Upload
beatlesxxx
View
357
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 1/20
Perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau
kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana merekamengkoordinasi manajemen global.
Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara.Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi merekayang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara sendiri,harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat
berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepadaPMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi barang tertentu yang mereka butuhkan.
Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu Perusahaan Hindia Timur Belandayang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania.
Contoh
y Acer Inc.
y Adidas
y Allianz
y AOL
y Apple Computer
y AT&T
y BMW
y Bombardier
y British Petroleum
y Chevron Corporation
y Coca-Cola
y Dell
y Enron
y Exxon
y Fiat
y Fonterra
y Freeport
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 2/20
y General Electric
y GeneralMotors
y Google
y Grup Volkswagen
y Halliburton
y Hearst Corporation
y Heckler & Koch
y Honda
y HSBC
y HutchisonWhampoa Limited
y Hyundai
y IBM
y Intel Corporation
y JardineMatheson
y KFC
y Kyocera
y LG Electronics
y McDonald'sy Mercedes Benz
y Microsoft
y Monsanto
y Nestlé
y NewmontMining Corporation
y Nike, Inc.
y Nintendo
y Nissan
y Nokia
y NTT
y Nortel Networksy Opel
y Parmalat
y Pepsi
y Petrobras
y Philips
y Prentice Hall
y Prudential plc
y Puma
y Shell
y Schlumberger
y Sony
y SteyrMannlicher
y Swire Group
y TheWalt Disney Company
y Toshiba
y Total S.A.
y Toyota
y Wal-Mart Stores, Inc.
y Yahoo!
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 3/20
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 4/20
Di beberapa dekade akhir abad ke-20, transformasi pesat dunia industri mengambil bentuknya
yang baru. Kemajuan mencolok ilmu dan teknologi, sebagai mesin penggerak suatu masyarakat,
dunia mendapatkan pengaruhnya dari berbagai sudut. Perekonomian adalah salah satu bidang
yang mengalami berbagai perubahan mencolok di masa-masa tersebut. Yang pasti, munculnya
berbagai perusahaan multinasional, hingga batas tertentu, membuka peluang bagi globalisasi
ekonomi.
Pengalaman pertumbuhan ekonomi pada abad kesembilan belas di Negara-negara maju
banyak bersumber dari dari pergerakan modal internasional yang cukup deras pada waktu itu.
Mobiltas faktor-faktor produksi yang terjadi antar Negara mencapai titik puncaknya dengan
hadirnya perusahaan-perusahaan multinasional. Mungkin perkembangan yang terpenting dalam
hubungan-hubungan ekonomi internasional selama dua dasawarsa terakhir ini adalah lonjakan
mengagumkan kekuatan dan pengaruh perusahaan-perusahaan raksasa multinasional. Merekalah
penyalur utama aneka factor produksi, mulai dari modal, tenaga kerja dan teknologi produksi,
semuanya dalam skala besar-besaran, dari satu Negara ke Negara lainnya.
Dalam operasinya ke berbagai Negara-negara dunia ketiga, mereka menjalankan berbagai
macam operasi bisnis yang inovatif dan kompleks sehingga tidak bias lagi kita pahami hanya
dengan perangkat teori-teori perdagangan yang sederhana, apalagi mengenai distribusi
keuntungannya. Perusahaan-perusahaan raksasa, seperti IBM, Ford, Exxon, Philips, Hitachi,
British Petroleum, Renault, Volkswagen, dan Coca-Cola, telah sedemikan rupa mendunia dalamoperasinya sehingga kalkulasi atas distribusi keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh
produksi internasional itu kepada penduduk setempat dan pihak asing menjadi semakin sulit
dilakukan.
Arus sumber-sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua bentuk. Yang
pertama adalah penanaman modal asing yang dilakukan oleh pihak swasta (private foreign
investment) dan investasi portofolio, terutama berupa penanaman modal asing ³langsung´ (PMI).
Penanaman modal seperti ini juga dapat disebut Foreign Direct Investment (FDI). FDI ( Foreign
Direct Investment ) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari sistem
ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara
menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara
ini perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut µhome countryµ) bisa mengendalikan
perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut µhost countryµ) baik sebagian atau
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 5/20
seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah
ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli
sahamnya sekurangnya 10%.
Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya pembelian atau
konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan; atau konstruksi peralatan
atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal
(reinvestment ) dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang
antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai
investasi langsung. Kini mulai muncul corak-corak baru dalam FDI seperti pemberian lisensi
atas penggunaan teknologi tinggi. Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau
hampir penuh dari sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki
bersama ( joint ventures) dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint ventures
yang melibatkan tiga pihak atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau µ syndicatesµ) dan biasanya
dibentuk untuk proyek tertentu seperti konstruksi skala luas atau proyek pekerjaan umum yang
melibatkan dan membutuhkan berbagai jenis keahlian dan sumberdaya.
FDI dan Liberalisasi di Indonesia
UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasiasing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar
negeri. Dalam dekade terakhir ini pemodal asing enggan menanamkan modalnya di Indonesia
karena tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik. Kini muncul tanda-tanda bahwa situasi ini
berubah: ada sekitar 70% kenaikan FDI di paruh pertama tahun 2005, bersamaan dengan
tumbuhnya ekonomi sebesar 5-6% sejak akhir 2004. Pada awal 2005, Inggris, Jepang, Cina,
Hong Kong, Singapura, Australia, dan Malaysia adalah sumber-sumber FDI yang dianggap
penting. Menurut data statistik UNCTAD, jumlah total arus masuk FDI di Indonesia adalah
US$1.023 milyar pada tahun 2004 (data terakhir yang tersedia); sebelumnya US$0.145 milyar
pada tahun 2002, $4.678 milyar pada tahun 1997 dan $6.194 milyar pada tahun 1996 [tahun
puncak].
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 6/20
Pertumbuhan penanaman modal swasta asing secara langsung (foreign direct
investment)-yakni, yang dana-dana investasinya langsung digunakan untuk menjalankan
kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti memberi lahan,
membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya di
Negara-negara dunia ketiga seperti di Indonesia ini, telah berlangsung secara sangat cepat selama
sekian dasawarsa terakhir ini. Apabila pada tahun 1962 nilai totalnya baru mencapai sekitar US$
2,4 miliar, maka di tahun 1980 jumlahnya telah melonjak menjadi sekitar US$ 11 miliar,
kemudian naik lagi hingga US$ 35 miliar di tahun 1990, serta berpuncak sebesar lebih dari US$
120 ,miliar di tahun 1997. dari keuntungan yang sedemikian besar diperoleh ini, hanya sekitar 60
persen dari total dana investasi asing tersebut yang mengalir ke Negara-negara di Asia.
Perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin menyedot sumber daya alam menguasai
pasar (baik yang sudah ada dan menguntungkan maupun yang baru muncul) dan menekan biaya
produksi dengan mempekerjakan buruh murah di negara berkembang, biasanya adalah para
penanam modal asing ini. Contoh µklasik¶ FDI semacam ini misalnya adalah perusahaan-
perusahaan pertambangan Kanada yang membuka tambang di Indonesia atau perusahaan minyak
sawit Malaysia yang mengambil alih perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia. Cargill, Exxon,
BP, Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto dan Freeport McMoRan, dan INCO semuanya
memiliki investasi langsung di Indonesia. Namun demikian, kebanyakan FDI di Indonesia ada di
sektor manufaktur di Jawa, bukan sumber daya alam di daerah-daerah.Salah satu aspek penting dari FDI adalah bahwa pemodal bisa mengontrol atau
setidaknya punya pengaruh penting manajemen dan produksi dari perusahaan di luar negeri. Hal
ini berbeda dari portofolio atau investasi tak langsung, dimana pemodal asing membeli saham
perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya secara langsung. Biasanya juga FDI adalah
komitmen jangka-panjang. Itu sebabnya ia dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara
dibandingkan investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul tanda adanya
persoalan.
Undang-Undang penanaman Modal Pertama dikeluarkan pada waktu masa pemerintahan
orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1967,
dikatakan dengan jelas bahwa beberapa jenis bidang usaha sepenuhnya tertutup bagi perusahaan
asing, yaitu pelabuhan, pembangkitan dan transmisi listrik, telekomunikasi, pendidikan,
penerbangan, air minum, perkereta-apian (KA), tenaga nuklir, dan media massa. Kesemua
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 7/20
bidang ini dibatasi adanya campur tangan oleh pihak asing karena bidang-bidang ini dapat
dikategorikan sebagai usaha yang bernilai strategis bagi Negara dan kehidupan sehari-hari rakyat
banyak yang seharusnya tidak boleh dipengaruhi oleh pihak asing (terdapat di pasal 6 ayat 1).
Setahun kemudian dibuatlah Undang-Undang yang mengatur tentang penanaman modal
dalam negeri (UU No.6 tahun 1968), yang didalamnya (Pasal 3 ayat 1), menyatakan sebagai
berikut : ³Perusahaan Nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51 % daripada
modal dalam negeri yang ditanam di dalmnya dimiliki oleh Negara dan / atau swasta nasional´.
Dengan kata lain, berdasarkan Undang-Undang ini, pemodal asing hanya boleh memiliki modal
maksimal, sebanyak-sebanyaknya 49% dalam sebuah perusahaan. Namun kemudian,
pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan pemerintah yang menjamin investor asing bisa
memiliki hingga 95% saham perusahaan yang bergerak dalam bidang ³« pelabuhan; produksi
dan transmisi serta distribusi tenaga listrik umum; telekomunikasi; penerbangan, pelayaran,
KA; air minum, pembangkit tenaga nuklir; dan media massa´ (PP No. 20/1994 Pasal 2 ayat 1
dan Pasal 5 ayat 1).
Penanaman Modal Swasta Asing Secara Langsung (FDI), 1970-1997
Penanaman FDI Penerima Utama FDI, 1997
Tahun Total FDI netto
(dalam US$ miliar)
Negara Penerima FDI yang diterima
(persentase total)
1970
1980
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
3,1
10,9
23,7
35,1
42,5
53,2
78,1
96,3
118,9
119,4
Cina
Brasil
Meksiko
Indonesia
Polandia
Malaysia
Argentina
India
Venezuela
Negara-negara
berkembang lainnya
31
13
7
5
4
3
3
3
2
29
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 8/20
Selanjutnya dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah
Indonesia mengadakan I nternational I nfrastructure Summit pada tanggal 17 Januari 2005 dan
BUMN summit pada tanggal 25-26 Januari 2005. Infrastructure summit menghasilkan keputusan
eksplisit bahwa seluruh proyek infrastruktur dibuka bagi investor asing untuk mendapatkan
keuntungan, tanpa perkecualian. Pembatasan hanya akan tercipta dari kompetisi antarperusahaan.
Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan ada perbedaan perlakuan terhadap
bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang beroperasi di Indonesia.
BUMN summit menyatakan jelas bahwa seluruh BUMN akan dijual pada sektor privat.
Dengan kata lain, artinya tak akan ada lagi barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah
dengan biaya murah yang disubsidi dari pajak. Di masa depan seluruh barang dan jasa bagi
publik akan menjadi barang dan jasa yang bersifat komersial yang penyediaannya murni karena
motif untuk mendapatkan laba. Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang
saat ini sedang berlangsung di semua sektor di Indonesia dan menunjukkan pentingnya FDI bagi
pemerintah Indonesia.
Perusahaan-Perusahaan Multinasional
Perusahaan Multinasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalam
menjalankan kebijakan dan aturan baik di tingkat national maupun internasional.D
i negara-negara berkembang, hampir setiap aspek dari kehidupan komunitas telah terkena dampak dari
operasi Perusahaan Multinasional. Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang
berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini
memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki
sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Perusahaan
multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka
dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang
sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi
masyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah
dalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan
fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi
lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 9/20
regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan
pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang
memadai.
Perusahaan multinasional pada dasarnya adalah sebuah perusahaan raksasa yang
menjalankan, memiliki serta mengendalikan operasi bisnis atau kegiatan-kegiatan usahanya di
lebih dari satu Negara. Perusahaan multinasional ini umumnya berupa perusahaan yang dikelola
oleh lebih dari sebuah negara, dan oleh karena kekuatan ekonominya yang besar, ia mampu
mempengaruhi kebijakan-kebijakan perekonomian suatu negara dengan sangat luas.
Dari sudut pandang sejarah, model perusahaan seperti ini mulai bermunculan sejak
dekade 50. perusahaan-perusahaan multinasional, terutama di AS, semakin aktif di beberapa
bidang, setelah terpengaruh oleh kondisi perekonomian di zaman itu. Dengan memanfaatkan
sistem transportasi dan komunikasi internasional yang semakin modern, demikian pula karena
adanya ³celah´ antara hubungan Eropa dan Jepang, perusahaan-perusahaan ini menemukan
peluang untuk menjual produk-produk mereka ke luar batas-batas AS. Tak lama kemudian,
perusahaan-perusahaan Eropa mengikuti jejak langkah mereka ini, sehingga menjadi semakin
luaslah keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional ini.
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak
negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor,
pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat dimana mereka mengkoordinasi manajemen global. Perusahaan multinasional yang sangat besar
memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam
politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga
sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik. Karena
jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan Negara sendiri, harus
berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak
pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat
berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada
PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar
pekerja dan lingkungan yang memadai.
Terdapat dua karakteristik pokok dari perusahaan multinasional, yakni ukuran mereka
yang sangat besar dan kenyataan bahwa operasi bisnis mereka yang tersebar ke seluruh dunia itu
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 10/20
cenderung dikelola secara terpusat oleh para pemimpinnya di kantor pusatnya yang
berkedudukan di Negara asal. Ukuran mereka yang sedemikian besar tentu memberikan
kekuatan ekonomi (dan terkadang juga kekuatan politik) yang sangat besar, sehingga mereka
merupakan kekuatan utama (sekitar 40%) yang menyebabkan berlangsungnya globalisasi
perdagangan duniua secara pesat. Dengan kekuatan yang begitu besar, merekalah yang
sebenarnya seringkali mendominasi aneka komoditi dagang di Negara-negara berkembang
(tembakau, mie, bubur gandum instant, dsb).
Dari gambaran ini, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan ekonomi (dan
terkadang politik) yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaa multinasional tersebut, apalagi jika
dibandingkan dengan pemerintahan di Negara-negara berkembang di mana mereka menjalankan
bisnisnya. Kekuatan mereka ini juga ditunjang lagi oleh posisi oligopolitik yang mereka
genggam dalam perekonomian domestic atau bahkan internasional pada sektor atau jenis-jenis
produk yang mereka jalankan.
Dampak perusahaan multinasional
Dewasa ini kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional di bidang ekonomi dan
politik dunia, terasa sangat mencolok. Perusahaan-perusahaan multinasional yang ³menancapkan
kukunya´ juga tentu saja memberikan implikasi kepada, saya sebut sebagai, Negara yangdi¶ekspansi¶nya, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak positif pertama
yang paling sering disebut-sebut sebagai sumbangan positif penanaman modal asing ini adalah,
peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat investasi
yang ditargetkan dengan jumlah actual ³tabungan domestik´ yang dapat dimobilisasikan.
Dampak positif kedua adalah, dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan
multinasional dan ikut serta secara financial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri,
pemerintah Negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut
memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek
pembangunan secara lebih baik.
Dampak positif ketiga adalah, perusahaan multinasional tersebut tidak hanya akan
menyediakan sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja kepada Negara-negara miskin
yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu ³paket´ sumber
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 11/20
daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga pengalaman
dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti dapat
dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestic.
Dampak positif keempat adalah, perusahaan multinasional juga berguna untuk
mendidik para manajer local agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan
bank-bank luar negeri, mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-
jaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional. Dampak positif kelima adalah, perusahaan
multinasional akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan
maju oleh Negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-
mesin dan peralatan modern kepada Negara-negara dun ia ketiga.
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan kegiatan
ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negatif yang terjadi pada
Negara tamu. Pada umumnya pasar yang menjadi sasaran pemasaran perusahaan multinasional
ini memang adalah Negara-negara yang notabenenya adalah Negara-negara yang sedang
berkembang atau Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-negara
dunia ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum mempunyai
³kekuatan´ yang cukup untuk menolak ³kekuatan´ daripada perusahaan-perusahaan raksasa
multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa melakukan intervensi terhadap
pemerintahan yang dilangsungkan oleh Negara yang bersangkutan, atau dengan kata lainNegara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu lemah untuk
menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa ini sangat kuat
menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.
Kemudian kita juga harus menyadari bahwa perusahaan-perusahaan mutinasional ini
tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu Negara. Perhatian mereka hanya
tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan atau tingkat hasil financial atas setiap sen modal
yang mereka tanamkan. Perusahaan-perusahaan multi nasional ini senantiasa mencari peluang
ekonomi yang paling menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi
perhatiam kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan pengangguran.
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan multinasional hanya sedikit memperkerjakan tenaga-
tenaga setempat. Operasi mereka cenderung terpusat di sector modern yang mampu
menghasilkan keuntungan yang maksimal yaitu di daerah perkotaan.
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 12/20
Selain tidak bisa diharapkan untuk ikut membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan di
Negara tuan rumah, mereka bahkan seringkali memberi pengaruh negative terhadap tingkat
upah rata-rata, karena mereka biasanya memberikan gaji dan aneka tunjangan
kesejahteraan yang jauh lebih tinggi ketimbang gaji gaji rata-rata kepada para
karyawannya, baik itu yang berasal dari Negara setempat atau yang didatangkan dari
Negara-negara lain. Di atas telah dikatakan bahwa keuatan mereka juga ditunjang oleh posisi
oligopolitik yang mereka genggam dalam perekonomian domestik atau bahkan internasional
pada sektor atau jenis-jenis produk yang mereka geluti. Hal ini bertolak berlakang dari keyataan
bahwa mereka cenderung beroperasi di pasar-pasar yang dikuasai oleh beberapa penjual dan
pembeli saja. Situasi seperti ini memberi mereka kemampuan serta kesempatan yang sangat
besar untuk secara sepihak menentukan harga-harga dan laba yang mereka kehendaki,
bersekongkol dengan perusahaan lainnya dalam membagi daerah operasinya serta sekaligus
untuk mencegah atau membatasi masuknya perusahaan-perusahaan baru yang nantinya
dikhawatirkan akan menjadi saingan mereka.
Hal-hal tersebut mereka upayakan dengan menggunakan kekuatan yang mereka miliki
dalam penguasaan teknologi-teknologi baru yang paling canggih dan efisien, keahlian-keahlian
khusus, diferensiasi produk, serta berbagai kegiatan periklanan secara gencar dan besar-besaran
untuk mempengaruhi, kalau perlu mengubah, selera dan minat konsumen. Kemudian walaupun
dampak-dampak awal (berjangka awal) dari penanaman modal perusahaan multinasionalmemang dapat memperbaiki posisi devisa Negara yang menerima mereka (Negara tuan rumah),
tetapi dalam jangka panjang dampak-dampaknya justru negatif, yakni dapat mengurangi
penghasilan devisa itu, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal.
Neraca transaksi berjalan bisa memburuk karena adanya impor besar-besaran atas barang-barang
setengah jadi dan barang modal oleh perusahaan multinasional itu, dan hal tersebut masih
diperburuk lagi oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royalty, dan biaya-
biaya jasa manajemen ke Negara asalnya. Jadi praktis pihak Negara tuan rumah tidak
memperoleh bagian keuntungan yang adil dan wajar.
Selain itu perusahaan-perusahaan multinasional berpotensi besar untuk merusak
perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya semangat bisnis para
usahawan local, dan menggunakan tingkat penguasaan pengetahuan teknologi mereka yang
superior, jaringan hubungan luar negeri yang luas dan tertata baik, keahlian dan agresivitas di
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 13/20
bidang periklanan, serta penguasaan atas berbagai berbagai jenis jasa pelengkap lainnya untuk
mendorong keluar setiap perusahaan local yang cukup potensial yang dianggap mengganggu
atau mengancam dalam kancah persaingan, dan sekaligus untuk menghalangi munculnya
perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan mereka. Perusahaan-
perusahaan multinasional juga sering menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk
mempengaruhi, menyuap, dan memanipulasi berbagai kebijakan pemerintah di Negara tuan
rumah ke arah yang tidak menguntungkan bagi pembangunannya.
Freeport Indonesia ; Pembangunan untuk siapa ? Berkah Atau Bencana ?
Pada saat ini, masih lekang dingatan kita tentang kasus pertikaian berdarah yang terjadi
di tanah papua antara kaum asli papua yang merasa sebagai pemilik tanah yang asli sebagai
kaum yang termarginalkan di tanahnya sendiri, dengan salah satu perusahaan multinasional yang
beroperasi di daerah papua yaitu PT. Freeport Indonesia (FI). Warga yang bertikai menuntut
penutupan PT. FI karena dinilai tidak memberikan keuntungan yang adil bagi warga local.
Menurut mereka, sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat 1969 dilaksanakan,
Pepera telah melenceng jauh dari amanat rakyat Papua. Kemudian, kontrak yang dilakukan
Pemerintah Indonesia bersama PT. FI mereka nilai tidak mengakomodasi hak rakyat Papua.
Mereka menilai otonomi khusus belum mampu meningkatkan pendidikan dankesejahteraan rakyat rakyat, apalagi menciptakan lapangan kerja yang produktif. Kebijakan
pemekaran yang sewaktu itu digembar-gemborkan juga dianggap upaya ³memecah belah´.
Mengapa mereka menggugat PT. FI? Di tempat beroperasinya perusahaan tambang yang
makmur itu, sekelompok rakyat Papua malah menjadi pencari remah-remah sisa pada
pembuangan tailing. Ironisnya, permukiman dan tempat mereka hidup dan bersosial, yakni hutan
dan gunung, telah hancur. Gugatan terhadap situasi ini sebenarnya sudah lama dilancarkan, tetapi
selalu menghadapi tantangan pelanggaran hak asasi manusia. Lokasi pertambangan Freeport berupa gunung biji tembaga (Ertsberg), pertama kali
ditemukan seorang ahli geologi kebangsaan Belanda, Jean Jacqnes Dory pada 1936. Kemudian
ekspedisi Forbes Wilson tahun 1960 menemukan kembali Ertsberg. Freeport pertama kali
melakukan penambangan pada bulan Desember 1967 pasca-Kontrak Karya I (KK I). Ekspor
pertama konsentrat tembaga dimulainya pada Desember 1972 dan beberapa bulan kemudian
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 14/20
tepatnya Maret 1973, proyek pertambangan dan Kota Tembagapura ini diresmikan Presiden
Soeharto.
Setelah sekian lama dilakukan ekplorasi dan tentunya eksploitasi, kandungan tembaga
semakin berkurang. Tapi pada 1986 ditemukan sumber penambangan baru di puncak gunung
rumput atau dikenal dengan nama Grasberg. Di daerah ini, kandungannya jauh lebih besar
dibanding sebelumnya. Kandungan bahan tambang emas terbesar di dunia ini diketahui sekitar
2,16 hingga 2,5 miliar ton dan kandungan tembaga sebesar 22 juta ton lebih. Diperkirakan dalam
sehari diproduksi 185.000 hingga 200.000 ton biji emas/tembaga. Melihat potensi itu, Freeport
memperpanjang KK I dan dibuatlah KK II pada Desember 1991 yang memberikan hak kepada
Freeport selama 30 tahun dengan kemungkinkan perpanjangan selama 2 X 10 tahun. Ini berarti
KK II itu akan berakhir pada tahun 2021 dan jika diperpanjang, maka akan berakhir 2041 nanti.
Sehingga setelah 35 tahun, tepatnya tahun 2041 barulah Freeport kembali menjadi milik
Indonesia.
Lalu pertanyaannya, siapa yang menikmati hasil Freeport selama ini? Sebab sumbangan
ke APBN hanya Rp2 triliunan, saham pemerintah hanya 9,36 persen, sisanya milik asing. Tentu
saja yang mendapat keuntungan besar ini, mereka yang terlibat dalam pengelolaan pertambangan
itu. Menurut kantor berita Reuters (³PR´, 18/3 2006) dinyatakan bahwa para petinggi Freeport
paling tidak menerima Rp126,3 miliar/bulan. Misalnya Chairman of the Board, James R Moffet
menerima sekitar Rp87,5 miliar lebih per bulan dan PresidentD
irectornya, Andrianto Machribiemenerima Rp15,1 miliar per bulan. Di samping itu, juga bagi para pejabat Orba yang menangani
Freeport turut menikmatinya. Sebab, bukan tak mungkin KK I dan II diwarnai dengan berbagai
permainan ³sulap´.
Walau memang sejak Juli 1996, ada dana satu persen dari laba kotor perusahaan bagi
warga lokal di Kabupaten Mimika, khususnya tujuh suku di dalam kawasan wilayah konsesi
Freeport. Tapi jelas tak seberapa dibanding jumlah hasil tambang yang telah dikeruk dari perut
³ibu´ (sebutan perumpamaan gunung biji emas bagi orang Amungme terhadap Ertsberg dan
Grasberg). Terus yang tak bisa dipungkiri, dana ini menjadi sumber konflik internal diantara
mereka. Apalagi dana itu disinyalir sebagai media peredam setelah ada kerusuhan Maret 1996.
Bahkan sempat Lembaga Masyarakat Adat Amungme (Lemasa) awalnya menolak menerima
dana itu. Sementara warga lokal dari adat lain yang ada di sekitar perusahaan merasa berhak juga
atas dana itu. Intinya: ada ketidakpuasan, ketidakadilan, dan pengelolaan yang tak profesional.
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 15/20
Tapi sejatinya, konflik-konflik sekitar Freeport telah dimulai sejak perusahaan itu berdiri.
Misalnya, saat persiapan awal proyek Freeport sekitar 1960-1973 telah terjadi konflik dengan
masyarakat adat setempat berkaitan soal pengakuan identitas dan pandangan hidup yang
berhubungan dengan alam yang mereka anggap keramat. Misalnya gunung-gunung berselimut
salju (Nemangkawi atau panah putih) yang telah dikeruk itu merupakan tempat bersemayamnya
roh-roh nenek moyang mereka ketika meninggal dunia. Terus yang perlu diingat pula, konflik
pertama terjadi saat tim ekspedisi Forbes Wilson tahun 1960 meminta bantuan masyarakat
sekitar membawa barang-barang keperluan rombongan (porter), tetapi mereka tak dibayar.
Kekecewaan dan merasa ditipu ini bisa menjadi awal konflik.
Konflik berikutnya yang dikenal dengan konflik January Agreement yang dibuat tahun
1974. Isinya menyangkut kesepakatan antara Freeport dengan masyarakat Suku Amungme
dalam kaitan pematokan lahan penambangan dan batas tanah milik perusahaan dengan
masyarakat adat setempat. Namun pada kenyataannya, diduga Freeport telah mengambil tanah
adat jauh di luar batas yang telah disepakati. Masyarakat adat semakin tergerser dan menjadi
kaum pinggiran (pheripheral saja). Konflik-konflik berkaitan dengan January Agreement terus
saja berlanjut sampai pembentukan Lemasa tahun 1992. Konflik lainnya dipicu soal kerusakan
lingkungan yang semakin parah.
Papua memiliki 42 juta hektar hutan dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya,
seperti bahan tambang, minyak dan gas bumi, serta hutan dan laut yang berlimpah. Walaupunkekayaan alam itu sudah dieksploratif secara ekstraktif selama puluhan tahun, rakyat Papua yang
bejumlah sekitar dua juta jiwa masih tergolong penduduk termiskin di republik ini. Ironisnya,
ketika sumber daya alam mereka menghasilkan uang bertriliun-triliun, sekitar 80 %
penduduknya masih hidup pada tingkat subsisten. Masih banyak warga yang hanya memakai
koteka. Data Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2004 menunjukkan penduduk miskin di
Papua pada tahun 2002 mencapai 39 %. Angka ini akan menjadi lebih besar karena sebagian
besar penduduk miskin ini berada pada warga asli yang jumlahnya sekitar 60 % dari total jumlah
penduduk provinsi ini. Dalam laporan Conservation Internasional Indonesia 2004 dikatakan
warga Papua mempunyai tingkat kesehatan yang memprihatinkan, angka kematian bayi di Papua
cukup tinggi, yaitu 100 per seribu kelahiran bayi hidup. Angka itu hampir tidak berubah sesudah
otonomi khusus. Angka kematian ibu juga paling tinggi di negeri ini, yaitu 60-700 per 100.000
kelahiran. Selain itu tingkat harapan hidup juga rendah. Dari sisi pendidikan, 44,13 % warga
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 16/20
Papua buta huruf. Ketidakseimbangan dalam bagi hasil penerimaan dan pengelolaan sumber
daya alam dianggap sebagai biang keladi kemiskinan dan ketertinggalan ini. Padahal, ketika
republik ini mengalami krisis, produk domestk regional bruto (PDRB) Papua melonjak dari Rp.
9 triliun pada tahun 1997 menjadi Rp. 19 triliun pada tahun 1998. ini disebabkan total nilai
tambah dari sector pertambangan meningkat 38 %. Padahal, Papua merupakan propinsi dengan
tingkat PDRB kempat tertinggi stelah Riau, DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.
Sejak 3 tahun yang lalu, angka kemiskinan penduduk Mimika hampir dua kali lipat
kemiskinan tingkat nasional. Dari jumlah penduduk sebanyak 131.715 jiwa kala itu, penduduk
miskinnya mencapai 32,75 %. Runyamnya, angka kemiskinan itu mengalaim kemiskinan
sepanjang tahun. Sektor pendidikan yang semestinya menjadi sektor paling dasar, ternyata hanya
membuat hati terenyuh. Di pedalaman-pedalaman, sekolah-sekolah nyaris tidak memiliki guru.
Sistim sekolah hancur. Akibatnya sekolah-sekolah sering diliburkan. Walaupun ada kebijakan
penerapan dana 1 persen dari PT. FI untuk masyarakat sekitar, namun trenyata dana tersebut
tidak dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Dana kompensasi 1 persen berawal ketika pemerintah pusat, pemerintah Irian Jaya, dan
PT. FI merancang pola pembangunan masyarakat untuk memecahkan proses pembangunan di
Mimika. PT FI berkomitmen untuk mengalokasikan dana sebesar 1 persen dari pendapat kotor
tahunan selama 10 tahun guna mendukung program tersebut. PT FI yang beroperasi sejak 1967
mulai mengucurkan dana tersebut pada tahun 1996.D
ana itu ditangani Tim PengembanganWilayah Timika Terpadu (PWT2). Masyarakat sendiri mendirikan Yayasan Tujuh Suku (terdiri
dari suku Amungme, Kamoro, Moni, Lani, Damal, Mee / Ekari, Nduga). Tiap suku mengelola
dana tersebut secara sendiri-sendiri. Nyatanya uang menjungkirbalikan kearifan lokal yang
selama ini dipegang teguh oleh masyarakat. Kebersamaan yantg menjadi perilaku dasar pun
mulai tergerogoti setelah mengenal uang.
Sepanjang sepuluh tahun ini (1996-2005), dana 1 persen yang telah dikucurkan PT FI
sebesar Rp. 1.615.635.852.591 (190.847.906 US$). Jika tahun 1996, dana 1 persen itu sejumlah
25 miliar, maka pada tahun 2005 Rp. 393 miliar (tabel). Sebagian besar dana itu digunakan untuk
sektor pendidkan dan kesehatan. Sebagai contoh, tahun 2005 dana pendidikan sebesar Rp. 63,32
miliar (24 %) dan dana kesehatan Rp. 70,61 miliar (27 %). Sektor lainnya yang dibiayai dengan
dana 1 persen itu antara lain pengembangan ekonomi dan pengambangan desa, dukungan adat,
dukungan agama, serta manajemen dan kapital dengan jumlah yang variatif.
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 17/20
Penerimaan dana 1 persen (1996-2005)
Tahun Dalam US$ Dalam Rupiah
1996 10.810.150 25.208.728.000
1997 12.742.915 38.751.186.601
1998 16.625.288 179.704.641.750
1999 21.117.015 158.043.612.470
2000 13.504.330 117.256.285.550
2001 17.317.229 179.636.056.710
2002 18.313.298 172.305.938.178
2003 21.841.766 189.037.735.585
2004 18.041.433 161.838.029.479
2005 40.534.482 393.853.618.268
Total 190.847.906 1.615.635.852.591
Hingga kini, masih ada yang menilai Freeport belum memberi keadilan bagi pemilik
sumber daya alam yang mereka keruk selama ini. Sehingga kasus ± kasus seperti itu seakan tak
pernah berhenti. Bahkan Majelis Rakyat Papua (MRP) dalam surat keputusannya bernomor
08/MRP/2006 Tentang Keberadaan PT Freeport Indonesia yang berisi empat poin, salah satunya
merekomendasi kepada pemerintah agar Freeport ditutup. Sebab mereka menilai, kasus Freeport
bukan hal baru. Sejak ditandatanganinya MoU antara pemerintah Indonesia dengan pihak
manajemen Freeport di tahun 1967, terhitung banyak kasus yang terjadi. Dari isu penembakan
komunitas lokal oleh aparat keamanan di lokasi pertambangan itu hingga perusakan ekosistem
yang dilakukan perusahaan. Secara kasat mata, fenomena konflik sekitar Freeport memberikan
sebuah gambaran menarik dicermati. Berbagai konflik yang berkaitan dengan eksistensi Freeport
di Kabupaten Mimika itu, bukanlah merupakan satu fenomena baru. Sebab tak mustahil konflik
ini imbas ketidakberesan penanganan perusahaan MNC selama ini sebagai warisan kebijakan
pemerintah Orde Baru (Orba).
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 18/20
Menurut John Nakiaya, Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK), lembaga yang kini mengelola kompensasi dana 1 persen itu
mengatakan bahwa alokasi dana itu tidak dalam bentuk uang tunai, tetapi berupa fasilitas public,
antara lain rumah sakit (RS) Mitra Masyarakat, RS Waa-Banti, Puskesmas pembantu di aroanap
dan Tsinga. Sarana itu diberikan gratis bagi warga tujuh suku itu. Di bidang pendidikan, selain
pembangunan infrastruktur, pengelolaan asrama, dukungan transportasi dan bahan makanan bagi
guru di daerah terpencil, dana 1 persen itu juga disalurkan sebagai beasiswa bagi 5.464 pelajar
atau mahasiswa tujuh suku itu yang tersebar di berbagai kota.
K esimpulan
Akhir dekade 1990-an ini merupakan periode yang menarik bagi kita untuk menilai
kembali segala dampak kualitatif maupun kuantitatif yang ditimbulkan oleh investasi yang
dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa multinasional terhadap kondisi social-ekonomi
Negara-negara berkembang yang bertindak sebagai tuan rumahnya. Tetapi perusahaan
multinasional atau transnasional bisa menjadi bencana nasional karena rawan pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) dan bisa menjadi kekuatan penghambat proses demokratisasi di negara-
negara sedang berkembang.
D
irektur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Emmy Hafildmengemukakan hal itu dalam diskusi bertema, ³Tanggung Jawab Transnational Corporations
dalam HAM´ yang diselenggarakan Komisi Nasional HAM, Rabu (21 November 2006) di
Jakarta. Emmy berpendapat, ada kecenderungan kuat, para pemimpin pemerintahan atau negara
di negara-negara berkembang tunduk pada kekuatan modal perusahaan-perusahaan
transnasional. ³Jadi, jangan heran bila banyak kebijakan pemerintah soal perburuhan misalnya,
lebih memihak kepentingan perusahaan transnasional,´ tegasnya. Menurut Emmy, dimana pun,
perusahaan-perusahaan multinasional selalu berusaha menggunakan setiap celah untuk mendikte
norma internasional. ³Dan nyatanya berhasil,´ tuturnya. Emmy mengatakan, perusahaan
multinasional di Tanah Air lebih banyak menimbulkan berbagai kerusakan daripada keuntungan.
Berbagai kerusakan itu antara lain, perampasan tanah, penghancuran tradisi, perampasan hak
penduduk atas lingkungan hidup yang sehat, penghancuran sumber daya alam, serta pelecehan
seksual.
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 19/20
Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan, keterlibatan
masyarakat sangat esensial dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi saat ini masih terbatas dan
masih belum menjadi suatu gerakan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat, dibutuhkan suatu
wahan untuk menyebarkan suatu informasi mengenai pembangunan berkelanjutan dan isu
lingkungan global. Selain itu, kata Rachmat, diperlukan penguatan jejaring masyarakat untuk
dapat berperan dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Terkait dengan kasus yang
terjadi di Papua, mungkin solusi yang perlu dimanifestasikan di dalam masyarakat itu sendiri
adalah berupa pola alokasi dana ke titik tertentu mungkin perlu dikembangkan ke kelompok-
kelompok yang lebih kecil, mengingat suku-suku yang mendiami kawasan pegunungan itu hidup
dalam kelompok-kelompok kecil di daerah-daerah terisolasi sehingga dampak yang terjadi lebih
dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Barang kali satu-satunya kesimpulan yang cukup sahih untuk dikemukakan di sini adalah
bahwasannya penanaman modal swasta asing bisa merupakan pendorong pembangunan ekonomi
dan social yang penting selama kepentingan-kepentingan perusahaan multinasional tersebut
memang sejalan dengan kepentingan pemerintah dan masyarakat di Negara tuan rumah (tentu
saja yang dimaksudkan dengan kepentingan di sini bukanlah kepentingan yang pada akhirnya
menyebabkan berlarut-larutnya pembangunan yang dualistis serta memburuknya ketimpangan
distribusi pendapatan). Namun, selama perusahaan-perusahaan multinasional tersebut hanya
melihat kepentingan mereka dari segi output secara global atau maksimalisasi keuntungan sajatanpa memperdulikan dampak-dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh segenap aktivitas
bisnisnya terhadap kondisi-kondisi ekonomi dan social di wilayah-wilayah operasinya, maka
selama itu pula tuduhan-tuduhan dari pihak yang menentang penanaman modal asing akan
semakin mendapatkan dukungan di kalangan pemerintah maupun masyarakat di Negara-negara
dunia ketiga.
Daftar Pustaka
5/12/2018 Perusahaan multinasional - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perusahaan-multinasional-55a4d11974c83 20/20
Anonim. 2006. P erusahaan Multinasional dan Dampaknya. Home page<Http://www.google.com>, Diakses tanggal 20 Desember 2006.
Anonim. 2006. Home page <Http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia>. Diakses tanggal20 Desember 2006
Anonim. 2006. <Http://www.parasindonesia.com/sp_read.php?gid=72&spid=24> Diaksestanggal 20 Desember 2006
Dedi Muhtadi. 2006. Kompas, Sabtu 11 Maret 2006, hal 53-55.