View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa tinjauan pustaka yang
dimana berisi tentang hasil penelitian terdahulu mendukung dalam penelitian ini.
Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis.
Yualista (2017) menganalisis “Analisis Pengaruh Efektivitas Dan Manfaat
E-Commerce Terhadap Sikap Dan Perilaku Pengguna Dengan Menggunakan
Metode TAM (Studi Kasus: UKM Kota Palembang)”. Hasil penelitian Perceived
Usefulness berpengaruh signifikan terhadap Pemanfaatan E-Commerce di UKM
Kota Palembang. Artinya responden menganggap dengan menggunakan aplikasi
E-Commerce tersebut mereka percaya bahwa dengan menggunakan sistem
tersebut dapatmembantu responden untuk mendapatkan keuntungan keuntungan
kienerja didalam pekerjaan.
Sistem E-Commerce memiliki sejumlah fasilitas seperti belanja online,
testimoni, cara kirim, dan masih banyak lagi. Penelitian ini menguraikan hasil
penelitian mengenai sejauh mana sikap dan perilaku pengguna dalam hal ini
adalah sektor UKM di Palembang, dalam memanfaatkan teknologi informasi
dalam bentuk e-commerce dengan menggunakan metode Theory Acceptance
Model (TAM), sehingga bisa diketahui seberapa jauh keefektifan dan manfaat
sistem e-commerce dalam membantu sebagai media penjualan dan pembelian
secara online.
10
Persamaan dalam penelitian yakni menggunakan Konsep dan teori
efektifitas E-Commerce. Menggunakan konsep yang serupa namun penelitian ini
memiliki banyak perbedaan. Pertama, fokus berbeda Yualista pada seberapa besar
pengaruh efektivitas dan manfaat penggunaan E-Commerce terhadap penggunana
baik Produsen maupun Konsume yang menafaatkan E-Commerce. Kedua, jenis
penelitian berbeda, Yualista yaitu Studi Kasus di UKM Kota Palembang. Ketiga,
pendekatan penelitian berbeda Yualista menggunakan pendekatan Kuantitatif.
Keempat, perbedaan lokasi penelitian. Sehingga penelitian ini berbeda dengan
Yualista.
Lin Seprina (2018) menganalisis “Pengaruh Efektivitas Penggunaan E-
Commerce Pada Peningkatan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Smk Bina Jaya
Palembang”. Mengatakan bahwa untuk mendapatkan gambaran motivasi antara
kelompok responden sudah memiliki akun e-commerce dengan belum serta
responden yang memilki pengalaman bertransaksi dengan belum berpengalaman
di e-commerce dan juga motivasi penggunaan E-Commerce antara rerata data
responden memiliki usaha sendiri/keluarga atau tidak/belum memiliki usaha.
Penelitian ini dilakukan di SMK Bina Jaya Palembang. Metode pengumpulan data
menggunakan metode survei dengan menyebar kuesioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Tata Niaga / Pemasaran yang
memiliki status siswa aktif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dengan secara langsung kepada 20 responden.
Menghasilkan bahwa ada perbedaan nyata antara persepsi motivasi
pengguna aplikasi E-Commerce antara kelompok data yang telah berpengalaman
bertarnsaksi di E-Commerce dengan yang belum perna. Hitung rerata juga
11
diperoleh bahwa rata-rata data motivasi penggunaan aplikasi E-Commerce pada
kelompok yang telah miliki akun sebesar 28,22 sedangkan yang tidak/belum
memiliki akun sebesar 31,0 atau lebih kecil. Sementara dari hasil uji taraf
signifikansi diperoleh α=0,036 yang ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini menujukkan
bahwa motivasi penggunaan aplikasi e-commerce pada responden yang belum
memiliki usaha lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah memiliki usaha
sendiri atau usaha keluarga.
Persamaan pertama, yakni menggunakan konsep dan teori efektivitas dan
e-commerce. Kedua,metode penelitian kualitiatif. Penelitian ini juga memiliki
beberapa perbedaan; Pertama, Obyek Penelitian Lin dilaksanakan di SMK Bina
Jaya Palembang beralamat di Jalan Ki Merogan Lr Ngabehi No 733 Kelurahan
Kemas Rindo Kecamatan Kertapati Palembang. Kedua, metode survei
menyebarkan kuesioner. Ketiga, Variabel penelitian adalah motivasi penggunaan
aplikasi e-commerce dalam berwirausaha. Dari banyak perbedaan tersebut,
menunjukan bahwa penelitian ini perlu diteliti.
Sugeng (2018) menganalisis “Efektifitas Penggunaan Media E-Commerce
Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM Depok Dilihat Dari Etika Bisnis”.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan media e-commerce pada
bisnis retail terhadap peningkatan pendapatan UMKM di Depok. Persamaan yakni
menggunakan konsep e-commerce. Perbedaan yakni; pertama, pendekatan
penelitian kuantitatif. Kedua, lokasi penelitian Depok. Ketiga, objek peelitian
pengusaha AIKD daerah Depok. Keempat, penelitian Sugeng berfokus
pengukuran seberapa efektif penggunaan E-Commerce terhadap peningkatan
pendapatan UMKM Depok yang dilihat dari etika bisnis. Dari beberapa
12
persamaan dan perbedaan Sugeng (2018) ini perlu untuk diteliti kembali dengan
lokasi dan focus yang berbeda.
Fajar (2017) menganalisis “Pengaruh E-Commerce, Kualitas Produk Dan
Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Pada Industri Ekonomi Kreatif
(Studi Pada UMKM Askha Jaya)” Hasil Penelitian Usaha mikro kecil dan
menengah atau UMKM merupakan salah satu penggerak ekonomi Indonesia
dalam menghadapi persaingan pasar bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Keripik Askha Jaya adalah salah satu UMKM di Provinsi Lampung yang menjual
produk makanan ringan oleh-oleh khas Lampung. Keripik Askha Jaya telah
menerapkan E-Commerce dalam memasarkan produknya agar dapat bersaing
secara kompetitif. Kualitas produk merupakan cerminan kesuksesan produk yang
dimilikinya agar dapat menarik perhatian konsumen dan Brand image merupakan
salah satu faktor pendukung sehingga dapat menimbulkan citra yang baik melalui
citra produk, citra perusahaan, dan citra konsumen. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh secara signifikan E-commerce, kualitas
produk, dan brand image terhadap keputusan pembelian pada UMKM Keripik
Askha Jaya.
Persamaan menggunakan konsep E-Commerce. Namun terdapat banyak
perbedaan. Pertama, pendekatan penelitian yakni Kuantitatif dengan Sampel pada
penelitian ini adalah 100 responden konsumen yang pernah membeli produk
Keripik Askha Jaya melalui media E-Commerce. Metode yang digunakan adalah
metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Desain
penelitian deskriptif verifikatif dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Untuk menguji hipotesis setiap variabel bebas digunakan uji t dan uji f.
13
Hasil penelitian ini adalah variabel e-commerce dan brand image berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan variabel kualitas
produk tidak berpengaruh secara signifikan.
Diki (2017) menganalisis “Sistem Penjualan Berbasis E-Commerce
Menggunakan Metode Objek Oriented pada Distro Dlapak Street Wear”hasil
penelitian Sistem Penjualan e-commerce pada Distro Dlapak Street Wear ini
merupakan prototipe aplikasi sistem komputerisasi yang dibuat dengan berbasis
web dan memuat database pengolahan data informasi secara terpusat sehingga
dapat mengelolah database tersebut menjadi sebuah informasi yang dibutuhkan
oleh para pengguna. Sistem Penjualan E-Commerce pada Distro Dlapak Street
Wear ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya dapat diakses dari mana saja
dan kapan saja melalui jaringan internet, serta peningkatan efisiensi dan efektifitas
proses penyampaian informasi produk tanpa harus terhalang oleh waktu dan
tempat.
Persamaan penelitian yakni menggunakan e-commerce. Namun terdadapat
beberapa perbedaan yakni pertmana, focus penelitian berbeda. Kedua, lokasi
penelitian di Serang. Ketiga, jenis penelitin merupakan penelitian terapan
(Applied Research). Berdasarka beberapa persamaan dan perbedaan dalam
penelitian tersebut membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan sehingga
penelitian perlu untuk dlkaji.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 E-commerce
E-Commerce atau Electronic Commerce jika ditinjau dari asal bahasanya
maka terdiri dari electronic dan commerce yang mengindikasikan sebuah arti
14
perdagangan melalui elektronik atau lebih lengkapnya bisa disebut sebagai proses
pelaksanaan transaksi bisnis seperti: distribusi, pembelian, penjualan, dan
pelayanan yang dilakukan secara elektronik melalui jaringan komputer terutama
internet dan juga jaringan eksternal. Artinya e-commerce adalah pemanfaatan
internet untuk berbagai aktivitas usaha. Kegiatan bisnis yang dilakukan secara
online itu bisa meliputi pemasaran, promosi, public relation, transaksi,
pembayaran dan penjadwalan pengiriman barang, serta masih sangat terbuka
kemungkinan inovasi-inovasi kegiatan bisnis online seiring dengan perkembangan
teknologi e-commerce itu sendiri (Arisandi, 2014).
E-commerce merupakan wujud kemajuan teknologi pada aspek bisnis
yang memadukan antara mekanisme konvensional dan digital. E-commerce pada
transaksi bisnis berbasis individu ataupun perusahaan digerakkan sebagai medium
pertukaran barang, jasa dan informasi baik antara dua buah institusi (business to
business) dan konsumen langsung (business to consumen). Singkatnya, e-
commerce saat ini bisa dilihat sebagai sebuah alternative dalam menjalankan
transaksi bisnis yang syarat dengan solusi berupa kemudahan yang selama ini
menjadi persoalan dominan (Rosyita, 2018).
E-commerce merupakan proses membeli, menjual, atau memperdagangkan
data, barang, atau jasa melalui internet (Sugeng, 2018). E-commerce didefinisikan
sebagai transaksi komersial yang melibatkan pertukaran nilai yang dilakukan
melalui atau menggunakan tekonologi digital antara individual. Media
E-Commerce melibatkan penggunaan internet, world wide web, dan aplikasi atau
browser pada perangkat selular atau mobile untuk bertransaksi bisnis (Sugeng,
2018).
15
2.2.2 Klasifikasi E-commerce
Laudon dan Traver mengklasifikasikan e-commerce menjadi enam jenis
model, yaitu (Sirurmath, 2004):
1. Business-to-Consumer (B2C) E-Commerce, merupakan jenis E-Commerce
yang paling sering dibahas, di mana bisnis online jenis ini menjangkau
konsumen individual. B2C E-Commerce mencakup pembelian barang ritel,
travel, konten online dan jenis layanan lainnya. Jenis B2C E-Commerce ini
tumbuh secara eksponensial sejak 1995, dan merupakan jenis e-commerce
yang paling sering ditemui konsumen.
2. Business-to-Business (B2B) E-Commerce, merupakan jenis E-Commerce
terbesar yang berfokus pada penjualan ke bisnis lain. Proses transaksi
E-Commerce bertipe B2B melibatkan perusahaan atau organisasi yang dapat
bertindak sebagai pembeli atau penjual. Terdapat dua model bisnis utama
yang digunakan dalam B2B E-Commerce: (1) net marketplace, yang meliputi
e-distributor, perusahaan e-procurement, bursa dan konsorsium industri, dan
jaringan industri swasta.
3. Consumer-to-Consumer (C2C) E-Commerce, merupakan jenis yang
menyediakan media bagi konsumen untuk menjual satu sama lain, dengan
bantuan pembuat pasar online (juga disebut penyedia platform). Dalam C2C
E-Commerce, pihak individu menjual barang atau jasanya kepada individu,
organisasi atau perusahaan yang berperan sebagai konsumen melalui Internet.
4. Mobile E-Commerce (m-commerce), mengacu pada penggunaan perangkat
mobile untuk memungkinkan bertransaksi online dengan menggunakan
16
jaringan seluler dan nirkabel untuk menghubungkan smartphone atau tablet ke
internet.
5. Social E-Commerce, merupakan e-commerce yang menggunakan jejaring
sosial dan social media. Pertumbuhan Sociale-commerce didorong oleh
sejumlah faktor, termasuk meningkatnya popularitas sign-on sosial, notifikasi
jaringan, kolaborasi alat belanja online, pencarian social toko virtual di
Facebook, Instagram, Pinterest, YouTube, dan situs jejaring sosial lainnya.
Social E-Commerce sering kali dihubungkan dengan jenis E-Commerce, hal
ini disebabkan karena semakin banyak pengguna jaringan sosial mengakses
jaringan tersebut melalui perangkat mobile. Proses social E-Commerce
melibatkan penggunaan aplikasi mobile pengolahan pesan seperti Facebook
Messenger, WhatsApp, Instragram, dan lain-lain sebagai media berinteraksi
antara penjual dengan konsumen.
6. Local e-commerce, merupakan bentuk e-commerce yang berfokus untuk
melibatkan konsumen berdasarkan lokasi geografis saat ini. Pedagang lokal
menggunakan berbagai teknik pemasaran online untuk mendorong konsumen
ke toko mereka. Local E-Commerce adalah perpaduan dari M-Commerce,
social E-Commerce, dan local E-Commerce yang didorong oleh banyaknya
minat terhadap layanan on-demand lokal seperti Uber, dan GOJEK (Sugeng,
2018).
7. Business-to-Employees (B2E) The business-to-employees (B2E) category
refers to the delivery of services, information, or products from organizations
to their employees. A major category of employees is mobile employ-ees , such
17
as fi eld representatives or repair ser-vices that go to customers. EC support
to such employees is also called business-to-mobile employees (B2ME).
8. Collaborative Commerce (c-commerce) refers to online activities and
communications done by parties working to attain the same goal. For
example, business partners may design a new product together.
2.2.3 Komponen E-commerce
Suatu perusahaan membutuhkan informasi, infrastruktur, dan layanan
pendukung yang tepat untuk dapat melakukan kegiatan e-commerce. Komponen
atau pilar pendukung e-commerce adalah sebagai berikut:
1. Manusia. Penjual, pembeli, perantara, sistem informasi dan pakar teknologi,
karyawan lain, dan peserta lainnya.
2. Kebijakan publik, Masalah hukum dan kebijakan lain dan peraturan seperti
perlindungan privasi dan perpajakanyang ditentukan oleh pemerintah
termasuk standar teknis dan kepatuhan.
3. Pemasaran dan periklananbisnis lainnya, e-commerce membutuhkan
dukungan pemasaran dan periklanan. Hal ini sangat penting dalam transaksi
online B2C, di mana pembeli dan penjual biasanya tidak saling mengenal.
4. Layanan pendukung, banyak layanan dibutuhkan untuk mendukung
E-Commerce dari pembuatan konten hingga pembayaran hingga pengiriman
pesanan.
5. Kemitraan bisnis,usaha patungan, pertukaran, dan kemitraan bisnis dari
berbagai jenis umum terjadi di E-Commerce. Ini sering terjadi di seluruh
rantai pasokan yaitu, interaksi antara perusahaan dan pemasoknya, konsumen,
dan mitra lainnya (Sugeng, 2018).
18
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan E-commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban, e-commerce
memiliki manfaat dan kelebihan (Sugeng, 2018) yakni:
1. Bagi Perusahaan, Ketersediaan pasar nasional dan internasional Penurunan
biaya operasional, distribusi dan penarikan informasi.
2. Bagi Masyarakat, Akses ke sejumlah besar produk dan jasa tanpa batas, 24
jam sehari serta memberikan layanan informasi dengan mudah dan nyaman,
kepada orang-orang di kota, desa dan berbagai negara.
E-commerce memiliki beberapa keterbatasan, secara teknologi dan
nonteknologi, yang telah memperlambat pertumbuhan dan penerimaanya.
Keterbatasan teknologi meliputi kurangnya standar keamanan yang diterima
secara universal, bandwidth telekomunikasi yang tidak cukup dan mahalnya
akses. Keterbatasan nonteknologi meliputi persepsi bahwa e- commerce tidak
aman, dasar hukumnya yang belum lengkap, serta kurangnya penjual dan pembeli
besar yang penting (Sirurmath, 2004).
2.2.5 Mekanisme Pembayaran E-Commerce
Prinsip pembayarane-commerce sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
dunia nyata, hanya saja internet berfungsi sebagai POS (Point Of Sale) yang dapat
dengan mudah diakses melalui sebuah komputer dan semuanya serba digital serta
didesain serba elektronik. Cara yang paling umum dalam melakukan pembayaran
terhadap produk atau jasa yang dibelinya adalah membayar langsung dengan alat
pembayaran yang sah (uang) secara tunai Akan tetapi dalam pembayaran secara
elektronik ada beberapa cara, yaitu:
19
1. Kartu cerdas (smart card) Kartu cerdas menyerupai kartu kredit,
perbedaannya terletak pada micro-chip yang ditanamkan dalam kartu tersebut
yang memungkinkan smart-card untuk menyimpan informasi dan terkadang
melakukan hitungan- hitungan yang mudah.
2. Cek elektronik (E-cheques) Sistem ini bermaksud untuk menandingi sistem
pengelolaan cek kertas konvensional. Dengan cara ini, pelayan rekening pihak
ketiga berperan sebagai jasa pencatatan keuangan untuk para pengguna.
Dalam penggunaannya, e-cheques membutuhkan tanda tangan digital dan jasa
pembuktian keaslian untuk proses informasi digital antara pembayar, yang
dibayar dan bank.
3. Kartu Kredt merupakan system pembayaran dimana bank atau instansi
keuangan mengeluarkan kartunya untuk meminjamkan uang kepada pemakai
(Triana, 2014).
2.2.6 Teori Efektivitas
Efektivitas merupakan keberhasilan organisasi dalam menjalankan
program atau kebijakannya melalui berbagai sarana dan cara serta upaya
memanfaatkan segala sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Georgopolous dan Tannembaum, mengemukakan: “Efektivitas
ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus
mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme
mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian
efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan”. Lebih lanjut
menurut Agung Kurniawan (2005) dalam bukunya Transformasi Pelayanan
Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah
20
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya” (Arisandi, 2014).
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase
target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya” disimpulkan bahwa efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi
melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi
masukan (input), proses, maupun keluaran (output) (Arisandi, 2014).
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung
jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada
keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat
dikatakan efektif pula unit tersebut (Nabila, 2016).
Gibson dkk (1989) memberikan pengertian efektivitas dengan
menggunakan pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus input-proses-output,
tidak hanya output saja, dan (2) hubungan timbal balik antara organisasi dan
lingkungannya. Cambel J.P (1987), pengukuran efektivitas secara umum dan yang
paling menonjol adalah:
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
21
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Lase, 2018).
Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional
dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan
sebagaitingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.
Beberapa uraian definisi efektivitas menurut para ahli tersebut, dapat
dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan
kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena
kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Adapun
untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan
mengukur beberapa indikator spesial misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun
rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Slamet Yuswanto, 2018).
Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas
perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu:
1. Pemahaman program.
2. Tepat Sasaran.
3. Tepat waktu.
4. Tercapainya tujuan.
5. Perubahan nyata (Rosyita, 2018).
Deskripsi di atas tentang efektivitas disimpulkan bahwa efektivitas
mengacu kepada pencapaian tujuan, yaitu pengukuran dalam arti tercapainya
22
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas tersebut
dibangun atas lima indikator, yaitu 1) Pemahaman program, 2) Tepat sasaran, 3)
Tepat waktu, 4) Tercapainya tujuan, 5) Perubahan nyata.
2.2.7 Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang
sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang
dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan
pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan
jasa (Suhendri, 2017).
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif (Bash, 2015).
Steers, (1985) mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan, keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin
terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian
bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian
tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang
merupakan target kongktit.
23
2. Adaptasi, Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan
pengisian tenaga kerja (Yuningsih, 2017).
3. Integrasi pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk
mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan
berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi
(Yuningsih, 2017).
Perbedaan alat ukur efektivitas kinerja menurut Richard dan M. Steers
(1985), meliputi:
1. Kemampuan Menyesuaikan Diri Kemampuan manusia terbatas dalam segala
hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat
mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang
lain. Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian
tujuan. Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja di dalam organisasi tersebut
maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut
2. Prestasi Kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada seseorang yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman,
kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai maka tugas yang
diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
24
3. Kepuasan Kerja yang dimaksud adalah tingkat kesenangan yang dirasakan
seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas
individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-
macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.
4. Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi
menentukan efektivitas kinerja dari organisasi itu. Kualitas mungkin
mempunyai banyak bentuk operasional, terutama ditentukan oleh jenis produk
atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.
5. Penilaian Oleh Pihak Luar Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi
diberikan oleh mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungan organisasi
itu sendiri, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan.
Kesetiaan, kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh
kelompok-kelompok seperti para petugas dan masyarakat umum (Suhendri,
2017).
Dalam Penelitian ini efektivitas e-commerce agribisnis pada pemasaran di
DD Orchid Nursery Kota Batu menggunakan ukuran mengenai pencapaian tujuan
efektif atau tidak, sebagaimana di kemukanan oleh S.P Siagian (1987), yaitu:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan
dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi
dapat tercapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai
sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian tujuan organisasi.
25
3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa
yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif.
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut
tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi
semakin didekatkan pada tujuannya.
8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat
manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian (Bash, 2015).
2.2.8 Pendekatan Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas
itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
1. sasaran (Goal Approach), Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi
26
sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasaran tersebut
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas
dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil
maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan
permasalahan ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek
output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat
output yang direncanakan (Bash, 2015).
Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena
itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan
tercapainya dengan waktu yang tepat maka program tersebut akan lebih
efektif. Contoh dari pendekatan sasaran yaitu apabila suatu pekerjaan
mempunyai target menjual habis barangnya dalam waktu satu minggu, dan
barang tersebut terjual habis dalam waktu satu minggu, maka pekerjaan
tersebut dapat di katakan efektif.
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach), Pendekatan sumber
mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan
berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat
memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan
sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori
mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena
lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya, dimana
27
dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan
seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi (Bash, 2015). Pendekatan sumber
dalam kegiatan usaha organisasi dilihat dari seberapa jauh hubungan antara
anggota binaan program usaha dengan lingkungan sekitarnya, yang berusaha
menjadi sumber dalam mencapai tujuan.
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach, Pendekatan proses
menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga
internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar
dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.
Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan
perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang
dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
(Bash, 2015).
Gibson (1985) mengemukakan ada lima aspek kriteria efektivitas yaitu:
1. Produksi
2. Efesiensi
3. Kepuasan
4. Adaptasi
5. Pengembangan Organisas (Yuningsih, 2017).
2.2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas
Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang
dikemukakan oleh Richard M. Steers (1985) yaitu:
1. Karakteristik Organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang
dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara.
28
Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti
dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya
manusia, struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-
orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud
teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan
mentah menjadi keluaran (output) (Suhendri, 2017).
2. Karakteristik Lingkungan, Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga
telah dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja. Kedua aspek
tersebut sedikit berbeda, namun saling berhubungan. Lingkungan luar yaitu
semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan mempengaruhi
keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Pengaruh faktor semacam ini
terhadap dinamika organisasi pada umumnya dianggap meliputi derajat
kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan
derajat ketidak pastian lingkungan (Suhendri, 2017).
3. Karakteristik Pekerjaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting
karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar
atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber
daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya
yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal
utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas,
karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang
canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya
pekerja maka semua itu tidak ada gunanya (Suhendri, 2017).
29
4. Kebijaksanaan dan praktek manajemen secara umum, para pemimpin
memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu organisasi melalui
perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang ditunjukan kearah
sasaran. Kewajiban mereka para pemimpin untuk menjamin bahwa struktur
organisasi konsisten dengan dan menguntungkan untuk teknologi dan
lingkungan yang ada. Sudah menjadi tanggung jawab dari para pemimpin
untuk menetapkan suatu sistem imbalan yang pantas sehingga para pekerja
dapat memuaskan kebutuhan pribadinya serta tujuan dan sasaran organisasi.
Peranan pemimpin ini mungkin merupakan fungsi yang paling penting.
Semakin rumitnya proses teknologi dan makin rumit dan kejamnya keadaan
lingkungan, peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses
demi keberhasilan organisasi tidak hanya bertambah sulit, tapi juga menjadi
semakin penting artinya (Suhendri, 2017).
Recommended