
risiko atas perbuatan, merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
539.
540.
541.
542.
543.
544.
545.
546.
547.
548.
549.
550.
551.
Piye mbak hahaha. Maksudnya kan di tahapan rehab pasti
ada ya mas pelatihan forgiveness itu, nah bagaimana
tanggapan mas tentang peran tahap itu untuk pemulihan
mantan pecandu? Oh, ya! Sebelum bisa maafin diri sendiri
kan ra bakal iso maafin orang lain he eh mbak. E angel e mbak
jelasinnya, mungkin memaafkan diri buat pecandu narkoba ya
penting, penting. Pentingnya seperti hehe yaa kalo pengen
sembuh. Makanya kayak yang tadi kubilang mbak ya sulit ya
mbak, berat. Ya penting mbak hahaha lha itu Mbak Ella dah
tau og hehehe. Hehehe. Hehe ya itu mbak, bener. Kayak saya
ini ya Babe sering ngingetin. Kayak saya kadang masih sering
nyalahin siapa, nyalain diri sendiri sampe saya bisa kayak gini
itu ya kuncinya harus menerima masa lalu, dealing itu tadi
mbak. Maafin semua yang udah saya lakuin, risiko semua
yang saya terima pas pas makek itu to putau..
Pemaafan diri harus dilakukan
agar dapat memaafkan orang lain
Proses pemaafan diri yang dirasa
berat dan tidak mudah
Rasa bersalah adalah hambatan
bagi proses pemaafan diri
kunci untuk memaafkan diri bagi
informan agar dapat pulih dari
kecanduan (539-551)
Self-forgiveness harus dilakukan
agar dapat memaafkan orang lain
Penekanan pada pemaafan diri
yang prosesnya tidak mudah, berat
Rasa bersalah terhadap diri kerap
kali dirasakan informan menjadi
hambatan proses memaafkan diri
552.
553.
554.
555.
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.
563.
564.
565.
566.
567.
568.
Memang misal kalo Mas Bb ini belum bisa maafin diri
sendiri, bakal berhenti nggak sih mas pake obatnya? Pake
narkoba itu?
Mungkin belum.. udah berstatus itu aja ibaratnya aku masih
make to mbak, belum kapok. Terus terang ya mbak, aku
maksud e kalo bukan relapse mbak, tapi split. Split... Iya
kadang kalo pulang itu, kadang masih beli minuman. Babe
juga tahu. Masih kadang masih minum. Tapi cuma minumnya
tu nggak kayak maksudnya nggak kayak gitu kayak dulu
kayak sampe teler, sampe yang gini-gini. Aku tu kalo cuma
waktu pas gelisah aja, gelisah, senep itu, minum segelas. Dah
enak ya udah, nanti lagi gitu. nggak terus buat mabuk-
mabukan gitu enggak. Cuma kalo makanya aku sampe
sekarang aku masih itu mbak, kadang gelisah, cemas...
Mencemaskan apa mas? Ya gimana ya.. ya cemas-cemas
aja, gelisah, cemas. Ini aja perubahannya udah baik banget,
udah bagus banget ini mbak. Dulu saya tu eye contact nggak
Kondisi slip pada tahapan
pemulihan
Slip sebagai bagian dari proses
pemulihan (coping kecemasan)
Dukungan dari significant others
Dukungan dan penerimaan dari
keluarga
Slip state sebagai bagian dari
proses pemulihan
Efek samping narkoba yang
masih menganggu keseharian
Informan mengakui bahwa kini ia
masih berada dalam status slip.
Pada saat gelisah, ia terkadang
melampiaskan dengan meminum
minuman keras sebagai coping
atas kecemasannya. Hal tersebut
diketahui dan dimaklumi oleh
keluarga serta konselornya (555-
570)
Slip state sebagai proses
kebangkitan kembali
Kecemasan yang masih dirasakan
informan ini apakah merupakan
efek kelanjutan dari riwayatnya
sebagai pecandu putau?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
569.
570.
bisa, eye contact nggak bisa. Paranoid... curiga... He em..
makanya itu mbak, ini udah baik sekali. Babe juga bilang
gitu...
Kesadaran diri tentang kondisi
tubuh yang lebih baik
Informan menyadari bahwa
kondisinya kini sudah jauh lebih
stabil dan baik.
571.
572.
573.
574.
575.
576.
577.
578.
579.
580.
581.
582.
583.
584.
585.
Emm ah iya! Memangnya gimana sih mas gambarannya
pecandu sampe bisa bersih, bisa lepas dari narkoba?
Wah susah banget mbak untuk lepas tuh. Ya kan perlu proses
to mbak, balik relapse, ya jangan sampe, tapi kalo relapse itu
ya proses...Babe bilang gitu. Iya jadi ya rata-rata slip itu tadi.
Slip ya. Iya slip ho oh. Kalo slip minum itu minum
minuman apa mas? Ya minum minuman keras itu. Beli
sendiri? Iya no..Babe juga tau mbak hahaha. Hehe gimana
tanggepannya Pak Eko? Yaa gimana ya bisa memaklumi lah
kalo Babe ho oh. Kakak... juga kemaren pas aku pulang, kakak
kan juga pulang, mbakku. “Mbak, mbok duite tak nggo tuku
jamu” jamu itu maksudnya minuman itu. Ya dikasih. Mereka
itu gimana ya.. memaklumi “wah si Bb ki saiki mung udah
cuma sekedar kayak gitu aja jarang-jarang, daripada yang
dulu” gitu lho. Masuk mbak? Yaitu...
Ketidakmudahan untuk
melepaskan diri dari narkoba
Kejatuhan kembali (slip)
merupakan bagian dari proses
pemulihan pecandu
Komitmen untuk tidak sampai
mengalami relapse
Dukungan keluarga untuk dapat
pulih dari kecanduan narkoba
Pemakluman dari keluarga atas
kondisi slip
Informan mengatakan bahwa
untuk lepas dari narkoba bukanlah
hal yang mudah. Ia menyadari
bahwa ada suatu proses kejatuhan
(relapse) untuk dapat pulih dari
kecanduan. Tetapi, ia berusaha
untuk tidak sampai relapse dan
bertahan dalam konsisi slip (573-
575, 579-585)
Dukungan keluarga memotivasi
informan untuk dapat lepas dan
pulih dari kecanduan narkoba
Slip dianggap keluarga sebagai
suatu pemakluman ketimbang
keadaan informan ketika menjadi
pecandu
586.
587.
588.
589.
590.
591.
592.
593.
594.
595.
596.
597.
598.
Iya. Saya jadi inget ini mas, cerita yang.. ini saya tanyain
nggak papa mas?
Nggak papa sante aja mbak. Yang ini mas, kan Pak Eko
kemaren cerita, Mas Bb ini dulu saking marahnya sama
keluarga terus sempet mbakar rumah segala itu mas? Nyekap dulu. Oh nyekap? Ho oh, nyekap kakakku,
sekeluarga. Jadi kakakku, istrinya, istrinya lagi hamil muda,
sama anaknya satu aku sekap. Apa, kondisi aku lagi mabuk!
Aku pake pisau itu, saya sekap di kamar terus hampir tak
bakar. Kenapa itu mas? Lha dia tu cuma... ya namanya junkie
kan ya cuma gini aja gitu aja mudah tersinggung to mbak?!
Cuma masalah sepele aja gitu, ho oh. Ha diem-diem nggak
tau, kakakku itu di dalem kamar bawa HP, nelfon polsek, kalo
Pengalaman agresivitas ketika
menjadi pecandu narkoba
Emosi yang tidak dapat dikontrol
selama menjadi pecandu
terlampiaskan pada keluarga
Latar belakang menjalani
rehabilitasi
Informan menceritakan tentang
pengalamannya yang pernah
menyekap keluarga saudaranya
ketika ia masih menjadi seorang
pecandu (591-594)
Emosi yang tidak bisa dikontrol
akibat pengaruh narkoba,
membuat informan pernah berlaku
ekstrem terhadap keluarganya
(595-597)
Kejadian penyekapan ini membuat
informan berurusan dengan
kepolisian dan membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
599.
600.
601.
602.
603.
604.
605.
606.
607.
608.
609.
610.
ada penyekapan. Selang, selang berapa jam itu, apa, reserse
reserse itu pake laras panjang semua itu! Waduh. Ho oh! Ini
kapan mas? Dulu waktu? Endak ini 2015 kemaren! Ooh lha
terus? Ya pada masuk itu, ada lima orang. Pada premanan
semua itu mbak! Nggak seragam itu lho! Pake laras panjang
semua itu. Terus saya dibawa, dibawa ke polsek. Di polsek,
nego, maksudnya di... damaikan dulu sama kakakku dulu gitu
to?! Terus kariknya bilang gini, “gimana gung, rehab
opo...rehab opo LP? Nek LP langsung tak gowo ngidul saiki”.
Wah jangan, jangan, terus saya diminta sama Babe, disuruh
masuk PSPP. Ooh jadi karena kejadian itu akhirnya
masuk PSPP? Ooh. Ho oh 2015 itu mbak tadi.
Perasaan bersalah terhadap
keluarga atas tindakan
peyekapan
Pecandu narkoba cenderung
sensitif dan emosional
Rasa takut akan aparat dan proses
hukum terhadap pecandu
narkoba
dirujuk ke panti rehabilitasi
narkoba PSPP (597-610)
Perasaan bersalah informan karena
telah menyekap saudara iparnya
yang sedang mengandung
Pecandu narkoba sangat sensitif
dan mudah tersinggung
(emosional)
Ketakutan terhadap aparat
membawa kesadaran untuk
rehabilitasi narkoba
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
618.
619.
620.
621.
622.
623.
Itu juga waktu emosi itu ya Mas Bb ini ya nggak sadar ya
mas?
Iya... kan takut kakakku kan, istrinya lagi hamil muda. Nanti
kalo terluka, kan maksudnya saya lukain atau gimana gitu kan
takut. Tapi sampe tapi ya emang pertama di PSPP itu ya
dendam sama kakakku itu yang itu. Yang nomor 3 ya itu
mas?Ho oh.. tapi sekarang udah nggak udah biasa. Gimana ya
maksudnya ya saya menyadari, ya salahku sendiri. Jadi ya
wes. Ya saya sampe sekarang ya rukun, biasa. Bersyukur lah
ya mbak, itu perjalanan hidupku. Wah perjalanan hidup yang
panjang mbak aku tuh! Tapi ya yang penting kan sekarang
kitanya seperti apa ya to?! Masa lalu biarlah masa lalu. Woh
nyanyi no mbak hahaha.
Perasaan bersalah terhadap
keluarga atas tindakan
penyekapan
Perasaan dendam yang
mendalam pada keluarga karena
merenggut kebebasannya selama
rehabilitasi
Rasa syukur atas keadaan
keluarga yang kembali rukun
setelah pulih dari kecanduan
Kesadaran untuk menjalani
hidup masa kini dengan lebih
baik
Kesadaran untuk berhenti
menyesali masa lalu
Perasaan bersalah terhadap
saudara ipar informan yang sedang
hamil atas tindakan
penyekapannya (613-615)
Pengulangan dan penekanan kata
dendam
Apakah dendam terhadap keluarga
merupakan suatu penyesalan yang
sulit dilepaskan informan?
Informan mensyukuri keadaan
keluarganya yang kembali rukun
pasca ia memutuskan untuk
melepaskan diri dari narkoba.
Informan juga menyadari bahwa
pentingnya untuk berorientasi
pada masa saat ini dan berhenti
menyesali kejadian yang sudah
berlalu (617-622)
624.
625. Haha. Kalo dulu Mas Bb ini sampe pake, memang
bagaimana sih hubungannya mas dengan keluarga?
Pergaulan menjerumuskan dalam
kehidupan pecandu narkoba
Informan mengatakan bahwa
terjerumus dalam dunia narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
626.
627.
628.
629.
630.
Enggak mbak kalo aku, enggak. Jadi pecandu ini kan emang
banyak ya mbak karena, karena misal hubungan sama orang
tuanya nggak baik ya. Tapi kalo saya dua itu tadi, karena
pingin coba-coba karena pergaulan juga. Nggak ada masalah
sama keluarga itu enggak, nggak ada.
Gaya hidup borjuis yang
menyokong pergaulan pecandu
narkoba
adalah karena pergaulan, bukan
karena permasalahan keluarga
(626-630)
Faktor gaya hidup orang bourjuis
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.
647.
648.
649.
650.
651.
652.
653.
Iya... lalu setelah jadi pecandu, gimana hubungan
keluarga mas? Ya.. ada pastinya mbak, memang jadi memburuk ya pas saya
make. Minta duit, nggak dikasih, ngamuk! Nggak dikasih, jual
barang. Lha itu kan termasuk di di keluarga kan udah ya to
mbak?! Berantem sama bapak..he em. Berantem kayak
berantem beneran itu! Ho oh! Hahaha. Ngamuk, piring pecah,
gelas pecah, cuma apa, butuh putau! Cuma pengen dikasih
duit buat beli putau! Itu sampe ini (menunjukkan tangan
bagian dalam yang ada bekas sayatan, self injury) Itu kenapa
mas? Disayat? Ho oh. Jadi waktu jadi waktu sakau, ya
rumangsaku kan gampang tersinggung, udah badannya sakit,
gampang tersinggung! Minta duit buat beli putau nggak
dikasih! Mau jual barang, udah nggak ada barang apa-apa!
Jadi kan emosi to?! Ngamuk-ngamuk! Ya itu..sampe nyilet-
nyilet gimana itu dengan apa ya..sakitnya silet itu yang nyas,
nyas, itu bisa apa amarah apa emosinya itu bisa reda itu lho
mbak?! Aduhh... Sampe ngocor-ngocor itu darahnya mas?
Ho oh! Sampe dijahit ada yang terlalu ke dal dalem. Pake
silet.. Dari merasakan apa ya.. sakitnya perihnya silet sama
lihat darah itu tu emosi itu reda, mbak. Aduhh lego, bener-
bener lego.. gitu itu mbak. Terus ya itu yang ngurusin ibu ini.
apa.. abis mandi “kene le tak perbanke”, dibetadin sama ibu,
perban sama ibu.
Pecandu narkoba cenderung
memiliki tingkat emosional yang
labil
Agresivitas pecandu narkoba
untuk memenuhi hasrat adiksi
Pecandu narkoba memiliki
kecenderungan untuk menyakiti
diri sendiri (self-injury)
Sensasi self-injury meredakan
rasa sakit dari sakau
Rasa kasih sayang terhadap ibu
yang perhatian
Keluarga sebagai tempat
pelampiasan dari emosi
Perasaan bersalah terhadap
keluarga atas tindakan emosional
Informan menceritakan
pengalamannya yang cukup
ekstrem selama menjadi pecandu
narkoba. Ia sempat mengamuk dan
bertengkar hebat dengan ayahnya
kerena tidak diberi uang untuk
membeli putau (633-639)
Rasa emosi yang memuncak
karena tidak bisa memenuhi
keingingan mencandu membuat
informan menyakiti dirinya
sendiri. Sensasi yang ia rasakan
setiap melakukan self-injury
membuatnya melupakan rasa
sakau (639-652)
Perasaan informan yang tersentuh
atas kasih sayang dan perhatian
ibunya (652-653)
Emosi yang memuncak selalu
dilampiaskan pada keluarga
Guilty feeling terhadap keluarga
dirasakan paling besar
654.
655.
656.
Owalah mas.. itu sakit to padahal. Ha gimana lagi mbak?!
Aku dulu to mbak.. melepaskan etape itu ya melepaskan etep
putau itu sampe depresi sampe kayak kayake wes kayak orang
Pengalaman melepaskan etape
menyebabkan depresi dan efek
samping kondisi fisik yang parah
Perjalanan melepaskan diri dari
etape putau harus dijalani
informan hingga ia merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
657.
658.
659.
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
675.
676.
udah nggak.. dulu tremor aku kalo gini (mempraktekkan
tangan tremor), aku dulu gini mbak (tangan flapping) ngewel
gini. Kayak gini terus air liur netes-netes terus itu.. Ini pas
udah ngga mau make ya mas? Iya! Pas parah-parahnya
putau.. sekitar dua ribu lima belas, pas parah-parahnya putau
itu mbak, nggak sadar di rumah.. ngeces-ngeces. Terus
njeblas-jeblasin kepala ke tembok itu kayak nggak sadari itu
lho mbak, kayak nggak sadar njebles-njeblesin ke tembok.
Gitu.. pokoknya intinya self injury, menyakiti di diri sendiri.
Nggak bisa kontrol..”duak! duak!”. Nggak sakit mas? Ya
sakit, nantinya baru kerasa mbak. Lha wong tremor gini wajar
(mempraktekkan tangan tremor) lha aku dulu gini (flapping)
gini ini mbak! terus ni ngeces-ngeces terus, terus apa
ngomongnya itu agak merot-merot gitu lho mbak! Waktu
parah-parahnya etep putau. Terus akhirnya lama-lama itu
hilang mas? Ho oh.. emang harus dilewati itu. Yaitu waktu
mencoba ngelepasin putau, sampe depresi, sampe frustasi,
sampe aku gimana yaa... Ya tapi ya aku masih dibantu obat
dokter, udah itu. Supaya calm ya mas. Ho oh, supaya kalem.
Dulu waktu ikut Dokter Rn itu.
Perasaan bersalah terhadap diri
atas kondisi pasca menjadi
pecandu
depresi dan efek samping pada diri
yang cukup parah (654-674)
Perasaan bersalah terhadap diri
atas efek yang harus ia lalui untuk
melepaskan dari narkoba
Penekanan pada kata depresi dan
frustasi. Keadaan diri yang parah
(self-injury dan uncontrolled body
responses)
677.
678.
679.
680.
681.
682.
683.
684.
685.
686.
687.
688.
Tapi ada perasaan, perubahan nggak sih mas, dulu make
putau terus nggak pake itu perbedaannya apa di diri mas?
Yaa enakan sekarang, nggak make, jauhh mbak. Maksudnya
gimana ya, ya dulu kan harus maksudnya harus make, kalo
nggak make sakit. Sekarang nggak make kan nggak papa, ya
kan. Dulu sehari tiga kali. Bangun tidur, siang-siang mau
makan, sama mau tidur. Terus tiap hari, padahal dosis itu lama
kelamaan meningkat, meningkat, meningkat. Lha kalo dah
nggak kuat otaknya, dah, over dosis. Kayak temen-temenku
itu. Ya kayak orang apa ya minum, esttt sehari segelas,
setengah gelas, setengah gelas wes kepenak. Lagi hari kedua,
setengah gelas udah kepenak. Lha hari ketiga kok kurang
Pengalaman putus zat menjadi
prosesyang paling menyakitkan
Perasaan nyaman setelah lepas
dari penggunaan narkoba
Rasa sedih akan kematian teman
Rasa bersalah terhadap
komunitas
Informan menceritakan bahwa
berhenti mencandu (putus zat)
adalah proses yang menyakitkan.
Tetapi, setelah benar-benar
berhenti, informan merasa
tubuhnya lebih nyaman (679-691)
Pengulangan kisah teman-teman
informan yang mengalami over
dosis. Penyesalan terhadap
komunitas?
Penyesalan terhadap kondisi
informan saat ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
689.
690.
691.
mantep “ah nambah ah, segelas, ah!” nambah. Ah kok hari
berikutnya kok nambah lagi. Lha kayak gitu. Kalo minum ya
sampe paru-parunya bocor kalo nggak kuat. Ngeri mbak!
Penyesalan terhadap diri atas
kondisi setelah menjadi pecandu
692.
693.
694.
695.
696.
697.
698.
699.
700.
701.
702.
703.
704.
705.
Oke... e nah, aku ini mau nanya pendapatnya Mas Bb ya
ni. Kan penyalagunaan narkoba kan semakin banyak to
mas. He em. Tiap malem mesti ada aja beritanya tentang
penangkapan narkoba, sabu-sabu, segala macem. He eh.
Lha gimana to tanggepannya Mas Bb ini terhadap para eh
para pecandu narkoba yang lain, tanggepannya gimana
mas? Ya segera masuk rehabilitasi aja hahaha penyembuhan
diri iya to?! Ya ya kan?! Masuk rehabilitasi narkoba yang
yang maskudnya yang bener-bener nggak mampu maksudnya
nggak mampu melepaskan ya masuk rehab aja gitu kan bisa
dibantu. Saya ngga campaign-campaign gitu ya mbak,
mengajak-ajak ya gitu enggak. Kalo aku yang diri kita sendiri
sih mbak. Karena ngurusin diri sendiri aja sulit mbak,
wahhhes.
Pemulihan pecandu merupakan
tanggung jawab pribadi
Kesulitan untuk mengurus diri
sendiri
Kemandirian dalam proses
pemulihan pecandu
Informan mengatakan bahwa
kesembuhan para pecandu narkoba
merupakan suatu tanggung jawab
pribadi (699-705)
Kesulitan yang dirasakan informan
dalam mengurus dirinya sendiri
Apatisme terhadap sesama
pecandu narkoba?
706.
707.
708.
709.
710.
711.
712.
Di rehab proses self-forgiveness atau forgiveness yang
dilakukan itu gimana sih mas tahapannya? Yang
melupakan masa lalu itu caranya kayak apa? Saya tu ya sakjane dah lupa-lupa mbak.. dulu ya memaafkan
diri sendiri ya itu ya gaada tahapannya. Proses mbak, ya.. kan
kalo di rehab kan ada group-group therapy to mbak?! Gitu,
bisa ikut-ikut..
Proses pemaafan diri yang
penting dalam pemulihan
pecandu narkoba
Informan mengatakan bahwa telah
tidak terlalu mengingat bagaimana
tahapan self-forgiveness. Ia
mengatakan bahwa yang
terpenting adalah proses
memaafkan diri itu sendiri (709-
712)
713.
714.
715.
716.
717.
718.
Di grup terapi tu kegiatannya tu kayak apa? Sharing-
sharing ya ada... tentang dealing, monitor keadaan hari ini
gimana, konflik hari ini apa? Masalah hari ini apa, nanti
dipecahkan bareng-bareng gitu. Bisa dicari jalan keluarnya
bareng-bareng gitu. TC soalnya ya mas. Iya mbak, enak..jadi
rasanya kayak bukan beban sendiri, jadi rame-rame he em.
Ketakutan akan menjadi sendiri
(insecure issue)
Grup terapi menimbulkan
semangat pemulihan pecandu
Sharing is the big power for
junkie
Informan merasa bahwa metode
therapeutic community yang
mengusung group therapy
membuat dirinya merasa tidak
sendirian dalam memperjuangkan
kepulihan (715-718)
Sharing is the big power for junkie
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
719.
720.
721.
722.
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
730.
731.
732.
733.
734.
735.
Kalo keinginan untuk mencandu narkoba sekarang
seperti apa mas? Nggak ada. Ya mungkin slip itu tadi aja
mbak. Aku pernah apa ya maksudnya ya belum lama ya lihat
temenku nyabu. Aku tau dia, dia nyabu ho oh to. Aku nggak
ikut kok mbak, aku mikirnya gimana “hawong aku dewe ra ra
butuh, aku ra ra butuh, ra pengen nyabu og. Wong ndadak
nyabu ngopo? Rasah rasah nyabu iso kok ndadak nyabu
ngopo?” Lha itu. Jadi sampe aku kayak bisa kayak gitu, sampe
aku bisa menolak itu bangga aku mbak! Bisa menolak hahaha.
Bagus mas, hebat! He eh to?! Karena memang say no itu
yang susah ya mas. He eh mbak, ya harus bisa menolak to!
Tapi emang waktu itu diajakin Mas Bbnya? Iya! He eh. Ya
tapi aku cuma lihat aja! Tapi aku nggak ikut, kan pikiranku
”wong aku dewe ra pengen, ra butuh! Lagi ora pengen, lagi
ora pengen nyabu, ngopo aku ndadak nyabu?!” maksud to
mbak?. Iya mas. “Wong awak wes kepenak ngopo ndadak
dirusak meneh?!” Ha ah gitu! ha ah.
Kesadaran untuk menolak
tawaran narkoba (relapse)
Keengganan untuk mengalami
relapse
Pemulihan dari kecanduan
merupakan pencapaian diri
Kebanggan atas sikap untuk
menolak tawaran menggunakan
nakoba
Informan sudah memiliki
kesadaran untuk menolak apabila
teman-temannya menawarkan atau
mengajak untuk mengonsumsi
narkoba kembali (712-728, 729-
730, 731-735)
Penekanan pada cerita penolakan
mengonsumsi narkoba kembali
Kepuasan atas pencapaian diri
bahwa telah berhenti mencandu
Kebanggaan diri telah menolak
tawaran narkoba
736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
745.
746.
747.
748.
749.
750.
Kalo memang bedanya habis make sabu sama putau itu
gimana mas? Itu kan sama-sama serbuk to?
Kalo aku nganu e mbak, cocok putaunya e. Cocok-cocokan ya
kan drug of choicenya kan sendiri-sendiri to mbak?! Kalo
sabu itu aku nggak terlalu gimana ya maksudnya enakan
putaunya. Kalo sabu ini jadi energik jadi nggak bisa tidur, ya
kayak kalo artis-artis yang ketangkep itu, biar shoting shoting
shotingnya biar fit, percaya diri, ya to?! Terus biar apa imaji...
Imajinatif, kreatif. Ho oh, kreatif..imajinatif. Kalo putau
bikin rileks, rileks, denger musik, garuk-garuk hahaha.
Hahaha kenapa harus garuk-garuk?! Hahaha ya kenapa
kan ya emang kayak gitu apa ciri-ciri orang etep itu tapi garuk-
garuk gini (mempraktekkan menggaruk rambut, telinga,
hidung) hahaha terus aku kan pernah kalo etep udah masuk di
darah itu udah fly itu, teng- tenggorokane itu kayak keluar
Latar belakang pemilihan drugs
of choice
Gaya hidup borjuisme
Pengalaman menggunakan drugs
of choice
Informan menceritakan alasan ia
memilih drugs of choice yaitu
putau. Hal tersebut karena adanya
keinginan atas mobilitas diri agar
menjadi rileks (738-750)
Cerita pengalaman menggunakan
putau yang membuat tenang dan
rileks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
751.
752.
753.
754.
755.
756.
757.
758.
759.
760.
761.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.
773.
774.
parfum itu, wangi nah. Hah?! Wangi! Nafasnya wangi! Iya
to? Hahaha karena mahal itu po mas. Hahaha. Ya sama
sebenernya ratusan ribu. Mahal itu mas. Mahal mbak hahaha
tapi sama. Bedanya ya hmm kalo oh kalo putau itu yang
kecoklatan, kalo sabu yang putih. Sabu kan yang kayak
kristal gitu, kayak tawas gitu lho. Kayak tawas. (diam) kalo
biasanya kalo kebanyakan sabu kan pol mentok maksudnya
stucknya kan lalu muncul paranoid. Kalo etep putau itu kan
sakau. Ya.. Oh berarti beda to mas? Beda... Sakau itu
berarti untuk putau. Iya sebenernya kata-kata sakau itu
“sakau karena putau” jadi mbak, “sakit karena putau”. Bukan
“sakit karena engkau”? Bukan hahaha. Bukan sebenarnya
sakau itu dari putau, sakit karena putau gitu. Owalah bener,
jadi kalau kalau sabu dan misal obat atau ya obat atau
sabu ini, sebenarnya bukan sakau istilahnya ya. He em
bukan. Tapi tapi mereka ini ada istilahnya, apa mas kalo
misal sedang sakit-sakit ya pas nggak make sabu atau
obat-obatan, itu istilahnya juga sakau tuh mas? Ya
istilahnya bisa itu, akhirnya jadi sama mbak. Tapi aslinya dari
putau. Kalo cucau cucau “pake putau” cucau. Cucau itu pake
putau tapi yang disuntikin itu namanya cucau. Cucau... itu tu
nanti yang di suntik putaunya diencerin. Ya dikasih air
mineral... Narkoba paling kejem itu, itu, putau. Bener itu.
Paling kejem. Paling enak, paling kejem. Bener. Efeknya
dasyat, ngerusaknya juga pol-polan ya mas. Wuoh luar
biasa!
Pengalaman menggunakan drugs
of choice dengan jarum suntik
Anggapan bahwa drugs of choice
memiliki efek luar biasa
sekaligus kejam
Drugs of choice yang merupakan
narkoba paling mematikan
Perasaan bersalah terhadap diri
sendiri atas kondisi diri sebagai
penyintas HIV karena narkoba
Informan menceritakan tentang
pengunaan drugs of choice yang
menggunakan suntikan jarum
(768-774)
Jeda pada saat bercerita cucau.
Pemilihan kata ‘kejam’ dan ‘efek
luar biasa’ untuk putau
Putau dalam tingkatan atas jenis
narkoba maka bersifat paling
mematikan
Penyesalan terhadap diri karena
menjadi terdiagnosa HIV atas
penggunaan jarum suntik yang
berganti-gantian selama menjadi
pecandu narkoba
775.
776.
777.
778.
779.
780.
Tapi bener nggak sih mas kalo berhenti make obat,
narkoba itu rasanya sakit? Itu bener nggak?
Sakit.. mbak. Namanya putus putus zat to mbak?! Dah tiap
hari di ma- tiap hari kemasukan kayak gitu, terus “deg!”
enggak, sakit! Di... he eh. Di rehab aja kalo kayak gitu, putau
apa maksudnya narkoba stop tapi masih di bantu obat dokter
Pengalaman putus zat merupakan
tahapan proses pemulihan
pecandu yang sangat berat
Informan merasakan kondisi putus
zat merupakan tahapan yang cukup
berat ketika dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
781.
782.
kan, lha tu dia. Mengurangi lho mbak, tapi dosisnya dosisnya
ug- apa tinggi dulu to, terus di kurangi kurangi gitu.
melepaskan dari kecanduan (778-
782)
783.
784.
785.
786.
787.
788.
789.
790.
791.
792.
793.
794.
795.
796.
797.
798.
799.
800.
801.
802.
803.
804.
805.
806.
807.
808.
809.
810.
Hebat tapi Mas Bb ini, ngerasain macem-macem, sampe
itu dulu sempet frustasi sampe depresi itu ya akhirnya ya..
Akhirnya ya gimana lagi ya menerima akhirnya, lha mau
gimana lagi. dulu pernah empat bulan to mbak, selama empat
bulan itu aku bebas narkoba. Minum aja enggak. Obat dokter
enggak, cuma rokok, itu aja. Tapi apa? Aku kayak orang gila!
Soale waktu tapi kan ma- waktu di jakarta, ada orang dateng,
cuma omku, masih saudara, takut aku! Nggak berani nemuin,
nggak, jadi menyendiri, menyendiri terus. Kan sifat apa ciri-
ciri orang pecandu kan tu kan narik diri to mbak?! Menarik
diri dari lingkungan, gitu. Ya itu aku dulu kayak gitu.
Paranoid itu juga ya mas? He eh paranoid... dulu paranoidku
kenceng banget mbak! Terus kan ada yang bisik-bisik, ada
yang temen ada yang bisik-bisik tapi apa, lucu, terus ketawa
sendiri, mesem-mesem dewe ngono kae to hahaha. Hahaha
suggest ya mas. Ho oh sugest mbak. Kalo aku enggak e!
Bisikan bisikan sama halusinasinya tentang mau dicelakai,
mau dibunuh, mau di ini, mau disakitin, kalo aku gitu! He em.
Itu ketika putus zat itu. Putus zat, he eh! Ohh gitu ya.. kalo
sekarang tapi sudah enggak ada ya mas? Enggak. Sama
bapak ibu aja curiga, sama kakak curiga, apa-apa dikit curiga.
Wong di kamar we ndengerin radio, lha itu acaranya bincang-
bincang itu lho, ho oh to?! Lha ngrasani aku to mbak?!
Hahaha ho oh to?! Ngrembug aku to waduhh! Piyee.. jigur og!
Hahaha. Terus buka facebook, baca status-status temen, pada
nyinggung aku semua og mbak! Status-status statusnya
mereka itu, padahal ya enggak! Hahaha. Itu karena saraf-
sarafnya udah kena semua ya to mbak. Ha ah ha ah hahaha
Penerimaan diri sebagai
kekuatan untuk dapat bertahan
dan bangkit dalam proses
pemulihan pecandu
Ketidakberdayaan diri yang
menghambat keinginan untu
pulih dari kecanduan
Antusiasme dalam berbagi cerita
terhadap orang lain
Kelegan hati karena sudah
terlepas dari kecanduan narkoba
Informan mengatakan bahwa
untuk dapat bertahan dan bangkit
dalam keadaan pecandu yang
berat, ia harus menerima keadaan
dirinya terlebih dahulu (785-786)
Keinginan untuk pulih dari
kecanduan tidak dibarengi dengan
keberdayaan diri (respon diri yang
mengalami paranoid dan
halusinasi yang parah)
Gaya bercerita yang bersemangat
dan antusias
Informan seakan sudah merasakan
kelegaan bahwa dirinya telah
terlepas dari keadaan diri yang
parah karena kecanduan narkoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
811.
812.
813.
814.
815.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
825.
826.
Owalah... kalo saya nanya Mas Bb sekarang ini, mas, em
hal yang membuat Mas Bb sedih saat ini apa to mas? (diam) iya.. (diam) apa ya mbak ya, banyak e mbak. Ya dulu..
waktu masih ada bapak ibu, saya apa, terlalu kurang ajar.
(diam) terkadang nyampe saat ini tu masih kadang takut kena
karma gitu mbak aku. He em. Saya tu bikin sedih, bikin (diam)
ya.. dulu dulu kan maksudnya berani sama orang tua, ini ini
mbentak-mbentak orang tua. Sekarang udah ditinggal sama
bapak ibu, baru merasakan kayak gitu. Jadi sih kadang aku
kalo ada orang tu ada ada temen atau siapa ibarate “mumpung,
mumpung isih ana bapak ibumu isih ana iki ojo di gawe loro
ati, mergane nek ditinggal, ditinggal bapak ibu krasa tenan,
menyesal tenan”. Bener kui, mbok menyesal bener. Yo
Mbang yo?! Saya sekarang ya masih merasa kehilangan,
mbak. Orang tua belum bisa lihat saya sembuh, kayak
sekarang. Padahal dulu sitik2 “pak buk pak buk” gitu mbak.
Perasaan bersalah terhadap orang
tua karena menjadi pecandu
narkoba
Kesedihan yang mendalam atas
kematian orang tua
Perasaan menyesal karena orang
tua tidak dapat melihat
kepulihannya dari kecanduan
Informan menceritakan
penyesalannnya terhadap orang
tuanya semasa ia menjadi pecandu
narkoba. Informan merasa
tindakannya sangat keterlaluan
dan selalu membuat mereka
kecewa. Kematian kedua orang tua
informan disaat informan yang
sedang dalam proses menuju
kepulihan sering membuatnya
bersedih dan menyesal (813-826)
Kesedihan yang mendalam
terhadap orang tua, penyesalan
Penggunaan jeda yang cukup
lama, kesedihan
827.
828.
829.
830.
831.
832.
833.
Iya mas. Kalo bapak ibu dulu seda tahun berapa to mas?
Dua ribu lima belasan. Empat belas, lima belas kayaknya. Itu
sebelum di rehab. Terus keinget ngamuk-ngamuk di rumah,
mbentak-mbentak ibu, mbentak-mbentak bapak. Ya namanya
penyesalan ho o to mbak, di di akhir to?! Nggak ada yang
ngerti ngerti. Bener! Terasa bener, mbak! Terasa opo yo,
kehilangan banget, he em, kehilangan banget!
Perasaan bersalah terhadap orang
tua atas tindakan yang dianggap
durhaka
Kesedihan atas kehilangan figur
orang tua
Informan menceritakan tentang
perasaan kehilangannya pada
orang tua atas kelakuannya yang
durhaka selama menjadi pecandu
(828-833)
Penekanan dan pengulangan kata
kehilangan
834.
835.
836.
837.
838.
839.
840.
841.
842.
Terus situasi ini yang akhirnya membuat Mas Bb pingin
rehab yang sesungguhnya gitu ya mas? He em. Ya itu ya..
terus terang, bukannya relapse itu tadi, yang tadi saya cerita,
kadang masih minum. Jujur saja, aku og. Tapi kalo sabu, itu
udah enggak. Minum aja buat kalo dulu kan sam- dulu buat
teler-teleran to mbak, wuh teler. Nha itu paling cuma wah kok
gelisah, cemas, minum segelas... dah ilang gelisahnya yaudah
nanti lagi atau besok lagi baru minum lagi, gitu. Nggak
langsung dihabisin gitu lho mbak. Tapi kan banyak yang di
Anggapan bahwa slip sering
menjadi pelampiasan adiksi,
bukan sebagai proses pemulihan
kecanduan
Informan menceritakan tentang
kondisi slip teman-temannya
sesama mantan pecandu yang
sering disalahgunakan sebagai
cara untuk melampiaskan rasa
adiksi, bukan sebagai cara untuk
perlahan-lahan melepaskan
narkoba (836-843, 845-855)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
843.
844.
845.
846.
847.
848.
849.
850.
851.
852.
853.
854.
855.
luar sana slip tapi jor-joran ya istilahnya mbak. Iya itu tu,
saya juga heran ya mas ya, ternyata beli di rumah sakit
pake resep dokter itu tu- Bisa! Ya itu mereka kan kadang
alasane alasane ro doktere ki loro, sakit, njuk padahal mung
kalo dah dapet obat tu cuma buat mabuk-mabukan, di jual lagi,
kan?! Gimana ya maksudnya mesakke yang kasian yang
membutuhkan bener-bener membutuhkan itu lho mbak.
Mereka tiap minum dosisnya juga banyak, nggak mungkin
satu dua butir. Nambah-nambah terus kan?! Yang nggak kuat
kan lama kelamaan sini (menunjuk kepala belakang) dah
pecah, yaudah. Badan udah sehat-sehat malah dibikin sakit to
mas?! Dibikin pusing, dibikin sakit... Ya to mbak itu?! Banyak
yang disalahgunakan to mbak. Iya..bener mas. He em.
Kepuasan diri karena telah
berhasil melepaskan diri dari
narkoba
Slip state sebagai coping atas
kecemasan
Komitmen untuk tidak
mengalami relapse dalam
pemulihan kecanduan
Slip state sebagai suatu kejatuhan
dalam proses pemulihan
kecanduan
Kesan bangga akan diri bahwa
telah berhasil melepaskan diri dari
narkoba
Meskipun masih dalam kondisi
slip, informan tidak
memberlakukan sebagai
pelampiasan namun hanya sebagai
coping atas kecemasan yang
terkadang masih dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Lampiran. Cluster of Meaning Informan 1 (Tn/20)
Tema Sub Tema Tema Besar
Perceraian orang tua membuat kacau
keadaan keluarga (233-238)
Latar Belakang
Pergaulan menjadi pintu pengenalan
akan dunia narkoba (22-38, 53-65)
Drugs of choice: sabu-sabu (38-45, 45-
50, 52-53, 65-74, 78-82, 929-935)
Keterpaksaan menjalani rehabilitasi
karena dendam pada keluarga (172-
185, 187-192) Pengalaman
rehabilitasi Perasaan kecewa karena telah
dibohongi keluarga (162-172)
Ketidaktahuan maksud dan tujuan
rehabilitasi (176-181)
Cluster 1. Proses Formasi dan Dinamika Self-forgiveness
Rasa bersalah terhadap diri karena
menjadi pecandu narkoba (216-219,
238-254)
Guilty feeling to
self
Guilty Feelings
Rasa bersalah terhadap diri karena
terpengaruh pada pergaulan negatif
(238-254)
Penyesalan terhadap diri sendiri atas
riwayat/pengalaman dipenjara (814-
815)
Penyesalan terhadap diri karena
menato tubuh (302-322, 654-659)
Penyesalan terhadap diri sendiri
membawa kekhawatiran akan masa
depan (595-605)
Perasaan bersalah terhadap keluarga
karena menjadi pecandu narkoba (10-
12, 14-15, 868-872)
Guilty feeling to
family
Perasaan bersalah terhadap keluarga
yang dirasakan selama menjalani
rehabilitasi (197, 198-205)
Kebohongan yang dilakukan selama
menjadi pecandu narkoba (92-93, 254-
261)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
Penyesalan terhadap diri sendiri karena
menjadi sulit untuk dapat kembali ke
masyarakat (345-353) Guilty feeling to
community/social Penyesalan terhadap diri sendiri atas
stigma sosial yang diterima sebagai
mantan pecandu narkoba (475-480,
601-605)
Rasa penyesalan terhadap Tuhan
karena narkoba membuatnya jauh dari-
Nya (10-12, 14-15)
Guilty feeling to
God
Proses pemulihan kecanduan narkoba
memerlukan niat diri untuk berhenti
(283-290, 294-298)
Tekat untuk pulih
dari kecanduan
narkoba
Niat dan
komitmen
Niatan untuk berhenti mencandu (3)
Rasa penyesalan terhadap diri sendiri
dan Tuhan membuat tekad untuk pulih
(10-12, 14-15)
Keinginan untuk membuktikan kepada
orang lain bahwa mampu untuk
berhenti dari narkoba (697-703)
Keinginan untuk berhenti mencandu
bersifat pribadi (685-687, 688-689)
Kecenderungan menutupi keinginan
pulih dari sesama pecandu narkoba
(685-687, 688-689)
Proses pemulihan pecandu bersifat
pribadi (697-703)
Proses kejatuhan kembali (relapse)
menguatkan niat dalam pemulihan
junkie (5-9, 912-920)
Proses kejatuhan
kembali
Adanya keinginan untuk berhenti
namun tidak diiringi dengan
keberdayaan diri (389-400, 401-402)
Slip sebagai cara untuk mengurangi
efek suggest pecandu narkoba (407-
413)
Slip menjadi jalan alternatif untuk
perlahan-lahan melepaskan diri dari
adiksi narkoba (361-377)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
Pengalaman pecandu lain menjadi
alasan keinginan berhenti mencandu
(83-97, 689-697) Sikap terhadap
sesama pecandu Menolak ajakan/tawaran menggunakan
narkoba dari teman (12-14, 904-912)
Cluster 2. Faktor yang Memengaruhi Self-forgiveness
Niat berhenti menjadi pecandu narkoba
didukung oleh keluarga (289-295, 299-
301)
Dukungan dan
penerimaan dari
significant others
Faktor
pendukung
Dukungan keluarga menguatkan untuk
melawan keinginan kembali mencandu
(relapse) (674-677)
Perlakuan protektif dilakukan keluarga
sebagai suatu dukungan agar dapat
menjauhi pergaulan pecandu narkoba
(485-500)
Dukungan keluarga sebagai penguatan
ketika menjalani rehabilitasi (205-215)
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan dari adiksi narkoba (538-
539)
Dukungan dari kekasih untuk pulih dari
adiksi narkoba (453-458)
Ancaman akan ditinggalkan oleh
kekasih apabila kembali relapse
menjadi pecandu (448-450)
Dukungan dari komunitas gereja dalam
pemulihan dari adiksi narkoba (507-
523)
Berbagi cerita adalah energi positif
bagi pemulihan pecandu narkoba (575-
580)
Ketidakterbukaan terhadap keluarga
(137-141)
Faktor
penghambat Kebimbangan dalam lingkup
pertemanan (267-275)
Cluster 3. Pikiran dan Perasaan yang Muncul Selama Memaafkan Diri
Pengalaman dipenjara meningkatkan
religiusitas terhadap Tuhan (219-226)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Niat untuk berhenti menjadi pecandu
didukung oleh kepercayaan secara
spiritual (289-295, 299-301)
Religiusitas Kesadaran berdoa pada Tuhan sebagai
sumber kekuatan dalam proses
pemulihan pecandu narkoba (529-538,
543)
Dukungan sosial tidak akan membantu
pulih dari kecanduan narkoba tanpa
adanya iman yang kuat secara pribadi
(523-526)
Perasaan diberikan kesempatan kedua
oleh Tuhan sehingga memutuskan
untuk berhenti menjadi pecandu
narkoba (219-226)
Konsekuensi dan risiko dari
penggunaan narkoba jenis sabu-sabu
(935-956)
Efek samping
drugs of choice
Self-awareness
Pengalaman sakau membuat keinginan
lepas dari narkoba (416-425, 426-429)
Efek jangka panjang negatif yang
dirasakan membuat keinginan lepas
dari narkoba (276-283)
Rasa ketakutan yang timbul membuat
tekat untuk berhenti mencandu narkoba
setelah ia menjadi pecandu narkoba
(129-131) Ketakutan dan
kecemasan
pecandu narkoba
(junkie)
Ketakutan yang timbul setelah menjadi
pecandu narkoba (115-118, 123-128)
Kecemasan menjadi pecandu narkoba
(135-136)
Pengalaman pecandu lain
menimbulkan kecemasan terkait masa
depannya (727-743, 744-747)
Pemulihan dari kecanduan narkoba
untuk dapat meraih kehidupan yang
lebih baik (605-625)
Impian dan
harapan Impian untuk dapat hidup dengan baik
menghilangkan kekhawatiran akan
masa depan (663-674)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
Impian untuk dapat menjadi pribadi
yang lebih baik (674-677)
Kesadaran telah menjadi pecandu
narkoba setelah diri teradiksi (109-113)
Self-Acceptance Usaha untuk menerima keadaan diri
untuk dapat bangkit dan berproses
dalam pemulihan dari kecanduan
narkoba (345-353)
Cluster 4. Makna Self-forgiveness Bagi Mantan Pecandu Narkoba
Self-forgiveness membantu dalam
menguatkan komitmen pecandu untuk
berhenti menggunakan narkoba (707-
715) Self-forgiveness
membantu
memperkuat niat
dan komitmen
pulih dari adiksi
narkoba
Self-forgiveness
sebagai
penguatan pada
proses
pemulihan
pecandu
narkoba
Self-forgiveness menguatkan niat dan
komitmen untuk tidak lagi
menggunakan narkoba (872-876)
Memaafkan diri menjaga komitmen
pada diri dan Tuhan untuk tidak
kembali menggunakan narkoba (357-
361)
Dealing terhadap masa lalu merupakan
kunci untuk memaafkan diri (872-876) Pentingnya dealing
terhadap guilty
feeling
Rasa bersalah terhadap diri dan
keluarga menjadi kunci proses
memaafkan diri pada mantan pecandu
narkoba (866-872)
Pertemanan dapat menghambat
sekaligus mendukung proses pemaafan
diri dalam pemulihan pecandu narkoba
(547-554)
Proses kejatuhan kembali menjadi hal
yang memperkuat self-forgiveness
pada mantan pecandu narkoba (437-
444, 580-586, 590-591, 715-727)
Religiusitas sebagai penguatan
terhadap self-forgiveness pada mantan
pecandu narkoba (876-904)
Impian masa depan yang baik menjadi
pemicu dari dinamika self-forgiveness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
pada mantan pecandu narkoba (912-
920)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
Lampiran. Cluster of Meaning Informan 2 (Nn/19)
Tema Sub Tema Tema Besar
Keinginan efek drugs of choice yang
dapat membuat lupa akan
permasalahan keluarga (42-50, 51-52)
Narkoba sebagai
pelarian: Drugs of
choice
Latar Belakang
Pengalaman dalam menentukan drugs
of choice (689, 690-692, 692-693, 694-
703)
Narkoba sebagai pelarian dari
permasalahan yang dihadapi (707, 708-
712, 712-713)
Efek pemakaian drugs of choice yang
sesuai dengan kebutuhan relaksasi (36-
47)
Latar belakang drugs of choice benzo
dan alkoholik (3, 5-6, 707-713)
Latar belakang pergaulan dengan anak
jalanan dan menjadi pecandu karena
ketidakharmonisan keluarga (263-276)
Pergaulan negatif:
pintu
penyalahgunaan
narkoba
Pergaulan bersama anak jalanan dan
perilaku junkie merupakan pelarian
dari ketidakharmonisan keluarga (16-
23)
Pergaulan negatif yang
menjerumuskan pada perilaku pecandu
(26, 27-31, 57-58, 181-199, 1015-
1038)
Pengalaman menjalani rehabilitasi
pecandu narkoba karena razia anak
jalanan (487-488, 492) Rehabilitasi
pecandu narkoba Pengalaman rehabilitasi yang
mengekang (290, 305-307)
Perasaan tertekan ketika menjalani
rehabilitasi (792-800)
Perasaan terkekang karena
ketidakharmonisan keluarga (489-491,
848-851)
Ketidakharmonisan
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
Sering terjadinya konflik keluarga
karena emosi yang tidak terkontrol
(723-728, 730-733, 735-736)
Penerimaan sosial dari komunitas anak
jalanan (1038-1043, 1144-1146)
Need of acceptance Perasaan bebas dan persamaan nasib
sebagai anak jalanan (489-491, 848-
851, 1144-1146, 1216-1220)
Pengalaman menjadi penjual minuman
keras (1078-1082)
Latar belakang sebagai mantan anak
jalanan dan penjual minuman keras
(463-469, 470-484)
Cluster 1. Proses Formasi dan Dinamika Self-forgiveness
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
karena menjadi pecandu narkoba (395-
399, 760-763, 1002-1011)
Guilty feeling to
self
Guilty Feelings
Rasa bersalah terhadap diri karena
sempat menjadi penjual minuman
keras (463-469, 470-494, 1078-1079)
Rasa bersalah terhadap diri atas
penggunaan uang yang bukan hak
pribadi (1104-1107, 115-1119)
Penyesalan terhadap diri karena
menjadi boros selama menjadi pecandu
narkoba (105-110, 1043-1046, 1101-
1104, 1107-1115)
Penyesalan terhadap diri atas tindakan
di masa lalu (362-366, 370, 506-515,
991-992)
Penyesalan terhadap diri atas efek
samping narkoba yang mengganggu
aktivitas sehari-hari (117-144)
Rasa bersalah terhadap diri atas
pergaulan yang terlampau negatif (843,
896, 1181-1183)
Rasa takut akan karma karena menjadi
pecandu narkoba (595-597)
Rasa takut akan karma segala
perbuatan (61-62, 66-71, 72-83)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
Kesadaran untuk berhenti mencandu
karena takut akan dosa (72-83)
Guilty feeling to
God Perasaan takut akan dosa menjadi
pecandu narkoba (557-563)
Penyesalan terhadap diri atas dosa dan
kesalahan dalam hidup (435-455)
Rasa takut akan pembalasan akhirat
membuat keinginan untuk bertaubat
dari kecanduan narkoba (154-172)
Rasa bersalah terhadap keluarga karena
menjadi pecandu narkoba (260-261,
1067-1072, 1072-1076)
Guilty feeling to
family
Rasa bersalah terhadap keluarga karena
kerap memicu konflik (362-366, 370,
723-728, 730-733, 735-736)
Penyesalan karena membuat aib bagi
keluarga (263-276)
Penyesalan karena memiliki pasangan
yang tidak dapat memberikan contoh
baik dalam kehidupan berumah tangga
(463-469, 470-484)
Rasa bersalah terhadap masyarakat
karena menjadi pecandu narkoba (568,
572, 573-577, 579-581-582) Guilty feeling to
community Penyesalan atas stigma sosial yang
diterima sebagai mantan pecandu
narkoba (231-237, 240, 244)
Rasa bersalah terhadap teman yang
pernah diajak mengenal narkoba (410-
415, 549-551, 553-554, 557-563, 776-
785)
Guilty feeling to
friends
Komitmen untuk memutuskan
pergaulan dengan lingkungan pecandu
narkoba (181-182, 182-188, 189-199)
Sikap terhadap
teman pecandu
narkoba
Menjauhi pergaulan negatif agar dapat
pulih dari kecanduan narkoba (201,
204-205, 459-460)
Mengajak sesama pecandu untuk
berhenti menggunakan narkoba (393-
404, 549-551, 553-554, 609-628)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
Ketidakberdayaan diri atas keinginan
untuk berhenti mencandu (230, 708-
712, 1165) Proses kejatuhan
kembali
Niat dan
komitmen
Proses kejatuhan kembali sebagai
penguatan komitmen pulih dari
kecanduan narkoba (202-210)
Perasaan kasih sayang terhadap anak
menguatkan komitmen untuk pulih
(105-110) Tanggung jawab
sebagai seorang ibu Kekhawatiran akan masa depan anak
menguatkan proses pemulihan
kecanduan (238-239, 240-243, 244-
255)
Niat dan komitmen dalam melepaskan
diri dari adiksi narkoba (621-624)
Tekat pulih dari
adiksi narkoba
Cluster 2. Faktor yang Memengaruhi Self-forgiveness
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan kecanduan (415-431, 519-
524) Dukungan keluarga
Faktor
pendukung
Rasa hormat kepada sosok ayah
sebagai sumber kekuatan pada hidup
(367-369, 373-381, 1048-1065)
Sharing is the big power for junkie
(746-753, 761-764, 768-772)
Lingkungan pergaulan negatif yang
tidak mendukung proses pemulihan
dari kecanduan narkoba (519-524,
1181-1183)
Lingkungan
pertemanan yang
membawa dampak
negatif
Faktor
penghambat
Kelekatan dalam pergaulan
menghambat keinginan untuk berhenti
mencandu (1141-1149, 1198)
Sulitnya menjaga komitmen untuk
berhenti mencandu (202-210, 1181-
1183)
Pengalaman sakau yang tidak
mengenakkan terkadang memicu
keinginan relapse (89-93, 94-99, 99-
105)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
Faktor keluarga tidak serta merta
membuat berhenti menjadi pecandu
narkoba (62-66)
Ketidaksiapan menjadi seorang ibu
(474)
Kehati-hatian ketika membicarakan
tentang narkoba (776-785)
Cluster 3. Pikiran dan Perasaan yang Muncul Selama Memaafkan Diri
Usaha untuk hidup lebih baik lagi (388-
393, 404-407)
Kehidupan baru
yang lebih baik
Self-awareness
Usaha untuk hidup lebih baik bagi
keluarga (978-979, 980, 985-990)
Usaha untuk menjadi anggota
masyarakat yang lebih baik dengan
berhenti mencandu narkoba (568, 572,
573-577, 579-581-582)
Motivasi membantu orang lain demi
kebahagiaan anak (811-822, 832-834,
1170-1172)
Keinginan untuk membantu semua
orang yang membutuhkan pertolongan
(978-979, 980, 985-990, 1133, 1201)
Kesadaran bahwa narkoba merugikan
kesehatan tubuh (210-213, 214-220,
221-222, 223-224, 225, 609-628, 707-
713)
Health issue Rasa sakit sakau menimbulkan
keinginan untuk berhenti
menggunakan narkoba (595-597)
Efek samping drugs of choice yang
masih mengganggu aktivitas (740-746)
Kesadaran berhenti mencandu untuk
dapat mengatur emosi dengan baik
(535-540) Kesadaran
mengatur emosi Pecandu narkoba cenderung sensitif
dan emosional (723-728, 730-733,
735-736, 866, 886)
Keadaan after care yang telah bersih
dari narkoba (114-116)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
Kematian teman karena over dosis
narkoba membuat perasaan takut (640-
646)
Rasa rendah diri sebagai mantan
pecandu narkoba (811-817, 835-840)
Penerimaan diri yang tidak mudah
dilakukan karena stigma negatif dari
masyarakat (568, 572, 573-577, 579-
581-582)
Self-acceptance
Kenyataan hidup yang dijalani sehari-
hari membantu dalam proses
peneriman diri (348-351)
Refleksi sebagai proses penerimaan
diri (506-515)
Sulitnya menerima dan berdamai
dengan masa lalu (435-455)
Usaha untuk menerima segala hal yang
terjadi (279-287, 975-978, 980-985)
Religiusitas menjadi kunci untuk
berhenti menjadi pecandu narkoba (61-
62, 66-71, 72-83)
Religiusitas
Religiusitas datang dari kesadaran
pribadi, tidak dapat dipaksakan (322,
323-324, 329-330, 331-344)
Kesadaran religius tentang
kepemilikan harta yang tidak halal
(1104-1107, 1115-1119)
Religiusitas sebagai penguatan untuk
kepulihan diri dari adiksi narkoba (144-
149)
Religiusitas sebagai cara untuk
memperbaiki diri (988-990)
Keinginan untuk dapat menjadi
panutan bagi keluarga (544-549)
Impian dan harapan
sebagai seorang ibu
bagi anak-anaknya
Impian dan
harapan
Keinginan untuk dapat membesarkan
anak dengan baik (544-549, 817-822,
832-834)
Harapan untuk masa depan anak yang
lebih baik (415-431, 497-499)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
Keinginan untuk memiliki kehidupan
yang lebih baik (279-287, 481-484,
506-515, 972-974, 1046-1065, 1112,
1118)
Harapan bagi
kehidupan keluarga
Keinginan untuk hidup damai bersama
keluarganya (528-533)
Cluster 4. Makna Self-forgiveness bagi Mantan Pecandu Narkoba
Rasa bersalah akan terus menekan
apabila tidak dapat memaafkan diri
(717-723)
Dealing with guilty
feeling
Self-forgiveness
sebagai
penguatan pada
proses
pemulihan
pecandu
narkoba
Self-forgiveness membantu dalam
menerima masa lalu (717-723)
Refleksi sebagai cara untuk menerima
masa lalu dan memaafkan diri (388-
393, 404-407)
Penyesalan terhadap diri dan kenangan
akan masa lalu sering menghambat
proses self-forgiveness (360-362)
Berdamai dengan diri dapat membantu
proses self-forgiveness (506-515)
Memaafkan diri hanya dapat dilakukan
dengan kesadaran pribadi (326-329)
Pentingnya
kesadaran dan
penerimaan
terhadap diri
Self-forgiveness bisa dilakukan dengan
kesadaran penerimaan diri (348-351)
Gagalnya proses rehabilitasi karena
tidak adanya penerimaan diri (dan self-
forgiveness) (291, 292-293, 293-304,
308-315)
Self-forgiveness sebagai komitmen
dalam melepaskan diri dari adiksi
narkoba (586-590)
Self-forgiveness
sebagai kunci dan
penguatan dalam
komitmen
pemulihan dari
adiksi narkoba
Pentingnya komitmen dalam
memaafkan diri (393-404)
Sulitnya memaafkan diri karena belum
memiliki kesadaran religius (326-329) Religiusitas
sebagai kunci
pemaafan diri
Proses dan kesadaran untuk
memaafkan diri ditemukan sendiri
melalui tayangan-tayangan religi (172-
174)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
Pemulihan dari kecanduan narkoba
membantu mengontrol emosi menjadi
lebih baik (535-540)
Manfaat self-
forgiveness bagi
pecandu narkoba Self-forgiveness membantu membuat
hidup menjadi lebih tenang (528-533)
Kesadaran untuk memperbaiki dan
memaafkan kesalahan diri (978-979,
980, 985-990)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
Lampiran. Cluster of Meaning Informan 3 (Bb/35)
Tema Sub Tema Tema Besar
Kebosanan dalam menjalani
rehabilitasi berulang kali (8-11, 24-
26, 31-33, 36-39, 54)
Pengalaman
Rehabilitasi
Latar Belakang
Trauma akan kekerasan di salah satu
panti rehabilitasi narkoba (14-21, 22-
23, 152-155)
Rasa dendam dan tidak terima pada
keluarga karena memasukkan ke
dalam panti rehabilitasi narkoba (11-
13, 139-140, 144-150, 615-616)
Latar belakang sebagai penghuni care
house pecandu narkoba (2-6, 42-45,
49-51, 595-597)
Latar belakang menjadi pecandu
putau/heroin (58-59, 64-68, 71-75,
216, 224, 225-233, 240-246, 738-750) Drugs of choice
Penggunaan narkoba sebagai
pelampiasan dendam pada keluarga
(151-152, 162-166)
Pergaulan yang dekat dengan
komunitas pecandu narkoba (78-82,
90-91, 93-95, 131-133) Pergaulan Negatif
Pergaulan negatif yang
menjerumuskan diri menjadi pecandu
narkoba (436-439)
Cluster 1. Proses Formasi dan Dinamika Self-forgiveness
Rasa bersalah terhadap keluarga
karena menjadi pecandu narkoba (49-
51, 813-826)
Guilty feeling to
family
Rasa bersalah terhadap keluarga atas
pelampiasan emosi maupun agresi
selama menjadi pecandu narkoba
(464-467, 591-594, 599, 613-615,
633-639, 644-645)
Rasa bersalah dan kesedihan yang
mendalam atas kematian kedua orang
tua (403-407, 813-826, 828-833)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
Perasaan bersalah terhadap orang tua
karena terdiagnosis HIV positif (318)
Guilty feelings
Perasaan bersalah atas tindakan
durhaka terhadap orang tua (116-119,
241-243, 248-251, 251-254, 595-597,
828-833)
Perasaan menyesal karena orang tua
tidak dapat melihat kepulihannya dari
kecanduan narkoba (813-826)
Rasa bersalah terhadap diri karena
menjadi pecandu narkoba jenis putau
(125-127, 192-198, 210-214, 233-
235, 235-237, 654-674, 690-691)
Guilty feeling to self
Rasa bersalah terhadap diri karena
menjadi penyintas HIV karena
narkoba (274, 285-288, 310, 324, 326,
430-433, 768-774)
Kecenderungan menyakiti diri sendiri
(self-injury) untuk meredakan rasa
sakit akibat sakau (639-652)
Rasa bersalah terhadap diri atas
kehidupan yang dialami (256)
Penyesalan terhadap hidup yang tidak
berkualitas (395-402)
Rasa bersalah terhadap masyarakat
karena menjadi pecandu narkoba
(204-208, 453-459)
Guilty feeling to
community/social
Kecemasan sosial terhadap stigma
masyarakat terhadap mantan pecandu
narkoba (297-306, 453-459)
Rasa takut tidak dapat kembali
diterima di masyarakat (204-208, 297-
306)
Rasa bersalah terhadap pergaulan
dengan sesama pecandu narkoba
(395-402, 443-447, 626-630, 685) Guilty feeling to
friends Kesedihan atas kematian teman
sesama pecandu narkoba (82-84, 233-
235, 235-237, 443-447, 685)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
Pemulihan pecandu narkoba
merupakan tanggung jawab pribadi
(699-705)
Tekat untuk pulih
dari adiksi narkoba
Niat dan
komitmen
Kemandirian dalam proses pemulihan
pecandu narkoba (699-705)
Komitmen untuk tidak mengalami
relapse dalam pemulihan dari adiksi
narkoba (573-575, 579-585, 836-843,
845-855)
Keengganan untuk mengalami
relapse (712-728, 729-730, 731-735)
Keinginan berhenti mencandu setiap
mengalami sakau (171-176)
Kondisi slip sebagai suatu kejatuhan
dalam proses pemulihan kecanduan
(555-570, 573-575, 579-585, 836-
843, 845-855) Proses kejatuhan
kembali Slip state sebagai coping atas
kecemasan mantan pecandu narkoba
(555-570, 836-843, 845-855)
Relapse yang masih berulang pasca
rehabilitasi (324, 326)
Ketidakberdayaan diri untuk berhenti
menggunakan narkoba (123-127, 786-
788)
Ketidakberdayaan
diri
Keadaan stagnansi pada pecandu
narkoba (111, 112-113)
Kondisi stagnan sebagai titik balik
untuk berhenti menggunakan narkoba
(176-180)
Kesadaran untuk menolak tawaran
narkoba (relapse) (721-728, 729-730,
731-735) Sikap terhadap
teman sesama
pecandu narkoba Kebanggaan atas sikap untuk mnolak
tawaran menggunakan narkoba (712-
728, 729-730, 731-735)
Rehabilitasi membantu kesadaran
untuk berhenti menjadi pecandu
narkoba (181-183, 183-186)
Makna rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
Grup terapi menimbulkan motivasi
dan semangat pemulihan dari adiksi
narkoba (715-718)
Rasa takut akan aparat dan proses
hukum terhadap pecandu narkoba
(599-600, 601-608)
Cluster 2. Faktor yang Memengaruhi Self-forgiveness
Dukungan keluarga dalam proses
pemulihan kecanduan (203-204, 312-
314, 451-453, 460-461, 555-570, 573-
575, 579-585)
Dukungan dan
penerimaan
significant others
Faktor
pendorong
Penerimaan keluarga atas kondisi diri
(45-46, 464-467, 514-523, 555-570,
617-622)
Pemakluman atas kondisi slip (521-
523, 573-575, 579-585)
Kedekatan pada sosok ibu (173-176,
652-653)
Dukungan dari significant others
dalam proses pemulihan (konselor
narkoba) (317, 400-401, 555-570)
Berbagi cerita membuat perasaan
tidak menderita sendirian (343-345,
400-401, 504-508, 715-718)
Sharing is the big
power for junkie
Antusiasme dan keterbukaan hati
dalam berbagi cerita pada orang lain
(492-496, 497-500, 794-797)
Kelegaan setelah berbagi cerita pada
orang lain (492-496, 497-500, 504-
508)
Pemulihan dari kecanduan narkoba
narkoba merupakan pencapaian diri
(721-728, 729-730, 731-735) Pemulihan dari
adiksi merupakan
suatu pencapaian diri Kepuasan diri karena telah berhasil
melepaskan diri dari adiksi narkoba
(836-843, 845-855)
Rasa takut akan stigma sosial negatif
terhadap mantan pecandu narkoba
membuat kehati-hatian untuk berbagi
cerita pada orang lain (504-508)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
Kecemasan dan kecurigaan pada
orang lain (216-217, 256-257)
Kecenderungan
untuk menutup diri
(blocking)
Faktor
penghambat
Kecenderungan untuk menutupi
sesuatu hal dari orang lain (256-257,
317, 393-394)
Kecenderungan untuk menutup diri
(216-217)
Denial atas efek menjadi pecandu
narkoba (84)
Pengingkaran
terhadap orang lain
(denial)
Kecenderungan untuk berbohong
pada orang lain atas kondisi diri (393-
394)
Denial terhadap risiko pergaulan
dalam komunitas pecandu narkoba
(436-439)
Lingkungan pergaulan menghambat
keinginan untuk berhenti mencandu
(56)
Rasa ragu pada pemulihan kecanduan
(45)
Ketidakberdayaan untuk menyalurkan
emosi (418-420)
Rasa inferior dan insecure terhadap
keadaan diri (395-402)
Cluster 3. Pikiran dan Perasaan yang Muncul Selama Memaafkan Diri
Kesadaran diri atas risiko sebagai
pecandu narkoba (318-321)
Risiko drugs of
choice
Efek samping narkoba yang masih
menganggu keseharian (555-570)
Rasa takut akan risiko menjadi
pecandu narkoba (233-235, 235-237)
Riwayat sebagai penyintas HIV
sebagai efek dari mencandu putau
dengan jarum suntik yang digunakan
secara bergantian (71-76, 259-266,
268-273, 274, 768-774)
Drugs of choice yang memiliki efek
luar biasa sekaligus kejam/mematikan
(99-102, 103-108, 772-774)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
Perasaan nyaman setelah lepas dari
penggunaan narkoba (679-691)
Pengalaman lepas
dari adiksi
Self-awareness
Rasa syukur dan kelegaan karena
sudah terlepas dari kecanduan
narkoba (443-447, 793)
Kesadaran diri tentang kondisi diri
tubuh yang lebih baik (566-570)
Rasa syukur atas kondisi diri yang
cenderung stabil (289-295)
Pengalaman melepaskan etape
menyebabkan depresi dan efek
samping kondisi fisik yang parah
(654-674) Pengalaman putus
zat Pengalaman putus zat menjadi proses
yang paling menyakitkan (679-691)
Pengalaman putus zat merupakan
tahapan proses pemulihan pecandu
yang sangat berat (778-782)
Keengganan untuk menyalahkan
pergaulan sesama pecandu narkoba
(436-439)
Keengganan
menyalahkan
pergaulan pecandu
narkoba
Pergaulan bukanlah hal yang
dikambinghitamkan dalam perilaku
pecandu narkoba (436-439)
Rasa kesulitan dalam melepaskan diri
dari narkoba jenis putau (adiktif) (324,
326, 573-575, 579-585)
Kesulitan untuk mengurus diri sendiri
(699-705)
Rasa khawatir pada masa depan (401-
402)
Ketakutan akan menjadi sendirian
(insecurities) (504-508, 718)
Rasa takut sendirian
(insecurities)
Rasa takut akan menderita sendirian
(504-508)
Ketakutan akan kematian terkait
kondisi diri (526-534)
Kesedihan dalam hidup (403-407)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
HIV sebagai beban dalam hidup (259-
260, 395-402)
HIV=beban hidup
Survival issues
Kondisi sebagai penyintas HIV dirasa
merupakan suatu beban (483-484)
Perasaan menjalani kehidupan yang
penuh dengan beban (423-424, 425-
427)
Optimisme hidup diwujudkan dalam
semangat dan kemauan untuk berobat
(336-337, 339, 355-356, 384-389) Optimisme
Semangat dalam berobat (335, 358-
365)
Keengganan untuk menyerah dalam
perjuangan sebagai penyintas HIV
(343-345)
Harapan untuk dapat bertahan hidup
(526-534)
Penerimaan diri atas risiko menjadi
pecandu narkoba (210-214, 430-432,
433, 485-490)
Penerimaan atas
risiko sebagai
pecandu narkoba
(HIV as a junkie)
Self-acceptance
Penerimaan diri sebagai penyintas
HIV karena narkoba (300-305, 318-
321)
Penerimaan diri yang dirasakan
terhadap sesama penyintas HIV (343-
345)
HIV sebagai suatu hal yang berat
dalam hidup (256)
Sikap pasrah dalam usaha untuk
menerima diri dan keadaan (514-523) Kepasrahan pada diri
dan keadaan Kesadaran untuk berhenti menyesali
masa lalu (617-622)
Rasa syukur terhadap semua hal yang
telah terjadi (411-414)
Penerimaan diri sebagai kekuatan
untuk dapat bertahan dan bangkit
dalam proses pemulihan dari
kecanduan narkoba (785-786)
Tindakan berserah pada kehendak
Tuhan (382)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
Sikap berserah pada momen
ketidakberdayaan diri (485-490)
Sikap berserah
terhadap Tuhan
Religiusitas
Sikap berserah pada Tuhan sebagai
coping stress dan kecemasan (411-
414)
Keinginan untuk mengaku dosa pada
Romo untuk melegakan hati (492-
496, 497-500) Spiritualitas/spiritual
belief Keinginan untuk kembali rajin
beribadah (492-496, 497-500)
Religiusitas sebagai daya untuk
bertahan dari cobaan hidup (382)
Religiusitas sebagai coping
kecemasan (411-414)
Kesadaran untuk menjalani hidup
masa kini dengan lebih baik (617-622) Kehidupan yang
lebih baik
Impian dan
harapan
Harapan agar dapat hidup dengan baik
(289-295)
Keinginan untuk dapat hidup dengan
baik dan mandiri (526-534)
Keinginan untuk mendapat dukungan
dari orang lain (418-420)
Cluster 4. Makna Self-forgiveness bagi Mantan Pecandu Narkoba
Penerimaan terhadap diri dan masa
lalu membantu proses self-forgiveness
(384-389)
Penerimaan diri
merupakan kunci
dalam melakukan
pemaafan diri
Peneriman diri sebagai kunci untuk
dapat memaafkan diri (539-551)
Penerimaan diri adalah kunci untuk
dapat memaafkan orang lain (470-
472, 476-490)
Melupakan dengan menerima hal
yang telah dilakukan di masa lalu
(423-424, 425-427)
Berdamai dengan masa lalu sebelum
memaafkan diri (470-472, 476-490)
Menerima dan memaafkan
situasi/pengalaman yang menyakitkan
(192-198)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
Rasa bersalah adalah hambatan dalam
proses memaafkan diri (539-551) Pentingnya dealing
terhadap guilty
feeling
Self-forgiveness
sebagai
penguatan
dalam proses
pemulihan bagi
pecandu
narkoba
Self-forgiveness menjadi penyelesaian
atas segala rasa bersalah (514-523)
Dealing terhadap berbagai rasa
bersalah (192-198)
Proses pemaafan diri yang dirasa berat
dan tidak mudah (539-551) Proses self-
forgiveness yang
dirasa berat dan
tidak mudah
Pemaafan diri yang tidak mudah
dijalani (418-420, (470-472, 476-490)
Pemaafan diri yang tidak mudah dan
butuh waktu (423-424, 425-427)
Proses pemaafan diri yang penting
dalam pemulihan pecandu narkoba
(709-712) Manfaat self-
forgiveness bagi
mantan pecandu
narkoba
Pemaafan diri harus dilakukan agar
dapat memaafkan orang lain (539-
551)
Kelegaan yang dirasakan setelah
memaafkan diri (514-523)
Emosi dan agresivitas yang dirasakan
selama proses pemaafan diri (418-
420, 482-483)
Religiusitas dalam proses pemaafan
diri (489)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
Master Table of Themes for the Group
Ringkasan Tema Besar dari Tiga Informan
5. Proses formasi self-forgiveness
Guilty Feeling
Niat dan Komitmen
6. Faktor yang memengaruhi self-forgiveness
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
7. Pikiran dan perasaan yang muncul selama self-forgiveness
Self-Awareness
Self-Acceptance
Religiusitas
Impian dan Harapan (x)
Survival Issues
8. Makna self-forgiveness bagi mantan pecandu narkoba
Self-forgiveness sebagai penguatan pada proses (komitmen) pemulihan
Dealing terhadap rasa bersalah (x) (masuk di GF)
Pentingnya kesadaran serta penerimaan diri (x) (masuk di SAw & Sac)
Religiusitas sebagai kunci untuk memaafkan diri (x) (masuk di Relig)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
Saturasi Data
Tema Informan
1 (Tn)
Informan
2 (Nn)
Informan
3 (Bb)
Guilty Feeling
Guilty Feeling to Self V V V
Guilty Feeling to Family V V V
Guilty Feeling to God V
Guilty Feeling to Friends V V
Guilty Feeling to Community V V V
Niat dan Komitmen
Tekat pulih dari adiksi narkoba V V V
Proses kejatuhan kembali V V V
Sikap menolak pada teman sesama
pecandu
V V V
Tanggung jawab dalam keluarga V
Ketidakberdayaan diri V
Makna rehabilitasi berulang V
Faktor Pendukung Self-forgiveness
Dukungan dan penerimaan keluarga V V V
Dukungan dan penerimaan
Significant Others
V V
Sharing is the big power for junkie V V V
Dukungan komunitas di lingkungan V
Pemulihan sebagai pencapaian diri V
Faktor Penghambat Self-forgiveness
Ketidakterbukaan pada keluarga V
Lingkungan pertemanan negatif V
Keadaan sakau yang menyebabkan
relapse
V V
Keengganan untuk berbagi cerita
dengan orang lain
V
Ketidaksiapan akan tanggung jawab
di keluarga
V
Denial pada orang lain terkait
kondisi diri
V
Kecenderungan menutup diri V V V
Self-Awareness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
Risiko dan efek samping drugs of
choice (health issues)
V V V
Kesadaran mengatur emosi V
Kehidupan baru yang lebih baik V V V
Pengalaman putus zat V
Pengalaman lepas dari adiksi
narkoba
V V V
Keengganan menyalahkan pergaulan V V
Self-Acceptance
Kesadaran telah teradiksi narkoba V V V
Usaha menerima kondisi diri V V V
Kepasrahan terhadap diri dan
keadaan
V
Religiusitas
Kesadaran berdoa pada Tuhan V V V
Kepercayaan dan iman sebagai
dorongan niat berhenti mencandu
V V
Pertaubatan karena perasaan dosa V V V
Sikap berserah pada Tuhan V V
Religiusitas sebagai sumber
kekuatan diri
V V V
Survival Issues
Rasa takut sendirian (insecurities) V
HIV sebagai beban hidup V
Optimisme dalam hidup V
Ketakutan dan kecemasan pecandu V V V
Self-forgiveness sebagai penguatan pada proses pemulihan junkie
Penguatan niat dan komitmen agar
berhenti mencandu
V V V
Dealing terhadap rasa bersalah V V V
Impian dan harapan masa depan V V V
Perasaan nyaman dan tenang V V V
Emosi dan agresi yang dirasakan V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended