3
 Pengangguran Haraki Syeikh Muhammad Ghazali Rahimahullah berkata, “Dalam suasana pengangguran terlahir ribuan keburukan dan menetas berbagai bakteri kebinasaan, jika kerja merupakan message kehidupan, maka para penganggur adalah orang-orang yang mati, dan jika dunia ini merupakan efek dari tanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang paling pantas dikumpulkan dalam keadaan bangkrut, tidak ada panen bagi mereka selain kehancuran dan kerugian.”  Ada beragam penyakit tarbawi yang sangat berbahaya, jika ia tersebar dalam barisan dakwah, dan mendapatkan tempat dalam jiwa personelnya, maka pasti yang terjadi adalah keterpurukan, keguguran, menarik diri dan meninggalkan kancah dakwah secara diam-diam, kemudian kebangkrutan dalam arti yang luas dan menyeluruh Di antara penyakit tersebut dan utamanya adalah al-bithalah ad-da’awiyah (pengangguran da’awi) atau al-kasal al-haraki (kemalasan haraki) atau futur, al-faragh (tidak ada pekerjaan), al-qu’ud ‘anil ‘amal (berpangku tangan), at-taqa’us ‘an ada’ al-wajib (tidak menunaikan kewajiban), at-tanashshul minal qiyam bil maham ad-da’awiyah (tidak menjalankan tugas-tugas da’wah) yang sangat beragam, istimra’ halat ar-rahah (terbiasa menikmati suasana santai), at-taharrur min tahammul at- tabi’ah wal mas-uliyyah (berlepas diri dari upaya memikul beban dan tanggung jawab). Semua tadi merupakan gejala satu penyakit yang jika menimpa para aktivis di medan dakwah dan harakah, niscaya menimpa pada posisi yang mematikan, kecuali jika segera mendapatkan kebangkitan hati, atau mengambil ibrah dari suatu mau’izhah, atau mengambil manfaat dari suatu nasihat, dan tentunya, sebelum, saat dan setelah itu ia mendapatkan rahmat, kebersamaan dan taufiq Allah SWT. Berdasarkan pengalaman dan mu’ayasyah (interaksi) tampak bahwa ada sejumlah faktor yang memberi andil bagi terjadinya penyakit ini, utamanya adalah: * Menurunnya tingkat keikhlasan dan masuknya niat yang tidak baik. * Ada masalah pada unsur-unsur pemahaman * Tidak mengetahui jati diri dakwah dan harakah * Merespon berbagai godaan dunia dan mengejar kemilauannya yang palsu * Melupakan ghayah, atau inhiraf dan lalai darinya * Putus asa, frustasi dan memprediksi keburukan * Mengambang dan target yang tidak jelas * Tidak interaktif dengan proses tarbawi * Menghilangnya akhlaq yang menjadi tuntutan marhalah, seperti: tsabat, sabar, tsiqah, tajarrud, tadh-hiyah dan lainnya. * Melemahnya rasa tanggung jawab * Merasa panjang perjalanan dakwah yang mesti ditempuh * Menghilangnya semangat dan padamnya bara keinginan untuk beramal * Rancunya jenjang prioritas, kalaupun masih ada, dakwah ditempatkan pada posisi prioritas paling akhir * Berkaratnya sisi ruhani, tarbawi dan imani serta rusaknya komitmen * Buntunya selera beramal serta tidak merasakan kelezatan mengerahkan jerih payah fi sabilillah * Hilangnya citarasa berlelah dan bersungguh-sungguh beramal di berbagai medan dakwah * Kehilangan rasa ber-intima’ kepada dakwah dan harakah dan semakin kurusnya unsur-unsur wala’ kepadanya. * Tertutupnya bentuk izzah kepada manhaj dakwah dan dinginnya ghirah terhadapnya * Melemahnya immunitas fikriyah, imaniyah dan tarbawiyah Semua faktor, sebab ini mendorong seseorang untuk qu’ud (berpangku tangan), menarik diri, menjauh dari lapangan amal dan membikin-bikin alas an untuknya. Karenanya, seseorang yang

Pengangguran Haraki

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengangguran Haraki

5/14/2018 Pengangguran Haraki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengangguran-haraki-55a92fbfe3c4f 1/3

Pengangguran Haraki

Syeikh Muhammad Ghazali Rahimahullah berkata, “Dalam suasana pengangguran terlahir ribuankeburukan dan menetas berbagai bakteri kebinasaan, jika kerja merupakan message kehidupan,maka para penganggur adalah orang-orang yang mati, dan jika dunia ini merupakan efek daritanaman kehidupan yang lebih besar, maka para penganggur adalah sekumpulan manusia yang

paling pantas dikumpulkan dalam keadaan bangkrut, tidak ada panen bagi mereka selainkehancuran dan kerugian.”

 Ada beragam penyakit tarbawi yang sangat berbahaya, jika ia tersebar dalam barisan dakwah, danmendapatkan tempat dalam jiwa personelnya, maka pasti yang terjadi adalah keterpurukan,keguguran, menarik diri dan meninggalkan kancah dakwah secara diam-diam, kemudiankebangkrutan dalam arti yang luas dan menyeluruh

Di antara penyakit tersebut dan utamanya adalah al-bithalah ad-da’awiyah (pengangguran da’awi)atau al-kasal al-haraki (kemalasan haraki) atau futur, al-faragh (tidak ada pekerjaan), al-qu’ud ‘anil‘amal (berpangku tangan), at-taqa’us ‘an ada’ al-wajib (tidak menunaikan kewajiban), at-tanashshulminal qiyam bil maham ad-da’awiyah (tidak menjalankan tugas-tugas da’wah) yang sangatberagam, istimra’ halat ar-rahah (terbiasa menikmati suasana santai), at-taharrur min tahammul at-

tabi’ah wal mas-uliyyah (berlepas diri dari upaya memikul beban dan tanggung jawab).

Semua tadi merupakan gejala satu penyakit yang jika menimpa para aktivis di medan dakwah danharakah, niscaya menimpa pada posisi yang mematikan, kecuali jika segera mendapatkankebangkitan hati, atau mengambil ibrah dari suatu mau’izhah, atau mengambil manfaat dari suatunasihat, dan tentunya, sebelum, saat dan setelah itu ia mendapatkan rahmat, kebersamaan dantaufiq Allah SWT.

Berdasarkan pengalaman dan mu’ayasyah (interaksi) tampak bahwa ada sejumlah faktor yangmemberi andil bagi terjadinya penyakit ini, utamanya adalah:

* Menurunnya tingkat keikhlasan dan masuknya niat yang tidak baik.* Ada masalah pada unsur-unsur pemahaman

* Tidak mengetahui jati diri dakwah dan harakah* Merespon berbagai godaan dunia dan mengejar kemilauannya yang palsu* Melupakan ghayah, atau inhiraf dan lalai darinya* Putus asa, frustasi dan memprediksi keburukan* Mengambang dan target yang tidak jelas* Tidak interaktif dengan proses tarbawi* Menghilangnya akhlaq yang menjadi tuntutan marhalah, seperti: tsabat, sabar, tsiqah, tajarrud,

tadh-hiyah dan lainnya.* Melemahnya rasa tanggung jawab* Merasa panjang perjalanan dakwah yang mesti ditempuh* Menghilangnya semangat dan padamnya bara keinginan untuk beramal* Rancunya jenjang prioritas, kalaupun masih ada, dakwah ditempatkan pada posisi prioritas

paling akhir * Berkaratnya sisi ruhani, tarbawi dan imani serta rusaknya komitmen* Buntunya selera beramal serta tidak merasakan kelezatan mengerahkan jerih payah fi sabilillah* Hilangnya citarasa berlelah dan bersungguh-sungguh beramal di berbagai medan dakwah* Kehilangan rasa ber-intima’ kepada dakwah dan harakah dan semakin kurusnya unsur-unsur 

wala’ kepadanya.* Tertutupnya bentuk izzah kepada manhaj dakwah dan dinginnya ghirah terhadapnya* Melemahnya immunitas fikriyah, imaniyah dan tarbawiyah

Semua faktor, sebab ini mendorong seseorang untuk qu’ud (berpangku tangan), menarik diri,menjauh dari lapangan amal dan membikin-bikin alas an untuknya. Karenanya, seseorang yang

Page 2: Pengangguran Haraki

5/14/2018 Pengangguran Haraki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengangguran-haraki-55a92fbfe3c4f 2/3

seperti ini akan menjadi beban berat dakwah dan harakah. Akibat berikutnya, dakwah semakinmerintih karena memikul bebannya dan menyeretnya, padahal seharusnya, orang itulah yangsemestinya memikul dakwah serta membawanya kepada cakrawala masa depan yang luas

Jika penyakit pengangguran da’awi dan haraki menyebar, akan muncullah ribuan perilaku-perilakurendah, baik dalam skala perseorangan maupun jama’i, sebab, “barisan yang didalamnya tersebar 

pengangguran, maka akan banyaknya kerusuhan” dan “rumah yang kosong, akan banyakkebisingan.”

Maka hendaklah para pembawa panji dakwah dan harakah tidak berhenti di tengah jalan. Janganpula semangatnya mendingin dan efektivitasnya padam setiap kali berhembus anginkeputusasaan. Jangan pula harakahnya lumpuh, jalannya terhenti dan arahnya berubah saatbertiup badai fitnah, sebab mereka mengetahui bahwa, “Sifat mulia terkait dengan hal-hal yangtidak disukai, dan kebahagiaan tidak dapat dicapai kecuali melalui jembatan kesulitan, karenanya,tidak mengantarkan untuk mencapainya kecuali menggunakan kapal keseriusan dankesungguhan.”

Tidak ada kegiatan bagi pasukan infantry adalah ghaflah. Di antara penghancur tekad adalahmimpi yang terlalu jauh dan senang bersantai-santai. Angan-angan hendaklah diiringi amal, jikatidak, ia hanyalah sekedar mimpi yang terpulang kepada pemiliknya. Suatu hari Alhasan al-bashri

melihat seorang pemuda yang bermain-main dengan batu kecil sambil berdoa, “Ya Allah, nikahkanaku dengan bidadari”, maka Al-Hasan berkata, “Anda adalah pelamar yang paling buruk, melamar bidadari dengan modal main-main batu kecil!”

Begitu juga dengan kita, tidak mungkin kita melamar cinta kasih tamkin, taghyir dan ishlahsementara kita bermain-main dengan sesuatu yang lebih rendah dari batu kecil, sementara itu kitaadalah para penganggur, bermalas-malasan, dan cukup menjadi penonton, sebab, seorangpelamar mestilah membawa mahar, dan “siapa yang meminang wanita cantik, maka ia tidakmempedulikan mahalnya mahar.” Dan sebagaimana dinyatakan oleh imam Al-Banna rahimahullah:

“Saya dapat membayangkan seorang mujahid adalah seseorang yang menyiapkan segala yangdiperlukannya, membawa yang diperlukannya, niat jihad telah memenuhi seluruh jiwa dan hatinya,selalu dipikirkan, memberi perhatian besar, selalu dalam posisi siap, jika diundang memenuhi, jika

dipanggil menyambut, paginya, petangnya, pembicaraannya, omongannya, kesungguhannya danmain-mainnya tidak melampaui medan yang ia telah persiapkan dirinya untuknya, dan ia tidakmengambil selain fungsi yang sesuai dengan kehidupan dan kehendaknya. Spirit berjihad fisabilillah dapat dibaca dari garis-garis wajahnya, tampak dalam kilatan sinar matanya, danterdengar dari celetukan lisannya sesuatu yang menggambarkan betapa besar gelora yang adadalam hatinya, gelora yang selalu ada, menjadi duka hatinya yang terpendam. Juga terbaca dari

 jiwanya yang bertekad membaja, semangat tinggi dan cita-cita yang jauh. Itulah sosok mujahid,secara personal maupun bangsa. Engkau dapat melihatnya secara jelas pada suatu bangsa yangmenyiapkan dirinya untuk berjihad tampak pada forum-forumnya dan klub-klubnya, tampak dipasar dan di jalan, terasa di sekolah, di rumah, terlihat pada generasi muda dan tua, lelaki danwanita, sehingga anda membayangkan bahwa semua tempat merupakan medan, dan setiapgerakan adalah jihad.

Saya dapat membayangkan hal ini karena jihad merupakan buah dari pemahaman yangmelahirkan perasaan, menghilangkan ghaflah, perasaan membangkitkan perhatian dankebangkitan, dan perhatian berdampak kepada jihad dan amal. Dan masing-masing mempunyaidampak dan penampilan

 Adapun mujahid yang tidur sekenyangnya, makan sepuasnya, tertawa sekerasnya danmenghabiskan waktu untuk bermain-main, maka bagaimana mungkin termasuk yang beruntungatau terhitung dalam barisan mujahidin?!”

Umat yang berpandangan bahwa perannya dalam berjihad hanyalah kosa kata yang diucapkan,

Page 3: Pengangguran Haraki

5/14/2018 Pengangguran Haraki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pengangguran-haraki-55a92fbfe3c4f 3/3

atau makalah yang ditulis, lalu jika hati mereka diperiksa ternyata kosong, saat diuji perhatiannyamelompong, tenggelam dalam ghaflah dan tidur yang molor, maka tempat, forum dan klub merekatidak ditemui selain hal-hal tidak berguna, ketidakseriusan, main-main, hiburan dan menghabiskanwaktu tanpa guna. Seluruh perhatian perseorangannya hanyalah kesenangan yang fana, kelezatansemu, bersantai-santai dan bersenang-senang, maka umat yang seperti ini lebih dekat kepadamain-main daripada serius dan bahkan tidak mengenal keseriusan sama sekali.

Jadi, pengangguran adalah jalan kebangkrutan, sementara kepeloporan, kepemimpinan danketokohan tidak dapat diraih kecuali dengan keseriusan dan kesungguhan dan tidak dapat dicapaikecuali dengan segudang pengorbanan. Hal ini terbukti secara praktis sepanjang sejarah danseorang aktivis dakwah dan harakah semestinya merupakan bagian dari mata rantai emas paranabi, rasul, sahabat, tabiin, ulama dan dai aktivis, karenanya, ia tidak akan mendapatkankehormatan sebagai anggota dan diberi kartu keanggotaan kecuali jika ia telah membayar. DanIbnu Qayyim lebih berterus terang daripada saya, sebab ia memandang seseorang yangmengklaim menjadi bagian dari mata rantai mulia ini tanpa memberi bukti sebagai bentukkebancian tekad. Beliau berkata:

“Wahai seseorang yang bertekad banci, di manakah kamu berada? Sementara jalan yang akankamu tempuh adalah jalan di mana nabi Adam telah capek, nabi Nuh telah kehabisan suara, nabiIbrahim telah dilemparkan ke dalam api, nabi Ismail telah digeletakkan untuk disembelih, nabi

Yusuf telah dijual murah dan mendekam beberapa tahun dalam penjara, nabi Zakariya telahdigergaji, nabi Yahya telah disembelih, nabi Ayyub telah menderita, nabi Daud telah melebihi kadar dalam menangis, nabi Isa telah berjalan sendirian dan nabi kita Muhammad SAW telah bergelutdengan berbagai kemiskinan dan berbagai rasa sakit, sedangkan engkau berbangga dengan hal-hal tidak berguna dan main-main??!!”

(Terjemahan Artikel Jamal Zawari Ahmad, Sumber: http://www.islameiat.com/main/?c=54&a=3954)