View
363
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
Bentang Alam Fluvial
Bentang alam adalah bentang alam hasil dari proses kimia maupun fisika yang
menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena pengaruh air permukaan. Proses
aluvial dibedakan menjadi :
a. Proses Erosi : Proses terkikisnya batuan karena air. Pengkikisan ini dapat berupa
abrasi, skouring, pendongkelan, dan korosi.
b. Proses Transportasi : Proses terangkutnya material-material hasil erosi. Proses ini
dapat berupa menggelinding ,meloncat, traksi dan mengambang.
c. Proses Pengendapan : Proses yang terjadi apabila tenaga angkut dari sungai
berkurang sehingga beban tidak dapat diangkut lagi. Dalam proses ini, material-
material yang lebih berat akan terendapkan di bawah material yang lebih ringan.
SUNGAI
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai
dibedakan menjadi :
a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk
b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
- Erosi lateral efektif
c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh
proses keluarnya magma dari dalam bumi (vulkanisme). Vulkanisme ada tiga macam
yaitu :
1. Vulkanisme letusan : dikontrol oleh magma yang bersifat asam, banyak gas, sifat
magma kental, ledakan kuat, dan biasanya menghasilkan material piroklastik dan
membentuk gunung api yang terjal
2. Vulkanisme lelehan : dikontrol oleh lava basa, sedikit kandungan gas, magma
encer, ledakan lemah dan vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api rendah
dan berbentuk perisai.
3. Vulkanisme campuran : dikontrol oleh magma menengah dan biasanya
menghasilkan gunung api strato.
Berdasarkan sifat erupsinya, gunung api dibedakan menjadi :
1. Tipe Krakatau : tipe erupsinya berupa lelehan tetapi bentuk morfologinya berupa
kerucut vulkan, magma bersifat campuran, dan erupsi seringkali diselingi oleh letusan
dahsyat.
2. Tipe Pelee : tipe erupsinya berupa letusan, letusan disertai awan panas, magma
bersifat asam, dan tipe morfologinya berbentuk kerucut.
3. Tipe Hawai/perisai :tipe erupsinya berupa lelehan, sedikit gas dan material
piroklastik, magma bersifat basa , morfologinya berupa kubah dengan sudut puncak
landai,dan sering dijumpai kaldera.
Atas dasar klasifikasi kenampakan visual morfologinya, bentang alam vulkanik
dibedakan menjadi:
1. DEPRESI VULKANIK
Depresi vulkanik adalah morfologi yang secara umum berupa cekungan. Depresi
vulkanik dibagi menjadi:
a. Danau Vulkanik : Depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau.
b. Kawah : Depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum
1,5 km dan hanya terisi oleh material hasil letusan.
c. Kaldera : Depresi vulkanikyang terbentuk belum tentu oleh letusan, tetapi didahului
oleh amblesan pada komplek vulkan. Kaldera ini sering muncul pada gunung api
baru.
2. KUBAH VULKANIK
Kubah vulkanik merupakan morfologi gunung api yang mempunyai bentuk cembung
ke atas. Kubah ini dibedakan menjadi :
a. Kerucut Semburan : terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat encer basaltis.
b. Kerucut Parasit : terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api yang berada pada lereng
gunung api yang lebih besar.
c. Kerucut Sinder : terbentuk oleh letusan kecil yang terjadi padakaki gunung api
berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar.
3. VULKAN SEMU
Vulkan semu adalah morfologi yang mirip dengan kerucut gunung api, dan bahkan
pembentukannya berasal dari vulkan yang berdekatan.
4. DATARAN VULKANIK
Dataran Vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar dengan variasi beda
tinggi tidak mencolok. Macamnya yaitu :
a. dataran rendah basal
b. plato basal
c. dataran kaki vulkan
BENTANG ALAM STRUKTURAL
adalah bentang alam yang pembentukkannya dikontrol oleh struktur geologi daerah
yang bersangkutan.
Struktur geologi yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi
adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang
mengakibatkan adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam
bentuk topografi dan relief yang khas.
Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.
Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan
disintegrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan
atau slump).
Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural
Pola pengaliran. Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur geologi dan
litologi pada daerah tersebut.
Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah,
lereng dan lain-lain.
Bentuk – bentuk bukit, lembah dll.
Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh
struktur kekar, sesar atau lipatan.
Macam-macam Bentang Alam Struktural
Bentang Alam dengan Struktur Mendatar (Lapisan Horizontal)
Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki dari muka
air laut.
Dataran tinggi (plateau), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki di
atas muka air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi
daripada bentanglahan di sekitarnya
Bentang Alam dengan Struktur Miring
Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng
yang searah perlapisan batuan kurang dari 30o (Tjia, 1987).
Hogback : sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan lebih dari 30o (Tjia, 1987). Hogback memiliki kelerengan scarp
slope dan dip slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri
Bentang Alam Dengan Struktur Lipatan Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit
bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu lipatan yang
sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin, sedangkan bagian lembah
disebut dengan sinklin.
Struktur antiklin dan sinklin menunjam
Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu
arah (cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slope
saling berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila
tiga back slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam
Kubah
Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :
Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam).
Mempunyai pola kontur tertutup.
Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda.
Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.
Cekungan
Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :
Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam).
Mempunyai pola kontur tertutup.
Pada stadia muda pola penyalurannya annular.
Bentang Alam dengan Struktur Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya tekan yang bekerja pada kulit bumi,
sehingga mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Ada 3
jenis sesar (berdasarkan arah gerak relatifnya ), yaitu sesar geser, sesar naik dan sesar
turun.
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk
menentukan jenis patahannya secara langsung.
Ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
Beda tinggi yang relatif menyolok pada daerah yang sempit.
Mempunyai resisitensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang
hampir sama.
Adanya kenampakan dataran / depresi yang sempit memanjang.
Dijumpai sistem gawir yang lurus (pola kontur yang panjang lurus dan rapat).
Adanya batas yang curam antara perbukitan / pegunungan dengan dataran yang
rendah.
Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok dengan tiba-tiba dan
menyimpang dari arah umum.
Sering dijumpai (kelurusan) mata air pada bagian yang naik / terangkat.
Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, dan contorted, serta
modifikasi dari ketiganya.
Kawasan Karst Pegunungan Sewu
Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.
Kabupaten Gunungkidul memiliki luas kawasan karst 13.000 km². Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst.
Fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.
Keunggulan tersebut menjadi model yang besar bagi Kabupaten Gunungkidul untuk mengembangkan pariwisata melalui pengelolaan potensi daerah dengan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sehingga pada tanggal 6 Desember 2004 di Kabupaten Gunungkidul Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan wilayah Gunung Sewu dan Gombong Selatan sebagai kawasan Eko karst.
Sumberdaya Pariwisata Karst Kabupaten Gunungkidul banyak ragamnya dan memiliki keunikan serta nilai ilmiah tinggi baik berupa pantai pasir putih yang telah berkembang sebagai wisata masal (mass tourism), wisata minat khusus petualangan seperti panjat tebing (di Pantai Siung, Seropan dan Watu Gupit), susur goa (Cerme, Seropan, Bribin, Grubug, Jomblang dan Kalisuci). Wisata sejarah dan religius (Goa Rancang Kencono, Goa Braholo dan Goa Maria Tritis).
Lembah Karst Mulo
Secara administrasi obyek geowisata karst Lembah Mulo terletak di desa Mulo Kecamatan Wonosari, dan dapat dicapai dengan mudah hanya berjarak 5 km dari kota Wonosari.
Lembah Mulo merupakan salah satu obyek amatan karst yang unik karena merupakan bentukan depresi (lembah) dalam ukuran cukup luas yang mengalami runtuhan ratusan tahun lalu. Kawasan ini merupakan kawasan yang ideal untuk dijadikan Centre of Geotourism Activities Kawasan Karst Gunungkidul, karena selain unik juga dari sisi aspek keruangan sangat strategis yaitu berada di jalur utama wisata Kabupaten Gunungkidul dan terletak di zona tengah kawasan karst Gunungkidul.
Kalisuci
Terletak di Desa Pacarejo Kecamatan Semanu, dengan jarak 12 km dari Wonosari. Keunikan yang dijumpai adalah fenomena bentukan bentang alam, karst permukaan berupa bentukan depresi yang runtuh yang membentuk goa-goa vertikal dan bentukan positif berupa bukit karst berbentuk kerucut, sedangkan bawah permukaan berupa aliran sungai bawah tanah yang mengalir melalui goa-goa horisontal yang merupakan suatu sistem aliran sungai bawah tanah yang saling berhubungan satu-sama lain di kawasan karst Gunungkidul.
Di kawasan ini wisatawan dapat melakukan aktivitas susur goa dengan menggunakan peralatan khusus seperti perahu karet, tali, dan lain-lain. Wisatawan juga dapat menikmati keindahan goa kalisuci dengan stalaktit dan stalakmit, keindahan dan kesejukan yang menyatu serta petualangan yang penuh tantangan.
Telaga Suling / Bengawan Solo Purba
Terletak di desa Songbanyu dan desa Pocung, Kecamatan Girisubo, dengan jarak sekitar 50 km dari kota Wonosari. Telaga Suling berupa lembah yang letaknya dekat dengan Pantai Sadeng.Telaga Suling diyakini pada zaman dulu sebagai muara sungai Bengawan Solo purba dengan pemandangan yang indah dan sejuk karena dikelilingi bukit-bukit.
Di lokasi ini sangat cocok untuk kegiatan tracking atau jelajah wisata. Dalam perjalanan menuju Pantai Sadeng, jalur aliran sungai Bengawan Solo purba bisa dinikmati pemandangannya. Bekas aliran tersebut berupa dataran rendah yang diapit dua perbukitan tinggi, yang kini menjadi lahan pertanian, sejauh 7 km ke arah utara hingga wilayah Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.
BENTANG ALAM EOLIAN
Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi atau korasi.
Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang
diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan
batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin.
Transportasi oleh Angin
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan cara transportasi oleh air,
yaitu secara melayang (suspesion) dan menggeser di permukaan (traction).
Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir
dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini
meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling).
Pengendapan oleh Angin
Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka
material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.
Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
1. bentang alam akibat proses erosi oleh angin
2. bentang alam akibat proses pengendapan oleh angin.
Proses erosi oleh angin dibedakan menjadi 2, yaitu deflasi dan abrasi. Bentang alam
yang disebabkan oleh proses erosi ini juga dibedakan menjadi 2, yaitu bentang alam
hasil proses deflasi dan bentang alam hasil proses abrasi.
Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Cekungan deflasi (deflation basin)
2. Lag gravel
3. Desert varnish
a. Cekungan deflasi (deflation basin)
Cekungan deflasi merupakan suatu cekungan yang diakibatkan oleh angin pada
daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-material yang tersemen
jelek. Cekungan terbentuk akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat
lain. Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi, yang terbentuk karena batuan telah
diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini mempunyai ukuran antara 300 meter
sampai lebih dari 45 kilometer panjangnya, dan dari 15 meter sampai 150 meter
dalamnya.
b. Lag gravel
Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar
(granule, pebble, dan fragmen-fragmen yang besar), disebut lagstone. Akumulasi
seperti itu dalam waktu yang lama bisa menjadi banyak dan menjadi lag-gravel atau
bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan satu sama
lain saling berdekatan.
c. Desert varnish
Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam atau coklat dan
permukaannya tertutup oleh oksida besi, dikenal sebagai desert varnish.
Fenomena hasil proses abrasi atau korasi :
1. Bevelad stone
2. Polish
3. Grooves
4. Sculpturing (Penghiasan)
a. Bevelad stone
Beberapa sisa batuan yang dihasilkan oleh abrasi angin yang mengandung pasir akan
membentuk einkanter atau dreikanter yang dalam Bahasa Inggris disebut single edge
atau three edge. Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai
kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap (konstan). Dreikanter terbentuk dari
perpotongan antara pebble yang posisinya overturned akibat perusakan pada bagian
bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang
berganti-ganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap sehingga
membentuk bidang permukaan yang banyak.
b. Polish
Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus digosok oleh
angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast),
yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya
pada kuarsit, akibat erosi secara abrasi akan lebih mengkilat.
c. Grooves
Angin yang mengandung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan
batuan membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering, alur
yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang
sejajar dengan sisi sangat jelas.
d. Sculpturing (Penghiasan)
Banyak perbedaan bentuk topografi diakibatkan oleh kombinasi pelapukan dan abrasi
angin. Termasuk disini adalah batujamur (mushroom rock), yaitu batu yang tererosi
oleh angin yang mengandung pasir, sehingga bentuknya menyerupai jamur
(mushroom)
Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin
Dune adalah suatu timbunan yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak
dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan (badhold, 1923, dalam
Thornbury, 1964).
Tipe-tipe dune ini menurut Hace (1941, dalam Thornbury, 1964), digolongkan
menjadi 3, yaitu :
a. Tranversal dune
Tranversal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk
memanjang tegak lurus dengan arah angin yang dominan. Bentuk ini tidak
dipengarahi oleh faktor tumbuh-tumbuhan.
b. Parabollic dune
Parabollic dune merupakan dune yang berbentuk sekop / sendok atau berbentuk
parabola. Bentuk ini karena dipengaruhi oleh adanya tumbuh-tumbuhan.
c. Longitudinal dune
Longitudinal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang terbentuk
memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan. Material pasir diangkut secara
cepat oleh angin yang relatif tetap.
Klasifikasi dune menurut Emmon’s (1960)
Menurut Emmon’s (1960), bentuk-bentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung
pada banyaknya pertambahan pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang
menghalangi dan juga arah angin yang tetap.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan menjadi :
a. Lee dune (sand drift)
Lee dune atau sand driff adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan
punggungan pasir yang sempit berada di belakang batuan batuan atau tumbuh-
tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya penambahan
jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang bergerak dari
ujung sand driff.
b. Longitudinal dune
Longitudinal dune mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang
efektif dan dominan. Terbentuknya karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-
pohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah.
c. Barchan
Barchan terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi atau tumbuh-
tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas dan berada di
atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma, dengan lereng yang landai
pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap.
d. Seif
Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu lengannya
jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang panjang.
Misalnya di Arabian Sword, seif berassosiasi dengan barchan dan berkebalikan antara
barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune.
e. Tranversal Dune
Tranversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan
kering, angin bertiup secara tetap, misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak
itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan
punggungan yang melintang terhadap arah angin.
f. Complex dune
Conplek dune terbentuk pada daerah dengan angin berubah-ubah, pasir dan
vegetasinya agak banyak. Barchan, seif dan tranversal dumne yang berada setempat-
setempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi saling overlap
sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan mempunyai lereng yang
bermacam-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex dune.
Menurut Emmons (1960, dalam Thornbury, 1969), dune ini biasanya mempunyai
ketinggian antara 6 m sampai 20 m, tetapi beberapa dune dapat mencapai ketinggian
beberapa puluh meter. Sedangkan kecepatan bergerak atau berpindahnya berbeda-
beda tergantung pada kondisi daerahnya. Biasanya tidak lebih dari beberapa meter per
tahun, tetapi ada juga yang samp0ai 30 m per tahun.
Loess
Daerah yang luas yang tertutup material-material halus dan lepas disebut Loess.
Beberapa endapan Loess yang dijumpai di Cina barat mempunyai ketebalan sampai
beberapa ratus meter. Sedangkan di tempat lain kebanyakan endapan loess ini hanya
mencapai beberapa meter saja. Beberapa endapan loess menutupi daerah yang sangat
subur. Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess berkomposisi
partikel-partikel angular, dengan diameter kurang dari 0,5 mm. Terdiri dari kuarsa,
feldspar, hornblende, dan mika. Kebanyakan butiran-butiran tersebut dalam keadaan
segar atau baru terkena pelapukan sedikit. Kenampakan ini menunjukkan bahwa loess
tersebut merupakan hasil endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan
oleh angin.
Eksotisme Salju Abadi di Tanah Papua
Bicara eksotisme Indonesia tidak akan bisa terbahas dari A sampai Z, kekuaran alam
dan panoramanya menawarkan sejuta imajinasi dan ketenangan bagi siapa saja yang
menikmati keindahannya.
The Seven Summit, mungkin sudah banyak orang bercerita dan mengaguminya.
Namun tidak ada salahnya jika ada sebagian anda yang belum mengetahui, eksotisme
Puncak Jaya Wijaya di Papua Barat.
Puncak yang juga terdaftar sebagai salah satu dari tujuh puncak benua (Seven
Summit) yang sangat fenomenal dan menjadi incaran pendaki gunung di berbagai
belahan dunia. Sejumlah pendaki lokal dan Internasional mengagumi sekaligus
tertandang menalkukan si puncak putih berselimut salju abadi ini
Sulit dipercaya saat melihat sebuah pemandangan salju yang berada di daerah panas
karena beriklim tropis. Terlebih jika pemandangan salju itu terhampar di puncak-
puncak gunung dengan dindingnya yang berwarna kehitaman.
Saat ini, salju yang tersisa hanya berada di Puncak Jaya, Meren, Northwall, dan Ngga
Pulu. Sebelum berubah nama menjadi Puncak Jaya, puncak ini dahulunya bernama
Carstenz Pyramide.
Puncak Jaya yang bersalju ini merupakan salah satu puncak gunung gletser yang ada
di kawasan khatulistiwa, seperti puncak es lainnya yang berada di Afrika dan
Amerika Selatan.
Dari udara, puncak tersebut mirip bebatuan hitam dengan permadani putih yang
lembut. Saat matahari sedang bersinar cerah, hamparan salju itu memantulkan cahaya
yang menyilaukan mata. Pandangan mata akan lebih nikmat saat langit sedang
berawan sehingga hamparan salju itu akan memunculkan kesan kedamaian di tengah
teduhnya cuaca.
Puncak dengan lereng yang sangat curam itu menampilkan pesona alam yang sulit
dicari bandingannya. Dindingnya yang hitam berdiri hampir tegak lurus dengan
permukaan tanah yang berada ratusan meter di bawahnya.
Pemandangan salju es sungguh memukau. Apalagi jika memasuki akhir tahun di
mana musim dingin dan hujan tiba. Di musim itu, biasanya salju menutupi hampir
semua puncak Pegunungan Jayawijaya hingga ke lereng di bawahnya.
Jayawijaya merupakan sebuah gunung yang juga dikenal sebagai Gunung Orange
yang berada di Pulau Papua. Gunung ini memiliki ketinggian 4750 m dpl, yaitu di
puncak trikora. Jayawijaya merupakan salah satu dari 5% cadangan es dunia yang
berada di luar Antartika dan Greenland. Dilihat dari keberadaan gletsernya yang
berada di sebuah pegunungan, maka gletser Jayawijaya merupakan bentang alam
glasial tipe Alpine Glaciation. Dilihat dari tipe gletsernya, gletser Jayawijaya
merupakan tipe Valley Glacier. Valley glacier merupakan gletser pada suatu lembah
dan dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley
glacier juga terdapat anak sungai.
Dari penelitian sudah jelas ada berberapa periode zaman es kemudian ada periode
hangat tapi kataklysmik tidak – semacam periodik siklus dingin kemudian panas –
justru siklus panas sekerang berjalan +/- 10,000 tahun dan walaupun ada efek dari
bakar hidrokarbon ini hanya mempercepat proses yang sudah berjalan selama ribuan
tahun ingat 500 tahun yang lalu Carstenz bisa lihat salju diatas pergunungan dari laut;
sekarang sudah mencuit supaya mungkin tingal hanya 1% dari apa yang ada dalam
zaman Carstenz dan yang zaman Carstenz mungkin kurang dari 1% dari apa yang ada
10,000 tahun yang lalu.
Bagi pendaki gunung, mendaki jajaran Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah impian.
Betapa tidak, pada salah satu puncak pegunungan itu terdapat titik tertinggi di
Indonesia, yakni Carstensz Pyramide dengan ketinggian 4.884 meter di atas
permukaan laut (mdpl).
Jangan heran jika pendaki gunung papan atas kelas dunia selalu berlomba untuk
mendaki salah satu titik yang masuk dalam deretan tujuh puncak benua tersebut.
Apalagi dengan keberadaan salju abadi yang selalu menyelimuti puncak itu, membuat
hasrat kian menggebu untuk menggapainya.
Bentang Alam Laut dan Pantai
Pantai merupakan jalur atau bidang yang memanjang , tinggi dan lebarnya
dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak di antara daratan dan lautan (
Thornbury,1969). Morfologi pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : tipe
batuan, struktur geologi, diatropisme, perubahan naik turun muka air laut, erosi
daratan dan air. Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut, dibedakan
menjadi :
a. Daerah Pantai :daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut.
b. Garis Pantai : jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas
daerah yang bisa dicapai air laut dengan yang tidak bisa dicapai air laut.
c. Pantai : daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat pengaruh dari air
laut.
Berdasarkan Konfigurasi garis pantai, pantai dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Pantai lurus : pantai dengan konfigurasi garis pantai yang relatif lurus.
- Pantai berliku : pantai dengan konfigurasi garis pantai yang relatif berliku atau
berkelok-kelok. Ini disebabkan oleh tenggelamnya pantai atau pantai seolah-olah
mundur.
Recommended