View
233
Download
13
Category
Preview:
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN
OMA/OMK
Dosen Pengampu : Ns. Noor Yunida Triana S.Kep
Disusun Oleh :
Absen Ganjil
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
Nama anggota kelompok :
1. Ade Bagus Sasongko 10/1558/PD/0003
2. Afriyanti Retno Sari 121440124050002
3. Agustin Setyaningsih 121440124070004
4. Amanatul Khudsiyah 121440124130010
5. Ayih Puspita Sari 121440124190016
6. Danang Kukuh Pramono 121440124220019
7. Defi Solifah 121440124250022
8. Eka Nur Cahyani 121440124310028
9. Eling Tiyasari 121440124340031
10. Eny Hikmawati 121440124360033
11. Febri Agung Wijayanto 121440124450042
12. Iffah Qosdina 121440124490046
13. Lina Wijayanti 121440124530050
14. Milah Ristiani 121440124590056
15. Mita Rina Prihastuti 121440124610058
16. Nony Marlina 121440124630060
17. Novi Astikasari 121440124650062
18. Ratu Kasih Murni 121440124740071
19. Riris Irfa Anggraini 121440124760073
20. Salman Alfarizi 121440124840081
21. Suci Aryanti 121440124920089
22. Teti Barokah 121440124950092
23. Tri Andrianto 121440124990096
24. Vebri Tri laksono 121440125050102
25. Yosinta Krishna Sari 121440125070104
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Otitis merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tubaeustascius, antrum mastoid,dan sel-sel mastoid. Otitis media juga merupakan salah
satu penyakit langganan anak. Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk
usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 75 % anak mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3
tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris,
setidaknya 25 % anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009.
Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun Mengingat masih
tingginya angka otitis media pada anak-anak, maka diagnosis dini yang tepat dan
pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan guna mengurangi angka kejadian komplikasi
dan perkembangan penyakit menjadi otitis media kronis.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui gangguan yang terjadi pada telinga seperti halnya
OMA/OMK
2. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari OMA/OMK
3. Mengetahui patofisiologi dari OMA dan OMK
4. Untuk mengetahui etiologi, manisfestasi, serta penatalaksanaan medis dan keperawatan
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien OMA dan OMK.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Definisi
Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, tinitus dan vertigo.Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti
tengah. Jadi otitis media berarti peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustacheus, antrum mastoid,
dan sel-sel mastoid/( soepardi, iskandar ,1990) Otitis media adalah infeksi atau inflamasi
pada telinga tengah (mediastore,2009 )
1. Otitis media akut (OMA)
Otitis Media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachii, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut (OMA) adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah atau infeksi telinga
telinga tengah yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut terjadi karena
faktor pertahanan tubuh yang menurun. Sumbatan tuba eustachii merupakan faktor
penyebab utama dari otitis media, sehingga kuman masuk dalam telinga tengah dan
terjadi peradangan.
Otitis media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek, otitis media
akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama dengan
tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang menonjol
biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali dengan aliran
dengan materi yang bernanah. Demam dapat hadir.
Otitis media akut adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada ruang udara pada
tulang temporal (CMDT, edisi 3 , 2004 )
2. Otitis media kronik (OMK)
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dapat dibagi menjadi dua, aktif dan
inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau
otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan grsnulasi.
Umumnya otorrhea pada otitis media kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung dari stadium peradangannya. Inaktif merujuk pada
sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar habis, dengan demikian tidak ada
otorrhea. Pasien dengan otitis media kronik inaktif serngkali mengeluh gangguan
pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus atau suatu rasa penuh
dalam telinga. Etiologi otitis media kronik disebabkan oleh kuman-kuman aerob dan
anaerob, yaitu : Kuman aerob ; Gram positif : S. pyogenes, S. albus, Gram negatif :
Proteus spp, Pseudomonas spp, E. coli. Kuman anaerob : Bakteroides spp
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses
peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu.
Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk
sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007).
B. Etiologi
1. OMA
Sumbatan pada tuba eusthacius nerupakan penyebab utama dari otitis media.pertahanan
tubuh pada silia mukosa tuba eustacius terganggu sehingga pencegahan invasi kuman
kedalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu ispa juga merupakan factor penyebab
yang paling sering. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti
obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan
disekitarnya (sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika).
Kuman penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus. Selain itu, kadang-kadang juga
hemofilus influenza, E. coli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan
pseudomonas aerugenosa. Sedangkan Hemofilus influenza sering ditemukan pada
anak-anak.
OMA ditandai oleh :
Infeksi oleh mikroorganisme.
Terasa penuh dalam telinga, sakit, hilang pendengaran.
2. OMK
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut
penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau
akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas
atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:
Streptococcus.
Stapilococcus.
Diplococcus pneumonie.
Hemopilus influens.
Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Penyebab OMK yang lain antarai lain.
a. Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok
sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah
hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan
tempat tinggal yang padat.
b. Genetic
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum
diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
c. Riwayat otitis sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media
akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan
kronis
d. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa
metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai
adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
e. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
OMK.
f. Alergi
penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang
alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal
ini belum terbukti kemungkinannya.
C. Tanda Gejala
1. OMA
Gejala klinis otitis media akut tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita.
Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium
prforasi. Gejala klinis otitis media akut (OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu :
a) Bayi dan anak kecil
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39 0C (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit
saat tidur, mencret, kejang-kejang dan kadang-kadang memegang telinga yang
sakit.
b) Anak yang sudah bicara
Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi dan riwayat batuk
pilek
c) Anak lebih besar dan orang dewasa
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran
berkurang).
Namun tanda dan gejala dari otitis media akut juga dapat dilihat dari stadium otitis
tersebut diantaranya:
a. Stadium oklusi tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam
telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat
dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
b. Stadium hiperemis (presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran
timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani.Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan tidak berkurang,
akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa.
Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada
membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,
dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah
ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan
dapat tidur nyenyak.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila
terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh
baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
Otitis media akut (OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila
perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih
dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung
lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa
bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.Pada anak, keluhan utama
adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan
pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil gejala
khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius),
gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang
memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh
akan turun dan anak tertidur.
2. OMK
a. OMK tipe benign
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat
konstan atau intermitten.
b. OMK maligna
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan
berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
Tanda dan gejala lain yang muncul pada OMK :
1. Peradangan kronis pada telinga tengah, otitis media berlanjut
2. Tuli, kadang-kadang sakit, pusing
3. Tekanan negatif ditelinga tengah
4. Tersumbatnya eustachii
5. Udara ke ruang tengah terhambat
6. Keluar sekret terus menerus atau hilang timbul
7. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau nanah dan berlangsung selama
lebi 2 bulan.
D. Patofisiologi
1. OMA
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan
telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan
diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain
itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran
di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami
umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
2. OMK
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk
diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu
dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain
infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan,
dan social ekonomi. Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis,
tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui
perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi.
Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah.
Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah,
biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal.
Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk
kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi
dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga tengah
jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali
normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien
tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam
liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan
menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang mukoid atau
mukopurulen.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnosa
1. OMA
a. Pemeriksaan otoskopik pneumatik menunjukkan membrana timpani yang penuh,
menonjol dengan kerusakan mobilitas.
b. Spesimen rabas telinga (dari membrana timpani yang ruptur) untuk kultur dapat
membantu identifikasi organisme penyebab.
c. Sinar X pada area mastoideus menunjukkan kondisi mastoideus patologik, misalnya
kolesteatoma atau kekaburan sel-sel mastoideus.
2. OMK
a. Audiometri dapat dilakukan untuk mengevaluasi adanya tuli konduktif pada
penyakit kronik.
b. X ray menunjukkan kondisi patologik.
c. Melakukan uji reaksi penderita untuk mengukur dan menentukan lokasi ketulian.
d. Melakukan uji reaksi penderita terhadap suara percakapan dengan : uji weber, rinne
test, pemeriksaan audiogram, pemeriksaan radiologi.
G. Asuhan Keperawatan
1. OMA
A. Pengkajian
a. Nyeri, biasanya merupakan tanda-tanda awal penyakit akut
b. Demam (dapat mencapai 40 0C sampai 60 0C
c. Eritema pasca auricular dan edema pada penyakit kronik
d. Terdapat drainase purulen (otorrhea) jika membrane timpani mengalami
perforasi dan juga timbul bau
e. Nyeri dan nyer tekan pada prosesus mastoideus
f. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
g. Tinitus
h. Perasaan penuh pada telinga
i. Suara bergema dari suara sendiri
j. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
k. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
l. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
m. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
n. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
o. Reflek kejut
p. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
q. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
r. Alergi
s. Dengan otoskop tuba eustachii bengkak, merah, suram
t. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya
B. Diagnose keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan
3. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
2. OMK
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan sekarang, kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana
terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, apa yang digunakan, adakah keluhan seperti
pilek dan batuk.
2) Riwayat kesehatan masa lalu. Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah
menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan
(tenang, daerah isdustri, daerah populasi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
3) Inspeksi: keadaan umum, adakah cairan yang keluar dari telinga, bagaimana
warna, bau, jumlah dan apakah ada tanda-tanda radang
4) Nyeri dapat berkurang atau terdapat nyeri tumpul pada mastoideus.
5) Kaji drainase telinga, keutuhan membrana timpani
6) Kaji daerah mastoid
b. Diagnose keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal yang behubungan dengan kesukaran memahami
orang lain sekunder akibat kerusakan pendengaran.
2. Resiko hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan kesukaran
berpartisipasi dalam percakapan.
3. Ketakutan yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran aktual atau
potensial.
4. Isolasi sosial yang berhubungan dengan kurangnya kontak dengan orang lain
sekunder akibat ketakutan dan keadaan yang memalukan karena kehilangan
pendengaran.
5. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi, infeksi, tinitus dan vertigo.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. OMA
a. Memberikan posisi yang nyaman karena dapat mengurangi nyeri
b. Kompres panas di telinga bagian luar untuk mengurangi nyeri
c. Kompres dingin untuk mengurangi tekanan telinga
d. Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotic
e. Mengkaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo untuk mengurangi
perluasan lebih lanjut
f. Jaga kebersihan pada daerah ling telinga untuk mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme
g. Memantau status pendengaran secara teratur
h. Memantau adanya peningkatan irritabilitas, demam, kaku leher, mual, muntah,
yang mengindikasikan keterlibatan meningeal.
American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat
diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan
< 6 bln Antibiotik Antibiotik
6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala
berat, observasi jika
gejala ringan
2 thn Antibiotik jika gejala
berat, observasi jika
gejala ringan
Observasi
2. OMK
a. Membantu pasien mengenali gejala untuk memberikan waktu mempersiapkan diri
untuk serangan dan membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor pencetus
yang spesifik umtuk mengendalikan serangan.
b. Menganjurakan pasien untuk berbaring diam ditempat yang aman selama
serangan.
c. Jika ada reaksi alergi terhadap makanan, hilangkan makanan tersebut dari diet.
d. Menghindari kebisingan dan silau karena dapat menimbulkan serangan.
e. Mengajari pasien tentang program pengobatan, pencetus dan keparahan gejala.
f. Mengajari pasien untuk waspada terhadap petunjuk-petunjuk sensoris lingkungan
lainnya (visual, olfaktorius, taktil) jika pendengaran terganggu.
g. Mengendalikan faktor lingkungan dan kebiasaan personal stres dan keletihan.
I. Komplikasi
1. OMA
a. infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
b. Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler
c. Kelumpuhan pada wajah
d. Tuli
e. Peradangan pada selaput otak (meningitis)
f. Abses Otak
Tanda dan gejala munculnya komplikasi dapat berupa sakit kepala, tuli secara mendadak,
vertigo, demam dan menggigil.
BAB III
Studi Kasus
A. Kasus
OMA/OMK
An. M ( 5 tahun ) dirawat di ruang tht hari pertama, didiagnosa OMA,
Keluhan yang dirasakan An. M adalah telinganya sakit, mual dan malas makan. Sejak 3
hari yang lalu An. M demam, sumeng. Menurut Ibu An. M, anaknya sedah 2 minggu
ini suka menggaruk – garuk telinganya.
Kadang timbul cairan kuning dari telinganya, tetapi tidak setiap hari. Data pengkajian :
TTV : 38’1 C, RR : 22x/mnt
Anak terlihat rewel dan menangis.
B. Pengkajian
I. IDENTITIAS
Nama : An. M
No. RM : (diisi berdasarkan No.RM pasien diRS)
Umur : 5 tahun
Alamat : (Kaji alamat pasien)
Tanggal pengkajian : 18 Desember 2013
Diagnosa medis : OMA
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan telinganya sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan telinganya sakit, mual dan malas makan, demam
sumeng. Sudah 2 minggu menggaruk-garuk telinganya dan timbul cairan kuning dari
telinga.
3. Riwayat penyakit dahulu
(Kaji riwayat penyakit dahulu pasien, apakah pasien mempunyai riwayat penyakit
dahulu)
4. Riwayat penyakit keluarga
(Kaji riwayat penyakit keluarga pasien, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien, penyakit keturunan atau penyakit menular).
III. OBSERVASI dan PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital sign
Tekanan darah : (Kaji TD pasien)
Nadi : (Kaji Nadi pasien)
Suhu : 38’1 0C
RR : 22x/menit
2. Keadaan umum
Nyeri
P : Perjalanan Penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian telinga
S : Skala 4
T : Sewaktu-waktu
Sikap : Gelisah
3. Pemeriksaan head toe toe
Telinga
Pendengaran : (Kaji pendengaran pasien, masih normal atau tidak)
Secret/darah/ polip : cairan kuning.
C. Diagnosa
No Tgl/jam Data fokus Masalah Etiologi
1. 17 desember
2013
08.00
DS : pasien mengatakan
telinganya sakit.
Keluarga pasien mengatakan
bahwa An. A suka menggaruk-
garuk telinganya.
P : Perjalanan penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Sakit pada bagian telinga
Nyeri akut Proses
penyakit
S : Skala 4
T : Sewaktu-waktu
DO : Kadang timbul cairan
kuning dari telinganya. Pasien
terlihat rewel dan menangis
2. 17 desember
2013
08.00
DS : pasien mengatakan demam,
sumeng
DO : S = 38’1 C
RR= 22x/mnt
Hipetermi Penyakit
3. 17 desember
2013
08.00
DS : Pasien mengatakan mual,
malas makan
DO : Pasien terlihat lemah dan
pucat.
Ketidaks
eimbangan
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Faktor
biologis
Prioritas Masalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
2. Hipetermi berhubungan dengan penyakit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
D. Rencana
Tanggal /
jam
Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi keperawatan
17
desember
2013
08.30
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2x4 jam
diharapkan tidak
mengalami nyeri , dengan
kriteria hasil : (2102)
Frekuensi nyeri
berkurang
Pasien menjadi
tenang
Pain management (1400):
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif.
(lokasi, durasi, kualitas,
karakteristik, frekuensi)
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi seperti
teknik relaksasi
3. Berikan obat analgetik
tanda vital dalam
rentang normal (nadi
60-100x/menit, suhu
36,5-37,5 0C, tekanan
darah 120-80 mmHg,
RR 16-20x/menit)
Ekspresi wajah tidak
menunjukan nyeri
Mampu mengontrol
nyeri
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
4. Kontrol lingkungan
seperti suhu, pencahayaan,
dan kebisingan
5. Monitor TTV pasien
(nadi, suhu, TD, RR)
6. Gunakan komunikasi yang
terapeutik
17
desmeber
2013
09.00
Hipertermi Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam pasien
diharapkan hipertermi
menurun yang ditandai
dengan criteria hasil:
(0802)
Suhu tubuh dalam
rentang normal (36-
37’5 0 C)
RR dalam rentang
normal (16-20x/menit)
Vital sign dalam
rentang normal. (nadi
60-100x/menit, suhu
36,5-37,5 C, tekanan
darah 120-80 mmHg,
RR 16-20x/menit)
Fever treatment :(3740)
1. Monitor TTV pasien
(nadi, suhu, TD, RR)
2. Monitor suhu sesering
mungkin (minimal 2 jam
1x)
3. Monitor warna kulit
4. Monitor RR
5. Berikan obat paracetamol
6. Berikan cairan melalui IV
7. Berikan kompres hangat
17
desember
Ketidaksei
mbagan
nutrisi
Setelah dilakuan tindakan
selama 1x24 jam,
diharapakan klien
Nutrional management (1100)
1. Kaji adanya alergi
2013
10.00
kurang dari
kebutuhan
tubuh
terpenuhi kebutuhan
nutrisnya dengan criteria
hasil : nutrisi status
(1004)
Intake zat gizi
terpenuhi (nutrisi)
Tidak mual
Nafsu makan
bertambah
IMT normal (BB/TB
kuadrat)
Berat badan
bertambah
makanan
2. Anjurkan pasien untuk
makan-makanan yang
bergizi
3. Berikan makanan yang
terpilih
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
5. Kolaborasikan dengan tim
kesehatan mengenai pola
nutrisinya
6. Monitor makanan dan
minuman setiap harinya
BAB IV
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, tinitus dan vertigo.
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah atau infeksi telinga telinga tengah yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani.
Daftar Pustaka
http://4ners.wordpress.com/2009/11/02/oma-otitis-media-akut/ (diakses tanggal 17 Desember
2013)
http://anisahasana.blogspot.com/2011/12/askep-oma-omk-manner-disease.html (diakses
tanggal 17 Desember 2013)
Recommended