View
93
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
BOK
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan wilayah perkotaan seperti Kota Kendari lebih cepat
dibandingkan dengan wilayah daerah kabupaten yang berada di sulawesi tenggara,hal
ini menyebabkan Kota Kendari banyak menawarkan berbagai macam sarana seperti
sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan.
Hal ini merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan pergerakan.
Dalam melakukan perjalanan dari daerah asal ketempat tujuan pelaku
perjalanan akan dihadapkan pada beberapa moda transportasi yang salah satunya
adalah angkutan kota. Keberadaan angkutan kota sangat penting dalam system
transportasi selain membantu mobilitas masyarakat juga mengurangi kemacetan
karena mempunyai kapasitas angkut yang banyak.
Pada umumnya kondisi angkutan umum di kota berkembang seperti Kendari
belum memadai dan sangat memprihatinkan baik dari armada maupun operatornya,
sehingga kenyamanan dan keamanan masyarakat pengguna jasa transportasi tersebut
tidak terjamin. Ditinjau dari konteks system transportasi kota dan merupakan
komponen yang sangat signifikan, kondisi system angkutan umum yang buruk akan
menyebabkan turunnya efektifitas maupun efisiensi dari sistem transportasi kota
secara keseluruhan.
1
Untuk melakukan perpindahan dari Kec. Moramo menuju Kota kendari
memerlukan sarana transportasi untuk memenuhi kebutuhan penduduknya akan
transportasi. Sehingga dengan adanya angkutan umum ini yang dikelola oleh pihak
operator dapat memenuhi kebutuhan penduduk akan transportasi. Kondisi saranan
transportasi yang ada pada saat ini tidak memadai itngkat pelayanannya, meskipun
demikian angkutan umum rute Moramo-Kendari tetap menjadi salah satu pilihan
karena sampai saat ini belum ada alternatif sarana transportasi lain dengan biaya
terjangkau.
Penetapan tarif angkutan terus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi
ekonomi, antara lain karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM), inflasi dan
pengaruh harga pasar. Kenaikan harga BBM misalnya, akan mengakibatkan
bertambahnya biaya operasional kendaraan yang pada akhirnya akan dibebankan
kepada pengguna jasa angkutan tersebut. Hal ini juga akan berdampak pada
penurunan jumlah pengoperasian angkutan karena banyak pengusaha yang tidak mau
berisiko untuk menanamkan modal di bidang angkutan umum.
Bila mengedepankan tuntutan masyarakat pengguna jasa semata tanpa
menghiraukan kepentingan operator/pengusaha angkutan adalah keputusan yang
tidak bijaksana. Namun bila hanya berpihak pada kepentingan operator/pengusaha
angkutan, maka masyarakat yang akan menanggung bebannya.
Atas dasar inilah penulis melakukan penelitian untuk meninjau serta
menganalisis biaya operasional kendaraan angkutan umum yang terjangkau.
2
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan mengenai tarif dan biaya operasi kendaraan sangat rumit,
penyedia jasa selalu menginginkan pemberlakuan tarif setinggi mungkin dengan
maksud mempercepat pengembalian modal. Sedangkan pengguna jasa (penumpang)
selalu menghendaki tarif serendah mungkin. Dalam upaya mempertemukan kedua
kepentingan ini. Untuk itu dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana menghitung biaya operasional dari kendaraan angkutan umum
yang memadai sehingga dapat terjangkau.
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi biaya operasional kendaraan angkutan
umum rute Moramo-Kendari.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan biaya operasional kendaraan (BOK) angkutan umum rute
Moramo-Kendari, Serta hal-hal yang mempengaruhi besaran biaya tersebut.
2. Menentukan tingkat perbandingan biaya operasional kendaraan dengan
pendapatan angkutan umum Moramo-Kendari
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui besaran biaya operasional kendaraan angkutan umum khususnya
rute Moramo-Kendari.
2. Menambah pengetahuan dalam penetapan tarif berdasarkan biaya operasi
kendaraan angkutan umum.
3
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini lebih terarah pada besaran biaya operasional kendaraan (BOK)
angkutan umum untuk rute Moramo-Kendari. Dari perbandingan antara biaya
operasional kendaraan angkutan umum dengan pendapatan angkutan umum rute
moramo-kendari sampai pada jumlah armada yang memadai untuk angkutan umum.
Dan tidak membahas mengenai fasilitas transportasi dalam pengembangan wilayah
daratan serta mengenai kenyamanan pengguna jalan transportasi.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk Mempermudah dalam memahami isi penulisan proposal ini, maka
dibuat garis besar susunan penulisan dengan rincian sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran inti yang meliputi latar
belakang, maksud dan tujuan, pokok bahasan dan batasan masalah, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori pendukung yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian, menguraikan tentang metode-metode yang dilakukan serta
konsep langkah penelitian pada penelitian ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Angkutan Umum
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau
berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barangdari tenmpat asalnya
ketempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan menggunakan sarana angkutan
berupa kendaraan atau tanpa kendaraan (diangkut oleh orang).
Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem
sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah
angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara
(Warpani , 1990).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
dijelaskan angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan umum adalah
setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan
dipungut bayaran. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan
menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap atau
teratur dan tidak dalam trayek.
2.2 Tujuan Angkutan Umum
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang aman,
cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat,
terutama bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya.Bagi angkutan perkotaan,
5
keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum massal sangat membantu
manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya tingkat efisiensi yang
dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan prasarana jalan.
Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan
angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi permintaan masyarakat
yang sangat beragam. Pada hakikatnya yakni operator harus memahami pola
kebutuhan, dan harus mampu mengerahkan penyediaan untuk memenuhi kebutuhan
secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini dapat dikenali adanya unsur-unsur:
sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu banyaknya
orang atau muatan yang dapat diangkut.
biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi
pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan
angkutan.
staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.
2.3 Peranan Angkutan Umum
Dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah transportasi
kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang penting,yaitu:
a. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas
masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan sehari- hari yang berjarak
pendek atau menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan angkutan antarkota dalam
propinsi), maupun kegiatan sewktu-waktu antar propinsi (angkutan antarkota dalam
6
propinsi dan antarkota antar propinsi). Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah
peranannya dalam pengendalian lalu lintas penghematan energi, dan pengembangan
wilayah.
b. Pengendalian lalu lintas
Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan angkutan umum tidak
dapat ditiadakan. Dengan ciri khas yang dimilikinya, yaknilintasan tetap dan mampu
mengangkut banyak orang seketika, maka efisiensi penggunaan jalan menjadi lebih
tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama dimanfaatkan oleh lebih
banyak orang.Selain itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat
dikurangi, sehingga dengan demikian kelancaran arus lalu lintas dapat ditingkatkan.
c. Penghematan Energi
Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sudah diketahui bahwa cadangan energi
bahan bakar minyak dunia (BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan akan habis dalam
waktu dekat dan sudah adaupaya untuk menggunakan sumber energi non BBM.
Untuk itu, layanan angkutan umum perlu ditingkatkan, sehingga jika layanan
angkutan umum sudah sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan
kendaraan pribadi bagi mobilitas masyarakat.
d. Pengembangan Wilayah
7
Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum juga sangat
berperan dalam menunjang interaksi sosial budaya masyarakat. Pemanfaatan sumber
daya alam maupun mobilisasi sumber daya manusia serta pemerataan pembangunan
daerah beserta hasil-hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang memadai dan
sesuai dengan tuntutan kondisi setempat.
2.4 Pelayanan Angkutan Umum
Pelayanan Angkutan Umum dapat dibedakan dalam tiga kategori utama,
yakni Angkutan Antar-Kota, Angkutan Perkotaan, dan Angkutan Perdesaan.
2.4.1 Angkutan Antar Kota
Angkutan antarkota adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota dengan
kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi (antarkota
dalam propinsi) atau AKDP maupun yang berada di propinsi lain (antarkota
antarpropinsi) yang berarti angkutan antar daerah atau AKAP. Kebutuhan angkutan
antarkota pada umumnya dilayani oleh moda darat dan sebagian kecil oleh moda
angkutan udara dan laut serta penyeberangan. Moda angkutan darat antarkota adalah
kereta api dan kendaraan bermotor (bus berbagai ukuran, taksi).
2.4.2 Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antarkota yang berada
dalam daerah kota raya (metropolis) dan tidak terikat pada batas wilayah administrasi
kota atau daerah, sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah
administrasi kota. Pengoperasian sistem angkutan massal adalah salah satu upaya
menampung kepentingan mobilitas penduduk, terutama di daerah perkotaan atau kota
yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa. Angkutan umum massal kota di
8
Indonesia pada umumnya dilayani dengan bus sedang atau kecil, sedangkan bus besar
hanya melayani angkutan kota di beberapa kota besar; selebihnya, bus besar melayani
angkutan antarkota antarpropinsi.
2.4.3 Angkutan Pedesaan
Angkutan perdesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang ditetapkan
melayani trayek dari dan ke terminal tipe C. Ciri utama lain yang membedakan
angkutan perdesaan dengan yang lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak
pelayanan tidak ditentukan.
2.5 Jenis Angkutan Umum
Jenis angkutan Umum dibagi dalam dua jenis, dari segi kualitas dan dari segi
kapasitas. Kualitas angkutan umum dibuat beberapa tingkatan, untuk menarik orang-
orang dari golongan bawah sampai golongan atas. Sedangkan kapasitasangkutan
umum yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pembebanan (jumlah penumpang)
pada jalur tersebut.
Dari segi kualitas, misalnya :
1. Bus umum: penumpang tidak dijamin mendapatkan tempat duduk
2. Bus patas: semua penumpang mendapatkan tempat duduk.
3. Bus patas AC: semua penumpang mendapatkan tempat duduk dan nyaman.
4. Bus cepat: penumpang dapat sampai ke tujuan dengan cepat. Ini dapat
dilakukan dengan mengurangi tempat pemberhentian.
5. Bus eksekutif: semua penumpang mendapat tempat duduk yang nyaman
dengan waktu perjalanan yang cepat.
Dari segi kapasitas, seperti:
9
1. Mini Bus : kapasitas 10 orang.
2. Mikrolet: kapasitas sekitar 12 orang.
3. Bus sedang: kapasitas sekitar 40 orang.
4. Bus besar: kapasitas sekitar 60 orang.
5. Bus tingkat: kapasitas sekitar 100 orang.
6. Bus gandeng: kapasitas sekitar 150 orang.
2.6 Jenis Tarif Angkutan Umum
Tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para pemakai
angkutan yang disusun secara teratur. Pembebanan dalam harga dihitung menurut
kemampuan transportasi (What Traffic Will Bear).
Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tarif Seragam (flat flare)
Pada sistem ini, tarif dikenakan tanpa memperhatikan jarak yang ditempuh,
baik perjalanan jarak pendek maupun jauh dikenakan tarif yang sama. Secara umum,
tarif seragam biasanya diterapkan untuk penumpang yang mempunyai panjang
perjalanan rata-rata hampir sama. Kerugian tarif ini adalah pada penumpang yang
melakukan perjalanan jarak pendek karena harus membayar dengan tarif yang sama
dengan penumpang yang melakukan perjalanan jarak jauh. Sebaliknya penumpang
yang melakukan perjalanan jarak jauh akan diuntungkan dengan kondisi ini.
Tarif (Rp)
10
Jarak (Km)
Gambar 2.1 Tarif Seragam
2. Tarif Berdasarkan Jarak (Distance-Based Flare)
Sistem tarif ini ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh, yaitu besarnya
tarif yang ditetapkan adalah perkalian besar tarif perkilometer dengan panjang
perjalanan, dimana jarak minimum dan tarif minimum ditetapkan terlebih dahulu
nilainya. Sistem tarif ini memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam pengumpulan
ongkos karena sebagian penumpang melakukan perjalanan yang relatif pendek
menggunakan angkutan lokal.
Tarif (Rp)
Jarak (Km)
Gambar 2.2 Tarif Berdasarkan Jarak
3. Tarif Bertahap
Sistem tarif ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh penumpang yang di
bagi persatuan tahapan.tahapan adalah suatu penggalan dari rute yang jaraknya antar
satu atu lebih tempat pemberhentian sebagai dasar perhitungan tarif. Tarif bertahap
mencerminkan usaha penggabungan secara wajar keinginan penumpang dan
11
pertimbangan biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan waktu untuk mengeluarkan
ongkos. Struktur seperti ini tidak hanya digunakan dengan memperhitungkan
bermacam-macam permintaan pelayanan perangkutan untuk jarak pendek dan
panjang tapi juga akan menguntungkan jika memperhatikan metode pengumpulan
tarif
Tarif (Rp)
Jarak (Km)
Gambar 2.3 Tarif berdasarkan tahapan
4. Tarif Zona
Sistem tarif ini adalah penyederhanaan dari tarif bertahap dimana daerah
pelayanan perangkutan tersebut dibagi kedalam zona-zona. Pusat kota biasanya
sebagai zona terdalam dan dikelilingi oleh zona terluar yang tersusun seperti sebuah
sabuk. Daerah pelayanan angkutan juga dapat dibagi kedalam zona-zona yang
berdekatan. Jika terdapang jalan yang melintang dan melingkar, panjang jalan ini
harus dibatasi dengan membagi zona kedalam sektor-sektor. Skala jarak dan tarif
dibentuk dengan cara yang sama dengan struktur tarif bertahap yang berdasarkan
suatu jarak dan suatu tingkatan tarif. Kerugian akan terjadi bagi penumpang yang
hanya melakukan perjalanan jarak pendek didalam dua zona yang berdekatan, mereka
harus membayar ongkos untuk dua zona. Sebaliknya suatu perjalanan yang panjang
12
dapat menjadi lebih murah jika dilakukan didalam sebuah zona dibandingkan dengan
perjalanan pendek yang melintasi batas zona.
CBD
Zona1
Zona 2
Gambar 2.4 Tarif Berdasar Zona
2.7 Parameter Kinerja Angkutan Umum
Parameter kinerja angkutan umum dapat di ukur berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat No.SK.687/AJ.206/DRJD/2002, sebagai berikut :
1. Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan digunakan untuk mengukur waktu perjalanan suatu
angkutan umum setiap kilometer jarak tempuhnya.
13
Waktu perjalanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
W = TJ
Dengan:
W = waktu perjalanan angkutan umum (menit/km)
J = Jarak antar segmen (km)
T = Waktu tempuh angkutan umum (menit)
2. Kecepatan perjalanan
Kecepatan perjalanan angkutan umum perkotaan adalah perbandingan jarak
operasi dengan waktu perjalanan yang dibutuhkan angkutan dalam melakukan
operasi layanannya Persamaan yang digunakan dalam mengukur kecepatan
perjalanan adalah:
V = JT
Dengan:
V = Kecepatan perjalanan angkutan umum (km/jam)
J = Jarak rute angkutan umum (km)
T = Waktu tempuh angkutan umum (menit)
3. Faktor Muat ( Load Factor)
Load factor adalah rasio jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk
per satuan waktu tertentu.
Untuk menentukanload factor digunakan rumus berikut :
14
Lf= JPCx100 %
Dengan:
Lf =load factor (%)
JP = jumlah penumpang per kendaraan umum
C = kapasitas penumpang per kendaraan umum.
4. Waktu pelayanan atau jam operasi
Waktu pelayanan sangat berpengaruh terhadap perolehan rit dalam satu
hari,biaya operasional angkutan umum dan pendapatan serta pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
5. Waktu Sirkulasi
Waktu sirkulasi adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan kota untuk
menjalani satu putaran atau dua rit pelayanan trayek dari terminal asal
kembali lagi ke terminal asal.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
CTABA = (TAB + TBA) + (σAB + σBA) + (TTA + TTB)
Dengan:
CTABA = Waktu sirkulasi dari A ke B, kembali ke A
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
σAB = Deviasi waktu perjalanan dari terminal A ke terminal B
σBA = Deviasi waktu perjalanan dari terminal B ke terminal A
TTA = Waktu henti di terminal A
15
TTB = Waktu henti di terminal B
6. Frekuensi Pelayanan
Frekuensi adalah jumlah kendaraan yang beroperasi dalam waktu 1 jam.
Penghitungan frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
f= N60
Dengan:
f = frekuensi (jumlah kendaraan per menit)
N = jumlah kendaraan (buah)
7. Waktu antara kendaraan (headway)
Headway adalah interval waktu antara kendaraan angkutan kota yang satu
dengan kendaraan angkutan kota di belakangnya untuk melalui satu titik
tertentu. Nilai headway dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
H=60f
Dengan:
H = waktu antara (menit)
f = frekuensi pelayanan (kendaraan/jam)
8. Waktu tunggu
Waktu tunggu adalah waktu berhenti kendaraan umum di asal atau di tujuan.
Perhitungan waktu tunggu angkutan umum dapat diukur dari setengah
headway.
2.8 Trayek
16
Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil penumpang atau mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.
Berdasarkan PP No.41 Th 1993 tentang angkutan jalan, trayek pelayananjasa
angkutan umum dibagi dalam 4 (empat kelompok), yakni :
1. Trayek antarkota antarpropinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
a. Mempunyai jadwal tetap,
b. Pelayanan cepat,
c. Dilayani oleh mobil bus umum,
d. Tersedianya terminal tipe A pada awal pemberangkatan ,persinggahan,
dan terminal tujuan;
2. Trayek antarkota dalam propinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
a. Mempunyai jadwal tetap,
b. Pelayanan cepat dan atau lambat,
c. Dilayani oleh mobil bus umum.
d. Tersedianya terminal sekurang-kurangnya tipe B, pada awal
pemberangkatan, persinggahan dan terminal tujuan.
e. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.
3. Trayek kota, terdiri dari:
a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
1) Mempunyai jadwal tetap,
17
2) Melayani angkutan antarkawasan utama, antara kawasan utama dan
kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang-alik
secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal,
3) Dilayani oleh mobil bus umum,
4) Pelayanan cepat dan/atau lambat,
5) Jarak pendek,
6) Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang,
b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
1) Mempunyai jadwal tetap,
2) Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antar kawasan
pendukung dan kawasan pemukiman,
3) Dilayani dengan mobil bus umum,
4) Pelayanan cepat dan/ atau lambat,
5) Jarak pendek,
c. Trayek Ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
1) Melayani angkutan dalam kawasan permukiman,
2) Dilayani dengan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum,
3) Pelayanan lambat,
4) Jarak pendek,
5) Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaik dan
menurunkan penumpang;
d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
18
1) Mempunyai jadwal tetap,
2) Melayani pengangkutan antarkawasan secara tetap yang bersifat
massal dan langsung,
3) Dilayani oleh bus umum,
4) Pelayanan cepat,
5) Jarak pendek,
6) Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang;
4. Trayek perdesaan, dengan ciri-ciri pelayanan:
a. Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal,
b. Pelayanan lambat,
c. Dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum,
d. tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C pada
pemberangkatan dan terminal tujuan,
e. prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.
2.9 Terminal
Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib
maka perlu dibangun dan diselenggarakan terminal pada tempat-tempat yang
strategis. Adapun terminal transportasi merupakan:
Titik simpul dalam jaringan jalan transportasi yang berfungsi sebagai
pelayanan umum.
Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.
19
Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan
kota.
Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan
perangkutan jalan yang terdiri atas (1) terminal penumpang dan (2) terminal barang.
1. Terminal Penumpang
Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau barang, perpindahan intra
dan antarmoda angkutan, transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum.
2. Terminal Barang
Terminal barang adalah prasarana perangkutan jalan untuk keperluan
membongkar barang serta perpindahan intra dan atau antarmoda transportasi.
Terminal berdasarkan wilayah pelayanannya dibagi menjadi :
a. Terminal penumpang tipe A
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi, atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang Tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
c. Terminal penumpang tipe C
20
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Berdasarkan fungsi pelayanan, terminal dikelompokkan dalam :
a. Terminal utama, adalah terminal yang melayani angkutan utama, angkutan
pengumpul/penyebaran antarpusat kegiatan nasional, dari pusat kegiatan
wilayah ke pusat kegiatan nasional serta perpindahan antarmoda khususnya
moda angkutan laut dan udara.
b. Terminal pengumpang adalah terminal yang melayani angkutan
pengumpul/penyebar antarpusat kegiatan wilayah, dari pusat kegiatan lokal ke
pusat kegiatan wilayah.
c. Terminal lokal, melayani penyebaran antarpusat kegiatan lokal.
2.10 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Biaya operasi kendaraan di definisikan sebagai biaya dari semua faktor-faktor
yang terkait dengan pengoperasian satu kendaraan pada kondisi normal untuk suatu
tujuan tertentu. Berdasarkan pertimbangan ekonomi, diperlukan kesesuaian antara
besarnya tarif (penerimaan). Dalam hal ini pengusaha mendapatkan keuntungan yang
wajar dan dapat menjamin kelangsungan serta perkembangan usaha jasa angkutan umum
yang dikelolanya.
Biaya Operasi Kendaraan dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost)
2.10.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)
21
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan pada saat awal
dioperasikan. Biaya ini tidak tergantung pada volume produksi yang terjadi. Biaya tetap
ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Biaya Modal Kendaraan
Para pengusaha angkutan antar kota dalam propinsi sebagian besar memilih system
pemilikan kendaraan dalam sistem kredit beserta bunga yang harus dilunasi dalam
jangka waktu tertentu.
Asumsi-asumsi yang digunakan :
a) Pemilik kendaraan dengan menggunakan modal yang dipinjam seluruhnya
dari bank.
b) Pinjaman tersebut beserta bunganya harus dibayarkan dalam jangka waktu
tertentu.
Jika pemilik kendaraan membeli kendaraan dengan uang sendiri tanpa kredit maka
biaya bunga modal ditiadakan.
2. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan nilai
kendaraan karena berkurangnya umur ekonomis. Biaya depresiasi dapat diperlakukan
sebagi komponen dari biaya tetap, jika masa pakai kendaraan dihitung berdasarkan
waktu. Untuk menghitung biaya depresiasi, hal pertama yang dilakukan adalah
menentukan harga kendaraan.
Biaya penyusutan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
22
A=S(i) / {(1+i)n -1}
Ket :
A : Biaya penyusutan setiap tahun
S : Selisih harga kendaraan baru (nilai sekarang) dengan kendaraan bekas.
i : Suku bunga
n : jangka waktu penyusutan
3. Biaya Perijinan dan Administrasi
Ijin kendaraan tahunan dikenakan pada masing-masing kendaraan, dimana
besarnya ijin telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 5 (Lima) tahun berdasarkan
ukuran dan tahun pembuatan, biaya ini terdiri dari biaya STNK, izin trayek, izin
usaha, biaya pemeriksaan (KIR) dan biaya pajak kendaraan bermotor (PKB).
4. Biaya Asuransi Kendaraan
Biaya Asuransi Kendaraan adalah biaya asuransi kecelakaan yang dibayarkan
kepada suatu perusahaan asuransi. Beban yang dapat ditanggung oleh pihak asuransi
apabila kendaraan rusak sangat bergantung pada besarnya premi yang dibayar setiap
waktu. Asuransi bahkan dapat dijadikan perlindungan terhadap seluruh kerusakan
kendaraan.
5. Biaya Awak Kendaraan
23
Biaya awak kendaraan yaitu gaji awak kendaraan angkutan kota yang terdiri
dari sopir dan kondektur. Biaya awak kendaraan terdiri dari :
Gaji/upah
Tunjangan Sosial
Biaya Pengobatan
2.10.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap bisa juga disebut sebagai biaya variable (variable cost)
karena biaya ini sangat bervariasi tergantung hasil yang diproduksi, seperti waktu
tempuh atau jumlah penumpang dan barang yang diangkut. Biaya tidak tetap
merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan beroperasi. komponen biaya
yang termasuk ke dalam biaya tidak tetap ini adalah :
1. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)
Pemakaian bahan bakar umumnya dinyatakan dalam kilometer/liter. Peningkatan
kilometer/liter menyatakan penurunan biaya. Faktor yang mempengaruhi pemakaian
bahan bakar adalah jenis dan tipe kendaraan, topografi, rute, load factor, geometri,
geometri jalan dan kecepatan kendaraan. Rumus untuk menghitung Biaya BBM per
seat-km adalah sebagai berikut :
Biaya BBM per KM = Biaya BBM perhari
Jarak Tempuh (KM) Perhari
2. Biaya Pemakaian Ban
24
Biaya pemakaian ban adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban
baik ban dalam maupun luar. Besarnya biaya pemakaian ban sangat tergantung pada
kecepatan kendaraan dan jenis kendaraan.
3. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Servis Kendaraan (tiap 6 bulan atau 5000KM) Biaya yang dikeluarkan untuk
penggantian oli mesin, oli gardan, oli transmisi dan gemuk. Ditambah dengan
upah kerja servis.
Biaya Pencucian Kendaraan
4. Biaya Retribusi Terminal
Biaya retribusi adalah biaya yang dipungut oleh dinas pendapatan daerah
(Dispenda) terhadap setiap angkutan umum yang memasuki terminal.
BAB III
25
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada rute trnsportasi Kec.Moramo menuju
Kota kendari.
3.1.2 Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan survey selama 1 minggu yaitu
untuk menentukan data-data primer yang dimulai dari pelaksanaan survey
langsung ke lapangan terhadap jumlah penumpang yang naik turun serta
waktu tempuh dari kec.moramo menuju kota kendari.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Data Primer
Data Primer adalah data-data yang berhubungan dengan observasi
langsung di lapangan/lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer yaitu
dengan cara survey langsung dilapangan dan langkah awal ialah dengan
mempersiapkan alat-alat dan keperluan survey.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi terkait
sesuai dengan lingkup penelitian yang berupa data-data pendukung. Data
sekunder yang dibutuhkan adalah jumlah rute, panjang rute, banyaknya
angkutan yang beroperasi serta biaya operasional dan lain-lain.
3.3 Bagan Alir Penelitian
26
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
27
Identifikasi Masalah dan Studi Pustaka
Penetapan Tujuan
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Data Primer :1) Naik Turun Penumpang2) Waktu Perjalanan 3) Jumlah Penumpang4) Pendapatan5) Penggunaan Suku cadang
Data Sekunder :1) Jumlah angkutan yang beroperasi2) Panjang Rute3) Daftar Tarif Angkutan4) Data tahun dan harga kendaraan5) Data harga suku cadang
Pengumpulan Data
Analisis Data :Pergitungan BOKPerhitungan Pendapatan
Kesimpulan dan Saran
Recommended