23
TA/Pagi/Unri Panam Hari : Sabtu MK. Teori Akuntansi Tanggal : 20 Oktober 2012 LAPORAN LABA KOMPREHENSIF Oleh : Kelompok 12 Ahmad Fauzan 1002155563 Benediktus Oksanda Noelin 1002155769 Hengki Wijora 1002133222 Muhario 1002155637 Dosen Pengajar Dr. Taufeni Topik,SE,M.si,Ak

Ta kelompok 12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ta kelompok 12

TA/Pagi/Unri Panam Hari : Sabtu

MK. Teori Akuntansi Tanggal : 20 Oktober 2012

LAPORAN LABA KOMPREHENSIF

Oleh : Kelompok 12

Ahmad Fauzan 1002155563

Benediktus Oksanda Noelin 1002155769

Hengki Wijora 1002133222

Muhario 1002155637

Dosen Pengajar

Dr. Taufeni Topik,SE,M.si,Ak

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI 2012

Page 2: Ta kelompok 12

LANDASAN TEORI/PEMBAHASAN

1.1 Laba Komprehensif

FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba

komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode,

yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal

dari pemilik.

Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih

yang berasal dari transaksi operasi. FASB menjelaskan bahwa alasan utama digunakannya

istilah laba komprehensif adalah untuk membedakan laba komprehensif dengan laba periode.

1.2 Laba

1.2.1 Teori Laba

Dalam perusahaan koperasi laba disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Menurut teori laba,

tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis industry.

Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut.

Teori Laba Menanggung Resiko (Risk- Bearing Theory Of profit). Menurut Teori ini,

keuntungan ekonomi diatas  normall akan doperoleh perusahaan dengan resiko diatas

rata-rata.

Teori  Laba Frisional (frictional Theory Of Profit). Teori ini menekankan bahwa

keuntungan menigkat sebagai suatu hasil ari friksi keseimbangan jagka panjang (long

run equilibrium).

Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory Of Profits). Teori ini mengatakan bahwa

beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dap[at membatasi output dan

menekankan harga ang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi

persaingan sempurna. Kekuatan monopoli ini dapat diperoleh melalui :

o Penguasaan penuh atas supply bahan baku tertentu

o Skala ekonomi

o Kepemilikan hak paten

o Pembatasan dari pemerintah

Page 3: Ta kelompok 12

1.2.2 Definisi Laba

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi

murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam

modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal

tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi

didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan

diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya. (Wikipedia)

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba

diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan

tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan

pengukuran laba.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang

dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap

dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital.

Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock)

potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan

konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan

pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba

dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital

dapat diterapkan.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan

atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau

kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari

pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya

dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk

pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan

unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba,

Page 4: Ta kelompok 12

akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut

akuntansi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam

kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang

direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan pada periode tertentu. (Harahap, 1997).

Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya

perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan

diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).

1.2.3 Definisi Laba Menurut Pakar Dalam Bidang Akuntansi

Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12)

mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,

biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.

Menurut Stice, Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi

kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan

entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya.

Selanjutnya menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas

upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan

pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan

barang / jasa).  

Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah

Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal.

Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah

rugi bersih (net loss).

Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan antara jumlah

pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya

yang dapat diaplikasikan kepada pendapat. Kemudian menurut Belkaoui (1993) Laba

merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai

Page 5: Ta kelompok 12

kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi

perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan

pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.

Sedangkan menurut Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan

prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan

datang. Laba terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional,

atau keuntungan dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba

bersih. Laba biasa dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan

dan kerugian luar biasa tidak demikian.

Namun berbeda dengan IAI yang memiliki pengertian sendiri mengenai income, IAI

justru tidak menerjemahkan income dengan istilah laba, tetapi dengan istilah penghasilan.

Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI,1994) mengartikan

income (penghasilan) yakni Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama

satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam

modal. (paragrap. 70). Selanjutnya dalam paragrap 74 disebutkan bahwa, definisi penghasilan

baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains).

1.2.4 Karakteristik Laba

Belkaoui (1993) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik

sebagai berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan

barang/jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja

perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman

khusus tentang definisi pengukutan dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost

historis.

5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan

dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Page 6: Ta kelompok 12

1.2.5 Fungsi Laba

Laba yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan output yang lebih

dari industry/perusahaan. Sebaiknya, laba ynag rendah atau rugi adalah pertanda bahwa

konsumen menginginkan kurang dari produk/ komoditi yang ditangani dan metode

produksinya tidak efisien.

Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar

kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi

anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota.

1.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Laba

Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui, 1993) :

1. Laba akuntansi teruji dalam sejarah dimana pemakai laporan keuangan masih

mempercayai bahwa laba akuntansi masih bermanfaat untuk membantu pengambilan

keputusan ekonomi.

2. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya,

karena didasarkan pada transaksi/fakta aktual, yang didukung bukti obyektif.

3. Atas dasar prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi memenuhi

kriteria konservatisme. Artinya, akuntansi tidak mengakui perubahan nilai tetapi

hanya mengakui untung yang direalisasi (realized gains).

4. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama

pertanggungjawaban manajemen.

Untuk kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui, 1993) :

1. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aktiva yang belum direalisasi dalam

satu periode karena prinsip cost historis dan prinsip realisasi.

2. Laba akuntansi yang didasarkan pada cost historis mempersulit perbandingan laporan

keuangan karena dengan adanya perbedaan metode perhitungan cost dan metode

alokasi.

Page 7: Ta kelompok 12

3. Laba akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost historis dan konservatisme

dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.

1.2.7 Tujuan Pelaporan Laba

Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

pihak yang  berkepentingan dalam pelaporan keuangan. Adapun informasi tentang laba

perusahaan dapat digunakan :

1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)

2. Sebagai pengukur prestasi manajemen

3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara

5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus

6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan

7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran

8. Sebagai dasar pembagian deviden

1.2.8 Pengukuran dan Pengakuan Laba

Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan

disajikan dalam laporan keuangan. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa, laba (income) akan diakui apabila

kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva

atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap

92).

Secara konseptual ada 3 (tiga) pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur

laba. Pengukutan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan

mempertahankan kapital/kemakmuran (capital maintenance).

1. Pendekatan Transaksi

Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva/hutang (laba) terjadi

hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul

Page 8: Ta kelompok 12

karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva/hutang dengan pihak luar

perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.

Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu:

1. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya: atas dasar

produk/konsumen

2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi

3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada

pada akhir periode

4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk berbagai tujuan

5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang

lainnya.

2. Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul

pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam

penerapannya, pendekatan ini merupakan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan

pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.

Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:

1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan

prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan

surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.

2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan

menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.

3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari

jenis kegiatan yang berbeda.

1.2.9 Manajemen Laba

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan

maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk

memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Page 9: Ta kelompok 12

Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan

seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode

berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan

(penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.

Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer

menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi

untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude)

laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk

mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang

dilaporkan.

Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung

beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat

dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam

mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan

keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab

untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset.

Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan

dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai

kinerja ekonomi perusahaan.

Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat

diakses oleh pihak luar. Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen

laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis

motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2)

hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the

political cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986).

Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan

berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi

rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu

semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin

Page 10: Ta kelompok 12

besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan

metode-metode akuntansi yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000).

Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba

yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer

perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi

yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya adalah tindakan

seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian

untuk metode yang dipilih (Belkaoui, 2000). Penelitian Healy (1985) menggunakan

pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara

positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba

berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap

manajer hanya mendapatkan bonus tetap.

Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai

regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran terhadap

regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan

menurunkan laba yang dilaporkan (Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998). Perusahaan

juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi

keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang mengalami damage award (Hall dan

Stammerjohan, 1997).

Selain itu Income taxation juga merupakan motivasi dalam manajemen laba (Lilis,

2001). Pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang

berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak.

1.3 Pendapatan

1.3.1 Definisi Pendapatan

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 :

180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi

yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171)

pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada

penggunaan faktor-faktor produksi.

Page 11: Ta kelompok 12

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam

suatu periode tertentu. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah

nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus

masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu

periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari

kontribusi penanaman modal.

1.3.2 Pembagian Jasa-Jasa Bank

Jopie Yusuf (1992 : 39) mengemukakan bahwa jasa-jasa bank terdiri dari : kliring,

inkaso, penyewaan save deposit box (kotak penyimpan), eksport-import (L/C), jual beli uang

kertas asing, jual beli travellers cheque, spat transaction serta forward transaction. Lima jasa

yang disebutkan terakhir hanya dapat dilakukan oleh Bank Devisa karena berhubungan

dengan transaksi valuta asing.

Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan empat jenis jasa yang

disebutkan pertama, yaitu :

1. Kliring

Simorangkir (1998 : 141) mengemukakan bahwa kliring adalah tata cara perhitungan

utang piutang dalam bentuk surat-surat dagang dan surat-surat berharga antara bank-bank

peserta kliring dengan maksud agar perhitungan utang piutang tersebut terselnggarakan

secara mudah, cepat dan aman.

Proses perhitungan tersebut diatur oleh suatu lembaga yang berada dibawah Bank

Indonesia yang disebut Lembaga Kliring dan diselenggarakan oleh bank Indonesia atau bank

yang di tunjuk oleh Bank Indonesia bila pada wilayah tersebut tidak terdapat cabang Bank

Indonesia.

2. Inkaso

Yopie Yusuf (1992 : 48) mengemukakan bahwa inkaso adalah penagihan warkat-

warkat kliring yang terdapat diluar wilayah kliring bank yang bersangkutan. Misalnya si A

adalah nasabah bank X Bandung. Ia menerima warkat kliring (cek / BG) dari bank di luar

Page 12: Ta kelompok 12

Bandung, maka nasabah tersebut menginkasokan warkatnya. Dengan menggunakan fasilitas

inkaso ini nasabah tidak perlu menagih sendiri,pihak yang tertagih yang berada diluar

wilayah kliring tempat ia berada, tetapi cukup dengan menyerahkan warkat yang akan ditagih

tersebut ke bank X.

3. Transfer

Yopie Yusuf (1992 : 54) mengemukakan bahwa transfer adalah jasa pelayanan bank

kepada masyarakat untuk mengirimlkan sejumlah uang dalam bentuk rupiah atau valuta asing

yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga atau perorangan) disuatu tempat

(dalam/luar negeri) sesuai dengan permintaan pengirim.

4. Safe Deposit Box

Safe deposit box adalah kotak yang disewakan oleh bank kepada nasabah sebagai

tempat penyimpanan barang atau surat-surat berharga. Kotak ini terbuat dari bahan tahan api

dan ledakan (sampai kekuatan tertentu).

1.4 Laba Komprensif dan Laba Periode

1.4.1 Laba Komprensif

FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba

komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode,

yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal

dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva

bersih yang berasal dari transaksi operasi. FASB menjelaskan bahwa alasan utama

digunakannya istilah laba komprehensif adalah untuk membedakan laba komprehensif

dengan laba periode.

1.4.2 Laba Periode

Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan.

Efisiensi berhubungan dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi perusahaan untuk

memperoleh laba. Konsep laba periode memusatkan perhatiannya pada laba operasi periode

berjalan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Oleh karena itu, yang termasuk

Page 13: Ta kelompok 12

elemen laba adalah peristiwa atau perubahan nilai yang dapat dikendalikan manajemen dan

berasal dari keputusan-keputusan periode berjalan.

1.4.3 Perbandingan Laba Komprensif dan Laba Periode

Perbandingan Laba Periodik dengan Laba Komprehensif adalah :

Net Income Earning

Pendapatan

Biaya-Biaya

Keuntungan dari sumber yang tidak normal

200

140

(10)

200

140

(10)

Laba dari operasi normal

Rugi penjualan aktiva tetap

70

(10)

70

(10)

Laba sebelum pos luar biasa dan pengaruh

kumulatif perubahan prinsip akuntansi

Pos luar biasa

Perubahan kumulatif perubahan prinsip

akuntansi

60

(10)

(30)

60

(10)

Earning50

Laba bersih (net income)20

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa antara laba periode dan laba

komprehensif mempunyai komponen utama yang sama yaitu, pendapatan, biaya, untung dan

rugi. Akan tetapi keduanya tidak sama karena beberapa  komponen tertentu yang menjadi

elemen laba komprehensif tidak dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Komponen

tersebut adalah :

Page 14: Ta kelompok 12

a)    Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu dialami dalam periode

berjalan diperlukan sebagai penentu besarnya laba bersih.

b)   Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui dalam

periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham sementara dan

untung atau rugi penjabaran mata uang asing.

1.4.4 Hubungan Laba Periode dan Laba Komprensif

Hubungan antara laba periode dan laba komprehensif dapat digambarkan sebagai berikut :

+

(-)

+

(-)

=

PendapatanBiayaKeuntunga

n

Kerugian

Earning

200

140

10

20

50

+

(-)

+

=

EarningPenyesuaian pengaruh

kumulatifPerubahan dalam

ekuitas bukan dari pemilik

Comprehensive income

50

20

10

40

1.5 Laba Kotor dan Laba Bersih

1. Laba kotor, Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok

penjualan

2. Laba Operasional, Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang

termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala

perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka

ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas

sebagai jasa pada pemilik modal.

3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax) , Laba sebelum

dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa.

Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting

karena jumlah ini menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.

4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi

berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba

Page 15: Ta kelompok 12

ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada

para pemegang saham.

1.6 Beban

Alur keluar atau penurunan lainnya aktivas sebuah entitas atau penambahan kewajibannya

(atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan

produksi barang, penyediaan jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi

utama atau operasi sentral perusahaan.

1.7 Keuntungan

Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali

yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

1.8 Kerugian

Penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali

yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

Page 16: Ta kelompok 12

DAFTAR PUSTAKA

http://contohskripsiku.com/pdf/pengertian+laba+komprehensif

Suwardjono, 2010-2011. Teori akuntansi (perekayasaan pelaporan keungan edisi 3), BPFE.

Yogyakarta

http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html

http://kelompoklaba.wordpress.com/2008/08/27/laba/

Ghozali Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

http://nyariduitreceh.blogspot.com/2011/04/manajemen-laba.html

Kieso E. Donald, Weygart J. Jerry, Warfield D. Terry. 2002. Intermediate Accounting, Ed.

10. Jakarta: Erlangga

Stice K. Earl, Stice D. James, Skosusen Fred. K. 2004. Intermediate Accounting, Ed 15.

Jakarta: Salemba Empat

http://nyariduitreceh.blogspot.com/2011/04/manajemen-laba.html

http://nildatartilla.wordpress.com/2010/11/16/teori-fungsi-laba/

Page 17: Ta kelompok 12