View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA
DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
VALIANT LUKAD P.S.
K2508032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Valiant Lukad P.S.
NIM : K2508032
Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Mesin
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul : “EFEKTIVITAS
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES
PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA
DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
VALIANT LUKAD P.S.
K2508032
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Valiant Lukad P.S.. EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK
PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli
2012.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai
efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada proses
pembelajaran siswa di SMK Pancasila tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan
pendekatan model evaluasi CIPP. Bentuk dan strategi yang digunakan penelitian ini
adalah deskriptif dengan menggunakan data kualititatif dan kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan dua sumber data utama yaitu informan yaitu staf QMR, staf kurikulum,
perwakilan guru produktif, normatif, adaptif, dan K3 dan responden yaitu siswa kelas
XII yang berjumlah 194 siswa. Teknik pengumpulan datanya adalah angket,
wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Validitas data yang digunakan untuk
data kualitatif dengan menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode.
Sedangkan untuk data kuantitatif validitas instrumennya dengan menggunakan uji
validitas dengan korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan rumus cronbach
alpha. Analisis data untuk data kualitatif menggunakan teknik tabulasi data dan
model analisis interaktif H.B. Sutopo sedangkan untuk analisis data kuantatifnya
menggunakan kriteria penilaian Saifudin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Context; (1) Kekuatan dari
penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah
yang lebih baik. (2) Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK
Pancasila Surakarta adalah pada SDM yang menjalankannya. Input; (1) Pendidik
yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin meningkat
kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga semakin baik setelah
penerapan SMM ISO 9001:2008. (2) Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di
SMK Pancasila Surakarta melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan
wawancara. Yang dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang
sesuai dengan standar sekolah yang harapkan. (3) Efektivitas fasilitas pengembangan
pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak
97 dengan perolehan presentase sebesar 53%. (4) Efektivitas sarana pra sarana, dan
lingkungan termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91
dengan perolehan presentase sebesar 49 %. Process; (1) Efektivitas kesesuaian
kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori
tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 85 dengan perolehan presentase
sebesar 46 %. (2) Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan
siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Product. Presentase keberhasilan
kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran
2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari data nilai rata-rata NA perbandingan
tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada
mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami
penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan.
Simpulan penelitian ini adalah context menggambarkan mengenai kekuatan
dan kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta.
Hasil analisis input menunjukkan bahwa latar belakang pendidik, siswa, sumber
belajar, dan lingkungan yang ada di SMK Pancasila Surakarta sudah sesuai dengan
indikator keberhasilan proses pembelajaran. Hasil analisis process menunjukkan
bahwa adanya kesesuaian antara indikator kesesuaian proses pembelajaran dengan
indikator keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis product menunjukkan presentase
keberhasilan lulusan yang menurun dari 100% menjadi 99,55% yaitu sebesar 0,45%
penurunannya. Nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran
bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan
mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang lebih banyak
dibandingkan tahun pelajaran sebelumnya dan adanya kemungkinan perbedaan
tingkat kesulitan soal Ujian Nasional berpengaruh terhadap menurunnya presentase
keberhasilan lulusan dan nilai rata-rata NA tersebut.
Kata kunci: efektivitas, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRACT
Valiant Lukad P.S. EFFECTIVENESS OF ISO 9001:2008 QUALITY
MANAGEMENT SYSTEM APPLICATION ON THE PROCESS OF
STUDENTS’ LEARNING OF SMK PANCASILA OF SURAKARTA OF
2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University of Surakarta. July 2012.
The purpose of the research is to acquire knowledge about effectiveness of
application of Quality Management System of ISO 9001:2008 on the process of
students‟ learning in SMK Pancasila of 2011/2012 Academic Year.
The research is an evaluative research by using evaluative model of CIPP
approach. Strategy of the research is descriptive by using qualitative and quantitative
data. The research uses two primary data sources, namely, informant (QMR staff,
curriculum staff, representative of productive, normative, adaptive and K3 teachers)
and respondent (12th
grade students amounting to 194 individuals). Data is collected
by using questionnaire, interview, observation and documentation techniques. Data
validity for qualitative data is examined by using data and method triangulations.
While, validity of quantitative data is examined by using validity test of product
moment correlation and reliability test of Cronbach alpha. Data analysis for
qualitative data uses data tabulation and interactive analytic model of H.B Sutopo,
whereas quantitative data is analyzed by using Saefudin‟s rating criteria.
The results of the research indicated that Context: (1) Strengths of
application of ISO 9001:2008 QMS in SMK Pancasila of Surakarta are planning,
implementation, management, organization, and documentation of better school
administration. (2) Weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK
Pancasila of Surakarta are human resources who are implementing it. Input: (1)
Performance of educator who is the „main actor‟ of the learning process increased
and control on the teacher was better after application of ISO 9001:2008 QSM. (2)
Qualification standard of new enrollments in SMK Pancasila is through three stages,
namely, written test, medical test, and interview. The admission system is intended to
obtain quality input of new students who are suitable with expected standards of the
school. (3) Effectiveness of learning development facility was categorized as high. It
was indicated by greatest frequency of 97 and percentage of 49%. (4) Effectiveness
of infrastructure and facility and environment was categorized as high. It was showed
by greatest frequency of 91 and percentage of 49%. Process: (1) Effectiveness of
learning suitability with learning success was categorized as high. It was indicated by
greatest frequency of 85 and percentage of 46%. (2) Effectiveness of discipline,
diligence, learning motivation and activeness of students was categorized as high. It
was showed by greatest frequency of 86 and percentage of 47%. Product. Percentage
of graduation of 2010/2011 Academic year was 100%, whereas the percentage was
99.55% in 2011/2012. If it is seen from data of average final grade (NA), comparison
between averages NA of Indonesia language, English and mathematics subjects of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
2010/2011 academic year and that of 2011/2012 experienced a decrease, whereas
average NA of competence subjects increased.
Conclusion of the research is: context represents strengths and weaknesses
of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta. Result of input
analysis indicated that background of educators, students, learning sources, and
environment of SMK Pancasila of Surakarta is suitable with indicators of learning
process success. Result of process analysis showed the suitability between indicators
of learning process suitability and indicators of learning success. Result of product
analysis indicated that percentage of graduation decreased 0.45%, namely from
100% to 99.55%. Average NA of 2011/2012 academic year in Indonesia language,
English, and mathematics subjects decreased, whereas it was increased in
competence subject. Greater enrollment of the 2011/2012 than that of previous
academic year and possible different difficulty level of National Final Exam might
affect the decreased percentage of graduation and the decreased average NA.
Key words: effectiveness. ISO 9001:2008 Quality Management System, learning
process
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
MOTTO
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata
kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
(Q.S. Yasiin : 82)
Jadilah pribadi yang baik, berbakti pada orang tua, selalu ingat pada
Allah SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Ayah dan Bunda
Berpegang teguh pada keyakinan Maha Besar Kekuatan Allah SWT, bermimpi
setinggi langit, menyusun strategi, berpikir taktis, tekun belajar dan bekerja keras.
Semoga dengannya dapat mencapai keberhasilan semuda mungkin.
Valiant Lukad P.S.
Kepemimpinan adalah tentang tanggung jawab, pengertian yang dalam, kecerdasan
dan pengambilan kebijakan yang tepat.
Valiant Lukad P.S.
Belajar adalah proses penemuan secara terus-menerus tanpa akhir.
Tahu saja tidak cukup Anda harus mengaplikasikannya
Ingin saja tidak cukup Anda harus melakukannya.
Bruce Lee
Sebetulnya - kita semua sedang menunggu. Maka pastikan lah bahwa kita hidup
dalam sebuah rancangan yang baik, agar akhir yang pasti datang itu - datang untuk
merayakan kemenangan hidup kita.
Mario Teguh
LEADING INNOVATION !!!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
PERSEMBAHAN
Segala Puji bagi Allah SWT kupanjatkan rasa syukur mendalamku karena
dengan izin dan kuasaNya, pada akhirnya dapat kupersembahkan karya ini untuk :
Abdul Kadir dan Luki Wuryandari
Ayah dan Bunda tercinta yang sangat kucintai dan kusayangi
Meskipun terpisah oleh jauhnya jarak, namun kekuatan kasih sayangnya
terasa sangat hangat dan kuat untuk mentenagaiku berjuang mencapai impian
besarku dan menjadi putra kebanggaan keluarga. Terima kasih atas segala do‟a,
ketulusan, pengorbanan, dan motivasinya.
Wudrialdi
Adikku yang kubanggakan
Semoga kelak kakak dapat menjadi teladan yang baik dan membanggakanmu.
Woyo Corps
Deni, Cipto, dan Lugi percayalah jika kita tetap bekerja sama dan bersinergi dengan
baik kita bisa menjadi Agent of Change yang siap memberikan kontribusi besar bagi
dunia pendidikan di Indonesia.
Rekan-Rekan Kos Loudness
Awan, Farthur, Haris, Bayu, Adit, dan rekan kos lainnya yang tidak bisa kusebutkan
satu persatu terima kasih telah menghadirkan lingkungan kekeluargaan yang positif
dan menyenangkan.
Rekan-Rekan PTM Angkatan 2008
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK
PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik
Kejuruan.
4. Drs. Suwachid, M.Pd., M.T., selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Basori, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMK Pancasila Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Agus Suyamto, S.Pd., M.Pd., selaku staf kurikulum yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama peneliti melakukan penelitian di SMK Pancasila
Surakarta.
8. Para guru SMK Pancasila Surakarta yang bersedia membantu peneliti dalam
melakukan pengumpulan data di SMK Pancasila Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
9. Para Siswa XII yang bersedia membantu dan bekerja sama dengan baik untuk
mengisi angket penelitian.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. viii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6
1. Hakikat Efektivitas .............................................................. 6
2. Model Evaluasi CIPP .......................................................... 8
3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ............................. 10
4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ......................... 20
5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran .................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................... 38
B. Kerangka Berpikir ................................................................... 55
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 58
1. Tempat Penelitian ............................................................. 58
2. Waktu Penelitian ............................................................... 58
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 58
C. Sumber Data............................................................................ 59
1. Informan ............................................................................ 60
2. Responden ......................................................................... 60
3. Data Tambahan ................................................................. 60
D. Teknik Sampling ..................................................................... 61
1. Populasi Penelitian ............................................................ 61
2. Sampel Penelitian.............................................................. 61
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 62
1. Wawancara ........................................................................ 62
2. Angket ............................................................................... 62
3. Observasi........................................................................... 66
4. Studi Dokumenter ............................................................. 67
F. Validitas Data.......................................................................... 68
1. Beban Mengajar Guru ....................................................... 69
2. Sertifikasi Guru ................................................................. 69
3. Tugas Guru Selain Mengajar ............................................ 69
G. Analisis Data ........................................................................... 70
1. Analisis Data Deskriptif .................................................... 70
2. Analisis Data Analitik
H. Prosedur Penelitian ................................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ........................................... 79
1. Identitas Sekolah ................................................................ 79
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta ............... 79
3. Kebijakan Mutu .................................................................. 80
4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan
Staf Pembantu Kepala ........................................................ 81
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 82
1. Analisis Context ................................................................. 82
2. Analisis Input ..................................................................... 83
3. Analisis Process ................................................................. 99
4. Analisis Product ............................................................... 101
C. Pembahasan ............................................................................ 104
1. Context ............................................................................. 104
2. Input ................................................................................. 107
3. Process .............................................................................. 116
4. Product ............................................................................. 118
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................. 119
B. Implikasi ................................................................................. 122
C. Saran ...................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 124
LAMPIRAN ................................................................................................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................ 56
3.1 Skema Analisis Model Interaktif ................................................................ 72
3.2 Bagan Prosedur Penelitian .......................................................................... 78
4.1 Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional ............................ 81
4.2 Alur Prosedur dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ................................ 93
4.3 Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran............ 95
4.4 Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan................................ 96
4.5 Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator
Keberhasilan Pembelajaran ....................................................................... 100
4.6 Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar,
dan Keaktifan Siswa .................................................................................. 101
4.7 Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA ................................. 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................... 58
3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 67
3.3 Kriteria Penilaian Komponen ...................................................................... 73
3.4 Penentuan Skor Tiap Instrumen .................................................................. 73
3.5 Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran.................... 74
3.6 Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan ....................... 75
3.7 Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran
dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 76
3.8 Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar,
dan Keaktifan Siswa .................................................................................... 77
4.1 Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran ....................................... 95
4.2 Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan .......................................... 96
4.3 Kesesuaian Proses Pembelajaran
dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................. 99
4.4 Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa .............. 100
4.5 Data hasil nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2010/2011 .......................... 102
4.6 Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012 .................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Terjemahan BS5750/ISO 9001:2008 untuk Pendidikan ........................... 128
2. Tabel Kesesuaian Terjemahan ISO 9001:2008 dengan
Indikator Keberhasilan Pembelajaran ...................................................... 130
3. Susunan Staf Pembantu Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 ..... 132
4. Sarana Pra Sarana Dan Infrakstruktur SMK Pancasila Surakarta ............. 134
5. Denah Gedung SMK Pancasila Surakarta................................................. 137
6. Kisi-Kisi Instrumen Angket ...................................................................... 138
7. Angket Uji Coba ....................................................................................... 139
8. Tabel r product moment ............................................................................ 146
9. Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ........................................................ 147
10. Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji Coba ..................................................... 152
11. Lembar Validasi Angket ........................................................................... 155
12. Angket Penelitian ...................................................................................... 156
13. Hasil Analisis Angket Penelitian .............................................................. 161
14. Lembar Pedoman Wawancara (Wawancara Berstruktur) ......................... 173
15. Lembar Hasil Wawancara (Wawancara Tak Berstruktur) ........................ 200
16. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 .......... 208
17. Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 .......... 216
18. Pengajuan Judul Skripsi ............................................................................ 225
19. Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi ............................................... 226
20. Pengesahan Proposal Skripsi..................................................................... 228
21. Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................................... 229
22. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................................................... 230
23. Permohonan Ijin Research/Try Out di SMK Pancasila Surakarta ............ 231
24. Permohonan Ijin Research/Try Out di Disdikpora.................................... 232
25. Ijin Penelitian Disdikpora ......................................................................... 233
26. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................................... 234
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era kontemporer dunia pendidikan, kini dikejutkan dengan adanya model
pengembangan dan pengelolaan pendidikan berbasis industri. Dengan adanya
pengelolaan model ini memungkinkan adanya upaya pihak pengelola institusi
ataupun lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih
populer dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari
manajemen itu dikembangkan dari konsep Total Quality Managemement (TQM),
yang pada awalnya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia
pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten
terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.
Konsep TQE yang mulai diterapkan di dunia pendidikan saat ini membuat
peran institusi pendidikan bergeser fungsinya menjadi institusi jasa seperti yang
diungkapkan oleh Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Institusi pendidikan
memposisikan dirinya sebagai industri jasa atau dengan kata lain menjadi industri
jasa” (hlm. 6). Jika institusi pendidikan sebagai industri jasa, maka tentu ada
pelanggan yang menggunakan jasa tersebut dan pelanggan utama dari institusi
pendidikan yang dimaksud adalah pelajar (siswa). Hal tersebut menunjukkan bahwa
konsep manajemen di dalam dunia industri lambat laun mulai diterapkan dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak bermaksud untuk menunjukkan bahwa metode bisnis
di dunia industri lebih unggul dari pada metode pendidikan yang selama ini
diterapkan. Namun, tentu seperti peribahasa mengungkapkan “tidak ada asap kalau
tidak ada api”. Adaptasi manajemen bisnis di dunia industri tidak mungkin dicoba
penerapannya di dunia pendidikan jika tidak ada penyebabnya. Adanya kemungkinan
dunia industri beranggapan bahwa dengan penerapan manajemen bisnis di dunia
pendidikan dapat meningkatkan mutu lulusan dan memenuhi standar kualifikasi yang
dibutuhkan dunia industri. Maka, pada saat itulah diperlukan suatu sistem
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.
Dan sistem manajemen yang berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai
prioritas utama namun dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah manajemen
mutu terpadu pendidikan.
Jenjang pendidikan yang terlihat menerapkan manajemen mutu pendidikan
terpadu adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini mengingat lulusan dari
SMK diharapkan dapat segera diserap oleh dunia kerja. Hal tersebut membuat
institusi pendidikan ini sebisa mungkin menyiapkan lulusan yang memenuhi standar
kualifikasi tertentu untuk kepuasan dunia kerja. Penerapan TQE di SMK sangat
terlihat perwujudannya pada penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) tertentu
untuk meningkatkan kualitas mutu dari sekolah tersebut. SMM yang kini banyak
digunakan di SMK adalah SMM ISO 9001:2008. Berdasarkan wawancara singkat
dengan kepala SMK Pancasila Surakarta, beliau menyampaikan bahwa tujuan
penerapan SMM ISO 9001:2008 bertujuan untuk meningkatkan kualitas mutu
sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusannya yang berdampak
pada meningkatnya kepercayaan dunia kerja terhadap lulusan SMK dan apabila
lulusannya dapat diserap oleh dunia kerja dengan baik diharapkan dapat menarik
perhatian masyarakat dan calon siswa untuk mendaftar di sekolah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan celah pada penerapan SMM
ISO 9001:2008 di SMK. Berdasarkan wawancara singkat kepada staff kurikulum
sekolah pada kegiatan survey awal peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara
tersebut yaitu tidak ada hubungan langsung antara SMM ISO 9001:2008 dengan
peningkatan mutu lulusan SMK, meskipun dengan menyandang setifikat tersebut
pada awalnya kepercayaan dunia kerja dan masyarakat meningkat. Namun, tentu
perlu diketahui bahwa untuk menghasilkan kualitas lulusan terbaik perlu dilihat
proses pembentukan lulusan tersebut. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO
9001:2008 dalam proses menghasilkan lulusan dengan kualitas terbaik. Seperti
diketahui apabila kualitas proses yang dijalankan sudah memenuhi standar, tentu
menghasilkan lulusan dengan kualitas yang diharapkan. Proses yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran karena proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang dialami siswa selama
menempuh pendidikan di sekolah. Hal ini berdasarkan pada pendapat Alim Sumarno
(2011) yang menyatakan: “Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses
pendidikan, sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam
menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan” (1). Pernyataan ini
senada juga dengan pernyataan dari Fathurrohman (2007) (mengutip pernyataan dari
Sudjana 1991) bahwa: “Dalam seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
mengajar dirancang dan dijalankan secara professional”. Oleh karena itu, penting
bagi kita untuk memperhatikan mengenai kualitas pembelajaran di sekolah agar hasil
dari proses pembelajaran yang diterima oleh siswa selama menempuh pendidikan di
sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Salah satu SMK yang menerapkan SMM ISO 9001:2008 adalah SMK
Pancasila Surakarta. Peneliti bermaksud melakukan penelitian di SMK ini dengan
alasan bahwa SMK ini tergolong baru dalam menerapkan SMM tersebut di
sekolahnya. Tentunya banyak perubahan dalam masa transisi ketika sekolah tersebut
ketika menerapkan manajemen mutu terpadu di sekolahnya. Dengan demikian
peneliti beranggapan bahwa akan lebih terlihat jelas efektivitas dari penerapan SMM
ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa perlu untuk
mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 Pada Proses Pembelajaran Siswa Di SMK Pancasila
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Perumusan Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk mengetahui
efektivitas peranan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta, maka
penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses
pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?
2. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses
pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
tujuan dari penelitian dapat ditujukan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh pengetahuan bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO
9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila
Surakarta.
2. Untuk memperoleh pengetahuan seberapa efektifkah penerapan SMM ISO
9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Yang Bersifat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengetahuan teoritis untuk
pengembangan penelitian – penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
b. Hasil penelitian ini akan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya
dalam bidang pendidikan.
c. Sebagai informasi bagi sekolah dan mahasiswa untuk mengetahui efektivitas
penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran siswa di sekolah
agar dapat ditindak lanjuti untuk dikembangkan dan ditingkatkan upaya-
upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja pihak sekolah
untuk menghasilkan lulusan sekolah yang siap bersaing dan dipercaya di
dunia kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Yang Bersifat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Pancasila
Surakarta dalam upaya mengembangkan dan memajukan proses
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing di dunia
kerja sesuai dengan bidang keahliannya masing - masing.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan yang penting
bagi SMK Pancasila Surakarta untuk meningkatkan mutu sekolah dan
mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik agar
kepercayaan dunia kerja dan masyarakat kepada sekolah semakin meningkat.
c. Hasil penelitian mengenai efektivitas proses pembelajaran ini dapat dijadikan
balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
program dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Efektivitas
Berdasarkan arti secara leksikal, “efektivitas” berasal dari kata
“effective” yang artinya berhasil, ditaati, mengesankan, berlaku, mujarab, manjur
dan mustajab. (John M. Echols, 1995: 207). Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2011) partikel kata “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, dan
keefektifan” (hlm. 352). Efektivitas dapat diartikan sebagai indikator yang dapat
menunjukkan keefektifan sesuatu yang diberikan berdasarkan perlakuan,
penerapan, dan tindakan tertentu yang diberikan pada suatu hal tertentu yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, suatu pekerjaan atau
rancangan program bisa dikatakan efektif apabila pekerjaan atau rancangan
program yang dilakukan dan dijalankan oleh orang atau organisasi tersebut telah
mengesankan, berhasil, dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain dalam
mencapai suatu tujuan tertentu yang telah menjadi sasaran bersama. Bahkan, hal
tersebut akan menjadi sesuatu yang mempengaruhi seluruh komponen yang ada
di dalam organisasi.
Sesuatu yang mempengaruhi tersebut adalah sesuatu yang berupa
aturan-aturan atau kebijakan yang mengatur seluruh komponen organisasi, maka
langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin
pendidikan dalam hal ini kepala sekolah adalah langkah strategis yang akan
membawa implikasi atau efek yang benar-benar berlaku, tepat guna, serta
bermanfaat bagi seluruh jajaran atau komponen organisasi yang dipengaruhi
dalam lingkungan sekolah (pendidikan).
Umiarso dan Imam Gojali mengemukakan (mengutip dari Hadari
Nawawi, 2003) bahwa: “Keberhasilan manajemen pendidikan adalah
produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan
efisiensi” (2011: 284). Aspek efektivitas dapat dilihat pada masukan yang
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
merata, proses yang bagus dan berkualitas, output yang banyak secara kuantitas
dan bermutu tinggi secara kualitas, serta kemampuan atau skill pada output yang
sesuai dengan kebutuhan (needs) masyarakat yang sedang membangun. Sejalan
dengan itu, Depdikbud mengidentifikasikan efektivitas sekolah dalam dua
kelompok, yaitu efektivitas internal dan efektivitas eksternal. Efektivitas internal
menunjuk pada keluaran pendidikan yang tidak diukur secara moneter, seperti
prestasi belajar dan jumlah lulusan. Adapun efektivitas eksternal menunjuk pada
keluaran yang bersifat moneter, seperti tingkat penghasilan lulusan.
“Efektivitas” dalam tataran aplikasinya di lembaga pendidikan
mengandung beberapa indikator yang mengacu pada tahapan-tahapan (input,
process, output, dan outcome). Tahap tiap-tiap indikator dapat dijelaskan sebagai
berikut. Indikator input meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan
materi pendidikan, serta kapasitas manajemen. Indikator process meliputi
perilaku adiministrasi, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.
Indikator output berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan
dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan
sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan.
Sedangkan indikator outcome meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan
berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi, pekerjaan, serta
pendapatan.
Apabila dihubungkan antara efektivitas dengan kinerja guru, maka
tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik sifatnya
instruksional maupun tujuan pengiring, akan dapat dicapai secara optimal jika
dapat diciptakan dan dipertahankan dengan kondisi yang menguntungkan bagi
peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran, kondisi ini harus direncanakan
dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta
didik di dalam kelas (usaha kuratif).
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif.
Apabila memenuhi syarat-syarat berikut. Pertama, diketahui secara tepat faktor-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
faktor yang dapat menunjang atau mempengaruhi terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah
yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar
mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan
diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Jadi,
kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan persyarat utama bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Hubungan antara efektivitas dengan pembahasan dalam penelitian ini
adalah bagaimana melihat proses penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM)
ISO 9001:2008 dapat memberikan dampak tertentu pada proses pembelajaran di
sekolah. Seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 sebagai wujud dari
penerapan manajemen mutu terpadu pendidikan efektivitas dari SMM ini dapat
memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Pentingnya mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 terutama di
sekolah yang memiliki visi untuk terus meningkatkan kualitas mutu sekolahnya
tentunya diharapkan dapat mengoptimalkan standar yang diterapkan oleh SMM
tersebut. Karena dengan mengetahui efektivitasnya maka dapat diketahui hal-hal
apa saja yang belum terlaksana secara maksimal yang kemungkinan menjadi
salah satu penyebab kurang maksimalnya hasil padahal sekolah sudah
menyandang gelar bersertifikat SMM ISO 9001:2008.
2. Model Evaluasi CIPP (Context Input Process Product)
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan
diterapkan para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk.
(1967) di Ohio State University. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan
(a decission oriented evaluation approach structured). Tujuan dari penerapan
model evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan
guru) di dalam membuat keputusan. Zainal Arifin (mengutip dalam Stufflebeam,
1973) menyatakan, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
keputusan (2011:78). CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal
empat buah kata, yaitu :
a. Context evaluation to serve planning decision (evaluasi terhadap konteks)
Yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator
merencanakan keputusan menentukan kebutuhan program, dan merumuskan
tujuan program.
b. Input evaluation, structuring decision (evaluasi terhadap masukan)
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing decision (evaluasi terhadap
proses)
Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan
keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah sejauh mana suatu
rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur
kerja, dan apa yang harus diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling decision (evaluasi terhadap hasil)
Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan
selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah
dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.
Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description
mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi juga harus sampai pada
pengambilan suatu keputusan sebagai perwujudan dari penerapan kesimpulan
hasil evaluasi tersebut. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan
sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem
secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan
Norma (PAN) tentang model CIPP ini, kita dapat melihat perincian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penjelasan keempat dimensi tersebut dari segi tujuan, metode, dan
hubungannya dengan pembuatan keputusan.
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP yang
disebutkan di atas merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah
komponen proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP
adalah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah
sistem. Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama Gilbert
Sax (1980) memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana
mempelajari tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang
dievaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Model ini sekarang
diempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari Outcome (s)
sehingga menjadi model CIPPO.
Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product), jika
product berhenti pada lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada
bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan
lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas
barang, tetapi pada kepuasan pemakai atau konsumen.
3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
a. Konsep Manajemen
Nur Zazin (2011) mengungkapkan bahwa, “Secara etimologi,
manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage sinonim dari to hand
berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berari memimpin”
(hlm. 27). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2011)manajemen berarti “penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran” (hlm. 870). Senada dengan hal tersebut Nur Zazin (2011)
menyatakan bahwa :
Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber
daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi yang dilakukan
secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota
secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan (hlm. 28).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan
mengenai pengertian manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan
mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan
pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh
anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang
telah ditentukan.
Dasar manajemen adalah mengapa ilmu manajemen muncul dan
terus berkembang sesuai perkembangan jaman adalah karena sifat manusia
yang diwujudkan dalam sikapnya yang sangat kompleks dan dalam
kehidupannya berperan sebagai mahkluk sosial dan mahkluk individual
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi
aktivitas dan reaksinya dalam menghadapi dan menangani sesuatu dalam
mencapai tujuan hidupnya.
Dalam mencapai tujuan hidupnya, manusia membutuhkan kerja
sama dengan sesamanya dalam bentuk interaksi untuk mencapai tujuan yang
diiinginkannya. Terutama apabila manusia tersebut hidup dalam sebuah
organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya maka memerlukan
ilmu yang menuntunnya bagaimana mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian
tujuan yang diinginkannya manusia selalu berusaha menemukan berbagai
cara terbaik diantaranya adalah dengan mengatur organisasi di mana ia
terlibat di dalamnya.
Berdasarkan beberapa hal di atas sudah cukup menerangkan kepada
kita bahwa sangat pentingnya peran manajemen sebagai faktor penentu
keberhasilan mencapai tujuan tertentu yang manusia inginkan. Begitu pula
dengan pendidikan memerlukan sistem manajemen yang lebih efektif dan
tepat sasaran. Maka diperlukan suatu manajemen tertentu untuk
meningkatkan kualitas mutu institusi pendidikan agar baik secara proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pengolahan maupun output dari institusi pendidikan tersebut lebih tepat
sasaran.
b. Konsep Mutu
Bagi setiap institusi, mutu adalah salah satu prioritas utama dalam
perencanaan kerja mereka. Dan peningkatan mutu terlihat menjadi tugas yang
tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan institusi pendidikan di
Indonesia yang kini sedang berusaha keras untuk mencari pola terbaik dalam
hal meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai hal sudah coba untuk
diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu tersebut. Dan kini muncul
sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan konsep
manajemen bisnis dari dunia industri ke dunia pendidikan. Tentunya hal ini
dilakukan agar institusi pendidikan lebih tepat sasaran dalam menghasilkan
output lulusannya agar kualitas mutu yang diharapkan oleh dunia industri
dapat tercapai. Karena tentunya output dari institusi pendidikan pada
akhirnya akan berkecimpung di dunia kerja dalam hal ini difokuskan pada
dunia industri. Maka dari hal itu, pengelolaan proses yang baik akan
menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh institusi pendidikan.
Mutu memiliki pengertian yang beragam dan memiliki penerapan
yang berbeda tergantung pada konteks apa digunakannya. Nur Zazin (2011)
mengungkapkan (mengutip Gasperz, 2002) menyatakan bahwa:
Mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, dari
konvensional sampai modern. Definisi konvensional mendefinisikan
karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern
menjelaskan mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
keinginan atau kebutuhan pelanggan (hlm. 54)
Mutu juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik
produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi permintaan
(persyaratan yang ditetapkan) customer, baik yang tersurat, maupun yang
tersirat. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai persyaratan mutu
yaitu: spesifikasi, jumlah harga, dan waktu penyerahan. Dalam kaitannya
dengan mutu, juga termasuk di dalamnya mengenai jaminan mutu. Jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mutu (quality assurance) adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis
yang diterapkan di dalam sistem manajemen mutu (bila perlu
didemonstrasikan) untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi
persyaratan mutu. Jaminan mutu memiliki kontrol akhir yang disebut dengan
pengendalian mutu. Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan
kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan
melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga
dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa
disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini
merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang
seringkali kita abaikan dari definisi, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan
adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka
melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa
bertahan dalam persaingan.
Meskipun mutu dapat didefinisikan sebagaimana seperti tercantum
di atas namun sebenarnya untuk mengerti betul mengenai konsep mutu
sangatlah dinamis. Seperti yang dinyatakan Edward Sallis (2011) bahwa,
“Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku
sama sekali tidak akan membantu” (hlm. 51). Berdasarkan hal tersebut
konsep pemahaman mengenai mutu tergantung pada kondisi dan situasi
dimana mutu tersebut ditempatkan.
Seperti disebutkan di atas mutu digunakan sebagai konsep yang
relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini
digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan
sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari
produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan
apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
Manajemen mutu terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai
TQM (Total Quality Management) pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan.
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa, “TQM
merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk
mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi
dan kreativitas karyawan” (hlm. 478).
Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: ”TQM adalah sebuah
filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa
yang akan datang” (hlm. 73).
Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan
pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteratif. Dalam
perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat
dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu.
Pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan
memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang
teridentifikasikan secara faktual.
Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen
yang melibatkan semua unsur kepagawaian di lingkungan suatu perusahaan,
baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau servis.
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari
penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan
efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya”
(hlm. 480)
Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO seri tahun 1994 dan ISO 9001 versi tahun 2000 serta
dasar untuk penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1996. Oleh karena itu, bagi perusahaan atau lembaga pendidikan yang telah
menerapkan sistem TQM bila ingin disertifikasi untuk Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001 atau Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah
dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasi dan sertifikasinya,
apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan
sistem TQM , sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif
karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan
dokumentasi. Prinsip dari pada pengendalian mutu terpadu (TQM) adalah
bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai
dari top pimpinan atau “Top Management” sampai dengan pelaksana
teknis/operator “button up management.” Sistem TQM harus dipahami,
dimengerti, dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua
aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan
target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak.
Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai
berikut.
1) Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management).
2) Pengertian “total” yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan
melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan.
3) Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak
sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efisiensi dan efektvitas
produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas
serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan
perbaikan (continuous improvement) yang berkelanjutan, misalnya
meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan
menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activies and
monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problem),
pendidikan dan pelatihan teknis langsung kepada staf yang
berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and
education).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan
tertulis dan merupakan alat atau “tools” dalam operasional sistem TQM.
Berdasarkan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk
diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem
kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini.
Setelah mengetahui konsep TQM yang diterapkan pada dunia
industri, kemudian kita akan melihat bagaimana TQM di terapkan di dunia
pendidikan yang lebih populer dengan sebutan TQE (Total Quality
Education). TQE di sini dapat dipahami sebagai manajemen mutu total
pendidikan, seperti halnya pada produksi mutu total yang berarti mutu total
produksi. Mutu total pendidikan seharusnya tidak dikacaukan dengan
pemikiran tentang pelatihan dalam konsep mutu total. Veithzal Rivai dan
Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Mutu Total Pendidikan (TQE) di
sini berarti setiap orang merasa terikat untuk memenuhi atau bahkan
melampaui harapan pelanggan pendidikan” (hlm.495). Kontribusi dari Guru
Mutu Total ini akan diterapkan pada pendidikan dalam bentuk prinsip-
prinsip.
Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Strategi yang
dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia
pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi
jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6) Berdasarkan
pernyataan tersebut sebuah institusi pendidikan memberikan pelayanan
(service) sesuai dengan apa yang diinginkan (customer). Jasa atau pelayanan
yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang memiliki
standar kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh pelanggan tersebut
dan memberikan kepuasan kepada mereka. Oleh karena itu, diperlukan sistem
manajemen mutu yang mampu mengoptimalkan kinerja institusi pendidikan
agar lebih bermutu. Edward Sallis (2011) menyatakan:
Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan
pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi
pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam
adalah pengelola institusi itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan
penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar
adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi
pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan
eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan (hlm. 6).
Berdasarkan pernyataan yang di atas sudah jelas mengenai sasaran
kepuasan yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang menerapkan
manajemen pendidikan mutu terpadu yaitu pelanggan dalam dan pelanggan
luar. Dengan demikian tiap institusi pendidikan dapat menerapkan strategi
yang tepat berdasarkan sasaran kepuasan yang ingin dicapai.
1) Pendidikan Dan Pelanggannya
Kita telah mendefinisikan institusi pendidikan sebagai pemberi
jasa. Jasa-jasa ini meliputi pemberian beasiswa, penilaian, dan bimbingan
bagi para pelajar, para orang tua dan para sponsor mereka. Para
pelanggan terdiri dari dari berbagai macam golongan dan perlu
diidentifikasikan. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pelanggan, maka hal penting yang perlu diperjelas adalah
kebutuhan dan keinginan siapa yang harus dipenuhi?
Di tingkat inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang
„pelanggan‟ dalam konteks pendidikan. Bagi beberapa pendidik, istilah
„pelanggan‟ jelas sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat
diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah
klien. Klien, dengan konotasi jasa professional yang menyertainya
dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat dibanding pelanggan.
Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan
menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar atau
murid. Dalam penelitian ini menggunakan kata pelanggan dan pelajar,
dan tidak bermaksud untuk mempersoalkan mereka yang menggunakan
istilah-istilah lain.
Selain itu, ada juga yang mencoba membuat perbedaan antara
istilah „klien‟ ~~yang biasanya menerima jasa pendidikan, seperti
beasiswa~~ dengan „pelanggan‟ ~~yang membayar untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pendidikan. Dalam penelitian ini, pelanggan digunakan sebagai istilah
untuk kedua bentuk istilah di atas dan terpisahkan ke dalam beberapa
jenis. Edward Sallis (2011) mengungkapkan bahwa:
„Pelanggan utama‟ yaitu pelajar yang secara langsung penerima
jasa, „pelanggan kedua‟ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor
pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu
maupun institusi, dan „pelanggan ketiga‟ yaitu pihak yang memiliki
peran-peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah
dan masyarakat secara keseluruhan (hlm. 67).
Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi
pendidikan harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan
para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon
mereka. Hal penting didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang
diberikan oleh institusi kepada pelanggannya. Hal ini sama pentingnya
dengan menciptakan dialog yang baik dan terus menerus dengan mereka.
Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran
yang lebih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing.
Satu hal yang perlu diingat adalah kesuksesan pelajar adalah kesuksesan
adalah institusi pendidikannya.
2) Produk Pendidikan
Setelah sebelumnya mengetahui mengenai konsep mutu. Yang
pertama adalah apa produknya dan yang kedua adalah siapa
pelanggannya. Yang dimaksud dari produk pendidikan adalah pelajar
atau peserta didik. Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap sebagai
produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan
seolah-seolah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan
merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi
tertentu. Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi.
Masalah dari pernyataan di atas adalah sulitnya menerapkan definisi
tersebut dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis.
Karena produk adalah sebuah subyek dari proses jaminan mutu,
maka hal pertama yang harus dilakukan produsen adalah menentukan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengontrol sumber persediaan. Kedua, „bahan mentah‟ harus melewati
sebuah atau beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan hasil
produksi harus dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
didefinisikan sebelumnya. Model semacam ini tidak mudah ditetapkan
dalam pendidikan. Model semacam itu menuntut adanya suatu seleksi
awal bagi pelajar yang hendak diproses. Beberapa sektor pendidikan
memang mempraktekkan hal ini, tapi banyak juga yang menerapkan
prinsip komprehensif yang terbuka untuk semua kalangan. Walaupun
demikian, dari sinilah kemudian analogi tersebut mulai gugur. Saat
proses pendidikan, semisal kurikulum nasional serta spesifikasi standar
dan kompetensi, telah berhasil mengembangkan standarisasi proses,
maka pendidikan akan berubah menjadi apa-apa selain keseragaman.
Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah
hal yang mustahil. Edward Sallis mengungkapkan (mengutip dalam
Lynton Gray) bahwa, “Manusia tidak sama, dan mereka berada dalam
situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa
disama ratakan” (2011: 62). Menilai mutu pendidikan sangat berbeda
dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa”.
Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah ide tentang pelajar sebagai
produk menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap
individu pelajar.
Lalu bagaimana sebaiknya kita mendefinisikan produk jika
dalam konteksnya pendidikan. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih
lanjut bahwa institusi pendidikan bukanlah sebuah industri yang
menghasilkan sebuah produk dalam proses produksi melainkan sebuah
bentuk penyediaan jasa atau layanan. Perlunya dengan jelas membedakan
kedua hal ini karena ada perbedaan fundamental antara keduanya yang
akan melahirkan bagaimana mutu keduanya dapat dijamin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
a. Pengertian ISO 9001:2008
ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan
efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka
kerja untuk untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem manajemen
kualitas formal yang berlaku secara internasional adalah sistem manajemen
ISO 9000. ISO 9000 adalah nama generik untuk sistem manajemen kualitas
internasional yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi
Internasional untuk Standarisasi (The International Organization for
Standardization = ISO) yang bermarkas di Genewa, Switzerland.
ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional
untuk sistem kualitas, yang memspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan
rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen
dengan tujuan untuk menjamin bahwa perusahaan akan menyerahkan barang
atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. ISO 9000 bukan
merupakan suatu standar produk, karena ISO 9000 tidak memuat suatu
persyaratan spesifik yang harus dipenuhi oleh suatu produk (barang atau
jasa). ISO 9000 merupakan standar sistem manajemen kualitas internasional,
karena ISO 9000 memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh
sistem manajemen menghasilkan suatu produk (barang atau jasa).
Seri ISO 9000 dapat dikelompokkan kedalam dua tipe dasar standar,
yaitu (1) seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas,
dan (2) seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman
manajemen kualitas. Seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam standar-
standar sistem kualitas yaitu ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003. Sedangkan
seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam petunjuk aplikasi manajemen
kualitas adalah ISO 9004 beserta bagian-bagiannya.
ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 yang merupakan seri standar
sistem kualitas memiliki elemen-elemen yang diperlukan dan harus dipenuhi,
yaitu:
1) Tanggung Jawab Manajemen (Management Responsibility).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Sistem Mutu (Quality System).
3) Tinjauan Kontrak (Contract Review).
4) Pengawasan Desain (Design Control).
5) Pengawasan Dokumen dan Data (Document and Data Control).
6) Pembelian (Purchasing).
7) Pengawasan Produk yang Dipasok Pelanggan (Control of Customer
Supplied Product).
8) Identifikasi dan Kemampuan Penelusuran Produk (Product Identification
and Tracebility).
9) Pengendalian Proses (Proces Control).
10) Inspeksi dan Pengujian (Inspection and Testing).
11) Pengawasan Atas Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian Atau
Kalibrasi (Control Of Inspection, Measuring, and Text Equipment Or
Calibration).
12) Status Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Text Status).
13) Pengawasan dari Produk yang Tak Sesuai (Control of Nonconforming
Product).
14) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Corrective and Preventif Action).
15) Pengangkatan, Penyimpanan, Pengepakan, Pengepakan, Pengawetan dan
Pengiriman (Handling, Storage, Packaging, Preservation and Delivery).
16) Perekaman dari Pengawasan Mutu (Control of Quality Records).
17) Audit Mutu Iternal (Internal Quality Audits).
18) Pelatihan (Training).
19) Pelayanan (Servicing).
20) Teknik Statistik (StatisticTechniques).
ISO 9001 merupakan model sistem jaminan kualitas dalam
desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. 2008 merupakan
seri terbaru dari sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000.
Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara signifikan lebih
menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi
tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
preventiveaction, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan
preventiveaction yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada
perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada
kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru
ISO 9001 ini.
Dari beberapa uraian sebelumnya diatas baik mengenai manajemen,
mutu dan SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kaitan satu sama lain yang
kemudian didapatkan kesimpulan mengenai pengertian SMM ISO
9001:2008.
1) Manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber
daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan pengawasan yang
dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang
berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan.
2) Mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan
situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi
relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau
layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan
tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk
terakhir sesuai dengan standar atau belum.
3) ISO 9001:2008 merupakan model sistem manajemen kualitas
internasional untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan,
dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang
berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan,
produksi, instalasi dan pelayanan.
Agus Syukur (2010) menyatakan mengenai pengertian SMM ISO
9001:2008 bahwa, “ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan untuk
manajemen mutu di mana suatu organisasi harus menunjukkan
kemampuannya untuk memberikan produk dan memenuhi persyaratan
pelanggan dan pedoman hokum dan peraturan” (hlm. 49).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat diartikan sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan ukuran baik
buruk suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa yang
bersifat absolut dan relatif yang berkualitas internasional untuk
mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan
sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang
bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan
pelayanan.
b. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Dalam menyukseskan proses ada beberapa pilar yang digunakan
demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah
delapan prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi
kinerja sistem agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu
effectivitas continual improvement, delapan prinsip manajemen mutu tersebut
adalah :
1) Delapan Prinsip Manajemen Mutu
a) Fokus Pada Pelanggan
Kelangsungan hidup suatu perusahaan/organisasi sangat
ditentukan bagaimana pandangan pelanggan terhadap
perusahaan/organisasi tersebut. Suatu perusahaan/organisasi harus
memahami kebutuhan pelanggan karena pelanggan adalah kunci
meraih keuntungan. Oleh karena itu organisasi harus memahami
kebutuhan/keinginan pelanggan baik saat ini maupun di masa
mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan mampu
melebihi harapan pelanggan.
Manfaat penting yang diperoleh pada organisasi dengan
menerapkan prinsip fokus pada pelanggan yaitu :
(1) Meningkatnya keuntungan dan mendapat perolehan pangsa pasar
yang cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(2) Meningkatnya penggunaan sumber daya organisasi yang efektif
untuk mempertinggi kepuasan pelanggan.
(3) Meingkatnya loyalitas pelanggan.
Penerapan prinsip pertama ini secara optimal nanatinya akan
mengarah pada hal-hal berikut:
(1) Menyelidiki dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
(2) Memastikan bahwa sasaran organisasi berhubungan dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan.
(3) Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan
organisasi secara keseluruhan.
(4) Menyelaraskan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan
pihak yang berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil
yang didapatkan.
(5) Memastikan keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan
pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik, karyawan,
pemasok, pemodal, masyarakat dan negara.
b) Kepemimpinan
Penerapan prinsip kepemimpinan mengarah pada :
(1) Menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi,
mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya.
(2) Menciptakan lingkungan kerja dimana semua personnel ambil
bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi.
(3) Komitmen “continual improvement” sistem manajemen mutu.
c) Keterlibatan Personel
Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah
dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Personel
semua level adalah inti organisasi: secara penuh harus ikut serta
dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga:
(1) Mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(2) Mengidentifikasi kompetensi, kebutuhan, penyediaan dan
mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan
(3) Mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia dan area
kerja untuk mencapai kesesuaian produk.
d) Pendekatan Proses
Dalam konteks ISO 9001:2008, pendekatan proses
mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan,
pengelolaan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan
(continual quality improvement). Pendekatan secara proses
diperlukan saat menyusun dan menerapkan sistem mutu. Hal ini
menuntut setiap bagian/fungsi untuk memiliki visi terhadap
kepuasan pelanggan. Pendekatan proses mencakup:
(1) Orientasi hasil yang efektif.
(2) Sumber daya dan aktivitas dikendalikan sebagai proses.
(3) Secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan proses
yang digunakan untuk memastikan kesesuaian produk.
e) Pendekatan Sistem Untuk Pengelolaan
Pendekatan sistem untuk pengelolaan didefinisikan sebagai
identifikasi pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang
saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran
perusahaan/organisasi dengan efektif dan efisien.
Mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan sistem dan
interaksi antar proses untuk memberikan kontribusi pada efektivitas
dan efisiensi organisasi, sehingga suatu organisasi mampu:
(1) Menetapkan sasaran mutu tiap proses.
(2) Menetapkan interaksi dan rangkaian proses.
(3) Memantau dan mengukur efektivitas tiap proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
f) Peningkatan Berkesinambungan
Peningkatan berkesinambungan harus dijadikan sasaran dan
tujuan tetap organisasi sehingga Sasaran tetap organisasi dapat
diketahui dan ditetapkan dan kemudian juga organisasi mampu
memantau kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi
terkait dan level dengan menggunakan peratalan seperti : audit
internal, tinjauan manajemen, corrective dan preventive action.
g) Pendekatan Faktual Pada Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada
analisis data dan informasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan
harus didasarkan pada: logika, analisa data, serta informasi yang
tepat dan dapat dipertangung jawabkan.
h) Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Mitra
Organisasi dan pemasoknya/supplier saling tergantung, dan
sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntungkan
dalam rangka meningkatkan kemampuan keduanya dalam
menciptakan nilai. Maka hubungan saling menguntungkan itu
didasarkan pada:
(1) Menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemasok.
(2) Meningkatkan kemampuan kedua organisasi untuk lebih baik.
(3) Seleksi, meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk
mengendalikan produk yang dipasok.
2) Manfaat Penerapan ISO 9001
Setelah mengetahui delapan prinsip manajemen tersebut dapat
ditemukan manfaat dari penerapan ISO 9001 yaitu :
a) Membuat sistem kerja menjadi standar kerja yang terdokumentasi
sehingga memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Ada jaminan bahwa perusahaan mempunyai SMM dan produk yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan.
c) Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan baru.
d) Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan SMM
yang ditetapkan.
e) Meningkatakan semangat pegawai karena merasa adanya kejelasan
kerja sehingga menjadi lebih efisien.
f) Adanya kejelasan hubungan tanggung jawab dan wewenang antara
bagian yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan.
g) Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam
memenuhi permintaan pelanggan (internal dan eksternal).
h) Meningkatkan konsistensi dan kualitas kerja.
i) Mengurangi kerja ulang dan menghemat biaya.
j) Membiasakan bertindak berdasarkan data.
k) Memungkinkan pemantauan mutu yang lebih ketat.
c. Aplikasi ISO 9001:2008 Di Pendidikan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang merupakan salah satu
seri dari ISO 9000 adalah hal baru dalam dunia pendidikan karena berasal
dari dunia industri yang identik sebagai penghasil produk. Istilah manajemen
mutu dan standar yang ditetapkannya menjadi tidak akrab bagi kebanyakan
masyarakat dalam pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan penerjemahan
istilah standar tersebut ke dalam konteks pendidikan. Salah satu konsep yang
ada dalam standar adalah bahwa sistem mutu harus dapat menghasilkan
produk dan mutu konsisten yang meyakinkan. Hal ini melahirkan masalah
metodologis di mana „produk‟ dalam pendidikan apapun definisinya, tidak
dapat diproduksi sesuai dengan ukura standar sistem mutu. Semula sistem
manajemen berbasis industri ini menekankan bahwa pelajar (atau nilai yang
diberikan kepada pelajar) merupakan „produk‟ dari proses pendidikan.
namun, menurut pendapat yang berargumentasi bahwa murid bukan produk
tetapi pelanggan primer, disepakati bahwa program sekolah dan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran juga dapat dikualifikasikan sebagai „produk‟. Di samping itu,
apapun definisi „produk‟ yang diadopsi, tetap tidak mungkin menghasilkan
produk secara konsisten. Masalahnya adalah bahwa dalam pendidikan, dan
jasa industri lain secara umum, interaksi antara pelanggan dan penyedia dapat
merubah mutu jasa yang disediakan. Semua guru tahu bahwa tidak ada dua
kelas yang identik, disebabkan pengalaman dan suasana interaksi dalam
kelas, laboratorium, dan wilayah belajar yang berbeda. Sama sekali tidak
mungkin untuk menyampaikan dan menyeragamkan pengalaman belajar
dengan tingkat yang betul-betul sama. Motivasi dan sikap para pelajar
merupakan aspek penting dalam mutu pendidikan yang mereka terima.
Sebuah sistem mutu pendidikan pasti menghadapi masalah ini, dan
ini adalah sesuatu yang sulit untuk dihadapi. Kebijakan mutu dan strategi
pelaksanaannya harus mengenal dampak konsistensi layanan terhadap
interaksi murid atau staf. Maka perlunya menerjemahkan maksud-maksud
ISO 9000 dalam pendidikan. Secara rinci terjemahan ISO 9001 dalam
pendidikan peneliti tampilkan di lampiran 1.
5. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Hakikat Belajar
Benny A. Pribadi (2010) menyatakan pengertian mengenai belajar
yaitu, “Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki
kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan” (hlm. 6).
Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya
pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.
Tim Pengembang MKDP (mengutip dalam Sudjana, 1989)
menyatakan bahwa Belajar, pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai
proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu (2011:127).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Benny A. Pribadi (mengutip dalam Robert M. Gagne, 1984) dapat
diartikan sebagai A natural process that leads to changes in what we know.
What we can do, and how we have (2010: 6). Maksud dari pernyataan di atas
intinya adalah belajar juga dapat dipandang sebagai proses alami yang dapat
membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang.
Dalam sumber Tim Pengembang MKDP (mengutip Gagne, 1984) Belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman (2011: 124). Dari pengertian tersebut terdapat tiga
unsur pokok dalam belajar yaitu:
1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir
dan merasakan. seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat
diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri.
Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru
melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas dan perasaan
siswa, sebagai contoh: siswa bertanya, menanggapi, menjawab
pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil
kerja, membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala
yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.
2) Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu
yang belajar. seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku
sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya
bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku karena faktor kematangan,
karena lupa, karena minum minuman keras bukan termasuk hasil belajar,
karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
lingkungan). Dan tidak terjadi proses mental emosional dalam
beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan
menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Demain
kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge),
memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis
(analysis), mensistesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).
Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional
manusia, yaitu kemampuan mengasai nilai-nilai yang dapat membentuk
sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam
bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi
karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di
sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam
bentuk hasil ciptaan manusia (cultural).
Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun
pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah
contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedang siswa belajar
dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah
contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung.
Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan
beberapa hal yang menyangkut hakikat belajar sebagai berikut :
1) Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan
yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
2) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
dan permanen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara
keseluruhan.
4) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain: aspek
motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
b. Hakikat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Benny A. Pribadi (mengutip Gagne, 1984) bahwa, A set of
events embedded in purposeful activities that facilitate learning (2010:
9). Maksud dari pernyataan Gagne tersebut intinya yaitu pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas yang disengaja diciptakan dengan maksud
untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Sistem Pendidikan
Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan mengenai
pembelajaran yaitu, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah
pengajaran dan istilah belajar-mengajar. Pembelajaran adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah),
pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena
guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.
Pembelajaran di sekolah semakin berkembang dari pengajaran yang
bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern.
Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekadar kegiatan mengajar
(pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekadar
menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam
pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih
kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang
bervariasi.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk
memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk
meningkatkan efektvitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa
henti. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem
dengan komponen-komponen yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam
sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi
komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan.
2) Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat dalam institusi pendidikan
baik sekolah ataupun perguruan tinggi telah memahami dengan baik
tentang proses pembelajaran siswa aktif, learning how to learn,
penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten
yang sudah tersedia dengan baik, dan RPP/SAP yang telah mengatur
dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran
akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya
menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti
mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam RPP/SAP. Proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan baik akan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajar telah ditata
dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian
untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat
melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapat melalui media
elektronik sesuai dengan pengaturan dalam SAP. Sebagai contoh yang
diterapkan di perguruan tinggi proses pembelajaran melalui internet
mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus
berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di
samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain.
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep
mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya
terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
system, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen
siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan. Fasilitas
dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Tim
Pengembang MKDP (mengutip dalam Davis, 1974) bahwa:
Learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau
pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga
dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar,
bahan ajar, tujuan materi, dan metode, serta penilaian, dan langkah
mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan. (2011: 133)
Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi proses
pengorganisasian, pengelolaan, dan transformasi informasi oleh dan guru
kepada siswa. Ketiga katergori kegiatan dalam proses pembelajaran ini
berkaitan erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar
kelancaran proses pembelajaran. Tim Pengembang MKDP (mengutip
dalam Agnew dkk, 1996) menyatakan bahwa, Belajar adalah kemampuan
untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar
bagi seseorang siswa (2011: 133). Tim Pengembang MKDP (mengutip
dalam Meier, 2002)mengemukakan bahwa, Semua pembelajaran
manusia pada hakikatnya mempunyai empat unsure, yakni persiapan
(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),
penampilan hasil (performance) (2011: 133).
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka
sampai menutup pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran meliputi; (1)
kegiatan awal, yaitu melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan bila dianggap perlu melakukan pretest; (2) kegiatan
inti, yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam memberikan
pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang dianggap
sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disampaikan; (3) kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas
atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu.
a) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta
belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan
bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun, karena terlalu
bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan,
sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan
pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih.
Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik
untuk perumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran
jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi,
metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka
hasilnya diasumsikan akan lebih optimis. Tahap ini penting bahwa
untuk mendekati situasi belajar, misalnya peserta belajar harus
menghadapi segala macam rintangan yang potensial dapat
mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal,
benci pada topic pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan
merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya dapat
menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan kemampuan
belajar.
Berdasarkan hal di atas, maka tujuan tahap persiapan adalah
untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan dating dan
menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan
pernyataan yang memberikan manfaat, memberikan tujuan yang
jelas dan bermakna. Tahap ini bertujuan membangkitkan rasa ingin
tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif.
Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak
bertanya dan mengemukakan banyak masalah, merangsang rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ingin tahu, dan mengajak belajar penuh dari awal. Banyak orang
mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar
mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung, dan
sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini
dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal
ini dikarenakan gambaran negatif semacam itu cenderung mewarnai
pengalaman dengan asumsi.
b) Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran
dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi
belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik.
Presentasi berarti penemuan, di mana fasilitator dapat memimpin,
tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu.
Pembelajara berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta
belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi
guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan,
bukan menekan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata
untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu
yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif
melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap
langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu
peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara
yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra dan
cocok untuk untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan
melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan,
pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh
peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentasi
interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan-
kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan
member pengalaman belajar di dunia nyata yang kontektual serta
melalui pelatihan memecahkan masalah.
c) Latihan (Practice)
Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap
70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah
pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa
yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang
menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan,
dikatakan, dan dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan
instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan
menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan
kata lain, tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks
tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna
mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Peranan guru adalah mengajak peserta belajar yang baru
dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam
struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam
di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari
pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman
belajar sebelumnya. Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan
seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru
dengan berbagai cara. Seperti aktivitas pemrosesan, permainan
dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah, refleksi dan artkulasi
individu, dialog berpasangan atau kelompok, pembelajaran, dan
tinjauan kolaboratif termasuk aktivitas praktis dalam membangun
keterampilan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d) Penampilan Hasil (Performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman
menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap
program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak
yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari,
bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses
belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah
mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu
memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan
keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata
bagi diri mereka sendiri, organisasi, dan klien organisasi. Tujuan
tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan
dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan terus meningkat, seperti penerapan di dunia maya dalam tempo
segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas
penguatan penerapan. Pelatihan terus-menerus, usaha balik dan
evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan, perubahan organisasi
lingkungan yang mendukung. Dengan demikian, sejalan dengan
konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakikat inovasi
pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsure tersebut. Artinya,
jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Berdasarkan uraian materi yang cukup rinci yang membahas mengenai
belajar dan pembelajaran peneliti menyimpulkan ada empat indikator utama penentu
keberhasilan pembelajaran yaitu: pendidik, siswa, sumber belajar, dan lingkungan.
Hal ini juga dikuatkan oleh Sistem Pendidikan Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 mendefinisikan mengenai pembelajaran yaitu: “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
a. Pendidik
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang merujuk
pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan. Guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang pendidikan. Suatu profesi umumnya berkembang dari
pekerjaan, kemudian berkembang makain matang serta ditunjang oleh tiga hal
(keahlian, komitmen, dan keterampilan) yang membentuk sebuah segitiga sama
sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme, walaupun pada kenyataannya
masih dilakukan oleh orang di luar kependidikan atau orang yang tidak ditunjang
oleh profesionalisme yang matang. Berdasarkan hal di atas seorang guru agar
dapat melakukan secara profesional pekerjaannya tentu saja harus memiliki
kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Guru dapat didefinisikan sebagai pihak yang merupakan subyek dari
pelaksanaan pendidikan. Sementara itu dikutip dalam Umiarsi dan Imam Gojali
(mengutip dalam Maryam Rudianto) mendefinisikan bahwa, guru sebagai orang
yang membantu peserta didik untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai
(2011: 202). Secara leksikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 39 ayat (1) disebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sehingga dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa guru adalah
tenaga profesional yang pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai
bentuk pengabdian kepada komunitas belajar (learning community) atau dalam
lingkup lebih luas kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kesimpulan
ini, maka setiap aktivitas yang dilakukan seseorang dalam konteks pendidikan
akan terejawantahkan dalam bentuk guru sebagai fasilitator, inisiator, mediator,
ataupun evaluator.
1) Kompetensi Guru
Sebenarnya apakah seorang guru itu harus profesional? Dalam
pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional
pendidikan yang terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah
orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan memahami
peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang
keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat
kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)
pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5)
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan
teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
b) Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak
mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6)
dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10)
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan,
tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem
nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan
semangat kebersamaan.
d) Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2) konsep-
konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
diampu.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif
dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru
meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan
bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar
dalam kurikulum sekolah (pedagogical content); (c) penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan.
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2005 menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai tenaga
profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan
sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni;
3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Aspek Dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru
Seperti yang tercantum di atas mengenai kompetensi guru
berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun
2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Dalam penelitian ini, peneliti lebih
memfokuskan pada kompetensi pedagogik guru karena memiliki andil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
cukup besar dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang
terjadi. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari Kemendiknas (2010) yaitu:
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang
mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan
membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya
belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan
(pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh
bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu
yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7
(tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan
penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek
kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
a) Menguasai Karakteristik Peserta Didik
Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang
karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran.
Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta
didik di kelasnya,
b) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran,
c) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar
yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan
kemampuan belajar yang berbeda,
d) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku
peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak
merugikan peserta didik lainnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik,
f) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu
agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik
tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).
b) Menguasasi Teori Belajar Dan Prinsip‐Prinsip Pembelajaran Yang
Mendidik
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai
dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
memotivasi mereka untuk belajar:
a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai
materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui
pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas
pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
c) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan
rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
d) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan
belajar peserta didik,
e) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu
sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun
proses belajar peserta didik,
f) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang
memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan
menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c) Pengembangan Kurikulum.
Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan
terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan
lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan
menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik:
a) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
b) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus
untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
c) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan
tujuan pembelajaran,
d) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di
kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta
didik.
d) Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan
pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai
materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan Teknologi Informasi
Komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
a) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas
tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji
sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
c) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi
tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar
peserta didik,
d) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang
harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu
peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut,
sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
e) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta
didik,
f) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan
waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian
peserta didik,
g) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk
dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat
termanfaatkan secara produktif,
h) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan
kondisi kelas,
i) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik
lain,
j) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis
untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta
didik terhadap materi sebelumnya, dan
k) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual
(termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
e) Pengembangan Potensi Peserta Didik
Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap
peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik
melalui program embelajaran yang mendukung siswa
mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya
sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi
mereka:
a) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian
terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan
masing‐masing.
b) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan
pola belajar masing‐masing.
c) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk
memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis
peserta didik.
d) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
e) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat,
potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
f) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai
dengan cara belajarnya masing-masing.
g) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan
mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang
disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
f) Komunikasi Dengan Peserta Didik
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru
mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada
komentar atau pertanyaan peserta didik:
a) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan
menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan
terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide
dan pengetahuan mereka.
b) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan
dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika
diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi
pertanyaan/tanggapan tersebut.
c) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan
mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa
mempermalukannya.
d) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan
kerja sama yang baik antarpeserta didik.
e) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua
jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah
untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
f) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan
meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan
kebingungan pada peserta didik.
g) Penilaian dan Evaluasi
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas
efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam
proses pembelajarannya:
a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang
tertulis dalam RPP.
b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis
penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan
mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik,
tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang
telah dan akan dipelajari.
c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial
dan pengayaan.
d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan
merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya,
dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran,
rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
e) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan
rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
b. Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, ada istilah atau kosa kata yang
tidak asing bagi kita semua, yaitu murid/siswa, pelajar, anak didik dan peserta
didik. Istilah murid/siswa mempunyai arti orang yang sedang belajar atau
bersekolah. Arti pelajar adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di dalam
lembaga pendidikan dasar dan menengah. Istilah anak didik mempunyai arti
anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan oleh orang tua/wali kepada
tanggung jawab guru atau guru yang menyayangi murid seperti anaknya sendiri.
Adapun istilah peserta didik adalah kata yang saat ini sering dipakai pada proses
pembelajaran di sekolah. Penggunaan istilah peserta didik lebih ditekankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kepada pentingnya murid/siswa untuk berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Perubahan istilah dari murid/siswa ke anak didik, kemudian dari anak
didik ke peserta didik, bertujuan untuk memberikan perubahan tugas, kewajiban
dan tanggung jawab seorang murid/siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
tercermin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pengertian peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Sejak lama proses pembelajaran di sekolah pada umumnya dilakukan
secara konvensional, yaitu melalui teknik komunikasi oral. Proses pembelajaran
semacam ini lebih cenderung menekankan bagaimana guru mengajar (teacher
centered) daripada bagaimana peserta didik belajar (student centered), dan
secara keseluruhan hasilnya tidak banyak memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu proses dan hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran yang bersifat teacher centered untuk masa sekarang
dipandang kurang efektif karena kurang melibatkan pengembangan kemampuan
berpikir dan bertindak secara kritis, kurang dapat mengembangkan kemampuan
berkolaborasi dalam proses belajar mengajar, peserta didik kurang termotivasi
dan kurang bertanggung jawab terhadap proses belajar.
Dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi positif antara guru dan
peserta didik. Guru memiliki peranan utama dalam menentukan kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakan berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang akan diperoleh peserta didik .
Motivasi peserta didik adalah unsur utama dalam proses pembelajaran.
Motivasi adalah dasar pemikiran dan keinginan yang kuat bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dengan motivasi yang tinggi, peserta didik akan mampu
menghadapi berbagai tantangan di depannya. Tidak mudah menyerah ketika
mengerjakan soal ulangan yang sulit, tidak mudah mengeluh ketika menghadapi
berbagai macam tugas, dan mampu menyelesaikan tugas dan persoalan dengan
baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Secara singkat, motivasi yang tinggi mampu membuat proses
pembelajaran jadi lebih bergairah dan bersemangat. Peserta didik akan memiliki
niat dan semangat untuk bersama-sama menjadi yang terbaik dalam meraih
mimpi dan cita-citanya. Jika kondisi seperti ini sudah tercapai, maka semua mata
pelajaran yang akan diterima di sekolah akan dipelajari dengan ikhlas, punya
niat dan semangat yang tinggi dalam belajar.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan dalam
merencanakan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, yang
berpedoman pada pendekatan, strategi, metode yang akan digunakan, tujuan
pembelajaran, tahap kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran menuntut peran serta secara aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran, karena merupakan syarat pertama dan utama dalam proses
pembelajaran. Peserta didik perlu menyadari tentang tugas dan tanggung jawab
dalam proses pembelajaran, karena mereka yang melakukan aktivitas-aktivitas
pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Menurut UNESCO (2004), ada empat pilar pendidikan yang harus
dipahami oleh guru dan peserta didik, yaitu learning to do, learning to know,
learning to be, and learning to live together. Dalam proses pembelajaran, para
guru tidak seharusnya memposisikan peserta didik sebagai pendengar ceramah,
seperti botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Peserta didik harus
diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman
belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya
(learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat
membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan
berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning
to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami
kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap
keanekaragaman dan perbedaan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
Sumber belajar memiliki fungsi :
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik
dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan
kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih
kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti
penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil
pembelajaran siswa.
Ada beberapa jenis sumber belajar secara garis besarnya, terdapat dua
jenis sumber belajar yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber
belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan
bersifat formal.
2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran
dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat
berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan
sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh
masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran,
relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat
keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator,
mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/
teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan,
percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan:
ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,
kantor dan sebagainya.
d. Lingkungan
Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu di terima oleh
siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik
seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, taman
dan lain-lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-
lain.
Selanjutnya lingkungan yang di sebut sebagai sumber belajar adalah
tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Tempat dan ruangan
tersebut ada yang di rancang (by Design) khusus untuk tujuan pengajaran,
misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan laboratorium, studio dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sebagainya. selain itu ada juga tempat atau ruangan yang bukan di rancang
secara khusus atau hanya dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk tujuan
pengajaran, seperti gedung dan peninggalan sejarah, bangunan industri
lingkungan pertanian, museum, pasar, tempat rekreasi dan lain-lain.
Menurut tim redaksi bukittingginews (dikutip dalam Semiawan 1990:
96) ada empat sumber belajar yang berkenaan langsung dengan lingkungan
sebagai berikut:
1) Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah.
2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat
menimbulkan pemahaman lingkungan.
4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di manfaatkan cukup menarik
perhatian siswa. Ada peristiwa yang tidak mungkin atau tidak dapat
dipastikan akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa
adanya catatan pada buku atau alam pikiran siswa.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat kita lihat bahwa di sekitar
sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat di manfaatkan oleh
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan
lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat
verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan lebih
banyak berlatih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Kerangka Berpikir
Penerapan TQE (Total Quality Education) atau dikenal dengan manajemen
mutu terpadu pendidikan membawa sebuah SMM ISO 9001:2008 dari manajemen
dunia industri ke dunia pendidikan. Hal ini seharusnya memiliki alasan yang cukup
“urgent” agar penerapannya di dunia pendidikan tidak hanya menjadi sebuah wacana
saja, namun juga dapat dirasakan dampak positifnya dalam dunia pendidikan itu
sendiri. Di atas kertas memang semua institusi pendidikan yang sudah bersertifikat
SMM ISO 9001:2008 memiliki standar perencanaan, pengelolaan dan komitmen
yang baik untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah termasuk di dalamnya kualitas
pembelajaran. Namun, faktanya di lapangan ada beberapa hal yang membuat kualitas
pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menjadi sebuah hal
menarik dan penting untuk diteliti bukan dengan maksud untuk mencari kekurangan
dan kelemahan namun untuk mencari titik permasalahan yang terjadi agar dapat
diambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaikinya agar kualitas proses
pembelajaran di sekolah benar-benar meningkat seiring dengan didapatkannya SMM
ISO 9001:2008 di sekolah tersebut.
SMM ISO 9001:2008 yang kini menjadi andalan dalam mendampingi nama
sebuah sekolah, seolah menjadi “trend” yang tidak terelakkan bagi kepopuleran
sekolah tersebut. Namun apakah SMM ISO 9001:2008 benar-benar efektif dalam
memberikan perubahan perbaikan nyata pada proses pembelajaran di sekolah ?. Hal
ini masih memerlukan pencarian fakta yang dilakukan secara ilmiah. Memang SMM
ISO 9001:2008 bukanlah SMM yang menjamin kualitas proses pembelajaran di
sekolah alih-alih menjamin kualitas lulusan. Namun jika melihat respon positif dari
eksternal customer seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah
tersebut proses pembelajaran yang terjadi di sekolah kualitasnya juga meningkat
yang berdampak pada meningkatnya kualitas mutu sekolah dan pada akhirnya
kepercayaan dunia industri dan masyarakat meningkat. Oleh karena itu, perlu
diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa efektifnya SMM ISO 9001:2008
pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, berikut adalah bagan kerangka
berpikirnya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
TQE (Total Quality Education)
Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
Proses Pembelajaran
Meningkatnya Kualitas
Mutu Sekolah
Meningkatnya Kepercayaan Eksternal Customer
SMK Pancasila Surakarta
Bersertifikat ISO 9001:2008
Efektivitas
SMM ISO 9001:2008
Pendidik
Peserdik
Sumber Belajar
Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah efektivitas SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses
pembelajaran siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di
SMK Pancasila Surakarta ?
2. Seberapa efektifkah SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran
siswa berdasarkan indikator keberhasilan proses pembelajaran di SMK Pancasila
Surakarta ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta yang
difokuskan pada proses pembelajaran di sekolah sebagai sumber data utama.
Yang beralamat di Jl. Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Telp./Fax : 0271-
71045.
2. Waktu Penelitian
Proses penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan dari bulan
November 2011 sampai dengan Mei 2012. Berikut adalah jadwal kegiatan
penelitiannya :
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Masuk lapangan melakukan survey
awal
1 November – 3 Desember 2011
Penyusunan proposal 11 Desember 2011 – 12 Februari
2012
Seminar proposal 20 Februari 2012
Diskusi dan revisi proposal 20 Februari – 24 Februari 2012
Mengurus perizinan 27 Februari – 3 Maret 2012
Penelitian 5 Maret – 28 April 2012
Analisis data dan penyusunan laporan 28 April – 11 Mei 2012
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi dengan menggunakan
pendekatan model evaluasi CIPP (Context Input Process Product) yang
dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) model ini memandang program yang
dievaluasi sebagai sebuah sistem. Program yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah proses pembelajaran yang dikategorikan oleh CIPP sebagai “program
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pemrosesan”. Suharsimi Arikunto (2010) menyatakan, yang dimaksud dengan
“program pemrosesan” adalah “Program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan
mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output)”(hlm.
49).
Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Pancasila Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan membandingkan data hasil penelitian yang diperoleh
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui analisis context dari
terjemahan indikator kesesuaian SMM ISO 9001:2008 ke kriteria indikator
keberhasilan proses pembelajaran, sehingga diperoleh berbagai informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan, rekomendasi dan pengambilan kebijaksanaan
lebih lanjut guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa. Selain itu, penelitian ini juga
didukung data kualitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Sukmadinata (2007) menyatakan, “Penelitian deskriptif dalam bidang
pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting,
mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran,
implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang, dan satuan pendidikan”(hlm.
60). Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan dengan bentuk dan strategi
penelitian deskriptif sangat tepat untuk diterapkan pada penelitian ini.
C. Sumber Data
Menurut dikutip dalam Moleong (mengutip dalam Lofland 1984: 47)
menyatakan bahwa, Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (2011:
257). Sumber data dari penelitian ini akan peneliti dapatkan langsung di tempat
penelitian, yaitu di SMK Pancasila Surakarta. Yang dimaksud dengan sumber data
utama “kata-kata dan tindakan” adalah peneliti menggali informasi melalui informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di tempat tersebut yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Penggalian informasi melalui informan dapat
dilakukan dengan melakukan wawancara sedangkan pengamatan dapat dilakukan
dengan melakukan observasi. Sedangkan data tambahan didapatkan dari
dokumentasi baik melalui dokumen, arsip, dan sumber tertulis lainnya. Berikut
adalah fokus informan dan data tambahan yang direncanakan oleh peneliti sebagai
sumber data :
1. Informan
Informan peneliti fokuskan dari pihak sekolah meliputi kepala sekolah,
Ketua Kompetensi Keahlian (K3), perwakilan guru mata pelajaran produktif,
normatif, adaptif, staf QMR (Quality Management Representative), dan staf
kurikulum.
2. Responden
Responden yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XII. Responden ini akan digunakan sebagai sumber data kuantitatif
pada saat peneliti menggunakan instrumen angket. Responden ini tidak hanya
digunakan untuk angket penelitian namun juga untuk angket uji coba. Dimana
jumlah keseluruhan kelas XII ada tujuh kelas dan peneliti akan mengambil salah
satu kelas yang akan digunakan untuk menyebar angket uji coba.
3. Data Tambahan
Data tambahan peneliti fokuskan pada dokumen dan arsip sekolah yang
berhubungan dengan SMM ISO 9001:2008, data sekolah, data guru, data sarana
pra sarana, dan lain-lain yang dibutuhkan sebagai data penunjang. Data tambahan
ini peneliti gunakan sebagai crosscheck sebagai validitas data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
nonprobability sampling yang difokuskan lebih mendalam pada teknik purposive
sampling. Sugiyono (2010) mengungkapkan yang dimaksud dengan “nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel” (hlm. 53).
Sedangkan yang dimaksud dengan purposive sampling Sugiyono (2010)
menyatakan, “Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu” (hlm. 54). Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek/situasi
sosial yang diteliti.”
1. Populasi Penelitian
Sebenarnya pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
populasi, tetapi Sugiyono (mengutip dalam Spradley) dinamakan, “Social
Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),
pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (2010:
49). Sugiyono (2010) menyatakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu
yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari” (hlm. 50).
Berdasarkan hal tersebut situasi sosial yang menjadi obyek pada penelitian ini
adalah semua hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
2. Sampel Penelitian
Seperti yang diungkapkan sebelumnya karena pada penelitian ini yang
menjadi obyek pada situasi sosial adalah seluruh hal yang berkaitan dengan
proses pembelajaran dan peneliti menggunakan purposive sampling sebagai
teknik sampling nya maka berikut adalah sampel yang akan diambil yaitu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kelas tiga, perwakilan guru mata pelajaran produktif, normatif, adaptif, staf
kurikulum, dan staf QMR.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sukmadinata (2007) menyatakan bahwa, “Ada beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumenter” (hlm.
216). Berdasarkan teori tersebut peneliti berencana untuk melakukan pengumpulan
data berdasarkan teknik tersebut yaitu melalui wawancara, angket, observasi, dan
studi documenter. Peneliti berharap dengan teknik yang digunakan tersebut peneliti
dapat menggali informasi, fakta, peristiwa, aktivitas sosial dan lain-lain dari sumber
data yang telah ditentukan sebelumnya.
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif
dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka secara individual ataupun jika diperlukan wawancara juga dapat
dilakukan secara berkelompok. Peneliti menggunakan teknik ini untuk menggali
informasi baik yang bersifat umum maupun mendalam kepada informan
mengenai proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Wawancara yang peneliti
gunakan ada dua jenis, yaitu wawancara terstruktur dan dan wawancara tak
berstruktur.
2. Angket
Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan
responden). Instrument atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh
responden. Teknik ini akan dominan peneliti gunakan kepada sampel siswa yang
langsung merasakan dampak dari penggunaan fasilitas pembelajaran, sarana pra
sarana, lingkungan, dan proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
a. Validitas Instrumen
Instrumen penelitian khususnya pada teknik pengumpulan data
dengan menggunakan teknik angket atau kuisioner diperlukan langkah-
langkah yang teliti dan benar agar dapat diperoleh data yang mewakili obyek
yang diteliti. Penyusunan angket instrumen dilakukan dengan menggunakan
teknik yang dikembangkan oleh Rensis Likert atau biasa disebut skala Likert
yang memuat 5 (lima) pilihan jawaban. Dimana lima pilihan jawaban ini akan
mewakili tingkat keefektifan indikator yang akan dideskripsikan. Kuesioner
yang digunakan dalam evaluasi ini adalah closed ended questioner atau
kuesioner tertutup yaitu berbagai pertanyaan/ pernyataan yang dibuat dengan
memberikan alternatif jawaban yang telah tersedia, sehingga responden
tinggal memilih pilihan jawaban sesuai kondisi sebenarnya.
Pertanyaan/pernyataan dibuat dalam dua kategori yaitu positif dan negatif.
Untuk kisi-kisi instrumen angket secara lengkap peneliti tampilkan di
lampiran 6.
Validitas data yang bersifat kuantitatif instrumen angket yang dibuat
harus memenuhi validitas dan reliabilitas, serta melalui proses validasi
(expert judgement) demi kestabilan dan konsistensi instrumen jika digunakan
secara berulang-ulang pada obyek yang sama. Sebagai upaya untuk
mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel sebelum digunakan untuk
menjaring data penelitian, instrumen terlebih dahulu diujicobakan. Ujicoba
instrumen diharapkan untuk mendapatkan instrumen yang memiliki validitas
dan reliabilitas yang tinggi, sehingga data yang diperoleh dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur instrumen penelitian ini terlebih dahulu diujicobakan pada 30
orang responden. Dengan maksud untuk mengetahui kesahihan (validitas)
dan tingkat keandalan (reliabilitas) instrumen tersebut. Ujicoba instrumen
dilakukan terhadap 30 siswa kelas tiga dalam satu kelas di SMK Pancasila
yang dianggap telah menempuh pendidikan selama tiga tahun sehingga lebih
matang dalam memberikan jawaban pada angket. Hal ini bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mencapai akuntabilitas kebenaran data instrumen yang valid, reliabel,
mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat dan konsisten.
Validitas diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur yang akan digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Validitas instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
validitas isi (content) dan validitas konstruk. Untuk mengetahui validitas isi
dalam penelitian ini dilakukan rational judgment, yaitu apakah butir-butir
pertanyaan yang ada dalam angket telah menggambarkan indikator yang
dimaksud. Validitas konstruk mengarah pada sejauhmana instrumen tersebut
mengukur pengembangan teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen
tersebut. Pendekatan validitas konstruk dilakukan berdasarkan pendekatan
rasional dan pendekatan empirik. Pendekatan rasional dilakukan dengan
memperhatikan unsur-unsur yang membentuk konstruk. Selain itu diarahkan
pada penetapan butir-butir sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat pada
konstruk tersebut. Pendekatan empirik dimaksudkan untuk menilai
sejauhmana kesesuaian unsur-unsur di dalam instrumen dengan apa yang
diramalkan dalam konstruk tersebut. Uji validitas ini mengacu pada rumus
korelasi product moment dari (Sugiyono, 2011: 228). Dengan taraf
signifikansi sebesar 5 % sehingga didapatkan nilai r product moment
berdasarkan tabel nilai-nilai r product moment pada lampiran 8 yaitu sebesar
0,361.
∑
√∑
Keterangan :
rxy : Korelasi antara variabel x dengan y
x : (xi – x)
y : (yi – y)
Hasil uji validitas instrumen secara lengkap peneliti tampilkan pada
tabel uji validitas pada lampiran 8.
Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel input tersebut dapat
dilihat bahwa dari 31 butir pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ada 16 butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh
rumus pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir
yang tidak valid, peneliti masih mempertimbangkannya untuk
memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini
peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap
mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus
dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada
kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang
peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan
nomor 1, 3, 7, 9, 11, 14, 15, 23, dan 29.
Berdasarkan tabel uji validitas pada variabel process dapat dilihat
bahwa dari 49 butir pernyataan angket yang peneliti buat sebelumnya, ada 29
butir yang valid. Butir-butir pernyataan yang dinyatakan valid oleh rumus
pearson excel tersebut peneliti langsung gunakan sebagai butir yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian. Sedangkan untuk butir
yang tidak valid, peneliti masih mempertimbangkannya untuk
memasukkannya ke dalam angket yang digunakan dalam penelitian. Hal ini
peneliti lakukan dengan pertimbangan butir pernyataan tersebut dianggap
mewakili informasi penting yang diperlukan dan ada juga butir yang harus
dimasukkan sebagai perwakilan dari sub indikator yang telah dibuat pada
kisi-kisi instrumen angket. Adapun butir pernyataan angket invalid yang
peneliti peneliti masukkan di dalam angket penelitian adalah butir pernyataan
nomor 32, 41, 59, dan 64.
Peneliti menyadari bahwa ada kekurangan pada instrumen angket
yang digunakan ini, khususnya pada beberapa pernyataan angket yang invalid
dan beberapa pernyataan angket juga bermakna ganda. Peneliti
mengantisipasi kurang faktualnya fakta yang terungkap di lapangan dengan
terus melakukan pencarian fakta secara ilmiah dengan teknik pengumpulan
data yang berbeda dengan informan yang berbeda dan juga peneliti
melakukan pengamatan secara langsung. Pada tahapan selanjutnya, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi sebagai
crosscheck dari hasil data yang diungkap oleh angket berdasarkan perspektif
siswa.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran,
Sugiyono (2011) mengungkapkan, “Instrumen yang reliabel berarti instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.” (hlm. 348).
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini merujuk pada rumus Alfa
Cronbach yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) yaitu:
⌈
⌉ [
∑
∑ ]
Keterangan :
α = Koefisien Reliabilitas
k = Banyaknya belahan tes
= Varians belahan j; j = 1,2,... k
= Varians skor tes (hlm. 365)
Berdasarkan tabel uji reliabilitas (terlampir) yang ditampilkan telah
didapatkan nilai reliabilitas instrumen angket ini yaitu 0,897. Nilai tersebut
lebih besar dari nilai yang dipersyaratkan yaitu 0,6 artinya angket penelitian
ini reliabel. Hal ini berdasarkan pendapat C.Trihendradi (2011) yang
mengungkapkan, “Nilai Alpha lebih besar dari 0,6 dinyatakan reliabel” (hlm.
211).
3. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang berlangsung. Peneliti berencana menggunakan teknik ini untuk mengamati
segala macam kegiatan, sumber belajar, lingkungan, kondisi belajar sekolah, dan
lain-lain yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Studi Dokumenter
Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Teknik ini akan digunakan untuk menganalisis
dokumen dan arsip sekolah baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran
maupun SMM ISO 9001:2008. Secara lengkap mengenai metode dan teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
bawah.
Tabel 3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Komponen
Evaluasi
Indikator Sumber
Data
Instrumen
Yang Digunakan
Context
Kesesuaian Terjemahan
SMM ISO 9001:2008
terhadap keberhasilan proses
pembelajaran
Dokumen,
arsip, dan
informan
Studi dokumenter
dan wawancara
Input
Latar belakang pendidikan
guru
Dokumen
dan
informan
Studi dokumenter
dan wawancara
Mekanisme PPDB
(Penerimaan Peserta Didik
Baru)
Dokumen
dan
informan
Studi dokumenter
dan wawancara
Fasilitas pengembangan
pembelajaran
Responden Observasi dan
angket
Sarana, pra-sarana dan
lingkungan
Data
inventaris
dan
responden
Studi
dokumenter,
observasi, dan
angket
Process
Kesesuaian proses
pembelajaran dengan
indikator keberhasilan
pembelajaran
Informan
dan
responden
Angket
Kedisiplinan, kerajinan,
motovasi belajar dan
keaktifan siswa.
Informan
dan
responden
Angket
Product Hasil belajar siswa Arsip nilai Studi dokumenter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat
dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalaman dan
kemantapannya tetapi juga bagi kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu
setiap peneliti harus bias memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
memastikan keabsahan data dengan cara menentukan cara-cara yag tepat dalam
melakukan validitas data.
Dalam penelitian kualitatif H.B. Sutopo (2006) menyatakan bahwa ada
beberapa cara yang bisa dipilih untuk pengembangan validitas (kesahihan) dalam
penelitian: “Cara-cara tersebut antara lain bisa berupa beberapa macam teknik
triangulasi (triangulation), reviu informan kunci (key informan review), dan juga
member check”(hlm. 92). Pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk
menggunakan teknik triangulasi.
H. B. Sutopo (mengutip dari Patton 1984) menyatakan, bahwa ada empat
macam teknik trianggulasi yaitu “(1) trianggulasi data (data triangulation), (2)
trianggulasi peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis
(methodological triangulation), dan (4) trianggulasi teoretis (theoritical
triangulation) (2006:92). Peneliti menggunakan trianggulasi data dan triangulasi
metode pada penelitian ini dengan pertimbangan bahwa teknik triangulasi data
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang
sejenis dan triangulasi metode peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yang berbeda.
Sebelum melakukan pengumpulan data dengan beberapa teknik yang sudah
disebutkan sebelumnya. Penting untuk melakukan validasi terhadap metode dan
teknik pengumpulan data yang peneliti rancang sebelumnya. Karena dengan
melakukan validasi ini diharapkan data yang akan diperoleh di lapangan memang
sesuai dan akurat dengan fokus yang ingin dicari oleh peneliti. Peneliti melakukan
validasi data dengan cara melakukan wawancara terlebih dahulu dengan staf
kurikulum dan staf QMR untuk memastikan bahwa kajian teori mengenai indikator
keberhasilan pembelajaran dan SMM ISO 9001:2008 sudah tepat dan layak
digunakan sebagai dasar untuk membuat instrumen penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf QMR mengenai SMM ISO
9001:2008 di proposal penelitian yang disesuaikan dengan indikator keberhasilan
proses pembelajaran sudah cocok dan tidak ada yang perlu ditambah ataupun
dikurangi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara bersama staff kurikulum
mengenai indikator keberhasilan pembelajaran yang peneliti buat di landasan teori
sudah cukup sesuai dan tidak ada yang perlu dikurangi hanya saja staf kurikulum
memberikan masukan mengenai variabel input yang berhubungan dengan latar
belakang pendidik perlu ditambahkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan cukup
berpengaruh terhadap kinerja guru menjalankan proses pembelajaran yang baik. Hal
yang dimaksud yaitu :
1. Beban Mengajar Guru.
Hal ini berkaitan dengan jam mengajar guru. Ada beberapa guru yang
jam mengajarnya berlebih (overload) tentunya hal ini juga memiliki pengaruh
terhadap kinerja guru. Dalam teknik pengumpulan data selanjutnya peneliti akan
melakukan wawancara lebih mendalam mengenai beban mengajar guru ini.
2. Sertifikasi Guru.
Di SMK Pancasila ada beberapa guru yang sudah mengikuti sertifikasi
dan ada yang belum. Seharusnya ada perbedaan baik mengenai kelimuan dan
kinerja mengajar antara guru yang sudah sertifikasi dengan yang belum.
3. Tugas Guru Selain Mengajar.
Selain mengajar di kelas di sekolah seorang guru juga diberikan tugas
lain yang memiliki hubungan dengan sekolah terkait tugas mereka yang juga
sebagai penyelenggara pendidikan dan melayani siswa sebaik mungkin. Ada
yang merangkap tugas sebagai wali kelas, ketua kompetensi, staff kurikulum,
panitia PPDB, dan lain-lain. Hal tersebut diperkirakan memiliki pengaruh juga
terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif sehingga diperlukan teknik analisis data yang berbeda untuk memperoleh
hasil analisis data yang lebih faktual dan akurat.
1. Analisis Data Deskriptif
Analisis data secara kualitatif peneliti akan melakukan tabulasi data baik
data narasi yang berpotensi untuk tabulasi maupun data narasi non tabulasi.
Istilah “tabulasi” dapat diartikan “menyususn menjadi tabel”. Suharsimi Arikunto
(2010) menyatakan bahwa: “Tabulasi merupakan coding sheet yang
memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisisnya, baik secara manual
maupun komputer” (hlm. 129). Pada penelitian ini teknik wawancara dan
observasi tentunya akan menghasilkan jawaban atau temuan yang beragam dari
informan. Hal ini akan menjadi kendala yang cukup berarti bagi peneliti untuk
menganalisisnya ketika semua data sudah terkumpul terutama data yang
berwujud narasi. Oleh karena itu, perlunya peneliti menggunakan teknik tertentu
dalam tabulasi agar lebih mudah dalam menganalis data narasi tersebut. Dalam
teknik tabulasi dibagi menjadi dua teknik yaitu, data narasi berpotensi tabulasi
dan data narasi nontabulasi. Data narasi berpotensi tabulasi yaitu data yang
mengacu pada jawaban responden yang tingkat kemunculannya tinggi, artinya
jawaban yang sering muncul karena diminati oleh responden. Sedangkan data
narasi nontabulasi adalah data yang berwujud kalimat atau uraian yang sangat
individual dan unik karena merupakan pendapat responden secara perseorangan.
Setelah data narasi tersebut ditabulasikan selanjutnya data narasi
tersebut peneliti analisis dengan model interaktif. Miles & Huberman yang
dikutip H.B. Sutopo (2006) menyatakan, “bahwa ada tiga komponen utama
analisis kualitatif adalah (1)Reduksi Data, (2)Sajian data, (3)Penarikan simpulan
serta varifikasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 3 langkah, yaitu
mereduksi data, menyajikan data, dan menyimpulkan data” (hlm. 113). Langkah-
langkah yang dilakukan dalam analisis data kualitatif ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian,
penyederhanaan dan abstraksi dari semua jenis informasi yang muncul dan
tertulis dilapangan. Proses reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus
selama pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Reduksi data merupakan
bagian dari proses analisis yang mempertegas suatu informasi, memfokuskan
permasalahan, membuang informasi yang tidak penting, dan mengatur dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan dari informasi yang muncul di lapangan.
b. Penyajian Data
Sajian data merupakan proses menyusun, mengorganisasikan, dan
mendeskripsikan informasi dalam bentuk narasi. Sajian data ini disusun
secara logis dan sistematis untuk menghasilkan data yang mudah dipahami
dan mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkaian
keterikatan antar data terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek
penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini bukanlah akhir dari
kegiatan analisis. Dengan bertambahnya informasi yang didapatkan di
lapangan membuat informasi tersebut menjadi kompleks dan mendasar. Oleh
karena penarikan kesimpulan ini adalah langkah penyimpulan dan verifikasi
informasi yang didapat dari langkah-langkah sebelumnya, dan verifikasi
dilakukan dengan menyatukan informasi dari kedua langkah pengambilan
informasi yang dilakukan. Dari kegiatan-kegiatan diatas dapat digambarkan
secara skematis sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(1) (2)
(3)
Gambar 3.1. Skema Analisis Model Interaktif (H.B Sutopo, 2006:120)
2. Analisis Data Analitik
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran realitas tentang hal-hal
yang berkaitan dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
Data dari hasil angket/kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu
dengan cara membandingkan persentase perolehan skor tiap responden pada tiap
kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase menunjukkan kategori
informasi yang terungkap sehingga dapat diketahui posisi masing-masing aspek
dalam keseluruhannya maupun bagian permasalahan yang diteliti. Data hasil
wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Data kuantitatif yang diperoleh dari variabel input dan process
dievaluasi dengan cara membandingkan persentase perolehan skor setiap
responden pada tiap kasus dengan kriteria penilaian. Besarnya persentase
menunjukkan kategori informasi yang terungkap, sehingga dapat diketahui posisi
masing-masing aspek dalam keseluruhan maupun sebagaian aspek yang diteliti.
Kriteria kecenderungan yang digunakan mengacu pada rumus yang
dikembangkan oleh Saifuddin (2008: 108). Kriteria penilaian komponen dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Simpulan/
Verikfikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Komponen
Rentangan Skor Kategori
X < µ– 1,5 Sangat rendah
µ - 1,5 < X ≤ µ - 0,5 Rendah
µ - 0,5 < X ≤ µ + 0,5 Sedang
µ + 0,5 < X ≤ µ + 1,5 Tinggi
µ + 1,5 < X Sangat tinggi
Keterangan :
µ = Mean ideal yang dapat dicapai instrumen
= ½ (skor tertinggi + skor terendah)
= Standar deviasi ideal yang dapat dicapai instrumen
= 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
X = Skor yang dicapai
Untuk mengetahui setiap hasil evaluasi yang dilakukan, maka
diperlukan kriteria penilaian. Adapun kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan
pada kriteria empiris, yaitu kriteria yang disusun atau dikembangkan berdasarkan
kondisi lapangan yang terekam atau mengacu pada komponen-komponen
pembelajaran yang terlibat, yaitu guru, siswa, sumber belajar, dan lingkungan.
Hasil dari angket penelitian ini peneliti deskripsikan tiap indikator. Hal
ini dimaksudkan agar dapat dievaluasi tiap bagian sehingga dapat diketahui lebih
rinci bagian mana yang perlu dikembangkan dan bagian mana yang masih perlu
perbaikan.
Tabel 3.4. Penentuan Skor Tiap Instrumen
Uraian Input Process
A B A B
Jumlah item 10 15 24 9
Skor maksimum 50 75 120 45
Skor minimum 10 15 24 9
Selisih nilai 40 60 96 36
Mean (µ) 30 45 72 27
Standar deviasi (σ) 6,67 10 16 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Keterangan :
Input A : Fasilitas pengembangan pembelajaran
Input B : Sarana pra sarana, dan lingkungan
Process A : Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator
keberhasilan pembelajaran
Process B : Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan
siswa.
a. Evaluasi Input
1) Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Jumlah butir soal untuk indikator fasilitas pengembangan
pembelajaran adalah 10 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh
oleh tiap-tiap responden adalah 10 sedangkan skor tertinggi adalah 50.
Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 40. Dengan
demikian deviasi standarnya () bernilai 6,67 dan mean teoritisnya
(µ) bernilai 30.
Tabel 3.5. Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Kategori Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Rentang Skor Kelompok Skor
Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)
rendah
X ≤ 30 - 1,5 6,7 ≤ 20
X ≤ 20
µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)
Rendah 30 - 1,5 6,7 < X ≤ 30 - 0,5 6,7 20 - 26,667
20 < X ≤ 27
µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)
Sedang 30 - 0,5 6,7 < X ≤ 30 + 0,5 6,7 27 - 33,333
27 < X ≤ 33
µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)
Tinggi 30 + 0,5 6,7 < X
30 + 1,5 6,7 33 - 40
33 < X 40
Sangat µ + 1,5 (σ) < X
Tinggi 30 + 1,5 6,7 < X
> 40
40 < X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Indikator Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan
Jumlah butir soal untuk indikator sarana pra sarana, dan
lingkungan adalah 15 butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh
oleh tiap-tiap responden adalah 15 sedangkan skor tertinggi adalah
75. Selisih skor minimum dan maksimum datanya adalah 60. Dengan
demikian deviasi standarnya () bernilai 10 dan mean teoritisnya (µ)
bernilai 45.
Tabel 3.6. Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan
Kategori Sarana, pra-sarana, dan lingkungan
Rentang Skor
Kelompok
Skor
Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)
rendah
X ≤ 45 - 1,5 10 ≤ 30
X ≤ 30
µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)
Rendah 45 - 1,5 10 < X ≤ 45 - 0,5 10 30 - 40
30 < X ≤ 40
µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)
Sedang 45 - 0,5 10 < X ≤ 45 + 0,5 10 40 - 50
40 < X ≤ 50
µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)
Tinggi 45 + 0,5 10 < X
45 + 1,5 10 50 - 60
50 < X 60
Sangat µ + 1,5 (σ) < X
Tinggi 45 + 1,5 10 < X
> 60
60 < X
b. Evaluasi Process
1) Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator
Keberhasilan Pembelajaran
Jumlah butir soal untuk indikator kesesuaian proses
pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran adalah 24
butir. Skor terendah yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden
adalah 24 sedangkan skor tertinggi adalah 120. Selisih skor minimum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dan maksimum datanya adalah 96. Dengan demikian deviasi
standarnya () bernilai 16 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 72.
Tabel 3.7. Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran
dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Kategori
Kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan
pembelajaran
Rentang Skor
Kelompok
Skor
Sangat X ≤ µ - 1,5 (σ)
rendah
X ≤ 72 - 1,5 16 ≤ 48
X ≤ 48
µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)
Rendah 72 - 1,5 16 < X ≤ 72 - 0,5 16 48 - 64
48 < X ≤ 64
µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)
Sedang 72 - 0,5 16 < X ≤ 72 + 0,5 16 64 - 80
64 < X ≤ 80
µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)
Tinggi 72 + 0,5 16 < X
72 + 1,5 16 80 - 96
80 < X 96
Sangat µ + 1,5 (σ) < X
Tinggi 72 + 1,5 16 < X
> 96
96 < X
2) Indikator Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan
Keaktifan Siswa
Jumlah butir soal untuk indikator kedisiplinan, kerajinan,
motivasi belajar dan keaktifan siswa adalah 9 butir. Skor terendah
yang mungkin diperoleh oleh tiap-tiap responden adalah 9 sedangkan
skor tertinggi adalah 45. Selisih skor minimum dan maksimum
datanya adalah 36. Dengan demikian deviasi standarnya () bernilai
6 dan mean teoritisnya (µ) bernilai 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 3.8. Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi
Belajar, dan Keaktifan Siswa
Kategori
Kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa.
Rentang Skor Kelompok
Skor
Sangat
X ≤ µ - 1,5 (σ)
rendah
X ≤ 27 - 1,5 6
≤ 18
X ≤ 18
µ - 1,5 (σ) < X ≤ µ - 0,5 (σ)
Rendah 27 - 1,5 6 < X ≤ 27 - 0,5 6 18 - 24
18 < X ≤ 24
µ - 0,5 (σ) < X ≤ µ + 0,5 (σ)
Sedang 27 - 0,5 6 < X ≤ 27 + 0,5 6 24 - 30
24 < X ≤ 30
µ + 0,5 (σ) < X ≤ µ + 1,5 (σ)
Tinggi 27 + 0,5 6 < X
27 + 1,5 6 30 - 36
30 < X
36
Sangat µ + 1,5 (σ) < X
Tinggi 27 + 1,5 6 < X
> 36
36 < X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
H. Prosedur Penelitian
Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengembangan
Instrumen Penelitian
Pengumpulan Data
Wawancara
1. Guru
2. Staff
3. Siswa
Observasi
1. Fasilitas
belajar
2. Lingkungan
Angket
1. Siswa
Dokumentasi
1. Dokumen dan
arsip ISO
Validitas Data
Analisis Data
Penarikan Kesimpulan
Selesai
Data Kuantitatif
1. Validitas Konstruk
2. Validitas Isi
Data Kualitatif 1. Tabulasi data
2. Non tabulasi data
Data Kualitatif
1. Triangulasi data
2. Triangulasi metode
Data Kuantitatif
1. Kriteria penilaian
komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian
1. Identitas Sekolah
SMK Pancasila Surakarta merupakan sekolah swasta di bawah naungan
Yayasan Pendidikan Pancasila Pembaruan. Sekolah ini mendapatkan persetujuan
berdiri secara resmi sejak 1 Januari 1957 dengan No. Data Sekolah (NDS): C.
35054303 dan No. Statistik Sekolah (NSS) 322036101006. Sekolah ini beralamat
di Jalan Apel No. 5 Jajar-Laweyan Surakarta. Sekolah ini mempunyai dua
kompetensi keahlian yaitu teknik mesin dan teknik otomotif. Kedua kompetensi
keahlian tersebut sudah terakreditasi dengan predikat A. SMK Pancasila
Surakarta juga sudah memiliki sertifikat Standar Sistem Manajemen Mutu ISO
No : 45392/A/000/UK/En 9001 : 2008.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta
a. Visi Sekolah
Menghasilkan tenaga ahli menengah yang berkualitas.
b. Misi Sekolah
1) Membentuk tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa .
2) Berbudi pekerti luhur.
3) Bersikap patriotisme dan nasionalisme.
4) Menyiapkan tamatan untuk mandiri.
5) Mampu berkompetisi di dunia kerja dan kreatif.
6) Memberikan pelayanan maksimal dan terbaik.
c. Tujuan Sekolah
1) Menyiapkan peserta didik yang cakap, dan Berahlaq Mulia.
2) Menyiapkan peserta didik yang memiliki sikap Disiplin, Cinta bangsa dan
Negara.
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Menyiapkan peserta didik mampu berwirausaha.
4) Menyiapkan Peserta didik mampu bersaing di dunia kerja .
5) Menyiapkan peserta didik mampu mengembangkan diri untuk
melanjutkan study kejenjang yang lebih tinggi.
6) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengembangan Teknologi.
7) Melaksanakan Pelayanan sesuai kebutuhan pelanggan.
d. Nilai-Nilai
Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila.
3. Kebijakan Mutu
SMK Pancasila Surakarta sesuai dengan visi dan misi sekolah, tujuan,
nilai – nilai menyadari bahwa keberadaan sekolah sangat tergantung pada
stakeholders. SMK Pancasila Surakarta bertekad untuk mengutamakan kepuasan
para pelanggan dengan senantiasa melaksanakan perbaikan berkelanjutan SMM
dan berusaha untuk memenuhi persyaratan pelanggan. SMK Pancasila Surakarta
membentuk tamatan yang tangguh dan kompeten dengan :
a. Melaksanakan Program Sekolah Standar Nasional untuk semua Program
Keahlian.
b. Mengembangkan SMK sebagai daya dukung perekonomian Daerah dan
Nasional melalui Bisnis Center Manufactur dan Teaching Industri.
c. Mendukung Solo sebagai kota Vokasi.
Mengacu Falsafah “ Ing Ngarso Sung Tulodho”, Maksudnya dengan
potensi yang dimiliki, sekolah bertekad mewujudkan SMK Pancasila Surakarta
“Terbaik dari yang baik“.
a. Terbaik Dalam Pengelolaan Dan Pelayanan
1) Orang Tua / Siswa
Penguasaan Kompetensi Kejuruan, Berkarakter, Penyediaan
Sarpras, Penambahan Program Keahlian, Penyaluran Tamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Dunia Usaha / Industri
Kesiapan siswa terjun di Dunia kerja Industri.
b. Terbaik Dalam Prestasi
1) Prestasi Akademik
Nilai UN, LKS, Lomba Sains dan Teknologi
2) Prestasi Non Akademik
Paskibra, Olahraga, Musik, KIR
c. Terbaik Dalam Kreatifitas
Mewujudkan Sekolah menjadi Pusat Kreatifitas Teknologi.
4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan Staf Pembantu Kepala
Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional
Data secara lengkap mengenai susunan staf pembantu kepala peneliti
tampilkan pada lampiran 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP
dengan strategi penelitian secara deskriptif dengan menggunakan data kualitatif
dan kuantitatif. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian
ini berdasarkan alur rancangan CIPP yang telah dibuat sebelumnya :
1. Analisis Context
Tahapan awal peneliti terjun ke lapangan untuk meneliti adalah
melakukan analisis context mengenai SMM ISO 9001:2008 terlebih dahulu.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan SMM ISO
9001:2008 serta kesesuaian indikator keberhasilan pembelajaran dan terjemahan
SMM ISO 9001:2008 yang peneliti formulasikan dalam kajian teori.
a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008
Analisis kekuatan dan kelemahan ini bertujuan untuk mengetahui
apa saja kekuatan yang menjadi kelebihan SMM ISO 9001:2008 yang
memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas mutu sekolah tidak
hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang. Sedangkan analisis kelemahan
yang menjadi kekurangannya bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja
yang perlu diperbaiki dari penerapannya dan mendeteksi apakah memang
SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kekurangan dan tidak sesuai diterapkan
di sekolah ataukah proses penerapannya. Hal ini penting untuk diketahui
sebagai bahan evaluasi dan koreksi bagi sekolah yang menerapkannya.
Terutama bagi SMK Pancasila Surakarta yang baru tahun pertama ini
menjalankannya.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kekuatan SMM ISO
9001:2008 dengan staf ISO, staf kurikulum, K3 Mesin dan Otomotif. Secara
generalisasi peneliti menyimpulkannya sebagai berikut mengenai kekuatan
ataupun kelebihan dari SMM ISO 9001:2008 adalah perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi
sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah harus
terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Sedangkan mengenai
kelemahan ataupun kekurangannya peneliti menyimpulkan bukanlah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
SMM ISO 9001:2008 nya namun pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menjalankannya artinya kelemahan ini lebih dititikberatkan pada proses
bagaimana menjalankan SMM ISO 9001:2008 dengan baik.
2. Analisis Input
a. Latar Belakang Pendidik
Untuk menggali informasi mengenai latar belakang pendidik ini
peneliti melakukan wawancara terstruktur karena peneliti sudah mengetahui
dengan pasti mengenai informasi yang akan diperoleh. Tujuan peneliti
menggali informasi mengenai latar belakang pendidik adalah kinerja seorang
pendidik tentunya juga dipengaruhi oleh latar belakangnya. Dengan harapan
jika latar belakang pendidik sudah sesuai maka kinerja seorang pendidik juga
baik.
Yang dimaksud dengan latar belakang pendidik di sini adalah bukan
hanya mengenai latar belakang pendidikannya saja, namun juga mengenai
beberapa aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut peneliti tuangkan dalam sub
indikator. Dalam menentukan sub indikator yang akan digunakan dalam
lembar pedoman wawancara ini peneliti adopsi dari Pasal 7 ayat (1) Undang-
undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 yang menyatakan bahwa
profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan sembilan prinsip seperti yang disebutkan di kajian
teori. Namun seiring dengan pengembangan instrumen yang peneliti lakukan,
tidak semua prinsip tersebut peneliti gunakan sebagai sub indikator dalam
lembar pedoman wawancara. Peneliti berdiskusi dengan staf kurikulum
mengenai sub indikator yang digunakan dan beberapa diantaranya memang
perlu dieleminasi dan ditambahkan tiga sub indikator yang dirasa perlu
sebagai bahan pertimbangan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Berikut adalah deskripsi dari hasil
wawancara peneliti dengan delapan guru perwakilan dari mata pelajaran
produktif, normatif, dan adaptif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, dan Idealisme.
Untuk mengetahui apakah seoarang guru tersebut memiliki minat
menjadi seorang guru peneliti mengajukan pertanyaan mengenai jurusan
apakah yang paling mereka inginkan ketika lulus dari Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA). Jawaban dari guru-guru tersebut beragam. Yang
benar-benar ingin melanjutkan studi ke fakultas keguruan dan sesuai
dengan bidangnya mengajar sekarang hanya dua orang guru, sedangkan 6
orang sisanya memiliki keinginan lain, yaitu ada yang berkeinginan
masuk ke jurusan elektronika, kehutanan, hukum, psikologi, dan
pertanian. Meskipun demikian, pada akhirnya para guru yang awalnya
tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan studi ke fakultas keguruan
dan sesuai dengan bidang yang mengajarnya sekarang dengan berbagai
macam motivasi akhirnya mendapatkan kesempatan juga untuk menekuni
ilmu pendidikan dan keguruan serta bidang yang sesuai dengan tugas
mengajarnya sekarang.
Kemudian untuk mengetahui idealisme seorang guru salah
satunya dapat dilihat dari bagaimana guru tersebut tidak gampang berpuas
diri dengan kemampuan profesional yang dimiliki, hal tersebut meliputi
keilmuan keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru menyatakan bahwa
masih memiliki keinginan yang kuat untuk terus meningkatkan
kemampuan profesionalnya. Hanya saja ada beberapa kendala seperti
faktor karena sudah berkeluarga, terbatasnya waktu, dan biaya.
Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memiliki
panggilan jiwa untuk menjadi seorang guru adalah dengan mengetahui
motivasinya menjadi seorang guru. Berdasarkan hasil wawancara tersebut
ternyata menghasilkan jawaban dengan motif yang cukup beragam, yaitu:
menjadi seorang guru karena melihat sosok guru idola ketika masih
sekolah, karena melihat sosok guru yang tidak menjalankan tugas
keprofesionalannya dengan benar, memperoleh kesadaran ketika kuliah
bahwa ketika lulus nanti menjadi seorang guru, karena ibadah, menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
keilmuan yang dimilikinya, menyadari bahwa guru adalah profesi yang
mulia, mendapatkan dukungan dari keluarga
Kemudian untuk mengetahui apakah guru tersebut memang
berbakat dalam menjalani profesi keguruan ini adalah dengan
menanyakan apakah dalam menjalani profesi sebagai seorang guru ini
mereka sudah merasa nikmat dalam menjalaninya dan memang cocok
dengan mereka. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
menemukan jawaban yang bervariasi mengenai bakat menjadi seorang
guru diperoleh karena memang sudah terbiasa mengajar sebelumnya,
karena mencintai dunia pendidikan, karena merasa bermanfaat bagi orang
lain, karena memang menikmati profesi ini dan karena memang merasa
mantap sejak awal memilih profesi menjadi seorang guru.
2) Memiliki Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Keimanan, Ketakwaan, dan Akhlak Mulia.
Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, peneliti berusaha
melakukan pendekatan dengan mengajukan dua pertanyaan yang kiranya
dapat mewakili sub indikator tersebut. Pertanyaan pertama adalah
bagaimanakah tanggapan seorang guru melihat mutu pendidikan di
Indonesia sekarang ini. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
mengambil garis besarnya yang menghasilkan dua macam jawaban yaitu:
a) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya meningkat jika dilihat dari
perkembangan materi, fasilitas, dan sistem pendidikannya karena
terus-menerus dilakukan penelitian dan pengembangan.
b) Mutu pendidikan sekarang kualitasnya menurun. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya:
(1) Sebagian besar orang tua siswa yang kurang memberikan
perhatian kepada anaknya dan menyerahkan seluruh urusan
pendidikannya ke sekolah. Padahal untuk mewujudkan pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
yang berkualitas perlunya kerja sama dan komunikasi yang baik
antara orang tua dengan pihak sekolah. Hal ini juga berpengaruh
pada menurunnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia.
(2) Faktor pendidik yang kurang disiplin dalam menjalankan
peraturan yang sudah disepakati. Seharusnya setiap pendidik harus
tegas dalam menjalankan peraturan yang sudah dibuatnya agar
peserdik tidak meremehkan sosok pendidik.
(3) Kurang disiplinnya pendidik dalam memberikan motivasi kepada
peserdik.
(4) Kurang disiplinnya pendidik menerapkan standar penilaian
terhadap peserdik. Hal ini berakibat nilai bagus yang diperoleh
peserdik tidak linier dengan kualitas keilmuan yang dimilikinya.
(5) Berkurangnya nilai moral pada peserdik. Di masa sekarang
pendidikan moral sangat kurang diberikan kepada peserdik
sehingga tata krama peserdik terhadap orang yang lebih tua
kurang sekali.
(6) Kurangnya pemerataan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
hanya terfokus di kota-kota besar, sedangkan di daerah terpencil
yang justru memerlukan perhatian lebih malah kurang
mendapatkan perhatian.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mengambil
kesimpulan bahwa para guru memiliki perhatian yang cukup besar
mengenai perkembangan mutu pendidikan di Indonesia. Selanjutnya
peneliti kembali menggali informasi terkait dengan sub indikator ini
dengan menanyakan apakah tindakan yang mereka lakukan melihat mutu
pendidikan yang menurun tersebut terutama di lingkungan sekolah
sendiri. Berikut adalah jawaban para guru tersebut yang peneliti ambil
garis besarnya :
a) Menanamkan moral dengan membiasakan setiap memulai pelajaran
guru memberikan siraman rohani keagamaan. Karena semua pengaruh
negatif sebenarnya dapat ditangkal dengan kekuatan iman yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b) Disiplin dan tegas dalam melaksanakan proses penilaian kepada
peserdik. Metode evaluasi yang terbaik bisa didapatkan apabila terus-
menerus dilakukan pengembangan. Seharusnya setiap guru
mengawasi dengan ketat dan membuat metode evaluasi pembelajaran
yang bagus ketika melakukan proses penilaian terhadap peserta didik.
c) Membangun kerja sama dan komunikasi yang lebih baik dengan
orang tua siswa. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya dapat
diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, namun juga perlu dukungan
dari orang tua siswa.
d) Berusaha tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan budaya tidak baik
yang biasanya dilakukan oleh guru-guru lainnya. Hal ini juga menjadi
salah satu penyebab mutu pendidikan di Indonesia menurun. Memang
diperlukan idealisme yang cukup tinggi untuk membangun mutu
pendidikan Indonesia.
e) Peran aktif guru dalam membantu permasalahan belajar peserdik.
f) Sikap tegas guru dalam mengambil keputusan terhadap peserdik.
Guru harus mampu mengambil keputusan terbaik tidak hanya bagi
peserdik yang bermasalah namun juga bagi peserdik lainnya. Sebagai
contoh apabila ada peserdik yang bermasalah dan berpotensi
memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya, maka seorang
guru harus dapat bersikap tegas terhadap peserdik tersebut agar tidak
memberikan pengaruh negatif bagi peserdik lainnya.
g) Setiap guru harus menjalankan tugasnya sebagai seorang guru sebaik
mungkin di sekolah.
3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan
Sesuai Dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang
Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas.
Berdasarkan hasil wawancara hampir semua guru mempunyai
latar belakang pendidikan yang sudah sesuai dengan bidang tugas yang
dikerjakannya sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4) Memiliki Tanggung Jawab Atas Pelaksanaan Tugas
Keprofesionalan.
Untuk mengetahui apakah seorang guru memiliki tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Peneliti mengungkapkan
pertanyaan terlebih dahulu apakah guru tersebut mengerti bagaimana
seorang guru tersebut bisa dikatakan sebagai guru yang profesional.
Jawabannya cukup beragam, berikut adalah jawaban dari para guru
tersebut :
a) Tugas keprofesionalan guru adalah apabila guru bisa bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya.
b) Tugas keprofesionalan guru adalah merencanakan, melaksanakan,
memberikan penilaian, menganalisis, dan mengevaluasi.
c) Tugas keprofesionalan guru tidak hanya mengajar di kelas namun
juga mendidik peserdik. Karena mendidik lebih kompleks maknanya
dibandingkan dengan mengajar.
d) Tugas keprofesionalan guru adalah guru mampu menguasai materi
yang diampunya, mengembangkan materi sesuai dengan kondisi
peserta didik, dan mampu meningkatkan strata kependidikannya.
e) Tugas keprofesionalan guru adalah bertanggung jawab penuh
terhadap peserdiknya, disiplin dalam mendidik peserdik, memberikan
motivasi secara kontinyu, dan pengembangan metode evaluasi
pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas kemudian
peneliti berusaha menggali informasi lebih jauh apakah guru-guru
tersebut memiliki tanggung jawab atas pelaksanaannya. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut peneliti menemukan jawaban yang seragam
mengenai kedisiplinan para guru berangkat ke sekolah untuk bekerja.
Semua guru sudah siap di sekolah bahkan sebelum jam pelajaran yang
diajarnya dimulai. Hanya saja mengenai guru yang berhalangan hadir
untuk mengajar, hampir semua guru tidak ada yang dapat mengganti jam
mengajar tersebut karena kendala jadwal mata pelajaran di sekolah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
padat, tugas guru sudah cukup sibuk, dan siswa juga belum tentu mau jika
jam pelajaran yang kosong diganti.
5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan
Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat.
Berdasarkan hasil wawancara setiap guru memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat. Pihak sekolah secara berkala menunjuk para guru
secara bergiliran untuk ditugaskan meningkatkan kemampuan
profesionalnya baik yang berkaitan dengan ilmu kependidikan, keguruan,
dan ilmu yang sesuai dengan bidang tugas mengajarnya. Bentuknya
seperti Pendidikan dan Latihan (DIKLAT), penataran, pelatihan, seminar,
dan lain-lain.
6) Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan.
Untuk mengetahui pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan peneliti menanyakan kepada para guru mengenai UU no. 20
tahun 2003 tentang sisdiknas dan UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen. Berdasarkan hasil wawancara tersebut semua guru yang peneliti
wawancara tidak ada yang dapat menjelaskan secara rinci mengenai
kedua UU tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai
pentingnya seorang guru juga memahami mengenai kedua UU tersebut.
7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran.
Pada sub indikator ini peneliti menanyakan apakah setiap guru
sudah membuat silabus berdasarkan SKKD Spektrum 2008 yang memang
diwajibkan untuk digunakan di SMK. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut, semua guru sudah membuat silabus berdasarkan SKKD
Spektrum 2008 yang disesuaikan setiap tahunnya dan kondisi di sekolah.
Mengenai penyusunan silabus tersebut setiap guru membuatnya bersama
Tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kemudian mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
penyusunan RPP setiap guru selalu berusaha untuk mengembangkan RPP
masing-masing menyesuaikan dengan karakteristik siswa baik tiap
angkatannya maupun tiap kelas.
8) Beban Mengajar Guru.
Mengenai beban mengajar ini sebagian guru mendapatkan beban
mengajar yang cukup sehingga mereka mengatakan tidak mempengaruhi
kinerja mengajar mereka. Namun, bagi guru yang beban mengajarnya
sudah berlebih (overload) sangat mempengaruhi kinerja mengajar
mereka. Alasan utama beban mengajar overload ini mempengaruhi
kinerja mengajar mereka adalah guru tidak dapat melakukan
pengembangan diri dan tugas guru selain mengajar juga banyak. Selain
itu juga, bebang mengajar guru ini merupakan sesuatu yang dilematis
untuk diselesaikan permasalahannya. Apabila yang dikehendaki agar
beban mengajar para guru tersebut dikurangi, maka artinya perlu
penambahan tenaga pengajar baru. Padahal untuk menambah tenaga
pengajar baru sekolah juga perlu mempertimbangkan mengenai biaya
tambahan yang harus dikeluarkan.
9) Sertifikasi Guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan delapan orang guru lima
orang guru sudah sertifikasi dan tiga orang lainnya belum sertifikasi.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan para guru
tersebut semua guru setuju bahwa sertifikasi guru merupakan sarana bagi
guru untuk meningkatkan keprofesionalan dan meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Mengenai sertifikasi, peneliti mengambil kesimpulan
berdasarkan wawancara bahwa sertifikasi sendiri mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan sertifikasi adalah memberikan manfaat yang
banyak bagi seorang guru yang sudah mendapatkannya. Karena dalam
proses mendapatkannya setiap guru dibekali dengan ilmu kependidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dan keguruan kembali seperti ketika waktu kuliah. Dan setiap guru harus
lulus ujian yang dipersiapkan tim penguji untuk dapat memperoleh
sertifikasi. Tentunya hal ini memiliki pengaruh positif ketika guru
tersebut kembali ke sekolah untuk mengajar. Diharapkan guru yang sudah
sertifikasi tersebut meningkatkan performa dan tanggung jawabnya secara
profesional sebagai seorang guru. Namun di sisi lain, kekurangan dari
sertifikasi juga terkait dengan guru itu sendiri apabila guru yang sudah
sertifikasi tersebut ketika kembali ke sekolah tidak menunjukkan
peningkatan performa dan tanggung jawabnya secara profesional maka
akan sia-sia sertifikasi yang didapatkannya tersebut.
10) Tugas Merangkap Selain Mengajar.
Mengenai tugas merangkap selain mengajar ini hampir semua
guru memiliki tugas merangkap selain mengajar. Enam dari delapan
orang guru yang peneliti wawancarai mengatakan tugas merangkap
tersebut tidak mempengaruhi kinerja mereka dalam mengajar karena
tugas-tugas tersebut bukanlah tugas pokok mereka, sehingga mereka lebih
mengutamakan tugas untuk mengajar. Bahkan ada guru yang mampu
memanfaatkan tugas merangkap selain mengajar tersebut sebagai sarana
untuk melakukan pengembangan diri. Sedangkan dua orang guru lainnya
mengatakan tugas merangkap tersebut mempengaruhi kinerja mereka
dalam mengajar dengan alasan tugas seorang guru tidak hanya di sekolah
tapi juga ada pekerjaan rumah terutama mengurus keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Mekanisme PPDB
Setiap penerimaan peserta didik baru selalu mengikuti petunjuk
peraturan yang berlaku dari Depdiknas maupun Yayasan. Setiap pelaksanaan
penerimaan siswa baru di sekolah, pihak sekolah selalu memberi kemudahan
sehingga calon siswa baru dapat mendaftar dengan tertib dan lancar. Adapun
syarat–syarat pendaftaran antara lain :
1) Mengisi formulir pendaftaran.
2) Menyerahkan :
a) Fotocopy ijasah SMP/MTS yang telah dilegalisir,1 lembar
b) Fotocopy STL/ UAS yang telah dilegalisir, 1 lembar
c) Pas foto ukuran 3 x 4 cm, 2 lembar
3) Calon siswa datang sendiri dengan memakai seragam sekolah asal dan
bersepatu.
4) Membayar uang pendaftaran.
Sistem penerimaan peserta didik baru di SMK Pancasila berbeda
dengan penerimaan peserta didik di sekolah yang lain. Sistem yang
digunakan di SMK Pancasila Surakarta adalah sistem “ One Day Service”
yang artinya peserta yang mendaftar langsung bisa mengetahui pengumuman
diterima atau tidak di SMK Pancasila. Pengumuman akan diterima oleh
peserta setelah menjalani prosedur yang telah ditentukan oleh panitia.
Prosedur tersebut antara lain mengisi formulir pendaftaran, penyerahan
syarat-syarat pendaftaran, dan tes wawancara. Setelah prosedur sudah
dilaksanakan oleh peserta, panitia akan menyeleksi dan akan menyampaikan
hasil seleksi kepada peserta.
Adapun alur atau prosedur dalm penerimaaan peserta didik baru
yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Calon Siswa
Informasi &Pendaftaran
1. Tes Tertulis2. Tes Kesehatan3. Wawancara
Pengumuman Hasil Seleksi
Mengambil Berkas Pendaftaran
Diterima / Tidak
R.02
1. Konsultasi DPSP2. Konsutasi DPSB
R.01
Melengkapi Berkas A
M= R.03
M= R.03O= R.04
O= R.04
YA Tidak
O = OtomotifM= Mesin
Gambar 4.2. Alur Prosedur dalam Penerimaaan Peserta Didik Baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
c. Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
Untuk menggali informasi mengenai variabel input dan process yang
datanya bersifat kuantitatif peneliti menggunakan angket penelitian seperti
yang sudah peneliti ungkapkan di metode penelitian. Angket penelitian ini
direncanakan untuk disebar kepada seluruh siswa kelas XII baik teknik mesin
dan teknik otomotif dengan total jumlah responden sebanyak 194 siswa.
Namun ketika penyebaran angket penelitian, peneliti hanya mendapatkan 184
siswa yang mengisi angket penelitian yang disebarkan. Mengingat kelas XII
yang sedang disibukkan kegiatan persiapan Ujian Nasional (UNAS) peneliti
sudah berusaha mencari waktu yang paling tepat untuk menyebar angket
penelitian ini. Penyebaran angket yang direncanakan sebelumnya hanya satu
tahap dan dilakukan pada saat pengayaan menjelang UNAS. Peneliti
memutuskan mengambil momen ini karena setelah melakukan konsultasi
dengan staff kurikulum bahwa pada momen tersebut siswa diperkirakan akan
masuk sekolah semua. Namun kenyataan di sekolah pada tahap pertama
penyebaran angket penelitian yang tersisa masih banyak yaitu lebih dari 70
buah angket penelitian. Peneliti khawatir data yang diungkap di lapangan
belum cukup mewakili deskripsi fenomena yang terjadi, oleh karena itu
peneliti memutuskan untuk menyebarkan angket penelitian kembali pada
tahap yang kedua.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa banyak yang tidak
hadir meskipun di sekolah sedang diadakan pengayaan sebagai persiapan
UNAS, maka peneliti harus berinisiatif untuk membagi angket penelitian
kembali dengan mencari waktu yang lebih tepat. Kemudian, peneliti
memutuskan untuk menyebar angket penelitian kembali pada saat pembagian
kartu UNAS. Hasilnya sesuai dengan harapan peneliti, angket penelitian yang
tersisa hanya 10. Peneliti beranggapan dengan 184 buah angket penelitian
yang disebarkan ini sudah cukup mewakili untuk mendeskripsikan fenomena
yang terjadi. Untuk hasil angket penelitian secara lengkap peneliti tampilkan
pada tabel hasil angket penelitian yang ditampilkan pada lampiran 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.1. Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 31 17 %
2 Tinggi 97 53 %
3 Sedang 53 29 %
4 Rendah 3 1,6 %
5 Sangat rendah 0 0 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator
fasilitas pengembangan pembelajaran pada kategori tinggi
memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan
persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas
indikator fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada
kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi
indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada
diagram batang yang ditunjukkan di bawah :
Gambar 4.3. Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan
Pembelajaran
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sangat
tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
Indikator Fasilitas Pengembangan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
d. Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan
Tabel 4.2. Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 41 22 %
2 Tinggi 91 49 %
3 Sedang 46 25 %
4 Rendah 6 3,3 %
5 Sangat rendah 0 0 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator sarana pra
sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak
yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal ini menunjukkan
bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada
kategori tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator
sarana pra sarana, dan lingkungan dapat dilihat pada diagram batang yang
ditunjukkan di bawah :
Gambar 4.4. Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sangat
tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
Indikator Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Selain data secara kuantitatif seperti yang diungkapkan di atas
peneliti juga mendapatkan data secara kualitatif yang peneliti deskripsikan
mengenai lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan lingkungan belajar
siswa, peneliti melakukan observasi di SMK Pancasila Surakarta untuk
mengamati secara langsung lingkungan belajar siswa. Pada awalnya
observasi ini tidak ditujukan untuk mencari data pada penelitian ini, namun
ditujukan untuk melengkapi data pada laporan oberservasi PPL (program
pengalaman lapangan), namun data tersebut sekarang sangat berguna dan
mendukung dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Karena observasi
dilakukan seiring dengan berjalannya PPL dan bahkan sampai penelitian ini
dilakukan, artinya proses observasi ini berlangsung cukup lama, sehingga
peneliti dapat mengetahui secara keseluruhan kondisi lingkungan belajar
siswa di SMK Pancasila Surakarta baik lingkungan di luar maupun di dalam
sekolah.
1) Lingkungan Di Luar Sekolah
SMK Pancasila Surakarta dikelilingi oleh beberapa lembaga
pendidikan di sekitarnya, lembaga-lembaga itu antara lain SPG Pancasila,
SPG Tridarma, SMP Negeri 2 ,SMA Pancasila, SMA Tunggal bakti, dan
lain-lain. SMK Pancasila Surakarta juga jauh dari area industri yang
biasanya dapat menimbulkan polusi baik udara maupun suara.
Peneliti sering melewati jalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah
dan kondisi lingkungannya selain dikelilingi oleh beberapa lembaga
pendidikan lainnya, lingkungan sekitar sekolah hanya dipenuhi oleh
rumah warga setempat dan tidak ada lokasi atau tempat yang kiranya
dapat memberikan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah. Jalan-
jalan menuju sekolah juga bebas hambatan dan aman. Keadaan
lingkungan di luar sekolah ini secara detail peneliti amati ketika acara
jalan sehat yang diselenggarakan oleh sekolah pada hari Jum’at 30
September 2011, dimana pada saat itu peneliti berkeliling lingkungan di
luar SMK Pancasila Surakarta. Keadaan pada saat itu peneliti masih
menjalankan PPL di SMK Pancasila Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Lingkungan di luar SMK Pancasila Surakarta tidak hanya
ditunjang oleh lokasinya yang berdekatan dengan beberapa lembaga
pendidikan lainnya dan juga hanya dikelilingi oleh rumah warga setempat
yang tidak menyebabkan gangguan aktivitas pembelajaran di sekolah,
namun juga lokasinya yang strategis jauh dari keramaian kota. Hal ini
terlihat pada saat jam efektif mengajar dimulai dari jam 07.30 s/d 15.45
WIB kondisi lingkungan di luar sekolah sepi, tidak terlalu banyak
kendaraan yang melintas di dekat sekolah. Sehingga lebih mendukung
terciptanya suasana belajar mengajar yang benar-benar mantap.
2) Lingkungan Di Dalam Sekolah
Lingkungan di dalam SMK Pancasila Surakarta secara umum
peneliti menilai sangat nyaman dan kondusif digunakan untuk belajar
bagi para siswa. Di depan pintu gerbang ada 1-2 orang penjaga sekolah
yang menjaga pintu gerbang yang bertugas secara umum untuk menerima
tamu dan menjaga apabila ada siswa yang keluar sekolah belum pada
waktunya. Secara umum, warna dominan di SMK Pancasila Surakarta
berwarna hijau tidak hanya cat tembok dari tiap bangunan yang berwarna
hijau namun juga dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, sehingga
suasana di sekolah menjadi asri. Di setiap kelas memang tidak dilengkapi
dengan pendingin ruangan seperti kipas angin ataupun AC (air
conditioner) namun karena banyaknya pepohonan membuat suasana di
kelas tetap sejuk. Kebersihan di sekolah juga selalu terjaga dan tempat
sampah juga tersedia di beberapa sudut di sekolah. Di tiap kelas juga
dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup banyak sehingga kelas
tidak pengap, namun karena warna cat tembok dari tiap kelas berwarna
hijau-kuning dan penerangan di tiap kelas kurang berfungsi dengan baik
maka suasana di kelas agak redup. Berdasarkan wawancara dengan Bapak
Herry Saptoro selaku Wakasek urusan Ketenagaan dan Sarana Prasarana
warna cat tembok ini memang sengaja tidak diganti dengan warna yang
lebih cerah karena memang kebijakan dari yayasan. Di beberapa kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
yang peneliti jumpai, peneliti kesulitan untuk menemukan sumber daya
listrik untuk menghidupkan perangkat elektronik, terkadang beberapa
guru menggunakan ruang aula ketika mengajar menggunakan LCD
Proyektor.
Data secara lengkap mengenai prasarana, data/daftar para guru,
data siswa kelas XII, dan denah sekolah peneliti tampilkan pada lampiran.
3. Analisis Process
a. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan
Pembelajaran
Tabel 4.3. Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan
Pembelajaran
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 73 40 %
2 Tinggi 85 46 %
3 Sedang 24 13 %
4 Rendah 2 1,1 %
5 Sangat rendah 0 0 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kesesuaian
pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran pada kategori tinggi
memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 85 dengan perolehan persentase
sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kesesuaian
pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori
tinggi. Agar lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kesesuaian
pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada diagram
batang yang ditunjukkan di bawah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4.5. Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan
Indikator Keberhasilan Pembelajaran
b. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa
Tabel 4.4. Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Sangat tinggi 24 13 %
2 Tinggi 86 47 %
3 Sedang 61 33 %
4 Rendah 12 6,5 %
5 Sangat rendah 1 0,5 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk indikator kedisiplinan,
kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi
memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase
sebesar 47 %. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan,
kerajinan, motivasi belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Agar
lebih mudah dipahami mengenai deskripsi indikator kedisiplinan, kerajinan,
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sangat
tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
Indikator Kesesuaian Proses Pembelajaran
dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
motivasi belajar, dan keaktifan siswa dapat dilihat pada diagram batang yang
ditunjukkan di bawah :
Gambar 4.6. Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan
Keaktifan Siswa
4. Analisis Product
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar ini peneliti bandingkan dari data hasil nilai kelulusan
tahun pelajaran 2010/2011 dengan data hasil nilai kelulusan tahun pelajaran
2011/2012. Karena pada tahun pelajaran 2010/2011 pada saat itu SMM ISO
9001:2008 masih baru saja diterapkan di sekolah sehingga pengaruh
penerapannya masih belum matang, sedangkan pada tahun pelajaran ini
SMM ISO 9001:2008 sudah diterapkan selama satu tahun tentunya sudah
lebih matang dalam pelaksanaannya.
Data hasil nilai kelulusan tersebut secara rinci ditampilkan pada
lampiran 16 dan 17. Pada deskripsi temuan penelitian ini peneliti hanya akan
menampilkan perbandingan persentase keberhasilan dan rata-rata hasil Nilai
Akhir (NA). Peneliti memutuskan untuk membandingkan NA sebagai
pertimbangan penentuan perbandingan karena penentuan lulus atau tidaknya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sangat
tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
Indikator Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi
Belajar, dan Keaktifan Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
siswa berdasarkan perhitungan gabungan dari hasil Ujian Nasional (UN) dan
Nilai Sekolah (NS). Berikut adalah rumus penentuan NA.
NA = 0,6 × Hasil UN + 0,4 Hasil US
Persentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah
100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%.
Tabel 4.5. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2010/2011
Nilai Ujian Bahasa
Indo.
Bahasa
Inggris
Mate-
matika
Kom-
petensi
Jumlah
Nilai
Klasifikasi A B B A A
Rata-Rata 7,55 7,49 7,44 8,03 30,51
Terendah 5,30 5,40 4,30 7,50 23,40
Tertinggi 8,70 8,90 9,60 8,40 34,30
Standar Deviasi 0,57 0,74 0,98 0,15 1,68
Tabel 4.6. Data Hasil Nilai Rata-Rata NA Tahun Pelajaran 2011/2012
Nilai Ujian Bahasa
Indo.
Bahasa
Inggris
Mate-
matika
Kom-
petensi
Jumlah
Nilai
Klasifikasi B B B A B
Rata-Rata 7,04 6,94 6,61 8,05 28,64
Terendah 4,30 4,60 3,70 7,50 22,40
Tertinggi 8,80 9,00 9,00 8,80 33,80
Standar Deviasi 0,81 1,02 1,18 0,26 2,34
Untuk memudahkan melihat perbandingan dari kedua hasil NA
tersebut peneliti juga menampilkannya dalam bentuk diagram batang sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 4.7. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata NA
Keterangan :
Biru : Tahun pelajaran 2010/2011
Merah : Tahun pelajaran 2011/2012
Seperti yang terlihat pada tabel dan diagram batang perbandingan
rata-rata NA tersebut semua mata pelajaran mengalami penurunan nilai rata-
rata NA kecuali mata pelajaran kompetensi. Mata pelajaran bahasa indonesia
mengalami penurunan sebanyak 0,51 atau sebesar 6,75%. Mata pelajaran
bahasa inggris mengalami penurunan sebanyak 0,55 atau sebesar 7,34%.
Mata pelajaran matematika mengalami penurunan sebanyak 0,83 atau sebesar
11,16%. Sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan
sebanyak 0,02 atau sebesar 0,25%.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris Matematika Kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
C. Pembahasan
Pada pembahasan penelitian ini peneliti akan menampilkannya dengan
susunan berdasarkan pendekatan model CIPP agar hasil deskripsi temuan penelitian
yang sudah diungkapkan sebelumnya dapat dievaluasi dengan lebih cermat tiap
lininya. Berikut adalah pembahasannya. Untuk menghidari subyektivitas peneliti
dalam menulis pembahasan ini, pada pengumpulan data peneliti melakukan
triangulasi baik metode maupun data. Sehingga pembahasan ini sudah melalui
pertimbangan dari banyak sudut pandang baik informan, responden, hasil observasi
dan data dokumentasi. Diharapkan pembahasan ini menghasilkan sebuah kesimpulan
yang benar-benar menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan secara faktual
dan akurat.
1. Context
a. Kekuatan dan Kelemahan SMM ISO 9001:2008
Berdasarkan deskripsi temuan penelitian mengenai analisis context
yang peneliti paparkan sebelumnya, kekuatan atau kelebihan SMM ISO
9001:2008 yang diterapkan di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi seluruh
kegiatan di sekolah yang lebih baik. Hal ini meliputi seluruh lini di sekolah
yang harus terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Yang dimaksud
dengan perencanaan di sini adalah seluruh program yang direncanakan oleh
sekolah baik yang bersifat pengembangan ataupun perbaikan haruslah
direncanakan dengan tertib dan cermat. Perencanaan ini juga meliputi analisis
mengenai pengembangan dan perbaikan yang harus dilakukan. Kemudian
dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Yang
dititik beratkan pada pelaksanaan ini tidak harus mencapai keberhasilan
sepenuhnya namun yang terpenting memberi dampak positif dan bagaimana
dalam pelaksanaan tersebut tetap terus melakukan analisis serta kontrol penuh
dalam menjalani prosesnya. Hal ini dimaksudkan, perencanaan yang sudah
disepakati bersama dan kemudian dilaksanakan bukanlah keputusan akhir
yang harus digunakan secara baku, namun pelaksanaan tersebut juga
digunakan sebagai analisis terhadap perencanaan yang telah dibuat. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
membuat proses pelaksanaan tersebut bukanlah sekadar menjalankan apa
yang sudah direncanakan melainkan ada tujuan lain yaitu perbaikan secara
terus-menerus continuous improvement. Di dalam pelaksanaan ini juga
terdapat pengelolaan dan pengorganisasian yang wajib dilakukan. Untuk
melihat bagaimana pengelolaan dan pengorganisasian ini dilaksanakan
peneliti memfokuskan mengenai pengelolaan di bengkel mesin dan otomotif.
Pengelolaan baik di bengkel mesin maupun otomotif pada dasarnya sama.
Pengelolaan ini meliputi keseluruhan manajemen bengkel yang harus
diadministrasikan dengan tertib yaitu: kelengkapan alat peraga, ketersediaan
alat ukur, dan alur pengadaan barang. Pengelolaan tentunya tidak akan
berjalan dengan baik tanpa adanya SDM yang menjalankannya. Maka
perlunya pengorganisasian mengenai pembagian tugas mengelola bengkel ini.
Setelah semua tahap tersebut dijalankan masih ada tahap akhir yang penting
yaitu dokumentasi. Dari keseluruhan proses pelaksanaan yang dijalankan
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat semua proses yang dijalankan
tersebut haruslah didokumentasikan sebagai laporan perkembangan dan
analisis untuk melakukan perencanaan selanjutnya. Kesimpulan dari kekuatan
dari SMM ISO 9001:2008 ini adalah setiap yang akan dikerjakan haruslah
direncanakan terlebih dahulu dan setiap yang sudah dikerjakan haruslah
didokumentasikan sebagai laporan dan bahan pertimbangan analisis untuk
melakukan perencanaan selanjutnya. Sirkulasi antara perencanaan,
pelaksanaan, dan dokumentasi ini bersinergi dengan sangat baik dalam
melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas
mutu sekolah.
Sedangkan mengenai kelemahan atau kekurangan SMM ISO
9001:2008 setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan
peneliti menyimpulkan sebenarnya kelemahan atau kekurangan bukan
terletak pada SMM ISO 9001:2008 namun pada proses pelaksanaan yang
tentunya melibatkan SDM di SMK Pancasila Surakarta dan SDM yang
dimaksud ini tentunya adalah para guru yang tidak hanya menjadi fokus
dalam peningkatan kinerjanya melalui SMM ISO 9001:2008 namun juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
sebagai pelaku. Berdasarkan wawancara dengan para informan terlihat para
guru di sekolah masih belum siap menerima perubahan-perubahan signifikan
yang diakibatkan oleh penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah. Karena
memang tidak dipungkiri dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 ini banyak
hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai seorang
pendidik. Selama kurun waktu setahun belakangan ini tidak dipungkiri para
guru seolah-olah ditambah tugasnya mengenai pengelolaan administrasi yang
lebih banyak dibandingkan sebelum sekolah ini menerapkan SMM ISO
9001:2008. Namun, sebenarnya tugas-tugas administrasi yang harus
dilakukan oleh para guru tersebut adalah memang sudah kewajiban seorang
pendidik untuk mengerjakannya. Hanya saja sebelum SMM ISO 9001:2008
mengenai harus tertibnya mengenai administrasi ini terlihat bukan sebagai
sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan.
Seharusnya sebagai seorang guru memiliki tugas keprofesioanlan
yang secara detail ditampilkan pada kajian teori. Namun, selama ini yang
menjadi kebiasaan guru hanyalah melaksanakan dan melakukan penilaian.
Namun, setelah penerapan SMM ISO 9001:2008 para guru dituntut harus
melaksanakan tugas keprofesionalan tersebut terutama mengenai harus
tertibnya urusan administrasinya. Memang, ketika melakukan wawancara
terstruktur mengenai latar belakang seorang pendidik setiap guru
mengungkapkan jawaban yang berbeda mengenai tugas keprofesionalan
tersebut, namun peneliti menangkap maksud tersirat dari hasil wawancara
tersebut bahwa para guru sebenarnya kewalahan dalam melaksanakan
tuntutan dari SMM ISO 9001:2008 yang mewajibkan tertibnya urusan
admininistrasi yang menjadi bagian wajib dari tugas keprofesionalan seorang
guru. Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan, dalam waktu
dekat untuk penerapan SMM ISO 9001:2008 secara sempurna dengan proses
dan hasil yang benar-benar baik masih belum bisa dilakukan. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan proses. Karena yang tersulit dalam
penerapan SMM ISO 9001:2008 ini sebenarnya adalah merubah pola lama
yang sudah menjadi kebiasaan para guru di sekolah. Pihak sekolah tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berusaha terus untuk mensosialisasikan bahwa memang tertibnya urusan
secara administrasi tersebut bukanlah hanya tuntutan dari penerapan SMM
ISO 9001:2008 tetapi memang sudah tugas keprofesionalans seorang guru.
Berdasarkan pemaparan mengenai kekuatan dan kelemahan SMM
ISO 9001:2008 peneliti dapat menyimpulkan sebenarnya kekuatan dan
kelemahan ini saling mendukung satu sama lain. Dengan kekuatan SMM ISO
9001:2008 sekolah mendapatkan gambaran bagaimana alur yang jelas untuk
meningkatkan kualitas mutu sekolah. Sedangkan kelemahan yang peneliti
paparkan mengenai SDM yang menjalankannya sebenarnya sebagai sebuah
evaluasi secara tidak langsung mengenai kinerja guru di sekolah. Oleh karena
itu, jika SMM ISO 9001:2008 diterapkan secara terus-menerus sebenarnya
kelemahan mengenai SDM yang menjalankannya ini suatu saat akan menjadi
kekuatan dalam menunjang peningkatan kualitas mutu sekolah melalui
penerapan SMM ISO 9001:2008.
2. Input
a. Latar Belakang Pendidik
1) Memiliki Bakat, Minat, Panggilan Jiwa, Dan Idealisme.
Seperti yang diungkapkan di deskripsi penelitian bahwa hanya
dua orang guru yang benar-benar berminat ingin melanjutkan studi ke
FKIP yang jurusannya sesuai dengan bidang tugas mengajarnya
sekarang. Meskipun demikian bukan berarti mereka terus menjalani
kuliah di FKIP dengan terpaksa. Ini terbukti mereka dapat menyelesaikan
studi mereka dengan baik. Bahkan beberapa diantara mereka terpilih
menjadi mahasiswa yang terbaik yang kemudian setelah lulus segera
ditempatkan ke institusi pendidikan yang ditunjuk oleh perguruan tinggi
mereka. Peneliti menyimpulkan meskipun diawali dengan minat yang
berbeda-beda namun pada akhirnya mereka menemukan minat
sebenarnya menjadi seorang guru dan mereka menjalani proses untuk
menjadi seorang guru tersebut dengan bersungguh-sungguh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Mengenai idealisme ini terlihat semua guru memiliki keinginan
untuk terus meningkatkan keilmuannya baik yang berhubungan dengan
keguruan maupun ilmu berdasarkan bidangnya masing-masing. Dapat
disimpulkan setiap guru tidak berpuas diri dan mempunyai keinginan
untuk terus melakukan pengembangan diri untuk menunjang peningkatan
kemampuan profesional mereka.
Mengenai panggilan jiwa dari masing-masing guru ini
berhubungan dengan motivasi dari pribadi guru tersebut. Memang setiap
guru berangkat dari motivasi yang berbeda untuk menjadi seorang guru,
namun yang terpenting adalah mereka memiliki motivasi yang kuat untuk
menjadi guru yang baik. Hal ini tentunya membentuk pola pikir dan
mental yang baik kepribadian guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
seorang guru.
Sedangkan mengenai bakat, tidak dipungkiri bahwa semua
orang memang memiliki bakat untuk menjadi seorang guru. Dan belum
tentu juga di awal perjalanan mereka sudah menikmati dan merasakan
memang profesi guru memanglah suatu profesi yang cocok dan suatu
pekerjaan yang betul mereka nikmati. Namun, seiring berjalannya waktu
para guru tersebut mengungkapkan dengan proses mereka pada akhinya
menyadari bahwa menjadi memilih profesi guru memanglah pilihan yang
tepat bagi mereka. Meskipun banyak rintangan dan kesibukan yang harus
mereka jalani namun terlihat sekali mereka menikmati dan sudah merasa
cocok menjalani pekerjaan sebagai seorang guru.
2) Memiliki Komitmen untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Keimanan, Ketakwaan dan Akhlak Mulia.
Melihat berbagai macam tanggapan dari para guru mengenai
perkembangan kualitas mutu pendidikan di Indonesia yang peneliti
sengaja lakukan untuk memancing dan mengetahui seberapa jauh
perhatian mereka terhadap dunia pendidikan menghasilkan jawaban-
jawaban yang membuka wawasan bagi peneliti mengenai realita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
pendidikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan para guru memiliki
perhatian terhadap kondisi pendidikan.
Kemudian para guru juga menunjukkan bagaimana cara mereka
masing-masing memberikan sumbangsih positif melalui profesi mereka
sebagai seorang pendidik meskipun lingkupnya hanya di sekolah mereka
berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja sebaik mungkin tidak
hanya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan namun juga bekerja dengan
rasa sosial untuk mendidik dan membimbing siswa di sekolah sampai
mereka betul-betul mendapatkan pendidikan yang terbaik.
3) Memiliki Kualifikasi Akademik dan Latar Belakang Pendidikan
Sesuai dengan Bidang Tugas dan Memiliki Kompetensi yang
Diperlukan Sesuai dengan Bidang Tugas
Setiap guru sudah memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan yang sesuai. Meskipun ditempuh dengan jalan yang
berbeda-beda. Karena memang tidak dapat dipungkiri untuk dapat
totalitas dalam menjalankan profesi mereka sebagai seorang guru
kesesuaian antara latar belakang bidang pendidikan dengan tugas
mengajar mereka sekarang menjadi salah satu penunjang kelancaran
mereka dalam menjalani tugas mereka dalam mengajar secara
profesional.
4) Memiliki Tanggung Jawab atas Tugas Keprofesionalan
Setiap guru mampu menjawab apabila ditanya mengenai tugas
keprofesionalan mereka meskipun jawaban mereka beragam. Memang
para guru tidak ada yang menjawabnya secara lengkap sesuai dengan
tugas keprofesionalan guru seperti yang ditampilkan di kajian teori.
Namun dari hasil wawancara tersebut paling tidak para guru
menyebutkan salah satu diantaranya. Peneliti memahami mengapa para
guru mungkin tidak dapat menyebutkan secara lengkap tugas
keprofesionalan mereka, tentunya tuntutan untuk penyelesaian tugas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
lapangan lebih penting daripada sekadar mengetahui tugas-tugas pokok
mereka di atas kertas. Meskipun demikian, peneliti melihat para guru
tersebut tetap berusaha memberikan kinerja terbaik mereka sebagai
seorang guru dengan cara dan karakter mereka masing-masing.
Kinerja para guru di lapangan untuk mematuhi tata tertib
sekolah sudah disiplin dan seolah sudah menjadi budaya mereka untuk
selalu datang ke sekolah sebelum waktu yang ditetapkan oleh sekolah.
Mengenai pergantian jam mengajar yang kosong, memang seharusnya
jika jam mengajar tersebut kosong baik karena guru tersebut berhalangan
hadir karena sakit ataupun ada suatu urusan harusnya mengganti jam
pelajaran tersebut. Karena memang tugas seorang guru untuk
menerangkan materi pelajaran dan tentunya dengan hadirnya seorang
guru di kelas untuk mengajar proses pembelajaran akan terlaksana
dengan lebih baik. Namun, fakta di lapangan hal tersebut sulit dilakukan
meskipun guru yang bersangkutan mau melakukan hal tersebut. Kendala-
kendala seperti jam mengajar sekolah yang padat, tugas guru selain
mengajar yang cukup sibuk dan juga kurangnya minat siswa jika harus
menambah jam pelajaran di hari lain sebagai jam pelajaran yang kosong
menjadi rintangan yang sulit untuk diatasi. Hal ini menjadi sebuah dilema
antara harus menjalankan tugas keprofesionalan guru dengan
menghadapi realita di lapangan. Bagaimanapun para siswa haruslah
mendapatkan hak menerima ilmu pengetahuan ketika mereka berada di
sekolah Oleh karena itu, untuk memanfaatkan jam pelajaran yang kosong
tersebut sebisa mungkin para guru berusaha minimal memberikan tugas
bagi para siswa agar para siswa minimal tetap mendapatkan melakukan
proses pembelajaran meskipun hanya melalui mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru yang berhalangan hadir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
5) Memiliki Kesempatan untuk Mengembangkan Keprofesionalan
Secara Berkelanjutan dengan Belajar Sepanjang Hayat
Setiap guru pada hakikatnya memiliki kesempatan untuk
meningkatkan pendidikannya ke strata yang lebih tinggi. Namun, jika
harus melanjutkan sekolah lagi ke para guru terkendala masalah biaya.
Pertimbangannya daripada biaya tersebut digunakan untuk melanjutkan
sekolah lebih baik digunakan untuk bekal pendidikan anak-anak mereka.
Hal ini masuk aka jika melihat realita pendidikan sekarang yang syarat
dengan biaya yang tinggi jika ingin mendapatkan kualitas pendidikan
yang terbaik. Namun, bukan berarti perjuangan untuk meningkatkan
kemampuan profesional dan terus belajar berhenti sampai di situ.
Sekolah masih memberikan kesempatan bagi para guru mereka untuk
meningkatkan kemampuan profesional mereka dengan cara mengirim
mereka ke diklat, pelatihan dan penataran. Paling tidak hal ini cukup
membawa angin segar bagi para guru yang memiliki keinginan kuat
untuk meningkatkan kemampauan profesionalnya. Berdasarkan hasil
wawancara di sekolah ini mengenai pembagian kesempatan untuk
pemberangkatan diklat, pelatihan, dan penataran masih kurang merata.
Seharusnya ada pembagian yang merata mengenai hal ini agar setiap
guru mendapatkan hak yang sama untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya.
6) Pemahaman Mengenai Wawasan atau Landasan Kependidikan
Dari semua guru yang diwawancarai tidak ada yang dapat
menyebutkan secara detail mengenai UU no.20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas dan UU no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Padahal
beberapa diantara guru tersebut sudah ada yang sertifikasi. Beberapa
informan mengungkapkan kurangnya sosialisasi mengenai hal ini. Dan
ternyata pada saat ada monitoring evaluasi dari pihak ISO para guru di
sekolah juga banyak yang tidak bisa menyebutkan ini. Seharusnya
penting bagi seorang guru minimal dapat menyebutkan beberapa saja dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
UU tersebut karena hal ini mencerminkan seberapa wawasan mengenai
landasan pendidikan mereka.
7) Pengembangan Kurikulum/Silabus dan Perancangan Pembelajaran
Setiap tahunnya SMK Pancasila selalu melakukan pembaharuan
mengenai kurikulum KTSP yang digunakan di sekolah. Meskipun tidak
terlalu banyak perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Respon dari tiap
guru hampir sama, untuk silabus secara garis besar memang tidak banyak
melakukan perubahan tiap tahunnya. Namun, tetap melakukan evaluasi
dan menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Sedangkan untuk RPP setiap
guru yang peneliti wawancarai mengungkapkan selalu melakukan
evaluasi mengenai RPP yang dibuatnya setiap tahun. Mereka selalu
berusaha mencari metode mengajar yang paling tepat diterapkan pada
siswa. Melihat hal ini, peneliti menyimpulkan setiap guru memang
memiliki perhatian untuk terus meningkatkan kualitas kinerja mereka.
8) Beban Mengajar Guru
Realita di sekolah swasta seperti di SMK Pancasila Surakarta
mengenai beban mengajar guru yang overload menjadi sebuah dilema.
Karena apabila seorang guru beban mengajarnya overload sangat
mempengaruhi kinerja mengajarnya tidak hanya pada saat mengajar di
kelas namun juga dalam mengerjakan tugas-tugas lain selain mengajar.
Para guru sejatinya ingin selalu dapat mengevaluasi apa yang sudah
dikerjakannya di sekolah dan penting juga untuk melakukan
pengembangan diri. Namun, dengan beban mengajar yang terlalu banyak
membuat kedua hal tersebut jadi dikesampingkan karena untuk
menyelesaikan tugas mengajar yang banyak saja sudah cukup berat.
Seandainya harus ditambah tenaga pengajar baru agar pembagian jam
mengajar lebih merata di sisi lain karena sekolah ini swasta ada beberapa
guru yang penghasilannya didapatkan dari yayasan. Banyaknya
penghasilan guru tersebut tergantung dari banyaknya jam mengajar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
sekolah. Oleh karena itu menjadi serba salah bagi pihak sekolah
seandainya ingin menyelesaikan mengurangi jam mengajar para guru
yang overload dengan menerima guru baru namun di sisi lain guru yang
penghasilannya bergantung dari banyaknya jam mengajar
penghasilannya jadi berkurang.
9) Sertifikasi Guru
Dengan adanya sertifikasi ini para guru mengatakan sangat baik
untuk peningkatan kemampuan profesional seorang guru dan juga untuk
meningkatkan kesejahteraan. Meskipun beberapa guru mengatakan
dalam pelaksanaannya mendapatkan sertifikasi ini terkesan terburu-buru
dan ilmu pengetahuan yang didapatkan menjadi kurang maksimal. Apa
saja yang didapatkan pada saat menjalani proses mendapatkan sertifikasi
seharusnya bisa diterapkan saat kembali mengajar di sekolah, inilah yang
dimaksud dengan meningkatnya kemampuan profesional guru, namun
seandainya sama saja maka sertifikasi hanya akan berfungsi sebagai
peningkatan kesejahteraan.
10) Tugas Merangkap Selain Mengajar
Mengenai tugas merangkap ini peneliti menyimpulkan tugas
merangkap ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja mereka dalam
mengajar. Memang beberapa guru mengungkapkan bahwa terkadang
tugas merangkap tersebut juga cukup membuat kerepotan, namun tugas
mengajar di kelas tetap diutamakan. Bahkan ada guru yang mampu
memanfaatkan tugas merangkap tersebut contohnya wali kelas untuk
meningkatkan kompetensi sosialnya. Hal ini tentunya berdampak positif
bagi peningkatan kinerja guru di sekolah. Oleh karena itu, tugas
merangkap ini tidaklah menjadi sesuatu yang mengganggu bagi kinerja
seorang guru dalam mengajar di kelas.
Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas sebanyak delapan
buah poin memang sudah dilakukan dan tidak menjadi masalah bagi para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
guru dalam menjalankannya selama menjadi seorang guru. Sedangkan
dua poin yaitu mengenai pemahaman wawasan pendidikan dan beban
mengajar guru masih menjadi permasalahan bagi para guru. Meskipun
demikian, peneliti menyimpulkan para guru di SMK Pancasila Surakarta
sudah menjalankan profesinya sebagai seorang guru sesuai dengan
prinsip profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tertera di
pasal 7 ayat (1) UU no.14 2005. Meskipun pada beberapa poin para guru
terebut tidak dapat menjalankannya dengan sempurna. Namun, hal
tersebut juga disebabkan karena keterbatasan kondisi yang ada di
sekolah.
b. Mekanisme PPDB
Mengenai mekanisme PPDB ini alurnya sudah baik karena sudah
setiap siswa baru diharuskan melewati tiga tahapan agar dapat diterima di
sekolah ini yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Artinya dalam
penentuan penjaringan siswa baru sekolah sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaring calon siswa sebaik mungkin. Diperlukan tiga tahap
untuk menentukan siswa tersebut bisa diterima atau tidak, hal ini kembali lagi
pada prinsip dari proses pembelajaran dimana keberhasilan dari proses
pembelajaran adalah hasil sinergi yang baik dari pendidik, peserta didik,
sumber belajar, dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah
memiliki komitmen untuk memaksimalkan proses pembelajaran dari semua
aspek yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
c. Sumber Belajar dan Lingkungan
Berdasarkan hasil dari angket penelitian mengenai indikator fasilitas
pengembangan pembelajaran yang ditunjukkan pada lampiran 12 pada
kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 97 dengan perolehan
persentase sebesar 53%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator
fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi.
Sedangkan untuk lingkungan peneliti melakukan pendekatan melalui
indikator sarana pra sarana, dan lingkungan pada kategori tinggi memperoleh
frekuensi terbanyak yaitu 91 dengan perolehan persentase sebesar 49 %. Hal
ini menunjukkan bahwa efektivitas indikator sarana pra sarana, dan
lingkungan termasuk pada kategori tinggi.
Hasil tersebut tentunya berdasarkan perspektif siswa sebagai
responden, peneliti berusaha melakukan crosscheck baik secara langsung
maupun menggali informasi melalui informan. Untuk crosscheck secara
langsung peneliti secara tidak langsung sudah merasakan sendiri bagaimana
fasilitas pengembangan pembelajaran di SMK Pancasila Surakarta memang
sudah mencukupi dan dalam keadaan baik. Di bengkel dan perpustakaan juga
tertata rapi dan lengkap. Hanya saja pada saat melakukan penelitian, sekolah
ini sedang melakukan pemugaran di bagian kantor dan halaman depan.
Sehingga perpustakaan dan aula juga difungsikan sebagai ruang guru.
Memang sementara ini keadaan aula dan perpustakaan sedikit perlu penataan,
tentunya keadaan ini hanya bersifat sementara. Mengenai alat peraga di
bengkel setiap peralatan dilengkapi dengan instruksi kerja, penataannya rapi
dan kondisinya berfungsi dengan baik. Berdasarkan informasi yang peneliti
dapatkan dari para informan mengenai fasilitas pengembangan pembelajaran
ini baik yang berhubungan dengan bengkel, perpustakaan, dan peralatan
lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran memang semuanya
tertata dengan baik karena pembagian tugas yang jelas dari setiap lini kerja di
sekolah. Dan peneliti juga mengamati langsung secara rutin ada perawatan
dan pembersihan di bengkel maupun di perpustakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Lingkungan baik di dalam maupun di luar sekolah juga kondusif
seperti yang peneliti ungkapkan di lingkungan belajar siswa. Artinya tidak
hanya menurut peneliti bahwa lingkungan belajar di SMK Pancasila
Surakarta yang memang kondusif namun juga dari para responden
mengatakan demikian yang ditunjukkan oleh hasil angket penelitian yang
hasilnya indikator fasilitas pengembangan pembelajaran dan sarana pra
sarana serta lingkungan memiliki efektivitas yang tinggi. Dan pengaruh dari
penerapan SMM ISO 9001:2008 semakin meningkatkan standar kualitas dari
kedua indikator tersebut.
3. Process
Pada variabel process ini untuk mengetahui kesesuaian antara proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah dengan indikator keberhasilan pembelajaran
memang agak sulit jika harus melakukan observasi satu persatu ke kelas pada
saat proses pembelajaran terjadi hal ini juga dikhawatirkan akan mengganggu
proses pembelajaran. Maka peneliti memutuskan untuk melihat fenomena yang
terjadi melalui responden yang diwujudkan melalui angket penelitian. Dapat
dilihat untuk indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan
pembelajaran pada kategori tinggi memperoleh frekuensi terbanyak yaitu 85
dengan perolehan persentase sebesar 46 %. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas indikator kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran
termasuk pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil angket penelitian tersebut dapat
disimpulkan efektivitasnya tinggi. Pencarian fakta tidak berhenti sampai di sini.
Dalam butir angket yang peneliti buat ada beberapa butir yang tidak valid namun
tetap peneliti masukkan di dalam angket penelitian. Butir-butir pernyataan
tersebut peneliti ungkapkan kembali pada saat melakukan wawancara dengan
para guru. Hasilnya tidak jauh berbeda dari hasil yang diungkapkan pada angket
penelitian. para guru mengungkapkan selalu memberikan kesempatan bertanya
bagi siswa, mengecek tingkat pemahaman siswa, dan memancing kreativitas
siswa dengan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran maupun siswanya. Hal ini menunjukkan para guru sudah berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
semaksimal mungkin agar tujuan dari proses pembelajaran yang ditargetkan
tercapai. Hanya saja mengenai remedial, memang seharusnya prosedur remedial
yang benar adalah guru harus memberikan pengajaran ulang sebelum
memberikan tes ulang kembali, namun karena segala macam keterbatasan yang
ada di sekolah baik dari guru, jadwal mata pelajaran yang padat, dan antusias
siswa menjadi faktor penghalang untuk menjalankan remedial yang memang
sesuai dengan prosedur. Meskipun demikian setiap guru sudah berusaha
semaksimal mungkin agar para siswanya yang belum mencapai ketuntasan
minimal dapat lulus dan juga memperoleh ilmu yang diajarkan.
Mengenai efektivitas indikator indikator kedisiplinan, kerajinan,
motivasi belajar dan keaktifan siswa memang pada kategori tinggi memperoleh
frekuensi terbanyak yaitu 86 dengan perolehan persentase sebesar 47 %. Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas indikator kedisiplinan, kerajinan, motivasi
belajar, dan keaktifan siswa pada kategori tinggi. Namun pada kategori sedang
juga cukup tinggi yaitu dengan perolehan persentase sebesar 33 %. Hal ini
mengundang penasaran bagi peneliti mengapa bisa terjadi demikian. Pada saat
wawancara bersama guru hal ini terjawab. Ternyata memang para siswa
keaktifan selama belajar di kelas agak kurang. Meskipun para guru sudah
memberikan stimulus-stimulus sebagai pancingan agar mereka lebih aktif dan
kritis namun masih kurang. Pada saat mengerjakan ujian juga para siswa terkesan
kurang sungguh-sungguh karena banyak yang sibuk bekerja sama dengan siswa
lainnya. Informasi ini tidak hanya peneliti dapatkan dari wawancara namun
peneliti juga melihat secara langsung pada saat menjadi pengawas ujian tengah
semester dan ujian akhir semester. Fenomena para siswa tidak takut untuk
bekerja sama pada saat ujian meskipun sudah ada pengawas seolah menjadi hal
yang biasa. Hal ini persis seperti yang dikatakan oleh seorang guru pada saat
wawancara, para siswa sekarang sudah tidak malu lagi untuk bekerja sama pada
saat ujian. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai harusnya
menghargai hasil kerja sendiri. Sehingga para siswa mengalami krisis
kepercayaan diri dan menginginkan hasil yang instan. Sebenarnya para guru
sudah memberikan motivasi dan nasehat bagi para siswa, namun menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
seorang guru hal-hal tersebut perlu dilakukan dengan lebih intensif dan kompak
dilakukan oleh seluruh guru, sehingga secara bertahap para siswa akan tersadar
dengan sendirinya.
4. Product
Berdasarkan persentase keberhasilan kelulusan dan nilai rata-rata NA
memang pada tahun pelajaran 2011/2012 mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun pelajaran 2010/2011. Melihat hal ini, perlunya menanggapi
persoalan mengenai menurunnya persentase hasil kelulusan dengan sudut
pandang yang lebih teliti. Hal tersebut menuntun kita agar tidak terlalu cepat
dalam mengambil kesimpulan bahwa efektivitas di lini product mengalami
penurunan. Seperti yang diketahui bahwasanya hasil penulusuran pada analisis
context, input, dan process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang
tinggi. Seharusnya cerminan dari hasil efektivitas yang tinggi tersebut hasil
product mengalami peningkatan. Namun, jika melihat persentase penurunannya
baik dari hasil persentase keberhasilan lulusan maupun nilai rata-rata NA-nya
yang tidak terlalu banyak tentunya hasil product ini masih dalam batas yang
wajar dan masih dapat dikatakan penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK
Pancasila Surakarta efektifvitasnya tinggi. Terutama jika melihat dampak
penerapan SMM ISO 9001:2008 secara positif terlihat sekali bahwasanya adanya
percepatan untuk berkembang dari seluruh lini di sekolah. Dan dengan
percepatan tersebut juga baik secara langsung ataupun tidak langsung terdeteksi
kelemahan-kelemahan penghambat yang justru dapat menjadi kekuatan suatu
saat nanti yang pada akhirnya berujung pada peningkatan mutu sekolah.
Meskipun demikian, permasalahan ini masih belum selesai dan memerlukan
analisis serta pembahasan lebih lanjut baik oleh pihak sekolah khususnya ataupun
ada penelitian khusus yang melanjutkan penulusuran bagaimana permasalahan
ini bisa terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penerapan SMM ISO 9001:2008 sejatinya adalah untuk meningkatkan
kualitas mutu sekolah. Mutu sekolah tercermin dari bagaimana kualitas lulusannya
dan bagaimana respon baik dari eksternal customer. Kualitas lulusan sekolah
tentunya dibentuk dari sebuah proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses
pendidikan siswa selama belajar di sekolah. Penerapan SMM ISO 9001:2008 yang
tujuannya untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah artinya haruslah menunjang
peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah. Berikut adalah simpulan dari
penelitian tentang bagaimana dan seberapa efektifnya penerapan SMM ISO
9001:2008 pada proses pembelajaran :
1. Context.
a. Kekuatan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta
adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan
dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik.
b. Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta
adalah pada SDM yang menjalankannya. SDM di sekolah masih belum siap
dalam menjalankan penerapan SMM ISO 9001:2008 sepenuhnya. Meskipun
demikian, kelemahan pada SDM ini justru menjadi bahan evaluasi secara
tidak langsung bagi kinerja para guru tersebut.
c. Melalui penerapan SMM ISO 9001:2008 mendisiplinkan administrasi
mengajar para guru yang secara tidak langsung hal ini menyadarkan para
guru bahwa sebenarnya tertib secara administrasi juga merupakan tugas
keprofesionalan seorang guru yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap guru
untuk menjalankannya.
2. Input.
a. Pendidik yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin
meningkat kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
semakin baik setelah penerapan SMM ISO 9001:2008.setelah penerapan
SMM ISO 9001:2008.
b. Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di SMK Pancasila Surakarta
melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Yang
dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang sesuai
dengan standar sekolah yang harapkan.
c. Sumber belajar khususnya sumber belajar yang dirancang salah satunya yang
ada di bengkel. Dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 manajemen bengkel
menjadi lebih baik.
d. Kondisi lingkungan belajar di dalam dan di luar SMK Pancasila Surakarta
memang sudah kondusif untuk proses pembelajaran bahkan sebelum
diterapkannya SMM ISO 9001:2008.
e. Efektivitas fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori
tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 97 dengan perolehan
presentase sebesar 53%.
f. Efektivitas sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi
ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91 dengan perolehan presentase
sebesar 49 %.
3. Process.
a. Efektivitas kesesuaian kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan
pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi
terbanyak 85 dengan perolehan presentase sebesar 46 %. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru di kelas sudah baik dalam
mengelola kelas untuk menjalankan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar dan penyesuaian dengan karakteristik siswa
yang baik.
b. Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa
termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86
dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan bahwa para siswa sebenarnya dapat diajak bekerja sama dengan
baik dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan metode mengajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
tepat oleh pendidik pastilah dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan
peserdik, sumber belajar, dan lingkungan untuk dapat mencapai tujuan proses
pembelajaran yang direncanakan.
4. Product.
a. Presentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100%
sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari
data nilai rata-rata NA perbandingan tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun
pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada mata pelajaran bahasa indonesia,
bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata
pelajaran kompetensi mengalami kenaikan.
b. Melihat hasil analisis product tersebut kita tidak bisa langsung menyimpulkan
bahwasanya efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 mengalami
penurunan. Karena berdasarkan penulusuran analisis context, input, dan
process hasil evaluasinya menunjukkan efektivitas yang tinggi. Dapat
disimpulkan sebenarnya dalam perjalanan penerapan SMM ISO 9001:2008
sudah memberikan perubahan yang memiliki efek berdampak positif. Dan
mengenai terjadinya penurunan hasil product memang perlu dilakukan
analisis dan pembahasan lebih lanjut agar ditemukan penyebab dan alternatif
solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap efektivitas penerapan
SMM ISO 9001:2008 para proses pembelajaran dan menjawab secara ilmiah
bagaimana SMM ISO 9001:2008 dapat meningkatkan kualitas mutu sekolah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap kekuatan dan kelemahan
penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah yang tentunya dapat menjadi
masukan untuk melakukan peningkatan dan perbaikan ke depannya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan secara tepat fenomena
yang menjadi titik permasalahan terhambatnya penerapan SMM ISO
9001:2008 secara sempurna.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
penelitian lain yang berkaitan.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
melakukan evaluasi terhadap penerapan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar
dapat menentukan langkah yang tepat dalam perancangan dalam program
selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk
meningkatkan secara tertib pemberian motivasi dan penyadaran bagi siswa
tentang menghargai hasil jerih payah sendiri dan sekolah juga sebagai tempat
untuk membentuk kepribadian yang lebih baik.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
sekolah lain bersertifikat SMM ISO 9001:2008 yang memiliki situasi sosial
yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
C. Saran
1. Pihak sekolah hendaknya memberikan sosialisasi yang rinci kepada para guru
selaku SDM utama yang menjalankan SMM ISO 9001:2008 di sekolah agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam memahami tugas yang diberikan.
2. Pihak sekolah hendaknya juga memberikan tambahan pelatihan atau kursus
keterampilan komputer bagi para guru. Karena penerapan dengan SMM ISO
9001:2008 mengharuskan semua hal yang administratif harus diketik. Apabila
semua guru sudah mahir maka waktu yang tersedia akan lebih efisien.
3. Pihak sekolah hendaknya melibatkan peran alumni sekolah yang berprestasi dan
berhasil di dunia kerja sebagai tambahan media promosi pada saat PPDB yang
diharapkan dapat lebih menarik minat calon siswa baru untuk mendaftar di SMK
Pancasila Surakarta.
4. Pihak sekolah hendaknya tetap secara konsisten dan sabar dalam memberikan
pengertian kepada para guru mengenai tertib secara administratif juga merupakan
kewajiban dari tugas keprofesionalan seorang guru.
5. Pihak sekolah hendaknya secara konsisten dan kompak dalam memberikan
motivasi kepada siswa tidak hanya untuk giat belajar namun juga tentang
membentuk kepribadian yang baik, sehingga para siswa memiliki mental yang
kuat dan tahan uji ketika sudah lulus dari sekolah.
6. Pihak sekolah hendaknya tetap terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan
meskipun dari hasil penelitian ini mengenai input dan process nya memiliki
efektivitas yang tinggi, jika bercermin dari hasil kelulusan tahun ini maka
perlunya diambil langkah-langkah strategis yang tepat untuk terus melakukan
perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
DAFTAR PUSTAKA
Agnew dkk. (1996). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Anggota IKAPI. (2011). Undang-Undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi & Safrudin, Cepi A.J. (2010). Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davis. (1974). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Eka, Mang. (2011). Kompetensi Guru Menurut UU No. 14/2005. Diperoleh 16
Februari 2012, dari
http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/kompetensi-guru-menurut-uu-
no-142005.html
Gagne, R.M. (1984). Dikutip oleh Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Gasperz. (2002). Dikutip oleh Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu
Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media.
Gray, Lynton. Dikutip oleh Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu
Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.
Lofland. (1984). Dikutip oleh Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Meier. (2002). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Miles & Huberman. Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Moleong, J.Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Nasution, M.N. (2001). Manajemen mutu terpadu (total quality management).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nawawi, Hadari. (2003). Dikutip oleh Umiarso dan Gojali, Imam. (2011).
Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendiidkan. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Patton. (1984). Dikutip oleh Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif
Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Pribadi, B. A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. (2010). Education Management. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Sallis, Edward. (2011). Manejemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Semiawan. (1990). Dikutip oleh Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan
sebagai Sumber Belajar. Diperoleh 29 Februari 2012. Dari
http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/
SMK Pancasila Surakarta. (2010). Buku Panduan ISO 9001:2008. Surakarta.
Spradley. Dikutip oleh Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Stufflebeam. (1973). Dikutip oleh Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran
Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana. (1989). Dikutip oleh Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sudjana. (1991). Dikutip oleh Fathurrohman. (2007). Pengertian Belajar Hakikat
Proses Belajar Mengajar. Diperoleh 27 Februari 2012. Dari
http://www.masbied.com/2012/02/20/pengertian-belajar-hakikat-proses-
belajar-mengajar/
Sudrajat, Akhmad. (2010). Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru.
Diperoleh 16 Februari 2012, dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-
guru/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sumarno, Alim. (2011). Memahami Konsep Pembelajaran Inovatif. Diperoleh 24
Februari 2012. Dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-
sumarno/memahami-konsep-pembelajaran-inovatif
Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya
Dalam Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syukur, Agus. (2010). 5 R, ISO 9001:2008 dan POKAYOKE. Yogyakarta: Kata
Buku.
Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Tim Redaksi Bukittingginews. (2011). Lingkungan sebagai Sumber Belajar.
Diperoleh 29 Februari 2012. Dari
http://bukittingginews.com/2011/06/lingkungan-sebagai-sumber-belajar/
Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2010). Himpunan Perundang-Undangan RI Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Nuansa Aulia
Tim Redaksi. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tim Skripsi. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS.
Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan
SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Umiarso dan Gojali, Imam. (2011). Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi
Pendiidkan. Yogyakarta: IRCiSoD.
UNESCO. (2004). Dikutip oleh Rohman, Syaiful. (2011). Peserta Didik, Guru, dan
Model Pembelajaran. Diperoleh 1 Maret 2012. Dari
http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/07/peserta-didik-guru-dan-model-
pembelajaran/
Zazin, Nur. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZ Media.
Recommended