TUGAS KULIAH

Embed Size (px)

Citation preview

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK GALI KUNCI SISWA KELAS X 2 NEGERI 1 DUKUN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia tercantum tiga bentuk karya sastra yang diajarkan kepada siswa SMA yaitu bentuk lirik, epik, dan dramatik. Bentuk lirik berupa puisi, epik berupa prosa, dan dramatik berupa karya drama. Ketiga bentuk tersebut memiliki karakteristik yang berbeda namun memiliki kesamaan unsur yang harus diperhatikan yaitu pemahaman, penghayatan, dan pemamapran. Dari ketiga bentuk karya sastra ini, penulis hanya mengkhususkan pada bentuk puisi, Kompetensi dasar yang membahas puisi sesuai dengan stantar kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: Kelas X, semester 1: y Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang

disampaikan secara langsung atau melalui rekaman(5.1) y Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman(5.2) y Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima(8.1) y Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima(8.2) Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, ternyata sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memulai /mengawali menulis puisi. Mereka beranggapan bahwa jika mereka memaksakan menulis puisi hasilnya tetap tidak akan bagus seperti karya pengarang-pengarang yang sudah cukup ternama. Siswa juga beranggapan bahwa karya puisinya tidak bermutu, tidak seindah dan tak

secanggih diksi pada puisi para sastrawan. Di samping hal tersebut, ada pula siswa yang menganggap bahwa puisi itu sulit dipahami, tak berguna, membuat orang menjadi sentimentil dan cengeng, tidak ilmiah dan tidak menjamin masa depan. Bahkan beberapa siswa masih menertawakan apabila ada siswa lain membacakan puisi di depan kelas dengan ekspresi yang sungguh-sungguh.Selain permasalahan tersebut, masih banyaknya guru bahasa Indonesia yang kurang bersungguh-sungguh mendalami dan menyampaikan materi puisi kepada siswa. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya guru tidak kompeten dalam bidang puisi, waktu antara sastra dan bahasa sangat terbatas, kurangnya pelatihan untuk guru terkait dengan puisi, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Melihat masih kurang memuaskannya apresiasi puisi di kalangan siswa akselerasi, penulis mencoba untuk menerapkan salah satu teknik yang merupakan pengembangan dari bedah kata misteri yang merupakan model pembelajaran di bidang bahasa khususnya dalam pengembangan wacana deskripsi.Penulis berharap dengan menerapkan teknik yang bervariasi dalam proses belajar mengajar, hasil yang akan diperoleh lebih optimal.Teknik yang penulis gunakan penulis beri nama teknik gali kunci. Teknik ini berupa pemberian stimulus berupa sebuah kata kunci yang harus dieksplorasi oleh siswa sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa. Dari eksplorasi kata yang terkumpul barulah disusun menjadi sebuah puisi. Dengan kata lain teknik ini sebagai pemantik awal agar siswa tidak kesulitan menemukan ide dalam menulis puisi.

B. Rumusan Masalah 1) Apakah teknik Gali Kunci dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi sebagai apresiasi tingkat tertinggi?

2) Bagaimana perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan teknik Gali Kunci?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1) Mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa menulis puisi setelah

menggunakan teknik Gali Kunci 2) Mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan teknik Gali Kunci

D. Manfaat 1) Bagi siswa hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya dalam apresiasi puisi tingkat yang tertinggi yakni menghasilkan karya puisi 2) Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi bahwa guru selalu dituntut untuk menciptakan pembelajarn yang kreatif, inovatif, menyenangkan, dan bermakna 3) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dengan selalu memberi peluang kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Apresiasi Puisi Apresiasi berasal dari kata appreciate (bahasa Belanda), appreciation (bahasa Inggris), yang berarti penghargaan, to appreciate berarti menghargai, apprehension (bahasa Inggris), berarti pengertian, penghayatan, dan penghargaan. Dalam konteks yang lebih luas istilah apresiasi menurut Gove (via Aminuddin, 1997: 34) mengandung makna yaitu, (1) pengenalan melalui perasaan dan kepekaan batin, dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Effendi (1973: 18) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra secara sungguh- sungguh, sehingga tumbuh pengertian, penghayatan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap sastra Apresiasi menurut kamus istilah sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman (Sudsjiman, 1990: 9). Lebih lanjut diterangkan bahwa apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi bukan sekedar yakin bahwa sesuatu dikehendaki, tetapi benar-benar mengisyaratkan sesuatu dan menyam butnya dengan sikap yang penuh kegairahan. Pengertian apresiasi yang lain disampaikan oleh Squire dan Taba (Via Aminuddin 1987: 34-37) bahwa sebagai suatu proses apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Aspek emotif berkaitan dengan unsur-unsur emosi dalam upaya menghayati unsur keindahan sastra yang dihadapi. Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian baik buruk, indah tak indah, sesuai tidak sesuai, dan sebagainya.

Kegiatan apresiasi sastra merupakan suatu proses. Pembinaan sastra di sekolah merupakan proses menuju apresiasi yang sebenarnya. Proses apresiasi oleh Wardani(via Sayuti 1994: 15-18) dibagi dalam empat tingkatan, yaitu tingkat menggemari, menikmati, mereaksi, dan memproduksi. Tingkat menggemari ditandai dengan adanya rasa tertarik pada buku-buku sastra serta adanya keinginan untuk membacanya.Tingkat menikmati ditandai dengan adanya kemampuan menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian tentang sastra. Tingkat mereaksi dimulai dengan adanya keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati, sedangkan tingkat produksi ditandai dengan keikutsertaan pembaca untuk menghasilkan karya sastra. Apresiasi seseorang dapat dikembangkan ke arah tingkatan yang lebih tinggi. Pada tingkatan apresiasi awal keterlibatan emosi dan imajinasi pada karya sastra masih sangat kuat, sedangkan pada perkembangan yang lebih tinggi kemampuan intelektual dan penguasaan pengertian teknis lebih dominan. Apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan puisi, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini menyebabkan sesorang memahami puisi secara mendalam ( dengan penuh penghayatan) merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap nilainilai yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya (Waluyo, 2005: 44). Menurut Abdul Rozak Zaidan, apresiasi puisi dibatasi sebagi penghargaan atas puisi sebagi hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut.yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilainlai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini syarat untuk dapat mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang (1) mengenal,(2) memahami, (3) mampu menafsirkan, (4) menghayati, (5) dapat menikmati.

Disick menyebutkan empat tingkatan apresiasi puisi, yaitu: 1). Tingkatan menggemari : keterlibatan batin belum kuat baru sering terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan puisi. Jika ada puisi ia akan senang membaca, jika ada acara pembacaan puisi secara lansung atau berupa siaran tunda, ia akan menyediakan waktu untuk menontonnya. Jika ada lomba deklamai ia akan melihatnya. 2). Tingkatan menikmati : keterlibatan batin pembaca terhadap puisi sudah semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih terharu, dan bahagia, dsb. Ketika membaca puisi. Pembaca atau pendengar pembacaan puisi mampu menikmati keindahan yang ada dalam puisi itu secara kritis. 3). Tingkatan mereaksi: sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan saksama dan mampu menilai baik buruknya sebuah puisi. Penafsir puisi mampu menyatakan keindahan puisi dan menunjukkan di mana letak keindahan itu. Demikian juga jika ia menyatakan kekurangan suatu puisi, ia akan mampu menunjukkan di mana letak kekurangannya. 4). Tingkatan memproduksi : apresiator puisi mampu menghasilkan (menulis), mengkritik, mendeklamasikan atau membuat resensi terhadap sebuah puisi secara tertulis. Dengan kata lain, ada produk yang dihasilkan oleh seseorang yang berkaitan dengan puisi.

2.1.2. Hakikat Puisi Puisi adalah karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).Kata-kata betulbetul dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Kata-kata yang digunakan berima dan memiliki makna konotatif atau bergaya figuratif(Waluyo, 2005,1). Ciri-ciri kebahasaan puisi adalah sebagai berikut: Aspek Lahiriah Puisi a).Pemadatan Bahasa

Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib. Jika dibaca kata-kata membentuk larik dan bait. Kata dan frasa memiliki makna yang lebih kuat daripada kalimat biasa. Contoh: Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat kau penuh seluruh Cayamu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi b).Pemilihan Kata Khas Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan kata (diksi) dalam puisi adalah sebagai berikut: a) b) c) Makna Kias Lambang Persamaan bunyi atau rima Contoh: Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku telah pergi Kini petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi c).Kata Konkret Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas, namun bagi pembaca kadang sulit ditafsirkan maknanya. Contoh: Burung dara jantan yang nakal

Yang sejak dulu kau piara Kini terbang dan telah menemu jodohnya Ia telah meninggalkan kandang yang Kaubuatkan Dan tiada akan pulang Buat selama-lamanya d).Pengimajian Penyair juga menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dianggap dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat(imaji visual), didengar(imajiauditif), atau dirasa (imaji taktil). Contoh: Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup ........................................................................................ Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianMu e).Irama (ritme) Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, atau frasa, dan kalimat. Dalam puisi lama irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan.Irama juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi. Contoh: Pagiki hilang/ sudah melayang Hari mudaku/telah pergi Kini petang/datang membayang

Batang usiaku/sudah tinggi f).Tata Wajah (tipografi) Dalam puisi mutakhir banyak ditulis puisi yang mementingkan tata wajah, bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar. Puisi semacam ini sering disebut puisi konkret karena tata wajahnya mewakili maksud tertentu. Contoh: Doktorandus Tikus I membentuk gambar yang

Selusin toga Me Nga Nga Seratus tikus berkampus Di atasnya Dosen dijerat Profesor diracun Kucing Kawin Dan bunting Dengan predikat Sangat memuaskan

Aspek Batiniah Puisi Di samping aspek di atas yang digolongkan sebagai aspek lahiriah, puisi juga terbangun atas aspek batiniah puisi, yakni: a) b) c) Tema Nada dan suasana Perasaan dalam puisi

d)

Amanat puisi

Tema, merupakan subject matter/ gagasan pokok yang dikemukakan oleh penulis puisi dalam karyanya. Tema yang dapat diangkat bisa ketuhanan, kemanusiaan,patriotisme, cinta tanah air, cinta kasih antara pria dan wanita, kerakyatan dan demokrasi,pendidikan dan budi pekerti, dll. Nada dan suasana, nada mengungkapkansikap penyair terhadap pembaca, apakah menasihati, mengejek, menyindir, mengagumi, atau membesarkan hati. Perasaan, rasa benci, suka, bangga, kecewa, dsb. Yang diungkapkan penulis dalam karyanya. Amanat atau pesan , sesuatu yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui karyanya, yang sering disebut pula dengan istilah nilai. Menurut Kamus Istilah Sastra Dunia, nilai karya sastra meliputi lima hal, yakni nilai hedonik, artistik, kultural, etik-moral-religius, dan nilai praktis. Sedangkan menurut Prof. Dr. Raminah Baribin, suatu karya sastra bernilai seni tinggi apabila di dalamnya mengandung lima tingkatan pengalaman jiwa ( niveau), yakni niveau anorganis, vegetatif, animal, human, dan religius/filosofis.

2.1.3.Teknik Gali Kunci Berangkat dari hakikat puisi yang berupa pemadatan kata, bahkan kata melahirkan berjuta makna, kata mempunyai otoritas yang juga tidak boleh terjajah oleh pengguna kata-kata, penulis memberanikan diri menggunakan teknik pembelajarn apresiasi puisi dengan cara menggali kata kunci. Kata kunci di sini adalah kata-kata yang penulis pilih lalu siswa menggali kata-kata lain yang berkaitan dengan kata kunci yang dimaksud. Kata kunci yang digunakan masih tersembunyi dalam suatu aplop. Siswa dibentuk berkelompok. Setiap kelompok mendapat satu amplop kata kunci. Dalam kelompok siswa menggali kata-kata yang berkait dengan kata kunci tersebut. Setelah setiap kelompok memaparkan hasil kerja kelompoknya, secara perorangan mencoba untuk menyusun kata-kata yang telah diperoleh dalam kelompok menjadi puisi utuh. Setelah selesai, setiap siswa

membacakan puisinya di depan kelas dan akan ditanggapi oleh siswa lain dan juga guru.

2.2 . Kerangka Berpikir Puisi merupakan bentuk pengungkapan pikiran dan perasaan yang berupa pemadatan kalimat menjadi kata. Puisi-puisi yang sering kita baca tentunya berangkat dari kalimat yang panjang dan bahkan sebuah kisah, perjalanan hidup, bahkan biografi , pengalaman hidup penulisnya yang dipadatkan menjadi kata-kata singkat yang bermakna dalam dan mempunyai kekuatan luar biasa. Jadi puisi bukanlah sesuatu yang sulit untuk dibuat, teknik berpikir dapat kita ubah yakni dari induktif menjadi deduktif. Dari sebuah kata terlahir berjuta makna. Dari hal kecil, sepele, mengandung dan mengundang pesona luar biasa, berkekuatan perkasa.Maka dari sebuah kata bisa terlahir berbagai macam tafsir makna bergantung tingkat pengetahuan dan pemahaman kita.

2.3. Hipotesis Teknik gali kunci dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi para siswa. Dengan demikian, apresiasi puisi tingkatan tertinggi yakni mampu menghasilkan produk puisi pun semakin meningkat.