25
Kasus 1 Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke poli THT RSHS dengan keluhan keluar secret warna hijau dari telinga anak 2 minggu terakhir, kalau dipanggil sering tidak menjawab hanya menjawab jika dipanggil dengan suara keras, riwayat pasien pernah mengeluarkan riwayat cairan yang sama 4 bulan yang lalu tetapi menurut ibu pasien pasien sering berendam di tempat kolam kerbau berenang bersama teman-temannya. Menurut ibu pasien, pasien tidak menyukai ikan atau sayuran sehingga pasien dibiarkan memilih makanan sesuai keinginannya sering hanya jajan diwarung saja. Pada pemeriksaan fisik secret purulen keluar dari telinga kiri warna hijau bau amis pendengaran 70dcbel, cek spesimen didapatkan streptococus (+), dr melakukan irigasi telingan dan memberikan obat erlamicetin tetes telinga untuk 6 minggu, anak tampak menggaruk-garuk telinganya. Konsep Umum 1. Definisi Otitis adalah inflamasi telinga atau peradangan pada telinga. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar yang disebut otitis eksterna atau ditelinga tengah yang disebut otitis media. Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. Otitis eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupun kronis disebabkan oleh

Kasus 1 OMK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

omk

Citation preview

Page 1: Kasus 1 OMK

Kasus 1

Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke poli THT RSHS dengan keluhan

keluar secret warna hijau dari telinga anak 2 minggu terakhir, kalau dipanggil sering tidak

menjawab hanya menjawab jika dipanggil dengan suara keras, riwayat pasien pernah

mengeluarkan riwayat cairan yang sama 4 bulan yang lalu tetapi menurut ibu pasien pasien

sering berendam di tempat kolam kerbau berenang bersama teman-temannya. Menurut ibu

pasien, pasien tidak menyukai ikan atau sayuran sehingga pasien dibiarkan memilih makanan

sesuai keinginannya sering hanya jajan diwarung saja. Pada pemeriksaan fisik secret purulen

keluar dari telinga kiri warna hijau bau amis pendengaran 70dcbel, cek spesimen didapatkan

streptococus (+), dr melakukan irigasi telingan dan memberikan obat erlamicetin tetes telinga

untuk 6 minggu, anak tampak menggaruk-garuk telinganya.

Konsep Umum

1. Definisi

Otitis adalah inflamasi telinga atau peradangan pada telinga. Inflamasi dapat terjadi di

saluran telinga luar yang disebut otitis eksterna atau ditelinga tengah yang disebut otitis

media.

Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran

telinga. Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena

infeksi bakteri atau jamur. Otitis eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupun

kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit.

Sedangkan Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang ditandai dengan

adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang

telinga hingga meluas ke dasar tengkorak.

Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid disebabkan oleh infeksi virus atau

bakteri yang menyebabkan radang telinga tengah. Kondisi ini biasanya terjadi bersamaan

dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi

1. Otitis eksterna

Terjadi pada individu yang rentan setelah berenang atau jenis lain pajanan telinga

luar terhadap air.

Page 2: Kasus 1 OMK

2. Otitis media

Terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya oleh streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae atau Staphylococcus aureus. Otitis media akut juga dapat

terjadi akibat virus, imaturitas, sistem imun atau reflux gastroesofagus pada anak

kecil juga dapat menjadi penyebabnya. Virus dapat dijumpai tersendiri atau

bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai

pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau

adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus,

rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi

tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri,

menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme

farmakokinetiknya. Otitis media akut terjadi ketika tuba eustachius yang secara

normal mengalirakan sekresi telinga tengah ke tenggorokan menjadi tersumbat

atau penuh sehingga menyababkan penimbunan sekresi telinga tengah dan cairan.

Ketika tuba eustachius terbuka kembali, tekanan ditelinga yang mengalami

kongesti tersebut dapat menarik sekresi hidung yang terkontamiasi melalui tuba

eustachius untuk masuk ke telinga tengah sehingga terjadi infeksi.

Faktor Resiko

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor

genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu

formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis

kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas,

disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain. Peningkatan insidens

OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak

matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status

imunologi anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki

lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan.

Dipercayai bahwa anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan orang

dewasa. Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya

lebih horizontal dari tuba orang dewasa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih

mudah menyebar ke telinga tengah.

Page 3: Kasus 1 OMK

Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah umur 9 bulan adalah

17,5 mm

3. Tanda Gejala

a. gatal-gatal

b. keluarnya cairan berbau busuk.

c. Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel-sel kulit yang mati,

maka bisa terjadi gangguan pendengaran.

d. Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran telinga ditekan, akan

timbul nyeri.

e. Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga tampak merah,

membengkak dan penuh dengan nanah dan sel-sel kulit yang mati.

f. Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporomandibularis)

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada

anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di

samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada

anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan

pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan

anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5°C (pada

stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare,

kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur

membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur

tenang.Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu

penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien

Page 4: Kasus 1 OMK

tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang

kemerahan dan membengkak atau bulging.

4. Klasifikasi

Otitis dibagi menjadi :

1. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-

tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik

dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual,

muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada

pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah. Terjadinya efusi telinga

tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran

timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di

belakang membran timpani, dan otore.

2. Otitis media kronik ditandai dengan adanya supuratif (bernanah) yang merupakan

lanjutan dari OMA yang mengalami pecah gendang telinga (membran timpani) dan

tidak menutup setelah 6 minggu atau non supuratif (serosa/gendang telinga utuh).

3. Otitis media supuratif kronik (OSMK) adalah otitis media yang berlangsung lebih dari

2 bulan karena infeksi bakteri piogenik dan ditandai oleh perforasi membran timpani

dan pengeluaran sekret.

5. Stadium

Membran Timpani Normal

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh

retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam

Page 5: Kasus 1 OMK

telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan

posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang

terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi,

membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya

berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.

Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan

oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang

ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya

sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang

berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses

inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium

ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia,

telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi

gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena

terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar

antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau

bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa

telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya

eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau

Page 6: Kasus 1 OMK

bulging ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit,

nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu

gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran

konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan

menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan

submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di

kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler

membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih

lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi.

Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani

sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi

pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang

tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak

menutup kembali jikanya tidak utuh lagi (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret

berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang

telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium

ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi

kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh

menurun dan dapat tertidur nyenyak.

Page 7: Kasus 1 OMK

Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap

berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif

subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah

sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik

(Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Membran Timpani Peforasi

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan

berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani

berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret

purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium

ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya

tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis

media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani

menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media

serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa

mengalami perforasi membran timpani.

6. Komplikasi

Otitis media yang berulang atau tidak diobat dapat menyebabkan pembentukan

jaringan parut di gendang telinga dan penurunan ketajaman pendengaran secara permanen

Page 8: Kasus 1 OMK

Komplikasi yang jarang terjadi pada otitis media akut adalah meningitis, abses otak

otogenik, atau infeksi tulang mastoid

Patofisiologi

Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-

sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran

telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini

dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran

menumpuk disana.

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan

air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut

pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang

disebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius.

Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi

pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi

kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran

timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga

pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus,

stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan mengalami nyeri pada

telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat

berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan,

terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang

baik.

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan /

pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.

Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran

tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan

datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.

Page 9: Kasus 1 OMK

Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka

sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan sekitar sel

eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah

banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil

penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas.

Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999, 79).

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan otoskopi memberikan informasi tentang telinga yang dapat digunakan

untuk mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai dengan penonjolan

gendang telinga yang merah pada pemeriksaan otoskopi. Penanda tulang dan refleks

mungkin kabur. Otitis media dengan efusi dapat tampak sebagai gendang telinga yang

berwarna abu-abu, baik menonjol ataupun cekung ke dalam. Otitis eksterna

didiagnosus dengan teramatinya saluran eksterna yang merah dan mengalami

inflamasi.

2. Penggunaan alat pneumonik dengan otoskop (Otoskop Pneumatik) lebih lanjut

membantu diagnosis otitis media. Dengan menekan balon berisis udara yang

dihubungkan ke otoskop, bolus kecil udara dapat diinjeksikan ke dalam telinga luar.

Mobilitas membran timpani dapat diobservasi oleh pemeriksa melalui otoskop. Pada

otitis media akut dan otitis media dengan efusi, mobilitas membran timpani

berkurang.

3. Timpanogram adalah suatu pemeriksaan yang mencakup pemasangan sonde kecil

pada telinga luar dan pengukuran gerakan mebran timpani (gendang telinga) setelah

adanya tonus yang terfiksasi, juga dapat digunakan untuk mengevaluasi mobilitas

membran timpani. Pada otitis media akut dan otitis media dengan efusi mobilitas

gendang telinga berkurang.

4. Tes audiologi/audiometri memperlihatkan defisit pendengaran yang merupakan

indikasi penimbunan cairan infkesi atau alergi.

5. Tes CT Scan dan MRI keduanya berguna untuk memriksan perluasan inflamasi

terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, dan komplikasi intracranial.

Page 10: Kasus 1 OMK

Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada

stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian

antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan

pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania

yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius,

menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan

sistemik (Titisari, 2005).

Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali

tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat

tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun

atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun

pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik (Djaafar,

2007).

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan

analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika

terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau

sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar

konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik

diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan

eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam

empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi

dalam 3 dosis (Djaafar, 2007).

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk

untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala

cepat hilang dan tidak terjadi ruptur (Djaafar, 2007).

Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara

berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3

sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya

sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10

hari (Djaafar, 2007).

Page 11: Kasus 1 OMK

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret

tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret

mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat

dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi

mastoiditis (Djaafar, 2007).

Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik.

Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua

sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera

dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah

yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik

meningkat. Menurut American Academy of Pediatrics (2004) dalam Kerschner (2007).

Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan first-

line terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima

hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan

terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi

seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae dan Moraxella

catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae (Kerschner, 2007). Pneumococcal 7-

valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media

(American Academic of Pediatric, 2004).

Sesuai pada kasus pasien diberikan antibiotik Erlamicetin yang diberikan

selama 6 minggu berarti sudah mengalami stadium perforasi karena pengobatan yang

dilakukan lebih dari 3 minggu.

Erlamicetin merupakan suatu tetes telinga

Indikasi:

Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka

Terhadap Chloramphenicol.

Kontra Indikasi:

- Bagi penderita yang sensitif terhadap Chloramphinicol.

- Perforasi membran timpani.

Komposisi:

Tetes telinga Erlamycetin mengandung 1% Chloramphenicol base di dalam larutan tetes

telinga.

Aksi dan Pemakaian:

Sebagai broad spektrum antibiotika, bekerja sebagai bakteriostatik terhadap beberapa

Page 12: Kasus 1 OMK

species dan pada keadaan tertentu bekerjanya sebagai bakterisid.

Cara Pemakaian:

Teteskan ke dalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari.

Peringatan dan Perhatian:

Hindarkan penggunaan jangka lama karena dapat merangsang hipersensitivitas dan

superinfeksi oleh kuman yang resistan

Obat tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang

dalam memerlukan terapi sistemik

Efek samping:

Iritasi lokal, seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan mukolopapular.

Penyimpanan:

Simpan di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

Kemasan:

Botol @ 10 ml.

2. Pembedahan

Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren,

seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi (Buchman,

2003).

1) Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya

terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus

dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran

timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-

inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan,

kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007). Indikasi miringostomi pada

anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis

nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi

merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali

terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau

timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan

terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur

(Kerschner, 2007).

Page 13: Kasus 1 OMK

2) Timpanosintesis

Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan

pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret

untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak

memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang

sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat

menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan

pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian

prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.

3) Adenoidektomi

Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan

efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi

tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan

OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan

adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren

(Kerschner, 2007).

NCP

A. PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN

1) Biodata Pasien   

Nama       :                                                   

Umur       :                                                        

Jenis kel.  :                                                        

Alamat     :                                    

2) Riwayat Kesehatan    

a.  Keluhan Utama:  Biasanya pasien merasakan nyeri pada telinga kanan, perasaan

tidak enak pada telinga, pendengaran berkurang, ketika membersihkan telinga

keluar cairan berbau busuk

b. Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan Tanyakan sejak kapan keluhan

dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan,

apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah

dilakukan untuk mengurangi keluhan.

c. Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien

dahulu pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita

Page 14: Kasus 1 OMK

penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang, apakah klien sering mengorek-ngorek

telinga dengan jepit rambut atau cutton buds sehingga terjadi trauma, apakah klien

sering berenang.

d. Riwayat penyakit keluarga: -

Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien

saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

3) Pemeriksaan Fisik                             

a. Inspeksi

Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada

MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.

b. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai

ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.

c. Palpasi

Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien,

maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan pendengaran berhubungan dengan penyumbatan pada liang telinga sekunder terhadap

pembesaran furunkel, jaringan granulasi yang subur, penumpukkan sekret pada liang telinga,

telinga rasa penuh/nyeri ditandai dengan Ibu Klien mengeluh pendengaran anaknya

berkurang. Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.

Kegagalan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi di tandai penumpukan

serumen, penyempitan liang telinga, hyperemesis dan edema

        INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Dx. Tujuan/ KH Intervensi Rasional

1. I Nyeri pasien

dapat teratasi

a.    Kaji tingkat nyeri klien /

dan skala nyeri

b.    Lakukan pembersihan

telinga secara teratur dan

hati-hati.

c.    Beri penyuluhan kepada

klien tentang penyebab nyeri

dan penyakit yang

a.       Meberi info untuk

mengkaji respon

terhadap intervensi

b.      Untuk mengurangi

penumpukan serumen

yang menyebabkan

edema

c.       Supaya pasien

Page 15: Kasus 1 OMK

dideritanya / demamnya

d.    Lakukan aspirasi secara

steril (bila terjadi abses)

untuk mengeluarkan

nanahnya, jika dinding

furunkelnya tebal,.

e.    Kolaborasi dalam

pemberian obat analgetik

dan antibiotik dosis tinggi 

mengerti tentang

penyebab penyakit

yang di derita,

sehingga tau apa yang

di lakukan supaya

tidak timbul penyakit

yang sama.

d.      Untuk mengurangi

adanya penekanan

pada telinga.

e.       Untuk mengurangi

nyeri pada pasien

2. II Memperbaiki

fungsi

pendengaran

a.   Mengambil serumen dengan

irigasi, atau suction.

b.  Menberikan anti biotic /

hydrogen pyrocsida

a.       Usaha lain untuk

membersihkan kanalis

auditorius eksterna

seperti korek api, jepit

rambut,

b.      Usaha untuk

mematikan bakteri

dalam telinga luar

3. III Membantu

pasien untuk

berinteraksi

a.    Beri alat bantu

pendengaran

b.    Ajari klien untuk

menggunakan tanda non

verbal dan bentuk

komunikasi lainnya

c.    Ajari keluarga atau orang

terdekat praktik komunikasi

yang efektif

d.   Mengurangi kegaduhan

lingkungan

a.       Untuk membantu

pendengaran klien

b.      Merupakan

alternative lain untuk

mempermudah

komunikasi dengan

orang lain

c.       Mampu

berkomunikasi yang

baik dengan klien

d.      Ketengan lingkungan

dapat membantu

kelancaran komunikasi

Page 16: Kasus 1 OMK

4. IV Suhu tubuh

pasien dapat

kembali

normal

a.    Pantau suhu tubuh pasien

b.    Beri kompres hangat

c.    Anjurkan pasien memakai

pakaian tipis dan menyerap

keringat

d.   Kolaborasi pemberian obat

anti piretik

 

         Suhu 38,9° C

menunjukan proses

inflamasi

b.        Membantu

menurunkan demam

secara bertahap

         Pakaian tipis dan

menyerap keringat,

sehingga keringat yang

di keluarkan bisa

terserap

d.        Untuk mengurangi

demam

DAFTAR PUSTAKA

Potter Patricia A.,1996, Pengkajian Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.

Mansjoer, arif dkk. 1999.Kapita selekta.edisi III, hal. 83-85

Dongoes,Marilynn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III