Upload
roni-patihan
View
751
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
0
PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW (1-10 H/622-632 M)
(Makalah ini dipresentasikan dalam perkuliahan Sejarah Peradaban Islam)
Disusun oleh:Roni Patihan Sarani
NIM. 088142158
Dosen Pembimbing:Prof. Dr. Maidir Harun
KONSENTRASI HUKUM KELUARGAPROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANGTAHUN AKADEMIK 2014/2015
1
PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW (1-10 H/622-632 M)
A. Pendahuluan
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara
rahasia dan sembunyi-sembunyi. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat
al-Hijr: 94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwah secara terang-
terangan. Pertama kali seruan yang bersifat umum ini beliau tujukan pada
kerabatnya, kemudian kepada penduduk Makkah baik golongan bangsawan,
hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu kepada kabilah-kabilah Arab dari
berbagai daerah yang datang ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga
lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam.
Dengan makin banyaknya orang Arab yang masuk Agama Islam,
pemimpin Quraisy mencoba menghalangi dakwah Nabi dengan mengatur
siasat yaitu membuat ketentuan tertulis dengan pemboikotan total terhadap
Bani Hasyim dan Bani Abdul Muttalib . Pemboikotan ini berhenti setelah para
pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu kejam. Namun
selang beberapa waktu sesudah itu, Abu Thalib meninggal dunia, tiga hari
kemudian istrinya yang sangat dicintainya, Siti Khodijah pun wafat. Tahun ini
kemudian terkenal dalam sejarah sebagai ‘Am al- Huzni (tahun duka cita).
Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segan-
segan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi
berusaha menyebarkan Islam keluar kota, salah satunya ke kota Thaif. Namun
Nabi malah diejek, bahkan dilempari batu hingga Nabi terluka di bagian
kepala dan badan. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun kesepuluh
kenabian, Allah mengisra’ mi’rajkannya.
Meninggalnya Abu Thalib menyebabkan semakin besarnya tekanan
kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin di
Makkah, sehingga gerak dakwah yang dilakukan amatlah sulit, tidak jarang
ditemukan penindasan demi penindasan terhadap kaum muslimin, bahkan
sampai kepada rencana pembunuhan terhadap Nabi sendiri.
2
Nabi SAW mulai menyeru peziarah haji ke Makkah pada bulan-bulan
suci bagi mereka, mereka itu terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Sehingga pada
tahun 621 M. dua belas orang yang mewakili suku Khazraj dan Aus
menyampaikan sumpah setia kepada Nabi. Pada tahun 622 M delegasi yang
terdiri dari 75 orang warga Madinah meminta Nabi untuk datang ke Madinah
seraya menyampaikan sebuah sumpah yang dikenal dengan Bai’ah Aqabah.
Setelah adanya Bai’ah Aqabah yang kedua maka Nabi Muhammad
SAW mulai memerintahkan sebahagian kaum muslimin untuk hijrah ke
Yastrib, sementara beliau sendiri masih tetap tinggal di Makkah sembari
menunggu turun wahyu yang membolehkan Nabi SAW hijrah ke Madinah.
Orang-orang yang hijrah ke Madinah kemudian dipersaudarakan dengan kaum
Ansar, selanjutnya Nabi mulai mengatur tatanan sosial kemasyarakatan dan
mengatur langkah-langkah dakwah selanjutnya termasuk urusan
pemerintahan.
Makalah ini akan menjelaskan tentang latar belakang historis hijrah ke
Madinah, faktor-faktor Nabi SAW diterima dengan baik di Madinah,
pengangkatan Nabi menjadi pemimpin di Madinah, dan bagaimana Nabi
membentuk Negara Madinah serta kebijakan apa saja yang diambil Rasulullah
SAW dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial-politik dan militer.
B. Latar Belakang Historis Hijrah ke Madinah
Pemboikotan total terhadap keluarga Nabi, disebabkan adanya empat
kejadian besar di mata orang-orang Quraisy yaitu, Hamzah masuk Islam,
kemudian umar bin Khatab menyusulnya, Muhammad menolak tawaran
mereka dan kesepakatan bersama yang dijalin oleh Bani Hasyim, baik yang
kafir maupun muslim untuk melindungi beliau. Pemboikotan itu berlangsung
selama tiga tahun. Tidak lama setelah pembatalan terhadap lembar perjanjian,
Abu Thalib kemudian setelah itu Khadijah berpulang ke rahmatullah. Tahun
ini disebut dengan tahun kesedihan (Amul Huzni).
3
Sesudah kehilangan dua orang yang selalu membelanya itu,
Muhammad melihat Quraisy makin keras mengganggunya. Karena merasa
tertekan, pada tahun 619 M Nabi pergi ke Tha’if dengan tiada seorangpun
yang mengetahuinya. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dan suaka dari
Bani Ttsaqif terhadap masyarakatnya sendiri, dengan harapan mereka pun
akan dapat menerima Islam. Tetapi mereka menolaknya dengan secara kejam
sekali. Nabi Muhammad juga berusaha mencari dukungan kalangan Badui,
namun sekali lagi usahanya tidak membawa hasil.
Sekitar tahun 620 M, beberapa orang bangsa Yasrib datang ke
Makkah dan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada festival Ukaz dan
merasa terkesan oleh setiap perkataanya, mereka mempercayai kenabiannya
dan mengucapkan sumpah setia bai’at antara Nabi Muhammad SAW dengan
orang-orang Yasrib, yang berisikan pernyataan bahwa orang-orang Yasrib
menerimanya sebagai Nabi dan mematuhi perintahnya serta menjauhi diri
dari perbuatan dosa. Sumpah setia bai’at kedua terjadi pada tahun 622 M
berisikan pernyatan bahwa mereka tidak hanya menerima Muhammad SAW
sebagai Nabi, tetapi juga sanggup berperang membela agama Tuhan dan
Rasul-Nya.
Untuk itu, dapat dikatakan, yang melatarbelakangi hijrahnya Nabi
Muhammad SAW beserta sahabatnya antara lain:
1) Kondisi kota Makkah yang tidak lagi aman bagi kaum muslimin. Ini
disebabkan karena makin besarnya tekanan yang dilakukan oleh kaum
Quraisy. Hal ini terjadi karena meninggalnya orang-orang yang disegani
oleh kafir Quraisy.
2) Tawaran dan undangan kepada Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke
Madinah. Jauh sebelum peristiwa hijrah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatnya, sejumlah pemimpin kabilah di Madinah dari Bani
Khuraidhah dan bani Khuzraj pernah mendatangi Rasulullah SAW. yang
menyatakan bahwa masyarakat Madinah sanggup melindungi Rasul
4
maupun pengikutnya. karena merekalah yang telah menolong Nabi dan
para sahabatnya sesampai di Madinah.
3) Turunnya perintah kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk melakukan
hijrah. Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah para sahabat telah terlebih
dahulu melaksanakan hijrah ke Madinah dengan cara sembunyi-
sembunyi sampai turunnya perintah dari Allah SWT.
C. Pelajaran yang Dapat Diambil dari Peristiwa Hijrahnya Nabi
Agar sejarah tidak hanya menjadi khazanah untuk bernonstalgia saja,
maka patut kiranya kita mengambil pelajaran-pelajaran dari hikmah-hikmah
terjadinya suatu kejadian dalam sejarah. Sejarah bisa saja terulang, jika kita
tidak dapat mengambil pelajaran darinya. Dalam konteks hijrah, ada beberapa
pelajaran penting yang dapat kita ambil. Di antaranya:
Pelajaran pertama, ketika Islam terus mendapat tekanan dan teror,
ketika Islam tidak dapat lagi diamalkan dengan baik, maka alangkah baiknya
kita mencari kawasan dakwah lain yang barangkali akan dapat menerima
dakwah Islam dengan sungguh-sungguh.
Nabi telah berjuang menyampaikan dakwah di kota Makkah selama
tidak kurang dari sepuluh tahun. Dimulai dari keluarga terdekatnya, kemudian
sukunya dan kemudian masyarakat Makkah secara umum. Dari kalangan
hamba sahaya yang lemah sampai kepada pemimpin-pemimpin Quraisy yang
kuat secara ekonomi dan politik. Tapi hasilnya belum lagi seperti yang
diharapkan. Dakwah Nabi malah mendapat tantangan dan ancaman, baik
kepada Nabi sendiri, maupun kepada pengikutnya.
Di Madinah-lah dakwah beliau mendapatkan penerimaan yang besar.
Bahkan, setelah Rasulullah dan para sahabat hijrah, dari kota Madinah
jugalah cahaya Islam kian terang, dakwah Islam semakin meluas, dan tatanan
masyarakat seperti yang diinginkan al-Qur’an dimungkinkan dapat dilakukan.
Pelajaran kedua, sabar adalah kunci kemenangan. Berkali-kali
sahabat Rasulullah meminta Rasulullah, ketika mereka masih di Makkah dan
5
ancaman serta siksaan dari kafir Quraisy semakin tinggi, agar diizinkan
berperang guna membela agama Islam. Rasulullah belum mengizinkan hal itu
karena memang belum mendapat perintah berperang dari Allah. Rasulullah
malah menyuruh mereka menguatkan keimanan dan bersabar seperti umat-
umat sebelum mereka. Rasulullah melihat ketika itu umat Islam belum lagi
memiliki kekuatan yang setara dengan kekuatan kafir Quraisy.
Barulah ketika kaum muslimin sudah melakukan hijrah ke Yatsrib
(Madinah), umat Islam dizinkan untuk berperang yang, awalnya, hanya
diizinkan untuk membela diri. Ketika Islam sudah kuat, kemenangan demi
kemenangan dalam peperangan diraih oleh kaum Muslimin. Andai dulu
mereka tidak bersabar, tentu komunitas Islam yang kecil ketika itu dengan
mudah dapat dihancurkan.
Pelajaran ketiga, tentang kesetiakawanan dan rela berkorban. Kiranya
Abu Bakar ra. sangat layak kita acungi jempol sebagai sahabat dan karib
Rasulullah yang sangat setia, jujur dan rela berkorban. Dia tidak hanya
menyediakan dirinya untuk membantu hijrahnya Rasulullah, akan tetapi anak-
anak beliau dan pembantunya juga memberikan andil yang besar dalam
peristiwa hijrah. Beliau juga menyediakan dua ekor untanya untuk digunakan
selama hijarah ini.
Adalah Abdullah bin Abu Bakar, seperti yang dituturkan Aisyah ,
seorang pemuda yang cerdas dan pandai, yang bertugas menjadi intel dan
mata-mata bagi Rasulullah. Dia menelusup ke tengah-tengah Quraisy untuk
mencari tahu rencana mereka terkait Rasulullah dan mengabarkannya kepada
Rasulullah di malam hari. Pembantu beliau, Amir bin Fuhairah bertugas
mengembala domba di sekitar mulut goa sehingga mereka berdua bisa
mengambil air susunya. Sedangkan anak Abu Bakar yang lain, Asma’,
membawakan rangsum makanan untuk perjalan mereka berdua.
Begitulah besarnya perjuangan dan peran Abu Bakar dalam konteks
hijrah ini. Yang, kemudian, menjadi salah satu alasan dan pertimbangan para
6
sahabat ketika suksesi kepemimpinan dilakukan untuk memilih pengganti
Rasulullah pasca meninggalnya.
Pelajaran keempat, cerdas dalam bertindak dan berbuat. Hidup ini
butuh perencanaan yang matang. Apalagi peristiwa besar seperti hijrah,
tentulah butuh sebuah rencana terukur dan rapi agar memperoleh hasil yang
diinginkan. Hanya ada dua jalan menuju Madinah, dan Rasulullah secara
sengaja memilih jalan lain, berbelok ke Selatan terlebih dahulu, tinggal di gua
Hira selama beberapa hari, kemudian menyusuri pantai Laut Merah, dan
menempuh jalur perjalanan yang belum ditempuh orang . Semua itu agar
kepergian Rasulullah tidak mudah dilacak dan hijrah berhasil dengan baik.
Pelajaran kelima , selalu mengikuti wahyu adalah kunci kesuksesan.
Walau perintah untuk hijrah bagi sahabat telah dikeluarkan, dan telah banyak
dari kalangan sahabat yang melakukannya, namun Rasulullah sendiri belum
melakukan hijrah lantaran belum adanya wahyu yang secara khusus
menyebut perintah berhijrah buat beliau sendiri. Beliau SAW malah
memerintahkan Abu Bakar untuk menunda hijrahnya demi bisa bersama-
sama melakukan hijrah. Tapi beberapa persiapan penting untuk keperluan
hijrah tetap dilakukan Rasulullah. Barulah setelah adanya wahyu dari
Malaikat Jibril terkait perintah hijrah, maka Rasulullahpun melakukan hijrah.
Pelajaran pentingnya adalah bahwa jika hari ini kaum Muslimin
dijauhkan dari keberuntungan, dizhalimi, teraniaya, mengalami
ketertinggalan, miskin dan lemah, barangkali salah satu sebabnya adalah
karena telah lama kita meninggalkan wahyu. Berdasarkan penuturan dari
Bapak Prof. Maidir Harun, MA., sangat sedikit hari ini kaum Muslimin yang
membaca dan memahami kitab sucinya. Tambah sedikit lagi yang
menjadikannya sebagai tuntunan dan pedoman hidup.
Maka untuk mengembalikan kejayaan umat ini, kita tidak dapat
berlepas diri dari wahyu. Bahkan wahyulah yang menuntun kita dari satu
kesuksesan ke kesuksesan yang lain.
7
D. Pembentukan Negara Madinah
Setelah sampai Nabi di Madinah, Nabi mempunyai kedudukan yang
istimewa bukan saja sebagai pemimpin agama, namun juga sebagai kepala
negara, dengan kata lain dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan yaitu
spiritual dan duniawi. Kedudukan Nabi sebagai Rasul secara otomatis
merupakan sebagai kepala Negara, maka dari itu Nabi mulai menata
kehidupan masyarakat dengan beberapa usaha yakni:
1) Pembangunan Masjid
Masjid yang awalnya difungsikan sebagai tempat beribadat,
kemudian juga berkembang menjadi tempat belajar (madrasah), mengadili
perkara-perkara, tempat berkumpul dan bermusyawarah guna
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan Nabi juga
menggunakan masjid sebagai pusat pemerintahannya.
2) Ukhuwah Islamaiyyah
Karena kaum muslimin Makkah yang hijrah ke Madinah (kaum
Muhajirin) itu sebagian besar meninggalkan harta mereka di Makkah,
maka hiduplah mereka di kota baru Madinah dalam kemiskinan dan serba
kekurangan. Yang mereka miliki hanyalah iman dan keyakinan yang kuat
di dada mereka masing-masing.
Rasul melihat untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang
kuat maka perlulah ada sebuah ikatan persaudaraan yang kuat antar
penduduknya. Atas dasar pemikiran inilah kemudian kaum Muhajirin
dipersaudarakan dengan kaum penduduk Madinah (Anshar). Dengan
demikian beban kehidupan kaum Muhajirin yang berat pada awalnya dapat
sama dipikul bersama saudaranya dari kalangan Anshar. Persaudaraan
jenis ini terbukti cukup kuat dan ampuh dalam pembinaan masyarakat,
karena ia tidak lagi berlandaskan suku atau qabilah, akan tetapi dasarnya
adalah Akidah Islamiyyah.
3) Mengadakan perjanjian untuk bahu-membahu antara sesama Muslim dan
bukan Muslim.
8
Sesudah peristiwa hijrah maka penduduk Madinah terdiri dari tiga
golongan, yaitu kaum Muslimin, kaum Yahudi dan bangsa Arab yang
belum menganut Islam dan masih menganut ajaran nenek moyang.
Rasulullah ingin menciptakan sebuah masyarakat yang dapat hidup saling
berdampingan, saling bahu-membahu dan memiliki sifat toleransi. Oleh
sebab Nabi mengeluarkan sebuah piagam perjanjian yang menjamin semua
itu. Isi piagam itu, antara lain, semua golongan masyarakat memiliki hak
dalam berpolitik dan beragama, dan setiap golongan wajib saling bantu
membantu untuk menangkis serangan musuh dari luar Madinah. Dalam
piagam itu juga disebutkan bahwa Nabi memiliki otoritas tertinggi sebagai
kepala pemerintahan, yang mana kepada beliualah segala perselisihan dan
perkara akan diadukan dan diselesaikan. Piagam ini, dalam konteks
ketatanegaraan, sering disebut Konstitusi Madinah.
4) Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial bagi masyarakat yang
baru.
Jika dilihat ayat-ayat yang diturunkan pada periode Madinah ini,
maka akan kita lihat bahwa kebanyakan mereka lebih banyak berbicara
tentang pembinaan hukum dan syariat. Baik tentang ekonomi, sosial
politik, sosial kemasyarakatan, tatanan sosial, dan lain-lain.
Ayat-ayat inilah (juga hadist-hadist Nabi sendiri), menurut penulis,
yang kemudian menjadi acuan Nabi dalam menata dan meletakkan dasar-
dasar hidup dalam bernegara.
E. Tahapan Pengembangan Negara Madinah
Kemunculan peradaban Madinah berlangsung dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dapat disebut sebagai tahap konsolidasi internal umat dan
komunitas Madinah. Tahap ini Nampak dari usaha Nabi untuk
mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor, dan usaha Nabi
mengadakan sebuah perjanjian antara golongan Muslim dan Yahudi yang
kemudian tertuang dalam Piagam Madinah.
9
Tahap kedua adalah ketika kaum Muslimin mulai terlibat dalam
konflik ideologis dengan komunitas non-Muslim. Sejarah mencatat terjadi
berkali-kali kontak fisik dan peperangan antara kaum Muslimin dengan
golongan non-Muslim. Seperti perang Badr (2 H/623 H), perang Uhud (3
H/625 M) dan perang Khandaq (5 H/627 M). Termasuk juga dalam periode
ini konflik antara kaum Muslimin dan beberapa kabilah Yahudi yang
melanggar Piagam Madinah.
Tahap ketiga, kaum Muslimin mulai keluar Madinah, yang tujuan
awalnya adalah melaksanakan ibadah umrah. Meski perjalanan umrah itu
tidak berhasil karena dicegat oleh Quraisy, namun Rasulullah berhasil
mengadakan perjanjian dengan mereka, yang kemudian terkenal dalam
sejarah sebagai Perjanjian Hudaibiyah. Isi perjanjian itu secara implisit
mengindikasikan kemenangan Islam, karena dengan perjanjian itu Rasulullah
dimungkin untuk mendakwahkan Islam ke kawasan yang lebih luas lagi,
tanpa adanya ancaman dan gangguan dari Quraisy.
Tahap keempat, adalah ketika kaum Muslim berhasil menguasai
seluruh Jazirah Arabia. Setelah penaklukan Quraisy secara telak pada
peristiwa Fathu Makkah, praktis seluruh Jazirah Arab telah dikuasai, meski
masih ada beberapa suku atau kabilah yang belum menganut Islam, kepada
mereka diwajibkan membayar jizyah, sebagai jaminan atas keselamatan
mereka di tanah kaum Muslimin.
Berikut gambaran kaum Muslimin periode Makkah dan periode
Madinah.
No. Periode Makkah Periode Madinah
1. Terpinggirkan Memimpin peradaban
2. Kehidupan ekonomi yang minim Kehidupan ekonomi lebih baik
4. Terpencar-pencar Bersatu dan kuat
5. Tertindas Merdeka
6. Sebagian miskin Kesejahteraan meningkat
10
7. Tidak memiliki kekuasaan Memiliki sistem politik dan
pemerintahan
8. Peletakan dasar-dasar akhlak Pengembangan akhlak mulia
F. Faktor Penyebab Diterima Nabi dengan Baik di Madinah
Dari bahan-bahan bacaan yang berhasil penulis himpun, penulis
menyimpulkan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan Nabi diterima
dengan baik di Madinah.
Faktor pertama, masyarakat Yasrib telah mengenal agama wahyu
karena sebelum Islam datang, mereka telah pernah mendengar tentang Allah,
wahyu, sorga dan neraka, hisab, dan lain-lain. Ini membuat pemahaman
mereka terhadap Islam jauh lebih baik ketimbang penduduk Makkah yang
pagan.
Faktor kedua, masyarakat Yasrib sendiri memerlukan seorang
pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan,
terutama antara suku Aus dan Khazraj. Di antara mereka telah lama muncul
persaingan, silang sengketa dan, bahkan, juga permusuhan yang berujung
pada peperangan. Hadirnya Rasul diharapkan dapat mempersatukan mereka,
yang sebenarnya, dulu adalah bersaudara.
Faktor ketiga, dan ini, yang menurut penulis yang terpenting, adalah
berasal dari pribadi Rasulullah sendiri, yaitu: ketinggian budi dan akhlak
Rasulullah, juga kecemerlangan dan kebrilianan akal fikirannya. Kesabaran,
kasih sayang, kedermawanan, kepintaran Rasulullah dalam mengatur siasat
dan menyelesaikan masalah, kebersahajaan Rasul dan sifat-sifat luhur
Rasulullah yang lain, yang dengan mudah dapat penduduk Madinah lihat dan
rasakan, menurut penulis, inilah faktor terpenting keberhasilan dakwah Rasul
dan diterimanya Rasul secara bulat sebagai pemimpin di negeri yang bukan
tanah kelahirannya, Madinah. Ketinggian akhlak inilah yang membuat orang
11
menurut dengan keputusan beliau, dan patuh akan perintah yang beliau
sampaikan.
G. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Pendidikan, Sosial-Politik, Ekonomi
dan Militer
Selain sebagai pengemban risalah kenabian, setelah hijrah, peran
Rasulullah kemudian meluas, juga sebagai pemimpin politik yang di
tangannya segala aturan dan tatanan masyarakat Islam yang baru terbentuk
diatur. Hanya kepadanyalah segala persoalan dan pertikaian diminta untuk
diselesaikan. Kepadanya juga segala macam permasalahan dicarikan solusi
dan pemecahan. Rasulullah juga mengutus beberapa utusan untuk melakukan
dakwah ke daerah sekitar Madinah dan mengirimi surat kepada beberapa raja
untuk menyeru mereka ke dalam Islam. Dalam bidang ekonomi ayat-ayat
tentang wajibnya zakat, haramnya riba, kemudian turun dan diamalkan oleh
masyarakat Islam Madinah.
Dalam bidang pendidikan, Rasulullah juga membuat beberapa
kebijakan penting yang sangat berpengaruh dalam mempercepat terjadinya
transformasi ilmu pengetahuan di kalangan kaum Muslimin. Di antaranya
adalah Beliau membolehkan para tawanan perang Badr untuk ditebus dengan
mengajar tulis-baca warga Madinah.
Untuk melihat lebih jauh kebijakan-kebijakan Rasulullah dalam
berbagai aspek seperti yang telah disebutkan di atas serta pengaruhnya,
berikut penulis paparkan lebih rinci pada sub-bab berikut ini.
1. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan di dalam Islam memiliki peran yang sangat tinggi. Itulah
mengapa wahyu yang pertama kali turun bukanlah berkenaan dengan
akaidah atau ibadah, akan tetapi adalah perintah untuk menuntut ilmu .
Begitu pentingnya pendidikan ini sehingga Rasulullah mendorong
umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Dalam rangka itu pula
12
Rasulullah SAW membuat kebijakan bagi tawanan perang Badr jika ingin
bebas dapat ditebus dengan membayar uang tebusan atau mengajari tulis-
baca anak-anak Madinah. Rasulullah meyakini bahwa derjat dan martabat
umat yang selama ini lemah dan miskin akan terangkat jika mereka
mampu menguasai tulis-baca.
Masjid sebagai pusat ibadah, kemudian dikembangkan juga sebagai
pusat pendidikan Di masjidlah pengajaran agama Islam banyak
dilangsungkan, dimana para sahabat begitu bersemangat
mendengarkannya. Namun lembaga pendidikan di masa Rasulullah bukan
hanya masjid. Berikut lembaga-lembaga pendidikan pada masa Rasulullah:
a) Dar al-Arqam
Pada masa permulaan Islam, pada periode Makkah, Rasulullah
menggunakan rumah Arqam bin Abi al-Arqam di al-Safa sebagai
tempat pertemuan dan pengajaran. Di tempat inilah Rasulullah
mengajarkan wahyu yang baru diterimanya, dan membimbing para
sahabat untuk menghafal, menghayati dan mengamalkannya.
b) Masjid
Setelah hijrah pendidikan dan pengajaran kemudian dipusatkan di
masjid. Di masjidlah Rasulullah mengajar, memberi khutbah dalam
bentuk halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk
mendengar dan dan melakukan tanya-jawab berkaitan dengan urusan
agama dan kehidupan sehari-hari.
c) Suffah
Suffah diartikan sebagai ruang atau bangunan yang bersambung
dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sekolah karena kegiatan
pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara sistematik. Tempat ini
juga berfungsi sebagai asrama bagi para sahabat belum memiliki tempat
tinggal yang permanen. Mereka ini kemudian dikenal dengan Ahl al-
Shuffah.
13
Diantara para sahabat yang pernah menginap di suffah ini, yang
kemudian menjadi sahabat besar dan ulama besar di kemudian hari
adalah: Abu Hurairah, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Ghifari, Muadz bin
Jabal, Imran bin Husain, Abu Abdullah bin Jarrah, Abdullah bin
Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar,
Hudzaifah bin Yaman, Bilal bin Rabah dan Suhaib ar-Rumi.
2. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Sosial-Politik
Usaha-usaha Rasulullah dalam bidang sosial-politik antara lain:
a) Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar.
Persaudaran jenis ini telah menghapus asas persaudaraan masa
Jahiliyyah yaitu fanatisme kesukuan. Persaudaraan ini juga
meruntuhkan asas persudaraan yang berdasarkan warna kulit, asal
daerah dan bangsa. Persaudaraan ini, sampai batas-batas tertentu, telah
berhasil menciptakan kerukunan, saling tolong menolong dan
ukhuwah islamiyyah yang berdasarkan takwa.
b) Konstitusi Madinah.
Isi Konstitusi Madinah secara umum menjamin hak yang sama
setiap warga negara dalam beragama, berpendapat dan juga hak dalam
berpolitik. Piagam ini juga menyebut Rasulullah sebagai pemimpin
politik, karena setiap konflik dan perselisihan diselesaikan secara
musyawarah, jika tidak putus, penyelesaiannya diserahkan kepada
Rasulullah.
c) Mengadakan perjanjian Hudaibiyah .
Ini adalah salah satu bentuk keberhasilan politik luar negeri
Rasulullah . Meski kaum Quraisy merasa mereka menang, tapi fakta
sesungguhnya dari perjanjian itu, seperti yang disebut dalam al-
Qur’an adalah fathan mubina (kemenangan yang nyata) bagi kaum
Muslimin. Hal itu dikarenakan beberapa hal. Pertama, ini merupakan
kali pertama kaum Quraisy mengakui Rasulullah sebagai seorang
pemimpin, bukan sebagai orang sesat, pendusta atau kemasukan roh
14
jahat, seperti yang selama ini mereka kira. Kedua, perjanjian ini
meningkatkan posisi tawar kaum Muslimin dan kota Madinah sebagai
poros kekuatan politik baru di Arabia. Ketiga, dengan adanya genjatan
senjata memberi peluang dan kesempatan bagi kaum Muslimin untuk
menyebarkan Islam lebih luas lagi.
d) Mengutus utusan-utusan diplomatik.
Selama dalam masa gencatan senjata, Rasulullah gencar
melakukan dakwah dengan mengajak pemimpin-pemimpin di sekitar
Jazirah Arab untuk memeluk Islam. Hal itu dilakukan dengan
mengirimi mereka surat lewat beberapa orang utusan, yang
berstempelkan “Muhammad Rasullah”, sebagai cap resmi
kenegaraan.
Berikut tabel utusan-utusan diplomatik Rasulullah.
No. Nama Penguasa Nama
Utusan
Hasil yang Dicapai
1 Najasyi (Abisinia) Amr bin
Umayyah
Najasyi memeluk Islam, dia juga
membekali kaum Muhajirin pertama
untuk pulang ke negerinya.
2 Al-Munzir bin Sawa,
pemimpin Bahrain
Al-‘Ala bin
al-Hadrami
Al-Munzir membalas surat Rasulullah
dengan balasan yang baik.
3 Kisra (Persia) Abdullah
bin
Hudhafah
Kisra merobek-robek surat Rasulullah
SAW.
15
4 Heraklius (Romawi) Dihyah al-
Kalbi
Hiraklius sangat menghormati Islam
dan Muhammad SAW.
5 Muqauqis (Mesir) Hatib bin
Balta’ah
Muqauqis menyambut utusan
Rasulullah dengan baik. Dia juga
mengirim dua budak sebagai hadiah,
yang salah satunya, Mariah al-
Qibtiyyah diambil sendiri oleh
Rasulullah.
6 Penguasa Oman Amr bin
‘Ash
Dia membalas surat Rasulullah
dengan kasar.
7 Haudzah bin Ali,
pemimpin Yamamah
Sulait bin
Amr
Dia bersedia masuk Islam asal dia
diangkat menjadi gubernur.
8 Al-Harits bin Abu al-
Ghassani, pemimpin
Damaskus
Syuja’ bin
Wahb
Dia menolak ajakan Rasulullah.
3. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Ekonomi
Pasar dan pertanian penduduk Madinah lebih banyak dikuasai oleh
Yahudi, yang terkenal mahir mengolah pertanian dan melakukan aktifitas
perekonomian. Pada saat yang sama penduduk Madinah semakin
bertambah dengan terus berdatangannya kaum Muhajirin.
Berikut kebijakan ekonomi Rasulullah secara ringkas.
a) Melarang riba, gharar, ihtikar dan tadlis
Pelarangan riba dijelaskan al-Qur’an dalam beberapa ayat.
Beliau SAW turun langsung untuk menghapus praktek ini.
Bahkan dalam kesempatan haji Wada’, hal ini juga disinggung
dalam khutbah beliau.
16
Gharar adalah ketidakpastian dalam sebuah transaksi
karena ketidaklengkapan informasi mengenai kualitas, kuantitas
atau harga barang. Ihtikar tindakan yang dapat mempengaruhi
ketersedian barang secara tidak wajar, seperti penimbunan
barang. Tadlis adalah perilaku ekonomi yang tidak dilandasi
dengan kejujuran dalam bertransaksi.
Semua ini dilarang oleh Rasulullah SAW.
b) Mengelola sumber penerimaan dan pengeluaran Negara
Pada permulaan Islam, sumber pemasukan Negara berasal
dari zakat, khums, dan jizyah.
Khums adalah seperlima dari harta rampasan perang yang
menjadi haknya Allah dan Rasul-Nya. Oleh Rasulullah khums
ini dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk dirinya dan
keluarganya, satu bagian untuk kerabatnya, dan satu bagian lagi
untuk anak yatim dan orang yang membutuhkan.
Jizyah adalah pembayaran yang dilakukan oleh Ahlul
Kitab sebagai jaminan atas perlindungan jiwa, tempat ibadah,
dan bebas dari kewajiban militer. Jizyah ini dipungut sekali
setahun terhadap kaum laki-laki saja, sementara kaum
perempuan, anak-anak, pendeta dan lanjut usia terbebaskan dari
kewajiban ini.
Sumber-sumber pemasukan Negara ini, dan juga beberapa
sumber yang lain, meskipun belum dicatat dan dikelola dengan
cara sederhana, sesungguhnya telah memperlihatkan cikal bakal
pengelolaan keuangan Negara yang efektif, adil, transparan,
akuntabel, dan mensejahterakan.
Rasulullah sendiri sebagai kepala Negara tidak menerima
upah dari pekerjaan ini. Pengeluaran Negara yang bersifat
primer diperuntukkan untuk menggaji gubernur, amir, guru,
imam, dan pejabat lainnya. Sedangkan yang bersifat sekunder
17
berupa bantuan kepada para pelajar-pelajar Islam yang mulai
berdatangan ke Madinah, penyambutan tamu, atau biaya
perjalanan para delegasi yang ditugaskan Rasulullah.
Jika pengeluaran tidak memadai dari pemasukan,
terkadang Rasulullah, untuk menutupi keungan Negara,
meminta bantuan kepada kaum Muslimin, atau meminjam
kepada orang non-Muslim.
4. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Militer
Pada periode Makkah ketikamana penganut Islam masih sedikit dan
kebanyakan berasal dari golongan lemah yang tidak memiliki sekutu yang
dapat membela harta dan jiwa mereka, penindasan dan siksaan terhadap
Rasulullah dan pengikutnya tak dapat dielakkan. Namun melakukan upaya
membalas kekerasan dengan kekerasan adalah dilarang oleh Rasulullah
pada periode ini. Rasulullah melihat saat itu kaum Muslimin belum lagi
memiliki kekuatan. Alih-alih membalas, bisa jadi komunitas Islam yang
masih kecil itu dapat dibinasakan. Maka nasehat Nabi dalam hal ini adalah
bersabar dan menahan diri.
Barulah pada periode Madinah ayat tentang perintah berjihad guna
mempertahankan agama turun . Perang Badr al-Kubra, yang merupakan
peperangan pertama kaum Muslimin dengan kaum Musyrik Makkah
tercatat dalam sejarah sebagai peperangan terpenting dalam sejarah Islam,
yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kemajuan dakwah Islam
di masa berikutnya.
Akan tetapi musuh Islam yang dapat mengadakan gangguan ke kota
Madinah, sesungguhnya, tidak hanya Kafir Quraisy Makkah. Ada juga
komunitas Yahudi di luar Madinah yang merasa memiliki keterikatan
emosi dengan saudara Yahudi mereka di Madinah, yang, menurut mereka,
semakin terjepit pasca hijrahnya Rasulullah bersama para sahabatnya. Ada
juga Kerajaan Romawi (Bizantium) dan Persia yang kemudian merasa
18
khawatir dengan terus meluasnya pengaruh kaum Muslimin di Jaziarah
Arabia.
Melihat besarnya ancaman-ancaman ini, maka Rasulullah
mengambil kebijakan untuk membentangkan kekuasaan kaum Muslimin di
jalur perdangan dari Makkah ke Syam (Syiria). Langkah-langkah yang
ditempuh beliau antara lain:
a) Mengadakan perjanjian perdamaian dengan kabilah-kabilah yang
tinggal di antara kedua jalur perdangan itu.
b) Mengadakan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur-jalur
tersebut.
Strategi militer ini terbukti cukup berhasil. Musuh-musuh Islam
kemudian berfikir ulang untuk menyerang atau mengganggu kaum
Muslimin. Setelah kemenangan yang sangat menentukan di perang Badr,
ekspedisi-ekspedisi militer masih tetap dikirimkan Rasulallah SAW untuk
melumpuhkan beberapa ancamann yang dapat membahayakan Madinah.
Beberapa diantara ekspedisi ini dipimpin langsung oleh Rasulullah sendiri,
sedang yang lainnya diamanahkan kepada seorang sahabat.
H. Faktor yang Membawa Kemajuan
Kemajuan Madinah di Masa Rasulullah disebabkan karena keutuhan
nabi Muhammad sebagi pemimpin umat. Beliau juga sebagai seorang tokoh
dunia yang berhasil mengubah keadaan masyarakatnya melalui pemerintahan
beliau dan perubahan sosial yang dilakukan beliau sudah diakui di seluruh
dunia dan tertoreh dalam tulisan pujangga dan filosofis dunia. Seperti
Muhammad Iqbal dan Michael Hart yang menuliskan pujian yang sangat
agung. Bahkan M. Hart meletakkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh
nomor satu di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia.
Di samping itu beliau juga menjadi pendiri bangsa, dengan
mendirikan sebuah bangsa dengan menyatukan para pemeluknya, lalu beliau
merancang sebuah imperium yang dibangun berdasarkan kesepakatan dan
19
kerjasama berbagai kelompok yang terkait. Pada masa itu, Nabi Muhammad
Saw berhasil mendirikan sebuah Negara Madinah, yang semula hanya terdiri
dari suatu kelompok masyarakat yang saling bermusuhan.
Beliau juga menjalin hubungan diplomatik dengan mengirim utusan-
utusan ke berbagai daerah di dalam dan di luar Tanah Arab seperti Habasyah,,
Ghassan, Hirah, dan lain sebagainya. Sebagai pimpinan politik beliau mampu
menjalin kerjasama dengan membuat berbagai perjanjian, diantaranya
Perjanjian Madinah. Di bidang militer Rasulullah juga memiliki pasukan
yang kuat. Di bidang Ekonomi, beliau juga memerhatikan ekonomi
masyarakat dengan menggerakkan di bidang perniagaan dan pertanian.
Penulis berpendapat, kesuksesan kemajuan Islam di Madinah dan
hasil-hasil yang dicapainya, semua itu, adalah karena seluruh aspek
kehidupan dibangun oleh Rasulullah. Mulai dari bidang politik, ekonomi,
sosial kemasyarakatan sampai kepada kekuatan militer.
I. Penutup
1. Kesimpulan
Dakwah yang dilakukan Rasulullah pada periode Makkah di tanah
kelahirannya tidaklah membawa hasil yang diharapkan. Walau usaha dan
kiat yang dilakukan Rasul sudah maksimal. Yang semakin meningkat
kemudian malah rintangan, siksaan dan halangan dari beberapa kalangan
Quraisy untuk menghentikan Rasul. Bahkan Rasul sendiri pernah diboikot
selama tiga tahun dari masyarakatnya.
Pada saat yang sama penduduk Madinah, yang terletak di Utara
Makkah menerima dakwah Rasulullah. Bahkan mereka meminta Rasulullah
untuk hijrah ke kota mereka. Rasul kemudian memerintahkan para
sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, sedang beliu sendiri tetap tinggal
beberapa lama sembari menunggu wahyu yang memerintahkan beliu untuk
hijrah.
Dalam sejarah kita ketahui bahwa hijrahnya Nabi dan sahabatnya ke
Madinah, memberikan dampak positif bagi umat Muslim. Setelah kaum
20
muslimin yang awalnya lemah dan teraniaya, kemudian menjelma menjadi
masyarakat yang solid dan kuat secara ekonomi, politik dan militer, bahkan
memimpin peradaban selama beberapa qurun.
Peristiwa hijrahnya Nabi dianggap sebagai tonggak sejarah terpenting
dalam sejarah Islam, dimana disitulah Nur Islam itu semakin terang. Dia
juga sarat dengan I’tibar, nilai-nilai, pelajaran dan hikmah.
2. Saran
Penulis sangat menyadari keterbatasan kemampuan dan kurangnya
latar belakang keilmuan dalam menulis makalah ini. Yang, seperti yang
dengan mudah dapat dilihat, banyak sekali kurang dan cacatnya. Banyak
tema yang belum penulis bahas secara mendalam dalam makalah sederhana
ini, khususnya bagaimana Rasulullah membangun militer yang kuat dan
hasil yang dicapai dalam bidang ini, belum dibahas sekitpun dalam makalah
ini.
Apalagi penulis diminta menulis makalah di awal dan
mempresentasikannya di kelas, padahal belum ada buku panduan dan
contoh yang dapat dijadikan sebagai acuan. Untuk itu penulis berharap
adanya masukan pemikiran yang bersifat konstruktif-edukatif atau saran
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, mohon maaf atas kesalahan dan
terima kasih atas segala saran dan kritikannya, mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulisnyan sendiri.
21
Lampiran I
Teks Asli Piagam Madinah
يبنلا باتك
نينمؤملا نيب -ملسو هيلع هللا ىلص- يبنلا دمحم نم باتك اذه ميحرلا نمحرلا هللا مسب
. مهعم دهاجو ، مهب قحلف ، مهعبت نمو ، برثيو شيرق نم نيملسملاو
1
. سانلا نود نم ةدحاو ةمأ مهنإ
2
نيب طسقلاو فورعملاب مهيناع نودفي مهو ، مهنيب نولقاعتي مهتعبر ىلع شيرق نم نورجاهملا
. نينمؤملا
3
طسقلاو فورعملاب اهيناع يدفت ةفئاط لك ،ىلوألا 2مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع فوع ونبو
. نينمؤملا نيب
4
فورعملاب اهيناع يدفت مهنم ةفئاط لكو ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع ةدعاس ونبو
. نينمؤملا نيب طسقلاو
5
22
طسقلاو فورعملاب اهيناع يدفت ةفئاط لكو ،ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع ثراحلا ونبو
.نينمؤملا نيب
6
فورعملاب اهيناع يدفت مهنم ةفئاط لكو ،ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع مشج ونبو
. نينمؤملا نيب طسقلاو
7
فورعملاب اهيناع يدفت مهنم ةفئاط لكو ، ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع راجنلا ونبو
. نينمؤملا نيب طسقلاو
8
فورعملاب اهيناع يدفت ةفئاط لكو ، ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع فوع نب ورمع ونبو
. نينمؤملا نيب طسقلاو
9
طسقلاو فورعملاب اهيناع يدفت ةفئاط لكو ، ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع تيبنلا ونبو
. نينمؤملا نيب
10
فورعملاب اهيناع يدفت مهنم ةفئاط لكو ،ىلوألا مهلقاعم نولقاعتي مهتعبر ىلع سوألا ونبو
. نينمؤملا نيب طسقلاو
23
11-12
هنود نمؤم ىلوم نمؤم فلاحي ال نأو
13
داسف وأ ، ناودع وأ ، مثإ وأ ، ملظ ةعيسد ىغتبا وأ ، مهنم ىغب نم ىلع نيقتملا نينمؤملا نإو
. مهدحأ دلو ناك ولو ، اعيمج هيلع مهيديأ نإو نينمؤملا نيب
14
. نمؤم ىلع ارفاك رصني الو ،رفاك يف انمؤم نمؤم لتقي الو
15
. سانلا نود ضعب يلاوم مهضعب نينمؤملا نإو مهاندأ مهيلع ريجي ةدحاو هللا ةمذ نإو
16
، ةوسألاو رصنلا هل نإف دوهي نم انعبت نم هنإو . مهيلع نيرصانتم الو نيمولظم ريغ
17
لدعو ءاوس ىلع الإ ، هللا ليبس يف لاتق يف نمؤم نود نمؤم ملاسي ال ةدحاو نينمؤملا ملس نإو
. مهنيب
18
. اضعب اهضعب بقعي انعم تزغ ةيزاغ لك نإو
19
24
ىلع نيقتملا نينمؤملا نإو ، هللا ليبس يف مهءامد لان امب ضعب ىلع مهضعب ءيبي نينمؤملا نإو
. هموقأو يده نسحأ
20
. نمؤم ىلع هنود لوحي الو ، اسفن الو شيرقل الام كرشم ريجي ال هنإو
21
ةفاك هيلع نينمؤملا نإو ، لوتقملا يلو ىضري نأ الإ هب دوق هنإف ةنيب نع التق انمؤم طبتعا نم هنإو
. هيلع مايق الإ مهل لحي الو ،
22
، هيوؤي الو اثدحم رصني نأ ، رخآلا مويلاو هللاب نمآو ةفيحصلا هذه يف امب رقأ نمؤمل لحي ال هنإو
. لدع الو فرص هنم ذخؤي الو ، ةمايقلا موي هبضغو هللا ةنعل هيلع نإف ، هاوآ وأ هرصن نم هنأو
23
هيلع هللا ىلص- دمحم ىلإو ، لجو زع هللا ىلإ هدرم نإف ، ءيش نم هيف متفلتخا امهم مكنإو
-ملسو
24
. نيبراحم اوماد ام نينمؤملا عم نوقفني دوهيلا نإو
25
25
نم الإ ، مهسفنأو مهيلاوم مهنيد نيملسمللو ، مهنيد دوهيلل نينمؤملا عم ةمأ فوع ينب دوهي نإو
. هتيب لهأو ، هسفن الإ غتوي ال هنإف . مثأو ملظ
26
. فوع ينب دوهيل ام لثم راجنلا ينب دوهيل نإو
27
. فوع ينب دوهيل ام لثم ثراحلا ينب دوهيل نإو
28
. فوع ينب دوهيل ام لثم ةدعاس ينب دوهيل نإو
29
. فوع ينب دوهيل ام لثم مشج ينب دوهيل نإو
30
. فوع ينب دوهيل ام لثم سوألا ينب دوهيل نإو
31
هتيب لهأو هسفن الإ غتوي ال هنإف ، مثأو ملظ نم الإ ، فوع ينب دوهيل ام لثم ةبلعث ينب دوهيل نإو
.
26
32
. مهسفنأك ةبلعث نم نطب ةنفج نإو
33
مثإلا نود ربلا نإو ، فوع ينب دوهيل ام لثم ةبيطشلا ينبل نإو
34
. مهسفنأك ةبلعث يلاوم نإو
36
. مهسفنأك دوهي ةناطب نإو
،حرج ران ىلع زجحني ال هنإو -ملسو هيلع هللا ىلص- دمحم نذإب الإ دحأ مهنم جرخي ال هنإو
اذه ربأ ىلع هللا نإو ،ملظ نم الإ ،هتيب لهأو ،كتف هسفنبف كتف نم هنإو
37
هذه لهأ براح نم ىلع رصنلا مهنيب نإو مهتقفن نيملسملا ىلعو مهتقفن دوهيلا ىلع نإو
رصنلا نإو هفيلحب ؤرما مثأي مل هنإو ، مثإلا نود ربلاو ، ةحيصنلاو حصنلا مهنيب نإو ، ةفيحصلا
. مولظملل
38
. نيبراحم اوماد ام نينمؤملا عم نوقفني دوهيلا نإو
39
27
. ةفيحصلا هذه لهأل اهفوج مارح برثي نإو
40
مثآ الو راضم ريغ سفنلاك راجلا نإو
41
. اهلهأ نذإب الإ ةمرح راجت ال هنإو
42
زع هللا ىلإ هدرم نإف ،هداسف فاخي راجتشا وأ ثدح نم ةفيحصلا هذه لهأ نيب ناك ام هنإو
هربأو ةفيحصلا هذه يف ام ىقتأ ىلع هللا نإو -ملسو هيلع هللا ىلص- هللا لوسر دمحم ىلإو ،لجو
.
43
. اهرصن نم الو شيرق راجت ال هنإو
44
. برثي مهد نم ىلع رصنلا مهنيب نإو
45
كلذ لثم ىلإ اوعد اذإ مهنإو ،هنوسبليو هنوحلاصي مهنإف ،هنوسبليو هنوحلاصي حلص ىلإ اوعد اذإو
. مهلبق يذلا مهبناج يف مهتصح سانأ لك ىلع ،نيدلا يف براح نم الإ ،نينمؤملا ىلع مهل هنإف
46
28
نم ضحملا ربلا عم ،ةفيحصلا هذه لهأل ام لثم ىلع ،مهسفنأو مهيلاوم ،سوألا دوهي نإو
مثإلا نود ربلا نإو ةفيحصلا هذه لهأ
47
لوحي ال هنإو هربأو ةفيحصلا هذه يف ام قدصأ ىلع هللا نإو ،هسفن ىلع الإ بساك بسكي ال
نإو ،مثأ وأ ملظ نم الإ ،ةنيدملاب نمآ دعق نمو نمآ جرخ نم هنإو ،مثآو ملاظ نود باتكلا اذه
ملسو هيلع هللا ىلص- هللا لوسر دمحمو ،ىقتاو رب نمل راج هللا
Lampiran II
Terjemahan Piagam Madinah ke dalam
Bahasa Indonesia
MUKADDIMAH
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang
Inilah piagam tertulis dari Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam di
kalangan orang-orang beriman dan memeluk Islam (yang berasal) dari Quraisy
dan Yatsrib, dan orang-orang yang mengikuti mereka,
mempersatukan diri dan berjuang bersama mereka
I. PEMBENTUKAN UMMAH
Pasal 1
Sesungguhnya mereka adalah satu bangsa-negara (ummah),
bebas dari (pengaruh dan kekuasaan) manusia lainnya.
II. HAK AZAZI MANUSIA
29
Pasal 2
Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap mempunyai hak asli
(former condition) mereka; (yaitu) saling tanggung-menanggung membayar
dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara mereka
(karena suatu pembunuhan), dengan cara yang baik
dan adil di antara orang-orang beriman.
Pasal 3
1. Bani Auf (dari Yatsrib) tetap mempunyai hak-hak asli mereka; tanggung-
menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah.
2. Dan setiap keluarga (thai’fah) dari mereka membayar bersama uang tebusan
dengan baik dan adil di antara orang-orang beriman.
Pasal 4
1. Bani Sa’idah (dari Yatsrib) tetap mempunyai hak-hak asli mereka; tanggung-
menanggung membayar dan menerima uang tebusan mereka.
2. Dan setiap keluarga (thai’fah) dari mereka membayar bersama uang tebusan
dengan baik dan adil di antara orang-orang beriman.
Pasal 5
1. Bani al-Harts (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
Pasal 6
1. Bani Jusyam (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
30
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
Pasal 7
1. Bani Najjar (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
Pasal 8
1. Bani Amr bin Auf (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
Pasal 9
1. Bani an-Nabit (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
Pasal 10
1. Bani al-Aus (dari Yatsrib) tetap berpegang atas hak-hak asli mereka;
tanggung-menanggung untuk membayar uang tebusan darah (diyat) di antara
mereka.
2. Setiap keluarga (thaifah) dapat membayar tebusan dengan baik dan adil di
kalangan orang-orang beriman.
III. PERSATUAN SEAGAMA
Pasal 11
31
Sesungguhnya orang-orang yang beriman tidak akan melalaikan tanggung
jawabnya untuk memberi sumbangan bagi orang-orang yang berutang karena
membayar uang tebusan darah dengan baik dan dan adil di kalangan orang-orang
beriman.
Pasal 12
Tidak seorangpun dari orang-orang beriman dibolehkan membuat persekutuan
dengan teman sekutu dari orang beriman lainnya, tanpa persetujuan terlebih
dahulu darinya.
Pasal 13
1. Segenap orang-orang beriman yang bertakwa harus menentang setiap orang
yang berbuat kesalahan, melanggar ketertiban, penipuan, permusuhan atau
pengacauan di kalangan masyarakat orang-orang beriman.
2. Kebulatan persatuan mereka terhadap orang-orang yang bersalah merupakan
tangan yang satu, walaupun terhadap anak-anak mereka sendiri.
Pasal 14
1. Tidak diperkenankan seorang mukmin membunuh mukmin lainnya karena
disebabkan seorang yang tidak beriman.
2. Tidak pula diperkenankan seorang mukmin membantu seorang kafir untuk
melawan mukmin lainnya.
Pasal 15
1. Jaminan Allah adalah satu dan merata, melindungi nasib orang-orang yang
lemah.
2. Segenap mukmin harus jamin-menjamin dan setia kawan sesama mereka
daripada (gangguan) manusia lainnya.
IV. PERSATUAN SEGENAP WARGA NEGARA
Pasal 16
Bahwa kaum Yahudi yang setia kepada (negara) kita, berhak
32
mendapat bantuan dan perlindungan, tidak boleh dikurangi haknya
dan tidak boleh diasingkan dari pergaulan umum.
Pasal 17
1. Perdamaian dari orang-orang yang beriman adalah satu.
2. Tidak diperkenankan segolongan orang yang beriman membuat perjanjian
tanpa ikut sertanya segolongan lainnya dalam suatu peperangan di jalan
Allah, kecuali atas dasar persamaan dan adil di antara mereka.
Pasal 18
Setiap penyerangan yang dilakukan terhadap kita merupakan tantangan terhadap
semuanya, yang harus memperkuat persatuan antara segenap golongan.
Pasal 19
1. Segenap mukmin harus memberikan pembelaan atas tiap-tiap darah yang
tertumpah di jalan Allah.
2. Setiap mukmin yang bertakwa harus berteguh hati atas jalan yang baik dan
kuat.
Pasal 20
1. Perlindungan yang diberikan oleh seorang musyrik terhadap harta dan jiwa
seorang musuh Quraisy tidaklah diakui.
2. Campur tangan apa pun tidaklah diizinkan atas kerugiannya seorang beriman.
Pasal 21
1. Barang siapa membunuh seorang mukmin dengan cukup bukti atas
perbuatannya, harus dihukum mati atasnya, kecuali kalau wali dari si korban
bersedia dan rela menerima ganti kerugian.
2. Segenap mukmin harus bersatu bulat bersatu mengutuk perbuatan itu, dan
tidak diizinkan selain daripada menghukum kejahatan itu.
Pasal 22
33
1. Tidak diperkenankan bagi setiap orang yang mengakui piagam ini dan
percaya kepada Allah dan Hari Akhir untuk membantu orang-orang yang
salah dan memberi tempat kediaman bagi mereka.
2. Siapa yang memberikan bantuan dan memberi tempat tinggal bagi
penghianat-penghianat Negara atau orang-orang yang salah, akan mendapat
kutukan dan kemurkaan Allah di Hari Kiamat nanti, dan tidak akan diterima
segala pengakuan dan persaksiannya.
Pasal 23
Apabila timbul perbedaan pendapat di antara kamu dalam satu soal,
kembalikanlah penyelesaiannya kepada Allah dan Muhammad SAW.
V. GOLONGAN MINORITAS
Pasal 24
Warga Negara (dari golongan) Yahudi memikul biaya bersama-sama
orang beriman, selama Negara dalam peperangan.
Pasal 25
1. Kaum Yahudi dari suku Bani Auf adalah bagian dari bangsa-negara (ummah),
bersama (warga Negara) orang-orang mukmin.
2. Kaum Yahudi bebas memeluk agama mereka sebagaimana kaum muslimin
bebas memeluk agama mereka.
3. Kebebasan ini juga berlaku juga bagi pengikut-pengikut sekutu-sekutu
mereka, dan diri mereka sendiri.
4. Kecuali jika ada yang mengacau dan berbuat kejahatan, maka ganjaran dari
pengacauannya dan kejahatannya itu menimpa diri orang yang bersangkutan
dan keluarganya.
Pasal 26
34
Kaum Yahudi dari Bani Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi dari Bani Auf.
Pasal 27
Kaum Yahudi dari al-Harts diperlakukan sama
seperti Yahudi dari Bani Auf
Pasal 28
Kaum Yahudi dari Sa’idah diperlakukan sama
seperti Yahudi dari Bani Auf
Pasal 29
Kaum Yahudi dari Bani Jusyam diperlakukan sama
seperti Yahudi dari Bani Auf
Pasal 30
Kaum Yahudi dari Bani Aus diperlakukan sama
seperti Yahudi dari Bani Auf
Pasal 31
1. Kaum Yahudi dari Bani Tsa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi dari
Bani Auf.
2. Kecuali jika ada yang mengacau dan berbuat kejahatan, maka ganjaran dari
pengacauannya dan kejahatannya itu menimpa dirinya dan keluarganya.
Pasal 32
Suku Jafnah adalah bertali darah dengan Yahudi dari Bani Tsa’labah,
diperlakukan sama seperti Bani Tsa’labah.
Pasal 33
1. Bani Syutaibah diperlakukan sama seperti kaum Yahudi Bani Auf.
2. Sikap yang baik harus dapat membendung beberapa penyelewengan.
Pasal 34
35
Sekutu dari Tsa’labah diperlakukan sama seperti Bani Tsa’labah
Pasal 35
Segala pegawai dan pembela Yahudi diperlakukan
sama seperti kaum Yahudi
VI. TUGAS WARGA NEGARA
Pasal 36
1. Tidak seorangpun warga Negara diperbolehkan keluar (kota) kecuali atas
seizin Muhammad SAW.
2. Seorang warga Negara dapat membalas kejahatan luka yang dilakukan orang
kepadanya.
3. Siapa yang berbuat kejahatan, maka ganjaran kejahatan itu menimpa dirinya
dan keluarganya, kecuali untuk membela diri.
4. Tuhan melindungi orang-orang yang bersetia pada piagam ini.
Pasal 37
1. Kaum Yahudi memikul biaya Negara, seperti halnya kaum Muslimin
memikul biaya Negara.
2. Di antara segenap warga Negara (Muslimin dan Yahudi) terjalin pembelaan
untuk menentang setiap musuh Negara yang memerangi setiap peserta dari
piagam ini.
3. Di antara mereka harus terdapat saling nasehat-menasehati dan berbuat
kebajikan, dan menjauhi segala dosa.
4. Seorang warga Negara tidaklah dianggap bersalah, karena kesalahan yang
diperbuat sahabat/sekutunya.
36
5. Pertolongan, pembelaan dan bantuan harus diberikan kepada orang/golongan
yang teraniaya.
Pasal 38
Warga Negara kaum Yahudi memikul biaya bersama-sama warga Negara
yang beriman selama peperangan masih terjadi.
VII. MELINDUNGI NEGARA
Pasal 39
Kota Yatsrib ibukota Negara, tidak boleh dilanggar
kehormatannya oleh setiap peserta piagam ini.
Pasal 40
Segala tetangga yang berdampingan rumah harus diperlakukan
seperti diri sendiri, tidak boleh diganggu ketentramannya,
dan tidak diperlakukan salah.
Pasal 41
Tidak seorangpun tetangga wanita boleh diganggu ketentraman dan
kehormatannya, melainkan setiap kunjungan harus dengan seizin suaminya.
VIII. PIMPINAN NEGARA
Pasal 42
1. Setiap kali terjadi suatu peristiwa di antara peserta piagam ini, atau terjadi
pertengkaran, harus segera dilaporkan dan diserahkan penyelesaiannya
kepada Allah dan Muhammad SAW.
2. Allah berpegang teguh kepada piagam ini dan orang-orang yang setia
padanya.
Pasal 43
Quraisy tidak boleh dilindungi, begitu juga
37
segala yang membantu mereka.
Pasal 44
Di kalangan warga Negara sudah terikat janji pertahanan bersama
untuk menentang setiap agresor terhadap kota Yatsrib
IX. POLITIK PERDAMAIAN
Pasal 45
1. Apabila mereka diajak kepada perdamaian (dan) membuat perjanjian damai,
mereka tetap setia untuk berdamai dan membuat perjanjian damai.
2. Setiap kali ada ajakan perdamaian seperti demikian, kaum beriman harus
melakukannya, kecuali terhadap orang/Negara yang menunjukkan
permusuhan terhadap agama (Islam).
3. Kewajiban atas setiap warga Negara mengambil bagian dari pihak mereka
untuk perdamaian itu.
Pasal 46
1. Kaum Yahudi dari Aus dan segala sekutu serta simpatisan mereka
mempunyai kewajiban yang sama dengan segala peserta piagam untuk
kebaikan (perdamaian) itu.
2. Sesungguhnya kebaikan (perdamaian) dapat menghilangkan segala kesalahan.
X. PENUTUP
Pasal 47
1. Setiap orang (warga Negara) yang berusaha, segala usahanya adalah atas
dirinya.
2. Allah menyertai segala peserta dari piagam ini yang menjalankannya dengan
jujur dan sebaik-baiknya.
3. Tidaklah boleh piagam ini dipergunakan untuk melindungi orang-orang yang
dzalim dan bersalah.
4. (Mulai saat ini), orang-orang yang bepergian (keluar) adalah aman.
38
5. Dan orang yang menetap adalah aman pula, kecuali orang-orang yang dzalim
dan berbuat salah.
6. Allah melindungi orang (warga Negara) yang baik dan bersikap taqwa
(waspada).
7. Dan (akhirnya) Muhammad adalah pesuruh Allah, semoga Allah
mencurahkan shalawat dan kesejahteraan atasnya.
Lampiran 3
Klausal Bai’at al-‘Aqabah yang Pertama
Beserta Terjemahannya
انعيابف ، الجر رشع ينثا انكو ، ىلوألا ةبقعلا رضح نميف تنك : لاق ، تماصلا نب ةدابع نع
ضرتفت نأ لبق كلذو ، ءاسنلا ةعيب ىلع -ملسو هيلع هللا ىلص- هللا لوسر
لتقن الو ، ينزن الو ، قرسن الو ، ائيش هللاب كرشن الأ ىلع ، برحلا
فورعم يف هيصعن الو ، انلجرأو انيديأ نيب نم هيرتفن ناتهبب يتأن الو ، اندالوأ
نإو ، ةنجلا مكلف متيفو نإف" :
، لجو زع هللا ىلإ مكرمأف ائيش كلذ نم متيشغ
"رفغ ءاش نإو بذع ءاش نإ
Terjemahannya
Dari Ubadah bin Shamit, dia berkata, “Saya termasuk yang hadir dalam ‘Aqabah
yang pertama, dan kita semuanya ada 12 orang laki-laki, maka Rasulullah SAW
mengambil bai’at dari kami, sepertimana Beliau mengambil bai’at dari kaum
39
wanita, dan itu sebelum diwajibkannya perang (jihad), bahwa kami tidak akan
menyukutukan Allah dengan sesuatupun, tidak akan mencuri, berzina, tidak akan
membunuh anak-anak kami, tidak akan membuat suatu kejahatan yang kami
usahakan dengan kaki-kaki kami dan kami tidak akan bermaksiat kepada Allah
dengan cara yang ma’ruf. Rasulullah kemudian bersabda, ‘Jika kalian memenuhi
perjanjian ini maka bagi kalian sorga sebagai balasannya, jika kalian
mencuranginya maka urusan kalian diserahkan kepada Allah, jika Dia
menghendaki kalian akan diazab atau diampuni.”
Lampiran 4
Klausal Bai’at al-‘Aqabah yang Kedua
Beserta Terjemahannya
: ىلع ىنوعيابت : لاق ؟كعيابن ام ىلع هللا لوسر اي : انلق رباج نع
1. . لسكلاو طاشنلا ىف ةعاطلاو عمسلا
2. . رسيلاو رسعلا ىف ةقفنلاو
3. . ركنملا نع ىهنلاو فورعملاب رمألا ىلعو
4. . مئال ةمول نوفاخت ال هللا ىف اولوقت نأو
5. مكءانبأو مكجاوزأو مكسفنأ هنم نوعنمت امم ىنوعنمتو مكيلع تمدق اذإ ىنورصنت نأ ىلعو
. ةنجلا مكلو
Dari Jabir, kami berkata, ‘Wahai Rasulullah untuk hal apa kami berbaiat
kepada Engkau?’ Rasulullah bersabda, ‘Kalian membaiatku untuk:
1. Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat dan malas.
2. Untuk menafkahkan harta tatkala sulit dan mudah.
40
3. Untuk menyuruh kepada yang ma’aruf dan mencegah dari yang mungkar.
4. Untuk tegak berdiri karena Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang
suka mencela kerana Allah.
5. Hendaklah kalian menolongku jika aku datang kepada kalian, melindungiku
sebagaimana melindungi diri, istri dan anak-anak kalian, dan bagi kalian
surga.
41
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad, Zainal Abidin. (2014). Piagam Madinah; Konstitusi Tertulis Pertama di
Dunia. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Ali, Ibrahim Al-‘. (1415 H/1995 M). Shahîh al-Sîrah al-Nabawiyyah. Jordan: Dâr
al-Nafais.
Antonio, Muhammad Syafii. (2007). Muhammad SAW; The Super Leader Super
Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre.
Buthi, Muhammad Said Ramadhan Al-. (2008 M/1429 H). Fiqh al-Sîrah.
Damaskus: Dâr al-Salâm.
Ghazali, Muhammad Al- (1409 H/1989 M). Fiqh Sirah. Isakandariyyah: Dâr al-
Da’wah.
Haekal, Muhammad Husen. (tanpa tahun terbit). Hayatu Muhammad. Kairo: Dâr
al-Ma’arîf.
Hisyam, Ibnu. al-Sîrah al-Nawawiyyah. Syarikah al-Thiba’ah al-Faniyah al-
Muttahidah (al-Maktabah al-Syamilah).
Khudari Bik, Muhammad Al-, (1372 H/1953 M). Nur al-Yakîn fi Sîrati Sayd al-
Murasalîn. Kairo: Mathba’ah al-Istiqâmah.
Mubarakfuri, Shafiyyurrahman Al-. (tanpa tempat dan tahun terbit). ar-Rahîq al-
Makhtûm. Dâr al-Ihyau at-Turâts).
Syalabi, Ahmad. (1979). Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka
Alhusna.
Watt, W. Montgomery. (1982). Muhammad, Prophet dan Statesman,
diterjemahkan Djohan Effendi dengan judul Muhammad Nabi dan
Negarawan. Jakarta: Pustaka Kencana.
Yatim, Badri. (2011). Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.