6
Tri Sumono Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses Tri Sumono begitu nama aslinya. Seorang pria kelahiran Gunung kidul 7 Mei 1973 ini sekarang menjadi pengusaha sukses dengan omset ratusan juta rupiah tiap bulannya. Dibesarkan ibunda tercinta yang merupakan seorang petani miskin di sebuah desa Gunung Kidul, Yogyakarta, Tri Sumono kecil hidup prihatin. Bertumbuh dengan gizi seadanya, ia juga harus membuang energi besar demi mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas (SMA) yang jaraknya 40 km dari desanya. Ke sekolah SMA itu, ia bolak-balik menggenjot sepeda setiap harinya. Peringkat yang dianggapnya sempurna layak ditorehnya untuk itu: 39 dari 40 siswa. Tri Sumono memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1993 dengan hanya bekal ijazah SMA

Tri Sumono Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tri Sumono begitu nama aslinya. Seorang pria kelahiran Gunung kidul 7 Mei 1973 ini sekarang menjadi pengusaha sukses dengan omset ratusan juta rupiah tiap bulannya. Dibesarkan ibunda tercinta yang merupakan seorang petani miskin di sebuah desa Gunung Kidul, Yogyakarta, Tri Sumono kecil hidup prihatin. Bertumbuh dengan gizi seadanya, ia juga harus membuang energi besar demi mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas (SMA) yang jaraknya 40 km dari desanya. Ke sekolah SMA itu, ia bolak-balik menggenjot sepeda setiap harinya. Peringkat yang dianggapnya sempurna layak ditorehnya untuk itu: 39 dari 40 siswa.Tri Sumono memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1993 dengan hanya bekal ijazah SMA nya. Pria kelahiran 7 Mei 1973 di Gunung Kidul tersebut bisa dibilang hanya bermodal nekat ketika memutuskan bekerja di Ibu kota, karena ia sendiri bisa dibilang tidak memiliki keahlian khusus. Semua itu berawal pada tahun 1993, Pak Tri merantau ke Ibukota, berbekal ijasah SMA dan tidak mempunyai keahlian Pak Tri memberanikan diri untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Pria asli Gunung Kidul ini, mengaku untuk mempertahankan hidup di Ibukota tak pernah pilih-pilih soal pekerjaan, apapun dijalaninya. Mulai dari kuli bangunan, hingga tukang sapu di sebuah kantor. Semua pekerjaan dilakukan

Citation preview

Page 1: Tri Sumono   Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

Tri Sumono

Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

Tri Sumono begitu nama aslinya. Seorang pria kelahiran Gunung kidul 7

Mei 1973 ini sekarang menjadi pengusaha sukses dengan omset ratusan juta

rupiah tiap bulannya. Dibesarkan ibunda tercinta  yang merupakan seorang petani

miskin di sebuah desa Gunung Kidul, Yogyakarta, Tri Sumono kecil hidup

prihatin. Bertumbuh dengan gizi seadanya, ia juga harus membuang energi besar

demi mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas (SMA) yang jaraknya 40

km dari desanya. Ke sekolah SMA itu, ia bolak-balik menggenjot sepeda setiap

harinya. Peringkat yang dianggapnya sempurna layak ditorehnya untuk itu: 39

dari 40 siswa.

Tri Sumono memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1993

dengan hanya bekal ijazah SMA nya. Pria kelahiran 7 Mei 1973 di Gunung Kidul

tersebut bisa dibilang hanya bermodal nekat ketika memutuskan bekerja di Ibu

kota, karena ia sendiri bisa dibilang tidak memiliki keahlian khusus. Semua itu

berawal pada tahun 1993, Pak Tri merantau ke Ibukota, berbekal ijasah SMA dan

tidak mempunyai keahlian Pak Tri memberanikan diri untuk mencari pekerjaan di

Jakarta. Pria asli Gunung Kidul ini, mengaku untuk mempertahankan hidup di

Ibukota tak pernah pilih-pilih soal pekerjaan, apapun dijalaninya. Mulai dari kuli

bangunan, hingga tukang sapu di sebuah kantor. Semua pekerjaan dilakukan

Page 2: Tri Sumono   Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

dengan tekun dan sungguh-sungguh. Melihat kesungguhan dalam bekerja,

akhirnya kantor mengangkat Pak Tri menjadi office boy. Beberapa lama bekerja

menjadi office boy, pak Tri kemudian diangkat menjadi tenaga pasar, hingga

penanggung jawab masalah gudang.

Di tahun 1995, pak Tri berkeluarga dan mempunyai 2 anak. Kebutuhan

semakin besar, mau tidak mau pak Tri harus mencari penghasilan tambahan. Dari

situ pak Tri mencoba berpikir mencari tambahan penghasilan. Mulailah  usaha

berjualan aksesori di Stadion GBK dilakoninya. Ikat rambut, kalung, produk

aksesori semua dijual demi menghidupi kebutuhan keluarga. Pelan-pelan, dari situ

mental dan jiwa pak Tri untuk membuka usaha semakin kuat.

Selama 2 tahun pak Tri menjalankan usahanya sekaligus bekerja di kantor,

kemudian pak Tri berpikir, lebih enak membuka usaha sendiri daripada ikut orang

karena melihat pendapatannya yang selalu pas-pasan. Di tahun 1997, pak Tri

akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaan dan lebih memilih mengembangkan

usaha jualannya.

Dari bekal usaha jualan aksesoris, pak Tri akhirnya membeli kios

sederhana di daerah Mal Graha Cijantung. Tak disangka, bisnis aksesorisnya

berkembang pesat. Lalu di tahun 1999 kios dan usahanya ditawar oleh seseorang

dengan harga yang cukup tinggi. Sempat berpikir, akhirnya pak Tri melepas kios

tersebut beserta usahanya. Kemudian pak Tri membeli rumah di Bekasi Utara,

hasil dari penjualan kiosnya.

Setelah selesai berjualan aksesoris, pak Tri merintis usaha kontrakan dan

toko sembako. Pengalaman berjualan aksesoris membuat naluri bisnis pak Tri

terasah, dia melihat peluang toko sembako lumayan menjanjikan. Tetapi pada saat

itu kondisi sekitar toko sembakonya masih sepi. Ide cemerlang muncul dalam

benak pak Tri, agar kawasan disekitar tempat tinggalnya ramai, pak Tri lalu

membuat 10 rumah kontrakan. Harga yang ditawarkan  sangat murah. Memang

kontrakan itu ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah seperti penjual

siomai, bakso dll. Pada akhirnya para pedagang yang ada di kontrakan pak Tri

menjadi pelanggan tokok sembakonya.

Page 3: Tri Sumono   Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

Sesudah mempunyai bisnis toko sembako dan kontrakan, tidak membuat

pak Tri berhenti melebarkan sayap bisnisnya. Di tahun 2006, Tri mulai tertarik

dengan bisnis pembuatan sari kelapa. Dari beberapa kabar yang diperolehnya

diketahui bahwa untuk membuat sari kelapa adalah proses dari fermentasi air

kelapa murni dengan bantuan bakteri Acetobacter xylium dan atas dasar tersebut,

Pak Tri mencoba merintis usaha minuman sari kelapa. Untuk bisa produksi sari

kelapa ini, ia harus membeli bakteri salah satunya dari LIPI Bogor. Sari kelapa

olahannya itu disalurkan ke beberapa perusahaan minuman di kawasan

JaBoTaBek, namun hal itu tidak bertahan lama. Karena banyak perusahaan yang

komplain terhadap kualitas produk sari kelapa pak Tri, akhirnya sementara

produksi minuman sari kelapa dihentikan.

Tapi Tri tidak patah semangat, ia terus belajar bagaimana untuk

menghasilkan sari kelapa yang baik dan berkualitas standar yang ditetapkan

perusahaan. Seorang dosen di IPB ditemuinya dengan maksud untuk belajar

fermentasi. Sang dosen awalnya enggan mengajari mengingat Tri yang hanya

lulusan SMA pasti akan kesulitan menerima penjelasannya.

Keseriusan Tri untuk belajar dan kecerdikannya merayu, Pak dosen pun

akhirnya mau mengajarinya selama dua bulan. Setelah banyak mengantongi ilmu,

Tri pun memulai kembali produksi sari kelapanya. Berawal dari situlah skill serta

kemampuan pak Tri meningkat, hingga bulan ke-3 pak Tri kembali merintis usaha

minuman sari kelapanya. Hasilnya, 10.000 nampan atau seharga Rp 70 juta

berhasil diproduksi oleh pak Tri dan banyak perusahaan yang menggunakan

produk sari kelapa pak Tri. Sampai saat ini, bisnis pak Tri masih berjalan dan

terus berkembang.

Meski awalnya sempat tersendat-sendat, dengan kesungguhannya usaha

produksi sari kelapa tersebut akhirnya bisa lancar bahkan Direktur PT San san

Abadi, Christian Setyadi tempat Tri memasok sari kelapanya mau mengucurkan

Rp 2 milyar sebagai modal usaha. Dengan modal tersebut rumah berlantai dua

dibelinya untuk gedung pabrik. Mesin kemasan puluhan juta diborongnya.

Masalah karyawan ia selesaikan dengan memanggil kerabatnya dari kampung

halaman. “Saya masih ingat, apakah ini mimpi atau tidak ketika pertama kali

Page 4: Tri Sumono   Tukang Sapu Yang Menjadi pengusaha Sukses

melihat uang satu miliar rupiah,” tukasnya tertawa lebar. Uang sejumlah itu, ia

terima saat proyek sudah mulai berjalan untuk produksi 3 juta kemasan.

Setelah proyek tersebut selesai, ia pun melebar dengan mainan baru. Ia

memproduksi kopi jahe  yang diberi label Hootrii. Lebih dari 50 ribu sachet kopi

tersebut telah beredar di seluruh Indonesia. Belum lagi, order kemasan susu yang

datangnya dari salah satu departemen pemerintah. Kini sebagai investasi ia

memiliki 6 unit rumah, beberapa mobil, beberapa usaha peternakan, pertanian

hingga perkebunan.

“Intinya kalau mau jadi pengusaha itu harus jujur, ulet, rajin dan tidak

putus asa,” pungkasnya. Kini dari tak memiliki apa-apa, Tri telah menjadi

miliarder. Uniknya, hingga kini ia masih bekerja di perusahaan ia bekerja dahulu.

Selain itu, ia juga menjadi guru spiritual beberapa pemangku jabatan di beberapa

perusahaan besar.