View
144
Download
15
Category
Preview:
Citation preview
BAB V
PEMAKAIAN PUNGTUASI DALAM TULISAN
Pungtuasi atau disebut juta tanda baca, merupakan alat bantu untuk menjelaskan maksud
penuturan dalam bahasa tulisan. Dengan pungtuasi, semakin jelaslah maksud pengarang dapat
disimak pembaca. Tanpa pungtuasi, boleh jadi penuturan tidak dapat dimengerti orang dengan
benar dan tepat.
Pungtuasi yang lazim dipakai dewasa ini didasarkan atas nada dan lagu; dan sebagainya
atas relasi grammatikal, frase dan interrelasi antara bagian kalimat. Untuk memahami
penggunaan fungtuasi ini, di bawah ini dapat kita perhatikan satu per satu a.1:
1. Pemakaian tanda titik (.)
a. Tanda titik dipakain pada akhir singkatan nama orang, gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya : H.M. Yasim
Dr. Sabarno
Ny. Maria
Kep. Pusat Bahasa
b. Tanda titik dipakai pada singkatan kata tau ungkapann yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tdan titik.
Misalnya : a.n (atas nama )
d.a. (dengan almat)
u.b. (untuk beliau)
dll. (dan lain-lain)
c. Tanda titik dipakai pada suatu bagan, ikhtisar atau daftar di belakng huruf atau angka
Misalnya : III.Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat JendaralAgraria
d. Tanda titik dipakai pada singkatan yang terdiri atai huruf huruf awlkata atau suku kata,
atau gabungan kedua-keduanya, yang terdapat dalam nama badan pemerintahan lembaga-
lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat dalam akronim.
Misalnya : MPR (Majelis Permusyawartan Rakyat)
Sekjen (Sekretaris JEnderal)
Tilang (bukti pelanggaran)
e. Tanda titik tidak dipakai diblekanag judul (buku, karangan, berita dan bab)
Misalnya : Jalan Tak ada Ujung
Kisah Kasih Kake dan Nenek
Bentuk dan kedaulatan (bab I UU ’45)
Tetapi tanda titik dipakai apabila judul tersebut masuk kedalam kalimat, dan terletak di
akhri kalimat.
Misalnya : saya sudah memabca demokrasi kita
f. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, aatas nama dan
alat penerima surat.
Misalnya : Banjarmasin, 16 Agustus 1988
Kepada
Sdr. M. Sitorus
Jalan Pahlawan 15
Medan
Tetapi apabila dimasukkan dalam kalimat, sudah pasti di akhir kalimat tada tanda titik
Misalnya : Sdr. R. Ritonga tingal di jalan Pahlawma 15, Medan
g. Tanda titik tidak dipakai di belakng kalimat pertanyaan atau kalimat seruan
Misalnya : Saudara dari mana ?
Tingalkan segera tempat itu
2. Pemakaian tanda koma (,)
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara yang dimulai dengan akt
separti : tetapi, melainkan pada kalimat setara berikutnya
misalnya : Saya ingin datang, tetapi hari hujan
mery sudah memanggilnya, melainkan dia pergi juga
b. Tanda koma dipakai untuk emisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak
kalimat mendahului induk kalimatnya
misalnya : kalau hari hujan, saya tidak akan datang
karena sibuk, dia lupa akan janjinya
c. Tanda koma dipakai di belakang kat atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat awla kalimat. Kata atau ungkapan penghubung itu antara lain oleh kaerna itu,
lagi pula, jadi, meskipun begitu dan sebagainya
Misalnya : Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
d. Tanda koma dipakai untuk menseraikan kutipan langsung dari abgian lain dalam kalimat
Misalnya : Kata ibu, “saya gembira sekali”.
“Saya gembira sekali. “kata ibu. “karena kaua lulus”
e. Tanda koma dipakai diantara asma orang dan gelar akadmeik yang mengikutinya, untuk
memebdakannya dengan singkatan nama keluarga atau marga
Misalnya : Parnawati, S.H.
Pandoyanto, S.U.
Ahmad Hanafiah, M.A.
f. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi
Misalnya : Guru saya, Pak Taher, pandai sekali menerangkan pelajaran
Seorang mahasiswa, selaku wakil kelompok, maju ke muka membcaakan
tuntunnnya
3. Pemaian tand atitik koma (;)
a. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya : Malam makin larut; kami belum juta selesai
b. Tanda titik koma dipakain untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk,
sebagai pengganti kata penghubung
Misalnya :
Ayah mengurus tanamanya di kebun ; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafal nama-
nama pahlawan nasional ‘; saya sendiri asik mendengarkan siaran pilihan pendengaran
4. Pemakaian tanda titik dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atua
pemberian.
Misalnya :
Yang kita perlukan sekarang ialah barang-barnag berikut : kursi, meja dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan
Tetapi apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap (objek) yang
mengakhiri pernyataan, maka tanda titik dua tidak dipakai.
Misalnya :
Kita memerlukan kursi, meja dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan
b. Tanad titik dua (i) diantara jilid buku atau nomor mejalah . surat kabar dan nomor
halamannya, (ii) diantara bab dan ayat dalam kibat-kibat suci, atau (iii) diantara judul ann
anak judul suatu karangan.
Misalnya : tempo, I (1971), 34 : 7
Surah Yasin : 9
Buku “Modernisasi : Dinamika Pertumbuhan sudah lama beredar di sini
5. Pemakaian tanda hubung (-)
a. Tanda hubung dipakai untuk menyambung usnur-unsur kata ualng.
Misalnya : anak-anak
Berulang-ulang
Dibalik-balikan
Kemerah-merahan
b. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan
Misalnya : Ber-evalolisi dan ber-revolusi
Iseri-pewira yang ramah dengan isteri perwira yang- ramah
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se-dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf capital, (ii) ke-denganangka, (iii) angka dengan –an, dan (iv) singkantan
huruf capital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya : se-Indonesai
hadiah ke-2
tahun 50-an
ber-SMA
bom-H
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkikan unrru bahasa Indonesai dengan unsur bahasa
asing
Misalnya : di-charter
Pen-tackle-an
e. Tanda hubung dipakai untuk menjelaskan hubungan kata yang dirasakan erat sekali oleh
pengaran
Misalnya : hati-perempuannya
manusia-binatang
tumbuhan-teranyam
ibu-bapak
anak-isteri
6. pemakaian tanda pisah (--)
a. tanda pisah dipakai untuk membatasi menyisipkan kata, kelompok kata atau anak kalimat
yang memberikan penjelasan khusus
Misalnya :
Kemderkaann bangsa itu – dan saya yakin pasti akan datang – harus diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri
Semua barangnya—radio, televise dan perhiasan di-bawa lari pencuri
b. tanda pisah dipakai untuk mengaskan adanya posisi atau yang lainnya
misalnya :mereka semua mengenal Pak salim—guru tua di kota kecil itu
c. tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang menunjukkan arti sampai
dengam,a tau di antara dua nama kota yang berarti ke, sampai
Misalnya : 1966-1981
750-100
Jakarta – Bandung
7. Pemakaian Tanda Ellipsis (…)
a. Tanda ellipsis digunakan untuk menggambarkan saura tau kalimat yang terputus-putus
Misalnya : kalau begitu… ya, apa boleh buat
b. Tanda eli[pss digunakan untuk menunjukkan bahwa ada bagian yang dihilangkan dalam
suatu petikan
Misalnya : sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut
Dalam tulisan, tanda baca harus diperhatikan baik-baik…
(bila bagian yang dihilangkan mengakhri sebuah kalimat, perlu diberikan empat buah
titik : tiga untuk penghilangan teks, dan satu untuk menandai akhir kalimat).
8. Pemakaian tanda Tanya (?)
a. Tanda Tanya dipakai untuk menunjukkan pertanyaan yang mengharapkan jawaban, atau
yang bersikap reteoris belaka
Misalnya : kapan kamu berangkat ?
Saudara tahu peraturan, bukan ?
Tetapi apabila tidak merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ataupun yang
ebsifat retoris, tidak perlu dipakia tanda Tanya
Misalnya : saya tidak tahu jam berapa dia datang.
b. Tanda Tanya dipakai untuk menunjukkan ahwa pertanyanan tertentu, masih diasingkan
atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam hal ini tanda tanya ditaruh didalam
tanda kurung
Misalnya : Dia dilahirkan pada tahun 1867 (?)
Uangnya sebanyak Rp. 10 juta (?) hilang
9. Pemakaian Tanda seru (!!)
a. Tanda seru menunjukkan ungkapan seruan, perintah atau yang menggambarkan
kesunguhan, ketidak-percayaan, atau rasa semosi yang kuat
Misalnya : Alangkah dramatisnya peristiwa itu !
Bersihkan kamar ini sekrang juga !
Masakan sampai hati juga dia meninggalkan anak-istrinya!
Merdeka !
Uh, alangkah panasnya!
10. Pemakaian Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung dipakai untuk ekterangan atau erptanyana tambahan
Misalnya :
Gempa bumi di Skopye (Yugoslavia) menimbulkan banyak korban
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai
b. Tanda kurung dipakai untuk keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan
Misalnya :
Sejak Tranggono yang berjudul “Bud (nama tempat yang tekrneal di Bali ditulis pada
tahun 1962
Dari keterangan ini (lihat table 10) jelas ditunjukkan arus perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri kita.
c. Tanda kurung dipakai untuk nagka atau huruf yang memerinci satu seri kternagan. Angka
atau huruf itu dapat juga hanya diikuti oleh kurung tutup saja
Misalnya : Factor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut
(1) alam
(2) tenaga kerja
(3) modal
11. Pemakaian tanda petik (“…”)
a. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembciaran,d
ari naskah atau bahan tertulis lain. Kedau tanda petik itu ditulis sama tinggi diatas baris.
Misalnya : “Sudah siap?”katanya
“Saya belum siap, “jawaban, “tunggu sebentar”
b. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan dan bab bukum apabila
dipakai dalam kalimat.
Misalnya :
Sejak “berdiri aku terdapat pada halaman 5
Karangan Momahhad Hata, “demokrasi Kita” sudah diterbitkan lagi
Bacalah bab “Samsul Bahri membunuh diri” dalam buku “siti Nurbaya”
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang
diberi arti khusus
Misalnya :
Pekerjaan itu dilakukan dengan cara coba dan ralat saja
Dia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”
12. Pemakaian tanda petik tunggal (‘…’)
a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit kutipan atau istilah khusus dalam kutipan
lain
Misalnya : Katanya, “Kemana saja ‘Profesor’ kita ini ?”
“kau dengan bunyi –kring-kring’ kita ini ?”
b. Tnda petik tungal dikapai untuk mengapit terjemahan atau penjelsan sebuah kata atau
ungkapan asing
Misalnya : Teriakan-terikana bintang dan orang primtif oleh Wund disebut
LAUTGEBRDUH ‘gerak’geri bunyi’
13. Pemakaian tanda garis miring ( / )
a. Garis miring dikapai untuk penganti kata dan, atau per, atau memisah-misahkan nomor
alamat yang mempunyai fungsi yang berbeda
Misalnya :
Bagi semua masyarakat di desa kami, akan dipungut biaya makan Rp.
1.000,00 / jiwa
Engkau dapat menyurati saya dengan alamat : Kayu pahit I / 185, Rt 007/08
b. Garis miring dipakai untuk penomoran kode surat
Misalnya : No. I/255-Nom/88
14. Pemakaian tanda kurung siku ( [ ] )
a. Tanda kurung siku dipakai untuk mnerangkan sesuatu di laur jalannay teks, atau sisipan
keterangan (interpelasi) yang tidak ada hubungan dengan teks
Misalnya :
Sementara itu lingkungan pemuda dari kampus ini berhubungan I maksudnya :
berhubungan I dengan kenyataan-kenyataan di luar kampusnya
b. Tanda kurung siku dipakai untuk mengaoit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat
yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung
Misalnya : (hanya menggunakan nad atau kombinasi nada-nada dan apa yang saya sebut
persediaan I atau mungkin kata lain perjedahan atau juncture itu I)
Soal-Soal Bab V
1. Sebutkan pungtuasi yang terdapat dalam bahasa Indoneia.
2. Jelaskan penggunaan tanda elipsis (…) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
3. Jelaskan penggunaan tanda titik dua (..) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
4. Jelaskan penggunaan tanda titik koma (;) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
5. Jelaskan penggunaan tanda pemisah (-) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
6. Jelaskan penggunaan tanda seru (!) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
7. Jelaskan penggunaan tanda tanya (?) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
8. Jelaskan penggunaan tanda petik (”…”) dalam bahasa Indonesia dan berikan contohnya.
9. Jelaskan penggunan tanda garis miring (/) dalam bahasa Indonesia dan berikan
contohnya.
10. Jelaskan penggunaan tanda kurung siku ([ ]) dalam bahasa Indonesia dan berikan
contohnya.
BAB VI
KALIMAT DALAM TULISAN ILMIAH
A.Pengertian Kalimat
Kalimat ialah kesatuan bahasa yang menyampaikan buah pikiran, perasan atau hasrat.
Kalimat itu merupakan bagian terkecil dalam susunan tulisan. Jadi tulisan tersusun dari beberapa
buah kalmat. Kalimat-kalimat dalam tulisan mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Walaupun setiap kalimat mengandung bauh pikiran atau maksud sendiri, tetapi semuanya
bekerja sama sebagai pendukung buah pikiran atau gagasan yang akan diutarakan dalam tulisan
itu.
Bagaimanapun bentuk dan susunan kalimat dalam tulisan, kalimat itu adalah kalimat
tertulis. Kalimat itu adalah kalimat yang akan dibacakan atau dibunyikan oleh pembaca. Kalimat
tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalmat lisan. Kalimat yang terang dan jelas dalam
bahasa lisan tidak selamanya jelas dan terang bila dituliskan, sebab lagu bicara yang sangat
penting dalam bahasa tidak dapat atau sukar sekali digambarkan dalam tulisan. Itulah sebabnya
maka kalimat yang maksudnya hanya tergantung pada lagunya, jika dituliskan, dapat meragukan
atau sering menimbulkan kesalahpahaman.
Dewasa ini jarang orang membaca nyaring, sehingga tulisan – tulisan kebanyakan dibaca
dalam hati. Meskipun demikian bunyi kalimat tetap penting dalam tulis-menulis. Dalam hal ini
pula kalimat yang sama polanya, selalu sama pula bunyinya. Jika beberapa buah kalimat yang
sama polanya dituliskan berturut-turut dalam sebuah tulisan, sudah pasti kadengaran sebunyi
kalau dibacakan. Deretan bunyi yang demikian, selain kurang sedap di dengar, juga menjemukan
kita sebagai pendengar.
Dari uraian di atas, dapatlah kita katakan, bahwa kalimat yang dipergunakan dalam
tulisan adalah kalmat-kalimat yang jelas dan mudah dipahami. Dengan demikian komunikasi
penulis dengan pembaca melalui tulisan itu lancar dan baik.
Agar penulis dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang jelas dan mudah dipahami, maka
penulis dituntut memiliki kemampuan penguasaan bahasa,. Penguasaan bahasa yang dimaksud
mencakup beberapa aspek, yakni sebagai berikut :
1. penguasan secara aktif sejumlah besar pembendaharaan kata (kosa kata) bahasa tersebut
2. penguasaan hukum-hukum sintaksis bahasa itu secara aktif
3. kemampuan menemukan gaya yang paling cocok atau menyampaikan gagasan-gagasan.
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Perlu diberitahukan bahwa bagaimanapun pembentukan kalimat berdasarkan hukum-hukum
bahasa terutama dalam bidang sintaksis itu tidak dibicarakan pada bagian ini, karena hal itu
sudah kita ketahui semuanya. Yang dibicarakan pada bagian ini adalah tentang kalimat ditinjau
dari segi komposisi dan retorika, yaitu mengenai kalimat yang efektif
B.Kalimat yang Efektif Dalam Tulisan
Apakah yang dimaksud dengan kalimat yang efektif itu ? Kalimat efektif adalah kalimat
yang :
1. Secara tepat dapat mewakili pikiran penulis / pembicara.
2. Mampu menimbulkan gagasan yang sama tepatnya pada pikiran pembaca / pendengar
sebagaimana yang dimaksudkan penulis / pendengar.
3. Sesuai dengan aturan-aturan maupun struktur bahasa itu sendiri.
Dengan penguasan hukum-hukum sintaksis dan kosa kata saja belum tentu kita dapat
menghasilkan kalimat-kalimat yang efektif yang dapat menjamin bahasa yang kita pergunakan
itu hidup dan segar. Oleh karena itu untuk menghasilkan bahasa yang hidup dan segar serta
mudah dipahami , maka diperlukan lagi syarat-syarat yang lain yang perlu dipenuhi dalam
penyusunan kalimat dalam tulisan.
Adapun syarat-syarat yang dimaksudkan adalah : kesatuan gagasan, koherensi yang baik,
penekanan, vairasi kalimat, peralelisme, dan penalaran . Di Di bawah ini secara singkat akan
dikemukakan satu per satu .
1. Kesatuan gagasan
Kesatuan gagasan dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara gagasan-gagasan yang
membentuk kalimat tersebut. Kesatuan gagasan ini dapat berupa kesatuan gagasan tunggal;
kesatuan gagasan gabungan; kesatuan gagasan pilihan : maupun kesatuan gagasan pertentangan.
Selain itu, kesatuan gagasan ini juga dapat diperhatikan dari hubungan gagasan utama dengan
gagasan penjelas atau hubungan gagasan penjelas dengan gagasan penjelas lainnya. Begitu juga
halnya dengan hubungan antara gagasan-gagasan atasan dengan gagasan-gagasan bawahannya
hendaknya diungkapkan dengan satu kesatuan.
Perlu diingatkan, bahwa kesataun gagasan janganlah diartikan hanya terdiri dari satu ide
tunggal. Sebab dapat terjadi bahwa kesataun gagasan itu terbukti dari dua gagasan pokok atau
lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan tunggal diwakili sebuah subjek dan predikat.
Demikian juga kesatuan gagasan gabungan, kesatuan gagasan pilihan dan kesatuan gagasan yang
mengandung pertentangan hendaknya diwakili dua subjek maupun predikat.
Berdasarkan uraian di atas , maka kalimat yang baik dan dalam tulisan haruslah kalimat
yang jelas memperlihatkan kesataun gagasan. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan
perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang masih mempunyai
hubungan sama sekali. Sebab, kalau penggabungan itu dilakukan, maka akan rusak kesatuan
gagasan dalam kalimat tersebut. Untuk lebih jelasnya ,mari kita perhatikan kalimat-kalimat di
bawah ini yang jelas kesatuan gagasanya :
a.Untuk membina generasi muda, pemerintah sangat penting mengadakan
pelatihan - pelatihan kepribadian dan kepemimpinan. (Kesatuan tunggal)
b.Kemarin saya menerima surat dari pengurus kumpulan kami diringi pula dengan
surat kawat, yang isinya mengajak saya ikut serta ke Surabaya mengikuti rapat
anggota (Kesatuan gabungan)`
c. Dia bekerja di perpustakaan itu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaan itu. (kesatuan yang
mengandung pertentangan)
d. Kamu boleh ikut menjemput paman, atau tinggal saja di rumah. (kesatuan yang mengandung
pilihan)
Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya :
a. Banyak para investor asing yang mau menanamkan modalnya di Indonesia karena upah
buruh sangat murah.
b. Didalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara pendidik dan
anak didik.
c. Kebutuhan akan makan manusia tidak dapat menunggu sampai hari esok.
d. Terhadap orang yang lebih tinggi umurnya dan atau kedudukannya berbeda caranya.
e. Laporan keuangan perusahaan itu saya sudah kirimkan dua minggu yang
lalu melalui kantor pos.
f. Kita tidak perlu membicarakan tentang hal itu karena dapat membahayakan bagi
keutuhan bangsa.
Apabila kita perhatikan kalimat-kalimat di atas, tampaknya gagasan yang diungkapkan
tidak jelas. Hal ini biasanya disebabkan kedudukan subjek atau predikat tidak jelas. Selain itu,
karena penulis salah menggunakan kata depan. Demikian juga karena kalimatnya terlalu panjang
yang dapat mengakibatkan penulis sendiri tidak tahu apa sebenarnya yang akan disampaikan
sehingga artinya tidak jelas. Di samping itu, penggunaan keterangan aspek yang tidak tepat,
begitu juga dengan penggunaan kata yang mubazir (pleonasme), dsb.
2.Koherensi yang kompak
Pengertian koherensi atau kepaduan yang kompak dan baik disini adalah hubungan
timbal balik yang baik dan jelas serta teratur antara unsur-unsur yang membentuk kalimat itu.
Dalam hal ini bisa berupa kata dengan kata, kata dengan frasa, frasa dengan klausa, klausa
dengan klausa atau hubugan antara kalimat dengan kalimat, antara subjek dengan predikat,
antara predikat dengan objek, antara objek dengan keterangan, keterangan dengan keterangan
lain yang menjelaskan kalimat itu secara keseluruhan.
Unsur-unsur kalimat yang mempuyai hubungan yang lebih erat tidak boleh dipisahkan,
tetapi unsur-unsur kalimat yang lebih renggang hubungannya boleh ditempatkan di mana saja,
asal jangan disisipkan antara kata-kata, atau unsur-unsur lainnya yang erat hubungannya.
Koherensi atau kepaduan dalam kalimat sering rusak disebabkan beberapa hal a.1.
a. Salah menggunakan preposisi (kada depan)
Misalnya : Mereka sedang membicarakan sesuatu masalah dibelakang.
Kehidupan rakyat di zaman Jepang sangat susah. (kata di diganti dengan pada)
Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan peguasaan bahasa
menentukan bagi pola kependidikan yang sedang berkembang. (tanpa bagi)
b. Kontaminasi atau keracunan
Misalnya : Semua peserta upacara nasional itu membungkukkan kepala ketika
merenungkan jasa-jasa para pahlawam. (membungkukkan diganti
dengan menundukkan)
c. Salah menempatkan kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
Misalnya : Tiap-tiap orang beragama akan adanya surga dan neraka percaya.
(seharusnya : Tiap-tiap orang beragama percaya akan adanya
surga dan neraka).
Zaman sekarang membaca nyaring orang jarang. (Seharusnya :
Zaman sekarang jarang orang membaca nyaring)
d. Pemakaian kata yang berlebihan (pleonasme)
Misalnya : Banyak para mahasiswa melihat pameran itu. (kata banyak dan
para bisa dihilangkan salah satu).
Demi untuk kepentingan bangsa dan negara, kamu harus rajin
menuntut ilmu pengetahuan, (kata demi dan untuk bisa
dihilangkan alasan satu)
e. Penempatan keterangan aspek yang salah
Misalnya : Surat ini saya sudah kirimkan kepada orang tuanya.
(Seharusnya : Surat itu sudah saya kirimkan kepada orang tuanya)
Buku itu mereka belum baca hingga tamat (Seharusnya Buku itu
belum mereka baca hingga tamat)
3. Penekanan Kalimat
Seperti kita ketahui, setiap kalimat mengandung pikiran utama. Pikiran utama dalam
kalimat tetap didukung oleh subjek dan predikat. Namun demikian kita harus dapat membedakan
dari sebuah kata atau frasa yang dipentingkan dalam kalimat. Kata frasa yang dipentingkan
dapat bergeser dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam hal inilah perlu mendapat
tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Dalam bahasa lisan, untuk
memberikan penekanan ini dapat dilakukan dengan memberi tekanan, gerak-gerik dan
sebagainya. Sedangkan dalam bahasa tulisan hal ini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, untuk
memberi penekanan tersebut baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan dapat
dilakukan dengan cara :
a.Menentukan posisi kata / frasa yang menarik dalam kalimat atau dengan
mengubah posisinya dalam kalimat.
Awal dan akhir kalimat adalah posisi yang kuat untuk penekanan kata atau frasa yang
dapat menarik perhatian membaca. Di antara kedua posisi ini tidak dapat dikatakan dengan pasti
mana posisi yang terkuat. Tetapi secara umum posisi awal selalu mendapat perhatian yang
pertama dalam menempatkan kata atau frasa yang dipentingkan dalam kalimat.
Untuk lebih memperjelas, perhatikanlah contoh-contoh di bawah ini :
1). Di negara yang sudah berkembang, pemakaian lampu semporong makin
berkurang.
2).Pemakaian lampu semporong makin berkurang di negara yang sudah
berkembang.
3).Makin berkurang pemakaian lampu semporong di negara yang
berkembang.
Kelompok kata yang dipentingkan pada kalimat pertama ialah di negara yang sudah
berkembang. Kemudian pada kalimat ke dua adalah pemakaian lampu seporong. Sedangkan
pada kalimat ketiga adalah makin berkurang.
b. Menggunakan pengulangan (repetisi)
Pengulangan ini biasanya dilakukan kepada kata atau frasa tertentu yang menjadi inti
dalam kalimat tersebut. Untuk lebih memperjelas perhatikan contoh-contoh dibawah ini :
1).Pemerintah yang belum mempunyai aturan-aturan, pemerintah yang
terombang ambing, pemerintah lemah, pasti tidak akan mampu membina
masyarakat yang baik.
2).Harapan kita demikianlah dan demikian pula harapan setiap orang tua kita.
3).Pembangunan itu jelas memerlukan stabilitas ekonomi, stabilitas keamanan
dan stabilitas nasional lainnya.
c.Menggunakan Partikel
Partikel yang biasa digunakan dalam hal ini ialah; lah, kan, tah dan pun. Untuk lebih
memperjelas perhatikanlah contoh – contoh dibawah ini :
1).Pantaskah hukum semacam itu diberikan kepada anak kecil ?
2).Sayalah sebenarnya yang bertanggungjawab tentang masalah itu.
3).Mereka pun tidak perlu mencampuri persoalan itu.
d.Menggunakan kata-kata yang bertentangan
Pertentangan yang diberikan dalam hal ini adalah kata atau frasa yang dipentingkan.
Untuk memperjelas perhatikan contoh-contoh di bawah ini :
1).Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
2).Mereka tidak menghendaki perbaikan yang bersifat tambal sulam
melainkan perbaikan yang menyeluruh di kantor itu.
4.Variasi Kalimat
Variasi kalimat yang dimaksud dalam hal ini adalah aneka ragam bentuk-bentuk kalimat
yang dapat menarik perhatian pembaca terhadap tulisan tersebut. Suatu tulisan yang hanya terdiri
dari kalimat yang panjang atau kalimat yang pendek dapat menimbulkan kebosanan bagi
pembaca. Tetapi dengan adanya vareasi kalimat yang panjang dengan kalimat yang pendek maka
si pembaca dapat lebih sungguh-sungguh untuk menikmati tulisan tersebut. Variasi dalam
kalimat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1.Memberikan variasi sinonim kata
2.Memberikan variasi panjang pendeknya kalimat
3.Memberikan variasi berdasarkan jenis kalimat.
4.Memberikan variasi dengan mengubah posisi kata dalam kalimat.
5.Memberikan variasi penggunaan bentuk me- dan di-
5.Pararelisme dan kalimat
Paralelisme atau kesejajaran kalimat yang dimaksud adalah kata-kata yang menduduki
fungsi yang sama dalam sebuah kalimat harus mempergunakan bentuk yang pararel. Kalau salah
satu dari gagasan (kata) ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata-kata atau kelompok
kata yang lain yang menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata
benda. Demikian pula, kalau strukturnya kata kerja, maka kelompok kata yang lainnya harus kata
kerja. Untuk lebih memperjelas dapat kita perhatikan kutipan dibawah ini :
Ada beberapa macam fungsi evaluasi dalam pengajaran. Evaluasi dapat memberikan
umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. Ini yang
pertama. Yang kedua adalah penentuan angka kemajuan belajar masing-masing siswa. Kemudian
yang ketiga adalah untuk menempatkan siswa dalam sitauasi belajar yang tepat sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki siswa.
Bila kita perhatikan kutipan di atas, maka tampak bahwa memberikan umpan balik.
Menentukan angka kemajuan dan menempatkan siswa adalah sebagai fungsi evaluasi itu.
Ketiganya merupakan masalah pokok yang mempunyai hubungan satu sama lainnya. Dengan
mempergunakan konstruksi yang paralel akan lebih jelas.
6.Penalaran atau logika dalam kalimat
Disamping apa yang telah diuraikan diatas, bagaimanapun juga kalimat-kalimat dalam
tulisan harus memenuhi syarat penalaran atau logika, agar amanat kita dimengerti oleh orang
lain. Kalimat “Ibu memasak nasi” sebenarnya merupakan suatu kalimat yang tidak memenuhi
syarat penalaran, tetapi kita menerimanya sebagai kalimat yang baik dan benar. Hal ini disebut
idiom. Kalimat yang memenuhi penaralan yang sering menimbulkan kesulitan adalah kalimat
yang berupa definisi atau generalisasi.
Penalaran atau logika harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa, karena
penalaran atau jalan pikiran sangat menentukan mudah tidaknya bahasa dipahami. Oleh karena
itu, untuk membuat definisi yang baik sesuai dengan penalaran ini, pertama sekali kata itu harus
ditempatkan dalam kelas yang dimasukinya, lalu mencoba menyebutkan ciri-ciri yang
membedakan kata tadi dari anggota-anggota kelas lainnya.
Defenisi atau batasan itu ada beberapa macam yakni sebagai berikut :
a. Defenisi berupa sinonim kata, yaitu pembatasan pengertian sebuah kata dengan
memberikan sinonim atau kata-kata yang bersamaan artinya dengan yang
dijelaskan.
b. Defenisi berdasarkan etimiology, yaitu suatu defenisi yang berusaha membatasi
pengetian suatu kata yang sekarang.
c. Defenisi logis / defenisi formal, yaktu suatu cara untuk membatasi pengertian
suatu istilah dengan membedakan genusnya dan mengadakan diferensiasinya.
d. Defenisi luas, yaitu suatu defenisi dari pada suatu kata yang menghendaki lebih
banyak keterangan atau penjelasan.
Selanjutnya, untuk membuat suatu kalimat yang mengandung generalisasi dibutuhkan
fakta yang secukupnya untuk mengatakan kebenaran mengenai hal tersebut.
Soal-Soal Bab VI
1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dalam bahasa indonesia.
2.Uraikan dengan jelas mengapa sering terjadi penggunaan kalimat tidak efektif dalam bahasa
Indonesia.
3.Berikan contoh kalimat tidak efektif yang disebabkan penggunaan kata-kata yang berlebihan
(pleonasme0.
4.Jelaskan syarat-syarat pembentukan kalimat efektif dalam bahasa Indonesia.
5.Ada beberapa kesatuan makna yang biasa digunakan dalam pembentukan kalimat efektif.
Coba saudara sebutkan dan jelaskan satu per satu.
6.Ciptakanlah suatu kalimat yang mengandung kesatuan makna gabungan dan kesatuan makna
pilihan dalam bahasa indonesia.
7.Ciptakanlah suatu kalimat yang mengandung pengulangan (repetisi) untuk memberi penekanan
dalam kalimat.
8.Ciptakanlah suatu kalimat yang mengandung kata-kata yang bertentangan untuk memberi
penekanan dalam kalimat.
9.Jelaskan perbedaan kalimat yang mengandung kesatuan makna pilihan dengan kesatuan makna
pertentangan dengan memberikan contoh.
10.Jelaskan perbedaan kalimat yang mengandung kesatuan makna tunggal dengan kasatuan
makna gabungan dengan memberikan contoh.
BAB VII
PARAGRAF DALAM TULISAN ILMIAH
A. Pengertian Paragraf
Paragraf bukanlah suatu pembagian konverensional dari suatu bab, yang terdiri dari
kalimat-kalimat, tetapi jauh lebih dalam maknanya dari sekedar kalimat saja. Paragraf adalah
suatu kesataun pikiran yang lebih luas dari kalimat. Paragraph merupakan himpunan dari
kalimat-kalimat, tetapi kalimat itu bukan sekedar berikumpul, melainkan bertalian satu sama lain
dalam suatu rangkaian yang membentuk sebuah gagasan atau pokok pikiran. Gagasan paragraph
ini akan menjadi jelas jika diikuti oleh gagasan-gagasan penjelasan.
Pada umumnya suatu tulisan terbagi atas beberapa bab dan /atau pasal. Sedangkan
paragraph merupakan bagian yang terperinci daripada bab dan pasal itu. Itulah sebabnya paragraf
dikatakan orang juga karangan singkat. Meski singkat, paragraf haruslah mempunyai susunan
yang teratur karena ada gagasan yang disampaikan yang lainnya harus saling berhubungan dan
pdu untuk menciptakan tulisan yang baik.
Suatu tulisan yang tidak dibagi atas paragraf demi paragraf pasti akan menyulitkan
pembaca maupun penulis dalam memahami isi tulisan itu sekaligus terlebih-lebih jika tulisan itu
cukup panjang. Pembaca seolah-olah diberi kesemaptan mengadakan komsentrasi pikiran dari
satu gagasan kepada gagasanyang lain. Kita tidak tahu pasti dimana suatu gagasan mulai dan
dimana gagasan tersebut berakhir. Tetapi dengan adanya paragraf- paragraf dalam tulisan,
pembaca akan lebih muda dam mengetahuinya, dan kemudain berpindah kepada gagasan pokok.
Walaupun pada perinsipnya suatu paragraf harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat,
namun ada juga paragraf yang terdiri dari satu kalimat. Paragraf seperti ini biasanya terjadi
karena : Pertama paragraf itu kurang baik dikembangkan oleh penulisanya. Kedua penulis
kurang memahami unsur-unsur dan hakekat pembentukan paragraf. Ketiga memang sengaja
dibuat oleh penulisnya karena ia hanya sekedar mengemukakan gagasan pokok itu, bukan untuk
dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada paragraf berikutnya. Dengan demikian
paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian –
bagian dalam sebuah tulisan
Untuk lebih memperjelas pengeritan paragraf ini, kami mengutip beberapa pendapat ahli
yang mengatakan : paragraphs are units of writing which every reader should master. As a
generale rule, thoey have structure, organization, and purpse. They have been constructed around
one idea aecording to epsecific rules of writing (Payul D. Leedy, 1956 : 49)
Dalam bahasa Indonesai kurang lebih artinya sebagai berikut : Paragraf adalah salah satu
kesataun tulisan yang dapat dipahami setiap pembaca . Sebagai suatu peraturan umum paragraf
mempunyai susunan, terorganisasi dan bertujuan paragraf disusun berkisar pada satu gagasan
pokok menurut peraturan-peraturan tertentu dalam karang-mengarang.
Kedua menurut A.S. Horaby-E.C Parawell dalam bukunya Readoers Dictionary
dikatakan bahwa “A Paragraf is a divisinsion of a compositin (a group of several sentences
dealing whit one main idea) started on a new. Dalam bahasa Indonesai kurang lebih artinya
sebagai herikut : Sebuah paragraf adalah suatu bagian dari karangan (gabungan dari beberapa
kalimat yang mengandung satu pikiran pokok) dimulai dengan garis baru.
Ketiga menurut Prof. Dr. D.P. Tampubolon dalam buknya “Kemampuan membaca
teknologi dikatakan bahwa paragraf adalah sataun pengembangan terkecil dari suatu karangan”.
Dari penegrtian – pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa paragraf mempunyai
cirri-ciri sebagai berikut :
1. Setiap paragraf mempuyai suatu gagasan pokok atau gagasan utama. (controlling sentence)
2. Setiap paragraf mempunyai beberapa komplelem atau gagasan penjelasan. (Supporting
sentence)
3. Setiap paragraf selalu mempunyai kalimat penyimpul pengakhir (concluding sentence)
4. Setiap paragraf selalu dimulai dengan baris baru atau menjorok ke dalam lima sampai tujuh
ketikan.
5. Komplemen atau gagasan pokok selalu diterangkan dan gagasan penjelasan selalu yang
menerangkan
B. Tujuan Pembentukan Paragraf
Pembentukan paragraf dalam tulisan mempunyai tujuan untuk
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dalam memisahkan suatu gagasan
pokokdengan gagasan lainnya. Oleh sebab itu setiap paragraf hanya boleh mengandung
satu gagasan pokok. Bila terdapat dua gagasan, maka gagasan tersebut harus ditempatkan
dalam dua paragraf.
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar lama dariapda perhentian pada
akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap gagasan utama
paragraf lebih terarah.
c. Memahami amanat dan mengetahui struktur dan unsur-usur sebuah paragraf.
d. Membentuk penulisan yang lebih baik dan lebih teratur dan terarah
C. Fungsi Paragraf
Secara ringkas paragraf itu adalah merupakan segemen. Keseluruhan paragraf dalam
suatu bagian tulisan sama seperti keseluruhan segemen dari suatu bentuk. Anggota tubuh
manusia terdiri dari segmen kaki, tangan, kepala, badan. Sedangkan anggota kaki terdiri dari
segmen paha, lutut, besi, matakaki, tumit telapak kali dan jari. Kepaduan segemen itu
membentuk suatu bentuk yang berguna disebut kaki. Bila salah satu sgemen itu cacat segmen-
segmen lainnya dapat berfungsi dengan baik dalam kepaduannya sebagai kaki. Demikian juga
halnya dengan paragraf dalam satu bagian tulisan. Paragraf adalah pembagian atau cara untui
membedakan bagian-bagi
an dan sekaligus merupakan bagian dari suatu tulisan.
Disamping itu paragraf berperan menyusun dan mengorganisi pikiran kita menuju suatu
bentuk yang utuh. Paragraf menolong kita untuk dapat memahami batas dan juga hubungan
antara satu pokok pikiran dengan pokok pikiran lainnya. Selain itu paragraf memberikan
perhatian formal untuk mengalihkan pikiran kita dari gagasan yang satu kepada gagasn yang
lainnya (Modulator konteks), pembuka, penutup, tulisan.
D. Macam-macam paragraf
1. Berdasarkan fungsinya dan tujuannya paragraf dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu :
a. Paragraf pembuka yaitu paragraf yang berfungsi untuk membuka atau menghantar pokok
pikiran dalam bagian tulisan itu. Sebuah tulisan yang pendek maupun tulisan yang
panjang yang tidak dibuka dengan paragraf yang menarik akan membosankan pembaca,
sebaliknya sebuah tulisan jika dimulai dengan paragraf yang menarik akan memikat hati
pembaca untuk membaca tulisan itu terus menerus
Paragraf pembuka ini harus menarik minat dan perhatikan pembaca, serta
sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Oleh
karena itu ada baiknya paragraf ini dimulai dengan sebuah kutipan peribahasa ; atau
anekdepot membatasi arti dari pokok atau hal yang dibicarakan; menunjukkan mengapa
hal itu sangat penting; membuat ungkapan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan
atau yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari tulisan itu.
b. Paragraf penghubung atau peralihan yaitu semua paragraf yang terdapat antara paragraf
pembuka dan paragraf penutup. Dalam paragraf ini biasnaya diuraikan inti persoalan
yang akan dikemukakan pada tulisan tersebut. Oleh karena itu, dalam pembentukan
paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara paragraf dengan paragraf
itu teratur serta disusun secara logis.
c. Paragraf penutup yaitu paragraf yang mengakhiri tulisan atau bagian tulisan. Dimana
paragraf ini merupkan pengunci agar menimbulkan kesan yang bagus dibenak pembaca.
Oleh karena itu paragraf penutup ini jangan terlalu panjang; cukup sekedar perlu saja.
Paragraf ini haruslah mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan
mulai awal hinga akhir. Keismpulan tersebut dapat pula darimu dengan saran-saran atau
pendapat pribadi pengarangannya atau masalah yang dikemukakan.
Paragraf penutup ini hendaknyalah merupakan kesimpulan yang bulat dan betul-
betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada para
pembacanya.
Untuk memperjelas pengertian masing-masing paragraf diatas, marilah kita
perhatikan contoh-contoh dibawah ini : contoh paragraf pembuka :
Pelajaran bahasa Indonesai mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan
dengan mata pelajaran-mata pelajaran lain, oleh karena itu ia akan menjadi kuci yang
akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh mata pelajaran-mata pelajaran lainnya itu.
Hasil pekerjaan remedi yang dilakukan para ahli dalam membantu murid-murid yang
terbelakang telah membuktikan kebenaran perntayaan di atas. Antara lain dapat disebut
disini hasil pekerjaann yang dilakukan oleh Dr. Fernald
Contoh paragraf penghubung
“Segala yang dikemukakan diatas situ, dapat dikatakan merupakan aspek luarnya; dan
belum lagi sampai kepada isi. Sekarang marilah kita coba menjelaskan yang berkenan dengan
isinya.
Contoh paragraf penutup
“Setelah memperhatikan uraian mulai dari awal hingga akhir, maka untuk itu semua,
sebelum terlambat, tidak ada salahnya kita mengepaluasi kembali terhadap apa-apa yang telah
kita perbuat sementara ini, disamping meningkatkan kewaspadan dan memperketat penyaringan
dalam penerimaan nilai-nilai modern mana yang cocok untuk diterapkan dalam pembangunan
bangsa yang berfalsafah PANCASILA”.
2. Berdasarkan Posisi kalimat utama atau sifat paragraf dapat digolongkan atas empat bagian
yaitu :
a. Paragraf Deduktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya ditempatkan di awal paragraf,
kemudian diikuti uraiannya sebagian penjelasan. Bacalah dan perhatikan contoh di bawah
ini.
“Guru adalah orang yang terlepajar. Ia harus tahu lebih banyak daripada murid-
muridnya. Namun ia juga sadar bahwa ia tidak mengetahui semua perkara. Ia juga perlu
sadar, bahwa dirinya sebenarnya adalah penyabar. Guru merupakan teladan bagi murid-
muridnya, tetapi ia juga melakukan kesalahan, ia manusia biasa. Guru seharusnya
obyektif dan bertanggung jawab”
b. Paragraf Induktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya ditempatkan pada akhir paragraf
sebagai kesimpulan, dan diawali dengan kalimat-kalimat penjelas. Bacalah dan
perhatikan contoh dibawah ini :
“Hampir tujuh tahun telah berlaku, sejak ejaan baru itu diresmikan pemakaiannya.
Namun sampai sekarang ini kita masih menemukan banyak kesalahan ejaan dibuat orang
dalam tulisan, seperti yang kita lihat juga dalam surat-surat kabar dan majalah, dan dalam
banyak tulisan yang lain dibuat orang. Itulah sebabnya perlu dibicarakan kesalahan-
kesalahan ejaan yang masih banyak dibuat orang.
c. Paragraf deduktif-induktif (campuran) yaitu paragraf yang kalimat utamanya terdapat
pada awal paragraf, kemudian diulang lagi pada akhir paragraf dengan redaksi kalimat
yang berbeda.
Perhatikan contoh dibawah ini :
“Sejak dilontarkannya pada 1 juni ’45 kedudukan Pancasila nampak semakin
kokoh. Ia terlihat semakin diterims sebagai dasar umum tentang sistem kehidupan yang
dicita-citakan oleh bangsa Indonesis. Sebagai rumusan-rumusan, ia senantiasa tergugat
dalam pembukaan-pembukaan semua UUD yang pernah berlaku di wilayah negeri ini.
Sedangkan sebagai sistem kehidupan, ia mampu menyapu bersih lawan-lawan mencoba
menggoyangkannya. Apda tahun ’45 Pemerintah Kolonial tumbang; dalam tahun ’49 dan
sebelumnya usaha penjajahan kembali oleh para kulit putih tidak berhasil ; gerakan-
gerakan seperti pada tahun’50-an tmpas, dan kudeta oleh kaum komunis pada tahun ’65
gagal. Dengan jatuhnya lawan-lawan itu , Pancasila nampak semakin berdiri tegak. (Hadi
Nafiah, 1981 : 57)
d. Paragraf Deskritif atau naratif, yaitu paragraf yang gagasan utamanya berada pada semua
kalimat yang mendukung paragraf tersebut. Gagasan utamanya tidak terbatas hanya pada
satu kalimat saja, akan tetapi kita harus membaca seluruh kalimat dalam paragraf itu,
supaya kita dapat memahami gagasan-gagasan yang akan disampaikan oleh
pengarangnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dibawah ini.
Empat puluh tahun lalu, pagi-pagi tanggal 39 Juni 1908, suatu benda cerah tidak
dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-
hitaman dengan disaksikan oleh paling seidkit seribu rang di pelbagai dusun Diberi
Tengah. Jam menunjukkan pukul tujuh waktu setempat. Penduduk desa vanovara melihat
benda itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutam cemara sekitar sungai Tunugska.
Kobaran api membentuk awan yang membubung tinggi ke angkasa. Disusul ledakan
dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1.000 km
jauhnya”. (Gorys Keraf 1980 ; 74)
3. Berdasarkan cara mengembangkan gagasan utama (isinya), paragraf dapat digolongkan
atas :
a. Paragraf defenisi, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan gagasan
penjelasna berupa pendefenisian atau pengertian tentang suatu hal atau gagasan yang
akan dikemabngkan dalam paragraf tersebut.
Contoh :
“Morfem ialah kesataun bunyi yang terkecil yang mempunyai arti. Norfem dapat
dibagi atas dua bagian yaitu : morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas ialah
morfem yang sudah dapat berdiri sendiri, sedangkan morfem terikat ialah morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada bentuk lain”.
b. Paragraf contoh yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan penjelasan
berupa contoh-contoh terhadap gagasan utama yang akan dikembangkan dalam paragraf
itu.
Contoh :
“Kohesi dan Adesi memegang peranan penting untuk menentukan permukaan zat
cair. Misalnya, apabila diteteskan setetes air pada sekeping kaca yang rata dan bersih ,
maka air tersebut akan melebar. Ini terjadi karena adhesi air dengan kaca lebih besar dari
koheresi air dan kaca tersebut.. Sebaliknya jika setetes air raksa diteteskan pada
permukaan kaca itu, maka air raksa tersebut akan membentuk seperti bola. Hal ini terjadi
karena adhesi air raksa dengan kaca lebih kecil dari kohesi air raksa dan kaca tersebut”
c. Paragraf Kausal (sebab-akibat atau akibat-sebab) yaitu paragraf yang dikembangakn
dengan memberikan penjelasan utama yang kan dikebangakn dalam paragraf tersebut.
Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai
perincian penjelasannya. Atau sebaliknya akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan
sebab sebagai perincian penjelasannya.
Contoh
“Dalam teknan mental yang demikian hebat, tiba-tiba terjadi diledakan fitnah
Gerakan Tigapuluh September. Ternyata akibat peristiwa ini terjadilah kegoncangan
hebat dalam sendi-sendi kehidupan. Suara hati yang selama ini tertulis sendi-sendi hidup
lama. Lahirlah angkatan baru yang berjuang atas dorongan hati nrani. Muncullah anjak-
anjak yang membawkaan suara order baru seperti kumpulan-kumpulan sanjak Taufiq
Ismail Tirani, Bentang, kumpulan sanjak-sanjak W. Situmeang Kebangkitan dan lain-
lain”.
d. Paragraf pertanyaan yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan penjelasan
berupa pertanyaan-pertanyaan terhadap gagasan utama yang akan dikembangkan dalam
paragraf tersebut. Disamping itu juga memberikan penjelasna dengan menyertakan
jawabannya.
Contoh :
“Manusia dirangsang oleh alam sekitarnya untuk tahu. Apa sebenarnya yang
dirangsang itu ? Seluruh tubuhnyakah? Atau sebagian? Ataukah alat-alat indranya? Atau
yang lainnya ? Yang pasti harus diakui, bahwa semua alat indranya dirangsang untuk
tahu. Telinga, dirangsang untuk mendengar dan mengetahui suara yang didengarnya.
Mata dirangsang untuk melihat dan mengetahui warna atau bentuk yang dapat dilihatnya.
Lidah dirangsang untuk megecap atau merasakan sesuatu yang dapat dimakannya. Kulit
dirangsang untuk meraba sesuatu yang dapat dipegang/ dirasakannya. Sementara hidung
dirangsang untuk mencium sesuatu yang dapat diciumnya.
e. Paragraf proses yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan penjelasan-
penjelasan berupa proses terjadinya sesuatu terhadap gagasan utama yang akan
dikembangkan dalam paragraf tersebut.
Contoh :
“Membuat tape ubi sangat mudah sekali. Pertama sekali, ubiunya dipotong-
potong, kemudian dicuci bersih dan dimasak setengah masak. Setelah itu, ubinya
didinginkan sebentar dan ditaburi dengan ragi. Kemudian dibungkus dengan daun-daunan
dan dimasukkan ke dalam tempatnya yang telah disediakan. Sambil menunggu beberapa
lama waktunya, simpanlah pada tempat yang nyaman. Kemudian, kira-kira tiga atau
empat hari tempat tersebut sudah dapat dibuka. Amatilah bahwa tape tersebut sudah jadi
dan siap untuk dimakan.
f. Paragraf Repetisi yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan penjelasan
berupa pengulangan terhadap kata-kata kunci terhadap gagasan utama yang akan
dikembangkan dalam paragraf tersebut.
Contoh :
“Gerakan pedidikan kesehatan diadakan secara besar-besaran di Indonesia.
Gerakan pedidikan kesehatan ini disponsori oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yang dibuka oleh Menteri Kesehatan DR. Siti Fadilla. Tujuan utama gerakan
pendidikan kesehatan ini adalah untuk membantu masyarakat Indonesia dalam mencapai
tingkat kesehatan yang lebih tinggi dengan usaha sendiri. Gerakan pendidikan kesehatan
ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecyang dimulai dari daerah
pedesaan hingga daerah perkotaan. Hampir di setiap daerah maupun perkotaan, gerakan
pendidikan kesehatan ini dikelola petugas yang berpengalaman. Dengan diadakannya
gerakan pendidikan kesehatan ini diharapkan masyarakat Indonesia terbebas dari
penyakit-penyakit yang berkembang belakangan ini.
g. Paragraf Analogi yiatu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan penjelasna
berupa persamaan-persamaan terhadap gagasan utama yang akan dikembangkan dalam
paragraf tersebut
Contoh :
“Hasil-hasil kesusastraan yang miskin dapat diibaratkan dengan rangka-rangka
yang dibalut dengan daging meluluh. Atau dengan batang pohon yang kurus panjang
menjulang tinggi. Daun dan cabangnya kering yang kurang menghisap tenaga dari air dan
bumi kehidupan. Di samping itu dapat juga diibaratkan berupa tenaga yang kurang harum
baunya atau mata yang berhamburan tiada berkeputusan”
h. Paragraf perbandingan yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan
penjelasan berupa perbedaan ataupun persamaan tentang dua objek atau gagasan yang
akan dikembangkan dalam paragraf tersebut.
Contoh
“Pada dasarnya pria dan wanita sama-sama mendambakan cinta, namun caranya
berbeda-beda. Pria umumnya lebih aktif mencari dan menyatakan rasa cintanya atau isi
hatinya kepada wanita. Sedangkan wantia lebih bersifat menunggu, untuk menerima
kehadiran sang jejaka. Wanita tidak segera menunjukkan rasa cinta yang bergelora di
dadanya. Sementara pria lebih cepat melakukan hal itu dan bersifat terbuka. Pria lebih
mengharapkan cinta pertama dari si wanita, sedangkan wanita mengharapkan cinta
terakhirnya.
i. Paragraf deduktif yaitu paragraf yang dikembangkan dengan memberikan hal umum
sebagai gagasan utamanya di awal paragraf, kemudian diikuti dengan perincian-perincian
yang lebih khusus sebagai penjelasan terhadap gagasan tersebut.
Contoh :
Recommended