View
70
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
hubungan pemberian asi eklusif terhadap angka kejadian obesitas
Citation preview
Tinjauan Pustaka
HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK
Oleh :
M. Firdaus, S.Ked
NIM. I1A003017
Pembimbing :
dr. Arief B, Sp.A
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu...................................................................... 3
B. Obesitas Pada Anak.......................................................... 11
C. Hubungan ASI Dengan Obesitas...................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Obesitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Prevalensi
overweight dan obesitas pada anak di dunia adalah 6,7% pada tahun 2010. Di
Afrika prevalensi anak overweight dan obesitas sebesar 8,5% sedangkan di Asia
prevalensi anak overweight dan obesitas sebesar 4,9% tetapi jumlah anak yang
terpapar lebih tinggi daripada Afrika yaitu sebanyak 18 juta jiwa. Di Amerika.
66% orang dewasa mengalami overweight, 32% obesitas dan 17% anak dan
remaja usia 2-19 tahun mengalami overweight1. Prevalensi obesitas meningkat
dari tahun ke tahun. Menurut Riskesdas tahun 2007 prevalensi overweight dan
obesitas pada anak 12,2% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 14,0%. Usia
yang rentan terhadap kejadian obesitas adalah masa prapubertas. Namun, pada
usia prasekolah di dunia sebesar 33%. Anak di Asia dan Afrika termasuk
Indonesia memiliki risiko 2,5-3,5 kali lebih besar untuk obesitas2.
Obesitas pada anak berisiko 1,8 kali menjadi obesitas pada masa dewasa.
Obesitas pada anak berdampak pada penurunan prestasi belajar dan dampak
psikososial seperti kurang percaya diri dan menarik diri dari sosial.Terdapat
beberapa faktor yang berperan terhadap kejadian obesitas pada anak.Faktor
tersebut antara lain keturunan/genetik; asupan makanan; aktifitas fisik; riwayat
makan seperti pemberian ASI, berat badan lahir dan parental obesity2.
Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan memberikan ASI kepada bayi
tanpa memberikan cairan atau makanan lain sejak lahir sampai usia 6 bulan. WHO
1
telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai usia 2 tahun. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang sesuai dan
zat immunologic yang melindungi bayi dari infeksi.Pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit termasuk gangguan
lambung dan gangguan pernapasan.Hal ini disebabkan adanya antibodi yang
terkandung dalam kolostrum ASI.Pemberian ASI juga dapat mencegah kejadian
obesitas pada anak.Bayi yang diberi ASI dapat mengatur asupan energi
berhubungan dengan respon internal dalam menyadari rasa kenyang.Kadar insulin
dan hormone leptin lebih seimbang pada bayi yang diberikan ASI sehingga dapat
mencegah obesitas3.
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi di Indonesia sebesar 40%, sedangkan pada
tahun 2007 menaglami penurunan menjadi 32%. Menurut Riskesdas tahun 2010,
bayi usia 5 bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 15,3%. Berdasarkan
hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2011, pemberian ASI
eksklusif di Semarang hanya 24,19%. Hal ini berbanding terbalik dengan kejadian
overweight dan obesitas pada anak yang dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan2.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu
1. Definisi
Air Susu Ibu atau sering disingkat dengan ASI adalah susu yang diproduksi
oleh kelenjar payudara ibu sebagai sumber nutrisi utama untuk bayi baru lahir
sebelum bayi mendapatkan makanan dan minuman dari luar3.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium
laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu. ASI menyediakan semua vitamin, nutrisi
dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak
ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah
atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun pertama, dan sampai tahun kedua
kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu
memerangi penyakit.1,2,3
Air susu ibu atau disingkat ASI adalah gold standard untuk nutrisi bayi dan
merupakan satu-satunya makanan yang diperlukan dalam 6 bulan pertama
kehidupan bayi. Tidak ada satu makanan pun yang dapat menyaingi ASI dalam
hal memberikan nutrisi yang paling tepat untuk bayi. ASI memberikan
perlindungan terhadap bayi dengan mengurangi kemungkinan penyakit infeksi,
3
sudden infant death syndrome (SIDS), beberapa penyakit kronik, noninfeksi dan
kematian postneonatal. Menyusui juga memberikan manfaat baik saat post partum
maupun kesehatan jangka panjang.4
ASI merupakan rekomendasi terbaik untuk nutrisi enteral untuk seluruh bayi,
termasuk juga bayi yang terlahir premature.ASI donor bisa juga menjadi alternatif
jika ASI orang tua asli bayi tidak tersedia atau hanya menghasilkan sedikit
ASI.ASI donor ini bisa diberikan setelah dilakukan metode pasteurisasi kepada
ASI tersebut5.
2. Produksi ASI
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi
(menyusui)3,4. Perkembangan payudara seorang wanita dimulai pada masa
pubertas, kemudian pada trisemester kedua kehamilan payudara mengalami
pembesaran akibat pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel
epitel payudara. Pada perkembangan payudara ini hormon laktogen dan prolaktin
plasenta menjadi aktif, khususnya dalam memproduksi ASI3.
Pengeluaran ASI dirangsang oleh hisapan mulut bayi pada puting payudara
ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitari anterior untuk
memproduksi hormon prolaktin yang merupakan hormon utama untuk
mengendalikan pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu tergantung pada let
down reflex, di mana ikatan puting merangsang serabut otot halus di dalam
dinding saluran susu agar pengeluaran air susu dapat berjalan dengan lancar5.
Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama biasanya sekitar 450-
650 ml. Seorang bayi membutuhkan sekitar 600 ml/hari. Kebutuhan tersebut dapat
4
dengan memberikan ASI pada enam bulan pertama. Oleh karena itu, selama kurun
waktu tersebut ASI dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan,
produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak dapat lagi dipenuhi dengan
ASI, maka dibutuhkan makanan tambahan5.
3. Macam-Macam ASI
ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi tiga, yaitu ASI kolostrum, ASI
transisi atau peralihan dan ASI matur. ASI kolostrum merupakan cairan pertama
yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari
keempat-ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum
merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning
dibanding susu matur dan merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.
Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI
matur. Total energinya lebih rendah bila dibandingkan ASI matur dan volumenya
berkisar antara 150-300 ml/24 jam5.
Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 nsampai
ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga semakin meningkat. ASI
matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusya. Komposisi
ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang
cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi
5
sampai usia 6 bulan5,6.
4. Perbedaan Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Tabel 2.1 Perbedaan kandungan ASI., susu sapi dan susu formula5
Kandungan ASI Susu Sapi Susu FormulaKontaminan Bakteri Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada bila
dicampurkanFaktor antiinfeksi Ada Tidak ada Tidak adaFaktor pertumbuhan Ada Tidak ada Tidak adaProtein dan Lemak Jumlah sesuai dan
mudah dicernaTerlalu banyak dan sukar dicerna
Sebagian diperbaiki, disesuaikan dengan ASI
Zat Besi Jumlah kecil tapi mudah dicerna
Jumlah lebih banyak tapi tidak diserap dengan baik
Ditambahkan ekstra, tidak diserap dengan baik
Vitamin Cukup Tidak cukup vitamin A dan C
Vitamin ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu tambahan
5. ASI Eksklusif
Definisi dari istilah ASI eksklusif adalah menyusui bayi dan tidak memberi
bayi makanan dan minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan. Menurut program
pemerintah, ASI eksklusif sebaiknya diberikan hingga bayi berumur enam bulan.
Kemudian ASI tetap diteruskan hingga bayi berusia dua tahun dengan diberikan
makanan tambahan5,7.
Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam
bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di
Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia
bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27- 42%
6
bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007) menunjukkan rata-rata
balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9 bulan.11
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.4
1. Aspek gizi.
Kolostrum dalam ASI mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.Jumlah kolostrum
yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama
kelahiran. Kolostrum mengandung protein, vitaminA yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan
gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.4
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam
ASI tersebut.Selain itu ASI juga mengandung taurin, DHA dan AA pada ASI.
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel
otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.4Docosahexanoic Acid (DHA) dan
Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
7
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh
dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-
masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).4
2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi.Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi.Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.
coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.Laktoferin yaitu sejenis protein
yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran
pencernaan.Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada
susu sapi.4
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibody pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran
pernafasan, dan Mammary AsociatedLympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan
payudara ibu (Depkes RI, 2001). Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang
mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillusbifidus.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.4
3. Aspek Psikologik
8
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormone terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI. Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena
berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skincontact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar
denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.4 Ikatan
perasaan yang begitu kuat ini akhirnya membuat hubungan ibu dengan si bayi
terjalin secara alamiah. Selain itu, kondisi ini juga memungkinkan terjadinya rasa
saling memahami meski keduanya menggunakan ”bahasa” yang berbeda. Pada
tahap ini pula komunikasi antara ibu dan anak akan tercipta dengan lebih baik. 7
4. Aspek Kecerdasan
Interaksi antara ibu dengan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi
pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberi ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Angelsen etal
(2001) menemukan bahwa anak-anak yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan
mempunyai risiko lebih tinggi memiliki skor IQ total yang rendah dibandingkan
anak-anak yang mendapat ASI setidaknya 6 bulan. Jadi lamanya pemberian ASI
memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif anak.8
5. Aspek Neurologis
Bayi hendaknya disusui sedini mungkin bahkan ada yang menganjurkan
9
saat ibu masih berada dalam kamar bersalin. Mungkin ASI belum keluar
akantetapi isapan bayi akan memberi rangsangan bagi produksi ASI.9 Dengan
mengisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.4 Hasil analisis yang dilakukan oleh Weimen (2001) di Amerika
Serikat, negara dapat menyimpan setidaknya $3,6 billion jika persentasi
pemberian ASI Eksklusif dapat ditingkatkan dari 64% menjadi 75%. Simpanan ini
adalah hasil dari mengurangi biaya langsung yang dikeluarkan untuk pembelian
susu formula, biaya klinik, rumah sakit, laboratorium, dan biaya-biaya
administrasi dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan seperti hilangnya waktu
dan penghasilan orang tua karena harus menunggui anak-anak mereka yang
sakit.10
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Menyusui umumnya dapat meningkatkan periode tidak subur setelah
melahirkan.Kenyataannya menyusui mempunyai dampak pada jarak kelahiran
terutama di negara-negara sedang berkembang.Ibu-ibu yang menyusui rata-rata
mengalami haid terlambat beberapa bulan dibandingkan dengan ibu-ibu yang
tidak menyusui. Menurut Depkes RI (2001), dengan menyusui secara eksklusif
dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat
10
kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi
(MAL).4
Keuntungan ASI eksklusif apabila diberikan selama enam bulan, yaitu5:
a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh
kembang sampai umur enam bulan. Sedangkan bayi yang mendapat makanan
lain, misalnya nasi lumat, atau pisang hanya akan mendapat banyak
karbohidrat, sehingga zat gizi tidak seimbang dan mudah menyebabkan
kegemukan pada anak.
b. Bayi di bawah usia enam bulan belum mempunyai enzim percernaan yang
sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI
mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan
selanjutnya.
c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan
tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang
dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.
d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi
bayi, misalnya zat perwarna dan zat pengawet.
e. Makanan tambahan pada bayi yang muda mungkin menimbulkan alergi
B. Obesitas Pada Anak
1. Definisi
Obesitas adalah kondisi abnormal, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal sehingga mengganggu
kesehatan5,8.
11
2. Patogenesis
Patogenesis obesitas adalah terjadi pembesaran/hipertrofi sel lemak,
peningkatan jumlah/hiperplasia sel lemak atau kedua-duanya. Penambahan jumlah
sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa
dewasa. Pada masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi
hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada anak selain hiperplasi
juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas pada masa dewasa pada umumnya
hanya terjadi hipertrofi sel lemak5.
Obesitas pada anak terjadi jika intake kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel berlanjut sampai
dewasa, setelah itu hanya terjadi pembesaran sel saja5.
3. Penyebab
Penyebab obesitas adalah masukan energi yang melebihi dari kebutuhan
tubuh dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan yang paling penting. Faktor genetik yaitu penelitian yang
memperlihatkan bahwa masa lemak anak kembar yang diturunkan adalah sekitar
40-70%. Seorang anak mempunyai kemungkinan 40% menjadi gemuk jika salah
satu orang tuanya obesitas, dan kemungkinan 80% jika kedua orang tuanya
gemuk. Dan anak akan cenderung overweight (kelebihan berat badan atau
kegemukan) pada ibu yang memiliki kadar gula tinggi atau diabetes mellitus5,11.
Faktor-faktor lingkungan meliputi aktifitas fisik yang rendah, perubahan pola
makan siap saji yang berkalori tinggi, dan pandangan masyarakat yang salah
tentang bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk5,9.
12
Obesitas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras. Dari hasil penelitian di
beberapa negara, laki-laki lebih banyak mengalami obesitas dibanding wanita10.
Namun, hal ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Sedangkan
untuk ras, obesitas lebih banyak terjadi pada orang Afrika yang mayoritas berkulit
hitam dan paling sedikit di antara orang Asia Selatan5.
4. Dampak
Dampak yang dapat terjadi pada anak obesitas antara lain5:
a. Penyakit kardiovaskular
b. Gangguan metabolisme glukosa, seperti intoleransi glukosa.
c. Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang yang harus menahan beban
yang lebih berat.
d. Asma dan gangguan pernafasan seperti sleep apnea.
e. Gangguan kulit, khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.
f. Masalah psikososial seperti rendah diri, depresi dan menarik diri dari
lingkungan misalnya karena diolok-olok temannya.
5. Penatalaksanaan
Tujuan terapi obesitas pada anak buatan untuk menurunkan berat badannya,
tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Pencegahan dan
penatalaksanaan obesitas pada anak antara lain5:
a. Pencegahan yaitu dengan mengubah pandangan masyarakat bahwa sehat itu
tidak identik dengan gemuk, membiasakan anak mengonsumsi makanan
berserat, seperti sayuran dan buah-buahan serta mengurangi makanan berkalori
tinggi. Selain itu juga menghindari makanan cepat saji.
13
b. Peningkatan aktivitas fisik pada anak merupakan komponen penitng penurunan
berat badan.
C. Hubungan ASI dengan Obesitas
1. Kandungan lemak ada ASI3,5
Bayi belum dapat mencerna lemak dengan baik. Untuk mencerna lemak
dibutuhkan enzim lipase. ASI mengandung enzim lipase, sedangkan pada susu
formula tidak mengandung enzim ini. Susu formula yang mengandung lemak
tinggi tanpa adanya enzim lipase ini merupakan salah satu faktor pencetus
tejadinya obesitas karena adanya penimbunan lemak.
2. Teori menghisap ASI2,5
Bayi yang mendapat ASI cenderung menghisap puting susu secara aktif, dan
akan berhenti menghisap jika bayi telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi yang
mendapat susu formula yang diberikan menggunakan botol, cenderung
mendapatkan tetesan-tetesan susu secara pasif dari botol dan akan berhenti
meminum susu jika botol telah kosog. Jadi bayi yang mendapat susu formula
lebih mudah mengalami kegemukan dan obesitas.
3. Hormon pada ASI5
Beberapa hormon dalam ASI berperan dalam pengaturan asupan makanan
dan keseimbangan energi, sehingga dapat mencegah risiko obesitas dikemdian
hari.
a. Leptin
Leptin ini berfungsi dalam regulasi metabolisme, asupan makanan,
penggunaan energi, serta memiliki faktor metabolik dan endokrin. Beberapa
14
penelitian membuktikan bahwa ASI manusia mengandung leptin. Bayi yang
mendapatkan ASI memiliki kadar leptin yang lebih tinggi daripada bayi yang
mendapatkan susu formula. Kadar leptin semakin menurun dengan durasi
pemberian ASI. Dari hasil penelitian Mirales et.al. (2006) berat badan bayi yang
menyusui selama 2 tahun pertama dipengaruhi oleh kadar leptin dalam ASI. Hal
ini menunjukkan bahwa leptin ASI merupakan faktor penting dalam memberikan
perlindungan terhadap kelebihan berat badan pada bayi.
b. Adinopektin
Adinopektin adalah protein spesifik terbesar dalam jaringan adiposa. Hormon
ini dapat engikat asam lemak yang dihasilkan oleh jaringan adiposa dan
berhubunggan dengan metabolisme lipid. Hormon ini ditemukan dalam ASI.
Kadar hormon ini menurun dengan durasi laktasi. Penurunan berat molekul
adinopektin atau penurunan konsentrasi adinopektin memegang peranan yang
cukup penting sebagai penanda obesitas dengan resistensi insulin dan sindroma
metabolik.
Reseptor adinopektin adalah AdipoR1 dan Adipor2. Adipor1 mengaktifkan
jalur AMP kinase dan AdipoR2, kemudian mengaktifkan jalur peroxisome
proliferator activated recptor alpha (PPAR alpha) di liver yang berakibat
meningkatnya sensitivitas insulin dan penurunan infkamasi. Penurunan
adinopektin dan peningkatan monocyte chemoattractan protein-1 (MCP-1)
membentuk jaringan adipokin yang menyebabkan obesitas dengan resistensi
insulin dan metabolik sindrom. PPAR gamma mengatur berat molekul adinopektin
dan PPAR alpha mengaur reseptor adinopektin. Dalam kondisi lapar, adinopektin
15
mengaktifkan AMPK di hipotalamus dan meningkatkan asupan makan. Pada saat
yang sama, adinopektin mengaktifkan AMPK di jaringan perifer, seperti otot
rangka dan menstimulasi penimbunan lemak.
Konsentrasi hormon ini berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa
dan meningka terkait sensitivitas insulin. Bayi yang tidak mendapat ASI menjadi
lebih rendah kadar adinopektinnya, sedangkan konsentrasi plasma adinopektin
yang rendah lebih cnderung mengalami obesitas dan diabetes tipe-2.
c. Resistin
Resistin disekresi oleh jaringan adiposa dan terdapat dalam ASI. Konsentrasi
resistin lebih tinggi dalam serum bayi yang diberi ASI. Kadar resistin berbanding
terbalik dengan berat badan bayi baru lahir. Hal ini membuktikan bahwa resistin
memiliki peran dalam mengendalikan pertumbuhan janin. Selain itujuga terlibat
dalam pengaturan nafsu makan dan metabolisme dalam perkembangan bayi.
d. Grelin
Grelin adalah peptide 28-asam amino yang terutama diproduksi di lambung.
Menurut penelitian, konsentrasi ghrelin pada bayi yang mendapat susu formula
lebih tinggi daripada bayi yang mendapat ASI. Ghrelin ini merangsang asupan
makanan, mengurangi pemanfaatan lemak dan pengeluaran energi. Jadi bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih cenderung mengalami obesitas.
e. Obestatin
Obestatin adalah peptida 23 asam amino yang berasal dari prekoursor
reproghrelin dan diproduksi oleh lambung, usus kecil dan kelenjar ludah.
Obestatin ditemukan terdapat pada ASI. Hormon ini berperan mengurangi asupan
16
makanan, menekan motilitas usus, mengatur pertambahan berat badan dan
pengosongan lambung. Jadi bayi yang mendapat ASI lebih jarang mengalai
obesitas.
f. Insulin Like Growth Factor-1
IGF-1 adalah rantai polipeptida dari 70-asam amino, yang merupakan
anggota dari hormon insulin, dimana berperan sebagai mediator utama efek dari
growth hormon (GH). Hormon ini 75% diproduksi oleh hati, yang setelah
kelahiran diatur oleh hormon hipofisis yaitu Growth Hormon (GH). Klasgsburn
adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa ASI menganding faktor
pertumbuhan sel-sel dalam kultur, sedangkan Baxter et.al. menunjukkan adanya
IGF-1 dalam ASI. Hormon ini lebih tinggi kadarnya pada kolostrum dibanding
ASI transisi dan matur. Berdasarkan hasil penelitian, insulin pada ASI
memilikikadar yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula yang
sebagian besar berasal dari susu sapi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Air Susu Ibu atau sering disingkat dengan ASI adalah susu yang diproduksi
oleh kelenjar payudara ibu sebagai sumber nutrisi utama untuk bayi baru lahir
sebelum bayi mendapatkan makanan dan minuman dari luar
2. Obesitas adalah kondisi abnormal, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal sehingga
mengganggu kesehatan.
3. ASI dapat menurunkan risiko terjadinyanya obesitas pada anak melalui
kandungan lemak pada ASI, teori menghisap ASI dan kandungan hormon pada
ASI (Leptin, Adinopektin, Resistin, Grelin, Obestatin, IGF-1)
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Armstrong J, Reilly JJ. Breastfeeding and lowering the risk of childhood obesity. The Lancet 2002; 359: 2003-2004.
2. Saputri EL. Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun. Semarang : PSIG FK UNDIP, 2013.
3. Fitri DI, Chundrayeti E, Semiarty R. Hubungan pemberian asi dengan tumbuh kembang umur 6 bulan di puskesmas nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3(2): 136-140.
4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC, 2012
5. Pratiwi DT. Perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas banyuanyar kota surakarta. Surakarta : FK USM, 2011.
6. Arenz S, Ruckeri R, Koletzko B, et.al. Breast feeding and childhood obesity-a systematic review. International Journal of Obesity 2004; 28: 1247-1256.
7. Strong G, Lee S. Breastfeeding to combat childhood obesity. Clinical Lacatation 2012; 3-4: 143-146.
8. Metzger MW, McDade TW. Breastfeeding as obesity prevention in the united states: a siblingdifference model. American Journal of Human Biology 2010; 22: 291-296.
9. Mayer-Davis EJ, Rifas-Shiman S, Zhuo L, et.al. Breastfeeding and risk for childhood obesity. Diabetes Care 2006; 29(10): 2231-2238.
10. Ryan AS. Breastfeeding and the risk of childhood obesity. Coll. Antropol. 2007; 31(1): 19-28.
11. Saunders KL. Preventing obesity in pre-school children: a literature review. Jurnal of Public Health 2007; 29(4): 368-375.
Recommended