View
240
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
11
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
Matematika dapat didefinisikan sebagai ilmmu pengetahuan yan
dipelaajarai struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya
(Subarinah, 2006:1). Antonius (2006:9) juga menyatakan bahwa matematika
berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan konsep-konsep
abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis. Sedangkan menurut (
Susanto, 2014:86 ) Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkostruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap meteri matematika.
Dengan demikian pembelajaran matematika adalah ilmu yang mempelajari
struktur abstrak yang sesuai dengan aturan logis yang menggunakan lambang-
lambang atau bahasa matematis untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa.
Lambang dan bahasa dalam matematika bersifat universal sehingga dipahami oleh
bangsa-bangsa. Maka dari itu guru matematika hendaknya menguasai kumpulan
pengetahauan yang kemudiann diteruskan kepada peserta didik dan juga
mennguasai proses, pendekatan, metode, model matematika yang sesuai sehingga
mendukung peserta didik berfikir kritis, menggunakan nalar secara efektif dan
12
efesien serta menanamkan benih sikap ilmiah/disiplin, bertanggung jawab,
keteladanan, dan rasa percaya diri disertai dengan iman dan taqwa. Dengan bekal
tersebut diharapkan peserta didik memiliki kemampuan menghadapi masa datang
yang selalu berubah dan menjadi manusia yang berkualitas yang diperlukan untuk
pengembangan bangsa.
2. Peranan Matematika di SD
Pemahaman terhadap peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar
sangat membantu para guru untuk memberikan pembelajaran matematika secara
proporsional sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam dokumen
Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada
kurikulum 2004 disebutkan fungsi matematika adalah sebagai berikut:
“Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi
melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan. Selain
fungsi tersebut, Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram, dan media lain, (Depdiknas, 2008: 134).
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi symbol-simbol, maka
konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi
symbol-simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajarai matematika apabila
telah didasari pada apa yang telah dipelajari orang itu sebelumnya. Karena untuk
13
mempelajari matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang
itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penekanan
pembelajaran matematika terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah,
pembentukan sikap, dan keterampilan dalam penerapan matematika. Oleh karena
itu agar tercapainya tujuan tersebut siswa perlu dibekali dengan pengetahuan-
pengetahuan matematika yang lebih luas dan melibatkan benda-benda konkret
14
maupun abstrak serta aktivitas-aktivitas nyata dalam berbagai objek yang
dipelajarinya.
4. Objek Belajar Matematika
Menurut Gagne (dalam Ismail, 1998) matematika mempunyai dua objek
yaitu objek langsung dan objek tak langsung.
1. Objek langsung terdiri dari :
a. Fakta
Fakta adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika seperti simbol-
simbol matematika, kaitan simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan
contoh fakta. Contoh lainnya fakta: “+” adalah simbol dari operasi
penjumlahan dan sinus adalah nama suatu fungsi khusus dalam
trigonometri.
b. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan
objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Himpunan, segitiga, kubus, dan
jari-jari adalah merupakan konsep dalam matematika.
c. Prinsip
Prinsip merupakan objek yang paling kompleks. Prinsip adalah
sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep
tersebut. Contoh prinsip adalah dua segitiga sama dan sebangun bila dua
sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen.
15
d. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan
cepat. Misalnya pembagian cara singkat, penjumlahan pecahan dan
perkalian pecahan.
2. Objek tidak langsung adalah :
Implikasi dari proses pembelajaran matematika yakni kebiasaan bekerja
baik, sikap, kemapuan mengalihgunakan cara bekerja (memanipulasi dalam arti
positif) serta membangun konsep mental (akhlak) yang baik seperti kejujuran.
B. Mengurutkan Bilangan
1. Pengertian Mengurutkan bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk
pembilang dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang di gunakan untuk
mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam
konsep matematika, bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas
untuk meliputi bilangan nol, bialangan negatif, bilangan rasional, bilangan
irrasional dan bilangan kompleks (Wikipedia, 2013). Bilangan pada hakikatnya
tanda atau simbol-simbol yang dinyatakan dengan angka. Angka-angka itu
bersifat abstrak jika dibandingkan dengan benda kongkrit. Apabila kita
mengunakan bilangan biasanya dijumlahkan dalam bentuk abtsrak misalnya 5,
lima dikaitkan dalam bentuk himpunan yang mempunyai lima anggota.
Mengurutkan adalah kemampuan meletakan benda dalam urutan menurut
aturan tertentu. Sebagai contoh, mengurutkan 5 buah tongkat dari yang paling
pendek ke yang panjang, mengurutkan berbagai buku dari yang paling tebal ke
yang paling kecil dan sebagainya.
16
Jadi kemampuan mengurutkan bilangan adalah kecakapan atau potensi
seseorang individu untuk mengerjakan beragam tugas dalam mengatur unsur-
unsur secara berurutan berdasarkan ukuran dari yang besar sampai kecil atau
kecil sampai besar yang dinyatakan dalam tanda atau simbol-simbol dan biasa
disebut angka.
2. Materi Mengurutkan Bilangan
Sesuai dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006, berikut disajikan standar
kopetensi kelas II semester I pada pembelajaran matematika dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
matematika SD kelas II Semester 1 dalam Permendiknas No.22
Tahun 2006 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Melakukan penjumlahan
dan pengurangan
bilangan sampai 500
1.1 Membandingkan bilangan sampai 500
1.2 Mengurutkan bilangan sampai 500
1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan
1.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 500
3. Mengurutkan Bilangan
Mengurutkan bilangan sampai 500.
Sekelompok bilangan dapat diurutkan
Dimulai yang terkecil atau dimulai yang terbesar.
Contoh :
Urutkan bilangan berikut ini.
Dari yang terkecil ke terbesar dan sebaliknya.
442 441 445 443 444 440
Pada materi ini siswa dituntut untuk mencoba membandingkan bilangan. Mana
bilangan terkecil dan mana bilangan terbesar, kemudian siswa akan mencoba
17
mengurutkan bilangan dari bilangan yang terkecil ke yang terbesar dan
sebaliknya.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medius yang secara harfiah berarti tengah atau perantara atau pengantar.
Medeo adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim .ke penerima pesan.
Menurut Anitah (2014:6.11) Media pembelajaran adalah saluran atau jembatan dari
pesan-pesan pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru)
kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat
diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Gerlach dan Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila difahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
mengungkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Arsyad (2013:3) Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses
belajar mengajar demi tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran
di sekolah pada khususnya.
Menurut Edgar Dale (Arsyad, 2013:13-14) salah satu gambaran yang
dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar
adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Hasil belajar
18
seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang
ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai
kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke puncak kerucut semakin abstrak
media penyampaian pesan itu. Urut-urutan proses belajar mengajar tidak harus
selalu dimulai dari pengalaman langsung, akan tetapi dimulai dari jenis
pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok
siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya (Arsyad, 2013:
13-14).
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arsyad, 2013:14)
“Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan
dalam lambang-lambang seperti chart, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung
dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkan
semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera pendengaran.
Sesungguhnya, pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih
berganti, hasil belajar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas
19
jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang
kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia
terlibat langsung.”
2. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu (a)
pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar; (b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran; (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran; (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain (Sudjana, 2002: 2).
Sedangkan menurut Dale terdapat 10 manfaat media yaitu:
a. Meningkatakan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
b. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
c. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
d. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
e. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
20
f. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan
meningkatnya hasil belajar;
g. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari;
h. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu, konsep-
konsep yang bermakna dapat dikembangkan;
i. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
j. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa
butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan
yang bermakna. (Azhar Arsyad, 2013: 27).
Dari uraian dan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan beberapa
manfaat dari penggunaan media dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut:
a. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;
b. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat terjadi interaksi yang lebih baik;
c. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
d. Media pengajaran dapat mempermudah pemahaman siswa tentang suatu
konsep.
21
3. Cara Pemilihan Media Pembelajaran
Sadiman (2010:84) menyebutkan beberapa penyebab orang memilih media
antara lain adalah: a) bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada mata
kuliah tentang media, b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, c) ingin
memberikan gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, d) merasa bahwa
media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik
minat atau gairahbelajar siswa. Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu
media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan yang diinginkan atau tidak.
Anitah (2014:6.37) menyebutkan 3 hal utama yang perlu dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan Pemilihan Media Pembelajaran
Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan
maksud dan tujuan pemilihan yang jelas yaitu digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, pemberian informasi yang sifatnya umum atau sekedar hiburan
saja. Jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran, apakah untuk
pembelajaran yang sifatnya individual atau kelompok (klasikal). Tujuan
pemilihan ini sangat berkaitan dengan kemampuan dalam menguasai berbagai
jenis media pembelajaran beserta karakteristiknya.
b. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari
segi keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
Pemahaman terhadap karakteristik berbagai media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam kaitannya dalam pemilihan
22
media pembelajaran ini. Selain itu, kemampuan ini memberikan
kemungkinan untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara
bervariasi, apabila kurang memahami karakteristik media pembelajaran
tersebut akan dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan.
c. Alternatif Media Pembelajaran yang dapat dipilih
Memilih media pada dasarnya merupakan proses mengambil atau
menentukan keputusan dari berbagai pilihan (alternatif) yang ada. Selain itu
bisa menentukan media mana yang akan digunakan apabila terdapat berbagai
media yang dapat diperbandingkan, apabila media pembelajaran itu hanya
ada satu jenis maka tidak akan bisa memilih tetapi harus menggunakan media
pembelajaran yang ada tersebut.
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Sadiman (2006:189) menyebutkan dua pola pemanfaatan media
pembelajaran, yaitu pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam
kelas atau ruang (seperti auditirium) dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam
konteks pemanfaatannya di dalam kelas, kehadirannya dimaksudkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan media ke dalam rencana pembelajaran
meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang tersedia.
Pola pemanfaatan kedua adalah pemanfaatan media di luar kelas. Pola
kedua ini memperkuat posisi media sebagai sumber belajar. Pola pemanfaatan
media di luar kelas menurut Sadiman (2006: 209) dapat dibedakan dalam tiga
kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol (bebas), dan jumlah
sasarannya.
23
Pertama, pemanfaatan media secara terkontrol, yakni media itu digunakan
dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program
pendidikan jarak jauh. Hasil belajar melalui pemanfaatan media secara terkontrol
ini biasanya dievaluasi secara teratur dengan alat evaluasi yang terukur.
Kedua, pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni
pemanfaatannya tanpa ada kontrol atau pengawasan, seperti media-media yang
dimanfaatkan masyarakat secara luas dengan cara membeli. Masyarakat itu
sendirilah yang menentukan tujuan pemanfaatannya, yakni dengan menyesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing, seperti pemanfaatan kaset belajar bahasa
Inggris, video interaktif tentang Belajar Membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Ketiga, pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaannya, yakni
secara perorangan, kelompok, dan massal. Pemanfaatan media secara perorangan
biasanya dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya, sehingga pengguna dapat
memanfaatkannya secara mandiri, seperti modul.
Di sekolah dasar, media pembelajaran di arahkan agar siswa dapat
memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Sesuai dengan gambar
kerucut pengalaman Edgar, menunjukkan bahwa siswa belajar dari pengalman
langsung yang dialami siswa, kemudian melalui benda tiruan siswa mengasimilasi
berbagai informasi yang telah diperoleh pada pengalaman sebelumnya dengan
benda tiruan dari guru. Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mengoperasikan
benda-benda tersebut secara bertahap mengarahkan siswa pada informasi atau
pengetahuan baru yang belum diketahui atau dialami siswa. Karena itu, media
sebagai sarana belajar sangat mendukung tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
24
Pemanfaatan media pembelajaran di sekolah dasar tidak hanya
membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik siswa, melainkan juga harus
sesuai dengan kebutuhan di kelas. Sadiman (2006:198-200) mengemukakan
langkah-langkah sederhana yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan media
agar efektif dan dan efisien.
a. Persiapan sebelum menggunakan media
Guru perlu membuat persiapan agar penggunaan media dapat berjalan
dengan baik. Pertama-tama pelajari buku petunjuk penggunaan media jika ada.
Apabila pada petunjuk itu kita disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar
lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, seyogyanya hal tersebut
dilakukan. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media perlu disiapkan
sebelumnya sehingga saat menggunakannya siswa atau guru tidak akan terganggu
oleh hal-hal yang akan mengurangi kelancaran penggunaan media itu. Tujuan
yang akan dicapai dalam pemanfaatan media perlu dibicarakan dengan siswa,
supaya perhatian dan pikiran terarah ke hal yang sama. Peralatan media perlu
ditempatkan dengan baik sehingga siswa dapat melihat atau mendengar
programnya dengan baik. Terutama apabila media itu digunakan secara
bekelompok. Sedapat mungkin semua anggota kelompok dapat memperoleh
kesempatan yang sama dalam mendengarkan dan atau melihat program media itu.
b. Kegiatan selama menggunakan media
Pembelajaran dengan menggunakan media memerlukan suasana belajar
yang kondusif. Gangguan-gangguan yang dapat menganggu perhatian dan
konsentrasi harus dihindarkan. Guru sebaiknya mengenalkan dan menjelaskan
25
langkah-langkah penggunaan media kepada siswa. Media dapat diorganisasikan
secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan jenis dan kebutuhan siswa.
c. Kegiatan tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut adalah untuk menjajaki apakah tujuan telah tercapai
dan memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan
melalui media bersangkutan. Soal tes yang disediakan sebaiknya segera
dikerjakan oleh siswa sebelum mereka lupa isi program media itu. Apabila siswa
masih banyak kekurangan, sebaiknya sajian program media bersangkutan diulangi
lagi.
5. Jenis Media Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Menurut Heinich
dan Molenda (dalam Supriatna, 2009) terdapat enam jenis media pembelajaran di sekolah
dasar, yaitu:
a. Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang
mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya
tarik dalam penyampaian informasi.
b. Media audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan
membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis
audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara, dan lainnya.
c. Media visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual
seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, dan papan
bulletin.
d. Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program
tv, video kaset (CD, VCD, atau DVD).
26
e. Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda tiga dimensi
yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi
keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap
berjalan dengan baik.
f. Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/materi
tertentu.
Berdasarkan jenis media yang telah dipaparkan di atas, media yang dikembangkan
pada penelitian ini berupa benda-benda tiruan atau miniatur yang menyerupai
suatu objek dari lingkungan sekitar. Objek tersebut dapat berupa hewan,
tumbuhan, atau peralatan. Karena itu, pengembangan media berupa benda
difokuskan pada benda-benda yang biasa dilihat oleh siswa yaitu pohon. Pohon
tersebut didesain sesuai dengan kebutuhan belajar matematika pada materi
mengurutkan bilangan. Media ini berbentuk papan tempel benda-benda tiruan
seperti daun dan burung agar pembelajaran menjadi lebih menantang dan
menyenangkan. Seperti pendapat Muhsetyo (2010:52) yang menyatakan bahwa
jenis media matematika yang dapat digunakan salah satunya adalah papan tempel
yang berupa permainan matematika, pola-pola khusus matematika, dan tebakan
matematika.
D. Media Pembelajaran Matematika Pohon Bilangan
Matematika merupakan pembelajaran ilmu abstrak yang memiliki pola dan
aturan tertentu untuk menyelesaikan masalah-masalah matematis. Matematika
diberikan kepada siswa pada semua tingkat kelas di sekolah dasar, tetapi tahap
perkembangan siswa masih belum dapat mencapai tahap abstrak dengan cepat.
Karena itu, dalam mempelajari matematika memerlukan media yang tepat untuk
27
membantu siswa mempelajari matematika. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Muhsetyo (2010:50) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika
SD, agar bahan pembelajaran yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami
oleh siswa, diperlukan alat bantu belajar berupa media.
Media yang digunakan pada pembelajaran matematika hendaknya dapat
langsung dengan mudah digunakan siswa agar konsep matematika yang diberikan
dapat terserap oleh siswa tahap demi tahap. Media matematika di sekolah dasar
sebaiknya mampu merangsang siswa untuk senang balajar. Selain itu, media dapat
mendemonstrasika materi mengurutkan bilangan, sehingga guru memberikan
gambaran yang lebih jelas kepada siswa tentang materi yang dipelajari. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sadiman (2006:84) menyebutkan beberapa
penyebab orang memilih media antara lain adalah: a) bermaksud
mendemonstrasikannya seperti halnya pada mata kuliah tentang media, b) merasa
sudah akrab dengan media tersebut, c) ingin memberikan gambaran atau
penjelasan yang lebih konkret, d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari
yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.
Selain itu, media juga disesuaikan dengan tahap perkembangan belajar
matematika. Menurut Piaget (dalam Pitadjeng, 2006:5-6) mengemukakan tentang
hukum kekekalan materi pada siswa kelas II Sekolah dasar memasuki usia antara
7-9 tahun. Pada usia ini, siswa sudah memahami tentang kekekalan materi atau zat
akan mengatakan bahwa materi atau zat akan tetap sama banyaknya meskipun
diubah bentuk atau dipindah tempatnya.
Media pohon bilangan didesain sesuai dengan perkembangan siswa
tersebut. Sesuai dengan materinya, media ini memanfaatkan kemampuan siswa
28
tersebut untuk memahami konsep bilangan, terutama materi mengurutkan
bilangan. Siswa membandingkan berbagai bilangan dan memindahkan atau
mengurutkan sesuai dengan besar atau nilai bilangannya. Berikut spesifikasi
bagian dari media pohon bilangan dan langakah penggunaannya.
1. Bagian-bagian media pohon bilangan
a. Papan lipat
Bagian papan lipat ini terbuat dari triplek berguna sebagai tempat untuk
mengurutkan bilangan yang terdiri dari dua bagian yang memiliki ukuran yang
sama dengan panjang 70 cm dan lebar 35 cm. Dua papan tersebut disatukan
dengan dua buah engsel yang berada di tengah papan sehingga papan dapat
dilipat. Papan ini terdapat gambar pohon tanpa daun yang dihiasi dengan latar
pemandangan yang sederhana. Gambar pohon tersebut didesain tepat di tengah
papan sehingga terlihat simetris dengan lipatan papan. Berikut ilustrasi papan
lipat.
Gambar 2.2 Papan Media Pohon Bilangan
29
Gambar di atas adalah papan lipat yang terdapat tiga bagian yaitu (1) garis
lipatan yang terdapat engsel sebagai penghubung papan kanan dan kiri. (2) titik
atau lingkaran kecil yang banyak dalam berbagai warna. Titik tersebut terbuat dari
seng agar dapat ditempel dengan magnet untuk melatih siswa belajar mengurutkan
bilangan. Titik-titik tersebut didesain dengan warna yang berbeda agar siswa
dapat berlatih mengurutkan bilangan sesuai dengan instruksi guru berdasarkan
warna. Jumlah titik tersebut 60 buah. (3) gambar pohon yang di warnai dengan cat
warna coklat. Berikut bentuk papan saat dilipat.
Gambar 2.3 Papan Media Pohon Bilangan saat Dilipat
30
Papan media pohon bilangan ini juga dilengkapi dengan gagang untuk
memudahkan pengguna memegang, sehingga papan media dapat dibawa kemana
saja dengan mudah.
b. Buah Pohon Bilangan
Bagian ini terbuat dari kertas stiker dan kertas karton. Bagian ini juga
dilengkapi dengan magnet neodimium agar dapat ditempel pada titik tengah atau
lingakran kecil, seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Buah Pohon Bilangan
Buah pohon bilangan terbuat dari karton terbal yang berbentuk lingkaran dengan
dimeter 6,5 cm. Buah ini diberikan stiker berwarna merah yang terdapat angka di
bagian tengahnya. Angka-angka pada buah magnet disesuaikan dengan materi
mengurutkan bilangan sampai 500. Karena itu, angka-angka tersebut dibuat urut,
misalnya angka 115, 116, 117, 118, dan 119. Setiap urutan angka terdiri dari 5
buah pohon bilangan. Pada media ini, buah pohon bilangan dibuat 25 buah.
Berikut contoh ilustrasi penggunaannya.
31
Gambar 2.5 Ilustrasi Penggunaan Media Pohon Bilangan
2. Langkah Penggunaan Media Pembelajaran Pohon Bilangan
1. Langkah Awal sebelum penggunaan media pada pembelajaran:
a. Bukalah papan
b. Jepitlah bagian tengah tepi papan dengan penjepit atas dan bawah
c. Ikatlah libang pada ujung media agar dapat digantung di tembok.
d. Tulislah berbagai angka sesuai dengan kebutuhan secara berurutan pada
pin magnet.
e. Ikatlah dengan karet pin magnet yang sudah ditulisi dengan angka secara
berurutan (5 buah/ikatan)
f. Jelaskan kepada siswa bagian-bagian perlengkapan media secara singkat.
2. Pelaksanaan dan aplikasi pada pembelajaran:
a. Jelaskan dan berikan contoh cara menggunakan media pohon bilangan
pada siswa.
b. Tawarkan atau tunjuklah siswa untuk mencoba mengurutkan bilangan
pada papan dengan pin magnet.
32
c. Jika ada siswa yang bersedia, berikan satu ikatan pin magnet dan mintalah
kembali ke bangku untuk berpikir menentukan urutan bilangan yang
benar.
d. Jika siswa sudah selesai mengurutkan bilangan, maka berikan instruksi
kepada siswa tersebut untuk menempelkan pin magnet pada titik warna
tertentu (misalnya: kuning)
e. Bahaslah secara klasikal hasil mengurutkan bilangan yang telah dilakukan
sisswa tersebut.
f. Lakukan berulang dengan siswa yang lain.
3. Langkah setelah penggunaan media pada pembelajaran:
a. Ambilah setiap pin magnet yang sudah digunakan dan letakkan pada
tempat tersendiri atau kotak.
b. Ambilah penjepit yang berada pada tengah tepi atas dan bawah.
c. Turunkan papan yang digantung sebelumnya.
d. Lipatlah papan dengan meletakkan tali penggantung di dalam lipatan
papan.
E. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian tentang masalah dan media pembelajaran di sekolah
dasar, di bawah ini disajikan kerangka berpikir untuk menunjukkan hubungan
antar variabel.
33
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Pengembangan Pohon Bilangan
Pembelajaran dilakukan oleh guru kurang berfariasi karena hanya
menggunakan metode konvensional yaitu tanya jawab, ceramah, dan penugasan.
Selain itu, pembelajaran matematika di kelas II sekolah dasar juga dilakukan
tanpa menggunakan alat peraga yang menrik bagi siswa, sehingga siswa lebih
banyak duduk di tempat daripada melakukan berbagai aktivitas belajar
matematika secara aktif. Karena itu, siswa tampak bosan dengan pembelajaran
yang dilaksanakan dan akhirnya melakukan hal-hal di luar pembelajaran seperti
bermain dan ngobrol dengan teman sebangku. Setelah selesai tes akhir
pembelajaran, lebih dari 50% tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Perlu penanganan terhadap masalah yang ada di kelas, tetapi perlu analisa
yang tepat terutama karakteristik siswa dalam belajar. Selain itu juga pola berpikir
terhadap pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Desain media berupa alat
- Guru mengajar menggunakan metode konvensional
- Tidak ada alat bantu belajar matematika
- Siswa terlihat bosan dan melakukan aktivitas lain di luar pelajaran
- Hasil belajar yang tidak maksimal
- Karakteristik siswa
- Media berupa alat peraga manipulatif
- Perencanaan penggunaan dan aktivitas
- Siswa termotivasi
- Kegiatan belajar yang aktif
Hasil belajar yang sesuai dengan tujuan belajar
34
peraga yang sesuai dengan perkembangan siswa sangat dibutuhkan agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Manipulasi benda-benda tiruan yang
menyerupai objek di lingkungan sekitar seperti tanaman atau pepohonan
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika pada
materi mengurutkan bilangan. Pengembangan media berupa alat peraga ini
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi psikis siswa sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan aktif. Dengan demikian hasil belajar yang
diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.
Recommended